Lebih Dekat dengan Rachmah Ida, Sang Profesor Media UNAIR NEWS – Memilih menekuni bidang ilmu yang tak banyak orang tahu merupakan suatu tantangan bagi Prof. Rachmah Ida, Ph.D. Ketertarikan pada bidang kajian media ini muncul karena Rachmah Ida sering mengonsumsi bacaan-bacaan mengenai kajian media dari beragam perspektif. Setelah ia merampungkan kuliahnya di S-1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga pada tahun 1992, ia melanjutkan studinya di bidang Media Studies di Edith Cowan University, Australia, pada lima tahun kemudian. Rachmah Ida pulang ke Indonesia dengan membawa gelar Master of Media Studies. Rachmah Ida mulai banyak menulis tentang kajian-kajian media dan gender. Banyak rekannya yang meragukan keputusannya dalam mengambil bidang Media Studies. Pasalnya, hanya sedikit orang yang mengetahui bidang ilmu tersebut. Hal tersebut tak menyurutkan langkahnya untuk tetap melanjutkan studinya di bidang media. Usai lulus S-2, ia terus melanjutkan doktornya di Curtin University of Technology, Australia pada bidang yang sama. Sudah banyak pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam jurnal-jurnal ilmiah yang sudah dipublikasikan. Rachmah Ida berhasil mematahkan keraguan-keraguan sekitarnya dengan menyandang gelar profesor pada bidang kajian media. Rachmah Ida merupakan profesor pertama dalam bidang ilmu kajian media di Indonesia. “Kajian media tidak hanya membahas sebatas apa yang ditampilkan media, tetapi juga kekuatan di balik media tersebut.” (Prof. Rachmah Ida ) Prestasi demi prestasi ia ukir di bidang penelitian maupun
penulisan jurnal imiah maupun buku. Di tahun 2003, Rachmah Ida mendapatkan hibah penelitian dari AMAN (Asian Moslem Action Network). Melalui hibah tersebut, Rachmah Ida membuat penelitian yang berjudul “Images of Contemporary Urban Muslim Women in Indonesian (Islamic-themed) Television Drama In Transitional Indonesia”. Penelitian tersebut mengulas mengenai gambaran wanita muslim dalam sinetron-sinetron di Indonesia. Penelitian yang ia gagas ini juga berhasil ia jadikan sebuah buku berjudul Imaging Muslim Women in Indonesian Ramadan Soap Opera. “Media itu berkembang terus. Media sangat bergantung pada perkembangan teknologi. Media sangat bergantung terhadap transformasi budaya masyarakat hingga politik. Ke depan ilmu media ini akan menjadi ilmu yang transformatif dan bergerak terus,” tutur Rachmah Ida. Ia juga menambahkan, teori-teori baru akan terus bermunculan seiring dengan perubahan format media dan cara audiens merespon perkembangan informasi. Kiprahnya sebagai ahli kajian media membuat ia sering didaulat menjadi beberapa pembicara di sejumlah konferensi nasional maupun internasional. Selain itu, Rachmah Ida juga masih aktif mengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univeritas Airlangga dan bergabung dalam Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. Penulis : Faridah Hari Editor : Defrina Sukma S
Membangun Literasi Kurangi Penyebaran Palsu
Media, Berita
UNAIR NEWS – Untuk mencegah penyebaran berita palsu atau hoax, masyarakat perlu membangun budaya literasi media sosial. Hal itu disampaikan oleh pakar komunikasi massa Drs. Suko Widodo, M.Si. Ketika ditemui di ruang kerjanya, Suko mengatakan, budaya literasi media bisa dibangun dengan cara membiasakan diri melakukan cek dan ricek informasi sebelum disebarluaskan ke pengguna internet (netizen) yang lain. “Orang harus memperhatikan etika, harus saring sebelum sharing. Jadi, orang tidak asal. Ketahuilah apa yang anda sampaikan, jangan sampaikan semua yang kita ketahui,” tutur Suko. Penyebaran berita palsu maupun ujaran kebencian (hate speech) merupakan dampak dari perkembangan informasi yang sangat pesat selama beberapa tahun terakhir. Perkembangan informasi itu menyebabkan munculnya ruang publik baru yang disebut media sosial. Ruang publik baru ini berbeda dengan ruang publik nyata karena orang tak lagi perlu berinteraksi secara face to face tetapi masih bisa mengekspresikan pikiran dan perasaan. Munculnya ruang publik baru memberi dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya, media sosial dapat dimanfaatkan untuk membangun koneksi dan menyebarkan gagasan-gagasan yang benar. Dampak negatifnya, penyebaran berita palsu maupun ujaran kebencian tak terkendali yang berpotensi memicu gangguan terhadap ketertiban publik. Penyebaran berita palsu maupun ujaran kebencian disebabkan tiga faktor. Pertama, perkembangan teknologi memungkinkan netizen lain untuk menambahkan atau mengedit teks yang telah dipublikasikan netizen sebelumnya.
Kedua, tingginya jumlah pengguna internet. Seperti dilansir Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2016 mencapai 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet. Ketiga, tingkat interaksi yang tinggi antarpengguna. “Kalau media massa mainstream kan tidak bisa umpan balik. Ruang pertikaian itu tidak terlalu ada. Ruang publik baru atau medsos memungkinkan tingkat interaksi yang tinggi,” terang Suko. Beberapa waktu lalu, sejumlah kelompok masyarakat tengah gencar mendeklarasikan gerakan anti hoax yang didukung oleh pejabat pemerintahan dan legislatif. Suko menilai, dalam jangka pendek, membentuk gerakan-gerakan seperti itu sah-sah saja. Yang terpenting, ia menekankan, membangun budaya literasi media.
masyarakat
harus
Ia pun menambahkan, kehadiran Undang-Undang no. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik jangan dijadikan penghambat atau kendala bagi masyarakat untuk meluapkan kebebasan berekspresi. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
PIH UNAIR Wadahi Kehumasan Se-Jatim
Dialog
UNAIR NEWS – Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan dialog komunikasi publik yang bertajuk “Inisiasi Kemitraan Kehumasan Perguruan Tinggi di Jawa Timur”, pada Kamis (30/11), di Kantor Manajemen UNAIR.
Acara ini mengundang seluruh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), praktisi hubungan masyarakat (Humas) dari Perguruan Tinggi di seluruh Jawa Timur, berbagai awak media serta beberapa LSM dan instansi di Jawa Timur. Diskusi ini menghadirkan Ketua ISKI Jatim dan juga dosen komunikasi UNAIR Prof. Rachma Ida, Ph.D, dan pendiri Good News From Indonesia, Akhyari Hananto. Suko Widodo selaku Ketua PIH UNAIR dalam sambutannya mengatakan, acara ini bertujuan sebagai wadah berbagi dan mencari solusi problematika yang sering dihadapi oleh staf Humas di kalangan perguruan tinggi. “Diskusi ini, awalnya saya terinspirasi dari beberapa pembicaraan saya dengan rekan sesama Humas sewaktu cangkrukan, membicarakan mengenai beberapa masalah yang ada serta teknologi komunikasi yang semakin tinggi,” ujarnya. Di awal acara dilakukan dengar pendapat dari berbagai praktisi Humas PTN/PTS yang sering dihadapi. Beberapa keluhan yang ada seputar publikasi acara universitas di media. “Bagi saya, tugas Humas sangat berat, salah satunya harus publikasi suatu acara yang menarik. Sehingga media mau melihat dan meliput acara kita,” ujar Irma staf Humas Universitas 17 Agustus Surabaya. Setelah mendengar beberapa pendapat dan problematika seputar kehumasan, acara dilanjutkan dengan pemaparan kedua pembicara dan dialog diskusi. Dalam pemaparannya, Prof. Rachma Ida menjelaskan mengenai peran dari seorang Humas sebagai penyedia informasi kepada publik. Selain itu, ia juga menjelaskan terkait pentingnya menjalin suatu relasi dengan media, agar sebuah instansi bisa lebih dikenal masyarakat dan informasi bisa sampai ke ranah publik. “Bapak dan ibu memahami konsep komunikasi. Inti dari relasi kan sebenarnya dari komunikasi. Keahlian komunikasi itu ada pada kita. Membangun sebuah relasi dengan media tak sekedar di
acara –acara besar, lebih dari itu, relasi dengan media bisa dilakukan di keseharian, misalnya dengan ngobrol ataupun nongkrong membahas yang ada sekarang,” ujar Prof. Rachma Ida. Pemaparan materi kedua dilanjutkan dengan Akhyari Hananto, yang menjelaskan mengenai bagaimana seorang Humas bisa memberikan sesuatu yang menarik untuk ditampilkan kepada masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan minat masyarakat sekarang. “Kita harus paham apa yang sedang digemari masyarakat, kita membutuhkan sesuatu yang baru untuk bisa menarik perhatian masyarakat,” jelasnya. Ia juga menerangkan terkait pentingnya peran sosial media untuk sebuah branding di masyarakat. Humas di perguruan tinggi maupun instansi bisa mengembangkan inovasi audio visual yang bisa dipublikasikan melalui sosial media sebagai bentuk penyampaian pesan pada masyarakat. Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila
Suara Surabaya Ajak Rektor Berdialog Dies Natalis UNAIR UNAIR NEWS – Tepat 10 November 2016, Universitas Airlangga genap berusia 62 tahun. Dalam rangka peringatan Dies Natalis tersebut, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA diundang untuk berdialog dengan salah satu media populer di Surabaya, Radio Suara Surabaya FM. Selain Rektor UNAIR, Ketua Panitia Dies Natalis Prof. Dr. Tri
Martiana, dr., MS, dan Ketua Panitia Indonesia Research and Innovation Expo (IRIEx) Prof. Dr. drh Suwarno, M.Si, juga turut mendampingi dalam dialog yang dilaksanakan pada Rabu (9/11). Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih menuturkan, tema yang diangkat dalam perayaan Hari Jadi UNAIR adalah “62 Tahun Universitas Airlangga untuk Indonesia Adil dan Beradab”. Tema tersebut dipilih untuk menunjukkan kepada masyarakat Indonesia, bahwa UNAIR siap dan telah memberikan upaya dalam menjawab kondisi Indonesia terkini. “Tema tersebut dipilih untuk menjawab kondisi terkini Indonesia, maka UNAIR bertekad mendorong dan segera mengupayakan keadilan dengan cara-cara yang beradab,” harap Rektor UNAIR. “Tema tersebut juga beriringan dengan semboyan kita, Excellence with Morality,” imbuhnya. Rencananya, peringatan 62 tahun UNAIR akan diperingati dengan orasi ilmiah oleh Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI Laode Muhammad Syarief, S.H., LL.M., Ph.D, yang akan memberikan orasi ilmiah bertajuk “Antikorupsi Berbasis Akademisi dan Kampus Menuju Indonesia Adil dan Beradab”. Usai orasi ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nasih, peserta akan diajak ke Airlangga Convention Center (ACC) untuk mengikuti pembukaan pameran riset acara IRIEx. Menurut Prof. Suwarno, acara pameran riset diikuti oleh sekitar 70 stan dari berbagai lembaga, yakni sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta terkemuka, industri, dinas, serta usaha kecil mikro dan menengah. Selain indoor, pameran juga akan dilangsungkan di area outdoor. Nantinya, di area outdoor akan dipamerkan produk unggulan seperti hewan ternak dan tumbuhan herbal yang dibiakkan oleh sejumlah fakultas di UNAIR. Dalam kesempatan tersebut, Prof Tri Martiana menuturkan bahwa
peringatan Dies Natalis UNAIR ini sebagai bentuk rasa syukur UNAIR. “Kita akan awali dengan berdoa bersama, sesuai dengan Excellence with Morality, jadi sesuai dengan moral agama,” ujar Prof. Tri Martiana. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan
UNAIR Jalin Kerja sama Keterbukaan Informasi Publik UNAIR NEWS – Dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi publik, Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga berinisiasi untuk mengembangkan kerja sama dengan berbagai media. Kerja sama ini tidak hanya menggandeng media televisi, tapi juga dengan koran dan media lainnya. Yang telah berlangsung, melalui PIH, JTV menayangkan program Mutiara Hati dengan Rektor sebagai narasumbernya. Selain itu, program gelar inovasi guru besar yang juga diinisiasi oleh PIH, juga melibatkan para wartawan dalam pemilihan topik bahasan. Kerja sama juga dikembangkan bersama TII (Transparency International Indonesia), dengan Rektor sebagai narasumber utama untuk menjelaskan tentang pemerintahan yang bersih. Kali ini, kerja sama tersebut berlanjut lagi dengan televisi nasional ANTV, yang berlangsung di Ruang Direktorat Sistem Informasi dan Komunikasi, Kamis (27/10). Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., sebagai Rektor UNAIR dan salah satu tokoh di Jawa Timur berbicara tentang peran pendidikan tinggi, khususnya UNAIR, dalam mengabdi dan
memberikan sumbangsih pada masyarakat dan negara. “UNAIR memiliki kepentingan untuk menjelaskan kepada publik. Ini sebagai salah satu sikap transparansi atas penyelenggaraan pendidikan di UNAIR,” ujar Prof. Nasih. Prof. Nasih mengatakan, kerja sama yang dikembangkan oleh PIH ini akan terus didukung. Mengingat, kerja sama dengan berbagai media sebagai salah satu bentuk keterbukaan informasi, yang mana UNAIR juga turut ambil andil dalam bersikap terbuka kepada publik. “Kerja sama yang dikembangkan PIH ini akan terus kita dukung. Karena ini menjadi bagian penting di era keterbukaan informasi ini, UNAIR juga bersikap terbuka pada publik,” ujarnya. (*) Penulis : Binti Q Masruroh Editor : Dilan Salsabila
Gandeng Media, Pengajar UNAIR Berikan Tausiyah Ilmiah UNAIR NEWS – Semboyan “Excellence with Morality” dipegang teguh oleh sivitas akademika Universitas Airlangga. Berangkat dari semboyan itu, dua pengajar UNAIR yang kepakarannya tak diragukan itu kini memberikan siraman rohani kepada khalayak. Adalah Direktur Pendidikan Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si., dan Wakil Rektor III UNAIR Prof. Ir. M. Amin Alamsjah, Ph.D, mengisi acara siraman rohani berupa tausiyah ilmiah. Produksi acara dilaksanakan oleh para kru salah satu stasiun televisi lokal Jawa Timur serta Pusat Informasi dan Humas UNAIR. Ketua PIH UNAIR Drs. Suko Widodo, M.Si, mengatakan,
tausiyah ilmiah adalah salah satu bentuk pengabdian masyarakat pengajar UNAIR kepada masyarakat. Sebab, para pengajar dituntut untuk tidak hanya memberikan ilmu di ruangan kelas tetapi juga wajib turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. “Ini upaya untuk pengabdian kepada masyarakat, makanya kita bikin program seperti ini, kita hidupkan tausiyah ilmiah. UNAIR sebagai pusat pengetahuan dan pengembangan moral di masyarakat, dan ini akan kita kembangkan secara rutin,” jelas pakar komunikasi massa itu. Direktur Pendidikan UNAIR Prof. Nyoman yang berkesempatan menjadi narasumber mengaku mengapresiasi langkah PIH untuk menggandeng media dengan melibatkan peran guru besar memberikan tausiyah berbau ilmiah di media. “Acara ini sangat bagus untuk membuka wawasan masyarakat karena secara tidak langsung ini juga mengajak masyarakat agar mereka bisa berpikir positif ke depan, untuk saling peduli dan membantu,” terangnya. Wakil Rektor III UNAIR Prof. Amin yang juga menjadi narasumber menuturkan bahwa program tersebut merupakan suatu loncatan yang luar biasa. Baginya, perguruan tinggi yang kerap dikatakan sebagai menara gading mau turun ke bawah untuk bersosialisasi dan mengungkapkan buah pemikiran kepada masyarakat. “Saya sangat mendukung sekali kegiatan seperti ini. Saya harap para guru besar agar selalu memberikan gagasan yang mencerdaskan untuk kemajuaan umat. Saya pikir banyak potensi UNAIR yang perlu bisa dikembangkan dengan bekerjasama dengan media massa,” tegasnya. Penulis : Nuri Hermawan Editor : Defrina Sukma S
Rektor Jalin Silaturahmi ke Redaksi Kompas UNAIR NEWS – Jajaran pimpinan Universitas Airlangga berkunjung ke kantor redaksi Kompas, Kamis (15/9). Kunjungan tersebut dalam rangka menjalin silaturahmi antara UNAIR dengan Kompas. Kunjungan pimpinan diterima langsung oleh jajaran redaksi dan para redaktur/editor Kompas, antara lain, Mohammad Bakir, Evy Rachmawati, Banu Astono, dan Nasrullah Nara. Pimpinan UNAIR yang hadir dalam kunjungan itu antara lain Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., Sekretaris Universitas Koko Srimulyo, Drs., M.Si., Direktur Sarana Prasarana dan Lingkungan Karnaji, S.Sos., M.Si., Ketua Pusat Informasi dan Humas Suko Widodo, Sekretaris Senat Akademik Iman Prihandono, SH., MH., LL.M., Ph.D., dan dosen/pakar ekonomi UNAIR Dr Wisnu Wibowo SE., MSi. Dalam diskusi yang berlangsung cair dan penuh nuansa keakraban itu, Prof Nasih menyampaikan keinginannya untuk bekerjasama dengan Kompas, khususnya dalam hal pemberitaan. UNAIR memiliki banyak pakar dan narasumber yang dapat dimintai keterangan terkait isu apapun yang ada di level nasional dan internasional. Mereka siap untuk dikutip atau diwawancarai oleh media massa. “Kami selalu siap memberi informasi tentang siapa saja pakar yang pas untuk menanggapi isu-isu terkini. Kami akan memberi daftar nama berikut spesifikasi keahlian mereka pada Kompas untuk memudahkan komunikasi langsung dengan para ahli tersebut,” kata Prof Nasih. Jajaran redaksi Kompas menyambut baik sikap UNAIR. Kebetulan, kontak narasumber yang berkompeten sangat dibutuhkan.
Terlebih, kata Banu Astono, UNAIR memiliki berbagai pakar dari bermacam disiplin ilmu. “Kami juga siap kalau UNAIR mengajak diskusi atau ngobrol bareng tentang isu-isu yang hangat berkembang saat ini. Diskusi seperti itu nantinya bisa dimuat pula di koran kami,” imbuh Banu. Kegiatan semacam itu dapat dilakukan di kantor Kompas Surabaya maupun Jakarta. Dapat pula di tempat lain atas kesepakatan bersama. Selain itu, Banu juga menyarankan agar Ikatan Alumni UNAIR memiliki suatu acara khusus yang dikerjasamakan dengan Kompas. Misalnya, dengan menggandeng radio dalam grup Kompas. Nantinya, selain disiarkan live di jaringan radio-radio grup Kompas. Bila isu tersebut menarik, pasti dapat masuk pula di halaman koran maupun website. Prof Nasih menyambut hangat usulan tersebut. Dia berjanji akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan tindaklanjut. Tapi secara prinsip, Prof Nasih setuju. “UNAIR dan Kompas memiliki gairah yang sama di bidang edukasi dan penyebaran informasi yang bermanfaat di masyarakat,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis itu. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor
: Binti Q. Masruroh
Rektor dalam Obrolan Isu-Isu Publik UNAIR NEWS – Suasana hall lantai empat kantor manajemen UNAIR tidak seperti biasanya. Pasalnya, Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh.
Nasih., SE., MT.,Ak., CMA, bersama beberapa pakar media sosial turut serta melangsungkan diskusi yang diliput langsung oleh televisi milik pemerintah, Selasa (26/7). Diskusi dalam acara obrolan isu-isu publik tersebut dipandu oleh Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR, Drs. Suko Widodo, M.Si. Diskusi yang juga dihadiri perwakilan mahasiswa dan pegawai di lingkungan kantor manajemen UNAIR tersebut membahas mengenai dampak dan implikasi teknologi informasi. Suko membuka diskusi dengan menyinggung kasus demam permainan Pokemon Go yang kini tengah melanda publik dunia. “Dampak berkembangnya teknologi informasi ini memang sulit dibendung, salah satunya yang kini sedang digandrungi. Demam Permainan pokemon Go,” ujarnya. Dalam paparannya, Prof. Nasih juga menjelaskan bahwa perkembangan teknologi informasi tidak bisa lepas dari sebuah nilai. Baginya teknologi informasi yang berkembang saat ini juga memiliki tujuan bisnis dan mengambil beragam keputusan. “Ke depan, perkembangan ini harus kita dorong agar memberikan manfaat yang lebih luas. Dalam hal bisnis, misalnya dengan membantu pengembangan UKM kita,” papar Prof.Nasih. Selaku pengamat sekaligus praktisi sosial media yang turut hadir, Agung menjelaskan bahwa dampak baik dan buruk dari perkembangan teknologi informasi sulit dibendung. Bagi Agung, individu atau pelaku dari teknologi menjadi penentu dari dampak yang ada. “Sebenarnya ya tergantung dari masing-masing individu bagaimana untuk memanfaatkannya,” terang Agung. Senada dengan Agung, dosen Ilmu Komunikasi, Kandi Aryani, S.Sos., M.A., menuturkan bahwa teknologi informasi menunjukkan betapa antusias individu untuk terlihat di dalam ranah publik. Pengamat sosial media tersebut juga menambahkan, dengan hadirnya teknologi informasi yang semakin canggih ini, masing-
masing individu mampu memproduksi dan mengonsumsi beragam informasi. “Yang perlu menjadi perhatian saat menggunakan sosial media, harus tahu mana ruang privasi dan mana ruang publik,” tegasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Berkat Vaksin Flu Burung, UNAIR Raih Penghargaan PWI Jatim UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., MCA menerima penghargaan sebagai tokoh pendidikan terpilih dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Jawa Timur dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2016 dan HUT ke-70 PWI. Prestasi itu diberikan karena lembaga yang dipimpinnya dalam penelitiannya berhasil menemukan vaksin flu burung (Avian Influenza/AI), dimana vaksin tersebut hingga saat ini masih banyak dibutuhkan di dalam negeri dan bahkan dipesan oleh luar negeri, diantaranya Amerika. ”Prestasi UNAIR ini sudah dicatat oleh sejarah sebagai prestasi yang luar biasa, dimana di dalam negeri vaksin flu burung ini masih sangat dibutuhkan, dan bahkan sekarang ini luar negeri yang diantaranya Amerika sudah memesan kepada UNAIR,” kata Ketua PWI Jawa Timur H. Akhmad Munir dalam sambutannya mengawali peringatan HPN 2016 di di Gedung Grahadi Jl. Pemuda Surabaya, Rabu (30/3) malam.
Selain diterima oleh UNAIR, PMI Jatim juga memberikan award serupa dalam berbagai kategori. Penghargaan untuk kategori tokoh nasional diberikan kepada Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kapolri Jenderal Pol. Drs. Badrodin Haiti, dan tokoh pengembangan sepakbola di “Pulau garam” Madura yaitu Achsanul Qosasi yaitu CEO Madura United. Kategori tokoh korporasi nasional diberikan kepada Dirut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Suparni dan Dirut PTPN X (Persero) Ir. Subiyono, MMA.
Diantara penerima Penghargaan dari PWI Jatim, yaitu Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar (kedua dari kiri), Kepala Pelaksana BPBD Drs. Ec. Sudarmawan, MM., Rektor UNAIR, dan D Zawawi Imron, diapit Sekretaris dan Ketua PWI Jatim (paling kanan). (Foto: Bambang Bes) Tokoh daerah terpilih diberikan kepada Walikota Kediri Abdullah Abu Bakar dan Kepala Pelaksana BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Drs. Ec. Sudarmawan, MM. Tokoh Seni dan Budaya diberikan kepada budayawan “Celurit Emas” KH. D. Zawawi Imron, dan tokoh pers Budiono Darsono, perintis media online di Indonesia bersama detik.com., serta kepada tokoh Lifetime Achievement Prof. Dr. Ir. Johan Silas yang terkenal dengan program Kampung Improvement Program (KIP) yang dilaksanakan untuk perkampungan di Surabaya.
Selain itu juga disampaikan Hadiah Prapanca karya jurnalistik kepada wartawan di Jatim, yakni Piala Prapanca untuk kategori Karya Jurnalistik (cetak), jurnalistik radio, jurnalistik media online, dan jurnalistik foto. Kepada wartawan, Prof. Moh Nasih atas nama UNAIR menyampaikan terima kasih kepada PWI Jawa Timur dan pers Jatim yang ternyata juga melakukan pengamatan terhadap karya-karya penelitian di UNAIR. Ia berharap dengan penghargaan ini menambah motivasi untuk lebih giat dan bekerja keras lagi untuk menghasilkan karya-karya yang berguna untuk bangsa dan negara. (*) Penulis: Bambang Bes
Ajak Dosen Aktif Ilmiah Populer
Menulis
UNAIR NEWS – Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) Universitas Airlangga mengadakan pelatihan penulisan artikel ilmiah populer bagi para dosen di lingkungan UNAIR. Pelatihan ini bertujuan untuk memotivasi para dosen agar giat menulis di media massa. Pelatihan berlangsung di Aula Kahuripan 201 yang diikuti sekitar 60 dosen diselenggarakan pada Senin (29/2). Anwar Djaelani, salah satu kolumnis aktif di salah satu media massa di Indonesia dipilih sebagai pembicara pada pelatihan penulisan ilmiah populer ini. Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, Drs., M.Comm. selaku Ketua LP4M UNAIR berharap agar para dosen tidak hanya aktif meneliti, namun juga memublikasikan ideidenya melalui media masa.
“Harapannya, mereka menyumbangkan kontribusi keilmuan yang signifikan dan mudah dipahami oleh masyarakat. Mereka jadi aktif menulis di media masa, majalah, dan media populer lainnnya yang bisa dipakai atau dirujuk oleh masyarakat. Misalnya, dosen dari FKH menulis inovasi atau kreativitas di bidang kedokteran hewan. Dosen dari ekonomi, hukum, bahkan psikologi juga demikian,” tutur Prof. Jusuf. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberi motivasi, inspirasi, dan pemikiran yang sistematis kepada para dosen. Pada pelatihan ini juga terdapat simulasi pembuatan artikel. Penulisan didampingi oleh fasilitator. Masing-masing tulisan itu dikoreksi hingga menjadi satu artikel ilmiah populer yang siap kirim ke redaksi media massa. Selain itu, menurut Prof. Jusuf, jika para dosen aktif menulis di media massa, ilmu pengetahuan akan mengalir dengan mudah ke masyarakat. “Dosen bukan hanya berada di menara gading, tapi menara air yang dapat memberikan manfaat melalui karya ilmiah dan populer,” terang Guru Besar bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UNAIR. Selanjutnya, LP4M UNAIR juga melakukan pendampingan terhadap para dosen yang ingin mengirimkan proposal ke DIKTI. Pendampingan dilakukan oleh para dosen UNAIR yang terlibat sebagai reviewer di DIKTI. “Mereka (reviewer, -red) dijadikan sebagai narasumber, mendampingi para dosen yang ingin mengirimkan proposal ke DIKTI. Sehingga proposal yang benar bisa diterima oleh DIKTI,” papar Ketua LP4M UNAIR. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh