No Kode : 26.6.RDHP.0323C
LAPORAN TENGAH TAHUN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN PRIMA TANI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DATARAN RENDAH IKLIM BASAH DI KABUPATEN BENGKULU UTARA OLEH : Sri Suryani M.Rambe Siswani Dwi Daliani Johan Sapri Waluyo
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009
LAPORAN TENGAH TAHUN INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN PRIMA TANI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DATARAN RENDAH IKLIM BASAH DI KABUPATEN BENGKULU UTARA
OLEH : Sri Suryani M.Rambe Siswani Dwi Daliani Johan Sapri Waluyo
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2009
i
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga laporan tengah tahun Inovasi Teknologi dan Kelembagaan PRIMA TANI pada Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah di Kabupaten Bengkulu Utara dapat tersusun dengan baik. Laporan Tengah Tahun ini berisi berbagai kegiatan yang dilakukan di lokasi PRIMA TANI Desa Lubuk Jale mulai bulan Januari hingga Juni 2009 seperti demplot longyam, penangkaran benih padi sawah, PTT padi sawah serta klinik agribisnis. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan laporan ini. Semoga Laporan ini bermanfaat.
Bengkulu, Juli 2009 Manajer,
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr Nip. 080 084 929
ii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL.......................................................................
ii
KATA PENGANTAR...................................................................
iii
DAFTAR TABEL........................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN..................................................................
1
1.1. Latar Belakang.............................................................
1
1.2.Tujuan.........................................................................
3
1.3. Keluaran.....................................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................
5
III. METODA PELAKSANAAN.....................................................
9
3.1. Lokasi Kegiatan...........................................................
9
3.2. Cakupan Kegiatan........................................................
9
3.3. Metode Analisis............................................................
10
3.4. Parameter yang diukur.................................................
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................
11
4.1.Hasil............................................................................
11
4.2. Pembahasan...............................................................
16
V. KESIMPULAN......................................................................
20
VI. DAFTAR PUSTAKA..............................................................
21
LAMPIRAN .................................................. ...........................
22
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Inovasi teknologi di laboratorium agribisnis Desa Lubuk Jale, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara.........................
11
2. Kelembagaan agribisnis yang akan dikembangkan di Desa Lubuk Jale.PUAP bagi Penyuluh Pendamping dan Gapoktan Kabupaten Lebong...................................................................
12
3. Tahapan pelaksanaan kegiatan PRIMA TANI pada tahun 2007-2009...............................................................................
13
4. Kondisi desa AIP yang diharapkan di Desa Lubuk Jale................
14
5. Rencana dukungan stakeholder dan realisasi kegiatan PRIMA TANI Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2009...........................
iv
15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Halaman
Rangkaian foto kegiatan PRIMA TANI Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2009..............................................................................
v
22
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran sektor pertanian diantaranya adalah menyediakan kebutuhan pangan, menciptakan lapangan kerja, sumber devisa negara, dan pengurangan kemiskinan di perdesaan. Revitalisasi pertanian diperlukan untuk mengatasi kemiskinan diperdesaan. Data BPS tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin diperdesaan mencapai 39,05 juta jiwa dan sebagian besar berada di sektor pertanian yang berdomisili di perdesaan. Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menciptakan inovasi pertanian (teknologi,
kelembagaan
dan
kebijakan)
maju
dan
strategis
serta
mengadaptasikan menjadi teknologi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi. Badan Litbang Pertanian telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi pertanian. Namun berdasarkan evaluasi kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan cenderung melambat bahkan menurun. Teori triple down effect dalam pembangunan tidak selalu berjalan seperti yang diharapkan, maka diperlukan strategi pembangunan pertanian yang langsung dapat menyentuh masyarakat perdesaan
dengan
pembangunan
tetap
pertanian
memperhatikan yaitu
lima
pembangunan
landasan infrastruktur,
fundamental penguatan
kelembagaan petani, penyuluhan, pembiayaan pertanian dan pemasaran hasil pertanian. Terobosan yang cerdas dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada sangat diperlukan. Untuk itu mulai tahun 2005, Badan Litbang Pertanian melaksanakan program PRIMA TANI. PRIMA TANI adalah Program Rintisan Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, merupakan suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi pertanian yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi baru. Peran PRIMA TANI diantaranya adalah: -
Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif.
1
-
Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar, prototipe alat/mesin pertanian, model usaha pasca panen skala komersial) secara luas dan desentralistis.
-
Menyediakan informasi, konsultasi, dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para praktisi agribisnis.
