Laporan Tahunan 2008
PENDAHULUAN
B
erdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 16/ Permentan/OT.140/3/ 2006. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dibentuk di setiap propinsi, merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian. BPTP Riau memiliki tugas pokok melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi dan dalam melaksanakan tugasnya BPTP Riau memiliki fungsi : 1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi pertanian, 3) Penyiapan paket teknologi untuk penyuluhan pertanian, 4) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. Visi BPTP Riau adalah menjadi institusi terkemuka dalam penelitian, pengkajian dan pengembangan pertanian wilayah yang mampu menghasilkan teknologi spesifik lokasi berwawasan agribisnis untuk mendukung program pembangunan pertanian daerah dan meningkatkan kesejahteraan petani serta pengguna teknologi lain di Propinsi Riau dan Kepulauan Riau. Adapun misi yang diemban adalah : 1) Mewujudkan regionalisasi penelitian, pengkajian dan pengembangan pertanian berdasarkan keragaman sumberdaya pertanian, 2)Mendukung percepatan pembangunan pedesaan /pertanian melalui penyediaan paket teknologi spesifik lokasi berwawasan agribisnis, 3) Mempercepat transfer teknologi kepada pengguna dan mendapatkan umpan balik untuk penajaman program penelitian/ pengkajian pertanian, 4) Menyediakan advokasi dalam penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi, 5) Meningkatkan sumberdaya manusia dan fasilitasi institusi dalam
penyediaan teknologi pertanian dan 6) Mengembangkan dan memperkuat jaringan kerja dalam penguasaan dan pemanfaatan IPTEK di bidang pertanian. Sampai dengan tahun anggaran 2008, wilayah kerja BPTP Riau mencakup wilayah Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan Riau. Dalam melaksanakan tugasnya BPTP Riau dipimpin oleh pejabat struktural Eselon III d dan dibantu oleh dua pejabat struktural, Eselon III c dan IV a yaitu Kepala Sub. Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, serta pejabat fungsional peneliti, penyuluh, teknisi, dan tenaga administrasi. Dalam kerangka operasional, pelaksanaan visi dan misi BPTP Riau sesuai Renstra tahun 2005 - 2009 dilaksanakan dengan mengimple-mentasikan Diseminasi di 6 lokasi/kabupaten/desa Prima Tani di Propinsi Riau dan 1 lokasi/kabupaten/desa di Propinsi Kepulauan Riau, monitoring dan evaluasi oleh Tim Monev. Selain itu untuk mendukung percepatan pembangunan pedesaan/pertanian melalui penyediaan paket teknologi spesifik lokasi berwawasan agribisnis, dan mempercepat transfer teknologi kepada pengguna dan mendapatkan umpan balik untuk penajaman program penelitian/pengkajian pertanian, serta menyediakan advokasi dalam penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi, BPTP Riau melaksanakan kegiatan kerjasama pengkajian dengan instansi lingkup Pemda Propinsi dan Kabupaten di Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan Riau. Seiring dengan program pemerintah membantu petani dalam akses terhadap permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah, maka ditempuh melalui pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan melalui program PUAP, mulai
1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
tahun 2008 BPTP Riau diamanahkan sebagai Sekretariat Tim Pelaksana Pembina PUAP untuk dua propinsi yaitu Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan Riau.
STRUKTUR ORGANISASI DAN MANAJEMEN Struktur organisasi BPTP Riau terdiri atas: a) Kepala Balai, b) Sub Bagian Tata Usaha, meliputi : Urusan Kepegawaian, Urusan Keuangan, Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan, serta Perencanaan dan Pelaporan, c) Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, meliputi : Penanggung Jawab Perpustakaan, Penanggung Jawab Alat dan Mesin Pertanian, Penanggung Jawab Audio Visual, Penanggung Jawab Laboratorium dan Penanggung Jawab Kerja Sama Penelitian, d) Koordinator Program. Selain itu BPTP Riau didukung oleh Kelompok Fungsional yang terdiri atas : a) Kelompok Pengkaji Sumberdaya, b) Kelompok Pengkaji Budidaya, dan c) Kelompok Pengkaji Sosial Ekonomi .
urusan kesejahteraan pegawai, melakukan urusan tata usaha kepegawaian, melakukan urusan mutasi pegawai, menyiapkan bahan evaluasi kinerja pegawai dan melakukan penyiapan bahan pendayagunaan jabatan fungsional. Sampai dengan 31 Desember 2008 BPTP Riau mempunyai 78 orang tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS), 8 orang Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), 6 orang tenaga honorer dan 5 orang tenaga kontrak. Komposisi pegawai menurut jenjang fungsional, 19 orang yang sudah memiliki jenjang fungsional peneliti, 6 orang fungsional penyuluh, dan 11 orang pengkaji belum memiliki jenjang fungsional serta 7 orang CPNS. Pada tahun anggaran 2008 di BPTP Riau terjadi pengurangan jumlah pegawai antara lain disebabkan: 1 orang staf pindah ke Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kampar dengan alasan mengikuti suami. Sebaran jumlah tenaga BPTP Riau menurut pangkat golongan, tingkat pendidikan dan jabatan fungsional disajikan pada Tabel 1 hingga Tabel 5. Tabel
Tata Usaha Berdasarkan SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor: 31/ Kpts/ OT. 160/J/2/07, tanggal 20 Februari 2007 tentang rincian tugas pekerjaan Eselon IV Balai Penelitian dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan serta rumah tangga. Urusan Kepegawaian Urusan kepegawaian bertugas menyiapkan bahan penyusunan kebutuhan pegawai, menyiapkan bahan penyusunan pengembangan pegawai, melakukan
1.
Tenaga PNS Berdasarkan Golongan Kepangkatan dan Bidang Pekerjaan per 31 Desember 2008 Golongan
N o
Bidang Pekerjaan
1
Jlh IV
III
II
I
Peneliti
3
16
-
-
19
2
Penyuluh
2
4
-
-
6
3
Teknisi
-
-
1
-
1
4
Administrasi
1
16
16
6
39
5
Calon Peneliti
-
13
-
-
13
6
Calon Penyuluh
-
1
7
-
8
Jumlah
6
50
24
6
86
2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 2. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan dan Pendidikan per 31 Desember 2008
Tabel 5. Tenaga PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Bidang Pekerjaan per 31 Desember 2008
Golongan No
Pendidikan
Jlh IV
III
II
I
1
S3
-
1
-
-
1
2
S2
6
8
-
-
14
3
S1
-
27
-
-
27
4
D4
-
-
-
-
-
5
D3
-
2
3
-
5
6
S0
-
-
-
-
-
7
SLTA
-
12
21
-
33
8
SLTP
-
-
-
4
4
SD
-
-
-
2
2
6
50
24
6
86
9
Jumlah
Tabel 3. Tenaga Honor BPTP Riau per 31 Desember 2008 No
Pendidikan
Jumlah
1
S1
1
2
D3
-
SLTA
4
3 4
SLTP
-
5
SD
1
Jumlah
Ket. Sedang proses CPNS
2 orang sudah PNS dan 2 orang sedang proses CPNS
6
Tabel 4. Tenaga Kontrak BPTP Riau per 31 Desember 2008 No
Pendidikan
Jumlah
1
S1
3
2
D3
-
3
SLTA
2
4
SLTP
-
5
SD
Jumlah
Keterangan
Tingkat Pendidikan
Bidang Pekerjaan
Jlh S3
S2
S1
D4
D3
SMU
SMP
SD
Peneliti
1
8
10
-
-
-
-
-
19
Penyuluh
-
3
3
-
-
-
-
-
6
Teknisi
-
-
-
-
-
1
-
-
1
Adm
-
1
2
-
5
25
4
2
39
Calon Peneliti
-
2
11
-
-
-
-
-
13
Calon Peyuluh
-
-
1
-
-
7
-
-
8
Jumlah
1
14
27
-
5
33
4
2
86
Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya pegawai, pada tahun anggaran 2008, 3 orang staf peneliti BPTP Riau mengikuti program tugas belajar. Dua orang mengikuti program tugas belajar Pasca Sarjana S3 dan 1 orang peneliti mengikuti program Pasca Sarjana S2. Tenaga PNS Berdasarkan Jabatan Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2008 disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Tenaga PNS Berdasarkan Jabatan Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2008 No
Tingkat Pendidikan
Jabatan Fungsional
Jlh
S3
S2
S1
S0
-
-
1
Peneliti Utama
-
-
-
2
Peneliti Madya
1
3
-
-
4
3
Peneliti Muda
-
5
5
-
10
4
Peneliti Pertama
-
-
5
-
5
5
Penyuluh Utama
-
-
-
-
-
6
Penyuluh Madya
-
1
-
-
1
7
Penyuluh Muda
-
2
2
-
4
8
Penyuluh Pertama
-
-
1
-
1
9
Asisten Penyuluh
5
Jumlah
-
-
-
-
-
1
11
13
-
25
3 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Daftar PNS berdasarkan bidang pekerjaan dan disiplin ilmu pendidikan dari S0 sampai dengan S3 per Desember 2007 disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Daftar PNS Berdasarkan Bidang Pekerjaan dan Disiplin Ilmu Pendidikan S0 sampai dengan S3 per 31 Desember 2008 Disiplin Ilmu Agronomi Teknologi Pertanian Teknologi Benih Pemuliaan Tanaman Budidaya Perikanan Lingkungan Produksi Ternak Sosial Ekonomi Hama Penyakit Tumbuhan Penyuluh Pertanian Manajemen Komputer STM Pertanian Teknologi Pasca Panen Pakan Ternak Budidaya Pertanian Tanah Ekologi Pengelolaan SD Pertanian Pengelolaan SD Air Agroklimat Ilmu Ternak Komunikasi Pemb. Pertanian Ilmu Pertanian Sosial Perikanan Ilmu Tanah Biologi Manajemen Ternak D3 SLTA SLTP SD Jumlah
Peneliti
Penyuluh
Calon Peneliti/ Penyuluh 1
Teknisi
Adm
1 1
1
2
2
2
1
1
1
1
1 8
2 1 1
3
3
1 1
1 1
1
1 1 1
1
1
19
6
13
1
4 33 4 2 47
Urusan kepegawaian BPTP Riau selain menangani masalah kepegawaian juga bertugas untuk melakukan administrasi surat menyurat, yaitu meliputi surat masuk, surat keluar, penggandaan surat dan pengarsipan. Dari pelaksanaan surat menyurat yang dilakukan pada tahun 2008, jumlah surat masuk 595 surat, dan surat keluar berjumlah 771 surat. Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan Urusan Rumah Tangga dan perlengkapan memiliki tugas antara lain: melakukan penatausahaan barang milik negara, menyiapkan bahan penyusunan laporan kekayaan negara, melakukan urusan penghapusan dan pemanfaatan barang milik negara. Melakukan tata letak ruang, penataan taman dan menjaga kebersihan lingkungan kantor, serta pengaturan penggunaan gedung kantor. BPTP Riau sampai dengan 31 Desember 2008 telah memiliki 2 unit gedung utama, 1 unit di Pekanbaru, dan 1 unit di Tanjung Pinang. Selain gedung kantor terdapat juga 1 unit rumah jabatan dan 18 unit rumah dinas, 2 unit mess, 1 unit di Pekanbaru dan 1 unit di Tanjung Pinang. Mobilitas aktivitas kantor didukung oleh kendaraan operasional yang masih layak pakai terdiri atas 3 unit mobil dan 13 sepeda motor untuk BPTP Riau dan 1 unit mobil di Laboratorium Diseminasi Tanjung Pinang . Barang-barang milik negara yang mendukung operasional kegiatan BPTP Riau dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 3. Pada tahun 2008 dilakukan pengadaan barang sejumlah 35 unit yang terdiri dari komputer, printer, scanner, LCD dll. Rekapitulasi pengadaan barang tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.
4 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 8.Rekapitulasi Pengadaan Barang BPTP Riau Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Barang Laptop Kamera digital Scanner Printer Komputer Komputer server UPS Switch 16 Port Tape recorder LCD Screen Jumlah
Merek Sony Canon HP HP HP IBM ICA D-Link polytron Infokus -
Jumlah (unit) 4 2 2 8 7 1 6 1 1 2 1 35
Urusan Perencaan dan Keuangan Urusan Perencanaan dan keuangan memiliki tugas melakukan urusan perbendaharaan, melakukan urusan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), melakukan urusan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM), menyiapkan bahan penyusunan laporan keuangan, penyiapan bahan penyusunan anggaran pengkajian dan diseminasi serta menyusun data base dan SIM. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi dan penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Kerjasama Penelitian Penanggung jawab Kerjasama Penelitian memiliki tugas untuk menyiapkan bahan perencanaan kerja sama penelitian/pengkajian, melakukan penyiapan bahan evaluasi kerjasama
penelitian/ pengkajian, dan melakukan administrasi kerjasama pengkajian. Pada tahun 2008 kegiatan kerja sama penelitian/pengkajian yang dilaksanakan BPTP Riau dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rekapitulasi Kerjasama Penelitian BPTP Riau Tahun 2008
No
Judul Kerjasama
Nama Mitra
1. Perbaikan Mutu dan Karakter Benih Padi Kabupaten Pelalawan 2
3.
4
5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Pelalawan Studi Kelayakan Diversifikasi Dinas Perkebunan Kakao Di Kecamatan Teluk Kab. Pelalawan Meranti dan Kuala Kampar Kab. Pelalawan Roadmap Pengolahan dan Dinas Peternakan Pemasaran Hasil Sapi dan Propinsi Riau Ayam Potong Propinsi Riau Tahun 2009-2013 Advokasi Budidaya Salak di Dinas Tanaman Kab. Siak Pangan dan Perkebunan Kab. Siak Uji Multi Lokasi Salak Dinas Pertanian Kab. Varietas Unggul di Kab. Bintan, Balitbu Bintan
Sarana Pengkajian Penanggung jawab sarana pengkajian (penjab alat dan mesin pertanian) dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab terhadap pemeliharanan alat dan mesin pertanian dan pengaturan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam mendukung kegiatan pengkajian dan diseminasi. Perpustakaan Tugas penanggung jawab perpustakaan adalah : mengelola perpustakaan, menyiapkan bahan dan mendokumentasikan hasil-hasil pengkajian dalam bentuk perangkat lunak (software)dan perangkat keras(hardware). Secara umum koleksi perpustakaan BPTP Riau meliputi tanaman pangan,
5 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
peternakan, hortikultura, perikanan, bidang ilmu yang berkaitan dengan pertanian seperti ekonomi pertanian, kesehatan pangan, biologi dan lain sebagainya Pengunjung perpustakaan pada tahun 2008 yang tercatat di buku tamu digital sebanyak 155 orang terdiri dari mahasiswa, pelajar, pengkaji, petani, penyuluh, peneliti, karyawan/staff, pustakawan, dan umum. Sebenarnya jumlah pengunjung perpustakaan lebih dari 155 orang, namun banyak pengunjung yang tidak mengisi buku tamu, terutama pengunjung internal. Mulai bulan Mei 2008 Perpustakaan BPTP Riau menambah jenis layanan yaitu perpustakaan digital. Adapun jumlah koleksi yang sudah dientry sampai 31 Desember 2008 sebanyak 1.501 eksemplar meliputi prosiding, leaflet, buletin, dan buku. Sedangkan yang belum di entry ditargetkan selesai pada bulan April 2009. Koleksi perpustakaan BPTP Riau hingga 31 Desember 2008 dapat dlihat pada Tabel 10. Tabel 10.
-
Koleksi Perpustakaan BPTP Riau per 31 Desember 2008
No Jenis Koleksi 1. Buku (Teks Book) 2. Publikasi Ilmiah Buletin Jurnal Paket Informasi Hasil-hasil Penelitian Universitas 3. 4. 5. 6. 7.
Warta/lembar informasi pertanian Publikasi Fungsional Non Peneliti Laporan Teknis Laporan Penelitian/pengkajian Statistika Total
Jumlah 1.407 114 835 143 27 5.387 154 158 289 81 8.595
Jumlah koleksi Perpustakaan tahun 2008 bertambah 54 eksemplar terdiri dari buletin, jurnal, paket informasi, hasil penelitian universitas, warta, publikasi fungsional non peneliti, dan laporan teknis. Rekapitulasi Penambahan Koleksi
Perpustakaan BPTP Riau Tahun 2008 disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Rekapitulasi Penambahan Koleksi Perpustakaan BPTP Riau Tahun 2008 No 1 2 3 4
5 6
Jenis Publikasi Buletin Jurnal Paket Informasi Hasil Penelitian Universitas Warta Publikasi Fungsional Non Peneliti Laporan Teknis Total
Jumlah 2 12 15 2
Keterangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan Sumbangan
15 3
Sumbangan Sumbangan
5 54
Sumbangan
Laboratorium Laboratorium yang telah beroperasional secara optimal di BPTP Riau adalah Laboratorium Tanah dan Tanaman. Laboratorium ini bertugas untuk melayani permintaan analisa penelitian baik dari BPTP maupun perguruan tinggi, dinas intansi terkait, petani dan pihak swasta. Pada tahun 2008 Laboratorium BPTP Riau hanya bisa melayani secara langsung untuk menganalisis sampel tanah dan tanaman terbatas pada parameter unsur-unsur makro karena keterbatasan alat yang dimiliki, Laboratorium BPTP Riau belum dilengkapi dengan perangkat alat yang dapat menganalisis unsur mikro. Jumlah sampel yang masuk pada tahun 2008 sebanyak 64 sampel meliputi tanah, tanaman, pupuk/kompos, maupun pakan yang diajukan oleh berbagai instansi atau perorangan. Mulai bulan Agustus 2008 spektrofotometer dan flamephotometer mengalami kerusakan sehingga pengelola Laboratorium tidak bisa melayani permintaan analisa sampel, kerusakan jaringan listrik mulai bulan Oktober 2008 juga membuat aktivitas Laboratorium terganggu. Rekapitulasi pengguna Jasa Analisa Laboratorium BPTP Riau Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 12.
6 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel No
12.
Rekapitulasi Pengguna Jasa Analisa Laboratorium BPTP Riau Tahun 2008
Nama/ Lembaga Staf Pengajar/ Mahasiswa (S1) dan Pascasarjana UIR
Jenis Sampel Tanah, tanaman, pupuk organik
2
Mahasiswa (S1) dan Pasca Sarjana UNRI
Tanah dan tanaman, pupuk organik
3
Peneliti / Penyuluh BPTP Riau
Tanah, pupuk organik
1
4
Dinas BP DAS Indragiri Rokan
Tanah
5
Balai Benih Kehutanan Prop Riau
Tanah
6
Petani / Kelompok Tani
Tanah, pupuk dan tanaman
7
Litbang Kehutanan Kuok
Tanah
Jenis Analisa pH, tekstur, Corganik, N-total, P dan K tersedia, KTK dan basabasa, Al-dd, Hdd pH, tekstur, Corganik, N-total, P dan K tersedia,KTK dan basa-basa, Al-dd, H-dd pH, tekstur, Corganik, N-total, P dan K tersedia, KTK dan basabasa pH, tekstur, Corganik, N-total, P dan K tersedia, KTK dan basabasa pH, tekstur, Corganik, N-total, P dan K tersedia,KTK dan basa-basa, Al-dd, H-dd pH, tekstur, Corganik, N-total, P dan K tersedia,KTK dan basa-basa pH, tekstur, Corganik, N-total, P dan K tersedia,KTK dan basa-basa, Al-dd, H-dd
Program Pengkajian Berdasarkan SK kepala BPTP Riau Nomor 09/ OT.140/J.12.5/01/2008 Tentang Pembentukan Tim Program BPTP Riau telah dibentuk Koordinator Program yang memiliki tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kegiatan pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, mempersiapkan bahan penyusunan program pengkajian teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi, melakukan penyiapan bahan penyusunan anggaran pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, mempersiapkan bahan rencana pengembangan dan implementasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) program dan anggaran, melakukan penyiapan bahan pemantauan pelaksanaan program dan anggaran, melakukan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran, dan melakukan penyiapan bahan penyusunan laporan pelaksanaan program, SIMONEV, dan LAKIP. Evaluasi dan Pelaporan Telah dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) pada 7 lokasi Prima Tani yang tersebar pada enam kabupaten di Propinsi Riau dan satu kabupaten di Propinsi Kepulauan Riau. Enam kabupaten di Propinsi Riau yaitu : Kabupaten Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan, Kampar, Rokan Hulu, Bengkalis dan satu Kabupaten di Propinsi Kepulauan Riau yaitu Kabupaten Bintan. Prima Tani Kabupaten Indragiri Hilir telah memasuki tahun ketiga pada 2008 ini, sedangkan enam Prima Tani yang lainnya memasuki tahun kedua.Monitoring bertujuan untuk memantau kegiatan yang sedang berjalan, sedangkan evaluasi untuk menilai kegiatan yang telah berjalan (kegiatan Prima Tani tahun 2007). Hasil Monev tahun 2008 dapat disampaikan sebagai berikut : 1. Evaluasi kegiatan Prima Tani tahun 2008 memberikan data bahwa realisasi keuangan sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.
Prima Tani Indragiri Hilir Prima Tani Indragiri Hulu Prima Tani Pelalawan Prima Tani Kampar Prima Tani Rokan Hulu Prima Tani Bengkalis Prima Tani Bintan
: 88,69 % : 93,35 % : 94,21 : 94,74 % : 88,92 % : 88,23 % : 92,14 %
7 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
2. Masing-masing Prima Tani sesuai agroekosistem dan musyawarah dengan petani di lokasi Prima Tani telah menetapkan beberapa komoditas utama. Berikut komoditas utama di masing-masing Prima Tani Tabel 13. Tabel 13. Komoditas Utama di Masing-Masing Prima Tani LOKASI PRIMA TANI Indragiri Hilir
Indragiri Hulu
Pelalawan
Kampar
Rokan Hulu
Bengkalis
Bintan
KOMODITAS UTAMA -
-
Padi sawah Ternak kambing Ternak sapi Kelapa sawit Ternak sapi Padi gogo Karet Tanaman padi Inovasi kelembagaan Karet Padi Ubi kayu Ternak sapi Padi Salak Ternak sapi Tanaman karet Inovasi kelembagaan Padi Ternak sapi Kelapa sawit Sayuran (seledri, kc. Panjang, mentimun, buncis, bayam, kangkung dan sawi) Ternak sapi Karet Komoditas buahbuahan
3. Disadari memang tidak semua tujuan dan luaran yang ditetapkan masingmasing Prima Tani dapat dicapai dengan baik yang disebabkan oleh masalah teknis dan non teknis. 4. Secara administratif dalam perencanaan (RDHP, RODHP, SK Pelaksanaan, Petunjuk Teknis) cukup baik dan lengkap. Demikian pula dengan dokumen pelaksanaan (laporan bulanan, triwulan, tengah
5.
6.
7. 8.
tahun dan dokumen foto-foto) walaupun ada yang masih saja lalai tapi masih relatif lengkap dan perlu perbaikan untuk masa yang akan datang. Tidak berbeda dengan dokumen hasil kerja (laporan bulanan, laporan triwulan dan laporan akhir) masih ada yang perlu dibenahi untuk kedepannya. Pencapaian secara keuangan, maupun fisik Prima Tani secara keseluruhan mengalami keterlambatan karena berbagai sebab, terutama tidak dicantumkannya lagi jadwal palang tentang pencapaian sasaran fisik dan keuangan di RODHP. Pada bulan Oktober 2008 serapan dana Prima Tani baru mencapai + 53 %. Penetapan tujuan/luaran dan sasaran kegiatan kurang begitu tajam dan terkesan terlalu banyak, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan mengalami kesulitan dan hasilnya pun relatif tidak terukur. Ada satu Prima Tani yang SK Bupatinya belum selesai dan masih dalam proses. Dukungan dinas dan instansi terkait di lokasi Prima Tani cukup baik bagi berlangsungnya kegiatan Prima Tani.
ANGGARAN Anggaran BPTP Riau Pada Tahun Anggaran 2008 BPTP Riau mendapat alokasi APBN berdasarkan DIPA Nomor 2988.0/818-09.0/IV/2008 tanggal 31 Desember 2007 sebesar Rp. 8.306.560.000,00 yang membiayai kegiatan di satuan kerja (satker) BPTP Riau. Dan berdasarkan revisi DIPA I Nomor 2988.1/018-019.0/IV/2008 tanggal 2 September 2008, maka APBN satker BPTP Riau menjadi Rp. 6.749.440.000,00. Di samping itu juga BPTP Riau mendapat alokasi dana Surat Kuasa Pengguna
8 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Anggaran (SKPA) sebesar Rp. 337. 640.000,00. Berdasarkan Nomor SKPA – 1464/WPB12/KP.04/2008 tanggal 29 Mei 2008. Rincian penggunaan Anggaran BPTP Riau Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 14.
laboratorium tidak bisa direalisasikan. Tidak terealisasinya pengadaan alat laboratorium secara keseluruhan, karena revisi pengadaan alat laboratorium baru turun pada bulan Oktober 2008. Secara keseluruhan pencapaian sasaran target dan realisasi fisik dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 14. Rincian Penggunaan Anggaran BPTP Riau Tahun 2008 Jenis Belanja Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal Jumlah
Anggaran (Rupiah) 5.045.940.000 2.455.142.000 805.478.000 8.306.560.000
Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau adalah pencapaian sasaran sesuai dengan rencana (target) yang telah ditetapkan baik dalam hal fisik maupun keuangan. Pencapaian sasaran tidak terlepas dari adanya faktor internal dan faktor eksternal yang secara langsung mempengaruhi jalannya pelaksanaan kegiatan. Tolok ukur keberhasilan ini dapat dilakukan dengan analisis terhadap : a. Realisasi fisik dan keuangan. b. Aktivitas kegiatan pengkajian/penyediaan sarana prasarana. Realisasi Fisik. Secara umum pencapaian target fisik sampai akhir tahun anggaran mencapai 100 %, kecuali operasional dan pemeliharaan laboratorium (0 %) dan pengadaan alat laboratorium (50 %). Operasional dan pemeliharaan laboratorium dapat direalisasikan jika setoran PNBP dari laboratorium mencapai target. Sementara itu target yang telah ditetapkan untuk tahun 2008 tidak tercapai, sehingga operasional dan pemeliharaan
Tabel 15. Pagu dan Realisasi Fisik pada Pelaksanaan DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Tahun Anggaran 2008 N o I
Uraian Kegiatan
Prosentase pencapaian Pagu
Realisasi
Program Penerapan Pemerintahan yang Baik 1
Pembayaran gaji, honorarium & tunjangan
58,35
58,35
2
Pengadaan Pakaian Dinas
0,30
0,30
3
Pengembangan SIM
0,22
0,22
4
Pembinaan Adm & Pengelolaan Perlengkap
0,19
0,19
5
Perawatan Gedung Khusus
0,31
0,31
6
Pengadaan Perlengkapan Kantor
0,77
0,77
7
Perawatan Kendraan Bermotor Roda 4/6/10
0,49
0,49
8
Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 2
0,10
0,10
9
Perawatan Sarana Gedung
0,08
0,08
10
Langganan Daya dan Jasa Jumlah (1)
II
1,99
1,99
62,80
62,80
Program Pengembangan Agribisnis
1
Administrasi Kegiatan
3,19
3,19
2
Penyusunan Prog & Rencana Kerja/Prog
2,67
2,67
3
Evaluasi/Laboran Kegiatan
0,87
0,87
4
Penyelenggaraan Perpustakaan/Arsip/Dok
0,72
0,72
5
Pemb. Prasarana & Sarana Lingk. Gedung
0,21
3,19
6
Operasional & Pemeliharaan Laboratorium
0,02
0
7
Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung
0,78
0,78
8.
Pengadaan Alat Pengolah Data
2,26
2,26
Pengadaan Alat Laboratorium
0,85
0,43
10
Pengadaan Alat Studio & Komunikasi
0,49
0,49
11
Tek Pengembangan Agribisnis Pert Terpadu
16,16
16,16
12
Pengembangan SD Informasi IPTEK, Diseminasi, & Penjaringan Umpan Balik
8,99
8,99
Jumlah 2
37,20
36,70
Jumlah 1 + 2
100,0 0
99,50
9 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Realisasi Keuangan Perhitungan target dan realisasi keuangan disusun berdasarkan Mata Anggaran Kegiatan (MAK) dapat dilihat pada Tabel 16 dan berdasarkan jenis belanja pada Tabel 17. Realisasi keuangan berdasarkan SPM mencapai 83,60 % (Rp. 5.924.472.629,-) dari target yang diharapkan. Tabel 16. Pagu dan Realisasi Keuangan Berdasarkan MAK, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Tahun Anggaran 2008 Keuangan (Rp.) No I 1 2 3
Uraian Kegiatan
Pagu
Program Penerapan Pemerintahan yang Baik Pembayaran gaji, 4.135.560.000 honorarium & tunjangan Pengadaan Pakaian Dinas 21.375.000
Realisasi
Persen (%)
3.305.532.294
79,93
20.070.000
93,89
15.480.000
15.432.000
99,69
13.480.000
13.020.000
96,59
21.840.000
21.728.750
99,49
54.825.000
54.820.450
99,99
34.500.000
34.498.000
99,99
7.000.000
6.875.500
98.22
9
Pengembangan SIM Pembinaan Adm & Pengelolaan Perlengkap Perawatan Gedung Khusus Pengadaan Perlengkapan Kantor Perawatan Kendraan Bermotor Roda 4/6/10 Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 2 Perawatan Sarana Gedung
5.500.000
5.477.500
99,59
10
Langganan Daya dan Jasa
141.000.000
79.575.405
56,44
Jumlah (1)
4.450.560.000
3.557.029.899
79,92
226.300.000
213.393.050
94,30
189.150.000
186.714.900
98,71
61.600.000
60.112.900
97,59
51.000.000
51.000.000
100,00
15.000.000
15.000.000
100,00
4 5 6 7 8
II
Program Pengembangan Agribisnis
1
Administrasi Kegiatan Penyusunan Prog & Rencana Kerja/Prog Evaluasi/Laboran Kegiatan Penyelenggaraan Perpustakaan/Arsip/Dok Pemb. Prasarana & Sarana Lingk. Gedung Operasional & Pemeliharaan Laboratorium Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung Pengadaan Alat Pengolah Data Pengadaan Alat Laboratorium Pengadaan Alat Studio & Komunikasi Tek Pengembangan Agribisnis Pert Terpadu Pengembangan SD Informasi IPTEK, Diseminasi, & Penjaringan Umpan Balik Jumlah 2 Jumlah 1 + 2
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1.322.000
0
0
55.000.000
54.975.500
99,96
160.000.000
159.880.000
99,93
60.000.000
36.059.000
60,10
34.935.000
34.900.000
99,90
1.145.073.000
1.026.889.130
89.68
637.140.000
528.518.250
82,95
2.635.198.000
2.367.442.730
7.087.080.000
5.924.472.629
89,84 83,60
Tabel 17. Pagu dan Realisasi Keuangan Berdasarkan Jenis Belanja, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Tahun Anggaran 2008 N o
Jenis Belanja
1
Pagu
Realisasi
Sisa
Belanja Pegawai
4.717.560.000
3.803.182.284
2
Belanja Barang
2.053.585.000
1.805.534.835
248.050.165
3
Belanja Modal
315.935.000
315.755.500
179.500
Jumlah
7.087.080.000
5.924.472.629
1.162.607.371
914.377.706
Realisasi dan Sisa Anggaran per MAK Perhitungan realisasi keuangan dan sisa anggaran per MAK dibuat berdasarkan data realisasi/penerbitan SPM dan pagu yang dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 menunjukkan bahwa dari pagu yang tersedia, hampir setiap kegiatan terdapat sisa anggaran yang selanjutnya disetorkan kembali ke negara. Besarnya dana yang disetorkan kembali kurang lebih Rp. 1.162.607.371 (16,40 %). Sisa anggaran terbesar terdapat pada kegiatan pembayaran gaji, honorarium & tunjangan, teknologi pengembangan agribisnis pertanian terpadu, pengembangan sumberdaya informasi IPTEK, diseminasi dan penjaringan umpan balik serta langganan daya dan jasa. Besarnya sisa mati ini disebabkan anggaran yang tersedia dalam DIPA tahun 2008 melebih kebutuhan tahun 2008.
10 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 18. Pagu, Realisasi dan Sisa Anggaran per MAK Pelaksanaan DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Tahun Anggaran 2008 No I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
Pagu Realisasi Sisa Anggaran Uraian (Rp.) (Rp.) (Rp.) Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan & Pemerintahan Pembayaran gaji, honorarium & 4.135.560.000 3.305.532.294 830.027.706 tunjangan Pengadaan 21.375.000 20.070.000 1.305.000 Pakaian Dinas Pengembangan 15.480.000 15.432.000 48.000 SIM Pembinaan Adm & Pengelolaan 13.480.000 13.020.000 460.000 Perlengkap Perawatan Gedung 21.840.000 21.728.750 111.250 Khusus Pengadaan Perlengkapan 54.825.000 54.820.450 4.550 Kantor Perawatan Kendraan Bermotor 34.500.000 34.498.000 2.000 Roda 4/6/10 Perawatan Kendaraan 7.000.000 6.875.500 124.500 Bermotor Roda 2 Perawatan Sarana 5.500.000 5.477.500 22.500 Gedung Langganan Daya 141.000.000 79.575.405 61.424.595 dan Jasa Jumlah (1) 4.450.560.000 3.557.029.899 893.530.101 Program Pengembangan Agribisnis Administrasi 226.300.000 213.393.050 12.906.950 Kegiatan Penyusunan Prog & Rencana 189.150.000 186.714.900 2.435.100 Kerja/Prog Evaluasi/Laboran 61.600.000 60.112.900 1.487.100 Kegiatan Penyelenggaraan Perpustakaan/Arsip /Dok Pemb. Prasarana & Sarana Lingk. Gedung Operasional & Pemeliharaan Laboratorium Pengadaan Perlengkapan Sarana Gedung Pengadaan Alat Pengolah Data Pengadaan Alat Laboratorium Pengadaan Alat Studio & Komunikasi Tek Pengembangan Agribisnis Pert Terpadu Pengembangan SD Informasi IPTEK, Diseminasi, & Penjaringan Umpan Balik Jumlah 2 Jumlah 1 + 2
51.000.000
51.000.000
0
15.000.000
15.000.000
0
1.322.000
0
1.322.000
55.000.000
54.975.500
24.500
160.000.000
159.880.000
120.000
60.000.000
36.059.000
23.941.000
34.935.000
34.900.000
35.000
1.145.073.000
1.026.889.130
118.183.870
637.140.000
528.518.250
108.621.750
2.636.520.000 7.087.080.000
2.367.442.730 5.924.472.629
269.077.270 1.162.607.371
Rekapitulasi Penyetoran Pajak Tahun Anggaran 2008 Jumlah penyetoran pajak dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Tahun Anggaran 2008 yang meliputi PPn
dan PPh seperti yang tertera pada Tabel 19. Tabel 19. Rekapitulasi Penyetoran Pajak Tahun Anggaran 2008 No 1 2
Uraian Jenis Pajak PPn PPh Jumlah
Jumlah (Rp) 77.848.770 45.123.078 122.971.848
HASIL PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PERTANIAN TERPADU Prima Tani Lahan Pasang Surut Kabupaten Bengkalis Kegiatan Prima Tani Bengkalis di Desa Sungai Siput, memiliki agroekosistem lahan pasang surut dengan dominasi tipe luapan D, aksesibilitas cukup baik dan berada pada jalur perdagangan hasil pertanian. Komoditas unggulan padi, sapi dan kelapa sawit merupakan komoditas yang banyak diusahakan masyarakat. Penggunan lahan di wilayah Prima Tani Bengkalis antara lain belukar/kebun, pemukiman, sawah/ladang. Produktivitas penggunaan lahan sawah masih sangat rendah akibat pola tanam yang ada. Padi lokal berumur panjang hanya ditanam satu kali dalam setahun sementara setelah itu lahan diberakan. Pola tanam padi dimulai saat musim hujan sekitar bulan September hingga Februari dan setelah panen lahan diberakan. Sulitnya air pada musim kemarau merupakan alasan petani sehingga membiarkan lahan tidur dan ini merupakan salah satu masalah yang belum dapat dipecahkan hingga sekarang. Akibat kondisi yang demikian, konversi lahan sawah menjadi kebun kelapa sawit cukup mengkhawatirkan di wilayah ini. Hal ini sudah terjadi pada lahan sawah agak tinggi yang tidak dapat tergenangi air kemudian ditanami kelapa sawit. Perilaku sosial
11 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
masyarakat dalam usahatani padi cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dalam setahun. Umumnya hasil panen padi dalam bentuk gabah disimpan di rumah sebagai cadangan kebutuhan setahun dan hanya akan dijual bila kondisi sangat mendesak. Kecenderungan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari adalah dari hasil panen kelapa sawit dan ternak sapi yang dipelihara. Ternak sapi umumnya dipelihara secara tradisional dan masih bersifat individual tanpa kerjasama kelompok. Jenis sapi yang dipelihara umumnya Bali dan persilangannya, kandang sederhana, tanpa makanan tambahan (konsentrat), pencegahan dan pengendalian penyakit sangat terbatas tanpa adanya bimbingan dari petugas poskeswan yang memang tidak ada di desa ini. Integrasi ternak dengan tanaman melalui penggunaan pupuk kandang belum terjadi. Kecenderungan petani untuk menanam kelapa sawit sangat tinggi walaupun program dari Pemerintah Kabupaten tidak mendukung ke arah tersebut, mengingat di wilayah ini telah dibangun Rice Procecing Complex (RPC) dengan kapasitas yang cukup tinggi. Kondisi ini terjadi sejak 10 tahun terakhir seiring dengan adanya perubahan insfrastruktur jalan di wilayah ini yang berkembang sangat cepat. Budidaya kelapa sawit masih tradisional tanpa sentuhan teknologi terutama pada penyediaan bibit berkualitas, pemupukan jarang dilakukan kecuali kalau rumah tangga petani memiliki uang yang berlebih. Dengan adanya kegiatan Prima Tani berikut paket inovasi teknologi dan kelembagaan yang ada di dalamnya sistem usaha tani masyarakat mulai membaik sedikit demi sedikit. Inovasi teknologi terbatas untuk tiga komoditas yaitu : padi
meliputi varietas unggul baru (VUB), perbenihan VUB, pola tanam, pemupukan, PHT, pengelolaan limbah sebagai pakan ternak, tata air dan pengolahan tanah, penanganan panen. Ternak sapi meliputi ; introduksi pakan konsentrat dan mineral blok, kandang komunal, introduksi hijauan unggul, teknologi penggemukan, kesehatan ternak, teknologi IB, sistem integrasi padi - ternak , pengelolaan kotoran ternak. Kelapa sawit meliputi; introduksi kultivar kecambah sawit, pembibitan kelapa sawit, tanaman sela di antara sawit muda, integrasi ternak sapi dengan kebun kelapa sawit. Inovasi kelembagaan yang dibutuhkan meliputi ; menumbuhkembangkan Klinik Agribisnis, peningkatan kemampuan kelompok tani, menumbuhkembangan lembaga penyedia sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Pelaksanaan Kegiatan implementasi teknologi padi dikoordinasikan dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkalis sehingga penggunaan hasil benih dapat dijadikan sebagai benih sebar untuk masyarakat. Implementasi Teknologi Padi dapat dilihat pada Tabel 20. Pada lokasi Prima Tani Bengkalis juga dilakukan Pendampingan Pengembangan Sapi Program Pemberantasan Kemiskinan, Kebodohan dan Pembangunan Insfrastrukur (K2I), program ini mendapat dukungan Pemerintah Propinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Progam Pemerintah Propinsi Riau K2I telah dialokasikan di lokasi Prima Tani dalam bentuk pengembangan sapi rakyat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengalokasian bantuan sapi Brahman Cross sebanyak 50 ekor serta pembangunan sarana dan prasarana.
12 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 20. Implementasi Teknologi Padi Uraian Pengolahan tanah Penggunaan varietas unggul Cara tanam Jarak tanam/jlh biji per lubang Pemupukan spesifik lokasi Pengendalian hama Produksi panen
Spesifikasi/Jenis Olah tanah sederhana Sei Lalan, Margasari, Mayang Tugal 30 x 45 cm, 4 biji Urea 200 Kg/Ha Sp-36 150 Kg/Ha KCl 100 Kg/Ha Penyemprotan dengan insektisida -
Konsumsi pakan konsentrat untuk semua ternak cukup bagus dan diberikan sekitar 2 - 3 Kg/ekor/hari. Sementara itu untuk pakan hijauan telah disarankan untuk melakukan penanaman hijauan makanan ternak unggul untuk mendukung pakan hijuan alam yang selama ini digunakan. Pelaksanaan kegiatan pendampingan petani program K2I dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar
1
lahan yang selama ini bera (hanya 1 kali tanam padi/tahun) dapat ditanami dengan palawija. Lahan sawah yang ditanami kedelai dan hasil panen kedelai dapat dillihat pada Gambar 2.
Tim Prima Tani Bengkalis sedang Melaksanakan Kegiatan Pendampingan Program Sapi K2I
Disamping itu dikembangkan pula laboratorium dalam bentuk implementasi teknologi pola tanam kedele. Implementasi teknologi pola tanam kedele ini telah menjadi contoh bagi masyarakat bahwa
a
b
Gambar 2. a) Lahan Sawah yang Diberakan Ditanami Kedelai. b) Hasil Panen Kedelai.
Pengembangan kelapa sawit di Prima Tani Bengkalis dilaksanakan secara bertahap. Sebelum Prima Tani, petani belum menaruh perhatian pada sanitasi kebun. Padahal kebun yang tidak terawat sangat rentan terhadap serangan OPT. Setelah ada Prima Tani sanitasi kebun mulai diperhatikan, di samping itu limbah kelapa sawit seperti pelepah dan tandan kosong kelapa sawit selanjutnya diolah menjadi pakan ternak. Selama tahun 2008 Tim Prima Tani Bengkalis bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan telah mengadakan Pelatihan Manajemen Kelapa Sawit bagi petani. Pelaksanaan Pelatihan Manajemen Kelapa Sawit bagi Petani dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
13 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 21. Sinkronisasi Program dan Alokasi Dana Pemerintah Propinsi Riau dan Kabupaten Bengkalis No
Uraian
1.
Program K2I Peternakan : Pengadaan sapi Brahman cross, kandang komunal, sapronak
2. Gambar 3. Tim PPKS Medan sedang Memberi Pengarahan dalam Pelatihan Manajemen Kelapa Sawit
3.
4.
5.
Gambar 4. Petani yang Tergabung dalam Gapoktan sedang Mengikuti Pelatihan Manajemen Kelapa Sawit
Adapun sinergi program pada tahun 2008 dan dana yang telah teralokasi ke desa Prima Tani terlihat seperti pada Tabel 21.
Program Peningkatan Sumberdaya Kelompok Tani : Pembangunan saung tani Program Pendukung P2BN Pengadaan saprodi untuk kelompok Program Peningkatan Produksi Pembuatan tata air mikro Program Peningkatan Sarana Pembuatan jalan usaha tani pada dusun sidorejo
Alokasi Dana (Rp.000) 600.000
150.000
250.000
100.000
740.000
Sumber Dana Disnak Propinsi Riau Disnak Kab. Bengkalis APBD I + APBD II Distannak Kab. Bengkalis APBD II
Distannak Kab. Bengkalis APBD II Distan Prov. Riau APBD I
Kimpraswil Kab. Bengkalis APBD II
Dengan adanya dukungan program dan alokasi dana tersebut, maka Prima Tani Bengkalis diapresiasi dengan baik oleh Propinsi Riau maupun Pemerintah Kabupaten mengingat model pembangunan pertaniannya telah terintegrasi.
14 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Prima Tani Lahan Sawah Semi Intensif Kabupaten Rokan Hulu Ruang lingkup kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Semi Intensif Kabupaten Rokan Hulu meliputi wilayah Desa Rambah Baru. Komoditas yang dikembangkan terdiri atas padi sawah, ternak sapi, salak dan karet serta kelembagaan ekonomi pedesaan yaitu kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi dan kelembagaan pengolahan dan pemasaran hasil. Desa Rambah Baru memiliki luas 707,5 ha, 320 ha diantaranya (45,23 %) merupakan sawah irigasi teknis yang dapat ditanami padi sawah dua kali dalam setahun. Teknologi budidaya padi sawah sudah berkembang di daerah ini (Gambar 5), seperti varietas, teknologi pemupukan, pemeliharaan tanaman dan pasca panen. Beberapa varietas unggul padi sawah seperti Maros, Batang Piaman, IR 64, Cisadane dan beberapa varietas lainnya telah diintroduksikan di daerah ini, namun yang disukai masyarakat dan masih bertahan adalah varietas IR 64, tetapi produktivitasnya baru mencapai 3,1 ton per/ha. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi sawah tersebut adalah perbaikan varietas melalui intoduksi Varietas Unggul Ciherang pada tahun 2007. Varietas ini sudah berkembang kurang lebih 60 % dari total areal sawah di lokasi ini dan desa sekitarnya melalui dinas pertanian pada tahun 2008. Pada Tahun 2008 di introduksikan satu varietas lagi yaitu Cisantana sebagai pergiliran varietas setelah Ciherang. Kegiatan lainnya menunjang teknologi padi sawah adalah pemupukan spesifik lokasi, pengendalian hama terpadu, alsintan dan penanganan pasca panen.
Gambar 5. Paket Teknologi Padi Sawah Spesifik Lokasi yang Diintroduksikan Kepada Masyarakat Desa Rambah Baru
Selain sebagai daerah persawahan Desa Rambah Baru juga merupakan sentra produksi ternak sapi. Jumlah ternak sapi di Desa ini (akhir tahun 2006) mencapai 890 ekor yang pada umumnya merupakan usaha pembibitan ternak. Pada tahun 2007 telah mulai berkembang sistem penggemukan yang dilakukan secara komunal 5-10 ekor sapi per kandang. Teknologi budidaya ternak sapi seperti perkandangan, pakan, pemberian konsentrat, pengendalian hama penyakit, telah berkembang tapi masih perlu ditingkatkan. Ketersediaan pakan merupakan kendala utama bagi peternak terutama pada musim kemarau yang harus dicari diluar desa yang berjarak sampai 10 km, padahal limbah hasil padi sawah terbuang percuma atau dibakar di sawah, Untuk mengatasi kekurangan hijauan khususnya dan budidaya ternak sapi umumnya kegiatan yang dilakukan adalah introduksi bibit rumput unggul, pemanfaatan jerami fermentasi untuk pakan ternak, peningkatan angka kelahiran, pengendalian penyakit, dan pengolahan limbah ternak sebagai pupuk alternatif. Pengolahan limbah ternak sebagai pupuk alternatif dapat dilihat pada Gambar 6.
15 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Gambar 7.
Gambar 6. Tim Prima Tani Bersama Petani Melakukan Pengolahan Kotoran Ternak menjadi Pupuk Alternatif
Umumnya petani di Desa Rambah Baru memiliki lahan pekarangan yang cukup luas yaitu 0,25 ha. Pemanfaatan lahan pekarangan ini selain tempat tinggal (rumah) juga pemeliharaan ternak dan penanaman tanaman buah-buahan. Tanaman buah-buahan yang berkembang di daerah ini adalah tanaman salak yang ditanam di lahan pekarangan, penanaman tanaman salak di lahan pekarangan dapat dilihat pada Gambar 7. Produktivitas tanaman salak di desa ini masih rendah, baru mencapai 7 kg / pohon / tahun. Untuk meningkatkan produktivitas salak ini dilakukan pembuatan kebun percontohan, perbaikan teknologi budidaya melalui perbanyakan bibit melalui cangkokan, pemangkasan pelepah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit.
Untuk Menambah Pendapatan Petani Melakukan Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Menanam Salak
Tanaman karet umumnya ditanam pada lahan kering yang tidak terairi oleh air irigasi. Produktivitas karet masih rendah karena intensitas penyadapan cukup tinggi yang mengakibatkan banyak tanaman yang terserang penyakit bidang sadap. Penyakit bidang sadap ini merupakan kegitan yang akan ditangani dalam peningkatan produktivitas karet selain teknologi pemupukan. Kinerja Prima Tani dalam teknologi budidaya karet belum pernah dilaksanakan dengan beberapa alasan yaitu 1) Semakin banyak lahan sawah yang beralih fungsi menjadi kebun karet padahal sawah tersebut merupakan sawah potensial yang dapat diairi dengan baik. 2) Belum ada peraturan daearh yang mengatur tata ruang untuk peruntukan komoditas terutama lahan sawah. Kelembagaan tani merupakan fokus kegiatan yang dapat menggerakkan pembangunan pertanian. Di desa ini terdapat 14 kelompok tani berdasarkan hamparan sawah dan termasuk juga komoditas ternak. Didesa ini juga terdapat satu kelompok khusus petani salak yang beranggotakan sebanyak 47 orang. Kelembagaan lain belum berkembang seperti pengolahan hasil, alsintan, pasca panen yang masih dilakukan secara
16 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
individual. Kegiatan pembenahan kelompok tani dan kelembagaan lainnya merupakan fokus yang akan di dikembangkan di Desa Rambah baru. Pembinaan kelembagaan masih terbatas pada pembenahan dan pembinaan kelompok tani dan Gapoktan. Dalam mendukung kegiatan Prima Tani terdapat klinik agribisnis tempat petani mendapatkan informasi baru, konsultasi usahatani dan tempat bermusyawarah. Peningkatan dan penguatan klinik agribisnis melalui peningkatan informasi berupa buku-buku, peningkatan kegiatan. Klinik agribisnis belum banyak dimanfaatkan petani sebagai wadah kosultasi dan pencarian informasi usahatani karena letak klinik jauh dari kelompok binaan terutama padi dan ternak. Prima Tani Lahan Rawa Lebak Dangkal Iklim Basah dan Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah Kabupaten Pelalawan Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu kawasan berkembang yang terpilih sebagai salah satu wilayah andalan untuk menerapkan Prima Tani pada lahan rawa lebak iklim basah dan lahan kering dataran rendah iklim basah. Kecamatan Bunut dalam wilayah Kabupaten Pelalawan, memiliki luas 111.887 ha, yang terdiri dari 4.390 ha areal sawah, 49.916 ha perkebunan, 1.795 ha lahan tidur, 27.152 ha hutan, dan 28.635 pemukiman. Kecamatan Bunut termasuk salah satu wilayah penyebaran rawa lebak. Dari 12.790 ha rawa lebak di Kecamatan Bunut, seluas 1.375 ha berpotensi dikembangkan untuk tanaman pangan dan hortikultura. Sebanyak 125 ha lahan rawa lebak dan 191 ha lahan kering terdapat di Kelurahan Pangkalan Bunut. Dari 125 ha rawa lebak, seluas 50 ha telah dijadikan sawah pada tahun 2007. Dari 191 ha lahan
kering, 60 ha adalah hutan, 62 ha kebun karet, 37 ha tanaman tahunan atau tanaman buah-buahan, 31 ha pemukiman / kebun campuran, dan 1 ha lapangan. Komoditi yang umum diusahakan masyarakat Pangkalan Bunut adalah karet dan padi. Biasanya padi di tanam di antara tanaman karet muda dan seiring dengan perkembangan tanaman karet, lahan pertanaman untuk padi semakin sempit. Oleh karena itu, Pemerintah Kecamatan Bunut membuka kembali sawah rawa lebak yang sempat terlantar bertahun-tahun. Hasil yang diperoleh pada tahun 2007 masih cukup rendah yaitu 2,5 t/ha gabah kering panen. Rendahnya hasil tersebut dapat dimaklumi karena kondisi sawah bukaan baru belum stabil dan selama proses pembukaan lahan, lapisan topsoil banyak yang terkikis. Pada musim-musim tanam berikutnya diharapkan terjadi peningkatan hasil yang nyata. Oleh karena itu, perbaikan teknik budidaya padi dilanjutkan pada tahun 2008. Pemerintah Kabupaten Pelalawan telah mencanangkan Mandiri Pangan di Kabupaten Pelalawan yang dimulai dengan swasembada beras tahun 2008. Untuk mendukung program tersebut, sistem usahatani padi perlu diperbaiki. Petani perlu melakukan pengolahan tanah sesuai daya dukung lahan, mengatur tata air, menggunakan benih unggul bermutu, mengintensifkan penggunaan lahan dengan mengatur pola tanam, mengendalikan hama dan penyakit tanaman, panen dan pasca panen yang baik. Sejak tahun 2007 petani sudah mulai menerapkan sistem usahatani yang lebih maju dengan menanam varietas unggul baru, memupuk tanaman, dan mengendalikan hama. Indeks pertanaman akan ditingkatkan dari 100% pada tahun 2007 menjadi 200% pada tahun 2008
17 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
sehingga kebutuhan beras dalam kelurahan tercukupi. Usahatani karet adalah sumber pendapatan utama sebagian besar penduduk Kelurahan Pangkalan Bunut. Kebun karet milik penduduk sebagian besar tersebar di desa-desa sekitarnya. Penanaman karet pada umumnya tidak mengikuti teknik budidaya yang baik. Tanaman asal biji liar dibiarkan tumbuh bebas di kebun, dengan pemikiran tanaman yang kecil akan menjadi pengganti jika tanaman yang besar mati. Di samping tanaman karet yang rapat tidak teratur, kadang-kadang juga tumbuh tanaman hutan, kelapa sawit dan buahbuahan. Kondisi kebun sangat lembab dan bersemak. Secara umum informasi mengenai bibit unggul, teknik budidaya, penanggulangan penyakit serta penyadapan, baru dikenal secara terbatas. Berbagai konsekuensi atas ekstensifnya pengelolaan lahan petani telah diidentifikasi seperti a) lambat dan beragamnya pertumbuhan karet dan lamanya waktu bukaan sadap (8 - 12 tahun setelah tanam) dan b) cepatnya pertumbuhan vegetasi hutan di lahan karet. Pada umumnya tanaman karet rakyat jarang dipupuk baik pada saat TBM maupun TM. Kebanyakan tanaman karet baru memenuhi kriteria matang sadap pada umur 6-7 tahun atau tertunda 2-3 tahun yang setara dengan kerugian Rp.14 juta-24 juta. Pelukaan pada kayu saat menyadap masih ditemukan yang dapat dibuktikan dari adanya benjolan-benjolan kayu yang mengganggu kulit pulihan. Penyadapan yang dilakukan petani biasanya setengah lingkar batang dan disadap setiap hari atau dengan notasi ½ S d/1. Penyakit akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus micropus atau Rigidopurus lignosus yang lebih dikenal
sebagai Jamur Akar Putih (JAP), cukup sering ditemukan di kebun karet petani. Penyakit ini sering menyerang tanaman sejak di pembibitan hingga tanaman yang telah menghasilkan. Kering alur sadap (KAS) atau TPD (tapping panel dryness) atau BB (brown bast) juga sering ditemukan. KAS adalah gangguan fisiologis tanaman karet yang alur sadapnya kering dan tidak mengalirkan lateks bila disadap. Penyebab utama terjadinya KAS adalah ketidak-seimbangan antara lateks yang disadap dengan lateks yang terbentuk kembali dalam tanaman (regenerasi/biosintesis lateks) akibat intensitas eksploitasi atau frekuensi sadap yang tinggi. Hingga tahun 2007 di Kelurahan Pangkalan Bunut terdapat 60 ekor sapi Bali dan 30 ekor sapi Brahman. Bantuan sapi Brahman oleh Dinas Peternakan diarahkan untuk pembibitan dengan inseminasi buatan. Kepemilikan sapi Bali diserahkan kepada keluarga tani sebanyak 2 ekor per rumah tangga dan sapi Brahman 5 ekor per rumah tangga. Pada tahun 2007 sapi Bali ditempatkan di Desa Bagan Lagoh yang jaraknya 4 km dari Kelurahan Pangkalan Bunut dan sapi Brahman ditempatkan di Kelurahan Pangkalan Bunut. Pada tahun 2008 lokasi sapi Bali diharapkan telah dipindahkan ke Kelurahan Pangkalan Bunut. Kelembagaan Desa merupakan sarana pendukung yang sangat penting perannya dalam mempercepat penumbuhan dan pengembangan perekonomian desa. Di Kelurahan Pangkalan Bunut - Kecamatan Bunut, terdapat kelembagaan desa yang cukup kompeks. Hal ini disebabkan karena Kelurahan Pangkalan Bunut merupakan ibukota Kecamatan Bunut. Kelembagaan yang ada di desa ini antara lain kelembagaan pemerintahan, kesehatan, pendidikan, keagamaan, perdagangan,
18 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
pasar, lumbung desa, kelompok tani dan kelembagaan penyuluhan. Kelembagaan yang ditumbuhkan pada tahun 2007 masih perlu diaktivasi dengan kegiatan-kegiatan produktif pada tahun 2008. Perlu pembenahan hubungan lembaga produksi dengan lembaga pemasaran. Aktivitas kolektif yang masih kurang perlu ditingkatkan dengan kegiatankegiatan bersama yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah, penyuluh dan peneliti. Pada tahun 2007 belum terlihat dengan jelas adanya hubungan keterkaitan antar berbagai kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu, jaringan antar kegiatan akan diperjelas sehingga membentuk pola pada tahun 2008. Untuk memperbaiki kinerja Prima Tani tahun 2007, maka program Prima Tani masih dilanjutkan pada tahun 2008 sehingga Pangkalan Bunut diharapkan menjadi sebuah model bagi pengembangan Prima Tani ke desa-desa sekitarnya. Agar maksud tersebut dapat tercapai maka dalam penerapannya, Prima Tani harus mengacu pada Rancang Bangun yang disusun sesuai dengan hasil survey pemahaman pedesaan, daya dukung sumber daya, dan keinginan masyarakat setempat. Aktivitas Klinik Agribisnis meliputi visitor plot padi varietas unggul baru, pembibitan karet untuk pembangunan kebun entres klon unggul baru, pengobatan penyakit sapi, pelatihan petani karet, pelatihan peternak, implementasi pembuatan kandang sapi, implementasi teknologi budidaya padi, pembinaan kelembagaan KUD, dan penjalinan hubungan kerjasama dengan Pemda dan swasta. Pada tahun 2008 Klinik Agribisnis telah bekerjasama dengan PT. Tanimas Makmur Nursery di Desa Baru, Kec. Siak Hulu, Kab. Kampar menyelenggarakan
pelatihan calon penangkar skala rumah tangga yang dilakukan di Lubuk Linggau Sumatera Selatan. Rangkaian kegiatan pelatihan calon penangkar karet skala rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 8.
a
c
b
d
e
f
Gambar 8. Pelatihan Calon Penangkar di Sumatera Selatan: a) Peserta Pelatihan; b) Mendapat Pengarahan dan Pengetahuan Teori; c). Pengarahan oleh Tenaga Ahli di Lapangan; d) Praktek Memilih Kecambah; e) Membuka Pintu Okulasi; f) Mata Tempel Dibalut Plastik.
Pada tahun 2008 okulasi telah mulai dilaksanakan dan diperkirakan dapat menghasilkan 15.000 batang bibit. Dinas Perkebunan akan membeli bibit-bibit yang dihasilkan untuk dikembangkan di tempat lain. Selain itu, pembibitan batang bawah terus dilaksanakan dengan membibitkan 30.000 butir calon batang bawah. Benih karet yang dikecambahkan dan batang bawah dapat dilihat pada Gambar 9.
19 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Gambar 10. Anak Sapi Bali Hasil Perkawinan Alami
Gambar 9. Benih Karet yang Dikecambahkan pada Musim Persemaian Kedua Tahun 2008 (atas) dan Batang Bawah (bawah)
Peningkatan produktivitas tanaman karet didorong dengan pemberian pupuk sesuai kebutuhan tanaman. Pupuk yang disalurkan oleh KUD telah dimanfaatkan untuk memupuk 200 ha kebun karet di dalam dan di luar desa. Dengan teknik pemupukan dan sanitasi kebun, diperoleh peningkatan hasil getah 780 kg/ha, sehingga produktivitas kebun karet rakyat saat ini menjadi 1.800 kg/ha/tahun Perbaikan teknik budidaya padi sawah dilaksanakan dengan perluasan VUB, pengolahan tanah sempurna, pemupukan, pemanfaatan pupuk organik kotoran sapi yang sudah difermentasi, dan peningkatan indeks pertanaman. Pertumbuhan ternak sapi dipacu dengan memberikan konsentrat. Sekurangkurangnya bobot badan sapi meningkat menjadi 600 g/hari dibandingkan tahun sebelumnya hanya 300 g/hari. Sapi-sapi yang diinseminasi sudah berkembang dengan kelahiran 8 ekor anak (Gambar 10).
Pada tahun 2008 teknologi yang telah diintroduksikan kepada petani dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Jadwal dan Materi Pelatihan Petani Tahun 2008 Waktu Maret 2008
Komoditas Karet
Mei 2008 Juli 2008 September 2008 November 2008 Desember 2008
Karet Karet Karet
Materi Teknik pembuatan kebun entres dan pembibitan Pengendalian hama dan penyakit Teknik budidaya klon unggul Teknik peremajaan
Karet
Pertemuan pemecahan masalah
Karet
Panen/sadap dan pasca panen
April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008
Padi Padi Padi Padi Padi
September 2008
Padi
Oktober 2008
Padi
November 2008
Padi
Teknik budidaya padi vub Pengendalian hama dan penyakit Irigasi dan pengairan Panen dan Pasca Panen Persiapan lahan dan teknik persemaian Teknologi pemupukan lokal spesifik Kemitraan petani dengan KUD/Klintan Herbisida dan Pestisida
Maret 2008 Mei 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 November 2008
Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi Sapi
Teknik budidaya rumput pakan Teknik Perkandangan Pengendalian hama dan penyakit Teknologi penggemukan sapi Pakan buatan, nutrisi, mineral blok Teknik pembuatan biogas Pengelolaan limbah menjadi pupuk
20 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Semua dinas instansi terkait mendukung program Prima Tani dan merencanakan melanjutkan dukungan hingga tahun 2009. Dinas Pertanian sudah merencanakan menduplikasi model Klinik Agribisnis ke kecamatan lain. Dinas Perkebunan telah merancang untuk menduplikasi model penangkaran bibit karet skala rumah tangga ke desa lain dan telah terlibat aktif mewujudkan terciptanya industri perbenihan pedesaan dengan membina 15 orang calon penangkar di Balit Karet Sembawa Sumatera Selatan. Pada tahun 2009, akan dilatih lagi sekurangkurangnya 30 orang calon penangkar. Sinergi program Pemda dan Prima Tani tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Sinergi Program Pemda dan Prima Tani Tahun 2008 No 1
Program Pemda Pembinaan Pekebun dan pengembangan karet unggul
2
Pelatihan calon penangkar karet
3
Program Peningkatan Mutu Intensifikasi di Rawa Lebak Bantuan benih Bantuan hand tracktor
4
Bantuan ternak sapi
5
Pembangunan saluran irigasi dan stoplog Rencana menduplikasi prima tani (klinik teknologi) ke kecamatan lain
6
Program Prima Tani Kebun entres dan pembibitan klon unggul karet untuk menyediakan bibit bagi pengembangan Pendampingan ketat melekat agar calon penangkar tetap aktif memproduksi bibit bermutu Mengevaluasi varietas yang adaptif Menentukan dosis pemupukan spesifik lokasi Melatih petani untuk budidaya padi Visitor plot padi VUB Merancang model penyediaan pakan Mengobati ternak sakit Melatih peternak membuat kandang, silase, mineral blok, roti sapi Memanfaatkan limbah ternak Merancang penataan lahan Menyediakan panduan dan informasi yang mendukung
Prima Tani Agroekosistem Pasang Surut Kabupaten Indragiri Hilir Pembangunan wilayah desa Rumbai Jaya dalam rangka terwujudnya Agroindustrial Pedesaan (AIP) dapat dilakukan dengan dukungan potensi lahan seluas 3500 ha (93,33 %) yang sesuai untuk usaha pertanian dan penyediaan sumber pakan ternak dan kelembagaan pendukung selain lokasi wilayah yang strategis di segitiga Sijori. Komoditas yang dinilai dapat menjadi titik ungkit perguliran roda agribisnis di wilayah ini adalah : kelapa, ternak dan padi. Permasalahan utama yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka mendukung pencapaian AIP adalah: Tata air, produktivitas rendah, penanganan pasca panen dan belum optimalnya fungsi kelembagaan pendukung.Kegiatan yang dapat dilakukan untuk pencapaian AIP adalah: perbaikan saluran air dan penataan lahan; peningkatan produktivitas lahan melalui penggunaan varietas unggul baru/bibit unggul/bakalan unggul dan teknologi spesifik lokasi, diversifikasi dan integrasi tanaman ternak ; peningkatan mutu dan diversifikasi produk serta melakukan revitalisasi dan oprimalisasi kinerja kelembagaan pendukung. Inovasi teknologi yang telah dilaksanakan adalah : a). olahan tempurung kelapa. b). pembuatan nata de coco c). varietas unggul baru padi sawah d). teknologi budidaya padi VUB (pemupukan lokal spesifik, sistem tanam) e). teknologi pola tanam (padi-padi-palawija) f). teknologi pengendalian hama terpadu g). perkandangan komunal ternak kambing h). hijauan pakan ternak dan i). pembuatan pupuk organik Selama tahun 2008 Prima Tani Kabupaten Indragiri Hilir telah melaksanakan sejumlah pelatihan yaitu : 1) pelatihan pembuatan nata de coco
21 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
(Gambar 11) dan 2) pelatihan olahan arang tempurung. Revitalisasi kelembagaan dilakukan dengan pembentukan Klinik Teknologi Pertanian (Klinik Agribisnis SIMPUUL) dengan unit kegiatan : a) konsultasi (peternakan dan tanaman pangan), b) perpustakaan, c) pelatihan e) Unit usaha sarana produksi yang dikelola kelompok dengan sistem peminjaman kepada anggota kelompok dengan jangka waktu tertentu.
adopsi teknologi (d) tingginya harga pupuk dan jauh dari lahan usahatani menyebabkan petani kesulitan memupuk sesuai anjuran (e) Koordinasi yang belum optimal antara pelaksana Prima Tani dalam implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan. Sinergi program Prima Tani dengan program pemerintah daerah dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Sinergi Program antara Prima Tani dengan Program Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir No
Program Pemda
1
Bantuan kambing
2
Bantuan pompa
3
Bantuan mesin pencacah
4
Rencana pembangunan saluran irigasi dan stoplog Pembuatan Survey Identification Design (SID) Tata air Mikro)
Gambar 11. Pelatihan Pembuatan Nata De Coco
Bantuan pemerintah daerah kabupaten Indragiri Hilir untuk desa Rumbai Jaya dalam mendukung program Prima Tani adalah pompa sumur dangkal dengan bangunan dan gensetnya untuk menanggulangi kekurangan air pada musim kemarau, power threser, mesin pencacah dan pelatihan. Permasalahan yang didapatkan dilapangan meliputi (a) Sulitnya transportasi didalam desa terutama kalau musim penghujan. (b) kurangnya air pada pertanaman padi kedua (c). kondisi sosial masyarakat yang lemah semangat gotong royongnya dan cenderung bersifat menunggu atau motivasi rendah telah menghambat kelancaran percepatan
5.
Program Prima Tani
Merancang model penyediaan pakan Mengobati ternak sakit Melatih peternak membuat kandang, Memanfaatkan limbah ternak Mengatasi kekurangan air pada tanam II padi sawah. Pencegahan konversi lahan tanaman pangan ke perkebunan (sawit) Efisiensi pemupukan Pembuatan kompos tanda kelapa sawit Merancang penataan lahan
Perbaikan tata air mikro
22 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Prima Tani Agroekosistem Lahan Kering Datran Rendah Iklim Basah Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau merupakan salah satu daerah yang diandalkan untuk menerapkan Prima Tani sebagai percontohan pada lahan sawah pasang surut , lahan rawa lebak, lahan sawah irigasi dan lahan kering dataran rendah iklim basah. Desa Titian Resak merupakan salah satu lokasi kegiatan Prima Tani Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Ikim Basah. Lima pendekatan akan diaplikasikan dalam suatu sistem yang disebut kolaborasi terpadu, dengan menyatukan petani, pengusaha sarana produksi dan pedagang hasil pertanian. Dengan demikian, harapan petani tidak hanya pada peningkatan pendapatan tetapi juga akan memperoleh nilai tambah dari peningkatan kualitas sumberdaya yang mengarah pada profesionalisme dibidang usahanya, peningkatan posisi tawar, dan pemberdayaan potensi diri dan sumberdaya alam secara optimal. Untuk itu program terobosan ini perlu dikaji lebih jauh dengan melibatkan semua stakeholder dan pengambil kebijakan .Desa Titian Resak terletak di wilayah dataran rendah yang secara agroekosistem termasuk lahan kering dataran rendah beriklim basah (LKDRIB) yang terbentuk berasal dari agrekosistem lahan rawa lebak yang telah dilakukan drainase buatan. Berdasar analisis citra landsat ETM 7 Path 126 Row 059, komposit band 543 liputan 2004 dan ditunjang dengan pengamatan dilapangan, penggunaan lahan saat ini (present landuse) hanya dikelompokkan dua satuan penggunaan lahan , yaitu : kelapa sawit dan kebun karet. Luas kebun sawit diperkirakan mencapai 96,5 % (1.557 ha) dan karet 3,5 % (57 ha). Model Teknologi sistem integrasi sapi dan kelapa sawit dilaksanakan sebagai
satu percontohan pada satu kelompok tani (Gambar 12).
Gambar 12. Dilakukan Integrasi Komoditas Unggulan Kelapa Sawit dan Ternak Sapi
Pelatihan - pelatihan yang sudah dilaksanakan yaitu: 1) Pelatihan kultur teknis budidaya kelapa sawit 2) Pembuatan pakan sapi dari limbah solid dan pelepah kelapa sawit 3) Pelatihan pembuatan kompos dari kotoran sapi. 4) Pelatihan pembuatan biogas dari kotoran sapi seperti terlihat pada Gambar 13. Model Teknologi pemanfaat limbah pelepah kelapa sawit sebagai pakan alternatif dan teknologi pengolahan limbah kotoran sapi sebagai pupuk organik dan biogas meningkatkan efisiensi produksi kelapa sawit sebesar 15 persen. Peningkatan pendapatan mayarakat desa Titian Resak dari usaha on-farm, off -farm dan usaha tani lainnya naik sebesar sebesar 18,37 % pada tahn 2007 dan naik sebesar 30,35 % pada tahun 2008.
23 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Gambar
13.
a
b
c
d
Berbagai Pelatihan yang Telah Diselenggarakan Tim Prima Tani Indragiri Hulu
Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah Kabupaten Bintan Pada Prima Tani lahan kering dataran rendah beriklim basah (LKDRIB) desa Toapaya Asri, Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan. Kegiatan pengembangan agribisnis pedesaan ditekankan pada tiga aspek utama yaitu : (a) peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pemberdayaan kelembagaan, (b) penerapan inovasi teknologi efektif dan efisien serta (c) fasilitasi penguatan modal, kerjasama dan pemasaran. Sinergisme program dan sharing dana dengan pemerintah daerah sudah mulai berkembang terutama dari Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten Bintan. Di desa Toapaya Asri ada 10 kelompok tani diantaranya adalah 2 kelompok wanita tani (KWT) dan 8 kelompok tani. Nama kelompok tersebut adalah : Horti Utama, Makmur Jaya, Gotong Royong, Sumber Rezeki, Maju Jaya, Tunas Harapan, Bahagia dan Handayani. Namun kelompok yang aktif di desa Toapaya Asri adalah kelompok Horti Utama Gotong Royong dan Maju Jaya, sedangkan kelompok tani wanita (KWT) adalah kelompok tani Kapas. Pelatihan yang
pernah dilakukan adalah cara pembuatan kompos, pengenalan pembuatan biourine (teori) dan pengenalan pembuatan pestisida nabati (teori). Inovasi Teknologi Kompos semakin dapat berkembang setelah adanya ternak sapi Bali sebanyak 40 ekor yang telah dilakokasikan oleh Pemerintah Daerah. Keterkaitan antara usaha ternak sapi dan sayuran semakin berkembang dengan adanya kompos sebagai penghubung antara kedua komoditas. Dampak kegiatan teknologi kompos sudah mulai terlihat dengan berkembangnya unit usaha kompos pada beberapa petani secara swadaya, kompos hasil olahan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Hasil Inovasi Teknologi Kompos
Pelaksanaan budidaya sayuran telah dilakukan dengan menggunakan kompos sebagai pupuk dasar dan juga sebagai pupuk susulan untuk mengurangi pengunaan pupuk kimia. Budidaya sayuran yang dilakukan terintegrasi dengan ternak sapi yang diusahakan sebagai pengahasil bahan kompos sehingga ada keterkaitan antara kedua komoditas tersebut. Komoditas sayuran yang menggunakan kompos dapat dilihat pada Gambar 15.
24 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Gambar 15. Budidaya Sayuran Kering dengan Penggunaan Kompos
Prima Tani Agroekosistem Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Basah Kabupaten Kampar Desa Padang Mutung merupakan salah satu desa di Kabupaten Kampar yang berpotensi untuk pengembangan agribisnis sehingga dipilih menjadi lokasi kegiatan Prima Tani. Wilayah ini memiliki keragaman agroekosistem yang sangat luas demikian juga dengan komoditasnya (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan). Luas Desa Padang Mutung adalah 5.600 ha (Programma Penyuluhan Pertanian Padang Mutung, 2007) dengan rincian : lahan sawah 516 ha, padi gogo 64 ha, lahan kering untuk pengembangan buah, hutan, dan perkebunan 5.015 ha, perairan 5 km. Jumlah penduduk 5.867 jiwa (1.294 KK) dengan golongan usia produktif 57,37 %. Mata pencahariannya adalah bertani dan berkebun (70 %, masing-masing dengan luas kepemilikan lahan sebesar 0,1 - 1,0 ha dan 0,5 - 20 ha). Sedangkan menurut hasil survey Balai Besar Sumberdaya Lahan dan Balitrawa (2007) Luas desa Padang Mutung meliputi 10.350 ha; dengan rincian Kebun (6.648 ha), Sawah (248 ha), Tegalan/
ladang (579 ha), kolam (49 ha), Padang penggembalaan (17 ha), lahan tidur (852 ha). Sumber air : Sungai Kampar. Lokasi Prima Tani Kabupaten Kampar adalah Desa Padang Mutung Kecamatan Kampar yang terletak kurang lebih 44 km dari ibu kota propinsi dan 16 km dari ibu kota kabupaten yang berpotensi untuk pengembangan pertanian baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, ternak maupun perikanan. Komoditas yang menjadi titik ungkit peningkatan pendapatan dan pembangunan wilayah adalah karet, padi setara dengan ubi kayu dan ternak. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah khususnya bidang pertanian di desa Padang Mutung adalah: a) produktivitas lahan yang masih rendah, b) pemanfaatan sumberdaya air yang belum optimal, c) daya saing pasar rendah dan belum berperannya lembaga pendukung secara optimal. Upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada adalah dengan implementasi inovasi teknologi, kelembagaan dan infrastruktur. Tahun 2008 telah dilaksanakan kegiatan implementasi inovasi teknologi usahatani padi, peningkatan produksi (IP 200, perbenihan dan introduksi benih unggul baru),introduksi varietas unggul baru ubi kayu dan teknologi budidayanya serta penerapan inovasi teknologi manajemen ternak implementasi inovasi kelembagaan melalui pembentukan gapoktan, pusluhtan dan 1 kelompok tani ternak. pengembangan fungsi laboratorium diantaranya melalui peningkatan pengetahuan petani dengan pelatihanpelatihan: a) : Manajemen pengelolaan ternak, b) Manajemen pengelolaan kandang dan kesehatan ternak, c) Pembuatan jerami fermentasi, d) Pembuatan kompos dan e)Pelatihan pembuatan tepung cassava skala rumah tangga dengan narasumber peneliti dari
25 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
BPTP dan dinas terkait. Untuk kelancaran kegiatan Prima Tani telah dilakukan koordinasi dan sinergi program . Selain itu Pemerintah Propinsi Riau dan Kabupaten Kampar memberikan dukungan dalam bentuk sharing program senilai Rp. 2.049.075.000,00 Rincian sharing dana disajikan pada Tabel 25 dan Tabel 26. Tabel 25. Kegiatan Pemda yang Terintegrasi di Desa Padang Mutung Tahun 2007
Jenis peralatan Traktor roda 2 Alat perontok /pemipil Alat labor POSIPAH Sarana POSKESTA N Sarana pengol cassava Perbaikan sarana jalan UT Perbaikan srn pengairan Saung tani Kantor Klinik (Renovasi) Genset Total
Tahun 2007
Sblm Th 2007
Jlh
Asal
1 0
1 4
Distan Distan Prov
0
1
Nilai (1000) 15.000 50.000 50.000
1
Distan Kab
80.000
0
Pemda
120.000
0
2000 m
Distan
0
6000 m
0
KIP
0
Kampar
Tabel 26. Kegiatan Pemda yang Terintegrasi di Desa Padang Mutung Tahun 2008 2008 Jenis peralatan Traktor roda 2 Alat perontok /pmpil Alat labor POSIPAH Sarana POSKESTAN Sarana pengol cassava Perbaikan sarana jalan UT Perbaikan srn pengairan Saung tani Kantor Klinik (Renovasi) Genset
2007 1 4
Jlh 1 0
1
0
1
0
0
1
2000 m 6000 m 0
Asal Perindag Kab
Nilai (1000) 25.000
Perindag
**40.000
Pemda
**180.000
Distan
320.000
KIP Distan
15.000 50.000
Pemkab
5.000
900 m 1600 m 1
0 0
1 1
Tabel 25 dan 26 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan alokasi dana pengembangan program dari tahun 2007 sebesar Rp. 345.000.000.- menjadi Rp 635.000.000.- pada tahun 2008 berupa sarana prasarana; Sementara itu, integrasi sarana pendukung berupa sarana produksi sebagaimana terdapat pada Tabel 27 dan 28. Tabel 27. Integrasi Sarana Produksi Penunjang Program Tahun 2007.
0 0
0
Tahun 2007
0 0
Uraian
0
315.000
Bantuan sarana usahatani padi (benih, pupuk, pestisida, biaya olah tanah) Bantuan ternak dan biaya pelatihan Bantuan sarana pengendalian JAP Bantuan sarana produksi demplot (pupuk, benih, pestisida) Total
Sesudah (jumlah)
Asal pendanaan
Dana (Rp 1000)
100 ha
Distan Kab
80.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80.000
26 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 28. Integrasi Sarana Produksi Penunjang Program Tahun 2008. Uraian Bantuan sarana usahatani padi (benih, pupuk, pestisida, biaya olah tanah) Bantuan ternak dan biaya pelatihan Bantuan sarana pengendalian JAP Bantuan sarana produksi demplot (pupuk, benih, pestisida)
Sesudah (jumlah) 195 ha
Tahun 2008 Asal pendanaan Distan Kab
Dana (Rp 1000) 1.089.075
30 ekor
Disnak Kab
300.000
1 paket
Disbun Kab
10.000
2 paket
KIP Kab
15.000
1.414.075
HASIL KERJASAMA PENELITIAN Road Map Pengolahan dan Pemasaran Hasil Sapi Dan Ayam Potong Propinsi Riau sebagai daerah dengan PDRB yang relatif tinggi, akan membutuhkan berbagai produk pangan berkualitas termasuk hasil ternak yang sejalan dengan peningkatan sumberdaya manusianya. Selama ini sebagian besar pangan khususnya hasil ternak banyak didatangkan dari luar propinsi, bahkan dari luar negeri baik legal maupun ilegal. Padahal potensi sumberdaya lokal sangat memungkinkan untuk pengembangan beberapa komoditas peternakan di Riau. Komoditas peternakan potensial yang sedang dikembangkan saat ini di Propinsi Riau antara lain adalah sapi potong dan ayam potong. Namun selama ini, potensi sumber daya belum dimanfaatkan secara optimal. Usaha-usaha peternakan terutama sapi umumnya masih dilakukan sebagai usaha sampingan. Sementara komoditas ayam potong sudah memperlihatkan perkembangan yang berarti. Sistem kerjasama yang dilakukan oleh pengusaha besar, secara perlahan
cukup membantu sebagian kecil peternak ayam potong. Tetapi walaupun demikian, sistem ini belum secara signifikan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomii masyarakat. Secara menyeluruh belum kelihatan kegiatankegiatan yang nyata dan berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat umumnya dan peternak khususnya. Berdasarkan hal itu dilakukan kegiatan kerjasama antara Dinas Peternakan Propinsi Riau dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau untuk menyusun "Road Map Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Sapi Dan Ayam Potong” yang akan dilaksanakan pada tahun 2009 sampai 2013 dengan menggunakan dana APBN yang ada pada Dinas Petemakan Propinsi Riau. Ada dua paket pendekatan yang perlu dikemukakan dalam penyusunan road map untuk pengembangan komoditas sapi dan ayam potong. Di dalamnya terkandung kegiatan pengolahan dan pemasaran. Dengan pendekatan ini, penyusunan road map pengembangan komoditas unggulan sapi dan ayam potong bisa lebih terarah, tepat dan efektif sesuai dengan tahapan, untuk itu perlu diperhatikan langkah-langkah yang akan disusun dalam perencanaan dengan memperhatikan keterkaitan lembaga, hirarki dan wilayah yang terlibat. Metode analisis yang tepat dilakukan saat ini untuk menyusun road map penanganan dan pengolahan pasca panen komoditas unggulan sapi dan ayam potong ini adalah SWOT Analysis. Metode ini dianggap cukup kuat dan relevan dengan objek yang akan dikerjakan. Dengan adanya pendekatan yang dijelaskan dalam Kerangka Pemikiran diatas, analisis SWOT menjadi semakin kuat dan lebih terarah, sesuai dengan kondisi yang berkembang. Proses analisis dimulai dengan pendalaman atau identifikasi lingkungan
27 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
strategi, kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor internal dan faktor eksternal. Proses analisis akan menghasilkan beberapa asumsi atau peluang stratejik untuk mendapatkan faktor-faktor kunci keberhasilan (FKK). Hasil analisis SWOT yang dilakukan menghasilkan 15 Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) yang akan dijadikan acuan dalam menyusun road map komoditas unggulan yang telah ditetapkan. Berikut ditampilkan ke 15 FKK tersebut sesuai dengan urutan nilai analisis. 1. Memanfaatkan potensi daerah dengan menjalin kerjasama stakeholder 2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM untuk menjalin kerjasama dengan stakeholder 3. Menerapkan dan memanfaatkan teknologi dan sistem informasi 4. Meningkatkan fasilitas pendukung guna menjalin kerjasama dengan stakeholder 5. Menjalin kerjasama dengan stake holder 6. Memanfaatkan potensi daerah dengan menerapkan teknologi dan sistem informasi 7. Memanfaatkan potensi daerah untuk mengisi peluang pasar 8. Meningkatkan fasilitas pendukung dalam menerapkan teknologi dan sistem informasi 9. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM untuk menjalin kerjasama dengan stakeholder 10. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM untuk memanfaatkan peluang pasar 11. Mengoptimalkan SDM, sarana dan dana tersedia untuk mengatasi ancaman infrastruktur pendukung 12. Memanfaatkan potensi daerah dengan mengeleminir ancaman infrastruktur pendukung
13. Meningkatkan fasilitas pendukung untuk memanfaatkan peluang pasar 14. Memanfaatkan peluang pasar secara bijak dan efisien 15. Mengalokasikan anggaran APBN dan APBD untuk mengeliminir ancaman infrastruktur pendukung. Hasil penyusunan Road Map Pengolahan dan Pemasaran Hasil Sapi dan Ayam Potong dapat di lihat pada Lampiran 4. Dari segi kewilayahan (regional) perlu dilakukan deliniasi wilayah pengembangan. Gambaran umum eksistensi dan potensi wilayah akan memberikan arahan perencanaan yang tepat dan sesuai dengan dukungan wilayah. Deliniasi wilayah pengembangan juga akan memberikan arahan dalam perencanaan dan regulasi sistem produksi, pemasaran dan pengembangan serta perbaikan dan penyempurnaan infrastruktur yang dibutuhkan. Tindak lanjut deliniasi wilayah sangat membutuhkan koordinasi dan kerjasama antar instansi yang berwenang. Pembagian tugas dan wewenang masingmasing SKPD diharapkan tidak akan menjadi faktor penghambat bagi koordinasi dan kerjasama perencanaan dan pengembangan. Studi Kelayakan Diversifikasi Tanaman Kakao di Kabupaten Pelalawan Kecamatan Kuala Kampar dan Kecamatan Teluk Meranti. Dengan dicanangkannya Kabupaten Pelalawan khususnya Kecamatan Teluk Meranti dan Kecamatan Kuala Kampar sebagai salah satu sentra produksi kakao, maka perlu dikaji dan dianalisis potensi sumberdaya lahannya untuk pengembangan komoditas dimaksud. Analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas kakao pada tingkat operasional (skala 1:50.000) belum
28 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
dilakukan, sehingga informasi yang lebih rinci mengenai potensi dan kendala fisik lahan untuk pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Pelalawan belum diketahui. Berkaitan dengan hal di atas, pada tahun anggaran 2008 telah disepakati kerjasama penelitian antara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Pelalawan dalam kegiatan Studi Kelayakan Diversifikasi Tanaman. Selain analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas kakao pada skala yang lebih detil (skala 1:50.000), pada kegiatan ini direkomendasikan teknologi pengelolaan sumberdaya lahan, antara lain varietas-varietas unggul, pemupukan dan teknik konservasi sesuai dengan karakteristik lahan dan dapat diterima masyarakat. Hasil survey menunjukkan bahwa Masyarakat yang berdomisili di wilayah ini berasal dari Suku Melayu, Bugis dan Jawa. Mata pencaharian utama pada umumnya adalah petani kebun kelapa (90,91%). Sebagian petani kelapa juga sudah mengupayakan peningkatan pendapatannya melalui pengusahaan tanaman sela baik kopi, kakao, pinang dan tanaman produktif lainnya, seperti terlihat pada Gambar 18 usaha pertanian tanaman kelapa dengan kakao sebagai tanama sela dan usaha tanaman kopi dengan pinang tanaman sela (Gambar 16).
Gambar 16. Usaha Pertanian Tanaman Kelapa dengan Kakao Tanaman Sela dan Usaha Pertanian Tanaman Kopi dengan Pinang sebagai Tanaman Sela
Bibit kakao mulanya diperoleh dari instansi terkait sebagai bantuan dan ada juga bibit kakao yang diperoleh dari desa Teluk. Hasil informasi yang diperoleh bahwa setelah ada bantuan bibit kakao yang diserahkan oleh instansi terkait kepada petani, instansi terkait kurang melakukan pembinaan, sebab itu budidaya tanaman kakao tidak berlanjut karena umumnya petani masih kurang terampil dan pengetahuan dalam budidaya tanaman kakao serta petani sangat meragukan sistem pemasarannya tidak jelas. Berdasarkan pengalaman beberapa petani yang sudah mengusahakan tanaman kakao menyatakan bahwa pengembangan kakao di wilayah ini dihadapkan pada masalah 1) hama, yaitu tupai yang merusak buah kakao, dan 2) pasar. Namun demikian beberapa petani yang memiliki cakrawala pemikiran luas , sering ke luar daerah khususnya ke tempat-tempat terjadinya transaksi kakao ataupun yang memiliki pengetahuan tentang budidaya kakao mencoba menanam sendiri. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di Kecamatan Kuala Kampar di beberapa desa khususnya di
29 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Sungai Upih pertumbuhan kakao cukup baik dan memberikan memberikan hasil yang cukup memuaskan, namun karena mahalnya biaya transportasi dan belum tersedianya pasar di wilayah Kecamatan menyebabkan petani belum banyak mengusahakan, setelah mengetahui bahwa pasar di Tanjung Batu terbuka, berfluktuasinya harga kelapa dan semakin meningkatnya kebutuhan keluarga, mereka mulai melirik komoditas ini. Indikator responden di Kecamatan Teluk Meranti berdasarkan indikator sikap : suka dan setuju, tertarik dan siap, benarbenar berkeinginan, meyakini berhasil, antusias program akan berhasil, dan program pengembangan tanaman kakao diantara kelapa merupakan usaha yang akan bermanfaat dalam perekonomian rumah tangga tani. Jumlah responden dalam penggalian data indikator sikap melalui daftar pertanyaan berjumlah 33 orang yang memberikan 24 pernyataan. Hasil penggalian data terhadap indikator suka dan setuju akan pengembangan tanaman kakao sebagai tanaman sela diantara kelapa diperoleh bahwa 81.82 % petani memberikan informasi suka dan setuju, karena tanaman kakao memiliki prospek yang cukup baik diusahakan, dimana pendapatan dari kebun kelapa sudah kurang dan hamparan tanah diantara kelapa cukup luas. Sekitar 18.18 % petani kurang suka dan kurang setuju pengembangan tanaman kakao disebabkan mereka tidak tahu akan teknologi budidaya kakao dan pemasaran yang belum jelas serta belum terbentuknya kelembagaan taninya. Hasil evaluasi sikap petani terhadap pengembangan tanaman kakao dalam indikator tertarik dan siap melaksanakan program pengembangan tanaman kakao diperoleh 60.61 % petani memiliki sikap yang benar-benar tertarik dan siap
melaksanakan program pengembangan tanaman kakao. Sikap petani pada indikator sikap agar program pengembangan tanaman kakao cepat terealisasi diperoleh 60.61 % petani memiliki sikap yang, 66.67 % petani memberi respon yang positif bahwa pelaksanaan pengembangan tanaman kakao akan berhasil, 63.64 persen petani akan antusias dalam pelaksanaan program pengembangan tanaman kakao, hal ini seiring dengan informasi yang diperoleh dari petani yang menyatakan, budidaya kakao akan merupakan kebanggaan desa yang keberhasilannya sangat memerlukan dukungan dana dan bimbingan dari instansi terkait dengan harapan pengembangan tanaman kakao secepatnya terealisasi, dan juga kontinuitas pembinaan atau pelatihanpelatihan dari awal hingga akhir kegiatan petani diikut sertakan. Sekitar 36.36 % petani tidak antusias akan pengembangan tanaman kakao, diperoleh 75,76 % petani berada pada posisi sikap yang positif dalam arti bahwasanya program pengembangan tanaman kakao akan memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam perekonomian rumah tangga tani. Perbaikan Mutu dan Karakter Benih Padi di Kabupaten Pelalawan Di Kabupaten Pelalawan terdapat 23 kelompok padi yang pernah diusahakan petani. Jenis-jenis padi lokal tersebut beradaptasi baik di Iingkungannya dan disenangi oleh konsumen. Masalahnya, potensi hasilnya masih rendah dan belum tahan terhadap beberapa hama dan penyakit utama. Selain itu, keragaman dalam satu jenis sudah tergolong tinggi, yang artinya persentase campuran varietas lain dalam satu varietas sudah jauh melebihi standar, oleh karena itu tidak layak digunakan sebagai benih. Namun demikian, melihat potensi genetik dari
30 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
beberapa karakter, padi lokal Pelalawan sangat potensial dikembangkan setelah dilakukan perbaikan yang didahului pemurnian benih. Pencapaian potensi hasil tinggi pada padi lokal didukung oleh perbaikan teknologi seperti pemupukan berimbang, penanaman 1 batang/lubang dan pengendalian hama dan penyakit. Penerapan teknik budidaya yang sesuai dapat meningkatkan hasil antara 0,5 ton/ha - 2 ton/ha dari hasil rata-rata yang diperoleh petani selama ini 3 ton/ha - 4 ton/ha. Observasi dilaksanakan di sentrasentra penanaman padi di Kabupaten Pelalawan. Penanaman, identifikasi, pemurnian, dan seleksi dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu di laboratorium BPTP Riau, Kecamatan Kuala Kampar, dan Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tahun 2008, dengan menyilangkan tanaman padi varietas Korea dengan IR 64 dan melakukan seleksi terhadap varietas-varietas padi lokal yang ada di Kabupaten Pelalawan. Pada saat laporan ini dibuat, tanaman padi tersebut sedang dipanen sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 17. Tanaman padi ini akan terus ditangani lebih lanjut sehingga diperoleh karakter benih padi yang berpotensi hasil tinggi dan tahan terhadap hama.
Gambar 17. Kegiatan Pengembangan Mutu dan Karakteristik Benih Padi, Kerjasama BPTP Riau dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pelalawan
Usaha tani padi sawah pasang surut dan rawa lebak dominan masih menerapkan sistem 3T (tebas-tanam-tuai), yaitu setelah lahan ditebas dan dibakar, bibit ditanam, dan lima atau enam bulan kemudian petani datang untuk panen. Padi gogo ditanam sebagai tanaman pionir di lahan bukaan baru dan tanaman sela di antara karet dan sawit muda. Hampir semua lokasi masih menerapkan pertanian konvensional sehingga dengan perbaikan teknologi produktivitas masih berpeluang ditingkatkan. Selain melakukan perbaikan terhadap materi tanaman, para peneliti juga nantinya akan melakukan pelatihanpelatihan seleksi. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan seleksi pada varietas-varietas lokal lain. Hasil seleksi petani di beberapa lokasi menunjukkan adanya kemajuan dengan diperolehnya jenis-jenis yang lebih baik. Advokasi Budidaya Salak Kabupaten Siak Salak merupakan salah satu komoditi buah-buahan penting karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan permintaan akan buah salak dari dalam maupun luar negeri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meskipun Propinsi Riau bukan termasuk daerah asal tanaman salak tetapi Propinsi Riau memiliki bermacam-macam jenis salak yang berbeda penampilan maupun cita rasanya, ada yang dominan rasa manisnnya tetapi ada juga yang rasanya dominan masam atau sepat. Tahun 2008, BPTP Riau telah mengadakan pembinaan dan bimbingan teknis budidaya salak di Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak. Kegiatan tersebut dilakukan kerja sama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Siak. Pembimbingan dimaksudkan untuk
31 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
menciptakan tenaga lapangan yang terampil dalam mengelola demplot tanaman salak sebagai cikal bakal kebun percontohan dan sumber bibit bermutu. Gambar 18 memperlihatkan kegiatan survei ke lokasi pertanaman salak di Kabupaten Siak. Hasil survei di lapangan pada tanggal 16 Nopember 2008 diperoleh secara umum pertumbuhan tanaman belum terlihat optimal yang dapat dilihat dari warna daun hijau kekuningan dan pertambahan jumlah daun hanya 2 pelepah daun per 3 bulan (Tabel 29). Seharusnya daun salak yang normal adalah hijau hingga hijau tua dan pelepah daun bertambah 3 pelepah per 2 bulan atau sekurang-kurangnya 1 pelepah daun per bulan.
Gambar 18. Tim Advokasi sedang Mengamati Pertanaman Salak dalam Rangka Meninjau Perkembangan Tanaman Salak di Kabupaten Siak
Faktor penyebab lambatnya pertumbuhan terutama disebabkan oleh belum berkembangnya pohon pelindung dan genangan air pada musim hujan yang terlalu lama. Tanaman salak bukan tanaman yang membutuhkan cahaya matahari penuh sepanjang hari. Salak hanya membutuhkan 40 % penyinaran. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman pelindung harus dipacu dan untuk sementara dapat diusahakan penanaman tanaman pelindung semusim yang pertumbuhannya cepat yaitu tanaman jagung. Penanaman tanaman jagung di
sela-sela tanaman salak juga dimaksudkan untuk mengantisipasi musim kemarau pada bulan-bulan yang akan datang dimana intensitas cahaya matahari cukup tinggi. Penanaman pohon gamal juga dilakukan untuk tujuan jangka menengah dan panjang. Tabel 29. Pertumbuhan Tanaman Salak di Siak Sri Indrapura Tahun 2008 Kanopi Tinggi Jlh. Jumlah (panjang/ Warna Sampel Tanaman Pelepah anakan lebar) daun (cm) daun (cm) 1 147 16 3 160/153 Hijau kekuningan 2 168 18 5 123/101 Hijau kekuningan 3 150 19 4 145/155 Hijau kekuningan 4 162 15 4 107/110 Hijau kekuningan 5 165 18 5 135/153 Hijau kekuningan 6 171 19 2 103/110 Hijau kekuningan 7 168 18 4 120/115 Hijau kekuningan 8 177 18 5 173/170 Hijau kekuningan 9 163 16 2 130/107 Hijau kekuningan 10 141 18 5 111/120 Hijau kekuningan 161,2 17,5 3,9
Hingga laporan ini di buat kondisi tanaman tersebut sedang mengalami petumbuhan vegetatif dan tanaman salak ini akan terus ditangan lebih lanjut sehingga diperolehnya karakter bibit bermutu yang nantinya akan di sebarluaskan pada petani di sekitarnya ataupun wilayah lainnya sehingga produksi buah salak Propinsi Riau, Kabupaten Siak khususnya akan mangalami peningkatan, dengan demikian hasil dari kegiatan ini belum dapat dilaporkan secara rinci. Uji Multilokasi Salak Varietas Unggul di Kabupaten Bintan Pada umumya konsumen menyukai buah salak berdaging tebal, cita rasa manis
32 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
sedikit ada rasa sepet, tahan lama disimpan dan sisik pada kulit buah tidak berduri - gundul. Sampai saat ini varietas salak yang mempunyai karakter seperti di atas jumlahnya sangat terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan perakitan varietas salak untuk mendapatkan dan menggabungkan karakter-karakter unggul tersebut. Sampai saat ini, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika telah menghasilkan beberapa hibrid calon varietas unggul baru salak dan telah dievaluasi daya adaptasi dan stabilitas karakter-karakter pertumbuhan dan penduga hasilnya di berbagai wilayah, salah satunya di Kabupaten Bintan melalui pemuliaan partisipatif (Gambar 19). Dari hasil evaluasi tersebut telah terpilih calon varietas unggul dengan karakter manis, berdaging tebal, dan aromanya harum yaitu salak varietas S295. Untuk deskripsi keunggulan salak S295 dapat dilihat pada Tabel 30. Salak S295 berasal dari populasi salak hasil persilangan antara salak Pondoh dan Mawar. Kedua tetua tersebut berasal dari Yayasan Yatazagawa-Bogor. Biji hasil persilangan tersebut dikecambahkan dan dipelihara di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika sampai siap tanam ke lapang. Selanjutnya benih salak ditanam di daerah Tanjung Pinang dengan pola kerjasama Pemuliaan Partisipatif, yaitu kerjasama antara Balitbu-Tropika, BPTP Propinsi Riau, dan Dinas Pertanian Tanjung Pinang. Berdasarkan hasil observasi terhadap populasi tesebut, kemudian dipilih satu tanaman yang mempunyai karakter unggul. Lokasi pengujian terletak di Balai Benih Pertanian di Kelurahan Sei Lekop, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten Bintan, Propinsi Kepulauan Riau.
Gambar 19. Ka. BPTP Riau (Dr. Ir. Ali Jamil, MP; Membawa Buah Salak) dan Ka. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Prop. Kepri (Drs. H. Said Ja’afar; Bertopi, Kedua dari Kanan) pada Kunjungan Dirjen Hortikultura Deptan (Dr. Dimyati; Ketiga dari Kanan) ke Kebun Salak di Kab. Bintan
Keunggulan spesifik dari Salak S-295 ini adalah selain berdaging tebal, rasa manis, aroma harum juga beradaptasi baik di lahan yang banyak mengandung bauksit sehingga samngat cocok di kembangkan di Kepulauan Riau khususnya Kabupaten Bintan. Mengingat keunggulan tersebut, maka besar kemungkinan harapan Varietas dan Salak S-295 dapat segera dilepas, untuk kemudian dikenalkan dan disebarkan ke masyarakat luas.
33 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 30. Deskripsi Salak Varietas S-295 Varietas Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Bobot buah (g) Bobot daging buah (g) Bobot kulit (g) Warna kulit
: : : : : : :
Warna daging Jumlah juring/buah Jumlah juring berbiji Jumlah juring tak berbiji Tebal daging (cm) Cita rasa manis Citarasa sepet Citarasa asam Tekstur daging Aroma Porsi dapat dimakan (%) Kadar gula (TSS) °brix Kadar air (%) Kadar vitamin C (mg/100 g) Total asam (%) Bobot biji (g) Bentuk biji Warna biji
: : : : : : : : : : : : : :
No. 295 5.00 - 5.75 4.3 - 4.8 40.0 - 55.0 25.00 - 32.62 5.46 - 8.68 coklat kehitaman Putih krem 2-3 0-1 3-2 0.3 - 1.8 sangat manis tidak ada tidak ada agak renyah harum 68.32 19 - 21 77.30 - 79.00 21.03 - 35.79
: : : :
0.51 - 1.23 3.04 - 4.19 segitiga coklat tua
PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) Mulai Tahun 2008, BPTP Riau diamanahkan sebagai Sekretariat Tim Pelaksana Pembina PUAP untuk dua propinsi yaitu Propinsi Riau dan Kepulauan Riau. Realisasi BLM-PUAP Tahun 2008 di Propinsi Riau sebesar Rp. 18,1 Milyar melibatkan 181 Gapoktan yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Untuk Propinsi Kepulauan Riau direalisasikan Rp. 4,7 Milyar kepada 47 Gapoktan yang tersebar di 4 kabupaten. Mekanisme penetapan desa calon penerima BLM-PUAP Tahun 2008 secara top down dari pemerintah pusat, menjadi kendala utama bagi sebagian kabupaten/kota dalam menetapkan lokasi desa untuk Gapoktan
penerima BLM. Karena berbagai kendala di lapangan, beberapa kabupaten melalui SK Bupati menetapkan desa penerima BLMPUAP berbeda dengan desa yang dilampirkan dalam Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan). Melalui koordinasi yang baik antara Tim Teknis Kabupaten, Tim Pembina Propinsi dan Tim PUAP Pusat hal ini dapat diterima dan direalisasikan menjadi desa lokasi Gapoktan penerima BLM-PUAP Tahun 2008. Adapun data Gapoktan dan desa penerima BLM-PUAP Tahun 2008 untuk Propinsi Riau dan Kepri dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Kegiatan PUAP tahun 2008 di Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan Riau telah dimulai sejak sosialisasi pada Bulan April 2008. Tahapan pelaksanaan kegiatan PUAP di lingkungan BPTP Riau meliputi: 1. Sosialisasi 2. Apresiasi 3. Pembinaan dan Pengendalian 4. Monitoring dan Evaluasi. Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keberhasilan pelaksanaan PUAP, Tim Pusat berkoordinasi dengan Tim PNPM-M melakukan sosialisasi program di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan sosialisasi PUAP untuk Propinsi Riau dilaksanakan pada tanggal 28 April 2008 di Hotel Furaya Pekanbaru, dihadiri oleh Gubernur Riau yang diwakili Ir. H. Herlian Saleh (Asisten Bidang Pembangunan); Dr. Achmad Dimyati, MS (Dirjen Hortikulutura Departemen Pertanian); Wali Kota/Bupati dari 10 Kota/Kabupaten di Propinsi Riau; Kepala Dinas Lingkup Pertanian; Dr. Ir. Ali Jamil, MP (Kepala BPTP Riau); para Manager Prima Tani di Propinsi Riau khususnya lokasi kabupaten PUAP; Detaser Prima Tani dan para Ketua Gapoktan/Poktan; PMT dan Penyuluh Pendamping di Propinsi Riau. Untuk Propinsi Kepulauan Riau, kegiatan
34 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
sosialisasi dilaksanakan di Tanjung Pinang. Tujuan dari kegiatan sosialisasi PUAP adalah untuk menyatukan persepsi tentang dukungan dan keterlibatan semua pihak terhadap pelaksanaan program PUAP secara terintegrasi di daerah. PMT yang direkrut untuk mendampingi pelaksanaan program PUAP di Propinsi Riau dan Kepulauan Riau terbagi dalam 3 tahap perekrutan. Data PMT PUAP di Propinsi Riau dan Kepulauan Riau dapat dilihat pada Lampiran 7. Kegiatan apresiasi dilakukan sampai pada tingkat Gapoktan dalam bentuk pertemuan, diskusi dan pelatihan. Materi yang disampaikan meliputi PUAP secara umum, Petunjuk Teknis Penyelia Mitra Tani (PMT), Petunjuk Teknis Penyuluh Pendamping, Petunjuk Teknis Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan (Monevlap) PUAP, Penyusunan Rencana Usaha Anggota (RUA), Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Rencana Usaha Bersama (RUB), serta Identifikasi Potensi Desa. Untuk lebih jelas mengenai materi yang disampaikan dan narasumbernya dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Judul Materi dan Narasumber pada Apresiasi Gapoktan PUAP No. 1. 2. 3.
4.
Judul Materi PUAP secara umum Penyusunan RUA, RUK dan RUB a. Petunjuk Teknis PMT dan Penyuluh Pendamping b. Petunjuk Teknis Monevlap PUAP Identifikasi Potensi Desa
Narasumber Tim Pembina Propinsi PMT Tim Pembina Propinsi
Penyuluh TOT (Tim Teknis Kab./Kota)
Gambar 20. Pelaksanaan Apresiasi Gapoktan PUAP di Kabupaten Kampar
Peserta apresiasi terdiri dari para Ketua dan Penyuluh Pendamping Gapoktan di Desa PUAP yang telah dikukuhkan oleh Walikota/Bupati Kota/Kabupaten setempat, PMT serta undangan lain yang dianggap perlu. Gambar 20 memperlihatkan salah satu situasi pada pelaksanaan Apresiasi Gapoktan PUAP. Realisasi jadwal pelaksanaan Apresiasi Gapoktan PUAP di Propinsi Riau dan Kepulauan Riau disajikan pada Tabel 32. Pembinaan pelaksanaan PUAP oleh Tim Pembina PUAP Propinsi kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota difokuskan kepada: 1) Peningkatan kualitas SDM yang menangani BLM-PUAP ditingkat Kabupaten/Kota; 2) Koordinasi dan Pengendalian; dan 3) mengembangkan sistem pelaporan PUAP. BPTP Riau sebagai Sekretariat Tim Pembina PUAP Propinsi Riau dan Propinsi Kepulauan Riau melaksanakan tugas pembinaan untuk kedua propinsi. Tim Pembina PUAP Propinsi melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUAP melalui pertemuan reguler dan kunjungan lapangan ke kabupaten/kota dan kecamatan untuk menjamin pelaksanaan PUAP sesuai dengan ketentuan serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan.
35 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Pembinaan yang dilakukan kepada Gapoktan meliputi: 1) Pembinaan awal pada saat penyusunan RUB; 2) Pembinaan dalam rangka mempersiapkan pencairan dana BLM; 3) Pembinaan setelah BLM cair. Pembinaan kepada PMT dilakukan melalui pertemuan rutin (bulanan) koordinasi PMT di BPTP Riau sebagai Sekretariat Tim Pembina Propinsi (Gambar 21). Pencairan dana BLM-PUAP dari Pusat Pembiayaan Pertanian Departemen Pertanian untuk Gapoktan-Gapoktan di Propinsi Riau dan Kepulauan Riau terbagi menjadi beberapa periode. Hal ini disebabkan tidak samanya waktu penyerahan berkas administrasi dari masing-masing Tim Teknis Kabupaten/Kota kepada Tim PUAP Pusat. Selain itu, adanya kekurangan dan kesalahan pengisian berkas yang dialami Gapoktan di beberapa kabupaten/kota membuat pengunduran proses pencairan dana BLM untuk Gapoktan di kabupaten/kota yang bersangkutan Pembagian waktu pencairan dana BLM-PUAP untuk Propinsi Riau dan Kepulauan Riau adalah: 1. Periode I: Kabupaten Rokan Hilir, Siak, Bengkalis telah diterima di rekening Gapoktan pada akhir Bulan Oktober 2008. Bagi 8 Gapoktan dari Kabupaten Bengkalis diundur waktu pencairan dana BLM karena terjadi kesalahan nomor rekening atas nama Ketua Gapoktan. Kedelapan Gapoktan tersebut antara lain: Karya Bakti, Bina Sepakat, Sentol Jaya, Agrolestari, Padang Kamal, Megah Permai, Tani Makmur dan Mekar Sari. 2. Periode II: Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Pelalawan, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bintan, Lingga dan Karimun telah diterima di rekening Gapoktan pada pertengahan Bulan Nopember 2008. Ada pengecualian bagi 1 Gapoktan dari Kabupaten Kampar,
3.
yaitu Gapoktan Tunas Mekar, ditangguhkan pencairan dananya karena ada kesalahan nomor rekening atas nama Ketua Gapoktan. Periode III: Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu dan Natuna, serta 8 Gapoktan dari Bengkalis dan 1 Gapoktan dari Kampar diterima di rekening Gapoktan pada awal Bulan Desember 2008.
Gambar 21. Kegiatan Bulanan Rapat Koordinasi PMT dengan Tim Pembina PUAP Propinsi di BPTP Riau (Sekretariat Tim Pembina Propinsi)
Untuk memantau pelaksanaan PUAP di tingkat propinsi, dilaksanakan rapat koordinasi Tim Pelaksana Pembina PUAP Propinsi (Gambar 22). Perkembangan informasi terbaru dari Tim PUAP Pusat dikemukakan pada kesempatan tersebut untuk dibahas rencana tindak lanjutnya. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota hingga ke tingkat Gapoktan diidentifikasi untuk dibahas langkah pemecahannya. Pada rapat koordinasi Tim Pelaksana Pembina PUAP Propinsi ini juga disepakati pembentukan Tim POKJA Pelaksana PUAP Propinsi Riau, dengan menetapkan Kepala BPTP Riau sebagai Sekretaris Tim Pembina PUAP Propinsi untuk menjadi Ketua Tim.
36 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Tabel 32. Pelaksanaan Apresiasi Gapoktan PUAP di Propinsi Riau dan Kepulauan Riau No. Propinsi 1 Riau
Kab/Kota Rokan Hulu
Rokan Hilir
Kuantan Singingi
Gambar 22. Rapat Koordinasi Tim Pelaksana Pembina PUAP Propinsi Riau di Kantor Dinas Tanaman Pangan Propinsi Riau (Ketua Tim Pelaksana Pembina PUAP Propinsi Riau (Ir. H. Sudirno, MM, Paling Kiri)
Indragiri Hilir
Sesuai dengan Surat Keputusan Ketua Umum Pelaksana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Propinsi Riau Nomor: 050/681/Distan/VIII/2008 tentang Tim Kelompok Kerja Pelaksana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Propinsi Riau, Monitoring dan Evaluasi (monev) pelaksanaan PUAP di tingkat propinsi dilakukan oleh Tim Pembina PUAP Propinsi melalui Tim POKJA Pelaksana PUAP Propinsi Riau. Monitoring dan Evaluasi dilakukan di setiap tingkatan dari kabupaten, propinsi hingga pusat. Oleh karena itu selain melakukan monev hingga ke tingkat Gapoktan secara reguler, Tim BPTP Riau juga mendampingi tim pusat yang terdiri dari Tim Irjen dan Tim Pusat Pembiayaan Pertanian Deptan untuk melaksanakan kegiatan monev ke lapangan. Gambar 23 menyajikan salah satu aktivitas monev di lokasi PUAP
Indragiri Hulu
Siak
Pelalawan
Kota Pekanbaru
Bengkalis
Kampar
2
Kep. Riau
Bintan
Karimun
Lingga
Natuna
Apresiasi Dilaksanakan di Aula Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Kabupaten Rokan Hulu pada tanggal 25 Agustus 2008. Dilaksanakan di Kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kabupaten Rokan Hilir pada tanggal 28 Agustus 2008 Dilaksanakan di Gedung Kesenian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi pada tanggal 25 September 2008. Dilaksanakan di Wisma Kemuning Muda Kabupaten Indragiri Hilir pada tanggal 4 Oktober 2008 Dilaksanakan di Kantor Cabang Dinas Pertanian dan Perkebunan Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak pada tanggal 4 September 2008 Dilaksanakan di Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan (KIPPK) Kabupaten Indragiri Hulu pada tanggal 10 September 2008 Dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Pelalawan pada tanggal 29 Agustus 2008 Dilaksanakan di Aula Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau pada tanggal 26 Agustus 2008 Tidak dapat dilaksanakan, karena kendala dana. Anggaran yang disediakan (dari pusat) Rp. 18.690.000,- sedangkan kebutuhan (menurut Tim Teknis Kab. Bengkalis) minimal Rp. 25.875.000,Dilaksanakan di Kantor Informasi Pertanian Kabupaten Kampar pada tanggal 8 September 2008 Dilaksanakan di Aula Kantor Dinas Pertanian Kab. Bintan pada tanggal 23 September 2008 Dilaksanakan di Kantor Cabang Dinas Pertanian Tanjung Batu Kab. Karimun pada tanggal 11 Oktober 2008 Dilaksanakan di Gedung Serba Guna Lingga Pesona Kab. Lingga pada tanggal 13 Oktober 2008 Dilaksanakan di Aula BPPP Pemerintah Daerah Kab. Natuna pada tanggal 16 Oktober 2008
.
37 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Deptan secara khusus melakukan monev terhadap BPTP Riau atas realisasi anggaran (dana SKPA) BPTP Riau mengenai pelaksanaan PUAP 2008. Sedangkan Tim Pusat Pembiayaan Pertanian Deptan melakukan monev terhadap BRI atas penyaluran dana BLM dari pusat kepada Gapoktan melalui BRI. Tabel 33. Perkembangan Pelaksanaan PUAP di Propinsi Riau No.
Gambar 23. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan PUAP di Kabupaten Siak oleh Tim BPTP Riau (Sekretariat Tim Pembina Propinsi)
Tim Irjen dan Tim Pusat Pembiayaan Pertanian Deptan melakukan monev terhadap perkembangan PUAP yang dilaksanakan oleh BPTP Riau, BRI, Tim Teknis Kabupaten/Kota, sampai ke tingkat Gapoktan di lapangan. Pada saat monev oleh kedua tim dari pusat ini dilaksanakan, dana BLM-PUAP baru diterima melalui rekening Gapoktan. Sebagian besar Gapoktan belum menyalurkan dana BLM kepada para anggota, untuk sementara masih dalam tahap koordinasi dan persiapan penyaluran dana BLM. Dengan demikian monev dari tim pusat difokuskan pada hal-hal yang harus disiapkan sebagai bagian dari persiapan penyaluran dana BLM. Beberapa hal diantaranya meliputi: penjadwalan penarikan dana dari rekening dan penyalurannya kepada anggota secara bertahap sesuai dengan RUA, RUK dan RUB yang telah disusun; musyawarah Gapoktan untuk menyepakati berbagai ketentuan pengelolaan dana BLM (terutama mengenai persyaratan bagi peminjam, tempo peminjaman dan margin pengembalian); kelengkapan dan tertib administrasi dalam pengelolaan dana BLM di Gapoktan serta koordinasi dengan berbagai pihak terkait. Selain itu, Tim Irjen
Kab./Kota
1. Indragiri Hulu
Alokasi BLM (Rp.) 3 Milyar
2. Bengkalis
2,4 Milyar
3. Pelalawan
1 Milyar
4. Pekanbaru
300 Juta
5. Siak
1 Milyar
6. Rokan Hulu
1 Milyar
7. Kampar
3,5 Milyar
8. Rokan Hilir
1 Milyar
9. Kuantan Singingi
2 Milyar
10. Indragiri Hilir
2,9 Milyar
Keterangan Realisasi per 31 Desember 2008 Telah disepakati persyaratan dan alur penyaluran serta pengembalian dana BLM Margin pengembalian disesuaikan dengan jenis usaha anggota Masih menyusun mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BLM di Gapoktan Sudah disalurkan kepada anggota di 8 Gapoktan sebesar Rp. 800 Juta. Penyaluran belum dapat dilakukan di 2 Gapoktan karena terkendala banjir
Dana BLM-PUAP telah disalurkan seluruhnya, sebesar Rp. 300 Juta kepada anggota Dana telah disalurkan sebesar Rp. 775 Juta Lebih dari Rp. 500 Juta sudah disalurkan kepada anggota Peminjaman maksimal Rp. 5 Juta Pinjaman sebesar Rp. 3 – 5 Juta diharuskan memakai jaminan Jangka waktu pinjaman selama 1 tahun Masih menyusun mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BLM di Gapoktan Margin pengembalian sebesar 0,5 – 1 % per bulan Dana seluruhnya sudah disalurkan dan dikelola oleh Gapoktan. Namun ada 1 Gapoktan (Gapoktan Bersatu, Desa Suak Air Hitam Kec. Bangko) putus koordinasi Seluruhnya belum disalurkan kepada anggota, dana baru diterima di rekening Gapoktan pada awal Bulan Desember 2008 Sudah disalurkan kepada anggota di 17 Gapoktan sebesar Rp. 1.137.815.300. Penyaluran tahap berikutnya akan segera dilaksanakan pada Bulan Januari 2009, dan 12 Gapoktan lagi masih dalam proses. Margin pengembalian disepakati sebesar 10 % per tahun dari jumlah pinjaman. Margin pengembalian tersebut dialokasikan untuk: penambahan modal (50 %), honor pengurus dan PPL (30 %), operasional dan dana sosial Gapoktan (20 %) Pengembalian untuk usaha pemasaran skala mikro (bakulan) dilakukan per bulan Bila terjadi kegagalan panen, tidak dikenakan margin pengembalian
38 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Monev yang dilakukan oleh BPTP Riau dibagi dalam beberapa tim yang ditugaskan ke setiap kabupaten/kota sampai ke tingkat Gapoktan penerima BLM-PUAP. Hasil-hasil monev yang telah dilaksanakan disajikan pada Tabel 33. Pasca penyaluran dana BLM-PUAP oleh Gapoktan kepada anggota, dana BLM langsung digunakan oleh anggota untuk melaksanakan usahatani sebagaimana yang diusulkan. Beberapa komoditas yang diusahakan oleh anggota-anggota Gapoktan di Propinsi Riau disajikan pada Gambar 24.
Gambar 24. Beberapa Komoditas Usahatani Anggota Gapoktan Penerima BLM-PUAP Propinsi Riau
PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT Suksesnya pelaksanaan tugas dan fungsi Balai tergantung pada kesuksesan setiap pegawai/karyawan melaksanakan tugas-tugasnya. Untuk mencapai kinerja
yang optimal, berbagai aktivitas pegawai seyogyanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Harus diakui, kelengkapan dan optimalnya fungsi setiap sarana/prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan kinerja aparat yang bermutu tinggi, cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Khusus di BPTP Riau, keterbatasan sarana/prasarana masih merupakan faktor penghambat yang sangat destruktif terhadap kinerja karyawan terutama dalam optimalisasi jam kerja dan semangat kerja. Masalah yang utama adalah: 1. Kebun Percobaan BPTP Riau termasuk BPTP yang tidak memiliki kebun percobaan sehingga tidak ada lokasi untuk dijadikan “show window” nya Badan Litbang di daerah. Penelitipun kesulitan melakukan penelitian karena ketiadaan kebun percobaan ini. 2. Printer Berkualitas Baik Pada saat ini, hampir tidak ada lagi printer yang bagus di BPTP Riau. Para peneliti sering kesulitan saat hendak mengeprint. Satu-satunya printer di ruangan Sekretaris Balai yang selama ini menjadi andalan sudah rusak pula. Bahkan secretariat Prima tani tidak memiliki printer. Perlu penambahan printer 10 unit. 3. Ruangan yang tidak kondusif. Rata-rata ruangan yang ditempati peneliti sudah bewarna kusam dan rusak sehingga tidak menambah gairah kerja. Ruangan juga tidak memiliki fasilitas yang memadai seperti meja dan lemari sehingga sebagian peneliti kesulitan menyimpan arsip atau dokumen. Ratarata mebeler yang ada di ruangan peneliti dan mess sudah berusia tua dan lapuk. Oleh karena itu, diperlukan mebeler baru.
39 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
4. Keterbatasan AC. Sejak BPTP berdiri, masalah ruangan yang tidak kondusif sudah sering diangkat. Namun, hingga saat ini, hampir semua ruang kerja peneliti tidak menggunakan AC. Hal ini menyebabkan sebagian besar peneliti harus kerja di rumah atau di bawah pohon di luar ruangan saat panas di siang hari. Ketiadaan AC, menyebabkan jam kerja peneliti di kantor terpaksa dibatasi. 5. Keterbatasan daya listrik. Rendahnya kapasitas daya listrik membuat tidak semua alat listrik berfungsi. Arus yang terputus tiba-tiba telah menyebabkan kerusakan banyak alat seperti AC dan komputer. Bahkan sejak triwulan ketiga tahun 2008 semua alat-alat laboratorium yang menggunakan arus, tidak dapat digunakan karena rusak akibat ketidakstabilan arus listrik. Untuk itu diperlukan penambahan daya. Dan, sejak bulan Oktober 2008 kondisi semakin diperburuk dengan rusaknya instalansi listrik di laboratorium. 6. Laboratorium Hingga saat ini laboratorium BPTP Riau hanya bisa menganalisis unsur hara makro. Unsur mikro tidak dapat dianalisis karena alat AAS tidak ada, padahal permintaan analisis unsur mikro cukup tinggi. Dan, mulai bulan Agustus 2008 Spektrofotometer dan Flamefotometer rusak. 7. Fasilitas Kendaraan Kendaraan roda 4 untuk operasional ke lapangan hanya ada satu unit dan sudah tua, sehingga tidak layak lagi digunakan untuk jarak jauh. Peneliti tidak jarang harus mencarter mobil untuk berangkat ke lokasi. Namun, karena keterbatasan dana kegiatan, mencarter kendaraan tentu tidak dapat dilakukan sebanyak yang dibutuhkan. Oleh karena itu,
sebagian besar kegiatan di lokasi jauh, yang tidak terjangkau angkutan umum terpaksa tidak dapat dilaksanakan tepat waktu. Perlu kendaraan operasional sekurang-kurangnya 2 unit. Laboratorium Diseminasi Tanjung Pinang juga membutuhkan tambahan kendaraan untuk operasional berupa 2 unit motor dan 1 unit mobil, karena kendaraan yang ada saat ini kurang memadai dan sudah tidak layak pakai. 8. Perbanyakan Bahan Penyuluhan Tingginya permintaan terhadap bahan penyuluhan kepada BPTP, baik dari petani maupun penyuluh tidak dapat dipenuhi, karena keterbatasan bahan penyuluhan yang dimiliki oleh BPTP. Hal ini, disebabkan karena terbatasnya dana yang dimiliki oleh BPTP untuk menyediakan bahan tersebut. Padahal, ketersediaan bahan penyuluhan ini sangat dirasakan dukungannya terhadap penyuluhan di lapangan. Diharapkan adanya pertimbangan dalam melakukan efisiensi anggaran minimal masih dapat terlaksananya Tupoksi UPT, dalam hal ini BPTP, sehingga alokasi dana untuk perbanyakan bahan penyuluhan ini baik berupa leaflet, poster, juknis maupun CD dapat tersedia. Untuk mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut pada penyusunan anggaran tahun 2009 khususnya pada belanja modal sudah direncanakan untuk pengadaan fasilitas-fasilitas yang dirasa sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas. Khusus untuk pengadaan AAS pada Laboratorium Tanah dan Tanaman BPTP Riau sudah mengajukan permohonan untuk mendapatkan hibah dari unit kerja lain di bawah Badan Litbang Pertanian. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kekurangan tenaga peneliti, pustakawan dan cleaning service BPTP Riau akan
40 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
mengusulkan pengangkatan PNS sesuai kebutuhan.
PENUTUP Tidak banyak permasalahan petani dapat diatasi selama tahun 2008 dan tidak semua luas wilayah yang dapat disentuh karena keterbatasan sarana/prasarana dan sumberdaya manusia yang dimiliki BPTP Riau. Namun demikian, segala keterbatasan yang mungkin akan menjadi masalah dalam pencapaian kinerja segenap karyawan, harus diatasi dengan segenap upaya. Penggalangan dana daerah untuk menutupi kekurangan dana APBN di BPTP Riau masih mengalami kendala dengan adanya SK Mendagri yang tidak memperbolehkan instansi vertikal memperoleh dana daerah. Bukan hanya menutup kesempatan pegawai vertikal di daerah untuk mendapat anggaran bagi pelaksanaan penelitian dan pengkajian, SK Mendagri tersebut juga telah menutup kesempatan bagi pegawai vertikal memperoleh nilai tambah bagi kesejahteraannya. SK itu pula yang membuat BPTP Riau sebagai instansi vertikal tetap sebagai pendatang di negerinya sendiri. Ketimpangan yang sangat jauh bagi kesejahteraan pegawai antara pegawai pusat di daerah dengan pegawai daerah sendiri sebagai akibat diskriminasi dari SK Mendagri tersebut mau tak mau berpengaruh terhadap kinerja pengkajian di daerah. Pemerintah Daerah Riau bukan tidak mampu memberi dana untuk mempercepat penelitian bagi pembangunan di Riau termasuk untuk kesejahteraan pegawai sehingga tidak terlalu timpang dibandingkan dengan pegawai daerah. Memang di beberapa lokasi, dinas/instansi terkait telah mengarahkan
berbagai kegiatan untuk mendukung program Prima Tani. Terserapnya APBD dalam berbagai kegiatan di lokasi-lokasi Prima Tani selama tahun 2008 merupakan wujud kepedulian Pemerintah Daerah dalam mendukung pembangunan pertanian di daerahnya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua dinas/instansi terkait dan semua stakeholder atas partisipasinya mendukung Rancang Bangun Prima Tani yang telah disusun hingga tahun 2011. Tidak dapat dipungkiri, walaupun dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, BPTP Riau telah menunjukkan kinerja yang memadai selama menangani Prima Tani. Cikal bakal kemajuan kegiatan Prima Tani sudah mulai terlihat dengan aktifnya sektor-sektor yang disentuh yang merupakan titik ungkit perbaikan ekonomi pedesaan. Sentuhan terhadap permasalahan utama di pedesaan yang didekati dengan konsep komoditas unggulan telah menunjukkan mulainya inovasi teknologi diadopsi oleh petani. Dari 11 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Riau, baru tujuh kabupaten yang mendapat kesempatan menjadi kabupaten Prima Tani. Dari 7 kabupaten tersebut, hanya tujuh desa yang menjadi lokasi Prima Tani karena terbatasnya dana APBN. Untuk desa-desa lain yang sebenarnya berharap mendapat kesempatan yang sama dengan 7 desa tersebut, diharapkan perhatian dari Pemerintah Daerah untuk menduplikasinya. Selain Prima Tani, salah satu kegiatan yang ada di BPTP Riau, yang merupakan program gabungan antara Departemen Pertanian dan PNPM-Mandiri adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Kegiatan PUAP di Propinsi Riau dilakukan pada 10 Kabupaten/Kota dan di Propinsi Kepulauan Riau dilakukan pada 4
41 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Kabupaten/Kota, dengan jumlah Gapoktan keseluruhannya adalah 328 Gapoktan (desa), yang akan menerima dana BLMPUAP. Dengan adanya kerjasama yang baik dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten, arah untuk pengembangan usaha agribisnis di perdesaan sudah mulai terlihat, dimana rata-rata dana bantuan yang diberikan kepada Gapoktan tersebut telah cair dan telah didistribusikan kepada anggota Gapoktan. Kelanjutan semua aktivitas Prima Tani dan PUAP yang berciri pembangunan mulai dari desa, sangat tergandung pada kepedulian Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, diharapkan terjalinnya kerjasama antara BPTP sebagai perakit inovasi teknologi dan dinas/instansi terkait sebagai pengembang inovasi tersebut. Selanjutnya diharapkan kepedulian segenap dinas/instansi terkait untuk menjadikan hasil penelitian dan pengkajian sebagai landasan bagi setiap program pengembangan untuk menghindarkan program pengembangan dari kegagalan, kesalaharahan, dan ketidakberlanjutan. Kenyataan telah menunjukkan bahwa semua kegiatan yang didasarkan pada presisi yang tepat dan memiliki dasar-dasar keilmiahan, tidak akan menemui kegagalan dalam pencapaian tujuannya.
42 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Kendaraan Roda 4 dan Roda 2 per 31 Desember 2008 No A 1. 2. 3. 4. 5 6. B 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. C 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. D. 1.
Jenis Kendaraan
Merk Type
Perolehan (Tahun)
Kendaraan Roda 4 Kijang Toyota 2000 Kijang Toyota 1997 JEEP Jeep CJ-7 1985 Mini Bus L300 Mitsubisi L 300 1989 Mini Bus L300 Mitsubisi L 300 1989 Kijang Inova Toyota 2007 Kendaraan Roda 2 Sepeda Motor Honda Mega Pro 2007 Sepeda Motor Honda Mega Pro 2007 Sepeda Motor Honda Mega Pro 2007 Sepeda Motor Honda Mega Pro 2007 Sepeda Motor Honda Mega Pro 2007 Sepeda Motor Honda Mega Pro 2007 Sepeda Motor Yamaha Sigma 2002 Sepeda Motor Honda WIN 1996 Sepeda Motor Suzuki A. 100 1986 Sepeda Motor Honda WIN 1988 Sepeda Motor Hinda GL-MG 1993 Sepeda Motor Honda WIN 1997 Sepeda Motor Honda WIN 1997 Kendaraan Roda 4 Laboratorium Diseminasi Tanjung Pinang Toyota KF 20 R-KDF Toyota 1993 Mini Bus/MP Mitsubisi L 300 GOLT Mitsubisi 1993 Suzuki ST 130/ Suzuki 1993 Mini Bus/MP Mini Bus 1993 Mitsubishi/Pick Up Mitsubishi 1984 Daihatsu/Pick Up Daihatsu 1990 Kijang Super/Mini Bus Toyota 1989 Kijang/Mini Bus Toyota KF 50 1993 Kendaraan Roda 2 Laboratorium Diseminasi Tanjung Pinang Motor CG 110 Honda -
Kondisi
Baik Kurang Baik Rusak Rusak Rusak Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Rusak Rusak Rusak Rusak Rusak Rusak Baik Rusak Kurang Baik Rusak Rusak Rusak Rusak Kurang Baik Rusak
43 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Lampiran 2. Daftar Rumah Dinas/Gedung per 31 Desember 2008 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Jenis Rumah Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Dinas Rumah Mess Gedung Induk lantai II Gedung Yantek dan perpustakaan Laboratorium Alsintan Mussola Tower air Rumah genset
Merk Type B C C C C C D D D D D D D D C C C D B -
Perolehan (Tahun) 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1987 1999 1999 2001 2001 1998 2001 2001 1998 1998 1998 1998 1999 1999 1987 1987 1987
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang baik Kurang baik Kurang baik
44 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Lampiran 3. Daftar Alat dan Mesin Pertanian per 31 Desember 2008 No
Jenis Alat
Jumlah Unit 2
Merk Type
Perolehan (tahun) 1997
Kondisi
1
Hand Tractor
2
Hand Tractor kecil Rotary Power Thresser
1 1 4
Nandong Agrindo Yanmar YM 70 Agrindo -
1 1 2
Dompeng
2007
8 9
Riper Compresor Pencacah Pelepah Mesin Pellet Coper
1 baik, 1 rusak Kurang baik Baik 1 baik, 3 rusak Rusak Baik Baik
1 1
Robin
-
Rusak Baik
10
Mesin Air
1
Niagara
-
Baik
3 4 5 6 7
2002 1997 -
Keterangan 1 di Kampar Tidak ada mesin Di Kampar 1 di Kampar
Di Desa Rimbo Panjang
45 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Lampiran 4. Hasil Road Map Pengolahan dan Pemasaran Hasil Sapi dan Ayam Potong Permasalahan Penanganan/Pengolahan Hasil Ragam olahan ayam potong masih terbatas Kelayakan usaha pemotongan ayam belum optimal Sanitasi lingkungan pemotongan dan pengolahan ayam rendah Masih terdapat residu dan cemaran pada daging ayam Belum ada usaha pengolahan hasil dan limbah ayam potong Belum ada data potensi dan peluang pengembangan penanganan hasil ayam potong Usaha pengolahan hasil dan limbah ayam potong belum ada Belum ada kelompok tani penanganan dan pengolahan hasil ayam potong TPA (Tempat Pemotongan Ayam) kurang higienis sehingga menghasilkan karkas yang bermutu rendah Masih ada penggunaan bahan pengawet
Alternatif Pemecahan Masalah
Program Aksi / Teknologi Yang Dibutuhkan
Perlu diversifikasi olahan ayam potong untuk meningkatkan nilai tambah Analisis usaha pemotongan ayam
Pelatihan, pembinaan dan pengembangan produk olah ayam potong Pelatihan dan pembinaan usaha pemotongan ayam
Perlu dilakukan peningkatan Pengawasan sanitasi sanitasi lingkungan TPA lingkungan pemotongan dan pengolahan Perlu pengawasan residu dan Pengawasan cemaran cemaran daging ayam mikroba dan residu pada daging ayam Perlu ada usaha pengolahan Pengembangan usaha hasil dan limbah ayam potong pengolahan hasil dan limbah ternak ayam potong Perlu dilakukan pengkajian Pengkajian potensi dan potensi dan peluang peluang pengembangan pengembangan hasil hasil penanganan dan penanganan ayam potong pengolahan hasil ayam potong Perlu dilakukan studi Pengembangan usaha pengolahan hasil dan limbah pengolahan hasil dan ayam potong limbah usaha ayam potong Perlu dibentuk dan dibina Pembentukan, pembinaan kelompok tani penanganan dan penguatan serta dan pengolahan hasil ayam pemberdayaan kelompok potong tani penanganan dan pengolahan hasil Peningkatan sanitasi pada Pembinaan dan penyuluhan TPA Inovasi teknologi pemotongan ayam yang ASUH Penyuluhan dan Pencegahan dan pembinaan terhadap monitoring terhadap pelaku pasar untuk tidak penggunaan bahan menggunakan bahan pengawet
46 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Masih ada pemalsuan karkas (ayam glonggong, ayam tiren) Pemasaran
Pembuatan bahan-bahan alami sebagai pengawet Pengawasan dari dinas terkait secara kontinyu
pengawet berbahaya Penyuluhan tentang caracara budidaya dan etika bisnis ayam potong
Belum ada pengawasan lalu lintas daging Belum ada perlakuan dingin pada ayam potong selama pemasaran
Perlu ada pengawasan lalu lintas daging Perlu dilakukan penyimpanan dingin selama pemasaran
Belum ada pembinaan pemasaran ayam potong
Perlu ada pembinaan pemasaran
Belum ada pengkajian analisis pemasaran hasil ayam potong
Perlu dilakukan pengkajian pemasaran hasil ayam potong
Lokasi pemotongan dan pasar relatif jauh sehingga diperlukan alat angkut dan teknologi yang memadai Sanitasi tempat pemasaran karkas daging ayam di pasar sangat rendah
Perlu sarana pengangkutan karkas yang higienis dan murah
Pengawasan lalu lintas daging Penerapan suhu dingin selama proses produksi, penyimpanan dan transportasi distribusi daging dan produk olahannya Fasilitasi, pembinaan dan pengembangan pemasaran ayam potong dan produk olahannya Pengkajian prospek dan peluang pemasaran hasil penanganan dan pengolahan hasil ayam potong Pengadaan alat angkut berupa box dengan suhu o 4C
Penyediaan sarana tempat penjualan yang sanitasinya cukup baik
Pembinaan dan penyuluhan tentang tempat dan lokasi pemasaran yang baik
47 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Lampiran 5. Data Desa/Kelurahan dan Gapoktan Penerima BLM-PUAP Tahun 2008 di Propinsi Riau No
Kabupaten/ Kota 1. Rokan Hulu
Kecamatan
3. Rokan Hulu
Bangun Purba Bangun Purba Rambah
4. Rokan Hulu
Rambah
5. Rokan Hulu
2. Rokan Hulu
Desa/Kelura Gapoktan han Pasir Agung Manunggal Jaya Rambah Jaya Bina Usaha
No 91.
Kabupaten/ Kota Kampar
Kecamatan Tambang
92.
Kampar
Tambang
Kampung Baru Pasir Baru
Tunas Harapan Bangun Tani
93.
Kampar
Tambang
94.
Kampar
Tambang
Rambah Utama Marga Mulia
Catur Sarono
95.
Kampar
Tambang
Bukti Mulia
Desa/Kelura Gapoktan han Gobah Tani Maju Kemang Indah Kuapan
Tunas Baru
96.
Kampar
Tambang
Usaha Bersama Padang Bina Karya Lawas Bersama Rimbo Senandung Panjang Kasih Kualu Nenas Tunas Berduri
Rambah Makmur Samo Bersama Rambah Baru Suka Makmur
97.
Kampar
Tambang
Aur Sati
98.
Kampar
Tambang
Kualu
Sonang Basamo Kualu Bersemi
99.
Kampar
Tambang
Tambang
Ridho Ilahi
Bukit Lingkar Rosalia Indah
Sumber Rejeki
9. Rokan Hulu
Rambah Samo Rambah Samo Rambah Samo Rambah Samo Kepenuhan
10. Rokan Hulu
Kepenuhan
Rantau Binuang Ulak Patian
Mekar Bersama Maju Bersama
100.
Indragiri Hulu
11. Rokan Hilir
Bangko
Parit Aman
Parit Aman
101.
Indragiri Hulu
12. Rokan Hilir
Bangko
Pedamaran
Bakti Mulia
102.
Indragiri Hulu
13. Rokan Hilir
Bangko
Indragiri Hulu
Bangko
Surya Kencana Bersatu
103.
14. Rokan Hilir
104.
Indragiri Hulu
15. Rokan Hilir
Mukti Jaya
105.
Indragiri Hulu
106.
Indragiri Hulu
Kelayang
107.
Indragiri Hulu
Kelayang
Bongkal Malang Kota Medan
Taruna Bumi
108.
Indragiri Hulu
Kelayang
Pelangko
19. Rokan Hilir
Kubu
Teluk Pulau Hilir Teluk Pulau Hulu Rantau Panjang Kiri Sei Majo
Teluk Pulau Hilir Al Hikmah
18. Rokan Hilir
Rimba Melintang Rimba Melintang Rimba Melintang Kubu
Suak Temenggung Suak Air Hitam Mukti Jaya
Batang Cenaku Batang Cenaku Batang Cenaku Batang Cenaku Batang Cenaku Kelayang
Sei Majo
109.
Indragiri Hulu
Kelayang
20. Rokan Hilir
Kubu
Rantau Panjang Kanan
RPK Maju
110.
Indragiri Hulu
Kelayang
Tanjung Beludu Dusun Tua
Mandiri Bersama Makmur Bersama Semoga Jaya
21. Siak
Bungaraya
Benayah
111. 112.
Indragiri Hulu Indragiri Hulu
Lirik Lirik
Pasir Ringgit Sido Mulyo
Sejahtera Tani Suka Damai
22. Siak
Bungaraya
113.
Indragiri Hulu
Pasir Penyu
Petalongan
Tani Raya
23. Siak 24. Siak 25. Siak
Bungaraya Bungaraya Bungaraya
Cahaya Maju 114. Sukajadi 115. Barokah Jaya 116.
Indragiri Hulu Indragiri Hulu Indragiri Hulu
Pasir Penyu Pasir Penyu Pasir Penyu
Kandis Kandis
117. 118.
Indragiri Hulu Indragiri Hulu
Peranap Peranap
28. Siak
Sungai Apit
Teluk Batil
119.
Indragiri Hulu
Peranap
29. Siak 30. Siak
Sungai Apit Sungai Apit
Rempak Tanjung Kuras
Karya Mandiri Sam sam Sejahtera Tunas Harapan Cempaka Tuah Bersama
Tanah Merah Pasir Keranji Serumpun Jaya Baturijal Hilir Serai Wangi
Bakti Rukun Karya Abadi Tani Makmur
26. Siak 27. Siak
Buantan Lestari Dosan Jati Baru Langsat Permai Kandis Sam Sam
Lubuk Kelampai Karya Mukti
120. 121.
Indragiri Hulu Indragiri Hulu
Peranap Rengat
31. Pelalawan
Langgam
Sotol
Indragiri Hulu Indragiri Hulu
Rengat Rengat
32. Pelalawan
Langgam
Langgam
122. Lubuk 123. Harapan Usaha Muara Tapian 124.
33. Pelalawan
Bunut
34. Pelalawan
Pangkalan
Pangkalan Gema Tani Bunut Sialang Indah Ngudi Rejeki
6. Rokan Hulu 7. Rokan Hulu 8. Rokan Hulu
16. Rokan Hilir 17. Rokan Hilir
Indragiri Hulu
Rengat
125.
Indragiri Hulu
Rengat
126.
Indragiri Hulu
Bukit Lipai
Soka Putih
Kuala Gading Tunas Anggrek Kuala Kilan Sejahtera Masyarakat Petaling Jaya Kunyit Sejahtera Sei Golang Suka Maju
Semelinang Tebing Ketipo Pura Sei Guntung Hilir Pulau Gajah Rantau Mapesai
Harapan Jaya
Karya Mulia Sumber Makmur Mekar Abadi Marilah Tuah Sepakat Sejahtera Usaha Bersama
Kuantan Delima Babu Sungai Raya Karya Bersama Rengat Barat Barangan Rumpun
48 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
39. Pelalawan
Kuras Pangkalan Kuras Kuala Kampar Kuala Kampar Kuala Kampar Kerumutan
40. Pelalawan
Kerumutan
35. Pelalawan 36. Pelalawan 37. Pelalawan 38. Pelalawan
41. Bengkalis 42. Bengkalis 43. Bengkalis 44. Bengkalis 45. Bengkalis 46. Bengkalis
Rangsang Barat Rangsang Barat Rangsang Barat Rangsang Barat Rangsang Barat Merbau
Sumber Makmur Sabar Menunggu Subur Makmur Tanjung Sum Hadi Karya
127.
Indragiri Hulu
Rengat Barat Kota Lama
Barangan Maduyan Jaya
128.
Indragiri Hulu
Seberida
Sibabat
Nusa Indah
129.
Indragiri Hulu
Sungai Lala
Kelawat
Mekar Jaya
Pangkalan Tampoi Kerumutan
Sungai Dusun Sungai Junjangan Sungai Luar
Mekar Jaya
Gemilang Jaya Pungkat
Harapan Sejahtera Harapan Jaya
Harapan Jaya Teluk Beringin Sei Mas
Sei Cina
Sungai Niur Lestari Harapan Baru Karya Bakti
135.
Indragiri Hilir
Batang Tuaka Batang Tuaka Batang Tuaka Batang Tuaka Batang Tuaka Gaung
Kayu Ara
Bina Sepakat 136.
Indragiri Hilir
Gaung
Lahang Baru Tani Makmur
Sendaur
Sentol Jaya
137.
Indragiri Hilir
Gaung
138.
Indragiri Hilir
Gaung
Lahang Hulu Mekar Gemilang I Jerambang Bung Tanjung
139.
Kabupaten/ Kota Indragiri Hilir
Gaung
140.
Indragiri Hilir
Gaung
141.
Indragiri Hilir
Gaung
Desa/Kelura Gapoktan han Terusan Amal Tani Kempas Sungai Baru Usaha Bersama Teluk Kabung Sentosa
142.
Indragiri Hilir
Gaung
Kuala Lahang Sumber Rejeki
143.
Indragiri Hilir
Kateman
Penjuru
144.
Indragiri Hilir
Kateman
Sari Mulya
145.
Indragiri Hilir
Kempas
146. 147.
Indragiri Hilir Indragiri Hilir
Kempas Kempas
148.
Indragiri Hilir
Keritang
149.
Indragiri Hilir
Keritang
150.
Indragiri Hilir
Keritang
151.
Indragiri Hilir
Keritang
152. 153.
Indragiri Hilir Indragiri Hilir
Keritang Keritang
Harapan Tani 154. Tani Makmur 155.
Indragiri Hilir Indragiri Hilir
Keritang Keritang
Usaha Baru
156. 157.
Indragiri Hilir Indragiri Hilir
Reteh Reteh
Pulau Jambu Maju Kuok Bersama Empat Balai Karya Indah
158.
Indragiri Hilir
Tempuling
Bukit Sembilan Laboy Jaya
Bawal
159.
Kuantan Singingi
Layur
160.
Kuantan Singingi
Pulau Lawas Lelan
161.
Kuantan Singingi
Muara Uwai
Muara Jaya
162.
Kuantan Singingi
Air Tiris
Maju Bersama
163.
Kuantan Singingi
Kuantan Mudik Kuantan Mudik Kuantan Mudik Kuantan Mudik Kuantan Mudik
Sonde Telaga Baru
Tampoi Jaya
130.
Indragiri Hilir
Mekar Harum 131.
Indragiri Hilir
132.
Indragiri Hilir
133.
Indragiri Hilir
134.
Indragiri Hilir
Kabupaten/ Kota 47. Bengkalis
Merbau
48. Bengkalis
Merbau
49. Bengkalis
Merbau
50. Bengkalis
Siak Kecil
51. Bengkalis
Siak Kecil
52. Bengkalis
Siak Kecil
Meranti Agrolestari Bunting Desa/Kelura Gapoktan han Semukut Padang Kamal Teluk Megah Belitung Permai Kuala Tani Makmur Merbau Sadar Jaya Usaha Bersama Dua Sungai Siput Sumber Rejeki Lubuk Gaung Jaya Makmur
53. Bengkalis
Siak Kecil
Bandar Jaya
54. Bengkalis 55. Bengkalis
Siak Kecil Rupat
56. Bengkalis
Pinggir
57. Bengkalis
Pinggir
58. Bengkalis
Rangsang
59. Bengkalis
Rupat
60. Bengkalis 61. Bengkalis
Rupat Rupat
Muara Dua Usaha Maju Hutan Berkah Tani Panjang Balai Pungut Beringin Indah Tengganau Tunas Harapan Sei Gayung Mekar Sari Kiri Pangkalan Rahmat Tani Nyirih Terkul Tani Maju Darul Aman Sejahtera
62. Bengkalis 63. Bengkalis
Rupat Rupat
64. Bengkalis
Rangsang
65. Kampar
Bangkinang Barat Bangkinang Barat Bangkinang Seberang Bangkinang Seberang Bangkinang Seberang Bangkinang Seberang Kampar
66. Kampar 67. Kampar 68. Kampar 69. Kampar 70. Kampar 71. Kampar
Kecamatan
Makeruh Tanjung Kapal Penyagun
Wana Jaya
Kecamatan
Semangat Baru Karya Bersama Sungai Raya Suka Maju
Karya Usaha
Tani Maju Bersama Rumbai Jaya Berkat Usaha Bersama Karya Tani Tani Makmur Pekan Tua Usaha Bersama Pasar Pulihan Damai Kembang Pebenaan Citra Bahagia Kembang Mekar Sari Kotabaru Seberida Teluk Kelasa Kuala Lemang Pancur Kota Baru Reteh Mekar Sari Sungai Undan Teluk Jira
Mekar Sari
Pantai
Harapan Raya
Luai
Bumi Ayu
Banjar Padang Air Buluh
Kembang Seroja Bertani Bangkit Tani Makmur
Lubuk Ramo
Kembang Sari Harapan Tani Lemang Jaya Sukses Isna Utama Mandiri Polewali Karya Maju Polewali
49 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
72. Kampar
Kampar
Batu Belah
164.
Kuantan Singingi
73. Kampar
Kampar
165.
Kuantan Singingi
Kuantan Mudik Inuman
74. Kampar
Kampar
166.
Kuantan Singingi
Inuman
75. Kampar
Kampar
167.
Kuantan Singingi
76. Kampar
Kampar Kiri
168.
77. Kampar
Kampar Kiri
Penyasawan Bina Bersama Padang Tunas Mekar Mutung Pulau Jambu Trinusa Air Tiris Sei Sumber Geringging Mandiri Sei Paku Mandiri
78. Kampar
Kampar Kiri Tengah Gunung Sahilan Kampar Timur Kampar Timur Kampar Timur Kampar Utara
Karya Bhakti
Maju Sejahtera Kebun Durian Himpunan Kel. Tani Kampar Kampar Makmur Kota Maju Jaya Perambahan Pulau Birandang Birandang Jaya Kampung Lestari Panjang Air Tiris Kampar Muara Jalai Tunas Utara Harapan Rumbio Jaya Teratak Maju Jaya
86. Kampar
Rumbio Jaya Alam Panjang
87. Kampar 88. Kampar
Perhentian Raja Siak Hulu
89. Kampar 90. Kampar
79. Kampar 80. Kampar 81. Kampar 82. Kampar 83. Kampar
84. Kampar 85. Kampar
Tani Mulia
Pangkalan
Tani Mandiri Mudah Sepakat PBB Tani
Cerenti
Banjar Nan Tigo Pulau Panjang Hilir Pulau Jambu
Kuantan Singingi
Cerenti
Sikakak
Sakura
169.
Kuantan Singingi
Cerenti
Koto Cerenti
170.
Kuantan Singingi
Cerenti
Pulau Bayur
Karya Bersama Mekar Jaya
171.
Kuantan Singingi Kuantan Singingi
173.
Kuantan Singingi
174.
Kuantan Singingi
Kuantan Tengah Kuantan Tengah Kuantan Tengah Singingi Hilir
Jaya
172.
175.
Kuantan Singingi
Singingi Hilir
Beringin
Sidodadi II
176.
Kuantan Singingi Kuantan Singingi
178.
Kuantan Singingi
Teratak Rendah Sungai Rambai Situgal
Tani Sakato
177.
Logas Tanah Darat Logas Tanah Darat Logas Tanah Darat
Kampung Pinang Pandau Jaya Tani Jaya
179.
Pekanbaru
Lembah Sari
Siak Hulu
Tanah Merah Tamer Jaya
180.
Pekanbaru
Siak Hulu
Buluh Nipis
181.
Pekanbaru
Rumbai Pesisir Rumbai Pesisir Tenayan Raya
Lestari Sejahtera Manunggal Jaya Tenayan Bersatu
Alam Panjang Bertuah Makmur
Tani Sejahtera
Kp. Baru Sentajo Pulau Baru
Cahaya Bersih
Jaya Mandiri Tani Tunas Baru Danau Indah
Sumber Jaya Sidodadi I
Lembah Damai Tangkerang Timur
Mitra Sejati Suka Maju
50 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Lampiran 6. Data Desa/Kelurahan dan Gapoktan Penerima BLM-PUAP Tahun 2008 di Propinsi Kepulauan Riau No
Kabupaten/ Kecamatan Desa/Kelurahan Kota 1. Bintan Bintan Timur Sei Nam
Gapoktan
No
Kabupaten/ Kota 24.Natuna
Kecamatan
Desa/Kelurahan
Gapoktan
Kawal
3. Bintan
Gunung Kijang Toa Paya
4. Bintan
Teluk Bintan
Penaga
5. Bintan
Ekang Anculai
28.Natuna
Pulau Tiga
Sabang Mawang
Balai Makmur
Sri Bintan
Sri Bintan
29.Natuna
Jemaja
Rewak
Simpang Tiga
7. Bintan 8. Bintan
Teluk Sebong Teluk Sebong Bintan Utara Tambelan
Aneka Karya Tani Lumbung Bahagia Agribangun Jaya Bintan Makmur Ekang Baru
Lancang Kuning Teluk Sekuni
Selaras Maju Jaya
30.Natuna 31.Natuna 32.Natuna
Impol Keramut Kuala Maras
Suka Maju Harapan Jaya Mulya Jaya
9. Karimun
Kundur Barat Sawang
Sumber Rejeki
33.Natuna
Ulu Maras
Maju Jaya
Makmur Bersama Suka Jadi Kundur Usaha Jaya Gemuruh Tani Sumber Jaya Urung Berlian Mandiri Teluk Radang Suka Maju Sungai Ungar Utara Barokah
Bukit Padi
Sani Jaya
Batu Belanak Sabang Barat
Harapan Jaya Tani Sejati Sebelat Jaya Bersama Hidup Baru
2. Bintan
6. Bintan
Tua Paya Utara
Tapau
Tapau Jaya
Harapan Jaya
Makmur Jaya
26.Natuna
Bunguran Tengah Bunguran Tengah Pulau Tiga
Pulau Tiga
Cahaya Abadi
27.Natuna
Pulau Tiga
Sededap
Usaha Baru
25.Natuna
10. Karimun
Kundur Barat Sawang Laut
34.Natuna
11. Karimun 12. Karimun
Kundur Barat Sawang Selatan Kundur Barat Kundur
35.Natuna 36.Natuna
Jemaja Jemaja Jemaja Timur Jemaja Timur Jemaja Timur Midai Midai
13. Karimun
Kundur Barat
37.Natuna
Midai
Sebelat
14. Karimun
Kundur Utara
38.Natuna
Bunguran Selatan
Cemaga
15. Karimun 16. Karimun
Kundur Utara Kundur Utara
39.Lingga
Lingga
Kerandin
17. Karimun 18. Karimun
Kundur Utara Lebuh Kundur Utara Sebele
Hikmah Maju Mandiri
19. Natuna
Bunguran Barat Bunguran Barat
Batubi Jaya
Lingga Lingga Lingga Lingga
Bukit Langkap Mepar Merawang Kelumu
Gunung Putri
Cipta Jaya Makmur Sumber Jaya
40.Lingga 41.Lingga 42.Lingga 43.Lingga 44.Lingga
Lingga
Pekaka
Bunguran Barat Bunguran Barat Bunguran Barat
Sedarat Baru
Sido Maju
45.Lingga
Lingga
Sungai Pinang
Sedanau Timur
Sejahtera
46.Lingga
Lingga
Mentuda
Mekar Jaya
Jaya Mandiri
47.Lingga
Lingga Utara Bukit Harapan
20. Natuna
21. Natuna 22. Natuna 23. Natuna
Sejahtera Bersama Subur Makmur Anugrah Harapan Maju Rimba Jaya Putera (Pusat Ekonomi Rakyat) Tani Makmur Jaya Karya Bersama Sejahtera
51 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau
Laporan Tahunan 2008
Lampiran 7. Data Dasar PMT PUAP Propinsi Riau dan Kepulauan Riau No. 1 2 3
Nama PMT Agus Rahmadana, SP Dra. Eli Sumarni Sukaeni, SP
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Curminta Tarigan, S.Sos. M. Solihin, SE Yuslim, SE M. Wali Fahimi, S. Ag. Herlin Indriani, SP Saritel Aida, SE Juwanto, SE Adi Wahyudi, SP Amiruddin Aritonang, A. Md. Anik Suryani, SP Herry Safari, SP
Wilayah Kerja Indragiri Hulu Bengkalis Pelalawan & Pekanbaru Siak Rokan Hulu Kampar 1 Kampar 2 Rokan Hilir Kuantan Singingi Indragiri Hilir Karimun Natuna Bintan Lingga
Periode Penugasan April April April April April April April September September September September September November November
52 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau