ANALISIS PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN DALAM PEMILIHAN PRODUK PRIVATE LABEL (STUDI KASUS TOKO 7 ELEVEN) Hajaar Annissa dan Adrian Achyar Manajemen Bisnis Fakultas Ekonomi Abstrak Skripsi ini membahas tentang persepsi konsumen terhadap produk private label yang sedang ramai dikalangan masyarakat saaat ini. Dalam studi ini, peneliti tertarik pada faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen terhadap produk private label pada convenience store 7 eleven. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini secara random kepada responden yang sudah pernah membeli atau mengunjungi produk private label dari 7 eleven. Jumlah partisipan yag digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Hasil dalam penelitian yang telah saya lakukan ini menunjukan bahwa dari enam variabel yang berpengaruh hanya satu variabel yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk private label dari convenience store 7 eleven yaitu price conciousnes dimana hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor kesadaran harga, mereka kalangan konsumen saat ini sangat memperhatikan harga sebelum melakukan pembelian produk. Kata kunci: persepsi; convenience store; dan private label Abstract This thesis discusses consumer perceptions of private label products that are busy in todays society. In this study, researchers were interested in the factors that influence consumers to private label products in the convenience store 7 eleven. The study, conducted by researchers at this time randomly to respondents who have never bought or go private label products from 7 eleven. The number of participants used in this study about 100 peoples. Analysis of hypotheses generated in this study indicate that consumer perceptions of private label products from convenience store 7 eleven highly influenced by price consciousness, where they are among today's consumers are very concerned about prices before making a purchase. Keywords: perceptio;, convenience stores; and private label Pendahuluan / Latar Belakang Faktor meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan juga meningkatnya jumlah pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang menyebabkan taraf hidup masyarakat Indonesia semakin meningkat sehingga perkembangan bisnis eceran semakin pesat. Selain daripada hal tersebut hal lain yang berpengaruh adalah bisnis retail (dalam hal ini, convenience store) yang saat ini berprospek cukup baik di Indonesia, sejalan dengan tuntutan untuk mendapatkan yang serba praktis dan cepat. “Nongkrong' di 7-Eleven saat ini menjadi tren gaya hidup baru sebagian warga Jakarta khususnya kalangan remaja. Akhir-akhir ini hamper kebanyakan orang di daerah urban hanya memiliki waktu yang sempit untuk makan, mereka memerlukan tempat makan yang menyediaka ninovasi dalam hal kecepatan dan kenyamanan (Hung 2005). Begitupun dengan kualitas barang terjamin karena melaluiserangkaian proses yang ketat sebelum masuk ke gerai. Ada seleksi ketat mulai proses sebelum produksi sampai pemeriksaan kualitas secara berkala untuk menjaga mutu produk. Pemasaran, menurut Kotler, lebih dari sekedar menjual, pemasaran adalah kegiatan sosial, yang seharusnya menguntungkan konsumen dan perusahaan.Kebutuhan konsumen yang puas
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
harus berada diprioritas utama dari setiap daftar manajemen (Kotler,2003). Pengaruh kepuasan pelanggan untuk bisnis pembelian kembalidan loyalitas pelanggan adalah berbeda untuk beberapa industri.Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang mungkin setia, namun, pelanggan setia tidak pelanggan selalu puas (Fornell, 1992). Skripsi ini menyajikan replikasi dan perluasan Batra dan Sinha (B & S) (2000) studi PLB. Replikasi penelitian adalah penting karena akan meningkatkan kredibilitas temuan dan generalisasi izin lanjut (Hubbard dan Armstrong, 1994). Namun, Hubbard dan Armstrong mencatat bahwa pengulangan jarang terjadi tapi disini menunjukkan bahwa penelitian tersebut diperlukan untuk menilai validitas, reliabilitas dan generalisability dari studi yang banyak diterbitkan. Salah satu contoh penting dari penelitian replikasi adalah replikasi dari Aaker dan Keller (1990) penelitian . Individu ulangan dari Aaker dan Keller studi mengungkapkan temuan tambahan yang melengkapi temuan dari studi awal (Bottomley dan Holden, 2001). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: a. Apakah faktor harga mempengaruhi konsumen dalam pemilihan produk private label? b. Apakah dari segi kualitas mempengaruhi konsumen untuk memilih private label? c. Apakah brand store dari private label tersebut yang menyebabkan konsumen memilih untuk membeli produk private label? d. Apakah ada pengaruh dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi konsumen dalam memilih produk private label? e. Berdasarkan informasi dan pengalamankah setiap konsumen dalam membeli produk private label? Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi persepsi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produkprivate label khususnya di convenience store pada Seven Eleven. 2. Untuk mengetahui pengaruh pembelian produk private label yang dipilih oleh konsumen. 3. Untuk menganalisis pengaruh Price Consciousness, Price Quality Association,Brand Loyalty,Quaity Variability, Search vs Experience, Consequence of purchase mistake,terhadap PLB purchasedi dalam pengambilaan keputusan yang dilakukan konsumen untuk pembelian produk private label. Tinjauan Teoritis American marketing association mendefinisikan perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai “interaksi dinamis antara pengaruhdan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.” Paling tidak ada tiga ide penting dalam definisi di atas: (1) perilaku konsumen adalah dinamis, ini berarti bahwa seorang konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama di sepanjang waktu, pasar, dan industri. (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar, ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta di mana (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen dan
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
(3) hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen adalah pertukaran di antara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran. Dari sudut pandang organisasi pemasaran, strategi pemasaran strategi pemasaran (marketing strategy) adalah suatu rencana yang didisain untuk mem pengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi pemasran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku konsumen, seperti peningkatan kunjungan pada toko tertentu pembelian produk tertentu. Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.Menurut Robbins (1998), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Menurut Luthans (1992) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan menurut Milton (1981) mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan. Definisi lain dari persepsi adalah suatu proses yang lebih luas, dan mengintepretasikan informasi tersebut. Secara singkat persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengartikan sensasi dengan memberi gambar-gambar dan hubungan-hubungan asosiasi didalam memori untuk menafsirkan dunia di luar dirinya. Sering dikatakan pula, persepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Persepsi memegang peranan penting dalam konsep positioning karena manusia menafsirkan suatu produk / merek melalui persepsi, yaitu hubungan –hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi. Proses persepsi membantu memori menafsirkan dunia ini dengan berbagai penyederhanaan dan mangasimilasikannya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, rekaman-rekaman yang telah dipelajari, nilai-nilai budaya, dan sebagainya. Jadi suatu stimulus yang sama isa diintrepretasikan berbeda-beda oleh dua manusia yang memiliki persepsi yang berbeda. Pada pembentukan persepsi ada tiga tahap, yaitu tahap-tahap ketika seorang individu mengolah informasi yang masuk dalam dirinya.Ketiga tahap itu adalah exposure, attention, dan comprehension. Sukses atau tidaknya suatu produk dipasaran, sangat dipengaruhi oleh bagaimana produk diterima oleh konsumen. Tentunya produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen yang akan dibeli dan konsumsi oleh konsumen. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) mengemukakan perilaku konsumen yang sangat bervariatif, yaitu : 1. Konsumen mencari resiko (Consumers Seek Information) Konsumen mencari informasi mengenai produk dan kategori produk melalui komunikasi kata melalui mulut atau yang biasa disebut dengan word of mouth, baik dari teman, keluarga, orang lain, tenaga penjual, dan dari media umum.Mereka menyimpan lebih banyak waktu untuk berpikir tentang pilihan mereka dan mencari lebih banyak informasi tentang alternatif produk ketika mereka menghubungkan tingkat resiko yang tinggi dengan pembelian. 2. Konsumen adalah setia terhadap merek (Consumers are Brand Loyal) Konsumen menghindari resiko dengan tetap setia pada satu merek baru atau merek-merek yang belum pernah mereka coba.Penerima resiko yang tinggi mungkin menjadi lebih setia pada merek-merek lama dan mungkin sedikit untuk membeli produk-produk baru yang diperkenalkan. 3. Konsumen memilih melalui kesan terhadap merek (Consumers Select by Brand Image) Konsumen sering berpikir bahwa merek yang terkenal lebih baik dan cukup baik sebagai jaminan secara tidak langsung mengenai kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan hasil
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
dan pelayanannya.Usaha promosi pemasar menambah kualitas yang diterima dari produkproduk mereka dapat menolong untuk membangun dan menyokong kesan merek yang baik. 4. Konsumen mengandalkan kesan toko (Consumers Rely on store Image) Jika konsumen tidak memiliki informasi lain tentang produk, mereka sering percaya pada penilaian terhadap pembeli barang dagangan dari toko yang mempunyai nama baik dan bergantung ada merek untuk membuat keputusan-keputusan yang hati-hati dalam memilih produk untuk dijual kembali. Kesan toko juga memberi implikasi dari percobaan produk dan jaminan pelayanan, hak pengembalian dan penyesuaian diri dalam kasus ketidakpuasaan. 5. Konsumen membeli produk yang paling mahal (Consumers buy the most expensive model) Ketika dalam keragu-raguan, konsumen dapat merasa kalua produk yang paling mahal mungkin yang terbaik dalam hubungannya dengan kualitas, yaitu mereka menyamakan harga dengan kualitas. 6. Konsumen mencari kepastian (Consumers Seek Reassurance) Konsumen yang tidak tahu dalam membuat keputusan dalam memilih produk cenderung untuk mencari kepastian melalui garansi uang kembali, pemerintah dan hasil tes laboraturium sendiri. Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen menurut jurnal Mark S. Glynn dan Shaoshan Chen adalah sebagai berikut, Tabel 2. 1Consumer-Factor Moderating PLB Succes Construcs Price Consciousness
Price-quality association
Brand loyalty
Measurement Items Compare prices before buying Important to get the best price Price is the most important factor The higher the price the better the quality Your get what you pay for Price is a good indicator ofquality
Source Airlawadi et al (2001) and Batra and Shinta (2000)
Continue to buy not considering others Make effort to search for favourite brand Care a lot about the brand Bough
Ailawadi et al. (2001) and Garretson et al. (2002)
Lichtenstein et al. (1993)
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
Construcs Quality variability
Consequence Of Purchase Mistake
Search vs Experience
PLB purchase Buy national brands (one)
Measurement Items Basically the same in Quality No significant quality Difference Does not vary a lot in terms of quality Family and friends think less of me Be financially worse off
Source Batra and Sinha (2000)
Information on packaging tells everything Description on packaging covers features Buy national brands (one) or private labels (five)
Batra and Sinha (2000) and Erdem and Swait (1998)
Batra and Sinha (2000) and Dunn et al. (1986)
Batra and Sinha (2000)
(sumber jurnal Consumer-factors moderating private label brand success: further empirical results)
Penjelasan definisi dari variabel-variabel independent yang mempengaruhi sebagai berikut, • Prices consciousness Prices consciousness menurut Monroe (1990) adalah konsumen yang cenderung untuk membeli pada harga relatif yang lebih murah.Umumnya konsumen tersebut tidak memperhatikan kelebihan-kelebihan dari produk, tetapi hanya mencari harga yang mempunyai perbedaan yang tinggi.Sampai saat ini, kebanyakan konsumen yang mempunyai pendapatan rendah adalah konsumen yang memperhatikan price conciousness dalam mengambil keputusan. Untuk itu umumnya mereka akan berusaha mencari informasi tentang harga dan proses seleksi yang tinggi. • Price-quality association Pendekatan harga berdasatrkan permintaan menurut Zeithhaml and Bitner (1996) yaitu proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap value yang diterima (price value ), sensitivitas harga dan perceived quality. Untuk mengetahui value dari harga terhadap kualitas, maka analisa Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu bentuk yang dapat digunakan.Pada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan pernyataan dimana konsumen merasa harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu mahal dan dikaitkan dengan kualitas yang diterima. • Brand loyalty Peter dan Olson (2003) memberikan definisi, brand loyalty adalah komitmen hakiki dalam membeli ulang sebuah merek yang istimewa. Brand loyalty (loyalitas merek) merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek (Durianto et al, 2001). Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek tersebut didapati ada perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lain.
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
•
• •
Quality variability Batra& Shinha (2010) menunjukkan bahwa hanya variabilitas kualitas adalah pengaruh tidak langsung ketika konsekuensi dari kesalahan pembelian memediasi preferensiPLB. Consequence Of Purchase Mistake Kesalahan dalam membeli suatu produk terkadang akan menimbulkan ejekan dari lingkungan teman, keluarga maupun lingkungan sekitar. Search vsExperience Informasi pada kemasan dapat menggambarkan keunggulan produk. Keterangan pada kemasan menggambarkan fitur-fitur produk.
Menurut Dowling (1986) (dalam Ferrinadewi 2008) persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah akitivitas yang didasarkan pada hasil yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata.Hal ini merupakan masalah yang senantiasa dihadapi konsumen dan menciptakan suatu kondisi yang tidak pasti misalkan ketika konsumen menentukan pembelian produk baru. Berbagai penelitiann berhasil dilakukan oleh beberapa ahli dan hasilnya dirangkum oleh Mowen dan Minor (2001) : • Resiko keuangan, resiko yang hasilnya akan merugikan konsumen secara keuangan. • Resiko kinerja, resiko bahwa produk tidak akan memberika kinerja yang diharapkan. • Resiko fisik, resiko bahwa produk secara fisik akan melukai konsumen. • Resiko psikologis, resiko bahwa produk akan menurunkan citra diri konsumen. • Resiko sosial, resiko bahwa lingkungan sekitar akan mengejek pembelian produk. • Resiko waktu, resiko bahwa sebuah keputusan akan menghabiskan banyak waktu. • Opportunity Loss, resiko bahwa dengan melakukan sebuah tindakan konsumen akan merasa rugi jika melakukan hal lin yang benar-benar ingin ia lakukan. • Dapat disimpulkan bahwa ketika konsumen menerima stimuli : Harga produk yang sangat mahal Penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh Ancaman fisik, psikologi, maupun sosial yang besr akibat pemakaian produk Konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai Hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisko atau persepsi terhadap resikonya tinggi. Konsep kredibilitas merek tidak dapat dipisahkan dari konsep brand equity karena ekuitas merek yang tinggi akan menghasilkan merek yang tertanam kuat di konsumen. Kotler (2002 : 461) menjelaskan bahwa trand equity sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek berada dalam 3 level teratas dari konsep sikap pelanggan terhadap merek yaitu: 1. Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek 2. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman 3. Pelanggan terkait dengan merek itu
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
Kepekaan harga konsumen (consumer price sensitivity) Kepekaaan harga pada konsumen (consumer price sensitivity) terjadi ketika tidak ada kepastian pada produk/jasa yang akan dikonsumsi oleh konsumen. Hal ini terjadi karena informasi yang diberikan oleh produsen bersifat tidak sempurna dan asimetris.Tidak sempurnanya informasi yang diberikan dapat berupa tidak diinformasikannya bahan dasar dari sebuah produk, pelayanan setelah pembelian, garansi, dan sebagainya. Sementara bentuk yang asimetris dai sebuah informasi disebabkan karena produsen lebih banyak mengetahui hal-hal yang terkait dengan produk/ jasa yang mereka jual dibandingkan dengan konsumen. Kondisi ketidakpastian inilah yang kemudian menimbulkan kepekaan harga pada konsumen (Erdem et.al., 2002). Kepekaan harga menurut Nagle & Holden (1996:79) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor salah satunya, yaitu Price-Quality effect diamanaharga tidak hanya mempersentasikan uang yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu produk, namun juga dapat menunjukan citra merek dan kualitas produk.Para pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memiliki kualitas, prestise, atau eksklusivitas lebih. Merek private label (PLBs) adalah komponen penting dari merek ritel. Eceran strategi branding biasanya terdiri dari merek toko, merek produsen dan PLB (Dawson,2006). Steen kamp dan Dekimpe (1997) mempertahankan bahwa sebagian besar penelitian konseptual dan empiris menjadi merek berfokus pada merek produsen meskipun semakin pentingnya PLB. Faktor yang mempengaruhi niat konsumen untuk membeli produk-produk PLB (Batra dan Sinha, 2000) salah satunya adalah Price Consciousness, yaitu kecederungan pelanggan untuk mencari perbedaan tarif. Brand Loyalty Adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap merek. Loyalitas merek merupakan inti dari Brand Equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat, maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hali ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan. Dengan demikian inti dari brand loyalty adalah membeli ulang suatu merek yang sama suatu produk secara konsisten. Namun demikian pembelian ulang yang dikatakan loyal menurut pendapat Oliver (1999) yang menyatakan: “Loyalty is a deeply held commitment to rebuy a preffered product/service constently in the future, despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior.” Maksudnya loyalitas adalah komitmen mendalam untuk melakukan pembelian ulag suatu produk/jasa yang dikusai secara konsisten di waktu yang akan datang. Terdapat dua aspek dari loyalitas merek, yaitu perilaku (behavioral) dan sikap (attitude). Perilkau atau loyalitas pembelian, meliputi pembelian secara berulang dari sebuah merek, sedangkan sikap loyalitas merek meliputi tingkat komitmen akan nilai unik yang diasosiasikan terhadap merek (Chaudhuri dan Holbrook, 2001). Berikut beberapa fungsi dari brand loyalty (Durianto et al 2001). 1. Dapat mengurangi biaya pemasaran 2. Mampu meningkatkan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasran 3. Mampu menarik minat pelanggan baru 4. Memberikan waktu untuk merespons ancaman persaingan. Produk private label merupakan produk yang dimiliki dan diberikan merek oleh organisasi yang komitmen utmanya adalah distribusi ekonomi daripada prduksi menurut Schutte (1969). Menurut Fitell (1982) produk private label memiliki definisi yaitu produk-produk dengan merek pribadi yang hanya dipasarkan dalam rumah peritel, grosir, maupun distributor tertentu dan sama sekali tidak dijual ditempat lain.
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
Definisi produk private label menurut Levy (2007) adalah produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh sebuah ritel dan hanya tersedia untuk dijual pada toko ritel tersebut. Menurut Kapferer (2000), pemilihan nama peritel untuk memberikan label pada sebuah produk merupakan suatu usaha untuk memperoleh manfaat dari setiap pemindahan dan kelebihan image yang dimiliki oleh merek perusahaan..Peritel mengharapkan adanya peningkatan pada store loyalty (Corstjens and Lal, 2000) dan mengurangi ketergantungan mereka terhadap produk national brand dengan menggunkan produk private label (Mills, 1995; Narasimhan dan Wilcox, 1998). Sebelum produk private label meningkatkan loyalitas konsumen, ada beberapa langkah dalam proses ini yang harus dilakukan , yaitu konsumen harus memperhatikan produk itu terlebih dahulu , mengembangkan ketertarikannya terhadap produk itu, mencoba produk itu untuk yang pertama kali, merasa puas dan kemudian mengembangkan suatu kecendrungan yang menciptakan loyalitas kepada peritel (Zielke dan Dobbelstein , 2007). Hal yang paling penting dalam proses ini adalah mencoba produk private label untuk pertama kalinya. Berdasarkan orientasi strategis (Zielke dan Dobbelstein, 2007), produk private label dapat dibedakan kedalam beberapa jenis, yaitu: • Classic private label Disposisikan sama atau sedikit dibawah produk national brand yang belum begitu terkenal. Harga yang diberikan antara 10 sampai 30 persen lebih murah daripada produk national brand yang terkenal (Baltas, 1997). • Generic private label Generic produk private label menekankan pada pengamanan dasar produk. Desain kemasan yang sederhana, kegiatan pemasran yang terbatas, dan disposisikan pada tingkat harga yang rendah (Yelkur, 2000; Harris and Strang 1985). • Premium private label Disposisikan sebagai produk national brand yang sudah terkenal (Richardson et al, 1994; Hoch, 1996; Davies 1998). Peritel memiliki sejumlah dorongan untuk membuat produk private label. Pertama produk private label dianggap sebagai senjata yang ampuh karena produk ini memberikan peritel pengawasan yang lebih atas pejualan suatu produk. Kedua, produk private label merupakan suatu peluang untuk membedakan suatu rangkaian dari peritel lain dan membangun store image. Syarat yang paling peting agar trategi perbedaan ini sukses adalah hubungan yang kuat anatar toko dan image dari produk private label. Ketiga, peritel biasanya memperoleh margin keuntungan yag lebih tinggi dari produk private label dibandingkan produk national brand (Ailawadi dan Harlam, 2004; Paulwes dan Sirnivasan, 2004). Metode Penelitian Klasifikasi desain penelitian ini menggunakan penelitian eksploratif dan deskriptif. Menurut Malhotra (2007), penelitian eksploratif bertujuan untuk menyelidiki suatu masalah atau situasi untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang baik. Sementara, itu penelitian deskriptif memiliki pernyataan yang jelas mengenai permasalahan yang dihadapi, hipotesis yang spesifik, dan informasi detail yang dibutuhkan. Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini mendapatkan dan mengumpulkan informasi data melalui pengumpulan data dari data primer dan data sekunder: Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari obyek dan responden penelitian. Pada penelitian ini, pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang mengetahui produk private label. Dalam
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
penelitian, kuesioner yang diberikan adalah kuesioner yang diberikan secara pribadi karena survey terbatas di lingkungan Jakarta dan sekitarnya. Data Sekunder Data sekunder adalah data tertulis yang telah dikumpulkan dan diolah pihak lain dan biasanya data tersebut telah dipublikasikan. Dalam penelitian ini, data sekunder untuk pegumpulan data didapat dari buku-buku teks pemasaran, buku mengenai SPSS, Sem (Lisrel) dan juga situs internet. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh responden pada pengunjung yang pernah berbelanja di Seven Eleven. Menurut Green (1991), untuk mengetahui jumlah sampel untuk analisis regeresi. Dan untuk metode pengambilan sampel akan digunakan non-probability sampling. Non-probability sampling adalah tehnik pengambilan sampel berdasarakan penilaian personal peneliti (Malhotra, 2007). Convenience sampling digunakan karena responden yang dipilih berada di tempat dan waktu saaat penelitian dilakukan. Pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan bertanya sebelumnya apakah pernah berkunjung ke Seven Eleven. Model Penelitian Gambar 3.1 H1
Price Consciousness
Price Quality Association
H2
Brand Loyalty
PLB
H3
purchase
Quaity Variability
H4
Consequence of purchase mistake
Search vs Experience
H5
H6
(Sumber : Peneliti, 2012) Berdasarkan model penelitian diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah : H1 : konsumen yang sadar harga lebih memilih produk private label.
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
H2 H3 H4 H5 H6
:konsumen kurang suka untuk membeli produk private label dimana produk tersebut naik harganya. : loyalitas merek mempengaruhi pembelian produk private label : konsumen lebih suka untuk membeli produk private label dimana mereka menganggap rendahnya variabilitas dalam kualitas seluruh merek. : konsumen lebih suka untuk membeli produk private label dimana mereka menggangap rendahnya kesalahan dalam pemilihan merek. : konsumen lebih suka untuk membeli produk private label dimana mereka dapat mengukur secara akurat atribut produk yang penting dan yang manfaat.
Item pertanyaan Price Consciousness, Price Quality Association, Brand Loyalty, Quality Variability, Consequence of Purchase Mistake, Search vs Experience, PLB Purchase dapat dilihat pada Tabel 3.1. Keseluruhan item pertanyaan akan menggunakan 5 (lima) pilihan skala likert, dapat dilihat pada Tabel 3.2.berikut ini, Tabel 3.2. Variabel Independent No.
Pernyataan
Price consciousness 1.
Saya selalu membanding-bandingkan harga sebelum membeli.
2.
Bagi saya penting untuk mendapatkan harga terbaik.
3.
Harga sangat penting untuk saya.
Price Quality Association 1.
Menurut saya, kalau harga semakin mahal pasti kualitas semakin baik.
2.
Menurut saya harga yang saya bayar sesuai dengan kualitas.
3.
Bagi saya harga menentukan kualitas.
Brand Loyalty 1.
Saya membeli merek yang saya suka.
2.
Saya rela berusaha untuk mencari merek favorit saya.
3.
Saya sangat memperhatian merek barang yang akan saya beli.
Quaity Variability 1.
Merek 7 Eleven punya kualitas sama dengan merek
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
nasional. 2.
Tidak ada perbedaan kualitas antara merek 7 Eleven dan merek nasional.
3.
Dilihat dari segi kualitas, merek 7 eleven dan merek nasional tidak banyak berbeda
Consequence of purchase mistake 1.
Saya akan diejek oleh teman atau keluarga bila salah memilih merek.
2.
Saya akan rugi uang dalam jumlah besar jika salah dalm memiilih merek .
Search vs Experience 1.
Informasi pada kemasan keunggulan produk.
dapat menggambarkan
2.
Keterangan pada kemasan menggambarkan fitur-fitur produk
Skala Likert memiliki rentang skala dari 1 sampai 5. Pemetaan bobot penilaian adalah sebagai berikut: Tabel 3.3. Skala Pengukuran Variabel Independent TS N S SS STS 1
2
3
4
5
(Sumber : Peneliti, 2012) Keterangan: STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju N : Netral S : Setuju SS : Sangat Setuju Uji Validitas, Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas kuesioner dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson, yaitu mengkorelasikan skor item dengan skor total. Perhitungan koefisien korelasi antara item dengan skor total akan mengakibatkan over estimate terhadap korelasi yang sebenarnya, maka perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan part-whole. Selanjutnya untuk mengetahui apakah suatu item valid atau gugur maka dilakukan pembandingan antara koefisien r hitung dengan koefisien r tabel. Jika r hitung > r tabel berarti item valid. Sebaliknya jika r hitung < dari r tabel berarti item tidak valid (gugur) (Azwar dalam Miladia, 2010). Analisis faktor digunakan untuk mengidentifikasi faktor utama yang mempengaruh persepsi konsumen dalam pemilihan produk private labelpada studi kasus Sevel. Untuk melakukan pengujian analisis faktor digunakan software SPSS 17.0 for Windows.
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
Data yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan program komputer LISREL dimana sebelumnya sudah melalui tahap sistem komputer yaitu Microsoft Office Excel 2007, dan SPSS versi 17.0, (Linier Structural Relationship) versi 8.51. Microsoft Office Excel 2007 digunakan untuk menghitung validitas instrument yang digunakan dalam penelitan. Program SPSS versi 14.0 digunakan untuk besarnya nilai Alpha Cronbach untuk menilai reliablitas masing-masing instrument yang digunakan dalam penelitian.Analisis data menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dan diproses menggunakan software LISREL 8.51 yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel laten dan hubungan antara variabel laten dengan variabel indikatornya. Metode Structural Equation Modeling (SEM) digunakan karena pada penelitian ini menganalisis variabel laten dimana variabel ini merupakan jenis variabel yang tidak dapat diamati secara empiris. Hal ini merupakan perbedaan mendasar antara metode SEM dengan metode regresi linier berganda. Metode SEM dapat digunakan untuk menganalsi hubungan antar variabel secara langsung maupun hubungan antar variabel secara langsung maupun hubungan antara variabel secara tidak langsung dengan menggunakan variabel intervening. Hasil Penelitian Analisis Karakteristik Responden Untuk mengetahui identitas responden, berikut diuraikan berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani, pengeluaran per bulan. KarakteristikRespondenBerdasarkanJenisKelamin Berdasarkan hasil penelitian dari 100 responden menunjukan bahwa sebanyak (26%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak (74%) berjenis kelamin wanita. Gambar4.1. Jenis Kelamin
KarakteristikRespondenBerdasarkanPekerjaan Pendidikan dan pekerjaan merupakan dua karekteristik yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden. Dilihat dari segi pekerjaan, persentase tertinggi pada responden adalah yang berprofesi sebagai karyawan swasta yaitu besarnya persentas 52% dan yang terendah berprofesi sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga yang masing-masing berjumlah 3 orang (3%). Penyebaran responden berdasarkan pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut,
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
Gambar 4.2. Pekerjaan
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pertanyaan pada tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani oleh responden. Persentase tertinggi pada karakteristik pendidikan responden adalah pada tingkat sarjana muda (D1/D2/D3) berjumlah54% dan terendah adalah pada tingkat pascasarjana atau sederajat (S2) berjumlah 2%. Persentase selengkapnya mengenai penyebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut ini, Gambar 4.3. Pendidikkan
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan Berdasarkan pengeluaran per bulan, terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok dengan pengeluaran Rp. 1.000.001-Rp. 1.500.000 per bulan sebanyak 20%,
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
sedangkan pengeluaran per bulanter kecil berada pada kelompok dengan pengeluaran
HasildanInterpretasi Data Hasil pretesting Uji Validitas Analisis Faktor Konfirmatori digunakan untuk menguji apakah suatu konstruk mempunyai unidimensionalitas atau apakah item-item yang digunakan dapat mengkonfirmasi sebuah konstruk atau variabel. Jika masing-masing item merupakan item pengukur konstruk, maka akan memiliki nilai factor loading yang tinggi (Ghozali, 2011). Tabel 4.1. Hasil Pretesting Uji Validitas KMO
Componen t
MSA
Communaliti
Variance
Keterangan
es
1 Price Consciousness1 Price Consciousness2
0,620
0,741
0,663
0,548
Valid
0,766
0,639
0,587
Valid
0,863
0,583
0,744
62,664%
Price Consciousness3
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
Valid
0,924
0,512
0,853
Valid
0,353
0,826
0,124
Valid
0,931
0,511
0,867
0,780
0,741
0,608
0,855
0,644
0,731
Brand Loyalty3
0,827
0,672
0,684
Valid
Quality Variability1
0,804
0,711
0,647
Valid
0,831
0,673
0,691
Valid
Price Quality Association1 Price Quality Association2
0,519
61,487%
Valid
Price Quality Association3 Brand Loyalty1 Brand Loyalty2
Quality Variability2
0,679
0,653
Quality Variability3 Consequence of Purchase Mistake1 Consequence of Purchase Mistake2 Search vs Experience1 Search vs Experience2
67,444%
Valid
72,086% 0,908
0,604
0,824
Valid
0,896
0,500
0,802
Valid
0,896
0,500
0,802
Valid
0,500
0,500
Valid
80,226%
0,929
0,500
0,864
0,929
0,500
0,864
Valid 86,389%
Valid
Hasil Pretesting Uji Reliabilitas terhadap 30 (tiga puluh) responden dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut ini. Tabel 4.2. Hasil Pretesting Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s Alpha Reliabilitas Price Consciousness 0,701 Reliable Price Quality Association 0,654 Reliable Brand Loyalty 0,757 Reliable Quality Variability 0,794 Reliable Variabel Cronbach’s Alpha Reliabilitas Consequence of Purchase Mistake 0,753 Reliable Search vs Experience 0,838 Reliable
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
(Sumber : Output SPSS hasil olahan peneliti, 2012) Tahap akhir evaluasi model CFA ini adalah melihat goodness of fit. Nilai loading factor ( ) dan t-value untuk semua variabel indicator dapat dilihat padaTabel berikut ini, Tabel 4.3. Hasil Uji CFA Loading Variabel Indikator Faktor Price Consciousness1
T – value
0,69
8,72
Price Consciousness2 0,34 5,18 Price Consciousness3 0,66 8,04 Price Quality Association1 0,53 6,72 Price Quality Association2 0,38 5,44 Price Quality Association3 0,51 6,310 Brand 0,69 8,94 Loyalty1 Brand 0,97 10,81 Loyalty2 Brand 0,80 9,13 Loyalty3 Quality Variability1 0,56 7,41 Quality Variability2 0,65 7,99 Quality Variability3 0,59 8,30 Consequence Of Purchase 0,53 6,83 Mistake1 Consequence Of Purchase 0,84 14,07 Mistake2 Search Vs Experience1 0,65 14,07 Search Vs Experience2 0,55 10,11 (Sumber : Output Lisrel hasil olahan peneliti, 2012) Tabel 4.2. Goodness of Fit (GOF) Model Penelitian Goodness of Fit Index Target Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 125.12 (P > 0.05 = 0.06) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.048 < 0.08 ≥0,90 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.92 Root Mean Square Residual (RMR) = 0.036 < 0.05 0.8 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87 0.90 ≥0,90 Comparative Fit Index (CFI) = 0.94 ≥0,90 Incremental Fit Index (IFI) = 0.95
Keterangan Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Marjinal Fit Memenuhi Memenuhi
Pembahasan Hasil penilaian Goodness of Fit (GOF) secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan model peneliatian gambar 4.5. dan gambar 4.6. menunjukan bahwa untuk hasil pengolahan data dengan menggunakan Lisrel 8.51menyatakan bahwa price consciousness
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
memiliki pengaruh yang positif terhadap private label purchase Seven Eleven yang dapat terlihat dari nilai koefisien kontruk sebesar 0,25. Namun price consciousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap private label purchase karena memiliki t-value lebih dari 1,96 yaitu sebesar 2,33 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis, H1 dinyatakan diterima. Hal ini dikarenakan para konsumen suka mebanding-bandingkan harga sebelum membeli suatu produk dan di Seven Eleven produk-produk private label yang dimilikinya memiliki harga yang relatif standar dan cukup terjangkau dibandingkan produk nasional yang ada. Sehingga kebanyakan pengunjung Seven Eleven lebih memilih produk private label dibandingkan produk nasional yang ada dengan pertimbangan harga sebelumnya.Untuk variabel price quality association memiliki pengaruh yang positif terhadap private label purchase Seven Eleven yang dapat terlihat dari nilai koefisien kontruk sebesar 0.091. Namun price quality association tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap private label purchase karena memiliki t-value kurang dari 1,96 yaitu sebesar 0,71 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H2 dapat dinyatakan ditolak. Hal ini terjadi karena para pengunjung Seven Eleven tidak terlalu mementingkan kualitas dalam melakukan pemilihan untuk pembelian produk private label dari Seven Eleven. Sehingga untu variabel price quality association tidak berlaku dalam melakukan pengambilan keputusan dalam pembelian produk di Seven Eleven. Hipotesis 3 dapat dinyatakan ditolak dimana Brand loyalty adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap merek. Dengan demikian inti dari brand loyalty adalah membeli ulang suatu merek yang sama suatu produk secara konsisten. Dan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan untuk para pengunjung Seven Eleven tidak memiliki fanatik terhadap suatu merek tertentu untuk pembelian suatu produk sehingga mereka dapat berpindah merek dan mereka dapat fleksibel membeli seperti membeli produk-produk private label dari Seven Eleven. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis 4 dapat dinyatakan ditolak. Seperti untuk produk private label untuk minuman kopi dimana disana langsung dibuat sendiri oleh mesin yang pengunjung hanya tinggal menggoperasikan mesinnya tanpa harus melihat seperti apa produk fisiknya atau melihat kualitasnya secara langsung. Sehingga pengunjung kurang dapat menilai secara mendalam mengenai variasi kualitas yang ada pada produk-produk private label dari Seven Eleven tersebut. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian ini untuk variasi kualitas mempunyai hubungan positif dengan private label purchase namun tidak mempengaruhi secara signifikan. Hipotesis 5 dapat dinyatakan ditolak hal ini dikarenakan bahwa para pengunjung Seven Eleven tidak terlalu mementingkan pengaruh dari lingkungan teman atau keluarga dalam pembelian produk-produk private label di Seven Eleven. Para konsumen Seven Eleven tidak merasa takut apabila salah membeli merek dan tidak akan merasa rugi dalam melakukan pembelian produk private label. Hipotesis 6 dapat dinyatakan ditolak. Tidak signifikannya pengaruh search versus experience terhadap private label purchase untuk Seven Eleven tidak terlalu melibatkan informasi yang menggambarkan produk tersebut secara detail dan untuk penjelasan keterangan yang menggambarkan fitur-fitur pada kemasan pun tidak ada. Sepertisalah satu produk Seven Eleven untuk produk kopinya bahwa tidak adanya penejlasan inforasi ataupun keterangan yang menggambarkan keunggulan kopi tersebut. Pada akhirnya pengunjung kurang dapat menilai citra untuk mendapatkan informasi dari produk tersebut maupun keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut karena bagi konsumen diwilayah urban baginya kecepatan dan kepraktisan sudah cukup tanpa harus terlebih dahulu membaca informasi yang tertera pada kemasannya. Berikut adalah persamaan matematis yang dihasilkan dalam pengolahan data menggunakan metode Structural Euation Modelling (SEM), Plbpur = 0.25*Pricons + 0.091*Priquass - 0.23*Braloy + 0.088*Quavari +
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
( 2.23 ) ( 0.71) (-1.81 ) ( 0.78 ) 0.092*Copumi+ 0.0037*Seaxper, Errorvar.= 0.89 , R² = 0.11 ( 0.78) ( 0.036) *Angkapadatandakurungadalah t-value. Keterangan : Plbpur = private label purchase Pricons = price consciousness Priquass = price quality association Braloy = brand loyalty Quavari = quality variability Copumi = consequence of purchase mistake Seaxper = search versus experience Nilai R2sebesar 0,11 menunjukan bahwa sebesar 11 persen variable eksogen telah dapat menjelaskan keragaman variabel endogen private label purchase. Sedangkan variable private label purchase dijelaskan oleh variable lain di luar model sebesar 89 persen. Hal ini terjadi karena masih terdapat factor -faktor lain yang dapat mempengaruhi private label purchase suatu merek atau dari penelitian tersebut menyatakan hanya sebelas persen saja faktor yang mempengaruhi penyebab konsumen melakukan pembelian produk private label pada Seven Eleven. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya bahwa bisa diketahui adanya perbedaan faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen pada pembelian produk private label. Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa terdapat dua faktor yang sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelia nproduk private label seperti factor priceconsciousness dan quality variability. Dan untuk hasil penelitian yang telah dilakukan sekarang hanya satu faktor yang mempengaruhi yaitu price consciousness. Dari hasil analisis hipotesis ini dan hipotesis sebelumnya dapat disimpulkan bahwa factor price consciousness memang sangat mempengaruhi persepsi konsumen dalam melakukan pembelian produk private label. Saran Convenience store dalam hal ini adalah Seven Eleven sebaiknya perlu mempertahankan dan meningkatkan pada faktor price consciousness yaitu dengan cara tetap meningkatkan kualitas namun dengan konsep awalnya yaitu menjual produk dengan harga yang terjangkau, seperti kenyamanan dan memperluas areanya. promosi-promosi dengan target konsumennya adalah para kalangan anak muda yang sangat suka berkumpul dengan teman-temannya. strategi yang lebih baik adalah secara teratur sedikit demi sedikit menaikkan harga dari pada membebani konsumen dengan satu kenaikan harga yang besar. Dengan kata lain, kenaikan harga 10 persen kemungkinan mengundang lebih banyak perhatian negative dari pada dua kali kenaikan harga 5 persen.
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
KEPUSTAKAAN Aaker, D.A. and Keller, K.L. (1990), “Consumer evaluations of brand extensions”, Journal of Marketing, Vol. 54 No. 1, pp. 27-41. Ailawadi, K.L., Neslin, S.A. and Gendenk, K. (2001), “Pursuing the value conscious consumer: store brands versus national brand promotions”, Journal of Marketing, Vol. 65 No. 1, pp. 71-89. Archna Vahie and Audhesh Paswan, (2006) Private label brand image: its relationship with store image and national brand. International Journal of Retail & Distribution Management, 34,pg.67. Batra, R. And Shinha, I. (2000), “Consumer-level factors moderating the success of private label brands”, Journal of Retailing, Vol. 76 No. 2, pp. 175-191. Berman, Berry and Evans, R.Joel, (2007) Retail Management A Strategic Approach. Ten Edition. Prentice Hall. Bottomley, P.A. and Holden, S.J.S. (2001). “Do we really know how consumers evaluate brand extensions? Empirical generalizations based on secondary analysis of eight studies”, Journal of Marketing Research, Vol. 36 No. 3, pp. 345-355. Chandon Jean-Louis, Philippe Jean, And Diallo Mbaye-Fall (2011) Consumer choice of Private Label Brands in the French market: Proposition and test of a partial mediation model, Paris. Cooper Donald R, Schindler Pamela S. (2006). Business research methods. (8th ed). New York: Mc Graw-Hill. Garretson, J.A., Fisher, D. and Burton, S. (2002), “Antecedents of private label attitude and national brand promotion attitude: similarities and differences”, Journal of Retailing,Vol. 78 No. 2, pp. 91-9. Griffin, J. (2002). Customer loyalty how to earn it how to keep it. Kentucky, McGraw Hill. Hubbard, R. And Amstrong, J.S. (1994), “Replications and extensions in marketing: rarely published but quite contracy”, International Journal of Research in Marketing, Vol. 11 No. 3 pp. 233-248. Justin Beneke, (2010) Consumer perceptions of private label brands within the retail grocery sector of South Africa, School of Management Studies, Faculty of Commerce, University of Cape Town, South Africa. Kotler, Philips. (2003). Marketing Management. 11th Edition. New Jersey: Pearson. Kumar, Nirmala and Jane Benedict E.M. Steenkamp. (2007). Private Label Strategy. Boston: Harvard Business Schoolpers. Levy, Michael and Baret A. Weitz (2007). Retailing Management. 6th ed. New York McGraw Hill. Lichtenstein, D.R., Bloch, P.H. and Black, W.C. (1988), “Correlates of price acceptability”, Journal of Consumer Research, Vol. 15 No. 2, pp. 243-52. Lovelock C, Wirtz J. (2007). Service marketing people technology, strategy. (6th edition). Unites State of America . Prentice Hall. Luthans, Fred (1992). Organizational Behavior. New York. McGraw Hill. Mark S. Glynn and Shaoshan Chen, (2009) Consumer-factor moderating private label brand succes: further empirical results. International Journal of Retail & Distribution Management, 37, 11, pp.869-914. Malhotra, Naresh K. (2007). Marketing Research an Applied Orentation. 5th edition. Upper Saddle River, N. J:Pearson Education Inc..
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013
Oliva, T.A., Oliver R.L., & MacMillan, I.C, (1992). A catastrophe model for developing service satisfaction strategies. Journal of Marketing, Vol. 56, pp.83-95. Paul, Peter J. And Jeffrey C. Olson. (2005). Consumer Behaviour & Marketing 7 th ed. New York: McGraw-Hill. Robbins, P. Stephen (2009). Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) (10th edition). Salemba Empat Shiffman and Kanuk (2007). Perilaku Konsumen. Edisi ke-7. Indeks. Wijaya, Toni. (2011). Cepat Menguasai SPSS 19 untuk olah & interpretasi. Cahaya Atma. Yamin, Sofyan. Dan Heri Kurniawan. (2009). Structural Equation Modeling Belajar Lebih Mudah Teknik Analisis Data Kuesioner dengan Lisrel – PLS. Salemba Infotek. 7 Eleven Indonesia, Bergerak Dalam Diam( 2010, 22 April) http;// indonesiaretail.com//7-11-indonesia-bergerak-dalam-diam Radiawati, Ririn7-Eleven menuai fenomena, hanya di Indonesia(2012, 8 Juni) http://www.merdeka.com/uang/7-eleven-menuai-fenomena-hanya-diindonesia.html Christie, Damayanti, (2012, 22 Maret). Fenomena ‘Anak Gaul’ 7-Eleven http://muda.kompasiana.com/2012/03/22/fenomena-anak-gaul-7-eleven/
Analisis pengaruh…, Hajaar Annissa, FE UI, 2013