LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VII SMP Negeri I Paguat
Oleh Eka Pratiwi Adam NIM. 911 410 016
Telah diperiksa dan disetujui
Pembimbing I
Dra. Hj Salma Bowtha, M.Pd NIP. 19560123 198302 2 001
Pembimbing II
Badriyyah Djula S.Pd, M.Pd NIP. 19700816 200501 2 001
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi Kelas VII SMP Negeri I Paguat Eka Pratiwi Adam1, Dra. Hj. Salma Bowtha, M.Pd2, Badriyyah Djula S.Pd.,M.Pd3 Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Eka Pratiwi Adam, 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snow Balling (Bola Salju) Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri I Paguat. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Dra Hj Salma A Bowtha M,Pd, Pembimbing II Badriyyah Djula, S.Pd, M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di SMP Negeri I Paguat ?”. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri I Paguat, dengan subjek penelitian adalah kelas VII tahun ajaran 2014 yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. Variabel output dari penelitian ini berupa meningkatnya hasil belajar siswa kelas VII yang memperoleh nilai 80 pada mata pelajaran IPS meningkat dari 40% menjadi minimal 80%. Penelitian yang telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. Hasil proses pembelajaran menunjukkan, bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Observasi awal pada penelitian, siswa yang berjumlah 20 orang, hanya 40% siswa yang mendapat hasil belajar tuntas dengan nilai rata-rata 61,25. Pada saat pembelajaran telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju), maka hasil belajar siswa meningkat menjadi 72,40 (65% ) siswa dengan kriteria belajar tuntas pada siklus I dan 85,10 (90%) yang tuntas belajar pada siklus II. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa dan Pembelajaran Snow Balling.
1
Eka Pratiwi Adam. Mahasiswa. jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 2
Dra. Hj. Salma Bowtha M.Pd. Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 3
Badriyyah Djula S,Pd.,M.Pd. Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 757105
Pembelajaran yang berhasil adalah apabila dalam kegiatannya terjadi intereaksi belajar mengajar berupa intereaksi edukatif. Upaya untuk menciptakan terjadinya intereaksi, guru harus berusaha agar siswa bisa aktif dan kreatif secara optimal. Keoptimalan intereaksi terjadi karena adanya harmonisasi, tercipta keselarasan, keseimbangan, keserasian antara kedua komponen diatas. Pembelajaran yang harmonis bukan berarti tidak mengalami permasalahan didalamnya. Karena guru kurang tepat dalam penjelasan materi atau bahkan tidak menghubungkannya dengan tingkat kemamapuan anak. Prinsip pembelajaran adalah antara lain: Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki, prinsip mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus, prinsip keterpaduan, pemecahan masalah dihadapi, belajar sambil bekerja, hubungan sosial dan terakhir prinsip perbedaan individual. Kesuksesan guru dalam mengajar dapat terujud jika dalam tugasnya menerapkan Strategi pembelajaran secara tepat, tersistem, terstrukstur, dan dilaksanakan melalui 3 tahap yakni: tahap sebelum pengajaran (pre active) tahap pengajaran (inter-active) tahap sesudah pengajaran (post-active) Salah satu indikator kelas yang kondusif dibuktikan dengan giat dan asyiknya siswa belajar, penuh perhatian, mendengarkan penjelasan guru. Dalam penyampaian materi hendaknya guru tidak berlama-lama duduk di tempat duduk. Mengajar yang gagal adalah mengajar yang tidak mendapat tanggapan dari siswa. Semua hal tersebut diatas hanya bisa dikendalikan oleh guru melalui penggunaan Strategi pembelajaran yang benar. Guru perlu menciptakan dan memelihara kondisi belajar secara optimal,
mampu mengatur dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan memecahkan masalah siswa. Penggunaan model pembelajaran, berguna bagi guru dalam mengefektifkan waktu pembelajaran sedang disisi lain dapat aktif berpikir analisis bahkan sintesis memecahkan masalah yang didiskusikan melalui presentasi kelompok kecil dan kemudian diteruskan pada berpresentasi melalui kelompok besar. Hasil survey dilapangan, menunjukkan bahwa pembelajaran masih terfokus pada guru. Pembelajaran khususnya kelas VII di SMP Negeri I Paguat, masih banyak didominasi oleh ceramah, guru menetap disuatu tempat dan siswa hanya mendengarkan, dan bersifat pasif. Kondisi seperti ini jelas sangat berkonsekwensi negatif terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran sebagai intereaksi edukatif tidak nampak, keaktifan serta kreativitas dan inovasi yang berasal dari siswa juga tidak ada. Siswa kurang memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang ada, akibatnya hasil belajar siswa menurun. Kondisi seperti ini jelas tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh kurikulum sebagai standar proses pembelajaran. Bertolak dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, pada objek dan subjek penelitian yang ada dengan jumlah siswa berjumlah 20 orang, dalam pembelajaran yang ada, hanya 8 orang atau 40% siswa mendapatkan nilai di atas angka 80, dan 12 orang atau 60% siswa mendapatkan nilai dibawah angka 80 pada mata pelajaran dimaksud diatas. Kenyataan ini, dapat dikatakan bahwa capaian nilai yang ada dilihat dari besarnya nilai, sudah baik namun dilihat dari segi jumlah siswa yang mencapai nilai tersebut masih dibawah standar ketuntasan yang diharapkan.
Penyebab hal tersebut diatas, oleh
karena dalam proses pembelajaran belum
sepenuhnya menggunakan strategi Pengajaran yang benar. Selain itu, ketuntasan belajar dalam mengikuti pelajaran belum terlaksana dalam situasi yang terkendali. Disamping itu guru belum dapat mempertahankan situasi yang kondusif terkendali. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang tepat, guna memberikan kesempatan yang cukup kepada anak untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga hasil pembelajaran akan meningkat Untuk itu, maka peneliti termotivasi, melakukan penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada mata pelajaran IPS Ekonomi yang dirumuskan dalam judul: "Meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penerapan model pembelajaran Snow Balling (Bola Salju) pada mata pelajaran IPS Ekonomi di kelas VII SMP Negeri I Paguat". KAJIAN TEORI Teori tentang hasil belajar, peneliti mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6-7), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knoledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organitation (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual. Selain itu Suprijono (2011: 5), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Selanjutnya Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5-6) hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasakan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Anni (2004: 4), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Sementara menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2011: 7), hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Pengertian di atas dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Lima kategori hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne (dalam Sudjana, 1990: 22), yakni: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sedangkan yang dikutip dari Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial IPS, faktor fisik dan psikis. 2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
Model Pembelajaran Koperatif Tipe Snow Balling (Bola salju) Salah satu tipe yang ada dalam metode pembelajaran kooperatif adalah Snow Balling (bola Salju). Dengan model tersebut diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya dalam kelompoknya sendiri, kemudian dalam kelompok lain. Menurut Djamarah (2010; 396) bahwa model kooperatif tipe snow balling (bola salju) digunakan dalam upaya mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi anak didik secara berttingkat. Diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intra kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya bergabung dengn kelompok yang lain disampingnya. Anggota kelompok yang baru yang sudah berjumlah empat orang memiliki kewajiban untuk menyeleseaikan tugas secara berempat, kemudian adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya secara berempat dalam kelompok yang baru. Kelompok berempat tadi bergabung lagi menjadi kelompok berdelapan dengan tugas yang sama yakni mempresentasikan san mengakaji tugas-tugas yang ada, namun hasilnya pasti berbeda dengan kelompok awal dan hasil itulah yang yangkan dibandingkan dan dipresentasikan dalam kelas. Apabila presentasi telah berakhir maka tugas guru adalah menyimpulkankan dengan memberikan ulasan-ulasan sebagai hasil dari perbandingan masing-masing kelompok dari hasil kelompok terkecil hingga hasil kelompok yang terakhir. Semua anak didik yang ada dalam
kelompok kecil sampai pada kelompok terakhir bertugas menerima keritikan perbaikan dengan mencocokkannya hasil kerja yang telah dikaji dan dipresentasikan. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Snow bolling (bola salju) adalah sebagai berikut: a) Kelebihan dari bola salju ini antara lain 1) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah dalam kelompok terkecil . 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman sekelompoknya. 3) Melatih anak untuk bersikap terbuka, jujur, disiplin, dan kreatif terhadap teman. 4) Meningkatkan motivasi belajar anak didik dalam belajar. 5) Membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran, karena langkah pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di sekolah. b. Kelemahan model pembelajaran Snow Balling (bola salju) 1) Memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan diskusi. 2) Seperti kelompok biasa anak yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga anak yang kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya. 3) Yang tidak terbiasa belajar kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.
Langkah-langkah pembelajaran melalui model pembelajaran Snow Bolling (bola salju) adalah sebagai berikut: 1. Anak bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 2 (dua) orang. 2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing digabungkan lagi debgan kelompok samping menjadi 4 (empat) orang. 3. Kelompok berempat bertugas sebagaimana tugas dari kelompok yang berdua dan membagikan hasil kerja dan informasi ke anggta kelompok yang baru. 4. Kelompok
yang baru mengkaji dan melaporkan hasil temuan kekelompok
kelompok lain. 5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja yang ada. 6. Kemudian menyatu lagi dengan kelompok yang baru lagi sehingga menjadi 8 (delapan) orang, demikian seterusnya, hingga terakhir menjadi satu kelompok besar 7. Terakhir satu orang menyuarakan hasil terakhir dari kajian tugas yang ada 8. Guru menyimpulkan dengan mengulas materi dengan membandingkannya dari hasil masing kelompok dari yang terkecil hingga kelompok terkahir. METODE PENULISAN Berdasarkan permasalahan yang di uraikan diatas, maka yang menjadi objek penelitian dari penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Paguat. Prosedur Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat tahap : (1). Tahap persiapan, (2). Tahap pelaksanaan tindakan, (3). Tahap pengamatan dan evaluasi, dan (4). Tahap analisis dan reflesi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) siklus. Kegiatan tindakan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada siklus I dari hasil pengamatan,
14 aspek yang dinilai dari kegiatan guru dikualifikasi sangat baik
teramati hanya 1 aspek saja atau 7,14%, kualifikasi baik 8 aspek (57,14%) dan kualifikasi cukup 5 aspek dengan persentase 35,72%. Sedangkan pada siklus II, sudah tidak ada lagi kualifikasi cukup. Hal ini terlihat pada pengamatan terhadap kegiatan guru dari 14 aspek yang diamati diperoleh kualifikasi sangat baik menjadi 2 aspek atau 14,29% dan kualifikasi baik 12 aspek atau 85,71%. Sedangkan kegiatan siswa dari 7 aspek yang diamati secara kelompok diperoleh persentase kriteria aspek secara total dari siklus I sangat baik 5,7%, baik 50%, cukup 40% dan kurang 4,3%. Pada siklus II meningkat menjadi sangat baik 20%, baik 67% dan cukup 13%. Prestasi belajar siswa pun mengalami peningkatan di siklus II.
Hasil
menunjukkan bahwa pada siklus I, rata-rata persentase daya serap terhadap materi pelajaran termasuk dalam kategori cukup baik yaitu sebesar 72,40%. Walaupun termasuk dalam kategori cukup baik, akan tetapi peningkatan tersebut masih sangat kecil. Rata-rata persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran pada siklus II mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I, yaitu sebesar 85,10% dan termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan pada siswa ke arah yang lebih baik, karena siswa telah mengalami suatu proses belajar sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
Adanya peningkatan persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju)
dalam pembelajaran IPS Ekonomi pada materi pelajaran
Perbankan, pokok bahasan Memahami Uang dan Perbankan, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adanya peningkatan persentase daya serap siswa terhadap materi pelajaran tersebut ,menunjukkan bahwa indikator kinerja atau indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai SIMPULAN Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan, bahwasanya menerima hipotesis yang dikemukakan pada bab 2, yang berbunyi jika Proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snow Balling (Bola Salju) maka hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri I Paguat dapat diterima.hal ini dibuktikan dengan hasil tindakan pada siklus 1 menunjukkan hasil sebesar 72,40 (65% tuntas) dan 85,10 (90% yang tuntas belajar pada siklus II. SARAN Bertolak dari kesimpulan diatas, maka peniliti menyarankan, kiranya guru dalam perannya perlu dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran tepat, sesuai dengan pokok bahasan dan tingkat kemampuan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2009. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo: UNG.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Keempat. Jakarta: Rineka Cipta.
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Artikel
Pengertian
Hasil
Belajar
Menurut
Para
Ahli.
http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-hasil-belajar-menurutpara.html, diakses 15 Juni 2011.
Dzaki, Muhammad Faiq. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif. Internet: http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/prinsip-dasar-dan-ciriciri-dalam.html, diakses 16 Juni 2011.
Wijaya,Yoga
Permana.
2010.
Pengertian
Belajar.
Artikel
Pengertian
Belajar.(Online). (http://yogapw.wordpress.com/2010/10/01/pengertia-belajar2/, diakses 16 Juni 2011)
Yasa, Doantra. 2008. Metode Pembelajaran kooperatif. Artikel Ilmu Pendidikan (Online).
(http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-
kooperatif/, diakses 12 November 2010).