LAPORAN PRIMA TANI KABUPATEN WAJO (AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Rintisian dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) sebagai salah satu program utama Badan Litbang Pertanian periode lima tahun ke depan. Makna program adalah kegiatan terencana dan dilaksanakan secara sistimatis untuk mewujudkan tujuan sedangkan Rintisan dan Akselelrasi Pemasyarakatan adalah terobosan pembuka, pelopor atau inisiasi, penyampaian dan penerapan inovasi teknologi pertanian kepada pengguna. Inovasi Teknologi Pertanian adalah teknologi unggul mutakhir maupun model kelembagaan agribisnis unggul yang dihasilkan. Pada intinya Prima Tani terdiri dari dua komponen yaitu sistem inovasi dan sistem agribisnis. Dimana sistem inovasi dalam hal ini merupakan sumber pengetahuan dan teknologi inovatif yang dapat digunakan dalam sistem agribisnis. Prima Tani merupakan konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempecepat penyampaian informasi dan menjadi bahan dasar dalam menghasilkan suatu inovasi. Diharapkan pula bahwa Prima Tani dapat mengintegrasikan sistem informasi dan sistem agribisnis dalam mewujudkan sistem dan usaha agribisnis industrial berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif. Pengembangan masyarakat dalam suatu aktivitas tertentu dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor internal dan eksternal yang membutuhkan perubahan menuju ketaraf yang lebih maju. Perubahan masyarakat akan terjadi apabila ada interaksi antara mereka dalam lingkungan yang kondusif. Laboratorium agribisnis sebagai salah satu wadah yang dapat membawa nuansa perubahan dalam komunitas petani, karena dalam laboratorium agribisnis diharapkan terjadi interaksi antara sumber informasi teknologi dengan pengguna di tingkat lapang. Kehadiran laboratorium agribisnis di tengah-tengah petani sangat membantu melalui beberapa informasi dari media tercetak yang disediakan di posko melalui konsultasi langsung dengan petugas jaga posko. laboratorium
ini
juga
dilakukan
demplot
Selain kegiatan tersebut, di percontohan
sebagai
upaya
mengimplementasikan teknologi usahatani yang dibutuhkan. Kegiatan laboratorium agribisnis akan lebih terarah dan profesional karena berbasis di petani, sehingga petani dengan bebas mengekspresikan harapan dan keinginannya disesuaikan dengan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1
sumberdaya yang dimiliki. Basis pergerakan laboratorium agribisnis di kelompok petani membuat petani merasa tidak ada jarak dan batas formal yang melingkari sehingga tingkat partisipasi dapat dengan mudah dibangkitkan, pada akhirnya percepatan proses transfer teknologi dapat dicapai. Aspek pengembangan teknologi merupakan salah satu langkah investasi teknologi yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kemajuan teknologi di lingkungan internal dan eksternal
petani.
Oleh
karena
itu
dalam
operasional
laboratorium
agribisnis
pengembangan teknologi juga merupakan perwujudan dari strategi berdasarkan kebutuhan teknologi dari berbagai skala, dan tahapan pengembangannya. Meskipun demikian dalam operasional laboratorium agribisnis perlu dilakukan inventarisasi
menyeluruh,
mengenai
kondisi
sistem
usahatani
petani
dan
penyelenggaraan aktivitas penyuluhan pertanian yang dikehendaki sebagai proses taransfer teknologi.
Pembentukan laboratorium agibisnis antara lain bertujuan
mendekatkan lembaga penelitian dan penyuluhan kepada sasaran, sesuai tugas dan fungsinya berperan sebagai lembaga pengkaji dan penyedia teknologi spesifik lokasi dan memberi umpan balik untuk penyempurnaan program pengkajian yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan teknologi spesifik lokasi. Potensi sumberdaya yang dimiliki wilayah kelurahan Dualimpoe cukup besar, yang membutuhkan suatu keinginan dan keberanian untuk melakukan terobosan melalui penerapan berbagai teknologi pendukung berkembangnya potensi tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan pada hampir semua sub sektor, tugas selanjutnya adalah bagaimana menciptakan iklim kerjasama yang kondusif sehingga dapat terjalin kemitraan yang saling menguntungkan. Kelurahan Dualimpoe memiliki lahan sawah seluas 947 ha, yang terdiri dari lahan sawah irigasi seluas 493 ha (52,05 %) dan lahan sawah tadah hujan seluas 454 ha (47,94 %) yang seluruhnya hanya ditanami padi. Pada lahan sawah irigasi ditanami sampai 2 kali tanam dengan pola tanam Padi-Bero-Padi, sedangkan lahan sawah tadah hujan pola tanamnya adalah Padi-Bero-Bero. Luas lahan dan rincian penggunaanya di Kelurahan Dualimpoe disajikan pada Tabel 1. Sebahagian besar lahan sawah di Kelurahan ini merupakan lahan sawah irigasi dengan saluran irigasi yang terpelihara. Air irigasi yang berasal dari Kalola masih belum dapat menjangkau seluruh areal persawahan, terutama lahan sawah tadah hujan sehingga kebutuhan pengairan untuk areal tersebut masih mengandalkan hari hujan. 1.2. Tujuan 1.
Mendekatkan lembaga penelitian dan penyuluhan kepada petani, sesuai tugas dan fungsinya
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
2.
Mendapatkan umpan balik untuk penyempurnaan program pengkajian dalam rangka pemenuhan kebutuhan teknologi petani
3.
Meningkatkan dan mengembangkan teknologi spesifik lokasi.
4.
Mempercepat proses pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian
1.3.
Ruang Lingkup Panduan ini mencakup penentuan tujuan, lokasi, inovasi teknologi dan
kelembagaan,
jaringan kerja
sama, organisasi pelaksana, jadwal pelaksaan, klinik
agribisnis, road map, evaluasi
dan pelaporan, serta pendanaan
dalam proses
penumbuhan laboratorium agribisnis. Panduan ini mencakup penentuan tujuan, lokasi, inovasi teknologi dan kelembagaan, jaringan kerja sama, organisasi pelaksana, jadwal pelaksaan, klinik agribisnis, road map, evaluasi dan pelaporan, serta pendanaan dalam proses penumbuhan laboratorium agribisnis. II. KONDISI AWAL DESA PRIMA TANI 2.1. Lokasi Lokasi Prima Tani Kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniangpajo, seluas 2.211 ha, secara geografis terletak pada koordinat antara 120 o02 ’30” – 120o06’18” Bujur Timur dan 03o57’50” – 03o59’55” Lintang Selatan. Letak ketinggian Kelurahan Dualimpoe berada pada 20 – 120 m dpl. Secara administrasi wilayah ini berbatasan: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Anabanua;
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tongkoli;
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Majauleng; dan
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanasitolo.
Lokasi Prima Tani hanya berjarak ± 2 km dari ibukota Kecamatan Maniangpajo dan ± 20 km dari ibukota Kabupaten Wajo. Aksesibilitas di Kelurahan Dualimpoe sangat memadai, jalan kelurahan sebagian besar sudah beraspal dan dapat dilalui kendaraan roda empat dan sebagian lainnya berupa pengerasan. 2.2. Potensi Sumberdaya Lahan dan Iklim Kondisi
topografi
yaitu
bentang
dataran
yaitu
2.100,44
ha
dan
perbukitan/pegunungan yaitu 110,56 ha dengan ketinggina tempat mencapai 21 m diatas permukaan laut. Curah hujan rata-rata per tahun 1.856 mm, dengan keadaan suhu ratarata 27 – 33 ° C. Kesuburan tanah mulai dari subur dengan tingkat kedalaman solum tanah antara 100 – 200 cm (871 ha), kesuburan tanah sedang dengan tingkat kedalaman solum tanah antara 50 – 99 cm (1.229.44 ha) , dan tidak subur dengan tingkat kedalaman solum tanah kurang dari 50 cm (110.56 ha). Luas wilayah kelurahan Dualimpoe secara rinci diuraikan pada tabel berikut:
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
Tabel 1. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kelurahan Dualimpoe, 2006 No. Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1. Lahan Sawah: 947 - Irigasi teknis 493 52,05 - Setengan Teknis - Irigasi Desa 6,6 0,7 - Tadah Hujan 454 47,94 2. Lahan Kering: 1.264 - Pekerangan 72,11 5,70 - Perkebunan 112,62 8,91 - Ladang/huma 94,67 7,49 - Padang rumput 494,70 39,14 - Hutan 480,46 38,01 - Lainnya 9,70 0,77 Jumlah 2.211 Sumber: BPS Kab. Wajo, 2005 Sawah irigasi di Kelurahan Dualimpoe sebagian besar terdapat di wilayah bagian barat menempati lahan dataran, sedangkan sawah tadah hujan terdapat di wilayah bagian timur menempati lahan berombak (lereng 3-8%). Pola tanam yang biasa diterpakan petani di lahan sawah irigasi adalah padi-bera-padi. Penggunaan lahan kebun campuran dengan komoditas kelapa, pisang, mangga dan tanaman tahunan lainnya hanya merupakan tanaman pekerangan yang menempati areal sekitar pemukiman. Areal padang rumput, tegalan dan lahan kering lainnya yang ditanami jeruk dan jambu mete terdapat di wilayah bagian timur dengan topografi berombak (lereng (3-8%) sampai berbukit kecil (lereng 15-30%)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
Gambar 1. Peta Kelurahan Dualimpoe
Iklim Iklim merupakan salah satu factor penentu dalam keberhasilankegiatan pertanian dan peternakan. Oleh karena itu dalam kegiatan Prima Tani di Kelurahan DualimpoeWajo, informasi iklim sangat penting untuk ditelaah, sehingga dapat diketahui potensi iklim di lokasi kegiatan Prima Tani. Untuk tujuan tersebut, telah dikumpulkan data iklim dari 1993-2002, berupa data curah hujan, hari hujan, sehu dari stasiun pengamatan terdekat yaitu stasiun iklim Anabanua dan Tanasitolo. Gambaran curah hujan dan hari hujan di Kelurahan Dualimpoe (Gambar 1) berdasarkan data curah hujan dari stasiun terdekat (1993-2002), menunjukkan bahwa rerata curah hujan tahunan di Kelurahan Dualimpoe adalah 2.102 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei (293 mm), sedangkan terendah bulan September (64 mm). Distribusi curah hujan menurut Scmihdt dan Fergusson (1951) menunjukkan bahwa Kelurahan Dualimpoe mempunyai bulan basah (>100 mm) selama 9 bulan dan bulan kering (<60 mm) terjadi selama 0 bulan. Berdasarkan zona agroklimat (Oldeman et al 1985), Kelurahan Dualimpoe termasuk kedalam Zona agroklimat C1, yang mempunyai bulan basah (>200 mm) 5 bulan berturut-turut dan bulan kering (<100 mm) 1 bulan.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5
350 300
250 200 150 100 50
0 Okt
Des
Peb
Apr
Jun
Ags
Gambar 2. Grafik curah hujan Kelurahan Dualimpoe, Kec. Maniangpajo-Wajo 2.3. Kondisi Sosial Ekonomi Sumberdaya Manusia Potensi sumberdaya manusia Kelurahan Dualimpoe 2.702 orang dengan jumlah petani sebanyak 1.581 orang (58.5 %) jumlah rumah tangga sebanyak 647 RT. Penyebaran penduduk menurut jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 1.279 dan perempuan sebanyak 1.423 orang. Jumlah penduduk usia sekolah pada tingkat pendidikan dasar hingga menengah yang berpotensi sebagai generasi penerus sebanyak 917 orang, sedangkan penduduk usia kerja produktif berkisar 1.606 orang meliputi usia kerja yang bekerja sebanyak 1.597 orang sementara usia kerja yang belum bekerja sebanyak 9 orang.
Jumlah petani berdasarkan kepemilikan lahan di Kelurahan
Dualimpoe akan diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 2. Jumlah Petani Berdasarkan Kepemilikan Lahan Di Kelurahan Dua Limpoe, 2006 No.
Uraian
1. 2. 3.
Pemilik Tanah Sawah Pemilik Tanah Tegal/Ladang Penyewa/Penggarap Jumlah Sumber: BPS Kab. Wajo, 2005
12%
Jumlah (org)
%
932 455 194 1.581
59 29 12 100
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6
Gambar 3. Grafik Kepemilikan Lahan Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa pendapatan kotor yang diperoleh responden dalam setahun pada beberapa aktivitas on farm, off farm dan non farm yang dilakukan adalah industri rumah tangga berupa usaha tenun di Lakadaung (40%), Buloe (20%) dan Lowa (10%) dan inilah kegiatan non farm yang terbanyak dilakukan, sementara kegiatan berdagang yaitu di Lakadaung (3,3%), Buloe (20%) dan Lowa (30%).
Kegiatan tenun merupakan kegiatan turun temurun dilakukan
indutsri rumah tangga selain karena sutra sebagai ikon daerah juga memang ketrampilan bertenun ini menjadi warisan leluhur sehingga menjadi keharusan bagi seorang wanita di daerah ini untuk memiliki kemampuan dan ketrampilan bertenun. Meskipun penghasilan yang diperoleh dalam setahun masih rata-rata Rp. 675.000,per rumah tangga tapi tetap dijalankan, kecilnya pendapatan karena kemampuan menghasilkan suatu karya tenun membutuhkan waktu yang relatif lama, hal ini juga karena masih dilakukan dengan sistim ATBM (alat tenun bukan mesin) dengan alasan mempertahankan kualitas dan keaslian originalitas. Kegiatan berdagang dilakukan juga merupakan identitas masyarakat wajo yang memiliki naluri bisnis tinggi, sehingga orientasi usaha di masyarakat wajo sudah menjadi fokus sejak dahulu, namun demikian kemampuan bersaing dalam hal kualitas hasil usahatani menjadi kendala dalam pemasaran produk pertaniannya. Strategi yang ditempuh responden pada umumnya adalah dengan mencoba menggeluti usaha on farm tanaman semusim selain padi yaitu jagung dan sayuran dengan potensi pendapatan yang cukup tinggi yaitu rata-rata Rp.21.095.500,-.
