PROPOSAL STUDI KUALITATIF: DAMPAK PENUTUPAN LOKALISASI/LOKASI DI TIGA KOTA (JAKARTA, SURABAYA DAN BANDUNG)
DIAJUKAN KEPADA KPA NASIONAL OLEH
PUSAT PENELITIAN HIV & AIDS UNIKA ATMA JAYA
FEBRUARI 2016 Pusat Penelitian HIV & AIDS Unika Atma Jaya Jl. Jenderal Sudirman 51 Jakarta Telp/Fax: (021) 57854227 Website: www. arc-atmajaya.org Email:
[email protected]
PROPOSAL STUDI KUALITATIF DAMPAK PENUTUPAN LOKALISASI/LOKASI DI TIGA KOTA (JAKARTA, SURABAYA DAN BANDUNG) LATAR BELAKANG Semakin banyaknya upaya pemerintah daerah untuk menutup lokalisasi/lokasi transaksi seks di berbagai daerah di Indonesia dilatarbelakangi oleh semakin kuatnya isu moralitas tentang seksualitas di masyarakat bahwa lokalisasi merupakan perwujuduan dari legalisasi perzinahan dan pada satu sisi dan semakin kuatnya persepsi bahwa keberadaan lokalisasi/lokasi transaksi seks merupakan sumber dari kriminalitas, masalah kesehatan dan masalah sosial (Julianto., 2010, Megapolitan, 2014, Hidayatullah, 2011, Kompas, 2013). Kebijakan penutupan tersebut telah dilakukan dan memperoleh perhatian dan dukungan yang besar dari masyarakat, namun sejumlah bukti menunjukkan bahwa tujuan utama penutupan lokalisasi tersebut tidak tercapai. Hal ini misalnya bisa dilihat pada kenyataan bahwa para pekerja seks dari Kramat Tunggak masih terus melanjutkan profesinya dan memilih untuk menyebar ke daerah Jakarta Utara dan pekerja seks yang sebelumnya bekerja di Saritem Bandung yang juga memiliki pekerjaan ganda sebagai pekerja seks dan buruh pabrik (ICMC 2006). Sejumlah penelitian yang lain juga telah menunjukkan lemahnya kebijakan tersebut karena penutupan lokalisasi tidak disertai dengan upaya untuk mengatasi kemiskinan perkotaan atau pedesaan (Julianto, 2010, Jones et al, 1998) Penutupan lokalisasi di berbagai daerah ini menjadi tantangaan besar dalam pengendalian penyakit menular seksual dan HIV & AIDS. Salah satu program yang terdampak oleh kebijakan ini adalah program PMTS dimana program ini dirancang untuk memberikan layanan yang komprehensif bagi pekerja seks di lokalisasi atau lokasi transaksi seks. WHO (Rao, 2015) mencatat bahwa pada tahun 2013 sebelum penutupan lokalisasi dilakukan, pokja PMTS bisa berjalan, tersedia 176 outlet kondom, mobile klinik rutin melaksanakan pemeriksaan di lokasi, jumlah orang yang mengakses layanan Januari-Desember 2013 sebanyak 13,207 dan kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sebanyak 378 (Januari-Juni 2013). Tetapi pada tahun 2014 setelah dilaksanakan penutupan lokalisasi situasi menjadi sangat berbeda dimana pokja PMTS menghilang, jumlah outlet kondom menjadi 16, mobile clinic tidak tersedia lagi, akses ke layanan kesehatan menjadi 5,477 orang dan kasus AIDS meningkat pada tahun 2014 (Juli-Des) menjadi 424. Gambaran yang disajikan WHO di atas menggarisbawahi bahwa penutupan lokalisasi berdampak pada keberadaan dari pekerja seks dimana mereka menjadi semakin tersembunyi, semakin sulit untuk mengakses layanan dan yang utama mereka menjadi semakin berisiko dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada sisi yang lain, pelayanan kesehatan pun juga terdampak dengan kebijakan itu karena klien-klien yang selama ini mengakses layanan tidak mengakses kembali sehingga pengendalian penyakit menular menjadi sulit dilakukan. Bagi masyarakat, meski secara umum dipersepsikan memperoleh keuntungan karena daerahnya
menjadi bersih dan aman tetapi sejatinya masyarakat akan terdampak karena tingkat kesehatan masyarakat akan terpengaruh dengan tidak terkendalinya penyakit menular tersebut. Secara khusus, pengetahuan dan pemahaman tentang dampak penutupan lokalisasi dan lokasi transaksi seks terhadap penanggulangan AIDS masih cukup terbatas dan bukti yang tersedia lebih banyak dalam bentuk reportase di media masa sehingga menjadi cukup sulit untuk menilai apakah kebijakan penutupan lokalisasi ini telah berjalan secara efektif dan apa saja dampak kebijakan tersebut bagi masyarakat, pekerja seks, orang yang tinggal di lokasi/lokalisasi dan sektor kesehatan. Pemahaman ini menjadi penting untuk diperoleh sebagai dasar untuk memperkuat, meninjau atau mengembangkan kebijakan diperlukan dengan adanya penutupan lokalisasi/lokasi transaksi seks. Dalam rangka mengumpulkan bukti atas dampak penutupan lokalisasi/lokasi terhadap penanggulangan AIDS, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional bekerjasama dengan Pusat Penelitian HIV AIDS Atma Jaya akan melakukan studi kualitatif terkait dengan dampak pembubaran lokalisasi/lokasi transaksi seks di Jakarta, kota Surabaya dan kota Bandung . PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan gambaran permasalahan tentang penutupan lokalisasi/lokasi transaksi seks oleh pemerintah daerah di atas, maka pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:
Seberapa jauh efektivitas penerapan kebijakan penutupan lokasi/lokalisasi oleh Pemerintah Daerah di tiga kota (Jakarta Utara, Bandung dan Surabaya) dilihat dari tujuan dari kebijakana tersebut? Apa dampak kebijakan penutupan lokalisasi/lokasi transaksi seks bagi masyarakat di sekitar lokasi/lokalisasi, pekerja seks, dan pemerintah daerah sendiri khususnya di sektor kesehatan? Bagaimana situasi kerja seks di daerah tersebut termasuk pola pencarian bantuan kesehatan dari pekerja seks dan apa konsekuensinya bagi penanggulangan HIV AIDS di daerah itu? Hambatan fungsional dan struktural apa saja yang potensial dihadapi oleh upaya penanggulangan HIV AIDS khususnya program PMTS di daerah yang ditutup lokalisasinya.
TUJUAN PENELITIAN
Menilai efektivitas kebijakan penutupan lokasi/lokalisasi transaksi seks oleh Pemerintah Daerah di tiga kota (Jakarta Utara, Bandung dan Surabaya). Mengidentifikasi dampak penutupan lokalisasi/lokasi pada tingkat masyarakat di lokasi/lokalisasi, pekerja seks dan sektor kesehatan. Menggambarkan situasi kerja seks di daerah tersebut dan konsekuensinya dalam penanggulangan HIV AIDS di daerah. Mengidentifikasi berbagai hambatan yang potensial untuk melaksanakan penanggulangan AIDS khususnya program PMTS secara efektif dan .langkah-langkah antisipatif yang mungkin dikembangkan oleh sektor kesehatan di daerah tersebut.
Menyediakan bukti dan rekomendasi bagi pengembangan kebijakan penanggulangan AIDS khususnya program PMTS bagi pekerja seks di tingkat daerah.
DESAIN PENELITIAN METODE PENELITIAN Studi ini akan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjawab tujuan penelitian yang diajukan. Metode kualitatif dipilih mengingat informasi yang dikumpulkan untuk mengetahui efektifitas kebijakan yang diambil serta dampak yang timbul akibat pembubaran lokalisasi. Dengan menggunakan metode kualitatif maka memungkinkan untuk menggali perspektif dan pengalaman yang berbeda dari berbagai pihak yang terlibat (pembuat kebijakan dan subjek yang ditargetkan oleh kebijakan) dari kebijakan tersebut dan mampu menggali konteks sosial yang melatarbelakangi kebijakan penutupan lokalisasi/lokasi. Perspektif interaksionisme simbolik digunakan untuk membantu peneliti untuk memahami berbagai makna yang muncul dan dipertukarkan dari berbagai pihak dalam melihat kebijakan penutupan lokalisasi/lokasi transaksi seks ini (Liamputtong & Ezzy, 2009). METODE PENGUMPULAN DATA DAN PEMILIHAN SAMPEL Dua jenis data akan dikumpulkan dalam studi ini yaitu: 1. Data primer Pengumpulan data akan dilakukan di tiga lokasi penelitian; Jakarta, Bandung dan Surabaya. Penekanan dilakukan terhadap wilayah di mana tempat lokalisasi berada untuk memaksimalkan pengumpulan informasi. Data primer akan diambil dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan. Dengan menggunakan panduan pertanyaan semi-terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Panduan wawancara akan berfokus pada beberapa poin penting, seperti: sejarah pembubaran lokalisasi, situasi saat terjadi pembubaran, tanggapan dan respon masyarakat sekitar, pihak yang terlibat dan terdampak dalam pembubaran lokalisasi, dan perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah pembubaran terjadi. 2. Data primer Selain data primer, pengumpulan data sekunder juga dilakukan sebagai bagian yang terintegrasi dalam studi ini. Dalam studi ini, data sekunder berfungsi ganda, pertama untuk menambah pengetahuan dalam membentuk perangkat pengambilan data; dan kedua untuk memberikan informasi tambahan terkait konteks dan informasi pendukung pada saat proses pembubaran lokalisasi dilakukan. Jenis data sekunder yang dikumpulkan termasuk: 1] kebijakan resmi pemerintah terkait penutupan lokalisasi, 2] data kasus capaian terkait IMS, HIV&AIDS dan estimasi pekerja seks perempuan, dan 3] berita dari media massa yang dapat diakses secara elektronik. Matriks kata kunci akan digunakan untuk memilah data sekunder yang bersumber dari media massa elektronik untuk memastikan data yang didapat sesuai dengan pertanyaan penelitian yang dibuat.
Pemilihan informan untuk pengumpulan data primer dari masyarakat atau pekerja seks dilakukan melalui teknik snowball sampling dimana teknik ini sesuai untuk mendapatkan informan yang belum diketahui secara pasti keberadaannya (Padgett, 2008). Mengingat beberapa point of interest dalam studi ini telah terjadi di masa lalu (retrospektif), identifikasi awal terhadap tokok kunci penting untuk dilakukan. Selanjutnya, tokok kunci dapat menominasikan calon informan selanjutnya berdasarkan kriteria inkluisi yang dibutuhkan. Sementara itu untuk pemilihan informan dari pemerintah daerah atau organisasi masyarakat sipil yang ada di daerah akan digunakan metode targeted sampling dimana pengambilan data terhadap informan yang sudah diketahui jelas fungsi serta tanggung jawabnya. Informasi mengenai metode sampling dan jumlah sample dapat dilihat dalam table 1. Table 1: metode sampling dan kriteria sample Sample Perangkat daerah i.e. Biro Kesos, Dinkes,Dinsos & Satpol-PP
Masyarakat Sekitar i.e. tokoh masyarakat, Ketua RW, Lurah, Pedagang
Kriteria inklusi
Pekerja Seks perempuan
Pemberi layanan HIV i.e. LSM, outlet kondom, puskesmas/klinik HIV, & KPAK Mucikari/pemilik brotel
Total sample
Keterangan
Memiliki tugas dan fungsi terkait Jumlah sample: 4 dengan pengaturan ketertiban informan/ lokasi umum dan kesehatan Targeted sampling Telah menjadi pegawai negeri sipil setidaknya 2 tahun Telah menetap secara rutin di lokasi bekas lokalisasi selama setidaknya 10 tahun Tinggal dalam kelurahan yang sama dengan area bekas lokalisasi Melakukan pekerjaan seks secara langsung/tidak langsung selama setidaknya 2 tahun Beroperasi di kotamadya/kecamatan yang sama dengan wilayah bekas lokalidasi Berusia >18 tahun Telah memberikan layanan pencegahan HIV melalui transmisi seksual minimal 2 tahun Beroperasi di wilayah sekitar lokasi bekas lokalisasi Pernah atau sedang berprofesi sebagai mucikari/pemilik brotel di wilayah bekas lokalisasi
Jumlah sample: 5 informan/lokasi Snowball sampling Jumlah sample: 6 informan/lokasi Snowball sampling Snowball sampling
Jumlah sample: 5 informan/lokasi Targeted sampling 2 informan/lokasi Targeted sampling 66 informan
Pengumpulan data akan dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri dari peneliti dari PPH Unika Atma Jaya dan Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) sebagai jaringan masyarakat sipil yang bergerak untuk isu pekerja seks. Selain bertugas sebagai pewawancara , OPSI akan membantu melakukan identfikasi wilayah bekas lokalisasi untuk memudahkan proses pengumpulan data. METODE ANALISIS DATA Seluruh data yang terkumpul akan dianalisa sesuai dengan karakteristik data yang diperoleh. Thematic analysis akan digunakan untuk mengolah data primer. Melakukan analisa sesuai tema yang muncul dari data yang dikumpulkan melibatkan proses identifikasi dan melaporkan pola yang ditemukan dalam data (Braun & Clarke, 2006). Transkrip hasil seluruh wawancara yang dilakukan akan dikodefikasi untuk mencari pola yang muncul dalam data. Kode yang teridentifikasi kemudian dianalisa untuk mencari hubungan dan pola yang muncul. Proses analisis data ini dilakukan dengan menggunakan program Nvivo 9 sebagai perangkat analisis data kualitatif. Sedangkan data sekunder yang berasal dari media massa online akan dianalisa menggunakan metode discourse analysis. Metode analisa ini berguna dalam menggali bagaimana ide dan objek pemikiran yang berkembang di masyarakat terbentuk dan berkembang (Phillips & Hardy, 2002). Selanjutnya, Hardy, Lawrence & Grant (2005) menegaskan bahwa diskursus sosial yang berkembang dapat mengarah pada kolaborasi antar pada pemangku kepentingan. Metode analisa ini sesuai dengan kebutuhan untuk melihat konteks dan peta kekuasaan saat kebijakan pembubaran lokalisasi dilakukan. Kedua analisa akan digabungkan dengan menggunakan cara trianggulasi data. KERANGKA WAKTU Kegiatan Pertemuan kordinasi awal Steering committee meeting Finalisasi perangkat & protokol penelitian Proses ijin komisi etik Kordinasi lapangan Pengambilan data lapangan Pengumpulan data sekunder Analisa data sekunder Pembuatan transkrip Analisa data primer Pertemuan validasi Penulisan laporan Proses edit, design, & layout laporan Penyerahan laporan Diseminasi
Feb
Mar
2016 Apr
Mei
TIM PENELITI 1. 2. 3. 4.
Peneliti Utama: Prof. Irwanto, PhD Peneliti: Laura Navendorff, MPH; dr. Asti Widihastuti, MHC; Kekek Apriana Msi Peneliti Komunitas: OPSI Manajer Data: Th. Puspoarum, S.Psi.
ANGGARAN Line Item
Cost/ unit
(IDR)
Unit
No. of units
Unit
No. of units
Duration
TOTAL BUDGET
MANAGEMENT COST: M. PERSONNEL/LABOR M.1 Salary (Preparation, Coordination, Administration, and Management) M.1.1
Peneliti Utama ( Prof Irwanto)
5,000,000 /month
1 person
4 months
20,000,000
M.1.2
Tim Peneliti ( Asti, Lette, Kekek)
7,000,000 /month
3 person
4 months
84,000,000
M.1.3
Peneliti Komunitas (tbd)
5,000,000 /month
1 person
4 months
20,000,000
M.1.3
Data Manajer (Arum)
3,000,000 /month
3 person
4 months
36,000,000
M.1.4
Adminitrasi (Iwit)
500,000 /month
3 person
4 months
6,000,000
M.1.5
Ethical Submission
1,000,000
1,000,000
Subtotal N N.1.1
Office Operational Printing & stationary
N.1.2
Communication: telephone, internet
N.1.3
Local Transport Tim ( DKI Jakarta)
N.1.4
Verbatim
N.1.5
Baterai
167,000,000
500,000 Period
1 time
4 time
2,000,000
150,000 /month
3 person
4 months
1,800,000
1 unit
4 months 3 time
18,000,000
1,000,000 /month 250,000 Unit 200,000 month
24 transkip 5 unit
1 months
1,000,000 26,800,000
Subtotal C.1.1
4,000,000
Preparation Meeting meeting package
100,000 /month
10 person
1 day(s)
1,000,000
transport local
100,000 /month
10 person
1 day(s)
1,000,000 2,000,000
Sub total Operasional Research A.1.1
Meeting Koordinasi di 3 kota
2,000,000 /day
3 time
1 day(s)
6,000,000
A.1.2
Sovenir
1,000,000 /trip
3 city
1 day
3,000,000
A.1.4
Uang transport
100,000 /day
3 city
24 person
7,200,000
A.1.5
Hotel (Bandung & Surabaya)
600,000 /day
6 person
10 day(s)
36,000,000
A.1.6
Meal & Incidental
350,000 /day
6 person
10 day(s)
21,000,000
A.1.7
Airfare ( Jakarta - Surabaya - Jakarta )
3,000,000 /all
4 person
1 time
12,000,000
A.1.8
Airport tax & Intercity (Surabaya)
1,500,000 /all
4 person
1 time
6,000,000
A.1.9
Kereta Bandung & Intercity
1,000,000 /all
4 person
1 time
A.20
Enumerator
500,000 /all
6 person
5 day(s)
A.21
Local Contact
200,000 /all
6 person
5 day(s)
Subtotal
4,000,000 15,000,000 6,000,000 116,200,000
Desiminasi C.1.2 Workshop Final Participant Transport ( DKI Jakarta)
125,000 /trip
25 person
1 day(s)
3,125,000
meeting package
100,000 unit
25 person
1 day(s)
2,500,000
Participant Transport (Bandung)
500,000 /trip
3 person
1 day(s)
1,500,000
Participant Transport ( Surabaya)
600,000 /trip
3 person
1 day(s)
1,800,000
Hotel (Participat Bandung & Surabaya)
650,000 /trip
3 person
1 day(s)
1,950,000
Meal & Incidental
200,000 /trip
6 person
1 day(s)
1,200,000
5,000,000 /trip
1 person
1 time
Layout Printing Subtotal Total
200,000 /unit
100
book
1 day(s)
5,000,000 20,000,000 37,075,000 349,075,000
REFERENSI Arsip Nasional Republik Indonesia. (2001) Pemberantasan Prostitusi di Indonesia Masa Kolonial. Braun, V., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis in psychology. Qualitative research in psychology, 3(2), 77-101. Endang R S (2010). Perempuan-perempuan Kramat Tunggak: Keputakaan Populer Gramedia Fakih, Mansour, et.al (2006), Advokasi, Merubah Kebijakan Publik : Insist dan Pact Gavin W. Jones, Endang Sulistyaningsih, dan Terence H Hull (1998) The Sex Sector; The Economic and Social Bases of Prostitution in Southeast Asia. ILO, Geneva. Hardy, C., Lawrence, T. B., & Grant, D. (2005). Discourse and collaboration: The role of conversations and collective identity. Academy of management review, 30(1), 58-77. ICMC (2006). Ketika Mereka Dijual. Perdagangan Perempuan dan Anak di 15 Propinsi di Indonesia Koran Kompas, Liputan Pekerja Seks di Doli, Irwan Julianto MPH, 2010 Laporan Survei Terpadu HIV dan Perilaku. (2012) Kementerian Kesehatan RI Liamputtong, P., & Ezzy, D. (2009). Qualitative research methods.,(Oxford University Press: South Melbourne). Megapolitan, News Update,, Penutupan Doli, 2014 Modul Komunikasi Perubahan Perilaku (2009) Kementerian Kesehatan RI Padgett, D. K. (2008). Qualitative methods in social work research (Vol. 36). Sage. Pedoman Pencegahan HIV melalui Transmisi Seksual, (2010) KPAN 2010 Phillips, N., & Hardy, C. (2002). Discourse analysis: Investigating processes of social construction (Vol. 50). Sage Publications.