LAPORAN TAHUNAN IPTEKS BAGI INOVASI DAN KREATIFITAS KAMPUS (I bIKK)
IbIKK BALINESECULTURE CONSERVATION CONSULTANT Tahun Ke II dari Rencana III Tahun
Oleh: Ketua Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA (NIDN:0017025103) Anggota: Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si (NIDN: 0016104903) Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum (NIDN: 0008126104)
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA NOPEMBER 2015
i
ii
PRAKATA Pertama kali kami ucapkan terima kasih ke hadapan Ida Sanghyang Widhi Waça, karena atas perkena-Nyalah kami bisa menyelesaikan laporan Pengabdian pada Masyarakat IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant (IbIKK BCCC) ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga disampaikan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat UNDIKSHA atas fasilitas pendanaannnya sehingga proses kegiatan ini kami dapat terselenggara dengan baik. Selanjutnya, ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya juga kami berikan kepada pihak Perpustakaan Lontar Universitas Udayana atas kesediaan penyediaan bahan dan penerjemahan alih bahasa dan alih sastra lontar. Museum Gedong Kirtya baik pimpinan dan staf dan Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng khususnya Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kepala Bappeda Kabupaten Buleleng, Kepala BKD, dan pihak-pihak lain yang turut membantu proses pengabdian ini terlaksana dengan baik. Pengabdian ini merupakan tahun I sehingga besar harapan kami bisa didanai ke tahun berikutnya sehingga program yang telah kami rancang bisa terwujud secara maksimal. Laporan tahap pertama ini kami harapkan mampu menjadi pemicu munculnya pengabdian lanjutan yang sifatnya mengkritisi maupun memperkaya kebudayaan Bali secara luas dan mendalam sebagai sebuah kekayaan yang harus terus dilestarikan. Apabila dalam laporan ini dirasakan ada kekurangan maupun kesalahan dari pelaksana, kami mohon maaf . Semoga apa yang kami kerjakan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Bali dan Indonesia kedepannya. Singaraja, 25 November 2015 Tim Pelaksana IbIKK BCCC
iii
RINGKASAN Kebudayaan Bali secara tegas dinyatakan sebagai ikon pariwisata Bali yang dituangkan pada Perda no. 3 tahun 1991. Dijadikannya kebudayaan Bali sebagai ikon pariwisata Bali, maka kebudayaan harus dikemas sedemikan rupa hingga mampu menjadi daya tarik wisata yang tentunya akan memberikan manfaat ekonomis bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya. Kajian tentang kebudayaan hingga saat ini telah banyak dilakukan baik oleh kalangan formal maupun informal, yang berusaha menggali potensi kebudayaan untuk diolah, dikemas hingga menjadi sesuatu yang menarik bagi siapapun yang menikmatinya. Ketika kebudayaan dipandang sebagai sesuatu yang adiluhung, maka perlu adanya tindakan pelestarian terhadap kebudayaan tersebut sehingga dapat dinikmati oleh generasi penerus. Namun data kancah menunjukkan banyak generasi muda Bali semakin banyak yang tidak memahamisubstansi kebudayaan Bali. Mereka mempraktikkan kebudayaan Bali dalam kehidupan sehari-hari, namun hakikatnya mereka tidak paham. Begitu pula semakin banyak orang Bali bersandar pada kebudayaan modern, misalnya pada sistem medik modern. Padahal masyarakat Bali memiliki sistem medik tradisional yang tercantum pada berbagai lontar usada. Begitu pula masyarakat Bali memiliki berbagai teknologi pengendalian penyakit dan hama tanaman dan ternak secara tradisonal yang tidak kalah canggihnyadibandingkan ilmu dan teknologi modern. Kajian terhadap kebudayan Bali di kalangan para akademisi, khususnya di Universitas Pendidikan Ganesha memang sudah banyak. Namun, berdasarkan kajian terhadap hasil penelitian tersebut tampak ada kelemahan, yakni: pertama, bersifat involusi. Artinya, penelitian yang ada hanya mengulang-ulang apa yang sudah ada, dengan mengambil lokasi di tempat lain. Kerangka teorinya sama sehingga hasilnya pun sama pula. Kedua, penelitian yang ada miskin publikasi dalam jurnal dan atau penulisan lanjutan misalnya dalam bentuk buku sehingga komunikasi ilmiah menjadi tidak berlangsung secara intensif. Ketiga, penelitian yang ada lebih menekankan pada penumpukkan ilmu atau teori sehingga miskin akan praksis. Berkenaan dengan itu maka dibutuhkan suatu lembaga atau wadah yang menaunginya. Dalam konteks inilah maka gagasan untuk membentuk Balinese culture conservation consultanttidak saja penting, tetapi juga merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak.Balinese culture conservation consultantakan berusaha melakukan kajian terhadap kebudayaan Bali. Hasil kajian ini diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada konsumen yang memerlukan kajian tentang kebudayaan Bali baik dalam konteks peningkatan pemahaman mereka terhadap kebudayaan Bali maupun keikutsertaan dalam konservasi kebudayaan. Bahkan tidak menutup pula kemungkinan terkait dengan pengembangan pariwsata Bali yang berlabelkan pariwisata budaya. Berkenaan dengan itu konsumen yang menjadi target pasar bagi Balinese culture conservation consultant adalah kalangan akademisi yang membutuhkan data dan informasi tentang kebudayaan Bali, pemerintah daerah yang diwakili oleh berbagai lembaga dan atau dinas yang terkait, LSM yang menaruh minat terhadap kebudayaan Bali, pebisnis pariwisata, media masa, DPRD, desa pakraman, desa dinas, dadia, soroh, banjar, wangsa, subak, wisatawan, dan konsumen lainnya.
iv
IbIKK BALINESECULTURE CONSERVATION CONSULTANT Oleh: Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum ABSTRAK Kebudayaan merupakan sesuatu yang adiluhung, maka perlu adanya tindakan pelestarian terhadap kebudayaan tersebut sehingga dapat dinikmati oleh generasi penerus. Namun data kancah menunjukkan banyak generasi muda Bali semakin banyak yang tidak memahamisubstansi kebudayaan Bali.Berkenaan dengan itu maka dibutuhkan suatu lembaga atau wadah yang menaunginya. Dalam konteks inilah maka gagasan untuk membentuk Balinese culture conservation consultanttidak saja penting, tetapi juga merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak.Balinese culture conservation consultantakan berusaha melakukan kajian terhadap kebudayaan Bali. Hasil kajian ini diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada tonsumen yang memerlukan kajian tentang kebudayaan Bali baik dalam konteks peningkatan pemahaman mereka terhadap kebudayaan Bali maupun keikutsertaan dalam konservasi kebudayaan. Bahkan tidak menutup pula kemungkinan terkait dengan pengembangan pariwsata Bali yang berlabelkan pariwisata budaya. Berkenaan dengan itu konsumen yang menjadi target pasar bagi Balinese culture conservation consultant adalah kalangan akademisi yang membutuhkan data dan informasi tentang kebudayaan Bali, pemerintah daerah yang diwakili oleh berbagai lembaga dan atau dinas yang terkait, LSM yang menaruh minat terhadap kebudayaan Bali, pebisnis pariwisata, media masa, DPRD, desa pakraman, desa dinas, dadia, soroh, banjar, wangsa, subak, wisatawan, dan konsumen lainnya. Kata Kunci: konservasi, kebudayaan, Bali ABSTRACT Culture is something that is valuable, it is necessary to measure the preservation of the culture that can be enjoyed by future generations . However, the data shows many youth Bali that do not understand the substance of culture Bali.Because of that we need a body or container shelter . In this context , the idea of forming a IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant is not only important , but also is a urgent need . Balinese culture conservation consultant will seek a review of the Balinese culture . The results of this study are expected to provide services to consumen that require the study of Balinese culture both in the context of improving their understanding ofIbIKK Balinese Culture Conservation Consultant. Not even close also probably related to the development of tourism labeled pariwsata Balinese culture. With regard to the consumer is the target market for the Balinese culture is a conservation consultant academics requiring data and information on Balinese culture, local government , represented by various institutions or agencies concerned, NGOs showed an interest in Balinese culture , tourism businesses, the media period, parliament,desa pakraman, dadia, soroh, banjar, wangsa, tourists , and other consumers . Keyword: conservation, culture, Bali
v
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….......
ii
PRAKATA.............................................................................................
iii
RINGKASAN...…………………………………………………….....
iv
ABSTRAK.............................................................................................
v
DAFTAR ISI………………………………………………………......
vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL……..………………………………………………
ix
DAFTAR BAGAN….…………………………………………………
x
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1
1.1 Analisis Situasi……………………………………………
1
1.2 Keunggulan Produk……………………………………….
7
1.3 Spesifikasi Produk………………………………………
7
1.4 Kaitan Produk dengan Temuan Perguruan Tinggi………
8
1.5 Dampak dan Manfaat IbIKK……………………………...
8
BAB II TARGET LUARAN…………………………………………
10
2.1 Target Luaran Tahun 2014, 2015, dan 2016……………...
10
BAB III METODE PELAKSANAAN…………………………….....
13
3.1 Bahan Baku………………………………………………
13
3.2 Produksi…………………………………………………
14
3.3 Proses……………………………………………………
15
3.4 Manajemen……………………………………………......
17
3.5 Pemasaran………………………………………………
18
3.6 Sumber Daya Manusia……………………………………
19
3.7 Fasilitas…………………………………………………
20
3.8 Finansial…………………………………………………
21
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI…………………
22
4.1 Kualifikasi Tim…………………………………………..
22
4.2 Relevansi Skill……………………………………………
22
4.3 Sinergi…………………………………………………....
23
vi
4.4 Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana…………………
23
4.5 Kedudukan Tim Pengusul dan Hubungan IbIKK dengan Perguruan Tinggi………………………………………… 4.6 Akuntabilitas Pemasukan dan Pengeluaran Uang……… BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
24 24 25
5.1 Kegiatan Tahun 2015………………………………........
25
5.2 Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun 2015 …………………………………………………………..
35
5.3 Kendala yang dihadapi pada tahun 2015………………....
37
5.4 Solusi yang dilakukan dalam menghadpi kendala………..
37
5.5 Dampak dan Manfaat IbIKK……………………………
38
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
39
6.1 Spesifikasi Produk Tahap III (Tahun 2016)………….......
39
6.2 Target Luaran tahap IIITahun 2016…………………......
40
6.3 Metode Pelaksanaan Tahap III (Tahun 2016)……………
41
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan…..……………………………………….......
52
7.2 Saran……………………………………………………..
52
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN Lampiran 1. Produk ……………………………………………
55
Lampiran 2. Dokumentasi Konsultasi Kebudayaan Bali ……...
100
Lampiran 3. Logbook ………………………………………….
102
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul ……...
104
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Gambar 4 Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14 Gambar 15
Dari Kanan: ruang diskusi, ruang tamu dan sat set komputer sebagai tempat produksi ………………………... Peralatan kantor/belanja modal produksi tahun 2015: LCD, laptop, tripod, handycam, pesawat telepon, external hardisk Cover dan sampul belakang buku “(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali) . Cover dan sampul belakang buku “TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus)” …………………………… Cover dan sampul belakang buku “PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI) DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI BALI” ……………………………………………………... Cover buku “MEMBONGKAR JARING KUASA, KEKERASAN, DAN RESISTENSI DI BALIK PERKAWINAN NGAMADUANG (POLIGAMI)” ………. Cover buku “KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG” ……………………………………………... Halaman pertama artikel “Deconstructing Gender Stereotypes in Leak”……………………………………… Halaman pertama artikel “Geria Pusat Industri Banten Ngaben di Bali Perspektif Sosiologi Komodifikasi Agama” Terjemahan lontar “Bali Islam” dan “Krama Islam” ……... CD video dan booklet tradisi Magebeg-gebegandi Desa Tukadmungga, Buleleng – Bali …………………………… Konsultasi tanggal 3 Maret 2015 …………………………. Konsultasi tanggal 23 Juni 2015 ………………………….. Konsultasi tanggal 23 Juni 2015 ………………………….. Konsultasi tanggal 12 Oktober 2015Crew Trans 7 ………..
viii
20 25
26 27
29
29 30 31 32 32 33 34 34 35 35
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 (Produk Nyata/Tangible Product) ............................. 11 Tabel 2Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 (Produk Jasa/Intangible Product) .............................. 11 Tabel 3Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha Balinese Culture Conservation Consultant ...................................................................... 13 Tabel 4Rencana Produk dan Kapasitas Produksi ................................................... 14 Tabel 5Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi ..................................... 14 Tabel 6Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 ................................................................................. 21 Tabel 7Kulifikasi Tim IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant .... 22 Tabel 8Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana ..................................................... 23 Tabel 9. Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun 2015 ………35 Tabel 10. Rencana Spesifik Produk Tahun 2016 ................................................... 39 Tabel 11 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 (Produk Nyata/Tangible Product) ..................................... 36 Tabel 12 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 (Produk Jasa/Intangible Product) ...................................... 41 Tabel 13 Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha Balinese Culture Conservation Consultant ......................................................... 42 Tabel 14 Rencana Produk dan Kapasitas Produksi ............................................... 42 Tabel 15 Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi ................................... 43 Tabel 16 Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 ................................................................................ 49 Tabel 17 Rencana Investasi dan Belanja Modal Tahun II (2015) ........................... 50 Tabel 18 Honor Tim Pendamping Tahun II (2015) ............................................... 50 Tabel 19 Program Kerja dan Jadwal ..................................................................... 51
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Proses Produksi ..................................................................................... 16 Bagan 2 Struktur Organisasi Ib IKK Balinese Culture Conservation Consultant ..... 24
x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi Kekaguman orang luar terhadap kebudayaan Bali telah berlangsung sejak lama. Kebudayaan Bali dianggap sebagai kebudayaan yang eksotis sehingga menarik diperkenalkan ke dunia luar. Gagasan inilah yang menyebabkan pada tahun 1920an Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata (Atmadja, 2010; Vickers, 2010). Bersamaan dengan itu pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem pendidikan modern sehingga masyarakat Bali mengalami modernisasi. Hal ini menimbulkan ancaman bagi kelangsungan hidup kebudayaan Bali sehingga tidak mengherankan jika timbul usaha untuk melakukan konservasi terhadap kebudayaan Bali (Atmadja, 2001). Gejala ini terlihat misalnya dari pendirian Perpustakaan Lontar Gedong Kirtya pada tahun 1928. Orang asing yang berkunjung ke Bali tidak saja wisatawa tetapi juga wartawan
yang menaruh perhatian terhadap kebudayaan Bali antara lain
Covarrubias (1972) yang menulis buku, yakni The Island of Bali. Pasca Revolusi Fisik muncul beberapa ilmuwan yang berminat mengkaji kebudayaan Bali, misalnya Clifford Geertz (1977, 1999), Hilderd Geert (1952), James Danandjaja (1984), dll. Kajian-kajian tersebut merupakan contoh-contoh kecil bagaimana orang luar memandang kebudayaan Bali. Pada umumnya mereka sangat mengagumi kebudayaan Bali sehingga tidak mengherankan jika Bali dilabeli dengan berbagai nama, misalnya Pulau Dewata, Pulau Sorga Terakhir, Pulau Seribu Pura, pewaris tradisi Majapahit, Museum Hidup, dll. Bahkan yang tidak kalah pentingnya, nama Bali sering pula dianggap sebagai singkatan, yakni Bagus, Asli, Luhur,Indah. Pendek kata, berbagai karya ilmiah klasik tentang Bali, begitu pula berbagai label tentang Bali memberikan petunjuk bahwa ada kekaguman yang luar biasa terhadap kebudayaan Bali. Kekaguman orang terhadap kebudayaan Bali, tidak saja membanggakan orang Bali, tetapi yang tidak kalah pentingnya, kebudayaan Bali digunakan pula sebagai modal budaya dalam pengembangan pariwisata. Gejala ini terlihat dari basis pariwisata Bali adalah kebudayaan
1
sehingga melahirkan apa yang disebut Pariwisata Budaya. Kebudayaan Bali yang unik spektakuler merupakan daya tarik utama dan sekaligus sebarang barang jualan bagi pariwisata Bali. Kebudayaan tunduk pada hukum perubahan (Lauer, 1983). Begitu pula kebudayaan Bali tidak terlepas dari perubahan. Atmadja (2010) dalam bukunya yang berjudul “Ajeg Bali Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi” memberikan uraian yang terinci tentang penyebab perubahan kebudayaan Bali antara karena pembangunanisme yang diterapkan oleh pemerntah Orde Baru yang berlanjut pada adanya globalisasi. Kondisi ini mengakibatkan kebudayaan Bali mengalami perubahan yang drastik. Berkenaan dengan itu maka citra kebudayaan Bali sebagai kebudayaan yang adhiluhung mengalami pembalikan. Gejala ini terlihat misalnya dari label yang diberikan kepada Pulau Bali, misalnay Bali sebagai Pulau Dewata, berubah menjadi Bali sebagai Pulau Dewana – manusianya bermental raksasa yang menuh dengan keserakahan. Bali sebagai Pulau Sorga Terakhir berubah menjadi Bali sebagai Pulau Sorga Berakhir. Bali sebagai Pulau Seribu Pura berubah menjadi Bali sebagai Pulau Seribu Cafe, Pulau Seribu Masalah atau Pulau penuh dengan kepura-puraan (Atmadja, 2010). Perubahan label ini bisa saja berlebihan, mengingat bahwa cakupan kebudayaan Bali sangat luas, misalnya desa-kota, Bali Aga – Bali Majapahit, dll. Walaupun demikian sebagaimana dipaparkan oleh Atmadja (2010) label-label itu tidak bisa dipungkiri bahwa ada benarnya. Misalnya, generasi muda Bali semakin banyak
yang
tidak
memahami
substansi
kebudayaan
Bali.
Mereka
mempraktikkan kebudayaan Bali dalam kehidupan sehari-hari, namun hakikatnya mereka tidak paham. Begitu pula semakin banyak orang Bali bersandar pada kebudayaan modern, misalnya pada sistem medik modern. Padalah masyarakat Bali memiliki sistem medik tradisional yang tercantum pada berbagai lontar usada. Begitu pula masyarakat Bali memiliki berbagai teknologi pengendalian penyakit dan hama tanaman dan ternak secara tradisonal yang tidak kalah penariknya daripada ilmu dan teknologi modern. Anak-anak Bali lebih menyukai ceritra rakyat, permainan rakyat, dan nyanyia rakyat dari luar, padahal kesemuanya ini tersedia pada masyarajat Bali. Hal ini merupakan media pendidikan yang sangat penting sehingga melahirkan metode pembelajaran
2
melajah sambilang mesatua (belajar memakai ceritra rakyat), melajah sambilang mepalalian (belajar menggunakan permainan rakyat) dan melajah sambilang megending (belajar memakai nyanian rakyat). Ritual yang berlangsung pada masyarakat Bali memang sangat semarak. Namun, penyelenggaaraan ritual lebih menekankan pada kulit dan miskin akan substansi. Jika mereka ditanya, mengapa melakukan tindakan sosial seperti itu?, maka jawabannya adalah anak suba mula keto – karena memang sudah begitu dari dahulunya sehingga harus diterima sebagaimana adanya. Kebudayaan Bali berbasiskan ideologi Tri Hita Karana (THK), yakni tiga penyebab kesejahteraan – Palemahan, Pawongan dan Parhyangan. Arinya, manusia hidup sejahtera karena mereka mampu menciptakan hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam (Palemahan), antara manusia dengan manusia (Pawongan) dan antara manusia dengan Tuhan dan dewa-dewa sebagai personifikasi-Nya. Namun, bersamaan dengan adanya perubahan kebudayaan yang menerpa Bali sehingga melahirkan berbagai label yang bertolak belakang atau nungkalik
dengan citra ideal kebudayaan dan masyarakat Bali, maka
Atmadja (2010) menunjukkan bahwa ideologi THK pun mengalami erosi. Erosi pada sila Palemahan terlihat pada kerusakan lingkungan yang semakin parah, erosi pada sila Pawongan terlihat pada gejala konflik sosial di desa pakraman dan atau antardesa pakraman sering terjadi dan erosi pada sila Parhyangan terjadi pendangkalan makna tindakan keagamaan karena orang Bali lebih mengejar pencitraan diri. Aneka contoh tersebut memberikan petunjuk bahwa secara kasatmata orang Bali memang masih tampak berbudaya Bali. Hanya saja, pemahaman mereka terhadap hakikat kebudayaan Bali sangat lemah sehinggia terjadi praktik sosial yang patologis. Kondisi ini menjadi lebih parah lagi, mengingat bahwa pembelajaran orang Bali terhadap kebudayaan Bali sangat menurun. Keadaan ini berkaitan erat dengan peran keluarga sebagai pusat pendidikan yang utama dan pertama, dan orang tua sebagai guru yang pertama dan utama, telah digantikan oleh TV yang mengajarkan ornag Bali dengan budaya konsumen. Sekolah sebagai lembaga pembudayaan, ternyata lebih tertarik kepada pembudayaan yang mengarah kepada kebudayaan nasional – nasionalisai dan kebudayaan global –
3
menimbulkan globalisasi, sehingga secara disadari maupun tidak disadari kebudayaan Bali menjadi termaginalisasi (Atmadja, 2010). Kesemuanya ini mengakibatkan orang Bali memang tetap berbudaya Bali secara penampilan, namun miskin akan pemaknaan. Padahal dalam perspektif teori interaksionisme simbolik
atau teori strukturasi pemahaman sangat penting dalam konteks
mencintai dan mempraktikkan kebudayaan secara untuh, meruang dan mewaktu (Ritzer, 2012; Craib, 1984; Zeitlin, 1984). Dengan adanya kenyataan ini maka diperlukan usaha yang sangat serius untuk melakukan tindakan konservasi kebudayaan Bali. Konservasi tidak saja menyangkut perlidungan, pemeliharaan, dan pelestarian kebudayaan Bali, tetapi mencakup pula peningkatan pemahaman sehingga praktik sosial pendukung suatu kebudayaan menjadi lebih bermakna. Konservasi berkaitan dengan revitalisasi, revivalisasi dan kontekstualisasi sehingga suatu unsur kebudayaan bisa ajeg secara meruang dan mewaktu (Rachman, 2012; Becker et al. 2001; Soeroso dan Susilo, 2008). Kegiatan konservasi tidak bisa dilakukan secara amatiran, melainkan harus dilakukan secara melembaga dengan melibatkan berbagai pihak yang tidak saja mau, tetapi juga memiliki berbagai modal, yakni modal intelektual, sosial, dan finansial yang memadai. Berkenaan dengan itu maka dibtuhkan suatu lembaga atau wadah yang menaunginya. Dalam konteks inilah maka gagasan untuk membentuk Balinese culture conservation consultanttidak saja penting, tetapi juga merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak.Balinese culture conservation consultantakan berusaha melakukan kajian terhadap kebudayaan Bali. Hasil kajian ini diharapkan mampu memberikan pelayanan kepada tonsumen yang memerlukan kajian tentang kebudayaan Bali baik dalam konteks peningkatan pemahaman mereka terhadap kebudayaan Bali maupun keikutsertaan dalam konservasi kebudayaan. Bahkan tidak menutup pula kemungkinan terkait dengan pengembangan pariwsata Bali yang berlabelkan pariwisata budaya. Berkenaan dengan itu konsumen yang menjadi target pasar bagi Balinese culture conservation consultant adalah kalangan akademisi yang membutuhkan data dan informasi tentang kebudayaan Bali, pemerintah daerah yang diwakili oleh berbagai lembaga dan atau dinas yang terkait, LSM yang menaruh minat terhadap kebudayaan Bali, pebisnis pariwisata,
4
media masa, DPRD, desa pakraman, desa dinas, dadia, soroh, banjar, wangsa, subak, wisatawan, dll. Jadi, siapa pun yang membutuhkan jasa budaya dan produk budaya berbentuk barang cetakan yang dihasilkan oleh culture conservation consultantbisa dikonsumsi oleh konsumen. Jasa dan produk yang ditawarkan bisa atas inisiatif Balinese culture conservation consultantatau bisa sebaliknya, yakni konsumen yang memesanya. Misalnya, Desa Pakraman Pejeng merupakan salah satu desa di kabupaten Gianyar yang memiliki berbagai jenis peninggalan sejarah baik dalam bentuk artefak maupun cerita sejarahnya, sehingga banyak kalangan akademisi, pemerintah baik daerah maupun pusat dan wisatawan yang memerlukan informasi tentang Peng. Pihak Balinese culture conservation consultant memandang perlu adanya pendataan dan pengemasan informasi tentang segala bentuk kebudayaan yang terdapat di Desa PakramanPejeng dalam bentuk buku yang nantinya dapat dijual secara langsung kepada target pasar dan atau bekerjasama dengan pihak desa Pejeng dalam penjualan buku tersebut. Kelemahan pembangunan di dunia ketiga seperti dikemukakan Chamvers (1992) dan Dove (1994) adalah lebih berorentasi pada pertumbuhan ekonomi, berkiblat ke Barat dan kurang memperhatikan modal budaya yang berkembang pada masyarakat lokal. Akibatnya, pembangunan sering gagal karena tidak berbasis budaya lokal. Dalam konteks Balinese culture conservation consultant diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran
lewat kajian yang
dilakukannya, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pemerintah daerah guna mewujudkan suatu model pembangunan yang berbasiskan kebudayaan lokal, yakni ideologi THK dan agama Hindu. Sumbangan pemikiran ini bisa secara lisan dalam bentuk jasa konsultatif atau melalui forum kegiatan akademik, misalnya seminar, lokakarya, dan sejenisnya. Bahkan yang tidak kalah penmtingnya sumbangan pemikiran bisa pula dalam bentuk bahan tercetak sebagai hasil dari penelitian. Dengan cara ini maka apa pun program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan atau pihak lainnya menjadi lebih bermakna, karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bukan atas dasar keinginan pemerintah dan atau pihak lainnya yang menyebut dirinya pelopor pembangunan.
5
Citra kebudayaan Bali yang adhiluhung yang menyejarah, begitu pula perubahan sosial yang menyertainya, mengakibatkan kajian tentang Bali tidak pernah berhenti. Studi tentang Bali tidak saja dilakukan oleh orang asing, tetapi juga orang Bali, termasuk di dalamnya para mahasiswa jenjang S1, S2 danS3. Walaupun
mahasiswa
ini
kebanyakan orang Bali,
namun pengalaman
menunjukkan bahwa pemahaman mereka terhadap kebudayaan Bali belum memadai. Berkenaan dengan itu makaBalinese culture conservation consultant bisa mengambil peran penting, yakni
memberikan ruang konsultasi bagi
pengkajian kebudayaan Bali baik dalam bentuk diskusi secara mandiri maupun berkelompook – sesuai dengan pengelompokkan minat kajian atau bisa pula lewat pengonsumsian hasil penelitian yang ada pada Balinese culture conservation consultant.
Bahkan
tidak
menutup
pula
kemungkinanBalinese
culture
conservation consultantmelakukan kegiatan akedemik yang bersekala besar, misalnya menyelenggaraan seminar nasional atau seminar internasional tentang kebudayaan Bali, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan lembaga lainnya atas ijin lembaga, yakni Undiksha. Kebudayaan yang dikaji oleh Balinese culture conservation consultant bisa kebudayaan insitu, misalnya artefak atau kehidupan suatu komunitas yang bersifat unik dan atau sesuai dengan permintaan lembaga tertentu, misalnya dalam rangka menunjang pembangunan. Kebudayaan lainnya adalah berbagai lontar yang tersimpan di Perpustakaan Lontar Geding Kirtya, Singaraja dan Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali di Denpasar. Untuk itu, kerja sama dengan kedua lembaga ini amat penting – berdasarkan penjajagan awal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng bisa diajak bekerja sama. Misalnya, kedua lembaga
ini
conservation
menerjemahkan consultant
lontar-lontar,
memberikan
sedangkan
komentar
secara
Balinese ilmiah
culture sehingga
kebermakaannya menjadi lebih kuat, baik dilihat dari aspek budaya Bali termasuk di dalamnya agama Hindu maupun akademik. Bahkan yang tidak kalah pentingnya pihak luar yang ingin membaca lontar misalnya, maka Balinese culture conservation consultantbisa membatunya dengan menyediakan tenaga penerjemah, baik dari tenaga akademisi yang tersedia di Undiksha maupun para praktisi per-lontar-an yang terikat dalam suatu bentuk kerja sama secara
6
melembaga. Dalam konteks ini promosi tentang keberadaan Balinese culture conservation consultantmenjadi sangat penting. Kajian terhadap kebudayan Bali di kalangan para akademisi, khsususya di Universitas Pendidikan Ganesha memang sudah banyak. Namun, berdasarkan kajian terhadap hasil penelitian tersebut tampak ada kelemahan, yakni: pertama, bersifat involusi. Artinya, penelitian yang ada hanya mengulang-ulang apa yang sudah ada, dengan mengambil lokasi di tempat lain. Kerangka teorinya sama sehingga hasilnya pun sama pula. Kedua, penelitian yang ada miskin publikasi dalam jurnal dan atau penulisan lanjutan misalnya dalam bentuk buku sehingga komunikasi ilmiah menjadi tidak berlangsung secara intensif. Ketiga, penelitian yang ada lebih menekankan pada penumpukkan ilmu atau teori sehingga miskin akan praksis. Dalam rangka mengatasi kelemahan inilah maka perlu strategi lain, yakni membentuk apa yang disebut Balinese culture conservation consultant.
1.2 Keunggulan Produk Produk yang dihasilkan adalah berupa tulisan yang memuat tentang kebudayaan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen baik dosen di dalam Universitas Pendidikan Ganesha maupun di luar yang dikemas untuk menjadi berbagi produk. Kondisi yang ditemukan saat ini bahwa hasil penelitian yang ada sangat minim untuk ditindaklanjuti menjadi buku yang dapat memberikan informasi kepada umum. Disisi lain, kebutuhan informasi tentang segala sesuatu yang terkait dengan kebudayaan cukup banyak khususnya dari kalangan akademisi, pemerintah daerah yang ingin mengkaji kebudayaan Bali serta wisatawan yang ingin mengetahui budaya Bali (cultural tourism). Dengan demikian, dibentuknya usaha yang menyediakan informasi tentang kebudayaan secara mendalam dan dikaji dengan berbagai perspektif bagi umum, merupakan sebuah peluang usaha yang cukup menjanjikan. Terlebih lagi, melihat salah satu pasar strategis dalam usaha ini adalah mahasiswa dan peneliti, maka usaha ini akan sangat mampu menjadi pilihan bagi mereka yang menemukan kesulitan dalam mengkaji kebudayaan Bali.
7
1.3 Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan berupa buku, deskripsi, booklet dan artikel dengan target pasar utamanya adalah: 1) Buku, deskripsi dan artikel adalah kalangan akademisi, dosen, mahasiswa, dan pemerintah daerah; 2) Booklet adalah wisatawan yang ingin mempelajari kebudayaan Bali (cultural tourism), meskipun tidak menutup kemungkinan kalangan akademisi dan pemerintah daerah juga bisa membeli produk ini. Selain itu, usaha ini juga menangani jasa konsultasi bagi siapapun yang memerlukan bantuan khususnya dosen dan mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengkaji kebudayaan Bali melalui berbagai perspektif dan teori-teori yang relevan khususnya.
1.4 Kaitan Produk dengan Temuan Perguruan Tinggi Produk utama yang dihasilkan dalam usaha ini merupakan olahan hasil penelitian yang telah dihasilkan oleh para peneliti, dikemas menjadi berbagai produk yakni buku, artikel dan booklet. Dengan diolahnya berbagai hasil penelitian menjadi buku atau berbagai bahan bacaan, maka akan memberi manfaat bagi khalayak umum untuk memahami kebudayaan yang ada di Bali dengan berbagai perspektif.
1.5 Dampak dan Manfaat IbIKK Berbagai manfaat dapat dihasilkan melalui usaha Balinese Culture Conservation Consultant yakni: a. Pemertahanan budaya Bali, dimana ketika masyarakat Bali memahami kebudayaannya sendiri maka kebudayaan-kebudayaan yang ada dapat dipertahankan karena tahu fungsi dan manfaat yang ada di dalam kebudayaan tersebut. b. Memperkuat pariwisata Bali yang berbasiskan kebudayaan sesuai dengan ikon pariwisata Bali yang tercermin pada Perda Nomor 3 tahun 1974 yang disempurnakan melalui Perda Nomor 3 Tahun 1991 tersebut, menetapkan bahwa pariwisata budaya sebagai jenis kepariwisataan dengan menggunakan kebudayaan Bali, yang dijiwai oleh agama Hindu.
8
c. Memperkenalkan substansi kebudayaan Bali kepada orang luar, sehingga mereka lebih memahami kebudayaan Bali secara mendalam. Dalam hal ini segala bentuk budaya yang ada di Bali dapat dipahami sebagai sesuatu yang memiliki fungsi dan makna tertentu bagi masyarakat Bali yang tentunya mengarah pada penciptaan kondisi yang harmonis. d. Mendapatkan manfaat sosial dan manfaat ekonomis. Manfaat sosial yakni melalui pengembangan usaha ini, maka secara langsung juga menjaga dan melestarikan kebudayaan Bali sehingga dapat diperoleh penghargaan dari pihak Universitas, pemerintah daerah Bali, pemerintah pusat bahkan Unesco.
Manfaat
ekonomis adalah
mendapatkan keuntungan dari penjualan berbagai produk yang diciptakan. Diharapkan kedepannya usaha ini dapat berkembang menjadi lebih baik dan lebih besar sehingga bisa menjadi pusat studi kebudayaan Bali. e. Melalui penciptaan produk berupa buku, deskripsi, booklet dan artikel maka hal ini juga dapat meningkatkan kapasitas produksi Ganesha Press yang selama ini dalam kondisi stagnan karena kekurangan naskah. Dengan dihasilkannya naskah-naskah yang siap untuk diterbitkan, maka secara langsung memanfaatkan keberadaan Ganesha Press yang juga merupakan usaha percetakan Universitas Pendidikan Ganesha.
9
BAB 2 TARGET LUARAN
2.1 Target Luaran Tahun 2014, 2015, dan 2016 Pada tahun 2014 akan diproduksi beberapa buku tentang kebudayaan di Bali, baik tentang desa yang memiliki sejarah dan situs kebudayaan, puri-puri yang sesungguhnya banyak puri bersejarah yang belum digali dan diperkenalkan kepada umum, tradisi yang unik dan menarik, serta kebudayaan lainnya yang dipandang perlu untuk dikemas dalam bentuk buku. Untuk membuat buku ini, pada tahap pertama, tahun 2014 segala sumber informasi diperoleh dari berbagai hasil penelitian yang telah dilegalisasi dan artikel yang telah diterbitkan. Digunakannya sumber data sekunder, dengan alasan bahwa banyak hasil karya atau tulisan tentang kebudayaan Bali yang belum dibuat dalam bentuk buku yang tentunya dapat memiliki nilai ekonomis dan sekaligus memberi kesempatan berbagai pihak untuk mendapatkan informasi tentang kebudayaan Bali, sehingga kebudayaan Bali dapat lebih dikenal dan dipahami. Dengan demikian diharapkan dapat timbul kecintaan terhadap kebudayaan Bali dan muncul rasa ingin menjaga kebudayaan tersebut. Pada tahun 2015, setelah banyak pihak yang mengetahui keberadaan usaha ini maka diharapkan akan banyak datang konsumen dari kalangan akademisi, pemerintah daerah dan desa yang datang ke usaha ini untuk membeli produk yang dikembangkan oleh Balinese culture conservation consultant sesuai dengan permintaan yang bersangkutan. Namun, produksi buku kebudayaan juga tetap dikembangkan dan dicetak setiap tahunnya dengan asumsi bahwa bahan pembuatan buku dalam bentuk hasil penelitian dan artikel masih sangat banyak dan selalu ada pihak yang membutuhkan informasi tentang kebudayaan Bali. Untuk meningkatkan penjualan, akan dilakukan promosi ke universitas – universitas yang berpotensi untuk dijadikan sasaran, khususnya pada jurusan yang terkait dengan kebudayaan yakni jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan antropologi. Pada tahun 2016, selain dilakukan pengembangan dan penjualan produk berdasarkan permintaan dari konsumen dan berdasarkan hasil penelitian, juga
10
akan di buat artikel tentang kebudayaan yang dapat dierbitkan di beberapa tempat yang memiliki standar akreditasi nasional dan internasional. Hal ini dilakukan mengingat jurnal yang memiliki standar akreditasi baik nasional maupun internasional juga dapat dijadikan sebagai media promosi tentang keberadaan Balinese culture conservation consultant, sehingga makin banyak pihak yang dapat mengetahui produk-produk yang dijual oleh Balinese culture conservation consultant ini. Tabel 1 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 (Produk Nyata/Tangible Product) Tahun
2014
2015
2016
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 Spesifikasi Kapasitas Keterangan Harga satuan Jumlah Produk Produk Buku 1 buah 1000 eks Rp. 75.000,Rp. 75.000.000,Deskripsi 6 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,Rp. 60.000.000,Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,Rp. 5.000.000,Artikel 2 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,Rp. 8.000.000,Buku 2 buah 500 eks Rp. 75.000,Rp. 75.000.000,Deskripsi 10 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,Rp. 100.000.000,Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,Rp. 5.000.000,Artikel 2 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,Rp. 8.000.000,Buku 3 buah 500 eks Rp. 75.000,Rp. 112.500.000,Deskripsi 15 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,Rp. 150.000.000,Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,Rp. 5.000.000,Artikel 2 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,Rp. 8.000.000,-
Tabel 2 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2014-2016 (Produk Jasa/Intangible Product) Tahun
2014
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Spesifikasi Kapasitas Keterangan Jumlah Produk Produk Konsultasi 5 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 6.000.000,penelitian dan pertemuan/paket) pertemuan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi 5 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 6.000.000,tentang perluasan pertemuan/paket) pertemuan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi 5 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 6.000.000,kunjungan lokasi pertemuan/paket) pertemuan kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara 5 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 6.000.000,sumber tentang pertemuan/paket) pertemuan
11
2015
2016
kebudayaan Bali yang bersifat spesifik Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
5 paket (4 kali pertemuan/paket)
@ Rp.300.000/ pertemuan
Rp. 6.000.000,-
12
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk pada usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant adalah 1) hasil penelitian pada dosen di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha; 2) lontar-lontar tentang kebudayaan Bali yang terdapat di Gedong Kertya; 3) pusat dokumentasi kebudayaan Bali di Denpasar; 4) perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar yang menyediakan naskah-naskah kebudayaan Bali berupa lontar; 5) kebudayaan-kebudayaan Bali yang ada disekitar masyarakat berupa artefak, pura dan tradisi-tradisi yang unik baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Tradisi –tradisi yang sudah mati perlu untuk direvivalisasi dan revitalisasi. Tabel 3 Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Bahan Baku Hasil Penelitian
Undiksha
Suplai
Mutu Bagus
Lontar
Gedong Kertya
Bagus
Tradisi-tradisi insitu (tradisi yang berhubungan dengan ritual daur hidup, tradisi tentang daur pertanian, tradisi tentang pelestarian lingkungan, dll) Artefak (Pura, Bangunan-bangunan kuno, candi, arca, lukisan-lukisan tua) Buku-buku tua,
Seluruh daerah di Bali
Bagus
Seluruh daerah di Bali, Museum yang di Bali
Bagus
Gedong Kertya
Kurang
13
Alternatif Sumber Universitas lain yang memiliki tema terkait dengan kebudayaan Pusat dokumentasi kebudayaan Bali, perpustakaan Fakultas Sastra Unud dan kepemilikan pribadi yang tersimpan di Geriya, Puri, Dukun dan Kolektor kebudayaan Bali
Pusat dokumentasi
majalah/koran yang berasal dari penjajahan jaman kolonial Belanda
terawat
kebudayaan Bali
3.2 Produksi Produk yang dihasilkan pada usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini ada dua yakni berupa produk barang (tangible product) dan produk jasa (intangible product) yang dapat dipaparkan sebagai berikut: Tabel 4 Rencana Produk dan Kapasitas Produksi Tahun
2014
2015
2016
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Spesifikasi Produk Kapasitas Produk Keterangan Buku 1 buah 500 eksemplar Deskripsi 6 buah @ 2 paket Booklet 5 buah @ 100 eksemplar Artikel 2 buah @ 4 eksemplar Buku 2 buah 500 eksemplar Deskripsi 10 buah @ 2 paket Booklet 5 buah @ 100 eksemplar Artikel 2 buah @ 4 eksemplar Buku 3 buah 500 eksemplar Deskripsi 15 buah @ 2 paket Booklet 5 buah @ 100 eksemplar Artikel 2 buah @ 4 eksemplar
Untuk produk jasa berupa konsultasi tentang kebudayaan yang dilakukan di tempat usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 5 Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Tahun
2014
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Spesifikasi Produk Kapasitas Keterangan Produk Konsultasi penelitian 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan
14
2015
2016
sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
3.3 Proses Proses produksi akan dilakukan di dalam universitas dengan berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial. Hal ini dilakukan mengingat fakultas ini mengembangkan ilmu sosial dan humaniora baik dalam konteks ilmu pendidikan maupun ilmu murni yang non pendidikan. Produksi dilakukan dengan dua cara yakni memproduksi produk dengan menerima pesanan dari konsumen sebelumnya dan memproduksi produk berdasarkan trend pasar yang berkembang. Trend pasar dapat dilihat dengan memahami trend pasar yang stabil, dimana kebutuhan produk tersebut dapat dipastikan selalu diperlukan oleh konsumen misalnya buku tentang filsafat dan agama Hindu. Di lain sisi juga ada pasar-pasar yang isidental yang perlu diolah dan dikemas menjadi sebuah produk, misalnya mengolah dan menciptakan buku tentang suatu tradisi yang ada di masyarakat seperti ritual ngerarung bikul, ritual
15
wana kertih, ritual danu kertih, ritual ngusaba. Buku tentang tradisi ini perlu diciptakan tanpa harus menunggu pesanan dari konsumen, mengingat kebutuhan sumber bacaan yang berkaitan dengan tradisi cukup stabil di pasaran. Proses produksi melalui pesanan diprediksi akan diterima pada saat: 1) keperluan untuk penelitian, 2) lomba desa pekraman, 3) kegiatan mencari silsilah keluarga, 4) konsumen yang memiliki sebuah tradisi yang memerlukan sebuah penjelasan secara akademik, 5) penerapan program pemmbangunan yang berbasis budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Konsumen dapat melakukan pemesanan dengan cara datang langsung ke kantor atau memesan melalui media elektronik untuk selanjutnya didistribusikan kepada bagian yang menangani. Produk dihasilkan dengan cara langsung yakni membeli produk langsung apabila sudah tersedia atau melakukan konsultasi untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Bagan 1 Proses Produksi
Promosi
Konsumen menelpon Atau datang langsung
Mengumpulkan Bahan/ Mencari Narasumber
Melayani Konsumenatau memproduksi produk 16
3.4 Manajemen Manajemen yang diterapkan dalam usaha ini terdiri dari empat tahapan yakni
pembuatan
perencanaan
pengembangan
dan
penciptaan
produk,
pembentukan tim pengembang produk, pembuatan produk, dan melakukan sistem pengawasan terhadap produk yang dihasilkan. 1) Production Planning Perencanaan pengembangan dan pembuatan produk merupakan tahap pertama yang harus dilakukan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar/ konsumen. Pada tahap perencanaan ini, dilakukan pembagian tugas kerja sesuai dengan bidang keahlian, merencanakan teknik promosi dan mempelajari kebutuhan konsumen sehingga dapat diketahui produk apa saja yang bisa dibuat tanpa harus menunggu pesanan melainkan dengan melihat keperluan konsumen terhadap buku-buku kebudayaan Bali khususnya yang terkait dengan ritual keagamaan. 2) Accounting Sistem akuntansi yang dilakukan adalah melakukan pencatatan segala bentuk pengeluaran dan pendapatan, kemudian dilaporkan secara periodik kepada LPM dan Pembantu Rektor II serta Dikti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam pelaksanaannya transparansi pelaporan keuangan dilakukan secara trebuka dan jujur kepada pihak yang berwenang untuk mengetahuinya. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah penerimaan pesanan dari pelanggan, inventarisasi peralatan dan perlengkapan, pencatatan penjualan, pengeluaran kas. 3) Bookeeping Buku besar digunakan untuk mencatat perubahan yang terjadi pada perkiraan –perkiraan tertentu yang dipengaruhi oleh adanya transaksi keuangan yang terjadi pada IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant. 4) Auditing Sistem audit yang dilaksanakan pada usaha ini adalah audit internal dan eksternal untuk memastikan bahwa penggunaan dana dilakukan dengan benar sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Pencatatan transaksi
17
dilakukan setiap hari, sedangkan pelaporan keuangan kepada pihak-pihak yang terkait yakni Dikti Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Pembantu Rektor II. 5) Pajak 6) Pola Manajemen Pola manajemen yang digunakan dalam usaha ini untuk mencapai tujuan adalah: a) Perencanaan: sebagai proses dasar manajemen. Pada tahap ini dilakukan berbagai perencanaan
yang menyangkut pembagian
tugas
kerja,
penggunaan dana, pengembangan dan penciptaan produk, sistem pemasaran, sistem penjualan, sistem keuangan, sistem audit dan sistem pelaporan hasil kerja. b) Pengorganisasian
dan
pembuatan
struktur
organisasi:
melakukan
pembagian tugas kerja berdasarkan bidang keahlian. Selain itu melakukan perekrutan tenaga yang diperlukan untuk membantu operasional usaha. c) Pengarahan dan Pengawasan: difungsikan untuk menjaga agar kepentingan yang ada tidak saling berbenturan. Pengarahan dapat dilakukan oleh pimpinan usaha (ketua pelaksana), pimpinan lembaga pengabdian kepada masyarakat Undiksha, pimpinan Undiksha dalam hal ini Pembantu Rektor Undiksha dan tim dari Dikti. 7) Inventori. Sistem inventarisasi barang dilakukan agar segala inventaris usaha yang dimiliki tercatat dengan baik, yakni harga beli barang, jenis barang, jumlah barang, tempat membeli barang, kualitas barang, kegunaan barang, dan umur ekonomis barang. Dengan mencatat semuanya secara detail dan baik, maka diharapkan barang-barang yang dimiliki dapat digunakan dengan baik, tahu cara perawatannya dan nilai suatu barang pada periode tertentu.
3.5 Pemasaran Sistem pemasaran yang digunakan dalam usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant adalah melalui penjualan langsung, sistem kerjasama, brosur, leaflet, dan online melalui web www.ibikkbcccundiksha.com
18
Target pasar potensial usaha ini adalah kalangan akademisi, mahasiswa, dan pemerintah daerah. Selain itu produk ini juga dijual kepada wisatawan dan umum. Mengenai pasar potensial, teknil yang perlu dilakukan adalah melakukan promosi ke jurusan-jurusan yang terkait tentang kebudayaan baik di Universitas Pendidikan Ganesha maupun di universitas atau sekolah lain yakni jurusan sosiologi, kebudayaan, antropologi, pariwisata, sejarah
3.6 Sumber Daya Manusia Dalam menjual produk IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini sangat diperlukan tenaga kerja yakni manager/konseptor, sekretaris, administrasi, marketing, office boy. Adapun rincian tugasnya adalah sebagai berikut: 1) Prof.Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A (Manager): bertugas memimpin staff yang bertugas dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh staffnya. Manager ini dituntut agar mampu menciptakan kondisi kerja yang kondusif serta memberikan motivasi yang baik agar staffnya dapat melakukan tugas sesuai dengan rencana kerja yang telah ditentukan, serta mampu menjadi konseptor dalam pengembangan produk. 2) Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum(Sekretaris) : bertugas membantu tugas yang diemban oleh manager dan membantu memberi masukan kepada pengembang produk. Menangani segala bentuk pertemuan yang berkaitan dengan penjualan produk. 3) Prof. Dr. Wayan Rai, MS (Pengembang Produk) : mengembangkan produk yang sesuai dengan konsep yang diberikan oleh pimpinan dan mengembangkan produk yang sesuai dengan target pasar/ kebutuhan pasar. 4) I Wayan Putra Yasa, S.Pd.,M.Pd (Administrasi dan akunting) : menangani administrasi dan laporan keuangan. 5) Gede Prapta Cahyana, S.Pd.,M.Pd (Marketing) : bertugas memasarkan produk yang dijual baik secara langsung maupun dengan menggunakan berbagai media promosi.
19
6) I Putu Sukayasa (Office boy)
: menciptakan ruangan /kantor tetap
menjadi ruang yang representative untuk bekerja.
3.7 Fasilitas IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant berlokasi di salah satu ruang yang tersedia di gedung Fakultas Ilmu Sosial. Fasilitas yang diperlukan untuk menjalan operasional IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini membutuhkan: 1)
Kondisi ruangan yang representative
2)
Ruang yang kondusif
3)
Penyejuk ruangan
4)
Tersedia tempat untuk produksi (meja, kursi kerja, komputer satu set dan ATK)
5)
Tersedia ruang untuk menerima konsumen
6)
Tersedia ruang untuk memajang produk yang menyerupai rak buku seperti diperpustakaan
Gambar 1: Dari Kanan: ruang diskusi, ruang tamu dan sat set komputer sebagai tempat produksi
20
3.8 Finansial Tabel 6 Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation ConsultantTahun 2014-2016
URAIAN
TAHUN 2015
2014
2016
ALIRAN KAS MASUK 1
Buku
75.000.000
75.000.000
112.500.000
2
Deskripsi
50.000.000
100.000.000
150.000.000
3
Booklet
5.000.000
5.000.000
5.000.000
4
8.000.000
8.000.000
8.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
8
Artikel Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
7
Dana dari Dikti
8
Dana dari Undiksha
5
6 7
Jumlah Kas Masuk
6.000.000
6.000.000
6.000.000
150.000.000
150.000.000
150.000.000
42.100.000
41.100.000
41.500.000
354.100.000
403.100.000
491.000.000
ALIRAN KAS KELUAR 1
Penyiapan Kantor
10.000.000
2.700.000
5.000.000
2
Peralatan
29.600.000
20.500.000
17.500.000
3
Sumber Daya Manusia
42.000.000
48.600.000
48.600.000
4
Bahan Baku
57.500.000
70.000.000
70.000.000
5
Seminar
5.000.000
5.000.000
5.000.000
6
Promosi
8.000.000
4.000.000
3.000.000
7
Laporan
3.000.000
3.000.000
3.000.000
8
Honor Pendamping Jumlah Kas Keluar
SURPLUS/DEFISIT
14.500.000
14.500.000
14.500.000
169.600.000
168.300.000
166.600.000
184.500.000
234.800.000
324.400.000
SALDO KAS AWAL
-
184.500.000
419.300.000
SALDO KAS AKHIR
184.500.000
419.300.000
743.700.000
21
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kualifikasi Tim Tim pengusul memiliki latar belakang keahlian sebagai berikut: Tabel 7 Kulifikasi Tim IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation Consultant No Nama Tim Utama 1 Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA 2 Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si 3 Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum Tim Tambahan 1 I Wayan Putrayasa, S.Pd., M.Pd 2 Drs. Wayan Sugiartha, M.Si 3 4
Kualifikasi Antropologi Ilmu Sosial/ Sosilogi Kajian Wanita/ Kajian Budaya
Dr. I Wayan Mudana, M.Si. Ni Made Ary Widiastini, S.ST.Par., M.Par
Pendidikan Sejarah Pendidikan Sejarah/ Agama dan Kebudayaan Kajian Budaya Kajian Pariwisata
4.2 Relevansi Skill Hubungan keahlian dengan program yang dikembangkan dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Antropologi
untuk
mengkaji,
memberikan
konsultasi
serta
memproduksi produk tentang segala persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kebudayaan. 2) Sosiologi untuk mengkaji memberikan konsultasi serta memproduksi produk tentang hal-hal yang berhubungan dengan sistem sosial 3) Kajian
wanita untuk mengkaji memberikan
konsultasi serta
memproduksi produk tentang hal-hal yang berhubungan dengan persoalan-persoalan gender 4) Kajian pariwisata untuk mengkaji memberikan konsultasi serta memproduksi produk tentang
hal-hal yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan pariwisata 5) Pendidikan sejarah untuk mengkaji memberikan konsultasi serta memproduksi produk tentang hal-hal yang berkaitan dengan sejarah Bali.
22
6) Agama dan kebudayaan untuk mengkaji memberikan konsultasi serta memproduksi produk tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama Hindu serta kebudayaan-kebudayaan yang terkait di dalamnya. Dengan bidang-bidang keahlian yang dimiliki oleh tim pengembang produk maka dapat dihasilkan produk yang berkualitas.
4.3 Sinergi Mengingat bahwa kebudayaan bersifat kompleks maka individu-individu di dalam tim dapat melakukan kerjasama untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Jika masalah dihadapi tersebut menuntut skill yang bersifat spesifik, maka tim akan melakukan kerjasama dengan mereka yang memiliki keahlian khusus tersebut misalnya dukun, pedanda, pemangku, dalang, keluarga puri, ahli yoga, ahli hukum adat dan sebagainya.
4.4 Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana Pengalaman-pengalaman pengabdian kepada masyarakat yang pernah dilakukan oleh tim pengusul dapat dipaparkan sebagai berikut: Tabel 8 Pengalaman Kemitraan Tim Pelaksana No 1
Nama Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA
2
Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si
3
Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum
Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat 1. Penyuluhan sadar wisata di desa adat Selat Buleleng 2. Analisis awig-awig desa pekraman Buleleng 3. Pelatihan metode mengajar inovatif guru sejarah se kabupaten Buleleng 1. IbM Kelompok pemulung sampah di TPA Bengkale Desa Kubutambahan (2010). 2. Manajemen konflik sosial sebagai pra kondisi IPTEKS bagi masyarakat 2011 3. Pelantikan pemberdayaan Geographichal Information System (GIS) bagi staf pemerintahan Kabupaten Buleleng 2009 4. Pengembangan dan pelantikan sistem jaringan (Network) computer untuk mendukung pelayanan public berbasis Online di lingkungan PDAM Kas Bangli – Bali, 2008. 1. Sosialisasi KKG (Kesetaraan dan Keadilan Gender) di Kab. Buleleng. 2. Penyuluhan Trafiking di Kec. Buleleng.
23
3. Sosialisasi Gender dan Pendidikan di SMAN II Simgaraja.
4.5 Kedudukan Tim Pengusul dan Hubungan IbIKK dengan Perguruan Tinggi Bagan 2 Struktur Organisasi IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant DIKTI (Pemantau)
REKTOR UNDIKSHA (Pembina)
KETUA LPM UNDIKSHA (Penanggungjawab)
IbIKK UNDIKSHA (Ketua dan Anggota Pelaksana)
MANAGER (Ketua Pelaksana Ib IKK)
Sekretaris (Anggota Pelaksana IbIKK)
Pengembang Produk (Anggota Pelaksana IbIKK)
Administrasi (Anggota
Marketing (Anggota
Pelaksana IbIKK dan staff dr luar)
Pelaksana IbIKK)
Office Boy (Staff dr luar)
4.6 Akuntabilitas Pemasukan dan Pengeluaran Uang Pelaporan pemasukan dan pengeluaran uang dibuat secara periodik setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan oleh bagian keuangan dan administrasi. Secara akademik laporan pemasukan dan pengeluaran uang pada usaha ini akan dilakukan secara perodik mengikuti aturan yang diberikan oleh lembaga baik pihak LPM maupun Pembantu Rektor II Undiksha.
24
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kegiatan yang telah dilakukan tahun 2015 Berdasarkan visi dan misi IbIKK BCCC yaitu, visi melakukan revitalisasi, konservasi dan konsultasi kebudayaan Bali. Selanjutnya misi melalui kegiatan penelitian kebudayaan Bali, konservasi melalui dokumentasi kebudayaan Bali, publikasi kebudayaan Bali melalui penerbitan buku, artikel, pamlet tentang kebudayaan Bali, memberi pemahaman dan informasi melalui kegiatan konsultasi kebudayaan Bali dan menyelenggarakan kegiatan seminar dengan memanfaatkan pakar intern IbIKK, Undiksha atau pakar lain yang sesuai dengan bidang keilmuannya. Maka kegiatan yang dilakukan pada tahun ke-II (2015) yaitu dapat dipaparkan sebagai berikut.
1. PenambahanPeralatan Kantor/Belanja Modal Produksi Untuk menunjang proses produksi, distribusi dan pemasaran dan berdasarkan Rencana Investasi dan Belanja Modal Tahun II (2015) maka kami mengadakan atau membeli beberapa peralatan elektronik berupa 1 buah LCD, 1 buah laptop, 1 buah pesawat telepon, 1 buah handycam, 1 buah tripod, 1 buah alat penyimpanan data (external hardisk) serta peralatan penunjang lainnya. peralatanperalatan tersebut akan kami gunakan dalam membantu proses produksi, pemberian layanan IbiKK sampai pada proses pemasaran produk dan kegiatankegiatan yang bersifat teknis maupun administratif. Untuk lebih jelasnya, penambahan peralatan kantor/belanja modal produksi pada tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut.
Gambar 2.Peralatan kantor/belanja modal produksi tahun 2015: LCD, laptop, tripod, handycam, pesawat telepon, external hardisk.
25
2. Penulisan Buku a. Buku “(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API)
+
(UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali)”. Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., Ak.M.Si. dan Dr. Tuty Maryati, M.Pd. Buku ini berisi tentang salah satu ritual umat Hindu di Bali yaitu Ngaben + Memukur. Ritual ini bertintikan pada pengabuan tubuh kasar dan tubuhhalus (roh atau atman) memakai api sekala dan api niskala. Kajian pada buku ini ditinjau dari perspektif teori sosial ketubuhan terhadap ritual kematian di Bali. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka
Larasan
yang
beralamat
di
Jalan
Tunggul
Ametung
IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki tebal 254 halaman, cetakan pertama tahun 2015 dengan no ISBN: 978-602-1586-34-1. Berikut adalah tampilan cover dan sampul belakang buku “(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali)” dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Cover dan sampul belakang buku “(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali)
26
b. Buku “TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus)”. Buku ini ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Dr. Anantawikrama Tungga Atmadja, S.E., Ak.M.Si. dan Luh Putu Sri Ariyani, S.S,M.Hum. Buku ini berisi tentang kajian permainan rakyat sabung ayam (tajen) di Bali. Buku ini mengkaji dan menjawab mengapa tajen sulit atau bahkanmustahil dihapuskan dari pembendaharaan kebudayaan Bali?”. Buku ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut lewat penelitian kancah. Data dikumpulkan menggunakan pengamatan terlibat terhadap tajen dan wawancara mendalam terhadap berbagai pihak yang terlibat dalam pertajenan. Data dikumpulkan pula lewat studi pustaka dan studi dokumen, misalnya kami membaca lontar tentang ayam aduan yang disebut Lontar Pengayam-ayaman. Data yang didapat lewat berbagai teknik pengumpulan data tersebut lalu dianalisisdengan mengikuti alur pemikiran teori sosial kritis. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Larasan yang beralamat di Jalan Tunggul Ametung IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki tebal 262 halaman, cetakan pertama tahun 2015 dengan no ISBN: 978602-1586-38-9. Berikut adalah tampilan cover dan sampul belakang buku “TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus)” dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Cover dan sampul belakang buku “TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus)”.
27
c. Buku “PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI) DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI BALI”. Buku ini ditulis oleh Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum. dan Dr. I Ketut Margi, M.Si. Buku ini berisi tentang kajian sekeha genjekyang merupakan fenomena yang penting di ungkap di tengah-tengah adanya dominasi pemahaman seni yang dikatakan adiluhung. Buku ini memiliki misi utama yaitu
membahas pergulatan isu gender dalam seni
pertunjukkan, kejelian dalam mengupas ideologi yang ditampilkan dalam ajang berkesenian, menjawab keterbatasan kajian gender berdimensi seni dan membahas wacana sebagai alat perjuangan moral dalam perspektif kekuasaan
lingual.
Perspektif
ini digunakan untuk mendapatkan
pemahaman tentang tata cara wacana pusat dan pinggiran dimainkan sebagai “alat politik” untuk membangun konstruksi sosial. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Larasan yang beralamat di Jalan Tunggul Ametung IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki tebal 262 halaman, cetakan pertama tahun 2015 dengan no ISBN: 978602-1586-35-8. Berikut
adalah
buku“PERTARUNGAN
tampilan WACANA
cover
dan
sampul
NGAMADUANG
belakang
(POLIGAMI)
DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI BALI”dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
28
Gambar 5. Cover dan sampul belakang buku “PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI) DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI BALI”.
d. Buku “MEMBONGKAR JARING KUASA, KEKERASAN, DAN RESISTENSI
DI BALIK
PERKAWINAN NGAMADUANG
(POLIGAMI)”. Buku ini ditulis oleh Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum. Buku ini adalah
disertasi
S3
penulis
di
Program
PascasarjanaUniversitas
UdayanaDenpasar pada tahun 2012 yang diterbitkan oleh IbIKK BCCC bekerjasama dengan Penerbit Pustaka Larasan Denpasar.Kajian ini berisi tentang
fenomena ngamaduang (poligami)yang dikaji dari beragam
perspektif (termasuk kajian kritis-posmodernisme). Buku ini memiliki tebal 424 halaman (pracetak), dan no ISBN masih masih menunggu dari pihak penerbit. Berikut adalah tampilan cover buku “MEMBONGKAR JARING KUASA,
KEKERASAN,
DAN
RESISTENSI
DI
BALIK
PERKAWINAN NGAMADUANG (POLIGAMI)”. dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Cover buku “MEMBONGKAR JARING KUASA, KEKERASAN, DAN RESISTENSI DI BALIK PERKAWINAN NGAMADUANG (POLIGAMI)”.
29
e. Buku “KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG”. Buku ini ditulis oleh Dr. I Ketut Margi, M.Si. Buku ini berisi tentang kajian hasil penelitian tentang kuliner tradisional khas Buleleng mulai dari ragam kuliner khas Buleleng, bahan dan proses pengolahan, kandungan gizi kuliner tradisional khas Buleleng, dan aspek sosial, budaya, dan ekonomi kuliner tradisional. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Larasan yang beralamat di Jalan Tunggul Ametung IIIA/11BDenpasar, Bali. Buku ini memiliki tebal 110 halaman (pracetak), cetakan pertama tahun 2015 dengan no ISBN masih masih menunggu dari pihak penerbit. Berikut adalah tampilan cover buku “KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG” dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Cover BULELENG”.
buku
“KULINER
TRADISIONAL
KHAS
3. Jurnal Terbitan “BUTIR-BUTIR TERCECER TENTANG TRADISI UNIK DI DESA-DESA BALI AGA DI KECAMATAN KINTAMANI – BANGLI”. Jurnal ini adalah kumpulan tulisan anggota IbIKK BCCC bersama beberapa dosen di lingkungan Undiksha dan FIS pada khususnya. Jurnal ini mengambil tema tentang tradisi-tradisi unik di desa-desa Bali Aga di Kecamatan Kintamani – Bangli. Kami menyadari bahwa masih banyak
30
terdapat tradisi-tradisi unik di desa Bali Aga pada khusunya yang penting untuk diteliti dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dan dirangkum menjadi sebuah jurnal. 4. Penulisan Artikel a. Artikel “Deconstructing Gender Stereotypes in Leak” Pada tahun 2015,
IbiKK BCCC menulis artikel dengan judul
“Deconstructing Gender Stereotypes in Leak” dalam versi bahasa Inggris yang ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum dan Prof. Dr. I Wayan Rai, M.S. artikel ini termuat dalam Jurnal Komunitas Research & Learning in Sociology and Anthropology Universitas Negeri Semarang. Untuk halaman pertama artikel dapat dilihat pada gambar 8 berikut.
Gambar 8. halaman pertama artikel “Deconstructing Gender Stereotypes in Leak”.
b. Artikel “Geria Pusat Industri Banten Ngaben di Bali Perspektif Sosiologi Komodifikasi Agama” Artikel ini ditulis oleh Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A. dan Dr. Tuty Maryati, M.Pd. artikel ini dimuat dalam Jurnal Kawistara UGM pada Volume 4 No. 2, tanggal 17 Agustus 2014 pada halaman 111-224.
31
Untuk halaman pertama artikel dapat dilihat pada gambar 9 berikut.
Gambar 9. halaman pertama artikel “Geria Pusat Industri Banten Ngaben di Bali Perspektif Sosiologi Komodifikasi Agama”
5. Penerjemahan Lontar Pada tahun 2015, IbIKK BCCC Undiksha kembali menerjemahkan naskah lontar yang didapatkan dari Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali Denpasar ke dalam bahasa Indonesia. Adapun lontar yang telah diterjemahkan yaitu (1) Lontar “Bali Islam” (10 halaman), dan lontar “Krama Slam” (24 halaman). Adapun hasil penerjemahan lontar dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10. Terjemahan lontar “Bali Islam” dan “Krama Islam”.
32
6. Pembuatan Video Dokumentasi Kebudayaan Bali Pada tahun 2015, IbIKK BCCC Undiksha membuat video dokumentasi kebudayaan yaitu tradisi Magebeg-gebegandi Desa Tukadmungga, Buleleng – Bali. Tradisi Magebeg-gebegandi Desa Tukadmungga merupakan sebuah tradisi yang
telah
berlangsung
turun-temurun
dari
leluhur
masyarakat
desa
Tukadmungga. Tradisi ini berlangsung ketika datangnya perayaan Nyepi yaitu pada saat hari pengrupukan. Tradisi ini dilakukan di perempatan desa. Secara khusus tradisi ini dilakukan dengan cara merebut sarana caru berupa “bayangbayang” yaitu persembahan kurban dari anak sapi (godel) yang berjenis kelamin betina. Dalam perebutan “bayang-bayang” yang mendapatkan kepala anak sapi dialah yang menjadi pemenang. Secara umum, prosesi tradisi Magebeg-gebegandumulai dari (1) upacara Mapedada, (2) upacara di Pura Dalem, (3) upacara Pecaruan di perempatan desa, (4) upacara Magebeg-gebegan. Adapun nilai yang terkandung dalam tradisi Magebeg-gebeganini yaitu, nilai religius, sosial dan pendidikan. Berikut yaitu CD video dan booklet tradisi Magebeg-gebegandi Desa Tukadmungga, Buleleng – Bali produksi IbIKK BCCC Undiksha Singaraja.
Gambar 11. CD video dan booklet tradisi Magebeg-gebegandi Desa Tukadmungga, Buleleng – Bali.
33
7. Konsultasi Kebudayaan Bali Sesuai program IbIKK BCCC yaitu memberi pemahaman dan informasi melalui kegiatan konsultasi kebudayaan Bali, IbIKK BCCC Undiksha telah melayani konsultasi kebudayaan Bali yang datang ke kantor IbIKK BCCC Undiksha. Berikut adalah beberapa konsultasi yang telah dilayani oleh tim IbIKK BCCC Undiksha.
Gambar 12. Konsultasi tanggal 3 Maret 2015
Konsultasi pada Gambar 12 dengan konsumen Putu Windu Mertha Sujana (kiri) dan I Wayan Eka Santika (kanan) dari Universitas Pendidikan Bandung (UPI Bandung) dengan konsultanDr. Luh Putu Sendratari, M.Hum. Adapun topik yang dikonsultasikan yaitu terkait penelitian Tesis. Konsultasi selanjutnya yaitu konsultasi dengan konsumen Ni Made Febrianti dengan konsultanProf. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A. Konsultasi yang dilakukan yaitu terkait dengan “Harmonisasi Antar Agama” di Bali.
Gambar 13. Konsultasi tanggal 23 Juni 2015
34
Konsultasi selanjutnya yaitu konsultasi dengan konsumen Drs. I Ketut Supir, M.Hum mahasiswa S3 Kajian Budaya Universitas Udayana Denpasar dengan konsultanProf. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A.Konsultasi yang dilakukan yaitu terkait Penelitian Desertasi.
Gambar 14. Konsultasi tanggal 23 Juni 2015.
Konsultasi selanjutnya yaitu konsultasi dari salah satu TV swasta (Trans 7) yang datang ke kantor IbIKK BCCC Undiksha untuk menanyakan sekaligus wawancara terkait tari Joged Ngebor yang ada di Bali.
Gambar 15. Konsultasi tanggal 12 Oktober 2015Crew Trans 7.
5.2 Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun 2015 Tabel 09. Data Statistik Pemasukan IbiKK BCCC Undiksha Tahun 2015 No 1.
Produk Konsultasi
Nama/Judul Produk a. Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali b. Konsultasi tentang perluasan dan
35
Jumlah Harga Terjual Satuan (eks/paket) (Rp) 5 300.000
1.500.000
5
1.500.000
300.000
Jumlah (Rp)
2.
Buku
3.
CD/VCD Kebudayaan Bali
4.
Lontar
pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek c. Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu d. Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik a. (NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali) b. TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus) c. PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI) DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI BALI d. MEMBONGKAR JARING KUASA, KEKERASAN, DAN RESISTENSI DI BALIK PERKAWINAN NGAMADUANG (POLIGAMI) e. KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG Tradisi Magebeggebegandi Desa Tukadmungga, Buleleng – Bali. Lontar “Bali Islam” dan “Krama Slam” Jumlah (Total)
36
5
300.000
1.500.000
8
300.000
2.400.000
75
75.000
5.625.000
50
75.000
3.750.000
40
50.000
2.000.000
40
60.000
2.400.000
50
50.000
2.500.000
10
50.000
500.000
10
50.000
500.000 24.175.000
5.3 Kendala yang dihadapi Pada Tahun 2015 Secara umum proses pelaksanaan kegiatan IbIKK di tahun 2015 berjalan dengan lancar namun tidal lepas dari kendala yang dihadapi baik yang bersifat prinsip dan teknis. Secara prinsip tidak begitu ada kendala yang berarti namun secara teknis terdapat beberapa kendala. Adapun kendala yang dihadapi yaitu terkait dengan proses promosi pemasaran produk yang telah dihasilkan dan pendistribusian produk secara maksimal. Kendala dalam segi promosi produk mengalami kendala dikerenakan kurang maksimalnya penyebarluaskan informasi mengenai produk-produk yang dihasilkan seperti buku, artikel, terjemahan, video kebudayaan dsb. karena belum dapat merambah pada dunia maya (internet) seperti website, media (jejaring) sosial, group online, serta akses-akses media lainnya secara maksimal. Kendala kedua yaitu dari segi pendistribusian produk yang juga akan berdampak pada penjalan produk yaitu masih sulitnya merambah konsumen yang lebih luas dikeranakan belum memiliki distributor lapangan yang bekerja menyebarluaskan/menjual produk (buku, artikel, terjemahan, video kebudayaan dsb.) IbIKK seara luas baik dalam lingkup Bali maupun luar Bali.
5.4 Solusi yang dilakukan Dalam Menghadapi Kendala Sesuai dengan paparan kendala di atas, maka dapat kami rumuskan solusi yang dilakukan dalam mengahadi kendala yaitu yang pertama terkain dengan kendala promosi pemasaran produk, kami merencanakan untuk memaksimalkan peran website, kemudian melakukan promosi melalui media sosial, group yang relevan serta memasang iklan baik pada media cetak maupun elektronik dalam memasarkan produk. Kemudian solusi yang kedua terkait dengan pendistribusian produk maka kami merencanakan untuk merekrut tenaga distribusi yang sifatnya tetap dan atau bersifat freelance untuk mendistribusikan produk dan mampu merambah pangsa pasar yang lebih luas dan mengantarkan produk kepada konsumen yang relevan membutuhkan produk-produk dari IbIKK BCCC Undiksha Singaraja.
37
5.5Dampak dan Manfaat IbIKK Berbagai manfaat dapat dihasilkan melalui usaha Balinese Culture Conservation Consultant yakni: a. Pemertahanan budaya Bali, dimana ketika masyarakat Bali memahami kebudayaannya sendiri maka kebudayaan-kebudayaan yang ada dapat dipertahankan karena tahu fungsi dan manfaat yang ada di dalam kebudayaan tersebut. b. Memperkuat pariwisata Bali yang berbasiskan kebudayaan sesuai dengan ikon pariwisata Bali yang tercermin pada Perda Nomor 3 tahun 1974 yang disempurnakan melalui Perda Nomor 3 Tahun 1991 tersebut, menetapkan bahwa pariwisata budaya sebagai jenis kepariwisataan dengan menggunakan kebudayaan Bali, yang dijiwai oleh agama Hindu. c. Memperkenalkan substansi kebudayaan Bali kepada orang luar, sehingga mereka lebih memahami kebudayaan Bali secara mendalam. Dalam hal ini segala bentuk budaya yang ada di Bali dapat dipahami sebagai sesuatu yang memiliki fungsi dan makna tertentu bagi masyarakat Bali yang tentunya mengarah pada penciptaan kondisi yang harmonis. d. Mendapatkan manfaat sosial dan manfaat ekonomis. Manfaat sosial yakni melalui pengembangan usaha ini, maka secara langsung juga menjaga dan melestarikan kebudayaan Bali sehingga dapat diperoleh penghargaan dari pihak Universitas, pemerintah daerah Bali, pemerintah pusat bahkan Unesco. Manfaat ekonomis adalah mendapatkan keuntungan dari penjualan berbagai produk yang diciptakan. Diharapkan kedepannya usaha ini dapat berkembang menjadi lebih baik dan lebih besar sehingga bisa menjadi pusat studi kebudayaan Bali. e. Melalui penciptaan produk berupa buku, deskripsi, booklet dan artikel maka hal ini juga dapat meningkatkan kapasitas produksi Ganesha Press yang selama ini dalam kondisi stagnan karena kekurangan naskah. Dengan dihasilkannya naskah-naskah yang siap untuk diterbitkan, maka secara langsung memanfaatkan keberadaan Ganesha Press yang juga merupakan usaha percetakan Universitas Pendidikan Ganesha.
38
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Spesifikasi Produk Tahap III (tahun 2016) Pada tahun 2016, setelah banyak pihak yang mengetahui keberadaan usaha ini maka diharapkan akan banyak datang konsumen dari kalangan akademisi, pemerintah daerah dan desa yang datang ke usaha ini untuk membeli produk yang dikembangkan oleh Balinese Culture Conservation Consultant sesuai dengan permintaan yang bersangkutan. Namun, produksi buku kebudayaan juga tetap dikembangkan dan dicetak setiap tahunnya dengan asumsi bahwa bahan pembuatan buku dalam bentuk hasil penelitian dan artikel masih sangat banyak dan selalu ada pihak yang membutuhkan informasi tentang kebudayaan Bali. Untuk meningkatkan penjualan, akan dilakukan promosi ke universitas – universitas yang berpotensi untuk dijadikan sasaran, khususnya pada jurusan yang terkait dengan kebudayaan yakni jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan antropologi. Tabel 10. Rencana Spesifik Produk Tahun 2016 Tahun
Tahap III 2016
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 Spesifikasi Produk Kapasitas Produk Keterangan Buku 5 buah Dijual universitas –universitas yang berpotensi untuk dijadikan sasaran, khususnya pada jurusan yang terkait dengan kebudayaan yakni jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan antropologi Deskripsi 10 buah Di jual ke jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan antropologi Booklet
5 buah
Artikel
1buah
Baju kaos ajeg Bali
1 jenis
Ke khalayak umum terutamam Desa pakraman dan akademisi Dijual universitas –universitas yang berpotensi untuk dijadikan sasaran, khususnya pada jurusan yang terkait dengan kebudayaan yakni jurusan budaya, pariwisata, sosiologi dan antropologi Di jual ke khalayak umum dan wisatawan
39
Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
3 paket (4 kali pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta desa pakraman
3 paket (4 kali pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta desa pakraman
3 paket (4 kali pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta desa pakraman
3 paket (4 kali pertemuan/paket)
Peneliti dan akademisi serta desa pakraman
6.2 Target Luaran 2016 Tahun kedua (2016) akan dilaksanakan tindakan promosi yang lebih gencar lagi sehingga keberadaan dari lembaga ini semakin meluas di masyarakat terutama kalangan akademisi, pemerintah, wisatawan dan peneliti kebudayaan Bali. Setelah banyak pihak yang mengetahui keberadaan usaha ini maka diharapkan akan banyak datang konsumen dari kalangan akademisi, pemerintah daerah dan desa yang datang ke usaha ini untuk membeli produk yang dikembangkan oleh Balinese Culture Conservation Consultant sesuai dengan permintaan yang bersangkutan. Adapun target penjualan yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut. Tabel 11 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 (Produk Nyata/Tangible Product) Tahun
2016
Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 Spesifikasi Kapasitas Keterangan Harga satuan Jumlah Produk Produk Buku 5 buah 1000 eks Rp.50.000,Rp. 250.000.000,Deskripsi 10 buah @ 2 paket Rp. 5.000.000,- Rp. 100.000.000,Booklet 5 buah @ 200 eks Rp. 5.000,Rp. 5.000.000,Artikel 3 buah @ 4 eks Rp. 1.000.000,- Rp. 8.000.000,Baju kaos 1 jenis 1000 buah Rp. 100.000,Rp. 100.000.000,ajeg Bali Jurnal 1buah 500 eks Rp. 50.000 Rp. 25.000.000,Lontar 5 buah @ 100eks Rp. 30.000 Rp. 15.000.000,CD 5buah @ 100 Rp. 30.000 Rp. 15.000.000,keping
40
Tabel 12 Harga dan Penjualan Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2016 (Produk Jasa/Intangible Product) Tahun
2016
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Spesifikasi Kapasitas Keterangan Jumlah Produk Produk Konsultasi 3 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 3.600.000, penelitian dan pertemuan/paket) pertemuan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi 3 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 3.600.000, tentang perluasan pertemuan/paket) pertemuan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi 3 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 3.600.000, kunjungan lokasi pertemuan/paket) pertemuan kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara 3 paket (4 kali @ Rp.300.000/ Rp. 3.600.000,sumber tentang pertemuan/paket) pertemuan kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
6.3 Metode Pelaksanaan 6. 3.1 Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk pada usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant adalah 1) hasil penelitian pada dosen di lingkungan Universitas Pendidikan Ganesha; 2) lontar-lontar tentang kebudayaan Bali yang terdapat di Gedong Kertya; 3) pusat dokumentasi kebudayaan Bali di Denpasar; 4) perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar yang menyediakan naskah-naskah kebudayaan Bali berupa lontar; 5) kebudayaan-kebudayaan Bali yang ada disekitar masyarakat berupa artefak, pura dan tradisi-tradisi yang unik baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Tradisi –tradisi yang sudah mati perlu untuk direvivalisasi dan revitalisasi.
41
Tabel 13 Bahan Baku, Suplai, Mutu, dan Alternatif Sumber Usaha Balinese Culture Conservation Consultant Bahan Baku Hasil Penelitian
Undiksha
Suplai
Mutu Bagus
Lontar
Gedong Kertya
Bagus
Tradisi-tradisi insitu (tradisi yang berhubungan dengan ritual daur hidup, tradisi tentang daur pertanian, tradisi tentang pelestarian lingkungan, dll) Artefak (Pura, Bangunan-bangunan kuno, candi, arca, lukisan-lukisan tua) Buku-buku tua, majalah/koran yang berasal dari penjajahan jaman kolonial Belanda
Seluruh daerah di Bali
Bagus
Seluruh daerah di Bali, Museum yang di Bali
Bagus
Gedong Kertya
Kurang terawat
Alternatif Sumber Universitas lain yang memiliki tema terkait dengan kebudayaan Pusat dokumentasi kebudayaan Bali, perpustakaan Fakultas Sastra Unud dan kepemilikan pribadi yang tersimpan di Geriya, Puri, Dukun dan Kolektor kebudayaan Bali
Pusat dokumentasi kebudayaan Bali
6. 3.2 Produksi Produk yang dihasilkan pada usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini ada dua yakni berupa produk barang (tangible product) dan produk jasa (intangible product) yang dapat dipaparkan sebagai berikut: Tabel 14 Rencana Produk dan Kapasitas Produksi Tahun
2014
2015
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Spesifikasi Produk Kapasitas Produk Keterangan Buku 1 buah 1000 eks Deskripsi 6 buah @ 2 paket Booklet 5 buah @ 200 eks Artikel 2 buah @ 4 eks Buku 5 buah 1000 eks Deskripsi 10 buah @ 2 paket
42
2016
Booklet Artikel Baju kaos ajeg Bali Buku Deskripsi Booklet Artikel Baju kaos ajeg Bali
5 buah 3 buah 1 jenis 5 buah 10 buah 5 buah 3 buah 1 jenis
@ 200 eks @ 4 eks 1000 buah 1000 eks @ 2 paket @ 200 eks @ 4 eks 1000 buah
Untuk produk jasa berupa konsultasi tentang kebudayaan yang dilakukan di tempat usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 15 Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Tahun
2014
2015
2016
Rencana spesifik Produk dan Kapasitas Produksi Spesifikasi Produk Kapasitas Keterangan Produk Konsultasi penelitian 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik Konsultasi penelitian 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik Konsultasi penelitian 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang 5 paket @ Rp.300.000/ pertemuan perluasan dan
43
pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
5 paket
@ Rp.300.000/ pertemuan
6.3.3 Proses Proses produksi akan dilakukan di dalam universitas dengan berlokasi di Fakultas Ilmu Sosial. Hal ini dilakukan mengingat fakultas ini mengembangkan ilmu sosial dan humaniora baik dalam konteks ilmu pendidikan maupun ilmu murni yang non pendidikan. Produksi dilakukan dengan dua cara yakni memproduksi produk dengan menerima pesanan dari konsumen sebelumnya dan memproduksi produk berdasarkan trend pasar yang berkembang. Trend pasar dapat dilihat dengan memahami trend pasar yang stabil, dimana kebutuhan produk tersebut dapat dipastikan selalu diperlukan oleh konsumen misalnya buku tentang filsafat dan agama Hindu. Di lain sisi juga ada pasar-pasar yang isidental yang perlu diolah dan dikemas menjadi sebuah produk, misalnya mengolah dan menciptakan buku tentang suatu tradisi yang ada di masyarakat seperti ritual ngerarung bikul, ritual wana kertih, ritual danu kertih, ritual ngusaba. Buku tentang tradisi ini perlu diciptakan tanpa harus menunggu pesanan dari konsumen, mengingat kebutuhan sumber bacaan yang berkaitan dengan tradisi cukup stabil di pasaran. Proses produksi melalui pesanan diprediksi akan diterima pada saat: 1) keperluan untuk penelitian, 2) lomba desa pekraman, 3) kegiatan mencari silsilah keluarga, 4) konsumen yang memiliki sebuah tradisi yang memerlukan sebuah penjelasan secara akademik, 5) penerapan program pemmbangunan yang berbasis budaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Konsumen dapat melakukan pemesanan dengan cara datang langsung ke kantor atau memesan melalui media elektronik untuk selanjutnya didistribusikan kepada bagian yang menangani. Produk dihasilkan dengan cara langsung yakni membeli produk langsung apabila sudah tersedia atau melakukan konsultasi untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 44
6.3.4 Manajemen Manajemen yang diterapkan dalam usaha ini terdiri dari empat tahapan yakni
pembuatan
perencanaan
pengembangan
dan
penciptaan
produk,
pembentukan tim pengembang produk, pembuatan produk, dan melakukan sistem pengawasan terhadap produk yang dihasilkan. 1) Production Planning Perencanaan pengembangan dan pembuatan produk merupakan tahap pertama yang harus dilakukan, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar/ konsumen. Pada tahap perencanaan ini, dilakukan pembagian tugas kerja sesuai dengan bidang keahlian, merencanakan teknik promosi dan mempelajari kebutuhan konsumen sehingga dapat diketahui produk apa saja yang bisa dibuat tanpa harus menunggu pesanan melainkan dengan melihat keperluan konsumen terhadap buku-buku kebudayaan Bali khususnya yang terkait dengan ritual keagamaan. 2) Accounting Sistem akuntansi yang dilakukan adalah melakukan pencatatan segala bentuk pengeluaran dan pendapatan, kemudian dilaporkan secara periodik kepada LPM dan Pembantu Rektor II serta Dikti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam pelaksanaannya transparansi pelaporan keuangan dilakukan secara trebuka dan jujur kepada pihak yang berwenang untuk mengetahuinya. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah penerimaan pesanan dari pelanggan, inventarisasi peralatan dan perlengkapan, pencatatan penjualan, pengeluaran kas. 3) Bookeeping Buku besar digunakan untuk mencatat perubahan yang terjadi pada perkiraan –perkiraan tertentu yang dipengaruhi oleh adanya transaksi keuangan yang terjadi pada IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant. 4) Auditing Sistem audit yang dilaksanakan pada usaha ini adalah audit internal dan eksternal untuk memastikan bahwa penggunaan dana dilakukan dengan
45
benar sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Pencatatan transaksi dilakukan setiap hari, sedangkan pelaporan keuangan kepada pihak-pihak yang terkait yakni Dikti Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan Pembantu Rektor II. 5) Pajak 6) Pola Manajemen Pola manajemen yang digunakan dalam usaha ini untuk mencapai tujuan adalah: a) Perencanaan: sebagai proses dasar manajemen. Pada tahap ini dilakukan berbagai perencanaan yang menyangkut pembagian tugas kerja, penggunaan dana, pengembangan dan penciptaan produk, sistem pemasaran, sistem penjualan, sistem keuangan, sistem audit dan sistem pelaporan hasil kerja. b) Pengorganisasian
dan
pembuatan
struktur
organisasi:
melakukan
pembagian tugas kerja berdasarkan bidang keahlian. Selain itu melakukan perekrutan tenaga yang diperlukan untuk membantu operasional usaha. c) Pengarahan dan Pengawasan: difungsikan untuk menjaga agar kepentingan yang ada tidak saling berbenturan. Pengarahan dapat dilakukan oleh pimpinan usaha (ketua pelaksana), pimpinan lembaga pengabdian kepada masyarakat Undiksha, pimpinan Undiksha dalam hal ini Pembantu Rektor Undiksha dan tim dari Dikti. 7) Inventori. Sistem inventarisasi barang dilakukan agar segala inventaris usaha yang dimiliki tercatat dengan baik, yakni harga beli barang, jenis barang, jumlah barang, tempat membeli barang, kualitas barang, kegunaan barang, dan umur ekonomis barang. Dengan mencatat semuanya secara detail dan baik, maka diharapkan barang-barang yang dimiliki dapat digunakan dengan baik, tahu cara perawatannya dan nilai suatu barang pada periode tertentu.
6. 3.5 Pemasaran
46
Sistem pemasaran yang digunakan dalam usaha IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant adalah melalui penjualan langsung, sistem kerjasama, brosur, leaflet, dan online melalui web www.ibikkbcccundiksha.com Target pasar potensial usaha ini adalah kalangan akademisi, mahasiswa, wisatawan lokal, wisatawan mancanegara, dan pemerintah daerah. Mengenai pasar potensial, teknik yang perlu dilakukan adalah melakukan promosi ke jurusan-jurusan yang terkait tentang kebudayaan baik di Universitas Pendidikan Ganesha maupun di universitas atau sekolah lain yakni jurusan sosiologi, kebudayaan, antropologi, pariwisata, dan sejarah
6. 3.6 Sumber Daya Manusia Dalam menjual produk IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini sangat diperlukan tenaga kerja yakni manager/konseptor, sekretaris, administrasi, marketing, office boy. Adapun rincian tugasnya adalah sebagai berikut: 1) Manager: bertugas memimpin staff yang bertugas dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang harus dilakukan oleh staffnya. Manager ini dituntut agar mampu menciptakan kondisi kerja yang kondusif serta memberikan motivasi yang baik agar staffnya dapat melakukan tugas sesuai dengan rencana kerja yang telah ditentukan, serta mampu menjadi konseptor dalam pengembangan produk. 2) Sekretaris : bertugas membantu tugas yang diemban oleh manager dan membantu
memberi
masukan
kepada
pengembang
produk.
Menangani segala bentuk pertemuan yang berkaitan dengan penjualan produk 3)
Pengembang Produk : mengembangkan produk yang sesuai dengan konsep yang diberikan oleh pimpinan dan mengembangkan produk yang sesuai dengan target pasar/ kebutuhan pasar.
4)
Administrasi dan akunting : menangani administrasi dan laporan keuangan
5)
Marketing : bertugas memasarkan produk yang dijual baik secara langsung maupun dengan menggunakan berbagai media promosi
47
6)
Office boy : menciptakan ruangan /kantor tetap menjadi ruang yang representative untuk bekerja
6. 3.7 Fasilitas IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant berlokasi di salah satu ruang yang tersedia di gedung Fakultas Ilmu Sosial. Fasilitas yang diperlukan untuk menjalan operasional IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant ini membutuhkan: 1) Kondisi ruangan yang representative 2) Ruang yang kondusif 3) Penyejuk ruangan 4) Tersedia tempat untuk produksi (meja, kursi kerja, komputer satu set dan ATK) 5) Tersedia ruang untuk menerima konsumen 6) Tersedia ruang untuk memajang produk yang menyerupai rak buku seperti diperpustakaan
48
Gambar 12: Atas Kanan: ruang administrasi; kiri: ruang tamu; bawah ruang diskusi
6.3.8 Finansial Tabel 16 Rincian Biaya IbIKK Usaha Balinese Culture Conservation ConsultantTahun 2014-2016 URAIAN
TAHUN 2015
2014
2016
ALIRAN KAS MASUK 1
Buku
75.000.000
250.000.000
250.000.000
2
Deskripsi
60.000.000
100.000.000
150.000.000
3
Booklet
5.000.000
5.000.000
5.000.000
4
Artikel
8.000.000
8.000.000
8.000.000
100.000.000
100.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
6.000.000
150.000.000
155.600.000
150.000.000
5 6
7 8 9
Konsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik
10 Dana dari Dikti 11 Dana dari Undiksha Jumlah Kas Masuk
42.100.000
41.500.000
46.500.000
364.100.000
684.100.000
733.500.000
ALIRAN KAS KELUAR 1
Penyiapan Kantor
10.000.000
2.700.000
5.000.000
2
Peralatan
29.600.000
20.500.000
17.500.000
3
Sumber Daya Manusia
42.000.000
48.600.000
48.600.000
4
Bahan Baku
57.500.000
70.000.000
70.000.000
5
Seminar
5.000.000
5.000.000
5.000.000
6
Promosi
8.000.000
4.000.000
3.000.000
7
Laporan
3.000.000
3.000.000
3.000.000
8
Honor Pendamping
14.500.000
14.500.000
14.500.000
169.600.000
168.300.000
166.600.000
194.500.000
515.800.000
566.900.000
SALDO KAS AWAL
-
194.500.000
710.300.000
SALDO KAS AKHIR
194.500.000
710.300.000
1.277.200.000
Jumlah Kas Keluar SURPLUS/DEFISIT
6.3.9 Anggaran Biaya
49
Untuk menunjang kegiatan dan pelaksanaan program pada tahun berikutnya maka kami perlu dirancang anggaran Inventasi dan modal dalam tahun 2016. Lebih jelasknya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 17Rencana Investasi dan Belanja Modal Tahun III (2016) Uraian
Jumlah
A. Sewa tempat promosi di Dps B
Harga/Unit
DIKTI
Undiksha
1
5.000.000
1
7.500.000
7.500.000
1 paket
10.000.000
5.000.000
Jumlah
5.000.000
5.000.000
Peralatan 1 Note Book 2 ATK
7.500.000 5.000.000
10.000.000
C. SDM a.
Manager
1
9.000.000
9.000.000
9.000.000
b.
Sekretaris
1
7.200.000
7.200.000
7.200.000
c.
Produksi
2
16.800.000
12.800.000
d
1
7.200.000
7.200.000
7.200.000
e
Pemasaran Administrasi dan akunting
1
7.200.000
7.200.000
7.200.000
f
Office boy
1
6.000.000
6.000.000
6.000.000 5.000.000
4.000.000
16.800.000
D. Bahan a.
Hasil Penelitian
10 paket
500.000
5.000.000
b
Lontar
10 paket
2.500.000
10.000.000
c.
Artefak
5 paket
1.000.000
5.000.000
5.000.000
d
Tradisi Buku/ majalah/ koran tua
5 paket
1.000.000
5.000.000
5.000.000
10 paket
500.000
5.000.000
30.000.000
e. E.
15.000.000
25.000.000
Lain-Lain a.
Seminar hasil
1 paket
5.000.000
5.000.000
b.
Promosi
1 paket
3.000.000
3.000.000
c.
Laporan
12 eks
250.000 TOTAL
99.900.000
-
5.000.000 3.000.000
3.000.000
3.000.000
32.000.000
131.900.000
Honor Pendamping Tabel 18 Honor Tim Pendamping Tahun III (2016) No 1
Nama Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd
2
Drs. I Nyoman Jampel, M.Pd
3
Prof. Dr. Ketut Suma, MS
Status Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung 50
Honorarium Rp. 2.300.000,-
Sumber Undiksha
Rp. 2.200.000,-
Undiksha
Rp. 2.200.000,-
Undiksha
4
Drs. I Wayan Mudana, M.Si
5 6 7
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA Prof. Dr. Wayan Rai, M.Si Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum Jumlah
Jawab Penanggung Jawab Ketua Anggota Anggota
Rp. 2.200.000,-
Undiksha
Rp. 2.200.000,Rp. 1.700.000,Rp. 1.700.000,Rp. 14.500.000,-
Undiksha Undiksha Undiksha Undiksha
Total dana yang diperlukan untuk kegiatan tahun III (2016) yakni: 1) dana Dikti Rp.99.100.000,- (sembilan puluh sembilan juta seratus ribu rupiah) dan 2) dana Undiksha Rp.46.500.000,- (empat puluh dua juta seratus ribu rupiah). Sehingga Total dana yang diperlukan adalah Rp.145.600.000,- (seratus empat puluh lima juta enam ratus ribu rupiah).
6.3.10 Jadwal Kegiatan Untuk mencapai target luaran tersebut maka disusunlah program beserta jawal kerja sebagai pedoman Tim Pelaksana dalam mengimplementasikan usulan ini. Pada penyusunan program kerja ini teerdapat masa jeda yang terjadi karena menunggu pemasukan dana dari Dikti dan Undiksha. Tabel 19 Program Kerja dan Jadwal No
Jenis Kegiatan Mar Apr
Mei
Jun
Jul
Masa Jeda Desember 2015 – Pebruari 2016 (Penjualan Tetap Berjalan) Tahun III (2016) 1 Rekrutmen tenaga tambahan 2 Proses produksi 3 Pengembangan produk 4 Promosi dan penjualan 5 Laporan keuangan 6 Penulisan Laporan Kegiatan 7 Penulisan artikel 8 Publikasi ilmiah
51
Agst
Sep
Okt
Nop
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant merupakan salah satu unit usaha yang bernaung di bawah Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang bergerak dalam bidang usaha jasa yaitu melayani kegiatan konsultasi dan konservasi budaya. Bentukl layanan konsultasi budaya yag telah dilaksanakan adalah lKonsultasi penelitian dan penulisan kebudayaan Bali, Konsultasi tentang perluasan dan pemahaman kebudayaan Bali dari berbagai aspek, Konsultasi kunjungan lokasi kebudayaan Bali yang insitu dan Konsultasi nara sumber tentang kebudayaan Bali yang bersifat spesifik. Layanan yang lain adalah penerbitan buku, artikel dan juga booklet serta diskripsi tentang kebudayaan Bali yang sumbernya berasal dari hasil penelitian, lontar kuno dan arsip-arsip budaya. Namun di awal keberadaan lembaga ini masih banyak mengalami kendala terutma dalam sosialisasi program dan pemasaran produk layanan yang masih belum begitu banyak dikenal. Oleh karena itu IbIKK BCCC ini terus berbenah dan melaksanakan program yang telah direncanakan secara maksimal memalui berbagai promosi baik melalui media cetak maupun elektronik, sehingga kedepannya IbIKK BCCC ini bisa menjadi solusi dalam ikut melestarikan dan memberikan pemahaman tentang Budaya secara umum dan budaya Bali secara khusus. Peningkatan peran serta ini secara tidak langsung juga bisa memberikan keuntungan kepada lembaga dalam rangka pengembangan wisausaha di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Ganesha.
7.2 Saran IbIKK BCCC sebagai salah satu lembaga wirausaha milik kampus agar terus didukung keberadaanya demi kemajuan dan realisasi program serta mampu
52
memberikan dampak positif bagi kemajuan lembaga dan masyarakat secara luas. Oleh karena itu maka: 1) Lembaga Lembaga Pengabdian Masyarakat dan Lembaga Penelitian agar bisa bersinergi untuk memberikan dorongan dan sekaligus bahan baku produksi produk yang akan dihasilkan oleh IbIKK BCCC ini sehingga program penerbitan buku dan artikel ilmiah bisa terwujud secara maksimal; 2) Lembaga turut membantu IbIKK BCCC dalam memasarkan hasil produksinya dengan cara memberikan himbauan kepada seluruh dosen dan mahasiswa untuk membeli buku-buku, artikel atau produk yang lainnya supaya penjualan hasil produksi bisa maksimal.
53
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, N.B. 2001. Reformasi ke Arah Kemajuan yang Sempurna dan Holistik Gagasan Perkumpulan Surya Kanta tentang Bali di Masa Depan. Surabaya: Paramitha. Atmadja, N.B. 2010. Genealogi Keruntuhan Majapahit Islamisasi, Toleransi dan Pemertahanan Agama Hindu di Bali. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Covarrubias, M. 1972. Island of Bali. London: Oxford University Press. Craib, I. 1986. Teori-teori Sosial Modern: dari Parsons sampai Habermas. [Penerjemah: Paul S. Baut dan T. Effendi]. Jakarta: CV. Rajawali. Danandjaja, J. 1980. Kebudayaan Petani Desa Trunyan Bali. Jakarta: Pustaka Jaya. Geertz, C. 1977. Penjaja dan Raja. [Penerjemah: S. Supomo]. Jakarta: Gramedia. Geertz, C. 1999. After The Fact; Dua Negeri; Empat Dasawarsa, Satu Antropolog [Penerjemah: Landung Simatupang]. Yogyakarta: LKiS. Lauer, R.H. 1989. Perspektif tentang Perubahan Sosial. [Penerjemah: Alimandan]. Jakarta: Melton Putra. Ritzer, G. 1985. Sosiologi. Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. [Penyadur: Alimandan]. Jakarta: CV. Rajawali. Zeitlin, I. M. 1995. Memahami Kembali SosiologiKritik terhadap Sosiologi Kontemporer. [Penerjemah: Tim Penerjemah]. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Produk a) Buku “(NGABEN + MEMUKUR) = (TUBUH + API) + (UPARENGGA + MANTRA) = (DEWA PITARA + SURGA) (Perspektif Teori Sosial Ketubuhan terhadap Ritual Kematian di Bali)”.
b) Buku “TAJEN DI BALI (Perspektif Homo Complexus)”.
55
c) Buku “PERTARUNGAN WACANA NGAMADUANG (POLIGAMI) DALAM SENI GENJEK : PERSPEKTIF KEKUASAAN LINGUAL DI BALI”.
56
d) Buku “MEMBONGKAR JARING KUASA, KEKERASAN, DAN RESISTENSI
DI
BALIK
PERKAWINAN
NGAMADUANG
(POLIGAMI)”.
e) Buku “KULINER TRADISIONAL KHAS BULELENG”.
f. Jurnal Terbitan “BUTIR-BUTIR TERCECER TENTANG TRADISI UNIK DI DESA-DESA BALI AGA DI KECAMATAN KINTAMANI – BANGLI”.
57
g. Artikel “Deconstructing Gender Stereotypes in Leak” Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78. DOI: 10.15294/komunitas.v7i1.3597
JURNAL KOMUNITAS
Research & Learning in Sociology and Anthropology http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas
Deconstructing Gender Stereotypes in Leak 1
Nengah Bawa Atmadja
2
, Luh Putu Sendratari , I Wayan Rai
3
1,2
Sociology Education Major, Faculty of Social Science, Undiksha, Indonesia Sport, Health, and Recreation Education Major, Faculty of Sport and Health, Undiksha, Indonesia
3
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/komunitas.v7i1.3597 Received : January 2015; Accepted: February 2015; Published: March 2015
Abstract The belief of Balinese people towards leak still survive. Leak is a magic based on durgaism that can transform a person from human to another form, such as apes, pigs, etc. People tend to regard leak as evil. In general, the evilness is constructed in gender stereotypes, so it is identified that leak are always women. This idea is a power game based on the ideology of patriarchy that provides legitimacy for men to dominate women with a plea for social harmony. As a result, women are marginalized in the Balinese society. Women should be aware of so it would provide encouragement for them to make emancipatory changes dialogically.
Abstrak Kepercayaan orang Bali terhadap leak tetap bertahan sampai saat ini. Leak adalah sihir yang berbasiskan durgaisme yang dapat mengakibatkan seseorang bisa merubah bentuk dari manusia ke wujud yang lain, misalnya kera, babi, dll. Leak termasuk magi hitam sehingga dinilai bersifat jelek. Pada umumnya perempuan diidentikkan dengan leak sehingga melahirkan asumsi yang bermuatan steriotip gender bahwa leak = perempuan. Gagasan ini merupakan permainan kekuasaan berbasis ideologi patriarkhi dan sekaligus memberikan legitimasi bagi laki-laki untuk menguasai perempuan dengan dalih demi keharmonisan sosial. Akibatnya, perempuan menjadi termarginalisasi pada masyarakat Bali. Perempuan harus menyadarinya sehingga memberikan dorongan bagi mereka untuk melakukan perubahan secara dialogis emansipatoris. Keywords: black magic; patriarchal ideology; woman marginalization; emancipatory movement. How to Cite: Atmadja, N.B., Sendratari, L.P., Rai. I.W. 2015. Deconstructing Gender Stereotypes in Leak.JurnalKomunitas, 7 (1):71-78 doi: 10.15294/komunitas.v7i1.3597
© 2015 Semarang State University. All rights reserved
Corresponding author : Address: JL. Ahmad Yani, No. 67, Banyuasri, Buleleng, Bali E-mail:
[email protected]
58
ISSN 2086-5465 UNNES
JOURNALS
72
Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak
INTRODUCTION The belief of Balinese people towards leak still survives in their society until these days. Leak is a magic practice which can result ina person to be able to transform into other form like rangda, celuluk, dogs, pigs, apes, bicycle, cars, airplanes, carts, etc (Pekandel and Yendra, 2013: 61-64; Kardji, 1993: 53-68). This phenomenon is really interesting so there are many people who study it. For example, Pekandelan and Yendra (2010, 2012, 2013), Putra and Putra (2013), Subagia (2011), Segara (2000), Kardji (1993), Atmaja (1993), Pulasari (2013), Sumawa (2013),Yuddhianta-ra (2008), etc. There are also literary works with leak themes such as Ki Balian Batur (Supatra, 2012), Ki Gede Basur (Supatra, 2006), Calon Arang (Suastika, 1997), and so on. In addition, Bali is rich of lontar (traditional document on lontar leaves) especially about leak like Lontar Aji Pengleakan, LontarAji Pangiwa, Lontar Aji Wegig, etc thatare kept in Gedong Kirtya in Singaraja and Balinese Cultural Documentation Center in Denpasar. Those various studies complete each other in order to grasp a deep and comprehensive picture of leak. For example, the methods to obtain pengleakan, types of leak based on forms and mastering levels, the processes of being leak, the danger of leak to human, and the methods to overcome in religious and magical ways. Although the study about leak has been done so many times, leak is still interesting to be studied academically. The reasons are; first, the studies of leak focus on the religious-magical approach with the result that critical studies are neglected. Second, the issue of leak is really complex so there are aspects that need deeper and more comprehensive understanding. For examp-le, gender stereotype of image that a person who can do ngleak is generally identified as a woman (leak = woman). This believe emerges interesting questions to be studied critically, which are “What is used to legitimate gender stereotype that Balinese woman = leak?”, “Does this believe contain ideologywhich leads to women marginalization in Balinese society?”
In order to answer these questions, UNNES
JOURNALS
59
critical social theory is used; especially postculturalist which assumes that man and woman relationship in a society is divided into classes because there are imbalances of authority in capital-economy, social, cultural, symbolic, financial, and body which are legitimated by ideology with the result that their relationships have power dimen-sion (Brooks, 2005: 69-137; Eagleton, 2007: 183219). The ideology which legitimates that practice is patriarchy or phallusentrism. This ideology isn’t visible because it is inside human mind. In fact, it can also work subconsciously (Takwin, 2003: 96-101). Authority is not only represented in the form of someone’s ability in determining a person’s action by physical pressure, but also by language which has ideology nature in which language is the place where ideology resi-des (Baryadi, 2012: 20). The relationship of authority can be in the form of hegemony or domination which is indicated by the use of violence—physical, psychological, cultural, or symbolic which leads to marginalization of lower class by upper class or man to woman (Lubis, 2014a: 157-199; Bourdieu, 2010; Barker, 2004: 61-64). Based on this paradigm, it is hoped that the issue can be answered deconstructively. The objective of this study is not only to get the critical theoretical answer, but also to grow critical awareness especially to wo-men so that their position as lower class and the image as leak can be minimized through dialog and emancipatory approach. Therefore, the relationship between man and woman can be equal in a rwa bhineda manner.
METHODS This research employed critical social theo-ry approach so the objective was not only to find the meaning of a visible social reality, but also ideology or power act behind woman image as leak. The references were text books and literary works with leak theme like Ki Gede Basur antara Asmara dan IlmuHitam (Suparta, 2006) and Ki Balian Batur antara Leak dan Titah Betari Danu (Suparta,2012); and lontar, like Lontar Aji Pengleakan,Lontar Aji Pangiwa, and Lontar Aji Wegig.Besides, interviews were also done to some
Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78
73
sources who understood about leak like Wayan Watra (Lecturer of Universitas Hindu Indonesia). He also gave some reading sources to enrich the understanding about leak. The data from these sources were analyzed qualitatively by mean of deconstruction method (Noerhadi, 2013: 232’ Faruk, 2012: 172-232). By this method, the chance to uncover the hidden, contradictive, and internal inconsistent meaning in a text can be optimal (Lubis, 2014: 2-26) either related to denotative or connotative meaning (Barthes, 2007: 82-89) in the context of Balinese woman image as leak. The answers to those questions focused more to the aspect of niskala so the validity, of course, could be debated in empirically rational way. However, in post-modernism paradigm perspective, this idea can be accepted academically. It is because in studying a reality, post-modernism not only stresses on deconstructionism, but also recognizes the existence of pluralism and relativism of truth. Thus, tolerance in any form of truth, including the truth from small narration is open as the way it is (Lubis, 2014: 226).
intercourse. Dewi Uma agreed to do it for her husband’s recovery. When Dewi Uma gave the milk to Siwa, Siwa asked her how she got the milk. Dewi Uma claimed that the milk was obtained by asking to a shepherd freely. Dewa Siwa was furious since he knew that the way Dewi Uma obtained the milk was by doing sexual intercourse with the shepherd. Siwa knew it because he was the one who trans-formed (mesiluman) into the shepherd to test his wife’s loyalty.
RESULTS AND DISCUSSION Balinese people’s believe about leak is closely related to Hindu belief, that is tantrism (Surasmi, 2007: 41-57; Santiko, 1987: 218-219: Redig, 2007). That believe can be found in the mythology as follow;
Tanting Mas as the disciple of Dewi Durga
Dewi Uma who was cursed to become Durga Kardji (1993a: 13-32) and Segara (2000: 12-16) show that the mythology of leak can be found in the transformation story of Dewi Uma to become Durga. This condition started from the intention of Dewa Siwa to test the loyalty of his wife, Dewi Uma. Dewa Siwa pretended to be sick and needed the one and only cure that was Cow’s milk. Siwa asked Dewi Uma to descent to the mortal world to get the milk. In her search, Dewi Uma met a cow with its shepherd. Dewi Uma asked for the milk. However, the shepherd insisted that he could give it with the condition that Dewi Uma was willing to do sexual
60
When the fact was revealed, Dewa Siwa cursed Dewi Uma to become Dewi Durga and made her live in Gandamayu graveyard. Dewi Durga protested by using pengiwe. As the result, human being wasattacked by plague. Siwa, Wisnu, and Brah-ma tried to solve the problem by the embo-diment of bang, telek, and barong masks. This teamwork successfully neutralized the plague made by Dewi Durga (Segara, 2000). The embodiment of Siwa in the form of ba-rong was positioned as the opponent and atthe same time neutralized the negative as-pect of Durga’s supernatural power.
The other mythology is the story of King Padelengan. Unce upon a time, the king had a twin son and daughter in the form of pi-glets (kucit). To eliminate the shame, both of them meditated in different places, which were in Pura Dalem for the male kucit, and a graveyard for the female kucit. Dewi Dur-ga gave her pengiwe as her blessing to the female kucit and she transformed herself into a beautiful young girl named Tanting Mas. On the contrary, the male kucit which meditated in Pura Dalem received blessing from Dewa Siwa in the form of panengen and then he transformed into a man named Tanting Rat. Both of them served in Dirah kingdom. Tanting Rat was promoted to become palace priest because he mastered ajipenengen. Then he changed his name into MpuParadah (Sri Mpu Baradah). While Tanting Mas, because of her beauty, became the con-sort of King Dirah. This marriage
resulted UNNES
61
JOURNALS
74
Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak =
in the birth of a beautiful princess, Ratna Manggali. However, because King Dirah didn’t respect Tanting Mas and her daughter, Tanting Mas was furious and then killed her husband by using ajipengliakan. Tanting Mas became a widow and appointed herself as the Queen with Walunateng Dirah as her title.
lights (Ginarsa in Segara, 2000: 39).
Although Ratna Manggali was very pretty, there was no man willing to marry her because they were afraid of her mother’s pengliakan. Walunateng Dirah was very sadbecause she was worried that her daughter would be an old virgin. Walunateng Dirah wanted to marry her daughter to Erlangga, king of Kediri. Erlangga refused it becau-se he was afraid to be leaked, which made Walunateng Dirah really angry. She released her anger by using pengleakan that caused plague. Kediri kingdom was saved because of Mpu Paradah. Walunateng Dirah was kil-led while her daughter, Ratna Manggali, and her men were pardoned and were educated so they could walk on the good path of life (Subagia, 2014; Kardji, 1993: 20).
Leak as the representation of Durgaism Both mythologies present the image that Dewi Uma, Siwa’s Sakti after being cursed to transform into Durga and then lived in graveyard. Balinese people describe Durga as Rangda—having demonic facial feature like in Figure 1. The description of Rangda like in picture 1 has religious-magical meanings as fol-low: 1. A tongue as long as the stomach represents a continuous hunger and always wants to kill and eat her prey. 2. A flaming tongue means the symbol of merciless magical burning. The opponents will definitely be burned magical-ly which results in illness or even death.
3. Bulging and glaring eyes are the symbol of fury, cruelty, ruthlessness, selfishness, and believe that no one is able to surpass her ability. 4. Long fangs are the symbol of wild animalistic nature which is full of cruelty. 5. The flames above the head are the symbol of unrivalled supernatural power 62
Figure 1. Two models ofRangdaas manifestation of Dewi Durga (Source: https://images.search.yahoo.com/images/ downloaded
on12 June 2014). Dewi Durga in the form of Rangda is worshiped in Pura Dalem—usually located near graveyard. For that reason, it is not surprising if Pura Dalem commonly decorated with Rangda statue and/or keeping pratima in the form of rangda as the symbol ofworshiping for Dewi Durga. Pura Dalem as a place for worshiping Dewi Durga is believed as the center of ajipengeliakan.
UNNES
JOURNALS
63
Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78
When the mythology and the characteristics of rangda are deconstructed, there is an ideology behind them, which is durgaism (Atmaja, 1993) or rangdaism. The ide-ology contains some ideas as follow: 1.
Durgaism can result in woman’s beautiful physical form to transform (masiluman) into mythical demon or others likepigs, apes, dogs, etc. The transformation is also related to the character. For example, from the character of a kind and gentle woman into mythical demon woman character which are hot-head-ed, killer, selfish, cruel, vicious, savage, ghostlike, fearful, etc.
75
Dewa : Dewi Purusa : Pradana Purus (phallus) : Baga (vagina) Man : Woman Siwa : Uma/Durga Barong: Rangda Tanting Rat : Tanting Mas Paradah : Walunateng Dirah Penengen : Pengiwe Ilmu kanan : Ilmu kiri
2. This transformation is based on the magical ability included in durgaism, which is pengleakan. 3. Durgaism which includes pengleakan is pengiwe, a dark art or black magic because it has potential to harm other people. 4. Durgaism as pengleakan can be obtained by worshiping Dewi Durga who is positioned as the queen of leak. 5. Pengleakan can be inherited or taught toother people by sisya for example. 6. Pengleakan as pengiwe is a magical technology for a woman to oppose man’s hegemony and/or domination in life in the society. The opposition can be in the form of subduing a man by using witchcraft or by using pengleakan destructively. For example, the widespread of plague which results in massive death. 7. Pengleakan can be defeated by penengen, a pure magic or white magic. Penengen is the supernatural power of a man.
Pure Art : Dark Art White Magic : Black Magic Leak Sari : Leak pemaron Leak petak (white) : Leak badeng (black)Maintain : Destruct High (Up) : Low (Down) Good : Bad Right : Wrong When we pay close attention to the cognition structure which has rwa bhineada deconstructively, we can see that the basis is man’s gender, which is phallus or purus which is opposed to woman’s gender, which is vagina or baga. This differentiation is not a problem regarding in tantraism, as well as rwa bhineda as stated by Atmadja (2014), Dewa (God) and Dewi (Goddess) are a pairdialectically. Dewa is dysfunctional without his sakti, Dewi. For example, Siwa as the God of destruction can have a role because of his sakti, that is Durga (Surasmi, 2007: 43; Pekandelan and Yendra, 2010: 8).
Purusism Behind The Image of Woman= Leak
8. Penengen is not only able to defeat pengiwa, but also related to mercy tolead human being to leave the left path (kiwa, adharma, bad deeds), and direct them to the right path (tengen, dharma, good deeds). If we pay attention to the idea above, it will ensure Fiske’s opinion (2012: 207216)– structuralism approach appears explicitly and implicitly that there is cognition struc-ture which binary oppose rwa bhineada, they are:
The ideal idea that man and woman or dewa and dewi are complementary is not in line with its social text. It is related to the existence of fact that binary opposition between man and woman which is being related to various forms of other binary oppositions, that are penengen and penggiwe and so on will lead to good–bad, right–wrong, or maintain–destruct judgment. Thus, the relationship between man and woman changes to become not neutral. Man as the symbol of penengen is associated with good and right which in result has potential to keep the harmony. In the contrary, woman as the symbol of pengiwe is associated with bad UNNES
64
JOURNALS
76
Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak =
and wrong which in result has potential to destroy the harmony. The emergence of this idea is related to the act of dominant ideology in Balinese society, which is patriarchal ideology (Atmadja, 2010). This ideology has a very strong effect to Balinese society. It is proven in the fact that “….even God is managed in such manner to legitimate the authority of purusa” (Atmaja, 1993: 38). Patriarchal ideology is focused to male, considering that the word purusa which means man is changed into purus which means male genital (phallus = purus). Thus, patriarchal ideology in the context of Balinese society can be called purus or purusism ideology.
Purusism not only puts purus as thesymbol to differentiate man and woman, but also puts purus as the symbol of man-liness or manhood to subdue woman as the opponent—stereotyped as a weak being (Endraswara, 2011: 241-244). Man’s virility is symbolized by erected or stand tall purus. Balinese call unerected purus as purus layu. Purus layu makes it not possible for a manto do sexual intercourse. Hence, erected pu-rus is not only as a symbol to manhood, butalso as a media to proof that he is a man that is able to subdue a woman (Umar, 2014: 78-79). In connection with that, it is interesting to mention that Balinese language calls purus as celak. The word celak itself is alsorecognized in Javanese language which me-ans close or dekat. The use of the word celak (close) for purus denotatively makes sense because the erected purus has function to bring something close, attach, or even unite man and woman when they are doing sexu-al intercourse. The equation of purus with celak is not only means libidinal closeness,but also closeness in the context of authority using purus as the asset. By referring to Hayong (2013: xvi-xvii) that “…. human being with his sexual nature which is revealed in mind and manner determines his existence”. It is not enough with just in the form of doing celak to woman in private space, but it is also necessary in the public space. This effort needs ideology legitimacy, which is purusism ideology (ce-
65
lakism) which is related to penengen whichmeans good and right. In the contrary, wo-man which is pictured to have pengiwe is a quality of bad and wrong. This idea legiti-mates man’s authority over woman, with the pretext if man doesn’t have control over wo-man, then woman will easily do cruelty and harm by using durgaism. The general belief that leak is generally female makes Balinese women in the position of “problematic and ambiguous” (Faruk, 2012: 200). This means, woman in Bali can be positioned as subject and object. When she is positioned as subject, there is consequence. That is woman is easily trapped in durgaism which results in having bad natures that have potential to destroy human’s life by using pengliakan. When she is positioned as object, woman, which is pictured as durgaism, makes implication that woman is positioned under the authority of man. If woman is not controlled, the life’s harmony will be disturbed. The strength of purusism ideology influence makes Bali-nese woman to be positioned as object rat-her than subject. In connection with that, woman’s positioning as leak essentially indicates that man makes woman as an object with the pretext to create harmony for human being. Man’s action, making woman as an object easily creates abuse. By referring to Baryadi (2012: 35) abuse is not only in the form of physical abuse, but also symbolic verbal abuse—using language or words, and symbolic nonverbal—using pictures, films, performance, etc. The labeling that woman can ngleak is basically a symbolic verbal abuse. In the contrary, the description that woman who can ngleak has the form of apes, rangga, celuluk, and so on is a symbolic nonverbal abuse. Both verbal abuses are probably taking place simultaneously. Verbal abuse can become psychological physical abuse like seclusion in society to woman who is believed can do ngleak.
Pengleakan As A Weapon For OppressedWoman Even pengleakan is opposed because of its destructive nature, pengleakan still must
UNNES
JOURNALS
66
Jurnal Komunitas 7 (1) (2015): 71-78
exist according to rwa bhineda—penengen is meaningless without pengiwe . Even pen-giwe is useful for woman. That is as a toolto oppose oppression which is done by man (her husband). Kardji (1993: 20-21) exp-lained that there are some ajian to subdue man, they are pengasren, pengerger, penga-sihasih, penangkeb, and pengleakan. Theseare the sequence of actions that start from magic which results in making man seeing woman to look beautiful, then make him interested, then falling in love, continues to woman subduing the husband. When eve-rything has been done well, murder will be done to offer the spirit to Dewi Durga in the grave— called aji wegid or pengleakan (Kar-di, 1993: 20-21). The option of the action is understandable since the fact that oppressed woman either structurally or culturally must be given a tool to release herself. The tool is not in the form of physical object. It is because woman is not possible to use physical abu-se to man. It is not only because physically man generally stronger that woman—man’s body is strong, but also, no less importantly, because the application of purusism results in cultural barrier for woman to oppose man (her husband)—husband is superior and must be obeyed. Not to mention the existence of Tri Hita Karana ideology that is applied in Balinese society which compel human to develop harmonious relationship to each other—that includes woman must be harmonious with man. If the woman neglects it or in the contrary—man is obedient to woman, society will condemn her by gossiping that the wife is accused to be able to do ngleak. Thus, Balinese women are in a dilemmatic position. That is if they do not oppose, it will be difficult for them to get out of either cultural or structural abuse. In the contrary, if they oppose, disgrace or even physical abuse can be easily befall them. In order to overcome this cultural dilemma, Balinese culture gives the way out. That is providing pengiwe including pengeliakan for woman. Pengiwe is a magical religious technology that is very important for woman to overcome abuse that they are experienced. It is because, however, the avai-
77
lability of pengiwe gives space for woman to subdue or even eliminate a man quietly using ajian pengleakan. By using penglea-kan, the woman’s purpose to avenge theabuse is accomplished well without causing disrupt to the harmony of social system. Re-garding to that, it is no wonder that Atmaja (1993: 43) showed that it is acceptable for a woman to use pengiwe including penglea-kan as long as it is a reasonable option afterthe one concerned received extreme politi-cal and cultural pressures. Moreover, the use of pengiwe, in the point of view of human nature which has anger, becomes make sense the way it is. By referring to Haryatmoko (2014: 59), anger is a hidden power that operates in human being. A person who is angry can do anyt-hing unreasonably—anything to channel the anger. In this context, Balinese woman may become unreasonable in the context to release herself from anger or structural and cultural abuse which is done by man. The application of this practice is by using pengleakan with hope that the objective is fulfilled. However, the risk is still exist because the law of karma phala is still applied so that the chance for the woman to get the retaliation of her negative deeds for the thing that she has done is exist—the hell’s door is open the way it is.
CONCLUSION Balinese people’s believe that leak is identical with woman is legitimated by mythology that closely related to Hindu. It is also strengthened by traditional stage performance like Calon Arang. Thereby, Balinese people see the mythology as something that is true so they accept it as cultural text, either cognitively or social practical in the society. That belief is closely related to rwabhineda which regards man as upper classgroups who has right to have control over woman who is lower class. The idea is also related to purusaism ideology as dominant ideology in Balinese society. Man rules over woman not only because woman is in lower class, but also because woman has poten-tial to disrupt harmony as the result of the existence of durgaism. However, woman UNNES
67
JOURNALS
78
Nengah Bawa Atmadja, et al,Deconstructing Gender Stereotypes in LeakStereotype of Leak =
may use durgaism as a tool to release herBali. Denpasar: CV Kayu Mas. self from oppression, either cultural or so- Lontar Aji Pengliakan (Dokumen Gedong Kirtya Singaraja Asal Lontar Saking Griya Sangket Sidecial, which is done by man. Durgaism in men Nomor IIIC/5889, Singaraja, 2008). the form of pengliakan existentially is the Lontar Aji Pangiwa (Alih Aksara Lontar tahun tool for losers—woman- to oppose the 1999tersimpan pada Kantor Dokumentasi person who has defeated her - who is man. Budaya Bali, Propinsi Daerah Tingkat I Bali). REFERENCES Atmaja, J. 1993. Peran Wanita Sandiwara di Bali. Dalam Jiwa Atmadja ed. Kiwa – Tengen dalamBudaya Bali. Denpasar: CV Kayu Mas. Atmadja, N.B. 2010. Jogeg Ngebor Bali. Yogyakarta: Larasan. Atmadja, N.B. 2014. Saraswati dan Ganesha sebagaiSimbol Paradigma Interpretativisme dan Posi-tivisme Visi Integral Mewujudkan Iptek dari Pembawa Musibah Menjadi Berkah bagi Umat Manusia. Singaraja: IbIIK Undiksha. Barker, C. 2004. Cultural Studies Teori dan Praktik. Terjemahan Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Barthes, R. 2007. Petualangan Semiologi. Terjemahan S.A. Herwinato. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baryadi, I.P. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Bourdieu, P. 2010. Arena Produksi Kultural sebuah Ka-
jian Sosiologi Budaya. Terjemahan Yudi Santoso. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Brooks, A. 2005. Posfeminisme dan Cultural StudiesSebuah Pengantar Paling Komprehensif. Ter-jemahan S. Kunto Adiwibowo. Yogyakarta: Jalasutra. Eagleton, T. 2007. Teori Sastra suatu Pengantar Komprehensif (Edisi Terbaru). Terjemahan Harfiah
Widyawati dan Evi Setyarini. Yogyakarta: Jala-sutra. Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fiske, J. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Terjemahan Hapsari Dwiniungtyas. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Haryatmoko. 2012. Etika Politik dan Kekuasaan. Jakarta: Buku Kompas. Hayong, B. S. 2013. Membongkar Ketakutan Arkais, Menemukan Etika Seksual. Dalam Ampy Kali, Diskursus Seksualitas Michel Faoucault. Maumere: Ledalero. Hendraswara, S. 2011. Metodologi Penelitian SosiologiSastra. Yogyakarta: Caps. Kardji, I.W. 1993. Kiwa-tengen dalam Budaya Bali. Dalam Jiwa Atmadja ed. Kiwa – Tengen dalamBudaya Bali. Denpasar: CV Kayu Mas. Karji, I.W. 1993a. Mistisisme dan Barong Bali. Dalam Jiwa Atmadja ed. Kiwa – Tengen dalam Budaya
68
Lontar Aji Wegig (Alih Aksara Lontar tersimpan padaKantor Dokumentasi Budaya Bali, Propinsi Daerah Tingkat I Bali, tanpa tahun) Lubis, A.Y. 2014. Postmodernisme Teori dan Metode. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Lubis, A.Y. 2014a. Teori dan Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial Budaya Kontemporer. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. Pekandelan, M.A. dan Yendra, I.W. 2006. Leak sariRahasia Kesaktian Mpu Paradah. Surabaya:Paramita. Pekandelan, M.A. dan Yendra, I.W. 2010. Tadah KalaLahirnya Bhatara Kala Menimbulkan Mala-petaka. Surabaya: Paramita. Pekandelan, M.A. dan Yendra, I.W. 2013. Leak Ngamah Leak. Surabaya: Paramita. Pulasari, J.M. 2012. Sihir Bali Kekatian Kiwa – Tengendalam Kanda Pat. Surabaya: Paramita. Pulasari, J.M. 2013. Cakepan Alit Pengasih-asih Leak,Manusa Lan Dewa-dewa. Surabaya: Paramita. Putra, I.G.K.M. dan Putra, G.S. 2013. Penangkal IlmuHitam (Ilmu Putih). Denpasar: PercetakanBali. Redig, I.W. 2007. “Kata Pengantar”. Dalam I Gusti Ayu Surasmi, Jejak Tantrayana di Bali. Denpasar: CV Bali Media Adhikarsa. Santiko, H. 1987. Kedudukan Bhatari Durga di Jawa Abad X-XV Masehi. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia. Segara, N.Y. 2000. Mengenal Barong dan Rangda. Surabaya: Paramita. Suastika, I.M. 1997. Calon Arang sebagai Tradisi Bali. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Subagia, J.M.M. 2011. Menyingkap Tabir Leak. Denpasar: Yayasan Siwa Agung Jagadita. Sunawa, I.W. 2013. Lontar Pengejukan Leyak. Surabaya: Paramita. Supatra, K. 2006. Ki Gede Basur antara Asmara danIlmu Hitam. Denpasar: Penakom, Supatra, K. 2012. Balean Batur antara Leak dan TitahBetari Danu. Denpasar: Bali Post. Surasmi, I.G.A. 2007. Jejak Tantrayana di Bali. Denpasar: CV Bali Media Adhikarsa. Umar, H.N. 2014. MendekatiTuhan dengan KualitasFeminim. Jakarta: Kompas Gramedia. Takwin, B. Akar-akar Ideologi. Yogyarakta: Jalasutra. Yudhiantara, K. 2008. Leak Mayoga Dikala Purnama. Surabaya: Paramit
h. Lontar Bali Islam
LONTAR BALI ISLAM
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015
69
LONTAR BALI ISLAM
Lontar Milik
: Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali
Nomor Lontar :Krama Selam Dialih Aksara
: Drs. Ketut Warkadea
Tanggal : 16 Juli 1992 Ukuran
: 35 x 3,5 Cm 12 Lembar
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015 70
BALI ISLAM 1a. Bismillah irohman irohim, bagian-bagian agama bali pada agama islam. SINOM 1. Awal mula cerita, berdasarkan dari ajaran utama, bagian-bagian agama bali, diceritakan pada dahulu, konon ada rsi putus (pendeta yang sudah tidak terikat dengan keduniawian), di Gandhamanyu yang termasyur, kediaman beliau sangat bagus, terkesan indah, oleh berbagai jenis bunga. 2. Tanaman Sang Pendeta, mencerahkan hati, di samping stana dewa, dikelilingi oleh telaga, pekarangan asri, ada teratai berwarna-warni, serasa dalam mimpi, semua menakjubkan disana, karena disebabkan oleh yoga beliau Sang Pendeta sakti. 3. Menuju sasih kapat ( bulan keempat berdasarkan perhitungan peritungan Bali (antara bulan September-Oktober) -/2a. Pendeta membuat segala mahluk hidup, semua menjadi selamat, tiba-tiba ada yang mendatangi, bidadari cantik, berasal dari Siwa Loka (nirwana), diutus oleh Bhatara (dewa sebagai manifestasi penyelamat),
menghadap sang Pendeta, sang Pendata
baru menyelesaikan yoga.
4. Sebagai tanda kesediaan, sang Bidadari mematuhi, keinginan dari pengutusnya, untuk mendampingi sang Pendeta, membuat kebaikan semua mahluk hidup, ketika sang Pendeta sedang duduk, di balai palyangan (balai tempat untuk bersantai), bersenang-senang melihat tanaman, sehat tidak terkena penyakit. 5. Sang Bidadari mendekat, anggun jalannya seperti, pelan seperti enggokan gajah, dengan hormat menghadap, ke tempat duduk sang Pendeta, jari-jari yang lurus, 2b.
kuku panjang yang menyala, kulitnya kuning langsat, perhiasannya berkilauan
mengalahkan bulan. 6. Alisnya terbentuk indah, rambut lebat panjang kehijau-hijauan, matanya bersinar terang, bentuk bibirnya indah, memang sangat cantik, serasa membuat linglung, walau dicari tidak ada wanita yang menandingi, sang Pendeta dengan semangat menyapa.
71
7. Berpura-pura bertanya, engkau berasal dari mana, apa tujuan kedatanganmu, sang Bidadari menjawab, tuturnya pelan manis, baiklah hamba wahai Pendeta Agung, orang dari desa, seandainya tidak keberatan, hamba meminta, 3a. menyerahkan diri. 8. Mengabdi kepada Pendeta, berkenan Pendeta mengabulkan, menuntun diri hamba, yang masih kurang segalanya, itulah sebabnya sekarang, memohon perkenan Pendeta Agung, sang Pendeta kemudian menjawab, idewa (engkau/adik) jangan lagi berpura-pura, seperti kakanda di pertapaan. 9. Kakanda sudah tahu dengan jelas, dari hasil yoga sandhi, engkau memang bukan orang biasa, penjelamaan Sang Pertiwi, disuruh mendatangi, menemani kakanda di gunung, merawat segala yang ada, supaya semua isi dunia subur semua tidak kekurangan apapun, selamat sampai nanti. PANGKUR 1. Engkau sekarang yang melanjutkan, mewujudkan kebaikan yang utama, siddha tapa sampun, sangat bersyukur menerima, terhadap permintaan bidadari yang tulus, melaksanakan brata pandita (kewajiban pendeta), bertrisandya (sembahyang menggunakan mantra Gayatri) setiap hari. 2. kukuh mengiringi di pertapaan, setia bakti membuat sang Pendeta senang, tidak diceritakan lamanya, sang bidadari konon, membuat hati sang Pendeta senang, karena sudah tiba waktunya, dari kandungannya terlahir dua putera. 3. dua anak kembar, tampan seperti Sanghyang Semara, diberi nama yang sesuai, di rumahnya dipuji, anak yang pertama dijuluki i wiradnyana, yang kecil bernama wiracitta, keduanya tumbuh dengan baik. 4. sekarang singkat cerita-/4a.
kedua anaknya, sudah genap sepuluh tahun,
pendeta kemudian berusaha ,
mengajarkan illmu pengetahuan kepada kedua putranya, kukuh mengikuti yang di ajarkan, belajar sastra yang utama.
5. I wiradnyana menyebutkan, ilmu yang diberikan pendeta merupakan utama, i wiracitta diajarkan, dengan berbagai jenis keahlian, nasehat pendeta suci, kewajiban sebagai manusia, seharusnya menjadi tujuan utama.
72
6. Berdasarkan kebaikan yang tulus, menyucikan kekotoran dunia, menolong orang yang kesusahan, tidak boleh menyulitkan orang, mengikuti jalan yang bernama kebenaran, -/ 5a. Oleh karena selama menjadi manusia, berbakti menggunakan berdasarkan kebenaran.
7. supaya bisa berjalan seimbang, sekala-niskala (hal yang terlihat dan tak terlihat secara kasat mata) keduanya, oleh karena tak terhitung, hutang kepada beliau, sang anak i wiradnyana bertanya, satu persatu menyampaikan, tentang kemunculan semua sastra. 8. hal yang buruk dan hal yang baik , antara mati dan hidup, kemudian sang pendeta menjawab, tetap kepada norma yang ada, pasti terlaksanakanlah, hal yang ingin dituju, memakai acuan catur desa, ada juga dengan sepulah cara. 9. yang lima adalah kemampuan, oleh bergabung menjadi satu, kemudian disanalah kemudian, 5a. penyucian atma, hanya satu asalnya, tapi berbeda perbuatannya , yang buruk di buang. 10. mengabdi kepada tuhan, seperti itulah ajaran yang patut dicari, agar tidak salah jalan, perbuatan yang dermawan perkokoh dengan tingkah laku yang baik, supaya nanti dapat ditiru, memperoleh kedamaian yang utama. 11. dapat berupa berbagai bentuk, misalnya tergesa gesa menyebutkan diri sebagai rsi, disanalah terlihat tinggi rendah, akan terlihat dari tingkah lakunya, berasal dari siwa loka (alam surga), karena sejatilah, yang pantas dijadikan teman. 12. kemunculan -/ 5b. Angkara murka, yang merusak tapa beliau sang rsi, oleh karena itu dia akhirnya jahil , selalu mengolok olok, dan berteman dengan rakus dan ketamakan yang mengikatnya, itulah angkara murka, kekuatannya yang mengikat. 13. kebenaran kasih tentang sayang, jangan membuat hidup terombang ambing, lupa dengan kebenaran, mengumpulkan dosa, itu akan mendapatkan kekotoran, apa yang ingin diketahui, itulah makna terlahir ke dunia.
73
14. sosok ayah dan ibu, disanalah tempat dimana kamu mencarinya, i wiradnyana menjawab, baiklah pendeta hamba sangat bodoh, wejangan pendeta guru, 6a. hamba meminta bantuan, untuk menuntun pikiran. 15. kemudian pendeta guru mengabulkanya,agar tidak kalah dengan pengabdian sang adik, kemudian i wiradnyana, berpamitan kepada pendeta, melaksanakan tapa di gandarawati, konon merupakan gunung yang indah, sunyi dan hening. 16. kemudian berganti nama, bergelar pendeta brahma cari, ibunya sangat bangga, sudah pada saatnya, kemudian pendeta dan istrinya mencapai moksa, pendeta sujatinya adalah, bhatari hyang Giri pati. 17. dan istrinya kembali ke surga, oleh karena beliau adalah bhatari hyang pretiwi, disanalah i Wiracitta, sangat -/ 6b.
Sedih pada dirinya, ditinggal oleh ayah dan ibunya, karena beliau bisa mandiri, terbiasa meminta kepada orang tua.
DURMA 1. Kesedihan hati i Wiracitta di tinggal ayah ibu, kemudian berjalan tanpa tujuan, tidak perduli dengan jalan yang membahayakan, kokoh memohon anugrah tuhan, tiba-tiba di berkati, tempat pertapaan yang bagus. 2. dan mendapat wahyu untuk pergi kegunung balindu, apabila beliau membangun tapa disana menjalankan kewajiban pendeta, apabila beliau sangat taat, pada kewajiban pendeta, melaksanakan dharma. 3. Disanalah i Wiracitta akan diemput, pada waktu saatnya nanti, dengan bersembahyang dan bakti, 7a.
di samping tempat bertapa, Beliau sang Pendeta ketika menengok, jalannya terhuyung, berjalan dengan tatapan kosong. 4. Tetapi terlihat di badan, setelah dekat dengan jelas, dengan sikap memelas, kemudian sang Pendeta mendekat, serta bertanya kemudian, dari manakah, kamu tumben datang kesini.
74
5. I Wiracitta menjawab sambil menyembah kepada Pendeta, baiklah hamba adalah, anak Pendeta, dari gandamayu, kembalinya mereka ke nirwana, yang membuat hamba, tidak memiliki orang tua sekarang. 6.
Sang Pendeta dengan serta merta menjawab, sekarang ayah ingat, kakakmu
sekarang dimana, 7b.
kamu anakku berada di tempat yang tepat sekarang, i Wiracitta senang menghaturkan sembah bakti. 7. Anak sang pendeta sekarang sedang membangun tapa, yaitu di gunung gandara, tetapi hamba sang Pendeta, menjadi manusia yang malang, masih kurang dalam segala hal, berkenan, Pendeta Guru jangan meninggalkan. 8.
semoga sang Pendeta berkenan menjadikan murid, hamba yang seperti
sekarang ini, menjungjung kaki Pendeta, hamba juga meminta, menolong menerangkan dua sahadat, tentang arti sahadat, karena hamba belum tahu. 9. sang pendeta matanya berkaca-kaca, sebelum di tinggalkan, oleh illmu pengetahuan, dua kali membicarakan pertanyaan semua, tetapi i Wiracitta, 8a.
masih saja belum mengerti. 10. aturan-aturan menganut agama islam, pendeta kemudian berkata, baiklah sekarang ayah, menerangan mengenai sahadat, tetapi janganlah kamu , menyesal pada diri, memintalah anugerah tuhan. 11. karena itu merupakan kehendak tuhan, walaupun seperti kamu sekarang, terlahir dari rahim yang sama , dengan ajaran yang sama sujatinya Ida Sang Hyang Widhi, tidak mengabulkan permintaan yang sama pada setiap orang. 12. baik tidaknya adalah anugerah tuhan, oleh karena setiap sekarang, jangan merasa diri, melihat kebaikan orang, dianugerahi bangsa yang makmur bisa dihadapi, 8b.dengan caramu sendiri.
75
13. sekarang supaya kamu semangat, sepatutnya menghaturkan japa, berbuat yang baik, melaksanakan tapa brata, kelak kamu menemukan, dengan bangsa , apabila kamu kukuh menjalankannya. 14. kewajiban yang harus dilakukan sebagai manusia, ayah menasihatimu, tuhan yang maha Esa, beliau sudah menjawab, permintaanmu dari sini, kalau mengenai buruk tidaknya, sudah merupakan takdiran. 15. seperti inilah cara sembahyangmu, membersihkan mulut dan keramas sebelumnya, disanalah baru kemudian, menghadap ke barat berkonsentrasi, Ida Bhatara Utpeti, kedua telingamu, tutup dengan kedua tanganmu. 16. kemudian saat, -/ 9a.
Sang matahari terlihat, disanalah kamu kemudian, bersikap menundukan, kepala sampai menyentuh tanah, artinya itu adalah kamu, kembali pulang ke dasar, apa yang kamu cari. 17. kembali mendongak melihat ke langit, Sang Hyang sinuhun aji, itulah namanya paran, kembali ayah menjelaskan, ada empat pujian pada pembuka disebut kabaryakim. 18. yang kedua nenalyakim namanya, yang ketiga yang kamu lakukan disebut inulyakim, terkhir keempat, disebut akhmalulyakim, diganti dengan tembang, pangkur untuk menjelaskan.
PANGKUR 9b.
1. maknanya tiga jenis, sahadat, jati mutawak sebagai pembuka, kedua disana kemudian, disebut alasitah, yang ketiga disebut sadankirah, seperti itulah tahapannya, kamu yang harus lakukan. 2. separti inilah doa, sahadat itu kamu, disaat menolehkan kepala, mengucapkan ashaaduk al illahlah, ilalah ullaillalah ilahi, adam mahasripin adam, jadikanlah satu.
76
3. sipat dalan sipat jalal, bissmilah iruhaan mirahim, ayah mengartikanya terlebih dahulu, biss berarti timur, mi itu fokus ke arah tenggara, lah fokus ke arah selatan, ine fokus ke arah timur laut. 4. ngua fokus ke arah barat daya, ma fokuskan pikiran ke arah barat, eni fokus ke arah utara, ngewaya ke arah barat laut, imyak fokus ke arah tenga, seperti itulah agar kamu jelas tingkah laku beragama suci. 5. sangat tidak boleh irsya, karena membuat tujuh angkara murka dalam dirimu, berwujud nabhi allah, artinya berwujud alla, Sang Hyang Widhi memelihara dunianya itu, disebut dunia i awak, sangat sulit, kalau di hitung. 6. sama sekali tidak boleh melanggar yang memegang sahadat ini seperti kamu, agar -/ 10b.
Agar tetap kukuh, tidak mengadu kopyah, kalau menyeselesaikan dengan menungging dengan berdiri, belum jelas dengan sahadat, 7. pada akhirnya itulah dia, ketiga sastra itu, itu yang perlu kau perdalam lagi, karena sesungguhnya ilmu tersebut brsifat dasar, yang empat hal itu kau lipat menjadi empat lagi, agar berjumlah dua puuh delapan, dan akhirnya menyatu menjadi satu.
77
i. Lontar Krama Slam
LONTAR KRAMA SLAM
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015
78
LONTAR KRAMA SLAM
Lontar Milik
: Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali
Nomor Lontar : Krama Slam Dialih Aksara
: I Made Sukanara
Tanggal
: 4 Maret 1994
Ukuran
: 35 x 3,5 Cm 24 Lembar
IBIKK BALINESE CULTURE CONSERVATION CONSULTANT
LEMBAGA PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015
79
KRAMA SLAM PUH: SINOM 1. Ada sebuah cerita,cerita kuna dari ajaran yang sangat mulia, tentang bangsa Islam, dengan Agama Bali, asal mulanya dari dulu, ada Seorang Maharsi yang sudah melepaskan diri dari keduniawian, sangat lunbrah di Gandamayu, mengenai tempat pasramannya sangat megah nan indah, konon sangat sejahtera dan indah, dengan dihiasi segala jenis tanaman bunga.
2. Tanaman beliau sang Pandita, sedang mekar mempesona, tempatnya di sebelah gerbang tempat para Dewa, di hitari dengan sungai suci, pakarangannya terlihat lebih tinggi, begitu pula bunga tunjung yang berwarna, rasanya seperti mimpi, segala jenis ada di sana, itu disebabkan oleh tapa beliau.
3. Ketika menuju Bulan November (sasih kapat), Beliau menciptakan segala yang hidup, agar semua sejahtera, di sanalah tiba – tiba ada yang mendatangi, seorang bidadari yang sangat cantik, Ia turun dari siwa loka, diutus oleh para Dewa, mengabdi dengan sang Resi, Beliau sang pandita akhirnya, menghentikan uncaran mantranya.
4. Itu sebagai tanda, bahwa sang Bidadari mau mengadikan dirinya, sesuai dengan
keinginan
para
Dewa,
mengabdikan
diri
terhadap
sang
resi,menciptakan segala yang hidup, Sang Pandita sedang duduk, di tempat peristirahatannya, sangat terpesona melihat, semua tanaman utuh tiada hama yang mengganggu.
5. Sang bidadari mendekati, sangat lamban langkahnya,, seperti langkah kaki gajah, kemudian duduk mendekat, di hadapan Sang Resi, kukunya terlihat panjang, perawakan badannya nyandat gading, wajahnya bersinar ibarat sang rembulan.
80
6. Alisnya terlihat sangat indah, rambutnya panjang kehijauan, tatapan matanya terlihat galak, kemudian gerak bibirnya mulai bangkit, memang keturunan seorang yang mulia nan bijaksana,rasanya aunranya menebarkan rasa cinta kasih, walaupun dibandingkan,dengan sang Hyang Ratihpun tidak dapat melawannya, Beliau sang Pandita yang bijaksana langsung menyapanya
7. Dengan bahasa yang sederhana , Duhai Dewi dari manakah engkau, ada perlu apa dirimu dating, sang Bidadaripun menjawabnya, dengan nada suara yang pelan dan lemah lembut, Wahai Sang Pandita yang Maha Suci, yang tinggal di desa, kalau boleh dikatakan salah, hamba sekalian ingin mempersembahkan diri hamba.
8. Ingin mengabdikan diri kepada sang Pandita, semoga Sag Pandita mengabulkan permintaanku, karena hidup hamba sungguh menderita, terlalu bodoh dang serba kekurangan, oleh karena itulah sekarang, memohon anugerah sang pandita yang maha agung, kemudian dijawablah oleh beliau sang Pandita, duh Dewi janganlah engkau, merasa heran dengan keadaan di tempatku ini.
9. Aku sudah sangat mengerti betul, dari jalan yoga yang tela ku laksanakan, engkau memang sungguh berwibawa, ibarat beliau Sang Hyang Ibu Pertiwi, yang meyuruhmu dating kemari, menemani diriku di sini, mepersiapkan dsegala hal, agar semua bahagia dan sejahtera, seisi jagat raya ini sejahtera sampai kelak nanti.
PUH: PANGKUR
1. Sekarang usahakanlah, agar mampu melaksanakan yang namanya yasa dan kerti yang sangat utama, Beliau Sang Pandita-pun, sangat merasa bangga dan mau menerima, semua permohonan Sang Bidadar yang
81
sangat tulus,
melaksanakan
tapa Brata Sang Pandita, dengan
menguncarkan Puja Tri Sandya setiap harinya.
2. Sang Dewi sangat tekun mengabdikan dirinya, setia dan berbakti yang membuat hati sang pandita zselalu meras senang, singkat cerita, ceritakanlah sang Bidadari, telah menikah dengan beliau sang Pandita, sudah lewat beberapa bulan, akhirnya ia hamil yang melahirkan dua orang anak.
3. Anak laki – laki
kembar, ibarat beliau Sang Hyang Smara, tingkah
perilakunya sangat setia, selalu dipuji di dalam asrama, Putra yang pertama bernama Sang Waradnyana, Putra yang kedua bernama Sang Wiracita, perawkan keduanya tinggi dan tegap.
4. Sekarang singkat cerita, kedua Putranya tersebut, sudah berusia sepuluh tahun, Sang Pandita mulai membimbing mereka, mengajari kedua orang putranya, tekun dan giat belajar, belajar ajaran sastra yang maha Utama.
5. Wiradnyana mempelajari, ajaran Weda yang diberikan oleh Sang Pandita sakti, sedangkan Wiracita diajari, ajaran sastra kitab Kor’an, demikian wejangan sang pandita, tingkah laku menjadi manusia, sudah seharussnya selalu membelajarkan diri.
1. Melaksanakan ajaran dharma, dan senatiasa menolong yang sedang kesusahan, ajaran Dharma Usada(ilmu Pengobatan) perlu dicari, karena hanya itulah yang menjadi obatnya, jika segala macam penyakit yang timbuul, tetapi memang tidak bisa dipungkiri, ketika melaksanakan ajaran dharma itu sendiri. 2. Agar bisa menjadi bagus, di sekala maupun niskala itu yang perlu kita rnungkan, karena segala macam kesengsaran sangatlah banyak, hutang kita terhdap beliau, kemudian Wiradnyana pun berkata, banyak hal yang perlu ditanyakan, mengani bagaimana wujud sastra yang utama itu.
82
3. Ibarat penjelamaan seorang ayah dan ibu, itulah yang perlu dicari didalam hati da perasaan kita, Wiradnyana berkata, dan mohon pamit kehadapan Sang Pandita, untuk melaksanakan tapa di gunung Gandarawati, katanya gunung tersebut sangat indah, dan suasanya sangatlah tenang nan hening.
4. Kemudian berganti nama,menjadi Sang Pandita Brahmacari, ibunya merasa dengan dirinya, karena sudah sesuai dengan perjanjiannya, kemudian Sang Pandita suami istri moksah, yang laki – laki menjadi Hyang Girpati.
5. Yang istri kembali menjelam 83ea lam, sebagai Bhatari hyang Pratiwi, ceritakan putranya Wiracita, terlihat sangat sedih dengan keadaan dirinya, ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, karena ia merasa belum sepantasnya ditinggalkan, masih perlu bimbingan dan tuntunan orang tuanya.
PUH: DURMA 1. Hati dan peraasan iracita sangatlah sedih, ditingalkan oleh kedua orang tuanya, tindakannya tak tentu arah dan tujuan, tidak menghiraukan jurang yang dilaluinya,begitu sedih mengharapkan anugrah dari Tuhan, siapa tahu, mampu terwujud keinginannya itu.
2. Disebutkanlah ada sebuah gunung yang bernama Gunung Balendu, tempat beliau , di sananlah Ia melakanakan tapa, Sang Pandeta Resimuka, Beliau sangat ahli, dalam bidang kepanditaan, senantiasa melaksanakan darma.
3. Disanalah
akhirnya bertemu Wiracita, kemudian
akhirnya, Wiracita
menghaturkan sembah, di samping tempat bertapa Sang Resi, Sang Pendeta pun meliatnya, tingkah lakunya sedikit kebingungan, Sang Pandita mendekat, tidak ada yang mempunyai daging
83
4. Tetapi didapatkan di dalam dirinya, setelah terlihta jelas, tidak lagi merasa kebingugan, Sang Pandita kembali mendekatinya, sambil berkata dengan lembutya, dri mana kah dirimu, kenapa tumben dating kemari.
5. Wiracita kemudian menghaturkan sembah dan berkata, Baiklah Sang Pandita perkenalkanlah hamba ini, Putra Sang Pandita, dari Gandamayu yang telah moksah, bersama dengan Ibu hamba, yang akhirnya membuat hamba, sekarang menjadi anak yatim piatu.
6. Kemudian Sang Pandita Rsimuka berkata, Duh,,baru ku ingat sekarang tentang dirimu, lalu dimanakah kakakmu, kalau tidak salah, engkau adalah anak dari guruku, Wiracita, kemudian menghaturkan sembah bakti.
7. Kakaku sekarang sedang melaksanakan tapa brata, bertempat di Gandarwa, tetapi beliau sangat serba kekurangan, karena masih banyak yang belum diketahui, Yang beliau harapkan, sang pandita guru telah tiada.
8. Duhai Ratu Sang Pandita berikanlah anugrah, diriku ini sekarang, mengahturkan sembah di hadapanmu, diriku ini meohon padamu, mengenai isi dari yang namanya sadat tersebut, begitu pula dengan arti sadat yang sesungguhnya, karena sejatinya diiku masih belum mengerti.
9. Kedua mata Sang Pandita Resimuka terlihat berkaca – kaca, karena didatangi, oleh Sang Putra Resi Yang Maha Agung, serta juga membicarakan, semua yang disampaikannya, oleh Wiracita, sepertinya tiada isi.
10. Mengenai tata cara memeluk agama Islam, Sang pandita memberitahunya, baiklah sekarang dengarkanlah, aku akan mengajarkannmu tentang syahdak, tetapi janganlah dirimu merasa pesimis, selalu memohon anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.
11. Oleh karenanya Karma itu disebut sebagai takdir,walaupun seperti dirimu kini, lahir kedunia sendirian, mungkin ada perbuatan terdahulu yang salah,
84
sekarang Beliu yang di atas, tidak membatasi umur kita di dunia, namun kita semua selalu memohon dan berdoa kehadapan-Nya.
12. Baik dan buruk beliau yang memberikan semuanya, maka oleh karenanya sekarang, janganlah mempunyai perasaan iri hati, karena orang lain juga mempunyai hak dan batas kebenaran dalam dirinya, diberikan tempat yang sama, mampu menyelesaikan segalanya, hingga akhirnya mendapatkan yang namanya kebenarannya.
13. Sekarang agar engkau tekun mengerjakan, sudah seharusnya kebenaran itu engkau lakukan, laksanakan ajaran dharma, melaksanakan tapa brata, maka pasti suatu saat nanti kau akan mendapatkan, yang namanya keutaman dalam hidup ini, kalau engkau mampu tekun melakukannya..
14. Berbuat kebenaran dalam kehidupan ini, aku memberitahumu lagi, Beliau Tuhan Yang Maha Esa, Beliau sudah mempersiapkannya, segala yang kita mohon dari sini, kalau baik dan buruknya, sudah ditulis dan dan ditakdirkan seperti layaknya ditulis di atas besi.
15. Beginilah wahai adiku tigkah laku dalam besembahyang, awali dengan membersihkan mulut dan mencuci muka, etelah itu barulah kemudian, menghadap ke barat daya, Disana Stana dari Dewa Bhatara Brahma, kedua telinga tutup dengan kedua tangan kita.
16. Setelah tenggelam matahari dari penglihatan kita, setelah itu barulah kit bisa, duduk sambil menundukan kepala, kepala menghadap ke tanah, makna dari semua adalah, pulang ke sumber asalnya, karena memang itu yang kita cari.
17. Setelah itu lagi menoleh ke langit, memuja Tuhan Yang Maha Esa,itu namanya untuk mendekatkan diri kita, sekarang lagi aku menjelaskan kepadamu, pemujaan itu ada empat, yang paling terakhir, itu disebut dengan Kabar yakim.
85
18. Yang kedua disebut dengan anelyakim, kemudian yang ketiga, disebut dengan inul yakim, itulah yang keempat, disebut dengan atma lulyakin, itulah yang perlu engkau ingat, janganlah engkau memungkirinya.
PUH: PANGKUR 1. Arti dari kelima pasal itu adalah, syahdak seharusnya syahdat yang berarti memulai, yang kedua memakai, yang disebut dengan awasitah, yang ketiga disebut dengan sadat kirah, itulah namanya, begitulah sejatinya,perhitungan dari ajaran agama suci itu,
2. Beginilah cara melakukannya, mengenai syahdat itu, disaat kepalamu menoleh, ucapkanlah ashadu allah ilahailallah washaduana mohammbadur usaellallah alahu maselliala mohammad iku, adamma asrepin adam, mu’min itu Cuma satu adanya.
3. Sift jalan dan sift jammal, itu adalah bismialahi rwathmani rrahim, sekarang aku akan mengartiannya, bi situ berarti arah sujudnya ke timur,, semi itu berarti ke arah tenggara, kesanalah engkau bersujud, sementara lah berarti arah sujudnya ke selatan, dan I berarti menghadap kea rah timur laut sujudnya.
4. Dan rwah sujudnya menghadap kearah barat daya, heman berarti sujudnya menghadap ke arah barat, ni berarti mbersujudkearah utara,rah
berrti
bersujud ke arah barat laut, sementara im yang paling terakhir bersujudke arah
tengah, itulah yang perlu engkau ingat agar benar -
benar
paham,mengnai tingkah laku dalam memeluk agama suci itu. 5. Jangan sekali kali sampai lalai, karena engkau ibarat menggenggam tujuh lapisan dunia, yang berwujud sebagai Nabi Allah, itu juga berarti sebagai pra allah, Tuhan Yang Maha Esa-lah yang menjaga alam itu, alam yang ada di dalam diri kita sendiri, sangat sulit sekali untuk membicarakan dan menghitung hal tersebut.
86
6. Tidak bisa menjadi teman, yang memegang sadat sepertimu, karena agar benar – benar jelas dan benar jalannya, serta perlu juga memakai peci, juga posisimu agar duduk berlutut sambil bertimpuh, kalau belum paham dengan yang arinya syahdat, belum boleh melakukannya.
7. Pada akhirnya hanya itulah, tiga al ajaran sastra itu yang menjadi dasarnya, tentang semua hal yang kau kerjakan di sana, karena ilmu itu bersifat mendasar, yang empat itu kau lipat lagi menjadi empat kali, menjadi dua puluh delapan hitungannya, kembali menjadi satu.
8. Disanalah baru selesai tahap tapa bratanya, kemudian lahirlah ia yang disebut degan I Bresanji, yang tiga hal tersebut itulah disebut dengan catur, itu yang kita pakai untuk menghitungnya, setelah semua lengkap hitungannya menjadi tiga ratus, gitunglah ia siang dan malam, yang empat hal itu lagi kembali ulang.
9. Itulah sebabnya mengapa agama itu ada, hanya ada empat lebaran yang benar, ada lagi yang perlu aku sampaikan, mengenai tigkah laku melubangi tanah,pasal dua tentang penyadatmu di sana, mengenai tata cara melaksanakan pemakaman di tempat makam, tekunilah untuk bisa kau pakai nanti.
10. Bongkarlah tempat pemakaman itu, yang kedua jika engkau bersungguh – sungguh, pergunakannlah I saha di sana, sebaliknya jika engkau ingin mengetahuinya, pagi – pagi buta semua krabatnya, yang meninggal yag sudah dimakamkan, agar bersedia untuk menengoknya.
11. Membawakannya sebuah gulungan sirih kapur (lekesan), hanya satu di sana yang paling benar, malaikat yang menunggu di sana, para nabi mendatanginya, yang ketujuh nabi itu menjadi tiga dan berwujud siwa dan akhirnya pergi, begitulah eposnya/riwayatnya, sekarang ada lagi yang ingin ku ceritakan padamu.
87
12. Di saat menjelang bulan puasa, sastranya terdiri dari Sembilan bagin, gabungkanlah menjadi satu, yang tertuju Nabi Allah, hanya satu yang kuasa atas dan bawah, menjadi Sanghyang Surya, Beliaulah yang di sana berstana.
13. Wiacita-pun mengiutinnya, sesuai dengan semua wejangan yang diberikan oleh Sang Pandita, suda disimpan di dalam hatinya, kemudian ia pun bersalaman, tidak diceritakan bagaimana perjalanannya, sampai di rendang Baktiar, Wiracita melanjutkan.
14. Melaksanakan puji ikmat, karea beliau sudah terbiasa mengaji, semua ajaran agama itu, suda mampu diresapi dan dikuasainya, di snalah akhirnya ia dijadikan sebagai penghulu, karena ia mempunyaiaura bagus,seperti bertumpuk bersusun dua.
15. Hanya beliau yang merencanakan, naun terlihat keliru karena terlebih dahulu dipotong, susunan yan satu, itulah yang menjadi tempatya, berwibawa layaknya beliau Sanghyang Maluhur, ketika menuju hari raya, menghaturkan sembah disertai dengan manisan.
PUH: DANGDANG 1. Bismillah hirrahmanirahim, serta menyebut allaham dulillah, alamin hirabbil, syukur dan selamat,terima kasih atas atas anugerah dari mu Tuhan, disertai berkat sepahat, mendalami ilmu, nikmat sampai dengan dunia akhirat, yang kedua memuja terhadap Sang Nabi, sebagai akhir dari pemujaan itu.
2. Pemujaan yang ketiga itu, terhadap empat malaikat yang menjaga, yang merencanakan segala yang ada, ditunjukkanla jalan yang benar, sedia menciptakan kesejahteraan, diturunkan di dalam alkur’an, yang terdapat di adil dalil ke dalapan, yang sudah dibinasakan di Jawa, maafkanlah yang tuna budi, yang sangat kurang dari segalanya.
88
3. Tidak mengerti dengan puja sembah, sadat sunat sangat perlu dilaksanakan, melaksanakan sipat sebanyak dua puluh kali, pahamilah gama itu, jika di dalm diri kita belum memahami sepenuhnya, mengenai haram dan halal, lahir dan batin, juga di dalam memberikan ceamah, karena beda agama itu diciptakan, oleh Beliau Yang Maha Mulia.
4. Sebagai tanda mulai ku menulis, waktu magrib dengan waktu isa, begitu pula saat melakukan juma’tan, disaat tanggal dua puluh lima, bulan itu dijadikan kaedah,itu yang djadikan sebagai perhitungan waktunya, itulah jalannya, tujuh satu cerita, masa allah, ketika sahabat Nabi, disaat bulan oktober dijadikan sebagai pedomannya.
5. Umar usman abubakar ali, memohon ilmu terhadap Muhammad Nabi, sesuai dengan perkataan sahabatnya, Tuan, ingin menayakan hal, baiklah menurutmu apakah arti dari angin, bumi api dan juga air, sang Nabi menjawab, arti dari angin itu adalah nafas, nafas itulah yang selalu keluar dan masuk di dalam diri kita, melalui rongga tubuh kita
6. Nafas sebagai titipan dari Tuhan, jikalau nafas selalu ada, merupakan tali dari semua kehidupan yang ada di dunia ini, itulah yang menyebabkan hidup, dan mengenai arti dari air itu adalah, sujud terhadap Tuhan,mengnai air yang ada di luar, dan yang turun dari langit, keberadaan tidaklah rata adanya, itu air hidup namanya.
7. Membuat segala yang ada menjadi tumbuh, yang berarti itu sangat berbakti kepadaNya, tidak pernah melupakan kuasa dan Anugah-Nya, begitu pula asal muasal dari bumi pertiwi ini, jika bumi tanpa air akan membuat bumi menjadi kering dan menyengsarakan, membuat dunia menjadi tidak nyaman,itu berarti bahwa tidak bisa memberian kenyamanan, dan merasa takut terhadap beliau, dengan adanya air dalam kehidupan, itu membuat keidupan ini menjadi abadi.
89
8. Bumi itu menjadi tempat melakuan bakti, terhadap beliau Yang Maha Agung, menjawablah para sahabatnya, dimanakah engkau tuanku, berasal dari apakah nyawa ini, menjawablah Sang Nabi Duta, itu berasal dai api, ia yang menjadi asal dari nyawa tersebut, karena roh tu bagaikan api yang mampu menerangi yang gelap menjadi terang, dan kemudian pada akhirnya roh itu akan menghilang.
9. Bumi ini tempat untuk melakukan persmbahyangan, sebagai nyawa rohani namanya, yang berani rohani, tidak lepas dari kewajiban kita, terhadap Beliau Tuhan /Allah, tidak boleh putus, menghadap ke arahnya, selalu tekun bersujud kepadanya, kalbu numin betallulah itu namanya, ingatlah selalu dan janganlah melupakannya.
10. Kalau tidak mengikuti arah dari angin itu, nyawa itu menjadi roh iawani, yang berarti itu roh iwani, melakukan sembah bakti dengan tekun, kehadapan Allah/Tuhan yang maha Esa, serta asal dari air yang suci tersebut, disertai dengan bersujud, roh rubani nyawa tersebut, artinya cahaya suci yang sangat utama, dari mahluk yang berakal.
11. Jika tidak memahami tentang sabda Nabi, apapun perbuatan itu menjadi tidak berharga, walaupun sudah benar tujuan dan harapannya, tidak akanada hasilnya, tidak ada Nabi yang dapat dijumpai,walaupun sudah lelah, tetapi jika tidak ada rasa sujud syukurnya, sujud itu tidak ada artinya, namun jika semua itu dilakukan dengan sungguh – sungguh dari dalam hati, akan Nampak dan tergambar dengan jelas semua sabda dari Beliau.
12. Para Nabi itu sesungguhnya sama seperti diri kita, semua orang di dunia menyembahnya, distanakanlah beliau di tempat yang paling agung, semua orang menjunjungnya, dipersembahkanlah canang suci kehadapannya, karena beliau memang dewa sesungguhnya, dewa yang ada di dalam hati kita, seperti matahari wibawanya, surya yang berwujud tunggal, bumi ini satu dan matahari itu juga satu.
90
13. Janganlah merasa lebih hebat dari Beliau sang Nabi, tidak lah ada orang yang boleh berbuat seperti itu, karena beliau Dewa yang maha tau, beliau disebut dengan nama Kalibumi, oleh karena itulah sebabnya, beliau disebut dewa, yang berwujud di dalam dirinya, dewa itu bukanlah sebuah permata bagi manusia, karena jika manusia itu sudah berlimpah dengan harta, maka tidak pernah dewa itu diingatnya,
14. Beliau Sang kalibumi sangatlah sakti, dan wajahnya mampu menyerupai segalanya yang diinginkan, berbagai macam rupanya, mampu berubah menjadi wanita maupun laki – laki, tua muda penjelmaanya, bagi orang yang tidak mengerti apa – apa, maka itu cukup disebut sebagai Dewa, namun sesungguhnya itu tidaklah dewa, karena mampu bersiluman menjadi berpuluh ribu macam rupa, dewa itu agar dipahami keberadaannya oleh manusia.
15. Jika tidak mengetahui dengan ajaran sastra, maka tidak akan mengerti dengan keberadaan dewa, apa yang disebut dengan sabda carik, apa yang disebut dengan sabda wisah, serta apa yang disebut surang maupun cecek, dan juga apa itu yang disebut suku nania, itulah sesungguhnya sabda dari rasul, semua itu merupakan sabda dari Beliau, oleh karena itulah engkau janganlah mengabaikan berita/ajaran, yang termuat di dalam kita doa tersebut.
16. Jika sebuah lingkaran yang belum terisi penuh, penuhilah dengan cara mengaji dan berdoa, tidaklah percuma semua permohonan itu,ibarat orang dusun, kalau semua itu dilakukan dengan sekedar, tidak akanbisa menghindari kesengsaraan, dari tingkah laku tersebut, karenapengetahuan itu ibarat langit, hanya sekedar pikiran dan perkataan itu tidak diwujudkan,maka japa dan pujapun tidak berjalan.
17. Tuhan Yang Maha Esa selalu begerak didalam dunia ini, Beliau sudah berwujud dua, permohonannya tiada akan berarti, jika semua iu dilakukan dengan cara yang salah, fokuskanlah segala harapan itu menuju kebenaran, karena menurut sabda, sabdanya yang sudah seperti ituadanya, seperti
91
perkataan Beliau Dalem garba, dahulu begitu pula sabda dari Nabikepda umatnya, yang selalu memperhatikan ucapannya itu.
18. Janganlah menganggap bahwa dewa itu satu wujudnya, karena sesungguhnya dewa itu tiada berwujud, ada dewa di dalam pikiran, karena itulah dewi yang sesungguhnya, dewa yang berstana di atas langit, di langit ketujuh, disana tempat Sang Hyang Suksma, itulah yang sepatutnya selalu diingat di dalam pikiran, di alam sunia tempatnya.
19. Jika engkau ingin mengetahui bagaimana perkataannya, dimana mengambil sebuah bunga, di taman apa namnya, bunga apa yang itu dipetik, kawangine dimana kah dipakai, itulah yang perlu diketahui, ada sebuah taman yang indh, yang diitari sungai, berhiaskan emas,di sana juga dijaga oleh bidadari, itulah sebabnya air itu perlu dipelihara dan dijaga keberadaannya.
20. Jika tidak tahu dengan asal muasal dari keihidupan ini, janganlah memungkirinya dengan japa dan pemujaan, untuk mengikat dosa yang agung, melakukan dosa semaunya, singa barong dan macan akan ditemui, segala keburukan segala ular belang, keldai dan juga senuk, kacil sapi semua galak, itu disebabkan karena dosa yang telah dilakukan,
PUH: SINOM 1. Ada sebuah cerita yang ditulis, perkenankanlah hamba untuk menceritakannya, dengan menyebut nama Allah, bertanyalah kepada Kiyayi, berapa sebenarnya jumlah dari Nabi tersebut, berapa pla jumlah dari anaknya itu, itu merupakan hal yang utama, kemudian sekarang siapa sajakah mereka.
2. Dari mana asalnya mereka, akulah yang mengetahui sebenarnya itu, tentang kebenaran semua anak – anaknya, berapa sebenarnya dari jumlah Nabi tersebut, yang ada di dalam diri, berapakah Brahala tersebut, itu yang perlu engkau ketahui anakku,
92
3. Pilih lah secara adil dan bijaksana, untuk menentukannnya, karena teman bisa saja menjadi musuh, yang membahayakan dan bisa mematikan juga, dengan senjata sebuah gada, anjing babi dan gagak, itulah binatangnya anakku, karena hal itu perlu kau memahaminya.
4. Kalau tidak mengetahui semua itu, tidak aka nada gunanya semua yang dilakukan, begiu pula kotbah yang dilakukan, puji sembah itu pula tidak berarti, tidak ada jalan menujunya, selalu berbuat yang sekedar saja, santri namanya, tidak mengetahui jalan menghadapnya, yang demikian hanyalah penganut Islam yang hanya sekedar.
5. Karena sesungguhnya Nabi itu satu adanya, ibarat pura yangbegitu banyak, demikianlah sesungguhnya Dewa itu, adapun semua jumlahnya, berjumlah tiga puluh tiga, di semua pura Hyang Agung, demikianlah sesungguhnya Tuhan itu, engkau belum menyadari dan belum mengerti, mengenai keutamaan menjadi seorang santri yang utama.
6. Kalau memang benar memahaminya, kalau belum menemukan jalan menuju moksa, diimbangi oleh pemahaman terhadap ilmu, ilmu yang benar dan positif di dalam kehidupan, karena menurut Sabdanya, tentang hal menuju ahert, kalau tidak memahami akan mendapat hukumannya di aherat.
7. Memuji dan menyembah, itu merupakan sembah yang utama, karena tidak ada nabi yag lain, kalau disebut banyaknya, hanya namanya saja yang berbeda, sesungguhnya tidaklah demikian, ibarat seperti bintang, pastinya ebingan bagi setiap orang yang memandang langit, karena begitu banyak bertebaran dan tidak ada perbedaanya.
8. Kalau tidak memiliki ketenangan, itu bukan disebabkan oleh kapir, karena sesungguhnya kapir itu ada di dalam diri kita sendiri, ukurannya itu sebesar biji beras, samar tidak terlihat, karena tidak memiliki rupa yang pasti, karena itulah tidak ingin memujanya, jangan mengaku sebagai islam yang sejati, kalau tidak mampu membunuh kapir itu di dalam diri.
93
9. Ketika sepasang laki – laki di sana, dimana tempat penyimpenan tersebut, ring kundi apa itu ungguane, karena kundi banyak jumlahnnya, dimana kundi yang utama, itu yang perlu aku ceritakan, kundi itu apa namaya, itu yang perlu dipahami, kalau belum mengetetahuinya bukanlah santri namanya.
10. Dimana kah letak kapir itu di dalam diri kita, begitu pula tenang islam itu anakku, masing – masing berjumlah satu, pahamilah dengan sungguh – sungguh, barang siapa yang tidak memahaminya, itu berarti dia adalah santri yang kumur, seperti orang yang tidak berperasaan, begitulah tingkahnya anakku, santri yang diselimuti oleh klima indranya.
11. Dimanakah sembah itu dipuja, di sanasesungguhnya puja yang utama itu, kalau sudah mampu memahami kebenarannya itu, sebaiknya bertobatlah anakku, dan berpuasalah, karena itu disebut dengan haram, itulah sesungguhnya ajaran islam tersebut, yang diwahyukan oleh para Nabi dan para wali.
12. Gunung tinggi laut yang dalam, matahari tenggelam angin berembus, begitulah Sang rembulan, bintang mulai bersinar, itulah yang kau jumpai, kalau mampu mengamalkan ajaran islam dengan tulus, menjalankan ajaran nabi yang mulia, seperti didampingi oe paa bidadari, bagaikan emas yang bertumpuk sebelas tingkatan seperti meru.
13. Tujuannya adalah untuk mencapai surga, tidak lagi lahir kedunia, kalau tidak habis melaksanakan tugas – tugasnya, oleh karenanya mampu menyatu dengan bumi pertiwi, demikianlah sesungguhnya anakku, engkau yang memperhatikan tutur kata yang baik, yang disebutkan di dalam kitab suci, itulah yang patut engkau tiru, pasti akan murah rejeki.
14. Orang yang rakus itu sama artinya dengan haram, kalau itu yang kau percaya dan laksanakan, ajaran islam yang suci menjadi hilang, iblis la’nat yang merasuki tubuhmu, paa nabi akan meninggalkan, pergi sejauh mungkin, karena beliau
94
merasa tidak diperhatikan, engkau tidak menjalankan ajarannya dengan baik, yang sesuai dengan ajaran kita sastra dari Arab.
15. Dimana Sang Hyang Widhi dan Allah itu, ingatlah anakku tentang Allah itu, Ia yang menciptakan alam ini, makro kosmos maupun alam mikrokosmos, beserta isinya, kayu bintang dan yang lainnya dan seisi ala mini, seperti pasir dan batu, demikianlah takkan pernah hilang keberadaanya di bumi ini,
16. Matahari itu ada di saat siang hari, bulan ada di saat malah hari, karena itulah sesungguhnya keberadaan Tuhan itu, karena sesungguhnya hal itu bersifat tunggal, ada bumi ada pula langit, itulah yang menjadi pembatasnya, janganlah hanya memahaminya secara setengah – setengah, pamahami lah dengan sungguh – sungguh, karena pada akhirnya al itu sangat utama keberadaannya.
17. Janganlah menyebutnya Dewa, karena itu dicampuri oleh keduniawian, tidak ada Dewa yang mulia, karena semua memiliki kelemahannya, kalau memangg itu adalah Dewa yang utama,tidak aka nada sebuah keputusan yang pasti, berawa itu namanya, karena sama artinya dengan orang yang mempercayai iblis laknat.
18. Ada seorang anak tunggal, yang dating membuat penyakit, namun jika sudah mampu memahami dengan baik, maka tidak aka nada orang yang terkena penyakit, kalu tidak ada yang mendatangi, belumlah lengkap namanya, tetapi pintar berbicara, banyak membuat omongan yang tidak pasti, orang yang demikian babor bindo sangsinya.
19. Kalau belum memahami tentang keberadaan dari Dewa itu, janganlah dulu kita memuji, karena orang yang demikian salah memeluk agama, salah dalam perbuatannya dan salah dalam kelairannya, pemujaanya pun salah, mereka akan selalu diliputi oleh kesengsaraan di dunia, hanya memahami agama dengan setengah – setengah, membuat cacat hidup di dunia ini, orang yang demikian belumlah pantas masuk agama Islam.
95
20. Didahului oleh suara bedug, saat akan memulai berdoa, dimanakah letak gendang bedug itu di dalam diri kita, apa nama sesungguhnya benda itu, kalau dipukul bagaimanakah bunyinya, dimanakah tempat benda itu disimpan, itulah yang perlu dipahami, yang diwejangkan oleh para Nabi, oleh karenanya menjadi tugas mereka para kiyayi untuk selalu mendekatkan.
21. Kalau sudah mampu memahaminya, tentang keberadaan dari Dewa itu sendiri, apalagi kalau sudah mampu menggambarkannya, di sanalah baru melaksanakan pemujaan, dengan sungguh – sungguh dan penuh keiklasan, pikiran di dalam lubuk hati yang paling terdalam, kalau mampu memahami dengan sungguh – sungguh, itulah ia yang disebut sebagai Sang Pandita yang sejati, namun jika ada yang tidak berpedoman pada ajaran sastra janganlah mempercayainya.
22. Orang yang tidak melaksanakan ajaran sastra pada akhirnya, selalu diliputi oleh hal – hal yang bersifat negative, karena watak para dewata itu tidak dipahami sesuai yang termuat dalam sastra, sastra yang utama yang disabdakan oleh para Nabi, di sanalah tempat memecahkan segala keraguan, sesuaikan segala tingkah laku mu sesuai yang termuat dalam sastra, kalau tidak sesuai dengan sastra, segala puja dan pujimu tiada berguna, karena sastra sesungguhnya adalah seperti beliau Hyang Pasupati.
23. Matahari ada di tengah bulan, yang diperciki dengan tirta yang bening, yang disebut sebagai air pawitra, yang dipercikkan oleh sang pandita Suci, berlanjut pada penjelmaan yang ketiga, danu segara (danau, laut) madu, itu menjdai sebuah kawah, yang disebut dengan kawah kupar,dihitari oleh sinar rembulan yang meneragi dunia.
24. Segala tanda –
tanda itu
ada di dunia, yang mengikuti musim,
memberikansegala berkah, menyirami segala sari , letaknya di Mandaragiri,di sanalahtempatnya, dijaga oleh segala yang macam binatang galak, tempat penyucian dari Nabi Brahim, karena itu merupakan air mas yang tanpa campuran.
96
25. Dimanakah letak gedong Kostuba itu, yang diwejangkan oleh para Nabi dan Para Wali, Nabi yang selalu dipuja, itulah merupakan tujuan kita dalam menyembahnya, yang inti dari persembahyangan yang kita lakukan, namun tidak akan jelas nilainya, jika persembahan itu memikirkan nilai, itu sembah yang tidak tulus, itulah sembah yang tidak pernah diterima oleh Beliau.
26. Dimanakah letakknya itu, yang Utama anakku, di atas langit sana berlayang – layang, di sanalah tempatnya anakku, pengetahuan yang utama, itulah yang sesungguhnya, kalau belum memahami hal demikian, apalah artinya mengaji, karena kalau masih diselimuti oleh angkuh dan rakus.
27. Panca
indraitu
belum
kalah,
mereka
seharusnya
melaksanakan
persembayangan, windu jenar masih berputar, semua tidak dikerjakan, karena terlena dengan perkataan yang manis, karena sebenarnya tiada yang sama, anugerah yang ada di dalam dunia ini, mengikat segala yang mendatangi, tetapi kita hanya sekedar nerasakan suka yang sesaat.
28. Kalau mengetahui tentang makna dari persembahan itu, segala yang bersifat jelek tidak akan dijumpai, dijawab oleh beliau, paa malaikat semua melihatnya, tidak ada yang berkata lagi, semua yang kita harapkan sudah dating, menjelma di akerat, para bidadari itu akan memenuhi, segala kasih sayang yag tidak akan didapatkan dikemudian hari.
PUPUH:PANGKUR 1. Karena begitu banyaknya anakku, perlu kau mengetahui namanya itu, nabi apakah itu, dengan peregkapannya, celana baju menutupinya, apakah itu, sangat utama sekali amakku.
2. Seperti merias diri, dengan bercukur dan melakukan sunat, kalau belum memahami dengan hukumnya, semua itu tidak dikerjakan dengan baik, dan sangat besarlah dosa yang akan didapatkannya, itulah anakku yang perlu engkau pahami sekali, teruslah engkau cari dari kebenarannya itu.
97
3. Buanglah semua sifat durhaka dan rasa rakusmu, karena dengan cara itu engkau akan menjadi lebih baik lagi, namun jika itu masih melekat dalam dirimu, maka percuma semua pujamu, karena engkau masih diselimtui oleh hawa nafsu, ibarat menari - nari di dalam dirimu, sifat raksasa itu yang dapat mengubah sifat baikmu.
4. Barang siapa yang tekun menjadi seorang santri, maka perlu olehnya waspada dalam dirinya, karena semua yang ada di sekelilingnya akn menjadi musuh, baik yang di bawa maupun yng di atas, namun hal itu dapat diatasi dengan senjata yang ada did ala, dirimu, yaitu seperti halnya bahwa seorang santri itu berbusana yang baik, memakai kerudung atau peci dan lengkap dengan bajunya.
5. Ini tentang tata caramu memakai busana, pagarilah tubuhmu itu anakku, di dalam tubuhmu juga perlu dipagari, di dalam perlu dipagari dari iblis dan setan, adapun itu yang dipakai untuk memagari adala dengan ilmu pengetahuan, itulah ilmu yang sesungguhnya, yang perlu dikuasai oleh seorang kiyayi.
6. Itulah yang harus dijalani oleh seorang santri, pekerjaannya selalu menelilingi gunung, memohon kemuliaan diir, siang dan malam tiada berhenti berjalan, misalnya tidak mengetahui, bagaimana menanggapi tingkah yang seperti ini,
7. Ini perhitungannya, ajaran yang diberikan oleh nabi tersebut,, dimanakah letak pengetahuanuntuk membedakannya, tentang yang mana dewa dan yang mana setan, kalau dihitung jumlahnya sangat banyak ibarat seperti lingkaran, karena di sana juga ada dewa, yang juga dihuni atau dijaga oleh setan.
8. Walaupun tidak memiliki, santriitu diajari oleh Sang Pandita Uttama, kalau berbicara perlulah pengetahuan tentang hokum, inilah yang memang
98
sebenarnya dipuji, begitu juga tentang tingkah yoga berate, dan juga tentang arti dari agama itu, seperti inilah arti yang sesungguhnya,
9. Kalau tidak mampu diperhitungkan,janganlah menjadi penghulu, apakah sebenarnya penghulu itu, ibarat tenggelam di tengah laut yang dalam, kalau tidak memahami caranya, akan mendapat mara bahaya atau mendapat kesengsaraan nantinya.
j. CD dan Booklet Video Dokumentasi Kebudayaan BaliTradisi Magebeggebegan di Desa Tukadmungga, Buleleng – Bali.
99
Lampiran 2. Dokumentasi Konsultasi Kebudayaan Bali
Konsultasi tanggal 3 Maret 2015, konsultasi pembuatan tesis.
Konsultasi tanggal 23 Juni 2015, konsultasi “Harmonisasi Antar Agama” di Bali.
Konsultasi tanggal 23 Juni 2015, konsultasi penelitian disertasi terkait kebudayaan Bali.
100
Konsultasi tanggal 12 Oktober 2015Crew Trans 7, tari Joged Ngebor yang ada di Bali.
101
Lampiran 3. Logbook Catatan Harian (Log Book) IbIKK Balinese Culture Conservation Consultant Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Waktu 2015-01-01 2015-01-09 2015-01-12 2015-01-26 2015-02-02 2015-02-05 2015-02-10 2015-02-16 2015-02-16 2015-02-17 2015-02-18 2015-02-20 2015-02-20 2015-02-27 2015-03-02 2015-03-03 2015-03-09 2015-03-16 2015-03-24
20
2015-03-25
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
2015-03-26 2015-03-31 2015-04-01 2015-04-06 2015-04-07 2015-04-07 2015-04-10 2015-04-13 2015-04-17 2015-04-17 2015-04-30
32 33
2015-04-30 2015-05-05
Kegiatan penulisan buku ngaben pembayaran honor pegawai percetakan draf buku percetakan draf buku editing buku ngaben pembayaran honor pegawai biaya pengambilan data buku Daur Hidup Orang Bali editing buku ngaben penyusun draf buku Genjek alat dokumentasi Handycam finalisasi editing buku ngaben pengrimiman buku ke percetakan Larasan " Buku Ngaben" menerima konsultasi penelitian penyusunan draf buku kuliner pembayaran honor pegawai menerima konsultasi pene pencetakan draf buku genjek pembayaran honor pegawai menerima konsultasi a.n I Wayan Eka Santika & I Gede Budiawan menerima konsultasi pembuatan video dokumentasi kebudayaan percetakan draf buku kuliner editing buku genjek editing buku kuliner tradisional khas Buleleng Pengiriman buku ke percetakan Larasan "buku genjek" biaya honor pegawai Penulisan buku "Tajen" editing buku kuliner tradisional khas Buleleng editing buku "Genjek" Penulisan buku "Tajen" pembayaran honor pegawai pembayaran pembuatan video dokumentasi tradisi "Megebeg-gebegan" disain cover buku "Tajen" pembayaran honor pegawai
102
34 35 26 27 28 29 30 31 32
2015-05-15 2015-05-25 2015-04-07 2015-04-10 2015-04-13 2015-04-17 2015-04-17 2015-04-30 2015-04-30
Honor untuk dua pegawai Editing buku kuliner tradisional khas Buleleng Penulisan buku "Tajen" editing buku kuliner tradisional khas Buleleng editing buku "Genjek" Penulisan buku "Tajen" pembayaran honor pegawai disain cover buku "Tajen" pembayaran pembuatan video dokumentasi tradisi "Megebeg-gebegan" 33 2015-05-04 Pengiriman Jurnal ke Semarang 34 2015-05-05 pembayaran honor pegawai 35 2015-05-15 Honor untuk dua pegawai 36 2015-05-25 Editing buku kuliner tradisional khas Buleleng 37 2015-06-15 Editing dan tata letak buku Kuliner Tradisional Khas Buleleng 38 2015-06-23 Kegiatan Konsultasi a.n Ni Made Febrianti 39 2015-07-13 Editing dan tata letak buku Kuliner Tradisional Khas Buleleng 40 2015-08-14 Kegiatan Konsultasi a.n Drs. I Ketut Supir, M.Hum 41 2015-08-25 Editing hasil penerjemahan Lontar 42 2015-08-28 Monev internal 43 2015-08-31 editing buku Banten 44 2015-09-14 editing buku Banten 45 2015-09-21 Rapat koordinasi monev pusat 46 2015-09-24 Penyusunan draf laporan kemajuan 47 2015-09-25 Presentasi dan monev pusat 48 2015-09-28 Unggah laporan kemajuan 49 2015-09-29 editing buku Banten 50 2015-10-12 Konsultasi Trans 7 51 2015-10-13 editing buku Banten 52 2015-11-02 editing buku Banten 53 2015-11-16 Penyusunan draf laporan akhir 54 2015-11-18 Revisi draf laporan akhir NB: Tanggal yang tidak tercantum diisi dengan kegiatan produksi : penulisan buku, artikel, serta program lainnya yang dilaksanakan dikantor IBIKK BCCC
103
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul 1. Biodata Ketua Pelaksana a. Identitas diri 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Nama Lengkap Jabatan Fungsionalis NIP Tempat dan Tanggal Lahir Alamat Rumah
1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11.
Nomor Telepon/Fax Nomor HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Fax Alamat e-mail Lulusan yang telah dihasilkan
1.12. Mata Kuliah yang Diampu
Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA Pembina Utama/Guru Besar 195102171979031004 Tabanan, 17 Pebruari 1951 Jl. Gajah Mada VIII/12 Penataran Singaraja Bali 0362-24515 08155711732 Jl. Udayana Singaraja 0362-23884
[email protected] S1= 75 orang S2= 50 orang S3= 10 orang 1. Sejarah Sosial (S1) 2.Teori Sosial Budaya (S1) 3.Metodoligi Penelitian Kualitatif (S2) 4.Metodoligi Penelitian Kebudayaan (S3) 5.Filsafat Ilmu (S2)
b. Riwayat Pendidikan 2.1. Program 2.2. Nama PT 2.3. NIP 2.4. Tahun Masuk 2.5. Tahun Lulus 2.6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi
2.7. Nama Pembimbing/ Promotor
S1 IKIP Malang
S2 Universitas Indonesia
S3 Universitas Indonesia
1970 1975 Sejarah dan Fungsi Pura Sada di DesaKapal, Badung, Bali
1989 1992 Pelestarian Kawasan Hutan Wisata Kera di Sangeh Bali (Suatu telaah tentang Peranan Desa Adat Dalam Mengelola Objek Wisata Dr. Boedhihartono dan Dr. Iwan Tjitradjaja
1993 1998 Memudarnya Demokrasi Desa: Pengelolaan Tanah Adat, Konversi dan Implikasi Sosial dan Politik di Desa Adat Julah, Buleleng, Bali Prof. Dr. Boedhihartono dan Dr. Iwan Tjitradjaja
Dr. Habib Moetopa dan Drs. I Ketut Sudiri Penyrikan, S.H
104
c. Pengalaman Penelitian No Tahun
1.
Judul Penelitian
Pendanaan Sumber
2.
2002/2003 Manajemen Konflik Pada Desa Adat Multietnik Di Kabupaten Buleleng 2003 Sejarah Kota Tabanan
3.
2004
4.
2005
5.
2006
6
2006
7
2008
Pemulung Jalanan Di Kota Singaraja, Buleleng, Bali (Mencari Nafkah Di Bawah Bayang-Bayang Dalisme Kultural) Joged Bumbung Porno: Industrik Siks Berbentuk Hiburan Melalui Rangsangan Mata (Studi Kasus Di Buleleng, Bali) Studi Kelayakan Pembukaan Jurusan Sosiologi, FPIPS IKIPN Singaraja Manak Salah Di Buleleng Bali: Pemertahanan Tradisi Di Tengah Modernisasi (Studi Komparatif Di Desa Pakraman Padang Bulia Dan Desa Pakraman Julah) Pura Mekah Di Bali : Haram Mempersembahkan Daging Bali
Hibah/DIKTI
Jumlah (Juta Rp) 31.500.000,-
Pemerintah Daerah Tabanan Penelitian Dasar/DIKTI
-
Penelitian Dasar/DIKTI
15.000.000,-
DIPA /IKIPN
5.000.000,-
Penelitian Dasar/DIKTI
40.000.000,-
Penelitian Dasar/DIKTI
40.000.000,-
15.000.000,-
d. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat No Tahun
1.
2004
2.
2006
3.
2007
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Penyuluhan Sadar Wisata Di Desa Adat Selat Buleleng Analisis Awig-Awig Desa Pekraman Buleleng Pelatihan Metode Mengajar Inovatif Guru Sejarah Se Kabupaten Jembrana
105
Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp) DIPA /IKIPN 5.000.000,DIPA /IKIPN
5.000.000,-
DIPA /UNDIKSHA
5.000.000,-
e. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal No Tahun
Judul Artikel Ilmiah
1
2004
2
2008
Pelabelan Seks Dan Gender: Proses Menjadi Wanita Melalui Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Bali Sertifikasi Guru Memperkaya/Menyejahterakan
Volume/ Nomor No. 3 Th. XXXVII Juli 2004 Volume 41 Edisi Khusus
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
f. Pengalaman Penulisan Buku No Tahun
Judul Buku
1
1999
2
2001
3
1008
4
2008
Ganesha: Awighneswara Winayaka Dan Penglukat Gagasan Perkumpulan Surya Kata Tentang Kemajuan Masyarakat Bali Yang Holistik Bali Pada Era Globalisasi Pulau Seribu Tidak Seindah Penampilannya Ideologi Tri Hita Karana-Ideologi Pasar = Vilanisasi Kawasan Suci
5
2009
Pemanfaatan Modal Budaya Dan Modal Tubuh Menjadi Modal Ekonomi Kasus Joged Bumbung Ngebor Di Buleleng, Bali
Jumlah Halaman 200
Penerbit
300
Paramita Surabaya
350
LKIS Yogyakarta
20
Artikel Kumpulan Karangan Diterbitkan Oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana Artikel Kumpulan Karangan Diterbitkan Oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana
250
Paramita Surabaya
g. Pengalaman Rumusan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya No Tahun 1
2008
Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya yang Telah Diterapkan Penyusunan Perda Tentang Pelacuran (Sebagai Tenaga Ahli Ditunjuk Oleh Pemkab Buleleng)
Jenis
Respon Masyarakat
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata (CV) ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal P2M UNDIKSHA 2011.
106
107
2. Biodata Anggota I a. Identitas Diri 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Nama Lengkap Jabatan Fungsionalis NIP Tempat dan Tanggal Lahir Alamat Rumah
1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10.
Nomor Telepon/Fax Nomor HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Fax Alamat e-mail
Prof. Dr. I Wayan Rai, M.S. Pembina Utama/Guru Besar 194910161972071001 Kerobokan, 16 Oktober 1949 Desa Kerobokan kec. Sawan, Kabupaten Buleleng Jl. Udayana Singaraja 0362-23884 -
b. Riwayat Pendidikan Tahun Lulus 1963 1966 1969 1981 1986 1992
Sekolah Dasar/ Menengah / Perguruan Tinggi SR No.2 Sangsit, Kec. Sawan, Kab. Buleleng SMP Bhaktiyasa Bersubsidi Singaraja SMA Negeri Singaraja FIP Universitas Pendidikan Udayana Akta Mengajar IV S2 IKM Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
c. Pengalaman Penelitian No. 1.
Judul Penelitian Deteksi tentang balikan siswa terhadap layanan bimbingan konseling di SMA Negeri Bali (1986).
2.
Persepsi konselor terhadap tugasnya sebagai pembimbing di SMP dan SMA Singaraja Dikaitkan dengan Pelaksanaan Konseling di Sekolah (1986).
3.
Kontribusi lingkungan keluarga dan nilai modern pada remaja di SMA Kabupaten Badung (Tahun Ajaran 1986/1987).
4.
Hubungan antara iklim sekolah dan pengaruh teman sebaya dengan konsep diri siswa SMP 3 Singaraja (Tahun Ajaran 1990/1991).
5.
Analisa tentang adat dan status yang mempengaruhi pola perilaku kesehatan (studi kasus di desa Galungan, Kecamatan sawan, Kabupaten Buleleng: 1991).
108
6.
Perilaku WTS terhadap pencegahan penyakit menular seksual di kabupaten Buleleng (1992)
7.
Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu-ibu balita tentang imunisasi campak di Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng (1993).
8.
Pengaruh latiham lompat-lompat dan loncat-loncat terhadap peningkatan kecepatan, kekuatanotot lengan dan daya ledak otot tungkai pada siswaputra SMA Negeri 2 Singaraja (Tahun Ajaran 1992/1993).
9.
Analisa karakteristik non kognitif pada mahasiswa DII PGSD FKIP Universitas Udayana yang sukses dan gagal dalam studi (1993).
10.
Profil perilaku etik pembimbing dikaitkan dengan latar belakang (studi deskriptif analisis tentang perilaku etis pembimbing SLTA Negeri Bali: 1993).
11.
Analisis tingkat kesegaran jasmani siswa baru SMAN 1 Singarja Tahun Ajaran 1994/1995 menyongsong pelaksanaan kurikulum Sekolah Menengah Umum (SMU) Tahun 1994.
12.
Pola tingkah laku mencari kesembuhan (berobat) pada masyarakat di wilayah Puskesmas Pembantu Desa Abangsongan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Tahun 1994.
13.
Analisis tentang perilaku kesehatan masyarakat Trunyan dalam rangka perencanaan dan pengelolaan lingkungan pemukiman untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat tahun 1994.
14.
Karakteristik potensi wilayah dan sumber daya manusia serta kebutuhan masyarakat Desa Galungan Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng (studi kasus pada Ambang Batas Tahun 1995)
15.
Evaluasi
Pelaksanaan
program
Impres
Desa
Tertinggal
(IDT)
Tahun1994/1995 di Daerah Tingkat II Buleleng. 16.
Kesesuaian program dan determin keberhasilan program impress desa tertinggal (IDT) Tahun 1995/1996 di Kabupaten Buleleng.
17.
Efektivitas pelaksanaan kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Program Studi D II PGSD di Bali 1996.
18.
Pola Pembinaan dan Pengembangan olahraga pelajar pada cabang atletik dan tenis meja di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar di Provinsi Bali Tahun
109
2013. 19.
Konflik perebutan sumber daya berligitimasi religious kasus perebutan Pura Lempuyang Madya Desa Pakraman Gamongan Kecamatan
Abang
Kabupaten Karangasem Tahun 2005. 20.
Kompetensi guru sosiologi Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Buleleng Tahun 2004/2005.
21.
Hubungan antara lingkungan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa SMA Negeri Singaraja Tahun 2005/2006.
22.
Perebutan sumberdaya berligitimasi religius (studi etnografi terhadap masyarakat Desa Pakraman Gamongan dan Klen Pasek di Provinsi Bali)
23.
Manak Salah di Provinsi Bali : Pemertahanan tradisi di tengah modernisasi (studi kasus komperatif di Desa Pakraman Padang Bulia dan Desa Pakraman Julah).
24.
Kasta dan pergulatan status sosial – religius pada masyarakat Hindu Bali (studi etnografi – eksploratif terhadap eksistensi, substansi, dan ekses-sosial kasta di Provinsi Bali).
25.
Pecalang Alas : Satgas Keamanan Tradisional Penjaga Kelestarian Hutan (studi kasus koomperatif Desa Pakraman Selat dan Sudaji, Buleleng Bali).
26.
Pengembangan dan pelatihan sistem jaringan (Network) komputer untuk mendukung pelayanan publik berbasis On-Line di Lingkungan PDAM Kabupaten Bangli – Bali (dimuat dalam Jurnal Widya Laksana Edisi Januari 2008).
27.
Pelatihan pemberdayaan Geographical Information System (GIS) bagi staf pemerintahan Kabupaten Buleleng (dimuat dalam jurnal Widya Laksana Edisi Januari 2009)
110
111
3. Biodata Anggota II A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6
Nama Lengkap (dengan gelar) Jabatan Fungsional Jabatan Struktural NIP NIDN Tempat dan Tanggal Lahir
7
Alamat Rumah
8 9
No. Telepon/HP Alamat Kantor
Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum Lektor Kepala Ketua Jurusan 19611208 198603 2 001 0008126104 Denpasar, 8 Desember 1961 (0362) 24789 Jl. Ki Barak Panji. Gg Palma I/2 Singaraja, Bali 081558956586 Jalan Udayana, Singaraja
10
No. Telepon
(0362) 23884
11 12
Alamat e-mail Lulusan yang telah dihasilkan
[email protected] S1 = 360 orang 1. Sejarah Wanita 2. Sosiologi Kota 3. Modernisasi & Globalisasi 4. Studi Masyarakat Indonesia 5. Pengantar Ilmu Sosial 6. Teori Perubahan Sosial 7.IBD (Ilmu Budaya Dasar) 8. Profesi Pendidikan 9. Perspektif Global 10. Etnisitas
14 Mata Kuliah yang Diampu
B. Riwayat Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk – Lulus Judul Skripsi/Tesis
S-1 FKIP UNUD
S-2 Universitas Indonesia
S-3 Universitas Udayana
Pend. Sejarah/Antropol ogi 1980-1985
Kajian Wanita
Kajian Budaya
1992-1995
2008/2009-2011
Pertunjukkan Wayang Kulit Parwa sebagai salah satu media pendidikan etika di desa Sukawati, kecamatan
Perempuan Pedagang Sayur di Desa Candikuning, Tabanan, Bali
Membongkar Jaring Kuasa dan Kekerasan di Balik Perkawinan Ngamaduang (Poligami) Di
112
Sukawati Dati II Gianyar Nama Pembimbing
Drs. N. Sudariya Drs. Pt Mustika Rai
Desa Lokapaksa, Buleleng, Bali Prof. Dr TO Ihromi Prof. Dr. Riga Adiwoso
Prof. Dr.N. Bawa Atmadja,MA Prof. Dr. I Made Suastika, SU Prof. Dr. Emiliana Mariyah, MS
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir N o
Tahun
1
2006
2
2007
3
2008
4
2009
5
2009
6
2010
Judul Penelitian
Pendanaan
Perkawinan Transnasional Antara Perempuan Etnis Bali dengan Laki-laki Mancanegara dan Kaitannya dengan Pola Penanganan Konflik Perkawinan di Kawasan Wisata, Buleleng, Bali Pecahnya Biduk Perkawinan: Kasus Perceraian Pada Perempuan Hindu di Buleleng, Bali Perempuan Kiper di Buleleng, Bali (Resistensi Perempuan Terhadap Ideologi Patriarki Melalui “Bisnis Lendir” dengan Memakai Modal Tubuh) Anak Jalanan Perempuan di Lovina, Buleleng, Bali (Resistensi Terhadap Mitos Kepasifan Perempuan Dalam Hegemoni Laki – laki ) Pengembangan Buku Panduan Praktis Adil Gender Dalam Pembelajaran Agama Hindu Di Sekolah Dasar Pengembangan Buku Panduan Praktis Adil Gender Dalam Pembelajaran Agama Hindu Di Sekolah Dasar 113
Sumber Dikti (Penelitian Dasar)
Jumlah 30.000.000, -
Dikti (Kajian Wanita)
9.300.000,-
Dikti (Fundamental),
35.000.000, -
Dikti (Fundamental),
35.000.000, -
Dikti (Hibah Bersaing) Tahun I
38.500.000, -
Dikti (Hibah Bersaing)Tahun II
42.500.000, -
7
2010
Representasi Ngamaduang (Poligami) dalam Seni Pertunjukkan: Analisis Wacana Terhadap Kesenian Genjek di Buleleng, Bali
Dikti (Fundamental),
30.800.000, -
8
2011
Anak Jalanan Perempuan dalam Relasi Kuasa dan Kekerasan (Studi Etnografi tentang Wacana Tersembunyi dalam Kehidupan Anak Jalanan Perempuan di Kawasan Wisata Lovina, Buleleng, Bali)
Dikti (Fundamental)
38.750.000, -
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun
1
2006
2
2007
3
2008
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Gender Dalam Keluarga di Kecamatan Sawan Pengarusutamaan Gender di Kecamatan Tejakula Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kecamatan Seririt
Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp) Kantor PMD 5.000.000,Kab. Buleleng Kantor PMD 5.000.000,Kab. Buleleng Kantor PMD 5.000.000,Kab. Buleleng
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal No 6 7
Judul Artikel Ilmiah Masalah Setelah Kemerdekaan (Kasus Minahasa): Sukarno dan Budaya Nasional Pengembangan Buku Panduan Adil Gender dalam Pembelajaran Agama Hindu di SD
Vol.No./Tahun 2009 2011
Nama Jurnal Candra Sangkala JPP Undiksha
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir No Nama Pertemuan Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Ilmiah/Seminar Tempat 1 Lemlit Undiksha Penulisan Berperspektif Perempuan Pebruari/20 Singaraja dalam Riset Sosial 08 2 HMJ Sejarah , Memadukan Konsep Yin dan Yang April /2008 Undiksha dalam Kepemimpinan Perempuan di Singaraja Era Kesejagatan 3 Kantor Teknik Analisis Gender dalam Bidang Mei/2008 114
4 5
6
7
8 9
PMDKab.Bulelen g Kantor PMD Kab. Buleleng Kantor PMD Kab. Buleleng Kajian Budaya Universitas Udayana FBS Undiksha,Singara ja SMPN 3 Dawan, Klungkung SMPN 3 Dawan, Klungkung
Pendidikan Kekerasan Berbasis Gender
Mei/2008
Perempuan dan Anak dalam Bayangbayang Trafiking (Eksploitasi Manusia yang Diperdagangkan) Menyelami Samudera Silang Sengketa Diskursus (Pemikiran Foucault dan Gramsci) Timbangan Novel Sutasoma: Berpacu Antara Kelembutan dan Kekerasan (Bedah Novel Karya Cok Sawitri) Penulisan Bahan Ajar
Mei/2008
Menggapai Harapan Melalui Pendayagunaan Media Pembelajaran
Mei/2009
Agustus/20 09 Desember/2 009 Desember/2 010
Pengalaman Penulisan Buku Dalam 5 Tahun Terakhir 1. Etnisitas, Pluralisme, dan Multikulturalisme. Perspektif Kajian Budaya. 2009. Aron Meko Mbete (Editor). Denpasar: Pascasarjana, Kajian Budaya Unud. ISBN 978-602-95470-0-9. 2. Ajeg Bali dalam Perspektif Pendidikan.Wacana dari Undiksha. 2011. Prof. Bawa Atmadja dkk., (Editor) Singaraja: Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha. ISBN. 976-602-8310-57-4. H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir Belum ada I. Pengalaman Merumusakan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir Belum ada J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir Belum ada Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata (CV) ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan proposal P2M UNDIKSHA 2011.
115
116