1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia yang mempunyai penduduk mayoritas beragama Islam, mempunyai sebuah lembaga pendidikan yang usianya sudah cukup tua yakni pondok pesantren, walaupun pada awalnya nama ini hanya dikenal di pulau Jawa dan Madura. Karena itu pondok pesantren diidentifikasi oleh para ahli dengan nama yang diberikan untuk lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah ada dan mengakar dalam masyarakat Indonesia jauh sebelum lahirnya system persekolahan yang diperkanalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pesantren pada masa lalu tidak diragukan lagi keberhasilannya dalam mendidik santri menjadi orang yang shalih dan bermoral tinggi, suatu kualitas yang tak bisa diabaikan masyarakat yang mendambakan ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya. Di Indonesia Pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan saja tetapi telah menjadi lembaga sosial dan penyiaran agama.1 Sehubungan dengan itu pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya, dan menjadi rujukan bagi kehidupan masyarakat umum yang memandang pesantren sebagai komunitas khusus yang ideal terutama dalam bidang moral kehidupan beragama. Ia telah memainkan peran penting karena merupakan sistem pembelajaran dan pendidikan tertua di Indonesia dan menjadi sebuah media sosialisasi formal dimana keyakinankeyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai islam ditransmisikan dan ditanamkan.
1
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), cet. 3, hlm.59.
2
Pesantren merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional. Predikat ini dikaitkan oleh Kuntowijoyo dengan ciri-ciri utama, yakni kurikulum, metode pembelajaran, dan kelembagaan.2 Kurikulum dalam kaitan ini memiliki muatan pelajaran agama Islam seluruhnya ditambah dengan pelajaran ilmu alat, terutama bahasa arab, untuk memahami teks-teks keagamaan dalam bahasa aslinya yang bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Keberadaan pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan Islam dalam proses berdirinya tidak terlepas dari seorang sesepuh (Kyai/Ajengan) dengan ilmu yang dimilikinya serta dengan keikhlasan dalam beramal, prilakunya sesuai dengan apa yang disampaikan kepada masyarakat sebagai suri tauladan bagi para santri khususnya dan masyarakat pada umumnya. Maka berdirilah sebuah lembaga kehidupan masyarakat yang mandiri dan ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk lancarnya kegiatan belajar mengajar.
Kondisi pondok pesantren seperti ini dihadapan masyarakat tentu saja didukung oleh berbagai aspek yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan nilai-nilai yang keberadaannya diakui masyarakat, juga merupakan perwujudan kultural sekaligus merupakan paduan pemahaman Islam sebagai doktrin formal dan wibawa (kharisma) maha guru karena Kyai merupakan pemegang kekuasaan mutlak. Pondok pesantren adalah salah satu lembaga yang mampu memberi pengaruh yang cukup besar dalam dunia pendidikan terutama dalam pondok, baik jasmani, rohani maupun intelegensi. Karena sumber nilai-nilai dan norma-norma agama merupakan kerangka acuan berfikir serta sikap ideal santri. Sehingga pondok pesantren sering 2
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Bandung; Mizan, 1991), hal. 252.
3
disebut sebagai alat transformasi kultural.Fungsi pokok pondok pesantren adalah mencetak ulama‟ dan ahli agama.Kegiatan pembelajaran yang terjadi di pondok pesantren tidak sekedar pemindahan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu yang terpenting penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri. Tiga aspek pendidikan yang terpenting yaitu psikomotorik, afektif, dan kognitif diberikan secara stimulant dan seimbang kepada peserta didik.3 Pendidikan disini adalah pendidikan yang tidak sekedar memberi pengetahuan beragam, tetapi justru yang lebih utama adalah membiasakan santri patuh dan taat menjalankan ibadah dan berbuat serta bertingkah laku dalam kehidupannya sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan dalam agama Islam. Pengenaan sanksi terhadap santri yang melanggar peraturan tersebut (Ta’zir) yang pada dasarnya menanamkan sikap tanggung jawab yang sekaligus mendidik agar para santri konsekuen terhadap peraturan.Sehingga santri yang terkena sangsi merasa takut (jera) dan tidak melakukan perbuatan atau pelanggaran berulang-ulang. Dalam sistem pendidikan pesantren terdapat tiga unsur yang saling terkait yaitu: (1) Pelaku: kiai, Ustadz, santri, dan pengurus. (2) Sarana perangkat keras: Mesjid, rumah kiai, rumah ustadz, pondok, gedung sekolah, tanah untuk keperluan kependidikan, gedung-gedung lain untuk keperluankeperluan seperti perpustakaan, kantor organisasi santri, keamanan, koperasi dan lain sebagainya, dan (3) Sarana perangkat lunak: tujuan, kurikulum, sumber belajar yaitu kitab, buku-buku dan sumber belajar lainnya, cara mengajar (bandongan, sorogan, halaqah dan menghafal) dan evaluasi belajar– mengajar.4 Kelengkapan unsur-unsur tersebut berbeda-
3
Abdullah pendidikan Agama Islam-Ta’lim “Pendidikan Kemandirian Di Pndok Pesantren” (Jakarta: Araska, 2012), hal: 2 4 Mastuhu, op.cit., hlm. 58.
4
beda di antara pesantren yang satu dan pesantren yang lain. Sebuah pesantren biasanya dijalankan oleh kiai yang dibantu oleh anggota keluarganya dan sejumlah santri seniornya. Pesantren merupakan bagian penting kehidupan kiai yang merupakan tempat di mana seorang kiai mengembangkan ilmu-ilmunya (ajaran Islam) kepada para santri melalui pengajaran.
Seperti halnya di pondok pesantren Mathlabul Ulum, para santri dibina untuk hidup mandiri dan disiplin sesuai dengan peraturan yang berlaku, tetapi fakta dilapangan mengatakan bahwa ada salah satu santri yang bolos pada pengajian-pengajian rutin yang diadakan oleh pesantren, kemudian santri tersebut diberikan hukuman, yaitu santri diberikan nasihat serta diberikan tugas untuk menghafal beberapa materi pelajaran yang sudah dipelajari ketika santri tersebut bolos dan tentunya hafalan tersebut harus dilaporkan kepada guru yang bersangkutan, tetapi seminggu kemudian lagi-lagi santri tersebut mengulangi pelanggaran yang sama. Hai ini membuktikan bahwa pelaksanaan ta’zir di Ponpes Mathlabul Ulum tidak terlalu berdampak baik terhadap kedisiplinan santri, karena seharusnya dampak dari ta’zir menimbulkan suatu efek jera di dalam diri santri.5 Jauh dari orang tua dan saudara-saudara kandung mengharuskan para santri siap menjalani kehidupan secara mandiri. Jika mereka mendapatkan masalah, mereka hanya memiliki ustadz atau pembantu kiai, serta teman-teman sebaya untuk meminta bantuan.Bahkan teman-teman sebaya inilah yang memiliki peranan lebih besar dalam kehidupan seorang santri. Ini dikarenakan interaksi mereka lebih banyak dilakukan dengan teman sebaya tersebut, sejak bangun tidur hingga tidur kembali. 5
Widayatullah, Pendidikan Islam Jurnal Pendidikan Universitas (Garut: PT Remaja, 2012), hal: 66-77
5
Adapun beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh para santri, diantaranya tidak boleh keluar dari lingkungan pesantren, tidak boleh berinteraksi dengan lawan jenis, tidak boleh membawa alat-alat elektronik dan benda tajam santri putri harus menggunakan rok (berpakaian muslimah), tidak boleh merokok dan menggunakan narkoba, dll. Jika peraturan-peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum di langgar, maka santri akan dikenakan hukuman tergantung jenis pelanggaran yang dilakukan. Contoh dari hukuman tersebut adalah membaca surat pernyataan, menagji di depan mabid (kediaman Kyai), bagi santri putri memakai kerudung merah hijau, untuk santri cowok di gundul, membuat makalah memakai bahasa Arab atau Bahasa Inggris, diskors, sampai yang terberat adalah dikeluarkan dari pesantren. Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum pada umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu: 1. Kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan kamar, makan, membaca, mengobrol dengan teman, dan istirahat; 2. Kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji di musholla/masjid dan mengerjakan PR atau belajar sendiri; 3. Kegiatan sholat berjamaah di masjid; dan 4. Kegiatan ekstrakurikuler, misalnya olahraga yang dilakukan dua kali seminggu, pramuka, Muhadharoh dua kali seminggu , Muhadhasah dua kali seminggu, kesenian atau tugas-tugas sebagai bagian ORISMU/ISMU (Organisasi Santri wati Mathlabul Ulum / Ikatan Santri Mathlabul Ulum ).
6
Adapun aktifitas harian (senin-sabtu) yang dilakukan santri pesantren Mathlabul Ulum , dimulai pukul 03.00-05.00 bangun pagi, sholat tahajud, tadarus Alqur‟an dan jamaah sholat subuh. Pukul 05.00-06.00 belajar bahasa dan mengaji kitab kuning, Pukul 06.00 makan pagi dan persiapan ke sekolah.Pukul 07.30-12.30 belajar formal di kelas.Pukul 12.30-15.30 jamaah sholat Dzuhur, makan siang, istirahat/ekskul.Pukul 15.30-17.00 jamaah Ashar, belajar kitab.Pukul 17.00-19.00 kegiatan ringan, persiapan sholat Magrib, pengajian Al-Quran/tafsir.Pukul 19.00-20.00, jamaah sholat isya, makan malam.Pukul 20.00 mengulang pelajaran, Pukul 22.00 Istirahat, tidur. Aktifitas Mingguan: Senin &Kamis kegiatan ekstrakulikuler : Kursus Bhs Arab & Inggris, Selasa : Kesenian, Rabu : setelah shalat Subuh Muhadhasah dan siang Muhadharah jum‟at: Free/ Diskusi/ Rapat Bulanan Sabtu: Pramuka , Minggu: malam hari muhadarah (latihan pidato) 3 bahasa, senam, olah raga, gotong royong, kegiatan individu. Kegiatan bulanan: majelis dzikir dan taklim. Tuntutan dan harapan dari pihak pesantren dan orang tua yang menginginkan para santri dapat mematuhi semua peraturan-peraturan, menjalani semua aktifitas sesuai dengan jadwal, dapat mengikuti semua materi pelajaran dengan nilai baik, dan menjadi generasi penerus kaum intelektual yang mempunyai basic agama yang kuat dapat menjadi hal yang positif atau negatif bagi para santri. Berdasarkan observasi di pondok pesantren Mathlabul ulum tingkat kedisiplinan Santri-Santriwati sangat rendah, tidak seperti dahulu ketika pondok mengalami kejayaan, namun pada tahun 2006 pondok mengalami kerugian karena Kyai yang gagal mencalonkan jadi bupati, sehingga membuat santri-santriwati kurang diperhatikan. Terutama dalam kegiatan dan organisasi yang ada di dalamnya. Banyaknya santri-
7
santriwati yang melanggar kegiatan pondok, mahalnya uang makan dikarenakan santri0santriwati tidak boleh memasak sendiri diwajibkan untuk ikut kos makan. Sehingga membuat santri-santriwati melibatkan orang tua mereka untuk bolak-balik ke pondok untuk mengirim mereka dan dari inilah tingkat kemandirian santri menurun. Dengan banyaknya jadwal kegiatan di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum, tak jarang pula muncul berbagai masalah yang dialami santri. Diantaranya, merasa tidak betah, kabur, sakit, pindah sekolah, melanggar peraturan dan berbagai masalah yang menyangkut kehidupan para santri. Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap orang mempunyai caracara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan dan bagaimana ia mengembangkan dirinya. Ketika para santri dan santriwati maka melanggar peraturan yang telah di tetapkan di pondok tersebut maka para pelanggar akan mendapatkan sangsi yang sesuai dengan pelanggaran yang mereka lakukan. Akan tetapi sangsi tersebut tidak langsung berasal dari atasan (Pengasuh) pondok melainkan beliau memberikan amanah kepada pengurus pondok (kelas 5 MMIMMAI). Jika melihat fenomena yang ada pada saat ini, tingkat displin lagi khususnya kelas IV MMI/MMAI cenderung tinggi. Hal ini disebabkan oleh pribadi santri yang mengikuti arus yang ada di dalam pondok apalagi ketika setelah pulang ke pondok disitulah banyak santri yang melanggar karena arus di luar yang mereka bawak ke dalam pondok. Dihadapkan pada kondisi demikian, dapat dipastikan bahwa santri akan lebih displin lagi
8
karena arus dan perubahan zaman yang semakin modern membuat mereka tanpa sadar melanggar aturan pondok. Disnilah para pengurus pondok selaku tangan kanan pengasuh pondok Kyai Taufiqurrahman melakukan tindakan pemeriksaan baik dalam kamar , kelas dan di mushollah. Hasil wawancara dari salah satu pengurus di pondok pesantren Mathlabu Ulum (Tanggal 21 agustus 2015) adalah kebanyakan dari dari pada santri disini melanggara aturan pondok yang telah di tentukan. Peratutan pondok tak lagi di taati, hanya sebagian saja para santri yg benar-benar ikut dan patuh dengan peratutan yang ada di pondok. dan hasil wawancara dari Pimpinan Pondok Pesantren Kyai Taufiqurrahman FM
(pada
tanggal 23 Agustus 2015) juga didapatkan bahwa santri dan santriwatinya sebagian banyak yang melanggar peraturan pondok baik yang ringan, sedang, maupun berat untuk mengetahui hal tersebut tiap minggu beliau meminta kepada salah satu pengurus bagian sekretaris untuk melaporkan hasil pelanggaran yang santri langgar guna untuk untuk mengetahui apakah santri disiplin atau tidaknya. Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Kyai Taufiqurrahman FM Dalam Menigkatkan Disiplin Santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep dengan tujuan untuk mengukur tingkat disiplin santri dalam mematuhi peraturan pondok. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di ambil suatu peumusan masalah sebagai berikut:
9
1. Adakah pengaruh Bimbingan Konseling Islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatan disiplin Santri di pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep? 2. Sejauh mana pengaruh bimbingan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalm meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep?
C. Tujuan Masalah Dalam uraian rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui adakah pengaruh Bimbingan konseling islam Kyai taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. 2. Untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh bimbingan konseling Islam Kyai
Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin Santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lan sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi khazanah keilmuan bimbingan konseling tentang pengembangan konseling Kyai dalam meningkatkan disiplin santri.
10
Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan bimbingan konselin islam mengenai bimbingan konseling islam terhadap kedisiplinan. 2. Secara praktis a. Bagi Kyai Taufiqurrhman FM, hasil penelitian ini diharpakan dapat dijadikan bahan evaluasi dalam mendidik dan meningktakn disiplin santrinya untuk menjadi lebih disiplin. b. Bagi peneliti selajutnya diharpkan bisa dijadikan referensi untuk melakukan penelitian. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif karena data yang peneliti ambil dalam bentuk angka akan diproses secaa statistik. Dan dideskripsikan secara deduksi yang berangkat dari teori-teori umum, lalu dengan observasi untuk menguji validitas keberlakuan teori tersebut ditariklah kesimpulan. Kemudian dijabarkan secara eskriptif, karena hasilnya akan kami arahkan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dan untuk menjawab rumusan masalah. Sedangkan jenis penelitiannya berdasarkan tempat adalah penelitian lapangan (field research) dan studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk melakukan pengumpulan data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masallah yang dibahas dalam skripsi ini. Penelitian lapangan (field research) digunakan pengumpulan data dari objek penelitian, baik berupa data kuantitatif maupun data kualitatif yang diperlukan, dan jenis penelitian berdasarkan tekniknya adalah Survey
11
Research (Penelitian Survei), karena tidak melakukan perubahan ( tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti. 2. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau subyek yang mempunyai kuantitatif dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.6 Adapun populasi dari peneliti adalah santri dan santriwati kelas 4 MMI/MMAI yang bermukim di pondok pesantren Mathalabul Ulum Jambu Sumenep, terdiri dari 36 santri laki-laki dan 40 perempuan. Jumlah populasi dalam penelitian ini terdapat 76 santri dan santriwati. Penggunaan populasi pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konseling Kyai dalam meningkatkan disiplin santri. b. Sample Sebelum penulis menentukan sampel, maka perlu adanya pemahaman tentang sampel itu sendiri, untuk itu disini penulis akan memberikan pengertian tentang sampel itu sediri menurut pakar. Menurut Marzuki, “ sampel adalah sebagian individu-individu yang diselidiki”.7 Sedangkan menurut Djawanto PS dan Pangestu Subagyo sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteistiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa
6 7
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV. Alfa Beta, 1998, 57 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1995), hal: 41
12
mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah keseluruhannya).8 Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sample yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambl dari populasi harus betul-betul mewakili. Jadi yang jadi sampel untuk penelitian ini adalah 76 santri dan santriwati di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum. c. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh yang mana teknik ini adalah teknik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini digunakan oleh peneliti karena populasi yang akan diteliti berjumlah 76 orang yang mana didalam sampling jenuh ketentuan dari populasi yag dipakai adalah relativ kecil, kurang dari 100 orang.9 3. Variable dan Indikator Penelitian Variable diartikan sebagai obyek penelitian, atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.10 Menurut Sumadi Suryabrata, variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variable penelita itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau segala yang akan diteliti.11 Dalam penelitian ini ada dua variable yaitu :
8
Djawanto PS dan Pangestu Subagyo, Statistik Induktif, (Yogyakarta : BPFE, 1990), hal: 95 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif Dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2013) hal: 80 1010 Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian,( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Hal: 99 11 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hal: 25 9
13
a. Variable Bebas (Independent Variable) Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi variable lain atau menghasilkan akibat paa variable yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Keberadaan variable ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variable yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian. b. Variable Terikat (dependent variable) Variable terikat merupakan variable yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variable bebas. Keberadaan variable ini dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai variable yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni mengenai Konseling Kyai dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. Maka variabel bebas (x) dalam penelitian ini adalah BKI (Bimbingan dan Konseling Islam) sedangkan variabel terikatnya (y) adalah Disiplin. c. Indikator Penelitian Indikator merupakan sesuatu yang behubungan dengan yang diteliti. Indikator yang telah ditentukan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang diangkat yaitu Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam Kyai dalam meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. 1) Variabel X yaitu Bimbingan dan Konseling Islam, maka indikator Vx adalah Bimbigan dan Konseling Islam, diantaranya yaitu
14
a) Memahami b) Mengarahkan c) Membimbing 2) Variabel Y yaitu Disiplin, Indikator Vy yakni meningkatkan disiplin Santri di antaranya: a) Sikap mental yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan diri, latihan, pengendalian watak. b) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, etika dan standar yang bagus. c) Sikap kelakuan yang wajar. Menunjukan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib 4. Definisi Operasional Dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam Kyai Dalam Meningkatkan Disiplin Santri Di Pondok Pesantren Mathalabu Ulum Jambu Lenteng Sumenep” peneliti merasa perlu memperjelas beberapa istilah yang terkait den gan judul di atas diantaranya adalah: a. Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist.
15
b. Disiplin disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Disiplin dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman.12 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan penggunaan teknik pengumpulan data atau teknik penggunaan data yang tidak digunakan semestinya berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.13 Untuk memperoleh data di atas, maka teknik pengumpulan data yang dipakai adalah: a. Interview Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan mencari informasi.14 Dalam hal ini Sutrisno Hadi member batasan bahwa interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanyajawab sepihak
12
Eko Prasetyo dan Harry Muliadi Pengaruh Disiplin Siswa dan Fasilitas Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 3 No. 2 Juli. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. . ( Jakarta: TERAS, 2008), hal: 219-240. 13 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana, 2009), hal: 123 14 S. Nasution MA, Metodologi Research, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal : 133
16
atau lebih yang dikerjakan dengan sistematis dan berlangsung berdasarkan pada tujuan penelitian.15 Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang Konseling Kyai dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. b. Angket Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulirformulir berisi pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau anggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.16 Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk dikembalikan atau dapat juga secara langsung dijawab di bawah pengawasan peneliti.17 Adapun pemberian angket kepada santri untuk mengetahui tentang bimbingan dan konseling islam Kyai dan juga seberapa tinggi x tingkat kedisplinan santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum. c. Observasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Hasil pengamatan secara langsung dapat dicatat, sehingga dapat dihindari apabila ada kesalahan yang disebabkan keterbatasan kemampuan dalam mengamati.18
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, 93 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendfekatan Proposal. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) , hal: 69 17 S. Nasution MA, Metodologi Research, hal: 128 18 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal: 127-128 16
17
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencacatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.19 Dalam arti luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya: melalui questionare dan checklist. Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang tgelah ditentukan, guna memperoleh data yang langsung dapat di ambil oleh peneliti yaitu mengenai pengaruh bimbingan dan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data secara sistematis. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, dan laporan.20 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dimaksudkan untuk menguji kaitannya dengan kepentingan pengujian hipotesis penelitian. Tujuannya adalah untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil kesimpulan yang dilakukan. Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh bimbingan dan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. Maka dalam penelitian ini
19 20
Sutrisno Hadi, MA, Metodologi Research II Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif.( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal: 216-220
18
diperlukan metode analisi data. Adapaun metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Menurut Suharsimi Arikunto, kofisien korelasi adalah suatu alat statistic yang dapat dipergunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variable yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan variable-variabel.21 Product Moment metode ini digunakan untuk mrengetahui tentang pengaruh bimbingan dan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep, sebelum dan sesudah melakukan Bimbingan dan konselin Islam Kyai. Dengan rumusan sebagai berikut: ∑ √
(∑
)
(∑ )(∑ )
(∑ ) )
(∑
)
(∑ ) )
Keterangan: rxy
: koefisien Korelasi Product Moment
N
: Jumlah Individu Dalam Sampel
X
: angka mentah untuk Variabel X
Y
: angka mentah untuk Variabel Y Adapun table standart untuk mengetahui nilai koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
21
Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991) , hal: 245
19
Tabel 1.1 Standart Koefisien Korelasi No
Koefisien Korelasi
Penjelasan
1 2 3 4 5
Antara 0.800-1.000 Antara 0.600-0.800 Antara 0.400-0.600 Antara 0.200-0.400 Antara 0.000-0.200
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Dari perhitungan rumus diatas, kemudian dikonsultasikan dengan “r” table jika rxy lebih besar dari pada “r” table maka hipotesis kerja diterima dan hipotesis nihil ditolak. Dan sebaliknya jika rxy lebih kecil dari pada “r” table, maka hipotesis kerja ditolak dan hipotesis nihil diterima. Setelah itu rxy dikonsultasikan dan diinterpretasikan untuk mencari sejauh mana pengaruh bimbingan dan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. F. Sistematika Pembahasan Dalam penelitian ini agar menjadi bahan kajian yang mudah maka peneliti menyusun sistematika pembahasann sebagai berikut: BAB I
: Yaitu pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang terdiri dari a) pendekatan dan jenis penelitian, b) populasi, sampel dan teknik sampling c) variable dan indicator peneliti, d) definisi operasional, e) teknik pengumpulan data, f) teknik analisa data, kemudian pembahasan tentang sistematika pembahasan.
20
BAB II
: membahas tentang kajian teoritik yang membahas tentang
bimbingan konseling islam dalam meningkatkan disiplin santri yang meliputi pengertian bimbingan konseling islam, disiplin dan hipotesis penelitian. BAB III
: penyajian data. Dalam bab ini berisikan tentang deskripsi umum
objek penelitian yang meliputi letak geografis wilayah penelitian, kondisi demografis, ekonomis dan social keagamaan dan lain sebagainya, selain berisikan deskripsi umum objek penelitian, bab III juga berisikan tentang deskripsi hasil penelitian dan pengujian hipotesis. BAB IV
: Yaitu Analisis data yang berisikan pemaparan tentang
argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis. BAB V
: Yaitu penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan
tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dan kesimpulan menjawab rumusan masalah yang berkaitan dengan tujuan penelitian, selain itu bab V juga berisikan saran dan bagian akhir yang meliputi daftar pustaka serta lampiranlampiran yang dirasa perlu untuk dilampirkan.