LEMBAR PERSETUJUA}I JTJRNAL
Skripsi Yang Berjudul
DESKRIPSI KAJIAN PENATAAI\I PASAR TRADISIONAL
DI KOTA GORONTALO
Oleh
RICKIE
S.
DJIBRAN
451 410 033
Telah diperiksa dan disetujui
Pembimbing
I
Nip.19691209 199303 2 001
Ahmad Zainuri S.Pd. MT Nip.19773072t 200112 | 001
Ketua Jurusan
Nip.1970D03 200012 2 004
DESCRIPTION OF MARKET STRUCTURING STUDY AT GORONTALO CITY 1 Rickie S. Djibran, Fitryane Lihawa, Ahmad Zainuri. Study Program of Geography, Department Of Earth Sains And Tecnology, Faculty of Math and Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. EMAIL :
[email protected]
ABSTRACT Rickie S. Djibran. 2014. Description of Market Structuring Study at Gorontalo City. Skripsi. Study Program of Geography Education, Department of Physics, supervisor was Dr. Fitryane Lihawa, M.Si adn co supervisor was Ahmad Zainuri S.Pd, TM. The research aimed at reviewing traditional market structuring of Gorontalo City. The research site was conducted at Gorontalo City. There were 7 traditional markets to become research population such as: Moodu, Potanga, Andalas, Bugis, Jembatan Jodoh, Liluwo, and central markets. It was population research considering seven traditional markets as research subject. Data collection were observation and interview. Analysis of descriptive data described the in Gorontalo City occupy area in the outskirt or in the middle of a residential condition was occupied by garbage strewn, smalled the odor, noise, and parking problem. Regarding the condition , traditional market of Gorontalo City should be fixed concerning facilities and infrastructure. Keywords: Structuring Traditional Market at Gorontalo City
1 1
RICKIE S. DJIBRAN, 451410033, STUDY PROGRAM OF GEOGRAPHY, FACULTY MIPA, Dr. FITRYANE LIHAWA, M.Si, AHMAD ZAINURI S.Pd, MT
DESKRIPSI KAJIAN PENATAAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA GORONTALO 1 Rickie S. Djibran, Fitryane Lihawa, Ahmad Zainuri. Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kebumian Program Studi Pendidikan Geografi F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo EMAIL :
[email protected] ABSTRAK Rickie. S. Djibran. 2014. Deskripsi Kajian Penataan Pasar Di Kota Gorontalo. Skripsi. Program studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Dan Teknologi Kebumian, Fakultas Metematika Dan Ilmu Pengetahuan Alan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Fitryane Lihawa, M.Si, dan pembimbing II Ahmad Zainuri S.Pd, MT. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penataan pasar tradisional di Kota Gorontalo. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Gorontalo. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini 7 pasar tradisional yang ada di Kota Gorontalo yaitu : Pasar Moodu, Pasar Potanga, Pasar Andalas, Pasar Bugis, Pasar Jembatan Jodoh, Pasar Liluwo, Pasar Sentral. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana 7 pasar tradisionl menjadi subjek penelitian. Seluruh Populasi penelitian yang berjumlah 7 pasar tradisional akan dikaji dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode observasi danWawancara. Analisis data deskriptif menggambarkan keadaan penataan pasar tradisional yang ada di Kota Gorontalo. Pasar Tradisional di Kota Gorontalo menempati lahan di pinggiran atau pun di tengah lingkungan pemukiman sehingga dapat menciptakan permasalahan pemukiman antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Dengan melihat kondisi lingkungan seperti ini, pasar Tradisional di Kota Gorontalo perlu dilakukan adalah memperbaiki fasilitas sarana dan prasaran pasar. Kata Kunci : Penataan Pasar Tradisional di kota Gorontalo
1 1
RICKIE S. DJIBRAN, 451410033, PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI, FAKULTAS MIPA, Dr. FITRYANE LIHAWA,M.Si, AHMAD ZAINURI S.Pd, MT
Dari pandangan geografi regional, ruang merupakan batas geografi yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintahan sebagai permukaan bumi dan lapisan tanah di bawahnya serta lapisan-lapisan udara diatasnya (Tarigan, 2005:49). Definisi pasar secara sederhana yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung. Pasar bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Seiring dengan perkembangan zaman, pasar mengalami perubahan bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi modern. Muncul berbagai macam pasar modern yang memiliki fasilitas lebih menarik dan nyaman dibandingkan dengan pasar tradisional. Akhirnya tidak sedikit masyarakat yang mulai berpaling dari pasar tradisional kepasar modern. Pasar tradisional dicitrakan sebagai suatu tempat yang kumuh, kotor, becek, tidak terawat, dan mempunyai tingkat kualitas hunian sangat rendah. Karena tidak bisa bertahan hidup, maka diperkirakan keberadaan pasar tradisional di perkotaan akan segera punah (Cahyono, 2006). Menurut Lubis 2005 (dalam Tristyanthi 2008), yang dianggap selama ini sebagai pasar tradisional adalah pasar yang bentuk bangunannya relatif sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang tempat usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan penerangan yang kurang baik). Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang diperhatikan, harga barang relatif murah, dan cara pembeliannya dengan sistem tawar menawar. Para pedagangnya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dan cara berdagangnya kurang profesional. Dalam penyelenggaraan pasar tradisional, aspek fisik memegang peran penting karena sebagai setting tempat terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial yang berlangsung. Meskipun demikian, aspek fisik harus terkait dengan aspek ekonomi, sosial, dan institusional (Prihandana, 2002: 254). Rancangan fisik pasar harus mempertimbangkan fungsi pasar sebagai tempat aktivitas ekonomi sosial komunitas penggunanya Perkembangan Permukiman di Lingkungan Pasar Dengan semakin bertambahnya penduduk, maka akan berkembang pula aktivitas yang ditimbulkan dan memerlukan wadah untuk menampung kegiatan tersebut. Dengan semakin berkembangnya pemanfaatan lahan yang dipergunakan maka akan membuat fisik kota berkembang pula. Winarso (1995:11) mengklasifikasikan pemanfaatan lahan menjadi; (a) lahan permukiman; (b) lahan perdagangan; (c) lahan pertanian; (d) lahan industri; (e) lahan jasa; (f) lahan rekreasi; (g) lahan ibadah dan (i) lahan lainnya. Penggunaan lahan yang terus berkembang sebagai proses awal dari pertumbuhan fisik kota. Demikian pula pola pergerakan akan mengikuti kebutuhan dalam pencapaian ke kawasan-kawasan kegiatan utama penduduknya, seperti perdagangan, lokasi kerja, permukiman dan sebagainya. Kriteria dan Indikator Penataan Pasar Tradisional Sebelum dapat menilai kondisi pasar tradisional, terlebih dahulu perlu dirumuskan kriteria dan indikator apa yang sesuai untuk digunakan. Perumusan
kriteria didasarkan pada beberapa konsep yang berkaitan dengan penataan pasar tradisional, yang kemudian diturunkan menjadi indikator penilaian masingmasing komponen penataan pasar tradisional. Konsep Pengembangan Perdagangan Ritel Hendri Ma’ruf 2006 (dalam Tristyanthi 2008) merumuskan beberapa konsep pengembangan perdagangan ritel berdasarkan teori Retail Marketing Mix yang dapat diterapkan pada berbagai bentuk perdagangan. Bentuk perdagangan ritel yang menjadi cakupan konsep pengembangan ini meliputi perdagangan ritel skala besar, menengah, dan skala kecil, serta meliputi ritel modern dan ritel tradisional. Konsep tersebut merumuskan prinsip-prinsip pengembangan sebagai berikut: a. Lokasi Suatu pusat perdagangan harus dapat ditempatkan di lokasi yang strategis sesuai dengan segmen pasarnya. Pusat perdagangan dengan segmen pasar yang sama tidak boleh terlalu berdekatan, karena dapat menimbulkan perebutan konsumen. Untuk menentukan potensi suatu area untuk dijadikan suatu area perdagangan maka diperlukan informasi mengenai populasi, kemudahan akses, pesaing, dan biaya yang harus dikeluarkan. Sedangkan untuk menentukan baik buruknya pemilihan pusat perdagangan terhadap suatu lokasi dapat ditentukan dari beberapa faktor seperti lalu lintas pejalan kaki, lalu lintas kendaraan, fasilitas parkir, transportasi umum, komposisi toko dalam area yang berdekatan, letak bangunan, serta syarat dan ketentuan pemakaian ruang. b. Pelayanan/service Retail service bertujuan memfasilitasi para pembeli saat mereka berbelanja di gerai. Hal-hal yang dapat memfasilitasi para pembeli terdiri atas layanan pelanggan, personal selling, layanan transaksi berupa cara pemayaran yang mudah, layanan keuangan berupa penjualan dengan kredit, dan fasilitas- fasilitas seperti toilet, food court, telepon umum dan sarana parkir. Pelayanan pada perdagangan ritel ini merupakan salah satu faktor pemberi nilai tambah untuk menarik pelanggan. Dalam perdagangan ritel terdapat tiga kebutuhan pokok pelanggan yang harus dipuaskan dan semestinya dapat digunakan sebagai pedoman pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan praktis, dan kebutuhan fungsional Triyono, 2006 (dalam Tristyanthi 2008). 1. Kebutuhan fisik, antara lain lay out toko, penataan barang sampai toilet pelanggan, serta kebutuhan fisik dasar lain, yakni kebersihan di setiap area, kesehatan, bebas bau, kenyamanan AC, dan penerangan yang lux di seluruh wilayah toko. 2. Kebutuhan praktis adalah hal-hal yang berhubungan dengan barang (harga, kualitas, dan manfaatnya). 3. Kebutuhan fungsional adalah hal-hal yang dapat dipenuhi dari pelayanan orang-orang front line-nya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triyono 2006 (dalam Tristyanthi 2008), sejalan dengan semakin banyaknya profesional yang penat bekerja didapatkan gambaran umum keinginan pelanggan perdagangan ritel sebagai
berikut: 1. Ingin serba cepat dalam proses aktivitasnya, termasuk dalam berbelanja. 2. Ingin serba mengurangi resiko, termasuk dalam memilih barang belanjaan. 3. Ingin selalu lebih diistimewakan setara dengan uang yang sudah mereka belanjakan. 4. Ingin selalu mempunyai pilihan barang yang lengkap, berkualitas, modis dan dengan harga terjangkau. 5. Ingin selalu mendapatkan informasi terbaru dari toko yang dikunjungi. 6. Menghindari antrean panjang di depan kasir. 7. Menghindari prosedur yang rumit bila mengurus sesuatu saat berbelanja 8. Meskipun keuangan bisa dikatakan pas-pasan, namun tetap membutuhkan alternatif barang yang selalu up-to-date sesuai tren fashion terkini. Human Needs ( Maslow) Penilaian terhadap penataan pasar tradisional dapat ditinjau berdasarkan faktor motivasi kebutuhan psikologis manusia Abraham Maslow dalam Eriawan, 2003 (dalam Tristyanthi 2008) yang terdiri dari: a) Pada tingkat dasar, manusia ingin terpenuhinya kebutuhan fisik, seperti kebutuhan akan tempat tinggal dan bekerja, pendapatan yang layak, pendidikan, transportasi dan komunikasi, serta kemudahan dalam memperoleh pelayanan dan fasilitas. b) Setelah itu, manusia akan membutuhkan rasa aman, nyaman dan adanya perlindungan, dengan lingkungan yang secara fisik dan visual terbebas dari polusi, kebisingan, kecelakaan dan kejahatan. c) Pada tingkatan selanjutnya, manusia akan membutuhkan lingkungan sosial yang kondusif. Tempat dimana manusia memiliki akar dan pergaulan, yang memungkinkan orang-orang menjadi bagian dari masyarakat sekitar, dan mempunyai rasa memiliki terhadap tempat ataupun wilayah. d) Kebanggaan dan reputasi yang baik, merupakan keinginan berikutnya setelah adanya suatu lingkungan sosial yang kondusif. Kebanggaan dan reputasi ini akan memberikan rasa percaya diri dan kekuatan, status dan martabat. e) Tingkatan yang lebih tinggi adalah kesempatan untuk berekreasi, yang memungkinkan orang-orang untuk membentuk ruang personal mereka sendiri dan mengekspresikan keberadaannya, serta yang menawarkan kepada masyarakat untuk lingkungan dan wilayahnya berdasarkan keinginan dan aspirasi mereka sendiri. f) Dan yang terakhir, kesenangan estetis, yaitu tempat yang dirancang agar menarik, memiliki citra secara fisik serta tempat budaya (place of culture) dan pekerjaan seni (work of art). Human Factors in Design ( Bennet) Suatu perancangan ruang terbagi ke dalam beberapa tingkatan yang masingmasing memiliki dasar pertimbangan yang berbeda berdasarkan tujuan perancangannya Bennet, 1977 (dalam Tristyanthi 2008) dan harus memenuhi
kriteria sebagai berikut: a) Suatu ruang harus dapat menjamin keamanan dan kesehatan (health & safety) penggunanya. Yaitu mengurangi pengaruh lingkungan atau substansi yang merugikan, menghindarkan dari ancaman kesehatan yang dapat berupa kondisi ekstrim seperti kebisingan, panas, dingin dan sebagainya. b) Suatu ruang harus memungkinkan penggunanya untuk menjalankan fungsinya (performance). Suatu ruang harus dirancang agar ruang tersebut fungsional dan dibentuk sesuai dengan maksud pengadaannya. c) Suatu ruang harus nyaman (comfort). Kenyamanan merupakan pemenuhan terhadap fungsi biologis tubuh, dimana fungsi ketidaknyamanan merupakan perlindungan seseorang terhadap suatu kondisi ekstrim. d) Suatu ruang harus menarik/menyenangkan secara estetis (esthetic pleasantness). Suatu usaha pemenuhan kesenangan estetis dapat berupa dimensi skala, proporsi, harmoni dan sebagainya. Community Needs and Value (Seymour M. Gold) Penataan pasar jika ditinjau dari nilai-nilai dan keinginan masyarakat Gold, 1980 (dalam Tristyanthi 2008) terdiri dari: a. Kebutuhan akan Kesehatan dan Keselamatan, yaitu terdiri dari dari: 1. Bahaya (hazards), yaitu lingkungan dimana ancaman bahaya dapat diminimalisir. 2. Kejahatan (crime), yaitu lingkungan yang terlindung dari kejahatan seperti narkoba, pencuri, kenakalan remaja, dll. 3. Lalu lintas (traffic), yaitu lingkungan yang terlindung dari lalu lintas kendaraan. 4. Bantuan (aid), yaitu kemudahan untuk mendapatkan pelayanan darurat, seperti ambulan, polisi dan pemadam kebakaran. 5. Kesehatan (health), yaitu lingkungan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup, air bersih, sanitasi, pengendalian sampah, dll. b. Kebutuhan akan Aksesibilitas, terdiri dari: 1. Akses wilayah (regional access), yaitu akses terhadap pekerjaan, pelayanan, pendidikan, belanja, rekreasi dan fasilitas transportasi. 2. alur pejalan dan sepeda (cycle & pedestrian), yaitu keamanan dan kesenangan bagi pengendara sepeda dan pejalan kaki untuk beraktifitas di dalam lingkungan. 3. Akses publik (public access), yaitu tersedianya akses bagi publik terhadap sumberdaya yang bernilai atau tempat-tempat yang penting atau menarik. 4. Orientasi (orientation), yaitu keterlihatan akses atau penanda yang jelas terhadap fasilitas dan tempat-tempat penting dan diinginkan pengguna. c. Kebutuhan akan estetika dan simbolis, terdiri dari: 1. Menarik (attractiveness), yaitu lingkungan yang menarik dan menyenangkan melalui indera, seperti pemandangan, bunyi, bau, dan sentuhan. 2. Pencitraan (Imageability), yaitu lingkungan yang unik, vital, bersemangat
dan khusus. 3. Kemurnian (purity), yaitu lingkungan yang tertib, sederhana, bersih dan dikelola dengan baik. 4. Sejarah & citra ruang (history & sense of place), yaitu lingkungan yang memiliki identitas yang kuat. d. Kebutuhan akan kenyamanan (livability), terdiri dari: 1. Ruang (space), yaitu ruang yang memadai untuk beraktivitas. 2. Ketenangan (quiet), yaitu lingkungan yang terhindar dari gangguan untuk beragam aktivitas seperti tidur, berbicara, membaca dan bersantai. 3. Cahaya (light), yaitu cahaya yang memadai untuk berbagai aktifitas seperti membaca, mengemudi, belanja dan terhindar dari cahaya yang menyilaukan atau terlalu terang bila yang diinginkan adalah ruang yang lebih gelap. 4. klim (climate), yaitu pengendalian iklim yang dapat melindungi orang dari kondisi yang tidak ditolerir seperti panas, dingin, kabut, dsb. Kriteria Penataan Berdasarkan Perbandingan Dari beberapa tinjauan teori di atas, dapat disimpulkan terdapat 13 komponen yang paling berperan dalam peningkatan kondisi pasar yang berkenaan dengan konsep penataannya. Komponen tersebut dapat dipisahkan menjadi 2 kelompok komponen, komponen utama merupakan komponen yang membentuk dan memberikan fungsi pasar, sedangkan komponen pendukung merupakan komponen yang perlu disediakan untuk mendukung aktivitas di dalam pasar. Komponen tersebut antara lain: 1. Komponen utama, yang meliputi: a) Bangunan b) Kios dagang c) Gang antar kios d) Jalan utama 2. Komponen pendukung, yang meliputi: a) Identitas (papan nama, gapura atau tugu) b) Papan informasi c) Toilet d) Mushola e) Air bersih f) Drainase g) Parkir h) Pemadam kebakaran i) Tempat pembuangan sampah Untuk dapat menilai kondisi penataan pasar tradisional, dibutuhkan indikator yang dapat digunakan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dari 7 kriteria penilaian penataan fisik pasar tradisional (Aksesibilitas, Keselamatan, Keamanan, Kenyamanan, Kesehatan, Kecukupan dan Estetika) dan 13 komponen penataan pasar, dapat diperoleh 63 indikator penilaian untuk menilai penataan fisik suatu pasar.
HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan letak geografis, batas administratif Kota Gorontalo sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Tapa, Kabupaten Bonebolango, Sebelah Timur dengan Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bonebolango, sebelah Barat dengan Kecamatan Telaga, Batudaa, dan Batudaapantai Kabupaten Gorontalo sedangkan sebelah Selatan dengan Teluk Tomini. Lokasi penelitian dilaksanakan di Kota Gorontalo. Oleh karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang memungkinkan untuk mendapat lokasi penelitian yang berbeda-beda tergantung pada objek pencahariannya, maka lokasi penelitian ini akan ditetapkan pada tempat tertentu meskipun juga setelah di lapangan akan berkembang lokasi lain sebagai lokasi tersebut. Pasar Moodu Pasar Moodu beralamat di jalan Prof DR. H Aloe Saboe, Kelurahan Moodu Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Luas pasar moodu ±7.000 m2. Aktivitas pasar Terjadi pada hari senin mulai dari jam 06.00 – 12.00 Wita. Pasar Moodu menempati lahan di pinggiran lingkungan pemukiman serta lahan persawahan sehingga dapat menciptakan permasalahan pemukiman antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Dengan melihat kondisi lingkungan seperti ini, pasar Moodu yang luas area untuk kegiatan pasar cukup besar yang perlu di lakukan adalah memperbaiki fasilitas sarana dan prasaran pasar. Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penataan pasar adapun Perbaikan yang diutamakan adalah perbaikan pasar melalui perbaikan penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, tidak terdapat Pagar pembatas, tidak memiliki pos keamanan sebagai wadah pelaporan bila terjadi ketidakamanan di lingkungan pasar, ventilasi bangunan tidak ada karena banguan pasar merupakan bangunan terbuka, gang tidak mendapatkan penerangan, jalur masuk pejalan dan kenderaan tidak terpisah, air bersih dekat dengan tempat pembuangan sampah dan tidak layak di pakai, tidak terdapat pembatas di lokasi parkir, ruang parkir yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain, penambahan fasilitas, papan informasi, mushola dan pemadam kebakaran. Pasar Potanga Pasar Potanga terletak di jalan Raja Eyato, Kelurahan Potanga, Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo, dengan luas ± 3.000 m2. Aktivitas pasar Terjadi pada hari selasa mulai dari jam 06.00 – 12.00 Wita. Pasar Potanga menempati lahan di tengah lingkungan pemukiman sehingga dapat menciptakan permasalahan pemukiman antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, jalan utama mengalami kemacetan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit
mendapatkan parkir. Dengan melihat keterbatasan lahan untuk memperluas bangunan pasar. adapun yang harus dilakukan yaitu memperbaiki fasilitas sarana dan prasaran pasar Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penataan pasar adapun Perbaikan yang diutamakan adalah perbaikan pasar melalui perbaikan tidak dilengkapi penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, tidak terdapat Pagar pembatas, tidak memiliki pos keamanan sebagai wadah pelaporan bila terjadi ketidakamanan di lingkungan pasar, akses keluar masuk yang sulit dan ditemukan, terlihat adanya pasar tumpah, ventilasi bangunan tidak ada karena banguan pasar merupakan bangunan terbuka, gang tidak mendapatkan penerangan, jalur masuk pejalan dan kenderaan tidak terpisah, jalan utama sulit di temukan dan di capai, jalan utama tidak dapat di lalui kenderaan darurat, tidak terdapat pembatas di lokasi parkir. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain, penambahan fasilitas, papan identitas, papan informasi, mushola, pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah Pasar Andalas Pasar Andalas terletak di jalan Tondano, Kelurahan Tapa, Kecamatan Sipatana dengan luas pasar ± 4.200 m2. Aktivitas pasar Terjadi pada hari rabu
mulai dari jam 06.00 – 12.00 Wita. Pasar Andalas menempati lahan di tengah lingkungan pemukiman serta lahan kelapa sehingga dapat menciptakan permasalahan pemukiman antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Dengan melihat kondisi lingkungan seperti ini, Pasar Andalas yang luas area untuk kegiatan pasar cukup besar yang perlu di lakukan adalah memperbaiki fasilitas sarana dan prasaran pasar. Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penataan pasar adapun Perbaikan yang diutamakan adalah perbaikan pasar melalui perbaikan penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, tidak terdapat Pagar pembatas, tidak memiliki pos keamanan sebagai wadah pelaporan bila terjadi ketidakamanan di lingkungan pasar, ventilasi bangunan tidak ada karena banguan pasar merupakan bangunan terbuka, kondisi kios dagang kurang baik dan dapat membahayakan keselamatan, tidak terdapat prmbagian segmen kios berdasarkan barang yang di dagangkan, kios dagang kurang menarik dan menyenangkan melalui indera, ukurang kios tidak mencukupi kebutuhan pedagang dan pembeli untuk beraktivitas, gang tidak mendapatkan penerangan, jalur masuk pejalan dan kenderaan tidak terpisah, toilet umum tidak mencukupi kebutuhan, tidak terdapat pembatas di lokasi parkir. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain, penambahan fasilitas, papan identitas, papan informasi, mushola, pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah
Pasar Bugis Pasar Bugis terletak di jalan Jalaludin Tantu Kelurahan Bugis, Kecamatan Dumbo Raya dengan luas bangunan ±1.200 m2 Aktivitas pasar Terjadi pada hari
kamis mulai dari jam 06.00 – 12.00 Wita. Pasar Bugis menempati lahan di tengah lingkungan pemukiman sehingga dapat menciptakan permasalahan pemukiman antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, jalan utama mengalami kemacetan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Dengan melihat keterbatasan lahan untuk memperluas bangunan pasar adapun yang harus dilakukan yaitu memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana pasar. Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penataan pasar adapun Perbaikan yang diutamakan adalah perbaikan pasar melalui perbaikan akses keluar masuk sulit untuk ditemukan dan dicapai, tidak dilengkapi penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, tidak terdapat Pagar pembatas, tidak memiliki pos keamanan sebagai wadah pelaporan bila terjadi ketidakamanan di lingkungan pasar, area pasar terdapat banyak sampah yang berserakan, terlihat adanya pasar tumpah, ventilasi bangunan tidak ada karena banguan pasar merupakan bangunan terbuka, tidak ada Pembaigan segmen kios berdasarkan barang yang di dagangkan, ukuran kios tidak mencukupi kebutuhan pedagang dan pembeli untuk beraktivitas, gang tidak mendapatkan penerangan, terlihat banyak rintangan yang menghalangi jalan seperti, barang dagangan, dan kursi, jalur masuk pejalan dan kenderaan tidak terpisah, jalan utama sulit di temukan dan di capai, jalan utama tidak dapat di lalui kenderaan darurat, tidak terdapat pembatas di lokasi parkir, ruang parkir yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain, penambahan fasilitas, papan identitas, papan informasi, mushola pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah Pasar jembatan jodoh Pasar Jembatan jodoh beralamat di jalan Beringin, Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Luas pasar sentral 4.200 m2. Aktivitas
pasar Terjadi pada setiap hari pada waktu sore hari. Pasar Jembatan Jodoh menempati lahan di pingiran semak belukar, sub Das Bolango dan juga berdekatan dengan lahan untuk pembangunan terminal baru. Dengan kondisi lingkungan seperti ini cocok untuk kegiatan pasar, Sehingga tidak menciptakan permasalahan pemukiman antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, jalan utama mengalami kemacetan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Adapun yang harus dilakukan yaitu memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penataan pasar adapun perbaikan yang diutamakan penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, tidak terdapat Pagar pembatas, tidak memiliki pos keamanan sebagai wadah pelaporan bila terjadi ketidakamanan di lingkungan pasar, area pasar masih terdapat banyak sampah yang berserakan, ventilasi bangunan tidak ada karena banguan pasar merupakan bangunan terbuka, tidak ada Pembaigan segmen kios berdasarkan barang yang di dagangkan, gang tidak mendapatkan penerangan, terlihat banyak
rintangan yang menghalangi jalan seperti barang dangan dan kursi, jalur masuk pejalan dan kenderaan tidak terpisah, kondisi toilet membahayakan keselamatan, toilet tidak bersih dan beraroma busuk, toilet umum tidak mencukupi kebutuhan, tidak terdapat pembatas di lokasi parkir. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain, penambahan fasilitas, papan identitas, papan informasi, mushola, air bersih, pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah. Pasar liluwo Pasar liluwo beralamat di jalan Madura, Kelurahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah dengan luas pasar sekitar ± 3.500 m2. Aktivitas pasar Terjadi pada
hari sabtu mulai dari jam 06.00 – 12.00 Wita. Pasar Liluwo menempati lahan di pingiran lingkungan pemukiman, perkantoran. sehingga dapat menciptakan permasalahan pemukiman, perkantoran antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, jalan utama mengalami kemacetan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Dengan melihat keterbatasan lahan untuk memperluas bangunan pasar adapun yang harus dilakukan yaitu memperbaiki fasilitas sarana dan prasaran pasar Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penataan pasar adapun Perbaikan yang diutamakan adalah perbaikan pasar melalui perbaikan akses keluar masuk sulit untuk ditemukan dan dicapai, tidak dilengkapi penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, tidak terdapat pagar pembatas, tidak memiliki pos keamanan sebagai wadah pelaporan bila terjadi ketidakamanan di lingkungan pasar, area pasar terdapat banyak sampah yang berserakan , arsitektur bangunan terlihat tidak menarik, terlihat adanya pasar tumpah, ventilasi bangunan tidak ada karena banguan pasar merupakan bangunan terbuka, kondisi kios dagang kurang baik dan membahayakan keselamatan, kebersihan kios kurang, sampah terlihat berserakan, kios dagang tidak menarik dan menyenangkan memaluli indera, tidak ada Pembaigan segmen kios berdasarkan barang yang di dagangkan, ukuran kios tidak mencukupi kebutuhan pedagang dan pembeli untuk beraktivitas, gang tidak mendapatkan penerangan, terlihat banyak rintangan yang menghalangi jalan seperti, barang dagangan, dan kursi, gang antar kios kotor, sedikit becek, terdapat sampah dan tidak mendapatkan cahaya, jalur masuk pejalan dan kenderaan tidak terpisah, jalan utama tidak dapat di lalui kenderaan darurat, kondisi toilet membahayakan keselamatan, toilet tidak bersih dan beraroma busuk, toilet umum tidak mencukupi kebutuhan, air bersih dekat dengan tempat pembuangan sampah, drainase ada genangan air dan tersumbat sampah, terdapat genangan air dan sampah di selokan dalam pasar, tidak terdapat pembatas di lokasi parkir, ruang parkir yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain, penambahan fasilitas, papan identitas, papan informasi, mushola, pemadam kebakaran.
Pasar Sentral Pasar sentral terletak di pusat kota gorontalo yang beralamat di jalan Setiabudi No.1 Kelurahan Limba U1 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Luas pasar sentral 13.306 m2. Aktivitas pasar Terjadi pada hari senin mulai dari
jam 06.00 – 18.00 Wita. Pasar Sentral menempati lahan yang strategis untuk kegiatan pasar dimana pasar Sentral jauh dari lingkungan pemukiman dan juga jauh dari pasar modern sehingga pasar sentral dapat bersaing dengan pasar modern. Dengan kondisi lingkungan sepertin ini cocok untuk kegiatan pasar. Sehingga tidak menciptakan permasalahan pemukiman antara lain kondisi lingkungan disekitarnya banyak sampah yang berserahkan, jalan utama mengalami kemacetan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Adapun yang harus dilakukan yaitu memperbaiki fasilitas sarana dan prasaran pasar Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penataan pasar adapun Perbaikan yang diutamakan adalah perbaikan pasar penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, tidak terdapat Pagar pembatas, gang becek dan sedikit kotor, papan informasi tidak mengerti dan tidak dapat dibaca dengan jelas, papan informasi tidak mencolok, papan informasi tidak menunjukan kearah bagian-bagian pasar, tidak terdapat pembatas di lokasi parkir. Perbaikan lain yang perlu dilakukan antara lain, penambahan fasilitas, papan identitas, dan tempat pemadam kebakaran. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penataan pasar tradisional yang ada di Kota Gorontalo sebagian besar dilakukan perbaikan komponen papan identitas, papan informasi, mushola, pemadam kebakaran serta tempat pembuangan sampah. Dan indikator fasilitas sarana dan prasarana pasar seperti penerangan yang menjangkau seluruh bagian pasar, pagar pembatas, pos keamanan, ventilasi bangunan, pembagian segmen pasar, sirkulasi jalan yang terhalang barang barang dagangan, kursi, gang antar kios yang kotor, becek, jalur pejalan dan kenderaan terpisah, toilet harus bersih dan tidak beraroma busuk, pembatas di lokasi parkir, dan juga ruang parkir yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan. Serta pertimbangan kondisi lingkungan pasar di sekitaran lahan pemukiman yang menimbulkan permasalahan di sekitarnya banyak sampah yang berserakan, jalan utama mengalami kemacetan, tercium bau yang tidak sedap, bising, serta sulit mendapatkan parkir. Rekomendasi Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi penataan pasar tradisional dan penataan pusat perdagangan di Kota Gorontalo. Beberapa arahan perbaikan yang dapat diberikan untuk setiap pasar tradisional di Kota Gorontalo antara lain: 1. Penyediaan fasilitas pendukung di dalam pasar seperti tempat parkir, toilet, mushola, papan informasi, papan identitas, tempat pemadam kebakaran dan tempat pembuangan sampah juga perlu diperhatikan dan
2.
disediakan sesuai kebutuhan. Ada pun indikator dari tiap-tiap komponen pentaan pasar lebih di tinjau kembali, serta di perbaiki sehingga dapat memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, keindahan, kesehatan, kecukupan dan aksesbilitas yang baik terhadap pedagan, dan pembeli.
DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Imam (2006) Pasar Tradisional: Ruang Sosial itu Segera Menjadi Masa Lalu Kompas, 4 Agustus 2006. Prihandana, Ramalis Subandi (2002). Redefining the Pasar: Trading Enterprise, Livelihood, Networks, and Urban Governance. Academisch Proefschrift. Vrije Universiteit, Amsterdam. Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah, edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Tristyanthi, Ade Cahya. 2008. Arahan Perbaikan Fisik Pasar Tradisional Di Kota Bandung, Disertasi. Bandung: progran Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota Arsitektur Perencanaan Dan pengembangan Institut Teknologi Bandung Winarso, Haryo, 1995,
Tarif Ijin Perubahan Guna Lahan
Perkotaan
Sebagai Bentuk Kontrol Pelaksanaan Penataan Ruang Kota, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota