LATAR BELAKANG SOSIAL BERDIRINYA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM TERPADU DI INDONESIA Oleh: Ade Imelda Frimayanti, M.Pd.I (Dosen MKU Pendidikan Agama Islam Universitas Lampung) (Email:
[email protected])
ABSTRAK Maraknya sekolah Islam terpadu tampaknya merupakan titik temu dari berbagai kebutuhan masyarakat, diantaranya karena keinginan untuk memiliki sekolah yang tidak saja tinggi mutu akademiknya, tetapi juga mempunyai kedalaman dalam keberagamaan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang melatarbelakangi munculnya lembaga pendidikan Islam terpadu yang secara sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan salah satu bentuk reaksi sekolah terhadap tuntutan globalisasi, antara lain krisis akhlak mulia, kesibukan orangtua, kebutuhan masyarakat akan sekolah unggul, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan terpadu, persepsi masyarakat terhadap mutu pendidikan Islam, orientasi pendidikan bersifat kognitif dan dikotomi pendidikan di Indonesia. Melalui lembaga pendidikan Islam terpadu ini diharapkan mampu mempersiapkan generasi muslim yang mampu menjawab dan menghadapi tantangan zaman. Kata Kunci: Latar Belakang Sosial, Lembaga Pendidikan Islam Terpadu.
terpadu yang cukup menarik membuat anak
A. PENDAHULUAN Disadari bahwa di tengah-tengah
didik tidak jenuh dan lebih mengenal Islam
masyarakat saat ini tengah berlangsung
dengan
krisis multidimensional dalam segala aspek
contohnya lewat berbagai permainan yang
kehidupan.
disisipi hikmah, mengajari hafalan dengan
Kemiskinan,
kebodohan,
menyenangkan.
–
lagu
segala
moral,
penyampaian cerita sejarah Islam dan para
peningkatan tindak kriminal dan berbagai
nabi dengan bermain peran dan lain
bentuk penyakit sosial menjadi bagian tak
sebagainya.
terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
pengajaran moral yang diterapkan dengan
kemerosotan
Untuk mencari titik temu dari persoalan
tersebut
munculah
anak
Lebih
tidak
lupa
satu
kedzaliman, penindasan, ketidakadilan di bidang,
anak
Salah
menarik
pula
adalah
cara learning by doing dan juga diajarkan
gagasan
secara langsung oleh ustadz atau ustadzah
Pendidikan Islam Terpadu, sebuah model
mereka. Fokus utamanya adalah untuk
pendidikan yang didesain dengan segala
membentuk akhlak yang Islami.
keterpaduan dari berbagai sisi dan aspek pendidikan
yang
meliputi
visi,
misi,
Tulisan
ini
mencoba
memberikan arahan mengenai
untuk lembaga
kurikulum,pendidik, suasana pembelajaran
pendidikan Islam terpadu. Selain itu juga
dan lain sebagainya.
menggali keunggulan apa saja yang ada
Sekolah
Islam
sebagai
pada sekolah Islam terpadu tentang sistem
bentuk satuan pendidikan memiliki peran
pengajaran dan penanaman akhlak kepada
yang
membentuk,
anak didiknya. Untuk itu dalam makalah ini
membangun, membina dan mengarahkan
akan dibahas lebih lanjut tentang konsep
anak
pendidikan Islam terpadu dan sejarah sosial
strategis
didik
terpadu
dalam
menjadi
manusia
yang
seutuhnya, manusia yang berkarakter dan
berdirinya
berkepribadian yang positif, manusia yang
terpadu.
lembaga
pendidikan
Islam
memiliki karakter dan kepribadian yang positif, memahami diri sendiri, terampil dan
B. PEMBAHASAN
mampu berkerja sama dengan orang lain.
1. Sistem Pendidikan Sekolah
Sekolah Islam yang sekarang sudah
Islam Terpadu
mulai „terasa‟ bedanya di masyarakat,
Konsep terpadu menurut Rachmat
penerimaan mereka terhadap sekolah Islam
Syarifudin. Pertama, keterpaduan antara
mulai meningkat, terutama pada sekolah
orang tua dan guru dalam membimbing
Islam terpadu. Pengajaran di sekolah Islam
anaknya.
Kedua,
keterpaduan
dalam
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
kurikulum
Ketiga,
keterpaduan
dalam
Konsep
sekolah
Islam
terpadu
konsep pendidikan. Ada sinergi antara
tersebut menurut Muhaimin merupakan
stakeholder yang terkait dengan pendidikan
perpaduan antara sekolah dan pesantren.
tersebut.1 Sedangkan pengertian pendidikan
Maksudnya bukan memadukan pesantren
Islam
dan sekolah, akan tetapi memasukkan tradisi
terpadu
adalah
menggabungkan
keutamaan-keutamaan yang ada pada sistem
pesantren
pendidikan
mengembangkan pola-pola budaya baru
kualitas
Islam
di
khususnya menjadi
guna
segala kualitas
sumber
meningkatkan
aspek
kehidupan,
intelektualitas
penggerak
dalam
sekolah,
dan
juga
agar bisa membantu peserta didik dan
yang
masyarakat
kemajuan.2
untuk
mengakomodasi
perubahan yang sedang dan yang sudah terjadi.4
Adapun menurut Ramayulis, keterpaduan di sini sesuai dengan prinsip pendidikan Islam
Secara
umum
dapat
dijelaskan
yang tidak mengenal pemisahan antara sains
bahwa tujuan sistem pendidikan Islam
dan agama (prinsip integral dan terpadu).
terpadu adalah untuk memberikan dasar
Penyatuan antara kedua sistem pendidikan
yang kuat untuk mengembangkan dan
adalah tuntutan akidah Islam.3
meningkatkan
Berdasarkan
beberapa
pendapat
kecerdasan/
Intelegence
Quotient (IQ), Emosional Quotient (EQ)
tersebut maka dipahami yang dimaksud
dan
dengan pendidikan Islam terpadu yaitu suatu
berbagai inovasi yang efektif dan aktual.
sistem pendidikan yang mengintegralkan
Kurikulumnya didesain untuk menjangkau
seluruh komponen dalam sistem tersebut
masing-masing bagian dari perkembangan
menjadi satu kesatuan yang utuh saling
ini yakni untuk mengembangkan kreatifitas
melengkapi, sehingga terwujud manusia
yang mencakup integritas dan kondisi tiga
yang
ranah
memiliki
kehidupannya
keseimbangan baik
dimensi
dalam duniawi
Spiritual
(ranah
Quotient
kognitif,
(SQ)
dengan
afektif
dan
psikomotorik).
maupun ukhrawi.
Berdasarkan
tujuan
dan
fungsi
pendidikan Islam terpadu tersebut dapat dipahami bahwa model pendidikan terpadu 1
Rachmat Syarifudin, “JSIT Memberdayakan Sekolah-Sekolah Islam” copyright©2007 www.republika.com diakses tanggal 25 Mei 2015
berbeda
2
Hilmy Bakar Almascaty, Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin (Jakarta: Universitas Islam Azzahro Press, 2000), h. 34
dengan 4
sekolah-sekolah
yang
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 103 – 104
3
Ramayulis, Ilmu Pendidkan Islam, cet ke-2 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 11
33
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
menggunakan label Islam yang selama ini
siswa di sekolah, baik belajar, bermain,
berkembang
beribadah dikemas dalam sebuah sistem
di
Indonesia.
Lembaga-
lembaga pendidikan yang menggunakan
pendidikan yang terintegrasi.
identitas Islam tersebut, jika ditilik dari aims
Konsep awal dibentuknya program
and objectives-nya masih terkesan pragmatis
sekolah Islam terpadu bukanlah menambah
dan utilitarian, serta secara epistimologis
materi ajar dan jam pelajaran yang sudah
pada umumnya masih tetap mengacu kepada
ditetapkan oleh Depdiknas seperti yang ada
dualisme yakni adanya dikotomi antara ilmu
dalam kurikulum, melainkan tambahan jam
Islam dengan umum. Sedangkan model
sekolah digunakan untuk pengayaan materi
pendidikan Islam terpadu mengembangkan
ajar yang disampaikan dengan metode
kedua ranah tersebut secara seimbang dan
pembelajaran
terpadu.
menyenangkan. Adapun tujuannya adalah
Karakteristik yang paling mendasar
untuk
yang
menambah
kreatif
wawasan
dan
dalam sistem pendidikan Islam terpadu
memperdalam
adalah
and
menyelesaikan tugas dengan bimbingan
metode
guru, serta pembinaan mental, jiwa dan
proses
integrated
integrated
curriculum
activity
dengan
pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan
ilmu
dan
pengetahuan,
moral anak.
inovatif disertai pengayaan (enrichment dan
Kegiatan
pembelajaran
yang
remedial). Pendidikan Islam terpadu bisa
dilaksanakan di sekolah Islam terpadu
dikatakan “pendidikan sepanjang hari” yang
adalah jam belajar yang digunakan lebih
tidak hanya di kelas tetapi terintegrasi antara
lama dibandingkan dengan sekolah biasa.
program kurikulum dengan seluruh sisi-sisi
Pelajarannya lebih banyak dan lebih variatif
sekolah.5
dan dikemas sedemikian rupa agar terasa
sehingga
menyenangkan. Selain itu, kegiatan-kegiatan
kepribadian pun terjaga. Semuanya berada
ekstrakurikuler dan keagamaan medapat
di bawah pengawasan dan bimbingan guru.
porsi lebih besar. Selain teori, anak didik
Hal
langsung diperkenalkan dengan praktek di
kehidupan
anak
Pergaulan
anak
inilah
yang
selama
di
terpantau
membedakan
dengan
sekolah pada umumnya. Dalam sekolah
lapangan.
Islam terpadu semua program dan kegiatan
Oleh
karena
itu,
guru
tetap
memegang peranan yang penting dalam 5
Profil SD Al-Muttaqin Tasikmalaya, dalam http://www.sdalmuttaqinasikmalaya.sch.id/index_files/page354. htm diakses tanggal 25 Mei 2015
proses pendidikan, yaitu dalam penanaman nilai. 34
Hal
ini
sesuai
dengan
yang
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
diungkapkan Chomaidi bahwa “peranan
Laboratorium komputer lengkap dengan
guru bukan sekedar komunikator nilai,
komputer terbaru serta koneksi internet
melainkan sekaligus sebagai pelaku dan
kencang. Bahkan ada wifi spot yang gratis.
sumber nilai yang menuntut
Kelas berAC dan proyektor yang tersedia
jawab
dan
tanggung
kemampuan dalam
meningkatkan
kualitas
upaya
tiap kelas. Kebersihan kamar mandi dan
pembangunan
kelas terjaga, karena sudah ada petugas
manusia seutuhnya, baik yang bersifat
kebersihan sendiri.
lahiriyah maupun yang bersifat batiniah (fisik
dan
non
Beberapa
fisik). Artinya yang
menyekolahkan
orangtua
siswa
anaknya
di
yang
lembaga
dibangun adalah karakter, watak, pribadi
pendidikan Islam terpadu, memiliki alasan
manusia yang memiliki kualitas
iman,
yang berbeda, alasan “dari pada anak
kualitas kerja, kualitas hidup, kualitas
dititipkan sama pembantu” sehingga mereka
pikiran, perasaan, dan kemauan.6 Guru di
menganggap
sekolah islam terpadu berperan sebagai
membantu meringankan kesibukan mereka
orang tua siswa saat di sekolah, bahkan
karena bekerja, ternyata tidak sepenuhnya
pengawasan siswa ketika di rumah pun juga
benar. Karena sekolah ini tetap menuntut
masih dipantau lewat orang tuanya, adakah
perhatian penuh orangtua, misalnya harus
perubahan positif dari anak didiknya.
mengisi buku penghubung yang berisi
Sarana pembelajaran di sekolah
sekolah
tersebut
dapat
kegiatan anak-anak yang sudah dilakukan di
Islam Terpadu sangat lengkap, karena hal
rumah, seperti
itu merupakan hal yang sangat penting
Dhuhur, Ashar, Maghrib dan lain-lain.
diperhatikan di sekolah Islam Terpadu.
apakah anak telah shalat
Orangtua siswa juga sering diminta
Suasana kelas sebuah sekolah Islam terpadu.
ke
Satu kelas didampingi 2 guru dengan
berkonsultasi tentang perkembangan anak.
fasilitas kelas yang mewah: bersih, berAC
Dulu rasanya orang tua hanya datang ke
dan proyektor yang tertancap di langit-langit
sekolah saat mengambil rapor saja. Itu
sekolah. Fasilitas sekolah Islam terpadu baik
cukup 4 bulan sekali. Kalau di sekolah ini
fasilitas fisik dan non fisiknya bagus.
lebih sering. Bahkan ada saat anak akan
Bangunan sekolah megah dan bertingkat.
menunjukkan prestasi atau kemampuannya
Perpustakaan luas, nyaman dan lengkap.
di depan orang tua. Belum saat-saat tertentu ada
6
Dan
Elly Sumantri, Fenomena Madrasah Bubar Islamic Full Day School.
sekolah
untuk
undangan
berkomunikasi
untuk
mengikuti
/http://ellysumantri.blogspot.com/2010/06/sekolah-
35
dan
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
seminar/training tentang menjadi orang tua
Sekolah-Sekolah
yang baik (parenthing).
seluruhwilayah Indonesia.8
2. Sejarah Sosial Sekolah Islam Terpadu
Islam
Terpadu
di
Berawal dari lima satuan sekolah
Pada dekade akhir tahun 1980-an,
dasar yang berdiri pada 1993. Kelima
Sekolah Islam Terpadu mulai bermunculan.
sekolah yang menjadi cikal bakal model
Diawali oleh para aktivis dakwah kampus
penyelengaraan SIT itu, yakni SDIT Nurul
yang tergabung dalam Lembaga Dakwah
Fikri
Kampus (LDK) Institut Teknologi Bandung
Hikmah Jakarta Selatan, SDIT Iqro Bekasi,
(ITB), Universitas Indonesia (UI), dan
SDIT Ummul Quro Bogor, dan SDIT Al
beberapa universitas ternama lainnya yang
Khayrot Jakarta Timur. Sejak saat itu,
tergabung
sekolah Islam terpadu terus bermunculan
Tarbiyah
dalam yang
komunitas memiliki
Jamaah
Noorhaidi Hasan, Islamist Party, Electoral Politics and Da’wa Mobilization Among Youth: The Prosperous Justice (PKS) in Indonesia, Artikel Online di S. Rajaratnam School of International Studies Singapore, 2008.
yang berperan penting dalam menyebarkan
9
Berawal di Masjid Arif Rahman Hakim (ARH) Salemba yang merupakan pusat pertemuan aktivis kampus Universitas Indonesia Jakarta. Sekitar tahun 1980-an mahasiswa yang aktif di masjid ini memikirkan nasib masa depan bangsa dalam bidang pendidikan, yang masih jauh dari jangkauan akademis. Beberapa mahasiswa fakultas MIPA, Psikologi, dan fakultas lainnya bergabung untuk membantu mencerdaskan bangsa melalui pembinaan kepada adik kelas mereka yang masih duduk di SMA. Tahun 1981 – 1984 mereka melakukan pembinaan dalam bentuk menelaah dan melakukan pendalaman mata pelajaran dan Bimbingan Penyuluhan dari masjid ke masjid kepada para siswa kelas 3 di berbagai jurusan. Alhamdulillah, Sembilan puluh persen peserta yang sebagian besar pengurus Rohis di sekolah masing-masing diterima di perguruan tinggi negeri.Tahun 1985 mereka meresmikan berdirinya Bimbingan Belajar Nurul Fikri (Bimbel NF) di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri. Tahun 1992 para pendiri Yayasan Nurul Fikri ingin melanjutkan kiprah mereka dalam pendidikan formal berupa upaya pendirian sekolah alternatif yang mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Dibentuklah Kelompok Kerja (pokja) untuk pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri. Sekitar setahun pokja melaksanakan tugasnya, akhirnya pada pertengahan Juli 1993 diresmikanlah SDIT Nurul Fikri yang berdomisli di Jalan Situ Indah No. 116, Tugu, Cimanggis, Depok. Bersamaan dengan pendirian SDIT Nurul Fikri, Yayasan mendirikan Taman Al-Qur‟an Nurul Fikri. Inilah awal berdirinya SDIT Nurul Fikri dengan membuka pendaftaran dari kelas 1 sampai dengan kelas IV.Kiprah Yayasan berlanjutkan pada Juli 1996 dengan membuka SLTP Islam Terpadu Nurul Fikri. Pembukaan SLTPIT Nurul Fikri ini merupakan bentuk integrasi kelanjutan studi pada jenjang yang lebih tinggi.
ideologi Islam kepada para mahasiswa. Kalangan pemuda menjadi target utama dari gerakan ini karena mereka percaya bahwa para pemuda akan menjadi agen perubahan sosial yang sangat penting dalam melakukan islamisasiseluruh masyarakat Indonesia.7 Tugas untuk menyiapkan generasi yang
punya
Al
8
Mereka adalah para aktivis Islam kampus
Muslim
SDIT
keprihatinan
terhadap kondisi pendidikan di Indonesia.
muda
Depok9,
komitmen
dakwah diyakini akan lebih efisien jika melalui pendidikan. Dalam konteks ini, mereka mendirikan Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nurul Fikridari tingkat Taman Kanakkanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)yang telah menginspirasi berdirinya islam-terpadu-fenomena.html) 7
Zuly Qodir, Gerakan Sosial Islam: Manifesto Kaum Beriman (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 104107
36
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
dan
berkembang. Hingga 2013, jumlah
sekolah
yang
berada
bersifat kognitif dan dikotomi pendidikan di
dalam Jaringan
Indonesia. Berikut akan diuraikan satu
Sekolah Islam Terpadu (JSIT)Indonesia
persatu
mencapai 1.926 unit sekolah. Yakni, terdiri
lembaga
atas 879 unit TK, 723 unit SD, 256 unit
Indonesia:
latar
belakang
pendidikan
sosial
Islam
lahirnya
terpadu
di
SMP, dan 68 unit SMA, dan ada sekitar 10.000 Sekolah IslamTerpadu yang secara struktural tidak bergabung di bawah JSIT.10
a. Krisis Akhlak Mulia
Maraknya sekolah Islam terpadu
Kemajuan sains dan teknologi pada
tampaknya merupakan titik temu dari
era globalisasi semakin membuka lebar
berbagai kebutuhan masyarakat, yaitu antara
rahasia alam semesta. Komunikasi semakin
keinginan untuk memiliki sekolah yang
mendekatkan
tidak saja tinggi mutu akademiknya, tetapi
pengertian antar berbagai kebudayaan, tata
juga
dalam
nilai, dan norma kehidupan manusia. Akan
keberagamaan. Di sisi lain, bagi keluarga-
tetapi, sebaliknya, gerak kemajuan dan
keluarga muda yang suami-istri bekerja di
modernisasi rupanya juga membawa serta
luar rumah, sekolah Islam terpadu juga
limbah peradaban yang dapat mencemari
dapat memainkan peran sebagai tempat
akhlak dan perilaku mulia manusia. Artinya
penitipan anak.
bahwa kemajuan teknologi ternyata juga
mempunyai
kedalaman
Oleh karena itu ada beberapa hal
pemahaman
dan
saling
sarat beban pergeseran tata nilai yang dapat
yang melatarbelakangi munculnya lembaga
menjerumuskan.
pendidikan Islam terpadu yang secara
Kompleksitas permasalahan dunia
sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan
modern,
salah satu bentuk reaksi sekolah terhadap
membawa
tuntutan globalisasi, antara lain krisis akhlak
kesulitan
mulia,
kebutuhan
keseharian orang per orang. Akibatnya
masyarakat akan sekolah unggul, kesadaran
muncul fenomena kebingungan, ketegangan,
masyarakat akan pentingnya pendidikan
kecemasan,
terpadu, persepsi masyarakat terhadap mutu
berkembang
pendidikan
menyebabkan orang mengembangkan pola
kesibukan
Islam,
orangtua,
orientasi
pendidikan
bagi
banyak
orang,
konsekuensi dalam
dan
justru
meningkatnya
adaptasi
kehidupan
konflik-konflik
begitu
rupa,
yang
sehingga
perilaku yang menyimpang dari norma10
Usamah Hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring (Jakarta:PT Dharmapena Citra Media, 2012), h. 69
37
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
norma umum, berbuat semaunya sendiri,
Berdasarkan indikator hasil survey the
dan mengganggu orang lain.
Political and Economic Risk Consultancy
Sebagaimana Baharudin
bahwa
yang
dikemukakan telah
Indonesia mencapai rangking pertama se
mengubah kehidupan sehari-hari terutama
Asia. Dalam bidang pendidikan, munculnya
dirasakan
kegiatan
sekali
globalisasi
tahun 2004 bahwa indeks korupsi di
di
Negara-negara
pemalsuan
ijazah,
tradisi
berkembang terutama di Negara Islam
menyontek, plagiasi skripsi, tesis atau
seperti Indonesia. Ketergantungan dalam
disertasi, dan lainnya yang menunjukkan
aspek ekonomi, politik dan budaya barat
rendahnya sikap amanah masyarakat.13
menjadi penomena baru bagi masyarakat
Pendapat lainnya juga menjelaskan
Indonesia, sehingga globalisasi memberikan
bahwa pengaruh negatif dari kemajuan ilmu
dampak negatif dan positif pada bangsa
pengetahuan
Indonesia. Model dan cara berpakaian yang
globalisasi menyebabkan krisis orientasi
tidak Islami, jenis makanan yang dinikmati,
masyarakat, antara lain:
sudah jauh dari menu dan kekhassan local,
yang tidak mengenal tata karma dan nilainilai keislaman sudah terlihat dimana-mana. ini
merupakan
sebagian
dari
pengaruh negatif globalisasi.11 Globalisasi di bidang budaya, etika dan moral, sebagai akibat dari kemajuan teknologi terutama di bidang informasi memberikan berbagai kemudahan untuk mengakses berbagai informasi yang sulit terkontrol, sadisme,
sehingga kekerasan,
sebagainya
di
munculnya pemerkosaan,
kalangan
teknologi
pada
era
1) Krisis nilai; sikap penilaian yang dahulu ditetapkan sebagai benar, baik, sopan atau salah, buruk, tak sopan, mengalami perubahan drastis menjadi ditoleransi, bahkan tak diacuhkan orang. 2) Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik. 3) Adanya kesenjangan kredibilitas; erosi kepercayaan di kalangan masyarakat. Orangtua, guru, penegak hukum mengalami penurunan wibawa dan diremehkan. 4) Beban lembaga pendidikan Islam terlalu besar yang menuntut tanggung jawab moral dan sosiokultural. 5) Kurangnya sikap idealisme dan citra remaja tentang perannya di masa depan bangsa. 6) Kurang sensitif terhadap kelangsungan masa depan. 7) Kurangnya relevansi program pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
pengaruh bebas dan pergaulan muda-mudi
Semua
dan
sikap dan
masyarakat.12
11
Baharudin, Pendidikan Islam dan isu-isu sosial, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2011), h. 6 –7 12
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. 85 – 86
13
h. 84 – 85
38
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam,
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
8) Adanya tedensi dalam pemanfaatan secara naif kekuatan teknologi canggih. 9) Makin membesarnya kesenjangan di antara kaya dan miskin. 10) Makin bergesernya sikap manusia ke arah pragmatisme yang pada gilirannya membawa ke arah materialisme dan individualisme. 11) Makin menyusutnya jumlah ulama tradisonal dan kualitasnya.14
dikembangkan dalam institusi pendidikan,
Fenomena ini semakin menambah
penyakit sosial lainnya, adalah to return to
baik formal, informal, maupun nonformal.15 Bahkan Sachiko Murata dan William Chittik, dua guru besar di State University of New York Amerika Serikat mengemukakan bahwa obat untuk mengatasi berbagai problem
depan
Meningkatnya
putra-putri angka
kelaparan,
God through religion.16
mereka.
kriminalitas
seperti
penyakit penindasan, polusi dan berbagai
kekhawatiran orang tua berkenaan dengan masa
masyarakat,
Memperhatikan beberapa fenomena
yang
tentang akhlak masyarakat sekarang ini dan
disertai tindak kekerasan, penyelewengan
beberapa pendapat tersebut dipahami bahwa
seksual,
sekolah Islam terpadu dapat menjadi salah
perkelahian
penyalahgunaan
obat,
pelajar,
narkotik,
dan
satu alternatif dalam menyiapkan generasi
minuman keras semakin mendorong banyak
yang mampu memahami
keluarga untuk berpikir ulang mengenai
menguasai ipteks, terampil dan sekaligus
efektivitas
dalam
siap hidup dan bekerja di masyarakat dalam
anak-anak
pancaran dan kendali ajaran dan nilai-nilai
pendidikan
mengembangkan
umum
kepribadian
mereka.
atau bahkan
Islam.
Lembaga pendidikan Islam harus
b. Kesibukan Orangtua
mampu mengembangkan gagasan-gagasan
Masyarakat, khususnya masyarakat
yang cerdas dan kreatif-inovatif dalam
perkotaan memiliki tingkat mobilitas yang
mengantisipasi berbagai krisis akhlak mulia
sangat tinggi. Orang tua meninggalkan
akibat dampak negatif globalisasi tersebut.
rumah untuk bekerja pukul 06.00 dan
Oleh karena itu menurut Ahmad Tantowi,
kembali ke rumah menjelang malam hari.
pendidikan Islam sebagai Pembinaan Akhlak
Banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja
al-Karimah harus dikembalikan kepada
di
fitrahnya sebagai pembinaan akhlaq al-
luar
rumah
sehingga
tidak
bisa
14 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 38 – 41
karimah, dengan tanpa mengesampingkan
15 Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009), h. 104
dimensi-dimensi penting lainnya yang harus
16
h. 110
39
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam,
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
mengawasi pendidikan putra putrinya secara
orang tua tidak akan takut anak akan terkena
maksimal. Sekolah umum melaksanakan
pengaruh negatif karena untuk masuk ke
pendidikan dengan sistem Halfday School
sekolah tersebut biasanya dilakukan tes
(sekolah tengah hari), membuat orangtua
(segala macam tes) untuk menyaring anak-
yang sibuk bekerja merasa khawatir akan
anak dengan kriteria khusus (IQ yang
pergaulan anak-anaknya. Oleh karena itu
memadai,
mereka
lembaga
motivasi belajar yang tinggi), tentu saja
pendidikan yang berkualitas yang dapat
akan meningkatkan gengsi orang tua yang
menggantikan
untuk
memiliki orientasi terhadap hal-hal yang
putra-putri
sifatnya prestisius, obsesi orang tua akan
membutuhkan
sementara
suatu
tugas
dalam
mereka
mendidik
mereka.
kepribadian
keberhasilan
yang
pendidikan
baik
anak
dan
(karena
Sekolah Islam terpadu menjawab
mereka berpikir jika anak mau pandai harus
kebutuhan masyarakat yang telah disebutkan
dicarikan sekolah yang bagus, dan sekolah
di atas, yakni padatnya tugas pekerjaan
bagus itu adalah yang mahal) memiliki
keseharian orang tua namun menginginkan
peluang besar untuk tercapai.
pendidikan yang berkualitas. Alasan positif
Artinya lembaga pendidikan Islam
orangtua tersebut, yaitu anak didik akan
terpadu
menghabiskan
sebagian masyarakat modern yang sibuk
waktunya
hampir
sehari
mendapat
kemudian dapat membentuk tata pergaulan
memasukkan anak ke full day school dengan
dalam suasana interaksi dan sosialisasi yang
harapan
bernuansa akademis. Di samping itu, anak
perkembangan anak, mengajarkan agama
didik
dan
antarsekolah bermanfaat melaksanakan
dan di
dari
kegiatan
rumah. sholat
tawuran yang
Peserta
tak didik
kepada
Orangtua
kebutuhan
anak,
dan
perkembangan
anak
Masyarakat
akan
mereka.
dzuhur dan asar c.
tidak
akan
Kebutuhan
Sekolah Unggul
muslimah dan belajar al-Qur‟an setiap hari. tua
moral
memenuhi
mengoptimalkan
berjamaah di sekolah, berbaju muslim/
Orang
dapat
rumah.
dari
bekerja
terhindar
luar
positif
penuh bersama guru dan temannya, yang
juga
di
respon
Di era tahun 80-an, sekolah alternatif
merasa
pilihan masyarakat adalah sekolah swasta
khawatir, karena anak-anak akan berada
Katolik. Di sekolah ini walaupun sistem
seharian di sekolah yang artinya sebagian
pendidikannya
besar waktu anak adalah untuk belajar,
berbasis
agama
Katolik
namun banyak muridnya yang beragama non 40
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
Katolik. Banyak orang tua yang beragama
sehingga banyak bermunculan sekolah-
Islam memasukkan anaknya ke sekolah
sekolah Islam Terpadu (IT). Dimulai dari
ini.17
Katolik
Hal
ini
disebabkan
menjamurnya sekolahan SDIT (sekolah
kekecewaan masyarakat akan sekolah umum
dasar islam terpadu), masyarakat sudah
dan sekolah Islam yang kurang mampu
mempunyai pilihan lain sebagai alternatif
menjawab tantangan zaman.
dari sekolah negeri dan sekolah swasta
Pada masa itu menurut Malik Fadjar masyarakat
mengalami
Katolik. Salah satu perintis SDIT adalah
pergeseran
Nurul Fikri yang mulai berdiri di awal tahun
pandangan terhadap pendidikan seiring
1990an.
dengan tuntutan masyarakat (social demand) d. Kesadaran
yang berkembang dalam skala yang lebih makro.
Menurutnya,
kini,
Salah satu tantangan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam antara lain
hanya sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan perolehan
pengetahuan
harapan umat agar lembaga pendidikan
dan
Islam mampu melahirkan orang-orang yang
ketrampilan dalam konteks waktu sekarang. Lebih
dari
sebagai
itu,
bentuk
pendidikan investasi,
intelek, tetapi alim dan orang-orang alim
dipandang
baik
akan
Pentingnya Pendidikan Terpadu
masyarakat
melihat pendidikan tidak lagi dipandang
terhadap
Masyarakat
yang intelek. Harapan ini yang harus
modal
dijawab dengan sungguh-sungguh dan terus
maupun manusia (human and capital
menerus mengupayakan kualitas lembaga
investmen) untuk membantu meningkatkan
pendidikan Islam yang terus meningkat.19
ketrampilan dan pengetahuan sekaligus mempunyai kemampuan produktif di masa
Sekolah Islam Terpadu yang muncul
depan yang diukur dari tingkat penghasilan
sebagai alternatif solusi dari keresahan
yang diperolehnya.18
sebagian
menginginkan
Tetapi mulai di era tahun 90-an kesini
mulai
berangsur-angsur
masyarakat
pendidikan
muncul
adanya Islam
muslim sebuah
yang institusi
yang
berkomitmen
nilai-nilai
Islam dalam
sekolah alternatif swasta yang lainnya, yakni
mengamalkan
sekolah
sistem
sistemnya, dan bertujuan agar siswanya
pendidikannya berbasiskan agama Islam,
mempunyai kompetensi seimbang antara
alternatif
yang
ilmu kauniayah dengan ilmu qauliyah, 17
Fahmy Alaydroes, Latar Belakang, Visi dan Format Sekolah Islam Terpadu, dalam http:// jsit.or.id. diakses tanggal 25 Mei 2015
antara fikriyah, ruhiyyah dan jasadiyyah,
18
A. Malik Fadjar , Madrasah dan Tantangan Modernitas. (Bandung : Mizan, 1998), h.76
19
sosial, h. 9
41
Baharudin, Pendidikan Islam dan isu-isu
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
sehingga mampu melahirkan generasi muda
juga disebabkan makin merosotnya akhlak
muslim yang berilmu, berwawasan luas dan
mulia remaja khususnya yang diakibatkan
bermanfat
oleh kurangnya pemahaman dan pembinaan
bagi
menciptakan
ummat. Dengan tujuan
siswa
kecerdasan
yang
memiliki
Intelektual
Quotient/IQ),
Kecerdasan
terhadap nilai-nilai agama.21
(Intelegen Emosional
Sekolah Islam Terpadu menawarkan
(
hal
Emotional Quotient/EQ) dan kecerdasan
lebih
dibandingkan
dengan
pendidikan umum. Selain mengintegrasikan
Spritual (Spritual Quotient/SQ) yang tinggi serta
yang
pendidikan
kemampuan beramal (kerja) yang
umum,
ihsan.
agama
Sekolah
dengan Islam
pendidikan
Terpadu
juga
memberikan siswanya skill sesuai dengan Kesadaran
masyarakat
tersebut
bakatnya masing-masing. Selain itu, pola
dilatarbelakangi dari fitrah manusia itu
pembelajarannya juga sedikit berbeda dan
sendiri. Pada dasarnya manusia selalu ingin
memang mengakomodir hak-hak siswa
kembali kepada fitrahnya. Allah SWT telah
sebagai penuntut ilmu. Hal ini sebenarnya
menciptakan manusia sebagai makhluk
mencoba menjawab tantangan zaman yang
terbaik diantara makhluk-makhluknya yang
ke depan akan masuk para era globalisasi
lain yang mampu berfikir. Kecenderungan
dan
manusia mempengaruhi apa pilihannya.
Indonesia harus sudah dibekali cara-cara
Setelah sekian lama manusia Indonesia
manajerial, skill dan sebagainya yang
dicekoki dengan sistem sekuler walau
menunjang dirinya untuk mampu bersaing.
disamarkan
Tentunya
membuat
memberontak.
jiwa bangsa ini
bebas.
membentuk
Anak-anak
karakter
mereka
untuk
bukan untuk menjadi tenaga kerja tetapi
mencerabut bangsa ini dari akar budayanya
yang membuka lapangan kerja, dan mampu
ternyata tidak berhasil. Masyarakat bosan
menghadapi dampak negatif dari globalisasi
dengan Sistem Pendidikan Nasional dan
itu sendiri.
model
Upaya-upaya
perdagangan
pendidikan
memisahkan
antara
umum
yang
pendidikan
terus
Masyarakat mulai sadar dan melihat
agama
bahwa
(Islam) dengan pendidikan umum. Itulah
pendidikan
merupakan
pondasi
di
sekolah dari
dasar
pendidikan
fitrah manusia yang ingin memenuhi relung jiwanya dengan cahaya Allah.20 Selain itu /http://ellysumantri.blogspot.com/2010/06/sekolahislam-terpadu-fenomena.html) 20
Dan
21
Elly Sumantri, Fenomena Madrasah Bubar Islamic Full Day School.
h. 101
42
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam,
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
selanjutnya. Pembentukan kecerdasan tidak
lulusan minimal. Persentasi lulusan ujian nasional cukup menggembirakan, kurang lebih 92%, tetapi perolehan nilai rata-rata masih rendah. 4) Manajemen; penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah, yang 91,4% swasta, umumnya belum dikelola dengan manajemen yang profesional. 5) Sarana prasarana; belum memadainya sarana dan prasarana pada sebagian besar madrasah. 6) Status; belum sepenuhnya percaya diri dalam pengelolaan dan penyelenggaraan dan terbatasnya peluang penegrian sehingga madrasah negeri yang umumnya telah memenuhi standar minimal, hanya berjumlah 8,6%. Adapun problema pendidikan Islam
hanya dinilai dari umum tapi juga agama, khususnya agama Islam. Masa pendidikan dasar adalah masa pendidikan moral. Hal ini yang akan menentukan bagaimana anak berkembang.
Kemerosotan
moral
yang
terjadi pun juga disebabkan salah satunya oleh penanaman nilai agama pada anak usia dini yang diabaikan.
e.
Persepsi
Masyarakat
terhadap
Mutu Pendidikan Islam
secara eksternal adalah persepsi masyarakat
Beberapa problema yang dihadapi
dan
lembaga pendidikan Islam ada dua yaitu
pemerintah
yang
cenderung
diskriminatif, sehingga madrasah kurang
bersifat internal dan eksternal22 Dari segi
mendapatkan perhatian, termasuk dalam
internal, tantang yang dihadapi adalah
penyediaan anggaran, bahkan ada yang
23
menyangkut :
menganggap sebagai lembaga pendidikan
1) Mutu; penyelenggaraan dan pengelolaan madrasah umumnya belum dapat melahirkan lulusan yang berkualitas. 2) Pendidik: sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah belum berkualifikasi sesuai dengan tuntutan perundangundangan. 3) Kurikulum; sebagian besar madrasah belum dapat mengimplementasikan standar isi dan belum sepenuhnya dapat mencapai standar kompetensi 22
kelas
dua
setelah
sekolah.24
Muncul
persepsi di masyarakat stereotyping, bahwa pendidikan
Islam
selalu
diasosiasikan
dengan lembaga pendidikan terbelakang, kurang bermutu serta tidak menghasilkan lulusan (educational output) yang memadai dan
tidak
memiliki
kemampuan
komprehensif-kompetitif terutama dalam bidang ilmu pengetahuan.25
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam,
h. 23 24
23
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, h. 23
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam; h.
24 25
Fahrurrozi, From: http://www.msi-uii.net. Diakses tanggal 25 Mei 2015
43
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
Selama ini image masyarakat tentang madrasah
masih
pembelajaran
yang
Produk
dilaksanakan guru saat ini lebih banyak
kurang
berorientasi pada pencapaian pada aspek
ilmu
kognitif (pengetahuan). Segala metode dan
masyarakat
media serta inovasi yang dilakukan guru
diidentikkan
dalam upaya agar siswa mampu memahami
dengan lembaga pendidikan second class,
materi pelajaran dengan baik bukan agar
tidak maju, kumuh, dan citra negatif lain
siswa menyakininya, melaksanakannya dan
masih
madrasah,
menjadikannya sebagai pedoman dalam
masyarakat
berbuat dan bertindak dalam kehidupan
madrasah
kurang baik.
Kegiatan
masih
dianggap
berkualitas,
khususnya
pengetahuan
umum.
terhadap
Madrasah
dalam
Image sering
sering menempel
sehingga
rendahnya
di
animo
menengah atas (upper midle class) untuk
sehari-hari.
menyekolahkan anaknya ke madrasah. Hal
Sebagaimana
yang
dikemukakan
ini mengharuskan madrasah tetap komitmen
Muhaimin bahwa pendidikan agama Islam
memperbaiki mutu pendidikan khususnya
kurang bisa mengubah pengetahuan agama
pendidikan umum tersebut.
yang kognitif menjadi “makna” dan “nilai”
Secara sederhana bisa dilihat dari
atau kurang mendorong penjiwaan terhadap
rendahnya minat para orang tua untuk
nilai-nilai
keagamaan
yang
perlu 27
menyerahkan masa depan pendidikan anak-
diinternalisasikan dalam diri siswa. Model
anaknya
pesantren
pembelajaran yang sering dilaksanakan guru
(notabane Islam). Biasanya mereka tidak
hingga saat ini tampaknya lebih cenderung
menjadikan
tersebut
menekankan pada pencapaian perubahan
untuk
pada aspek kognitif (intelektual),28 yang
sebagai
ke
madrasah
lembaga-lembaga alternatif
menyekolahkan Kalaupun
atau
utama
anak-anak
akhirnya
mereka
mereka. masuk
27
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam,
h. 56
bersekolah di madrasah, pesantren ataupun
28
Menurut Bloom, terdapat tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : (1) kawasan kognitif; (2) kawasan afektif; dan (3) kawasan psikomotor. Taksonomi perilaku menurut Bloom di atas menjadi rujukan penting dalam proses pendidikan, terutama kaitannya dengan usaha dan hasil pendidikan. Baca lebih lanjut dalam Benyamin S. Bloom, Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain (New York: David McKay, 1956). Pada ranah konitif meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Baca lebih lanjut dalam Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 1994), h. 34
sekolah Islam biasanya itu dilakukan karena terpaksa (karena tidak lulus di sekolah umum, misalnya).26 f.
Orientasi
Pendidikan
Bersifat
Kognitif 26
Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), h. 50
44
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
dilaksanakan melalui berbagai bentuk model
konseptor pendidikan melupakan keimanan
pembelajaran
tertentu.
sebagai inti kurikulum nasional.31
pembelajaran
yang
mengembangkan
Sementara, secara
khusus
kemampuan
afektif
Banyak pembelajaran
ditemukan yang
kegiatan
dilaksanakan
guru
tampaknya masih sangat kurang mendapat
terutama dalam pembelajaran agama Islam
perhatian. Kalaupun dilakukan mungkin
dengan kegiatan menghafal. Siswa disuruh
hanya dijadikan sebagai efek pengiring atau
menghafal berbab-bab materi, agar mampu
menjadi hidden curriculum, yang disisipkan
menjawab soal ketika ulangan dengan baik.
dalam kegiatan pembelajaran yang utama
Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil
yaitu
apabila
pembelajaran
kognitif
ataupun
pembelajaran psikomotorik.
siswa
mampu
menjawab
soal
ulangan dengan baik. Hal ini mengakibatkan
Oleh karena itu Musthofa Rembangy
materi ajaran agama hanya sebatas diketahui
menyatakan bahwa pendidikan cenderung
dan dipahami bukan dihayati dan diamalkan
berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau
dalam kehidupan sehari-hari.
kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga
Sekolah masih menerapkan pola
ruh pendidikan Islam sebagai pondasi
pendidikan yang sama, yaitu membangun
budaya, moralitas, dan social movement
90% kognitif dan hanya 10% afektif.
29
Sampai saat ini, masih banyak orang yang
(gerakan
sosial)
menjadi
juga
menyatakan
Muhaimin
hilang.
bahwa
meyakini
keberhasilan anak pada masa
pendidikan di Indonesia sekarang ini lebih
depan
mengadopsi metodologi pendidikan sekuler
kognitif, sehingga jika IQ mereka rendah
yang notabene lebih menekankan dimensi
mereka akan ditolak di beberapa sekolah
intelektual (aqliyah) dan jismiyah, sehingga
dan fungsi kognitif ini diukur dengan satu
potensi-potensi atau fitrah lainnya kurang
hal
bisa
terselamatkan
dan
terlindungi.30
sangat
yang
Quotient).32
ditentukan
oleh
faktor
bernama
IQ
(Intelligence
Ginanjar
juga
menyatakan
Bahkan Ahmad Tafsir menyatakan bahwa
bahwa, pendidikan di Indonesia hanya
kesalahan terbesar dalam dunia pendidikan
menekankan
di
padahal sisi EQ dan SQ (afektif) adalah
Indonesia
selama
ini
adalah
para
sisi
intelektual/kognitif,
yang terpenting. Oleh karena itu, sudah 29
Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta : Teras, 2010), h. 20-21 30
31 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 4 32
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, h.
Bunda Lucy, Mendidik Sesuai dengan Minat & Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga Pustaka, 2009), h. 14
106
45
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
saatnya
pembelajaran
bukan
hanya
Satu konsep yang populer dengan sebutan
berorientasi pada kecerdasan intelektual
Sekolah Islam Terpadu, yang tidak hanya
(IQ) saja, tetapi juga berorientasi pada
berorientasi pada aspek kognitif tetapi juga
kecerdasan
emosional
kecerdasan
spiritual
(EQ) (SQ)
dan
juga
psikomotorik, spiritual dan akhlak peserta
dalam
satu
didik, dengan menjadikan nilai-nilai tauhid
kesatuan yang terintegrasi sehingga akan
sebagai core dalam pendidikannya.
tercapai keseimbangan antara IQ, EQ, dan g.
SQ. 33
Menurut Abdul Wahid, masalah
Banyaknya tingkat kekerasan dan semakin
bergesernya
masyarakat
di
nilai
dan
besar yang dihadapi dunia pendidikan Islam
etika
adalah dichotomy dalam beberapa aspek
anggap sebagai sebuah
yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu
indikator masih terdapat banyak kekurangan
Umum, antara Wahyu dengan Akal setara
dalam dunia pendidikan. Kemudian menjadi sebuah
kesimpulan
bersama,
antara Wahyu dengan Alam.34 Bahkan
bahwa
Syafi‟i
pendidikan di negara ini hanya menekankan
pendidikan
mengenyampingkan pendidikan etika dan
jelas
mewujudkan sebuah warna Islam
bahwa
warisan
abad
pertengahan
tersebut adalah adanya pemisahan secara
Di sinilah setidaknya muncul sebuah
pendidikan
mengatakan
bagian akhir. Ciri utama dari warisan
pendidikan agama.
untuk
Ma‟arif
pendidikan Islam sekarang menganut sistem
kemampuan kognitif para peserta didik, dan
ide
Dikotomi Pendidikan di Indonesia
yang
lebih
antara
ilmu
terklasifikasikan
baik.
pengetahuan
(agamadan
yang
umum).
Sedangkan kedudukan pendidikan Islam
Mengintegrasikan Ilmu pengetahuan Islam
sebagai sub system pendidikan nasional
yang dipadukan dengan ilmu pengetahuan
merupakan sisi lain yang bersumber dari
umum, yang disajikan dengan penyajian
system
yang profesional dan selalu mengikuti
penyelenggaraan
sesungguhnya
perkembangan zaman dengan harapan lahir
juga
negara
sebagai
yang bentuk
modifikasiyang tidak sempurna atas warisan
generasi Islami yang cakap dan handal
sejarah
dalam ilmu pengetahuan umum, yang
masa
lalu
tentang
pendidikan
modern yang kita anut. Sebagai akibatnya
memiliki fondasi kepribadian dan sikap yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Emotional Qoutient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 rukun Islam (Jakarta: Penerbit Agra, 2001), h. 24 34
Abdul Wahid, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (Semarang : Need‟s Press, 2008), h. 14
33
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ
46
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
gejala
ini
sedikit
mempengaruhi
banyak
kemajuan
telah
kauniyah Tuhan, tetapi pelajaran tersebut
pendidikan
jarang sekali memperkenalkan kebesaran
khususnya pendidikan Islam.35 Hal dengan
tersebut
adanya
dua
Tuhan.
dapat
dibuktikan
model
Kondisi
lembaga
kerugian
pertama
model-model
sekolah-sekolah
ini
tentunya
menyebabkan pendidikan Islam mengalami
pendidikan formal di Indonesia. Model yang adalah
seperti
yang
karena
yang dihasilkan oleh
sekolah
tersebut
adalah
dikenal dengan sekolah umum seperti SD,
manusia yang tertinggal oleh kemajuan
SMP, dan SMU. Model yang kedua yaitu
IPTEK di satu sisi dan di sisi lain juga
sekolah–sekolah
tertinggal
yang
dikenal
dengan
dalam
pengetahuan
agama.
sekolah agama seperti MI, MTs dan MA.
Tertinggal
dalam
Model yang kedua inilah yang dalam sistem
dikarenakan
tidak
pendidikan nasional merupakan wujud dari
potensinya digunakan untuk mempelajari
lembaga pendidikan Islam. Di sekolah
IPTEK akibat kurikulumyang harus dijalani.
agama memiliki komposisi kurikulum 30
Tertinggal dalam bidang agama dikarenakan
persen matapelajaran agama sedangkan
kurikulum yang ada hanya terdapat sedikit
selebihnya
pelajaran agama. Hal itu menyebabkan
umum.
70
persen
mata
pelajaran
36
Persentase
bidang
IPTEK
seluruhwaktu
dan
usaha untuk mengubah atau membentuk tersebut
membuktikan
sosok
pribadi
muslim
sesuai
yang
adanya pemisahan secara substansial antara
diidamkan oleh pendidikan Islam sangat
mata pelajaran agama dan mata pelajaran
kecil. Oleh karena itu dibutuhkan lembaga
umum. Akibatnya banyak mata pelajaran
pendidikan Islam alternatif yang mampu
yang pada hakekatnya mempelajari ayat-ayat
menghapus dikotomi ilmu pengetahuan.
Tuhan akan tetapi sama sekali terputus
Oleh karena itu menurut Muhaimin,
dengan kebesaran Tuhan. Sebagai contoh,
secara
historis-sosiologis,
mata pelajaran Sains yang notabenenya
terpadu lahir sebagai implikasi dari proses
adalah membicarakan tentang alam, dengan
perkembangan
kata lain membicarakan tentang ayat-ayat
pengembangan pendidikan Islam sejak abad pertengahan,
35
perubahan
dimana
tercipta
pendidikan
paradigma
dikotomi
antara pendidikan agama yang menekankan
Muslih Usa dan Aden Wijaya, Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, (Yogyakarta: Aditia Media, 1987), h. 64
pada pengajaran ilmu-ilmu agama dengan
36
Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 64
pendidikan umum yang menekankan pada 47
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
pengajaran
ilmu-ilmu
non
agama
professional sekaligus hidup dalam nilai-
(pengetahuan).37 Pada
nilai islami.39 sekolah
Islam
perubahan
atas
karena melihat kejengahan sekolah-sekolah
kegagalan yang dilakukan sekolah umum
nasional yang mendidik anak sekuleristik
dan lembaga pendidikan Islam, untuk
dengan memisahkan kehidupan keagamaan
memadukan
dan
terpadu
prinsipnya,
merupakan
ilmu
umum
dan
Sekolah
agama.
Islam
kehidupan
terpadu
sosial
digagas
bermasyarakat.
Sehingga, dalam praktiknya, sekolah Islam
Kemudian ada beberapa sekolah Islam yang
terpadu
sangat fokus terus di ibadah-ibadah mahdloh
melakukan
kurikulum
dengan
pengembangan cara
memadukan
sehingga
mengabaikan
segi
ilmu
kurikulum pendidikan umum yang ada di
pengetahuan. Ini berdampak pada umat
Kementrian
Pendidikan
Nasional
Islam yang semakin terpuruk dalam bidang
seperti
pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi.
(Kemendiknas), matematika,
bahasa
Indonesia,
bahasa
Oleh
karena
itu
untuk
Inggris, IPA, IPS, dan lain-lain, serta
menghilangkan dikotomi dalam pendidikan
kurikulum pendidikan agama Islam yang
tersebut, maka didirikanlah sekolah Islam
ada di Kementrian Agama (Kemenag),
terpadu,
ditambah dengan kurikulum hasil kajian
melahirkan generasi muslim yang tidak
Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).38
hanya
sehingga
diharapkan
menguasai
berbagai
dapat
ilmu
Pendidikan terpadu merupakan salah
pengetahuan dan teknologi akan tetapi
satu wujud implementasi paradigma yang
mampu menjadi muslim yang taat dan
berusaha mengintegrasikan nilai-nilai ilmu
berakhlak mulia. Sekolah Islam Terpadu
pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik,
sebagai bentuk satuan pendidikan pra-dasar,
serta mampu melahirkan manusia yang
dasar, dan menegah memiliki peran yang
menguasai
sangat
tekhnologi,
ilmu
pengetahuan
memiliki
dan
kematangan
strategis
dalam
membangun,
membentuk, membina, dan mengarahkan anak
didik
menjadi
manusia
yang
seutuhnya. Manusia yang memiliki karakter dan kepribadian yang positif, manusia yang 37
mampu memahami diri sendiri dan orang
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, cet.1, 2001), h. 38 – 39
39
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, h. 45 – 46
38
Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, h. 11
48
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
lain,
manusia
yang
trampil
hidupnya,
DAFTAR PUSTAKA
manusia yang mandiri dan bertanggung
Abdul Wahid, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (Semarang : Need‟s Press, 2008)
jawab, dan manusia yang mau dan mampu berperan serta dan bekerja sama dengan
Abdurrahman Mas‟ud, Menggagas Format Pendidikan Non dikotomik, (Yogyakarta: Gam Media, 2002)
orang lain. C. Kesimpulan
Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001)
Lembaga pendidikan Islam terpadu merupakan suatu model pendidikan yang memadukan sekolah dan pesantren, dengan
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2009)
memasukkan tradisi pesantren dalam sistem pendidikan
sekolah,
dengan
tujuan
Andang Ismail, Education Games: Panduan Praktis Permainan yang Menjadikan Anak Anda Cerdas, Kreatif, dan Saleh, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2009)
membentuk seorang peserta didik yang berintelektual tinggi yang dapat memadukan aspek ketrampilan dan pengetahuan dengan
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Qoutient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 rukun Islam (Jakarta: Penerbit Agra, 2001)
sikap yang baik dan Islami. Keterpaduan yang dimaksud tidak hanya memasukkan pelajaran
agama
dan
umum
dalam
kurikulumnya akan tetapi menjadikan nilainilai ketauhidan sebagai pusat atau inti
A. Malik Fadjar , Madrasah dan Tantangan Modernitas. (Bandung : Mizan, 1998)
dalam pengembangan kurikulumnya, baik
Baharudin, Pendidikan Islam dan isu-isu sosial, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2011)
dalam penyusunan tujuan, materi, metode, maupun evaluasi.
Bunda Lucy, Mendidik Sesuai dengan Minat & Bakat Anak, (Jakarta: PT. Tangga Pustaka, 2009)
Lembaga pendidikan Islam terpadu ini lahir sebagai respon dampak globalisasi baik positif dan negatif yang menuntut
Hilmy Bakar Almascaty, Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin (Jakarta: Universitas Islam Azzahro Press, 2000)
pembaharuan model pendidikan Islam yang mampu mempersiapkan generasi muslim
Imron Rossidy, Pendidikan Berparadigma Inklusif, (Malang: UINMalang Press, 2009)
yang mampu menjawab dan menghadapi tantangan zaman.
Moch. Romli, Manajemen Pembelajaran di Sekolah Dasar Fullday School, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004) 49
Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6, Juli 2015
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013)
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993)
________, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: Pustaka Pelajar bekerjasam dengan PSAPM, 2003)
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
Ujang Sukandi, Belajar Aktif dan Terpadu, Apa, Mengapa dan bagaimana (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003)
Usamah Hisyam, Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring (Jakarta:PT Dharmapena Citra Media, 2012)
________, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006)
Zuly
________, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, cet.1, 2001) Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005) Muhammad Numan Soemantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001) Muslih Usa dan Aden Wijaya, Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial, (Yogyakarta: Aditia Media, 1987) Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Srategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA (Bandung: Sinar Baru, 2001) Rahmad Wahab, Desain Pendidikan Terpadu, (Yogyakarta: UNY, 2012) Ramayulis, Ilmu Pendidkan Islam, cet ke-2 (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) Sehudin, Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Fullday School (SIT) terhadap Akhlak Peserta didik, (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2005) 50
Qodir, Gerakan Sosial Islam: Manifesto Kaum Beriman (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)