LAPORAN WAWANCARA 1. Judul 2. Tujuan 3. Topik 4. Pelaksanaan a. Hari, Tanggal b. Pukul c. Tempat 5. Pewawancara
6. Narasumber
: Mereka Sama Seperti Aku, Kamu, dan Kita. : Untuk mengetahui tentang seluk beluk pasar malam. : Pasar Malam. : : Minggu, 30 september 2012. : 10:55 WIB. : Kawedanan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan. : 1. Anggoro Bayu .M (02) 2. Dina Tri . M (08) 3. Farhan Fakhri (11) 4. Fitri Rahmawati (14) 5. Heri Susanto (17) 6. M. Abdul Jalil (24) 7. Rifka Anggraini (29) 8. Rizal Sasmita (30) 9. Tisa Andrianto (35) 10. Yosi Adhi . C (37) : 1. Bapak Hidayat, pemilik pasar malam. 2. Mas Slamet, karyawan pasar malam.
7. Latar Belakang Dunia hiburan sering kali menjadi sasaran utama bagi kita saat kita merasa lelah, suntuk, dan menghadapi permasalahan. Dunia hiburan pun kini bermacam-macam bentuknya, ada televisi, mall, dan tempat pariwisata. Tetapi, disisi lain ada dunia hiburan yang dinamakan dengan pasar malam. Pasar malam bukan berarti pasar umum yang beroperasi dimalam hari, tetapi merupakan dunia hiburan yang penuh dengan permainan, pedagang, dan atraksi-atraksi yang mengagumkan yang hanya beroperasi dimalam hari saja dan pada saat-saat tertentu saja. Pasar malam biasa digelar di pedesaan-pedesaan, bahkan hanya ada satu kali dalam setahun. Lalu, siapa yang mengadakan pasar malam ? Bagaimana kehidupan di pasar malam ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami siswa-siswi SMA N 1 Wirosari mengadakan wawancara dengan pemilik pasar malam tersebut. Selain untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut, kami juga mencari informasi lebih lanjut dari pasar malam yang sudah tidak asing ditelinga masyarakat.
8. Hasil Wawancara Hasil wawancara dengan narasumber Bapak Hidayat dan mas Slamet.
Beberapa hari ini anak kecil, remaja, bahkan orang dewasa pun sangat menikmati hiburan baru yang berupa pasar malam. Sudah sepuluh hari ini pasar malam tersebut meramaikan kawasan Kawedanan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan. Tak mau hanya melihat, bermain, dan berbelanja di pasar malam, saya dan teman-teman saya mencari tahu tentang seluk beluk pasar malam tersebut. Petualangan untuk mencari tahu tentang pasar malam itu kami mulai tanggal 26 September 2012. Bertanya dari satu karyawan pasar malam ke karyawan yang lain, Tak kunjung pula kami temukan pemilik pasar malam tersebut. Hari berganti hari, usaha kami pun tak siasia. Pada tanggal 27 September 2012 kami bertemu dengan pemilik pasar malam tersebut yang tak lain adalah Bapak Hidayat. Kami membuat janji dengan Bapak Hidayat, yaitu tanggal 30 September 2012 di Kawedanan Wirosari untuk melakukan wawancara guna mendapat info tentang usaha yang dikelolanya. Bapak Hidayat pun menyetujuinya. Tiga hari kemudian, tanggal 29 september 2012 kami melakukan perbincanganperbincangan. Bapak Hidayat bercerita tentang kehidupannya. Ia mengatakan, ia baru empat tahun mengelola pasar malam. Berawal sebagai karyawan yang bekerja di pasar malam milik orang lain selama delapan tahun, ia mulai tertarik untuk
mendirikan usaha pasar malam sendiri dengan alasan itulah pekerjaan yang cocok untuknya dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kehidupan di pasar malam tak seindah saat kita melihat komedi putar dimainkan. Mereka harus mengorbankan kehidupan yang menetap bersama dengan keluarganya. Mereka harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dari Wirosari berpindah ke Sulursari, ke Randu Blatung, ke Cepu, ke Mudal. Apabila mereka memiliki keluarga yang menetap, maka mereka diberi kesempatan untuk pulang selama satu kali dalam seminggu. Ada pula yang mengajak serta keluarganya. Mereka harus menyewa lahan untuk mendirikan pasar malam. Tidaklah mudah, dalam masyarakat pun mereka harus menghadapi pro dan kontra. Ada yang memperbolehkan menyewakan lahannya, ada pula yang tidak memperbolehkan lahannya disewa. Letak lahan yang disewapun mempengaruhi penghasilan pasar malam yang dikelola Bapak Hidayat. Apabila letak lahannya strategis, maka harga sewanya tinggi dan penghasilannya juga tinggi. Begitu pula sebaliknya. Dalam usahanya, lakilaki kelahiran Pati yang menetap di Jepara ini tidak bekerja sendirian. Ia memiliki 15 orang karyawan dari berbagai daerah dan bahkan tak jarang pula para tetangganya ikut bekerja bersamanya. Para karyawan tidak pernah dituntut untuk memiliki
keahlian dalam bekerja, mereka diterima apa adanya baru kemudian diajari untuk bekerja dan mengoperasikan permainan dipasar malam. Setiap hari Bapak Hidayat memberi uang makan sebesar Rp.20.000,00 sampai Rp.30.000,00 kepada para karyawannya. Bahkan ia juga memberi uang makan tambahan kepada karyawan yang mengajak serta keluarganya untuk bekerja di pasar malam tersebut. Sedangkan untuk gajinya, Bapak Hidayat menggunakan sistem bagi hasil. Apabila penghasilan pasar malamnya tinggi maka gaji para karyawanpun juga tinggi, dan apabila penghasilan pasar malam rendah maka penghasilan karyawan pun juga rendah. . Pasar malam tanpa pedagang kurang meriah, pedagang tanpa pasar malampun kurang menyenangkan. Dalam pasar malamnya, Bapak Hidayat memperbolehkan para pedagang untuk berdagang bersamanya. Tetapi ia tidak memberikan modal kepada para pedagang, melainkan mereka harus menggunakan modal sendiri. Kehidupan para pedagang juga berpindah-pindah seperti pasar malam. Tetapi mereka melakukan perpindahan sendiri dan hanya menumpang pasar malam saja untuk berdagang. Berbicara tentang modal, Bapak Hidayat mengaku modal awalnya sebesar delapan puluh juta, itupun hanya mampu membeli tiga permainan saja yaitu kincir angin, mandi bola, dan komedi putar. Ia membeli permainan-permainan tersebut dari seorang pengusaha pembuat mainan untuk pasar malam. Dengan tiga macam permainan
seperti tersebut, Bapak Hidayat mendapatkan hasil bersih sebesar lima juta rupiah setiap bulannya. Dengan penghasilan sebesar itu, Bapak Hidayat mampu menambah tiga permainan lagi, yaitu tong setan, ombak air, dan rumah balon. Dalam hubungannya dengan masyarakat, Bapak Hidayat sering mendapat kesan yang menyenangkan dan menyedihkan. Iapun sering dimintai uang preman-preman yang berada di sekitar lahan yang ia sewa untuk mendirikan pasar malam, ia juga sering mendapat cemoohan dari warga yang merasa terganggu dengan suara bising pasar malam, ia juga merasa sedih karena tidak bisa memberikan tempat tidur yang layak untuk para karyawannya selama rentang waktu lima belas sampai dua puluh hari dalam satu tempat, bahkan iapun juga merasa kesulitan untuk mencari para karyawan tambahan dikarenakan sangat jarang orang yang mau bekerja di pasar malam yang kehidupannya selalu berpindahpindah. Secara logika, setiap orang bekerja pasti mengalami suka dan duka. Begitu pula dengan Bapak Hidayat. Bapak Hidayat mengaku sangat menyukai pekerjaan yang digelutinya. Ia merasa suka berkumpul dengan orang banyak dan teman-temannya. Dan tak ketinggalan ia sangat suka apabila mendapatkan hasil yang sangat banyak. Namun, ia merasa bersedih karena tidak mampu memberikan fasilitas yang memadahi untuk para karyawannya. Tak terasa perbincangan yang kami lakukan sudah berlangsung selama dua puluh menit. Sebelum kami berpamitan, Bapak Hidayat berpesan kepada masyarakat luar dan mengatakan bahwa mereka juga
