Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
i
Daftar Isi Halaman Kata Pengantar ........................................................ 3 Daftar Istilah ............................................................ 4 Bab 1 Alasan/Latar Belakang Panduan ................. 6 Bab 2 Prinsip, Strategi dan Tujuan Tes dan Konseling HIV .............................................................. 7 Bab 3 Panduan Alur Testing bagi Tenakes.............. 9 Bab 4 Kualitas Layanan Testing HIV .................... 11 Lampiran ............................................................... 12 Daftar Pustaka ...................................................... 37
ii
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
iii
Kata Pengantar Ketua PB IDI Masalah HIV/AIDS di Indonesia adalah salah satu masalah kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama yang cepat, komprehensif dan holistik. Sejak 10 tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien HIV/ AIDS. Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien. Layanan testing dan konseling HIV saat ini masih dilakukan dalam bentuk Konseling dan Testing HIV Sukarela (Voluntary HIV Counselling and Testing/VCT), yang dilakukan di sarana kesehatan (RS, Puskesmas dan Klinik) maupun di LSM peduli AIDS. Hingga tahun 2008 telah terdapat 468 pusat layanan untuk VCT di 133 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah cakupan layanan tersebut masih tergolong rendah untuk menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka. peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV menjadi semakin penting karena banyak odha yang membutuhkan layanan medis dan belum diketahui status HIV-nya. Layanan petugas kesehatan sebagai PITC (Provider Initiated Testing and Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis dan penatalaksanaan, dan sudah berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi. Oleh karena itulah, maka kami dari Organisasi Profesi Kesehatan (IDI, IBI, PPNI, ISFI, IAKMI) bersama mencoba menyusun panduan ringkas ini untuk membantu tenaga kesehatan dalam melakukan konseling dan testing HIV bagi klien atau pasien mereka. Kami berharap melalui panduan ini, tenaga kesehatan tidak akan ragu dalam mendorong pasien untuk tes HIV sehingga stigma/ diskriminasi tidak lagi ada dalam pelayanan kesehatan
iv
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan panduan ini dan juga kepada pihak GF-ATM yang telah mensponsori kegiatan ini.
DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes Ketua Umum PB IDI
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
v
Daftar Kontributor 1.
Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD, KAI (UPT HIV RSCM)
2.
Prof. DR. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD, KAI (UPT HIV RSCM)
3.
Prof. DR. Dr. Sudarto Ronoatmodjo, MPH (PB IDI
4.
DR. Dr. Pandu Riono, MPH (PB IDI)
5.
DR. Drg. Harum Sasanti (PDGI)
6.
Dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ (RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta/PKVHI)
7.
Dr. Srimpi Indah, Sp.KJ (Lakespra Dr. Saryanto/RSPAU Jakarta)
8.
Dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ (RSKO Jakarta/ PKVHI)
9.
Dr. Budiman Bela, Sp.MK (Dept. Mikrobiologi FKUI RSCM)
10. Dr. July Kumalawati, Sp.PK (Dept. Patologi Klinik FKUI/RSCM) 11. Dr. Dyah Agustina Waluyo (PB IDI) 12. Dr. Finnahari (Lapas Narkotika Jakarta/ PKVHI) 13. Nurjannah, SKM (Subdit AIDS dan PMS, Depkes RI) 14. Yetti Irawan (PB IBI) 15. Drg. Luki Hartanti (Dit. Bina Yanmed Spesialistik, Depkes RI) 16. Kurniawan Rachmadi (UPT HIV RSCM) 17. Nelly Yardes (PPNI) 18. Keke Apriana (FHI/ASA)
vi
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Editor 1. Dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ 2. Dra. Laurensia Kekek Apriana 3. Dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ 4. Dr. Rudy Rusli
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
vii
Daftar Istilah dan Singkatan a.
b.
c. d. e. f.
g.
h.
i. j.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) : suatu gejala akibat kelemahan sistem imunitas tubuh yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang. CD 4 : reseptor yangg terdapat di permukaan sel tertentu misalnya limfosit. Jumlah CD 4+ (helper) limfosit T dalam plasma adalah petunjuk progresivitas penyakit pada infeksi HIV/AIDS. CST- Care Support and Treatment adalah pemberian dukungan dan terapi bagi mereka yang mengalami HIV/AIDS Klien : seseorang yang mencari atau mendapatkan pelayanan konseling dan atau testing HIV/AIDS HIV(human immunodefiency virus) : virus golongan retroviridae yang menyebabkan penyakit HIV/AIDS Tenaga kesehatan (dokter, drg, bidan, perawat) : seseorang yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus dalam bidang kesehatan dan telah menjalani pendidikan dan memiliki kompetensi dibidangnya yang dikuatkan dengan Surat Ijin Praktek. Laboran/petugas lab: seseorang yang bertugas dalam bidang laboratorium kesehatan dan telah menjalani pendidikan dan berkompetensi dalam hal laboratorium kesehatan. Konselor : pemberi pelayanan konseling yang telah dilatih keterampilan konseling HIV dan dinyatakan mampu serta memiliki sertifikat yang diakui oleh Depkes dan/atau organisasi profesi terkait. Konseling pasangan : konseling yang dilakukan terhadap pasangan seksual atau calon pasangan seksual dari klien. Konseling pra tes : diskusi antara klien dan konselor, bertujuan menyiapkan klien untuk testing HIV/AIDS. Isi diskusi adalah klarifikasi pengetahuan klien tentang HIV/AIDS, menyampaikan prosedur tes dan pengelolaan diri setelah menerima hasil tes, menyiapkan klien menghadapi hari depan, membantu klien
viii
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan informed consent dan konseling seks yang aman. k. Konseling pasca tes : diskusi antara konselor dengan klien, bertujuan untuk menyampaikan hasil tes HIV klien, membantu klien beradaptasi dengan hasil tes. Materi diskusi adalah menyampaikan hasil secara jelas, menilai pehamaman mental emosional klien, membat rencana menyertakan orang lain yang bermakna dalam kehidupan klien, membantu klien, menjawab respon emosional yang tiba-tiba mencuat, menyusun rencana tentang kehidupan yang mesti dijalani dengan menurunkan perilaku berisiko dan perawatan, membuat perencanaan dukungan. l. Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (odha) adalah orang yang tubuhnya sudah terinfeksi virus HIV. m. Periode jendela : suatu periode atau masa sejak orang terinfeksi HIV sampai badan orang tersebut membentuk antibodi melawan HIV yang cukup untuk dapat dideteksi dengan pemeriksaan rutin tes HIV. n. Sistem rujukan : pengaturan dari institusi pemberi layanan yang memungkinkan petugasnya mengirimkan klien, sampel darah atau informasi, memberi petunjuk kepada institusi lain atas dasar kebutuhan klien untuk mendapat kan layanan yang lebih memadai o. Konseling dan Testing (Counselling and Testing) : konseling dan testing HIV sukarela, suatu prosedur diskusi pembelajaran antara konsleor dan klien untuk memahami HIV/AIDS. p. Linked testing : prosedur dimana sampel darah yang dikirim untuk dilakukan testing HIV memiliki identifikasi seperti nama atau nomor kode klinik, yang dikatikan (linked) dengan sampel kepada klien. q. Linked confidential : dalam prosedur ini, tidak ada nama atau identifikasi lain dari klien yang dicatat. Klien menerima nomor/ kode tersendiri yang tidak dapat dikatikan dengan catatan medik apapun yang sesuai dengan nomor yang ditempelkan pada sampel darah yang dikirim ke laboratorium dan bersifat
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.
ix
rahasia (hanya diketahui oleh petugas kesehatan). KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) : Materi yang diberikan dalam hal penjelasan, penyuluhan dan penyebaran informasi mengenai HIV/AIDS serta masalah yang terkait dalam bentuk lisan,visual dan tulisan baik pada perorangan maupun kelompok. Pra tes konseling :Konseling yang dilakukan sebelum seorang klien/pasien menjalani testing/pemeriksaan status HIVnya. Dalam konseling ini dijelaskan mengenai informasi tentang HIV/AIDS, faktor risiko dan alasan menjalani testing. Pasca tes konseling :Konseling yang dilakukan setelah seseorang mendapatkan dan mengetahui hasil testing HIV. Dalam konseling ini dijelaskan mengenai arti hasil testing dan langkah-langkah yang perlu dilakukan klien selanjutnya. Proses Konseling : Konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan klien yang menghasilkan kematangan kepribadian pada konselor dan memberikan dukungan mental emosional kepada klien. Informed consent (persetujuan tindakan medis) : persetujuan yang diberikan oleh orang dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan sadar untuk melaksanakan prosedur (testing HIV, operasi, tindakan medis lainnya) bagi dirinya atau atas spesimen yang berasal dari dirinya. Juga termasuk persetujuan memberikan informasi tentang dirinya untuk suatu keperluan penelitian. Provider Initiated Testing and Counselling (PITC) : merujuk pada proses konseling dan testing yang dianjurkan oleh petugas kesehatan bagi orang-orang yang datang ke sarana layanan kesehatan, sebagai bagian dari standar prosedur medis. Infeksi oportunistik : infeksi pada mereka yang telah mengidap HIV. Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit atau jamur yang diakibatkan penurunan kekebalan tubuh orang tersebut. TB-HIV : Ko infeksi yang umum dialami oleh orang dengan
x
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
HIV/AIDS. Koinfeksi TB-HIV merupakan salah satu infeksi oportunistik yang paling banyak ditemukan.
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
xi
Ringkasan Eksekutif 1.
Provider initiated testing and counseling: Jika ada pasien yang berkunjung ke dokter / fasilitas kesehatan dengan gejala klinis mengarah kepada HIV/AIDS (misalnya infeksi oportunistik, TB-HIV dan lainnya) maka dokter / petugas kesehatan wajib memberikan informasi keterkaitan sakitnya dengan HIV dan mendiskusikannya dengan pasien dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien. Informasi meliputi penularan dan pencegahan HIV, HIV dapat berlanjut menjadi AIDS, tata laksana pemeriksaan dan terapi, konfidensialitas , informed consent, dan perlunya pemeriksaan HIV guna memastikan keterkaitan infeksinya dengan HIV. Testing HIV dilakukan jika pasien tidak menolak untuk diperiksa.
2.
Tujuan testing yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Diagnosis dan Terapi Uji yang dilakukan pada saat klien datang dengan gejala penyakit apapun yang belum diketahui sebabnya, ataupun tanpa gejala,untuk mengetahui status HIV-nya dan tindakan terapi selanjutnya.
3. 4.
Perubahan Perilaku Setelah dapat ditegakkan diagnosa dan terapi, tujuan lain dari konseling ini adalah perubahan perilaku klien khususnya terkait perilaku berisiko yang dapat memperburuk kondisi penyakitnya atau penularan HIV/AIDS dan penyakit infeksi lainnya kepada orang lain. Panduan alur testing bagi tenaga kesehatan Testing HIV dijalankan sesuai dengan standar pelayanan laboratorium kesehatan pemeriksa HIV dan infeksi oportunistik, terbitan Departemen Kesehatan tahun 2006 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/Sk/ III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan .
BAB
Alasan Latar Belakang Panduan
1
Peningkatan layanan tes HIV di Indonesia bertujuan untuk peningkatan akses terhadap CST dan menurunkan morbiditas dan mortalitas terkait HIV. Semakin banyaknya kasus yang datang ke layanan kesehatan sehingga meningkatnya peranan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam penemuan kasus baru HIV/AIDS sehingga memerlukan panduan khusus dalam pelaksanaannya. Pelayanan konseling dan tes HIV yang berjalan saat ini sebagian besar masih menggunakan sistem layanan konseling dan tes HIV secara sukarela (VCT). Jumlah site VCT saat ini menurut Depkes telah mencapai sekitar 450 tempat baik di RS, klinik maupun dari LSM peduli HIV/AIDS Adanya wacana mengenai provider initiated testing and counselling (PITC) dan kebijakan tes HIV wajib untuk bidang-bidang tertentu (TNI, kepolisian, CTKI dan lainnya) memerlukan keahlian khusus bagi dokter yang melaksanakannya. Dalam hal ini prinsip utama dalam konseling dan testing HIV yaitu konfidensialitas, konseling dan consent (persetujuan dari klien) tidak boleh dikesampingkan. Dalam buku ini juga dijabarkan mengenai pelaksanaan testing/uji HIV. Testing HIV untuk kepentingan surveilans, diagnosis memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya. Diharapkan dengan buku ini, para petugas kesehatan yang melakukan pelayanan bagi klien/pasien odha dapat melakukan konseling dan testing sesuai dengan pedoman dan cara yang baku.
2
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
1. Prinsip :
BAB
Prinsip, Strategi dan Tujuan Tes dan Konseling HIV
2
1.1. Konfidensialitas Kerahasiaan informasi yang diberikan dan hasil tes yang disampaikan merupakan bagian utama dalam melaksanakan tes HIV. Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat klien. Semua informasi yang disampaikan klien dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Informasi tentang klien dapat diketahui hanya untuk keperluan dan atas izin klien. Hal ini diatur pula dalam Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 Pasal 48 mengenai rahasia kedokteran (wajib simpan, pembukaan rahasia kedokteran pada keadaan tertentu) 1.2. Informed Consent (persetujuan klien/pasien) Pemberian informasi mengenai HIV/AIDS oleh tenaga kesehatan terlatih secara lengkap diberikan kepada klien/pasien sampai pasien/klien paham, sebelum pasien/klien memberikan izinnya untuk tindakan kesehatan. Informasi ini disampaikan oleh dokter pemeriksa dengan bahasa yang dapat diterima pasien. Konseling harus dilakukan pada setiap pasien, sedangkan testing dilakukan atas izin pasien. Informed consent diberikan secara lisan dan tertulis yang memuat persetujuan dari klien. Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004, secara jelas memuatnya dalam Pasal 45 mengenai Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi. 1.3. Konseling Konseling adalah proses pertolongan dimana seseorang dengan
4
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
tulus dan tujuan jelas, memberikan waktu, perhatian dan keahliannya, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. Dalam pasal 45 Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 dijelaskan bahwa Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap. Dalam hal ini penjelasan terkait dapat pula berupa konseling sebelum klien menjalani tes. 2.
Materi yang diberikan dalam konseling Komunikasi, informasi dan edukasi untuk mendapat persetujuan testing a. Keuntungan klinis dan pencegahan setelah menjalani testing b. Informasi akurat dan lengkap mengenai HIV/AIDS, perilaku berisiko, testing HIV dan pertimbangan yang terkait dengan hasil negatif atau positif. c. Alasan kunjungan dan klarifikasi tentang fakta dan mitos HIV/ AIDS. d. Jenis layanan yang tersedia bila hasil testing adalah positif atau negatif, termasuk sistem rujukan untuk mendapatkan layanan ART, pengobatan infeksi oportunistik dan layanan dukungan e. Informasi bahwa pasien dapat menolak tes jika ia tidak menghendakinya f. Jaminan kerahasiaan semua informasi yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan konseling. Pada klinik ANC, dapat diberikan Informasi tambahan bagi perempuan dalam usia subur dan yang akan hamil: a. Risiko penularan HIV ke bayi. b. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV ke bayi c. Manfaat testing HIV bagi bayi yang baru lahir.
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
d.
5
Manfaat konseling bagi pasangan seksual klien agar pasangan klien juga mau menjalani tes HIV.
2.2. Komunikasi, Informasi dan edukasi dalam pasca tes bila hasil negatif : a. Interpretasi hasil tes termasuk masa jendela untuk pengulangan tes b. Pencegahan penularan kepada pasangan/orang lain c. Penjelasan penggunaan kondom 2.3. Komunikasi, Informasi dan edukasi dalam pasca tes bila hasil positif : a. Jelaskan hasil secara singkat dan jelas b. Pastikan klien memahami arti hasil tes. c. Berikan ruang kepada klien untuk mengungkapkan emosinya. d. Informasi mengenai layanan pengobatan (ART, profilaksis dan lainnya). e. Pengungkapan status HIV kepada orang/pihak lain, kapan dan bagaimana hal ini terjadi. f. Jadwalkan kunjungan berikutnya.
3.
Untuk perempuan dengan HIV maka diberikan informasi tambahan yaitu : a. Perencanaan kehamilan b. Terapi ART c. Nutrisi yang cukup terutama pada kehamilan d. Pemberian makanan pada bayinya. e. Testing pasangan Metode pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah: Provider initiated testing and counseling Jika ada pasien yang
6
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
berkunjung ke dokter / fasilitas kesehatan dengan gejala klinis mengarah kepada HIV/AIDS (misalnya infeksi oportunistik, TB-HIV dan lainnya) maka dokter / petugas kesehatan wajib memberikan informasi keterkaitan sakitnya dengan HIV dan mendiskusikannya dengan pasien dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien. Informasi meliputi penularan dan pencegahan HIV, HIV dapat berlanjut menjadi AIDS, tata laksana pemeriksaan dan terapi, konfidensialitas , informed consent, dan perlunya pemeriksaan HIV guna memastikan keterkaitan infeksinya dengan HIV. Testing HIV dilakukan jika pasien tidak menolak untuk diperiksa. Sesudah menerima hasil, dokter harus mediskusikan hasilnya, prognosisnya, dan tatalaksana terapi selanjutnya. Jika terjadi gejolak mental emosional pasien yang memungkinkan pasien sulit bekerjasama dalam terapi, seperti terjadinya depresi, tidak adherence, dan gangguan mental emosional lainnya, pasien dirujuk pada konselor VCT. Apabila pasien memilih untuk menolak testing (opt-out), maka petugas kesehatan wajib memberikan informasi yang lebih rinci mengenai kondisi pasien dan tidak mengubah tatalaksana medis pada pasien tersebut. 4. Tujuan testing yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Diagnosis dan Terapi Uji yang dilakukan pada saat klien datang dengan gejala penyakit apapun yang belum diketahui sebabnya, ataupun tanpa gejala,untuk mengetahui status HIV-nya dan tindakan terapi selanjutnya. Perubahan Perilaku Setelah dapat ditegakkan diagnosa dan terapi, tujuan lain dari konseling ini adalah perubahan perilaku klien khususnya terkait perilaku berisiko yang dapat memperburuk kondisi penyakitnya atau penularan HIV/AIDS dan penyakit infeksi lainnya kepada orang lain.
3
BAB
Panduan Alur Testing bagi Tenaga Kesehatan 3.1. Alur Testing
Pasien datang dengan/tanpa keluhan yang mengarah pada gejala/tanda HIV/AIDS atau dengan riwayat perilaku berisiko (riwayat penggunaan napza, perilaku seksual berisiko riwayat transfusi darah dan lainnya)
Dokter/Tenaga kesehatan memberikan KIE dan diskusi yang cukup dan menginisiasi pasien untuk melakukan testing
Setuju
Penandatanganan informed consent
Tidak
Pemberian KIE dan anjuran untuk melakukan testing kembali
Testing HIV
Membuka hasil untuk dilanjutkan dengan tatalaksana selanjutnya sesuai kebutuhan pasien
3.2. Interpretasi hasil pemeriksaan Hasil testing positif (disebut reaktif) dan testing negatif (disebut non- reaktif) atau indeterminate untuk diagnosis menggunakan strategi III (lihat bagan pemeriksaan di atas): 1. Hasil Reaktif Apabila pada hasil pemeriksaan pertama reaktif, dilanjutkan kedua reaktif dan dilanjutkan ketiga tetap reaktif, atau melewati hasil indeterminate namun hasil akhir akhir adalah reaktif (strategi
8
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
reaktif dan non reaktif bisa berupa dua kali reaktif atau dua kali non-reaktif dengan melihat penilaian faktor risiko klien/ pasien. Bila hasil indeterminate, pemeriksaan harus diulang dengan spesimen baru setelah 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun. Bila sampai 1 tahun hasil tetap indeterminate dan faktor risiko rendah, hasil dapat dinyatakan non reaktif.
3.3.
Konseling pasca tes Konseling pasca testing membantu klien/pasien dan orang terdekatnya untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes. Konselor mempersiapkan klien untuk menerima hasil tes, memberikan hasil tes dan menyediakan informasi selanjutnya.
3.4.
Pemeriksaan kesehatan Pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan kepada klien untuk mengetahui status kesehatan mereka. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu : a. Pemeriksaan fisik b. Pemeriksaan penunjang lainnya: laboratorium darah rutin, hitung CD 4, kadar virus dalam darah/viral load/VL, foto rontgen toraks dan lainnya sesuai dengan indikasi.
3.5.
Pemberian profilaksis dan terapi Pemberian profilaksis seperti profilaksis kotrimoksasol untuk mencegah infeksi oportunistik (PCP, diare, toksoplasmosis) dilakukan sesuai dengan indikasi yaitu jumlah sel CD 4 darah tepi di bawah 200 / μl. Pemberian terapi ARV dengan rejimen standar dilakukan sesuai dengan Pedoman Nasional ART terbitan Departemen kesehatan RI tahun 2006. Terapi dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih atau dengan mengikuti sistem rujukan yang berlaku, yaitu bila pasien dalam kondisi kesehatan yang memerlukan perawatan di rumah sakit atau sarana kesehatan yang lain.
BAB
Kualitas Layanan Testing HIV
4
4.1. Jaminan mutu layanan Testing HIV dijalankan sesuai dengan standar pelayanan laboratorium kesehatan pemeriksa HIV dan infeksi oportunistik, terbitan Departemen Kesehatan tahun 2006 dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/Sk/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan .Untuk daerah-daerah terpencil dapat dilakukan oleh perawat yang terlatih (mengacu pada pedoman VCT terbitan Departemen Kesehatan 2005.). Mutu layanan testing dan konseling diatur melalui beberapa peraturan antara lain: a. Kepmenkes No. 1507/MENKES/SK/X/2005 mengenai Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Voluntary Counselling and Testing). b. Kepmenkes No. 241/Menkes/SK/IV/2006 mengenai Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik. c. Kepmenkes No. 832/Menkes/SK/X/2006 mengenai Penetapan Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan Standar Pelayanan Rumah Sakit Rujukan Odha dan Satelitnya.
4.2. Sumber Daya Manusia Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas : Profesi menganjurkan pelatihan bagi tenaga medis dan penyegaran ilmu dan keterampilan dalam Konseling dan Testing HIV me lalui Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan/CPD/CME.
10
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Perlindungan SDM: Tenaga kesehatan yang melakukan konseling dan testing HIV di sarana layanan kesehatan dilindungi melalui UU Praktek Kedokteran dan standar operasi prosedur layanan kesehatan setempat dan Manual Rekam Medis Tahun 2006 dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
11
LAMPIRAN Lampiran 1 Mekanisme Pelaksanaan Testing HIV Persyaratan Testing : Bagi pengambil darah dan teknisi laboratorium harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Sebelum testing harus didahului dengan konseling atau diskusi dokter-pasien tentang HIV, cara penularan dan pencegahan, tatalaksana terapi dan keterkaitan penyakit pasien dengan HIV, dan penandatanganan informed consent. b. Hasil testing HIV harus diverifikasi oleh dokter patologi klinis atau dokter terlatih atau dokter penanggung jawab laboratorium. c. Hasil diberikan kepada konselor atau dokter yang merujuk untuk testing dalam amplop tertutup. d. Dalam laporan pemeriksaan hanya ditulis nomor atau kode pengenal atau nomor rekam medis. e. Jangan memberi tanda berbeda yang mencolok terhadap hasil yang positif dan negatif. f. Meskipun spesimen berasal dari sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya yang berbeda, tetap harus dipastikan bahwa klien telah menerima konseling dan menandatangani informed consent. Reagensia/Jenis Pemeriksaan (menurut SK Menkes No. 241 Menkes/SK/IV/2006) : Reagensia yang dipakai dapat berupa reagensia berdasarkan prinsip Enzyme Immunoassay (EIA) atau yang bersifat Simple
12
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
rapid assay (S/R). Kombinasi 3 reagensia rapid test HIV dapat digunakandi Laboratorium pemeriksa HIV untuk tujuan diagnosis dengan ketentuan sebagai berikut: a. SDM sudah terlatih dan tersertifikasi untuk pemakaian reagensia rapid test HIV. b. Harus tetap melaksanakan Pemantapan Mutu Internal, mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal dan Kewaspadaan Universal. c. Perlu pelatihan berkelanjutan untuk kemampuan SDM nya. Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada pemeriksaan didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagensia. Untuk diagnosis pasien yang asimtomatik harus menggunakan strategi III dengan persyaratan reagensia sebagai berikut : a. Sensitivitas reagensia pertama ≥ 99% b. Spesifisitas reagensia kedua lebih tinggi dari yang pertama c. Spesifisitas reagensia ketiga lebih tinggi dari yang pertama d. Asal antigen atau prinsip tes dari reagensia 1,2,dan 3 tidak sama Sebagai contoh: reagensia yang pertama menggunakan prinsip imunokonsentrasi yang dipakai pada pemeriksaan kedua atau ketiga mempunyai prinsip pemeriksaan (misalnya EIA, imunokromatografi atau aglutinasi) atau asal antigen (misalnya lisat virus, rekombinan DNA atau peptida sintetik) yang berbeda daripada reagensia yang dipakai pada pemeriksaan pertama. e. Prosentase hasil tes dari kombinasi reagensia tersebut yang tidak sama (discordant) kurang dari 5 %. Contoh: tes pertama reaktif, tes kedua dan ketiga non-reaktif atau tes pertama dan kedua reaktif serta tes ketiga non-reaktif. f. Pemilihan jenis reagensia (EIA atau Simple/Rapid) harus didasarkan pada : - Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil - Jumlah spesimen yang diperiksa dalam satu kali
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
13
pengerjaan - Sarana dan prasarana yang tersedia Untuk tujuan skrining dan surveilans, reagensia pertama harus memiliki sensitivitas ≥ 99%, spesifisitas reagensia kedua ≥ 98%. Semua reagensia yang dipakai harus sudah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan mengacu pada buku Hasil Evaluasi Reagensia HIV di Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tes antibodi untuk bayi di bawah usia 18 bulan a. Tes antibodi tidak dapat diandalkan karena adanya antibodi dari ibu b. Tes dini antibodi dapat dilakukan pada usia 9 bulan, bila hasil non-reaktif maka status anak tersebut negatif (bayi tidak mendapat ASI dari ibunya). c. Hasil tes dini antibodi reaktif masih mungkin disebabkan antibodi dari ibunya, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan ulang pada usia 18 bulan. Tes antibodi untuk bayi di atas 18 bulan Sama dengan tes HIV pada orang dewasa. Kelemahan masing-masing tes.
Tes Cepat/Rapid Test ELISA 1. Sampel: darah perifer 1. Sampel: darah dari vena dari tusukan jari di lengan 2. Lab: tidak ada peralatan 2. Lab: peralatan khusus khusus 3. Hal yang memudahkan: 3. Hal yang memudahkan: pelatihan minimal teknisi laborat terlatih
14
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
4. Waktu pengambilan 4. Waktu pengambilan hasil: kurang dari 30 hasil: dapat mencapai 2 menit. minggu 5. Tidak dapat disimpan 5. Terlalu mahal untuk sebagai bukti hukum pengerjaan jumlah spesimen yang sedikit (kurang dari 20 spesimen) 6. Tidak boleh dilakukan untuk untuk jumlah spesimen lebih besar dari 20 pada setiap kali pengerjaan Al goritma testing Di bawah ini tergambar 3 algoritma pemeriksaan anti HIV yang dianjurkan untuk dipakai, masing-masing untuk tujuan keamanan transfusi dan transplantasi, diagnosis dan surveilans. A1
A1 positif
Anggap sebagai "Positif"
A1 negatif
Anggap sebagai "Negatif"
Gambar 1: Algoritma strategi I untuk meningkatkan keamanan transfusi darah dan transplantasi. A menyatakan pemeriksaan/tes. Dikutip dari Buku Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA, Ditjen P2M dan PL, Depkes tahun 2003
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
15
Catatan penting: • Hasil akhir dengan strategi I ini tidak boleh dipakai sebagai penegakkan diagnosis. • Apapun hasil akhir setelah diperiksa lebih lanjut, semua darah atau bahan donor dengan hasil pemeriksaan awal “reaktif/positif” tidak boleh dipakai untuk transfusi atau transplantasi.
16
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Gambar 2: Algoritma strategi III pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis. A menyatakan pemeriksaan/tes. Dikutip dari Buku Pedoman Nasional Perawatan,Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA, Ditjen P2M dan PL, Depkes Dep Kes tahun 2003 Catatan penting : • Untuk individu yang baru didiagnosis, hasil reaktif harus dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan ulang dengan bahan pemeriksaan baru (perlu diambil bahan pemeriksaan lagi) yang diambil sedikitnya 14 hari setelahnya. •
Untuk bahan pemeriksaan yang memberikan hasil “indeterminate” perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi Western Blot serta pemeriksaan perlu diulang dengan bahan baru yang diambil sedikitnya 14 hari sesudah pengambilan yang pertama. Bila hasil pemeriksaan kedua juga “indeterminate”, perlu dipantau ulang lebih lama yaitu pada 3, 6 atau 12 bulan. Bila hasil tetap menunjukan “indeterminate” setelah 1 tahun, maka individu tersebut dianggap sebagai anti-HIV negatif.
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
17
Gambar 3: Algoritma strategi II untuk surveilans. A menyatakan pemeriksaan/tes. Dikutip dari Buku Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA, Ditjen P2M dan PL Dep Kes tahun 2003. Pelaksanaan testing dapat pula dilakukan dalam 2 bentuk : a. Serial : Yaitu tes kedua tidak dilaksanakan bila tes pertama menunjukkan hasil negatif. Tes yang mempunyai sensitifitas tinggi digunakan sebagai tes awal pada algoritma testing serial, dan kejadian negatif palsu jarang terjadi. Sebaliknya, negatif palsu diharapkan akan menjadi meningkat pada prevalensi tinggi kohort. b. Paralel : Yaitu secara rutin menggunakan 2 tes HIV pada setiap sampel yang dites. Tes pertama harus lebih sensitif dan tes kedua harus lebih spesifik. Tes akan berbeda menurut target
18
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
antigen; metodologi, sensitifitas dan spesifitas. Pada kasus dengan hasil yang berbeda (diskordan) tes harus diulang dengan tes ketiga yang berbeda yang disebut sebagai tes penentu/tie breaker. Testing paralel lebih mahal daripada testing serial, tetapi mempunyai keuntungan lain termasuk pengurangan risiko dari hasil negatif palsu dan hanya membutuhkan sekali pengambilan sampel darah. Tes yang digunakan adalah jenis testing yang baku menurut Pedoman Depkes. Gambaran klinis dari penyakit-penyakit terkait HIV dapat begitu beragam dan tidak spesifik, dan tumpang tindih dengan diagnosis penyakit lainnya. Khusus bagi mereka yang meminta tes atas keinginan sendiri, maka perlu digali mengenai perilaku dan faktor risiko tertular HIV nya, dan sebaiknya kepada mereka dilakukan VCT. Bila tidak riwayat pajanan yang jelas, maka tidak perlu ditawarkan tes rutin. Sejumlah orang akan meminta tes HIV tetapi menutupi faktor risiko mereka. Dalam hal ini, keinginan mereka untuk menutupi faktor risiko perlu dihargai dan tes HIV dapat dilakukan Pada klien dengan infeksi menular seksual/IMS, maka hal ini merupakan indikasi untuk tes HIV. Mereka yang terinfeksi dengan IMS, apalagi dengan lesi terbuka merupakan risiko tinggi tertular dan menularkan HIV dan karenanya perlu ditawarkan untuk tes HIV. Untuk narapidana/warga binaan pemasyarakatan (WBP) dapat ditawarkan tes HIV sebagai bagian dari pemeriksaan medis rutin (routine offer). Pemeriksaan dapat dilakukan saat pertamakali WBP masuk, selama menjalani masa hukuman dan menjelang bebas. Selain sebagai diagnostik, tes HIV di lapas merupakan sarana edukasi untuk pencegahan penularan HIV mengingat tingginya penularan HIV di lapas Tes ini ditawarkan sebagai bagian dari kebijakan dari Ditjen PAS, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip konseling dan testing.
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
19
Lampiran 2 Daftar Sarana Kesehatan yang Memberikan Layanan VCT (data dari Subdit AIDS, Ditjen P2PL, Depkes)
1
NAD
KOTA/KABUPATEN Banda Aceh
2 3 4 5
NAD NAD NAD NAD
Banda Aceh Banda Aceh Banda Aceh Aceh Barat
RSU Zainal Abidin Banda Aceh BPK-RSIA Provinsi NAD Klinik PKBI Aceh Banda Aceh BP RSUD Cut Nyak Dien
6
NAD
Pidie
BPK RSU Sigli
7
NAD
Aceh Utara
8
NAD
Tamiang
BRSUD Cuit Meutia Lhok Suemawe RSUD Tamiang NAD
9
NAD
Puskesmas Kuta Alam
10
Sumatera Utara Medan
RSU Adam Malik,Medan
11
Sumatera Utara Medan
RS Bhayangkara
12
Sumatra Utara
RS Haji Medan
13
Sumatera Utara Medan
RSU Dr. Pirngadi, Medan
14
Sumatera Utara Medan
BP4 Medan
15
Sumatera Utara Medan
Jaringan Kesehatan
16
Sumatera Utara Medan
Klinik Bestari/ DKK Medan
17
Sumatera Utara Medan
Medan Counseling Service, Rutan Kls I Medan
18
Sumatera Utara Medan
Lapas Klas IIA Wanita Medan
NO
PROPINSI
Medan
INSTITUSI
20
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
19
Sumatera Utara Medan
Lapas Klas I Medan
20
Sumatera Utara Medan
Kesdam I BB
21
Sumatera Utara Medan
Yayasan Galatea
22
Sumatera Utara Deli Serdang
RSU Deli Serdang. Lubuk Pakam
23
Sumatera Utara Deli Serdang
Klinik Simpang Tana Raja
24
Sumatera Utara Deli Serdang
Klinik Bandar Baru
25
RSUD Pematang Siantar
26
Sumatera Utara Pematang Siantar Sumatera Utara Karo
27
Sumatera Utara Tobasa
28
Sumatera Barat Padang
Komite AIDS/Napza HKBP Distrik IV TOBA RS Dr. M Djamil Padang
29
Sumatera Barat Padang
30
Sumatera Barat Bukit Tinggi
31
Sumatera Barat Pariaman
RSUD Pariaman
32
Riau
Pekanbaru
33
Riau
Pekanbaru
RSUD Arifin Ahmad, Pekanbaru RS Jiwa Tampan, Pekanbaru
RSU Kabanjahe
PKBI Sumatera Barat Cemara RS Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
NO
PROPINSI
34 35 36 37 38
KOTA/KABUPATEN Riau Pekanbaru Riau Pekanbaru Riau Dumai Kepulaun Riau Tanjung Pinang Kepulauan Riau Tanjung Pinang
39
Kepulauan Riau Tanjung Pinang
40 41
Kepulauan Riau Tanjung Pinang Kepulauan Riau Tanjung Pinang
42 43 44
Kepulauan Riau Tanjung Pinang Kepulauan Riau Batam Kepulauan Riau Batam
45
Kepulauan Riau Batam
46 47 48
Kepulauan Riau Batam Kepulauan Riau Batam Kepulauan Riau Karimun
49
Kepulauan Riau Karimun
50 51
Kepulauan Riau Karimun Kepulauan Riau Indragiri Hilir
52
Kepulauan Riau Tanjung Balai Karimun
21
INSTITUSI LSM Yayasan Utama PKBI Riau RSUD Kota Dumai RSUD Tanjung Pinang RSAL Dr Midiyato S Tanjung Pinang Lapas Klas IIA Tanjung Pinang PKM Tanjung Pinang Kota Klinik Batu24, PKM Tupaya Klinik Batu 15 RS Otorita batam RS Budi Kemuliaan, Batam Klinik IMS/VCT Puskesmas Sekupang Lapas Klas IIA Batam PKM Lubukbaja Klinik Batu 7, PKM Tanjungbatu Villa Garden Klinik Payalabu RSUD Puri Husada, Tembilahan, Riau RSUD Karimun
22
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
53
Kepulauan Riau Kepri
PKM Tanjunguban
54 55
Jambi Jambi
RSU Raden Matahe RSUD KH Daud Arif
56
Bengkulu
Jambi Tanjung Jabung Barat Bengkulu
57
Bengkulu
Bengkulu
RSJ Bengkulu
58
Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan
Palembang Palembang
RS. RK Charitas Palembang RS M Hoesin Palembang
Palembang
RSJ Daerah Palembang
Palembang
Klinik IMS Graha Sriwijaya
Palembang
PKM Swakelola Dempo
Palembang
PKBI
Prabumulih
RSUD Prabumulih
Prabumulih
PKM Prabumulih
Prabumulih
PKM Prabumulih Barat
Ogan Komering Ulu Musi Rawas
RSUD Dr. Ibnu Sutowo
59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
RSUD M Yunus Bengkulu
RSD Kab MURA
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
NO
PROPINSI
KOTA/KABUPATEN
23
INSTITUSI
69 70 71 72 73
Babel Babel Babel Babel Lampung
Pangkal Pinang Pangkal Pinang Sungai Liat Bandar Lampung
74 75 76 77 78 79 80 81
Lampung Lampung Lampung Lampung DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
Bandar Lampung Lampung utara Tanggamus Metro Jakarta Timur Jakarta Timur Jakarta Timur Jakarta Timur
82 83
DKI Jakarta DKI Jakarta
Jakarta Timur Jakarta Timur
84
DKI Jakarta
Jakarta Timur
RSUD Tanjungpandan RSU Pk Pinang RSUD Depati Hamzah RSJ Sungai Liat BA-BEL RSUD Abdul Moeloek, lampung PKBI RSU HM. Ryacudu RSU Pringsewu RSU Ahmad Yani Metro RS Duren Sawit RS Persahabatan Jakarta RSKO Cibubur RS Kepolisian Dr. Sukamto, Jakarta RS FK UKI RS RS TNI AU Antariksa Halim PK PKBI DKI Jakarta
85
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
Rumkital Dr. Mintohardjo
86
DKI Jakarta
Jakarta Barat
87
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
RS Kanker Dharmais Jakarta P.K. Sint Carolus
88
DKI Jakarta
Jakarta Utara
RSPI-SS
89
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
RS Fatmawati
90
DKI Jakarta
Jakarta Barat
RSJ Dr. Soeharto Heerdjan
91
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
RSPAD Gatot Soebroto Jkt
92
DKI Jakarta
Jakarta Utara
RSUD Koja, Tg. Priok
24
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
93
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
RSUD Tarakan, Jakarta
93
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
RSUD Tarakan, Jakarta
94
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
ICODESA, Jakarta
95
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
96
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
97
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
Yayasan Kusuma Buana Jakarta Yayasan Srikandi Sejati Jakarta YMI Jakarta
98
DKI Jakarta
99
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
100
DKI Jakarta
Jakarta Utara
Yayasan Pelangi Kasih Nusantara Jakarta YSA
101
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
Puskesmas Tebet
102
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
103
DKI Jakarta
Jakarta Selatan
Puskemas Kelurahan Kampung Bali Wisma Adiksi
104
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
PPTI
105
DKI Jakarta
NO
PROPINSI
Karisma
Partisan Club
KOTA/KABUPATEN
106
DKI Jakarta
107
DKI Jakarta
Jakarta Pusat
108
DKI Jakarta
Jakarta Timur
INSTITUSI Lapas Klas IIA Narkotika Jakarta Rutan Klas I Jakarta Pusat Rutan Klas IIA Jakarta Timur
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
109
DKI Jakarta
Jakarta Timur
110 111 112
DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
Jakarta Utara
113 114
DKI Jakarta DKI Jakarta
Jakarta Pusat Jakarta Selatan
115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 125 126 127
DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta
Jakarta Barat Jakarta Utara Jakarta Utara Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Pusat Jakarta Timur Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat
128 129 130 131
DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Banten
Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Timur Tangerang
132
Banten
Tangerang
25
Rutan Klas I Jakarta Timur Lapas Klas I Cipinang LPA Karya Bhakti Puskesmas Kec. Tg Priok, Jakarta Pamardisiwi - Jakarta Puskesmas Kebayoran Lama Puskesmas Kali Deres Puskesmas Penjaringan Puskesmas Kemayoran Yayasan Stigma Puskesmas Duren Sawit Puskesmas Sawah Besar PKM Tanjung Priok PKM. Cengkareng Yayasan KAPETA Yay. Kios Atmajaya PKM Kec. Cakung PKM Kec. Cakung PERDHAKI Klinik Jelia / PKM Mangga Besar Yayasan Pelita Ilmu PKM Jatinegara PKM Balekambang RS Siloan Glen Eagles Banten RSU Tangerang
26
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
133 134 135 136
Banten Banten Banten Banten
Tangerang Tangerang Tangerang Tangerang
137
Banten
Tangerang
138
Banten
Tangerang
NO
PROPINSI
139 140
Banten Jawa Barat
KOTA/KABUPATEN Serang Bandung
141 142
Jawa Barat Jawa Barat
Bandung Bandung
143 144 145 146 147
Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
Bandung Bandung Bandung Bandung Bandung
148
Jawa Barat
Bandung
149
Jawa Barat
Bandung
150 151
Jawa Barat Jawa Barat
Bandung Bandung
RS Qadr, Tangerang RS Usada Insani LP klas I Tangerang Lapas klas IIA pemuda Tangerang DKK Tangerang-PKM Cibodasari DKK Tangerang-PKM Ciledug
INSTITUSI RSUD Kab. Serang RS Hasan Sadikin, Bandung RSU Bungsu Bandung RSUD Ujung Berung Bandung RS Polri Bandung RSJ Bandung Yayasan Bahtera PKM Kopo Bandung Balai Kesehatan Paru Masyarakat Bandung Lapas Klas IIA Narkotika Bandung Lapas Banceuy Bandung Klinik PKBI Teratai Klinik IMS PKBI
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
152 153 154 155 156 157
Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
Bandung Bandung Bandung Bandung Kota Bandung Kota Bandung
158 159 160 161 162 163
Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
Kota Bandung Kota Bandung Bogor Bogor Kota Bogor Bogor
164 165
Jawa Barat Jawa Barat
Bogor Bogor
166
Jawa Barat
Bogor
167 168 169
Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
Bekasi Bekasi Cirebon
170
Jawa Barat
Cirebon
171
Jawa Barat
172
Jawa Barat
173
Jawa Barat
Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi Bekasi
27
HIKHA BP4 PKBI Jawa Barat Rutan Kelas I, Bandung PKM Kiaracondong PKM Ujung Berung Indah PKM Pasundan PKM Puter RSMM Bogor RS PMI Bogor PKM Bogor Tengah DKK Bogor-PKM Pancasari PKM Bogor Timur Lapas Klas IIA Paledang Bogor Yayasan Taman Sringanis RS Ananda BEKASI RSUD BEKASI RSUD Gunung Jati Cirebon Lapas Narkotika Cirebon PKM Cikarang PKM Sukamahi Dinkes Kota BekasiPKM Pondok Gede
28
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
174
Jawa Barat
Bekasi
175
Jawa Barat
Bekasi
NO
PROPINSI
LSM Yayasan Mitra Sehati Lapas Klas IIA Bekasi
176
Jawa Barat
KOTA/KABUPATEN Sukabumi
177 178
Jawa Barat Jawa Barat
Sukabumi Sukabumi
179
Jawa Barat
Sukabumi
180
Jawa Barat
Sukabumi
181
Jawa Barat
Sukabumi
182
Jawa Barat
Sukabumi
183
Jawa Barat
Sukabumi
184
Jawa Barat
Sukabumi
185
Jawa Barat
Sukabumi
186 187
Jawa Barat Jawa Barat
Sukabumi Sukabumi
188
Jawa Barat
Sukabumi
INSTITUSI RSUD R Syamsudin SH RSI Assyifa Puskesmas Benteng Puskesmas Sukabumi Puskesmas Gedong Panjang Puskesmas Baros Puskesmas Pabuaran Puskesmas Selabatu Puskesmas Limus Nunggal Puskesmas Tipar Rumah Cemara Lapas Klas IIB Sukabumi Puskesmas Lembur Situ
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
189
Jawa Barat
Tasikmalaya
190
Jawa Barat
Tasikmalaya
191
Jawa Barat
Tasikmalaya
192
Jawa Barat
Tasikmalaya
193
Jawa Barat
Tasikmalaya
194 195
Jawa Barat Jawa Barat
Tasikmalaya Tasikmalaya
196
Jawa Barat
Tasikmalaya
197 198
Jawa Barat Jawa Barat
Tasikmalaya Tasikmalaya
199
Jawa Barat
Tasikmalaya
200 201 202 203 204 205 206
Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat
Tasikmalaya Tasikmalaya Tasikmalaya Tasikmalaya Tasikmalaya Tasikmalaya Karawang
207
Jawa Barat
Karawang
208 209
Jawa Barat Jawa Barat
Depok Depok
29
Puskesmas Singaparna Puskesmas Cikatomas Puskesmas Cineam Puskesmas Pagerageung RSUD Tasikmalaya PKM Tawang PKM Sambong Pari PKM Kota Tasikmalaya PKM Tawang Yayasan Akses Indonesia Garut Family Care PKBI PKM Cihideung PKM Kahuripan PKM Cilembang PKM Cipedes PKM Kawalu Lapas Klas IIA Kerawang YPI Pos Desa Karawang PPK-UI Yayasan Layak
30
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
210
Jawa Barat
211
Jawa Barat
212
Jawa Barat
NO
PROPINSI
Subang
Indramayu
213
Jawa Barat
KOTA/KABUPATEN Indramayu
214
Jawa Barat
Indramayu
215
Jawa Barat
Indramayu
216
Jawa Barat
Indramayu
217
Jawa Tengah
Semarang
218
Jawa Tengah
Surakarta
219
Jawa Tengah
Semarang
220
Jawa Tengah
Semarang
221
Jawa Tengah
Semarang
222
Jawa Tengah
Semarang
223
Jawa Tengah
Semarang
PKM Patokbeusi Lapas Klas IIA Narkotika Besi Puskesmas Tambi INSTITUSI Puskesmas Losarang Puskesmas Karangampel Puskesmas Sukra Puskesmas Margadadi RSUD Tugurejo, Semarang RS Dr. Muwardi, Solo RSUD Kota Semarang RS Panti Wilasa Citarum RSUD Ambarawa RS Dr. Kariadi Semarang Puskesmas Poncol Semarang
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
224
Jawa Tengah
Semarang
225
Jawa Tengah
Semarang
226
Jawa Tengah
Semarang
227 228 229
Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah
Semarang Semarang Semarang
230
Jawa Tengah
Semarang
231 232
Jawa Tengah Jawa Tengah
Semarang Semarang
233 234
Jawa Tengah Jawa Tengah
Semarang Semarang
235 236 237
Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah
Kab. Semarang Kab. Semarang Purwokerto
238
Jawa Tengah
Purwokerto
239
Jawa Tengah
Banyumas
240
Jawa Tengah
Banyumas
31
PKM Halmahera Semarang PKM Duren Kab. Semarang PKBI Kota Semarang BP4 Semarang Graha Mitra Lapas Klas I Semarang PKBI Jawa Tengah Kalandara Klinik PKBI Warga Utama Griya ASA Yayasan Wahana Bhakti Sejahtera Semarang Plus Positive Hope RSUD Margono P.Kerto Jateng LSM Biyung Embon, Purwokerto RSU Banyumas, Purwokerto PKM II Purwokerto Timur/ DKK Banyumas
32
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
241
Jawa Tengah
Surakarta
242 243 244 245 246
Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah
Surakarta Tegal Tegal Pekalongan Pekalongan
247 248 249
Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah
Salatiga Salatiga Ambarawa
250 251
Jawa Tengah Jawa Tengah
Pati Jepara
252 253
Jawa Tengah Jawa Tengah
Sragen Rembang
254
Jawa Tengah
Temanggung
255
Jawa Tengah
Kendal
256
Jawa Tengah
257
DI Yogyakarta
Yogyakarta
258 259 260
DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta
Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta
RS Dr. Oen Surakarta PKM Manahan RSU Kardinah PKBI Kab Tegal BP4 Pekalongan Lapas Klas IIA Pekalongan BP4 Salatiga Conextplus Lapas Ambarawa BP4 Pati RSU Kartini Jepara RSUD Sragen RSU Soetrisno Rembang RSU Temanggung Badan RSUD Dr H Soewondo Kendal Lembaga Peduli HIV/AIDS PEDHAS RS Dr. Sardjito, Yogyakarta RS. Bethesda RS Panti Rapih RSU PKU Muh Yogya
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
261
DI Yogyakarta
Yogyakarta
262
DI Yogyakarta
Yogyakarta
263 264
DI Yogyakarta DI Yogyakarta
Yogyakarta Yogyakarta
265 266 267 268 269 270 271 272
DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta DI Yogyakarta Jawa Timur Jawa Timur
Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Sleman Sleman Sleman Surabaya Surabaya
273
Jawa Timur
Surabaya
274
Jawa Timur
Surabaya
275 276
Jawa Timur Jawa Timur
Surabaya Surabaya
277
Jawa Timur
Surabaya
278
Jawa Timur
Surabaya
279
Jawa Timur
Surabaya
33
LSM PKBI Yogyakarta Lapas Klas IIA Wirogunan D.I. Yogyakarta BP4 LSM JOY (Jaringan ODHA Yogyakarta) LSM PKBI LSM VESTA Klinik PKBI RSUD Sleman RS Grhasia LP3Y RSJ Menur RST Brawijaya Surabaya RS Gunungsari Sby RS TNI AU Soemitro Sby RS Polda Jatim RS Bhayangkara Sby RSAL Ramelan, Surabaya RS Dr. M. Soewandhie Sby RS Karang Tembok, Sby
34
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
280
Jawa Timur
Surabaya
281 282
Jawa Timur Jawa Timur
Surabaya Surabaya
283
Jawa Timur
Surabaya
284
Jawa Timur
Surabaya
285 286 287 288
Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur
Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya
289 290
Jawa Timur Jawa Timur
Surabaya Surabaya
291
Jawa Timur
Surabaya
292
Jawa Timur
Malang
293
Jawa Timur
Malang
294
Jawa Timur
Malang
295
Jawa Timur
Malang
296
Jawa Timur
Malang
297
Jawa Timur
Malang
RSUD Dr. Soetomo Surabaya Gaya Nusantara Yayasan Mulia Abadi Yayasan Perwakos Hotline Surabaya Latanza Perwakos Yayasan Hotline PKM Perak Timur PKM Putat Jaya Klinik Kesehatan Perempuan PKM Dupuk Surabaya RSD Kab. Malang RSU Dr, Saiful Anwar RSI UNISMA Malang RS Lanud Abd. Saleh Malang Lapas Klas I Malang Lapas Klas IIA Wanita Malang
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
298
Jawa Timur
Malang
299
Jawa Timur
Malang
300
Jawa Timur
Malang
301
Jawa Timur
Malang
302
Jawa Timur
Malang
303
Jawa Timur
Mojokerto
304
Jawa Timur
Mojokerto
305
Jawa Timur
Mojokerto
306
Jawa Timur
Jember
307
Jawa Timur
Jember
308
Jawa Timur
Madiun
309
Jawa Timur
Madiun
310
Jawa Timur
Madiun
311
Jawa Timur
Tulungagung
312
Jawa Timur
Tulungagung
35
Puskesmas Dinoyo Puskesmas Sumber Pucung Puskesmas Gondang Legi Dinkes Kota Malang/ PKM Arjuno Yayasan sadar Hati RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Dinkes-PKM Mentikan Rutan Klas I Medaeng RSUD Dr. Subandi RS Tk III Baladhika Husada Jember RS TK IV Madiun Kesdam V Brawijaya RS TNI AU Lanud Iswahyudi Lapas Klas I Madiun RSU Dr Iskak Tulungagung PKM Simo
36
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
313 314
Jawa Timur Jawa Timur
Tulungagung Jember
315 316
Jawa Timur Jawa Timur
Jember Kediri
317
Jawa Timur
Kediri
318
Jawa Timur
Kediri
319 320
Jawa Timur Jawa Timur
Kediri Banyuwangi
321
Jawa Timur
Banyuwangi
322
Jawa Timur
Banyuwangi
323
Jawa Timur
Banyuwangi
324 325
Jawa Timur Jawa Timur
Banyuwangi Pamekasan
326
Jawa Timur
Jombang
327
Jawa Timur
328 329
Jawa Timur Jawa Timur
330
Jawa Timur
PKM Ngunut PKM Sumbersari PKM Kaliwates Puskesmas Gurah Puskesmas Dolopo Rumkit TK IV TNI AD Kediri RSUD Pare Puskesmas Kertosari Puskesmas Kedung Rejo Klinik Bakti Husada RSUD Blambangan RSUD Genteng Lapas Klas IIA Narkotika Pamekasan Bapelkes RSD Jombang Y Bambu Nusantara Y Suara Nurani Puskesmas Puger Paramitra
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
331
Jawa Timur
332
Jawa Timur
333
Bali
334
Bali
335
Bali
336
Bali
337
Bali
338 339
Bali Bali
340 341
Bali Bali
342 343 344
Bali Bali Bali
345 346 347 348
NTB NTB NTB NTT
349
NTT
37
Yayasan Mitra Sehati Yayasan Perkumpulan Bandungwangi Denpasar RS Sanglah Denpasar Denpasar RS Wangaya Denpasar Denpasar Yayasan Citra Usada Indonesia Bali Denpasar Burnet indonesia Denpasar Yayasan Kerti Praja Denpasar YAKEBA Denpasar Yayasan Hatihati Denpasar PKBI Denpasar Yayasan Bali Nurani Singaraja RS Kapal Buleleng RS Buleleng Gianyar Yayasan Mata Hati Mataram RSJ Mataram Mataram RSU Mataram Lombok Tengah RSUD Praya Kupang RSU Prof. Johanes, Kupang Kupang RS Tk.IV Kupang
38
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
350
NTT
Kupang
351 352
NTT NTT
Kupang Sumba Timur
353 354
NTT Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Flores Timur Pontianak
355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365
Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak Pontianak Sambas Sambas Sintang
RSUD Waingapu - NTT PKBI - NTT RSUD Umburara Meha Waingapu RSUD Larantuka RSU Dr. Sudarso Pontianak RS Antonius PTK RSJ Pontianak PKM Siantan Hilir Pontianak Plus Support LSM GERPAIDS VCT Pontianak Kalbar Klinik PKBI RSUD Dr. Rubini Mempawah RSUD Pemangkat PKM Pamangkat RSU A.M. Djoen
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
366 367 368 369 370
371 372 373 374 375 376
377 378 379 380
39
Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Timur
Ketapang
RSU Agoesdjam
Sanggau
RSUD Sanggau
Singkawang
RS Abdul Azis, Singkawang PKM Mandor
Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Balikpapan
Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Landak Balikpapan
Samarinda
RSU Dr. K.Djatiwibowo, Blp RST Dr. R. Hardjanto RSU A.Wahab Sjahranie,Smd RS Dirgahayu
Samarinda
RSJ Samarinda
Tarakan
RSUD Tarakan
Tarakan
Tarakan
PKM Gn.Lingkas, Dinkes Tarakan, Kal-Tim PKBI
Bontang
RSUD Bontang
Bontang
RS PT.Badak
Bontang
RS PKT Bontang
Samarinda
40 381
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Bontang
Banjarmasin
393
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Utara
Hulu Sungai Utara Manado
394
Sulawesi Utara
Manado
395 396
Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Manado Menado
382 383 384 385 386 387 388 389
390 391 392
Bontang Bontang Bontang Bontang Bontang Kotawaringin Timur Kotawaringin Barat Palangkaraya
Banjarmasin
RS Amalia Bontang Klinik Yabis Bontang PKM Loktuan PKM Tj. Laut Bontang LARAS cab. Bontang LP2A Jasmine Bontang RSU Dr. Mur RSUD Sultan Imanudin P.Bun RSUD dr. Doris Sylvanus, Palangkaraya RSUD Ulin, Banjarmasin Garcinia RSUD Pambalah Batung Amuntai RS Teling, Manado RS Ratumbuysang, Manado RSUP Manado PKBI Sulawesi Utara
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
41
397 398
Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Menado Manado
399
Sulawesi Utara
Manado
400
Sulawesi Utara
Manado
401 402
Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Tomohon Tomohon
403
Sulawesi Utara
Bitung
404
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan
Kendari
Batamang Plus Lembaga Hidup Sehat, Manado Yayasan Mitra Masyarakat Yayasan Bahagia Harapan Kita (Klinik Pinaesaan) RSU Bethesda Yayasan Cinta Cipta Nusantara RSUD Bitung Prop. Sulut RSJ Kendari
Kendari
RSUD Kendari
Kendari
Sintesa
Kolaka
RSUD Kolaka
Bau-Bau
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Bulukumba
RSUD Kota BauBau RS Bhayangkara Mapaodang Makassar RSD Bulukumba
405 406 407 408 409
410 411 412
Makassar
Makassar Makassar
RS Wahidin Sudirohusodo RSP Jumpandang Baru
42 413 414 415
416 417 418 419 420
421 422 423 424 425 426 427
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Makassar
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Makassar
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Bulukumba
Makassar Makassar
Makassar Makassar Pare-pare Pare-pare
Bulukumba Palopo Barru Palu Palu Palu
RSJ Dadi, Makassar PKM Kasi-Kasi Yayasan Metamorfosa Makassar YKP2N Makassar LSM Yasin Makassar Yayasan Gaya Celebes RSU A. Makkasau Parepare DKK Parepare/ PKM Madising Na Mario Puskesmas Caile LSM-3M Bulukumba RSU Sawerigading RSU Barru, Sulsel RSUD Undata Palu RSU. Woodward Palu RSJ. Madani Prop. Sulteng
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
428
Sulawesi Tengah
Palu
BRSU Anutapura Palu
429
Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi tengah
Palu
RSU BK Palu, Sulteng RSU Poso
430 431 432 433
Poso Poso Toli-toli
439
Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Barat
440 441 442
Gorontalo Gorontalo Maluku
Polewali Mandar Gorontalo Gorontalo Ambon
443 444
Maluku Maluku
Ambon Ambon
445
Maluku
Kepulauan Aru
434 435 436 437 438
43
PKM. Tagolu Kab. Poso RSU Mukopido Toli-toli RSUD Kolonedale RSU Ampana BRSD Anuntaloko Parigi BRSD Luwuk PKM. Tinggede PKM. Donggala RSUD Polewali RSU Gorontalo RSU Aloe Sabue RSU M Haulussy Ambon RSJ Ambon RSU Al Falah Ambon RSU Dobo
44
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
446
Maluku
447 448 449 450 451
Papua Papua Papua Papua Papua
Maluku Tenggara Jayapura Jayapura Merauke Merauke Merauke
452 453 454 455 456 457
Papua Papua Papua Papua Papua Papua
Merauke Merauke Merauke Merauke Timika Timika
458
Papua
Timika
459 460
Papua Papua Barat
Biak Numfor Sorong
461
Papua Barat
Sorong
462
Papua Barat
Sorong
463 464
Papua Barat Papua Barat
Sorong Manokwari
465
Papua Barat
Manokwari
RSUD Tual RSUD Jayapura LSM YHI Papua YASANTO PKM Mopah PKM Rimba Jaya PKM Kuprik PKM Kurik PKM Jagebob RSU Merauke RSIA RS Mitra Masyarakat, Timika Puskesmas Kwamiki Timika RSUD Biak RS Sele Be Solu Sorong RSUD Kab. Sorong Yayasan Sosial Agustina Sorong PPHIVAIDS RSUD Manokwari PKM Sanggeng Manokwari
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
466 467 468
Papua Barat Papua Barat Papua Barat
Raja Ampat Raja Ampat Fak-fak
PKM Saunek PKM MTS RSUD Fak-fak
45
46
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
Lampiran 3 DAFTAR RUMAH SAKIT TNI YANG PERNAH MENGIKUTI PELATIHAN VCT NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
NAMA RUMAH SAKIT TNI AD RSPAD GATOT SUBROTO RST CIJANTUNG RST SOEPRAOEN RST BRAWIJAYA RST BALADIKA HUSADA RST KEDIRI RST MADIUN RST PUTRI HIJAU RST PELAMONIA RST DENPASAR RST WIRASAKTI RST dr. HARJANTO RST TELING RST MARTHEN INDEY RST ARYOKO RST TK. IV MANOKWARI
KOTA JAKARTA JAKARTA MALANG SURABAYA JEMBER KEDIRI MADIUN MEDAN MAKASSAR DENPASAR KUPANG BALIKPAPAN MANADO JAYAPURA SORONG MANOKWARI
47
48
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TNI AL RUMKITAL Dr. RAMELAN RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO RUMKITAL MAR CILANDAK RUMKITMAR GUNUNG SARI RUMKITAL Dr. OEPOMO RUMKITAL Dr. MIDIATO S. RUMKITAL JALA AMARI RUMKITAL GANDI AT RUMKITAL Dr. SUDIBJO S. RUMKITAL SORONG RUMKITAL MANOKWARI
1 2 3 4 5 6 7
TNI AU RUSPAU Dr. ESNAWAN A. RS LANUD IWY RS LANUD ABD RS LANUD SURABAYA RS LANUD BIAK RS LANUD ATS RS SALAMUN
SURABAYA JAKARTA JAKARTA SURABAYA SURABAYA TANJUNG PINANG MAKASSAR BIAK JAYAPURA SORONG MANOKWARI JAKARTA MADIUN MALANG SURABAYA BIAK BOGOR BANDUNG
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
49
Lampiran 4 Gejala-gejala yang berhubungan dengan HIV/AIDS (sumber: Modul Pelatihan CST; www.aids-images.ch) Gambar 1. Pruritic Papular Eruption
Gambar 2. Gambaran foto toraks TB paru pada odha (perhatikan infiltrat tidak khas seperti pada pasien non HIV)
Gambar3. Herpez zoster labialis
50
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
p
Gambar 4. Ulkus intraoral akibat infeksi sitomegalovirus/ CMV
Gambar 5. Kandidiasis oral
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
Gambar 6. Kandidiasis dengan kheilitis angularis
Gambar 7. Herpes Zoster
51
52
Panduan Layanan Terapi Antiretroviral
Gambar 8 : oral hairy leucoplakia
Gambar 9: Genital warts / kutil kelamin
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
53
Layanan Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Indonesia
55
Daftar Pustaka
1. Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 2004 mengenai Praktik Kedokteran. 2. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan : Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA. Jakarta 2003. 3. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan : Pedoman Nasional Konseling dan Tes HIV Sukarela (VCT). Jakarta 2006. 4. Direktorat Permasyarakatan, Depkumham : Pedoman Perawatan, Dukungan dan Pengobatan HIV/AIDS di Lembaga Permasyarakatan. 5. IDSA-ACP : National Consensus on HIV/AIDS Testing 6. ASHM : National Testing Policy, 2006, downloaded from www.ashm.org.au .
Panduan ini juga didukung oleh : Aliansi Organisasi Profesi Kedokteran (IDI, IBI, ISFI, PDGI, PPNI, IAKMI)