Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL
KERAPATAN, FREKUENSI DAN TINGKAT TUTUPAN JENIS MANGROVE DI DESA LIMBATIHU KECAMATAN PAGUYAMAN PANTAI KABUPATEN BOALEMO
Oleh
DJAFAR MARDIA 633 408 008
Telah Memenuhi Persyaratan Untuk Diterima Oleh Komisi Pembimbing:
1
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015
KERAPATAN, FREKUENSI DAN TINGKAT TUTUPAN JENIS MANGROVE DI DESA LIMBATIHU KECAMATAN PAGUYAMAN PANTAI KABUPATEN BOALEMO Djafar Mardia1 Femy M. Sahami, S.Pi., M.Si2 Sri Nuryatin Hamzah, S.Kel., M.Si2 Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan, frekuensi dan tingkat tutupan jenis mangrove di Desa Limbatihu Kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2014 sampai Mei 2015. Lokasi penelitian terdiri atas 2 stasiun yaitu daerah dekat muara sungai sebagai stasiun 1 dan daerah dekat pemukiman sebagai stasiun 2. Pada setiap stasiun di bagi menjadi 4 substasiun dan pada setiap substasiun terdiri dari 3 plot dengan menggunakan line transek yang ditarik secara tegak lururs garis pantai. Pengumpulan data mengrove berdasarkan kriteria pohon, pancang dan semai dengan menggunakan kuadran dengan ukuran yang berbeda. Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mengetahui kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, tutupan jenis dan tutupan relatif jenis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Limbatihu terdapat 4 jenis mangrove yaitu jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba dan Ceriops decandra. Sonneratia alba merupakan jenis mangrove yang memiliki nilai kerapatan tertinggi untuk kategori semai dan pohon, dan Rhizophora apiculata memiliki nilai kerapatan tertinggi untuk kategori pancang. Nilai frekuensi tertinggi untuk kategori semai terdapat pada jenis Sonneratia alba dan frekuensi tertinggi untuk kategori pohon dan pancang terdapat pada jenis Sonneratia alba dan Rhizophora mucronata. Tingkat tutupan jenis mangrove tertinggi terdapat pada jenis Sonneratia alba untuk stasiun 1 dan jenis Rhizophora apiculata di stasiun 2. Kata kunci : Mangrove, Kerapatan, Frekuensi, Tingkat Tutupan Jenis diantaranya potensi hayati dan non
PENDAHULUAN Wilayah pesisir yang merupakan
hayati.
sumber daya potensial di Indonesia
Ekosistem mangrove salah satu
adalah suatu wilayah peralihan antara
potensi hayati yang merupakan daerah
daratan dan lautan. Sumber daya ini
penting yang digunakan oleh berbagai
sangat besar yang didukung oleh adanya
fauna
garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km
(spawning
(Dahuri, 2003 dalam Suwignyo, dkk,
(nursery ground), dan tempat mencari
2011). Garis pantai yang panjang ini
makanan (feeding ground). Berbagai
menyimpan
kekayaan
fauna darat maupun fauna akuatik
sumberdaya alam yang besar. Potensi itu
menjadikan ekosistem mangrove sebagai
potensi
untuk
melakukan ground),
pemijahan pengasuhan
2
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 tempat
untuk
reproduksi,
seperti
Desa
Limbatihu.
Mangrove
peranan
disini
memijah, bertelur dan beranak (Ghufran,
mempunyai
ekologis
dan
2012).
ekonomis bagi masyarakat di wilayah
Daerah penyebaran mangrove di
pesisir Desa Limbatihu. Berdasarkan
Indonesia umumnya terdapat di pantai
uraian tersebut di atas, maka dilakukan
Timur
Sungai
penelitian dengan judul “Kerapatan,
Tenggara
Frekuensi dan Tingkat Tutupan Jenis
Sumatera,
Kalimantan,
muara
Selatan
dan
Sulawesi, Pulau Maluku, serta pantai
Mangrove
Utara dan Selatan Papua. Dari sekitar 91
Kecamatan
spesies
Kabupaten Boalemo”, dengan harapan
tumbuhan
yang
telah
teridentifikasi di ekosistem mangrove, kawasan Timur Indonesia mempunyai jumlah spesies terbanyak. Ekosistem
dalam
dapat
Desa
Limbatihu
Paguyaman
pemanfaatan
Pantai
sumberdaya
mangrove kedepan dapat dikelola secara tepat
mangrove
di
dengan
memperhatikan
dan
mempertahankan kelestariannya.
ditemukan pula di Provinsi Gorontalo yang menyebar di beberapa wilayah Kabupaten yang antara lain di Kabupaten
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah
Boalemo. Informasi tentang mangrove di
untuk
Provinsi
frekuensi dan tingkat tutupan jenis
khususnya
Gorontalo yang
ada
masih di
sedikit
Kabupaten
Boalemo.
kecamatan, lima kecamatan di antaranya adalah daerah wilayah pesisir yang penyebaran
mangrove.