-
Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir secara mandiri. Dalam kaitannya dengan Program Departemen Pertanian, PRIMA TANI
merupakan salah satu instrumen pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). PRIMA TANI dapat menjadi wadah program ketahanan pangan, pengembangan agribisnis (peningkatan daya saing) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. PRIMA TANI dilaksanakan secara partisipatif oleh petani dan didukung oleh seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) khususnya Pemerintah Daerah. PRIMA TANI harus dapat bermanfaat bagi Badan Litbang, Pemda dan petani. BPTP berperan sebagai focal point dalam inisiasi PRIMA TANI di masing-masing propinsi. Bagi Propinsi Bengkulu, PRIMA TANI dapat mempercepat pencapaian visi Pemerintah Daerah dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Strategi yang diterapkan untuk memantapkan pelaksanaan PRIMA TANI adalah penerapan teknologi inovatif tepat guna, membangun model percontohan agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif, mendorong proses difusi dan replika model percontohan dengan mengacu kepada wilayah agroekosistem dan kondisis sosial ekonomi setempat. Keluaran akhir PRIMA TANI adalah terbentuknya Agribisnis Industrial Perdesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) yang merupakan pengetahuan
representasi dan
industri
teknologi
di
pertanian
dan
usahatani
suatu
kawasan
berbasis
pengembangan
ilmu yang
mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan padu padan antar subsistem, berbasis agro-ekosistem, mempunyai kandungan teknologi dan
2
kelembagaan serta meningkatkan kesejahteraan petani. PRIMA TANI diharapkan bermanfaat bagi peningkatan muatan inovasi baru dalam sistem dan usaha agribisnis, peningkatan efisiensi sistem produksi, perdagangan dan konsumsi serta peningkatan akuntabilitas Departemen Pertanian dalam pembangunan pertanian melalui percepatan penyebaran dan adopsi inovasi teknologi oleh pengguna. 1.2. TUJUAN Tujuan umum PRIMA TANI adalah untuk mempercepat diseminasi dan adopsi teknologi inovatif serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik tepat guna spesifik pengguna dan lokasi dengan pendekatan agribisnis, agro-ekosistem, wilayah, kelembagaan, dan pemberdayaan dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, pertanian sustainable dan lingkungan yang lestari. Tujuan Tahunan PRIMA TANI Desa Lubuk Jale, Kecamatan
Kerkap,
Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 2009 adalah: 1. Meningkatkan pendapatan petani sebesar 20 -30 % melalui intensifikasi budidaya longyam. 2. Melaksanakan PTT padi seluas 5 ha untuk peningkatan IP dari 200 menjadi IP 300. 3. Membentuk satu unit klinik agribisnis untuk penyebaran teknologi Longyam, PTT padi, dan ternak sapi. 4. Melaksanakan
FRK
untuk
pengukuran
kinerja
inovasi
teknologi
dan
kelembagaan. 5. Mempersiapkan transfer pembinaan PRIMA TANI ke Pemerintah Kabupaten melalui apresiasi dan sosialisasi.
3
1.3.
KELUARAN Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial
Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID), yang merupakan
representasi
industri
pertanian
dan
usahatani
berbasis
ilmu
pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan padu padan antar subsistem, yang berbasis agroekosistem, dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan menuju masyarakat Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). Perkiraan keluaran kegiatan PRIMA TANI pada tahun 2009 adalah: a. Meningkatnya pendapatan petani sebesar 20 -30 % melalui intensifikasi budidaya longyam. b. Terlaksananya PTT padi seluas 5 ha untuk peningkatan IP dari 200 menjadi IP 300. c. Terbentuknya satu unit klinik agribisnis untuk penyebaran teknologi Longyam, PTT padi, dan ternak sapi. d. Dilaksanakannya FRK untuk pengukuran kinerja inovasi teknologi dan kelembagaan. e. Ditransfernya pembinaan PRIMA TANI ke Pemkab melalui apresiasi dan sosialisasi.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 tercatat 37,2 juta jiwa, dan 63,4% diantaranya berada di perdesaan dengan mata pencaharian di sektor pertanian. Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap pengurangan penduduk miskin (Mat Syukur, 2007). Kontribusi pertanian dari tahun ke tahun semakin meningkat, ini terlihat dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2006 mencapai 44,5% dibandingkan tahun 2005 yang hanya mencapai 39,5%. Fakta ini menandakan bahwa sektor pertanian selain sebagai sumber pendapatan masyarakat juga mempunyai peranan penting dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan dan penerimaan devisa negara yang semakin didukung oleh nilai tambah produk pertanian, melalui peningkatan investasi di bidang pengolahan hasil komoditas pertanian dan hasil turunannya (Sarwani, 2007). Pembangunan pertanian pada dasarnya mengacu pada panca yasa yaitu: 1) perbaikan infrastruktur pertanian, 2) pengembangan kelembagaan petani, 3) penyuluhan, 4) fasilitas pembiayaan pertanian, dan 5) pemasaran hasil pertanian (Marsigit, 2007; Sarwani, 2007). Pembangunan pertanian seharusnya tidak hanya menitikberatkan pada aspek teknologi produksi, tetapi juga harus memperhatikan aspek penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Pengambil kebijakan pembangunan pertanian ditantang untuk selalu menciptakan
inovasi
teknologi
dan
kelembagaan
yang
siap
untuk
diimplementasikan. Berbagai konsep dan pendekatan penyampaian teknologi kepada petani telah diprogramkan oleh pemerintah, namun hasil yang dicapai masih belum memuaskan (Simatupang, 2004).
Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat kemampuan petani dalam pengambilan keputusan adalah persepsi petani sendiri terhadap sifat inovasi. Apabila petani mempunyai persepsi yang positif terhadap suatu inovasi baru, maka petani akan mudah menerima paket teknologi yang disosialisasikan. Teknologi yang disampaikan lebih mudah
5
diterima petani apabila teknologi yang disampaikan memang terbukti dapat memecahkan
persoalan
yang
sedang
dihadapi.
Struktur
sosio
ekonomi
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku adopsi petani. PRIMA TANI merupakan model diseminasi teknologi yang bertujuan untuk mempercepat dan mengefektifkan informasi dan teknologi kepada petani (Simatupang, 2004; Sudaryanto dkk., 2005). PRIMA TANI dilaksanakan dalam empat strategi, yaitu: 1). Menerapkan inovasi teknologi tepat guna melalui penelitian pengembangan partisipatif berdasarkan paradigma penelitian untuk pembangunan. 2). Membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif dengan mengintegrasikan sistem inovasi dan agribisnis. 3). Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan inovasi teknologi melalui ekspose dan demontrasi lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi. 4. Basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang Pertanian, 2004a; 2004b). Badan Litbang Pertanian tidak hanya sebagai produsen teknologi, tetapi juga terlibat aktif dalam memfasilitasi pengadaan, penyaluran dan penerapan teknologi inovatif yang dihasilkannya. PRIMA TANI pada dasarnya adalah model terpadu antara Penelitian – Penyuluhan – Agribisnis – Pelayanan Pendukung (Research – Extention – Agribusiness – Supporting Service Linkages) (Deptan, 2006). Tujuan akhir dari kegiatan PRIMA
TANI adalah masyarakat sejahtera,
pertanian sustainable, dan lingkungan lestari. BPTP Bengkulu sebagai focal point menjadi inisiator dan fasilitator dalam pelaksanaan PRIMA TANI berkewajiban untuk menyusun strategi dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk Road Map (Badan Litbang Pertanian, 2005). Koordinasi dan dukungan stakeholder sangat diperlukan agar PRIMA TANI dapat
dioperasionalkan
dengan
baik
6
dan
bersinergi.
Perencanaan
dan
implementasi program sangat penting untuk dikoordinasikan dengan stakeholders dalam mendesain rancang bangun laboratorium agribisnis (RBLA). Inovasi kelembagaan diperlukan untuk mengantarkan inovasi teknologi dalam peningkatan produksi dan pendapatan petani secara optimal dan berkelanjutan (Suryana dan Sarwani, 2007). PRIMA TANI dapat dipandang sebagai sebuah rekayasa kelembagaan dengan segala aspeknya. Proses penghantaran teknologi dalam konsep pengembangan sistem agribisnis wilayah, pada dasarnya dilakukan oleh sekumpulan manusia dengan beragam latar belakang, peran, tanggung jawab, kemampuan, dan motivasi. Hal ini dapat dipandang sebagai sebuah aksi yang berada pada konteks situasi sosial (social
situation) yang merupakan bagian penting dan menentukan level keberhasilan secara keseluruhan. Aksi sekelompok orang dalam jejaring sosial yang dapat diidentifikasi batas-batasnya, dengan satu tujuan yang sama, dan diikat oleh etika dan komitmen yang sama, pada prinsipnya adalah sebuah kelembagaan (Syahyuti, 2004). Sebagai sebuah bentuk program pengembangan ekonomi masyarakat perdesaan, maka indikator keberhasilan utama dari PRIMA TANI adalah meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani peserta program. Tujuan ini akan tercapai apabila sumberdaya pertanian di manfaatkan secara optimal, posisi tawar petani kuat, dan sistem agribisnis yang eksis berjalan di atas prinsip-prinsip komersial. Marsigit (2007) menyatakan bahwa sistem usaha agribisnis yang dibangun harus mempunyai ciri berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistis. Fokus pengembangan agribisnis dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa perlu diarahkan pada: 1. Penguatan kelembagaan pertanian di perdesaan yang belum optimal (Gapoktan, kelompok tani, dan kelompok wanita tani). 2. Revitalisasi peran dan fungsi PPL dalam pengembangan pertanian, khususnya di perdesaan. 3. Membantu kemudahan akses permodalan bagi petani di perdesaan. 4. Pengembangan IPTEK baik on-farm dan off-farm. 5. Peningkatan ketersediaan bibit/benih bermutu di tingkat petani.
7
6. Pemberian subsidi untuk menjangkau harga saprotan yang tinggi bagi petani. 7. Penjaminan pemasaran produk-produk pertanian, sehingga petani mempunyai posisi tawar yang baik. 8. Antisipasi ancaman serangan hama dan penyakit dan bencana alam. PRIMA TANI dilaksanakan selama kurun waktu 5 tahun, namun demikian, diharapkan pada tahun ke-3 embrio SUID – AIP sudah terwujud (Departemen Pertanian, 2006), dan ini juga merupakan kurun waktu pengawalan dan pendampingan oleh BPTP. Secara garis besarnya untuk mewujudkan SUID – AIP dalam kurun waktu 5 tahun, maka diperlukan 4 fase yang saling bersinergi yaitu: 1) fase penumbuhan (tahun pertama) meliputi kegiatan persiapan (PRA, Baseline
survey, survey sumberdaya lahan, dan RBLA) dan implementasi inovasi teknologi (komoditas unggulan) dan kelembagaan; 2) fase pemantapan implementasi teknologi (komoditas unggulan) dan kelembagaan (tahun ke dua);
3) fase
pengembangan implementasi komoditas tanaman dan ternak unggulan (tahun ke 3 dan 4); dan 4) transfer ke Pemerintah kabupaten (tahun ke 5).
8
III. METODA PELAKSANAAN 3.1. Lokasi Kegiatan Lokasi PRIMA TANI Desa Lubuk Jale, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara mempunyai luas wilayah 335 ha yang terletak pada ketinggian 110 – 230 m dpl.
Secara geografis Desa Lubuk Jale pada koordinat antara
102o16’08” - 102o17’09” Bujur Timur, dan 03o29’30” - 03o31’14” Lintang Selatan (BBSDLP, 2007). Secara administrasi, Desa Lubuk Jale berbatasan dengan Desa Lubuk Durian dan Perbo sebelah selatan, Desa Kotalekat dan Simpang Ketenong di sebelah barat, Desa Talanglekat di sebelah timur dan Desa Air Baus di sebelah utara. 3.2 Cakupan Kegiatan Kegiatan PRIMA TANI di Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 2009 secara garis besar mengarah pada pengembangan agribisnis dan upaya diseminasi teknologi. Dalam pelaksanaannya, PRIMA TANI melibatkan berbagai pihak diantaranya adalah dinas/instansi Pemda terkait, petugas lapangan, Swasta, Puslit/Balai Besar/Balit lingkup Badan Litbang Pertanian, dan kelompok tani. Pengembangan agribisnis akan dilakukan dengan kegiatan-kegiatan inovasi teknologi dan kelembagaan sebagai berikut: Longyam : membangun kemitraan dalam budidaya ayam ras, perbaikan teknologi budidaya longyam (ransum dan tatalaksana kandang). pelatihan penjagaan kesehatan ternak untuk mengurangi tingkat
kematian. perluasan
jaringan pemasaran dan prediksi harga. Membangun kerjasama dengan DKP. Padi sawah : demplot pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) padi sawah irigasi seluas 5 ha, pembinaan terhadap penangkaran padi dalam rangka peningkatan produktivitas, produksi dan penggantian varietas lokal dengan varietas unggul baru (VUB). pemanfaatan limbah pertanian, khususnya
9
jerami dan kotoran sapi sebagai pupuk organik, peningkatan Indeks Pertanaman (IP) padi dari IP 200 menjadi IP 300 melalui demplot seluas 5 ha. Ternak Sapi : perbaikan menejemen pemeliharaan sapi, komersialisasi kompos dari kotoran ternak dan sisa panen komoditas pertanian, pembuatan pakan ternak dengan bahan lokal untuk mengurangi ketergantungan peternak terhadap rumput dan berpeluang meningkatkan skala kepemilikan ternak, mendorong perkembangbiakan ternak sapi dengan cara menumbuhkan inseminator swadaya. Peningkatan
Intensitas
Penyuluhan
dan
Kelembagaan
Petani:
memfungsikan petugas lapangan yang terdiri atas Koordinator Penyuluh Pertanian, PPL, PHP, Poskeswan
untuk mempercepat adopsi teknologi,
mendorong pemanfaatan seed capital dan dana BLM PUAP kepada Gapoktan 3.3. Metode Analisis Kegiatan ini dilaksanakan melalui metode partisipatif dan koordinatif melalui peningkatan aktivitas kelompok usaha, introduksi teknologi, dan kegiatan pelatihan. Analisis akan dilakukan untuk seluruh kegiatan inovasi yang dilaksanakan. Metode analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Analisis Before-After untuk membandingkatan tingkat pendapatan usahatani dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK) pada setiap kegiatan inovasi teknologi yang dilakukan. 2) Metode deskriptif dipergunakan untuk menganalisis: (i) tingkat adopsi dari inovasi teknologi yang diimplementasikan, (ii) perkembangan agribisnis dalam wilayah percontohan akibat inovasi teknologi dan kelembagaan, dan (iii) dampak inovasi di dalam maupun di luar lokasi laboratorium agribisnis. 3.4. Parameter yang diukur Adapun parameter yang diukur adalah: 1) Dinamika kelompok; 2) Adopsi teknologi; 3) Kerjasama antar instansi; 4) Penumbuhan kelembagaan; 5) Kinerja Teknologi dan kelembagaan dan 6) Tingkat pendapatan petani.
10
IV. HASIL SEMENTARA 4.1. Hasil Komoditas dan Inovasi Teknologi Komoditas unggulan yang dikembangkan di Desa Lubuk Jale terdiri atas ayam (longyam), padi sawah dan sapi. Rencana perbaikan dan introduksi inovasi teknologi untuk memecahkan permasalahan petani di lokasi PRIMA TANI Bengkulu di Desa Lubuk Jale disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Inovasi teknologi di laboratorium agribisnis Desa Lubuk Jale, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara. Komoditas
Inovasi Teknologi
Tingkat adopsi (%)
Longyam
- Perbaikan ransum pakan ayam potong - Pencegahan penyakit ayam - Peningkatan IP (IP 100 menjadi IP 200 atau IP 300) - Introduksi varietas unggul (melalui penangkaran) - Perbaikan teknologi dan dosis pemupukan - Introduksi teknologi panen dan pascapanen - Sistem integrasi sapi-padi (SISDI) - Tata laksana kandang - Manajemen pakan (introduksi HMT, pemanfaatan limbah pertanian lokal) - Pembuatan dan aplikasi kompos - Inseminasi buatan
50 30 20
Padi
Sapi
20 20 20 0 1 70 1 1
Inovasi Kelembagaan Identifikasi kelembagaan agribisnis di Desa Lubuk Jale dan strategi penumbuhan kelembagaan PRIMA TANI disajikan pada Tabel 2.
11
Tabel 2.
Kelembagaan agribisnis yang akan dikembangkan di Desa Jale.
Kelembagaan Agribisnis Sarana Produksi
Lembaga sekarang Kios saprodi di luar desa
Strategi Penumbuhan Kelembagaan − penangkar benih − Kios pupuk gapoktan
Produksi
Kelompok Tani
Alsintan
Belum ada
Penyuluhan
Penyuluh (kurang intensif)
− Penumbuhan penangkar bibit − Kerjasama kelompok − Dibentuk jasa penyewaan thresher − Pembentukan Klinik Agribisnis − Penyuluhan melalui Klinik Agribisnis
Pemasaran
Pedagang pengumpul, koperasi, pasar Belum ada
Pengolahan Hasil Permodalan Finansial
Kios Saprodi, Bank, Koperasi, UPKD, UEDSP terbatas melayani petani
− Diperluas ke pedagang besardi Propinsi/swasta − Dibentuk industri pengolah kelapa & pembuatan kompos − Ditumbuhkan kelembagaan permodalan di tingkat petani melalui seed money dan BLM PUAP
Lubuk
Realisasi - Belum memproduksi benih - 2008: pengadaan pupuk - 2008:1 penangkar - 2009:2 penangkar - Belum optimal − Belum terealisasi − Dibentuk 2007, belum ada lokasi − Lokasi di rumah pengurus gapoktan,belum optimal − Terealisasi untuk longyam − Belum terealisasi − Perputaran dana PUAP 100 juta
Rencana tahapan kegiatan PRIMA TANI di Desa Lubuk Jale, Kecamatan Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara (sesuai RBLA) disajikan pada Tabel 3.
12
Tabel 3. Tahapan pelaksanaan kegiatan PRIMA TANI pada tahun 2007-2009. 2007
2008
2009
1. Pembentukan jaringan kerja lintas institusi 2. PRA 3. Baseline survei 4. Pemetaan sumberdaya lahan 5. Penyusunan rancang bangun lab. Agribisnis (road - map) 6. Temu lapang 7. Sosialisasi/workshop 8. Pembentukan Klinik Agribisnis Pertanian 9. Pendalaman sosialbudaya (pemberdayaan masyarakat) 9. Implementasi inovasi teknologi (demplot, SL) dan penjajakan kemitraan usaha 10. Pelatihan SDM (pengetahuan, ketrampilan, organisasi) 11. Monev
1. Pengembangan jaringan kerja lintas institusi 2. Perbaikan sistem produksi (pola integrasi, diversifikasi) 3. Pembinaan kelembagaan agribisnis dengan pola kemitraan (saprodi, pasca panen, pengolahan, finansial, jasa alsintan) 4. Pemantapan klinik agribisnis 5. Pelatihan pembukuan dan neraca keuangan 6. Operasionalisasi lembaga input (seed money) 7. Pengembangan SDM 8. Monev
1. Pemantapan jaringan kerja lintas institusi 2. Pemantapan pola integrasi dan diversifikasi unit-unit usaha 3. Pemantapan kelembagaan agribisnis dan jaringan kemitraan menuju unit usahatani yang mandiri (Pengembangan AIP) 4. Studi Dampak dan Workshop 5. Monev
Kondisi desa AIP yang diharapkan dan saat ini sedang dalam proses untuk diwujudkan di Desa Lubuk Jale disajikan pada Tabel 4. Kondisi desa AIP diplotkan berdasarkan peta arahan pengembangan komoditas dan kelembagaan agribisnis di Desa Lubuk Jale.
13
Tabel 4. Kondisi desa AIP yang diharapkan di Desa Lubuk Jale. Uraian
Longyam
Padi sawah
Ternak sapi
Kondisi awal • Bimbingan petugas kesehatan ternak belum optimal dalam menangani penyakit unggas. • Belum ada kemitraan dengan produsen bibit dan pakan serta obat-obatan. • Belum ada kemitraan pemasaran. • IP 100 (1 musim tanam/tahun dengan produktivitas 3,5 t GKP/ha). • Varietas lokal berumur panjang 5-6 bulan • Pemupukan belum optimal. • Produktivitas rendah (1 – 2 t/ha). • Tidak ada pola tanam. • Tidak pernah menggunakan pupuk organik
• Tanpa dikandangkan. • Tidak pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan. • Perkembangbiakan sapi lambat . • Belum memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan alternatif. • Kompos tidak dimanfaatkan untuk pupuk
14
• •
• • • • • •
Pencapaian menuju Kondisi yang diharapkan Bimbingan petugas lebih intensif, sehingga kerugian peternak akibat penyakit dapat ditekan. Pemeliharaan ayam per siklus dan frekuensi pemeliharaan meningkat dengan adanya pensuplay DOC dan pakan/obat-obatan. Petani dapat menikmati harga yang layak pada saat panen, sehingga pendapatan juga meningkat. IP 200-300 dengan hasil >4,0 ton GKP/ha dan atau tanam jagung setelah padi Varietas berumur genjah (Ciherang, Sarinah, Mekongga) Pemupukan berimbang sesuai dengan rekomendasi dari BBSDLP. Limbah padi dimanfaatkan menjadi pakan ternak dan pupuk organik/kompos Pola tanam: Padi - Padi – Jagung atau Padi - Padi – Padi.
• Ternak sudah dikandangkan, sehingga pemeriksaan kesehatan hewan dapat dilakukan dengan cermat. • Terjadi peningkatan perkembangbiakan ternak sapi • Pemanfaatan limbah pertanian (padi dan jagung) sebagai pakan ternak. • Peningkatan kapasitas pemeliharaan ternak per rumah tangga (dari 2 ekor menjadi >5 ekor) • Pemanfaatan pupuk kandang sebagai pupuk organik untuk komoditas padi sawah dan jagung
Tabel 5. Rencana dukungan stakeholder dan realisasi kegiatan PRIMA TANI Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2009. Instansi
Kegiatan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
- SL-PHT pengendalian hama kakao - Pengendalian jamur akar putih (JAP) dengan agen hayati Thrichoderma - Penebusan pupuk bersubsidi - Sarana pasca panen (terpal dan power threser) - Pengolah tanah (Hand traktor)
Dinas Pertanian dan Peternakan a. Bidang sarana prasarana dan P2HP
Realisasi Belum terelisasi
Koordinasi antara BPTP, Gapoktan dan PT.Petrokimia Belum terelisasi
b. Bidang Tanaman pangan
- Pengembangan penangkaran benih - SL-PTT padi inhibrida - SL-PTT jagung hibrida - Pengendalian OPT
Terealisasi untuk 2 kelompok penangkar Terealisasi untuk 1 poktan (Dio Ba ite)
c. Bidang Produksi peternakan
- Pengembangan perbibitan ternak sapi potong - Fasilitasi mutu pakan ternak - Identifikasi sumber bahan baku pakan lokal - Program subsidi benih ikan - Program bantuan peralatan perbenihan
Belum terealisasi
Dinas kelautan dan perikanan Dinas Perindustrian dan Perdagangan BKP3
- Mengupayakan peralatan pengepakan dan pengolahan lanjutan - Pembangunan pasar-pasar perdesaan - Kursus tani - Pelatihan dan penyuluhan kelompok tani - Program lanjutan P4K - Penguatan kelembagan Gapoktan serta pemberdayaan Gapoktan dalam pengelolaan usaha
15
Belum terealisasi
Belum terealisasi
-Belum terealisasi -Belum optimal
Pada akhir tahun 2009 akan dilaksanakan kegiatan sosialisasi PRIMA TANI Kabupaten Bengkulu utara yang melibatkan seluruh Tim Teknis Kabupaten untuk persiapan transfer kegiatan PRIMA TANI 2010.
4.2. Pembahasan Komoditas unggulan yang dikembangkan di Desa Lubuk Jale terdiri atas ayam (longyam), padi sawah dan sapi.
Bila ditinjau dari jenis komoditas dan
keragaan teknologi yang ada di Desa Lubuk Jale, maka inovasi teknologi di lokasi PRIMA TANI diarahkan untuk intensifikasi dan diversifikasi usahatani. Intensifikasi ditujukan untuk perbaikan teknis budidaya tanaman dan ternak meliputi introduksi benih/bibit unggul, perbaikan teknologi pemeliharaan tanaman (pemupukan, sanitasi, tata air, cara panen) dan perbaikan teknologi budidaya ternak. Diversifikasi dilakukan dalam penganekaragaman pengolahan maupun usahatani.
Rencana
perbaikan
dan
introduksi
inovasi
teknologi
untuk
memecahkan permasalahan petani di lokasi PRIMA TANI Bengkulu di Desa Lubuk Jale disajikan pada Tabel 1. Inovasi Teknologi pada Tanaman Padi Sawah Peningkatan produktivitas padi sawah diperoleh dengan pendekatan PTT. Luas tanam kegiatan PTT MT 1 seluas 1,25 ha (3 petani). Kondisi pertanaman cukup baik. Terdapat serangan tungro tapi dapat dikendalikan. Rencana panen bulan Oktober 2009. Rencana tanam demonstrasi area dengan pendekatan PTT sekitar 3-5 ha pada MT 2 bulan Oktober/Nopember 2009. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya perbaikan irigasi sejak bulan Agustus 2009 serta panen/tanam yang tidak serempak. Pada lokasi PRIMA TANI Lubuk Jale, terdapat kegiatan SL-PTT Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Bengkulu Utara yang diikuti 1 kelompoktani yaitu Kelompok Tani Bio Tik Jale. Rencana tanam ditunda hingga Oktober 2009 karena permasalahan irigasi. BPTP akan mendampingi SL PTT tersebut, khususnya mengenai teknologi PTT nya.
16
Penangkar benih padi sawah melaksanakan penangkaran benih padi sawah varietas Ciherang pada tahun 2009 seluas 1 ha (tanam Mei 2009). Produktivitas penangkaran padi 4,9 ton GKP/ha. Pertanaman terserang penyakit tungro sekitar 20 % dan dikendalikan dengan penyemprotan pestisida. Pelaksanaan penangkaran di serahkan ke petani penggarap (bagi hasil) sehingga perawatan yang dilakukan kurang optimal. Penumbuhan penangkar baru perlu dilakukan karena penangkar yang ada terlalu sibuk dengan pekerjaan dagang hasil usahatani sehingga penangkaran benih padinya kurang terpelihara. Calon penangkar baru adalah pengurus Gapoktan Sepakat dan akan tanam bulan Oktober 2009. Peningkatan pendapatan dari komoditas padi sawah juga diperoleh dengan peningkatan IP dari 100 menjadi 200 – 300.
Jumlah petani yang
melakukan pertanaman lebih dari satu kali sekitar 20%. Inovasi Teknologi pada Longyam Inovasi teknologi pada longyam yang dilaksanakan pada tahun 2009 adalah penggunaan pakan alternatif dan kesehatan ternak. Sebagian petani sudah mengadopsi teknologi pakan campuran dedak, jagung dan konsentrat (60 %). Penggunaan starbio juga sudah mulai di adopsi oleh kelompok longyam (30 %). Kesehatan ternak diperbaiki dengan memperhatikan aspek kandang ayam sehingga dapat terjaga dari tingkat kelembaban yang tinggi. Aspek kemitraan belum sampai pada tataran penjaminan harga jual ayam yang stabil dan menguntungkan, terutama pada saat panen. Harga daging ayam sangat fluktuatif dan belum ditemukan mitra yang sanggup menjamin harga yang layak pada saat panen. Harga ayam sangat tergantung dari jadwal panen pengusaha ayam di Bengkulu dan Provinsi sekitarnya. Solusi dari kondisi ini adalah mengatur masuknya DOC di Desa Lubuk Jale tidak sekaligus banyak, tetapi bertahap dan jadwal antar peternak juga diatur, sehingga fluktuasi harga tidak terlalu mencemaskan petani.
17
Inovasi Teknologi pada ternak sapi Ternak sapi umumnya dimanfaatkan sebagai tenaga kerja untuk membajak sawah pada waktu pengolahan lahan. Dengan demikian terjadi penghematan biaya tenaga kerja yang cukup berarti dalam efisiensi usahatani. Upaya untuk mengkomersialkan kompos yang berasal dari kotoran sapi belum bisa dilakukan, karena para petani tidak memanfaatkan kandang koloninya. Selain menyulitkan dalam pengumpulan kotoran sapi, hal ini juga menyulitkan dalam pembinaan dan pengawasan kesehatan dan kondisi ternak. Pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai bahan pembuatan kompos merupakan suatu upaya untuk menggerakkan pola integrasi tanaman ternak di Desa Lubuk Jale. Upaya yang telah dilakukan tahun 2009 adalah demo pembuatan kompos dari limbah ternak. Kepemilikan sapi yang masih relatif sedikit (1-2 ekor/keluarga) juga memicu kurang diadopsinya penggunaan pakan alternatif berbahan dasar lokal (jerami, tongkol jagung, kulit kopi, kakao dll), karena mereka menganggap bahwa hijauan makanan masih tersedia dalam jumlah yang cukup. Inovasi teknologi yang disarankan dan telah diadopsi sebagian peternak adalah penanaman King Grass di pinggir jalan. Teknologi inseminasi buatan yang disarankan kepada petani baru dilaksanakan oleh 1 orang petani (tahun 2008) dan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga pada tahun 2009 belum ada petani yang mau melakukan inseminasi buatan. Dalam rangka pengembangan AIP di Laboratorium Agribisnis PRIMA TANI dilaksanakan usahatani terpadu antara ternak sapi, ayam dan padi sawah. Usahatani terpadu yang menimbulkan sinergi positif, bukan saja pada satu komoditas namun multi komoditas. Inovasi teknologi akan memperbaiki kondisi tanaman dan ternak, meningkatkan nilai tambah komoditas, dan mengurangi biaya usahatani. Usahatani terpadu tanaman-ternak yang akan dikembangkan adalah: usahatani terpadu ayam-ikan (Longyam) dan Sistem Integrasi Sapi-Padi (SISDI). Longyam selain menghasilkan ayam, juga menghasilkan ikan. Ternak ayam
18
menghasilkan limbah (kotoran dan sisa pakan) yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan, sehingga biaya pemeliharaan ikan dapat dikurangi. Setelah panen padi akan tersedia limbah (jerami padi) yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, kompos kotoran ternak dapat dipergunakan untuk memupuk tanaman padi.
Pemanfatan limbah jerami dan limbah kotoran ternak baru berupa
demonstrasi belum diterapkan petani. Inovasi Kelembagaan Kondisi kelembagaan agribisnis yang ada di Desa Lubuk Jale belum lengkap dan belum optimal berfungsi dalam peningkatan pendapatan petani. Untuk itu diperlukan penumbuhan kelembagaan untuk mendukung inovasi teknologi yang dilaksanakan dalam PRIMA TANI. Identifikasi kelembagaan agribisnis di Desa Lubuk Jale dan strategi penumbuhan kelembagaan PRIMA TANI (Tabel 2). Dari Tabel 2 terlihat bahwa tidak semua elemen kelembagaan yang dibutuhkan dalam rantai agribisnis sudah tersedia di lokasi Laboratorium Agribisnis di Desa Lubuk Jale. Untuk itu dalam inovasi kelembagaan telah ditempuh beberapa strategi penumbuhan kelembagaan yaitu: 1. Menumbuhkan dan mengaktifkan kelembagaan agribisnis seperti Klinik Agribisnis, penangkar benih padi sawah (2 orang), membina kelompok pengolah hasil pertanian (tortila dari jagung). 2. Mengintensifkan penyuluhan dan fasilitasi teknologi melalui Klinik Agribisnis bersama-sama dengan BPP Kecamatan Kerkap dan Poskeswan. Permasalahan yang ditemui adalah Ketua Gapoktan yang sibuk dengan aktifitas di luar, penyuluh pertanian lapangan yang kurang aktif karena sakit serta pengurus kelompok longyam yang pindah ke desa lain. Permasalahan ini perlu ditindaklanjuti dengan penambahan PPL di desa tersebut, pembenahan pengurus kelompok tani maupun pengurus Gapoktan.
19
V. KESIMPULAN SEMENTARA 1. Inovasi teknologi PTT padi sawah MT 1 tahun 2009 dilaksanakan dalam bentuk percontohan seluas 1,25 ha (3 petani). Rencana panen bulan Oktober 2009. Rencana tanam MT 2 bulan Oktober 2009 seluas 3 - 5 ha. 2. Produktivitas penangkaran padi sawah varietas Ciherang 4,9 ton GKP/ha. Rencana tanam penangkar benih baru bulan Oktober 2009 seluas 0,5 ha. 3. Kepemilikan sapi yang masih relatif sedikit (1-2 ekor/keluarga) memicu kurang diadopsinya penggunaan pakan alternatif berbahan dasar lokal. Komersialisasi kompos yang belum bisa dilakukan, karena para petani tidak memanfaatkan kandang koloninya. 4. Inovasi teknologi longyam yang dilaksanakan tahun 2009 adalah penggunaan pakan alternatif (jagung, dedak, konsentrat) dan penggunaan starbio. 5. Inovasi kelembagaan tahun 2009 adalah mengaktifkan Klinik Agribisnis, penangkar benih padi sawah serta mengintensifkan penyuluhan dan fasilitasi teknologi melalui Klinik Agribisnis. Perlu penambahan PPL di Desa Lubuk Jale karena PPL yang ada kurang aktif (sering sakit). Selainn itu perlu dilaksanakan pembenahan pengurus kelompok tani maupun pengurus Gapoktan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Pertanian. 2004a. Pedoman Umum Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian). Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta Badan Litbang Pertanian. 2004b. Rancangan Dasar Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian). Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta Badan Litbang Pertanian. 2005. Petunjuk Teknis Survei Pendasaran (Baseline Survei) Prima Tani. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta BBSDLP, 2007. Laporan Identifikasi dan Evaluasi Potensi Lahan untuk mendukung PRIMA TANI di Desa Lubuk Jale, Kec. Kerkap, Kab. Bengkulu Utara. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. BPS Provinsi Bengkulu, 2007. Provinsi Bengkulu dalam angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu. 401 p. Deptan. 2006. Pedoman Umum Prima Tani. Departemen Pertanian RI. Jakarta Marsigit Wuri. 2007. Strategi pemberdayaan masyarakat desa di Provinsi Bengkulu. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Usaha Agribisnis di perdesaan. BP2TP. Bogor. 13 - 19 p. Mat Syukur. 2007. Strategi Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan di 10.000 Desa. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Usaha Agribisnis di perdesaan. BP2TP. Bogor. 9 – 13 p. Sarwani. 2007. Pembangunan Pertanian Berawal dari Desa. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Usaha Agribisnis di perdesaan. BP2TP. Bogor. 6 – 9 p. Simatupang Pantjar. 2004. PRIMA TANI sebagai langkah awal pengembangan sistem dan usaha agribisnis industrial. Makalah disampaikan pada pelatihan analisa finansial dan ekonomi bagi pengembangan sistem dan usahatani agribisnis wilayah, 29 November – 9 Desember 2004. Sudaryanto Tahlim, Simatupang Pantjar, Suradisastra Kedi, Irawan Bambang, Djauhari Achmad, Bahrein Saeful, dan Syahyuti, 2005. Pengkajian dan pengembangan model operasional percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian melalui Program PRIMA TANI. PSE. Bogor. 143 p. Suryana dan Sarwani. 2007. Tinjauan Historis Perkembangan PRIMA TANI hingga terwujudnya Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Usaha Agribisnis di perdesaan. BP2TP. Bogor. 9 – 13 p. Syahyuti. 2004. Bedah konsep kelembagaan: Strategi pengembangan dan penerapan dalam penelitian pertanian. PSE-KP. Bogor.
21
Lampiran 1. Rangkaian foto kegiatan PRIMA TANI Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2009
Gambar 1.
Demplot kelompok peternak longyam di Desa Lubuk Jale
Gambar 2. Pertemuan kelompok peternak longyam di lokasi PRIMA TANI Desa Lubuk Jale Kab. Bengkulu Utara
Gambar 3. Demonstrasi pembuatan pakan alternative ternak ayam pada kelompok peternak longyam di Desa Lubuk Jale
Gambar 4. Penangkaran benih padi sawah Gapoktan sepakat di Desa Lubuk Jale
Gambar 5. Pertanaman padi sawah terserang penyakit tungro di Desa Lubuk Jale
22