#
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENANAMKAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN PAMULUNG I}I YAYASAN MEI}IA AMAL TSLAMI LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN
SKRIPSI Diajukanuntuk MemenuhiPersyaratanMemperoleh GelarSarjanaKomunikasiIslam (S.Kom.I)
I
IIN.
LIII I l-,irt;,.i,3 1",; Iiu,; J:; I;t r."rf.lnilrlrr r
SYARIFHIDAYATU LLAH JAKARTA
Oleh Eka CamaliaNurhidayati NIM: 108052000002
JI]RUSAN BIMBINGAN I}AN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVf, RSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA 1434H | 2013}'[
rl
PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENANAMKAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN SKRIPSI Diaj ukan untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar SarjanaKomunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Eka Camalia Nurhidavati NIM: 108052000002
Pembimbing,
NIP : 197104122000032 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM F'AKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA r 434Ht20r 3M
'.;/
I'rr l/r
l.l
I PENGESAHAN PANITIA UJIAN
i
Skripsi berjudul Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan KeagamaanPemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan telah diujikan dalam sidangmunaqasyahFakultasIlmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullahJakartapadahari Selasa,7 Mei 2013. Skripsi ini telah diterimasebagai salahsatusyaratmemperolehgelarSarjanaKomunikasiIslam (S.Kom.I)padaProgramStudi Bimbingandan PenyuluhanIslam. Ciputat,7 Mei2013
Sidang Munaqasyah
H. Mulkanasir. B.A. S"Ae.MM N r P .1 9 5 5 0 1 0119 8 3 0 2 I 00r Anggota PengujiII
Kholis RidhUM.Si
I 001
NrP.1978,1t4200912
Pembimbing
MA NIP : 197104122000032 001
st
LEMBAR PERNYATAAN
Denganini sayamenyatakanbahwa : 1. Skripsi ini merupakanhasil karya asli sayayang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya olang lain, maka saya bersedia menerima sanksiyang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Eki C"amaliaNurhidaYati NIM : i08052000002
ABSTRAK
Eka Camalia N (108052000002) Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan Pemulung merupakan komunitas yang sering mendapatkan stigma negatif “cap maling”oleh masyarakat sekitar, belum lagi masalah ekonomi yang dialami meluas menjadi krisis dibanyak bidang lainnya, seperti masalah kriminalitas dan moralitas. Masalah kemiskinan juga menyebabkan mereka kurang mendapatkan hak pendidkan dan lebih mengkhawatirkan lagi adalah kurangnya pengetahuan agama khususnya bagi ibu-ibu pemulung yang selayaknya mereka mampu untuk membimbing, mengarahkan anak-anaknya dengan bekal ilmu pengetahuan agama. Oleh karena itu, perlu adanya upaya menanamkan pengetahuan keagamaan bagi ibu-ibu pemulung, karena komunitas mereka rentan dengan kerusakan aqidahnya oleh pihak non muslim. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan desain deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, semua data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dalam pengambilan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing agama dan empat orang ibu-ibu pemulung. Teknik analisa data yang digunakan adalah triangulasi dan SWOT. Hasil dari penelitian ini adalah pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan bagi ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami berperan sebagai teladan, memberikan pemahaman, menanamkan rasa percaya diri ibu-ibu pemulung, penyelenggara program edukasional, pembangkit kesadaran masyarakat, membangun kedekatan emosional dan advokatif dengan memberikan materi keagamaan meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Adapun yang menjadi kekuatan atau pendukung dalam kegiatan bimbingan agama adalah SDM yang ada sudah memiliki syarat kompetensi pendidikan agama yang sesuai, adanya kepercayaan masyarakat pemulung pada pembimbing dalam memberikan bimbingan agama, adanya fasilitas yang menunjang untuk kegiatan bimbingan agama. Kelemahan atau faktor penghambat kurangnya kesadaran religius di kalangan masyarakat pemulung, ancaman misi keagamaan pihak non muslim, kurangnya perencanaan dan target yang hendak dicapai, metode bimbingan agama yang digunakan masih bersifat sederhana.
i
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala karena dengan kuasaNYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam keselamatan semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam dengan kedatanganNya ke dalam kehidupan ini yang telah menjadikan sebaik-baiknya kehidupan. Skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”, ini disusun untuk menempuh sidang akhir sarjana pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yaitu Cecep.S.Pd.I dan Hamidah yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan jerih payahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, diantaranya sebagai berikut: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, MA, Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Drs. H. Mahmud Jalal, MA dan Pembantu Dekan III Drs. Study Rizal LK, MA.
ii
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Drs. Sugiharto, MA terima kasih banyak atas pemberian arahan dan masukan selama ini kepada penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan ibu dan bapak. 3. Dosen pembimbing skripsi Dra. Musfirah Nurlaily, MA, terima kasih atas keikhlasan dan bimbingan ibu dan maaf selama penulisan sering dibuat repot oleh penulis, semoga kebaikan ibu dibalas oleh Allah SWT. 4. Dosen penasehat akademik Dr. Suhaimi M.Si, yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi kepada penulis. 5. Seluruh dosen pengajar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya penulis, semoga segala dedikasi dan ilmu yang telah diberikan bapak dan ibu senantiasa mendapat balasan kebaikan atas barokahnya ilmu dari Allah SWT. 6. Seluruh karyawan staf administrasi, staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Fakultas Psikologi, dan Perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu memberikan kemudahan kepada penulis untuk mendapatkan referensi dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Keluarga besar Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V, yaitu kepada H. Aslih Ridwan, MA dan para ustad/ustdz yang tidak penulis sebutkan namanya satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa ta’zim penulis dan terima kasih banyak atas penerimaan, bantuan selama penulis memperoleh data dalam
iii
melakukan penelitian di Yayasan MAI, semoga ukhuwah Islamiyah kita akan tetap selalu terjaga. Amien. 8. Untuk Keluarga Besar KH. Drs. Syarifudin, SH. MA dan Ustad Fathoni S.Pd.I, penulis ucapkan terima kasih atas arahan dan support kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Untuk Suhandi yang telah memberikan perhatian, support, kasih sayangnya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan sering menjadi tempat curahan keluh kesah penulis, semoga semua kebaikanmu akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. 10. Untuk adik-adik penulis Nurul Fauziah Rahmah, Triyana Maulida Nurbaiti dan Muhammad Aryadlillah Shiddiq, yang selalu memberikan hiburan dan support kepada penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 11. Untuk kawan-kawan BPI 2008 seperjuangan (Nila, Via, Ina, Ayu, Nina, Kpod, Pu3, Ais, Indah, Sundus, Try, Obel, Ocit, Iboy, Enan dan lainnya....) semua sahabat BPI, BEMJ BPI, teman-teman HMI KOMFAKDA Cabang Ciputat, FORSA Volly, yang penulis tidak sebutkan satu persatu kalian telah menjadi bagian dalam hidupku semoga persaudaraan ini akan selalu tetap terjaga, tidak lupa untuk BPI 2009, BPI 2010, BPI 2011, BPI 2012 terima kasih atas support kalian semua. 12. Semua pihak yang telah ikhlas membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, sekali lagi terima kasih banyak. Semoga Allah Subhanahu Wataala memberikan balasan atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan dengan penuh ketulusan kepada penulis, penulis menyadari skripsi ini masih mempunyai kekurangan oleh karenanya dibutuhkan
iv
kritik dan saran yang membangun dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi umumnya dan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya.
Ciputat, 7 April 2013
Eka Camalia Nurhidayati
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10 D. Metodologi Penelitian ............................................................... 12 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 17 F. Sistematika Penulisan ............................................................... 19
BAB II
: TINJAUAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama 1. Pengertian Peran.................................................................. 20 2. Pengertian Bimbingan Agama ............................................ 22 3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama ............................... 24 4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama .................................... 27 B. Pengetahuan Keagamaan 1. Pengertian Pengetahuan Agama .......................................... 35 2. Aspek-Aspek Keagamaan ................................................... 37 3. Fungsi- Fungsi Agama ........................................................ 40 C. Pemulung 1. Pengertian Pemulung .......................................................... 43
vi
BAB III
:
GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI A. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami ...................... 47 B. Visi dan Misi ............................................................................. 49 C. Struktur Organisasi ................................................................... 50 D. Program Yayasan Media Amal Islami ...................................... 50 E. Data Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami ................. 51 F. Kegiatan Yayasan Media Amal Islami ..................................... 52
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Identitas Informan 1. Pembimbing Agama ............................................................. 53 2. Terbimbing ............................................................................ 57 B. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung ......................................... 60 C. Faktor Pendukung Penghambat Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung .................. 78
BAB V
:
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 87 B. Saran ......................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90
LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan kini gejalanya meningkat dengan krisis yang berkepanjangan dan permasalahan ini dihadapi oleh bangsa Indonesia. Data kemisikinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin Jakarta mencapai 363,43 ribu orang atau sekitar (3,75 persen) meningkat sebesar 51,25 ribu dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 312,18 ribu orang atau sekitar (3,48 persen).1 Di negara Indonesia khususnya Jakarta, kemiskinan masih menjadi beban penderitaan masyarakatnya. Ironisnya kemiskinan ekonomi yang dialami masyarakat meluas lagi menjadi krisis dibidang lainnya, seperti masalah kriminalitas dan moralitas.2 Kemiskinan juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat khususnya mereka yang berada dikalangan ekonomi ke bawah. Selanjutnya, angka kemiskinan diatas dapat dikategorikan
pada
kelompok
masyarakat
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang jumlahnya semakin bertambah setiap tahunnya. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah individu, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan
1
BPS RI, Penjelasan tentang Potret Kemiskinan Kota, artikel diakses pada 20 Agustus 2012 dari http://jakarta.bps.go.id/index.php/ 2 Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), cet ke-1, h. 52
1
2
atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan hidup baik jasmani, rohani dan sosialnya secara memadai dan wajar.Hambatan dari kesulitan tersebut dapat berupa kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan akibat dari bencana alam maupun bencana sosial.3 Menurut Ronny Cahyana.S.Sos selaku Ketua Seksi Rehabilitasi Sosial daerah Jakarta Barat yang dikutip oleh Endang mengatakan bahwa kategori PMKS diantaranya adalah anak jalanan, pengamen, pemulung, gelandangan dan pengemis. Kelompok ini termasuk kelompok masyarakat ekonomi rendah. Mereka bukan tidak tahu menahu permasalahan ekonomi yang sedang mereka hadapi dan sebagai akibatnya mereka terkena imbasnya. Tidak sedikit dari mereka yang memilih dengan bekerja sebagai pemulung. Hal inilah yang dapat mereka lakukan dengan keterampilan sederhana dan seadanyamereka dapat mencari nafkah.4 Kehidupan pemulung di perkotaan cenderung kumuh, mereka tinggal dan bekerja di tempat yang sangat tidak layak seperti tempat pembuangan sampah, bantaran kali, selokan dan lainnya. Pemulung masih merupakan kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di lingkungan masyarakat sekitarnya. Setiap harinya anggota keluarga pemulung baik isteri dan anak-anak mereka tinggal di lapak yang dimiliki oleh bos lapak. Mereka saling 3
Kementrian Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, (Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial,2011), h.5-7. 4 Endang, Maraknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), artikel diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 dari http://www.lensaindonesia.com/2012/06/25/berkat-operasirutin-pmks-jakbar-menurun.html
3
membantu
dalam
pembuangan
memilah-milih
sampah
kemudian
barang-barang membersihkan
bekas
dari
barang-barang
tempat yang
dihasilkan pada hari itu agar dapat dijual dan menghasilkan uang.5 Masalah lain pemulung dilingkungan masyarakat sering menimbulkan kecurigaan dan image “maling” karena barang yang diambil berasal dari sekitar perumahan warga. Selain itu bagi masyarakat kota, gaya hidup pemulung
jalanan
dianggap
negatif
dan
dipandang
sebagai
biang
permasalahan sosial, seperti kekumuhan, keresahan sosial, dan kriminalitas. Mata pencaharian mereka sangat bergantung pada sampah atau barang bekas yang masih memiliki nilai jual. Disamping itu mereka juga menyambil kerja ada yang menjadi buruh cuci, supir dan pembantu rumah tangga agar dapat mencukupi makan sehari-hari. Sehingga seorang ibu terkadang harus membantu suami mengais sampah, boleh dibilang ia tidak mempunyai banyak waktu untuk menemani anak mereka dalam belajar, membimbing prilaku dan mengajarkan soal agama, karena minimnya pengetahuan keagamaan yang mereka miliki. Hal tersebut di atas berdasarkan pengamatan peneliti seperti pemahaman kebersihandiri (taharah) menurut tata cara mandi hadats besar dalam fiqih, banyak diantara mereka belum mengetahui hal tersebut. Hemat peneliti pemahaman mereka soal fiqih ibadah masih minim. Padahal posisi ibu dalam keluarganya berperan sebagai guru pertama bagi anak-anak mereka. Selain itu ibu adalah sosok sentral dalam kehidupan seseorang sejak 5
Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan Media Amal Islami, tanggal 2 Nopember 2012pukul 14.00.
4
masih dalam kandungan sampai dewasa bahkan hingga meninggal dunia, perannya tidak dapat digantikan oleh siapapun.6 Sebagaimana yang dikatakan oleh Manarul Hidayat yang menjelaskan bahwa ibu memiliki peran yang sangat dijunjung tinggi oleh Nabi Muhammad karena memiliki tugas mengasuh yang sangat besar yaitu sebesar 75%
dari
peran
anggota
keluarga
lainnya.7Usaha
menanamkanpengetahuanagama dalam membimbing sikap sesuai dengan ajaran Islam penting diberikan kepada ibu-ibu pemulung, karena hal ini dapat menjadi input kebaikan bagi dirinya dan outputnya bagi keluarga serta masyarakatnya. Penanaman pengetahuan agama dapat dilakukan melalui kegiatan keagamaan non formal diantaranya melalui majlis ta’lim, keteladan sikap yang diberikan para da’i, belajar baca tulis Al-Qur’an serta kegiatan-kegiatan non formal lainnya yang didampingi oleh seorang pembimbing agama. Pembimbing agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang yangberdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan selalu menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya sebagai teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik karena dia rela mengorbankan kepentingannya sendiri demi kepentingan orang lain.
6
Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan Media Amal Islami, tanggal pukul 28 Desember pukul 14.20 7 Majalah AKRAB,”Kementrian Agama Harus Bisa Hapus Penyakit Akhlak”, (Jakarta: AKRAB, No. 328, 2010), h. 5.
5
Seperti yang dikatakanoleh M. Arifin dalam bukunya pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama, bahwa kegiatan bimbingan agama melalui pendekatan sosiologis dapat mengarahkan seseorang (terbimbing) untuk hidup di atas rasa solidaritas sosial dan tanggung jawab sosial serta rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk maupun maju mundurnya hidup bermasyarakat. Kesemuanya dapat menjadi faktor motivatif terhadap kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama tersebut dengan dilandasi nilai-nilai keimanan dan taqwa.8 Keberadaan
Pembimbing
agama
pada
kelompok
masyarakat
pemulung sangat dibutuhkan karena mayoritas dari masyarakat yang berada dikalangan ekonomi kebawah, mereka cenderung berfikir pragmatis saja tidak peduli soal agama dalam kehidupannya, yang mereka pikirkan adalah cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga dikatakan oleh H.Aslih Ridwan selaku pendiri sekaligus ketua di Yayasan Media Amal Islami, berikut hasil wawancara pribadi peneliti setelah mengikuti kegiatan di Yayasan MAI: “Masyarakat pemulung disekitar yayasan ini, ada sejak lama dan kita prihatin dengan kondisi aqidahnya. Mereka kan orang pinggiran, orang yang sering dikucilin sama masyarakat karena sering dianggap “maling” dengan lingkungan hidup mereka yang rentan dan ini menjadi perhatian bagi kita semua bukan yayasan ini saja tapi aparat hukum, mahasiswa dan masyarakat sekitar yang peduli dengan keadaan mereka yang lemah kegoda imannya sama sembako-sembako yang diberikan orang non muslim dengan maksud tertentu, maka dari itu kita gerak cepat, misalnya kita adakan pengajian untuk anak-anak, remaja dan orangtuanya.”9 8
M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:Golden Terayon Press, 1982), cet ke-1, hal.36. 9 Hasilwawancara pribadi dengan H. Aslih Ridwan saat peneliti mengunjungi Yayasan Media Amal Islami, tanggal 2 Nopember 2012 pukul 15.00
6
Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, keberadaan Yayasan Media Amal Islami atau lebih dikenal dengan MAI oleh warga sekitar adalah lembaga non partisipan yang berdiri atas dasar keprihatinan pendiri yaitu H. Aslih Ridwan, aparat hukum dan jajarannya serta dukungan Lurah Cilandak Barat yang mengatakan adanya upaya kristenasisasi massal di lingkungan pemulung Lebak Bulus. Maka perlu adanya kegiatan rutin lewat kegiatan ukhuwah Islamiyah seperti penanaman pengetahuankeagamaan melalui pengajian, mengunjungi mereka di lingkungannya, agar dapat menumbuhkan jiwa optimis, tidak mudah putus asa dan selalu bekerja keras. Hal di atas dipertegas oleh Abraham Maslow yang dikutip oleh Djamaludin Ancok, yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang harus dipenuhinya, untuk memahami masalah kemiskinan yang sangat dekat dengan kekufuran dan problema lain yang menyertainya. Maka dapat dijabarkan kebutuhan-kebutuhan manusia itu dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman (safety), kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.10 Kebutuhan masyarakat kalangan bawah dalam hal ini pemulung dalam kesehariannya mereka masih diliputi perjuangan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya(makan,istirahat, tempat tinggalnya) dan kebutuhan
10
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), cet ke-1, h. 48.
7
lainnya sehingga keinginan untuk taat beragama masih perlu di tumbuhkan motivasi mereka. Maka dari itulah pembimbing agama dalam komunitas pemulung sangat diperlukan, karena disamping ia mengaktualisasikan diri yang sesuai dengan perintah Allah yaitu berbuat baik dengan sesama manusia atau “hablum minannasi”, selain itu ia juga dapat mengajak masyarakatdengan memahami kebutuhan-kebutuhan dasar mereka, seperti mengadakan lembaga pendidikan Islam, pengerahan dana lewat yayasan non profit dan memperbanyak latihan siap kerja. Penekanannya untuk menanamkan pemahaman dan aspirasi mereka dengan pendekatan agama. Seruan ini termasuk dalam surat Al- Baqarah ayat 83 yaitu: “Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.”11
Dari ayat di atas dapat kita petik hikmah yang terkandung di dalamnya bahwa dalam setiap muslim mempunyai tanggung jawab untuk membantu meringankan beban orang lain terutama orang miskin. Dan setiap manusia
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 12.
8
sebenarnya memiliki bakat beragama atau instink agama, serta dapat dikembangkan melalui diadakannya bimbingankeagamaanyang dilakukan secara konsisten. Dalam sabda Nabi Muhammad SAW juga dijelaskan pula bahwa setiap manusia itu dilahirkan di atas fitrahnya, sebagaimana haditsnya sebagai berikut:
. )كل مىلىد يىلذ عل الفطرة فابىاه يهىّدانو اوينصّرانو اويمجّسانو (رواه البخاري “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka tergantung pada orang tua keduanya yang menjadikannya penganut agama Yahudi, atau beragama Nasrani atau pun beragama Majusi”. (HR. Bukhori). Dari hadits di atas jelas bahwa yang menjadi pedoman dan pelaksana pendidikan kepada anak, baik secara formal atau informal terletak dari kedua orangtuanya. Dalam hal ini selain ayah sosok seorang ibu sangat diharapkan untuk menjadi panutan bagi anak-anak mereka dalam mencerminkan perbuatan-perbuatan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama. Agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, apalagi bagi orang-orang miskin yang secara financial mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya secara optimal. Baik secara perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Kelembagaan yang diharapkan masyarakat yang sering kita dengar dan lihat disebut dengan nama yayasan, yang didalamnya terdapat program-program pendidikan, keagamaan dan sosial. Yayasan Media Amal Islami merupakan salah satu lembaga yang mengadakan kegiatan di atas, berada di Jalan Lebak Bulus V Cilandak Jakarta
9
Selatan.Dan merupakan yayasan non profit yang berdiri sejak tahun 1999. Program-program di dalamnya salah satunya adalah pembinaan agama bagi masyarakat pemulung. Kegiatan tersebut di atas dilakukan untuk membantu meringankan beban sesama, yang secara formal mereka tidak mampu untuk menambah wawasan ilmu umum maupun agama, serta dapat menjadi wadah silaturahim bagi masyarakat pemulung khususnya para ibu-ibu pemulung.12Kegiatan ini juga merupakan gerakan pendorong untuk menaikkan derajat seseorang dalam agama karena orang yang paling baik adalah orang yang mengajarkan dan yang mempelajari agamanya yaitu agama Islam. Hal di atas diperkuat dalam surat Al-Imran ayat 104, yang menjelaskan tentang perintah berbuat kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar), yaitu: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itu orang-orang yang beruntung.”13 Berdasarkan pandangan inilah peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah di atas dan menuangkannya pada penelitian ini yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalamMenanamkan
12
Hasil Observasi saat peneliti mengikuti pengajian di Yayasan Media Amal Islami, pada tanggal 16 Nopember 2012 pukul 16.00 13 Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h. 194.
10
Pengetahuan KeagamaanPemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitiakan membatasi masalah pada peran pembimbingagama dalam menanamkan pengetahuankeagamaan. Keagamaan disini dibatasi pada pokok ajaran-ajaran Islam, bagi kelompok ibu-ibu pemulungyang mengikuti pengajian di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan. Pembimbing agama dalam penelitian ini adalah seseorang yang melakukan bimbingan agama kepada para ibu-ibu pemulung. Pembimbing yang dimaksud bukan hanya menyampaikan pesan agama tetapi berusaha mengidentifikasi
permasalahan
mereka,
memfasilitasi,memberikan
penyadaran, motivasi dan informasi pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus.Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan? 2. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
11
a. Untuk
mengetahui
tentangperan
pembimbing
agama
dalam
menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan. b. Untuk mengetahui tentang faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan. 2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan tambahan bagi pengembangan keilmuan dakwah diantaranya ilmu patologi sosial, bimbingan dan penyuluhan Islam, psikologi keluarga, psikologi agama dan psikologi dakwah. b. Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan acuan pemikiran dalam menanamkan
kesadaran
akan
pentingnya
pengetahuan
agama
padapemulung umumnya untuk universitas dan khususnya untuk jurusan BPI dalam kegiatan praktikum (lapangan) dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan pada pemulung. Data-data yang dihasilkan dapat menjadi acuan kurikulum dengan mengidentifikasi penyuluhan yang tepat. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lembaga Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan dalam rancangan program yang efektif secara tepat dan dapat dilihat serta dirasakan perbaikan kehidupan mereka (pemulung).
12
D. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Peneliti pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapunpenelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dikutip oleh Moleong adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14 Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.Semua datatersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.15 Desain deskriptif dalam penelitian ini dengan melakukan survei yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan menilai kondisi atau penyelenggara suatu program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut.16 Dalam hal ini peneliti fokus tentang peran pembimbing agama terhadap ibu-ibu pemulung dalam menanamkan pengetahuan keagamaan yaitu ajaran-ajaran Islam (aqidah, syariah dan akhlak)yang diberikanoleh 14
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000),h. 3 15
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6 B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), cet ke-1, h. 111 16
13
pembimbing agama di Yayasan Media Amal Islami,serta apa faktor pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan
Media Amal
Islami. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan atau (field Reseaech),peneliti terjun langsung di lapangan yakni di yayasan Media Amal Islami dan sekitarnya ke pemukiman pemulung agar memperoleh data yang akurat dan dapat di pahami yang sesuai dengan tujuan penelitian. 3. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan Media Amal Islami yang berada di Jalan Lebak Bulus V
No. 34, Fatmawati, Cilandak Barat,
Jakarta Selatan 12430. Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi ini dimulai dari bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013. 4. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah tempat untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian.17Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel yang diambil betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.18 Maka dari itu, peneliti menentukan sampel yang sesuai berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai 17
B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, h. 179 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1995), h.63 18
14
keterkaitan
dengan
karakteristik
populasi
yang
sudah
diketahui
sebelumnya. Dengan demikian berdasarkan teknik pemilihan subjek di atas yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pembimbing agama yang mengetahui asal mulanya kegiatan pengajian bagi ibu pemulung yang terdiri dariketua, sekretaris dan satu orang ustad bidang pendidikan dan empat orangibu-ibu pemulung yang mengikuti pengajian di Yayasan MAI Lebak Bulus Jakarta Selatan. 5. Teknik Pengambilan Data Untuk memperoleh keakuratan data atau informasi yang sesuai dengan penelitian ini, maka dalam hal ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu: a. Observasi Observasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pengukuran,
dan
merupakan
usaha
pengamatan
dengan
menggunakanindera penglihatan.19Sedangkan dalam arti luas tidak hanya terbatas pada pengamatan langsung dan tidak langsung. Dalam melakukan observasi dalam penelitian ini peneliti memperhatikan, mencermati dan mencatat fenomena yang muncul dan hubungannya dengan aspek penelitian tersebut. b. Wawancara
19
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, h.69
15
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan dilakukan oleh dua pihak, yang melibatkan pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan.20Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menguatkan data yang sebelumnya diperoleh, dan peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pembimbing agama terdiri dari ketua, sekretaris, satu orang ustad bidang pendidikandi Yayasan Media Amal Islami dan 4orang ibu-ibu pemulung yang mengikuti kegiatan tersebut. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan
kepada
subjek
penelitian.21
Peneliti
mengumpulkan, membaca mengenai hal-hal yang akan diteliti melalui buku-buku, jurnal, majalah, internet, pengambilan poto yang dapat dijadikan analisa untuk hasil penelitian ini. 6. Sumber Data Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut: a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui observasi langsung, sebagai pengamat dan wawancara langsung kepada informan yaitu pembimbing agama dan ibu-ibu pemulung di Lebak Bulus V Jakarta Selatan. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui catatan pribadi, dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini baik dari 20
Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-1, h.135 21 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial., h.70
16
referensi buku, majalah, jurnal yang ada kaitannya dengan pembahasan penelitian ini. 7. Teknik Analisa Data Analisa data menurut Bogdan dan Biklen, yang dikutip oleh Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja pada data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mengsistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan. Adapun analisa data kualitatif, prosesnya sebagai berikut: a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistensiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya. c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, membuat temuan-temuan umum.22 Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut, teknik triangulasi data yang digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain. Dalam hal
22
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke 24, h.186
17
ini penulis menggunakan sumber lain yaitu kepada ibu-ibu pemulung tentang peran yang dilakukan pembimbing agama. Sedangkan untuk menganalisis keberhasilan bimbingan agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung, penulis menggunakan teknik analisis Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats (SWOT), analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari bimbingan agama yang dilakukan di yayasan MAI. 8. Teknik penulisan Dalam penelitian ini peneliti berpedoman dan mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh ceQDA, Tahun 2007, cetakan ke-2. E. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan tinjauan pustaka peneliti tidak menemukan skripsi dengan judul yang sama dan yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah: 1. Peran penyuluh agama dalam membina akhlak umat di Kementrian Agama RI kantor Kota Tangerang, yang ditulis oleh Muhammad Nuh. Hasil penelitian skripsinya menunjukkan bahwa penyuluh berperan sebagai animasi sosial, membangkitkan kesadaran masyarakat, sebagai penyampai informasi. Penyuluh menggunakan metode dialog langsung dengan masyarakat, memberi kesempatan bertanya, ceramah umum. Materi yang
18
disampaikan melalui dakwah bil lisan, dakwah bil hal dan dakwah bil hikmah. 2. Peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak anak pemulung di Yayasan MAI Lebak Bulus V Jakarta Selatan, yang ditulis oleh Rike Aryana.Hasil penelitiannya adalah peran penyuluh agama sebagai proses perubahan perilaku, inisiator, fasilitator, motivator, teladan dan pemimpin. Metode yang digunakan penyuluh agama dakwah bil lisan, bil hal dan bil hikmah. 3. Peran pembimbing dalam menanamkan norma-norma kehidupan bagi warga binaan sosial di panti sosial asuhan anak putra utama 6 cengkareng, yang ditulis oleh Siti Fatimatuz Zahra. Hasil penelitiannya adalah peran pembimbing sangat berperan dalam menanamkan norma-norma kehidupan terutama pada norma agama dengan penanaman nilai aqidah dan ibadah, dan norma sosial dengan menciptakan rasa kasih sayang dan saling menghargai, metode pembimbing adalah ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, pembiasaan, keteladanan, sosiodarma dan demonstrasi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berinteraksi dengan kelompok pemulung khususnya para ibu-ibu pemulung. Pada skripsi ini peneliti memfokuskan pada peran apa saja yang dilakukan pembimbing agama kepada ibu-ibu pemulung dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami serta apa faktor pendukung dan penghambatnya.
19
F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.
BAB II
Tinjauan Teori terdiri dari: Peran Pembimbing Agama yang meliputi: Pengertian Peran, Pengertian BimbinganAgama, Fungsi dan Peran Pembimbing Agama, Ruang Lingkup BimbinganAgama. Pengetahuan Keagamaan yang meliputi Pengertian Pengetahuan Agama, Aspek-Aspek dalam Agama, Fungsi Agama. Pemulung terdiri dari : Pengertian Pemulung.
BAB III
Gambaran umum Yayasan Media Amal Islami yang terdiri dari : Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Program Yayasan Media Amal Islami, Data Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami, Program dan Kegiatan Yayasan Media Amal Islami.
BAB IV
Temuan dan Analisa Data terdiri dari Identitas informan yaitu Pembimbing Agama dan Terbimbing, Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan, Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan.
20
BAB V
Penutup terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.
20
BAB II TINJAUAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama 1. Pengertian Peran Menurut kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat.1Lebih jauh, peran itu harus dilaksanakan dan seseorang dikatakan dapat memainkan perannya apabila mempunyai status dalam masyarakat.2 Menurut Soerjono Soekanto mengatakan peran sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, dapat dikatakan bahwa orang tersebut menduduki suatu posisi dalam masyarakat, maka ia pun melaksanakan suatu perannya tersebut dengan memperhatikan hak dan kewajibannya.3 Sedangkan peran menurut teori peran (Role Theory), istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan posisinya sebagai tokoh tersebut dia diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Begitu pula dalam masyarakat bahwa perilaku yang diharapkan dari tokoh tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 854. 2 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Press, 2006), cet ke 1, h. 91 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1988), h.220
20
21
adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.4 Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran ada 4 golongan yaitu: a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut c. Kedudukan antara orang-orang dan peilaku d. Kaitan antara orang dan perilaku.5 Lebih lanjut, menurut Getzels dan E.G. Guba dalam M. Arifin mengatakan bahwa gaya hubungan leadership-followership, peranan seseorang dapat mengubah tingkah laku masyarakat berikut penjelasannya: a. Role Expectation, pengharapan dari masyarakat kepengikutan kepada peranan kepemimpinan. b. Need Disposition, kecenderungan pribadi manusia kepada pemenuhan kebutuhan. c. Sosial Behavior, tingkah laku pribadi dan sosial dalam masyarakat akibat proses kepemimpinan-kepengikutan.6 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan berperan jika telah memiliki status di masyarakatnya atau diperankan dan bukan hanya memiliki status saja tetapi terdapat pula tugas-tugas yang sebelumnya disusun berdasarkan harapanmasyarakat. 4
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), h. 233-234. 5 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, h. 234 6 M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi,( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 99
22
Peran seseorang dapat menjadi bagian dari interaksi sosial, hal tersebut dapat memunculkan suatu tingkah laku yang diharapkan berkaitan dengan adanya peran seseorang yang berkedudukan di masyarakat. 2. Pengertian Bimbingan Agama Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, membimbing, menuntun, atau membantu. Jika dilihat secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntuna, namun tidak semua bentuk bantuan adalah bimbingan. Menurut kamus bahasa Indonesia, pembimbing adalah orang yang membimbing, pemimpin, penuntun.7 Dalam pembahasan ini perlu dikemukakan bahwa pembimbing merupakan orang yang melakukan bimbingan, adapun penjelasan bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut: Menurut Crow & Crow, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memilki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatankegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.8
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2005), cet. ke-3, h. 152. 8 Khairul Umam dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,(Jakarta: CV.Pustaka Setia, 1998), cet ke 1, h. 9
23
Menurut M. Arifin mengatakan bahwa bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.9 Lebih jauh keterkaitan antara bimbingan dengan penyuluhan, M.Arifin mengatakan bahwa istilah penyuluhan mengandung arti menerangi, menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lainagar memahami atau mengerti hal yang sedang dialaminya. Arti penyuluhan berasal dari kata “counseling” yang kemudian dipadukan dengan bimbingan menjadi bimbingan dan penyuluhan.10 Selanjutnya menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.11 Menurut Harun Nasution, agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari karena agama mempunyai kekuatan yang paling tinggi dari manusia.12 Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin mendefinisikan agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem
9
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1 11 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 12 12 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI Press,1985),cet. Ke-5, h. 2. 10
24
prilaku yang terlembagakan dan semuanya itu berpusat pada persoalanpersoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.13 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang berbentuk pengarahan diberikan pada seseorang agar dapat memahami, mengarahkan dan suatu usaha yang dilakukan oleh pembimbing pada terbimbingnya secara terencana, terarah dan bertahap sesuai dengan kesulitan yang dihadapi terbimbingnya dengan pendekatan agama. 3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama a. Fungsi Pembimbing Agama Seiring dengan kemajuan zaman dan perjalanan manusia maka semakin kompleks problema yang dihadapinya, maka diperlukan seseorang yang dapat mengabdikan dirinya dalam hal ini pembimbing agama Islam yang berupaya untuk menerapkan dan mengembangkan fungsi dari al-Qur’an dan hadits dalam kegiatan bimbingan keagamaan. Pembimbing agama dalam skripsi ini dapat disimpulkan oleh penulis sebagai pihak yang memiliki peran yang tidak berbeda dengan penyuluh agama, dengan asumsi bahwa jika penyuluh agama adalah jabatan fungsional dan profesi yang secara formal diakui pemerintah, Sementara pembimbing agama adalah pihak yang melakukan
13
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h. 76
25
penyuluhan secara non formal tanpa keahlian layaknya penyuluh agama. Menurut Syamsul Munir, bimbingan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: a.
Fungsi pemahaman, berfungsi untuk memberikan pemahaman terhadap diri terbimbing sendiri (keberadaan), lingkungan dan masyarakat.
b.
Fungsi
pencegahan,
berfungsi
dalam
pencegahan
dan
terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan faktor psikologisnya (perkembangan). c.
Fungsi pengentasan, berfungsi dalam pengentasan masalah dapat perorangan ataupun kelompok, teori ini mengganti istilah fungsi perbaikan yang mempunyai konotasi sasaran bimbingan orang yang tidak baik (rusak).
d.
Fungsi
pemeliharaan
dan
pengembangan,
berfungsi
dari
terpeliharanya dan terkembangkannya potensi positif dan kondisi positif seseorang agar perkembangan dirinya menjadi mantap dan terarah. e.
Fungsi advokasi, berfungsi dalam menghasilkan pembelaan terhadap seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal.14
14
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2000),h.45
26
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pembimbing agama berfungsi sebagai seseorang yang memberikan informasi (edukatif) dalam hal ini dengan menanamkan ajaran agama Islam kepada ibu-ibu pemulung dengan menyediakan dirinya sebagai media konsultatif atas permasalahan yang ada pada lingkungan pemulung dan kurang pengetahuan agama maka dapat sharring dan berfungsi sebagai advokatif dalam menyelamatkan aqidah mereka dari pengaruh kemiskinan yang mereka hadapi dan rentan dengan kerusakan aqidahnya. b. Peran Pembimbing Agama Menurut Ife dalam Isbandi mengatakan bahwa sebagai pemberdaya sosial atau agen perubah baik dari organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah dalam komunitas tertentu diantaranya peran-perannya dibagi menjadi dua yaitu: 1. Peran Fasilitatif atau animasi sosial adalah membangkitkan keterampilan
melakukan
animasi
sosial
menggambarkan
kemampuan petugas sebagai agen perubah atau pemberdaya masyarakat untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme masyarakat dan termasuk juga didalamnya mengaktifkan dalam mengembangkan motivasi warga untuk bertindak dengan memberi dukungan baik yang bersifat ekstrinsik (material) dan juga yang bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk katakata ataupun sikap dan prilaku yang menunjukkan dukungan.
27
2. Peran Edukasional, membangkitkan kesadaran masyarakat berawal dari upaya menghubungkan antara individu dengan struktur yang lebih makro. Agen perubah bertujuan untuk membantu individu melihat permasalahan, impian, aspirasi, penderitaan ataupun kekecewaan mereka dalam mengupayakan agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungan mereka maka harus mau menjalin hubungan antara satu dengan yang lain hal inilah yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.15 Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran pembimbing yang disejajarkan oleh agen perubah yaituterbagi menjadi dua bagian fasilitatif berupa faktor ekstrinsik melaui dukungan berupa material sedangkan instrinsik melaui pujian dan penghargaan. Bagian edukatif berupa upaya membangkitkan kesadaran masyarakat melalui kegiatan yang lebih makro agar mereka mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungannya. Pembimbing agama dalam komunitas pemulung penting terutama dalam memberikan penerangan keislaman kepada para ibu pemulung yang sekaligus sebagai َالوْل ُ ا ْلالُّمُ مَدْ َرسَةِ ا ْلbagi anak-anaknya. Mereka membutuhkan kehadiran seseorang yang dapat memberi pemahaman, bimbingan dan motivasi dalam menjalani kehidupan mereka dengan disertai wawasan agama untuk mewujudkan tata kehidupan yang harmonis. 15
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002),h. 199
28
4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama Adapun dalam melakukan kegiatan pembimbing agama kepada masyarakat dalam hal ini ditujukan pada kelompok masyarakat ibu-ibu pemulung terdapat unsur-unsur yang melingkupi pembimbing agama, diantaranya adalah: a. Pembimbing Agama Pembimbing agama sebagai juru penerang agama juga dijelaskan dalam kitab suci Al-qur’an surat At-Taubah ayat 71, yang didalamnya terdapat perintah untuk menyeru sesama ke jalan Allah merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Sebagaimana Allah berfirman: ِف وَيَنْ َهىْنَ عَهِ الْمُنْكَر ِ ْن وَالْ ُمؤْمِنَبتِ بَعْضُهُمْ َاوْ لِيَب ءُ بَعْضٍ يَبْ مُ ُروْنَ بِب لْمَعْ ُرو َ ْوَالْ ُمؤْمُِنى ٌك سَيَرْ حَمُهُمُ اهللُ اِنَ اهللَ عَّزِيّْز َ سىْلًهُ ُاوْلَ ِئ ُ هلل وَ َر َ وَيُقِيْ ُمىْنَ الّصَلَب َة وَُيؤْ ُتىْنَ الّزَكَب َة وَُيطِيْ ُعىْ نَ ا .ٌحَكِيْم “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah mahaperkasa lagi mahabijaksana”.(QS.At-Taubah ayat 71).16 Pembimbing atau juru penerang agamadapat dikatakan sebagai orang yang kompeten dalam meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati dan mengamalkan agama karena seorang
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h.198
29
pembimbing agamamampu menjadi pembawa norma agama yang konsekuen baik lahir dan batin bagi masyarakat.17 Menurut Ahmad Mubarok mengatakan peranan seorang pembimbing agama terhadap yang dibimbing pasti harus lebih besar, karena pembimbing agama sebagai seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibanding dengan orang lain, berikut ciri pembimbing yang dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin masyarakat: 1. Memiliki kecakapan minimal dalam teknis kepemimpinan agama khasnya misalnya memimpin dalam ritual keagamaan (ibadah). 2. Memiliki kecakapan secara umum dalam masyarakat juru penerang agama memiliki ciri kharismatik. 3. Memiliki kecakapan sampai pada tingkatan tertentu misalnya mengerti tafsir dan mengajarkannya.18 Sedangkan teori yang dikemukakan oleh R.M. Stogdill, yang pernah melakukan penelitian tentang kepemimpinan seseorang di dalam masyarakat menunjukkan hasil bahwa sifat dan ciri pemimpin dalam berbagai situasi yang berbeda, tidak sama dengan pengikutpengikutnya.19 Menurut
Arifin,
dalam
hubungannya
dengan
sikap
kepengikutan (followership) di kalangan masyarakat kita kenal adanya tiga sebab psikologis, sebagai berikut:
17
Aida Vitayala S. Hubies, dkk, Penyuluhan Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992), h. 19. 18 Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, h. 202 19 M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi.,h. 89
30
1. Adanya dorongan mengikuti pemimpin sehingga weerstand atau resistensi (daya tahanan) dari orang-orang untuk mengikutinya dengan mudah dapat dilaluinya. 2. Adanya sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu sifat-sifat dan ciri kepemimpinan yang mampu mempengaruhi jiwa orang lain sehingga tertarik kepadanya. 3. Adanya kemampuan pada diri pemimpin untuk menggunakan teknik atau metode kepemimpinan.20 Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembimbing agama adalah juru penerang,pengabdi, pembawa norma dan penolong secara individu maupun kelompok masyarakat dalam memecahkan masalahnyabaik secara lahiriah maupun batiniah menyangkut kehidupan masa kini dan masa mendatang untuk ditarik keluar dari kegelapan kecahaya kehidupan yang lebih baik dengan berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam melalui dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT. b. Sasaran Sasaran adalah seorang atau kelompok masyarakat yang diberikan pencerahan, penjelasan dan pertolongan dalam memahami masalahnya dan cara menghadapi masalah tersebut dengan bimbingan agama yang dilakukan secara terus menerus. Prakteknya sasaran pembimbing agama tidak terikat oleh waktu, terbuka terhadap segala
20
M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi, h.90
31
usia, strata sosial, jenis kelamin dan pelaksanaannya dan waktu dapat bersifat fleksibel. Tempat yang dapat dilakukan di rumah, masjid, gedung dan aula, sesuai dengan pembahasan ini sasaran dalam penelitian ini adalah untuk kelompok ibu-ibu pemulung yang aktif mengikuti kegiatan pengajian di yayasan Media Amal Islami. c. Materi Materi yang digunakan pembimbing agama pada dasarnya adalah ajaran agama Islam yang bersumber pokok dari al-Qur’an dan Hadits meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Pembimbing agama wajib mengetahui bahwa al-Qur’an adalah sebagai wahyu Allah SWT, pedoman hidup dan kehidupan manusia untuk kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. d. Metode Pengertian metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan). Dari pengertian tersebut jelas bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Adapun metode yangdapat digunakan sebagai berikut: 1). Metode ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian pesan yang digunakan oleh pembimbing agama dan teknik ini sudah lazim digunakan, biasanya ceramah diartikan karena mereka menyampaikan pesan secara lisan dan para pendengar atau terbimbing mendengarkan,
32
memperhatikan dan mencatat jika diperlukan, pembimbing agama menyajikan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan dengan bahasa yang mudah dimengerti.21 Dalam hal pembimbing agama yang memberikan materi pokok ajaran Islam dan ibu-ibu pemulung yang memperhatikan, bahkan mencatat hal yang diperlukan. 2). Metode Diskusi Menurut Samsul Munir, metode diskusi hampir sama dengan metode group guidance artinya ada kontak langsung antara pembimbing dengan sekelompok terbimbing yang agak besar setelah mereka mendengar ceramah kemudian ikut aktif berdiskusi serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab.22 Dan metode ini lanjutan dari metode diatas dan hal ini dapat mendorong terbimbing dalam berpikir dan mengeluarkan pendapatnya pada materi yang telah disampaikan agar dapat lebih memahami materi yang diberikan kepadanya. 3). Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyampaian pesan dengan sengaja pembimbing agama memperlihatkan suatu contoh dapat berupa benda, keteladan dapat dikatakan dakwah bil hal, melalui peristiwa, dan sebagainya dalam rangka pembimbing agama
21
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Tangerang: PT. Ciputat Press, 2005), h. 34-45 22
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, h.71
33
mementaskan sesuatu terhadap sasaran dengan maksud dan tujuan tertentu.23 4). Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pesan dengan cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban kepada terbimbing yang merasa bahwa penjelasan pembimbing agama yang dirasa belum dimengerti. Dari penjelasan metode-metode di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode yang dapat digunakan pembimbing agama yaitu dengan metode ceramah,
tanya
jawab, metode
diskusi
dan
metode
demonstrasi. Dalam hal ini pembimbing agama juga dapat menggunakan metode bil hikmah,mauhizoh hasanah, dan mujadalah bilati hiya ahsandengan mempelajari suatu peristiwa yang dapat menanamkan pengetahuan akan ajaran-ajaran Islam pada ibu pemulung. e. Tujuan Menurut M. Arifin tujuan dari penerangan agama adalah untuk menanamkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh penerang agama.24 Selanjutnya menurut M. Lutfi tujuan dari kegiatan yang dilakukan oleh pembimbing agama adalah menyelenggarakan dan membantu seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat 23
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34-45 M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi,.h.4
24
34
mengenal, mengarahkan dan mewujudkan dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya sehingga terbuka jalannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.25 f. Tolak Ukur peran pembimbing agama INPUT
THRUPUT
OUTPUT
(sikap, kepribadian dan (kognisi, konasi, emosi yang (perubahan sikap/tingkah Motivasi yang diberikan berada dalam proses penerimaan laku berupa kesadaran oleh pembimbing agama) pengaruh pembimbing agama). Penghayatan/pengamalan ajaran agama/ ibadah. FEEDBACK (umpan balik)
Penjelasan: Input yang diberikan pembimbing agama yang terlihat dari hubungan pengaruh mempengaruhi antara juru penerang dengan sasarannya, sehingga terwujudlah suatu rangkaian proses cybernetic yaitu INPUT yang berupa motivasi dakwah yang dibawa oleh juru penerang agama dengan sikap dan kepribadiannya kearah sasaran dakwah yang berupa manusia sebagai individu dan anggota masyarakat dimana tiga kekuatan rohaniah digerakkan (kognisi, konasi dan emosi) melalui proses belajar sehingga timbul
pengertian, kesadaran, penghayatan dan
pengamalan agama yang merupakan THRUPUT sedangkan tingkah laku yang berubah berupa pengamalan agama merupakan OUTPUT.26
25
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan /Konseling Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).h.99 26 M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi,.h.18
35
B. PengetahuanKeagamaan 1. Pengertian Pengetahuan Agama Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang berarti mengerti setelah melihat, menyaksikan, mengalami. Dan setelah mendapat awalan peng- dan akhiran an- yang artinya segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal pelajaran.27 Menurut
Julian
Baggini
mengatakanpengetahuan
adalah
kepercayaan sejati yang dibenarkan sebagai tiga bagian tentang pengetahuan yaitu kepercayaan, fakta bahwa kepercayaan itu benar dan fakta bahwa seseorang bisa menyediakan cerita rasional untuk mewujudkan bahwa kepercayaan itu benar.28 Lebih lanjut menurut Jujun S. Suriasumantri mengatakan pengetahuan merupakan segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu objek tertentu yang akan mempengaruhi prilaku, termasuk di dalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan.29 Selanjutnya, pengertian agama menurut sosiologi merupakan definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Ia “angkat tangan” mengenai hakiki agama, baik atau buruknya agama atau agama-agama yang tengah diamatinya. Pengamatan ini hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif 27
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet ke-1, h.884 28 Julian Baggini, Lima Tema Utama Filsafat, (Jakarta: Teraju, 2004),h. 28 29 Jujun S. Suriasumantri, filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2005), h. 104
36
(menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.30 Menurut kamus besar bahasa Indonesia,agama setelah mendapat awalan ke- dan akhiran –an kata keagamaan berarti yang berhubungan dengan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam syariat Islam.31 Dari pengertian di atas perlu dikemukakan kembali bahwa dalam membicarakan masalah tentang keagamaan, antara pengetahuandan pengamalanagamaseseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaan yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Hal di atas dikarenakan adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tidakan keagamaan dalam diri seseorang.32 Ungkapan di atas diperkuat oleh pendapat Mc. Guire yang dikutip oleh Bambang Syamsul, proses perubahan sikap dari tidak menerima menjadi menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap yaitu
30
Hendropuspito, OC, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), cet 1, h. 29. Tim Penyusunan Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke 10, h.1 32 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Utama, 1996), cet ke 1, h.212 31
37
perhatian(attention),
pemahaman(comprehension),
dan
penerimaan(acceptance).33 Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama yang lebih penting disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang iman kepada hari akhir (ukhruwi)merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya ini dapat dilihat secara langsung dan tidak langsung dalam sikap keagamaannya. 2. Aspek-Aspek dalam Keagamaan Sebagaiamana telah diketahui bahwa keagamaan di atas adalah ajaran Islam, ajaran yang paling sempurna karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan kebersihan sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya. Menurut Endang Saifudin dalam Djamaludin mengatakan bahwa pokok ajaran Islam pada aqidah, syariah dan akhlak.34 a. Aqidah Aqidah menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaranajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik, keyakinan tersebut dalam
33
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung::CV PUSTAKA SETIA, 2008), cet ke-1, h.57 34 Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.79
38
Islam menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi (Rasul), kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.35 Lebih lanjut, menurut Thib dalam bukunya mengatakan bahwa Aqidah merupakan ajaran Islam yang bersifat fundamental yang berkaitan dengan dasar-dasar keyakinan dalam Islam. Aqidah juga merupakan titik sentral di atas syariat dan akhlak. Aqidah tersusun atas enam unsur pokok yang terdapat dalam rukun iman yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Rasul, iman akan adanya hari akhir dan iman kepada takdir.36 Selanjutnya, aqidah yang terdapat di dalamnya keimanan. kata iman menurut bahasa artinya al-tashdiq berarti membenarkan, yang dimaksud di sini adalah membenarkan dalam hati. Menurut istilah kata iman berarti membenarkan terhadap segala ketentuan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang wajib diketahui.37 b. Syariat Syariat menurut kamus besar bahasa Indonesia, “syariat” diartikan sebagai hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, baik hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar.38 Kata syariat di sini diartikan sebagai Islam yang secara etimologis berarti tunduk, patuh, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan
35
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.80 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, (Bogor: Kencana, 2003), h.23 37 Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), (Jakarta: Kalam Mulia, 2007),h. 8 38 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1115 36
39
menurut istilah kata syariat (Islam) yaitu tunduk dan taat kepada Allah serta mengesakanNya dengan melaksanakan kewajiban pokok yang menjadi rukun Islam.39 Syariat juga diartikan sebagai segala aturan yang diturunkan oleh Allah SWT yang harus dihadapi oleh seorang muslim. Syariat juga dapat diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang harus dilakukan dan ditinggalkan oleh seorang muslim. Syariat terdiri atas lima unsur yang terdapat dalam rukun Islam yaitu syahadatain, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji.40 c. Akhlak Akhlak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah budi pekerti atau kelakuan seseorang.41 Akhlak juga merupakan aspek Islam yang mengatur tata krama, sopan santun, dan perilaku manusia yang hubungannya bukan saja dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam sekitarnya tetapi juga akhlak manusia terhadap dirinya sendiri. Adapun menurut Ismail, akhlak yaitu keadaan jiwa yang mengajaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.42 Menurut Djamaludin Ancok mengatakan “akhlak” menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran 39
Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), h. 6 40 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, h.25 41 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 20 42 Ismail Tholib, Risalah Akhlak, (Yogyakarta: CV. Bina Usaha, 1984), h.1
40
agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman hal ini meliputi perilaku suka menolong,
bekerjasama,
berderma,
menyejahterakan
dan
menumbuhkembangkan orang lain, dan lain sebagainya.43 Dapat disimpulkan bahwa aspek dalam agama Islam mencakup tiga aspek besar yaitu aqidah, syariah dan akhlak. ketiga-tiganya merupakan aspek yang saling berkaitan dalam diri seseorang. 3. Fungsi- Fungsi Agama Menurut Bambang Syamsul Arifin dalam bukunya menjelaskan bahwa fungsi agama bagi kehidupan masyarakat dalam praktiknya, sebagai berikut: a. Fungsi Edukatif Penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi, ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang, kedua unsur suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan ajaran agama yang dianutnya. b. Fungsi Penyelamatan Dimana pun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat, keselamatan
yang
diberikan
agama
kepada
penganutnya
keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat.
43
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.81
adalah
41
c. Fungsi Pendamai Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seorang pelanggar telah menebus dosa. d. Fungsi Kontrol Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok. e. Fungsi Pemupuk rasa Solidaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam kesatuan, iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perseorangan bahkan membina rasa persaudaraan yang kokoh. f. Fungsi Transformatif Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, ajaran agama mampu mengubah kesetiannya pada adat atau norma kehidupan yang dianut sebelum itu. g. Fungsi Kreatif Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan sendiri tetapi kepentingan orang lain.
42
h. Fungsi Sublimatif Ajaran agama menguduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi melainkan juga bersifat duniawi.44 Dan menurut Mukti Ali mengatakan bahwa agama berfungsi dalam pembangunan yaitu sebagai ethos pembangunan dan sebagai motivasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Sebagai ethos pembangunan maksudnya adalah bahwa agama yang menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai moral dan sikap. b. Sebagai motivasi maksudnya adalah ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.45
Dari beberapa fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa keagamaan yang diketahui, dihayati dan diamalkan oleh seseorang mampu memberikan fungsi edukatif, penyelamat, pendamai, sosial kontrol, pemupuk persaudaraan, transformatif, kreatif dan sublimatif dan agama juga berperan dalam pembangunan yakni sebagai ethos pembangunan dan motivasi bagi masyarakat dalam penelitian ini difokuskan kepada ibu-ibu pemulung dalam komunitasnya.
44 45
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, h. 149 -151 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2007), h.288
43
C. Pemulung 1. Pengertian Pemulung Pemulung berasal dari kata “pulung” yang mempunyai arti mengumpulkan barang bekas (limbah) yang terbuang (sampah) untuk dimanfaatkan sebagai bahan produksi dan lain-lain. Sedangkan pemulung adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas kemudian menjualnya kepada pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditas.46 Sedangkan menurut Argo Twikromo dikutip Arif mengatakan bahwa pemulung adalah orang yang mempunyai pekerjaan utama sebagai pengumpul barang-barang bekas untuk mendukung kehidupannya seharihari dan hidup mereka tidak mempunyai kewajiban formal dan tidak terdaftar di unit administrasi pemerintahan.47 Pemulung bekerja di tempat yang kumuh dan merupakan kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di mata masyarakat umum, karena pekerjaan memulung selalu dicemoohkan oleh sebagian besar masyarakat, sebagai orang yang “tidak bisa dipercaya” keadaan semacam ini secara otomatis akan membentuk strata dimana strata pemulung menempati diri terbawah atau memiliki harga diri yang rendah.48
46
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.906 Arif Rohman, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Tuna Sosial, artikel diakses pada tanggal 14 Oktober 2012, dari http://rafif.multiply.com/journal/item/772?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem 48 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Yogyakarta: 1992), h. 140 47
44
Ada dua jenis pemulungyaitupemulung lepas yang bekerja sebagai swausahadan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar dan tidak jarang bandar memberi tempat tinggal kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang ditempati bandaratau di mana terletak tempat penampungan barangnya. Pemulung juga termasuk pekerja sektor informal yang sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Hal ini baru sekedar kesehatan badannya belum lagi masalah haknya sebagai warga negara yang berhak juga mendapatkan hak pendidikan dan keamanan.49 Selanjutnya, masalah yang sering dirasakan pemulung dan anggota keluarganya adalah stigma masyarakat yang negatif terhadapnya. Hal inilah yang menjadi kepedihan tersendiri bagi para pemulung, namun jika dilihat dari pekerjaannya sehari-hari sebenarnya para pemulung adalah pahlawan kebersihan. Menurut hasil pengamatan peneliti, ada hal lain yang dihadapi pemulung adalah penentuan harga dari ketua lapak yang semakin tinggi, hal ini yang membuat para pemulung harus bekerja keras mengerahkan tenaganya dengan bantuan anak dan isteri mereka, dengan begitu waktu
49
Junaedi, Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang Terlantar, di akses pada tanggal 27 Nopember 2012 dari http://www.stosfest.org/wpcontent/uploads/2012/02/Junaedi-Semangat-Kerja-Pemulung-Sampah-Pahlawan-Lingkunganyang-Terlantar.pdf
45
mereka sehari-harinya akan tersita untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya sehingga untuk memperoleh hak pendidikan apalagi pendidkan agama sangat sulit untuk terpenuhi.50 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemulung adalah orang yang mempunyai pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas dan menjualnya kepada jurangan atau ketua lapak dan hasilnya untuk mencukupi dan meemenuhi kebutuhan hidupnya dan menurut jenisnya pemulung terbagi menjadi dua yaitu pemulung lepas dan pemulung yang bergantung pada ketua lapak (bandar), sampai saat ini para pemulung belum dikatakan berhak untuk mendapatkan hak-haknya. Asumsi peneliti bahwa keadaan pemulung yang serba kekurangan di atas, maka perlu bagi mereka mempunyai seseorang yang mampu membimbing dan memberikan basic agama sebagai sandaran hidup dengan bekal pengetahuan agama yang dilakukan secara kontinyu dan sedikit paksaan bahwa mempelajari agama itu penting dan dalam pembiasaan proses belajar agama tersebut akan menumbuhkan minat untuk mengamalkan agamanya dalam kehidupannya sehari-hari, serta menjadi acuan hidup untuk selalu optimis walaupun dalam keadaan apapun. Posisi ibu pemulung sangat besar manfaatnya jika kekosongan waktu mereka diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh penyuluh agama di 50
Hasil observasi penulis ketika berada di lapak pemulung pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 11.28
46
lembaga tertentu yang didalamnya berisi materi-materi agama, seputar aqidah, akhlak dan syariah (ibadah) yang bermanfaat bagi kebaikan dirinya sendiri, keluarga dan umumnya pada komunitasnya.
47
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI A. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami Pada awalnya Yayasan Media Amal Islami ini didirikan oleh bapak H. Aslih Ridwan, MA yang sering dipanggil dengan sebutan “abu” yang tinggal di Jalan Lebak Bulus V No.34, beliau lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 1967 dan memiliki riwayat pendidikan strata dua dalam bidang keagamaan yaitu S1 Fakultas Dakwah di STAI Al-Hikmah dan melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ pada tahun 2009. Beliau mendirikan Yayasan Media Amal Islami sejak tahun 1999, aktifitas dakwah beliau telah tercatat sebagai Ketua sekaligus pendiri yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di Bens Radio, sebagai ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia) dan sebagai Account Executive Majalah Aulia. Berawal dari keprihatinan beliau dalam memandang kaum bawah khususnya pemulung sebagai kaum yang lemah bukan saja secara finansial tetapi juga aqidah mereka dan keimanan mereka mudah untuk berpindah agama, dengan pemberian bantuan-bantuan berupa sembako dan bentuk perhatian orang-orang non muslim yang memiliki tujuan tertentu kepada para pemulung di sekitar Lebak Bulus Jakarta Selatan. Atas dasar keprtihatinan beliau yang didorong oleh dukungan lurah Cilandak untuk menyelamatkan aqidah kaum bawah yaitu pemulung dan kaum dhua’fa maka didirikanlah yayasan yang diberi nama Media Amal Islami yang sesuai dengan namanya yaitu yayasan yang fokus melakukan amal sholeh.
47
48
Yayasan Media Amal Islami adalah Yayasan independen non partisipan yang berdiri pada tanggal 4 Jumadil Tsaniyah 1428 H atau bertepatan dengan 19 Juni 2007. Yayasan Media Amal Islami ini berada di Jalan Lebak Bulus V No.34 Fatmawati, Cilandak Barat Jakarta Selatan. Dasar hukum atau aspek legal yayasan ini disesuaikan dengan SK Menteri Hukum dan HAM RI No. C-3225.HT.01.02 tahun 2007 dan surat izin Dinas Sosial Jakarta Selatan No. 09.12430.250/078.6. Yayasan ini bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan dan ekonomi yang mempunyai tujuan meningkatkan taraf hidup kaum bawah dhuafa dan pemulung untuk mendapatkan haknya dalam bidang pendidikan non formal sesuai dengan wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan, MA seperti berikut: “Pendidikan untuk kaum bawah dalam hal ini pemulung saya rasa penting karena mereka gak ada yang didik, kurang pengetahuan agama, mereka tidak punya uang untuk membayar guru kerumahnya. Jadi, kita rasa kaum bawah seperti mereka juga perlu mendapatkan pendidikan dan bekal ilmu karena mereka rentan dan hidup dalam lingkungan yang slum atau kumuh gampang buat menukar aqidahnya. Maka kita rasa penting untuk gerak cepat menarik mereka kembali dalam rangka menyelamatkan aqidahnya”.1 Lembaga Yayasan Media Amal Islami merupakan lembaga agama yang memiliki keprihatinan bagi kaum bawah dimaksudkan juga kepada para pemulung disekitar yayasan ini, kegiatan yayasan diantaranya melakukan pembinaan khususnya pendidikan agamanya guna memelihara aqidah mereka dan memberikan bekal ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Para pengurus yayasan yang memahami persoalan umat yang
1
Wawancara pribadi dengan H. Aslih Ridwan MA, di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan, tanggal 10 Desember 2012.
49
kian kompleks menuntutnya untuk selalu berinovasi dan bekerja keras dalam menyelesaikannya, oleh karenanya dibutuhkan sejumlah orang yang memilki kesamaan visi dan cita-cita untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara melalui aktifitas dakwah, sosial dan pendidikan.2 B. Visi dan Misi Adapun visi misi didirikan yayasan ini untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang hendak diprioritaskan yaitu:3 Visi :Menjadikan sebuah lembaga dambaan ummat yang unggul dalam menentaskan kaum dhu’afa menjadi kaum yang mandiri dan berakhlak yang shaleh. Misi : 1. Melaksanakan dakwah bil lisan dan bil hal kepada masyarakat dhu’afa 2. Meringankan beban kaum dhu’afa 3. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dengan pelatihan bagi kaum dhu’afa 4. Mengembangkan menagemen ilmu pengetahuan sehingga tercipta kesejahteraan ummat 5. Mengajak kaum yang berkemampuan untuk aktif dan peduli terhadap kaum dhu’afa 6. Mendorong dan memfasilitasi para kader yang terlibat aktif untuk menjadi pengajar dan Pembina dengan memberikan ruang dan 2
AD/ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2008 AD/ART Yayasan Media Amal Islami tahun 2008
3
50
kesempatan yang besar untuk mengembangkan diri, meningkatkan keilmuan dan kesejahteraannya. C. Struktur Organisasi Pendiri dan Ketua Umum
: H. Aslih Ridwan, MA
Wakil Ketua Umum
: M. Iqbal Siregar
Sekretaris Umum
: Sigit Kuntoro
Wakil sekretaris
: Dina Banonwati S.Sos. I
Bendahara Umum
: Zhillan Sofandi
Wakil bendahara 1
: Dzulfitri Sulaiman S.Pd. I
Wakil Bendahara 2
: Fathi Ihsan.4
D. Program- Program Yayasan Media Amal Islami 1. Program Sosial Kemanusiaan a. Pengasuhan dan santunan Yatim & Dhu’afa b. Pengobatan gratis c. Bantuan korban bencana alam d. Pelatihan penanggulangan bencana 2. Program dakwah a. Pelatihan imam dan da’i b. Tebar da’I ke komunitas pemulung & papua Barat c. Pembinaan masyarakat pemulung d. Training motivasi, skills dan leadership anak yatim, dhu’afa dan pemulung.
4
Data monografi Yayasan Media Amal Islami 2010
51
3. Pendidikan untuk anak yatim & dhu’afa a. PKBM berupa paket A,B & C (Lebak Bulus Jakarta Selatan) b. Madrasah Diniyah (Lebak Bulus Jakarta Selatan, Ds Curug Parung dan Pedurenan Gn. Sindur Bogor) c. PAUD (Ds. Curug Parung dan Pedurenan Gn. Sindur Bogor) 4. Program Pembangunan a. Penyelesaian Asrama yatim & Dhu’afa b. Masjid Al-Kautsar & Pondok Da’I Mandiri c. Penyelesaian Gedung Madrasah Diniyah & PAUD E. Data Da’I dan Mustahiq Guru Madrasah Diniyyah
: 9 orang
Guru PAUD
: 6 orang
Guru TPA Pemulung
: 10 orang
Da’I
: 47 orang
Total
: 72 orang
Data Mustahiq dan Binaan MAI Dhu’afa, yatim,jompo
: 550 orang
Komunitas pemulung
: 625 orang
Rawa Bengkel, Cengkareng : 350 orang Duren Mekar, Sawangan
: 200 orang
Total
: 1725 orang
52
F. Kegiatan-Kegiatan Yayasan Media Amal Islami Adapun kegiatan yang sudah berjalan dan terus dilakukan oleh Media Amal Islami sampai saat ini, antara lain: 1.
Madrasah Diniyah Media Amal Islami setiap Senin sampai Jum’at.
2.
Pengajian kaum ibu setiap minggu.
3.
Pengajian Remaja setiap hari Minggu.
4.
Pengajian Pemulung setiap malam Jum’at dan malam Ahad.
5.
Pengajian para napi satu kali seminggu.
6.
Santunan untuk 500 dhu’afa, yatim, janda, dan jompo setiap 10 hari menjelang Idul Fitri.
7.
Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah pada dhu’afa dan yatim desa Gunung Sindur.
8.
Penyaluran hewan qurban pada hari raya Idul Adha.
9.
Pengajian di Komunitas kusta Tangerang
10.
Pembinaan masyarakat di Rawa bengkel
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Identitas Informan 1. Pembimbing Agama Pembimbing agama merupakan seorang juru penerang, pengabdi, pembawa norma dan penolong secara individu maupun kelompok kepada masyarakat dalam memecahkan masalahnya baik secara lahiriah maupun batiniah menyangkut kehidupan masa kini dan masa mendatang untuk ditarik keluar dari kegelapan kecahaya kehidupan yang lebih baik dengan berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam melalui dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT. Secara akademis pembimbing agama harus memilki wawasan yang luas serta mempunyai kemampuan dalam bidangnya terutama dalam bidang agama yang berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits. Penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang peneliti lakukan di Yayasan Media Amal Islami dan sekitarnya yang merupakan komunitas pemulung di Lebak Bulus V Jakarta Selatan. Dari hasil penelitian diketahui identitas pembimbing agama sekaligus yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah tigaorang ustad yang mempunyai kontribusi dalam menanamkan pengetahuan agama melaui pengajian di yayasan Media Amal Islami, diantaranya ketua, sekretaris dan satu orang ketua bidang pendidikan dan dakwah di yayasan Media Amal Islami.
53
54
Adapun identitas pembimbing agama yang menjadi subjek dalam penelitian ini dalam melakukan fungsinya sebagai juru penerang keagamaan di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan, sebagai berikut: a. H. Aslih Ridwan, MA Bapak H.Aslih Ridwan, MA yang sering dipanggil dengan sebutan “abu”, bertempat tinggal di Jalan Lebak Bulus V No.34, beliau lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 1967 dan memiliki riwayat pendidikan Strata dua dalam bidang agama yaitu S1 Ilmu Dakwah di STAI AlHikmah dan melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ lulus pada tahun 2009. Beliau mulai mendirikan Yayasan Media Amal Islami sejak tahun 1999 pada saat itu belum berdirinya gedung yayasan seperti saat ini, namun beliau yakin yayasan ini mampu menjadi agen perubahan dan pelayanan bagi kaum masyarakat bawah dalam hal ini pemulung. Aktifitas beliau dalam menyampaikan dakwah baginya sudah menjadi panggilan hati, aktifitas beliau tercatat sebagai ketua sekaligus pendiri yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di Bens Radio, sebagai ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia) dan sebagai Account Executive Majalah Aulia. Berawal dari keprihatinan beliau dalam memandang kaum bawah khususnya komunitas pemulung sebagai kaum yang lemah bukan saja secara finansial tetapi juga lemah dari sisi aqidah mereka
55
dan keimanan mereka rentan untuk berpindah agama, dengan bujukan pemberian bantuan-bantuan berupa sembako, rekreasi dan bentuk perhatian
orang-orang
non
muslim
yang
memiliki
tujuan
mengkristenisasi mereka. Atas dasar keprtihatinan itulah beliau terdorong untuk cepat-cepat melakukan pembinaan agama kepada komunitas pemulung di Lebak Bulus, selain itu beliau juga mendapat dukungan dari Lurah Cilandak Barat untuk misi yang sama yaitu menyelamatkan
aqidah
kaum
bawah
yaitu
pemulung.
Maka
didirikanlah yayasan yang diberi nama Media Amal Islami yang sesuai dengan namanya yaitu yayasan yang fokus melakukan amal sholeh.1 b. Sigit Kuntoro, S.Pd.I Pria kelahiran Jepara ini lahir pada tanggal 12 Februari 1975, beliau tinggal di Jalan kampung kebun No.35 Sawangan, Depok. Beliau ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang diadakan di yayasan Media Amal Islami sejak tahun 2008, selain itu beliau menamatkan pendidikan Strata satu bidang pendidikan Islam yakni S1 di STAI Al-Aqidah Jakarta tahun 2010. Ustad Sigit sangat peduli terhadap permasalahan hidup kaum bawah dalam hal ini pemulung, inilah yang membuatnya merasa termotivasi dan terpanggil untuk mendedikasikan dirinya dalam memberikan penerangan keagamaan kepada para pemulung di sekitar yayasan Media Amal Islami.2
1
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24 Desember 2012. 2 Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24 Desember 2012.
56
Ustad Sigit menjabat sebagai sekretaris umum di Yayasan Media Amal Islami, namun beliau juga memberikan bimbingan agama untuk para ibu-ibu pemulung jika ustad yang bertugas berhalangan hadir. Pengalaman beliau dalam mendidik para pemulung di komunitasnya, khususnya yang berada dekat dengan yayasan terbilang cukup lama dan usaha beliau boleh dikatakan langka karena beliau juga merasakan sulitnya menarik kepercayaan dan partisipasi mereka khususnya ibu-ibu pemulung untuk mengikuti kegiatan bimbingan agama di yayasan ini, namun perlahan tapi pasti beliau yakin kegiatan ini dapat menjadi input kebaikan bagi para ibu pemulung dan umumnya lingkungan pemulung dalam menanamkan kesadaran mereka untuk terus berada dalam koridor ajaran Islam. c. Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I Ustad Dzulfitri Sulaiman lahir di Jakarta pada tanggal 4 Juli 1983, beliau akrab dengan panggilan “ustad Hafid”, beliau tinggal di Jalan Kesadaran Pamulang No.20 Tangerang Selatan. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN sekarang dikenal dengan Universitas Syarif Hidayatullah, lulus pada tahun 2010. Sosoknya sederhana dan hangat terhadap masyarakat binaan di yayasan. Keikutsertaannya pada yayasan ini didorong oleh semangatnya dalam mengaktualisasikan dirinya dengan membantu
57
kaum
bawah untuk
mendapatkan hak pendidikan khususnya
pendidikan agama. Beliau menjabat sebagai ketua bidang pendidikan dan beliau juga yang mengatur sistem bidang pendidikan mulai dari narasumber, materi, jadwal kegiatan dan hasil yang ingin di capai dari kegiatan tersebut. Beliau sangat prihatin dari sisi pemahaman agama mereka yang masih minim, khususnya pada anak-anak, remaja dan ibu-ibu pemulung di sekitar yayasan Media Amal Islami ini yang merupakan komunitas pemulung. Beliau juga terlibat langsung dalam kegiatan bimbingan agama tersebut.3 Sosok ustad Hafid disenangi oleh masyarakat binaan karena memiliki sifat humoris selain itu beliau juga memiliki sifat kepemimpinan yang baik kepada para rekan di yayasan dan terhadap kehidupan kaum bawah dalam memenuhi hak-haknya dalam bidang pendidikan. 2. Terbimbing Sasaran dapat dilakukansecara individual ataupun kelompok, terbimbing merupakan sasaran untuk diberikannya bimbingan agama yang dilakukan oleh pembimbing dengan membantu mereka dalam menghadapi permasalahan yang sedang dialami dengan pendekatan agama. Peneliti dalam penelitian ini berpartisispan dalam kegiatan bimbingan agama tepatnya pengajian para ibu pemulung yang diadakan di yayasan Media Amal Islami. Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan identitas terbimbing 3
Wawancara Pribadi dengan Ustad Hapid, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24 Desember 2012.
58
yang mengikuti kegiatan bimbingan agama di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus. Adapun identitas ibu-ibu pemulung yang peneliti wawancarai adalah: a. Ibu Fitri Ibu Fitri lahir di Bekasi pada 4 September 1988 dan aktif mengikuti kegiatan di yayasan Media Amal Islami sejak satu tahun yang lalu. Jenjang pendidikanibu Fitri hanya sampai tingkat sekolah menengah pertama (SMP), ibu Fitri merupakan isteri dari bapak Toni yang mencari nafkah sebagai pemulung, dan mereka tinggal di lapak bapak Neen. Keikutsertaan ibu Fitri dalam kegiatan yang diadakan di yayasan media amal Islami berawal dari mengantar anaknya yang belajar mengaji di yayasan dan kemudian ketika yayasan mengadakan bimbinganagama atau tepatnya pengajian kepada para ibu, beliau antusias untuk ikut serta didalamnya.4 b. Ibu Umaroh Ibu Umaroh yang lahir di Bekasi pada tanggal 4 Desember 1988, ia juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan sudah hampir satu tahun yang lalu. Jenjang pendidikan ibu Umaroh hanya tamat sekolah dasar (SD). Ibu Umaroh merupakan isteri dari bapak Joyo yang mencari nafkah sebagai pemulung, mereka bertempat tinggal di lapak pak Neen. Semangat mempelajari ilmu agama pada diri ibu Umaroh khususnya untuk menambah pemahaman dalam 4
Wawancara pribadi dengan ibu Fitri, di Lapak Pak Neen, tanggal 13 Januari 2013 pukul
15.10
59
mengamalkan ajaran agama (ibadah) sehari-hari tidak pernah pudar, ilmu agama hanya ia dapatkan waktu berada di kampungnya dulu dan setelah ia tinggal di Jakarta ia pun aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan yang diadakan Yayasan Media Amal Islami.5 c. Ibu Sonih Ibu Sonih yang lahir di Bekasi pada tanggal 5 Oktober 1980, juga mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan namun berbeda dengan ibu-ibu lain hanya membantu suaminya dirumah dengan menunggu hasil barang bekas untuk dibersihkan dan dipilah-pilih, tetapi sehari-harinya ibu Sonihikut memulung bersama suami ke daerah Terogong, Banjar Sari dan Cilandak untuk membantu mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ibu Sonih merupakan isteri dari bapak Saman yang mencari nafkah sebagai pemulung. Ibu Sonih tidak sempat mendapatkan hak pendidikan formal sejak kecil karena permasalahan kekurangan ekonomi yang juga dihadapi oleh orangtuanya sejak mereka hidup di kampungnya dulu. Beliau mengatakan cukup senang dengan kegiatan yang diadakan para pembimbing agama di yayasan Media Amal Islami, karena dengan adanya kegiatan tersebut dapat menjadi pencerahan hidupnya dan menambah ilmu agama yang belum banyak diketahuinya.6 d. Ibu Erni
5
Wawancara pribadidengan ibu Umaroh, di Lapak Pak Neen tanggal 13 Januari 2013 pukul 15.27 6 Wawancara pribadi dengan ibu Sonih, di Lapak Pak Sanuari, tanggal 13 Januari 2013 pukul 14.53.
60
Ibu Erni yang lahir di Bekasi tanggal 10 Oktober tahun 1988, juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan sudah hampir dua tahun yang lalu. Jenjang pendidikan ibu Erni hanya tamatan sekolah dasar (SD), ibu Erni merupakan isteri dari bapak Sanudin yang mencari nafkah sebagai pemulung. Keikutsertaan ibu Erni pada kegiatan yang diadakan di Yayasan Media Amal Islami juga disebabkan karena mengantar anaknya mengaji di (Taman Pendidikan Al-qur’an) TPA di yayasan, lama kelamaan beliau merasa perlu untuk mengikuti kegiatan di yayasan karena minimnya pengetahuan agama yang ia miliki sehingga timbul minatnya untuk ikut dalam kegiatan yang diadakan di yayasan dengan harapan dapat mengerti ilmu agama khususnya dalam mempelajari hukum-hukum ajaran ibadah seharihari, besar harapan ibu Erni dapat mentransfer ilmu yang ia dapatkan untuk membimbing anak-anaknya kelak.7 B. Hasil dan Analisis Data 1. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaaan pada ibu-ibu Pemulung. Komunitas pemulung yang berada di sekitar Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan ini merupakan salah satu komunitas masyarakat yang terkena dampak dari permasalahan kemiskinan yang dihadapi kota-kota besar salah satunya adalah kota Jakarta. Mereka hidup
7
Wawancara pribadi dengan ibu Erni, di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013. pukul
15.43.
61
dalam lingkungan yang boleh dikatakan kumuh, dan lingkungannya pun bukan lingkungan yang agamis. Komunitas pemulung di Lebak Bulus ini masih merupakan kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di lingkungan masyarakat. Peneliti melihat bahwa para ibu pemulung yang hidup di dalam suatu komunitas yang termarjinalkan dengan keterbatasan ilmu agama, sering pula mendapat image negatif dikarenakan pekerjaan memulung yang dilakukan identik dengan cap maling oleh masyarakat sekitar dan hal tersebut menjadi beban kepedihan tersendiri bagi mereka. Setiap harinya anggota keluarga pemulung baik isteri dan anakanak mereka saling membantu dalam memilah-milih barang-barang bekas dari tempat pembuangan sampah kemudian membersihkan barang-barang yang dihasilkan pada hari itu agar dapat dijual dan menghasilkan uang.8 Menurut peneliti sesuai dengan pengamatan dilapangan bahwa kehidupan mereka sangat didominasi oleh masalah mencukupi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan makan dan tempat tinggal mereka. Hasil yang mereka dapat dari memulung biasanya berkisar antara 150.000 sampai dengan 300.000 per bulan. Seperti halnya untuk mendapat pendidikan sebagai modal masa depan anak-anaknya mereka harus pintar mengatur keuangan untuk kebutuhan lainnya. Hal itu hanya menjadi angan terbesar
8
Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan Media Amal Islami, tanggal 28 Desember 2012, pukul 11.20.
62
bagi mereka untuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan non formal apalagi pendidikan formal.9 Pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan ajaran Islam dalam hal ini dengan cara mengadakan kegiatan secara non formal yaitu pengajian, kegiatan tersebut sangat dibutuhkan karena mayoritas dari masyarakat yang berada di kalangan ekonomi kebawah ini, mereka rentan dengan mengabaikan agamanya. Mereka cenderung berfikir pragmatis, dalam kehidupannya yang mereka pikirkan adalah cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan kondisi lingkungan yang tidak kondusif hidup mereka juga rentan dengan tindak kriminal. Pembimbing agama dapat berperan bagi mereka dalam menanamkan arti keimanan kepada para ibu pemulung dengan cara mengajarkan bersyukur atas nikmat yaitu mensyukuri apa yang didapat pada hari itu hanya kepada Allah SWT. Hal di atas juga dikatakan oleh H. Aslih Ridwan, MA sebagai ketua sekaligus pendiri yayasan Media Amal Islami, berikut kutipan wawancara dengan peneliti : “Masyarakat pemulung disekitar yayasan ini, ada sejak lama dan kita prihatin dengan kondisi aqidahnya. Mereka rentan karena suasana yang secara geografis tidak kondusif. sempit, panas dan anaknya mereka juga kurang pendidikan formal dari sisi umum mereka hidup dibawah standar orang-orang biasa, ehm belom lagi dari sisi kriminal tapi ketika mereka dibina dalam hal keimanan, bagaimana cara bersyukur, cara ibadah, minimal mereka beribadah seperti sholat ya ini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan
9
Hasil observasi peneliti ketika mengunjungi komunitas pemulung di sekitar Yayasan Media Amal Islami pada tanggal 28 Desember 2012.
63
bekal agama saya kira lambat laun mereka akan mengerti akan pentingnya agama ya ibadah. 10 Pembimbing agama di Yayasan MAIberperan dalam memberikan fasilitas bagi para ibu-ibu pemulung, yang meliputi dirinya sendiri sebagai penyedia informasi, materi yang diberikan khususnya yang berhubungan dengan materi ajaran agama Islam, hal ini juga dikatakan oleh H. Aslih Ridwan berikut kutipan wawancaranya: “Kita memfasilitasi kegiatan yang diprogramkan baik dari tempat dengan adanya gedung yayasan ini, pembicaranya, materinya, selain itu kita kasih mereka motivasi agar mereka mau tetep belajar agama, karena biasanya orang seperti mereka masa bodo dengan ilmu agama.” Para pembimbing di yayasan ini melihat semua manusia terlahir dalam keadaan yang bersih atau fitrah sehingga diperlukan pencerahan secara terus menerus untuk mengisi kebutuhan rohaninya dengan cara memberikan
pengetahuan
serta
pemahaman
khususnya
dalam
menanamkan nilai-nilai Islam dengan terus memotivasi mereka agar tidak terombang ambing dalam masalah duniawi, dengan cara beribadah kepada Allah SWT. Pendidikan agama yang rendah serta tingkat ekonomi yang rendah membuat seseorang acuh dalam mengamalkan agamanya, hal ini sesuai dengan teori hirarki kebutuhan (need-hierarchy) oleh Abraham Maslow yang mengatakan bahwa memahami masalah kemiskinan dan segala problema yang menyertainya diantaranya kebutuhan-kebutuhan manusia
10
Hasilwawancara pribadi dengan H.Aslih Ridwan saat peneliti mengunjungi Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2012 pukul 16.30
64
itu dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman (safety), kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri.11 Jelas bahwa jika seseorang masih disibukkan dengan urusan perutnya (fisiologis) maka sulit untuk ketahap kebutuhan yang selanjutnya, maka dalam hal ini pembimbing agama dapat menjadi arahan dan pemberi kesadaran kepada mereka bahwa keseimbangan hidup mutlak harus diciptakan yaitu tidak memikirkan duniawi saja tapi masalah akhirat juga perlu untuk ditanamkan. Lebih lanjut, hakikatnya pembimbing agama sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bambang Syamsul bahwa agama salah satunya berfungsi sebagai penyelamat dan pendamai.12 Pembimbing agama bertujuan untuk mengarahkan, memberi kejelasan pada mereka agar kembali kepada tuntunan ajaran agama dengan melakukan ibadah yang didasari dengan penuh kesadaran, penghayatan dan mengamalkan ajaran agama secara konsisten dan penghibur hatinya dengan selalu mendekatkan diri kepada sang khalik. Peneliti mendapatkan bahwa pembimbing agama dalam kegiatan menanamkan pengetahuan agama bagi ibu-ibu pemulungmelalui kegiatan pengajian khususnya memberikan pengetahuan keagamaan. Peneliti akan menjelaskan tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan agama yang
11
Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), cet ke-1, h. 48. 12 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2008),h. 149
65
dilaksanakan setiap satu minggu sekali yaitu pada hari jum’at pukul 16.00 s/d 18.00 WIB dan materi yang disampaikan meliputi fiqih dasar, aqidah dan akhlak. Pelajaran baca al-Qur’an setiap hari senin, selasa, rabu pukul 14.00 s/d 16.00. Para pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan agama kepada ibu-ibu pemulung, hal ini dilakukan dengan maksud menaikkan harkat dan martabat pada masyarakat pemulung, dengan harapan tumbuh motivasinya untuk mempelajari dan mendapat pemahaman agama khususnya dalam menumbuhkan kesadarannya agar terus mengamalkan ajaran agama, berikut hasil wawancara peneliti dengan H. Aslih Ridwan, MA: “Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan disini dilakukan guna menaikkan harkat dan martabat para pemulung khusus untuk ibu-ibu pemulungnya agar mereka juga merasakan mendapat pendidikan khususnya pendidikan agama secara non formal yang dilakukan di yayasan ini.”13 Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan di yayasan ini, setelah peneliti melakukan pengamatan langsung dan berpartisipan dengan kegiatan yang dilakukan di yayasan maka dapat dipaparkan secara garis besarnya sebagai berikut: 1. Bimbingan Al-Qur’an Kegiatan bimbingan iqra dan al-qur’an disini hampir sama dengan kegiatan bimbingan lainnya, dimana para ibu-ibu pemulung diajarkan mulai dari huruf-huruf, bacaan-bacaan, dan belajar tajwidnya 13
Hasilwawancara pribadi dengan H.Aslih Ridwan saat peneliti mengunjungi Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2012 pukul 16.30
66
dalam membaca Al-Qur’an. Para ibu-ibu pemulung biasanya membawa iqra atau Al-Qur’an dari lapak mereka masing-masing, tetapi para pembimbing agama di yayasan juga sudah menyediakan Al-Qur’an dan terjemahnya sesekali mereka membahas tafsir dari bacaan
tertentu,
kemudian
kegiatan
ini
dilakukan
semacam
liqo,mereka menyimak dan bagi yang belum lancar membaca AlQur’an, mereka dapat menggunakan Iqra danpara penyuluh agama menyimak serta membetulkan bacaan jika dirasa belum benar. Hal tersebut di atas dapat dikatakan pembimbing agama berperan dalam melakukan proses pendidikan kepada ibu-ibu pemulung dalam menyempurnakan bacaan Al-Qur’an, dengan melakukan ibadah secara lisan ini diharapkan para ibu pemulung terbiasa dengan mengucapkan kata-kata zikir kepada Allah SWT, serta dapat menumbuhkan motivasinya dalam mengamalkan ajaran Islam yang terdapat dalam kitab suci Al-qur’an. 2. Ta’lim pengajian Selama melakukan pengamatan di lapangan, kegiatan ini diikuti oleh seluruh ibu-ibu pemulung yang hadir dalam kegiatan bimbingan agama di yayasan media amal Islami, tidak dapat diukur jumlahnya karena sifatnya fluktuatif, jumlah yang hadir kurang lebih sebanyak 30 orang dan paling sedikit 10 orang. Pembinaan ini biasanya dilakukan oleh H. Aslih Ridwan dan beberapa pembimbing agama yang lain. Pada kesempatan lain yayasan juga mengundang
67
penceramah dari luar untuk mengisi materi kepada para ibu supaya mereka tidak merasa jenuh (monoton) perlu adanya penceramah dari luar yayasan. Materi yang diberikan bermacam-macam sesuai dengan kesiapan pembimbing agama itu sendiri, biasanya materi yang diberikan seputar fiqih dasar, aqidah dan akhlak islami. Pengetahuan fiqih dasar (praktis) mengenai bimbingan ibadah kepada para ibu, pembimbing agama memberikan dasar-dasar ibadah seperti tata cara wudhu, tayamum, tata cara shalat fardhu, rukun-rukun dalam shalat, syarat sahnya shalat dan pengetahuan tentang shalat yang dapat di jamak ketika sedang dalam perjalanan, aqidah berbicara tentang kaidah Islam seperti rukun iman, rukun Islam kemudian akhlak didalamnya membicarakan tentang adab atau etika dan tata krama dalam Islam. Kegiatan di atas dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab, sesekali dilakukan praktek jika dibutuhkan agar penyampaian materi lebih dapat dimengerti oleh ibu-ibu. Dan biasanya setelah pembimbing
agama
menjelaskan
suatu
informasi,
para
ibu-ibu
dipersilahkan bertanya jika ada yang dirasa belum dimengerti dengan cara mendiskusikan pertanyaan tersebut kepada ibu-ibu yang lain. Kegiatan yang dilakukan di Yayasan Media Amal Islami sangat padat namun ditengah kepadatannya para pembimbing agama tidak pernah lengah untuk melaksanakan shalat pada tepat waktu yaitu dengan memberiketeladanan kepada para binaan yayasan yang langsung
68
melaksanakanshalat berjamaah, bagi para ibu sudah disediakan sajadah dan mukenanya, hal ini dimaksudkan memberi pengertian bahwa dalam keadaan apapun ibadah shalat wajib dilakukan. Pembimbing agama berperan dalam hal ini sebagai pemimpin dan menumbuhkan kesadaran bahwa ibadah tidak memandang siapun dan dalam keadaan apapun. Hal ini sesuai dengan tujuan ustad Sigit berikut hasil wawancaranya: “Mereka kan juga tetep hamba Allah ya mereka harus beribadah, kita khawatir keadaan yang mereka alami dapat meluas menjadi kerusakan akhlak yang dampaknya berbahaya bagi diri mereka sendiri, anak dan masyarakatnya.”14 Dari hasil wawancara di atas peneliti menyimpulkan bahwa para pembimbing agama berperan sebagai teladan dan pemimpin bagi masyarakat pemulung dalam hal ini ibu-ibu pemulung dalam menanamkan motivasi beribadahnya karena menurutnya jika mereka sudah lalai masalah ibadah khususnya shalat maka dampaknya sangat luar biasa dapat meluas menjadi kerusakan akhlak dan berakibat buruk nantinya pada keluarga khususnya dan masyarakat umumnya, karena shalat merupakan tiang agama dalam Islam dan merupakan ibadah yang akan di hisab pertama kali. Adapun kegiatan pendukung lainnya yang dilakukan pembimbing agama di yayasanmedia amal Islami adalah melaksanakanagenda tahunan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Hari raya idul fitri 1 Syawal diadakan acara halal bi halal, kemudian hari raya idul adha 10 Dzulhijjah 14
Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 24 Desember 2012.
69
diadakan pemotongan hewan kurban dan akan dibagikan kepada dhuafa dan masyarakat pemulung, maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal, dan juga tahun baru hijriyah 10 Muharram diadakan tabligh akbar di halaman depan yayasan, adapun yang mengisi acara hanya sebagian anakanak pemulung seperti membaca puisi, tarian, shalawat dan marawis. Kemudian untuk para ibu-ibu juga ambil bagian dalam pembacaan rawi dan shalawatan, hal ini dilakukan agar para pemulung memiliki kepercayaan diri dan adanya penghargaan untuk dirinya. Istilah yang digunakan oleh H. Aslih Ridwan dalam menanamkan rasa kepercayaan dirinya yaitu ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan, agar tumbuh semangat dan mempunyai penghargaan dalam dirinya, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ife yang mengatakan bahwa sebagai agen perubah atau pemberdaya masyarakat
untuk
masyarakat
dan
membangkitkan
termasuk
juga
energi,
didalamnya
inspirasi,
antusiasme
mengaktifkan
dalam
mengembangkan motivasi warga untuk bertindak dengan memberi dukungan.15 Berikut hasil wawancara peneliti dengan H. Aslih Ridwan: “Kegiatan ini dilakukan dengan cara kita lakukan pendekatan kepada mereka minimal mereka nyaman dalam mengikuti kegiatan pembinaan agama ini, merasa memilki persaudaraan yang kuat, dan menghargai dirinya karena kita berdayakan disini ibu-ibu pemulung kita ajak tampil shalawatan setiap ada peringatan harihari besar Islam dengan begitu mereka merasa diorangkan”.16
15
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002),h. 199 16 Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 10 Desember 2012.
70
Selanjutnya kegiatan bimbingan agama di yayasan MAI yang ada sejak tahun 1999 ini, penting karena kehidupan disekitar kelompok masyarakat pemulung ini sangat memprihatinkan terutama aqidah mereka yang mudah untuk bertukar agama, dengan dilakukan pembinaan agama seperti ini maka dengan sendirinya akan tumbuh minatnya dalam mengamalkan agamanya dan berguna bagi perkembangan akhlak dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan H. Aslih Ridwan, berikut hasil wawancara dengan peneliti: “Awalnya kita prihatin melihat komunitas pemulung disekitar yayasan ini mereka bukan lemah secara finansial saja tapi lebih parah lagi lemah juga dari sisi keimanan, mereka rentan bisa tergoda bertukar agamanya,inilah yang diingatkan rasul kepada kita supaya kita lakukan sebisa kita apa yang kita bisa agar cepatcepat menarik mereka karena komunitas mereka rentan. Nah berangkat dari masalah tersebut kita memulai pembinaan agama kepada ibu-ibu, karena ibu-ibu bisa mendidik anaknya,mengajarkan anaknya, mengarahkan anaknya kalo ibunya punya dasar agama berpengaruh buat anaknya. Mereka betul-betul kurang dalam pemahaman agama.”17 Maka dari istilah di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan olehSyamsul Munir bahwa salah satu fungsi dari pembimbing agama adalah pencegahan yakni pembimbing agama berfungsi dalam pencegahan dan terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan faktor psikologisnya18 Yayasan ini melakukan kegiatan dari segi pendidikan, agama dan sosial dalam menjawab permasalahan hidup mereka. Para ibu yang 17
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. 18 Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2000),h.45
71
antusias untuk mengikuti kegiatan di yayasan sangat merasa terbantu oleh kehadiran para pembimbing agama di yayasan media amal islami ini dapat menambah pemahaman dan bermanfaat untuk pendidikan anak mereka dan bermanfaat juga untuk dirinya sendiri khususnya dalam memberikan pengertian soal agama terlebih dahulu ilmu fiqih dasar untuk kebutuhan ibadahnya sehari-hari dan akhlak Islami, berikut hasil wawancara peneliti dengan para ibu pemulung: “Menurut saya kegiatan di Yayasan MAI menambah ilmu agama kita jadi nambah, karena selain dapat ilmu di yayasan juga diajarin tata cara shalat yang benar, Alhamdulillah sekarang shalatnya makin rajin, terus diajarin juga untuk berbuat yang baikbaik, ilmunya dapet ya, awalnya memang saya hanya mengantar anak saya mengaji di yayasan tapi setelah saya mengetahui ada pengajian juga buat ibu-ibunya ya saya ikut ngaji terus belajar sama ibu-ibu yang lain.”19 Selain itu pendapat yang sama juga diungkapkan oleh ibu pemulung lainnya yang mengatakan bahwa kegiatan di yayasan membantu dalam menambah pengetahuan soal fiqih ibadah dan membahas tentang keimanan yang dijelaskan melalui rukun iman dan rukun Islam yang belum banyak mereka ketahui sebelumnya serta menambah kualitas ibadah mereka, berikut hasil wawancaranya: “Selain bermanfaat untuk pendidikan agama buat saya, untuk anak saya juga ka soalnya kegiatannya di yayasan menambah untuk ibadah saya lebih baik ya kalo ada yang kita gak tau bisa nanya sama ustad di yayasan” Lebih lanjut, materi yang diberikan cara wudhu, cara shalat ka bacaannya terus ada juga rukun iman, rukun Islam, ulul azmi, diajarin do’a-do’a sehari-hari juga.20
19
Wawancara penulis dengan ibu Erni (peserta pengajian), di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013. 20 Wawancara penulis dengan ibu Erni (peserta pengajian), di Lapak pak Neen, tanggal 13 Januari 2013.
72
Selanjutnya istilah yang dikemukakan oleh salah satu informan di atas, peneliti menemukan bahwa pembimbing agama di yayasan juga berperan dalam menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat di komunitas pemulung dan menjadi media advokasi karena pembimbing agama berfungsi dalam menghasilkan pembelaan terhadap seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal.21 Dalam hal ini lingkungan mayarakat pemulung khususnya dalam menamakan ajaran agamaterlebih minatnya untuk mengamalkan ibadah mereka masih harus dibina dan ditumbuhkan kesadarannya, ini sesuai dengan kutipan wawancara peneliti dengan ustad Sigit, berikut hasil wawancaranya: “Mereka kan juga tetep hamba Allah ya mereka harus beribadah, kita khawatir keadaan yang mereka alami dapat meluas menjadi kerusakan akhlak yang dampaknya berbahaya bagi diri mereka sendiri, anaknya dan masyarakatnya. Jadi penting kita lakukan upaya penerangan keislaman dan bimbingan keagamaan mereka harus disadarkan bahwa beribadah itu penting.” Dalam menyampaikan materi keagamaan pembimbing agama lebih mementingkan pengetahuan dasar mereka yaitu soal fiqih dasar yang menyangkut soal taharah, ibadah shalat, mempelajari bacaan Al-Qur’an. Sedangkan materi yang berkenaan dengan aqidah pembimbing agama hanya membahas tentang rukun iman, rukun Islam, yang ada hubungannya dengan penyelamatan aqidah Islamiyah bagi mereka. Materi akhlak yang diajarkan adalah soal cara menyikapi hidup dengan tidak menganggap dirinya lebih rendah (hina) dari orang lain, berbuat baik dengan sesama, 21
Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2000),h.45
73
lingkungan dan menjaga tata krama dimana mereka hidup. Hal ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan H.Aslih Ridwan, berikut hasil wawancaranya: “Materi fiqih dasar seputar ibadah mahdhah seputar wudhu, tayamum, shalat, mandi wajib (contohnya ketika sedang berpergian shalat tetap wajib dilakukan dengan menjamanya, ketika sedang sakit tidak memungkinkan terkena air bisa tayamum. pokoknya ibadah yang mendasar), kemudian aqidah bicara tentang kaidahkaidah islam, rukun iman, rukun islam. Kemudian di minggu ketiga akhlak bicara tentang menanamkan adab atau etika dan tata krama dalam Islam, mereka tidak harus yang tinggi-tinggi tingkatannya yang penting dasarnya mereka tau..”22 Selanjutnya hal sama juga dikatakan oleh ustad Hafid selaku ketua bidang pendidikan, menurutnya materinya juga berkenaan ajaran pokok agama Islam yaitu fiqih dasar, aqidah dan akhlak. Berikut hasil wawancaranya: “Materinya soal fiqih, aqidah terus akhlak, contoh konkretnya aja biasanya kita ajarin mereka dengan identifikasi dari sisi ibadahnya yang penting shalatnya saja kita ajarkan fiqihnya mengenai pentingnya shalat dan kewajiban shalat, do’a-do’a sehari-hari yang praktis-praktis, rukun iman dan rukun islam, ini perlu karena orang-orang yang kekurangan ekonomi biasanya malas dalam melakukan ibadahnya ini yang harus kita bina.”23 Adapun para pembimbing agama menggunakan metode yang sama dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan dalam memberikan pemahaman kepada ibu-ibu pemulung yaitu dengan metode secara langsung melalui ceramah, tanya jawab, mauhizoh hasanahdan juru penerang dalam hal ini bukan hanya menanamkan pengetahuan agama kepada mereka tetapi efek
22
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari2013. 23 Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
74
lainnya adalah mempererat tali persaudaraan kepada kelompok masyakat pemulung. “Kita melakukan kegiatan tersebut dengan ceramah dan persuasif, dialog, ada juga prakteknya.karena kalo hanya monolog tidak menarik. Mereka bebas mengemukakan persoalan mereka. Lebih lanjut, Pertama-tama kita yang harus aktif dan turun langsung kekomunitas mereka dan kita membangun sebuah kesadaran bahwa menuntut ilmu agama itu adalah penting, dan ibadah seperti shalat, puasa, zakat itumerupakan kebutuhan manusia bukan beban manusia. Kalo sudah butuh maka mereka akan antusias mengikuti pengajian, tidak hanya materi, tapi mereka dapat ilmu, persaudaraan, sharring, imrovisasi, itu yang kita bangun”.24 Selanjutnya, dalam wawancara dengan ustad Hapid dan ustad Sigit, metode yang digunakan oleh mereka adalah metode pendekatan persuasif dan pemberian tugas. berikut kutipan wawancaranya: “Kita berupaya agar seluruh bidang keagamaan kita berikan namun kita melihat lagi dari latar belakang mereka yang mayoritas tidak tamat sekolah oleh karena itu kita berikan bimbingan agama khususnya dalam bentuk ceramah kepada mereka supaya mereka lebih mudah mengerti.” Lebih lanjut “caranya mereka berkumpul seperti liqo secara bergiliran kita sima, dengerin bacaannya dan membetulkan bacaan dan ada juga hafalan-hafalan do’a sehari-hari. Kalo hari jum’at sifatnya berbentuk kelompok seperti ceramah agama begitu itu dan selain anaknya yang melakukan testing kita adain evaluasi juga untuk mengetes pengetahuan agama buat ibuibunya juga seperti dibuatkan soal pilihan ganda dan essay.25 Dalam penelitian dilapangan peneliti melakukan pendekatan langsung mendatangi lapak para ibu pemulung dan mengidentifikasi tentang pengetahuan-pengetahuan dasar ibadah mereka seperti niat mandi hadats besar, niat-niat shalat, bacaan-bacaan di dalam sholat dan 24
Wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan MA., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari2013. 25 Wawancara penulis dengan Ustad Hafid., di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
75
prakteknya. Pada dasarnya mereka memang sudah mengetahui macammacam ibadah wajib dalam Islam seperti shalat, puasa, zakat bahkan dari hasil wawancara peneliti dilapangan mereka rutin melakukan puasa ramdhan dan mengeluarkan zakat, hanya saja mereka melakukan sebatas apa yang mereka tahu tanpa adanya pemahaman yang menyeluruh, dan menurut pengamatan peneliti mereka memperoleh tambahan ilmu agama khususnya ibadah praktis seperti taharah, shalat dan cara membaca AlQur’an. Para ibu pemulung yang mengikuti kegiatan, sesuai dengan pengamatan peneliti dilapangan sudah lebih mengerti dari sebelumnya setelah diberikan materi seputar niat mandi hadats besar (taharah), bacaanbacaan shalat, dan mengenal huruf- huruf dalam al-qur’an. Peneliti menduga bahwa ibu-ibu pemulung dalam kualitas ibadah kesehariannya masih harus terus ditanamkan dengan pembinaan-pembinaan agama yang bersifat mendasar, dengan hal seperti itulah maka akan tumbuh minatnya dalam mengamalkan ajaran agamaIslam dengan penuh kesadaran, dan penghayatan semata-mata hanya karena Allah SWT dan dapat dilihat dari antusiasme mereka yang semakin rajin mengikuti kegiatan di yayasan. Perubahan yang terlihat dari sikap para ibu-ibu pemulung bersifat fluktuatif, yang terpenting menurut H. Aslih Ridwan yang dapat terlihat kedekatan emosional antara pembimbing agama dengan para ibu-ibu pemulung sudah terjalin baik setiap pertemuannya. Berikut hasil wawancaranya:
76
“Perubahan kalo menurut saya, fluktuatif. karena kita memang bukan bersandar pada kuantitas tapi kualitas. Menurut saya dari mereka yang minimal 10 orang saja yang ikut tidak jadi masalah, karena kita yakin mereka dapat bermanfaat untuk orang sekitarnya,minimal keluarganya yang terpenting kegiatan pembinaan agama ini sudah terjaga dan setiap minggu ada informasi yang mereka dapat. Konsepnya adalah mereka harus merasa nyaman dan berdaya guna di yayasan ini gerakan ini mesti harus ada walaupun perubahan tidak bisa kita ukur secara signifikan.”26 Hal lain juga dikatakan oleh ustad Sigit bahwa perubahan yang terlihat dari ibu-ibu pemulung adanya kesadaran mereka aktif hadir di yayasan dan dengan menyekolahkan anaknya di yayasan ini untuk belajar agama dan tumbuh kesadaran akan pentingnya pendidikan, hal ini karena menurut pengamatan peneliti di lapangan masih ditemui sekolah alam yang diadakan oleh pihak non muslim, untuk anak-anak di komunitas mereka.27 Menurut ustad Sigit yang terpenting sudah ada perubahan positif dilihat dari akhlak ibu-ibu yang semakin baik. Berikut hasil wawancara dengan ustad Sigit: “Perubahan mereka bisa terlihat dari kepercayaan mereka menyekolahkan anaknya disini, belajar disini, artinya mereka sudah menyadari bahwa pendidikan agama itu penting. Kalu dulu kan mereka boro-boro untuk mikirin belajar (pendidikan) dan perubahan dari tingkah lakunya mereka sudah lebih baik saya rasa itu”.28 Dari hasil wawancara di atas, jelas bahwa perubahan para ibu pemulung dapat terlihat dari kepercayaan mereka dengan menyekolahkan
26
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan,MA di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. 27 Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung tanggal 28 Desember 2012 pukul 11.20 28 Wawancara Pribadi dengan Ustad Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
77
anak mereka dan kebutuhan juga bagi dirinya sendiri untuk ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan di yayasan media amal Islami, baik dalam belajar agama maupun pendidikan umum. Dalam hal ini pembimbing agama juga mempunyai peran dalam memberikan edukasional yaitu mengupayakan agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungan mereka maka harus mau menjalin hubungan antara satu dengan yang lain hal inilah yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.
29
Teknisya dengan mendirikan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), pengajian ibu-ibu pemulung, TPA anak-anak pemulung dan kegiatan sosial lainnya. Selain ustad Sigit, hal yang hampir sama juga dikatakan oleh ustad Hafid yang mengatakan bahwa perubahan mereka dapat terlihat dari kehadiran para ibu pemulung yang antusias (tidak ada paksaan) dalam mengikuti kegiatan pembinaan agama yang diselenggarakan di yayasan media amal Islami. Berikut hasil wawancaranya: “Kalo dulu mereka gak ada yang ngebina, sekarang selain mereka anter anaknya belajar ibunya juga semangat buat belajar terutama belajar agama, perubahannya mereka sekarang sudah merasa nyaman kalo ngikutin kegiatan gak usah di paksa hadir dan yang keliatan prilaku mereka sudah lebih sopan ya.”.30 Dengan demikian, peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan agama khususnya dalam menanamkan pengetahuan aqidah, syariahdan akhlak Islami kepada para ibu pemulung melalui pengajian
29
Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial”, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002),h. 199 30 Wawancara penulis dengan Ustad Hafid, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
78
yang dilakukan di yayasan media amal islami. Pembimbing agama berperan sebagai teladan, memberikan pemahaman,menanamkan rasa percaya diri ibu-ibu pemulung, penyelenggara edukasional, pembangkit kesadaran masyarakat, kedekatan emosional dan advokatifkepada ibu pemulung agar selalu menambah pemahaman agama serta dapat keluar dari permasalahan hidup mereka yang kurang mendapat pengetahuan secara berkelanjutan dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal yang dampaknya dapat menambah kesadaran dalam pengamalan agamanya. 2. Faktor Pendukung dan Pemghambat dalam Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Ibu-ibu Pemulung. Untuk melihat faktor pendukung dan penghambat dalam penelitian ini
peneliti
menggunakan
analisa
SWOT
(Strengths,
weakness,
opportunities dan threats), untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kegiatan bimbingan agama yang dilakukan para pembimbing agama di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan. Adapun analisis SWOT yang dilakukan peneliti, sebagai berikut: A. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan makro atau analisis secara tidak langsung merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar organisasi atau
79
perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan.31 Lingkungan Eksternal berguna untuk mengidentifikasi berbagai peluang dan ancaman. Peluang adalah kondisi-kondisi dalam lingkungan eksternal yang dapat membantu pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada para ibu-ibu pemulung untuk dapat menambah pengetahuan tentang ajaran aqidah, syariah dan akhlak untuk penyelamatan aqidah dari ancaman atau pengaruh non muslim. Hasil identifikasi faktor SWOT, peluang (opportunities)dan ancaman (threats)kegiatan bimbingan agama di yayasan media amal Islami adalah sebagai berikut: 1. Faktor Peluang a. Bimbingan agama yang diadakan dapat lebih mudah diterima para ibu pemulung karena adanya rasa pemenuhan kebutuhan spiritual sehingga memiliki peluang untuk menarik lebih banyak lagi. b. Kegiatan bimbingan agama bagi pemulung yang diadakan di yayasan Media Amal Islami, menjadi salah satu basis keagamaan di lingkungan sekitar lebak bulus sehingga memungkinkan untuk kedepannya dikenal masyarakat luas.
31
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2003), h. 18
80
c. Askes informasi yang ada sudah cukup memadai dengan sarana komputerisasi mereka memperkenalkan program bimbingan agama kepada khalayak lewat media internet dan cetak. d. Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan dapat menciptakan suasana masyarakat yang harmonis. 2. Faktor Ancaman a. Kondisi yang dialami oleh pemulung di Lebak Bulus ini erat dengan imbalan “iming-iming” yang diberikan pihak non muslim berupa pemberian kebutuhan hidup seperti sembako, rekreasi, dan les bahasa inggris bagi anak-anak pemulung, ini menjadi tantangan dan ancaman bagi para pembimbing agama di yayasan untuk menyelamatkan aqidah mereka dari pengaruh-pengaruh luar. b. Kemiskinan menjadi ancaman atau tantangan bagi para pembimbing ketika waktu kegiatan berbenturan dengan jam memulung para ibu-ibu yang mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari, akhirnya yang mengikuti kegiatan tidak dapat terukur jumlahnya. c. Metode yang digunakan menjadi ancaman ketika termbimbing sudah merasa jenuh dan menganggap kegiatan tersebut kuno, karena masyarakat bawah berfikir secarapragmatis, maka perlu adanya metode yang lebih baik. B. Analisis Lingkungan Internal
81
Analisis lingkungan mikro atau secara langsung berguna untuk melakukan analisis kondisi internal yang meliputi faktor kelebihan dan kelemahan dalam organisasi atau perusahaan.32 Maka hal-hal yang menjadi perhatian dalam kekuatan yang terkait dengan sumber daya manusia (SDM), ketrampilan dan keunggulan lain. Kelemahan meliputi keterbatasan sumberdaya, keterampilan, penghambat kenerja.Dari hasil analisis terhadap beberapa
aspek
tersebut
akan
dapat
diketahui
bagaimana
sesungguhnya aspek-aspek tersebut dapat merupakan suatu kekuatan atau potensi yang dapat dikembangkan oleh pembimbing agama yang terlibat dalam proses bimbingan agama tersebut atau merupakan kelemahan (hambatan) yang harus disempurnakan dan ditingkatkan. Hasil identifikasi faktor SWOT kekuatan
(strengths) dan
kelemahan (weakness) kegiatan bimbingan agama di yayasan media amal Islami adalah sebagai berikut: 1. Faktor Kekuatan a. Sumber daya manusia (SDM) yang melakukan bimbingan agama di yayasan media amal islami merupakan SDM yang telah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi dan sesuai dengan kompetensi seorang pembimbing agama yaitu ada yang lulusan ilmu dakwah, tafsir hadits dan pendidikan agama Islam.
32
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah,h. 25
82
Syarat untuk melakukan bimbingan agama dapat lebih mudah diterima di dalam masyarakat. b. Kegiatan bimbingan agama yang dilakukan merupakan bentuk motivasi yang tinggi ini ditunjukkan oleh sumber daya manusianya (pembimbing agama). Pernyataan ini di dapat dari ketua yayasan H. Aslih Ridwan, MA yang juga ikut melakukan bimbingan agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pemulung. “Kita mewakafkan diri untuk turun langsung membaur dengan mereka untuk mengajar mereka. Selain itu adanya dukungan-dukungan aparat kepemerintahan, para donaturdonatur yang selalu berempati dengan kehidupan mereka. Para ibu juga antusias mengikuti kegiatan tersebut, adanya kepercayaan para ibu kepada kita.”33 c. Didalam yayasan terdapat budaya organisasi yang baik. Peneliti dapatkan setelah melakukan wawancara dengan pembimbing agama lain yaitu ustad Sigit mengenai mekanisme program
bimbingan
agama.
Baginya
dalam
kegiatan
menanamkan pengetahuan para ibu pemulung mesti adanya program yang telah direnanakan sebelumnya dan berikut kutipan wawancara dengan ustad Sigit : “Pendukungnya sudah ada sistem program yang direncanakan kepada mereka, dengan adanya koordinator dakwah dan pendidikan tidak dapat berperan sendiri karena kita punya sistem yang sementara ini dikelola oleh ustad Dzulfitri”.34 33
Wawancara Pribadi dengan H. Aslih Ridwan, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013. 34 Wawancara Pribadi dengan Ustd Sigit Kuntoro, di Yayasan Media Amal Islami, tanggal 11 Januari 2013.
83
d. Metode bimbingan agama yang dilakukan mampu untuk menciptakan suasana belajar yang tidak monoton dengan cara penyampain materi dikemas para pembimbing sedemikian rupa agar mereka mendapat pemahaman, agama di selang oleh sifat pembimbing agama yang humoris hal ini dapat menciptakan keakraban
antara
pembimbing
agama
dengan
ibu-ibu
pemulung. 2. Faktor Kelemahan a. Materi keagamaan yang diberikan belum adanya target atau sasaran yang hendak dicapai oleh pembimbing agama secara tertulis dari kegiatan bimbingan agama tersebut. b. Kurangnya sumber daya manusia yang mampu untuk menciptakan inovasi dan motivasi lebih kepada terbimbing khususnya bagi masyarakat pemulung di yayasan Media Amal Islami untuk menambah antusias mereka dalam mengikuti kegiatan bimbingan tersebut. “Kurang tenaga pembimbing, berbenturan waktu bagi ibu-ibu pemulung antara mengikuti pengajian dengan membantu suami memulung, ada juga suami yang kurang mendukung istrinya mengikuti pengajian, pengetahuan para ibu-ibu pemulung masih minim”. c. Kurang adanya kerjasama antara pembimbing agama dengan Kementrian kepemerintahan misalnya Kementrian Agama,
84
Bimas, dan Penamas dalam melakukan pembimbingan yang komprehensif kepada masyarakat yang termarjinalkan yaitu pemulung. C. Analisis SWOT Berdasarkan
analisis
ini
maka
peneliti
akan
dapat
membandingkan atau melakukan perbandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman (eksternal) di satu pihak dengan kekuatan dan kelemahan (internal) di lain pihak. Melalui pendekatan SWOT, peneliti akan dapat mengidentifikaikan dan dapat mengenali satu dari empat pola yang bersifat khas dalam keselarasan situasi internal maupun eksternal, dalam melihat keberhasilan bimbingan agama di yayasan media amal Islami. Analisis SWOT ini mengacu pada semua informasi yang di dapat pada saat melakukan wawancara dan pengamatan langsung dengan pihak-pihak yang terlibat. Peneliti akan mencoba menggambarkan matriks SWOT, dalam melihat keberhasilan bimbingan agama di yayasan media amal Islami. Eksternal Peluang
Tantangan/Ancaman (Threats).
(Opportunity)
Internal
Bimbingan agama mudah diterima karena sesuai dengan kebutuhan spiritual masyarakat pemulung sehingga peluang untuk menarik lebih banyak lagi. Bimbingan agama di yayasan merupakan salah satu basis
Adanya pihak non muslim yang melakukan misi keagamaan kepada pemulung. Karena keterbatasan ekonomi (kemiskinan), pemulung tidak memiliki pilihan lain, lebih memilih bekerja daripada
85
keagamaan bagi pemulung sehingga berpeluang untuk dikenal luas. Dimilikinya sarana komputerisasi untuk memperkenalkan bimbingan agama kepada masyarakat luas. keberadaankegiatan bimbingan agama menciptakan masyarakat harmonis. 1. Strategi untuk Kekuatan (strength) memanfaatkan kekuatan & mengisi Memiliki SDM yang peluang (SO). memenuhi syarat sebagai pembimbing Memperhatikan situasi agama. Adanya motivasi tinggi dan kondisi internal, yang dimiliki maka SDM dalam hal ini agama pembimbing agama pembimbing harus tetap dalam melakukan mempertahankan semua bimbingan. yang Di dalam kegiatan komponen dianggap sebagai bimbingan agama di yayasan MAI terdapat kekuatan untuk dapat budaya organisasi yang memanfaatkan peluang agar dapat benar-benar baik. memiliki metode berguna bagi pemulung melakukan bimbingan agama yang dalam bimbingan agama secara dapat menciptakan berkelanjutan. keakraban pemulung dengan masyarakat sekitar. 3. Strategi untuk Kelemahan(weakness) mengatasi Kurangnya/ tidak kelemahan adanya target sasaran &mengisi peluang secara tertulis yang (WO) hendak dicapai dalam kegiatan bimbingan agama di yayasan MAI. Melakukan target yang hendak Kurangnya SDM yang dicapai dengan mampu menciptakan membuka rasa antusiasme ibu-ibu kerjasama yang pemulung menjadi baik secara bertambah. berkesinambungan Kurangnya kerjasama mengenai dengan lembaga bimbingan agama kepemerintahan yang yang tepat. sesuai dengan tujuan bimbingan agama bagi Meningkatkan kemampuan SDM
2.
mengikuti kegiatan bimbingan. Adanya tuntutan inovasi baru dalam dalam mengemas metode bimbingan yang lebih professional.
Strategi memanfaatkan kekuatan dan menghadapi ancaman (ST).
Meningkatkan kualitas SDM yang mampu memberikan inovasi dan metode bimbingan yang tepat agar kegiatan terebut dapat berlanjut tanpa hambatan apapun.
4.
Strategi untuk mengatasi kelemahan &menghadapi ancaman(WT).
Mempertahankan dan mengembangkan kinerja dalam membangun kerjasama melalui peningkatan dan pengembangan internal SDM. Melakukan kerjasama kepada lembaga
86
masyarakat.
dengan memperluas jaringan untuk menambah program bimbingan yang tepat guna bagi pemulung.
pemerintahan sebagai upaya untuk terus melakukan bimbingan agama untuk mempermudah masyarakat bawah mendapatkan hak yang sama.
Dari hasil analisa SWOT di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kekuatan atau pendukung dalam kegiatan bimbingan agama di yayasan Media Amal Islami adalah SDM yang ada sudah memiliki syarat kompetensi pendidikan agama yang sesuai, adanya kepercayaan masyarakat (pemulung) pada pembimbing dalam memberikan bimbingan agama, adanya fasilitas untuk kegiatan bimbingan agama. Adapun kelemahan atau penghambat adalah kurangnya kesadaran religius di kalangan masyarakat pemulung, ancaman pihak non muslim yang melakukan misi keagamaan yang sangat kuat, kurangnya perencanaan dan target bimbingan dan penyuluhan yang hendak dicapai, metode yang digunakan masih bersifat sederhana atau belum secara profesional.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan penelitian yang berjudul tentang peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibuibu pemulung melalui pendidikan non formal yang dilaksanakan di Yayasan Media Amal Islami, akhirnya diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islamiadalah sebagai teladan, memberikan pemahaman, menanamkan rasa percaya diri ibu-ibu pemulung, penyelenggara edukasional, pembangkit kesadaran masyarakat, membangun kedekatan emosional dan advokatif kepada ibu-ibu pemulung agar selalu menambah pemahaman agama serta dapat keluar dari permasalahan hidup mereka yang kurang mendapat pengetahuan secara berkelanjutan dengan materi keagamaan yang diberikan meliputi aqidah, syariah dan akhlak. 2. Analisa SWOT menunjukkan bahwa yang menjadi kekuatan atau pendukung dalam kegiatan bimbingan agama di yayasan Media Amal Islami adalah SDM yang ada sudah memiliki syarat kompetensi pendidikan agama yang sesuai, adanya kepercayaan masyarakat
87
88
(pemulung) pada pembimbing dalam memberikan bimbingan agama, adanya fasilitas untuk kegiatan bimbingan agama.Adapun kelemahan atau penghambat adalah kurangnya kesadaran religius di kalangan masyarakat pemulung, ancaman pihak non muslim, kurangnya perencanaan dan target yang hendak dicapai, metode yang digunakan masih bersifat sederhana. B. Saran 1. Bagi ibu-ibu pemulung diharapkan agar terus mengikuti kegiatan yang diadakan di yayasan Media Amal Islami dan terus memotivasi diri, keluarga dan lingkungan agar selalu menambah wawasan agama secara konsisten. 2. Bagi Yayasan Media Amal Islami diharapkan terus membina umat khususnya para pemulung di sekitar karena dengan kesabaran, kegigihan dan keyakinan dalam mewujudkan masyarakat kalangan bawah ini menjadi mandiri dan berakhlak islami merupakan langkah positif bagi ummat khususnya masa depan umat Islam. 3. Bagi masyarakat sekitar diharapkan dapat menerima kehadiran pemulung seperti masyarakat lain tanpa mendiskriminasi kehadiran mereka jika perlu diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan masyarakat yang harmonis sehingga tidak adanya kesenjangan sosial. 4. Bagi mahasiswa jurusan bimbingan dan penyuluhan Islam diharapkan untuk kegiatan yang bersifat studi kasus atau lapangan dapat melakukan
89
bimbingan keagamaan baik secara seminar, ceramah atau bakti sosial kepada para pemulung baik secara langsung ataupun tidak langsung demi mewujudkan eksistensi keilmuan perkuliahan yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok Djamaludin dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Arifin,
M,
Pedoman
Pelaksanaan
Bimbingan
dan
Penyuluhan
Agama,
Jakarta:Golden Terayon Press, 1982. ---------, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Baggini, Julian, Lima Tema Utama Filsafat, Jakarta: Teraju, 2004. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009. ---------,Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2005. Hidayati, Nurul, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Press, 2006, cet ke 1 Heriyanto, Albertus, dkk. Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006. Ismail, M. Yusanto, dkk, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul Bayaan, 2003. Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Utama, 1996. Kementrian Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial, 2011.
90
91
Lutfi, M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan /Konseling Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Munir, Syamsul, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, 2000. Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI Press,1985. Nurul, Oneng Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), Jakarta: Kalam Mulia, 2007. OC, Hendropuspito, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1983. Rukminto, Isbandi Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial”, Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2002. Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1995. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali, 1988. Suriasumantri, Jujun S, filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005. Syamsul, Bambang Arifin, Psikologi Agama, Bandung::CV PUSTAKA SETIA, 2008. Thib, Ahmad Raya dkk. Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, Bogor: Kencana, 2003.
92
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Tim Redaksi Majalah AKRAB, Kementrian Agama Harus Bisa Hapus Penyakit Akhlak, (Jakarta: CV Mitra Sari, 2010). Umam, Khairul dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: CV. Pustaka Setia, 1998, cet ke-1. Usman Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Tangerang: PT. Ciputat Press, 2005. Vitayala Aida S. Hubies, dkk. Penyuluhan Pembangunan di Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992. Wirawan, Sarlito Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: CV. Rajawali, 1984.
93
Arif Rohman, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Tuna Sosial, artikel diakses
pada
tanggal
14
Oktober
2012,
dari
http://rafif.multiply.com/journal/item/772?&show_interstitial=1&u=%2Fjourn al%2Fitem BPS RI, Penjelasan tentang Potret Kemiskinan Kota, artikel diakses pada 20 Agustus 2012 dari http://jakarta.bps.go.id/index.php/ Endang, Maraknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), artikel diakses
pada
tanggal
13
Oktober
2012
dari
http://www.lensaindonesia.com/2012/06/25/berkat-operasi-rutin-pmks-jakbar menurun.html Junaedi, Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang Terlantar, di akses pada tanggal 27 Nopember 2012 dari http://www.stosfest.org/wpcontent/uploads/2012/02/Junaedi-Semangat-Kerja-Pemulung-SampahPahlawan-Lingkungan-yang-Terlantar.pdf
Hasil wawancara dengan Ketua Umum Yayasan Media Amal Islami Nama Tempat Hari/tanggal Pukul
: H. Aslih Ridwan MA : Aula Yayasan Media Amal Islami : Jum’at, 11 Januari 2013 : 16.00 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pengajian pada ibu pemulung di yayasan ini? Awalnya kita prihatin melihat komunitas pemulung disekitar yayasan ini mereka bukan lemah secara finansial saja tapi lebih parah lagi lemah juga dari sisi keimanan, mereka rentan bisa tergoda bertukar agamanya. Ada pendapat yang sesuai dengan hadits Rasulullah yang artinya nanti ada orang yang pagi-pagi beriman dan malam sudah menjadi kafir, inilah yang diingatkan rasul kepada kita supaya kita lakukan sebisa kita apa yang kita bisa agar cepat-cepat menarik mereka karena komunitas mereka rentan. Nah berangkat dari masalah tersebut kita memulai pembinaan agama kepada ibu-ibu, kenapa kita berikan kepada ibu-ibu, pertama ibu mudah diajak mengaji sedangkan bapakbapaknya susah bentrok sama jam mulungnya. Selain itu karena ibu-ibu bisa mendidik anaknya,mengajarkan anaknya, mengarahkan anaknya kalo ibunya punya dasar agama berpengaruh buat anaknya. Mereka betul-betul kurang dalam pemahaman agama soal wudhu saja mereka belum tau, mandi hadats besar saja mereka belum tau padahal sudah bertahum-tahun menikah, maka dari itu kegiatan ini kita mulai. 2. Materi apa saja yang bapak berikan dalam kegiatan tersebut? Materinya kita bagi-bagi, pengajian hari jum’at setiap minggunya ba’da ashar, ada fiqih dasar seputar ibadah mahdhah seputar wudhu, tayamum, shalat, mandi wajib (contohnya ketika sedang berpergian shalat tetap wajib dilakukan dengan menjamanya, ketika sedang sakit tidak memungkinkan terkena air bisa tayamum. pokoknya ibadah yang mendasar), kemudian aqidah bicara tentang kaidah-kaidah islam, rukun iman, rukun islam. Kemudian di minggu ketiga akhlak bicara tentang menanamkan adab atau etika dan tata krama dalam Islam, mereka tidak harus yang tinggi-tinggi tingkatannya yang penting dasarnya mereka tau yang penting mereka lebih melihat contoh (teladan) dan kegiatan pendukung lainnya setiap tiga bulan sekali ada penyuluhan kesehatan kita juga bekerja sama dengan dr. Ririn yang bekerja di RS. Fatmawati, kita libatkan penyuluhan kesehatan supaya dia tau materi kesehatan ya menjaga kebersihan begitu,ada bantuan
berkala kita juga memberikan bantuan kebutuhan dasar mereka sembako gitu, mereka juga harus kita orangkan ya kalo peringatan hari besar Islam mereka tampil inilah yang harus kita bangun minimal mereka percaya diri apapun kondisinya mereka. 3. Apa peran bapak dalam kegiatan pengajian tersebut? Memberikan pengertian,informasi dan kejelasan kepada mereka, memfasilitasi kegiatan yang diprogramkan baik dari tempat dengan adanya gedung yayasan ini, pembicaranya, materinya, selain itu kita kasih mereka motivasi agar mereka mau tetep belajar agama, karena biasanya orang seperti mereka masa bodo dengan ilmu agama dan saya juga mengontrol supaya program yang ada disini bisa berjalan dengan baik itu juga program yang kita upayakan untuk membina kehidupan ibu-ibu yang ngaji kita ksih keterampilan dan pelatihan-pelatihan ya SDM nya ya, jangka panjangnya antara orangtua dengan kita supaya bisa terjalin dengan baik, sehingga dari ibu-ibu tersebut lahir sarjana dari anak pemulung itu kan luar biasa. 4. Sudah berapa lama kegiatan pengajian pada ibu-ibu pemulung ini dilakukan? Semenjak tiga tahun yang lalu di yayasan ini, tapi sebelumnya kita sudah mulai mengajar mereka di lapak, kita juga sudah bangun mushola di sana karena kita berfikir waktu itu bahwa kalo orang sudah dibangun sarana ibadahnya atau fasilitas ibadahnya maka kita akan mudah untuk memberikan pengajian khususnya penyuluhan agama kepada mereka karena sudah ada wadahnya tinggal kita kembangkan saja. 5. Bagaimana kegiatan pengajian tersebut dilakukan? Kita melakukan kegiatan tersebut dengan ceramah dan persuasif, dialog, ada juga prakteknya.karena kalo hanya monolog tidak menarik. Mereka bebas mengemukakan persoalan mereka. Persoalan mereka biasanya suami susah diajak sholat, bagaimana mengajak anak supaya shalat, masalah kebutuhan hidup, mereka juga kita ajarkan untuk berzakat bahwa shadaqah bukan hanya untuk orang kaya dalam bentuk uang tapi bisa dengan hal yang lain berbuat kebaikan kecil ya dengan pekerjaan mereka menjaga kebersihan di lingkungan masyarakat kita sadarkan bahwa memulung bukan pekerjaan hina. 6. Menurut bapak kegiatan tersebut penting kenapa? Urgensinya kita lakukan kegiatan penyuluhan agama kepada mereka karena mereka tidak ada yang mendidik, mereka kurang tenaga-tenaga penyuluh agama yang mau turun
langsung membaur dengan mereka. jadi kita mewakafkan diri kita untuk mengajar mereka. Kemudian karena mereka rentan untuk diajak berpindah agama, kita khawatir dengan aqidah mereka, kemudian karena memang kewajiban dakwah tidak membatasi orang, tapi lebih pada rahmatan lil alamin kepada siapa saja kita harus menyampaikan ajaran Islam karena mereka juga manusia yang mempunyai hak sama seperti manusia lain. 7. Bagaimana peran bapak dalam menanamkan pengetahuan agama bagi ibu-ibu pemulung? Pertama-tama kita yang harus aktif dan turun langsung kekomunitas mereka dan kita membangun sebuah kesadaran bahwa menuntut ilmu agama itu adalah ibadah, dan ibadah seperti shalat, puasa, zakat itu merupakan kebutuhan manusia bukan beban manusia. Kalo sudah butuh maka mereka akan antusias mengikuti pengajian, tidak hanya materi, tapi mereka dapat ilmu, persaudaraan, sharring, imrovisasi, itu yang kita bangun. memang kita yang harus aktif duluan melakukan pendekatan kepada mereka nanya ya ibadah shalatnya, baca al-qur’annya memang para penyuluh agamanya ya memang harus aktif duluan menyadarkan mereka. 8. Menurut bapak, bagaimana dengan perubahan yang terlihat? Perubahan kalo menurut saya, fluktuatif. karena kita memang bukan bersandar pada kuantitas tapi kualitas. Menurut saya dari mereka yang minimal 10 orang saja yang ikut tidak jadi masalah, karena kita yakin mereka dapat bermanfaat untuk orang sekitarnya, minimal keluarganya yang terpenting kegiatan penyuluhan agama ini sudah terjaga dan setiap minggu ada informasi yang mereka dapat itu sudah alhmadulillah. Konsepnya adalah mereka harus merasa nyaman dan berdaya guna di yayasan ini gerakan ini mesti harus ada. 9. Bagaimana menurut bapak tentang gambaran ibu-ibu pemulung? Pemulung mereka rentan, karena suasana yang secara geografis tidak kondusif, sempit, panas, dan anaknya mereka juga kurang pendidikan formal, dari sisi umum mereka hidup dibawah standar orang-orang biasa. belum lagi dari sisi kriminal tapi ketika mereka dibina dalam hal keimanan, bagaimana cara bersyukur, cara ibadah, minimal mereka beribadah seperti shalat ya ini dapat meningkatkan taraf hidup mereka dengan bekal agama saya kira lambat laun mereka akan mengerti akan pentingnya agama dan ibadah.
Kita tanamkan harapan kepada mereka bahwa hidup harus ada aturan dan mereka juga kita ajak disiplin ya dengan shalat waktunya shalat kita berjamaah dan ibadah lain. Kerena seorang penyuluh tidak boleh mengikuti umatnya harus adanya perubahan yang positif, tapi penyuluh agama selain punya aturan kepada mereka kita juga lebih banyak diskusi kepada mereka tau kebutuhan mereka. 10. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pengajian di yayasan ini kepada para ibu pemulung? Harapannya pertama dia tidak lupa dengan agamanya, tidak lupa dengan ibadahnya ya minimal ibadah shalat,timbul kesadarannya untuk mengamalkan ibadahnya,karena apapun kondisinya mereka harus beribadah dan yang lebih terpenting kita dapat menghidupakn semangat keagamaan contohnya kaya motor itu kalo gak ada businya gak jalan, begitu juga sama agama kalo gak ibadah gak bisa. Ya, kalau harapan kita adalah kalau ibunya baik dan mengamalkan ibadahnya sehari-hari secara baik itu berpengaruh dapat ke anak dia bisa ngajarin anaknya cara shalat begini, ngaji begini dan umumnya bagi keluarganya. Kita didik ibunya karena mereka dapat mentransfer kepada anggota keluarganya dan yang terpenting harapan kita adalah kegiatan penyuluhan agama ini dapat terjalin setiap minggu nya saja sudah cukup terjaga yah itu yang kita harapkan. 11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut? Faktor pendukungnya kita sudah mempunyai sarana yang sudah cukup memadai, kalau dulu masih di lapak Alhamdulillah sekarang sudah dilakukan di aula yayasan ini. Selain itu adanya dukungan-dukungan aparat kepemerintahan, para donatur-donatur yang selalu berempati dengan kehidupan mereka. Para ibu juga antusias mengikuti kegiatan tersebut, adanya kepercayaan para ibu kepada yayasan ini. Faktor penghambatnya kurang tenaga penyuluh agama, suka bentrok antara ngaji dengan jam mulungnya, suami kurang mendukung, keimanan mereka juga yang masih minim, faktor cuaca juga menjadi berpengaruh karena mereka tinggal di dekat bantaran kali jadi kalau hujan sering banjir dan tidak datang ke yayasan.
Hasil wawancara dengan Ustad Sigit di Yayasan Media Amal Islami
Nama Lokasi Hari/tanggal Pukul
: Sigit Kuntoro, S.Pd.I : Kantor Yayasan Media Amal Islami : Jum’at, 11 Januari 2013 : 16.30 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pengajian pada ibu pemulung di yayasan ini? Awalnya si mereka hanya mengantar anak-anaknya belajar ngaji dan sekolah di yayasan ini lama kelamaan dirasakan oleh kita semua pengurus yayasan di sini supaya para orangtua juga harus diberikan pembinaan agama, bukan anaknya saja tapi orangtuanya pun perlu belajar agama maka kita berupaya agar seluruh bidang keagamaan kita berikan namun kita melihat lagi dari latar belakang mereka yang mayoritas tidak tamat sekolah oleh karena itu kita berikan penyuluhan agama khususnya dalam bentuk ceramah kepada mereka supaya mereka lebih mudah mengerti. Mereka para ibu-ibu kan adalah tetap hamba Allah, dimana mereka juga perlu beribadah. Allah tidak memandang status sosial mereka mau kaya atau miskin Allah tidak memandang itu maka dari itu yayasan Media Amal Islami memandang penting untuk memberikan penyuluhan keagamaan dan keislaman kepada mereka agar mereka dalam diri mereka tumbuh minatnya dalam beribadah kepada Allah maka dari itu kita lakukan penerangan agama yang bermanfaat bagi hidupnya. 2. Materi apa saja yang bapak berikan dalam kegiatan tersebut? ehm kita seluruh bidang keagamaan kita berupaya memberikan tapi dengan pelajaran yang mendasar, ya itu faktor ekonomi menjadi problem utama mereka kalau kita sudah bicara mengenai yang sifatnya ideal mereka justru agak malah gak mau belajar terlalu berat nih agama, jadi kita kemas bahasanya dengan yang ringan sambil belajar agama mungkin kita berikan sembako juga. ya pokoknya sifatnya praktis dan lebih mudah dipahami untuk mereka, bahasannya ringan-ringan aja ya bagaimana mereka menyikapi hidup, bersabar dan bagaimana berbuat kebaikan (amal shaleh) di lingkungan mereka ya cara ibadah ini dilakukan karena kita melihat dari tingkat intelektual mereka juga mereka kan rata-rata gak sekolah.
3. Apa saja peran bapak dalam kegiatan tersebut? Peran saya terlibat secara tidak langsung dalam kegiatan tersebut sesekali mengisi, karena sudah ada sistem program yang direncanakan kepada mereka, sudah ada koordinator dakwah dan pendidikan tidak dapat berperan sendiri karena kita punya sistem sementara ini dikelola oleh ustd Dzulfitri karena di dalam bidang pendidikan dan dakwah. yayasan tidak berjalan sendiri-sendiri. peran kita kepada mereka dalam jangka dekat ini minimal menumbuhkan partisipasi mereka terhadap kegiatan yang ada disini dan dengan begitu maka kedekatan kita akan terjaga dan mudah untuk memberikan penyuluhan keislaman kepada mereka khususnya untuk menumbuhkan kesadaran untuk melakukan amalan ibadahnya ya mengaji, ya shalat begitu. 4. Sudah berapa lama kegiatan pengajian ibu-ibu pemulung ini dilakukan? Kalau disini baru berjalan kurang lebih tiga tahun, tetapi sebelumnya kita sudah lakukan di lapak tepatnya di mushola yang ada di sana dan kita adakan juga pengajian pada waktu-waktu tertentu event hari besar Islam begitu. Nah, karena yayasan sekarang punya gedung jadi kita pindah disini dan sampai sekarang kegiatan penyuluhan agama untuk para ibu, anak-anak dan remaja kita lakukan disini. 5. Bagaimana kegiatan pengajian tersebut dilakukan? Karena kegiatan ini berjangka panjang tidak bisa hanya dilakukan sebulan, dua bulan setahun, dua tahun harus berjangka panjang. Teknisnya mereka terus kita bimbing ngajinya setiap hari senin, selasa, rabu ya ngaji al-qur’an dan ada juga yang masih tingkatan iqra, kemudian hari jum’atnya baru kita adain yang sifatnya ceramah agama isinya seputar fiqih praktis ya tata cara shalat, bacaan-bacaan shalat, puasa, ya zakat dalam rangka memberikan pembinaan agama untuk mereka. 6. Menurut bapak kegiatan pengajian tersebut penting kenapa? Mereka kan juga tetep hamba Allah ya mereka harus beribadah,sebagaimana tujuan penciptaan itu sendiri Allah menciptakan mereka untuk beribadah apapun kondisinya baik kaya miskin Allah ndak memandang itu yang di pandang Allah adalah bagaimana ketakwaan seseorang nah kalo pun mereka sudah miskin terus tidak beribadah trus apa yang jadi lebihnya, kan ini menimbulkan efek yang luar biasa orang msikin tidak ibadah ehm akan menimbulkan kerusakan di masyarakatnya, orang kaya gak ibadah aja menyebabkan kerusakan apalagi miskin. ya kriminalitas, kerusakan akhlak itu akan
banyak terjadi. maka kita dan yayasan MAI memandang penting untuk memberikan penerangan ya tadi penyuluhan keislaman kepada mereka karena mereka harus disadarkan ehm kemiskinan atau apapun tidak menjadi alasan orang untuk tidak beribadah. 7. Bagaimana peran bapak dalam hal menanamkan pengetahuan agama bagi ibu-ibu pemulung? Jadi Peran kita dalam kegiatan ini berjangka panjang ya gak bisa kemudian sebulan, dua bulan setahun ya yang kita inginkan adalah ehm munculnya partisipasi dulu ya partisipasi dengan program kita dalam pembinaan, kita memang masih berbicara seputar ibadah sehari-hari mereka, ya seputar wudhu, bacaan mandi hadats besar, shalat dan memberikan pengertian bahwa penerangan keagamaan itu penting, dasar-dasarnya minimal mereka tau. mereka dengan program yang ini saja mereka ada yang jarang hadir, tapi pada saat tertentu ada bantuan sembako pengajian penuh jadi emang agak sulit mengukurnya tapi kita punya juga ukuran ya sifatnya tidak tertulis kali ya ehm kedekatan kita sudah mulai terjalin. 8. Menurut bapak, bagaimana dengan perubahan yang terlihat? Perubahan mereka bisa terlihat dari kepercayaan mereka menyekolahkan anaknya kesini, belajar disini, itu menurut kami sudah baik ada perubahanya artinya mereka sudah menyadari bahwa pendidikan agama itu penting. Kalu dulu kan mereka membiarkan anaknya sekolah sama lembaga yang dikelola oleh orang kristen, dulu boro-boro mereka untuk mikirin belajar (pendidikan) dan perubahan dari tingkah lakunya mereka sudah lebih baik saya rasa itu dapat dilihat dari penampilannya kalo dulu dating ke sini asalasalan bajunya tapi Alhamdulillah sekarang sudah mulai menutup aurat (jilbab). 9. Bagaimana menurut bapak tentang gambaran ibu-ibu pemulung, dan seperti apa? Pemulung itu kan ada komunitasnya punya kelompok, mereka berada di sub sistem yang dibangun sama ketua lapaknya. Jadi gambaran ibu pemulung itu tergantung dari katua lapaknya kalau ketua lapaknya selalu mengajak mereka untuk berbuat baik maka lama kelamaan mereka juga bakal ngikut baik. Mereka kan sebenarnya sama seperti ibu-ibu lainnya, tetapi mereka berbeda dengan ibu yang lain di samping mereka sebagai ibu rumah tangga, mereka juga harus membantu suami memilah-milah barang
bekas yang didapatkan pada hari itu supaya bisa dikepul ke ketua lapak supaya dapat uang. 10. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pengajian di yayasan ini kepada para ibu pemulung? Harapan kita supaya munculnya partisipasi dan kesadaran mereka untuk selalu melakukan amalan-amalan sholeh dan supaya hubungan kekeluargaan ini selalu terjaga. 11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut? Pendukungnya ya kita punya sarana ya contohnya gedung ini sampai ruang kelas belajar juga ada, antusias ibu-ibu nya sudah mulai meningkat begitu. Faktor penghambatnya bisa dari diri mereka sendiri ya kadang-kadang males, bisa dari cuaca kalo lagi banjir biasanya gak ikut kegiatan.
Hasil wawancara dengan Ustad Dzulfitri S (Hafid) di Yayasan Media Amal Islami
Nama Lokasi Hari/tanggal Pukul
: Dzulfitri Sulaiman, S.Pd.I : Aula Yayasan Media Amal Islami : Jum’at, 11 Januari 2013 : 17.00 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan pengajian para ibu pemulung di yayasan ini? Kegiatan ini diadakan karena kita lihat komunitas pemulung sangat membutuhkan pendidikan baik itu pendidikan umumnya dan agamanya, jarang orang-orang yang mau turun berkecimpung ke mereka secara langsung dan membaur kepada mereka intinya mereka keluar dari masalah yang mereka hadapi ya masalah kemiskinan yang kurang mendapatkan hak pendidikan. Yayasan ini berdiri atas dasar keprihatinan dan dukungan dari lurah waktu itu karena mereka hidupnya rentan dan ada misi-misi tertentu dari orang-orang non muslim yang melakukan pendekatan di lapak mereka ya kaya kasih sembako, rekreasi, hadiah-hadiah kita gak tau maksudnya apa tapi yang penting kita harus melakukan sesuatu dalam rangka menyelamatkan aqidah mereka, kegiatan ini di mulai dari sejak tahun 1999 tapi aktifnya semua program di sini tahun 2010. 2. Materi apa saja yang bapak berikan dalam kegiatan tersebut?jelaskan! Ehm, materinya soal fiqih, aqidah terus akhlak juga, contoh konkretnya aja biasanya kita ajarin mereka tentang fiqih praktis dengan menidentifikasi dari sisi ibadahnya yang penting shalatnya saja kita ajarkan fiqihnya mengenai pentingnya shalat dan kewajiban shalat, do’a sehari-hari yang praktis-praktis, rukun iman dan rukun islam, ini perlu karena orang-orang yang kekurangan ekonomi biasanya malas dalam melakukan ibadahnya ini yang harus kita tumbuhkan minat ibadahnya dengan terus kita bina. 3. Apa saja peran bapak dalam kegiatan tersebut?siapa saja yang ikut mengisi? Saya berperan sebagai ketua bidang pendidikan disini, saya yang mengatur siapa yang mengisi dalam kegiatan penyuluhan agama, dan memprogramnya mulai dari materi dan target yang ingin dicapai terus jika H. Aslih tidak hadir saya yang menggantikan, dan ada juga ustd Sigit, ustd Nur, dan lainnya.
4. Sudah berapa lama kegiatan pengajian kepada ibu-ibu pemulung ini dilakukan? Kegiatan ini berjalan kurang lebih dua tahunan lebih ya, pokoknya dari tahun 2010 dan sampai sekarang Alhamdulillah masih terus berjalan. 5. Kapan kegiatan pengajian tersebut dilakukan? Kita lakukan setiap hari senin, selasa dan rabu untuk belajar baca tulis iqra dan alqur’an biasanya jam 14.00 sampai jam 16.00 caranya mereka berkumpul seperti liqo secara bergiliran kita sima, dengerin bacaannya dan membetulkan bacaan dan ada juga hafalan-hafalan do’a sehari-hari. Kalo hari jum’at sifatnya berbentuk kelompok seperti ceramah agama begitu itu jam 16.00 sampai dengan 18.00 dan selain anaknya yang melakukan testing kita adain evaluasi juga untuk mengetes pengetahuan agama buat ibuibunya juga seperti dibuatkan soal pilihan ganda dan essay. 6. Menurut bapak kegiatan tersebut penting kenapa? Ya penting, jangankan mereka kita juga perlu ya kegiatan agama seperti ini, misalnya kaya pembinaan ibu-ibu ini ya bermanfaat daripada mereka dilapak aja, terutama ibu-ibunya yang gak kerja dan kita melihat penting karena kegiatan pembinaan agama ini dilakukan supaya mereka tau lah dasar-dasar ilmu agama kan mereka orang yang kurang mendapatkan kesempatan belajar secara formal makanya kita adain kegiatan non formal di sini. 7. Bagaimana peran bapak dalam hal menanamkan pengetahuan agama bagi mereka? Sejauh ini mereka yang datang sambil mengantar anak mereka di TPA (taman pendidikan al-qur’an) kita ajarkan ibu-ibunya juga mengaji Qur’an ada yang masih tingkatan iqra dan ada juga yang al-qur’an, kemudian ada ceramah agama juga yang diadakan disini biasanya setiap hari jum’at ba’da ashar isinya pendalaman fiqih, ada hafalan-hafalan bacaan ya sholat, wudhu/taharah ya memang saya latih seperti fiqihnya banyak diantara mereka yang belum mengerti sholat ketika kita tanya siapa yang sholat 5 waktu ya jadi ehm justru orang-orang yang ya map kurang ekonominya itu malah dia juga meninggalkan kewajiban agamanya, peran kita memberikan pemahaman ya fiqih, aqidahnya juga sifatnya mendasar penting rukun iman, rukun islam, pentingnya shalat, puasa, bacaan sehari-hari dan do’a-do’anya.
8. Menurut bapak, bagaimana dengan perubahan yang terlihat dan apa harapan bapak? Kalo dulu mereka gak ada yang ngebina, sekarang selain mereka anter anaknya belajar ibunya juga semangat buat belajar terutama belajar mengaji, dan belajar agama juga, ya perubahannya mereka sekarang sudah merasa nyaman kalo ngikutin kegiatan gak usah di paksa hadir dan yang keliatannya si prilaku mereka sudah lebih sopan dengan menutup aurat menggunakan jilbab. 9. Bagaimana menurut bapak tentang gambaran ibu-ibu pemulung? Menurut saya mereka kan terbilang hidupnya karena faktor pendidikannya kurang, faktor ekonominya juga kurang, yang lebih parah pengetahuan agama mereka juga masih kurang. Jadi, mereka gak peduli soal pendidikan agamanya, apalagi untuk pendidikan anak-anaknya jadi kita rasa perlu adanya usaha buat ngebina mereka ya dari kegiatan pembinaan agama di yayasan ini. 10. Apa harapan bapak dengan diadakannya kegiatan pengajian di yayasan ini kepada para ibu pemulung? Sederhananya mereka tau lah soal tata cara ibadah sehari-hari, mengamnalkannya dan ilmu agama juga berguna buat membimbing anak-anaknya kedepan. 11. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan tersebut? Faktor pendukungnya alhamdulillah gedung ini udah bisa menampung kegiatan untuk mereka, program-programnya juga sudah berjalan, yang menjadi faktor penghambatnya biasanya kalo musim hujan mereka gak datang selain mungkin rasa malas dan sering banjir.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung Nama Tanggal Waktu Tempat wawancara
: Ibu Sonih : 13 Januari 2013 : 14.53 WIB : Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustad di yayasan? Ya ada. 2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan tersebut? Lumayan rutin kalo gak barengan sama jam nyari (mulung). 3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut? Diajarin ibadah shalat, mandi wajib, puasa, sirah juga (wudhu). 4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian di yayasan? Buat bekal kita nanti di akhirat, minta rejeki sama Allah makanya ikut belajar di yayasan, supaya bisa ilmu agama ngerti sedikit-sedikit. 5. Menurut ibu ibadah itu apa? Ehmmm apa ya setau saya ibadah buat amal kita di akhirat. 6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustad di yayasan sesuai dengan keinginan ibu? Iya Alhamdulillah seneng, namanya kita diajarin yang gak bisa jadi bisa, belom ngerti banyak-banyak yang penting tau ibadah shalat yang setiap hari. 7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan? Ya, bagus ya ka kegiatannya nambah ilmu buat kita terus biar bisa diterima iman, islam kita dilancarin rejeki. 8. Apakah para ustad di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu? Ya, Alhamdulillah kita namanya orang lapak diadain pengajian seneng jadi tau sedikitsedkit. 9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang? Shalatnya masih belom beraturan maklum suka barengan sama waktunya mulung. 10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut? ustad-ustad di yayasan, saya kenalnya sama kiyai Aslih.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung Nama
: Ibu Umaroh
Tanggal
: 13 Januari 2013
Waktu
: 15.27 WIB
Tempat wawancara
: Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustad di yayasan? Sekarang jadi nambah pemahaman kita ka, kadang kalo ada yang tidak saya ngerti masalah ibadah bisa tanya sama ustad di yayasan MAI. 2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan di yayasan? Alhamdulillah iya. 3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut? Cara berwudhu, cara-cara shalat ka bacaannya terus ada juga rukun iman, rukun islam, ulul azmi, diajarin do’a-do’a sehari-hari juga. 4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian di yayasan? Ya kalo gak ngaji hati kan jadi kosong ka, makanya saya ikut ngaji di yayasan. 5. Menurut ibu ibadah itu apa? Ibadah ehm wajib ka. misalnya shalat juga penting buat kehidupan kita. 6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustad di yayasan sesuai dengan keinginan ibu? Ya ka, selain buat pendidikan anak saya, buat saya juga soalnya kegiatannya di yayasan untuk ibadah saya lebih baik ya kalo ada yang kita gak tau bisa nanya misalnya nih saya kan dulu belum tau kalo shalat gak boleh banyak gerak sekarang tau ilmunya saya amalin. 7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan? Ya, supaya hidup saya lebih baik dengan kita beribadah pokonya bikin tenang kalo kita ibadah ya shalat terutama. 8. Apakah para ustad di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu? Iya, supaya ibadah sehari-hari bisa terus dikerjain, menjadi lebih sabar, ngerasa salah kalo gak shalat. 9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang? Alhamdulillah sholat, walaupun kadang-kadang masih meninggalkan. Lebih baik dari sebelumnya ka. 10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut? Setau saya ustad hafid sama ustad Aslih.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung Nama
: Ibu Fitri
Tanggal
: 13 Januari 2013
Waktu
: 15.10 WIB
Tempat wawancara
: Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustd di yayasan? Ada ka, iya tadinya kurang bisa baca al-qur’an sekarang mah sedikit-sedikit bisa, waktu sebelum ikut malas ngerjain sholat tapi Alhamdulillah setelah kita diajarin agama sama ustd sekarang walaupun keadaan kita begini ya shalat. 2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan di yayasan MAI? Iya. saya datang setiap hari jum’at dan kadang-kadang senin, selasa, rabu juga. 3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut? Ada ceramah agama, pengajian al-qur’an. 4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian tersebut? Mau belajar agama ka, biar bisa ngaji Qur’an selain itu juga buat ngajarin anak saya dirumah. 5. Menurut ibu ibadah itu apa? Ibadah menjauhin diri kita dari perbuatan maksiat terus menjauhi kita dari hal-hal buruk. 6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustd di yayasan sesuai dengan keinginan ibu? Iya sesuai, kalo dulu mah boro-boro kita buat belajar agama ya baca al-qur’an belum bisa, tata cara shalat, wudhu kalo sekarang mah Alhamdulillah senang ya diadain pengajian yang diadakan di yayasan MAI. 7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan? Ya menurut saya mah baik ya kegiatannya yang di MAI. 8. Apakah para ustd di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu? Ya nambah ka,, dulunya males ya ngerjain shalat setelah tau hukumnya shalat dan kalo udah dikerjain mah enak bisa bikin hati tenang, ibadah buat kebutuhan hidup kita sekarang biasain diri sendiri ajah, kalo ada yang gak ngerti bisa nanya juga di yayasan. 9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang? Kalo ibadah shalat alhmdulillah lebih rajin ka,tapi suami masih males-malesan. 10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut? Ada Ustd Aslih, Ustd Hafid, Ustd Nur, ustd Sigit yang perempuan ka Widuri, banyak ka.
Hasil wawancara dengan Ibu Pemulung Nama
: Ibu Erni
Tanggal
: 13 Januari 2013
Waktu
: 15.43 WIB
Tempat wawancara
: Lapak Pemulung Lebak Bulus
1. Adakah yang ibu rasakan setelah diberikan pelajaran oleh ustd di yayasan? Perubahan ya ada ka, sekarang jadi lebih rajin shalat jadi inget sekarang takut kalo kita ninggalinnya. 2. Apakah ibu rutin mengikuti kegiatan di yayasan? Ya rutin, paling kalo lagi halangan gak ngaji ka. 3. Materi apa saja yang ibu dapatkan dalam kegiatan tersebut? Ngaji al-qur’an panjang pendeknya, perbuatan baik ka, praktek shalat, cara menghargai orang begitu. 4. Apa tujuan ibu mengikuti kegiatan pengajian di yayasan? Supaya bisa ka, biar bisa ngaji dan ibadah yang lain juga. 5. Menurut ibu ibadah itu apa? Ya menurut saya ya ibadah itu wajib untuk kita taat sama Allah. 6. Menurut ibu, apakah yang dilakukan ustad di yayasan sesuai dengan keinginan ibu? Iya, karena dulu belajarnya waktu masih kecil doang ka, sekarang ya seneng diadain pengajian di yayasan, sesuai sama keinginan saya supaya ngerti agama. 7. Apa harapan ibu dengan adanya kegiatan pengajian di yayasan? Alhamdulillah senang. 8. Apakah para ustad di yayasan dapat menambah pengetahuan agama bagi ibu? Ya, menurut saya kegiatan di sana nambah kita jadi bisa, diajarin shalat, terus perbuatan yang baik-baik, ilmunya dapet, saya pertamanya nganter anak tapi ternyata ada juga pengajian buat ibu-ibunya ya saya ikut ngaji terus belajar sama ibu-ibu yang lain. 9. Bagaimana pengamalan ibadah ibu sekarang? Ya masih kurang rajin menurut saya ka. 10. Siapa saja yang biasanya mengisi kegiatan pengajian tersebut? Biasanya pak Haji Aslih
F' KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKIJLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI fl. Ir. H. juanda No.95 Ciputatl54l2Indonesia
Telepon/Fax : (02\ 7 432728/ 74703580 Website: www.fdkuinjakarta.ac.id,E-mail :
[email protected]
3/rftS nyz Nomor:Un.01/F5/KM.0l
J*arta,lj
2012 Desember
La m p : 1 ( s a t u b u n d e l ) Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth. Dra. Hj. Musfiroh I'Iurlaili, MA DosenFakultasIlmu DakwahdanIlmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswaFakultas Ilnru Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartasebagaiberikut, Nama Nomor Pokok Jurusan/Semester Judul Skriosi
Eka Camalia Nurhidayati 108052000002 Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPD / IX Peran Penyuluh Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Keagamaanpada Keluarga Pemulungdi YayasanMedia Amal Islami Lebak Bulus V JakartaSelatan.
Kami mohon kesediaannyauntuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunandanpenyelesaianskripsinyadalamwaktu yangtidak terlalu lama. Atas perhatiandan kesediaarurya kami sampaikanterimakasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
hhidin Saputra)
19700903 199603r Tembusan: 1.Dekan ?. KetuaJurusanBimbingan dan PenyuluhanIslam (BPI) FakultasIlmu Dakwahdan Ilmu Komunikasi
l-
\
FJ
1 )t j
KEMENTERIANAGAMA UNIVERSITASISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATUI,LAH JAKARTA i FAKI.JTTAS ILMU DAI(I^/AH DAN ILMU KOMUNIKASi ' Telepon/Fax (021)7a32728/ 747A3580
Jl. Ir. H. ]uandaNo. 95 Ciputat 15412lndonesia
rwv.fdkuiniakarta.ac.id,E-nrail:
[email protected] Website:
Nomor: Un.01/F5/KM.01.3/5/ 12013 I Larnp : Hal : PenelitianMaryancara
Jakarta, ]
Januari2013
KepadaYth. Ketua Umum YayasanMedia Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan di Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami sampaikanbahwa mahasisv,'aFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kornunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartadi bawah ini, : Eka CamaliaNurhidayati Nama Nomor Pokok : 108052000002 Jurusan/Semester : Bimbingan dan Penluluhan Islam (BPI) / X bermaksud melaksanakan penelitian/wawancarauntuk bahan penulisarr skripsi yang berjudul Peran Penyuluh Aganta daiatn MenanamkcrnPengetahuan Keagatnaan Pemulung di YayasanMAI Lebak Bulus Jakarta Selatan. Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/Ibu/Sdr. _ kiranya berkenan menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancaradimaksud. Demikian, atasperhatian dan perkenannyakami ucapkanterima kasih. Wassalamu' alaikum I4r. Wb.
Subhan,MA"? 1100 4 0110199303 : Tembusan: DekanBidangAkademik l. Pembantu 2. KetuaJurusanBimbingan danPenyuluhanIslam (BPI) FakultasIlmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Itr
l '
t.
g
&H
rtr
r
cl
ur
',-MAI
is
Meniti
Elakwah
& Mernberclayakan
lJrnrnat
S Li8lAT.KErER_A_N GAllL Namor : 005,{KET,T"{ALjIVE0I3
DenganSurat Keteralrganini kanri sampaikanbairwa raahasisrraFakultasllmu Dakwah dan Ilmu K.ornunikasiUIN Syanf HidayatuitahJakartadibaraah.ini : Narra
:
Eka CamaliaN
Nomor Pokck
:
10805200f1002
Jurusan
:
Bimbingan Fenyulullalr lsla:n
Prograrn
:Si
A.dalahbenar yang bersangkutantelah rnelaksenakanpenelitiarv'rvarvanceffa dari tanggal 7 Gktober s.d ? Marei 2013, iintuk bahan Skripsi perur fenyduh A.gamd dulant MenananlrnnPengetahuanKeagamaanPemulungDi YayasanIvL4I. Demikian SuratKelerangaaini kaxnibuat untuk dipergunatcari sebagaimaria mestinya.
Jakana"i2 April 2013 h{ediaAmal trslami
v o uJ
1'
DAFTAR GAMBAR
Gambar I Penyuluh agama sedang melakukan penyuluhan agama pada ibu pemulung di Yayasan MAI
Gambar II Peneliti bersama ibu-ibu pemulung di Yayasan MAI dan di Lapak pemulung
Gambar III (Kondisi di Lapak Pemulung)
Gambar IV (Peneliti bersama H.Aslih Ridwan)
Gambar V (Peneliti sedang mewawancarai ibu pemulung di Lapak Pemulung Lebak Bulus)
Gambar VI (Materi panduan penyuluhan agama di Yayasan MAI)