Paguyaman Pantai merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki penyebaran hutan mangrove
yang cukup luas,
namun informasi tentang jenis-jenis, tingkat kerapatan dan tingkat tutupan jenisnya masih sangat minim. Salah
mangrove Kecamatan
Kabupaten Boalemo memiliki tujuh
memiliki
mengetahui
satu
kawasan
hutan
di
nilai
kerapatan,
Desa
Limbatihu
Paguyaman
Pantai
Kabupaten Boalemo. MANFAAT PENELITIAN Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat menjadi bahan informasi dasar dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Desa Limbatihu kedepan. Selain itu juga diharapkan menjadi langkah awal pengambilan kebijakan pengelolaan
hutan
mangrove
kepentingan
pengembangan
bagi
wilayah
pesisir di Kabupaten Boalemo.
mangrove di Kecamatan Paguyaman Pantai Kabupaten Boalemo terdapat di 3
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 METODOLOGI PENELITIAN
dimaksudkan untuk menentukan dan membuka jalan yang akan dilewati
Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Desa
ketika
pembuatan
transek
dan
Limbatihu, Kec. Paguyaman Pantai,
pengambilan data atau sampel, karena
Kab. Boalemo, Propinsi Gorontalo.
hutan
Gambar 1. Lokasi penelitian
mempunyai akar tunjang yang rapat dan
mangrove
bervegetasi
lebat,
tanah berlumpur tebal, sehingga sulit dilewati.
Selanjutnya
dilakukan
pembagian daerah pengamatan untuk mengetahui kerapatan jenis, frekuensi, dan tingkat penutupan jenis mangrove. Zona pengamatan ditetapkan pada 2 lokasi yang berbeda berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pribadi dengan Keterangan : Stasiun I : Daerah muara sungai terletak pada titik koordinat 00 30’11.57” LU – 122032’4.52” BT. Stasiun II : Daerah pemukiman terletak pada titik Koordinat 0030’12.39” LU – 122032’11.77” BT.
pengelola
Japesda
bahwa
panjang garis pantai distasiun I yang merupakan kawasan mangrove dekat dengan muara sungai dengan panjang ±
Prosedur Penelitian
150 meter dan lebar ± 100 meter ke arah
1.
darat dan stasiun II merupakan kawasan
Persiapan Tahap
dilakukan
mangrove dekat dengan pemukiman
pengumpulan
dengan panjang ± 2 Km dan lebar ± 150
referensi, dan persiapan alat dan bahan
meter. Pada setiap stasiun dibuat 4
yang
substasiun sebagai ulangan.
meliputi
pertama
yang
konsultasi,
digunakan
dalam
kegiatan
penelitian. 2.
Penentuan Stasiun Sebelum melakukan pengumpulan
data
atau
sampel,
terlebih
dahulu
dilakukan pengamatan lapangan yang meliputi
keseluruhan
kawasan
mangrove, dengan tujuan untuk melihat secara umum kondisi hutan serta kondisi pasang surut, ketebalan lumpur daerah setempat.
Pengamatan
juga 4
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 DARAT
2-10 cm dan memilik tinggi 1,5 m. Untuk tingkat semai, dikumpulkan dari
A B
setiap petak yang berukuran 1x1 meter yang ditempatkan dalam petakan 5x5
C C
meter. Data yang diambil untuk kategori
B A
semai yaitu mangrove yang memiliki
c
30 m
30 m
30 m
tinggi kurang dari 1,5 m. Selain itu juga
30 m
dilakukan pengukuran kualitas air pada
C
B A
masing-masing stasiun yang meliputi
B
A
suhu air, salinitas, dan pH air.
Ggaris pantai Gari
10 m 10 m s
Pant Gambar a i
Analisis Data
2. Plot atau transek kuadrat yang digunakan dalam penelitian.
Keterangan :
Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kerapatanjenis,
frekuensi
A = Ukuran transek 1x1 Meter
tutupan
dengan
B = Ukuran transek 5x5 Meter
rumus-rumus (Bengen, 2002 dalam
C = Ukuran Transek 10x10 Meter
Chaerani, 2011),sebagai berikut :
Pengambilan Data Mangrove
dan
menggunakan
A. Kerapatan Jenis (Di)
Kerapatan
Data vegetasi mangrove diambil dengan menggunakan metode kuadran.
jenis
jenis
jenis
(Di)
dihitung
dengan persamaan di bawah ini :
Pada kuadran yang berukuran 10x10 m digunakan untuk mengetahui jumlah jenis dan jumlah individu untuk kategori
Dimana : Di = Kerapatan Jenis ni = Jumlah total tegakan jenis i A = Luas total are pengambilan contoh
pohon yaitu yang berdiameter 10 cm atau lebih dan memiliki tinggi lebih dari 1,5 m yang ada di dalam petak. Pengukuran diameter dilakukan dengan
B. Kerapatan Relatif Jenis (RDi) Kerapatan relatif jenis (RDi) dihitung dengan persamaan di bawah ini:
cara melingkari pohon mangrove dangan pita ukur setinggi dada. Pada setiap petak tersebut dibuat petak yang lebih kecil dengan ukuran 5x5 meter. Di dalam petak ini dikumpulkan data untuk
Dimana : RDi = Kerapatan Relatif Ni = Jumlah total tegakan jenis i = Jumlah total tegakan seluruh jenis
kategoripancang yaitu yang berdiameter 5
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 C. Frekuensi jenis (Fi) Frekuensi jenis (Fi) dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Dimana : RCi = Tutupan relatif Jenis Ci = Luas area tutupan jenis i = Luas total area untuk seluruh jenis. Hasil perhitungan nilai kerapatan,
Dimana : Fi = Frekuensi jenis i Pi = Jumlah plot yang ditemukan jenis i ∑P = Jumlah plot yang diamati
frekuensi
dan
Frekuensi relatif jenis (RFi) dihitung dengan persamaan di bawah ini:
tutupan
selanjutnya di tabulasi dan dianalisis secara
deskriptif
gambaran D. Frekuensi relatif jenis (RFi)
tingkat
untuk
melihat
masing-masing
lokasi.
Analisis deskriptif adalah metode yang berusaha membuat faktual dan akurat secara sistematis terhadap kejadian atau tentang populasi tertentu pada wilayah
Dimana : RFi = Frekuensi relatif jenis i Fi = Frekuensi jenis i = Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis
dimana
E. Tutupan Jenis (Ci)
karena penelitian ini bertujuan untuk
Tutupan jenis (Ci) dihitung dengan persamaan di bawah ini :
salah
satu
cirinya
adalah
membuat perbandingan dan evaluasi (Suryabrata,
1983
dalam
Novianto,
2011). Metode deskriptif digunakan
menggambarkan kerapatan, frekuensi dan tingkat tutupan mangrove. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi : Desa Limbatihu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Dimana : Ci = Tutupan jenis DBH = Diameter pohon jenis i π = 3,14 A = Luas total area pengambilan contoh CBH = Lingkaran pohon setinggi dada (cm).
Paguyaman Pantai Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Desa Limbatihu terletak pada koordinat antara 0032’30’ LU dan 122033’35’ BT (Paguyaman Pantai dalam Angka, 2013). Secara
F. Tutupan Relatif Jenis (RCi) Tutupan relatif jenis (RCi) dihitung dengan persamaan di bawah ini :
geografis
Desa Limbatihu, di sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Bukit Karya dan Desa Towayu, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bubaa, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini 6
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 dan sebelah Barat berbatasan dengan
jumlah individu organisme per satuan
Kecamatan Dulupi. Secara administratif,
ruangan (Ghufran, 2012).
Desa Limbatihu terbagi atas 5 (lima)
Tabel
1. Hasil Perhitungan Nilai Kerapatan Jenis dan Kerapatan Relatif untuk Tingkat Semai
dusun yaitu Dusun I (Dusun Limba), Dusun II (Dusun Bontula), Dusun III (Dusun Lomuli), Dusun IV (Dusun Tihu), dan Dusun V adalah (Dusun Bengawan). Desa Limbatihu memiliki sebuah potensi wisata yang terletak di Pulau Limba, namun sampai dengan saat ini belum mendapatkan perhatian serius dari
pihak
pemerintah
untuk
pengembangan potensi wisata tersebut. Selain itu di Desa Limbatihu juga menjadi salah satu daerah penangkapan ikan. Selain potensi dibidang perikanan, di Desa Limbatihu juga terdapat potensi dibidang
pertanian/perkebunan
yang
menghasilkan komoditas berupa buahbuahan, sayur-sayuran dan memiliki perkebunan
kelapa
terbanyak
di
Kecamatan Paguyaman Pantai. Adapun komoditas-komoditas yang terdapat di Desa Limbatihu yakni buah mangga, buah nangka, jagung, cabe, kelapa, kakao dan lain-lain. Kerapatan
Jenis
Nama Jenis
ni
Di
(Ind) (Ind/m)
1 2 3 4
Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Ceriops decandra
Stasiun II RDi (%)
ni
Di
(Ind) (Ind/m)
RDi (%)
5,6 5,6 17,2 10,6 10,6 32,5 4,8 4,8 14,9 9,3 9,3 28,6 16,5 16,5 50,9 6,5 6,5 19,9 5,5 5,5 17,0 6,2 6,2 18,9
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
Ket : Di RDi ni
= Kerapatan Jenis = Kerapatan Relatif Jenis = Jumlah total Tegakan Jenis i
Berdasarkan
hasil
perhitungan
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai kerapatan jenis (Di) dan kerapatan relatif jenis (RDi) tertinggi untuk kategori semai terdapat pada stasiun I yaitu jenis Sonneratia alba yakni dengan nilai Di (16,5 ind/m) dan RDi (50,9%). Tingginya kerapatan jenis dan kerapatan relatif jenis Sonneratia alba pada stasiun I mungkin disebabkan oleh faktor substrat yang
mendukung
pertumbuhan
mangrove jenis S. alba ini. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa jenis substrat yang terdapat pada stasiun I yakni berpasir. Menurut Setyawan (2005)
dan
Kerapatan
Relatif Jenis Kerapatan
Stasiun I
No
bahwa Sonneratia alba mampu tumbuh pada lingkungan bertanah pasir maupun
atau
densitas
adalah
lumpur.
jumlah individu per unit luas atau per unit
volume.
kerapatan
atau
Dengan densitas
kata
lain,
merupakan
7
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai Kerapatan
Ket : Di RDi Ni
Jenis dan Kerapatan Relatif untuk Tingkat Pancang. Stasiun I
No 1 2 3 4
Nama Jenis
ni
Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Ceriops decandra
Stasiun II
Di
RDi
ni
Di
(Ind) (Ind/m)
(%)
5,8 7,7 12,8 5,5
18,4 15,9 24,1 13,3 40,2 8,8 17,3 6,4
0,2 0,3 0,5 0,2
RDi
(Ind) (Ind/m)
0,6 0,5 0,4 0,3
(%)
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
35,8 30,0 19,9 14,4
kerapatan jenis (Di) dan kerapatan relatif jenis (RDi) untuk kategori pohon yang
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu
Ket : Di = Kerapatan Jenis RDi = Kerapatan Relatif Jenis Ni = Jumlah Total Tegakan Jenis i Tabel
2
menunjukkan
jenis Sonneratia alba dengan nilai Di (0.21 ind/m) dan nilai Rdi (45,3%). Nilai Di terendah terdapat pada jenis
nilai
Rhizophora apiculata dengan nilai Di
kerapatan jenis (Di) dan kerapatan relatif
(0.08 ind/m) yang ditemukan pada
jenis (RDi) mangrove pada tingkat
stasiun I.
pancang. Berdasarkan tabel tersebut,
Kerapatan
nilai kerapatan jenis tertinggi dimiliki
relatif
oleh Rhizophora apiculata yaitu dengan
jenis
berbeda.
nilai kerapatan relatif tertinggi dimiliki
No Nama Jenis
alba karena substrat yang berada pada stasiun I yakni berpasir sedangkan pada stasiun II berlumpur.
3 S. alba
1 2 3 4
Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Ceriops decandra
ni
Di
RDi
ni
Di
RDi
(%)
(Ind) (Ind/m)
(%)
7,8 9,3 21,3 8,7
16,6 19,6 45,3 18,4
19,3 13,8 11,8 10,4
34,9 25,0 21,4 18,8
0,08 0,09 0,21 0,09
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
0,19 0,14 0,12 0,10
jelasnya
STASIUN II Pohon
Semai
Di Rdi ni Di Rdi ni Di Rdi ni
Di Rdi ni
Pancang
Pohon
Di Rdi ni Di Rdi
(Ind)(Ind/m) (%) (Ind)(Ind/m) (%) (Ind)(Ind/m) (%)
5,6 5,6 17,2 5,8 0,2 18,4 7,8 0,08 16,6 10,6 10,6 32,5 15,9 0,64 35,8 19,3 0,19 34,9
2 R. mucronata 4,8 4,8 14,9 7,7 0,3 24,1 9,3 0,09 19,6 9,33 9,33 28,6 13,3 0,53 30 13,8 0,14 25 4
(Ind) (Ind/m)
Pancang
(Ind) (Ind/m) (%) (Ind) (Ind/m) (%) (Ind) (Ind/m) (%)
1 R. apiculata
Nama Jenis
lebih
STASIUN I Semai ni
No
Untuk
Kerapatan Relatif Jenis Antara Stasiun I dan Stasiun II
pertumbuhan mangrove jenis
Stasiun II
lokasi
Tabel 4. Perbandingan Kerapatan Jenis dan
terdapat pada kedua stasiun mendukung
Stasiun I
di
tabel yang disajikan pada Tabel 4
mungkin disebabkan oleh substrat yang
Jenis dan Kerapatan Relatif untuk Tingkat Pohon
mangrove
kerapatan
stasiun penelitian ditabulasikan dalam
RDi (40,2%) di stasiun I. Hal ini
Tabel 3. Hasil Perhitungan Nilai Kerapatan
dan
perbandingan nilai kerapatan pada setiap
oleh jenis Sonneratia alba dengan nilai
Rhizophora apiculata dan Sonneratia
jenis
penelitian antara stasiun I dan stasiun II
nilai Di (0.6 ind/m) di stasiun II dan
untuk
= Kerapatan Jenis = Kerapatan Relatif Jenis = Jumlah Total Tegakan Jenis i
16,5 16,5 50,9 12,8 0,5 40,2 21,3 0,21 45,3 6,5 6,5 19,9 8,83 0,35 19,9 11,8 0,12 21,4
C.decandra 5,5 5,5 17,0 5,5 0,2 17,3 8,7 0,09 18,4 6,17 6,17 18,9 6,42 0,26 14,4 10,4 0,1 18,8
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
Ket : Di RDi Ni
= Kerapatan Jenis = Kerapatan Relatif Jenis = Jumlah Total Tegakan Jenis i
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa kerapatan jenis (Di) untuk kategori semai yang 8
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 tertinggi terdapat pada jenis Sonneratia
tanah jenis debu (silt) dan liat (clay)
alba yakni 16.5 ind/mdi stasiun I. Untuk
merupakan faktor penunjang proses
kategori pancang nilai tertinggi pada
regenerasi, dimana partikel liat berupa
jenis Rhizophora apiculata yakni 0.64
lumpur akan menangkap buah tumbuhan
ind/m, pada stasiun II. Untuk kategori
mangrove yang jatuh ketika sudah
pohon nilai tertinggi dimiliki oleh jenis
masak. Proses inilah yang menentukan
Sonneratia alba
rapat
yakni 0.21 ind/m
ditemukan pada stasiun I. Kerapatan
relatif
jenis
(RDi)
Frekuensi Jenis Relatif Jenis. Menurut
dan pohon terdapat jenis Sonneratia alba yakni 50,9%, 40,2% dan 45,3% yang semuanya ditemukan pada stasiun Pada
stasiun
II
nilai
tertinggi
kerapatan relatif jenis (RDi) kategori semai, pancang dan pohon terdapat pada jenis Rhizophora apiculata yakni 32,5%, 35,8% dan 34.9%, sedangkan menurut laporan hasil penelitian Chaerani, (2011)
Subhan,
sungai masing-masing adalah 55,33%
merupakan
Kerapatan perbandingan
Jenis jumlah
tegakan jenis terhadap luasan area tertentu.Semakin banyak tegakan yang diperoleh maka nilai kerapatan jenis semakin besar. Menurut
Ewusie
Pranadipa
(2014)
dikatakan
sebagai
zonasi
(1990)
bahwa
dalam
kerapatan
persentase
dan
(2014)
Frekuensi
(2012)
bahwa untuk
dalam
frekuensi menyatakan
proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Hasil perhitungan frekuensi jenis dan frekuensi relatif jenis disajikan pada Tabel 5, 6 dan 7. Tabel
Sonneratia sp di pemukiman dan muara
49,33%.
suatu
Ardhan
dipergunakan
bahwa untuk kerapatan relatif jenis
dan
tidaknya
mangrove.
tertinggi untuk kategori semai, pancang,
I.
atau
5. Hasil Perhitungan Nilai Frekuensi Jenis dan Frekuensi Relatif untuk Kategori Semai di Lokasi Penelitian. S tasiun I
No Nama Jenis Pi
Fi
II RFi
Pi
(%)
1 R. apiculata
Fi
Rata-rata RFi
Pi
Fi
(%)
RFi (%)
2
0,67 23,5 2,25 0,75 27,3
2,1
0,71 25,4
2
0,67 23,5
0,83 30,3
2,3
0,75 26,9
3 S. alba
2,75 0,92 32,4 2,25 0,75 27,3
2,5
0,83 29,9
4 C. decandra
1,75 0,58 20,6 1,25 0,42 15,2
1,5
0,5
2 R. mucronata
2,5
17,9
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
Ket : Fi RFi
= Frekunsi Jenis = Frekuensi Relatif Jenis Berdasarkan
hasil
perhitungan
frekuensi jenis (Fi) dan frekuensi relatif
dari
jenis (RFi) untuk kategori sema ipada
seluruh daerah contoh atau luas yang
Tabel 5 menunjukkan bahwa jenis yang
dipakai yang di dalamnya terdapat
memiliki nilai tertinggi adalah jenis
spesies tertentu. Selain itu juga tipe 9
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 Sonneratia
alba.
Hasil
perhitungan
kategori pancang. Nilai tertinggi untuk
menunjukkan bahwa nilaiFi dan Rfi
frekuensi jenis terdapat pada jenis
untuk jenis Sonneratia alba ini masing-
Rhizophora mucronata dan Sonneratia
masing 0.92 Ind/m dan 32,4 % yang
alba yakni sebesar 1,0 Ind/m di stasiun I
ditemukan pada stasiun I.
dan stasiun II, sedangkan untuk nilai
Secara umum tanah yang terdapat pada
stasiun
I
(muara
sungai)
frekuensi relatif jenis tertinggi dimiliki oleh jenis Sonneratia alba yakni dengan
didominasi oleh pasir yang cocok untuk
nilai
32,4%
pertumbuhan jenis Sonneratia alba. Hal
stasiun I.
ini sesuai dengan pendapat Whitten,
Tabel
yang ditemukan
pada
7. Hasil Perhitungan Nilai Frekuensi Jenis dan Frekuensi Relatif untuk Kategori Pohon di Lokasi Penelitian.
dkk, (2000) dalam Setyawan, (2005) bahwa secara umum, Avicennia dan
S tasiun
Sonneratia dapat hidup dengan baik
No Nama Jenis Pi
pada tanah berpasir. Noor et al., (1999) dalam Supardjo (2008) menyatakan bahwa, Sonneratia alba tumbuh pada
I Fi
II RFi
Pi
Fi
(%)
Rata-rata RFi (%)
1 R. apiculata
2,5
0,83 24,4
2,5
2 R. mucronata
2,8
0,92 26,8
3 S. alba
3,0
1,0
29,3
4 C.decandra
2,0
0,67 19,5
3,0
1,0
29,3
2,9
0,96 28,0
2,3
0,75 22,0
2,6
0,88 25,6
2,5
0,83 24,4
2,3
0,75 22,0
Ket :
pada daerah tepian yang menjorok ke
Fi RFi
Stasiun I
No Nama Jenis Pi
Fi
II RFi
Pi
(%)
Fi
Rata-rata RFi
Pi
(%)
Fi
RFi (%)
1 R. apiculata
1,8 0,58 18,9 2,0 0,67 20,5 1,9 0,63 19,7
2 R. mucronata
2,5 0,83 27,0 3,0
3 S. alba
3,0
4 C. decandra
2,0 0,67 21,6 2,3 0,75 23,1 2,1 0,71 22,4
1,0 30,8 2,8 0,92 28,9
1,0 32,4 2,5 0,83 25,6 2,8 0,92 28,9
Ket : Fi = Frekunsi Jenis RFi = Frekuensi Relatif Jenis 6
menunjukkan
= Frekunsi Jenis = Frekuensi Relatif Jenis Berdasarkan hasil analisis nilai
frekuensi jenis (Fi) dan nilai frekuensi relatif jenis (RFi) untuk kategori pohon (Tabel 7) menunjukkan bahwa nilai yang
tertinggi
terdapat
pada
jenis
Rhizophora mucronata pada stasiun II dan Sonneratia alba pada stasiun I dengan nilai nilai Fi untuk kedua jenis adalah 1,0 dan nilai RFi masing-masing
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
Tabel
(%)
0,83 24,4
pasang surut dan banyak ditemukan
6. Hasil Perhitungan Nilai Frekuensi Jenis dan Frekuensi Relatif untuk Kategori Pancang di Lokasi Penelitian.
RFi
2,5
substratlumpur berpasir di muara sungai
Tabel
Fi
0,83 24,4
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
laut, dengan salinitas yang lebih tinggi.
Pi
29,3%. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kondisi substrat pada kedua stasiun hasil
perhitungan frekuensi jenis (Fi) dan Frekuensi relatif jenis (RFi) untuk
tersebut. Rhizophora mucronata banyak ditemukan pada bagian tengah yang mengandung lumpur dalam, sedangkan 10
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 Sonneratia alba banyak ditemukan pada
alba yakni dengan nilai Ci (0.41) dan
zonasi terluar yang berhadapan langsung
RCi terdapat pada jenis Rhizophora
dengan air laut dengan kondisi substrat
apiculata dengan nilai (37.48%) masing-
yang berpasir.
masing ditemukan pada substasiun I dan III. Sementara yang terendah terdapat
Tutupan Jenis dan Tutupan Relatif Jenis Luas penutupan (coverage) adalah
pada jenis Ceriops decandra yakni dengan nilai Ci (0.09) dan nilai RCi
proporsi antara luas tempat yang ditutupi
(13.04%) yang ditemukan di substasiun
oleh spesies tumbuhan dengan luas total
III. Tingginya nilai Ci dan RCi untuk
habitat.
dapat
jenis Sonneratia alba dan Rhizophora
dinyatakan dengan menggunakan luas
apiculata pada substasiun I dan III
penutupan tajuk ataupun luas bidang
didukung oleh substrat yang sangat
dasar (luas basal area). Ada juga ahli
cocok
menggunakan istilah dominasi. Indeks
Sonneratia
dominasi (index of dominance) adalah
apiculata.
parameter
Table 9. Hasil Perhitungan Nilai Tingkat Tutupan Jenis dan Tutupan Relatif Stasiun II
Luas
yang
terpusatnya spesies
penutupan
menyatakat
dominasi
dalam
tingkat
(penguasaan)
suatu
komunitas
untuk
No Nama Jenis 1 R. apiculata
Table 8. Hasil Perhitungan Nilai Tingkat Tutupan Jenis dan Tutupan Relatif di Stasiun I. No Nama Jenis
RCi
Ci
RCi
Ci
RCi
Ci
RCi
Ci
RCi
1 R. apiculata 0,37 31,30 0,27 37,48 0,13 18,39 0,19 20,23 0,24 27,03 2 R. mucronata 0,23 19,96 0,16 22,0 0,23 31,64 0,29 31,55 0,23 25,79 3 S. alba
Rhizophora
RCi
Ci
RCi
Ci
RCi
Ci
RCi
Ci
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
3 S. alba
0,09 12,62 0,24 25,86 0,25 25,80 0,31 24,26 0,22
4 C. decandra
0,09 13,95 0,19 20,95 0,17 16,94 0,25 19,53 0,18 18,23
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
Ket : Ci RCi
= Tutupan Jenis i = Tutupan Relatif Jenis
Tabel
9
menunjukkan
hasil
perhitungan tingkat tutupan jenis (Ci)
Ket :
dan tutupan relatif jenis (RCi) untuk = Tutupan Jenis i = Tutupan Relatif Jenis
stasiun II. Hasil menunjukkan bahwa
Hasil analisis tingkat tututupan jenis
nilai yang tertinggi terdapat pada jenis
dan tutupan relatif jenis Tabel 8
Rhizophora apiculata dengan nilai Ci
menunjukkan
tingkat
(0.36) dan nilai RCi terdapat pada jenis
tutupan jenis (Ci) dan (RCi) yang
Rhizophora mucronata dengan nilai
bahwa
nilai
RCi
0,20 29,52 0,27 29,41 0,23 22,96 0,36 28,75 0,26 27,56
0,41 35,40 0,19 25,91 0,27 36,93 0,23 25,36 0,28 31,16
4 C. decandra 0,16 13,35 0,11 14,61 0,09 13,04 0,21 22,86 0,14 16,02
Ci RCi
dan
2 R. mucronata 0,30 43,91 0,22 23,78 0,34 34,30 0,35 27,47 0,30 31,21
Substasiun I Substasiun II Substasiun III Substasiun IV Rata-rata Ci
alba
jenis
Substasiun I Substasiun II Substasiun III Substasiun IV Rata-rata Ci
(Indiyanto, 2006 dalam Ghufran, 2012).
pertumbuhan
tertinggi terdapat pada jenis Sonneratia 11
23
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 (43.91%)
masing-masing
ditemukan
Supardjo (2008) bahwa Rhizophora
pada substasiun I dan IV.
mucronata banyak dijumpai di daerah
Tabel10. Perbandingan Nilai Penutupan Jenis dan Penutupan Relatif pada stasiun I dan II
sungai
No
Nama Jenis
S tasiun I
S tasiun II
Ci
RCi
Ci
RCi
1
Rhizophora apiculata
0,24
27,03
0,26
27,56
2
Rhizophora mucronata
0,23
25,79
0,30
31,21
3
Sonneratia alba
0,28
31,16
0,22
23,00
4
Ceriops decandra
0,14
16,02
0,18
18,23
yang
memiliki
lumpur, dan mudah beradaptasi pada kemiringan yang bervariasi. Parameter Lingkungan Kualitas air memiliki peranan yang paling
penting
dalam
pertumbuhan
mangrove.
Walaupun
tumbuhan mangrove dapat berkembang
Ket : Ci = Tutupan Jenis i RCi = Tutupan Relatif Jenis
pada kondisi lingkungan yang buruk, akan tetapi setiap tumbuhan mempunyai
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai ratarata tingkat tutupan jenis (Ci) dan tingkat tutupan relatif (RCi) tertinggi terdapat pada jenis Sonneratia alba yakni Ci (0.28) dan RCi (31.16%) ditemukan pada stasiun I, sedangkan pada stasiun II terdapat pada jenis mucronatayakni
muara
ekosistem
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
Rhizophora
atau
dengan
nilai Ci (0.30) dan RCi (31.21%). Chaerani (2011) melaporkan bahwa untuk tingkat penutupan dua jenis mangrove yakni Avicennia marina dan Sonneratia sp di muara sungai lebih tinggi dibanding di pemukiman masing-
kemampuan
yang
berbeda
untuk
mempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan fisik-kimia di lingkunganya. Ada 4 faktor utama yang menentukan penyebaran tumbuhan mangrove, yaitu (1) Frekuensi arus pasang; (2) Salinitas; (3)
Suhu
air;
dan
(4)
pH
(Supriharyono, 2007 dalam Ghufran, 2012). Tabel 11. Hasil Pengukuran Nilai Parameter Kualitas Air di Lokasi Penelitian. No 1 2 3 4
Parameter Salinitas Suhu pH air Substrat
Stasiun I Stasiun II Muara Sungai Pemukiman 30,0 30,0 30,0 30,0 7,0 7,0 Berpasir Berlumpur
masing adalah 8,33% dan 65,67%,
(Sumber : Hasil penelitian, 2014)
sedangkan dua jenis mangrove lainnya
Salinitas
yaitu
Bruguiera
dan
Tinggi dan waktu penggenangan air
nilai
laut di suatu lokasi pada saat pasang
tingkat penutupan jenis di pemukiman
juga menentukan salinitas. Salinitas juga
lebih tinggi dibanding di muara sungai
merupakan salah satu faktor dalam
Rhizophora
gymnorrhiza
air,
stylosa
memiliki
yakni 12,67%, dan 20%. Menurut 12
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 menentukan
penyebaran
tumbuhan
antara 5.6-8.3. Dengan demikian nilai
mangrove (Dahuri 2003 dalam Ghufran,
pH pada kedua stasiun tersebut masih
2012).
termasuk nilai yang sangat baik dan
Nilai kedua stasiun tersebut masih mendukung pertumbuhan mangrove dan organisme laut pada lokasi tersebut. Hal
cocok untuk pertumbuhan organisme. Substrat Menurut
Walsh,
(1974)
dalam
ini sesuai dengan pendapat (Saparinto,
Ghufran, (2012) bahwa selain salinitas,
2007)
suhu dan pH air, substrat juga sangat
bahwa
tumbuhan
mangrove
tumbuh subur didaerah estuari dengan
menentukan
kehidupan
ekosistem
0
salinitas 10-30 /00.
mangrove. Mangrove dapat tumbuh
Suhu
dengan baik pada substrat berupa pasir,
Suhu air merupakan faktor yang sangat
menentukan
kehidupan
lumpur atau batu karang. Namun paling
dan
banyak ditemukan adalah di daerah
pertumbuhan mangrove. Menurut Walsh
pantai berlumpur, delta sungai, dan teluk
(1974) dalam Ghufran (2012) suhu yang
atau estuaria.
baik untuk kehidupan mangrove adalah 0
Hasil pengamatan secara visual
0
20 C - 40 C.
menunjukkan bahwa tipe substrat yang
Berdasarkan hasil pengukuran
di temukan pada stasiun I adalah
langsung di lokasi penelitian, kedua
berpasir dan stasiun II substratnya
stasiun memiliki nilai yang sama yakni
berlumpur. Penyebaran jenis mangrove
sebesar
0
30 C.
Kisaran
suhu
yang
di lokasi penelitian sesuai dengan tipe
terdapat pada kedua stasiun, merupakan
substrat
kisaran yang layak dalam mendukung
umumnya.
tumbuhnya
pertumbuhan organisme yang berada di sekitar perairan tersebut.
pada
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian di Desa
pH Air pH
mangrove
air
sangat
mempengaruhi
Limbatihu
Kecamatan
Paguyaman
pertumbuhan organisme disekitarnya.
Pantai Kabupaten Boalemo Provinsi
Dari hasil pengukuran, kedua stasiun
Gorontalo dapat disimpulkan sebagai
memiliki nilai pH yang sama yakni 7.0.
berikut:
Menurut
1. Jenis mangrove yang memiliki nilai
Nybakken
(1992)
dalam
Chaerani (2011), nilai pH yang baik
kerapatan
jenis
tertinggi
untuk
untuk pertumbuhan organisme berkisar
kategori semai adalah Sonneratia 13
Jurnal FAPERIK. UNG. 2015 alba yang terdapat di stasiun 1, untuk kategori pancang adalah Rhizophora apiculata di stasiun 2 dan untuk kategori
pohon
adalah
jenis
Sonneratia alba di stasiun 1. 2. Nilai
frekuensi
tertinggi
untuk
kategori semai terdapat pada jenis Sonneratia alba di stasiun 1dan frekuensi tertinggi untuk kategori pohon dan pancang terdapat pada jenis Sonneratia alba di stasiun 1dan Rhizophora mucronata di stasiun 2. 3. Tingkat
tutupan
tertinggi
jenis
terdapat
mangrove
pada
jenis
Sonneratia alba untuk stasiun 1 dan jenis
Rhizophora apiculata untuk
stasiun 2. Saran Diharapkan dari pihak pemerintah dapat memperhatikan dan membuat program
tentang
menjaga
dan
penyuluhan memelihara
untuk hutan
mangrove yang ada diperairan Desa Limbatihu
Kec.
Paguyaman
Pantai
sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Selain itu juga pemerintah dapat mengembangkan potensi-potensi
yang
ada
di
Desa
Limbatihu baik di bidang perikanan maupun di bidang pertanian/perkebunan. DAFTAR PUSTAKA Chaerani, N. 2011. Kerapatan, Frekuensi Dan Tingkat Penutupan Jenis Mangrove di Desa Coppo
Kecamatan Barru Barru. Skripsi. Hasanudin Makasar.
Kabupaten Universitas
Kordi, K. M. G. H. 2012. Ekosistem Mangrove (Potensi, Fungsi dan Pengelolaan). Jakarta: Rineka Cipta. Novianto, A. 2011. Struktur Komunitas Zooplankton Pada Ekosistem Mangrove Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Pranadipa, 2014. Kondisi Tingkat Kerusakan Pohon Mangrove Di Pulau Keramut Kabupaten Kepulauan Anambas Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Riau. Saparinto, C, 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove (Mengatasi Kerusakan Mangrove Pantai (Abrasi) dan Meminimalisasi Dampak Gelombang Tsunami). Semarang : Dahara Prize. Setyawan, A. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Mangrove Di Pantai Utara dan Selatan Jawa Tengah .Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta Subhan, 2014. Tingkat Kerusakan dan Kekritisan Mangrove di Kawasan Suaka Perikanan Gili Ranggo. Tesis. Supardjo, M. 2008. Identifikasi Vegetasi Mangrove di Segoro Anak Selatan, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Suwignyo, Munandar, dan E.S. Halimi. 2011 Pengalaman pendampingan dalam pengelolaan Hutan mangrove pada masyarakat. Makalah. Fakultas Pertanian dan FMIPA Universitas Sriwijaya. 14