Lebih Dekat dengan Bahasa Indonesia Ala Kupang Andre Maure, IALF Bali
Abstract Indonesia is very famous for several reasons, including its tourism and culture. With more than eighteen thousand islands, Indonesia is the largest archipelago in the world. There are many beautiful and interesting places with different cultural backgrounds and indigenous languages in Indonesia. Despite having more than 700 indigenous languages, Indonesian people from different islands can easily communicate with one another using Bahasa Indonesia or Indonesian. Nevertheless, it is very important for us to be aware of the language varieties and dialects in certain regions of the country because most Indonesians, aside from speaking Bahasa Indonesia, are often fluent in another regional language such as Balinese, Javanese, Madurese, Sundanese, etc. Regional languages are widely used for daily communication, especially by those who live in the villages. In order to maintain good communications and avoid misunderstandings when we visit a place in Indonesia, it is very valuable if we have learnt some basic expressions of the regional language which are commonly used for daily communication. If we go to North Sulawesi, we need to know how people speak Bahasa Manado, as well as how the people in South Sulawesi speak Bahasa Makassar. If we go to Maluku, we need to know how the people speak Bahasa Ambon andif we go to Papua, then we need to know the way Papuan people communicate. And if we go to East Nusa Tenggara (NTT), we also need to know how the people speak Bahasa Kupang or Kupangese. By knowing some basic expressions of the regional languages and the way the people from different areas in Indonesia communicate, we can broaden our horizons about Indonesian culture. In this workshop we will look at how Bahasa Kupang differs from Bahasa Indonesia and how people in NTT (East Nusa Tenggara) use it for daily communication.
Saripati Indonesia sangat terkenal dengan beberapa fakta. Sebagian fakta tersebut adalah pariwisata dan budayanya. Dengan lebih dari delapan belas ribu pulau, Indonesia telah menjadi kepulauan terluas di seluruh dunia. Ada banyak tempat indah dan menarik dengan latar belakang budaya dan bahasa
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
1
daerah yang berbeda di Indonesia. Meskipun memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, orang-orang Indonesia dari pulau yang berbeda dapat saling berkomunikasi dengan mudah menggunakan bahasa Indonesia. Namun, penting bagi kita untuk menyadari keaneka-ragaman dan dialek bahasa di beberapa wilayah negara ini. Hal ini karena kebanyakan orang Indonesia, selain berbahasa Indonesia, cukup lancar menggunakan bahasa daerah seperti bahasa Bali, bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, dan lain-lain. Bahasa-bahasa daerah tersebut digunakan secara luas dalam komunikasi sehari-hari, khususnya bagi mereka yang tinggal di desa-desa. Agar dapat menjalin komunikasi yang baik dan mencegah kesalahpahaman ketika kita mengunjungi suatu daerah di Indonesia, kita haruslah mempelajari beberapa ungkapan bahasa daerah yang digunakan secara umum untuk komunikasi sehari-hari. Jika kita pergi ke Sulawesi Utara, kita perlu mengetahui bagaimana orang-orang menggunakan bahasa Manado sama halnya dengan orang-orang di Sulawesi Selatan berbicara bahasa Makassar. Jika kita pergi ke Maluku, kita perlu mengetahui bagaimana orang-orang berbicara bahasa Ambon. Jika kita pergi ke Papua, maka kita perlu mengetahui bagaimana orang-orang Papua berkomunikasi. Dan jika kita pergi ke Nusa Tenggara Timur (NTT), kita juga perlu mengetahui bagaimana orang-orang berbicara bahasa Kupang. Dengan mengetahui ungkapan-ungkapan dasar bahasa-bahasa daerah dan cara orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia berkomunikasi, kita dapat memperluas cakrawala kita tentang budaya Indonesia. Dalam lokakarya ini kita akan melihat bagaimana perbedaan bahasa Kupang dan bahasa Indonesia serta bagaimana orang-orang menggunakannya untuk komunikasi sehari-hari.
