LKj - BKIPM
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2014
i
LKj - BKIPM
2014
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (LKj BKIPM) tahun 2014 disusun berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 yang mengamanatkan setiap entitas akuntabilitas kinerja menyusun dan menyajikan laporan kinerja (LKj) atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan. LKj BKIPM ini merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan sebagai sarana akuntabilitas yang merinci pertanggungjawaban organisasi dan pemakaian sumber daya untuk menjalankan misi organisasi. Di samping itu, diuraikan juga informasi terkait sasaran strategis organisasi dan indikator keberhasilannya dalam rangka pencapaian visi dan misinya. Landasan penyusunan LKj BKIPM Tahun 2014 adalah Rencana Strategis BKIPM (Renstra BKIPM) Tahun 2011-2014 dan Target Kinerja BKIPM 2014 berikut realisasinya. Pengelolaan manajemen kinerja di BKIPM dilaksanakan dari tingkat organisasi sampai dengan individu, dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard (BSc). Secara umum, dalam tahun 2014 sebagian besar target sasaran strategis dan target kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai. Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat sebagai sarana akuntabilitas dan pertanggungjawaban organisasi serta dapat dijadikan bahan masukan untuk peningkatan kinerja BKIPM di masa mendatang.
Jakarta,
2015
Kepala Badan,
Narmoko Prasmadji
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
i
LKj - BKIPM
2014
RINGKASAN EKSEKUTIF
LAKIP
BKIPM
Tahun
2014
disusun
sebagai
bentuk
laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan kinerja BKIPM selama tahun 2014. Pada tahun 2014 BKIPM telah menetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam bentuk kontrak kinerja antara Kepala BKIPM dengan Menteri Kelautan dan Perikanan yang terdiri dari 10 Sasaran Strategis (SS) dan 32 Indikator Kinerja Utama (IKU). Secara garis besar, uraian atas pencapaian Sasaran Strategis beserta IKU BKIPM selama tahun 2014 adalah sebagai berikut: 1.
Pencapaian sasaran strategis meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan indikator nilai tukar nelayan, nilai tukar pembudidaya ikan, rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan), dan pertumbuhan PDB perikanan, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
Nilai Tukar Nelayan ditargetkan sebesar 104 dengan realisasi sebesar 104,63;
b.
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan ditargetkan sebesar 102 dengan realisasi sebesar 101,36;
c.
Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan) ditargetkan sebesar Rp2juta dengan realisasi sebesar Rp2,56 juta; dan
d.
Pertumbuhan PDB perikanan ditargetkan sebesar 7% dengan realisasi sebesar 6,34%.
2.
Pencapaian sasaran strategis meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan dengan indikator jumlah produksi perikanan budidaya dan jumlah produk olahan hasil perikanan, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
jumlah produksi perikanan budidaya ditargetkan sebesar 13,44 juta ton dengan realisasi sebesar 14,52 juta ton; dan
b.
jumlah produk olahan hasil perikanan pada 2014 ditargetkan sebesar 5.2 juta ton dengan realisasi sebesar 5,21 juta ton.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
ii
LKj - BKIPM 3.
2014
Pencapaian sasaran strategis meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan, dengan indikator persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu, jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor, dan jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB), pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area ditargetkan sebesar 98% dengan realisasi sebesar 99,97%;
b.
jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu ditargetkan sebesar 64 (33 laboratorium UPT KIPM dan 31 lembaga inspeksi) dengan realisasi sebbesar 64 (33 laboratorium UPT KIPM dan 31 lembaga inspeksi);
c.
jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor ditargetkan sebesar 1.125 sertifikat dengan realisasi sebesar 1.556 sertifikat; dan
d.
jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB) ditargetkan sebesar 10 sertifikat dengan realisasi sebesar 12 sertifikat.
4.
Pencapaian sasaran strategis tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan dengan indikator jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dan jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan, pada tahun 2014 dapat tercapai. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan ditargetkan sebesar 5 draft dengan realisasi sebesar 4 draft peraturan/keputusan menteri; dan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
iii
LKj - BKIPM b.
2014
jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan ditargetkan sebesar 4 dengan realisasi sebesar 25 Keputusan Kepala BKIPM.
5.
Pencapaian sasaran strategis terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan yang optimal dan bermutu dengan indikator jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN, persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan, jumlah implementasi
standar
operasional
prosedur
teknis
perkarantinaan ikan, jumlah Unit Pengolahan Ikan yang
operasional memenuhi
persyaratan negara mitra (approval number), persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection, jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi, jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability, dan jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi, pada tahu 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra ditargetkan sebesar ≤ 10 kasus dengan realisasi ≤ 10 kasus. Penolakan tertinggi terjadi di Kanada, yaitu 4 kasus penolakan;
b.
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN ditargetkan sebesar 98% dengan realisasi sebesar 100%;
c.
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan ditargetkan sebesar 98% dengan realisasi sebesar 100%;
d.
Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan ditargetkan sebesar 98 dengan realisasi sebesar 102 SOP;
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
iv
LKj - BKIPM e.
2014
Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (approval number) ditargetkan sebesar 50 dengan realisasi sebesar 128;
f.
Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection ditargetkan sebesar 20% dengan realisasi sebesar 20%;
g.
Jumlah
instalasi
yang
sesuai
standar
dan
laboratorium
yang
terakreditasi ditargetkan sebesar 5 IKI dan 2 laboratorium dengan realisasi sebesar 12 IKI dan 12 laboratorium; h.
Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability ditargetkan sebanyak 4 lokasi dengan realisasi sebanyak 4 lokasi;
i.
Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi ditargetkan sebesar 48 dengan realisasi sebesar 48 metoda.
6.
Pencapaian sasaran strategis terselenggaranya pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dengan indikator rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani dan rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani, pada tahun 2014 dapat ytercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani ditargetkan sebesar 85% dengan realisasi sebesar 100%; dan
b.
rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani ditargetkan sebesar 85% dengan realisasi sebesar 93,33%.
7.
Pencapaian sasaran strategis tersedianya Sumber Daya Manusia BKIPM yang kompeten dan profesional dengan indikator indeks kesenjangan kompetensi eselon II dan III, pada tahun 2014 dapat tercapai. Realisasi IKU untuk SS tersebut adalah sebesar 20,36% dari target sebesar 50%.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
v
LKj - BKIPM 8.
2014
Pencapain sasaran strategis tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM dengan indikator Service Level Agreement di BKIPM dan persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5), pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
Service Level Agreement di BKIPM ditergetkan sebesar 75% dengan realisasi sebesar 100%; dan
b.
persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5) ditergetkan sebesar 4,25 dengan realisasi sebesar 3,76.
9.
Pencapaian
sasaran
government
di
strategis
BKIPM
dengan
terwujudnya
good governance
indikator jumlah
&
rekomendasi
clean Aparat
Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM, tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM, indeks kepuasan masyarakat BKIPM, nilai inisiatif anti korupsi BKIPM, dan nilai penerapan reformasi birokrasi BKIPM, pada tahun 2014 dapat tercapai dengan baik. Capaian IKU untuk SS tersebut pada tahun 2014, adalah sebagai berikut: a.
jumlah
rekomendasi
Aparat
Pengawas
Internal
dan
Ekternal
Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM ditargetkan sebesar 100% dengan realisasi sebesar 79,52%; b.
Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM ditargetkan nilai A dengan realisasi nilai A (79,97);
c.
Indeks Kepuasan masyarakat BKIPM ditargetkan sebesar 75 dengan realisasi sebesar 82,33;
d.
Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM ditargetkan sebesar 7,75 dengan realisasi sebesar 8,61; dan
e.
Nilai penerapan reformasi birokrasi BKIPM ditargetkan sebesar 80 dengan realisasi sebesar 84,61.
10.
Pencapaian sasaran strategis terkelolanya anggaran BKIPM secara optimal dengan indikator persentase penyerapan DIPA BKIPM, pada tahun 2014 dapat tercapai. Realisasi penyerapan DIPA BKIPM sebesar 96,86% dari target sebesar 95%.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
vi
LKj - BKIPM
2014
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar target kinerja BKIPM pada tahun 2014 telah berhasil dicapai. Keberhasilan pencapaian tersebut diupayakan untuk semakin ditingkatkan, sedangkan untuk beberapa kegiatan yang belum terlaksana/terdapat permasalahan akan diupayakan untuk dapat diselesaikan. Dengan disusunnya LAKIP ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi BKIPM dan menjadi umpan balik peningkatan kinerja BKIPM pada periode berikutnya.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
vii
LKj - BKIPM
2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ....................................................................... xiii I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 GAMBARAN UMUM ORGANISASI ................................................................. 1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKIPM ................................................... 4 SISTEMATIKA DAN PENYAJIAN LKJ............................................................. 8
II. PERENCANAAN KINERJA .......................................................................... 10 RENCANA KINERJA 2014 .......................................................................... 10 PERJANJIAN KINERJA 2014 ...................................................................... 13 III. AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................................... 17 CAPAIAN IKU ............................................................................................. 17 ANALISIS DAN EVALUASI CAPAIAN IKU ..................................................... 20 EVALUSASI EFISIENSI .............................................................................. 91 IV. P E N U T U P ............................................................................................ 93 SIMPULAN................................................................................................. 93
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
viii
LKj - BKIPM
2014
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Penetapan Kinerja Tahun 2014 ............................................................... L-1
2.
Data UPI dan Sertifikat HACCP Tahun 2014 ........................................... L-4
3.
Rekapitulasi Nilai IKM UPT KIPM Tahun 2014 ......................................... L-5
4.
Form Pengukuran Efisiensi ..................................................................... L-7
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
ix
LKj - BKIPM
2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Arah Kebijakan dan Langkah Strategis BKIPM Tahun 2014 .................. 7 Tabel 2.1 Sasaran Strategis BKIPM Tahun 2014 ............................................... 11 Tabel 2.2 Target Kinerja BKIPM Tahun 2014..................................................... 14 Tabel 3.1 Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2014.................................................. 18 Tabel 3.2 Perkembangan NTN per Bulan pada 2014 .......................................... 21 Tabel 3.3 Capaian IKU 1 pada 2011 - 2014 ....................................................... 22 Tabel 3.4 Capaian IKU 2 pada 2011 – 2014 ...................................................... 24 Tabel 3.5 Capaian IKU 3 pada 2013-2014......................................................... 26 Tabel 3.6 Capaian IKU 4 pada 2010-2014......................................................... 27 Tabel 3.7 PDB Perikanan, 2010-2014 (Rp Miliar) .............................................. 27 Tabel 3.8 Capaian IKU 5 pada 2011-2014......................................................... 29 Tabel 3.9 Capaian IKU 6 pada 2011-2014......................................................... 31 Tabel 3.10 Capaian IKU 7 Tahun 2011 - 2014 .................................................. 33 Tabel 3.11 Data Lalu Lintas Komoditas Perikanan Tahun 2011-2014 ................ 34 Tabel 3.12 Hasil Verifikasi Sistem Manajemen Mutu Tahun 2011-2014 ............. 36 Tabel 3.13 Capaian IKU 9 pada 2011 - 2014 ..................................................... 37 Tabel 3.14 Capaian IKU 10 pada 2011 - 2014 ................................................... 39 Tabel 3.15 UUPI Bersertifikat CKIB Tahun 2014 ............................................... 40 Tabel 3.16 Capaian IKU 11 pada 2011-2014 ..................................................... 41 Tabel 3.17 Capaian IKU 12 Tahun 2013 dan 2014 ............................................ 43 Tabel 3.18 Capaian IKU 13 pada 2011-2014 ..................................................... 47 Tabel 3.19 Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2011-2014 ............................... 47 Tabel 3.20 Capaian IKU 14 pada 2013 - 2014 ................................................... 50
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
x
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.21 Capaian IKU 15 pada 2013 - 2014 ................................................... 51 Tabel 3.22 Volume Impor Yang Dilalulintaskan Tahun 2011-2014..................... 51 Tabel 3.23 Capaian IKU 16 pada 2011 - 2014 ................................................... 52 Tabel 3.24 Capaian IKU 17 pada 2011-2014 ..................................................... 57 Tabel 3.25 Jumlah UPI yang Teregistrasi di Negara Mitra pada 2012 - 2014 ...... 58 Tabel 3.26 Capaian IKU 18 pada 2013 dan 2014 .............................................. 60 Tabel 3.27 Data Capaian IKU 19 Tahun 2011 - 2014 ........................................ 61 Tabel 3.28 Laboratorium UPT KIPM yang Terakreditasi Tahun 2014 .................. 62 Tabel 3.29 Capaian IKU 20 pada 2013 dan 2014 .............................................. 64 Tabel 3.30 Capaian IKU 21 pada 2011 - 2014 ................................................... 65 Tabel 3.31 Data Penindakan Pelanggaran Karantina Ikan Tahun 2011-2014 ..... 68 Tabel 3.32 Capaian IKU 22 pada 2011 - 2014 ................................................... 69 Tabel 3.33 Capaian IKU 23 pada 2011 - 2014 ................................................... 70 Tabel 3.34 Hasil Verifikasi Pemenuhan Kompetensi Jabatan Tahun 2014 .......... 73 Tabel 3.35 Capaian IKU 24 pada 2013 – 2014................................................... 73 Tabel 3.36 Pejabat yang Mengikuti Diklat PIM Tahun 2014 ............................... 74 Tabel 3.37 Jumlah Pejabat BKIPM yang Belum Mengikuti Diklat PIM ................ 74 Tabel 3.38 Data Pegawai yang Mengikuti Diklat Teknis Tahun 2014 .................. 74 Tabel 3.39 Capaian IKU 25 pada 2011 - 2014 ................................................... 76 Tabel 3.40 Capaian IKU 26 pada 2013 - 2014 ................................................... 77 Tabel 3.41 Capaian IKU 27 pada 2011 - 2014 ................................................... 78 Tabel 3.42 Capaian IKU 28 pada 2011-2014 ..................................................... 79 Tabel 3.43 Perkembangan Nilai AKIP Berdasarkan Aspek Penilaian ................... 79 Tabel 3.44 Capaian IKU 29 pada 2013 - 2014 ................................................... 81 Tabel 3.45 Capaian IKU 30 pada 2012 - 2014 ................................................... 82 Tabel 3.46 PMPRB BKIPM Tahun 2014 ............................................................. 85
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xi
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.47 Capaian IKU 31 pada 2012 - 2014 ................................................... 85 Tabel 3.48 Penyerapan Anggaran per Kegiatan T.A 2014 ................................... 87 Tabel 3.49 Penyerapan Anggaran per Jenis Belanja T.A 2014 ............................ 87 Tabel 3.50 Persentase Penyerapan Anggaran Triwulanan .................................. 87 Tabel 3.51 Capaian IKU 32 pada 2011 - 2014 ................................................... 88 Tabel 3.52 Ringkasan LRA Netto T.A 2013 dan T.A 2014 ................................... 89 Tabel 3.53 Rincian Realisasi Belanja Netto BKIPM T.A 2013 dan 2014............... 90 Tabel 3.54 Ringkasan Neraca T.A 2014 dan 2013 ............................................. 91
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xii
LKj - BKIPM
2014
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
1.
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM ..................................................... 2
2.
Gambar 2.1 Peta Strategi BKIPM Tahun 2014 ........................................... 12
3.
Grafik 3.1 Perkembangan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Tahun 2014 ....... 24
4.
Grafik 3.2 Perbandingan Capaian dan Target IKU 7 Tahun 2011-2014 ...... 34
5.
Grafik 3.3 Target dan Capaian IKU 9 Tahun 2011-2014 ............................ 38
6.
Grafik 3.4 Perkembangan Nilai AKIP BKIPM 2011 – 2014 .......................... 80
7.
Grafik 3.5 Penyerapan Anggaran BKIPM ................................................... 88
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
xiii
LKj - BKIPM
2014
I. PENDAHULUAN GAMBARAN UMUM ORGANISASI
B
erdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, tugas dan fungsi kementerian Negara serta susunan organisasi, tugas dan
fungsi eselon I Kementerian Negara, yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) merupakan salah satu unit eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan yang merupakan penggabungan dari Pusat Karantina Ikan, Sekretariat Jenderal dengan Direktorat Standarisasi dan Akreditasi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
(P2HP)
yang
mempunyai
tugas
yang
sangat
strategis,
yaitu
melaksanakan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan. Dasar pemikiran terbentuknya BKIPM antara lain adalah untuk efisiensi dan efektifitas pelayanan sertifikasi secara terpadu dalam penjaminan kualitas (quality assurance) hasil perikanan; ratifikasi perjanjian GATT (tahun 1986-1993) tentang penerapan SPS agreement terhadap perlindungan kesehatan ikan dan kesehatan manusia; peningkatan lalulintas komoditas perikanan antar Negara dan antar area di wilayah Republik Indonesia yang berdampak terhadap peningkatan resiko masuk dan tersebarnya hama penyakit ikan; meningkatnya kecenderungan pola konsumsi protein hewani dari daging merah ke daging putih disertai tuntutan adanya pengendalian mutu terhadap keamanan dan kesehatan hasil perikanan; pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan serta pencegahan hama dan penyakit ikan harus dilakukan secara holistik dan konsisten dalam suatu sistem management mutu; karantina ikan dan pengendalian mutu hasil perikanan sebagai salah satu unit pelayanan yang merupakan bagian dari Trade Facilitation dalam kegiatan ekspor dan impor Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala BKIPM dibantu oleh 3 (tiga) Pusat, yaitu: 1) Pusat Karantina Ikan; 2) Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; 3) Pusat Manajemen Mutu; dan Sekretariat BKIPM, serta 47 Unit
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
1
LKj - BKIPM
2014
Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (UPT KIPM) yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu: 2 (dua) Balai Besar KIPM, 7 (tujuh) Balai KIPM Kelas I, 5 (lima) BKIPM Kelas II, 18 (delapan belas) Stasiun KIPM Kelas I, 14 (empat belas) Stasiun KIPM Kelas II, dan Balai Uji Standar
KIPM
(BUSKIPM)
sebagai
UPT
KIPM
dibidang
pelayanan
uji
standar/laboratorium reference, serta kelompok Jabatan Fungsional, diantaranya Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, Pengawas Perikanan bidang Mutu Hasil Perikanan, Pranata Komputer, Pranata Humas, Arsiparis, Statistisi dan jabatan fungsional umum lainnya, dengan jumlah SDM aparatur yang mendukung BKIPM saat ini berjumlah 1659 orang pegawai, dengan komposisi pegawai 11% di pusat dan 89% di UPT KIPM. Bagan struktur organisasi BKIPM dapat dilihat dalam Gambar 1.1 di bawah ini. Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2
LKj - BKIPM Penyelenggaraan
perkarantinaan
ikan
serta
pengendalian
2014 mutu
dan
keamanan hasil perikanan mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari proses penyusunan
kebijakan
teknis,
pelaksanaan
tindakan
karantina
ikan,
pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, pemantauan/monitoring (surveillance), hingga ke investigasi awal dan proses penegakan hukum terhadap berbagai pihak yang melanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta upaya pemberdayaan masyarakat dalam partisipasi secara sadar patuh dalam perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKIPM dituntut untuk melaksanakannya dengan transparan, akuntabel, efektif, efisien dan terpercaya sesuai dengan prinsipprinsip good governance. Salah satu azas penyelenggaraan good governance yang tercantum dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja (LKj). LKj disusun sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban BKIPM dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama tahun 2014 dalam rangka melaksanakan misi BKIPM dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja unit organisasi, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi pemangku kepentingan demi perbaikan kinerja BKPM. Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, penyusunan LKj juga merupakan amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1999 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
3
LKj - BKIPM
2014
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKIPM Peranan strategis BKIPM dalam RPJM 2010-2014 dalam rangka mendukung visi
Pembangunan
Kelautan
dan
Perikanan
yang
Berdaya
Saing
dan
Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat”, secara langsung mendukung arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, diwujudkan dalam upaya melindungi kelestarian sumberdaya perikanan dari ancaman hama penyakit ikan berbahaya, menjamin kesehatan, mutu dan keamanan hasil perikanan, serta mengendalikan impor hasil perikanan berbasis scientific barrier sesuai ketentuan peraturan perkarantinaan, mutu dan keamanan hasil perikanan. Dengan demikian peranan karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dalam pembangunan kelautan dan perikanan memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan hasil perikanan yang berkualitas dan berdaya saing, memiliki akseptabilitas yang tinggi di pasar nasional dan internasional serta mendukung kelestarian sumberdaya perikanan. Arah kebijakan dan strategi BKIPM diimplementasikan dalam keterkaitannya dengan arah kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta diselaraskan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis. Sehubungan dengan hal tersebut maka BKIPM menetapkan arah kebijakan pembangunan sebagai berikut: 1.
Pengelolaan sumber daya perikanan secara berkelanjutan. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengelola sumber daya
perikanan secara berkelanjutan adalah masuk dan tersebarnya HPIK yang dapat menggagalkan produksi perikanan dan bahkan memusnahkan keanekaragaman sumberdaya
hayati
kelautan
dan
perikanan.
Aktualisasi
BKIPM
dalam
mengantisipasi ini adalah dengan melakukan pencegahan masuknya HPIK ke wilayah RI dan penyebarannya dari satu area ke area lain, serta mencegah keluarnya HPIK dari wilayah RI berlandaskan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan dalam rangka melindungi kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan dan lingkunganya agar tetap terjaga dan berproduktifitas tinggi baik kualitas maupun kuantitas. Selanjutnya BKIPM telah melakukan berbagai kegiatan yang mendukung ketahanan pangan dalam hal agar produk perikanan sebagai bahan pangan yang
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
4
2014
LKj - BKIPM
tersedia aman untuk dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan melakukan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan dari hulu sampai hilir melalui monitoring mutu ikan pada sentra produksi perikanan, termasuk pelabuhan dan unit
supplier,
inspeksi
terhadap
produk
perikanan
impor
yang
akan
didistribusikan ke unit pengolahan ikan maupun pasar domestik serta sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Unit Pengolahan Ikan (UPI). 2.
Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan Dewasa ini dan di masa depan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu
dan keamanan hasil perikanan sebagai bagian integral pembangunan kelautan dan perikanan menghadapi perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis. Globalisasi
ekonomi,
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
serta
kesepakatan-kesepakatan internasional dan regional seperti harmonisasi ASEAN (Association of South East Asia Nations), ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEANChina Free Trade Area (ACFTA) mempunyai konsekuensi dan implikasi yang signifikan pada penerapan sistem perkarantinaan ikan serta sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi pengembangan industrialisasi perikanan. Dampak yang paling terasa adalah adanya tuntutan agar produk yang dihasilkan senantiasa kompetitif khususnya terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan mutu produk serta sistem penanganannya yang baik (food safety), sehingga secara kuantitatif dan kualitatif suatu produk mempunyai daya saing yang tinggi dan diterima oleh konsumen dengan baik karena secara normatif merupakan produk yang sehat dan produk yang memiliki jaminan kualitas (quality and safety assurance) yang aman untuk dikonsumsi. Sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan merupakan kebutuhan untuk ditumbuhkembangkan sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia
akan
kebutuhan
zat
gizi
dan
dampaknya
terhadap
kesehatan
masyarakat. Dalam perspektif inilah sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan memiliki dampak makro bagi pembangunan kelautan dan perikanan secara nasional maupun internasional.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
5
LKj - BKIPM 3.
2014
Pengendalian kualitas hasil perikanan melalui sistem jaminan kesehatan ikan, mutu, keamanan hasil perikanan. Tantangan ekspor hasil perikanan di pasar gobal semakin meningkat seiring
dengan persyaratan-persaratan yang ditetapkan oleh negara importir seperti Amerika, Uni Eropa, Jepang, Korea, China, Rusia, dan Kanada. Tantangan yang dihadapi dalam ekspor hasil perikanan adalah persyaratan pemantapan sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan (quality and safety assurance) hasil perikanan. Salah satu kelemahan hasil perikanan adalah cepatnya penurunan kualitas sehingga perlu dilakukan penangan dengan baik. Pengendalian kualitas hasil perikanan dimulai dari cara budidaya ikan yang baik, cara penangkapan ikan yang baik, dan penerapan konsep traceability serta dilakukan pengolahan pada unit pengolahan ikan yang tersertifikasi. Realitas ini mengharuskan BKIPM memiliki sistem perkarantinaan ikan yang efektif dan efisien, pada saat yang sama, sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan juga harus memiliki basis yang kuat agar mampu menjadi penapis terhadap pengendalian mutu produksi perikanan Indonesia yang diekspor ke berbagai negara serta masuknya produk perikanan impor dari negara lain. 4.
Penguatan Kompetensi dan Kapabilitas BKIPM Dengan jumlah penduduk yang besar dan wilayah terluas dengan pantai
yang sangat panjang dengan ribuan kepulauan yang dapat dijadikan sebagai pintu pemasukan dan pengeluaran komoditas wajib diawasi dan diperiksa, Indonesia sudah sepatutnya
memiliki sistem perkarantinaan ikan dan sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan yang terbaik, baik mencakup human capital, modernisasi sistem operasional (proses bisnis) maupun sarana dan prasarana. Dalam konteks ini perlu dilakukan penguatan kompetensi dan kapabilitas BKIPM sehingga memiliki kinerja yang tinggi. BKIPM ke depan harus dibangun menjadi institusi yang memiliki basis ilmu pengetahuan (knowledge-base) yang kuat dengan jaringan nasional maupun internasional yang dinamis dan kohesif. Bersamaan
dengan
itu,
BKIPM
melakukan
pemberdayaan
publik
(public
empowement) agar masyarakat memiliki kesadaran dan kemampuan untuk menerapkan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) dan melindungi keamanan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
6
2014
LKj - BKIPM
terhadap risiko produk perikanan yang tidak memenuhi standar yang berlaku melalui
gerakan
masyarakat
sadar
mutu
dan
karantina
(GEMA
SATUKATA)/Forum Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina (Formikan). 5.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaruan
dan
perubahan
mendasar
(mind
set
dan
culture
set)
serta
pengembangan budaya kerja terhadap penyelenggaraan sistem perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, diarahkan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan peningkatan manajemen sumber daya manusia (SDM) aparatur serta peningkatan pelayanan publik yang semakin prima. Untuk menjalankan kebijakan BKIPM, langkah-langkah strategis BKIPM diimplementasikan melalui program dan kegiatan BKIPM, dengan tujuan program pengembangan
karantina
ikan,
pengendalian
mutu
dan
keamanan
hasil
perikanan adalah melindungi kelestarian sumber daya hayati perikanan dan kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) serta menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan nasional dengan sasaran meningkatnya persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, menurunnya jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, dan meningkatnya jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di UPI sebagai persyaratan ekspor. Pada Tabel 1.1 di bawah ini disajikan arah kebijakan dan langkah strategi yang akan ditempuh BKIPM tahun 2014. Tabel 1.1 Arah Kebijakan dan Langkah Strategis BKIPM Tahun 2014 ARAH KEBIJAKAN Isu/Tantangan Kelestarian Ketahanan Pangan Penguatan sistem perkarantinaan ikan, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Sumber -
-
LANGKAH STRATEGIS Daya Kelautan Dan Perikanan
Dan
Perumusan kebijakan, peraturan dan diseminasi/bimtek untuk meningkatkan kesadaran mutu pelaku usaha Penerapan biosecurity Tindakan karantina ikan secara terintegrasi berbasis In-Line Inspection
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
7
LKj - BKIPM ARAH KEBIJAKAN -
-
Peningkatan sistem jaminan Mutu dan kesehatan ikan
-
-
-
-
2014
LANGKAH STRATEGIS Standardisasi dan sertifikasi (prosedur/metode, instalasi karantina ikan, pelayanan, sistem informasi, laboratorium) Pemantauan/surveillance/monitoring penyakit ikan dan mutu hasil perikanan Pengendalian Impor dalam rangka Pencegahan Penyakit dan perlindungan Plasma Nuffah Perikanan Perumusan kebijakan, peraturan dan diseminasi/bimtek untuk meningkatkan kesadaran mutu pelaku usaha Melakukan survailensi terhadap UPI yang melakukan kegiatan ekspor berbasis InProcess Inspection Harmonisasi/kesetaraan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dengan negara mitra/tujuan ekspor Pemenuhan standar kebutuhan sarana dan prasarana instalasi Pengembangan kapasitas kompetensi SDM aparatur BKIPM Gerakan sadar mutu dan karantina ikan bagi pemangku kepentingan
Isu/Tantangan : Daya Saing Dan Nilai Tambah Hasil Perikanan Peningkatan daya saing produk perikanan domestik
-
-
Perumusan kebijakan, peraturan, dan diseminasi/bimtek untuk meningkatkan kesadaran mutu pelaku usaha Pengendalian mutu dan kualitas produk perikanan Pengamanan pangan untuk konsumsi Pengendalian impor produk yang tersedia di dalam negeri Penerapan sertifikasi mutu dan kesehatan ikan ekspor
SISTEMATIKA DAN PENYAJIAN LKJ Sistematika dan isi laporan kinerja BKIPM merujuk pada aturan dan ketentuan yang berlaku, sebagai berikut: a.
Ringkasan Eksekutif, pada bagian ini menjelaskan gambaran secara ringkas tentang capaian kinerja selama tahun 2014.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
8
LKj - BKIPM b.
2014
Bab I – Pendahuluan, menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
c.
Bab II – Perencanaan Kinerja, menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.
d.
Bab III – Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dan realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
e.
Bab IV – Penutup, menjelaskan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
f.
Lampiran, memuat Penetapan Kinerja Tahun 2014 dan hal-hal lainnya.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
9
LKj - BKIPM
2014
II. PERENCANAAN KINERJA RENCANA KINERJA 2014 Kepala BKIPM telah menetapkan visi BKIPM yaitu: “Hasil Perikanan yang sehat bermutu, aman konsumsi dan terpercaya”. Pengertian visi tersebut bermakna hasil perikanan yang bebas hama penyakit ikan karantina, memiliki kualitas teknis sesuai dengan persyaratan standar yang ditetapkan serta tidak dalam ambang batas yang dapat membahayakan manusia dan semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena sertifikasi yang diterbitkan merupakan jaminan dan telah memenuhi syarat untuk diterima di pasar nasional dan international. Selanjutnya BKIPM menetapkan misi, yaitu “mewujudkan pencegahan penyebaran HPIK serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang mampu menjamin lalu lintas hasil perikanan yang sehat, bermutu, aman konsumsi dan terpercaya”. Dalam rangka implementasi atau penjabaran dari misi, ditetapkan tujuan yang merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu, serta menggambarkan arah strategik organisasi, perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan misi adalah “Meningkatnya lalu lintas hasil perikanan yang memenuhi sistim jaminan kesehatan, mutu dan kemanan hasil perikanan”. Misi dan tujuan tersebut telah dijabarkan ke dalam sasaran strategis BKIPM, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan selama kurun 2011-2014 dialokasikan dalam melalui program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (performance plan). Sasaran
strategis
BKIPM
merupakan
bagian
integral
dalam
proses
perencanaan strategis BKIPM dan merupakan dasar untuk mengendalikan dan memantau
pencapaian
kinerja
BKIPM
serta
lebih
menjamin
suksesnya
pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh yang berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja unit pelaksana teknis di lingkungan BKIPM.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
10
LKj - BKIPM
2014
Tahun 2014 merupakan tahun kedua bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mengimplementasikan model pengelolaan kinerja organisasi berbasis Balanced Scorecard (BSc). Model pengelolaan kinerja ini memiliki kelebihan dimana dapat membantu penyusunan strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan secara komprehensif dan bervisi jangka panjang yang mencakup empat aspek sudut pandang, yaitu: Stakeholder, Customer, Internal Process, serta Learning and Growth. Strategi dalam empat perspektif tersebut lebih lanjut dituangkan pada peta strategi dalam suatu dokumen perjanjian kinerja. Dalam dokumen tersebut dirumuskan setiap sasaran strategis (SS) yang akan dicapai dalam setiap perspektif dan Indikator Kinerja Utama (IKU) setiap sasaran. Daftar SS BKIPM tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Sasaran Strategis BKIPM Tahun 2014 PRESPEKTIF STAKEHOLDER SS1
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan
PRESPEKTIF CUSTOMER SS2
Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan
SS3
Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
PRESPEKTIF INTERNAL PROCESS SS4 SS5
SS6
Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan Terselengggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu Terselenggaranya pengendalian, pengawasan dan penegakkan hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan.
PRESPEKTIF LEARNING AND GROWTH SS7
SS9
Tersedianya sumberdaya manusia BKIPM yang kompeten dan professional Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM Terwujudnya good governance dan clean government di BKIPM
SS10
Terkelolanya anggaran BKIPM yang optimal
SS8
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
11
LKj - BKIPM
2014
Sasaran Strategis tersebut selanjutnya dipetakan ke dalam peta strategis. Peta strategi BKIPM menerapkan 4 (empat) perspektif, yaitu: stakeholders perspective, customers perspective, internal process perspective dan learning and growth perspective. Stakeholders perspective berisi hal-hal yang harus dihasilkan oleh organisasi agar dinilai berhasil oleh stakeholders. Customers perspective berisi ekspektasi dari customer dan apa yang menjadi ukuran keberhasilan atas pelayanan yang dilaksanakan. Internal Process perspective berisi proses bisnis seperti apa yang harus dikelola untuk memberikan layanan dan nilai-nilai kepada stakeholder dan customer, sedangkan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective) berisi sumber daya internal yang dimiliki untuk melakukan perbaikan dan perubahan sehinggga dapat menghasilkan pelayanan yang dihasilkan. Peta strategis BKIPM tahun 2014 disajikan pada Gambar 2.1. berikut ini. Gambar 2.1 Peta Strategi BKIPM Tahun 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
12
LKj - BKIPM
2014
Peta strategi BKIPM tersebut selanjutnya diturunkan, dengan proses yang disebut cascading, ke seluruh unit eselon II, eselon III dan seterusnya hingga ke seluruh pegawai BKIPM. Dengan proses cascading tersebut maka strategi BKIPM didukung oleh seluruh unit dan pegawai BKIPM dalam setiap level. Hal ini merupakan keunggulan lain dari penerapan pengelolaan kinerja berbasis Bsc. Wujud nyata dari hasil pengelolaan kinerja dapat dirasakan dengan tercapainya sebagain besar target kinerja BKIPM secara keseluruhan pada 2011-2014. Dengan
terus
memelihara
semangat
perbaikan
yang
berkelanjutan
(continuous improvement) maka diharapkan terus ada pembenahan pengelolaan kinerja BKIPM di masa yang akan datang. Hal ini dilakukan agar visi dan misi BKIPM dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat tercapai.
PERJANJIAN KINERJA 2014 Perjanjian kinerja merupakan pelaksanaan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh intansi. BKIPM telah menyusun perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan Kepala BKIPM. Dalam Perjanjian Kinerja ini terdapat 10 SS, yang pencapaiannya diukur dengan 32 IKU. Kesepuluh sasaran strategis tersebut didukung oleh 1 program dan 4 kegiatan utama, yang dilaksanakan oleh Pusat, 47 UPT KIPM di seluruh wilayah Indonesia, dan 31 LPPMHP. Perjanjian kinerja BKIPM ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 89/KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Penetapan Indikator Kinerja BKIPM Tahun 2014 terdiri dari dari sasaran-sasaran strategis di mana setiap SS menjadi basis dalam penentuan IKU. Target 32 IKU BKIPM tahun 2014 disajikan pada Tabel 2.2 sebagai berikut.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
13
LKj - BKIPM
2014
Tabel 2.2 Target Kinerja BKIPM Tahun 2014 Program Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Indikator Kinerja Utama
Target 2014
1
Nilai Tukar Nelayan
104
2
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
102
3
Rata-rata pendapatan pengolah & pemasar per KK/bulan
Rp2 juta
4
Pertumbuhan PDB Perikanan
Sasaran Strategis Prespektif Stakeholder 1
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan
7,00 %
Prespektif Customer 2
3
Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan
5
Jumlah produksi perikanan budidaya ( Jt Ton)
13,44
6
Jumlah produk olahan hasil perikanan ( Jt Ton)
5,2
Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
7
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
98%
8
Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
33 lab dan 31 lembaga inspeksi
9
Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
1.125
10
Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
10
11
Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
5
12
Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
4
Prespektif Internal Process 4
Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
14
LKj - BKIPM Program Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan hasil Perikanan
Sasaran Strategis 5
6
Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu
Terselenggaranya pengendalian, pengawasan dan penegakan hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Indikator Kinerja Utama
2014 Target 2014
13
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
≤ 10
14
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
98%
15
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
98%
16
Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
17
Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (Approval Number)
50 UPI
18
Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
20%
19
Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
2 IKI dan 5 lab
20
Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability
4
21
Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi
22
Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
85%
23
Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
85%
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
98
48
15
LKj - BKIPM
2014
Prespektif Learning and Growth 7
Tersedianya SDM BKIPM yang kompeten dan profesional
24
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di BKIPM
50%
8
Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM
25
Service Level Agreement di BKIPM
75%
26
Persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5)
4,25
Terwujudnya good governance & clean government di BKIPM
27
Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM
100%
28
Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM
29
Indeks kepuasan masyarakat BKIPM
30
Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM
31
Nilai Penerapan RB BKIPM
32
Persentase penyerapan DIPA BKIPM
9
10
Terkelolanya anggaran BKIPM secara optimal
Nilai AKIP A 75 7,75 80 > 95%
Sejalan dengan adanya revisi target pada Penetapan Kinerja KKP pada September 2014 akibat adanya perubahan kebijakan refocusing kegiatan dan penghematan anggaran, maka BKIPM juga telah melakukan revisi Penetapan Kinerja 2014. Perubahan tersebut adalah untuk target IKU nomor 1-4 untuk SS1, dan IKU nomor 5-6 untuk SS2, yang merupakan adopsi langsung dari level 0 dengan unit penanggung jawab IKU nomor 1 dan 4 adalah Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (Ditjen PT), Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Ditjen PB) untuk IKU nomor 2 dan 5, serta IKU nomor 3 dan 6 unit penangungjawabnya adalah Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengeolahan Hasil Perikanan (Ditjen P2HP). Penetapan perjanjian kinerja BKIPM Tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 1 pada LKj ini.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
16
LKj - BKIPM
2014
III. AKUNTABILITAS KINERJA CAPAIAN IKU Dalam pengukuran kinerja, BKIPM telah menetapkan IKU sesuai dengan periode pelaporan, sedangkan kriteria yang digunakan dalam evaluasi kinerja pada LKj ini mengikuti pedoman pengelolaan kinerja pada “aplikasi kinerjaku”, sebagai berikut: 1.
Angka maksimum tingkat capaian setiap IKU ditetapkan sebesar 120%;
2.
Indeks capaian IKU dikonversikan menjadi maximize semua agar sebanding dengan yang lainnya;
3.
Status capaian IKU yang ditunjukkan dengan warna merah/kuning/hijau, ditentukan oleh Indeks Capaian IKU, sebagaimana berikut ini:
≤ 80%
4.
80% ≤ Indeks Capaian < 90%
≥ 90%
IKU yang memiliki polarisasi maximize, merupakan indikator kinerja yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih tinggi dari nilai target yang ditetapkan;
5.
IKU yang memiliki polarisasi minimize, merupakan indikator kinerja yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja lebih kecil dari nilai target yang ditetapkan;
6.
IKU yang memiliki polarisasi stabilize, merupakan indikator kinerja yang menunjukkan ekspektasi arah pencapaian indikator kinerja diharapkan berada dalam suatu rentang target tertentu. Apabila hasil perhitungan nilai capaian IKU melampaui target, akan menghasilkan nilai maksimal 120%. Karena IKU stabilize mengharapkan capaian dalam rentang tertentu di sekitar target, maka capaian yang dianggap paling baik adalah capaian yang tepat sesuai dengan target. Berikut ini disampaikan ringkasan capaian kinerja BKIPM tahun 2014,
disajikan pada Tabel 3.1 di bawah ini.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
17
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.1 Capaian Kinerja BKIPM Tahun 2014 Program Pengembangan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan
Sasaran Strategis Prespektif stakeholder 1 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan perikanan
Indikator Kinerja
Meningkatnya ketersediaan produk kelautan perikanan
Prespektif Customer 3 Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan
104
104,63
100,75
2
NTPi
102
101,36
99,37
3
Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan) Pertumbuhan PDB Perikanan Jumlah produksi perikanan budidaya ( jt ton) Jumlah produk olahan hasil perikanan ( jt ton)
Rp2 juta
Rp2,56 juta
120
7,00%
6,34%
90,57
13,44
14,52
108,04
5,2
5,21
100,19
5 6
7
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
98%
99,97%
102,01
8
Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
33 lab; 31 LI
33 lab; 31 LI
100
9
Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
1.125
1.556
120^
10
12
120
Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
5
4
80
Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
4
25
120^
13
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
≤10
≤10
100
14
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
98%
100%
102,04
98%
100%
102,04
Prespektif Internal Proses 4 Tersedianya 11 kebijakan perkarantinaan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai 12 kebutuhan
Terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan yang optimal dan bermutu
% Capaian
NTN
10
5
Realisasi
1
4 2
Target
15
Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
18
LKj - BKIPM 16
17
18
19
20
21
6
Terselenggaranya pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum karatina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
22
23
Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (approval number) Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
2014
98
102
104,08
50 UPI
128 UPI
120^
20%
20%
100
2 IKI, 5 lab
12 IKI, 12 lab
120^
4
4
100
48
48
100
85%
100%
117,65
85%
93,33%
109,80
Prespektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 7
8
9
Tersedianya SDM BKIPM yang kompeten dan professional Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM Terwujudnya good governance & clean government
24
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di lingkungan BKIPM
50%
20,36%
120^
25
Service Level Agreement di BKIPM Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5) Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM Indeks kepuasan masyarakat BKIPM Nilai Inisiatif anti korupsi BKIPM Nilai Penerapan RB BKIPM
75%
100%
120^
4,25
3,76
88,47
100%
79,52%
79,52
Nilai AKIP A 75
Nilai AKIP A 82,33
100 109,77
7,75
8,61
111,10
80
84,76
105,95
26
27
28 29 30 31 10
Sumber Data Keterangan
: :
Terkelolanya 32 Persentase penyerapan > 95% 96,86% 101,96 anggaran BKIPM DIPA BKIPM secara optimal Capaian IKU 1 dan 4 dari Ditjen PT; IKU 2 dan 5 Ditjen PB, dan IKU 3 dan 6 Ditjen P2HP ^) tingkat capaian ditetapkan oleh KKP maksimal 120%.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
19
LKj - BKIPM
2014
ANALISIS DAN EVALUASI CAPAIAN IKU ANALISIS CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF STAKEHOLDER SS1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan Keberhasilan capaian sasaran strategis meningkatnya kesejahteraan masyarakat diukur dengan empat indikator, yaitu nilai tukar nelayan,
nilai
tukar
pembudidaya ikan, rata-rata pendapatan
pengolah dan pemasar per KK/bulan, dan pertumbuhan PDB perikanan.
IKU 1
Nilai tukar nelayan
IKU nilai tukar nelayan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan nelayan pada tahun tertentu dibandingkan dengan tahun dasar. Yang dimaksud dengan nilai tukar nelayan adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) dalam persentase. Untuk mengukur NTN digunakan formula sebagai berikut: IKU 1 Nilai Tukar Nelayan
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar nelayan
It Ib
Standar kesejahteraan nelayan adalah angka NTN sebesar 100, apabila NTN di bawah 100 maka nelayan dikategorikan belum sejahtera dan apabila NTN di atas 100 maka nelayan sejahtera. Pada triwulan III tahun 2014, terdapat perubahan target NTN dari triwulan sebelumnya, yakni semula 112 menjadi 104. Penurunan target ini disebabkan oleh adanya penghematan anggaran seluruh Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap yang berdampak pada pengurangan upaya – upaya (kegiatan) pada Satker untuk mencapai target NTN yang semula. Tabel 3.2 berikut ini adalah capaian NTN selama tahun 2014.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
20
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.2 Perkembangan NTN per Bulan pada 2014 Komponen
Bulan
It
Ib
NTN Nas
Januari
113,02
109,01
103,69
Februari
113,70
109,35
103,98
Maret
113,26
109,55
103,38
April
113,65
109,77
103,53
Mei
114,32
110,05
103,89
Juni
115,39
110,59
104,34
Juli
118.07
111.37
106.02
Agustus
118.96
111.77
106.44
September
119.22
112.07
106.38
Oktober
119.94
112.45
106.66
November
120.12
115.22
104.26
Desember
123,18
119,63
102,97
Rata-rata
116.90
111.74
104.63
Berdasarkan data pada Tabel 3.2 terlihat bahwa capaian angka NTN selama tahun 2014 mengalami fluktuasi yang sangat dipengaruhi oleh indeks harga yang diterima nelayan (lt) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (lb), dimana fluktuasi kedua indeks ini akan menyebabkan fluktuasi angka NTN. Selama periode Januari – Juni 2014 capaian NTN cenderung stabil di atas 103, dan mulai mengalami peningkatan yang pada bulan Juli yang mencapai 106,02 atau meningkat sebesar 1,61% dari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh naiknya harga ikan di pasaran yang bertepatan dengan bulan puasa dimana terdapat permintaan akan ikan yang cukup tinggi sehingga yang diterima oleh nelayan juga relatif mengalami kenaikan yang signifikan. Pada bulan Juli, komponen pengeluaran (makanan jadi, perumahan, kesehatan, transportasi dan komunikasi serta inflasi umum) juga mengalami peningkatan dikarenakan perayaan Hari Raya
Idul
Fitri,
namun besarnya
peningkatan komponen
pengeluaran tersebut masih jauh dibawah peningkatan harga yang diterima nelayan. Selain itu, komponen indeks yang diterima nelayan juga dipengaruhi oleh musim penangkapan yang rata-rata cukup baik di seluruh Indonesia pada periode tersebut.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
21
LKj - BKIPM
2014
Periode bulan Juli – Oktober 2014, kencenderungan capaian NTN terus meningkat pada kisaran 106 namun pada bulan November NTN mengalami penurunan yang drastis menjadi 104,26 atau sebesar 2,25% yang disebabkan oleh kenaikan komponen pengeluaran sebesar 2,46% sedangkan harga yang diterima nelayan hanya naik sebesar 0,15%. Kenaikan komponen pengeluaran disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi dan terbatasnya kuota BBM untuk nelayan. Penurunan angka NTN juga terjadi pada bulan Desember 2014 yang disebabkan oleh kondisi yang sama pada bulan November. Secara rata- rata, kenaikan indeks harga yang dibayarkan nelayan yakni 0,85% melebihi kenaikan indeks harga yang diterima nelayan sebesar 0,79%, yang berdampak pada rata – rata kenaikan NTN tidak cukup besar. Berdasarkan standar kesejahteraan nelayan adalah di atas 100, maka terdapat 24 provinsi yang capaian NTN nya di atas 100 dan sebanyak 9 provinsi yang capaian NTN nya pada kisaran 96,6 – 99,9, yaitu Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Papua. Tabel 3.3 Capaian IKU 1 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Nilai Tukar Nelayan
2011 106,24
Capaian 2012 2013 105,37
102,66
2014 104,63
(Sumber: Ditjen Perikanan Tangkap, KKP, 2014)
Berdasarkan data pada Tabel 3.3 di atas, terlihat bahwa secara nasional capaian NTN tahun 2014 melebihi capaian tahun 2013, namun apabila dilihat dari indeks harga yang diterima dan yang dibayarkan oleh nelayan maka terjadi penurunan di tahun 2014. Namun demikian penurunan kedua indeks tersebut secara bersamaan dengan besaran yang hampir sama sehingga NTN Nasional tahun 2014 tetap melebihi angka 100 yang merupakan batas kesejahteraan. NTN Tahun 2014 juga melebih capaian Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) yang hanya sebesar 99,25 pada akhir tahun 2014. Hal ini disebabkan harga yang diterima oleh pembudidaya ikan lebih kecil dibandingkan yang diterima nelayan.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
22
2014
LKj - BKIPM IKU 2
Nilai tukar pembudidaya ikan
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) merupakan rasio antara indeks harga yang diterima oleh pembudidaya ikan (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh pembudidaya ikan (Ib). NTPi merupakan indikator tingkat kemampuan/daya beli pembudidaya
ikan,
sehingga
dapat
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan secara relatif dan merupakan ukuran
kemampuan/daya
keluarga
pembudidaya
ikan
untuk
memenuhi
kebutuhan subsistennya. Semakin tinggi NTPi, maka akan semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli pembudidaya. Cara untuk mengukur capaian NTPi menggunakan formula sebagai berikut: IKU 2
Analisis Informasi
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
Rumus Perhitungan IKU
Indeks harga yang diterima pembudidaya ikan (It)
It
Indeks harga yang dibayarkan pembudidaya ikan (Ib)
Ib
Rata-rata NTPi dari Januari – Desember 2014 sebesar 101,36, bila dibandingkan dengan tahun 2013 NTPi menurun sebanyak 3,34 dan masih 99,37% dibandingkan dengan target 102 tahun 2014. Hal serupa juga terjadi pada NTPi pada tahun 2010-2014 yang mengalami penurunan dari tahun 2010 sebesar 105,55 menjadi 101,36 pada tahun 2014 (tabel 4). Hal ini dikarenakan pada tahun 2010 hingga Oktober 2013 penghitungan NTPi masih bergabung dengan NTN yang dihitung dengan tahun dasar 2007. Namun sejak Oktober 2013, NTPi dihitung
dengan
menggunakan
perhitungan
tahun
dasar
2012
dengan
menyesuaikan perubahan pola produksi dan perubahan pola konsumsi rumah tangga. Pada penghitungan dengan tahun dasar 2012 cakupan jumlah komoditas dan lokasi perhitungan juga mengalami penambahan menjadi 33 provinsi. Dengan asumsi volume produksi sama, maka nilai NTPi >100 menunjukkan kesejahteraan nelayan/pembudidaya meningkat.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
23
2014
LKj - BKIPM Tabel 3.4 Capaian IKU 2 pada 2011 – 2014 Uraian Indikator Kinerja
Capaian 2012 2013
2011
Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
106,26
105,37
104,7
2014 101,36
(sumber: Ditjen Perikanan Budidaya KKP)
NTPi selama Januari hingga Desember fluktuatif sebagaimana pada gambar dibawah. Secara keseluruhan indeks harga yang diterima oleh pembudidaya mengalami peningkatan setiap bulannya, namun demikian kenaikannya lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang harus dibayarkan oleh pembudidaya. Hal ini kemungkinan dikarenakan inflasi harga-harga kebutuhan bahan pokok sebagai akibat dari adanya kenaikan harga BBM pada bulan November 2014 serta dampak dari melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika, yang menyebabkan harga bahan baku pakan ikan ikut melonjak dan berakibat pada semakin tingginya biaya produksi. Sementara itu harga ikan hasil budidaya
tidak
mengalami
peningkatan
yang
cukup
signifikan
karena
ketersediaan ikan laut yang cukup banyak sebagai akibat dari moratorium ijin kapal penangkap ikan yang juga berfungsi sebagai kapal pengangkut ikan termasuk ikan hasil budidaya. Selanjutnya, NTPi untuk periode 2015-2019 masih menjadi tolok ukur dalam penilaian kinerja pembangunan perikanan budidaya, dengan target ditahun 2015 sebesar 102, yang berarti bahwa masih diperlukan kerja keras dalam pencapaian IKU ini mengingat capaian sementara tahun 2014 masih sebesar 99,37% dari target 2015.
NTPi
Grafik 3.1 Perkembangan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Tahun 2014 102.5 102 101.5 101 100.5 100 99.5 99 98.5 98 97.5 NTPi
Gambar 1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Tahun 2014
Jan
Feb
Mar
Aprl
Mei
Juni
Juli
Agts
Sept
Okt
Nov
Des
101.6
101.6
101.5
101.7
101.9
101.3
101.8
101.7
101.6
101.4
100.4
99.25
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
24
LKj - BKIPM
2014
Secara umum, beberapa kendala dalam pencapaian NTPi diantaranya adalah biaya produksi perikanan budidaya, terutama untuk pakan masih cukup tinggi yaitu mencapai 60-70% dari biaya produksi selain itu naiknya harga kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga BBM memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pencapaian NTPi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk peningkatan upaya penyediaan pakan murah dan terjangkau serta berkualitas
sesuai
dengan
jenis
komoditas
yang
dikembangkan
melalui
perekayasaan teknologi.
IKU 3
Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/bulan)
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura sebagai hasil penjualan pengolah dan pemasar setelah dikurangi biaya-biaya produksi. Selain itu, pendapatan juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga pengolah dan pemasar hasil perikanan untuk memenuhi kebutuhannya. Target rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar tahun 2014 adalah Rp 2 juta per KK/bulan. Untuk mengukur IKU 3 menggunakan formula di bawah ini: IKU 3
Analisis Informasi
Rata-rata pendapatan pengolah & pemasar (KK/bulan)
Rumus Perhitungan IKU
Total uang yang didapat seluruh kepala keluarga dalam satu bulan (A)
A B
Jumlah kepala keluarga (B)
Capaian
rata-rata
pendapatan
pengolah
dan
pemasar
dihitung
dari
pendapatan penerima program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMPP2HP) tahun sebelumnya sebagai dampak dari sasaran program penerima bantuan PUMP. Dari sampel kelompok pada 100 kab/kota di 29 provinsi penerima PUMP P2HP tahun sebelumnya, diperoleh hasil hitungan rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar (KK/Bulan) sebesar Rp2.560.170, atau setara dengan pencapaian 120% dari target. Rata-rata pendapatan pengolah dan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
25
LKj - BKIPM
2014
pemasar ini relatif meningkat 1,07% apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni Rp 2.297.705. Tabel 3.5 Capaian IKU 3 pada 2013-2014 Tahun 2013 2014
Indikator Kinerja Utama Rata-rata Pendapatan Pengolah dan Pemasar (KK/Bulan) (Rp Juta)
2,30
Pertumbuhan (%)
2,56
11,42
(sumber: Ditjen P2HP KKP)
Program PUMP-P2HP dalam bentuk bantuan langsung masyarakat yang dimanfaatkan
sesuai
dengan
kebutuhan
kelompok
untuk
pengembangan
usahanya, berkontribusi dalam peningkatan pendapatan pengolah dan pemasar di atas upah rata-rata minimum DKI Jakarta tahun 2014 sebesar Rp 2.441.301,- per KK/bulan.
IKU 4
Pertumbuhan PDB perikanan
PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun angka
persentase
pertumbuhan
PDB
Perikanan
diperoleh
dengan
membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014 dengan tahun 2013. Untuk mengukur PDB maka digunakan formula sebagai berikut: IKU 4 Pertumbuhan PDB Perikanan (%)
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Pengeluaran rumah tangga (C) Pengeluaran pemerintah (G) Pengeluaran investasi (I) Nilai Ekspor (E)
C + G + I + (E – I) * 100%
Nilai Impor (I) Prosentase
Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2014 ditargetkan mencapai 7%. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB perikanan berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
26
2014
LKj - BKIPM
sebesar 6,34%, atau tercapai 90,57% dari target yang telah ditetapkan. Angka pertumbuhan PDB perikanan ini merupakan capaian s/d triwulan III tahun 2014, sehingga
sifatnya
masih
sementara,
sambil
menunggu
angka
capaian
pertumbuhan PDB perikanan s/d triwulan IV tahun 2014. Tabel 3.6 Capaian IKU 4 pada 2010-2014 Indikator Kinerja Utama Pertumbuhan PDB Perikanan (%)
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014*
Pertumbuhan (%) 2010-2014
6,04
6,96
6,49
6,86
6,34
1,64
Keterangan: *) s/d Triwulan III
Apabila ditelaah selama kurun waktu 2010-2014, maka pertumbuhan PDB perikanan meningkat rata-rata sebesar 1,64% per tahun. Dalam empat tahun terakhir PDB perikanan tumbuh di atas rata-rata nasional dan sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum, maupun pada PDB nasional. Tabel 3.7 PDB Perikanan, 2010-2014 (Rp Miliar) Tahun
Berdasar harga konstan Tahun 2000
Berdasar harga berlaku
Lapangan Usaha
2010
2011
2012*)
2013**)
2014***) TW II 368.745,50 171.326,90 55.068,80 44.214,80 15.872,60 82.262,40
TW III 398.427,20 187.493,70 61.855,10 47.116,70 15.082,80 86.878,90
Kelompok Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. P e r i k a n a n
985.470,5 482.377,1 136.048,5 119.371,7 48.289,8 199.383,40
1.091.447,1 529.967,8 153.709,3 129.297,7 51.781,3 226.691,00
1.193.452,9 574.916,3 162.542,6 145.720,0 54.906,5 255.367,50
1.311.037,3 621.832,7 175.248,4 165.162,9 56.994,2 291.799,10
TW I 361.004,70 190.716,90 36.080,30 43.263,80 13.207,80 77.735,90
Produk Domestik Bruto (PDB) PDB Tanpa Migas Persentase PDB Perikanan Persentase terhadap kelompok pertanian Persentase terhadap PDB Persentase terhadap PDB tanpa Migas Kelompok Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. P e r i k a n a n
6.446.851,9 5.941.951,9
7.419.187,1 6.795.885,6
8.229.439,4 7.588.322,5
9.083.972,2 8.416.039,5
2404227,9 2220590,7
2.483.840,5 2.304.397,1
2.619.869,7 2.438.808,8
20,23 3,09 3,36 304.777,1 151 500,7 47 150,6 38 214,4 17 249,6 50.661,80
20,77 3,06 3,34 315.036,8 154 153,9 49 260,4 40 040,3 17 395,5 54.186,70
21,40 3,10 3,37 328.279,7 158 910,1 52 325,4 41 918,6 17 423,0 57.702,60
22,26 3,21 3,47 339.890,2 161 969,5 54 903,0 43 914,0 17 442,5 61.661,20
21,53 3,23 3,50 88.583,40 47.403,20 10.686,50 11.064,10 3.843,80 15.585,80
22,31 3,31 3,57 91.057,90 42.705,70 16.209,50 11.265,80 4.595,70 16.281,20
21,81 3,32 3,56 97.193,40 46.061,20 18.535,30 11.637,90 4.326,20 16.632,80
Produk Domestik Bruto (PDB) PDB Tanpa Migas Pertumbuhan PDB Perikanan Kelompok pertanian Produk Domestik Bruto (PDB) PDB Tanpa Migas
2.314.458,8 2.171.113,5
2.464.566,1 2.322.653,1
2.618.938,4 2.481.796,7
2.770.345,1 2.636.976,0
706.533,00 673.807,20
724.133,30 691.606,70
745.576,60 712.620,90
6,04 3,01 6,22 6,60
6,96 3,37 6,49 6,98
6,49 4,20 6,26 6,85
6,86 3,54 5,78 6,25
6,89 3,16 5,2 5,56
6,25 3,43 5,12 5,49
6,34 3,74 5,01 5,32
Sumber: Badan Pusat Statistik
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
27
LKj - BKIPM
2014
ANALISIS CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF CUSTOMER SS2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan Dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan masyakarat kelautan dan perikanan dalam ketahanan pangan (food security) nasional,
maka
ketersediaan
produk
kelautan
dan perikanan
menjadi bagian penting yang harus dipenuhi. Ketersediaan ini tentunya tidak hanya mempertimbangkan dari sisi volume produksi saja, namun juga perlu ada jaminan terhadap mutu/kualitas produk dan keamanan pangan (food safety), sehingga mempunyai daya saing.
Dalam
pencapaian
sasaran
strategis
ini,
BKIPM
mengidentifikasi dua indikator kinerja utama yang merupakan indikator kementerian yang diadopsi langsung. IKU pada SS2 ini adalah jumlah produksi perikanan budidaya dan Jumlah produk olahan hasil perikanan, sebagai berikut.
IKU 5
Jumlah produksi perikanan budidaya (juta ton)
IKU ini bertujuan untuk mengukur jumlah produksi perikanan budidaya selama tahun 2014, sedangkan untuk mengukur IKU ini digunakan formula sebagai berikut: IKU 5
Analisis Informasi
Jumlah produksi perikanan budidaya (Jt Ton)
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah produksi perikanan budidaya di daerah (provinsi/kab/kota) (A)
Capaian sementara Produksi Perikanan Budidaya sampai dengan triwulan IV tahun 2014 yaitu sebesar 14.521.349 ton atau (107,97%) dari target sebesar 13.449.206 ton dengan capaian nilai produksi sebesar Rp109,784 miliar atau capaian (90,17%) dari target sebesar Rp121,758 miliar. Belum tercapainya target nilai produksi perikanan budidaya disebabkan karena angka produksi udang yang belum mencapai target, mengingat nilai produksi udang memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap total nilai produksi perikanan budidaya.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
28
2014
LKj - BKIPM
Disamping itu, harga beberapa komoditas ikan menurun, diantaranya adalah kakap dari Rp43.500/kg menjadi Rp30.000/kg. Angka produksi dan nilai produksi tersebut terbagi dalam produksi budidaya air tawar, payau dan laut sebagaimana terinci pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Capaian IKU 5 pada 2011-2014 2011
2012
2013
2014*
% Kenaikan rata-rata
Indikator Target
Capaian
Target
Capaian
Target
Capaian
Target
Capaian*
%
Vol. perikanan budidaya (ton)
6.847.500
7.928.963
9.415.700 9.675.532 11.632.122 13.300.906 13.449.206 14.521.349 107,97
23,74
budidaya air tawar
1.821.820
1.586.261
2.479.210 1.982.161
3.354.668
2.576.964
2.901.806
2.751.108
94,81
22,23
budidaya air payau
1.063.700
933.161
1.263.750 1.001.032
1.440.781
2.344.671
2.470.850
2.392.159
96,82
37,09
budidaya laut
3.961.980
5.409.541
5.672.740 6.692.339
6.836.673
8.379.271
8.076.550
9.378.082
116,11
22,87
Ket: *) Angka sementara (Ditjen Perikanan Budidaya)
Selama
kurun
waktu
2010-2014,
produksi
perikanan
budidaya
memperlihatkan trend yang positif yaitu mengalami peningkatan dengan rata-rata per tahun mencapai 23,74% (tabel 14). Angka tersebut juga diikuti oleh kinerja positif peningkatan nilai produksi perikanan budidaya dalam kurun waktu yang sama dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 16,12%. Produksi sementara perikanan budidaya tahun 2014 masih didominasi oleh komoditas rumput laut sebesar 10.234.357 ton atau 70,47% dari total produksi, ikan sebesar 3.694.773 ton atau 25,44% dari total produksi, dan udang sebesar 592.219 ton atau 4,07% dari total produksi (tabel 13). Capaian produksi tahun 2014 meningkat 9,17% dari tahun sebelumnya. Capaian produksi tersebut didukung oleh ketersediaan benih, dengan produksi benih s/d triwulan IV tahun 2014 telah melebihi target yaitu sebesar 88 milyar ekor (122,56%), terutama untuk komoditas ikan air tawar (tabel 16). Capaian benur udang, benih kerapu dan kakap (data sementara) yang masih di bawah target dimungkinkan menjadi salah satu faktor belum tercapainya produksi ikan untuk komoditas tersebut. Hal ini dikarenakan biaya pakan yang cukup tinggi pada komoditas diatas sehingga menyebabkan berkurangnya minat para pembenih untuk melakukan pembenihan kakap, kerapu dan udang serta berkurangnya produktivitas induk.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
29
LKj - BKIPM IKU 6
2014
Jumlah produk olahan hasil perikanan
Jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2014 ditargetkan mencapai 5,2 juta ton. Untuk mengukur IKU 6 digunakan formula sebagai berikut: IKU 6
Analisis Informasi
Jumlah produk olahan hasil perikanan (Jt Ton)
Rumus Perhitungan IKU
Volume produksi olahan UPI besar (A)
A+B
Volume produksi olahan skala mikro/UKM (B)
Perhitungan volume produk olahan UPI skala UMKM dilakukan melalui metoda sampling atau quick count, dengan formulasi perhitungan adalah sebagai berikut: VP = Ps * F * UPI Keterangan: VP : volume produk per tahun (kg) Ps : volume produk per siklus (kg)
F UPI
: frekuensi produksi (siklus) per tahun : jumlah unit dari UPI per pengelompokkan
Sedangkan perhitungan volume produk olahan UPI skala besar dilakukan dengan
menggunakan
metode
sampling
peluang
dan
sampling
purposif.
Berdasarkan metode sampling tersebut, pengambilan data dilakukan di UPI dan selanjutnya data tersebut disinergikan dengan volume ekspor produk perikanan dengan formulasi sebagai berikut: V = n Ū Ќ + (1 – α) E Keterangan : n : Jumlah UPI Besar Ū : Utilitas rata-rata
Ќ : Kapasitas rata-rata α : proporsi produk modern yang diekspor E : Data produk ekspor
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa jumlah produk olahan hasil perikanan tahun 2014 adalah sebesar 5.213.079 ton, yang terdiri dari jumlah produksi olahan UPI skala UMKM sebesar 3.613.079 ton dan jumlah produksi olahan UPI skala besar 1.600.000 ton. Dengan demikian, jumlah produk olahan hasil perikanan dalam kurun waktu setahun terakhir meningkat sebesar 1,07%, yakni 5,16 juta ton pada tahun 2013 menjadi 5,21 juta ton pada tahun 2014, atau tercapai 100,25% dari target yang telah ditetapkan.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
30
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.9 Capaian IKU 6 pada 2011-2014 Indikator Kinerja Utama Jumlah produk olahan hasil perikanan (juta ton)
2011
Capaian 2012 2013
2014
4,58
4,83
5,21
5,24
Peningkatan jumlah produk olahan hasil perikanan didukung dengan pelaksanaan
kegiatan
fasilitasi
pengembangan
industri
pengolahan
hasil
perikanan, diantaranya melalui: fasilitasi sarana dan prasarana pengolahan dan sistem rantai dingin yang diberikan kepada para pengolah sehingga meningkatkan kapasitas produksi usahanya dan bimbingan teknis pengolahan maupun tata cara pengolahan yang baik kepada para pengolah yang akan berdampak pada meningkatnya ragam, nilai tambah dan mutu produk perikanan yang dihasilkan. Meskipun meningkat, dalam pencapaian jumlah produk olahan ditemui beberapa permasalahan, antara lain: 1.
Ketersediaan bahan baku yang tidak dapat diperkirakan. Bahan baku tersebut dipengaruhi oleh cuaca, musim, sumber daya ikan dan impor bahan baku ikan;
2.
Penerapan jaminan mutu di UPI masih belum optimal, utamanya di UPI skala UMKM;
3.
Sarana dan prasarana pengolahan masih terbatas, khususnya di UPI skala UMKM;
4.
Kegiatan yang ideal untuk melakukan perhitungan volume produk olahan hasil perikanan adalah dengan melakukan sensus di 33 Provinsi dan Kabupaten/Kota yang memiliki potensi perikanan, namun terkendala dengan sumber daya yang tersedia. Rencana
dan
tidak
lanjut
yang
akan
dilakukan
untuk
menjawab
permasalahan tersebut, yaitu: -
merealisasikan
sistem
logistik
ikan
nasional
(SLIN)
secepatnya
dan
mengendalikan impor dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan skala besar; -
Melakukan pembinaan terhadap UPI skala UMKM dan besar, terutama dalam hal penerapan sanitasi;
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
31
LKj - BKIPM
2014
-
Mengembangkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pengolahan;
-
Untuk memperoleh rentang data yang luas, kegiatan perhitungan volume produksi olahan skala UMKM dilaksanakan di 33 Provinsi yang tersebar di 3 bagian
wilayah
Indonesia
(Barat,
Tengah
dan
Timur)
dengan
tetap
menerapkan metode sampling.
SS3. Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan Sasaran strategis ini merupakan salah satu dari tujuan program BKIPM dalam rangka melindungi kelestarian sumber daya hayati perikanan dan kelautan dari Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) serta menjamin mutu dan keamanan hasil perikanan nasional dengan indikator meningkatnya persentase media pembawa yang memenuhi
sistem
jaminan
kesehatan
ikan
melalui
sertifikasi
kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area, menurunnya jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra, dan meningkatnya jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point/HACCP) di Unit Pengolahan Ikan (UPI) sebagai persyaratan ekspor.
IKU 7
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
IKU 7 bertujuan untuk mengukur prosentase sertifikasi kesehatan ikan dan/atau benda lain yang dilalu lintas media pembawa dari luar negeri ke dalam negeri, dari dalam negeri ke luar negeri, antar daerah dalam satu pulau, atau pulau, atau kelompok pulau
yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina sesuai ketentuan yang berlaku. IKU ini sepenuhnya dilaksanakan di UPT KIPM kecuali BUSKIPM. Untuk mengukur IKU 7 ini digunakan formula dengan membandingkan jumlah sertifikat kesehatan karantina ikan (KID-1, KID-2, KID-3) yang diterbitkan dengan jumlah permohonan pemeriksaan karantina (PPK) selama tahun 2014.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
32
LKj - BKIPM
2014
PPK meliputi semua media pembawa yang dilalulintaskan melalui ekspor, impor dan antar area dalam wilayah negara Republik Indonesia. Penerbitan sertifikat kesehatan ikan ini harus sesuai standardisasi terhadap pelaksanaan tindakan karantina ikan dalam rangka pencegahan hama dan penyakit ikan. Formula untuk menghitung IKU 7 seperti dibawah ini. IKU 7
Analisis Informasi
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah sertifikat kesehatan ikan yang diterbitkan UPT-BKIPM (A) Jumlah PPK yang diajukan (B)
A B
X
100%
Persentase
Capaian indikator ini pada tahun 2014 adalah sebesar 99,97% dari target 98% yang ditetapkan, dengan tingkat capaian sebesar 103,25%. Sebagai perbandingan, pada 2013 capaian kinerja untuk indikator ini adalah sebesar 99,12% dari target 96%. Perbandingan capaian tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini. Tabel 3.10 Capaian IKU 7 Tahun 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan melalui sertifikasi kesehatan ikan ekspor, impor dan antar area
2011
98,45 %
Capaian 2012 2013
98,48 %
99,12%
2014
99,97%
Pencapaian indikator kinerja ini didukung oleh pencapaian sasaran dan target indikator kinerja kegiatan pengembangan dan pembinaan karantina ikan, yang dilaksanakan di unit pelaksana teknis. Kontribusi pembangunan karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan terhadap pembangunan kelautan dan perikanan salah satunya diwujudkan dengan pelaksanaan sistem jaminan kesehatan ikan. Kegiatan tersebut menggambarkan aktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi perkarantinaan ikan yang dimanifestasikan melalui pelayanan sertifikat kesehatan ikan dan tindakan karantina ikan di UPT KIPM seluruh Indonesia. Tindakan karantina ikan dan pelayanan sertifikat kesehatan ikan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
33
2014
LKj - BKIPM
dilakukan terhadap media pembawa yang dilalulintaskan secara impor, ekspor dan domestik. Grafik 3.2 Perbandingan Capaian dan Target IKU 7 Tahun 2011-2014
Tabel 3.11 Data Lalu Lintas Komoditas Perikanan Tahun 2011-2014 Lalu lintas Ekspor Impor Domestik Masuk Domestik Keluar Transit Total
Mati (ton)
Tahun 2011 436.354
2012
2013
2014
233.599
315.938
336.618
Hidup (ribu ekor)
524.676
609.338
743.263
1.664.405
Mati (ton)
305.643
264.303
241.098
195.490
887
2.393
1.585
2.956
4.155
38.799
28.996
52.694
1.782.003
2.205.160
3.569.153
4.090.501
139.569
157.599
225.644
312.526
Hidup (ribu ekor) Mati (ton) Hidup (ribu ekor) Mati (ton)
4.444.502
4.977.547
6.714.757
9.024.314
Mati (ton)
Hidup (ribu ekor)
-
24
1.134
618
Hidup (ribu ekor)
-
13
120
561
923.116
6.943
811.648
897.946
6.760.051
7.794.437
11.028.757
14.782.737
Mati (ton) Hidup (ribu ekor)
(Sumber: Statistik website BKIPM)
IKU 8
Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
Sistem manajemen adalah suatu pola pengaturan, pengambilan keputusan, serta perbaikan berkelanjutan yang berkaitan dengan suatu usaha tertentu,
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
34
LKj - BKIPM
2014
ditinjau dari suatu konteks kepentingan tertentu melalui penilaian kesesuaian. Penilaian kesesuaian adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menilai kesesuaian suatu produk, proses, sistem manajemen dan atau komptensi personil terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI) atau pun standar internasional (ISO). Penerapan Sistem Manajemen Mutu diharapkan dapat mencegah dan mendeteksi terjadinya kesalahan sehingga dapat mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar. Terkait dengan penerapan sistem manajemen mutu, pada tahun 2014 telah dilakukan audit internal, audit surveillance, serta Rapat Tinjauan Manajemen di seluruh unit kerja BKIPM. IKU ini bertujuan untuk mengukur jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 17020. Laboratorium adalah laboratorium kesehatan ikan di lingkungan KKP yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan lembaga inspeksi adalah laboratorium LPPMHP Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi yang menerima pendelegasian wewenang dari Otoritas Kompeten BKIPM dalam rangka memberikan jaminan kesehatan ikan, mutu keamanan hasil perikanan. Pendelegasian wewenang kepada LPPMHP sebagai lembaga inspeksi dan sertifikasi dalam penerbitan sertifkat kesehatan ditetapkan dalam Keputusan Kepala BKIPM Nomor 115/KEP-BKIPM/2013. Pendelegasian wewenang tersebut diberikan kepada 31 LPPMHP di 26 propinsi. Setiap tahun BKIPM melakukan verifikasi ulang terhadap laboratorium dan lembaga inspeksi dalam penerapan sistem manajemen mutu. Untuk mengukur IKU ini digunakan formula adalah sebagai berikut: IKU 8
Analisis Informasi
Jumlah laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen mutu
Sebagai
instansi
Rumus Perhitungan IKU
Jumlah rekomendasi yang diterbitkan Kepala Pusat MM terkait hasil verifikasi terhadap konsistensi laboratorium kesehatan ikan dan lembaga inspeksi (LPPMHP) dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 17020 dan ISO 17025 (A)
yang
memberikan
pelayanan
ƩA
publik,
BKIPM
terus
mengembangkan Sistem Manajemen Mutu yang akan mengintegrasikan semua fungsi yang ada di BKIPM,. Dengan demikian diharapkan BKIPM mampu menampilkan kinerja yang lebih baik, efektif, efisien, menghindari duplikasi dan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
35
LKj - BKIPM tumpang
tindih,
memberikan
kepastian
pelayanan,
yang
2014
pada
akhirnya
diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Tahun 2014 BKIPM telah memverifikasi dan menerbitkan rekomendasi terhadap 64 laboratorium dan lembaga inspeksi dari 64 yang ditargetkan, yang terdiri dari 33 laboratorium UPT KIPM dan 31 lembaga inspeksi (LPPMHP), seperti disajikan dalam Tabel 3.12 di bawah ini. Tabel. 3.12 Hasil Verifikasi Sistem Manajemen Mutu Tahun 2011-2014 Tahun
LPPMHP/Lembaga Inspeksi (ISO 17020)
Laboratorium UPT KIPM (ISO 17025)
Target
Realisasi
Target
Realisasi
2011
28
28
6
6
2012
31
31
13
17
2013
31
31
23
28
2014
31
31
33
33
(Sumber : Pusat Manajemen Mutu, BKIPM, 2014)
Laboratorium UPT KIPM tersebut adalah Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai Besar KIPM Makassar, Balai KIPM Kelas I Surabaya I, BUSKIPM, Balai KIPM Kelas I Denpasar, Balai KIPM Kelas I Balikpapan, Balai KIPM Kelas I Jayapura, Balai KIPM Kelas I Jakarta II, Balai KIPM Kelas I Surabaya II, Balai KIPM Kelas II Semarang, Balai KIPM Kelas II Palembang, Balai KIPM Kelas II Samarinda, Balai KIPM Kelas II Manado, Stasiun KIPM Kelas I Batam, Stasiun KIPM Kelas I Lampung, Stasiun KIPM Kelas I Entikong, Stasiun KIPM Kelas I Jambi, Stasiun KIPM Kelas I Padang, Stasiun KIPM Kelas I Palu, Stasiun KIPM Kelas I Palangkaraya, Stasiun KIPM Kelas I Yogyakarta, Stasiun KIPM Kelas I Aceh, Stasiun KIPM Kelas I Ambon, Stasiun KIPM Kelas I Pontianak, Stasiun KIPM Kelas I Kendari, Stasiun KIPM Kelas I Pekanbaru, Stasiun KIPM Kelas II Cirebon, Stasiun KIPM Kelas II Merauke, Stasiun KIPM Kelas II Tarakan, Stasiun KIPM Kelas II Merak, Stasiun KIPM Kelas II Tanjung Balai Asahan, Stasiun KIPM Kelas II Tanjungpinang, dan Stasiun KIPM Kelas II Bima. Sedangkan 31 lembaga inspeksi dan sertifikasi tersebut adalah LPPMHP Aceh, Medan, Padang, Tanjung Pinang, Palembang, Lampung, Tangerang, DKI Jakarta, Cirebon, Pekalongan, Cilacap, Semarang, Surabaya, Banyuwangi,
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
36
LKj - BKIPM
2014
Denpasar, Mataram, Kupang, Pontianak, Banjarbaru, Tarakan, Samarinda, Makasar, Kendari, Palu, Gorontalo, Bitung, Ternate, Ambon, Tual, Sorong, dan Merauke.
IKU 9
Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan (UPI) sebagai persyaratan ekspor
Sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh Otoritas Kompeten BKIPM kepada Unit Pengolahan Ikan (UPI) sebagai pengakuan bahwa UPI tersebut telah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Untuk mengukur IKU 9 digunakan formula sebagai berikut: IKU 9
Analisis Informasi
Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah sertifikat HACCP untuk setiap UPI yang diterbitkan Kepala BKIPM (A)
ƩA
Pada tahun 2014 realisasi jumlah sertifikat HACCP yang diterbitkan adalah sebanyak 1.556 sertifikat dari target IKU sebanyak 1.125 sertifikat. Pencapaian target kinerja ini melebihi 100% dikarenakan adanya penambahan UPI baru, adanya penambahan ragam produk dan ruang lingkup jenis produk
yang
diproduksi. Tabel 3.13 Capaian IKU 9 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Jumlah sertifikasi penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di Unit Pengolahan Ikan sebagai persyaratan ekspor
2011
Capaian 2012 2013
2014
1.133
1.145
1.556
1.219
(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, BKIPM, 2014)
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
37
LKj - BKIPM
2014
Faktor penyebab banyaknya kenaikan jumlah sertifikat HACCP tahun 20112014 ini disebabkan karena UPI yang terdaftar mempunyai keinginan untuk memenuhi persyaratan ekspor negara mitra, kegiatan inspeksi dan verifikasi yang terjadwal, dan adanya usaha dalam peningkatan layanan sertifikasi HACCP yang lebih efisian dan efektif. Grafik 3.3 Target dan Capaian IKU 9 Tahun 2011-2014
IKU 10
Jumlah sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB)
Cara karantina ikan yang baik (CKIB) adalah metode pelaksanaan proses produksi ikan dengan menerapkan standar In-Line Inspection dalam lingkungan budidaya yang terkontrol, dengan teknologi yang memenuhi persyaratan biosekuriti dan tertelusur. Sertifikat Cara Karantina Ikan yang Baik adalah Sertifikat yang dikeluarkan oleh BKIPM yang menyatakan bahwa unit pembenihan, pembesaran dan penampungan/pengumpul ikan (UUPI) telah melaksanakan prinsip-prinsip cara karantina ikan yang baik. Tindakan karantina secara terintegrasi berbasis in line inspection, dilakukan melalui penerapan standar kesehatan ikan mulai dari negara/area asal, tindakan karantina ikan di tempat pemasukan/pengeluaran, dan penerapan prinsip biosecurity dalam pengelolaan media pembawa, serta pemantauan HPIK dan/atau HPI tertentu secara periodik di area/tempat tujuan. Semua tahapan kegiatan tersebut dilakukan pencatatan secara baik, dan didokumentasikan, untuk memudahkan penelusuran status kesehatan ikan yang ada di unit usaha tersebut
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
38
LKj - BKIPM
2014
In line inspection adalah rangkaian kegiatan pemeriksaan kesehatan Ikan yang dilakukan secara periodik, dan berkelanjutan terhadap populasi ikan, dalam rangka pengendalian HPIK/HPI tertentu, sehingga aman untuk dilalulintaskan. Penerapan ILI dimulai pada tahun 2013. Untuk mengkur IKU 10 menggunakan formula adalah sebagai berikut: IKU 10
Analisis Informasi
Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah sertifikat CKIB untuk UUPI yang ditetapkan Kepala BKIPM (A)
ƩA
Pada tahun 2014, realisasi jumlah sertifikat CKIB yang diterbitkan adalah sebanyak 12 sertifikat untuk Unit Usaha Pembudidaya Ikan (UUPI) yang telah memenuhi persyaratan. Jumlah tersebut melampaui target IKU yang telah ditetapkan seperti terlihat pada Tabel 3.14. Tabel 3.14 Capaian IKU 10 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja
2011
Jumlah sertifikat cara karantina ikan yang baik (CKIB)
-
Capaian 2012 2013 -
5
2014 12
(Sumber: Pusat Karantina Ikan, BKIPM, 2014) Ket.: IKU 10 baru dilakukan pengukuran pada tahun 2013
Pembinaaan dalam rangka penerapan CKIB dan usaha peningkatan kesadaran pengelola UUPI merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan IKU ini dan BKIPM akan terus melakukan pembinaan kepada pengelola UUPI melalui kegiatan apresiasi, monitoring dan inspeksi penerapan CKIB. Pada tabel 3.15 disajikan UUPI yang telah disertifikasi CKIB selama tahun 2014. UUPI yang telah mendapatkan sertifikat CKIB memiliki keuntungan karena akan akan diregistrasi ke negara tujuan ekspor, sebagai pengakuan bahwa UUPI tersebut dapat dikatagorikan eksportir yang memenuhi persyaratan Otoritas Kompeten negara tujuan ekspor. Disamping itu, eksportir yang telah mendapatkan sertifikat CKIB mendapatkan pelayanan inklusif dalam proses pelayanan penerbitan sertifikat kesehatan ikan di UPT KIPM.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
39
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.15 UUPI Bersertifikat CKIB Tahun 2014 No
Perusahaan
Nomor SCKIB
1
PT. Bibit Unggul, Mataram
63/BKIPM/V/2014
2
PT. Central Pertiwi Bahari, Situbondo
143/BKIPM/V/2014
3
UD. Bali Sukses Mandiri, Bali
226/BKIPM/V/2015
4
CV. Musi Jaya, Bali
227/BKIPM/V/2014
5
CV. Aquazone Indonesia, Bandung
317/BKIPM/VII/2014
6
UD. Halim Fishery, Medan
315/BKIPM/VII/2014
7
UD. Inti Aquarium, Medan
319/BKIPM/VII/2014
8
PT. Prima Larvae, Lampung
318/BKIPM/VII/2014
9
PT. Syaqua Indonesia, Lampung
316/BKIPM/VII/2014
10
CV. Prima Aquatics Indonesia
546/BKIPM/XII/2014
11
CV. Sari Agung
547/BKIPM/XII/2014
12
CV. Aquamarindo
548/BKIPM/XII/2014
CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF INTERNAL PROCESS SS4. Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai kebutuhan Tersedianya kebijakan perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan bertujuan untuk perkuatan dan melengkapi ketentuan peraturan perundangan/kebijakan di bidang perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan dan sistem manajemen mutu yang berlaku melalui penyusunan rancangan atau draf peraturan/keputusan Menteri atau peraturan/keputusan Kepala BKIPM.
IKU 11
Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Terdapat dua katagori kebijakan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, dan sistem manajemen mutu yang pertama di
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
40
2014
LKj - BKIPM
dalam indikator kinerja ini, yang pertama peraturan/keputusan menteri, indikator ini tercapai apabila draft peraturan/keputusan tersebut dilakukan pembahasan di tingkat
Sekretariat
BKIPM
dan
telah
disampaikan
kepada
Sekretariat
Jenderal/Biro Hukum KKP melalui Nota Dinas Kepala BKIPM, dan yang kedua adalah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala BKIPM yang berlaku untuk internal maupun eksternal BKIPM seperti petunjuk pelaksanaan/teknis dari peraturan/keputusan menteri atau pedoman, SOP. Untuk mengukur IKU ini adalah dengan menggunakan formula sebagai berikut: IKU 10
Analisis Informasi
Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
Rumus Perhitungan IKU
Jumlah draft peraturan/keputusan menteri yang telah dibahas di tingkat Set. BKIPM dan telah disampaikan ke Kepala Biro Hukum (A)
ƩA
Realiasasi IKU 10 untuk jumlah draft peraturan perundang-undangan selama tahun 2014 telah disusun 4 (empat) draft dari target 5 draft, dengan prosentase capaian sebesar 80%. Data tersebut disajikan pada Tabel 3.16. Tabel 3.16 Capaian IKU 11 pada 2011-2014 Uraian Indikator Kinerja
2011
Jumlah draft peraturan perundangundangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
5
Capaian 2012 2013 6
6
2014 4
(Sumber: Bagian Kepegawaian, Hukum dan Organisasi, Set. BKIPM, 2014)
Keempat draft yang telah disusun tersebut adalah: 1.
Rancangan
Peraturan
Menteri
tentang
Perubahan
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.11/MEN/2011
Peraturan
Menteri
tentang
Instalasi
Karantina Ikan; 2.
Rancangan Perubahan Atas Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.53/MEN/2010 tentang Penetapan Tempat-Tempat Pemasukan dan/atau Pengeluaran Media Pembawa HPIK;
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
41
LKj - BKIPM 3.
2014
Rancangan Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Kemanan Hasil Perikanan; dan
4.
Rancangan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Penerapan Ketelusuran (Traceability) Pada Hasil Perikanan; Dari keempat draft tersebut, terdapat 2 (dua) draft yang telah ditetapkan
oleh Menteri, yaitu: 1.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina ikan; dan
2.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.56/MEN/2014 tentang Penetapan Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa HPIK. Ketidaktercapaian target IKU 10 ini dikarenakan draft Peraturan Menteri
tentang Tindakan Karantina Terhadap Pemasukan atau Pengeluaran Media Pembawa yang Tergolong Benda Lain Berupa Bahan Patogenik, dan draft Keputusan Menteri tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor
26/KEPMEN-KP/2013
tentang
Jenis-Jenis
HPIK,
Media
Pembawa dan Sebarannya, penyelesaian pembahasan draft di Sekretariat BKIPM selesai pada akhir Desember 2014, sehingga usulan rancangan tersebut belum dapat disampaikan ke Biro Hukum, Sekretariat Jenderal KKP.
IKU 12
Jumlah kebijakan bidang keamanan hasil perikanan
perkarantinaan
ikan,
mutu
dan
Sesuai dengan manual IKU 10 kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan adalah petunjuk pelaksanan/teknis penerapan peraturan perundang-undangan, pedoman atau standar operating prosedur (SOP), baik dalam bentuk peraturan atau keputusan yang ditetapkan oleh Kepala BKIPM. Untuk mengukur IKU jumlah kebijakan perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan yang dihasilkan BKIPM adalah dengan menjumlah realisasi kebijakan yang ditetapkan, formula untuk mengukur IKU ini adalah sebagai berikut:
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
42
LKj - BKIPM IKU 11
Analisis Informasi
Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
2014
Rumus Perhitungan IKU
Jumlah peraturan/keputusan yang telah ditetapkan Kepala BKIPM (A)
ƩA
Realisasi IKU 11 yang telah ditetapkan Kepala BKIPM selama tahun 2014 adalah sebanyak 25 kebijakan dari target IKU sebanyak 4. Data capaian disajikan pada Tabel 3.17. Capaian IKU ini sangat signifikan melebihi target dikarenakan tuntutan kebijakan yang harus diselesaikan akibat kebutuhan penyelarasan akibat terbitnya peraturan yang lebih tinggi yang terkait dengan bidang perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, dan kebijakan dalam
peningkatan
standar
pelayanan
KIPM, disamping
factor
penyelesaian pembahasan serta penetapannya sesuai rencana dan tepat waktu. Tabel 3.17 Capaian IKU 12 Tahun 2013 dan 2014 Capaian 2013 2014
Uraian Indikator Kinerja Jumlah kebijakan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan
7
25
(Sumber: Bagian Kepegawaian, Hukum dan Organisasi, Set. BKIPM, 2014) Keduapuluhlima kebijakan yang telah ditetapkan tersebut, adalah: 1.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 13/KEP-BKIPM/2014 tentang Komisi Approval Sertifikasi HACCP;
2.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 14/KEP-BKIPM/2014 tentang Penetapan Inspektur Mutu Hasil Perikanan;
3.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 62/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dokumen Mutu Cara Karantina Ikan yang Baik;
4.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 95/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk Teknis Sertifikasi Kesehatan Hasil Perikanan;
5.
Keputusan
Kepala
BKIPM
Nomor
134/KEP-BKIPM/2014
tentang
Nomor
159/KEP-BKIPM/2014
tentang
Penunjukan Pengawas Perikanan; 6.
Keputusan
Kepala
BKIPM
Penunjukan Pejabat Penandatangan Dokumen Tindakan Karantina Ikan;
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
43
LKj - BKIPM 7.
2014
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 210/KEP-BKIPM/2014 tentang Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Intalasi Karantina Ikan,Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan;
8.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 217/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Sarana dan Prasarana Laboratorium Pengujian HPIK/ HPI tertentu;
9.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 218/KEP-BKIPM/2014 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Tata Laksana Laboratorium Karantina Ikan;
10.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 219/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk Teknis Inspeksi Penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik di UUPI;
11.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 227/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Unit Usaha Pembenihan Ikan dalam Rangka Cara Karantina Ikan yang Baik;
12.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 239/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Cara Karantina Ikan yang Baik;
13.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 255/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Analisis Risiko Spesies Invasif;
14.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 256/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Inspeksi Sistem Perkarantinaan Ikan ke Negara Asal;
15.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 297/KEP-BKIPM/2014 tentang Bentuk, Format, Tata Cara Penggunaan Segel dan Tanda Pengaman Karantina Ikan;
16.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 311/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Pengamatan Penyakit Infeksi dan Non Infeksi pada Crustacea;
17.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 319/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan;
18.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 320/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk Teknis Penilaian Instalasi Karantina Ikan;
19.
Keputusan
Kepala
BKIPM
Nomor
346/KEP-BKIPM/2014
tentang
Pendelegasian Kewenangan Penetapan Instalasi Dan Cara Karantina Ikan Yang Baik. 20.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 363/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Analisis Risiko Impor Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan;
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
44
LKj - BKIPM 21.
2014
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 367/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk Teknis Surveilan Hama dan Penyakit Ikan Karantina/ Hama dan Penyakit Ikan Tertentu di Unit Usaha Pembudidaya Ikan;
22.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 368/KEP-BKIPM/2014 tentang Pedoman Penerimaan Negara Bukan Pajak Jasa Karantina Ikan;
23.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 369/KEP-BKIPM/2014 tentang Teknis
Inspeksi
Cara
Karantina
Ikan
yang
Baik
di
Petunjuk
Unit
Usaha
Pembudidayaan Ikan/ Instalasi Karantina Ikan untuk Ikan Mati dan Benda Lain; 24.
Keputusan
Kepala
BKIPM
Nomor
370/KEP-BKIPM/2014
tentang
Penunjukan Pejabat Penanda Tangan Sertifikat Kesehatan; dan 25.
Keputusan Kepala BKIPM Nomor 371/KEP-BKIPM/2014 tentang Petunjuk Teknis Inspeksi Cara Penanganan Ikan Yang Baik Berdasarkan Konsepsi HACCP Pada Unit Pengumpul/Suplier.
SS5. Terselengggaranya modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu Modernisasi sistem produksi kelautan dan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan dan perikanan yang optimal dan bermutu sangat terkait dengan tujuan peningkatan daya saing dan nilai tambah produk perikanan. Salah satu indikator SS5 ini adalah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per Negara mitra yang bertujuan untuk mengukur jumlah frekuensi terjadinya kasus penolakan ekspor per Negara mitra berdasarkan notifikasi yang disampaikan kepada otoritas kompeten Indonesesia, akibat tidak dipenuhinya sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
IKU 13
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
Negara mitra adalah negara mitra dagang hasil perikanan yang telah memiliki Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan Indonesia. Sampai dengan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
45
LKj - BKIPM akhir tahun 2014 terdapat
2014
36 negara yang sudah bermitra dengan Indonesia,
terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) negara yang menjadi anggota Uni Eropa, yaitu: Italia,
Spanyol,
Perancis,
United
Kingdom,
Belgia,
Jerman,
Luxembourg,
Netherlands, Denmark, Irlandia, Greece, Portugal, Austria, Finlandia, Swedia, Cyprus, Estonia, Republik Czech, Hungary, Latvia, Lithuania, Malta, Polandia, Slovakia, Bulgaria, Rumania dan Slovenia, serta negara lain di luar Uni Eropa, yaitu: China, Kanada, Vietnam, Rusia dan Korea Selatan. Untuk mengukur IKU 13 ini digunakan formula sebagai berikut: IKU 13
Analisis Informasi
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
Rumus Perhitungan IKU
Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan berdasarkan notifikasi kepada otoritas kompeten dari negara mitra (A)
ƩA per negara mitra
Berdasarkan notifikasi yang diterima otoritas kompeten jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan yang terjadi selama tahun 2014 adalah sebagai berikut: Jerman 3 kasus yang disebabkan kandungan Histamine pada produk Sardine Oil; Belgia 1 kasus yang disebabkan merkuri pada produk Frozen Skinless and Bonless swordfish loins; Italia 1 kasus yang disebabkan merkuri pada produk Frozen Red Snapper; Perancis 1 kasus yang disebabkan merkuri pada produk Frozen Blue Shark; Inggris 1 kasus yang disebabkan Salmonella pada produk Frozen Cooked and Peeled Prawns; Slovenia 1 kasus yang di sebabkan Histamine pada produk Canned Sardine in Soybean Oil; Spanyol 1 kasus yang di sebabkan Mercury pada produk Frozen Sword Fish; Kanada 4 kasus, terdiri dari 1 kasus Histamine
pada
produk
Frozen
Tuna
Steak
dan
2
kasus
Net
weight
determination/kekurangan berat pada produk Frozen White Shrimp dan 1 kasus Sulphites pada produk Frozen Tiger Shrimp; Korea Selatan 2 kasus yang disebabkan Nitrofuran Metabolism pada produk Frozen Serrated swimming crab. Sedangkan untuk negara mitra lainnya sampai dengan akhir Desember 2014 tidak terjadi penolakan ekspor hasil perikanan. Terhadap seluruh kasus penolakan
tersebut
telah
dilakukan
investigasi
dan
ditindaklanjuti
serta
dilaporkan kepada otoritas kompeten negara mitra. Capaian IKU 13 pada tahun 2011 - 2014 selengkapnya disajikan pada Tabel 3.18 dan Tabel 3.19.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
46
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.18 Capaian IKU 13 pada 2011-2014 Uraian Indikator Kinerja Jumlah kasus penolakan ekspor hasil perikanan per negara mitra
2011
Capaian 2012 2013
2014
≤ 10
≤ 10
≤ 10
≤ 10
Tabel 3.19 Rekapitulasi Kasus Penolakan pada 2011-2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Negara mitra China Kanada Vietnam Rusia Korea Selatan Italia Spanyol Prancis Inggris Belgia Jerman Poland Luxembourg Belanda Denmark Irlandia Yunani Portugal Austria Finlandia Swedia Cyprus Estonia Republik Czech Hungaria Latvia Lithuania Malta Slovenia
2011 2 0 0 6 1 3 1 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kasus Penolakan 2012 2013 0 0 0 5 0 0 1 4 2 3 9 1 3 0 1 1 1 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2014 0 4 0 0 2 1 1 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
47
LKj - BKIPM 30 31 32 33 34 35 36
Slovakia Bulgaria Romania Kroasia Norwegia Kazakhstan Belarus
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
2014 0 0 0 0 0 0 0
(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, BKIPM, 2014)
Realisasi IKU ini lebih baik jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013, dimana pada tahun 2014 jumlah penolakan tertinggi sebanyak 5 kasus. Rincian penolakan yang terjadi pada tahun 2014 sebagai berikut: Italia 1 kasus karena histamin pada produk frozen tuna; Jerman 2 kasus karena histamin pada produk canned tuna dan frozen cobia; Prancis 1 kasus karena Merkuri pada produk frozen sword fish; Spanyol 1 kasus karena poor temperature control pada produk frozen tuna; Korea 3 kasus karena benzopyrene pada produk dried smoked fish dan methyl mercury pada produk frozen sword fish; Rusia 4 kasus karena mesophyll aerobic and optional anaerobic microorganism pada produk frozen oilfish fillet dan frozen baby octopus, coliform pada produk frozen octopus, dan Listeria pada produk frozen octopus; Kanada 5 kasus karena decompose pada produk frozen tuna, frozen kingfish steak skin on, baby clams, mercury, histamin pada produk frozen tuna. Penyebab keberhasilan dalam mencapai target adalah penerapan sistem jaminan mutu dari hulu ke hilir seperti penerapan HACCP, pemberian nomor registrasi di negara mitra, penerbitan sertifikat kesehatan (HC) dan penanganan kasus penahanan dan penolakan serta harmonisasi sistem jaminan mutu dengan negara mitra dapat diterapkan secara konsisten. Keberhasilan juga didukung dengan adanya pemberian apresiasi berupa kesempatan/peluang ekspor ke negara mitra dan sanksi terhadap yang terkena kasus berupa pembekuan nomor registrasi (internal suspend). Sedangkan target ini dapat gagal apabila penerapan sistem jaminan mutu dari hulu ke hilir tidak diterapkan secara konsisten. Dalam rangka mendukung pencapai IKU maka di tahun 2014 telah dilakukan berbagai kegiatan, diantaranya: pendaftaran UPI ke negara mitra (tujuan ekspor); penanganan Kasus Penolakan/ Penahanan Negara Mitra dan Negara importir lainya; rapat koordinasi penanganan Kasus Penolakan Hasil
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
48
LKj - BKIPM
2014
Perikanan; kunjungan ke negara Mitra dalam rangka Harmonisasi sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan; pertemuan dalam rangka Penyusunan Draft Persyaratan/Ketentuan Negara Mitra; sosialisasi Persyaratan/Ketentuan Negara Mitra; dan evaluasi UPI yang terdaftar di negara mitra.
IKU 14
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
BKIPM terus berkomitmen untuk memperkuat Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) sebagai salah satu upaya untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Selama ini permasalahan distribusi ikan dari sentra produksi yang terletak di wilayah timur ke sentra-sentra pasar di wilayah barat belum optimal dan kurang terpadu. Sedangkan di sisi lain, kontuinitas pasokan sangat diperlukan sebagai kebutuhan konsumsi dan industri pengolahan perikanan. Oleh karena itu, SLIN dapat memberikan jaminan terhadap ketersediaan, stabilitas harga, ketahanan pangan serta mendorong pertumbuhan industri pengolahan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. IKU ini diukur dengan melalui prosentase sertifikasi kesehatan ikan dan/atau benda lain yang dilalu lintas media pembawa dari luar negeri ke dalam negeri, dari dalam negeri ke luar negeri, antar daerah dalam koridor Sistem Logistik Nasional (SLIN) yang dapat membawa hama dan penyakit ikan karantina sesuai ketentuan yang berlaku. Koridor SLIN terdiri dari 4 koridor, yaitu: (1) Koridor I: Maluku-Surabaya-Jakarta; (2) Koridor II: Sulawesi Tenggara-SurabayaJakarta; (3) Koridor III: Sulawesi Tengah-Surabaya-Jakarta; (4) Koridor IV: Sumatera-Jakarta. Untuk mengukur IKU 14 ini digunakan formula dengan membandingkan jumlah sertifikat kesehatan karantina ikan (KID-1, KID-2, KID-3) yang diterbitkan dengan jumlah permohonan pemeriksaan karantina (PPK) dalam wilayah koridor SLIN selama tahun 2014, dengan menggunakan formula sebagai berikut:
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
49
LKj - BKIPM IKU 14
Analisis Informasi
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
2014
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah sertifikat kesehatan ikan pada Koridor SLIN yang diterbitkan UPTBKIPM (A)
A B
X 100%
Jumlah PPK yang diajukan (B) Prosentase
Realisasi capaian IKU 14 ini melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN pada tahun 2014 sebesar 100% dari target 98% yang ditetapkan. Perbandingan capaian tahun 2013 dan 2014 disajikan pada Tabel 3.20 di bawah ini. Tabel 3.20 Capaian IKU 14 pada 2013 - 2014 Capaian 2013 2014
Uraian Indikator Kinerja Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi antar area dalam koridor SLIN
IKU 15
99,43%
100%
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
IKU ini bertujuan untuk mengukur prosentase media pembawa yang memenuhi persyaratan sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi terhadap produk impor, hal ini untuk mengantisipasi terhadap
masuk
dan
menyebarnya
HPIK
ke
dalam
wilayah
RI,
serta
mengendalikan impor hasil perikanan berbasis scientific barrier sesuai ketentuan peraturan
perkarantinaan,
mutu
dan
keamanan
hasil
perikanan
dengan
melakukan inspeksi terhadap produk perikanan impor yang akan didistribusikan ke UPI maupun pasar domestik. Untuk mengukur IKU 15 digunakan formula sebagai berikut:
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
50
2014
LKj - BKIPM IKU 15
Analisis Informasi
Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
Realisasi jumlah sertifikat impor yang diterbitkan UPT-KIPM (A)
Rumus Perhitungan IKU
A Jumlah PPK impor yang diterima (B)
B
100%
X
Prosentase
Realisasi sertifikasi impor yang diterbitkan selama tahun 2014 adalah 100% dari target 98% yang ditetapkan. Perbandingan capaian tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.21 di bawah ini. Tabel 3.21 Capaian IKU 15 pada 2013 - 2014 Capaian 2013 2014
Uraian Indikator Kinerja Persentase media pembawa yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan melalui sertifikasi impor hasil perikanan
98,78%
100%
Tabel 3.22 Volume Impor Yang Dilalulintaskan pada 2011 - 2014 Lalu lintas Impor
Mati (ton) Hidup (ribu ekor)
2011 305.643 8.870
Tahun 2012 2013 264.303 241.098 2.393 1.585
2014 195.490 2.956
(Sumber: Statistik website BKIPM, 2014)
IKU 16
Jumlah implementasi standar operasional perkarantinaan ikan
operasional
prosedur
teknis
SOP adalah ketentuan yang harus dijalankan dalam melakukan tindakan teknis operasional perkarantinaan ikan. IKU 16 ini diukur melalui hasil monitoring
dan
evaluasi.
Evaluasi
implementasi
SOP
Tata
Operasional
Perkarantinaan Ikan di UPT KIPM merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan, sehingga proses penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) di UPT KIPM dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
51
LKj - BKIPM
2014
sebagai usaha untuk menentukan apa yang sedang dilaksanakan dengan memantau hasil yang dicapai. Apabila terdapat penyimpangan dari SOP yang telah ditentukan, maka segera diadakan perbaikan, sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan rencana. Untuk mengukur IKU 16 ini digunakan formula adalah sebagai berikut: IKU 16 Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah SOP ditetapkan dan diterapkan di UPT-BKIPM (A)
ƩA
Untuk lebih memberikan gambaran implementasi SOP di UPT KIPM pada tahun 2014 dari hasil kegiatan monitoring dan evaluasi, SOP Tata Operasional Perkarantinaan Ikan yang diimplementasikan adalah sebanyak 102 SOP dari target IKU 98 SOP, sehingga capaiannya sebesar 104.08%. Perbandingan capaian tahun 2011 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.23 di bawah ini. Tabel 3.23 Capaian IKU 16 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja
2011
Jumlah implementasi standar operasional prosedur teknis operasional perkarantinaan ikan
Capaian 2012 2013
72
80
2014
92
102
(Sumber: Pusat Karantina Ikan, BKIPM, 2014)
Jumlah SOP tata operasional perkaratinaan ikan yang diimplementasikan pada UPT KIPM sebanyak 102 SOP dengan rincian sebagai berikut: 1.
Stasiun KIPM Kelas
II
Cirebon terimplementasi
4
SOP,
yaitu SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
SOP
Pemeriksaan
Dokumen
Pemasukan
Media
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; 2.
Stasiun KIPM Kelas I Yogyakarta terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
SOP
Pemeriksaan
Dokumen
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pemasukan
Media
52
LKj - BKIPM
2014
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; 3.
Stasiun KIPM Kelas I Batam terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
4.
Stasiun KIPM Kelas I Tanjung Pinang terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
SOP
Pemeriksaan
Dokumen
Pemasukan
Media
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; 5.
Stasiun KIPM Kelas I Padang terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
6.
Balai KIPM Kelas II Banjarmasin terimplementasi 3 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Pemeriksaan
Dokumen
Pemasukan
Media
Pembawa/Hasil
Perikanan,
Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; 7.
Stasiun KIPM Kelas II Mamuju terimplementasi 3 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Pemeriksaan
Dokumen
Pemasukan
Media
Pembawa/Hasil
Perikanan,
Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; 8.
Stasiun KIPM Kelas I Medan II terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
SOP
Pemeriksaan
Dokumen
Pemasukan
Media
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran;
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
53
LKj - BKIPM 9.
Stasiun
KIPM
Kelas
I
Kupang
terimplementasi
5
SOP,
2014 yaitu
SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
Pembawa/Hasil
SOP
Pemeriksaan
Perikanan,
SOP
Dokumen
Pengawasan
Pemasukan Lalu
Lintas
Media Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pungutan Jasa Karantina Ikan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); 10. Stasiun KIPM Kelas II Bau-bau terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
Pembawa/Hasil
SOP
Pemeriksaan
Perikanan,
SOP
Dokumen
Pengawasan
Pemasukan Lalu
Lintas
Media Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pungutan Jasa Karantina Ikan sebagai PNBP; 11. Stasiun KIPM Kelas II Bima terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; 12.
Stasiun KIPM Kelas I Pangkalpinang terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
Pembawa/Hasil
SOP
Pemeriksaan
Perikanan,
SOP
Dokumen
Pengawasan
Pemasukan Lalu
Lintas
Media Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pungutan Jasa Karantina Ikan sebagai PNBP; 13. Stasiun KIPM Kelas I Entikong terimplementasi 4 SOP, yaitu SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pembebasan Hasil Perikanan dari Luar Negeri, SOP Pemeriksaan Dokumen Untuk Pemasukan Media Pembawa di UPT-KIPM yang Berbatasan Dengan Negara Lain, SOP Wasmatpulbaket di Stasiun KIPM Kelas I; 14. Stasiun
KIPM
Kelas
I
Kendari
terimplementasi
7
SOP,
yaitu
SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan
SKLL,
SOP
Pemeriksaan
Dokumen
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pemasukan
Media
54
LKj - BKIPM
2014
Pembawa/Hasil Perikanan, Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pungutan Jasa Karantina Ikan sebagai PNBP, SOP Penerbitan SPM untuk Pengeluaran Hasil perikanan Keluar Wilayah RI, SOP Pemeriksaan Ulang Media Pembawa atau Hasil Perikanan di Bandar Udara dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas; 15. Stasiun KIPM Kelas II Sorong terimplementasi 6 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan SKLL, SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Penerbitan SPM untuk Pengeluaran Hasil perikanan Keluar Wilayah RI, SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP; 16. Stasiun
KIPM
Kelas
II
Tahuna
terimplementasi
5
SOP,
yaitu
SOP
Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan. SOP Penerbitan SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa Hama
dan
Penyakit
Ikan;
SOP
Pengawasan
Lalu
Lintas
Media
Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP; 17. Balai KIPM Kelas II Manado terimplementasi 8 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan SKLL; SOP Penerbitan HC/SKI Berdasarkan LHU Laboratorium; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan, SOP Pungutan
Jasa
Karantina
sebagai
PNBP;
SOP
Pemeriksaan
Ulang
Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan di Bandara Udara dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas; SOP Pemeriksaan Ulang Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan di Pelabuhan Laut; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; 18. Stasiun KIPM Kelas I Ambon terimplementasi 6 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan SPM untuk Pengeluaran Hasil perikanan Keluar Wilayah RI; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
55
LKj - BKIPM
2014
Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP; 19. Stasiun KIPM Kelas I Ternate terimplementasi 5 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP; 20. Stasiun KIPM Kelas II Luwuk Banggai 5 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan SKLL; SOP Pemeriksaan Dokumen Pemasukan Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP; 21. Balai Kelas I Jakarta II terimplementasi 7 SOP, yaitu SOP Pemeriksaan Dokumen Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Penerbitan SKLL;
SOP Penerbitan SPM;
SOP Pengawalan Impor
Transit Media
Pembawa/Hasil Perikanan; SOP Pungutan Jasa Karantina sebagai PNBP; SOP Pemeriksaan Ulang Pengeluaran Media Pembawa/Hasil Perikanan di Bandara Udara dan Pos Pemeriksaan Lintas Batas; SOP Wasmatcapulbaket di Balai KIPM Kelas I; SOP Pengawasan Lalu Lintas Media Pembawa/Hasil Perikanan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran.
IKU 17
Jumlah unit pengolahan ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (approval number)
IKU 17 ini bertujuan untuk mengukur banayaknya UPI yang telah memenuhi persyaratan dari negara mitra yang memperoleh Approval Number dari Otoritas Kompoten. UPI yang diregistrasikan ke negara mitra adalah dalam usaha untuk meningkatkan kepercayaan negara mitra terhadap sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan Indonesia, sehingga dapat menekan sekecilkecilnya kasus penolakan ekspor oleh Negara mitra. Kerjasama dalam rangka
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
56
2014
LKj - BKIPM
penyerasian harmonisasi sistem jaminan mutu mutlak diperlukan dalam usaha tersebut. Untuk mengukur IKU 17 digunakan formula sebagai berikut: IKU 17
Analisis Informasi
Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (Approval Number)
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah UPI yang memenuhi persyaratan negara mitra (A)
ƩA
Target IKU 17 selama tahun 2014 adalah sebanyak 50 UPI, sedangkan capaiannya adalah 128 UPI. UPI yang mendapatkan approval number dari otoritas kompeten selama tahun 2014 terdiri atas: 13 UPI di Uni Eropa; 17 UPI di Korea; 32 UPI di China; 14 UPI di Kanada; 15 UPI di Rusia, dan 37 UPI di Vietnam. Pada Tabel 3.24 disajikan capaian IKU 17 tahun 2012 – 2014. Tabel 3.24 Capaian IKU 17 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Jumlah Unit Pengolahan Ikan yang memenuhi persyaratan negara mitra (Approval Number)
2012
Capaian 2013
2014
227
119
128
Pencapaian target kinerja jumlah UPI yang memenuhi persyaratan negara mitra pada tahun 2014 dapat tercapai melebihi 100%, dan lebih tinggi dibanding tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh adanya perkembangan pasar tujuan ekspor seperti China, Vietnam dan Korea. Khusus untuk registrasi ke Rusia pada tahun 2013 tidak dilakukan, sehubungan dengan adanya sanksi Temporary Restriction (penghentian sementara ekspor hasil perikanan Indonesia ke Rusia) per tanggal 1 Juli 2013. Setelah melalui berbagai upaya baik teknis maupun diplomasi maka pada tanggal 17 September 2014 Pemerintah Rusia (Rosselkhoznadzor) mencabut status Temporary Restriction tersebut sehingga produk perikanan dari Indonesia diijinkan kembali memasuki pasar Rusia, Belarusia dan Khazakstan. Rincian jumlah UPI yang telah diregistrasi untuk setiap negara mitra dapat dilihat pada Tabel 3.25 di bawah ini.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
57
2014
LKj - BKIPM
Tabel 3.25 Jumlah UPI yang Teregistrasi di Negara Mitra pada 2012 - 2014 Jumlah UPI
Negara
2012
2013
2014
Uni Eropa
10
12
13
Korea
13
28
17
China
111
38
32
Kanada
29
15
14
Rusia
29
0
15
Vietnam
35
26
37
227
119
128
Total
(Sumber: Pusat Sertifikasi Mutu, BKIPM, 2014)
Keberhasilan pencapaian ini adalah karena Otoritas Kompeten secara terus menerus melakukan sosialisasi ketentuan persyaratan negara mitra dan evaluasi pemanfaatan nomer registrasi. Selain itu UPI telah memahami persyaratan negara mitra dan secara bertahap telah mampu memenuhi persyaratan negara mitra (harmonis). Capaian dapat gagal apabila terjadi perubahan persyaratan dari negara mitra yang tidak diikuti atau disosialisasikan oleh Otoritas Kompeten dan atau UPI tidak mengindahkan persyaratan tersebut. Kegiatan pendukung tahun 2014 dalam pencapaian target indikator ini adalah inspeksi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, verifikasi
tindak
lanjut
inspeksi,
kerjasama
dalam
rangka
penyerasian
persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan ekspor impor, sosialisasi ketentuan/persyaratan negara mitra, serta evaluasi dan penanganan kasus penolakan hasil perikanan. Terkait harmonisasi Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, pada tahun 2014 telah dilakukan inisiasi kerjasama dengan melakukan koordinasi
dengan
Otoritas
Kompeten
Brazil.
Inisiasi
dilakukan
dengan
menyampaikan dokumen sesuai dengan questionnaire yang dipersyaratkan oleh Otoritas Kompeten Brazil, yang secara garis besar menginformasikan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dari hulu sampai hilir. Isian Questionaire tersebut telah dikirimkan ke Otoritas Kompeten Brazil pada bulan September 2014.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
58
LKj - BKIPM IKU 18
2014
Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
Sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection adalah proses penerbitan Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for Fish and Fish Products oleh UPT KIPM melalui serangkaian tindakan karantina ikan (biosecurity) melalui pendekatan surveillance/pemantauan/monitoring yang dilakukan secara berkala dan analisis dan pengelolaan resiko HPIK. Landasan teknis penerapan in-line inspectinon adalah Keputusan Kepala BKIPM Nomor 460/BKIPM/12/2011. Penerapan sertifikasi ini diperuntukan bagi UUPI yang telah memenuhi sertifkasi cara karantina ikan yang baik. IKU ini hanya diturunkan kepada 8 UPT KIPM yang memiliki kegiatan eksportasi dan importasi komoditas perikanan. Kedelapan UPT tersebut, yaitu: Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai KIPM Surabaya I, Balai KIPM Medan I, Balai KIPM Denpasar; Balai KIPM Mataram, Stasiun KIPM Lampung, Stasiun KIPM Bandung, dan Stasiun KIPM Merak. Capaian IKU 18 dihitung berdasarkan persentase jumlah sertifikat berbasis in-line inspection pada UUPI bersertifikat CKIB dibanding dengan total sertifikat yang diterbitkan terhadap UUPI tersebut. Formula yang digunakan untuk mengukur IKU 18 adalah sebagai berikut: IKU 18
Analisis Informasi
Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for Fish and Fish Products yang diterbitkan berbasis ILI pada UUPI yang sudah memperoleh Sertifikat CKIB (A)
A X
100%
B
Jumlah Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan/Health Certificate for Fish and Fish Products yang diterbitkan pada total UUPI yang ada (B) Prosentase
Pada tahun 2014 rata-rata prosentase sertifikasi yang dilayani melalui basis in line inspection di 8 UPT KIPM mencapai 20% dari target 20% yang ditetapkan, dengan tingkat capaian 100%.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
59
LKj - BKIPM
2014
Jika dibandingkan dengan target kinerja 2013 yang 15% maka target IKU tahun 2014 ini meningkat menjadi 20%. Data capaian IKU 18 tahun 2013 -2014 disajikan pada Tabel 3.26 di bawah ini. Tabel 3.26 Capaian IKU 18 pada 2013 dan 2014 Capaian 2013 2014
Uraian Indikator Kinerja Persentase sertifikasi kesehatan ikan berbasis in line inspection
15%
20%
Ket. : IKU 18 mulai diukur pada tahun 2013
IKU 19
Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
Instalasi sesuai standar adalah instalasi karantina ikan milik UUPI yang memiliki dokumen mutu, kelayakan sarana dan prasarana sesuai standar, komitmen
manajemen
yang
konsisten
dalam
penerapan
biosekuriti
dan
pengendalian kesehatan ikan dalam manajemen budidaya ikannya. Dalam menetapkan kategori instalasi yang sesuai standar maka dilakukan penilaian, verifikasi,
monitoring
dan
inspeksi
terhadap
instalasi
untuk
dinilai
kesesuaian/ketidaksesuaian terhadap dokumen mutu, standar sarana prasarana dan konsistensi penerapan biosekuriti, apabila sesuai maka akan ditetapkan Kepala BKIPM. Kemampuan laboratorium UPT KIPM baik dari segi personel maupun peralatan harus dapat mendukung fungsi pengujian. Idealnya, setiap UPT KIPM memiliki kapabilitas laboratorium yang dapat menguji HPIK dan mutu setiap jenis HPIK/produk hasil perikanan. Selain pemenuhan peralatan, bangunan, dan SDM sesuai standar minimal laboratorium, maka laboratorium UPT KIPM harus diakreditasi dalam rangka penerapan Sistem Jaminan Mutu Laboratorium sesuai ISO/IEC 17025 : 2005. Akreditasi laboratorium adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal oleh lembaga akreditasi nasional yang menyatakan bahwa laboratorium memiliki kompetensi serta berhak melaksanakan penilaian kesesuaian. Terakreditasinya suatu laboratorium maka akan dapat menjamin bahwa sistem yang diterapkan di
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
60
LKj - BKIPM
2014
laboratorium akan tetap konsisten dan senantiasa ditingkatkan dari waktu ke waktu. Alat ukur capaian IKU 19 digunakan formula sebagai berikut: IKU 19
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
Realiasi jumlah instalasi sesuai standar dengan penetapan Kepala BKIPM (A)
ƩA
Realiasi jumlah laboratorium yang diakreditasi KAN/BSN (B)
ƩB
Pada tahun 2014, Kepala BKIPM telah menetapkan 12 instalasi karantina ikan yang sesuai standar berdasarkan penilaian dari Tim Penilaian bentukan Pusat Karantina Ikan, dan 12 laboratorium telah mendapatkan pengakuan akreditasi dari KAN/BSN. Keberhasilan capaian indikator ini dikarenakan adanya target dan ketepatan waktu penilaian instalasi oleh Tim Penilai Instalasi, dan proses akreditasi yang dilakukan KAN/BSN tepat sesuai dengan rencana. Data realisasi capaian IKU 19 tahun 2011 - 2014 disajikan pada Tabel 3.27 di bawah ini. Tabel 3.27 Data Capaian IKU 19 Tahun 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja
2011
Jumlah instalasi yang sesuai standar dan laboratorium yang terakreditasi
2 IKI, 6 lab
Capaian 2012 2013 21 IKI, 15 lab
5 IKI, 13 lab
2014 12 IKI, 12 lab
Sumber: Pusat Karantina IKan, BKIPM, 2014
Kedua belas Instalasi yang telah ditetapkan di tahun 2014, yaitu: PT. Bibit Unggul Mataram, PT. Central Pertiwi Bahari Situbondo, UD. Bali Sukses Mandiri Bali, CV. Musi Jaya Bali, CV. Aquazone Indonesia Bandung, PT. Bibit Unggul Mataram, UD. Inti Aquarium Medan, PT. Prima Larvae Lampung, PT. Syaqua Indonesia Lampung, CV. Prima Aquatics Indonesia, CV. Sari Agung, dan CV. Aquamarindo. Dengan bertambahnya laboratorium yang diakreditasi pada tahun 2014 sebanyak
12
laboratorium
maka
seluruh
laboratorium
UPT
KIPM
telah
diakreditasi, yaitu sebanyak 47 unit. Capaian ini didorong oleh adanya kebijakan BKIPM bahwa pada tahun 2014 laboratorium UPT KIPM harus sudah diakreditasi
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
61
LKj - BKIPM
2014
seluruhnya agar pengujian laboratorium penyakit ikan sesuai standar nasional dan internasional. Tabel 3.28 Laboratorium UPT KIPM yang Terakreditasi Tahun 2014 No.
Laboratorium UPT KIPM
Nomor Sertifikat
Ket Reakreditasi III
1
Balai Besar KIPM Makassar
LP-288-IDN
2
Stasiun KIPM Kelas I Jambi
LP-633-IDN
3
Stasiun KIPM Kelas I Entikong
LP-554-IDN
4
Stasiun KIPM Kelas II Bandung
LP-817-IDN
Akreditasi I
5
Balai Besar KIPM Jakarta I
LP-228-IDN
Reakreditasi III
6
Stasiun KIPM Kelas ll Merak
LP-694-IDN
Penambahan Ruang Lingkup
7
Stasiun KIPM Kelas l Medan II
LP-819-IDN
Akreditasi I
8
SKIPM Kelas I Gorontalo
LP-822-IDN
Akreditasi I
9
Stasiun KIPM Kelas ll Sorong
LP-823-IDN
Akreditasi I
10
Stasiun KIPM Kelas ll Bau-Bau
LP-827-IDN
Akreditasi I
11
Stasiun KIPM Kelas I Ternate
LP-840-IDN
Akreditasi I
12
Stasiun KIPM Kelas Il Mamuju
LP-841-IDN
Akreditasi I
IKU 20
Penambahan Ruang Lingkup Penambahan Ruang Lingkup
Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability
Penerapan sistem manajemen mutu yang efektif dan konsisten dari hulu sampai hilir perlu didukung oleh sistem kemampuan telusur atau traceability. Tujuan traceability adalah untuk mengendalikan produk perikanan apabila terjadi insiden keamanan pangan atau produk yang bermasalah akan mudah ditelusuri. Traceability adalah kemampuan untuk menelusuri riwayat, aplikasi atau lokasi dari suatu produk atau kegiatan untuk mendapatkan kembali data dan informasi melalui suatu identifikasi terhadap dokumen yang terkait. Sistem Traceability merupakan bagian penting dalam sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai persyaratan internasional. Setiap produk hasil perikanan yang akan didistribusikan dari hulu ke hilir harus dapat ditelusuri melalui pemenuhan alur informasi dan basis data.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
62
2014
LKj - BKIPM
Sistem traceability ditujukan untuk mengendalikan produk apabila terjadi insiden keamanan pangan atau produk yang bermasalah akan mudah ditelusuri. Untuk
merealisasikan traceability hasil
perikanan Indonesia, BKIPM
membangun suatu aplikasi yang berbasis IT integrated yang diberi nama SISTRALINA (Sistem Traceability Perikanan Indonesia). Dengan aplikasi ini diharapkan para pelaku usaha dan pihak lain yang berkompeten dengan penerapan traceability dapat terfasilitasi. Sistem ini menggunakan sistem sms gateway. Tahun 2011 Sosialisasi Penerapan Sistem Traceability pada rantai suplai udang (Pilot Project) dilaksanakan di 3 (tiga) lokasi, yaitu: Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur. Tahun 2012 BKIPM melaksanakan pengembangan sistem traceability melalui sistem website dan sms (Sistralina/Sistem Traceability Online Indonesia). Sistem tersebut telah disosialisasikan di 6 (enam) lokasi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan dan Jawa Tengah. Tahun 2013 Sistralina diujicobakan (Pilot Project) di 2 (dua) lokasi, yaitu Surabaya dan Makasar. IKU 20 ini diukur dengan jumlah lokasi industrialisasi perikanan yang memanfaatkan SISTRALINA.
IKU 20
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability Jumlah bimbingan teknis pengujian laboratorium
Jumlah lokasi industrialisasi perikanan (kabupaten/kota) yang menerapkan sistem tracebility dengan menggunakan aplikasi sistralina (A)
ƩA
Registrasi merupakan pintu awal untuk mendaftarkan diri sebagai anggota SISTRALINA untuk dapat melakukan semua bentuk kegiatan dan transaksi. Dengan fungsi ini aplikan akan mendapatkan nomor anggota dan resmi menjadi anggota
SISTRALINA
dengan
segala
hak-haknya,
termasuk
mendapatkan
password untuk akses di situs www.sistralina.com. Efektifitas traceability dievaluasi melalui kegiatan verifikasi penerapan sistem traceability yang bertujuan untuk mengetahui UPI, suplier, petambak/nelayan yang
menerapkan
petambak/nelayan
sistem sebagai
traceability; pemasok
mengetahui
bahan
baku
data ke
UPI,
UPI;
suplier,
mengetahui
permasalahan dalam penerapan sistem traceability.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
63
LKj - BKIPM
2014
Capaian IKU ini pada tahun 2014 adalah 4 lokasi, yaitu Denpasar (PT. Balinusa Windumas, PT. Intimas Surya), Medan (PT. Seafood Sumatera Perkasa, PT. Medan Tropical Canning), Tarakan (PT. Mustika Minanusa Aurora, PT. Suber Kalimantan Abadi), Lampung (PT. Indokom Samudera Perkasa). Tabel 3.29 Capaian IKU 20 pada 2013 dan 2014 Uraian Indikator Kinerja
Capaian 2013 2014
Jumlah lokasi yang menerapkan aplikasi sistem traceability
2
4
(Sumber: Pusat Manajemen Mutu, BKIPM, 2014)
Beberapa kendala yang ditemui dalam penerapan sistem traceability dilokasi pilot project diantaranya: jaringan telekomunikasi melalui SMS sering lambat memberikan respon/jawaban; Website tidak dapat diakses secara kontinue karena kendala jaringan internet/lambat tidak ada jaringan; Kode Telusur (KT) masih bersifat umum, seperti: beku (frozen) tidak merinci untuk jenis produk olahan misalnya udang laut atau udang tambak; Penerapannya memerlukan waktu karena akan merubah sistem traceability yang telah disepakati oleh Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan importir di luar negeri.
IKU 21
Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi
Validasi adalah konfirmasi suatu metode melalui pengujian dan pengadaan bukti bahwa syarat-syarat tertentu dari suatu metode telah dipenuhi. Validasi perlu dilakukan oleh laboratorium terhadap metode non standar; metode yang dikembangkan sendiri; metode standar yang digunakan diluar lingkup yang dimaksud; metode standar yang dimodifikasi; dan metode standar untuk menegaskan dan mengkonfirmasikan bahwa metode tersebut sesuai dengan penggunaannya. Karena validasi merupakan suatu uji kinerja metode standar maka tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa laboratorium mampu melakukan pengujian dengan metode tersebut dengan hasil yang valid. IKU
ini
bertujuan
untuk
memvalidasi
metode
uji
dengan
cara
mengkonfirmasi suatu metode melalui pengujian dan pengadaan bukti bahwa
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
64
LKj - BKIPM
2014
syarat-syarat tertentu dari suatu metode telah dipenuhi. Jumlah metode yang telah divalidasi tahun ini, merupakan angka kumulatif dari jumlah metoda uji tahun sebelumnya. Pengukuran IKU ini menggunakan formula sebagai berikut: IKU 21 Jumlah metode uji yang divalidasi
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah metode uji laboratorium yang divalidasi tahun berjalan ditambah tahun sebelumnya (A)
ƩA + T-1
Dengan hasil uji yang valid tentunya akan meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap komoditas perikanan Indonesia. Karena pentingnya suatu metode uji yang divalidasi sebelum digunakan sebagai metode pengujian rutin, maka BKIPM mempunyai target sampai dengan tahun 2014 sebanyak 48 metode uji yang divalidasi. Sampai dengan tahun 2013 telah dilakukan validasi metoda uji sebanyak 46 metoda, dan pada tahun 2014 BKIPM melakukan validasi terhadap 2 metoda uji, yaitu validasi pengujian Megalocytivirus dengan PCR dan qPCR CYBR Green, dan validasi pengujian Sulfid pada produk perikanan dengan metode Ultra Pressure Liquid Chromatography (UPLC). Dengan demikian capaian indikator kinerja jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi pada tahun 2014 adalah 48 metoda. Perbandingan capaian tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.30 di bawah ini. Tabel 3.30 Capaian IKU 21 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Jumlah metoda uji laboratorium yang divalidasi
2011 40
Capaian 2012 2013 44
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
46
2014 48
65
LKj - BKIPM
2014
SS6. Terselenggaranya pengendalian, pengawasan dan penegakkan hukum karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan Pasal 2, Undang-undang Nomor 16 tahun 1992 menyatakan bahwa setiap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia wajib: a) dilengkapi Sertifikat yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di Negara asal dan Negara transit, kecuali media pembawa yang tergolong benda lain; b) melalui tempat-tempat pemasukan yang ditetapkan; c) dilaporkan dan diserahkan ke Petugas Karantina di tempat pemasukan sebagaimana dimaksud dalam huruf “b” untuk keperluan Tindakan Karantina, selanjutnya persyaratan administrasi dan teknis serta tindakan karantina lebih lanjut diatur sebagaimana tercantum pada pasal 6 sampai dengan 24.
IKU 22
Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Kasus pelanggaran perkarantinaan ikan adalah suatu peristiwa/kejadian pada kegiatan pemasukan/pengeluaran media pembawa/hasil perikanan yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, sedangkan pelanggaran
karantina
ikan
adalah
suatu
peristiwa/kejadian
pada
pemasukan/pengeluaran media pembawa/hasil perikanan yang tidak memenuhi ketentuan
perundangan perkarantinaan yang
berlaku.
Kasus pelanggaran
karantina ikan dianggap selesai jika memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Untuk mengukur capaian IKU 22 menggunakan formula sebagai berikut:
IKU 22
Analisis Informasi
Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah dokumen pengumpulan bahan keterangan (pulbaket) kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang ditangani dan diselesaikan (A)
A B
X
100%
Jumlah kasus pelanggaran yang terjadi (B) Prosentase
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
66
LKj - BKIPM
2014
Terdapat dua hal pokok dalam pelaksanaan tugas dan fungsi karantina ikan, yang pertama pelayanan terhadap masyarakat yang memenuhi persyaratan dan kedua pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundangan karantina ikan yang harus dipatuhi oleh stakeholder. Dalam kultur masyarakat yang kesadaran hukumnya masih rendah, sering terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketentuan perkarantinaan ikan. BKIPM melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Pusat Karantina Ikan memberikan
dukungan
terhadap
penyelesaian
beberapa
temuan
kasus
pelanggaran tindak pidana karantina ikan dan perikanan dengan memberikan dukungan penyelesaian pulbaket; membantu dalam tindakan penyelidikan dan penyidikan; pelimpahan berkas perkara ke penyidik intansi yang berwenang untuk menangani pelanggaran sesuai Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dukungan penyelesaian temuan kasus pelanggaran tindak di bidang karantina ikan dan perikanan antara lain: Temuan kasus pemasukan ikan impor dari Singapura di Balai KIPM Jakarta II, dukungan dalam tahap tanggapan Jaksa Penuntut Umum; Temuan kasus pengeluaran ekspor kura-kura moncong babi ke Hongkong di Balai Besar KIPM Jakarta I, dukunga dalam gelar perkara hasil pulbaket dan tindak lanjut penanganan kasus; Temuan kasus pengeluaran domestik arwana ke Banjarmasin di Balai Besar KIPM Jakarta I, dukungan berupa gelar perkara hasil pulbaket, tindak lanjut penanganan kasus, persiapan penyidikan, pembentukan tim penyidik, dan jadwal penyidikan, bantuan teknis penyidikan; Temuan kasus pemasukan impor ikan cupang dari Thailand Stasiun KIPM Kelas II Bandung, dukungan berupa gelar perkara dan analisis tindak lanjut penyelesaian kasus; Temuan kasus pemasukan domestik ikan botia di Balai Besar KIPM Jakarta I, dukunga berupa gelar pelanggaran; Temuan kasus pemasukan ikan hias dari Singapura, di Stasiun KIPM Bandung dukunagn dalam hal bantuan penyidikan. Temuan kasus pelanggaran perikanan yaitu: pengeluaran ekspor insang ikan pari manta di Balai KIPM Surabaya I, dukungan dalam hal pengelolaan penanganan temuan kasus serta ditindaklanjuti dengan rapat Koordinasi dengan instansi terkait; Temuan kasus pemasukkan impor ikan yang tidak sesuai dengan yang tercantum di dalam dokumen Balai KIPM Jakarta II,
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
67
LKj - BKIPM
2014
dukungan berupa pembuatan resume pulbaket, dan analisis tindak lanjut penyelesaian temuan kasus. Data
penindakan
pelanggaran
tindak
pidana
karantina
ikan
dan
pelanggaran perikanan yang ditindaklanjuti dengan projustitia, pada tahun 20112014 disajikan pada Tabel 3.31. Penanganan perkara tindak pidana di bidang karantina ikan tahun 2014, diproses berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan, sedangkan penanganan perkara tindak pidana di bidang perikanan diproses berdasarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Tabel 3.31 Data Penindakan Pelanggaran Karantina Ikan Tahun 2011-2014 TAHUN NO
BENTUK TINDAKAN 2011
2012
2013
2014
A
Penindakan pelanggaran karantina ikan (projustitia)
-
1
8
2
B
Penindakan pelanggaran karantina
-
2
4
4
-
3
12
6
JUMLAH
Pada tahun 2014, total jumlah kasus pelanggaran tindak pidana yang ditindaklanjuti dengan projustitia adalah sebanyak 6 kasus, jumlah pelanggaran tindak pidana karantina ikan yang ditindaklanjuti dengan projustitia (A) sebanyak 2 perkara, dan 4 penindakan pelanggaran perikanan (B) yang dilimpahkan Dari 2 kasus dianggap tindak pidana pelanggaran karantina ikan, keduaduanya masih dalam
tahap SPDP, dan 4 kasus pelanggaran perikanan telah
dilimpahkan ke PPNS instansi yang menangani pelanggaran perikanan (Ditjen PSDKP-KKP) . Dengan demikian rasio jumlah pelanggaran tindak pidana karantina ikan yang ditindaklanjuti dengan projustitia sebesar 100%.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
68
2014
LKj - BKIPM Tabel 3.32 Capaian IKU 22 pada 2011 - 2014
Capaian 2013 2014
Uraian Indikator Kinerja Rasio penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan ikan yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
95,12%
100%
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
Kegiatan pendukung yang berperan dalam pencapaian IKU ini adalah peningkatan kompetensi penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) BKIPM, identifikasi dan supervisi tindak lanjut penanganan pelanggaran karantina ikan, dan kesekretariatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan yang tidak kalah penting adalah sosialisasi/diseminasi untuk membentuk tingkat kepatuhan masyarakat.
IKU 23
Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Penanganan kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra merupakan upaya penyelesaian teknis sebagai tindak lanjut terhadap adanya notifikasi kasus penolakan ekspor hasil perikanan dari otoritas kompeten negara mitra. Prose kegiatan ini meliputi investigasi kasus penolakan sampai
dengan
terbitnya
rekomendasi.
Investigasi
dilaksanakan
dengan
mengumpulkan bahan klarifikasi, menyiapkan rencana dan proses pelaksanaan investigasi kasus dalam hal mencari akar masalah kasus, mengkomunikasikan dan
menyampaikan
temuan
ketidaksesuaian
serta
permintaan
tindakan
perbaikan kepada UPI dan negara mitra, memverifikasi dan koreksi tindakan perbaikan atas temuan ketidaksesuaian, menginformasikan hasil penyelesaian kasus kepada UPI dan instansi terkait, atau penerbitan rekomendasi tentang pencabutan pembekuan ekspor approval number terhadap UPI yang melanggar. Mekanisme penyelesaian penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dilakukan yaitu: adanya informasi dari negara mitra dalam bentuk notifikasi; evaluasi kasus dan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
69
LKj - BKIPM
2014
pemberian sanksi pelarangan ekspor sementara (internal suspend) kepada UPI; investigasi ke UPI; perbaikan hasil investigasi dari UPI; evaluasi perbaikan hasil investigasi dari UPI oleh BKIPM; pembukaan sanksi pelarangan ekspor sementara (internal suspend); pengiriman informasi ke negara mitra. Untuk mengukur capaian IKU ini 23 adalah dengan menggunakan formula sebagai berikut: IKU 23
Analisis Informasi
Rasio penanganan kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah rekomendasi hasil investigasi kasus penolakan ekspor hasil perikanan di negara mitra (A) Jumlah kasus penolakan yang diinvestigasi dan ditindaklanjuti (B)
A B
X
100%
Prosentase
Pada tahun 2014, dari 15 kasus penolakan yang terjadi di negara mitra terdapat satu kasus penolakan yang tidak dapat diselesaikan yaitu di negara Kanada. Sehingga realisasi IKU ini pada tahun 2014 adalah 93,33% dari target 80%. Penyelesaian kasus ini akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2015. Perbandingan capaian tahun 2013 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.33 di bawah ini. Tabel 3.33 Capaian IKU 23 pada 2013 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Rasio penanganan jumlah kasus pelanggaran mutu dan keamanan hasil perikanan di negara mitra yang dapat diselesaikan dibanding total kasus yang ditangani
Capaian 2013 2014
100%
93,33%
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
70
LKj - BKIPM
2014
CAPAIAN KINERJA PADA PRESPEKTIF LEARNING AND GROWTH SS7. Tersedianya sumberdaya manusia BKIPM yang kompeten dan professional SDM aparatur merupakan pilar paling penting dalam rencana pengembangan BKIPM, karena hanya SDM yang tangguh dan handal serta profesional yang mampu mengimbangi kecepatan perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis.
SDM merupakan
intangible asset yang berperan utama dalam peningkatan kinerja organisasi. Modal SDM aparatur yang dimiliki BIKPM pada saat ini masih memerlukan peningkatan
secara
sungguh-sungguh untuk
menghadapi dinamika perkembangan di masa depan. SDM aparatur yang ada selain masih terbatas secara kuantitas, dalam prespektif pertumbuhan masih belum memadai terutama untuk menghadapi beban kerja yang semakin berat. Namun demikian, berbagai upaya secara bersungguh-sungguh dan sistematis telah dilakukan untuk meningkatkan
kompetensi
SDM
aparaturnya
dengan
memprioritaskan pengembangan kompetensi dan kapasitas SDM yang dimiliki agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
IKU 24
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di BKIPM
Indeks Kesenjangan Kompetensi merupakan nilai yang menggambarkan seberapa besar perbandingan antara kompetensi yang telah dimiliki pemegang jabatan yang ada dalam seluruh unit kerja BKIPM dengan seluruh kompetensi yang telah ditetapkan sebagai standar yang dibutuhkan bagi pemegang jabatan. Indikator ini bertujuan untuk mengukur pejabat di BKIPM yang telah memenuhi Standar Kompetensi Jabatan. Untuk mengukur capaian IKU 24 ini dapat menggunakan formula sebagai berikut:
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
71
LKj - BKIPM
2014
IKU 24
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, dan III BKIPM
Jumlah kompetensi standar jabatan yang dibutuhkan Eselon II, dan III, (A2, A3)
( 2 − 2) 100% 2
Jumlah kompetensi standar jabatan yang dikuasai Eselon II,, dan III (B2, B3)
( 3 − 3) 100% 3
Pada dasarnya untuk mengukur IKU 24
ini adalah melalui asesmen
kompetensi, yaitu dengan melibatkan pihak ketiga (konsultan) sebagai assesor, namun dikarenakan keterbatasan alokasi pembiayaan dalam RKA Tahun 2014, maka penyelenggaraan asesmen tersebut tidak dapat dilaksanakan, tetapi BKIPM berusaha untuk mengukurnya, dalam hal dengan melakukan konfirmasi terhadap pemenuhan kompetensi kepada masing-masing jabatan sesuai dengan jenjang kompetnsinya, penyusunan kuisioner konfirmasi, merujuk pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN KP/2014 tentang Standar Kompetensi Manajerial Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kuisioner ini lebih terkait pada pemenuhan terhadap pemahaman tahapan tugas sesuai uraian tugas yang telah ditetapkan, serta pemenuhan jenis kompetensi baik kompetensi manajerial maupun aspek kompetensi khusus.pengetahuan dan keterampilan. Verifikasi data terhadap hasil konfirmasi pemenuhan persyaratan minimal standar kompetensi manajerial Eselon II, III, IV dan V di lingkungan BKIPM telah dilakukan oleh Bagian Kepegawaian, Hukum dan Organisasi Sekretariat BKIPM pada bulan September 2014. Data hasil verifikasi disajikan pada Tabel 3.34.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
72
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.34 Hasil Verifikasi Pemenuhan Kompetensi Jabatan Tahun 2014 Unit Kerja
Eselon II
III
IV
Sekretariat BKIPM
1
4
12
Pusat
3
9
21
Balai Besar KIPM
2
6
14
Balai KIPM Kelas I
7
21
BUSKIPM
1
3
Balai KIPM Kelas II
5
15
V
Stasiun KIPM Kelas I
18
54
Stasiun KIPM Kelas II
14
14
Jumlah Hasil verifikasi dari konfirmasi pemenuhan persyaratan minimal kompetensi manajerial (sebagai asumsi indeks kesenjangan kompetensi jabatan) Rata-rata (%)
6
32
118
68
16,53%
24,18%
29,08%
37,16%
27,28%
Sumber. Bagian Kepegawaian Sekretariat BKIPM, 2014
Dari hasil verifikasi data terhadap konfirmasi pemenuhan kompetensi jabatan di lingkungan BKIPM dapat ditunjukkan bahwa “indeks kesenjangan kompetensi eselon II BKIPM” adalah 16,53%, sedangkan untuk eselon III adalah 24,18%, sehingga rata-rata prosentase kesenjangan kompetensi eselon II dan III adalah 20,36%. Jika data verifikasi ini dapat diasumsikan sebagai indeks kesenjangan kompetensi maka capaian IKU ini pada tahun 2014 adalah sebesar 20,36% dari target 50%. Tabel 3.35 Capaian IKU 24 Tahun 2013 – 2014 Uraian Indikator Kinerja Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II dan III di BKIPM
Capaian 2013 2014 60%
20,36%
Langkah ke depan untuk mengetahui dengan benar indeks kesenjangan kompetensi jabatan adalah (1) perlunya alokasi anggaran untuk melaksanakan pengukuran kompetensi manajerial bagi seluruh pejabat struktural di lingkungan BKIPM, dan (2) perlunya internalisasi yang lebih terarah dan tajam terkait IKU
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
73
LKj - BKIPM ini melalui sosialisasi
standar
2014
kompetensi jabatan di lingkungan BKIPM
berdasarkan Keputusan Menteri tersebut di atas. Untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas pejabat struktural selama tahun
2014,
BKIPM
telah
mengikutsertakan
pejabatnya
dalam
kegiatan
pendidikan dan pelatihan manajerial (Diklat PIM) yang diselenggarakan oleh BPSDMKP, seperti tersaji pada Tabel 3.36 di bawah ini. Perbandingan pejabat struktural eselon III, IV dan V yang sudah dan yang belum mengikuti Diklat Pim di lingkungan BKIPM disajikan pada Tabel 3.37. Tabel 3.36 Pejabat yang Mengikuti Diklat PIM Tahun 2014 No 1 2
Nama Diklat Diklat PIM III Diklat PIM IV Jumlah
Jumlah Peserta 3 7 10
Tabel 3.37 Jumlah Pejabat BKIPM yang Belum Mengikuti Diklat PIM No 1 2 3 4
Jabatan Eselon Eselon Eselon Eselon
II III IV V
Diklat PIM Sudah Belum 2 4 29 3 107 11 0 68
% yang Belum 66,67 9,37 9,32 0
Selain pejabat struktural, peningkatan kapasitas dan kapabilitas juga dilakukan untuk pejabat fungsional, selama tahun 2014 pejabat fungsional di lingkungan BKIPM yang mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional dapat disajikan pada Tabel 3.38. Tabel 3.38 Data Pegawai yang Mengikuti Diklat Teknis Tahun 2014 No 1 2 3 4
Diklat Diklat Diklat Diklat
Nama Diklat Penjenjangan PHPI Mahir Penjenjangan PHPI Muda Sistem Monev Kinerja Organisasi Karya Tulis Ilmiah Jumlah
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jumlah 80 80 65 80 305
74
2014
LKj - BKIPM
SS8. Tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM Di era globalisasi saat ini, kebutuhan akan teknologi informasi dan komunikasi
mutlak
dan
tidak
dapat
dihindarkan.
Beberapa
pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien dengan
menggunakan
bantuan
teknologi
informasi
karena
kemampuannya yang dapat melewati batas-batas wilayah. Selain itu tuntutan akuntabilitas dan transparansi akan dapat dipenuhi dengan
teknologi
informasi
dan
komunikasi.
Pengembangan
teknologi informasi dan komunikasi BKIPM sebagai infrastruktur pendukung fungsi perkarantinaan ikan serta pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan ditujukan untuk memfasilitasi dan mempermudah semua bussiness process yang dilakukan BKIPM utamanya dalam memberikan pelayan publik.
IKU 25
Service Level Agreement di BKIPM
Service Level Agreement (SLA) merupakan komitmen BKIPM
untuk
memberikan jasa berupa jaminan pelayanan data dan informasi kepada pengguna/pemanfaat secara on-line. Layanan on-line yang dimaksud adalah layanan website BKIPM. Pengukuran IKU ini dilakukan terhadap up-time atas dasar laporan yang diterima oleh Bagian Informasi dan Humas dari service penyedia jasa atas kontrak pelayanan bandwidth TIK. SLA dibutuhkan sebagai jaminan atas layanan yang diberikan kepada user, sehingga user tersebut bisa puas atas layanan yang diberikan. Dari sisi user adalah menjamin aspek ketersedian informasi yang berkualitas, akurat, dan up-date. Untuk mengevaluasi capaian IKU 24 ini dapat digunakan formula sebagai berikut. IKU 24 Service Level Agreement (SLA)
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Jaringan koneksi internet berfungsi 98% dalam setahun atau maksimal down time 175 jam/ 7 hari dalam satu tahun (A)
(365 – A) X
100% %
365
Prosentase
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
75
LKj - BKIPM
2014
Sesuai dengan manual IKU SLA, pengukuran terhadap SLA adalah layanan akses website BKIPM (uptime) dan aplikasi berbasis web dengan target pada tahun 2014 adalah 80%. Capaian indikator ini pada tahun 2014 adalah sebesar 100% (tidak terjadi downtime). Perbandingan capaian tahun 2011 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.39 di bawah ini. Tabel 3.39 Capaian IKU 25 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Service Level Agreement di BKIPM
Capaian 2013 2014 97,25%
100%
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
IKU 26
Persepsi user terhadap kemudahan akses (Skala Likert 1-5)
Persepsi user dalam hal ini merupakan pengalaman user tentang kemudahan akses layanan informasi yang diberikan oleh BKIPM. Persepsi user berkaitan dengan kemudahan dalam mengakses layanan informasi. Metode yang digunakan adalah survei kepada pengguna layanan (user) melalui penyebaran kuisioner. Cara menghitung IKU 24 ini digunakan formula sebagai berikut: IKU 24
Analisis Informasi
Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert)
Hasil pengukuran komponen mutu dengan komponen yang dipersyaratkan melalui kuisioner
Rumus Perhitungan IKU Pengukuran melalui informasi dari kuisioner dengan Skala Likert
Tanggal pelaksanaan Jumlah responden
Target IKU ini pada tahun 2014 adalah 4,25 dalam skala likert (1-5) dengan realisasi sebesar 3,76 atau mencapai 88,47%. Pencapaian target untuk IKU ini tidak terpenuhi, karena survei hanya dapat dilaksanakan di 6 UPT KIPM dengan total responden eksternal yang tidak homogen sebanyak 166 orang, hal ini dikarenakan keterbatasan anggaran untuk melakukan survei, layanan informasi BKIPM belum dapat disosialisasikan dengan baik serta informasi layanan masih
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
76
2014
LKj - BKIPM
bersifat internal. Survei ini dilaksanakan pada bulan Februari – Agustus 2014. Perbandingan capaian tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.40 di bawah ini. Tabel 3.40 Capaian IKU 26 pada 2013 - 2014 Capaian 2013 2014
Uraian Indikator Kinerja Persepsi user terhadap kemudahan akses di BKIPM (skala likert 1-5)
4
3,76
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
SS9. Terwujudnya good governance dan clean government di BKIPM Untuk
mewujudkan
good
governance
dan
clean
government
diperlukan peran serta aparat pengawas internal dan eksternal pemerintah. Peran aparat pengawas (auditor) tersebut adalah untuk memastikan seluruh kegiatan BKIPM telah berjalan sesuai peraturan perundang-undangan. Bagian keuangan dan umum sebagai bidang utama masalah pengelolaan keuangan dan barang milik negara selalu memberi informasi dan dukungan agar pemeriksaan auditor tersebut
berjalan
dengan
baik,
salah
satunya
ialah
dengan
melakukan pendampingan dan selalu menindaklanjuti temuan maupun rekomendasi BPK dan Inspektorat Jenderal KKP.
IKU 27
Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan ekternal pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi
Rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal adalah masukan atau saran yang harus ditindaklanjuti dengan rencana aksi/rencana tindak guna menyelesaikan suatu temuan atau koreksi, rekomendasi dapat berasal dari aparat pengawas internal Pemerintah (Itjen dan BPKP) serta dari aparat pengawas
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
77
2014
LKj - BKIPM
eksternal pemerintah (BPK), Untuk mengukur capaian IKU 27 digunakan formula sebagai berikut: IKU 27
Analisis Informasi
Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi tindak lanjut oleh unit kerja terhadap jumlah rekomendasi APIEP (A)
A X
Jumlah seluruh rekomendasi APIEP yang diberikan kepada unit kerja (B)
B
100%
Prosentase
Pada tahun 2014, realisasi IKU ini sebesar 79,52%. Hal ini dikarenakan BKIPM baru dapat menyelesaikan 66 hasil rekomendasi dari total 83 rekomendasi Inspektorat Jenderal KKP pada Tahun 2014. Tabel 3.41 Capaian IKU 27 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Ekternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di BKIPM
IKU 28
Capaian 2013
2014
100%
79,52%
Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM
Penilaian Inspektorat Jenderal KKP atas akuntabilitas kinerja BKIPM. Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Hasil penilaian atas AKIP BKIPM tahun N didapatkan pada akhir tahun. Aspek akuntabilitas kinerja BKIPM yang dinilai meliputi:
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
78
2014
LKj - BKIPM No
Aspek Penilaian
Bobot Penilaian
1
perencanaan kinerja BKIPM
35%;
2
pengukuran kinerja BKIPM
20%;
3
pelaporan kinerja BKIPM
15%;
4
evaluasi program BKIPM
10%;
5
pencapaian kinerja BKIPM
20%
Sesuai dengan hasil penilaian kinerja oleh Inspektorat Jenderal KKP tahun 2014, BKIPM mendapatkan kriteria A dengan nilai keseluruhan 79,97 Hasil ini menunjukan peningkatan jika dibandingkan dengan penilaian kinerja BKIPM di tahun 2013 yang memperoleh kriterianya A tapi dengan nilai keseluruhan 76,82. Perbandingan capaian Tahun 2011 – 2014 dan target tahun terakhir pada RPJM II dapat dilihat pada Tabel 3.42 dan Tabel 3.43 di bawah ini. Tabel 3.42 Capaian IKU 28 pada 2011-2014 Uraian Indikator Kinerja Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BKIPM
Capaian 2012 2013
2011 Nilai AKIP B
Nilai AKIP A
Nilai AKIP A
2014 Nilai AKIP A
Tabel 3.43 Perkembangan Nilai AKIP Berdasarkan Aspek Penilaian No
Aspek Penilaian
2011
2012
2013
2104
1
perencanaan kinerja BKIPM
32,33
31,47
29,98
30,31
2
pengukuran kinerja BKIPM
18,00
15,38
18,50
17,32
3
pelaporan kinerja BKIPM
10,67
11,64
12,18
12,60
4
evaluasi program BKIPM
-
-
-
2,03
5
pencapaian kinerja BKIPM
4,41
16,91
16,16
17,71
65,41
75,40
76,82 79,97
Nilai Total
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
79
LKj - BKIPM
2014
Grafik 3.4 Perkembangan Nilai AKIP BKIPM 2011 - 2014 85 79,97 80
76,82 75,4
75
70 65,41 65
60 2011
IKU 29
2012
2013
2014
Indeks kepuasan masyarakat BKIPM
Seiring kemajuan teknologi dan tuntutan masyarakat dalam hal pelayanan, unit penyelenggara pelayanan publik dituntut untuk
memenuhi
harapan
masyarakat dalam melakukan perbaikan pelayanan. Survei kepuasan masyarakat merupakan
pengukuran
secara
komprehensif
kegiatan
tentang
kepuasan
masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggara pelayanan publik. Pedoman dalam hal melakukan survey kepuasan masyarakat digunakan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2014 tentang Pedoman Survei Kepuasan Masyarakat Terhadap Penyelenggaran Pelayanan Publik. Ruang lingkup pengukuran indeks kepuasan masyarakat BKIPM adalah pelayanan publik di unit pelayanan sertifikasi kesehatan ikan yaitu di 44 UPT KIPM. Nilai indeks kepuasan masyarakat tersebut dihitung dengan menggunakan nilai rata-rata tertimbang masing-masing unsur pelayanan. Dimana setiap unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama, dengan formula sebagai berikut. Bobot nilai rata − rata tertimbang =
Jumlah bobot Jumlah unsur
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
80
LKj - BKIPM
2014
Untuk memperoleh nilai indeks kepuasan masyarakat (IKM) di 44 UP digunakan pendekatan nilai rata-rata tertimbang. =
Total dari nilai persepsi per unsur Total unsur yang terisi
−
Selanjutnya untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian indeks kepuasan masyarakat, yaitu antara 20-100, maka hasil penilaian dikonversikan dengan nilai dasar 20, dengan rumus. Nilai Konversi IKM = Nilai Indeks x 20 Nilai Persepsi 1 2 3 4 5
Nilai Interval IKM 1.00-1.80 1.81-2.60 2.61-3.40 3.41-4.20 4.21--5
Nilai Interval Konversi IKM 20-36 37-52 53-68 69-84 85-100
Mutu Pelayanan E D C B A
Kinerja Unit Pelayanan Buruk Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai IKM adalah 3,76, dengan nilai interval konversi IKM di BKIPM, yaitu 82,33 atau berkategori Baik. Rekapitulasi nilai IKM pada UPT lingkup BKIPM dapat dilihat pada Lampiran 5. Perbandingan capaian tahun 2013 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.44 di bawah ini. Tabel 3.44 Capaian IKU 29 pada 2013 - 2014 Capaian 2013 2014
Uraian Indikator Kinerja Indeks kepuasan masyarakat BKIPM
82,37
82,33
Ket.: Pengukuran baru dilakukan pada tahun 2013
IKU 30
Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM
Penilaian
Inisiatif
Anti
Korupsi
(PIAK)
merupakan
kegiatan
Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam mendorong Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
membangun
sistem
antikorupsi
di
instansinya.
Keikutsertaan
Kementerian/Lembaga/ dan Pemerintah Daerah dalam PIAK bersifat voluntary
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
81
LKj - BKIPM
2014
basis. Peserta PIAK melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap pertanyaan-pertanyaan terkait inisiatif antikorupsi yang telah dilakukannya berikut bukti-bukti pendukungnya. Inisiatif anti korupsi (IAK) merupakan self assessment atas inisiatif anti korupsi di suatu Lembaga/Kementerian. Dalam hal ini, nilai IAK BKIPM merupakan penilaian dari Inspektorat Jenderal KKP terhadap inisiatif anti korupsi yang dilakukan oleh masing-masing unit Eselon I KKP dengan kuesioner. Untuk mengukur capaian IKU 30 adalah hasil penilaian dari KPK/APIEP. IKU 30
Analisis Informasi
Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM
Assessment atas Inisiatif Anti Korupsi berdasarkan kriteria penilaian yang dilakukan oleh KPK;
Rumus Perhitungan IKU Hasil penilaian KPK/APIEP
BKIPM, sebagai bagian dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2014 juga melakukan penilaian dalam upaya pencegahan korupsi dengan indikator seperti
tersedianya kode etik; peningkatan transparansi dalam
manajemen SDM, pengadaan barang/jasa, penyelenggaraan negara; peningkatan akses publik dalam memperoleh informasi inti utama; pelaksanaan saran perbaikan KPK/BPK/APIP, dan kegiatan promosi anti korupsi. Realisasi nilai inisiatif anti korupsi BKIPM pada tahun 2014 adalah sebesar 8,61 dari target sebesar 7,75. Capaian ini menurun jika dibandingkan dengan nilai capaian tahun 2013 yang sebesar 8,84. BKIPM terus melakukan perbaikan dalam menjaga konsistensi dan peningkatan upaya pencegahan korupsi. Diharapkan nilai PIAK BKIPM pada tahun mendatang dapat meningkat seiring dengan kemajuan upaya pencegahan korupsi yang dilakukan. Perbandingan capaian tahun 2011 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.45 di bawah ini. Tabel 3.45 Capaian IKU 30 pada 2012 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Nilai inisiatif anti korupsi BKIPM
2012
Capaian 2013
2014
7,95
8,84
8,61
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
82
2014
LKj - BKIPM
IKU 31
Nilai penerapan reformasi dan birokrasi BKIPM
Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang pelaksanaannya dilakukan melalui program-program yang meliputi:
(1)
Manajemen
Perubahan;
(2)
Penataan
Peraturan
Perundang-
undangan; (3) Penataan dan Penguatan Organisasi; (4) Penataan Tata Laksana; (5) Penataan Sistem SDM Aparatur; (6) Penguatan Pengawasan Intern; (7) Penguatan Akuntabilitas Kinerja; (8) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik; dan (9) Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan. Berbagai
permasalahan/hambatan
yang
mengakibatkan
sistem
penyelenggaraan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi birokrasi KKP dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain reformasi birokrasi KKP merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan. Oleh karena itu KKP harus segera mengambil langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan sistemik sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien sesuai dengan visi, misi, dan strategi KKP. Oleh karena itu, BKIPM sebagai salah satu unit kerja eselon I memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan reformasi birokrasi sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban. Tata
cara
penilaian
pelaksanaan
reformasi
birokrasi
pada
instansi
kementerian/lembaga mengalami perubahan pada tahun 2014. Jika pada tahun 2012–2013 penilaian berdasarkan pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 01 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagai instrumen untuk mengukur kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara mandiri (self-assessment), maka pada tahun 2014 penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi berdasarkan pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
83
LKj - BKIPM
2014
Perubahan tools penilaian dilakukan untuk mengikuti perkembangan pelaksanaan reformasi birokrasi, agar penilaian kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan objektif, maka perlu dilakukan upaya penyempurnaan. Penyempurnaan mencakup: (1) penekanan fokus penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi pada area perubahan yang sudah ditetapkan, (2) perubahan terhadap sistem on-line dan petunjuk teknisnya, serta (3) perlunya dilakukan evaluasi eksternal untuk memvalidasi/memverifikasi hasil penilaian mandiri yang dilakukan oleh setiap instansi pemerintah dengan menggunakan sistem
self
assessment.
Penyempurnaan
juga
dimaksudkan
untuk
mengintegrasikan instrumen evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dalam satu instrumen yang dapat digunakan baik oleh Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN), Tim Quality Assurance (TQA) dan Tim Independen Reformasi Birokrasi Nasional (TIRBN). Dengan demikian penilaian terhadap kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat dilakukan dengan lebih obyektif. Metodologi yang digunakan untuk melakukan penilaian pada komponen pengungkit, adalah teknik “criteria referrenced test” dengan cara menilai setiap komponen dengan kriteria penilaian dari masing-masing komponen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk melakukan penilaian komponen hasil, antara lain menggunakan nilai akuntabilitas kinerja, nilai kapasitas organisasi (survei internal), nilai persepsi korupsi (survei eksternal), opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan. IKU 31 Nilai Penerapan RB BKIPM
Analisis Informasi
Rumus Perhitungan IKU
Hasil Penilaian Mandiri yang telah diverifikasi oleh Inspektorat Jenderal
Hasil penilaian BKIPM/Inspektorat Jenderal KKP atau Kementerian PAN dan RB
Tanggal pelaksanaan
Hasil Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) BKIPM tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.46 berikut ini.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
84
2014
LKj - BKIPM Tabel 3.46 PMPRB BKIPM Tahun 2014 No.
Penilaian
Nilai
Pengungkit
54,48
1.
Manajemen Perubahan
4,8
2.
Penataan Peraturan Perundang-undangan
4,38
3.
Penataan dan Penguatan Organisasi
5,83
4.
Penataan Tatalaksana
4,63
5.
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
6.
Penguatan Akuntabilitas Kinerja
5,27
7.
Penguatan Pengawasan
9,78
8.
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
14,39
5,4
Hasil
30,28
1. 2.
Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Organisasi Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN
14,86 7,47
3.
Kualitas pelayanan publik Total
7,95 84,76
Nilai Penerapan Reformasi Birokrasi BKIPM tahun 2014 adalah 84,76, capaian tersebut telah melebihi target yang ditetapkan yakni 80, atau setara dengan pencapaian 105,95%. Sedangkan dalam periode tahun 2012-2014, nilai penerapan reformasi birokrasi BKIPM rata-rata meningkat 9,06% setiap tahunnya. Tabel 3.47 Capaian IKU 31 pada 2012 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Nilai penerapan reformasi birokrasi BKIPM
2012
Capaian 2013
70
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
80
2014 84,76
85
LKj - BKIPM
2014
SS10. Terkelolanya anggaran BKIPM yang optimal Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003
tentang
Keuangan
Negara,
Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai
tugas
antara
lain
menyusun
dan
menyampaikan
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Akuntabilitas keuangan BKIPM tahun 2014 telah dilaporkan melalui Laporan Keuangan, berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.
IKU 32
Persentase penyerapan DIPA BKIPM
IKU ini bertujuan untuk mengukur persentase penyerapan DIPA BKIPM Tahun 2014. Capaian IKU dihitung dengan membandingkan antara jumlah realisasi penyerapan DIPA dengan pagu DIPA yang direncanakan. Untuk mengukur capaian IKU 32 digunakan formula sebagai berikut: IKU 32
Analisis Informasi
Persentase penyerapan DIPA BKIPM
Rumus Perhitungan IKU
Realisasi jumlah nilai SP2D (gaji, barang dan modal) (A) A Jumlah pagu anggaran (B)
B
X
100%
Prosentase
Alokasi anggaran BKIPM pada tahun anggaran (T.A) 2014 sesuai dengan dokumen DIPA semula sebesar Rp259.762.597.000, terdapat penambahan anggaran untuk tunjangan kinerja pegawai dan PNPB, sehingga menjadi Rp317.111.771.000.
Anggaran
ini
terdiri
dari
rupiah
murni
sebesar
Rp306.554.173.000, dan PNPB sebesar Rp10.557.598.000. Target penyerapan DIPA BKIPM pada T.A 2014 adalah 95% dengan realisasi sebesar 96,86% atau mencapai 101,96%. Pagu dan realisasi penyerapan anggaran BKIPM T.A 2014 untuk setiap kegiatan disajikan pada Tabel 3.48 di bawah ini.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
86
2014
LKj - BKIPM Tabel 3.48 Penyerapan Anggaran per Kegiatan T.A 2014 Program/Kegiatan
Pagu (Rp)
Realisasi (Rp)
%
Program Pengembangan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
317.111.771.000
307.147.217.365
96,86
Pengembangan dan pembinaan perkarantinaan ikan
10.670.800.000
10.543.832.903
98,81
Pengembangan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan
16.484.110.000
15.930.029.376
96,64
9.295.500.000
8.773.975.879
94,39
280.661.361.000
271.899.379.207
96,88
Kegiatan
Pengembangan sistem manajemen karantina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BKIPM
Sedangkan pagu dan realisasi penyerapan anggaran BKIPM T.A 2014 per jenis belanja dan penyerapan anggaran triwulanan, dapat disajikan pada Tabel 3.49 dan Tabel 3.50 di bawah ini. Tabel 3.49 Penyerapan Anggaran per Jenis Belanja T.A 2014 Jenis Belanja
Pagu (Rp)
Realisasi (Rp)
%
Belanja Pegawai
142.530.145.000
137.691.256.287
96,61
Belanja Barang
161.610.430.000
157.031.221.090
97,17
12.971.196.000
12.424.739.988
95,79
317.111.771.000
307.147.217.365
96,86
Belanja Modal Total
Tabel 3.50 Persentase Penyerapan Anggaran Triwulanan Jenis Belanja
Persentase penyerapan s.d Triwulan (%) TW1
TW2
TW3
TW4
Belanja Pegawai
20,88
45,60
74,10
96,61
Belanja Barang
14,60
38,75
62,97
97,17
Belanja Modal
10,71
27,03
44,92
95,79
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
87
2014
LKj - BKIPM Grafik 3.5 Grafik Penyerapan Anggaran BKIPM
Sedangkan kalau dirinci berdasarkan kegiatan, terdapat satu kegiatan yang realisasinya di bawah 95%. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: adanya kebijakan pemerintah yang melarang pelaksanaan pertemuan di hotel sehingga sebagian kegiatan pertemuan tersebut tidak dapat direalisasikan; adanya efisiensi terhadap belanja barang dan belanja modal. Perbandingan realisasi anggaran BKIPM tahun 2011 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 3.51 berikut. Tabel 3.51 Capaian IKU 32 pada 2011 - 2014 Uraian Indikator Kinerja Persentase penyerapan DIPA BKIPM
2011
Capaian 2012 2013
99,70% 101,42% 97,71%
2014 96,86%
LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya,
yang
mencakup
unsur-unsur
pendapatan,
belanja,
surplus/defisit, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masingmasing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Laporan Keuangan BKIPM T.A 2014 terdiri dari penerimaan pajak sebesar Rp0 dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp16.268.330.468 atau 106,17 persen dari target Rp15.323.079.964.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
88
2014
LKj - BKIPM Sementara
untuk
Rp307.147.217.365
realisasi
atau
belanja
96,86
bruto
persen
BKIPM
dari
T.A
2014
anggarannya
sebesar sebesar
Rp317.111.771.000. Realisasi belanja bruto BKIPM di atas terdiri dari belanja rupiah murni sebesar Rp298.200.067.639 atau sebesar 97,27% dari anggarannya sebesar Rp306.554.173.000 dan belanja PNBP sebesar Rp8.947.149.726 atau sebesar 84,75% dari anggarannya sebesar Rp10.557.598.000. Dikarenakan terdapat pengembalian belanja sebesar Rp162.630.250 maka mempengaruhi realisasi belanja menjadi netto sebesar Rp306.984.587.115 atau 96,81 persen. Pengembalian
belanja
tersebut
terdiri
dari
belanja
pegawai
sebesar
Rp113.962.050, belanja barang sebesar Rp46.492.700, belanja modal sebesar Rp2.175.500. Sementara realisasi belanja bruto T.A 2013 sebesar Rp296.956.268.852 atau 97,76
persen
dari
anggarannya
sebesar Rp303.698.139.000.
Dikarenakan
terdapat pengembalian belanja sebesar Rp215.017.401 maka mempengaruhi realisasi belanja menjadi netto sebesar Rp296.741.251.451 atau 97,71 persen. Untuk realisasi dari sumber dana yang berasal dari pendapatan negara dan hibah pada BKIPM adalah Rp17.742.716.731 dari target Rp14.352.187.799. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran T.A 2013 dan 2014 disajikan pada Tabel 3.52 dan 3.53 berikut ini. Tabel 3.52 Ringkasan LRA Netto T.A 2013 dan T.A 2014 Uraian Pendapatan Negara Belanja Negara
T.A 2013 Realisasi
T.A 2014 Anggaran
Realisasi
%
17.742.716.731
15.323.079.964
16.268.330.468
106.17
296.741.251.451
317.111.771.000
306.984.587.115
96.81
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
89
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.53 Rincian Realisasi Belanja Netto BKIPM T.A 2013 dan 2014 URAIAN
Per 31 Des 2014 / TA.2014 Anggaran
Pendapatan Negara dan Hibah JUMLAH PENDAPATAN Belanja Rupiah Murni
JUMLAH BELANJA
%
Anggaran
Realisasi Belanja
%
15.323.079.964
16.268.330.468 106,17
14.352.187.799
17.742.716.731 123,62
15.323.079.964
16.268.330.468 106,17
14.352.187.799
17.742.716.731 123,62
306.554.173.000
Belanja Pinjaman Luar Negeri Belanja Hibah PNBP
Realisasi Belanja
Per 31 Des 2013 / TA.2013
298.037.437.389 97,22
293.811.487.000
287.410.025.526 97,82
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10.557.598.000
8.947.149.726 84,75
9.886.652.000
9.331.225.925 94,38
317.111.771.000
306.984.587.115 96,81
303.698.139.000
296.741.251.451 97,71
NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan dan dibandingkan dengan tanggal pelaporan sebelumnya. Jumlah aset pada T.A 2014 (per 31 Desember 2014) adalah sebesar Rp288.954.638.261, di mana jumlah aset tersebut terdiri dari aset lancar sebesar Rp6.753.092.166, aset tetap sebesar Rp277.510.321.832 dan aset lainnya sebesar Rp4.684.992.634. Jumlah kewajiban pada T.A 2014 (per 31 Desember 2014) adalah sebesar Rp675.203.045 yang merupakan Kewajiban Jangka Pendek. Ekuitas dana (kekayaan bersih) BKIPM T.A 2014 (per 31 Desember 2014) adalah sebesar Rp288.279.435.216, di mana ekuitas dana tersebut terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp6.077.889.121 dan Ekuitas Dana Investasi sebesar Rp288.201.546.095. Ringkasan Neraca T.A 2014 (per 31 Desember 2014) dan 2013 (per 31 Desember 2013) dapat disajikan pada Tabel 3.54 berikut.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
90
LKj - BKIPM
2014
Tabel 3.54 Ringkasan Neraca T.A 2014 dan 2013 Kenaikan/(Penurunan) Uraian
31 Des 2014
31 Des 13 Rp
%
ASET Aset Lancar Aset Tetap Piutang Jk Panjang Aset Lainnya Jumlah Aset
6.753.092.166
19.272.737.667
(12.519.645.501)
-64,96
277.510.321.832
292.805.417.491
(15.295.095.659)
-5,22
6.231.629
-
6.231.629
4.684.992.634
4.470.879.319
214.113.315
4,79
288.954.638.261
316.549.034.477
(27.594.396.216)
-8,72
KEWAJIBAN Kewajiban Jk Pendek Jumlah Kewajiban
675.203.045
12.559.868.316
(11.884.665.271)
-94,62
675.203.045
12.559.868.316
(11.884.665.271)
-94,62
6.077.889.121
6.712.869.351
(634.980.230)
EKUITAS DANA Ekuitas Dana Lancar Ekuitas Dana Invesrasi
-9,46
282.201.546.095
297.276.296.810
(15.074.750.715)
-5,07
Jumlah Ekuitas Dana
288.279.435.216
303.989.166.161
(15.709.730.945)
-5,17
Jumlah Kewajiban & Ekuitas
288.954.638.261
316.549.034.477
(27.594.396.216)
-8,72
EVALUSASI EFISIENSI Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refermasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, pengukuran kinerja kegiatan ini diwajibkan dimaksudkan untuk melakukan evaluasi efisiensi pelaksanaan kegiatan terhadap sumber daya yang dimiliki. Fokus pengukuran efisiensi adalah indikator input dan output dari suatu kegiatan. Dalam hal ini, diukur kemampuan suatu kegiatan untuk menggunakan input yang lebih sedikit dalam menghasilkan output yang sama/lebih besar; atau penggunaan input yang sama dapat menghasilkan output yang sama/lebih besar; atau persentase capaian output sama/lebih tinggi daripada persentase capaian input. Efisiensi suatu kegiatan diukur dengan membandingkan indeks efisiensi (IE) terhadap standar efisiensi (SE). Indeks efisiensi (IE) diperoleh dengan membagi % capaian output terhadap % capaian input, sesuai rumus berikut. =
% %
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
91
LKj - BKIPM
2014
Sedangkan standar efisiensi (SE) merupakan angka pembanding yang dijadikan dasar dalam menilai efisiensi. Dalam hal ini, SE yang digunakan adalah indeks efisiensi sesuai rencana capaian, yaitu 1, yang diperoleh dengan menggunakan rumus : =
%
%
Selanjutnya, efisiensi suatu kegiatan ditentukan dengan membandingkan IE terhadap SE, mengikuti formula logika berikut. Jika IE ≥ SE, maka kegiatan dianggap efisien Jika IE < SE, maka kegiatan dianggap tidak efisien
Kemudian, terhadap kegiatan yang efisien atau tidak efisien tersebut diukur
tingkat
efisiensi
(TE),
yang
menggambarkan
seberapa
besar
efisiensi/ketidakefisienan yang terjadi pada masing-masing kegiatan, dengan menggunakan rumus berikut.
=
−
Pada tahun 2014, dari empat kegiatan yang dilaksanakan oleh BKIPM, terdapat 3 (tiga) kegiatan yang tidak efisien, dengan tingkat efisiensi (TE) 0,04, yaitu: penyelenggaraan sistem pelayanan informasi dan kehumasan; TE 0.047, yaitu: penyelenggaran administrasi, ketatausahaan dan kerumahtanggaan, serta TE -0.006, yaitu lokasi yang termonitor residu dan bahan berbahaya, serta laboratorium dan jenis uji yang terakreditasi. Dalam hal ini, semakin tinggi TE maka semakin efisien kegiatan tersebut. Dalam konteks ini, tingkat efisiensi adalah bersifat relatif, artinya kegiatan yang dinyatakan efisien dalam LKj ini dapat berubah menjadi tidak efisien setelah dievaluasi/diaudit oleh pihak lain, begitu pula sebaliknya. Dalam LKj ini, perhitungan efisiensi kegiatan hanya didasarkan pada rasio antara output dan input, yang hanya berupa dana. Ke depan, pengukuran efisiensi kegiatan perlu juga mempertimbangkan input yang lain, dengan dukungan data yang lebih memadai. Formulir Pengukuran efisiensi kegiatan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7 LKj ini.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
92
2014
LKj - BKIPM
IV. P E N U T U P SIMPULAN Berdasarkan indikator capaian kinerja BKIPM tahun 2014, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1.
Kesepuluh
sasaran
strategis BKIPM tahun 2014 melalui Pengembangan
karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan BKIPM yang telah ditetapkan, memiliki nilai pencapaian sasaran strategis (NPSS) sebesar 107.09, artinya kinerja BKIPM tahun 2014 dalam katagori BAIK (sumber: e-kinerjaku, 2014); 2.
Sasaran
strategis
meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat
kelautan
perikanan pada prespektif stakeholder dengan IKU Nilai Tukar Nelayan, Rata-rata
pendapatan
pengolah
dan
pemasar
(KK/bulan),capaiannya
melebihi 100%, sedangkan IKU Nilai Tukar Pembudidaya Ikan, Pertumbuhan PDB Perikanan realisasinya belum sesuai dengan target; 3.
Untuk Sasaran strategis Meningkatnya ketersediaan produk kelautan perikana dengan IKU jumlah produksi perikanan budidaya (juta ton), Jumlah produk olahan hasil perikanan (juta ton), masing-masing realisasi capaiannya di atas 100% dari target yang diperjanjikan;
4.
Sasaran strategis Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan pada prespektif customer realiasasi capaian IKU-nya sesuai dengan target bahkan terdapat IKU yang prosentase capainnya melebihi 100%;
5.
Sasaran keamanan
strategis hasil
terselenggaranya
tersedianya
kebijakan
perkarantinaan,
perikanan
sesuai
kebutuhan,
modernisasi
sistem
produksi
mutu
sasaran kelautan
dan
strategis perikanan,
pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan yang optimal dan bermutu, terselenggaranya modernisasi sistem produksi kelautan perikanan, pengolahan dan pemasaran produk kelautan perikanan yang optimal dan bermutu, serta terselenggaranya pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum karatina ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan pada prespektif internal proses, capaian IKU-nya teralisasi
sesuai target bahkan terdapat
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
93
LKj - BKIPM
2014
IKU yang melebihi target yang ditetapkan, kecuali IKU jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan, realisasi capaiannya belum sesuai target kinerja, dikarenakan draft final belum sepenuhnya diselesaikan pada tingkat BKIPM karena penjadwalan program legislasi di Biro Hukum-KKP begitu ketat; dan 6.
Prespektif
pembelajaran
dan
pertumbuhan
dengan
sasaran
strategis
tersedianya SDM BKIPM yang kompeten dan professional, tersedianya informasi yang valid, handal dan mudah diakses di BKIPM, terwujudnya good governance dan clean government, terkelolanya anggaran BKIPM secara optimal, realisasi capaian IKU-nya sesuai dengan target yang ditetapkan.
LANGKAH-LANGKAH UPAYA PERBAIKAN Meskipun
secara
umum
sasaran
strategis
program
pengembangan
perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan tahun 2014, sebagaimana telah diuraikan dalam LKj ini dapat dikatakan berhasil, namun tantangan yang dihadapi BKIPM ke depan semakin luas sebagai akibat dari meningkatnya ekspektasi masyarakat terhadap perlindungan kelestarian sumber daya hayati perikanan dan plasma nuftah; meningkatnya lalu lintas produk perikanan; semakin majunya teknologi produksi dan distribusi dalam bidang pemanfaatan dan pengolahan hasil perikanan; belum optimalnya daya saing produk perikanan Indonesia; masih terdapatnya ekspor perikanan yang ditolak, pengendalian impor dalam rangka pengamanan pasar dalam negeri akibat peningkatan jenis dan volume produk perikanan yang masuk, pelaksanaan beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru yang berpengaruh terhadap peran BKIPM, koordinasi yang belum optimal dengan pemangku kepentingan lain sebagai mitra strategis BKIPM, harmonisasi dan ekuivalensi yang belum optimal dengan mitra dagang, dan masih belum optimalnya integrasi pelaksanaan program dan kegiatan antara pusat, daerah, dan instansi lintas sektoral. Kondisi di atas secara langsung maupun tidak langsung akan berimpikasi terhadap tugas dan fungsi BKIPM ditandai dengan semakin besarnya beban kerja dan kompleksitas tugas BKIPM; semakin meningkatnya kebutuhan kualitas dan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
94
LKj - BKIPM
2014
kuantitas SDM aparatur BKIPM; perlunya pemantapan regulasi dan sistem perkarantinan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang efektif dan harmonis; perlunya kesiapan sarana prasarana guna pemenuhan standar dan persyaratan pengawasan/pemeriksaan/pengujian dalam rangka peningkatan daya saing, nilai tambah dan kepercayaan stakeholder. Untuk
mengatasi
berbagai
masalah
yang
masih
ditemui
dalam
melaksanakan tugas dan fungsi BKIPM dalam usaha meningkatkan ketahanan pangan dengan perlindungan kelestarian sumber daya hayati perikanan dan plasma nuftah, melakukan pengendalian produk perikanan agar dapat memenuhi syarat mutu dan keamanan hasil perikanan, serta untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah, maka pada tahun 2015-2019 BKIPM melakukan berbagai upaya untuk peningkatan kinerja pada prespektif customer, melalui sasaran program utama peningkatan efektifiktas pencegahan dan penyebaran hama dan penyakit ikan karantina (HPIK); peningkatan kapasitas pelaksanaan sistem penjaminan mutu dan keamanan hasil perikanan; peningkatan efektifitas pengendalian keamanan hayati yang merusak kelestarian sumber daya hati perikanan. Sasaran program utama ini akan dilaksanakan melalui beberapa sasaran kegiatan, sebagai berikut: i.
Peningkatan sistem pencegahan dan penyebaran penyakit ikan karantina pengendalian
mutu
dan keamanan
hasil
perikanan,
melalui inisiasi
kegiatan/indikator peningkatan kapasitas penerapan sistem jaminan mutu (sertifikat HACCP) di unit pengolahan ikan; peningkatan kualitas layanan sertifikasi berbasis ISO 9001/ ISO 17020/ISO 17025 di UPT KIPM yang berbasis pada TIK dan penurunandwelling time; surveillance kesegaran ikan, residu dan berbahaya; pemetaan perairan laut dari cemaran biotoxin dan logam berat; peningkatan penerapan cara karantina ikan yang baik (CKIB) di unit usaha pembudidayaan ikan (UUPI); peningkatan kompetensi dan kapabilitas SDM aparatur pengendali hama dan penyakit ikan dan pengawas perikanan bidang mutu dan keamanan hasil perikanan; ii.
Harmonisasi sistem penjaminan mutu, dengan inisiasi kegiatan/indikator peningkatan harmonisasi sistem perkarantinaan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan dengan negara tujuan ekspor; dan
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
95
2014
LKj - BKIPM iii.
Pencegahan jenis dan agen hayati yang dilindungi, dilarang serta bersifat menyerang
(invasive),
dengan
inisiasi
kegiatan/indikator
peningkatan
pengendalian dan pencegahan masuknya penyakit ikan eksotik ke dalam wilayan
Negara
RI;
Zonasi
dan
peningkatan
kapasitas
pencegahan
penyebaran penyakit ikan karantina; pemetaan jenis agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat menyerang (invasive). Secara umum, beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait dengan pencapaian target sasaran BKIPM antara lain: 1.
Perlunya perumusan untuk penetapan target IKU BKIPM pada Renstra 20152019 dengan memperhatikan capaian pada Tahun 2014;
2.
Perlunya penyempurnaan metode cascading ke level atau unit dibawahnya, terutama untuk IKU yang hanya dilakukan pengukuran pada level 1;
3.
Perlunya dialokasikan anggaran untuk pencapaian setiap IKU; dan
4.
Perlu dilakukan perbaikan dalam pelaporan capaian kinerja interim dan penyampaian data dukung capaian setiap IKU.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
96
LKj - BKIPM
2014
LAMPIRAN
Penetapan Kinerja Tahun 2014
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L1
LKj - BKIPM
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2014
L2
LKj - BKIPM
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2014
L3
LKj - BKIPM
2014
Data UPI dan Sertifikat HACCP Tahun 2014
UPI No
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Banten Jawa Barat DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Total
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
HACCP A B 0 1 57 28 6 0 2 1 5 4 0 3 18 5 6 28 21 37 128 46 20 43 249 152 51 79
Sertifikat PreTI HACCP 0 0 21 2 0 0 1 0 0 0 15 0 1 2 1 2 3 1 9 0 3 3 7 8 14 6
Lama
Baru
1 42 1 3 3 6 12 15 28 45 25 121 47
0 1 0 0 2 0 2 3 2 6 6 16 12
Sub Total 1 43 1 3 5 6 14 18 30 51 31 137 59
3
0
3
0
3
2
0
5
13
0
13
3
13
10
0
26
4 12 8 22 0 3 5 63 15 3 15 11 526
0 1 0 2 0 0 1 6 5 0 0 1 66
4 13 8 24 0 3 6 69 20 3 15 12 592
2 0 0 9 0 0 1 12 5 0 0 0 116
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 25
7 19 10 56 0 8 18 209 41 7 19 42 1.556
0 5 15 4 5 5 28 18 0 0 3 5 10 7 88 109 2 34 0 7 5 14 36 6 758 657
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Sub Total 1 108 6 4 9 18 26 37 62 183 69 416 150
L4
LKj - BKIPM
2014
Rekapitulasi Nilai IKM UPT KIPM Tahun 2014
No
Nama
Jumlah Responden
Hasil IKM 2014
Grade
Keterangan
1
BBKIPM Jakarta I
15
84,17
A
sangat baik
2
BBKIPM Makassar
70
82,56
A
sangat baik
3
Balai KIPM Kelas I Denpasar
104
79,93
B
baik
4
Balai KIPM Kelas I Medan I
19
80,26
B
baik
5
Balai KIPM Kelas I Balikpapan
51
84,19
A
sangat baik
6
Balai KIPM Kelas I Jayapura
20
82,18
A
sangat baik
7
Balai KIPM Kelas I Jakarta II
19
85,40
A
sangat baik
8
Balai KIPM Kelas I Surabaya I
35
80,85
B
baik
9
Balai KIPM Kelas I Surabaya II
67
87,31
A
sangat baik
10
Balai Uji Standar KIPM
38
78,48
B
baik
11
Balai KIPM Kelas II Palembang
26
81,58
A
sangat baik
12
Balai KIPM Kelas II Mataram
10
87,00
A
sangat baik
13
Balai KIPM Kelas II Banjarmasin
12
80,25
B
Baik
14
Balai KIPM Kelas II Semarang
28
81,38
A
sangat baik
15
Balai KIPM Kelas II Manado
150
99,00
A
sangat baik
16
Stasiun KIPM Kelas I Pekanbaru
10
81,00
B
Baik
17
Stasiun KIPM Kelas I Kendari
24
84,16
A
sangat baik
18
Stasiun KIPM Kelas I Pontianak
19
83,78
A
sangat baik
19
Stasiun KIPM Kelas I Padang
17
86,31
A
sangat baik
20
Stasiun KIPM Kelas I Jambi
22
83,40
A
sangat baik
21
Stasiun KIPM Kelas I Jogjakarta
25
81,50
A
sangat baik
22
Stasiun KIPM Kelas I Ambon
30
79,40
B
Baik
23
Stasiun KIPM Kelas I Pangkal Pinang
24
Stasiun KIPM Kelas I Ternate
45
76,48
B
Baik
25
Stasiun KIPM Kelas I Kupang
30
88,50
A
sangat baik
26
Stasiun KIPM Kelas I Aceh
10
76,68
B
baik
27
Stasiun KIPM Kelas I Entikong
21
79,62
B
baik
28
Stasiun KIPM Kelas I Palu
29
82,60
A
sangat baik
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L5
LKj - BKIPM
2014
29
Stasiun KIPM Kelas I Lampung
10
82,64
A
sangat baik
30
Stasiun KIPM Kelas I Palangkaraya
32
82,00
A
sangat baik
31
Stasiun KIPM Kelas I Gorontalo
50
86,29
A
sangat baik
32
Stasiun KIPM Kelas I Batam
50
82,85
A
sangat baik
33
Stasiun KIPM Kelas II Cirebon
42
81,29
A
sangat baik
34
Stasiun KIPM Kelas II Bau-Bau
20
83,87
A
Sangat baik
35
Stasiun KIPM Kelas II Sorong
15
83,70
A
sangat baik
36
Stasiun KIPM Kelas II Merauke
52
82,16
A
sangat baik
37
Stasiun KIPM Kelas II Teluk Nibung
10
74,40
B
Baik
38
Stasiun KIPM Kelas II Tahuna
39
Stasiun KIPM Kelas II Bima
79
80,68
B
Baik
40
Stasiun KIPM Kelas II Bengkulu
41
Stasiun KIPM Kelas II Tarakan
35
81,60
A
sangat baik
9
75,30
B
Baik
13
99,40
A
sangat baik
60
80,20
B
baik
42 43
Stasiun KIPM Kelas II Luwuk Banggai Stasiun KIPM Kelas II Tanjung Pinang
44
Stasiun KIPM Kelas II Merak
45
Stasiun KIPM Kelas II Mamuju
46
Stasiun KIPM Kelas II Medan II
18
83,25
A
Sangat baik
47
Stasiun KIPM Kelas II Bandung
23
62,74
B
Baik
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
L6
3987.007
3987.008 3987.009
3987.994 3987.995 3987.996 3987.997 3987.998 3988 3988.002
3988.004
3988.006 Jumlah instalasi yang sesuai standar 3988.007 Laboratorium Karantina Ikan yang terakreditasi 3988.010 Jumlah Pedoman Sistem Perkarantinaan Ikan dan Manajemen Resiko HPIK 3988.994 Layanan Perkantoran 3988.995 Kendaraan Bermotor 3988.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 3988.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 3989 Pengembangan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan 3989.002 Dokumen dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis Sertifikasi Mutu Dan Hasil Perikanan 3989.004 Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang harmonis dengan Negara Mitra 3989.006 Unit Pengolahan Ikan (UPI) dan hasil perikanan yang bersertifikat HACCP 3989.007 Lokasi yang termonitor residu dan bahan berbahaya serta laboratorium dan jenis uji yang terakreditas 3989.994 Layanan Perkantoran 3990 Pengembangan Sistem Manajemen Karantina Ikan, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan 3990.002 Dokumen dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis Manajemen Mutu 3990.006 Jumlah Unit Kerja yang MenerapkanSistem Manajemen Mutu Produksi 3990.007 Jumlah Laboratorium dan lembaga inspeksi yang menerapkan sistem manajemen 3990.008 Jumlah SDM yang berkompeten dalam sistem jaminan mutu 3990.994 Layanan Perkantoran 3990.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
6
7 8
9 10 11 12 13 B 1
2
3 4 5
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
D
C
3987.006
5
5 6
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6 7 8 9
3987.003 3987.004 3987.005
2 3 4
Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKIPM Dokumen dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis BKIPM Sarana dan prasarana KIPM Pelayanan karantina ikan dan mutu hasil perikanan Dokumen validasi metode uji karantinaan ikan dan mutu hasil perikanan Dokumen Perencanaan, kerjasama, evaluasi dan pelaporan Dokumen Pengembangan SDM dan Produk Hukum Ketatalaksanaan Dokumen Sistim Pelayanan Informasi dan Kehumasan Dokumen Administrasi Keuangan, ketatausahaan dan Kerumahtanggaan Layanan Perkantoran Kendaraan Bermotor Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung/Bangunan Pengembangan dan Pembinaan Perkarantinaan Ikan Dokumen dukungan manajemen dan pelaksanaan teknis Karantina Ikan Jumlah Standar Operasional prosedur perkarantinaan ikan
3987.002
3987
A
Output
1
Kegiatan
No
100 100
100
1.476.175.000 2.476.043.000 100.000.000
100
100 1.652.780.000
100
759.662.000
100 100
2.757.942.000 9.295.500.000
2.830.840.000
100
5.797.489.000
100
100
3.636.755.000
100
2.368.305.000
100 100 100 100 100
100 100 100
100
1.923.619.000
3.615.303.000 275.100.000 114.500.000 40.500.000 16.484.110.000
898.700.000 531.300.000 1.430.000.000
1.430.000.000
100 100 100 100 100 100 100
100 100
4.115.533.000 3.886.575.000 190.806.981.000 1.649.769.000 1.344.458.000 2.268.621.000 1.770.460.000 10.670.800.000 2.335.397.000
100
100
4.368.622.000 4.070.569.000
100 100 100
100
Rencana Capaian Output (%)
4.325.905.000 37.181.553.000 3.332.092.000
21.540.223.000
280.661.361.000
Anggaran
99,13
(%)
97,94 100,00 96,27 97,89 100,00 100,00 100,00
95,00 95,00
95,00
95,00
100,00 100,00 100,00 100,00 98,81
97,07
99,81
99,17
2.476.043.000 100,00 100.000.000 100,00
1.476.175.000 100,00
1.652.780.000 100,00
2.830.840.000 100,00
759.662.000 100,00
2.757.942.000 100,00 9.295.500.000 100,00
5.627.439.000
3.629.755.000
2.348.532.503
1.923.619.000 100,00
3.615.303.000 275.100.000 114.500.000 40.500.000 16.287.287.503
898.700.000 100,00 531.300.000 100,00 1.430.000.000 100,00
1.430.000.000 100,00
186.876.869.940 1.649.769.000 1.294.299.350 2.220.683.000 1.770.460.000 10.670.800.000 2.335.397.000
3.909.756.350 3.692.246.250
3.867.040.550
4.150.190.900
4.325.905.000 100,00 36.598.283.750 98,43 3.332.092.000 100,00
21.353.886.947
Rencana Capaian Input Rp
100 100
100
100
100
100
100 100
100
100
100
100
100 100 100 100 100
100 100 100
100
100 99,5 99,5 99,5 100 100 100
100 100
100
100
99,5 99,5 100
100
Capaian Output (%)
98,89 98,52 99,69
99,34
96,98 96,58 84,01 92,19 98,49 98,81 98,31
99,09 99,70
89,94
92,97
98,23 96,54 99,66
97,89
(%)
1,01 1,02 1,00
1,01
1,03 1,03 1,18 1,08 1,02 1,01 1,02
1,01 1,00
1,11
1,08
1,01 1,03 1,00
1,02
IE
2.391.966.945 97.868.250
1.453.050.338
1.612.655.006
2.642.510.600
575.924.740
2.661.760.213 8.773.975.879
5.665.088.158
3.585.477.714
2.327.175.675
1.680.178.090
96,60 97,87
98,43
97,57
93,35
75,81
96,51 94,39
97,72
98,59
98,26
87,34
1,04 1,02
1,02
1,02
1,07
1,32
1,04 1,06
1,02
1,01
1,02
1,14
3.566.182.540 98,64 1,01 268.470.000 97,59 1,02 114.317.500 99,84 1,00 40.500.000 100,00 1,00 15.919.679.850 96,58 1,04
888.718.949 523.446.600 1.425.590.515
1.420.566.310
185.036.138.906 1.593.321.700 1.129.452.500 2.091.383.388 1.743.764.500 10.543.832.903 2.296.040.489
4.078.137.900 3.874.867.578
3.661.147.571
4.061.551.850
4.249.149.400 35.893.293.365 3.320.831.400
21.084.749.506
Capaian Input
TE
EFISIEN
EFISIEN
EFISIEN EFISIEN EFISIEN
EFISIEN
STATUS
0,01 0,03 0,14 0,06 0,02 0,01 0,02
EFISIEN EFISIEN EFISIEN
EFISIEN
EFISIEN EFISIEN EFISIEN EFISIEN EFISIEN EFISIEN EFISIEN
EFISIEN
EFISIEN
1,00 0,04 1,00 0,02
1,00 0,02
1,00 0,02
1,00 0,07
1,00 0,32
1,00 0,04 1,00 0,06
EFISIEN EFISIEN
EFISIEN
EFISIEN
EFISIEN
EFISIEN
EFISIEN EFISIEN
1,03 -0,01 TIDAK EFISIEN
1,00 0,01
1,01 0,01
EFISIEN
0,01 EFISIEN 0,02 EFISIEN 0,00 EFISIEN 0,00 TIDAK EFISIEN 0,02 EFISIEN 1,00 0,14
1,00 1,00 1,00 1,00 1,01
1,00 0,01 1,00 0,02 1,00 0,00
1,00 0,01
1,02 1,00 1,04 1,02 1,00 1,00 1,00
1,05 -0,04 TIDAK EFISIEN 1,05 -0,05 TIDAK EFISIEN
1,05 0,06
1,05 0,02
1,00 0,01 1,02 0,01 1,00 0,00
1,01 0,01
SE
LKj - BKIPM
2014
Form Pengukuran Efisiensi
L7
LKj - BKIPM
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2014
L1