NewsLetter LINK - Edisi Khusus Pentas Seni 2014
JUBILEE SCHOOL JAKARTA
Hal. 1
Edisi Khusus Pentas Seni 2014
NEWSLETTER
NATIONAL SCHOOL ON PAR WITH INTERNATIONAL STANDARDS
Daftar Isi Hal 2
LINK Pentas Seni 2014
Makin Kukuhkan Eksistensi Keindonesiaan Sekolah Jubilee
“Sekolah Jubilee Turut Merawat dan Mengusung Masa Depan Indonesia”
Hal 3
SUSUNAN ACARA PENTAS SENI SEKOLAH JUBILEE 2014
Hal 4-5
Galeri Foto Pentas Seni
Hal 6
Ibrahim Abdullah:“Tugas Pendidikan Menjadikan Indonesia Cerdas & Berbudaya”
Hal 7
- HAYAT YANG Estetik Wajah pelangi warna-warni ‘Dolanan’ Nusantara, wajah Sekolah Jubilee
Pada 13 Februari 2014, civitas akademika Sekolah Jubilee menyelenggarakan pagelaran Pentas Seni Sekolah Jubilee 2014 bertema “Merangkai Keragaman”. Pentas seni ini merupakan manifestasi atas diktum indah moto filosofis sekaligus ‘Roh Keindonesiaan’ Sekolah Jubilee: “Harmony in Diversity – Harmoni dalam Perbedaan”.
J
akarta, LINK—Betapa ‘elemen-elemen bahan Keindonesiaan Sekolah Jubilee’ yang plural, terdiri atas aneka suku, agama dan golongan, mengekspresikan-mengejawantahkan diri pada momen Merangkai Keragaman ‘Warna-Warni’ Budaya Indonesia yang makin mengukuhkan ‘eksistensi Indonesia’ dari Sekolah Jubilee.
Perhelatan kolosal yang melibatkan guru-guru (utamanya guru seni musik yang dimotori Mr Robinson Pasaribu), manajemen, dan siswasiswa Sekolah Jubilee, terbagi dalam dua sesi pertunjukan. Sesi Siang pukul 14:00-16:00 WIB untuk unit ECP (Early Childhood Program), SD, dan FEP 1-6 sedangkan Sesi Malam berlangsung pukul 19:00-21:00 WIB Untuk SMP, FEP 7-12 dan SMA. Kedua sesi dimotori oleh MC (pembawa acara) Mr Bong Maicel dan Radhika (siswa FEP Grd. 12 B) dan benarbenar menampilkan ekspresi ‘Wajah Indonesia’ yang indah, agung, luhur, modern, kaya nuansa kebudayaan Nusantara. Citra modern-universal terlihat pada tampilan tim ‘Orkestra Simponi Sekolah Jubilee’, ensembel musik dan choir dengan alunan musik abadi dunia. Citra kearifan lokal Indonesia tampak pada aneka ekspresi tari, musik, lagu dan permainan ‘dolanan’ khas Nusantara Indonesia. Citra bahagia memancar dari senyum dan spirit seni dari gerak sukma yang indah. “Tema ‘Merangkai Keragaman’ merupakan spirit untuk mengajak siswa-siswa bekerja sama, mengenal, belajar toleran dan menghormati perbedaan dari realitas keragaman ras, suku, agama, seni dan tradisi di bumi Nusantara. Hal ini sejalan dengan moto Sekolah Jubilee ‘Harmony in Diversity – Harmoni dalam Perbedaan’ dan kondisi objektif bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.” Keragaman yang terangkai dengan harmonis melahirkan pertunjukan indah yang dipersembahkan civitas akademika Sekolah Jubilee bagi orang tua, dunia pendidikan, dan Indonesia tercinta,” tutur Ms Marcella Jonazh, ketua panitia ‘Pentas Seni Sekolah Jubilee 2014’ yang juga kepala sekolah Unit ECP Sekolah Jubilee. Selama dua sesi pertunjukan, para orang tua dan keluarga siswa begitu antusias memadati arena Hall, hadir untuk menyaksikan kreasi siswasiswa Sekolah Jubilee ini. Perhelatan “Pentas Seni Sekolah Jubilee 2014” yang disutradarai oleh Ketua Bidang Pertunjukan Ms Mona Idylla dan Tim menampilkan suguhan ‘musik, tari dan lagu’: orkestra, ensembel musik, choir, solo, aneka tarian tradisional dan tarian modern yang dimainkan dengan apik. Selamat dan sukses kepada segenap pendukung perhelatan ‘Pentas Seni Sekolah Jubilee 2014 – Merangkai Keragaman’, Selamat dan sukses Sekolah Jubilee. (Ab/JMC)
**LINK - Lembar Informasi Terkini**
NewsLetter LINK - Edisi Khusus Pentas Seni 2014
Hal. 2
Sekolah Jubilee turut Merawat dan Mengusung Masa Depan Indonesia Indonesia adalah mozaik keindahan dari rangkuman keragaman. Pada tanah air, kita belajar mengapresiasi setiap keunikan. Warisan nusantara berupa aneka suku, adat, budaya, ataupun keyakinan adalah kekayaan tak ternilai bangsa. Harta inilah yang perlu dipelihara anak-anak negeri agar senantiasa utuh dan berkilau.
J
akarta, LINK—Sekolah Jubilee sebagai sekolah yang turut merawat harta Indonesia merupakan tempat bagi warganya untuk menjunjung asas harmoni dalam perbedaan. Sekolah Jubilee menghayati keindahan lewat kebinekaan. Sebab itulah pesan kesatuan dalam keragaman selalu mendapat ruang utama di Sekolah Jubilee.
menerbitkan tekad untuk menciptakan keindahan melalui keragaman.
Implementasi harmoni dalam perbedaan diwujudkan melalui Pentas Seni sebagai tempat untuk mengekspresikan setiap keunikan potensi seni; seni musik dan seni tari. Pentas Seni Sekolah Jubilee juga menggambarkan langkah pendidikan Sekolah Jubilee yang tidak hanya berorientasi pada sisi akademik.
Mereka dididik untuk menghargai perbedaan dan saling memperkaya keunikan masing-masing. Mereka melihat semua adalah bagian dari satu sama lain. Ketika kita dapat menghidupkan perbedaan menjadi sebuah harmoni, saat itulah kita sedang berjalan menuju Indonesia yang lebih baik.
Tiga belas tahun Sekolah Jubilee hadir di tengah-tengah kegelisahan bangsa terhadap masalah perbedaan. Sekolah Jubilee lahir pada gerbang milenium kedua untuk membawa harapan yang datang dari perbedaan itu sendiri. Sekolah Jubilee
Sekolah Jubilee sebagai berkah Tuhan, merangkai keragaman
**LINK - Lembar Informasi Terkini**
Bagi keluarga besar Sekolah Jubilee, pada pundak siswasiswa Sekolah Jubilee terusung masa depan tanah air yang menjanjikan perbaikan masa kini dan mendatang.
Setiap keunikan merupakan sebuah warna dalam kehidupan. Bila masing-masing perbedaan menorehkan warnanya, lukisan warna-warni yang tak ternilai akan terbingkai. Keindahan adalah keragaman. Bersama kita merangkai keragaman dalam warna-warni perbedaan yang memesona. (Mona/JMC)
NewsLetter LINK - Edisi Khusus Pentas Seni 2014
Hal. 3
SUSUNAN ACARA PENTAS SENI SEKOLAH JUBILEE 2014
Redaksi Newsletter LINK Edisi Khusus Pentas Seni 2014
Pelindung: Pembina Yayasan Citra Bangsa Mulia, Direktur Sekolah Jubilee. Pemimpin Umum: Ibrahim Abdullah. Wakil Pemimpin Umum: Ida Farida, Haris Rahim, Ali Heyder. Pemimpin Redaksi: Fatah Addini. Dewan Redaksi: Anwari WMK, Haris Rahim, Kepala Sekolah/ Supervisor Sekolah Jubilee, Sigit Pribadi Ds, Muhammad Ja’far, A. Badawi, Fatah A., IGP Wiranegara. Redaktur Pelaksana: Achmad Badawi. Reporter & Kontributor: A.Badawi, Sigit Pribadi Ds., Monalisa Idylla, Fatah Desain Grafis & Lay Out: Dicky Arthanto. Fotografer: Loedfi, Sarah T, Tim JMC. Penerbit: Jubilee Media Center (JMC). Marketing: Suriani Sampo. Keuangan: Djulianti Tjahya. Alamat Redaksi: Jl. Raya Sunter Jaya I, Sunter Agung, Jakarta Utara 14350, Telp. 021 65 300 300 (ext. 347), Fax. 021 65 300 800, Email: JMC@Jubilee atau www.jubilee-jkt.sch.id. Bank: Bank Bumiputera, Cabang Dwima, Cempaka Putih, Rek. No. 201-01-0000 629 65-25, A.n. Ibu Djulianti Tjahja/JMC.
**LINK - Lembar Informasi Terkini**
NewsLetter LINK - Edisi Khusus Pentas Seni 2014
Indahnya gerak tari Kupu-kupu berikut kembang-kembangnya.
Hal. 4
NewsLetter LINK - Edisi Khusus Pentas Seni 2014
Gerak dinamik tari modern ‘Risk Taker’.
Hal. 5
Febe ‘Merajut Waktu’, meraih ‘Mukjizat Cinta Kasih Tuhan’.
Paduan serasi nuansa Yin – Yang MC ‘Mr Bong Maicel dan Radhika’.
Gerak spirit kehidupan Papua Tari ‘Yamko Yambe Ramko’.
Kehangatan, keramahan dan senyawa kebahagiaan Tari Sajojo.
Paduan Harmonisasi Suara ‘Tomorrow’ Choir SMA. Paduan spirit dan harmoni ‘rangkaian keragaman’ ensembel biola.
Dinamika gerak tumbuh kembang ‘cinta’ anak pada lagu ‘EEAA’.
Tari Cintaku persembahan FEP 1-6. Paduan spiritualitas, gerak dan irama jiwa ‘Tari Saman’ Pancaran senyum kreativitas ‘sukses Pensi 2014.’
Gerak Enerjik dan Ceria ‘Tari Piring’.
**LINK - Lembar Informasi Terkini**
Spirit masyarakat gotong royong tarian Semut-semut.
**LINK - Lembar Informasi Terkini**
NewsLetter LINK - Edisi Khusus Pentas Seni 2014
Hal. 6
Ibrahim Abdullah: “Tugas Pendidikan Menjadikan Indonesia Cerdas & Berbudaya”
J
akarta, LINK—Para Bapak Pendiri Negeri Indonesia (Founding Fathers) mengamanatkan tugas konstitusional lembaga pendidikan—sebagaimana tertuang di dalam UUD 1945—adalah mencetak manusia takwa ber-Ketuhanan, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan/ kepentingan umum dan memajukan kebudayaan nasional. ”Pendidikan selalu terkait dengan spiritualitas, etika, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sementara kesenian adalah roh dari kebudayaan secara keseluruhan. Keberadaan sebuah sekolah, seperti Sekolah Jubilee yang menghadirkan dan memadukan segenap anasir (unsur) kebudayaan Indonesia merupakan rahmat dari Sang Ilahi sebagaimana negara tercinta Indonesia yang lahir atas berkat dari rahmat Allah Yang Maha Kuasa,” kata Bapak Ibrahim Abdullah, Pembina Yayasan Citra Bangsa Mulia-Sekolah Jubilee dalam sambutannya pada kegiatan “Kongkow Bareng (Kobar) Bank DKI”, 12 Februari 2014 di Hall Sekolah Jubilee, lt. 8. Lebih lanjut dikatakannya, menjadi tugas kita semua untuk menjadikan ’Indonesia yang cerdas berbudaya’ tanpa terkungkung oleh sekat-sekat kepentingan partikular golongan, kelas sosial, agama, suku, ras, tradisi, dan lainlain. ”Betapa indahnya Indonesia bisa dilihat di Sekolah Jubilee ini, yang seolah miniatur Indonesia , segenap keluarga besar civitas akademika Sekolah Jubilee dengan elemenelemennya mewakili segenap anasir keIndonesiaan. Dan kita saksikan anak-anak berkembang dalam suasana multikultural yang diterapkan bersama, bagi kepentingan membangun Indonesia tercinta,” tegas pak Ibrahim. Pada acara tersebut, Bank DKI menyampaikan hadiah dan penghargaan untuk siswa-siswa Sekolah Jubilee yang berhasil memenangi lomba mengarang, lomba kreasi poster Pensi, dan lomba menggambar yang terselenggara atas kerja sama Sekolah Jubilee dengan Bank DKI. Pada lomba mengarang tingkat SMP dengan tema “Seandainya Aku Jadi Gubernur DKI Jakarta”, keluar sebagai Juara I Hose Difalco Agustian (8A), Juara II Thelma Yovita (8B), Juara III Danton Setya (8C), Juara Gilbert (8B), dan Juara V Sheeren Laurensia (8A). Sementara itu, lomba poster Pensi dimenangi oleh Owen Pratama Susanto (FEP 10B) dan lomba menggambar dimenangi oleh Patrick Chang (SD 6B) sebagai Juara I, Vivi Pritama Sutedjo (SD 6C) sebagai Juara II, dan Sally Novena Tantowi (SD 6B) sebagai Juara III.
**LINK - Lembar Informasi Terkini**
Ibu Yuvita Ratih dari Bank DKI menerima plakat penghargaan dari Sekolah Jubilee.
Menabung agar Tak Terjebak Kehidupan Konsumtif Pada sisi lain pak Ibrahim juga menekankan agar sejak sedini mungkin, kepada siswasiswa ditanamkan sikap-sikap yang baik, salah satunya gaya hidup hemat yang dimanifestasikan dalam aktivitas menabung. ”Satu hal yang mengharukan dan membanggakan, Sekolah Jubilee didukung Bank DKI, bersama-sama mampu menyelenggarakan pagelaran ’Jubilee School Performing Arts 2014’. Kerja sama ini akan terus kita lanjutkan ke depan,” kata pak Ibrahim. Menumbuhkan budaya menabung kepada anak-anak sejak usia dini menjadi tanggung jawab kita semua. ”Dengan menabung anakanak melatih dirinya untuk bisa mengatur keuangan secara bijaksana,” jelas Yuvita Ratih, Kepala Divisi Dana-Group Consumer Bank DKI.
Gregorius Hartanto (SMA X IPA B) memegang beberapa buah novel dalam permainan tebak kata oleh Romy Rafael
“Begitu pentingnya mentradisikan budaya menabung pada anak-anak agar mereka tidak terjebak pada kehidupan konsumtif yang masih dominan berkembang di kalangan anak-anak bangsa ini. Jika menabung telah membudaya dan menjadi karakter kita maka kehidupan masyarakat akan sejahtera dan bahagia,” imbuh Yuvita. Acara ‘Kobar Bank DKI’ disemarakkan dengan pertunjukan ‘Hypnotherapy’ Kesadaran dari master hipnotis Romy Rafael yang memukau segenap hadirin, guru-guru, dan siswa-siswa Sekolah Jubilee, yang memadati Hall Sekolah Jubilee. Siswa-siswa Sekolah Jubilee pun mempersembahkan aneka kreativitas musik, tari, dan lagu yang akan ditampilkan pada acara kolosal ’Jubilee School Performing Arts 2014’ esok harinya (13/02). (Ab/JMC)
Para pemenang Lomba Poster Pensi Sekolah Jubilee 2014 berpose bersama usai menerima hadiah Tabungan Monas Bank DKI.
NewsLetter LINK - Edisi Khusus Pentas Seni 2014
Hal. 7
HAYAT YANG
ESTETIK
J
UBILEE SCHOOL HALL, Kamis, 13 Februari 2014. Di lantai 8 Sekolah Jubilee itu terselenggara “Pensi” alias Pentas Seni. Inilah Performing Arts 2014, bertajuk: “Harmony in Diversity”, tergelar dalam dua sesi. Sesi pertama, terselengara pada jam 14:00 hingga 16:00 WIB. Sesi kedua, berlangsung pada 19:00 hingga 21:00 WIB. Apa makna perhelatan seni ini? Pada sesi pertama, tampil peserta dari unitunit ECP, SD/FEP 1-6. Pada sesi kedua, tampil peserta dari unit-unit SMP, SMA, FEP 7-12. Di sini tergelar orkestra, tari, choir, ensembel, piano performance, akustik, dan cup’s song. Mereka yang tampil adalah para siswa dengan dukungan guru, kepala sekolah dan unit-unit. Inilah pentas seni khas Sekolah Jubilee, yang turut menghadirkan kalangan orang tua murid sebagai khalayak penonton. Sesuai dengan keberadaannya, Sekolah Jubilee mengelola proses-proses pembelajaran, dari sejak jenjang taman kanak-kanak, pendidikan dasar hingga pendidikan level menengah. Dalam totalitas proses pembelajaran itu peserta didik berkesempatan mengenyam pendidikan seni. Dengan demikian, Sekolah Jubilee berada pada titik kecenderungan yang sama dengan institusi pendidikan pada umumnya. Tapi Pensi ini justru merupakan torehan peristiwa penting yang mengondisikan Sekolah Jubilee berbeda dengan sekolah-sekolah lain. Seni tak
**LINK - Lembar Informasi Terkini**
diperlakukan secara sempit semata sebagai mata pelajaran di dalam kelas. Kita tahu, ada kelemahan mendasar dalam proses pendidikan di Indonesia. Bahwa seni, diajarkan semata sebagai pelengkap, pendamping, atau sekadar “catatan kaki”. Institusi pendidikan umum terpaku oleh cara pandang keliru. Hard science dipahami dan dimengerti sebagai substansi pembelajaran yang jauh lebih penting ketimbang seni. Jika hard science diperlakukan sebagai “anak kandung”, seni diposisikan sebagai “anak tiri”. Tak mengherankan jika pembelajaran terhadap seni artifisal, tak mencerahkan, serta gagal mencetuskan inspirasi-inspirasi yang memesonakan jiwa. Miskinnya pendidikan seni itu sesungguhnya merupakan sebuah anomali atau kejanggalan sikap dunia pendidikan. Sebab sampai kapan pun, hayat umat manusia membutuhkan ilmu dan seni. Ibarat dua sisi dari satu koin mata uang, maka ilmu dan seni hanya bisa dibedakan, tapi tak bisa dipisahkan. Tanpa seni, ilmu hadir dengan wajahnya yang kaku, angker dan menyeramkan. Tanpa ilmu, seni dikreasi tanpa kejelasan orientasi, tanpa kejelasan pandangan dunia (Weltanschauung). Sebagai sebuah prinsip edukatif, seni berkedudukan setara dengan sains. Sains mengarahkan peserta didik mampu mendayagunakan kapasitas pemikiran
rasional-logis-kritis. Sementara seni, mengondisikan peserta didik digdaya mengembangkan kesadaran filosofis-etikestetik. Dari sini dapat diharapkan, bahwa ketajaman logika berjalan seiring dengan keindahan ekspresi, baik dalam konteks laku maupun ucap. Maka tak terelakkan jika secara fundamental setiap institusi pendidikan sesungguhnya berkedudukan sebagai academy of arts and science. Jika sains diajarkan selaras dengan seni, maka keberadaan sebuah institusi pendidikan relevan dengan perkembangan abad XXI. Perkembangan pesat teknologi digital pada abad XXI kini bukan sekadar fenomena sains. Lebih dari itu, produk-produk mutakhir teknologi digital membawa serta muatanmuatan seni. Artefak-artefak teknologi informasi dan komunikasi, misalnya, benarbenar mempertautkan kedahsyatan sains dan keagungan seni. Aneh dan janggal jika kemudian dunia pendidikan menceraiberaikan seni dari sains, atau sekadar memposisikan seni sebagai pelengkap dari keberadaan sains. Maka, Sekolah Jubilee belajar menemukan satu titik keterpaduan antara sains dan seni. Arti penting seni, tak hanya dibentangkan secara sempit dalam ruang kelas. Lebih dari itu disediakan panggung repertoire melalui apa yang kemudian disebut Pensi. Begitulah perspektif Sekolah Jubilee, memahami hayat manusia yang estetik.[Anwari WMK/JMC]