PROJECT DIGEST
NAMA CLUSTER JUDUL KEGIATAN
: :
Ternak Sapi
DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU
PENANGGUNG JAWAB : UNIT KERJA :
Ir. Amirudin Pohan, M.Si Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
INSTANSI PELAKSANA :
Pertanian Bogor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara
TUJUAN
Timur (i) mempercepat
:
disemiansi
dan
adopsi
teknologi
inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, (ii) memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik lokasi, (iii) mewadahi dan mensinkronkan program Pemerintah Kabupaten Departemen
dengan
Pemerintah
Pertanian,
dan
(iv)
Pusat
lingkup
mempercepat
pencapaian kesejahteraan petani, melestarikan sistem KELUARAN
:
pertanian dan lingkungan 1. Pertambahan Bobot Badan Harian (pbbh) ternak penggemukan berkisar antara 0,4 - 0,5 kg/ekor/hr. 2. Peningkatan populasi ternak sebesar 2,5 % 3. Ternak hasil penggemukan sebayak 100 ekor yang mempunyai berat jual diatas 250 kg/ekor. 4. Pendapatan petani meningkat sebesar 10 % yang berasal dari penjualan sapi Menyediakan pakan untuk musim kemarau
1
RINGKASAN KEGIATAN : Latar Belakang Inovasi Teknologi, kelembagaan dan kebijakan, telah banyak dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bersama dengan masyarakat pertanian lainnya dan diantaranya telah digunakan secara luas dan menjadi tenaga pendorong utama pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis berbagai komoditas pertanian. Akan tetapi, berdasarkan hasil evaluasi menunjukan kenyataan bahwa kecepatan maupun tingkat pemanfaatan teknologi inovasi tersebut masih lamban karena Time lag adopsi lama, kadar adopsi rendah dan prevalansi adopsi sempit. Berkaitan dengan permasalahan tersebut, Badan Litbang melakukan upaya untuk menjamin inovasi yang telah dihasilkan tidak sekedar diketahui oleh para pengguna, tetapi agar dapat dimanfaatkan secara luas dan tepat guna. Paket rekomendasi teknologi pertanian yang telah dihasilkan oleh BPTP NTT, antara lain : (1). paket teknologi penggemukan sapi potong, (2). paket teknologi budidaya Jagung, (3). paket teknologi budidaya tambak, (4). paket teknologi budidaya padi Gogo, (5). peket teknologi sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif di lahan pekarangan, dan (6). paket teknologi budidaya kacang tanah dan kacang hijau Selain paket rekomendasi tersebut di atas juga terdapat beberapa teknologi yang sangat dibutuhkan oleh petani untuk pengembangan usaha peternakan antara lain; (1) teknologi Inseminasi Buatan (IB), (2) program vaksinasi pada unggas dan ternak besar, dan (3). Teknologi pengawetan pakan ternak dan (4) Teknologi penanganan hama penyakit tanaman. Untuk mempercepat alih teknologi tersebut diatas maka sejak tahun 2005 sampai dengan 2007 mulai diwujudkan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) yang merupakan model atau kosep baru diseminai teknologi yang dipandang dapat mempercepat transfer informasi dan bahan dasar inovasi hasil penelitian. Pada Tahun 2007-2008 telah diperoleh beberapa hasil antara lain :1) penjualan ternak hasil penggemukan sebanyak 216 ekor, 2) Ternak bakalan 60 ekor, 3) Pupuk kompos 18 ton.
Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :
2
1. Implementasi Teknis 2. Kelembagaan 3. Klinik Teknologi Pertanian 4. Diseminasi 1. Implementasi Teknis. Implementasi teknis meliputi beberapa kegiatan usaha tani yang merupakan kegiatan prioritas yang dilaksanakan oleh petani dalam upaya peningkatan produktivitas. Adapun kegiatannya dikelompokan dalam 2 kelompok yang secara fungsional dapat saling menunjang satu dengan lainnya yaitu : Kelompok Usaha Peternakan dan
Kelompok usaha tanaman pangan. Kelompok usaha peternakan meliputi beberapa kegiatan teknis antara lain : 1. Kegiatan Perbaikan Managemen Pemeliharaan Ternak Sapi Kegiatan ini mencakup 3 hal yaitu : A. Kegiatan Teknologi Penggemukan Secara existing petani, penggemukan dilaksanakan secara semi intensif yaitu ternak jantan yang digemukkan dipelihara secara ikat berpindah dimana pada siang hari diikat dipadang penggembalaan dan malam hari diikat disekitar pekarangan rumah. Hal ini menyebabkan lama pemeliharaan sampai dijual (kisaran berat 250 – 300 kg) dapat mencapai 18-24 bulan. Dengan adanya implementasi teknologi berupa teknologi kandang kolektif dan teknologi pemberian pakan yang berimbang maka lama periode penggemukkan dapat dipersingkat menjadi 6-8 bulan.
Implementasi Teknis yang dilaksanakan Adapun implementasi teknis yang diterapkan dalam usaha penggemukan ternak sapi mencakup 3 aspek yaitu : 1. Aspek managemen perkandangan Yaitu ternak-ternak ditempatkan pada pada kandang individu yang berukuran 1,2 m x 2,5 m secara kolektif dalam satu hamparan. Bahan kandang terdiri dari bahan lokal dan non lokal dimana bahan lokal disiapkan oleh petani sedangkan bahan non lokal disubsidi oleh BPTP. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan satu kandang jepit untuk keperluan penimbangan dan pemeriksaan kesehatan. 2. Aspek managemen pemberian pakan Yaitu pemberian pakan dilakukan secara berimbang dimana hajauan rumput sebesar 60 % dan leguminosa sebesar 40 %. Jumlah pemberian pakan perhari yaitu sebesar
3
10 % dari berat badan ternak. Untuk mengantisipasi kekurangan pakan di musim kemarau akan dimanfaatkan limbah jerami pertanian seperti tongkol jagung, batang jagung dan lain sebagainya. Selain itu akan dibuat pengawetan pakan berupa silase dari rumput alam segar yang diperoleh/dikumpul selama musim hujan. 3. Aspek managemen kesehatan Yaitu mencakup pemeriksaan berkala setiap bulan dengan cara dilakukan penimbangan ternak untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian. Hasil penimbangan tersebut dapat menindikasikan apakan ternak tersebut sehat atau terserang penyakit cacing maupun jenis penyakit parasit lainnya. Pada saat penimbangan akan dilakukan penyuntikan vitamin maupun pengobatan bagi ternak yang terserang penyakit. B. Kegiatan penyediaan sapi bakalan dan ternak bibit Kenyataan menunjukkan bahwa kesulitan dalam usaha penggemukan ternak yaitu semakin sulitnya mencari ternak bakalan maupun ternak bibit yang baik untuk dijadikan ternak penggemukan. Hal ini terjadi karena perbandingan antara ternak jantan dengan ternak betina dalan satu kawasan kandang kelompok ternak tidak seimbang (1 : 25) dan cenderung yang tersisa mempunyai kualitas yang jelek.. Gambaran ini menyebabkan prosentase kebuntingan hanya berkisar antara 60 – 70 % dan jarak kelahiran berkisar antara 18-24 bulan padahal ternak betina sapi Bali sangat terkenal dengan fertilitasnya yang tinggi. Oleh sebab itu upaya untuk memperpendek dan meningkatkan kelahiran agar penyediaan sapi bakalan dan bibit mudah diperoleh merupakan kegiatan prioritas.
Implementasi teknis yang dilaksanakan. Adpun implemnetasi teknis yang diterapakan meliputi : 1. Introduksi ternak jantan terseleksi yang digunakan sebagai pemacek betina pada kandang kelompok 2. Perbaikan management perkawinan melalui kawin alam 3. Pemisahan anak dini untuk mempercepat terjadinya perkawinan induk.
C. Kegiatan pemanfaatan limbah kotoran sapi.
4
Ketersediaan limbah kotoran sapi yang merupakan hasil ikutan dari usaha penggemukan sangat banyak, dan sangat potensial untuk dimanfaatkan pada tanaman dan sumber energi alternatif yang sangat ramah lingkungan.
Implementasi teknis yang dilaksanakan Pemanffatan kororan sapi yang sangta banyak tersedia di sekitar halaman rumah petani akan digunakan sebagai sumber energi alternatif dipedesaan. Kegiatan ini meliputi : 1. Pembuatan digester biogas sebanyak 1 unit 2. Pembuatan pupuk kompos untuk dijual dan dimanfaatakan sendiri.
2. Kelembagaan. Inovasi kelembagaan menyangkut Kelembagaan Input, Kelembagaan Kelompok Tani, Kelembagaan pemasaran dan Kelembagaan Pasca Penen. Selain itu kerjasama dengan swasta dan pemerintah daerah juga dirintis untuk mendapat modal usaha bagai usaha produktif. 3. Klinik Teknologi Pertanian. Klinik Teknologi Pertanian merupakan wadah atau tempat tukar menukar informasi baik antara petugas dan petani. Didalam Klinik tersebut memuat beberpa informasi berupa media cetak maupun alat peraga diseminasi. Selain itu juga akan digunakan sebagai tempat rapat bulanan untuk evaluasi dan perencanaan program kerja Gapoktan. 4. Diseminasi. Penyebaran hasil pengkajian spesifik lokasi melalui media cetak, siaran Radio dan televisi akan dilakukan minimal 2 kali dalam satu tahun. Beberapa materi diseminasi yang berkaitan dengan inivasi teknis yang akan diterapkan pada Laboratorium Agribisnis Metodologi Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan akan berakhir tahun 2009 dengan cakupan dua desa yaitu Desa Usapinonot dan Desa Lapeom, Kecamatan Insana, Kabupaten Kupang. Pendekatan kegiatan adalah menggunakan pendekatan kawasan dimana melibatkan semua masyarakat desa yang terhimpun dalam satu Gapoktan..
5
Sasaran atau target yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu berupa ternak sapi betina sebanyak 120 ekor dan 80 ekor pejantan. Model diseminasi yang digunkan adalah penyuluhan, penyebaran media informasi serta penerapan teknologi yang matang yaitu Teknologi Perbibitan, Managemen pakan dan penggemukan.
6