Tabel 3. Pendapatan Kotor Per Tahun dari Kegiatan On farm dan Off Farm
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
7
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Dusun
Uraian
Lakadaung
Buloe
40 9,9 3,3 3,3 6,6
20 20 10 -
Pekerjaan Tetap (%) Industri Rumah Tangga (%) Dagang (%) Kiriman/Transfer (%) Sewa Alsintan Usaha Ternak (%) Usaha Tan. Tahunan (%) Usaha Tan.Semusim
Lowa 10 30 30
Rata-rata Penghasilan Kotor (Rp) 675.000,535.000,500.000,4.000.000,21.095.500,-
Sumber : Data primer Setelah Diolah, 2007
2.4. Simpul Kritis Kelurahan Dualimpoe memiliki luas lahan sawah sebesar 947 ha dimana terdapat lahan sawah irigasi seluas 493 (52,05%) dan lahan sawah tadah hujan seluas 454 ha (47,94%) seluruhnya hanya ditanami padi. Pada lahan sawah irigasi bisa ditanami sampai 2 kali tanam dengan pola tanam Padi – Bero – Padi, sedangklan pada lahan sawah tadah hujan pola tanamnya adalah Padi – Bero – Bero. Tanaman padi diusahakan petani di Kelurahan Dualimpoe secara turun temurun dan merupakan budaya karena merupakan mata pencaharian utama dan kebutuhan pokok serta untuk memenuhi kebutuhan lainnya bagi petani. Berdasarkan pola tanam seperti diatas, maka komoditas utama di Keluarahan Dualimpoe adalah tanaman padi, sedangkan komoditas lainnya seperti kacang hijau dan kacang tanah, ditanam pada MK I dan MK II sebelum irigasi berfungsi. Pada wilayah irigasi Kalola sawah seluas (Rendengan) hanya
6.000 ha, dengan kemampuan mengairi pada MK
1.200 ha sehingga terdapat
3.800 ha yang tidak bisa dialiri air.
Kenyataannya di lapangan keseluruhan sawah irigasi di lokasi ini tetap menanam padi dengan harapan ada hujan pada saat itu, berdasarkan ini pihak Dinas Pertanian Kabupaten Wajo merencanakan untuk mengatur pola tanam dengan cara menggilir pemanfaatan air irigasi.
Dengan demikian ada potensi yang cukup besar untuk
mengintroduksikan tanaman palawija berupa kacang hijau dan kacang tanah yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Tanaman padi ditanam dengan menggunakan varietas Ciliwung dan Ciherang, dimana kedua varietas tersebut terutama Ciliwung sudah sejak lama ditanam petani secara terus menerus tanpa dilakukan pergiliran varietas, sehingga potensi genetik tanaman tersebut sudah sangat menurun, sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal. Tingkat produktivitas padi yang dicapai di Kelurahan Dualimpoe bervariasi antara 5 – 8 t/ha, hal ini disebabkan karena tingkat penerapan teknologi yang cukup bervariasi di tingkat petani. Varietas yang digunakan petani umumnya adalah varietas Ciliwung dan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8
Ciherang yang ditanam secara berulang kali dari musim ke musim dengan penggunaan benih yang cukup banyak yaitu 60 – 70 kg/ha untuk tanam pindah (Tapin) dan 80 kg/ha untuk tanam benih langsung (Tabela). Tingginya penggunaan benih disebabkan karena penggunaan varietas yang cukup lama dan benih yang diseleksi sendiri (Takko) dengan tingkat kemurnian yang sudah tidak terjamin. Sistem tanam yang diterapkan adalah dengan cara Tapin dan Tabela. Penggunaan pupuk ditingkat petani sebagian besar hanya menggunakan pupuk urea dengan dosis 150 – 200 kg/ha yang diberikan 1 sampai 2 kali pemberian, sedangkan pupuk SP-36 dan Phonska ada sebagian petani menggunakannya dengan dosis masing-masing 100 dan 60 kg/ha. Selanjutnya pupuk KCl dan ZA sama sekali tidak ada petani yang menggunakan. Hama yang banyak menyerang pertanaman padi adalah hama tikus, Ulat grayak, Walang sangit dan Keong mas. Tanaman padi merupakan tanaman komoditas utama yang diusahakan petani di Kelurahan Dualimpoe, namun produksi yang diperoleh petani masih sangat bervariasi, hal ini disebabkan karena tingkat penerapan teknologi usahatani padi juga bervariasi. Tingkat penerapan teknologi ini disebabkan karena tingkat pengetahuan dan ketersediaan teknologi masih terbatas serta ketersediaan modal yang kerang terutama untuk membeli sarana produksi. Untuk mengantisipasi masalah seperti tersebut maka dapat dilakukan dengan mengintroduksikan teknologi yang sesuai serta dapat meningkatkan produktivitas tanaman
padi.
Antisipasi
kelembagaan
yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
meningkatkan adopsi inovasi teknologi serta membangun kelembagaan tani dalam hal penyediaan saprodi. Secara umum kondisi usahatani padi di Kelurahan Dualimpoe yang dikelola petani dan kondisi usahatani Kacang Hijau dan Kacang tanah sebelum adanya irigasi akan diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 4. Kondisi Pertanian di Kelurahan Dualimpoe, 2006 No.
Jenis Usahatani
Jenis Teknologi
1 1.
2 Usahatani Padi Produktivitas Varietas Penggunaan Benih
3
Pengolahan Tanah Sistem Tanam Penggunaan Pupuk Dosis Pupuk Hama Peng. Hama & Penyakit
5 – 8 t/ha Ciliwung dan Ciherang 60 – 70 kg/ha (Tapin) 80 kg/ha (Tabela) Traktor Tapin dan Tabela Urea, SP-36 dan Phonska Urea : 150-200 kg/ha SP-36 : 100 kg/ha Phonska : 60 kg/ha Tikus, Ulat Grayak, Walang Sangit, dan Keong Mas Pestisida
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
9
2.
3.
Kondisi Sebelum masuknya Irigasi Usahatani Kacang Hijau *) Produktivitas Varietas Pengolahan Tanah Sistem Tanam Pengendalian Hama dan Penyakit Usahatani Kacang Tanah*) Produktivitas Varietas Jarak Tanam Pengolahan Tanah Sistem Tanam
0,3 – 0,5 t/ha Lokal TOT (Pembakaran Jerami) Tugal Pestisida 0,4 – 0,7 t/ha Lokal Bekas rotari Bajak kemudian dirotari Tugal
*) Komoditas kacang hijau dan kacang tanah diusahakan petani sebelum masuknya irigasi
III. KONDISI SUID/AIP YANG DIHARAPKAN 3.1.
Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian Kelurahan Dualimpoe memiliki luas sawah 947 ha yang terdiri dari atas lahan
sawah irigasi teknis seluas 493 ha, irigasi desa seluas 6,6 ha, dan lahan sawah tadah hujan seluas 454 ha (BPS, 2006). Pola tanam khusus untuk lahan sawah irigasi adalah Padi – Bero – Padi, sedangkan pada lahan sawah tadah hujan adalah Padi – Bero – Bero. Beradsarkan pola tanam seperti diatas, maka komoditas pilihan dan merupakan komoditas utama di Keluarahan Dualimpoe adalah tanaman padi, sedangkan komoditas lainnya seperti kacang hijau dan kacang tanah, ditanam pada MK I dan MK II sebelum irigasi berfungsi di kelurahan ini. Pada wilayah irigasi Kalola yang meliputi kecamatan Maniangpajo dan Tanasitolo dengan luas sawah
6.000 ha, sedangkan kemampuan
mengairi sawah irigasi ini pada MK (Rendengan) hanya demikian ada
1.200 ha sehingga dengan
3.800 ha yang tidak bisa dialiri air. Namun kenyataan di lapangan
keseluruhan sawah irigasi di dua kecamatan tersebut tetap menanam padi dengan harapan ada hujan pada saat itu. menyimak kenyataan ini pihak Dinas Pertanian Kabupaten Wajo merencanakan untuk mengatur pola tanam pada dua kecamatan ini yaitu dengan cara menggilir pemanfaatan air irigasi. Misalnya pada tahun ini kecamatan Tanasitolo dianjurkan tidak menanam padi MK, kecamatan Maniangpajo tetap menanam padi, sebaliknya pada tahun berikutnya mecamatan Tansitolo menanam padi, kecamatan Maniangpajo tidak menanam padi. Berdasarkan kenyataan seperti diatas ada potensi/peluang yang cukup besar untuk mengintroduksikan tanaman palawija berupa kacang hijau dan kacang tanah yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani seperti sebelum masuknya irigasi di Kelurahan Dualimpoe.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 10
Berdasarkan analisis masalah dan antisipasi masalah, maka kebutuhan inovasi teknologi yang dapat dintroduksi di Kelurahan Dualimpoe akan diuraikan dalam tabel berikut : Tabel 5. Introduksi Teknologi di Kelurahan Dualimpoe No.
Jenis Usahatani
1.
Usahatani Padi
2.
Usahatani Kacang Hijau
3.
Usahatani Kacang Tanah
3.2.
Inovasi/Kondisi yang diharapkan Teknologi produksi padi dengan metode PTT Perbanyakan benih unggul Pemupukan berimbang Varietas unggul baru Penyiapan lahan Penanganan Hasil Varietas unggul baru Pemeliharaan Penanganan Hasil
Kelembagaan Pengembangan sistem kelembagaan usahatani diharapkan mampu mendukung
berlangsungnya mekanisme penyediaan modal, penyediaan barang-barang input, pengolahan dan pemasaran output usahatani dapat berlangsung secara optimal. Kelembagaan secara keilmuan setara dengan suatu organisasi. Namun didalam setiap kelembagaan tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu apa yang disebut dengan aspek-aspek kelembagaan dan aspek-aspek keorganisasian. Bangun kelembagaan agribisnis dalam bentuk unit-unit usaha dalam subsistem sarana produksi, usahatani/poduksi, pasca panen dan pengolahan serta pemasaran hasil, memerlukan dukungan pembinaan yang terarah dan terkoordinasi lintas sektor. Oleh karena itu pemberdayaan kelembagaan menuju bangun kelembagaan agribisnis yang tangguh merupakan salah satu strategi dalam pembangunan agribisnis. Berbagai kelembagaan pertanian yang dapat diakses oleh petani di kelurahan Dualimpoe masih standar dan kinerjanya juga masih belum optimal. Pengembangan usaha berbasis kelompok juga masih terbatas, sementara potensi untuk pengembangan peluang usaha yang berdaya saing cukup besar. Adapun kelembagaan pertanian yang ada di Kelurahan Dualimpoe akan diuraikan dalam tabel berikut ini :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 11
Tabel 6. Kelembagaan Pertanian Di Kelurahan Dualimpoe, 2006 No.
Jenis Kelembagaan
Inovasi
1.
Kelembagaan Permodalan
PMI dan Petani Sendiri
2.
Kelembagaan Saprodi
Kelompok Tani (1 Klp)
3.
6 Kelompok (3 aktif dan 3 tidak aktif)
4.
Kelembagaan Produksi/ Kelompok tani Kelembagaan Pasca Panen
5.
Kelembagaan Pemasaran
-
6.
Kelembagaan Koperasi
-
11 unit RMU
Kelembagaan dibentuk dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Jenis kelembagaan
dalam
dunia
pertanian
mengalami
perubahan
sesuai
dengan
berkembangnya aktivitas-aktivitas, tujuan, manajemen, aturan dan struktur. Penelaahan masalah kelembagaan pertanian tidak bisa dilepaskan dari upaya pemenuhan kebutuhan petani dan pengembangan fungsi kontrol kelembagaan penunjang sistem agribisnis dalam masyarakat pertanian. Pada
saat ini petani menghadapi masalah koordinasi
produksi yang cukup kompleks dan cenderung membawa kerugian bagi petani. Adapun kelembagaan pertanian yang ada di Kelurahan Dualimpoe seperti uraian dalam tabel berikut : Tabel 7. Inovasi Kelembagaan Di Kelurahan Dualimpoe No.
Jenis Kelembagaan
1.
Kelembagaan Permodalan
2.
Kelembagaan Saprodi
3.
Kelembagaan Kelompok Tani
4.
Kelembagaan Pasca Panen
5.
Kelembagaan Pemasaran
Inovasi Pemupukan modal melalui iuran kelompok Pengembangan modal melalui usaha komersil Penyaluran Benih, Pupuk, dan Obatobatan Pelaksanaan aktivitas usahatani secara gotong royong dalam sistem melembaga Pembentukan Gapoktan Pengembangan industri pengolahan produk sekunder skala rumah tangga Pemasaran hasil pertanian secara melembaga melalui kelompok tani
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 12
BAGAN POHON MASALAH USAHATANI PADI DI KELURAHAN DUALIMPOE
Produktivitas Padi Bervariasi/Rendah
MASALAH
SUMBER MASALAH
Penerapan Tek. kurang sempurna
Benih tidak unggul
Pemupukan tidak berimbang
AKAR MASALAH
Belum diketahui tek. prod. padi
Belum tersedia benih unggul
Belum diketahui SDL
ANTISIPASI MASALAH
Introduksi tek. prod. padi
Perbanyakan benih unggul
Evaluasi SDL
INOVASI TEKNOLOGI
Tek. padi metode PTT
Tek. Perbanyakan benih bermutu
Pemupukan Spesifik lokasi
SUMBER TEKNOLOGI
BB. Padi, BPTP, DISTAN
BB. Padi, BPTP, DISTAN
BB. SDL BPTP
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 13
IV. INOVASI TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN 4.1. Komoditas dan Teknologi Inovasi 4.1.1. Komoditas Padi Teknologi Produksi padi dengan metode PTT Penerapan teknologi produksi padi di Kelurahan Dualimpoe selama ini adalah masih bersifat sederhana yaitu; (1) Varietas yang digunakan adalah ciliwung yang ditanam sejak tahun 1997, (2) Penggunaan benih sebanyak 60-80 kg, (3) umur bibit tua yaitu 25-30 hari, (4) jarak tanam tidak teratur, (5) jumlah bibit perumpun 5-10 batang, dan (6) pengendalian hama mengandalkan pestisida Berdasarkan kenyataan seperti diatas, maka inovasi teknologi yang akan diintroduksikan pada pelaksanaan peningkatan produktivitas padi di Kelurahan Dualimpoe adalah dengan metode PTT yaitu; (1) Penggunaan varietas unggul yaitu dengan menanam beberapa varietas unggul berupa koleksi varietas yang diharapkan akan muncul varietas yang sesuai dengan lokasi setempat (spesifik lokasi), (2) Penggunaan benih sebanyak 10 – 15 kg/ha yaitu dengan penyiapan pesemaian yang baik dengan daya tumbuh benih 85 – 90%, (3) Penggunaan umur bibit muda yaitu umur 15 – 21 hari dengan jumlah bibit 1 – 3 batang perumpun, dan (4) pengandalian hama dan penyakit dengan metode PHT Perbanyakan Benih Bermutu Sumber benih yang digunakan petani sebagian besar (99%) diperoleh dari produksi sendiri yang mereka sebut sebagai benih "Takko". Takko dalam bahasa mereka (bugis) diartikan benih hasil seleksi massa dari pertanaman sebelumnya. Banyaknya benih yang digunakan adalah sebanyak 80 kg/ha untuk tanam benih langsung (Tabela) dan 60 – 70 kg/ha untuk tanam pindah (Tapin). Mutu benih yang digunakan rendah karena diambil atau diperoleh dari varietas yang sudah lama digunakan yaitu varietas ciliwung yang sudah lama dibudidayakan petani setempat, sehingga secara genetik sudah mengalami banyak perubahan. Umur bibit adalah 25 - 30 hari. Cara tanam adalah dengan menggunakan tali. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 X 30 cm dan 25 X 25 cm dengan 2 - 4 batang/rumpun dan ada juga yang menanam dengan 3 - 5 batang/rumpun, sedangkan Tabela menggunakan sistem Larik dan Jappo dengan jarak 25 cm untuk larik dan 25 x 25 cm untuk Jappo. Biaya tanam adalah Rp. 500.000/ha untuk Tapin dan Rp. 150.000/ha untuk Tabela. Berdasarkan kenyataan seperti tersebut diatas maka inovasi teknologi yang akan diterapkan adalah; www.sulsel.litbang.deptan.go.id 14
(1) menanam beberapa varietas unggul (koleksi varietas) dengan tujuan untuk mendapatkan varietas yang sesuai dan cocok pada lokasi yaitu kelurahan Dualimpoe (Varietas sp[esifik lokasi), (2) Perbanyakan benih dengan varietas di laboratorium Agribisnis Prima Tani yang sesuai dengan tujuan untuk menghasilkan benih bermutu dan berkualitas khusus untuk memenuhi kebutuhan benih petani di Kelurahan Dualimpoe, sehingga diharapkan petani-petani sebagian besar atau seluruhnya akan menanam benih berkualitas, (3) Pembinaan petani penagkaran benih dengan tujuan komersil untuk memenuhi kebutuhan petani dari luar desa, dan (4) Pemda Kab. Wajo dalam hal ini Dinas Pertanian akan menjadikan lokasi Prima Tani sebagai lokasi penangkaran benih sumber (FS) untuk dibagikan keseluruh kecamatan di Kab. Wajo untuk diperbanyak dan hasilnya untuk memenuhi
kebutuhan
petani-petani
yang
ada
di
kecamatan
yang
bersangkutan. Pemupukan Spesifik Lokasi Di kelurahan Dualimpoe petani sebagian besar hanya menggunakan pupuk urea tanpa menggunakan SP-36 dan KCl karena pupuk SP-36 dan KCl selain harganya dianggap mahal juga manfaatnya tidak ada manfaatnya disebabkan tidak langsung dirasakan atau dilihat efeknya terhadap tanaman. Namun sebagian petani juga telah melakukan pemupukan dengan Jenis dan dosisi pupuk yang digunakan 150 - 200 kg urea, 100 kg SP 36, 0 kg KCl dan 0 kg ZA dan Phonska 50 – 60 kg/ha. Waktu aplikasi pupuk adalah pemupukan I pada 0 - 7 HST berupa 1/2 bagian urea + semua SP 36 + 1/2 bagian Phonska, pemupukan II pada 30 hst berupa 1/2 bagian urea + 1/2 bagian Phonska. Berdasarkan kenyataan seperti tersebut diatas, maka inovasi pemupukan spesifik lokasi yang akan diintroduksikan pada lokasi Prima Tani Kelurahan Dualimpoe adalah; (1) Aanalisis atau survey sumberdaya lahan untuk menentukan dosis pupuk secara spesifik lokasi, (2) Demplot petak omisi di beberap tempat sebagai percontohan kepada petani sekitar untuk melihat tanaman padi yang kekurangan N, P dan K. Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) pada lokasi yang belum/tidak kena sampel pada saat survey sumberdaya lahan, dan (3) Pemanfaatan perangkat lunak computer untuk menentukan dosis pemupukan untuk setiap garapan petani
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 15
4.1.2. Komoditas Kacang Hijau Petani di Kelurahan Dualimpoe sebelum masuknya air irigasi menanam kacang hijau setelah padi yaitu pada musim kering I (MK I) dan musim kering II (MK II), namun setelah air irigasi masuk di kelurahan Dualimpoe tanaman kacang hijau tidak pernah lagi ditanam karena petani menanam padi lagi pada MK I sampai pada MK II. Berdasarkan pada kenyataan seperti tersebut diatas maka akan dilakukan inovasi teknologi penanaman kacang hijau dengan; (1) Koleksi beberpa varietas unggul yang diharapkan akan diperoleh varietas yang sesuai dengan lokasi (Spesifik lokasi) (2) Penyiapan lahan yaitu penanaman kacang hijau tanpa olah tanah tujuannya adalah untuk efisiensi biaya dan waktu (3) Penanganan hasil yang baik 4.1.3. Komoditas Kacang Tanah Petani di Kelurahan Dualimpoe sebelum masuknya air irigasi menanam kacang hijau setelah padi yaitu pada musim kering I (MK I) dan musim kering II (MK II), namun setelah air irigasi masuk di kelurahan Dualimpoe tanaman kacang hijau tidak pernah lagi ditanam karena petani menanam padi lagi pada MK I sampai pada MK II. Berdasarkan pada kenyataan seperti tersebut diatas maka akan dilakukan inovasi teknologi penanaman kacang hijau dengan; (1) penggunaan beberpa varietas unggul yang diharapkan akan diperoleh varietas yang sesuai dengan lokasi (Spesifik lokasi) (2) Teknologi pemeliharan kacang tanah meliputi pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta pengandalin gulma (3) Penanganan hasil yang baik 4.2. Inovasi Kelembagaan Berbagai kelembagaan pertanian yang dapat diakses oleh petani di kelurahan Dualimpoe masih standar dan kinerjanya juga masih belum optimal. Pengembangan usaha berbasis kelompok juga masih terbatas, sementara potensi untuk pengembangan peluang usaha yang berdaya saing cukup besar. Adapun kelembagaan pertanian yang ada di Kelurahan Dualimpoe akan diuraikan dalam tabel berikut ini :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 16
Tabel 8. Kelembagaan Pertanian Di Kelurahan Dualimpoe, 2006 Jenis Kelembagaan
No.
Inovasi
1.
Kelembagaan Permodalan
PMI dan Petani Sendiri
2.
Kelembagaan Saprodi
Kelompok Tani (1 Klp)
3.
6 Kelompok (3 aktif dan 3 tidak aktif)
4.
Kelembagaan Produksi/ Kelompok tani Kelembagaan Pasca Panen
5.
Kelembagaan Pemasaran
-
6.
Kelembagaan Koperasi
-
11 unit RMU
Kelembagaan dibentuk dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Jenis kelembagaan
dalam
dunia
pertanian
mengalami
perubahan
sesuai
dengan
berkembangnya aktivitas-aktivitas, tujuan, manajemen, aturan dan struktur. Penelaahan masalah kelembagaan pertanian tidak bisa dilepaskan dari upaya pemenuhan kebutuhan petani dan pengembangan fungsi kontrol kelembagaan penunjang sistem agribisnis dalam masyarakat pertanian. Pada
saat ini petani menghadapi masalah koordinasi
produksi yang cukup kompleks dan cenderung membawa kerugian bagi petani. Adapun kelembagaan pertanian yang ada di Kelurahan Dualimpoe seperti uraian dalam tabel berikut : Tabel 9. Inovasi Kelembagaan Di Kelurahan Dualimpoe No.
Jenis Kelembagaan
1.
Kelembagaan Permodalan
2.
Kelembagaan Saprodi
3.
Kelembagaan Kelompok Tani
4.
Kelembagaan Pasca Panen
5.
Kelembagaan Pemasaran
Inovasi Pemupukan modal melalui iuran kelompok Pengembangan modal melalui usaha komersil Penyaluran Benih, Pupuk, dan Obatobatan Pelaksanaan aktivitas usahatani secara gotong royong dalam sistem melembaga Pembentukan Gapoktan Pengembangan industri pengolahan produk sekunder skala rumah tangga Pemasaran hasil pertanian secara melembaga melalui kelompok tani
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 17
V. ROAD MAP Roadmap (Lintasan Rencana) Kegiatan Prima Tani di Kelurahan Dualimpoe, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Tujuan Pendapatan Petani Indikator agribisnis
100 % Kondisi awal
120 % Agribisnis industrial terbatas
150 % Agribisnis industrial menyeluruh dan berkenjutan
Penyerahan ke Daerah Pengembangan/masalisas i Pemantapan agribisnis Pembinaan Kegiatan
Sosialisasi PRIMA TANI di Kab, Kec, Desa
Pembinaan Model SDM petani agribisnis bina berkelanjutan
PRA
Implementasi teknologi pra panen dan pascapanen
Evaluasi akhir
Base line survai
Pembinaan dan pengembanga n kelembagaan tani dan pasar
Pembinaan dan pengembanga n kelembagaan tani dan pasar
Pembentukan/penguata n kelembagaan dan pembentukan klinik Agribisnis
Penguatan jejaring kemitraan
Penguatan jejaring kemitraan
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM petani bina (magang, pelatihan)
Pembangunan industri hilir
Evaluasi SDL secara Quick assessement Implementasi inovasi teknologi skala terbatas 2007
2008
2009
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 18
VI. KEBUTUHAN PROGRAM PEMBANGUNAN Tabel 10. Kebutuhan Program Pembangunan No. I.
Uraian Komoditas Unggulan 1. Padi
2. Kacang Hijau
3. Kacang Tanah
II.
Kebutuhan Program Teknologi Produksi padi dengan metode PTT Perbanyakan Benih Bermutu Pemupukan Spesifik Lokasi Teknologi produksi kacang hijau Koleksi beberpa varietas unggul penanaman kacang hijau tanpa olah tanah Teknologi produksi kacang Jagung Koleksi beberpa varietas unggul penanaman Jagung tanpa olah tanah
Kelembagaan Yang Terlibat Dinas Pertanian, BPTP dan BB Padi BPSB, BPTP dan BB Padi Dinas Pertanian, BPTP dan BB Padi Dinas Pertanian, BPTP dan Balikabi Dinas Pertanian, BPTP dan Balikabi Dinas Pertanian, BPTP dan Balikabi Dinas Pertanian, BPTP dan Balitsereal Dinas Pertanian, BPTP dan Balitsereal Dinas Pertanian, BPTP dan Balitsereal
Kelembagaan 1. Kelembagaan Permodalan 2. Kelembagaan Saprodi 3. Kelembagaan Kelompok Tani
4. Kelembagaan Pasca Panen 5. Kelembagaan Pemasaran
Pemupukan modal melalui iuran kelompok Pengembangan modal melalui usaha komersil Penyaluran Benih, Pupuk, dan Obat-obatan Pelaksanaan aktivitas usahatani secara gotong royong dalam sistem melembaga Pembentukan Gapoktan Pengembangan industri pengolahan produk sekunder skala rumah tangga Pemasaran hasil pertanian secara melembaga melalui kelompok tani
Kelompok tani, Dinas Pertanian, BPTP Dinas Pertanian, BPTP, Disperindag Dinas Pertanian, BPTP dan Pemerintah Desa
Dinas Pertanian, BPTP Disperindag, Dinas Pertanian, BPTP
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 19
VII. JARINGAN KERJASAMA Potensi sumberdaya yang dimiliki wilayah kelurahan Dualimpoe cukup besar, hanya membutukan suatu keinginan dan keberanian untuk melakukan terobosan melalui penerapan berbagai teknologi pendukung berkembangnya potensi tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan iklim kerjasama yang kondusif dengan berbagai jaringan kerjasama sehingga dapat terjalin kemitraan yang saling menguntungkan. Potensi pengembangan pola kemitraan untuk mendukung peningkatan produksi dan pendapatan petani. Perlu pentahapan peningkatan peran kelembagaan yang sudah ada melalui kesepakatan. Kelembagaan yang terlibat perlu ditingkatkan kinerjanya melalui pola kemitraan yang dapat menciptakan keseimbangan pada percepatan pencapaian nilai tambah dalam berusahani. Pengembangan pola kemitraan diharapkan dapat memberikan kesepakatan yang secara hukum dapat dipertanggung jawabkan oleh masing-masing pihak, seperti perlunya aturan dalam bentuk kontrak kerjasama antar pihak yang bermitra. Kerjasama antara lembaga-lembaga ekonomi disebut aliansi pada dasarnya masih bersaing, berproses dengan dinamika yang menarik. Hal tersebut disebabkan oleh alasan-alasan ekonomi tertentu antara lain : (1) biaya riset pasar; (2) pencapaian skala ekonomi yang sesuai; (3) peningkatan kualitas; (4) perluasan pemasaran dan (5) memperkuat posisi tawar terhadap hegemoni. 7.1.
Internal Aspek pengembangan teknologi merupakan salah satu langkah investasi teknologi
yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kemajuan teknologi di lingkungan internal dan eksternal petani.
Peran
kelembagaan menunjukkan bahwa pengembangan teknologi
juga merupakan perwujudan
dari
strategi
berdasarkan kebutuhan teknologi
dari
berbagai skala, selain itu pula pengembangan teknologi merupakan salah satu cara perolehan teknologi dengan tujuan akhir adalah kemandirian teknologi. Sumber - sumber teknologi yang berperan dalam pengembangan teknologi berdasarkan skala atau tahapan pengembangannya. Untuk lebih jelasnya jaringan kerjasama internal akan diuraikan pada tabel berikut :
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 20
Tabel 11. Jaringan Kerjasama Internal di Kelurahan Dualimpoe No.
Uraian
1.
Pengembangan Sumberdaya Alam
2.
Pengembangan Sumberdaya Manusia
3.
Pengembangan Kelembagaan Petani
4.
Pengembangan Sarana dan Prasarana
5.
Pengembangan Kelembagaan Pemasaran
Bentuk Kegiatan Peningkatan mutu intensifikasi yang mengacu pada kelestarian lingkungan Pemanfaatan lahan-lahan potensial Pelatihan Peningkatan kemampuan manajemen usahatani (perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi pasar, pemupukan permodalan) Pelatihan Peningkatan keterampilan menangkar benih dan menerapkan teknologi Pelatihan peningkatan dinamika kelembagaan petani Pengembangan pusat pelayanan dan informasi agribisnis Melakukan demplot dan kaji terap teknologi yang dibutuhkan Peningkatan kelas kemampuan kelompok Peningkatan kelompok tani menjadi gapoktan yang memiliki badan hukum Perbaikan saluran irigasi kecil Pengembangan Unit Usaha Penangkaran Benih Pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan Pembangunan show room agribisnis Pembangunan gudang penyimpanan Pemasaran hasil pertanian secara melembaga Pengembangan kelembagaan informasi pasar Peningkatan standarisasi mutu produk, pengamanan harga, kemitraan usaha dan promosi
Kelembagaan Yang Terlibat Kelompok tani
Kelompok tani
Kelompok tani
Kelompok tani
Kelompok tani
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 21
7.2.
Eksternal Perencanaan
pembangunan dilakukan dengan pendekatan wilayah,
yang
didalamnya memperhatikan aspek sosial dan budaya masyarakat setempat dan memperhatikan potensi dan kondisi sumberdaya lokal sebagai aset ekonomi dalam suatu kawasan.
Pengembangan kapasitas masyarakat secara internal
merupakan upaya
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal melalui kegiatan ekonomi produktif berbasis unggulan wilayah.
Produk unggulan dikembangkan dengan mengembangkan
jaringan kerjasama eksternal dengan memperhatikan keunggulan komparatif, kompetitif dan dukungan sistem kelembagaan yang kondusif (Tabel 8). Tabel 12. Jaringan Kerjasama Eksternal di Kelurahan Dualimpoe No.
Uraian
1.
Pengembangan Lembaga Permodalan
2.
Pengembangan Lembaga Pasca Panen/Pengolahan
3.
Pengembangan Lembaga Pemasaran
4.
Pengembangan Lembaga Penyuluhan
5.
Pengembangan Lembaga Masyarakat
6.
Pengembangan Investasi
Bentuk Kegiatan Pemupukan modal melalui iuran kelompok Pemanfaatan peluang permodalan (kredit) Pengembangan lembaga keuangan mikro Peningkatan nilai tambah produk melalui produk sekunder Pemasyarakatan penerapan standar mutu Pengembangan industri skala RT Pengembangan terminal dan sub terminal agribisnis Pengembangan pusat lelang hasil pertanian Membentuk jaringan bisnis petani/kelompok Peningkatan Koordinasi dan sinkronisasi Penyusunan rencana partisipatif tingkat desa dan kecamatan (Programa) Melakukan konsultasi dan konsolidasi antar lembaga melalui forum Musrenbang Merintis pola kemitraan usaha Promosi pemasran produk
Kelembagaan Yang Terlibat Kelompok Tani, Bank, BPR, BUMP, Koperasi, KUBA, KLP Simpan Pinjam
Kelompok Wanita Tani, BPTP, PKK, Dinas Perindag
Distan, Dinas Penanaman Modal Daerah (PMD), Dinas Perindag, BUMP, Swasta Bakor, Bapel, BPP, Desa/ Kelurahan, Kecamatan Semua unsur masyarakat Bank, Swasta, Dinas Penanaman Modal Daerah
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 22
VIII. ORGANISASI PELAKSANA Organisasi pelaksana Laboratorium Agribisnis adalah sebagai berikut: Penanggung Jawab
:
Kepala BPTP Sulawesi Selatan
Manager Lab. Agribisnis
:
Ir. Arafah, M.Si
Koordinator dan Anggota Tim : Teknis
A. Nurhayu, SPt(Koordinator) Armin (Anggota)
Koordinator dan Anggota Tim : Kelembagaan
Ir. Nurdiah Husnah, M.Si (Koordinator) Jamaya Halifah (Anggota)
Koordinator dan Anggota Tim : Diseminasi
Ir. Najmah (Koordinator) St. Norma (Anggota)
Penanggung jawab laboratorium agribisnis adalah Kepala BPTP dengan tugas sebagai berikut : a) Menyusun dan merumuskan prioritas kegiatan, b) Mengalokasikan dan menetapkan kebutuhan dana dan penggunaanya berdasarkan kegiatan yang diusulkan, c) Melakukan koordinasi lintas disiplin dan lintas fungsi dalam pelaksanaan PRIMA TANI Manajer Lab. Agribisnis dan Pemandu Teknologi Manajer Laboratorium Agribisnis mempunyai tugas mengelola laboratorium agribisnis sehari-hari dari kegiatan teknis, kelembagaan, diseminasi, klinik agribisnis, dan membuat laporan bulanan, tengah tahun dan akhir. Manajer Laboratorium Agribisnis adalah tenga fungsional senior dan berpengalaman yang ditunjuk dan bertanggung jawab kepada kepala BPTP. Manajer bekerja sama dengan Pemandu teknologi, yang ditugaskan oleh Mentri Pertanian, dan berada dibawah koordinasi ( BKO) Kepala BPTP. Tugas utama Pemandu Teknlogi adalah : (a) Mendampingi penyusunan Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis, (b) Advokasi pembanguanan pertanian pedesaan (model PRIMA TANI ) di kabupaten yang bersangkutan, mengikuti siklus perencanaan daerah.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 23
a. Tim Teknis Tim
teknis
dipimpin
oleh
seorang
koordinator,
yang
mempunyai
tugas
mengkoordinir anggotanya dalam mengembangkan komoditas unggulan dan teknologi yang sesuai melalui upaya mensinergikan berbagai keahlian yang dimiliki anggota tim teknis. Tim tenis ini beranggotakan para peneliti dengan berbagai disiplin ilmu dan didukung oleh Litkayasa. Tim teknis dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Manajer Laboratorium Agribisnis. Tugas tim teknis adalah : 1. Merumuskan sistem teknologi yang elemen-elemnnya sesuai dengan kondisi biofisik dan hasil akhir agribisnis yang dirancang beresama. Terkait dengan itu, elemen-elemen teknologi yang dikembangkan perlu mengacu pada jenis kegiatan usaha, modal sosial setempat ( antara lain kompetensi SDM, tata nilai, kepemimpinan, keorganisasian, manajemen sosial dan pemerintahan), dan kelayakan kelembagaanpendukunnyan. 2. melaksanakan pendampingan bersama-sama dengan tim desiminasi dalam penerapan inovasi teknologi dan kelembagaan yang diintroduksikan. 3. melaporkan setiap tahap kegiatan kelembagaan di lapangan secara berkala dan mendokumentasikannya. b. Tim Kelembagaan Koordinator kelembagaan bertugas mengkoordinir anggotanya dalam membangun jaringan kelembagaan agribisnis yang dirancang bersama. Tim kelembagaan ini beranggotakan
para
pakar/
peneliti
sosial,
ekonomi,
dan
budaya
dari
BPTP/BB/Balit/Dinas. Dalam menjalankan tugasnya, tim kelembagaan bertanggung jawab kepada Manajer Laboratorium Agribisnis. Tugas tim teknis kelembagaan adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan sistem kelembagaan agribisnis, yang berpengaruh langsung terhadap percepatan pengembangan AIP. Terkait dengan itu, elemen-elemen kelembagaan yang dikembangkan perlu mengacu pada potensi dan kemampuan pelaku ekonomi masyarakat pedesaan setempat, dan jaringan eksternal yang ada 2. Melakukan pendampingan dan pelatihan dalam pengembangan AIP dan elemenelemen penyusunnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 24
3. melakukan penilaian masukan rancangan kebijakan pembangunan daerah dan advokasi
yang
diperlukan
dalampengembangan
AIP
yang
mandiri
dan
berkelanjutan. 4. Melaporkan setiap tahap kegiatan pelaksanaan di lapangan secara berkala dan mendokumentasikannya. c. Tim Desiminasi Ketua tim klinik agribisnis bertugas mengkoordinir anggotanya dalam memberi pelayanan jasa konsultasi, desiminasi dan informasi kepada calon pengguna. Tim beranggotakan staf dinas kecamatan, penyuluh, dan petugas lapangan. Tim klinik agribisnis bertanggung jawab kepada Manajer Laboratorium Agribisnis, dengan tugas utamanya sebagai berikut : 1. Menyediakan materi inovasi teknologi dan kelembagaan spesifik lokasi 2. Memberikan pelayanan berbagai informasi pertanian yang dibutuhkan oleh petani, dan
membangun
jaringan
komunikasi
melalui
jaringan
internet,
bila
memungkinkan. 3. Melaporkan setiap tahap kegiatan pelaksanaan desiminasi di lapangan secara berkala dan mendokumentasikannya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 25
IX. PENDANAAN Tabel 13. Rincian Dana Kegiatan Prima Tani Kabupaten Wajo No. 1. 2.
3. 4.
5.
6.
Kegiatan/Sub Kegiatan Belanja uang honor tdk tetap - Biaya akomodasi dan transpor lokal detaser Belanja barang operasional lainnya - Fotocopy, jilid, cetak photo dll - Pertemuan koordinasi kabupaten - Sosialisasi kabupaten - Pengadaan sarana pemicu penumbuhan kelompok tani - Studi banding ke lokasi Prima Tani lama Belanja Bahan - ATK dan Komputer supplies - Bahan demplot/klinik Belanjan Jasa - Jasa pemeliharaan demplot/klinik - Jasa penyuluh swakarsa Belanja Perjalanan - Koordinasi dari pusat ke daerah - Konsultasi, apresiasi, kordinasi ke pusat/luar sulsel - Koordinasi kabupaten-provinsikabupaten - Persiapan dan pelaksanaan Belanja Modal - Motor (roda 2) - Komputer - Kamera digital Total
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
24 OB
500.000
12.000.000
1 paket 2 kali 1 kali 1 paket
2.000.000 5.000.000 5.000.000 10.000.000
2.000.000 10.000.000 5.000.000 10.000.000
1 kali
4.500.000
4.500.000
1 paket 1 paket
2.000.000 20.160.000
2.000.000 20.160.000
1 paket
5.000.000
5.000.000
12 OB
300.000
3.600.000
5 kali
4.850.000
24.250.000
6 kali 60 OH
5.400.000 220.000
32.400.000 13.200.000
472 OH
220.000
103.840.000
1 unit 1 set 1 unit
15.000.000 10.000.000 2.000.000
15.000.000 10.000.000 2.000.000 274.950.000
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 26
X. EVALUASI DAN PELAPORAN 10.1.
Evaluasi Keberhasilan suatu program dapat dianalisis dengan menggunakan metode
evaluasi. Secara umum evaluasi memiliki beberapa pengertian yaitu : Suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan-kegiatan, program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif untuk menyempurnakan, menyusun program dan pengambilan keputusan di masa depan Suatu proses untuk mendapatkan informasi yang relevan dan menafsirkan data guna memudahkan pengambilan keputusan Suatu usaha untuk melakukan penilaian dengan cara melakukan pengukuran dan hasil pengukuran dibandingkan dengan standar pengukuran tertentu Dalam mengevaluasi suatu kegiatan dalam laboratorium agribisnis dilakukan dengan pendekatan partisipatif melalui ”rekaman aktivitas” usahatani dan ”rekaman kegiatan harian” petani yang dilakukan oleh petani di bawah bimbingan petugas lapangan.
Rekaman tersebut menggambarkan jenis, macam, jumlah input
(sarana
produksi, biaya dan tenaga kerja) yang digunakan dalam berusahatani serta pendapatan yang diperoleh petani.
Selain itu juga akan memberikan gambaran tentang sikap dan
pola perilaku petani dalam berusahatani dan respon terhadap inovasi teknologi. Penilaian efektivitas pelaksanaan Primatani dilakukan dengan menilai efektivitas ke dalam empat bagian yaitu : Efektivitas Kelembagaan dinilai dengan membandingkan antara tujuan dengan output Efektivitas Kelompok Sasaran dinilai dengan membandingkan antara tujuan dengan outcome Efektivitas Impak/Lingkungan dinilai dengan membandingkan antara tujuan dengan dampak Efektivitas Sosial dinilai dengan membandingkan antara kebutuhan/latar belakang dengan dampak
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 27
10.2.
Pelaporan Pelaporan dilakukan secara berkala dengan mengacu pada hasil kegiatan yang
dilakukan. Kegiatan yang dilakukan antara lain pertemuan kelompok sebanyak 2 kali sebulan kemudian kegiatan-kegiatan fisik yang dilakukan di laboratorium agribisnis seperti pelatihan-pelatihan, demplot, dan lain sebagainya. XI. PENUTUP Petunjuk Teknis Rancang Bangun Labortorium Agribisnis, selain berfungsi sebagai pegangan bagi pelaksana PRIMA TANI, juga merupakan janji untuk melaksanakan dan mencapai target sesuai road map yang dibuat bersama. Oleh karena itu, penyusunan rancang bangun harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan memperhatikan segala aspek, baik teknis maupun non teknis Setiap tahun, rancang bangun perlu dievaluasi dan dilakukan penyusuaian bilmana perlu,
terutama
sehubungan
dengan
masuknya
faktor-faktor
eksternal
yang
mempengaruhi pelaksanaan dilapangan. Penyusuaian atau perubahan yang dilakukan, perlu diketahui dan disepakati bersama oleh semua stakeholder yang terkait.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id 28