Learning Disorder (LD)
Pendahuluan Learning Disorder (LD) merupakan variasi yang dimiliki individu yang menyebabkan hambatan dalam proses belajar, umumnya disebabkan oleh faktor yang tidak/belum teridentifikasikan. Faktor yang tidak teridentifikasi ini mempengaruhi kinerja otak dalam menerima dan memproses informasi. Berikut disajikan definisi LD menurut National Joint Committee on Learning Disabilities (NJCLD):
“a heterogeneous group of disorders manifested by significant difficulties in the acquisition and use of listening, speaking, reading, writing, reasoning or mathematical abilities. These disorders are intrinsic to the individual and presumed to be due to Central Nervous System Dysfunction. Even though a learning disability may occur concomitantly with other handicapping conditions (e.g. sensory impairment, mental retardation, social and emotional disturbance) or environmental influences (e.g. cultural differences, insufficient/inappropriate instruction, psychogenic factors) it is not the direct result of those conditions or influences.” Pelajar yang memiliki LD kurang mampu berusaha dengan lebih keras, memperhatikan atau meningkatkan motivasi diri; mereka membutuhkan bantuan untuk melakukan berbagai hal tersebut. LD tidak terkait dengan kecerdasan dan bukan penyakit. LD disebabkan oleh variasi di otak yang mempengaruhi bagaimana informasi diterima, diproses dan dikomunikasikan kembali. Anak-anak dan dewasa yang memiliki LD memiliki hambatan untuk memproses informasi karena mereka mendengar, melihat dan memahami dunia dengan cara yang berbeda. Guna memahami LD secara lebih sempurna, berikut diberikan analoginya:
Mari perhatikan jalur komunikasi telepon. Jika terdapat hubungan kabel yang rusak, tentu akan menggangu jalur komunikasi normal dan mempersulit pemrosesan informasi. Jika layanan tidak bekerja di satu area, perusahaan telekomunikasi dapat memperbaiki masalah dengan membuat sambungan baru. Demikian pula halnya dengan kondisi belajar yang kurang optimal, otak memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan ulang dengan membentuk sambungan baru. Berbagai koneksi baru ini memfasilitasi kemampuan seperti membaca dan menulis yang sebelumnya sulit dilakukan pada koneksi sebelumnya. Variasi ini membuat pelajar yang memiliki LD kesulitan untuk belajar secepat atau dalam cara yang sama seperti mereka yang tidak memiliki LD. Pelajar yang memiliki LD memiliki kesulitan spesifik dalam melakukan kemampuan tertentu atau dalam menuntaskan tugas jika dilepaskan sendiri atau jika diajarkan melalui cara konvensional.
LD sangat mempengaruhi kinerja pelajar. Namun dengan penanganan interventif kognitif yang tepat, pelajar yang memiliki LD dapat mengatasi hambatannya. Pelajar dengan LD memiliki tantangan yang unik sepanjang hidupnya. Bergantung pada jenis dan tingkat hambatan, intervensi dapat digunakan untuk membantu pelajar mempelajari strategi yang dapat memperbaiki kondisinya. Orang tua, terapis dan guru merupakan komponen yang tidak terpisahkan dalam membantu pelajar yang memiliki LD untuk berhasil dalam pembelajarannya.
Klasifikasi LD Berdasarkan tahap pemrosesan Tahap pemrosesan informasi meliputi:
INPUT
INTEGRASI
MEMORI
OUTPUT
Input Informasi utamanya dibawa ke otak melalui mata (persepsi visual) dan telinga (persepsi audio). Pelajar dengan LD mungkin memiliki kesulitan dengan keduanya. -
Kesulitan persepsi audio (Receptive Language) Pelajar mengalami kesulitan untuk membedakan bunyi halus (fonem) atau mungkin kesulitan untuk membedakan fonem individual secepat normalnya. Kedua permasalahan tersebut dapat berakibat kesulitan pemrosesan dan pemahaman atas apa yang dikatakan.
-
Persepsi visual Pelajar dapat saja memiliki hambatan membedakan perbedaan halus antara bentuk (grafim). Mereka mungkin berputar atau huruf yang terbalik atau angka (d, b, p, q, 6, 9), sehingga salah membaca simbol. Pada beberapa kasus dapat juga keliru memfokuskan pada halaman yang ditandai dengan banyak kata dan garis. Mereka mungkin terlewatkan kata, baris atau membaca baris yang sama lebih dari satu kali.
Integrasi Sekalinya informasi telah direkam di otak (input), tiga tugas lain harus dilaksanakan secara berurutan untuk menciptakan pemahaman atau mengintegrasikan informasi tersebut. Pertama, informasi harus ditempatkan pada urutan yang tepat. Lalu, informasi harus dipahami di luar makna literal, abstraksi. Akhirnya, setiap unit informasi harus diintegrasikan menjadi pemikian lengkap atau konsep, organisasi. Mengurutkan, pelajar mungkin mengalami kesulitan memahami informasi dapat urutan yang tepat. Sehingga, ia mungkin mendapat urutan matematika keliru, atau memilki kesulitan mengingat urutan seperti bulan dari tahun, alfabet, atau tabel perkalian. Atau, ia mungkin menulis laporan dengan semua fakta penting namun tidak pada urutan yang benar. -
Abstraksi
pelajar mungkin mengalami kesulitan dalam mengacu pada arti dari kata individual atau konsep. Candaan, idiom atau istilah sering kali salah diartikania mungkin memiliki masalah dengan kata yang mungkin memiliki arti yang berbeda bergantung pada bagaimana mereka digunakan. -
Organisasi pelajar mungkin mengalami kesulitan mengorganisasi material, kehilangan, atau keluapaan atau salah menempatkan kertas, catatan atau pekerjaan rumah. Ia mungkin kesulitan mengorganisasikan lingkungannya, seperti kamar tidurnya. Beberapa mungkin memiliki masalah dengan mengorganisasikan waktu. Mereka memiliki kesulitan untuk memenuhi tenggat waktu tugas atau datang tepat waktu (Executive Function).
Ingatan Terdapat tiga jenis ingatan yang penting bagi pembelajaran. “Working memory” mengacu pada konsep untuk memegang informasi hingga informasi tersebut bergabung menjadi konsep penuh. Sebagai contohnya, membaca setiap kata hingga akhir dari kalimat atau paragraf dan memahami seluruh kontennya. “Short Term Memory” merupakan proses aktif dalam menyimpan dan mempertahankan informasi untuk jangka waktu tertentu. Informasi secara temporer tersedia namun tidak tersimpan untuk jangka waktu yang lama. “Long Term Memory” mengacu pada informasi yang telah disimpan dan tersedia untuk jangka waktu yang lama. Pelajar mungkin memiliki hambatan dengan memori audio atau memori visual. Output Informasi dikomunikasikan dengan sarana kata-kata (output bahasa) atau melalui aktifitas otot seperti menulis, menggambar, bahasa tubuh (output motor). Individu mungkin memiliki hambatan bahasa (juga disebut sebagai ketidakmampuan berbahasa ekspresif) atau hambatan motorik. Penjelasan lebih lanjut mengenai hambatan bahasa dan motori dapat dilihat pada bagian sebelumnya. Klasifikasi LD berdasar fungsi Hambatan motorik Hambatan motorik mengacu pada permasalahan dengan gerakan dan koordinasi, meliputi gerakan motorik halus (menggunting, menulis) atau gerakan motorik kasar (berlari, melompat) ketidakstabilan motorik mengacu sebagai aktifitas “output” yang mengartikan hal tersebut berhubungan dengan output informasi dari otak. Dalam rangka berlari, melompat, menulis atau menggunting sesuatu, otak harus mampu berkomunikasi dengan alat gerak tertentu untuk menuntaskan aksinya. Indikasi bahwa pelajar memiliki hambatan koordinasi motorik meliputi permasalahan dengan kemampuan fisik yang membutuhkan koordinasi mata-tangan, seperti memegang pensil atau mengancingkan baju. Hambatan Matematis LD terkait matematika sangat bervariasi bergantung pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki pelajar. Kemampuan pelajar untuk melakukan perhitungan matematis akan sangat
terpengaruh jika terdapat hambatan bahasa, hambatan visual, hambatan mengurutkan, daya ingat dan mengorganisasikan. Pelajar yang memiliki LD akan mengalami kesulitan dengan ingatan dan mengorganisasikan angka, tanda operasi dan “fakta” angka (seperti 5 + 5 = 10 atau 5 x 5 = 25). Pelajar yang memiliki LD terkait matematis juga mungkin mengalami hambatan dengan prinsip berhitung atau kesulitan mengetahui jam. Seiring dengan pertambahan usia, hambatan matematis yang dihadapi juga akan berubah dan bertambah. Hambatan Bahasa LD terkait dengan bahasa dan komunikasi melibatkan kemampuan untuk memahami atau menghasilkan bahasa lisan. Bahasa juga dianggap sebagai aktifitas output karena membutuhkan pengorganisasian pemikiran di otak dan memanggil kembali kata yang tepat untuk secara verbal menjelaskan sesuatu atau berkomunikasi dengan orang lain. Indikasi LD terkait bahasa melibatkan permasalahan dengan kemampuan komunikasi lisan, seperti kemampuan untuk mengulangi cerita atau kelancaran berbahasa, demikian juga kemampuan untuk memahami arti dari suatu kata, bagian dari perkataan, arah dan lainnya. Hambatan Membaca Terdapat dua jenis LD terkait dengan membaca. Hambatan membaca dasar terjadi ketika terdapat kesulitan memahami hubungan antara suara, huruf dan kata. Pemahaman membaca muncul ketika terdapat ketidakmampuan untuk menangkap arti dari kata, frase dan paragraf. Indikator hambatan membaca antara lain: - Pengenalan huruf dan kata - Pemahaman kata dan ide - Kecepatan dan kelancaran membaca - Kemampuan kosa kata umum Hambatan Menulis LD terkait dengan menulis dapat mellibatkan aktifitas fisik dalam menulis atau aktifitas mental dalam memahami dan mensintesa informasi. Variasi menulis dasar mengacu pada kesulitan membentuk kata dan huruf Ketidakmampuan menulis ekspresif mengindikasikan hambatan untuk mengorganisasikan pemikiran secara tertulis. Gejala dari LD terkait menulis berkisar pada aktifitas menulis, diantaranya: - Kerapihan dan konsistensi tulisan - Akurasi meniru huruf dan kata - Konsistensi pengejaan - Organisasi tullisan dan koherensi Hambatan pemrosesan auditori dan visual
Mata dan telinga merupakan sarana utama dalam mengantarkan informasi ke otak, proses yang sering kali disebut “input”. Jika mata atau telinga tidak bekerja secara sempurna, tentu akan terjadi hambatan pembelajaran. Profesional sering kali mengacu kemampuan mendengar sebagai “kemampuan pemrosesan audio”. Kemampuan untuk mengedengar hal secara tepat mempengaruhi sangat kemampuan membaca, menulis dan mengeja. Ketidakmampuan untuk membedakan suara halus, atau mendengar pada kecepatan yang keliru membuat sulit suara untuk keluar dan memahami konsep dasar dari membaca dan menulis. Permasalahan dengan persepsi visual termasuk didalamnya perbedaan halus dalam bentuk, membalik huruf atau angka, melompati kata, melompati baris, salah kedalaman atau jarak atau memiliki kesulitan dengan koordinasi mata-tangan. Dalam kajian terapi hal ini dikenal sebagai “pemrosesan visual”. Pemrosesan visual dapat mempengaruhi kemampuan motorik kasar dan halus, pemahaman membaca dan matematika. Hambatan sosial dan emosional Terkadang pelajar juga mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan, menenangkan dirinya dan membaca tanda non verbal, yang mana dapat mengarah pada kesulitan di ruang kelas dan dengan temannya. Kemampuan sosial dan emosional merupakan area dimana orang tua dapat sangat berperan. Bagi kebanyakan pelajar, namun utamanya bagi mereka dengan LD, kemampuan sosial dan emosional merupakan indikator konsisten untuk sukses, mengalahkan yang lainna, termasuk faktor akademis. Tantangan akademis dapat mengarah pada rendah percaya diri, menarik diri dari pergaulan, namun orang tua dapat mengalahkan hal tersebut dengan menciptakan sistem dukungan yang kuat bagi pelajar dan membantu mereka untuk mempelajari mengekspresikan diri mereka, mengatasi frustasi dan bekerja dengan tantangan. Fokuskan pada pertumbuhan sebagai individu, dan bukan hanya pada pencapaian akademis dapat membantu mereka belajar dengan kebiasaan emosi yang baik dan dengan alat bantu yang tepat untuk sukses.
Intervensi Terapi Intervensi terapi difokuskan pada beberapa area berikut: Pemahaman: - Memberikan pelajar kesempatan untuk menguasai pelajar sesuai kemampuannya - Berlatih - Mendapatkan skill sebelum berlanjut ke level selanjutnya Instruksi langsung: - Terstruktur dan direksional - Berfokus pada perencanaan pelajaran untuk peningkatan pemahaman minimal - Rencana belajar tertulis - Interaksi intensif antara guru dan pelajar - sesegera mungkin memperbaiki kesalahan - Pengukuran perkembangan periodik
Aktifitas di sekolah (perlu kerja sama dengan sekolah): - Pengaturan posisi duduk - Modifikasi tugas - Modifikasi prosedur tes - Lingkungan yang tenang Metode pembelajaran: - Berbasiskan komputer Intervensi terapi: - Pengembangan konsentrasi - Pengembangan memori - Pengembangan daya baca - Pengembangan ketahan belajar (endurance) - Pemahaman komunikasi - Intervensi instruksional - Pembuatan rencana pembelajaran personal (Individual Educational Plan / IEP)
Potensi Pengembangan Pada penanganan yang tepat, pelajar dengan LD dapat mengembangkan kekuatan personalnya. Tidak jarang ditemui pelajar yang memiliki LD memiliki kemampuan yang sangat luar biasa di area tertentu, seperti matematika, bahasa, komputasi dan lainnya. Sehingga mengetahui area kekuatan pelajar dengan LD dan metode penanganannya merupakan hal yang sangat penting. Penanganan juga meliputi pelebaran kemampuannya, sehingga ia dapat merambah ke area lain sekaligus memperbaiki kepercayaan dirinya. Simtopma LD Dengan mengetahui indikasi LD sedini mungkin, akan memperbesar kemungkinan pelajar tersebut berhasil dalam proses pembelajarannya. NCLD (National Center for Learning Disabilities) membuat daftar periksa (checklist) yang meliputi delapan area yang terimbas oleh LD. Daftar periksa diorganisasikan berdasarkan kemampuan dan grup usia. Gejala dari LD merupakan serangkaian karakteristik yang memperngaruhi perkembangan dan pencapaian. Beberapa dari gejala dapat ditemui pada pelajar selama masa perkembanganya. Namun, seiring pertambahan usia gejala dapat berubah. Gejala -
yang sering datang: Durasi atensi rendah Memori kurang baik Kesulitan mengikuti instruksi Ketidakmampuan untuk membedakan huruf, angka atau suara Kesulitan membaca / menulis Masalah dengan koordinasi mata-tangan
-
Kesulitan mengurutkan Ketidakteraturan dan kesulitan sensorik lainnya Performa yang berbeda-beda setiap harinya Meresppon tidak sesuai konteks Mudah terusik, tidak tenang dan impulsif Mengatakan satu hal, namun bermaksud hal lain Sulit berdisplin Tidak mudah beradaptasi dengan perubahan Sulit mendengarkan dan mengingat Kesulitan untuk mengidentifikasi waktu dan membedakan kanan dan kiri Kesulitan untuk menyuarakan kata Penulisan huruf yang sering kali terbalik Penempatan huruf yang tidak sesuai dengan urutan Kesulitan memahami kata atau konsep Pengembangan kemampuan bicara yang terhambat Mendpaat nilai buruk walaupun telah sangat berusaha Membutuhkan bimbingan yang konstan dan bertahap Tidak dapat mengingat pemecahan masalah karena mereka tidak memahamai logika yang mendasarinya Memiliki daya ingat, lisan atau tulisan, yang sangat buruk Memiliki kesulitan menguasai tugas atau mentranfer kemampuan akademis untuk tugas yang lain Memiliki pemahaman akan pengetahuan umum namun memiliki hambatan membaca (dyslexia), hambatan menulis (dysgraphia) dan hambatan matematis (dyscalculia) terkait dengan level tersebut Memiliki kesulitan untuk berkomunikasi dan pemrosesan bahasa ekspresif dan reseptif Sangat mudah frustasi oleh sekolah dan pekerjaan rumah Memiliki percaya diri yang rendah
Pelajar dengan LD sering kali memiliki perilaku yang cenderung pendiam dan menarik diri. Mereka mudah merasa malu oleh perhatian dan khawatir dengan kemungkinan akan kelemahan akademik mereka terperhatikan orang lain. Adapun prilaku mereka antara lain: -
Mudah bosan dan kurang perduli
-
Tidak tertarik dengan sekolah atau terhambat untuk pergi ke sekolah
-
Menarik diri dari kelas
-
Pekerjaan nampak seperti tidak dikerjakan sungguh-sungguh
-
Repon yang buruk pada pertanyaan
-
Respon stres fisik, seperti pusing atau kram perut
Informasi mengenai PRIMASTUDY (Total Mind Learning - Indonesia) dapat dilihat langsung pada:
www.primastudy.com www.totalmindlearning.com
[email protected] call : 0816954484 v : 021-78888952 F : 021-78888952 SMS : 0812 1995 645