sama seperti kita. Bekerja untuk mencari sesuap nasi demi kelangsungan hidup mereka dan kelangsungan hidup keluarga mereka. Bapak Hidayat berharap masyarakat menyadari keberadaan mereka dan tidak memandang mereka dengan sebelah mata. Dari kisah yang Bapak Hidayat ceritakan, kami mendapatkan pelajaran hidup yang sangat berharga. Dan mereka sama seperti Aku, Kamu, dan Kita. Berjuang untuk kelangsungan hidup, tanpa kenal putus asa. Tak puas hanya berbincangbincang dengan pemilik pasar malam tersebut, kami pun menyambangi laki-laki yang sedang asyik mempermainkan sepeda motor di arena tong setan.Melihat atraksi yang laki-laki itu lakukan, kami merasa penasaran dan terpukau. Laki-laki itu sangat ahli dalam mengendarai sepeda motor di lintasan yang melingkar seperti tong. Kami pun memberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Mas Slamet. Itulah nama panggilan lakilaki yang lahir di Pati pada tanggal 18 Mei 1988. Ia mengatakan belum mempunyai istri dan masih tinggal bersama dengan orang tuanya. Mas Slamet bercerita bahwa ia telah berlatih atraksi tong setan semenjak dari SMA bersama dengan pamannya. Ia sangat suka dengan pekerjaan yang digelutinya selama ini.
Ia tidak hanya bekerja di satu pasar malam saja, ia bekerja secara berpindah-pindah dari satu pasar malam ke pasar malam yang lainnya. Gaji yang ia peroleh dari satu pasar malam sebesar Rp.275.000,00 dalam satu minggu. Dengan gaji yang ia peroleh, ia mampu membantu keadaan ekonomi orang tuanya. Dengan pekerjaannya yang bisa dikatakan extrim, ia pun tak luput dari cidera dan kecelakaan. Ia pernah terjatuh saat melakukan atraksi, sehingga membuat kakinya kesleo dan cidera. Tetapi, baginya itu sudah hal yang biasa yang tidak membuatnya putus asa dan tidak mematahkan semangatnya untuk mencari nafkah guna menyambung hidup. Belum lama kami bercengkramah dengan Mas Slamet, kami pun harus puas dengan sedikit ceritanya tadi. Ia mengatakan harus berlatih lagi untuk mengasah kemampuannya, dan ia meminta maaf kepada kami karena tidak punya banyak waktu untuk bercerita dengan kami. Kami merasa sedikit kecewa. Tetapi, Mas Slamet menghibur kami dengan atraksinya. Sehingga rasa kecewa kami bisa terobati. Di akhir atraksinya kami berpamitan untuk pulang. Mas Slamet berpesan kepada kami, supaya kelak kami tidak mudah putus asa dalam menghadapi pahit manisnya kehidupan.
9. Kesimpulan Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan bersama dengan Bapak Hidayat selaku pemilik pasar malam dan Mas Slamet selaku karyawan pada tanggal 30 September 2012 lalu, kami memperoleh banyak informasi, pengalam baru, dan pelajaran hidup yang tak mungkin kami lupakan. Kehidupan Bapak Hidayat dan para karyawannya ternyata selalu berpindah-pindah dan hanya sesekali untuk pulang ke kampung halaman mereka.Itu semua ia lakukan guna mencari sesuap
nasi dan menyambung hidup. Penghasilan yang mereka peroleh tak menentu, bergantung pada musim. Pelajaran yang dapat kami ambil dari hasil wawancara kami yaitu menyadari bahwa hidup itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, semua manusia terlahir sama dihadapan Allah SWT begitu pula dengan Bapak Hidayat dan karyawannya. Mereka tidak mudah berputus asa dalam menghadapi permasalahan, dan mereka memiliki jiwa korsa yang sangat tinggi antar sesama. Dan kesimpulan yang kami dapatkan adalah, Mereka Sama Seperti Aku, Kamu, Dan Kita. Sama-sama berjuang dalam kehidupan untuk menyambung hidup. 10. Tempat, tangal pelaporan : Wirosari hari Jumat, 9 November 2012 11. Lampiran
: