Laporan Tahunan
Sloka Institute Lembaga Pengembangan Media Jurnalisme dan Informasi
2011
Pengantar Tahun 2011 menjadi langkah maju bagi upaya mewujudkan keterbukaan informasi publik (KIP) di Bali. Pada tahun ini, DPRD Bali telah memilih anggota Komisi Informasi (KI) Daerah Bali, hal positif yang belum terwujud di banyak provinsi lain. Ini merupakan langkah positif yang perlu diapresiasi meskipun masih dengan beberapa catatan pada pejabat pengisinya.
Menurut survei tersebut, salah satu alasan belum siapnya Badan Publik di Bali menerapkan UU KIP adalah juga karena masih sedikitnya permintaan Informasi Publik dari warga. Untuk itu, warga perlu terus menerus didorong agar tak hanya sadar bahwa mereka punya hak atas informasi tapi juga bisa mengajukan permohonan informasi tersebut pada Badan Publik.
Namun, optimisme tersebut juga masih menghadapi tantangan. Berdasarkan survei bersama Indonesian Corruption Watch (ICW), Aliansi Jurnalis Indenesia (AJI), dan Sloka Institute pada tahun 2011 lalu, sebagian besar Badan Publik di Bali belum menyiapkan sumber daya dalam pelaksanaan Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan mendorong publik bisa lebih terlibat dengan mengajukan permohonan informasi kepada Badan Publik.
Perkembangan teknologi informasi juga memberikan optimisme lain di Bali. Warga semakin antusias untuk memproduksi informasi atau setidaknya berkomentar pada isu tertentu. Hal ini bisa terlihat dari semakin interaktif warga melalui jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Di Twitter, misalnya, @balebengong sebagai media jurnalisme warga di Bali semakin menjadi tempat warga untuk berbagi informasi meski hanya dalam bentuk amat singkat.
Antusiasme warga untuk terlibat dalam pengelolaan informasi ini sejalan dengan gagasan bahwa warga harus terlibat dalam produksi informasi. Untuk itu pula, pada tahun 2011, Sloka Institute masih terus melanjutkan program jurnalisme warga melalui blog Bale Bengong atau pun Kelas Menulis Jurnalisme Warga. Advokasi KIP di Bali dan mendorong warga terlibat untuk memproduksi informasi tetap jadi fokus Sloka Institute selama tahun 2011. Meski demikian, kami juga masih melaksanakan beberapa program lain, seperti Pendidikan Parlemen untuk Pemuda, Kelas Beranda, serta terlibat aktif dalam jaringan lokal ataupun nasional.
Kami berusaha meringkas seluruh program, kegiatan, capaian, dan rekomendasi tersebut dalam Laporan Tahunan 2011. Laporan ini selain untuk melanjutkan tradisi keterbukaan informasi publik juga sebagai pertanggung jawaban pada publik tentang apa yang selama ini kami laksanakan.
Program
Advokasi Keterbukaan Informasi Fokus utama program advokasi KIP di Bali oleh Sloka Institute pada 2011 adalah mengawal pembentukan KI Bali. Upaya yang dilakukan antara lain melalui tracking calon. Berdasarkan survei kuantitatif yang telah dilaksanakan tersebut, terlihat bahwa sebagian besar Badan Publik di Bali sudah memiliki kemauan untuk melakukan keterbukaan informasi publik sebagaimana diatur oleh UU KIP. Hal ini terlihat karena 77% responden (232 orang) menyatakan bahwa instansi mereka sudah menyediakan informasi secara berkala, 56% telah menyediakan informasi kategori serta merta, dan 60% sudah menyediakan informasi setiap saat. Sloka Institute juga mengawal pembentukan KI ini antara lain melalui tracking, monitoring fit, serta proper test. Pada saat yang sama juga ada peluang kerjasama dengan ICW dan AJI untuk mengawal proses lebih detail hingga di fit and proper test. Keluaran penting dari advokasi KIP di Bali ini adalah adanya hasil suvei dan pelacakan jejak (tracking)
calon anggota KI sebagai salah satu referensi yang disampaikan kepada DPRD Bali. Sayangnya, referensi ini belum dipertimbangkan oleh Dewan sehingga beberapa calon yang didukung Sloka Institute bersama AJI Denpasar dan ICW belum masuk dalam anggota KI Bali yang sudah ditetapkan Gubernur Bali.
Parlemen Pemuda Program ini dilaksanakan bekerja sama dengan Indonesian Parliamentary Centre (IPC) dan kelanjutan dari program tahuntahun sebelumnya. Target utama program ini adalah kader muda partai politik (Parpol) di Bali, seperti Partai Demokrat, Partai Golkar, PDI Perjuangan, PNI Marhaenisme, dan lain-lain. Tujuannya untuk melatih agar para kader muda partai ini terbiasa bekerja dalam parlemen, termasuk pembuatan legislasi. Sepanjang tahun 2011, kegiatan dalam program ini antara lain diskusi terfokus (FGD), pelatihan dan pembekalan calon anggota parlemen pemuda, dan magang di masingmasing daerah pemilihan. Program diikuti 14 kader muda dari 7 partai yang memiliki kursi di DPRD Bali.
Keluaran program ini antara lain membuat profil anggota Dewan dari masing-masing Dapil, profil daerah pemilihan, dan form aspirasi. Bahan-bahan ini digunakan untuk menyerap aspirasi konstituen penerima magang. Aspirasi ini kemudian dikombinasikan dengan profil masing-masing Dapil dan berita di media sebagai masukan bagi anggota DPRD dari Dapil tersebut. Tantangan terbesar pelaksanaan program ini adalah kurangnya partisipasi sebagian peserta magang sehingga menghambat pada proses pelaporan kegiatan. Dua peserta tidak memberi laporan akhir tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan karena alasan padatnya pekerjaan.
Melihat pencapaian selama tahun 2011, maka program ini perlu dilanjutkan namun dengan beberapa perubahan. Misalnya dari sisi peserta program perlu diubah dari sebelumnya para kader muda partai yang sudah bekerja menjadi mahasiswa atau pelajar agar lebih mudah menyesuaikan waktunya.
Kelas Jurnalisme Warga Kelas Menulis Jurnalisme Warga memasuki tahap kedua di tahun 2011. Tujuan program ini adalah menyebarluaskan ide tentang jurnalisme warga, meningkatkan pengetahuan dan kesadaran warga tentang jurnalisme warga, serta pembekalan teknik dan pengetahuan warga dalam menyampaikan informasi melalui media jurnalisme warga. Pelatihan dilaksanakan tiap dua bulan sekali. Selama enam kali kelas, ada 56 alumni kelas menulis ini. Latar belakang peserta beragam, seperti aktivis lingkungan, pegiat pers kampus, ibu rumah tangga, pegawai swasta, ODHA, film maker dan mahasiswa. Sejak tahun 2011, pola kegiatan juga mulai dicoba dengan mendatangi komunitas. Ada dua komunitas yang jadi peserta,
yaitu dari Yayasan Wisnu dan Yayasan Spirit Paramacitha. Kelas terakhir diadakan di Desa Serangan dengan konsep evaluasi akhir dan materi lanjutan. Kelas Menulis tahun 2011 masih menggunakan pengajaran yang lebih banyak berpraktik di lapangan. Ada tiga materi dasar yang diberikan, yaitu Dasardasar Jurnalistik dan Jurnalisme Warga, menulis berita kisah, serta membuat dan mengelola blog pribadi. Pelatihan diadakan pada Sabtu – Minggu selama dua hari penuh. Keluaran program ini adalah terlaksananya pelatihan secara berkelanjutan dengan peserta yang beragam latar belakangnya. Mereka
sudah belajar tentang dasardasar jurnalisme ataupun menulis ala jurnalisme warga. Namun, kelemahannya adalah alumni kelas menulis belum bisa menjaga konsistensi peserta untuk menulis. Peserta hanya mengupdate berita beberapa saat setelah pelatihan. Setelahnya menjadi tak rajin lagi. Untuk tahun 2012, Sloka Institute tetap akan mengadakan Kelas Menulis Jurnalisme Warga. Dengan konsep menjemput bola atau mendatangi komunitas-komunitas, terutama di luar Denpasar.
Kelas Jurnalisme Warga 2011
BaleBengong
BaleBengong yang beralamat di www.balebengong.net merupakan blog jurnalisme warga yang dikelola secara kolaboratif oleh Sloka Institute dan Bali Blogger Community (BBC). Blog ini merupakan upaya untuk mengenalkan jurnalisme warga di mana warga tak hanya menjadi konsumen tapi juga produsen informasi. Sebagai proyek percobaan, BaleBengong pun masih terus mengalami perubahan, terutama dari sisi desain dan pengelolaan. Dari sisi desain, pada tahun 2011 lalu ada perubahan besar menyangkut penambahan navigasi. Penambahan navigasi dan fungsi sudah dilakukan meski belum ideal. Perubahan ini memang membuat penampilan BaleBengong lebih segar dan mudah.
Namun, bagi sebagian pembaca, navigasi sekarang lebih rumit. Untuk itu, hingga akhir 2011 lalu, perubahan ini masih terus dilakukan terutama desain dan fungsi-fungsi di dalamnya. Perkembangan media sosial juga mempermudah warga untuk berbagi informasi. Di Twitter, penyedia layanan mikroblogging, misalnya, warga bisa lebih mudah berbagi informasi meski dalam jumlah amat singkat dan cepat. Hal ini amat terasa dengan semakin interaktifnya warga membagi informasi. Berdasarkan evaluasi akhir tahun terhadap pengelolaan BaleBengong selama ini, maka blog ini sudah berhasil menjadi media alternatif bagi suara kritis di Bali terutama bagi kalangan aktivis dan mewakili kabar-kabar warga yang kurang muncul di
media arus utama. Blog ini bisa jadi tempat diskusi alternatif bagi warga. BaleBengong juga semakin dikenal di tingkat nasional, misalnya, sebagai finalis Aksi Klik Hati serta undangan mengirim proposal program dari beberapa jaringan nasional meskipun belum berhasil. Namun, masih banyak catatan untuk pengembangan blog ini ke depan. Selain dengan terus mengajak warga untuk membagi informasi melalui blog ini agar semakin banyak warga yang terlibat juga dengan melatih warga cara memproduksi informasi dengan mudah. Untuk itu, pada tahun 2012 nanti akan ada program dukungan untuk kampanye Bale Bengong ini.
Buletin ACCESS Tahun 2011 lalu merupakan tahun kedua program penerbitan Buletin ACCESS untuk The Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II. Setiap empat bulan sekali, Sloka Institute menerbitkan buletin tentang prorgram, kegiatan, dan pencapaian ACCESS Tahap II bersama para mitranya yang tersebar di 16 kabupaten di empat provinsi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2011, ada beberapa perubahan di pihak ACCESS Tahap II maupun Sloka Institute terkait dengan personil yang terlibat. Di pihak ACCESS Tahap II, ada pergantian personil yang bertanggung jawab untuk mengurusi Buletin ACCESS sementara di Sloka Institute juga ada perubahan reporter. Hal ini berdampak perlunya “mengatur ulang” ritme kerja antara kedua belah pihak.
Selama tahun 2011, ada tiga majalah terbit dengan tiap edisinya sebanyak 3.000 eksemplar. Tema utama buletin pada tahun 2011 tersebut adalah ekonomi perempuan, keterbukaan informasi, serta pendidikan. Buletin ini didistribusikan ke mitra ACCESS dan jaringannya, terutama di empat provinsi wilayah program. Keluaran utama program penerbitan Buletin ACCESS adalah adanya tulisan dan foto tentang program ACCESS Tahap II dan mitranya termasuk pencapaiannya. Publikasi ini memberikan informasi secara mendalam atau naratif yang dibuat berdasarkan reportase di lapangan. Ada pula dokumentasi kegiatan mitra ACCESS Tahap II ataupun cerita keberhasilan programnya. Tantangan terbesar penerbitan buletin ini pada tahun 2011 adalah memadukan ritme kerja antara tim Sloka Institute dengan tim baru di ACCESS Tahap II. Kurang padunya ritme kerja ini, ditambah faktor workload, mengakibatkan tim kurang bisa memenuhi tenggat penerbitan yang sudah direncanakan. Kurangnya tulisan yang bersifat analitik oleh tim Sloka Institute juga menjadi tantangan tersendiri karena pemahaman kami tentang program ACCESS Tahap II memang tidak terlalu kuat.
Pendidikan Teknologi Informasi
D
i balik gegap gempita perkembangan sosial media di Indonesia, masih banyak warga yang tak bisa menggunakan internet dengan benar. Karena itu, Sloka Institute masih melanjutkan program pendidikan dan teknologi informasi pada tahun 2011 terutama untuk komunitas-komunitas di Bali maupun di Indonesia timur. Selama 2011, Sloka Institute memberikan pelatihan secara langsung maupun diundang oleh lembaga lain, seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), pers mahasiswa, maupun petani. Pelatihan teknologi informasi ini antara lain penggunaan internet, termasuk pembuatan dan pengelolaan email maupun blog. Sebagian dari lembaga yang dilatih tersebut adalah Bali Plus, Bali Sruti, World Vision Indonesia di Larantuka (Nusa Tenggara Timur), Konsorsium Bali, mitra VECO Indonesia di Nusa Tenggara Timur, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar, serta pers mahasiswa di Denpasar.
Pelatihan terkait jurnalistik maupun teknologi informasi juga diberikan untuk mitra-mitra ACCESS Tahap II ketika reporter Sloka Institute melakukan reportase. Pelatihan ini antara lain tentang menulis laporan perubahan atau mengelola blog. Keluaran program ini adalah adanya pelatihanpelatihan rutin untuk beberapa komunitas-komunitas di Bali maupun di daerah lain. Beberapa alumni pelatihan masih aktif menerapkan keterampilan yang dipelajari selama pelatihan. Mereka juga masih menjaga kontak dengan Sloka Institute. Tantangan utama program pendidikan ini adalah belum adanya pemantauan sejauh mana alumni pelatihan masih menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan ini. Sebagian alumni pelatihan-pelatihan ini memang masih aktif berkomunikasi dengan Sloka Institute. Namun tak lebih dari 10 persen dari total alumni pelatihan-pelatihan yang pernah dilaksanakan Sloka Insitute.
Keuangan Pada tahun 2011, Sloka Institute mengelola dana sebesar Rp 347.378.500 atau tiga ratus empat puluh tujuh juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu lima ratus rupiah. Dana tersebut berasal dari lembaga pendukung Sloka Institute, seperti ACCESS, I’m an Angel, Indonesian Parliamentary Centre (IPC), Kemitraan, maupun lembaga-lembaga lain yang tidak mengikat. Penggunaan dana tersebut sebanyak berapa persen adalah untuk pelaksanaan program-program seperti yang telah disebutkan di atas dan untuk operasional, seperti gaji staf dan logistik kantor.
Sloka Institute Lembaga Pengembangan Media Jurnalisme dan Informasi
Jalan Noja Ayung No.3 Gatsu Timur Kesiman Petilan, Denpasar 80237 Telp. 0361 7989495 Fax. 0361 462076 Email.
[email protected] Website. www.sloka.or.id