BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN I.1.
Latar Belakang Penelitian
Pelayanan Antenatal (Antenatal Care/ANC) merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terlatih kepada ibu hamil selama kehamilannya. Pelayanan ini disediakan untuk menjamin kesehatan ibu hamil maupun janin yang dikandungnya. Menurut WHO (2007) pelayanan antental sebaiknya dilakukan minimal 4 kali yaitu sekali pada trimester pertama dan trimester kedua serta dua kali pada trimester ketiga. Pertemuan yang rutin ini merupakan kesempatan yang baik untuk menjalin komunikasi dan sambung rasa antara ibu hamil, keluarga dan tenaga kesehatan. Komunikasi yang terjalin saat kunjungan antenatal merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan pemahanan ibu hamil tentang kesehatan masa hamil, perkembangan janin serta kesehatan pascasalin (Helton, 1993). Pertemuan antenatal yang dilakukan sedini mungkin terbukti mampu meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin (Belayneh, et al., 2014). Penelitian Soubeiga, et al. (2014) yang dilakukan di daerah pinggiran Afrika menyimpulkan bahwa konseling tentang persiapan dan tanda bahaya persalinan saat ANC meningkatkan secara bermakna jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan. Penelitian Ngy, et al. (2007) yang dilakukan di Pnomph Penh, Kamboja, menyimpulkan bahwa pemeriksaan kehamilan disertai pemberian edukasi yang komprehensif berhubungan erat dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
1
2
kesehatan pascasalin, penurunan insidensi anemia pascasalin dan berat badan bayi lahir rendah, serta capaian imunisasi pada bayi yang lahir. Beberapa penelitian di Indonesia menyimpulkan bahwa semakin tingginya pengetahuan ibu hamil tentang kehamilannya, semakin baik pula sikap dan perilaku ibu dalam merawat kehamilannya (Husnaeni, 2012; Irnawati, 2012; Wahyuni, et al., 2007) Nuraini dan Parker (2005) dalam penelitianannya yang dilakukan di Jawa Tengah membuktikan bahwa konseling berkelompok yang diberikan saat ANC mampu meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan selama hamil, komplikasi kehamilan, persalinan yang selamat dan perawatan neonatal. Banyaknya penelitian yang membuktikan bahwa intervensi edukasi selama ANC mampu meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, menyebabkan program edukasi dimasukkan sebagai komponen standar dalam prosedur operasional pelayanan antenatal di seluruh dunia (Jennings, et al., 2010). Meski demikian, beberapa penelitian menyebutkan bahwa telah terjadi missed oppurtinity dalam pemberian edukasi selama pelayanan antenatal (Anya, et al,. 2008; Jennings, et al., 2010). Untuk mencegah hal ini, maka berbagai negara mengembangkan metode yang dapat memastikan edukasi kepada ibu hamil dilakukan secara komprehensif serta tanpa adanya missed opportunity. Di Benin pada tahun 2010 pernah dilakukan uji coba kartu konseling ibu hamil untuk meningkatkan kualitas konseling (Jennings, et al., 2010). Di Pakistan pada tahun 2011 dikembangkan buku pegangan ibu hamil (Akhund dan Avan, 2011). Di Indonesia dikembangkan Buku Kesehatan Ibu dan
3
Anak (Buku KIA) pada tahun 1993 yang merupakan pengembangan dari buku pegangan ibu hamil dari Jepang (Osaki, et al., 2000). Negara lain yang ikut mengembangkan buku ini adalah Palestina, Korea, Vietnam dan Thailand (Akhund dan Avan, 2011). Berbagai negara telah mengembangkan format rekam medis
yang
komprehensif yang memungkinkan petugas kesehatan yang melakukan ANC tidak melupakan kewajiban melakukan edukasi. Amerika melalui GSA (General Savety Administration) mencetak formulir rekam medis prenatal pada tahun 1999 yang didalamnya terdapat format daftar tilik edukasi yang wajib disampaikan kepada ibu hamil (GSA, 1999). Phelan (2008) menjelaskan bahwa di Amerika Serikat terdapat banyak bentuk formulir rekam medis perinatal yang digunakan, tetapi standar komponennya sama. Salah satu komponen standar tersebut adalah adanya daftar tilik materi edukasi yang wajib diberikan. (Phelan, 2008) Di Indonesia, Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 menerbitkan Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu untuk memastikan pelayanan antenatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan terstandarisasi sehingga tidak terjadi missed opportunity. Salah satu hal yang diatur dalam pedoman ini adalah materi edukasi yang wajib diberikan kepada ibu hamil. Materi edukasi tersebut adalah persiapan persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi, inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif, KB pascasalin, masalah gizi, masalah penyakit kronis dan penyakit menular, kelas ibu, brain booster, informasi HIV/AIDS dan infeksi menular seksual
4
serta informasi KtP (kekerasan terhadap perempuan). Pedoman ini juga menyebutkan bahwa setiap intervensi yang diberikan oleh tenaga kesehatan, termasuk intervensi edukasi, harus tercatat dalam rekam medis, Buku KIA maupun Kartu Ibu. Pelayanan antenatal yang dilakukan dalam tim dan terkoordinasi dengan baik terbukti meningkatkan pemberian edukasi prenatal dan meningkatkan kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan yang diberikan. Tim pelayanan antental di pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dipimpin oleh dokter keluarga atau dokter layanan primer. Dokter keluarga merupakan dokter yang mempunyai kompetensi dalam menyediakan pelayanan antenatal yang terintegrasi, antara lain konseling, perawatan medis dan dukungan psikososial. (Zolotor & Carlough, 2014) Peran dokter layanan primer dalam Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu tidak disebutkan secara tersurat. Tetapi dalam pedoman ini disebutkan bahwa pelayanan antental terpadu diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan terlatih sesuai ketentuan yang berlaku. Ketentuan dalam Manual Rujukan Ibu Hamil menjelaskan bahwa rujukan dibuat oleh dokter (Tim Penyusun Manual Rujukan Maternal & Neonatal Tk Kabupaten/Kota, 2014). Hal ini berarti secara tersirat dokter layanan primer di Indonesia bertugas sebagai manajer kesehatan ibu hamil. Ini sesuai dengan prinsip dokter keluarga dalam Murtagh (2011). Dokter layanan primer selain berkompetensi dalam mendiagnosis, merawat ibu hamil normal serta mengenali dan merujuk ibu hamil dengan komplikasi (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012), juga berkompetensi menjadi edukator. Edukasi pasien
5
merupakan bagian integral dalam kedokteran layanan primer, sehingga dokter layanan primer harus mampu beperan sebagai edukator yang efektif untuk ibu hamil. Untuk dapat menjadi edukator yang efektif, maka dokter layanan primer perlu mempunyai instrumen yang tepat supaya dapat menjadi edukator sekaligus manajer kesehatan ibu hamil. Berdasarkan
masalah
tersebut
diatas
maka
penulis
merasa
perlu
mengembangkan instrumen yang dapat digunakan dokter layanan primer selama ANC untuk mengindentifikasi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan dan meingkatkan pengetahuan ibu hamil yang belum komprehensif. Penggunaan instrumen harus terbukti mampu meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan secara signifikan sehingga mencegah missed opportunity edukasi. I.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana spesifikasi instrumen yang dapat digunakan oleh dokter layanan primer untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan sehingga mencegah terjadinya missed opportunity edukasi?
2.
Bagaimana validitas instrumen tersebut?
3.
Apakah instrumen tersebut terbukti dapat digunakan oleh dokter layanan primer untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan secara signifikan?
6
I.3.
Tujuan Penelitian
1. Mengembangkan instrumen yang dapat digunakan oleh dokter layanan primer untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan sehingga mencegah terjadinya missed opportunity edukasi. 2. Memvalidasi dan melakukan uji coba penggunaan instrumen I.4.
Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai instrumen yang dapat digunakan oleh dokter layanan primer untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan belum pernah dilakukan di Indonesia. Pencarian dalam PubMed dengan kata kunci antenatal counselling, information, education and communication juga tidak menunjukkan bahwa penelitian ini pernah dilakukan di luar negeri. Penelitian tentang metode konseling atau metode KIE untuk meningkatan tingkat pengetahuan ibu hamil pernah dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri (Tabel 1). Perbedaan penelitian di Tabel 1 dengan penelitian kali ini adalah bahwa mereka menguji metode untuk konseling atau metode KIE, sedangkan penelitian ini tidak mengubah metode konseling yang sudah diterapkan, hanya mengembangkan instrumen yang dapat digunakan oleh dokter layanan primer untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan.
7
I.5.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan yaitu sebagai asupan ide bahwa terdapat instrumen yang dapat digunakan oleh dokter layanan primer untuk mengidentifikasi dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan. Bagi Dinas Kesehatan dan PPK 1, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi asupan untuk perbaikan SPO (Standar Prosedur Operasional) pelayanan antenatal di PPK 1, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan antenatal. Bagi Dokter layanan primer, hasil penelitian ini dapat menjadi alat bantu ketika memberikan pelayanan antenatal terpadu.
Tabel 1. Penelitian yang sudah pernah dilakukan mengenai pengaruh metode konseling atau KIE pada pengetahuan ibu hamil NO
1.
JUDUL Efektivitas metode konseling dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan di Puskesmas Singgani Palu
PENULIS Lilis Suryani, Djaswadi Dasuki
TAHUN
2012
LOKASI
HASIL
Puskesmas Singgani Palu
Metode Konseling yang diberikan sesuai standar dengan menggunakan leaflet efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan
2
Improving Knowledge of Antenatal Care (ANC) among Pregnant Women : A field trial in Central Java, Indonesia
Erna Nuraini & E Parker
2005
Pemalang, Jawa Tengah
3
Development and pretesting of an information, education and communication (IEC) focused antenatal care handbook in Pakistan
Saima Akhnund & Bilal Iqbal Avan
2011
Karachi, Pakistan
Metode penyuluhan berkelompok terbukti mengingkatkan pengetahuan ibu hamil terutama tentang kesehatan kehamilan, komplikasi kehamilan, persalinan yang selamat dan perawatan bayi baru lahir. Sebagian besar ibu hamil memahami Buku Pegangan Ibu Hamil yang di disain sesuai kultur lokal. Tenaga kesehatan dan pekerja komunitas yang mengunakannya menilai buku ini praktis. Buku pengangan ini dapat diaplikasikan di pusat pelayanan kesehatan di Pakistan dan dapat diadopsi setelah di modifikasi sesuai kultur setempat.
8