Pendahuluan Sebagai negara kepulauan terluas di seluruh dunia dengan lebih dari delapan belas ribu pulau, Indonesia memiliki kekayaan pariwisata dan budaya yang sangat menawan. Kekayaan pariwisata dan budaya tersebut tersebar di 34 propinsi yang terbentang di Zamrud Khatulistiwa, dari Sabang sampai Merauke. Ada banyak tempat indah dan menawan yang selalu menarik minat para wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pun cenderung mengalami peningkatan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Dalam laporan yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia di laman resminya tercatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
2
sepanjang semester I tahun ini sudah mencapai 4,55 juta orang dengan angka pertumbuhan 9,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,15 juta orang. Sambil berkunjung dan berlibur ke Indonesia, banyak juga wisman yang berminat untuk belajar bahasa Indonesia. Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 262) mengatakan bahwa populasi penduduk, letak geografis, keindahan alam, kebudayaan yang kaya, dan perusahaan asing yang berinvestasi, menjadi beberapa alasan yang menyebabkan orang asing atau para wisatawan ingin belajar bahasa Indonesia. Fakta tersebut telah menunjukkan maraknya pembelajaran dan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing di tanah air. Meskipun pada awalnya pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing hanya sebagai bentuk pelayanan bagi beberapa peserta didik dari luar negeri yang ingin belajar bahasa Indonesia, saat ini mulai dilirik dan diminati warga negara lain terutama mereka yang berada di zona asia-pasifik. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2009: 263), peminat bahasa Indonesia berangsur-angsur bertambah pasca krisis ekonomi dan moneter pada awal tahun 1999 serta krisis politik dan kepemimpinan yang kemudian menyeruak di tanah air ini. Mereka juga mengatakan bahwa di beberapa sekolah umum yang ada di luar negeri seperti di Prancis, Selandia Baru, Australia dan Jepang, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran bahasa asing yang dipelajari. Di beberapa perguruan tinggi negara jiran, bahasa Indonesia bahkan menjadi salah satu jurusan bahasa asing yang secara berangsur-angsur diminati. Saat ini banyak juga siswa atau pembelajar dari luar negeri yang langsung datang ke Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia. Sambil belajar mereka tentunya bisa menikmati keindahan alam dan pariwisata yang indah di tanah air. Mereka juga bisa melihat dan mempelajari banyak hal tentang Indonesia yang sesungguhnya mempunyai latar belakang budaya dan bahasa daerah yang berbeda-beda. Meskipun memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, orang-orang Indonesia dari pulau-pulau yang berbeda dapat saling berkomunikasi dengan mudah menggunakan bahasa Indonesia. Sangatlah penting bagi kita semua untuk menyadari keaneka-ragaman dan dialek bahasa yang dimiliki atau dipakai di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini karena kebanyakan orang Indonesia, selain berbahasa Indonesia, cukup lancar menggunakan bahasa daerah mereka masingmasing seperti bahasa Bali, bahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, dan lain-lain. Bahasa-bahasa daerah tersebut digunakan secara luas dalam komunikasi sehari-hari, khususnya bagi mereka yang tinggal di desa-desa. Agar dapat menjalin komunikasi yang baik dan mencegah kesalah-pahaman ketika kita mengunjungi suatu daerah di Indonesia, kita haruslah Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
3
mempelajari beberapa ungkapan bahasa daerah yang digunakan secara umum untuk komunikasi sehari-hari. Jika kita pergi ke Sulawesi Utara, kita perlu mengetahui bagaimana orang-orang menggunakan bahasa Manado sama halnya dengan orang-orang di Sulawesi Selatan berbicara bahasa Makassar. Jika kita pergi ke Maluku, kita perlu mengetahui bagaimana orang-orang berbicara bahasa Ambon. Jika kita pergi ke Papua, maka kita perlu mengetahui bagaimana orang-orang Papua berkomunikasi. Dan jika kita pergi ke Nusa Tenggara Timur (NTT), kita juga perlu mengetahui bagaimana orang-orang berbicara bahasa Kupang. Dengan mengetahui ungkapan-ungkapan dasar bahasa-bahasa daerah dan cara orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia berkomunikasi, kita dapat memperluas cakrawala kita tentang budaya Indonesia khususnya dalam berkomunikasi. Dalam lokakarya ini kita akan melihat bagaimana perbedaan bahasa Kupang dan bahasa Indonesia serta bagaimana orang-orang menggunakannya untuk komunikasi sehari-hari.
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia Keraf (1984: 27) menuliskan bahwa bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu, dengan mengalami perkembangan yang luar biasa, terutama sesudah diresmikan menjadi bahasa nasional dan bahasa persatuan. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Purbo-Hadiwidjojo (1993: 7) bahwa bahasa Indonesia tumbuh dari akar bahasa Melayu. Berawal dari bahasa yang mula-mula hanya digunakan di seputar selat Melaka, bahasa ini kemudian berkembang sebagai bahasa komunikasi di seantero Nusantara, dan akhirnya menjadi bahasa persatuan dan bahasa nasional Republik Indonesia. Ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menyatakan “Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu – tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia berbangsa satu – bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan – bahasa Indonesia.” Sumpah ini membuktikan bahwa pengakuan bertanah air satu, berbangsa satu Indonesia dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, memiliki fungsi yang sangat penting dan luar biasa dalam mengembangkan kepribadian bangsa. Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia senantiasa berkepribadian, berperilaku, dan berbudi khas Indonesia. Hal ini berdampak pada persatuan para pemuda yang terpisah-pisah dalam suatu organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan untuk menyatakan tekadnya yang bulat guna bersatu sebagai pemuda
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
4
Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap komunikasi nasional. Saat ini, bahasa Indonesia berfungsi efektif sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia (Widjono, 2007: 1 – 2). Pengalaman berbahasa yang amat penting dan berharga dalam pengembangan kepribadian bangsa Indonesia tersebut kemudian dikukuhkan kedudukannya dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa negara. Widjono (2007: 2) juga menuliskan bahwa bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi formal dalam kegiatan kenegaraan serta digunakan sebagai bahasa nasional dalam berbagai komunikasi yang bersifat nasional, kedinasan, dan kegiatan nasional dalam lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Beliau juga menambahkan bahwa perkembangan selanjutnya sejak proklamasi membuktikan secara meyakinkan dalam setiap komunikasi nonformal pun masyarakat dan bangsa Indonesia senantiasa menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini merupakan bukti bahwa pemakaian bahasa Indonesia telah berakar pada seluruh lapisan masyarakat dalam suasana keakraban. Muslich (2010: 2) mengatakan luas penyebaran bahasa Indonesia juga menduduki tempat teratas dibanding dengan bahasa-bahasa Nusantara. Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa setempat di pantai timur Sumatra, Riau, Bangka, dan daerah pantai Kalimantan. Sebagai jenis kreol, bahasa ini dipakai di Manado, Ternate, Ambon, Banda, Larantuka, dan Kupang. Dari Sabang sampai Merauke, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa kedua. Sesungguhnya perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia tidaklah terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses pertumbuhan berabad-abad lamanya. Proses tersebut tidak terlepas dari penyebaran bahasa perhubungan yang disebut Melayu Pasar di seluruh Nusantara. Penyebaran bahasa Melayu yang sangat luas ini bahkan memunculkan berbagai dialek seperti dialek Ambon, Larantuka, Kupang, Jakarta, Menado dan sebagainya.
Pembahasan Meningkatnya angka kunjungan wisman ke Indonesia akhir-akhir ini merupakan bukti bahwa banyak orang dari negara-negara lain ingin mengenal Indonesia. Kekayaan dan keindahan alam di berbagai daerah destinasi wisata tanah air telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Bali menjadi destinasi paling favorit dan paling banyak dikunjungi para wisatawan. Daerah-daerah lain seperti Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Surabaya – mewakili wilayah barat Indonesia – juga selalu dikunjungi banyak wisatawan. Selain ke Bali dan wilayah barat Indonesia, banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan melihat Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
5
hutan raya dan budaya di tanah Borneo, Bumi Phinisi di Sulawesi serta pantai-pantai cantik tersembunyi di bagian timur negeri ini seperti Papua, Maluku dan Nusa Tenggara. Selain menikmati kekayaan dan keindahan alam Indonesia, para wisman juga bisa mempelajari bahasa Indonesia dan tentunya mengenal kebudayaan Indonesia yang beraneka-ragam. Dengan demikian mereka bisa memiliki wawasan yang luas tentang bahasa dan kebudayaan Indonesia. Chaer (2007: 71) mengatakan bahwa karena eratnya hubungan antara bahasa dengan kebudayaan, ada pakar yang menyamakan keduanya sebagai kembar siam yang tak terpisahkan atau sekeping mata uang: sisi yang satu adalah bahasa dan sisi yang lain adalah kebudayaan. Sebagai insan bahasa kita perlu menyadari bahwa ada hubungan yang erat antara bahasa dengan budaya dan kebudayaan yang juga berhubungan dengan masyarakat bahasa. Dalam pemaparannya tentang masyarakat bahasa, Chaer (2007: 61) menuliskan bahwa ada masalah dalam penggolongan masyarakat yang bilingual atau multilingual. Misalnya di Indonesia yang terdapat bahasa nasional, yakni bahasa Indonesia dan juga bahasa-bahasa daerah. Orang Indonesia pada umumnya adalah bilingual karena memakai bahasa Indonesia dan bahasa daerahnya. Kebanyakan orang Indonesia memakai bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan bahasa daerah sebagai bahasa pertama. Banyak juga yang multilingual, karena selain menguasai bahasa Indonesia, menguasai bahasa daerahnya sendiri, menguasai pula bahasa daerah lain, atau bahasa asing. Dengan demikian, banyak orang Indonesia menjadi anggota masyarakat bahasa yang berbeda. Hubungan erat antara bahasa dan budaya juga memengaruhi bermacam-macam ragam bahasa di masyarakat. Meskipun ragam bahasa Indonesia di masyarakat bermacam-macam, antarpenutur ragam masih bisa saling memahami dalam berkomunikasi sebab intisari bersama atau terasnya (ciri dan kaidah tatabunyi, pembentukan kata, tatamakna) umumnya sama. Keberagaman ini bisa dikenali melalui penutur bahasa dan menurut jenis pemakaian bahasa. Dilihat dari golongan penutur bahasa, bahasa Indonesia dapat dirinci menurut patokan daerah (logat/dialek), pendidikan, dan sikap penutur. Bermacam-macam logat mewarnai penutur bahasa Indonesia. Keanekaannya terlihat dari tekanan, turun-naiknya nada, dan panjang-pendeknya bunyi bahasa yang menimbulkan aksen yang bermacam-macam. Terdapat juga perbedaan kosakata dan variasi gramatikal di samping unsur tatabunyi. Sikap penutur turut menciptakan keberagaman bahasa Indonesia. Sikap ini, yang sering juga disebut sebagai langgam atau gaya, ditentukan oleh umur penutur, kedudukan, pokok
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
6
persoalan yang tengah dibicarakan, dan tujuan informasi itu disampaikan. Semua faktor menentukan kosakata yang muncul dan tatabahasa yang terpakai (Muslich, 2010:1 – 2). Mendukung pernyataan Muslich tentang ragam bahasa Indonesia di atas, Keraf (1984: 19 – 20) mengemukakan bahwa setiap suku di Indonesia memiliki suatu bahasa, sebagai alat komunikasi antara anggota-anggota masyarakatnya. Bermacam-macam bahasa ini disebut bahasa-bahasa daerah atau bahasa-bahasa Nusantara. yang dibedakan dari bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa resmi. Beliau juga mengatakan bahwa bahasa-bahasa daerah masih amat diperlukan untuk memperkaya perbendaharaan kata-kata dan bentuk kata bahasa Indonesia. Dengan mengenal bahasa daerah, kita bisa mengenal pelbagai macam faktor penting yang menentukan corak dan struktur masyarakat Indonesia. Dengan mengenal beberapa aspek bahasabahasa daerah, kita dapat pula melihat adanya variasi atau bahkan kesamaan tema dan gaya bahasa yang dipakai antar bahasa daerah yang satu dan yang lainnya. Dengan demikian kita bisa melihat dengan jelas bagaimana hubungan antara bahasa Indonesia dengan berbagai bahasa daerah di tanah air, khususnya bahasa Indonesia ala Kupang atau bahasa Kupang.
Bahasa Indonesia ala Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang yang berbeda-beda. Propinsi ini sebelumnya lazim disebut dengan “Flobamora” (Flores, Sumba, Timor dan Alor). Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, Flobamora bersama Kepulauan Bali, Lombok dan Sumbawa disebut Kepulauan Sunda Kecil. Namun setelah Proklamasi kemerdekaan beralih nama menjadi “Kepulauan Nusa Tenggara”. Sampai dengan tahun 1957 Kepulauan Nusa Tenggara merupakan daerah Swatantra Tingkat I (statusnya sama dengan Provinsi sekarang ini). Selanjutnya tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 tahun 1958 Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara dikembangkan menjadi 3 Provinsi yaitu Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian keberadaan Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sejak tahun 1958 sampai sekarang. Kupang adalah ibu kota propinsi NTT yang meliputi Timor Barat dan pulau Flores, Sumba, Alor, Sabu, Rote, pulau, dan pulau-pulau kecil lainnya. Kupang memiliki lebih dari 336.000 jiwa (berdasarkan statistik tahun 2012) dan merupakan salah satu daerah yang paling cepat berkembang di Indonesia Timur, sebagai sebuah magnet yang menarik pendatang dari seluruh provinsi untuk mencari pekerjaan atau menuntut ilmu. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
7
Sejarah kota Kupang dan bahasa Kupang sangat berkaitan erat dengan perdagangan cendana putih di Timor sejak awal tahun 1.700 SM saat bahasa Melayu Pasar digunakan sebagai bahasa perdagangan di wilayan Nusantara. Bahasa Kupang adalah bahasa Kreol berbasis Melayu yang menggabungkan berbagai fitur leksikal, semantik, dan tata bahasa dari bahasa vernakular sekitarnya yang ada di Rote, Sabu dan Timor. Bahasa Kupang dipakai sebagai bahasa pertama di kota Kupang. Penggunaan bahasa Indonesia standar atau baku di Kupang hanya dalam situasi formal dan komunikasi tertulis atau pada saat berkomunikasi dengan orang atau pendatang baru. Masyarakat di Kupang lebih cenderung menggunakan bahasa Kupang dalam komunikasi sehari-hari, baik di sekolah-sekolah maupun di lingkungan perkantoran atau pemerintahan. Penggunaan bahasa Kupang sesungguhnya merupakan kebanggaan bagi masyarakat Kupang dalam kehidupan sosial mereka. Bahkan sebuah koran lokal bernama Pos Kupang mempunyai sebuah kolom harian "Tapaleuk" berbahasa Kupang. Kolom ini berisi bahasa Kupang yang ditulis untuk mengomentari atau mengkritik berbagai persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Berikut beberapa topik yang terdapat dalam kolom harian berbahasa Kupang tersebut: a. Bataro Bola (mengomentari Piala Dunia yang berlangsung di Brazil) b. Bola Lawan Politik (mengomentari siaran pertandingan piala dunia dan debat calon presiden dan wakil presiden menjelang pilpres yang sama-sama berlangsung pada bulan Juni – Juli) c. Kampanye Itam (mengomentari isu politik) d. Oto Baru Pak (mengomentari masalah korupsi) e. Jalan Su Macet (mengomentari masalah kemacetan) Perbedaan antara bahasa Kupang dan bahasa Indonesia dapat dilihat dalam beberapa tataran linguistik seperti fonologi, tatabahasa, leksikon dan semantik, serta hubungan dan wacana antarklausa (Grimes dan Jacob: 2006). Dari segi fonologi, bahasa Kupang memiliki sistem lima huruf vokal tanpa schwa (pepet) sedangkan bahasa Indonesia memiliki sistem enam huruf vokal termasuk schwa. Selain itu terdapat pola penekanan yang berbeda antara kata-kata dalam bahasa Kupang dan bahasa Indonesia. Penetralan bunyi /u/ dengan /o/, peleburan diftong /au/ menjadi /o/ dan /ai/ menjadi /e/, hilangnya bunyi hambat /t/, /k/, dan /p/ pada bagian akhir kata serta hilangnya /h/ pada akhir kata atau di antara huruf vokal tinggi dan rendah, serta penghilangan bunyi beberapa
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
8
suku kata merupakan ciri-ciri fonologis bahasa Kupang yang berbeda dari bahasa Indonesia. Contohnya: Bahasa Indonesia
Bahasa Kupang
Bahasa Inggris
səlamat
salamat
greetings, safe
kəliling
kaliling, kuliling
go around
barat
barat
west
berat
barát
heavy
perang
paráng
war
perut
parú
stomach
kunci
konci
key
tidur
tidor
sleep, lay down
pulau
pulo
island
pakai
pake
use
sampai
sampe
until, arrive
dapat
dapa
can, be able
baik
bae
good
tutup
tutu
close, shut
jatuh
jato
fall
merah
mera
red
pahit
pait
bitter
jangan
jang
don't
lagi
lai
again, more
saja
sa
just, merely, only
Unsur fonologi pembeda huruf vokal tanpa schwa (pepet)
pola penekanan yang berbeda
penetralan bunyi /u/ dengan /o/ peleburan diftong /au/ menjadi /o/ dan /ai/ menjadi /e/ hilangnya bunyi hambat /t/, /k/, dan /p/ pada bagian akhir kata hilangnya /h/ pada akhir kata dan di antara bunyi vokal tinggi & rendah
penghilangan bunyi beberapa suku kata
Dari segi tata bahasa terlihat beberapa perbedaan antara bahasa Kupang dan bahasa Indonesia seperti pronomina, kepemilikan, dan bentuk negasi: a. Pronomina Bahasa Indonesia
Bahasa Kupang
saya
beta, be
kita
katong, kotong (kita orang)
kami
batong (beta orang)
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
9
kamu, engkau
Lu
kalian
basong, bosong
dia
Dia
mereka
dong, dorang (dia orang)
b. Kepemilikan Untuk menyatakan kepemilikan dipakai kata “pung”, seperti contoh berikut ini: Bahasa Indonesia
Bahasa Kupang
Sepatu saya
Be pung sapatu
Ibumu
Lu pung mama
Uang mereka
Dong pung doi
Mobil kita
Katong pung oto
Rumahnya
Dia pung ruma
c. Negasi Bahasa Indonesia
Bahasa Kupang
tidak, tak
sonde, son, tar
belum
Balóm
tidak lagi
sonde lai
bukan
Bukan
jangan
Jang
tidak boleh
sonde bole
Dilihat dari segi leksikon atau semantik, ada banyak kasus di mana bentuk semantik bahasa Kupang dan bahasa Indonesia telah mengalami pergeseran makna. Selain itu dapat dilihat pula bahwa kata-kata yang bermakna sama memiliki asal-usul yang berbeda. Contohnya:
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
10
Bahasa Indonesia
Bahasa Kupang
sangat (very)
mo mati (very)
paling (most, superlative)
talalu (most, excessive)
manisan (sweets)
gula-gula (sweets)
tak berguna (useless)
sonde jadi doi (useless)
Jika ditinjau dari hubungan dan wacana antarklausa, maka jelas terlihat bahwa hubungan logis dan kronologis dinyatakan secara berbeda dalam bahasa Kupang dan bahasa Indonesia, khususnya dalam pemakaian kata-kata penghubung dan penanda wacana. Contohnya: Bahasa Indonesia
Bahasa Kupang
juga (also)
ju (and, also; then; so that)
karena (because)
tagal (because)
tetapi, tapi (but)
ma (but)
dan (and)
deng (and)
itu sebab-nya (that’s why)
andia ko (that’s why)
Setelah itu,kemudian, lalu…(Then…)
Abis itu, ais ju, tarús, ju (Then…)
Pantas! (Of course!)
Memang sa!, Itu su!, Andia su! (Of course!)
Waktu itu… (At that time…)
Tempo hari, itu waktu (At that time…)
Selain perbedaan-perbedaan antara bahasa Kupang dan bahasa Indonesia seperti dipaparkan di atas, kita pun perlu mengetahui salam, sapaan, dan kosakata serta ungkapanungkapan dasar dalam bahasa Kupang (lihat lampiran). Semoga tulisan dan lokakarya tentang bahasa Indonesia ala Kupang dapat menambah wawasan kita tentang kekayaan bahasa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya, terutama bahasa Kupang. Sehingga jika suatu saat nanti kita berkesempatan untuk mengunjungi daerah Kupang atau wilayah NTT lainnya, kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan masyarakat setempat dan sekaligus lebih mudah mengenal dan memahami budaya mereka.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
11
Daftar Pustaka Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Grimes, Barbara D. & J. Jacob. 2006. Developing a Role for Kupang Malay: The Contemporary Politics of an Eastern Indonesian Creole, Tenth International Conference on Austronesian Linguistics, Linguistic Society of the Philippines and SIL International (http://www-01.sil.org/asia/philippines/ical/abstracts/Jacob_Grimes_Kupang%20Malay.pdf) http://www.manalagi.com/jamesplace/indonesia/dope/kupedope.pdf http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?id=2660 Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia: untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende: Nusa Indah Muslich, Masnur. 2010. Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Purbo-Hadiwidjojo, M. M. 1993. Kata dan Makna: Teman Penulis dan Penerjemah menentukan Kata dan Istilah. Bandung: ITB Bandung. Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
12
Lampiran 1 Salam, sapaan, dan kosakata serta ungkapan-ungkapan dalam bahasa Kupang
Salam Da!
: halo
Selamat
: selamat (biasanya tidak diikuti pagi, siang, malam, dsb.)
Syaloom
: shalom, selamat
Sapaan nyong
: mas, cowok
nona / non
: mbak, Cewek
kak
: kakak
mama
: ibu
bapa
: bapak
opa
: kakek
oma
: nenek
to’o
: om
ti’i
: tante
nyadu / konyadu
: ipar
bu
: bung (untuk laki-laki)
susi
: mbak (untuk istri guru)
Afiksasi Banyak kosakata dalam bahasa kupang yang memakai awalan “ba” untuk mengganti awalan kata kerja “ber-“, namun tidak bisa dipahami demikian selamanya karena bisa juga berarti “baku atau Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
13
saling”. Kata lain yang sering dipakai adalah “kasi” / “kase” / “kas” untuk menggantikan akhiran kata kerja “-kan atau “-in”. bajalan
: berjalan
babunyi
: berbunyi
baminyak
: berminyak
batanya
: bertanya
bagoyang
: bergoyang
bakalai
: saling berkelahi
bapukul
: saling pukul-memukul
bauji
: berlomba
bamasak
: masak, memasak
baomong
: bicara, ngobrol
bapanas
: kepanasan, menderita panas
kasihidup
: hidupkan, hidupin
kasikeluar
: keluarkan, keluarin
kasimati
: matikan, matiin
kasitau
: beritahukan
kasijato
: jatuhkan, jatuhin (ngerjain seseorang)
kasitinggal
: tinggalkan, tinggalin
Bahasa Kupang tidak memakai kata-kata yang berawalan “ng-“ dan “ny-“ atau yang berakhiran “-in”. Kata-kata demikian kentara sekali berpengaruh bahasa Jawa. Contohnya (Kupang sebelah kanan): ngebut
: lari kencang
nginap
: tidur
naruh
: taruh
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
14
godain
: main gila, ganggu
ledekin
: olok
nyenyak
: sono
ngopi
: minum kopi (“mopi” di Kupang = mau pergi)
nyuci
: cuci
ngepel
: pel, kasilap
nyapu
: sapu, kasibersih
Kata-kata lain yang berbau Jawa juga tidak berlaku di Kupang. Contohnya: jengkel
: sebel, kesel
sangat, sekali, talalu: banget, amat
Penggunaan singkatan Banyak kata-kata dari bahasa Indonesia yang dipakai secara terpotong. Contohnya: do
: dolo, dulu
jang
: jangan
kas / kasi / kase : kasih, beri pi, pigi
: pergi
su
: sudah
sa
: saja
lai
: lagi
karmana
: Bagaimana
Sapa
: Siapa
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
15
Ungkapan dan Kosakata Lu nih ada-ada sa
: kamu bercanda atau berbohong
Ana kici
: anak kecil
Awiii!
: wah (kagum, heran)
bae su
: Baiklah
ba’iu
: bertingkah, “jual mahal”
bodok
: tidak mengerti, bodoh
doi
: uang
do’i
: cungkil, gali
do, dolo
: dulu
gonceng
: bonceng (sepeda motor)
habok
: pukul
Itu su(dah)!
: begitulah, terlanjur, memang, betul
Jang sampe
: semoga tidak; mengawali suatu praduga
kasasar
: tersesat
kurus
: Lombok, cabe
lai / lae
: lagi
lia
: lihat
main gila
: mengganggu, bercanda
malas tau
: cuek
meloi
: ngintip
mete
: bergadang
ngali
: dungu, buduh
oto
: mobil
pakian
: pakaian Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
16
palese
: cengeng
pikiran
: lagi susah, punya masalah pribadi, ngelamun
putar balek
: berbohong
sonde toe
: tidak pedulikan orang, cuek
Surasa!
: kamu kena, kamu kalah, kamu sudah rasakan jeleknya
takuju
: terkejut, tiba-tiba
talalu
: terlalu
tampias
: terciprat (air)
Tidur sono
: tidur nyenyak
toki
: mengetuk kepala, pukul
weh, wah, nah
: lho
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
17