2'. DAMPAK PROGRAM PRIMA TAN1 TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH BERBASIS PAD1
Oleh : DAHYA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTAMAN BOGOR 2009
SURAT PERNYATAm
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:
DAMPAK PROGRAM PRIMA TAN1 TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH BERBASIS PAD1 Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan Komisi pembimbing, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan diperiksa kebenarannya
Bogor, Maret 2009
Dahya NRP. H351060181
ABSTRACT DAHYA. Impact of Prima Tani Program on Farmer's Household Economy at Rice-based Irrigated Lowland Agro-Ecosystem (HARIANTO as Chairman and BAMBANG IRAWAN as Member of the Committee ). The objectives of the research were: (1) to analyze income contribution, working time allocation, and pattern of household expenditures of members and non-members of Prima Tani at rice-based irrigated lowland ago-ecosystem, and (2) to identify influencing factors on production, working time allocation and household expenditures of members and non-members of Prima Tani at rice-based irrigated lowland agro-ecosystem. The first objective was gained by applying descriptive analysis, while the second objective applied an econometric model of simultaneous equations using Two Stage Least Squares (2SLS) estimation method. Data of the research comprise of primary data from 60 household unit samples and the s e c o n d q data derived from related institutions. The results of the analysis showed that Prima Tani cooperative farmer's income, working time allocation and household expenditure were higher as compared to that of non-cooperative farmer's. Significantly influencing variables on production of rice, dry land plants and livestock both of Prima Tani cooperator farmers and non-cooperator farmers were magnitude of seed used, urea fertilizer, area of the dry land, KC1 fertilizer used for the dry land, allocated time for livestock farming, number of livestock breed and amount of feed used. Nevertheless, all of the endogenous variables does not responsive to their explanatory variables. Time allocated on rice farming, dry land farming and livestock farming was significantly influenced by number of labor force within the household, time allocated to non-farming work, the area of the dry land and number of livestock breed, while non-farining time allocation was significantly influenced by non-farming income, time allocated to rice farming, and number of labor force within the household. However, all of the endogenous variables was not responsive to its explanatory variables, except time allocated to livestock farming on its number of livestock breed. The use of rice seeds was significantly influenced by rice farming revenue, rice planted area and price of the seeds. The amount of urea fertilizer and SP-36 fertilizer used was significantly influenced by rice farming revenue, urea fertilizer price, rice planted area and price of SP-36 1 fertilizer. Novertheless, only KC1 fertilizer used, which was responsive to rice farming revenue change. The amount of pesticide used was significantly influenced by rice planted area, pesticide price and rice price. However, the amount of pesticide used only responded to rice price of non-cooperator farmers. The hired labor used was significantly influenced by rice planted area and number of labor force within the household. The used of hired labor is responsive to rice planted area. Food and non-food consumption was significantly influenced by total household income and the family size. Novertheless, the endogenous variable was responsive to its all explanatory variables. Key words: Itnpact of Prima Tani program, household economy, irrigated lowland agro-ecosysfem
RINGKASAN DAHYA. Dampak Program Prima Tani terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani pada Agroekosistem Lahan Sawah Berbasis Padi (HARIANTO sebagai ketua, dan BAMBANG IRAWAN sebagai anggota komisi pembimbing). Prima Tani di Sulawesi Tenggara pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi dilaksanakan sejak tahun 2006. Untuk mengetahui dampak program Prima Tani terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani, maka penelitian ini bertujuan menganalisis: (1) kontribusi pendapatan, alokasi waktu kerja dan pola pengeluaran rumahtangga petani peserta dau non-peserta Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi, dan (2) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, alokasi waktu kerja dan pengeluaran rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah herbasis padi. Tujuan pertama menggunakan analisis deskriptif, sedangkan tujuan kedua menggunakan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan, dan diduga dengan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Data yang digunakan adalah data primer yang di~erolehdari rumahtangga contoh sebanyak 60 unit dan data sekunder dari instansi terkait. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan, alokasi waktu kerja dan pengeluaran petani peserta lebih besar dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi, kebun dan temak petani peserta dan non-peserta Prima Tani adalah jumlah penggunaan benih, jumah penggunaan pupuk urea, luas areal kebun, jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani kebun, curahan kerja dalam usahatani temak, jumlah bibit ternak, dan jumlah penggunaan pakan. Namun semua variabel endogen tersebut tidak respon terhadap variabel penjelasnya. Curahan kerja dalam usahatani padi, kebun, dan ternak dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan kerja dalam keluarga, curahan kerja luar usahatani, luas areal kebun, dan jumlah bibit ternak, sedangkan curahan kerja luar usahatani dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan luar usahatani, curahan kerja dalam usahatani padi, dan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. Namun semua variabel endogen tersebut tidak respon terhadap variabel penjelasnya, kecuali curahan kerja dalam usahatani ternak terhadap jumlah bibit temak. Jumlah penggunaan benih dipengaruhi secara nyata oleh penerimaan usahatani padi, luas areal padi, dan harga benih. Jurnlah penggunaan pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk KC1 dipengaruhi secara nyata oleh penerimaan usahatani padi, harga pupuk urea, luas areal padi, dan harga pupuk SP-36. Namun hanya jumlah penggunaan pupuk KC1 yang respon terhadap perubahan penerimaan usahatani padi. Jumlah penggunaan pestisida dipengaruhi secara nyata oleh luas areal padi, harga pestisida, dan harga gabah. Namun jumlah penggunaan pestisida hanya respon terhadap harga gabah petani non-peserta Prima Tani. Jumlah penggunaan tenaga kerja luar keIuarga dipengaruhi secara nyata oleh luas areal padi dan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. Namun jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga hanya respon terhadap luas areal padi. Konsumsi pangan dan non pangan dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan total rumah tangga dan jumlah anggota keluarga. Namun konsumsi pangan dan non pangan tidak respon terhadap semua variabel penjelasnya.
Usahatani padi memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan total rumahtangga, baik petani peserta maupun non-peserta Prima Tani. Curahan kerja dalam usahatani dan pengeluaran total petani peserta lebih besar dari pada petani non-peserta Prima Tani. Pendapatan total rumahtangga petani peserta Prima Tani selama satu tahun sebesar Rp 15 591 533, sedangkan pendapatan total rumahtangga petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp 12 061 177. Perbedaan pendapatan tersebut terjadi karena umumnya produktivitas usahatani petani peserta Prima Tani lebih tinggi karena adanya penerapan inovasi teknologi dari Prima Tani dari pada petani non-peserta Prima Tani. Dari sisi pengeluaran rumahtangga, baik petani peserta maupun non-peserta Prima Tani mempunyai pengeluaran terbesar untuk konsumsi pangan masing-masing sebesar 59.8 persen dan 61.7 persen dari total pengeluaran konsumsi dalarn satu tahun, sedangkan pengeluaran untuk konsumsi non pangan masing-masing sebesar 40.2 persen petani peserta dan 38.3 persen petani non-peserta Prima Tani. Ini berarti bahwa konsumsi pangan masih merupakan prioritas utama bagi petani dari pada konsumsi non pangan. Pendapatan total tersebut setelah dikurangi dengan total pengeluaran konsumsi, maka diperoleh sisa stok petani peserta Prima Tani sebesar Rp. 5 446 210 dan petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp 2 742 535 per tahun. Stok tersebut digunakan untuk pengadaan sarana produksi pada kegiatan usahatani berikutnya. Hasil uji T untuk pendapatan dari usahatani padi mempunyai nilai T value 2.142 lebih besar dari pada nilai T tabel 1.699 pada taraf a = 5 persen. Ini mengindikasikan bahwa program Prima Tani berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari usahatani padi, sedangkan hasil uji T untuk pendapatan dari usahatani kebun mempunyai nilai T value 0.136, usahatani ternak mempunyai nilai T value 1.295, dan pendapatan luar usahatani mempunyai nilai T value 1.176 lebih kecil dibandingkan dengan T tabel 1.699. Pendapatan dari usahatani kebun dan ternak tidak berpengaruh nyata terhadap program Prima Tani karena petani belum banyak mengadopsi teknologi ke dalam usahatani kebun dan ternak. Selain itu, usahatani kebun dan ternak bukan merupakan usahatani pokok petani. Pendapatan luar usahatani petani, juga tidak berpengaruh nyata terhadap program Prima Tani, ha1 ini disebabkan alokasi waktu kerja petani lebih banyak dicurahkan ke dalarn usahatani padi karena adanya penerapan inovasi teknologi dari program Prima Tani. Hasil uji T pendapatan total rumahtangga pada taraf a = 5 persen mempunyai nilai T value 3.149 lebih besar dibandingkan dengan T tabel 1.699. Ini mengindikasikan bahwa program Prima Tani berpengaruh nyata terhadap pendapatan total rumahtangga, ha1 ini disebabkan karena pendapatan usahatani memberikan kontribusi terbesar dalam pendapatan total rumahtangga.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang I. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa ~nencanturnkanatau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya ~mtukkepentingan pendidihn, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu ntasalah. b. Pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dun memperbanyak sebagian atau seluruh kaiya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
DAMPAK PROGRAM PRIMA TAN1 TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN SAWAH BERBASIS PAD1
DAHYA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Tesis
: Dampak Program Prima Tani terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani pada Agroekosistem Lahan Sawah Berbasis Padi N a ~ n aMahasiswa
:Dahya
Nomor Pokok
: H351060181
Program Studi
: Illnu Ekonomi Pertanian
Menyetuj ui,
1. Komisi Pe~nbimbing
Ketua
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
/&4Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinam.
Tanggal Ujian : 16 Maret 2009
Tanggal Lulus :
01
J"N
2WS
PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis panjaikan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan RalunatNya yang diberikan, sehingga mampu menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul "Dampak Program Prima Tani Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani pada Agroekosistem Lahan Sawah Berbasis Pad?. Tesis ini dapat diselesaikan atas arahan dan bimbingan dari beibagai pihak. Olehnya itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Ir. Harianto, MS selala Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Bambang Irawan, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing. Atas segala arahan, saran dan motivasi yang diberikan sampai selesainya penulisan tesis ini. 2. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian (EPN) dan seluruh staf pengajar Progiam Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan illnu pengetahuan selama penulis menempuh studi.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaniau Departemen Perlanian di Jakarta sebagai sponsor beasiswa. 4. Kapala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara beserta
seluruh te~nan- teman. 5. Staf administrasi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor atas bantuan
administrasi selarna penulis mengikuti pendidikan. 6 . Kepada seluruh teman-teman EPN Andi Tamrin, Dewi, Sayekti, Deasy, Femi, Husain, Ismi, Indra, Piter, Ris, Wayan, Tri dan teman-teman sesarna petugas belajar Badan Litbang Pertanian Rubiyo, Muslimin, yusuf, Nur Alam, Atekan, Kardiono, dan Empersi atas kebersamaan dan sarannya dalam penyelesaian
tesis ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada pak Joko, ibu Ni Giarto, pak Iwan dan ibu Hj. Rita di PSE-KP atas bantuannya selama ini. 7. Penghargaan khusus penulis sampaikan ucapan terimakasih dan hormat yang
mendalam kepada Ayahanda Andi Abdul wahid (Almarhum) dan Ibunda Hadia yang selalu mendoakan penulis setiap saat agar menjadi orang yang bermafaat bagi sesama. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada kedua mertua H, Sidja dan Hj. Hudaya serta saudara-saudaraku atas dorongan dan doa yang diberikan.
8. Secara khusus, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada isteri tercinta
Nur Aeni Sp dan kedua anak- anakku Ikrar Alif Rayhan dan Dea Alya Dirgahayu Pratiwi, atas kasih dan dukungan selama penulis menjalani harihari studi di Bogor sehingga mengurangi secara signifikan waktu kebersamaan kita. Tanpa pengertian, kesabaran, dukungan isteri dan anak - anak tercinta, mustahil pendidikan ini dapat terselesaikan dengan baik. Waktu yang bergerak cepat dan tugas yang menekan setiap saat akan menjadi tak tertanggungkan tanpa kasih sayang kalian. 9. Semua pihak yang penulis tidak disebutkan satu persatu atas dukungannya
sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Penulis telah berusaha menyelesaikan tesis ini dengan baik sesuai kemampuan dan semoga tesis ini bermanfaat bagi senlua pihak yang membutuhkannya. Bogor, Maret 2009
Dahya
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lappariaja Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 20 Agustus 1970 dari Ayah Andi Abdul Wahid (Almarhum) dan Ibu Hadia. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan SMA Negeri Lappariaja Kabupaten Bone tahun 1988. Pendidikan sarjana (Sl) lulus pada Jurusan Sosial Ekonorni Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar tahun 1994. Sejak tahun 1998 penulis sebagai peneliti pada Balai Pengakajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Penulis menikah dengan Nur Aeni dan dikaruniai dua orang anak, satu orang putra Ikrar Alif Rayhan dan satu orang putri Dea Alya Dirgahayu Pratiwi. Tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Magister Sains pada Prograin Ilmu Ekonoini Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan sponsor beasiswa dari Badan Penelitiau dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
DAFTAR IS1
I-Ialaman DAFTAR TABEL ......................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
.............................................................
.................................................................... Perumusan Masalah Penelitian ............................................ .. Tujuan Penelihan ................................................................. .. Manfaat Penelitlan ............................................................... .. Ruang Lingkup Penelltian ...................................................
1
1.2.
8
1.4. 1.5.
I1. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
.
14 14 15 15
2.2. Konsep Program Prima Tani ...............................................
16
2.3. Tinjauan Studi Inovasi Teknologi .......................................
23
2.4. Tinjauan Studi Ekonomi Rumahtangga ..............................
28
KERANGKA PEMIKIRAN TEORlTIS ................................
30
3.1. Adopsi Lnovasi Pertanian ....................................................
30
...........................................................
30
3.3. Model Ekonomi Rumahtangga ............................................
32
.................................
41
3.5. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian ...................................
44
METODE PENELITIAN .........................................................
46
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
46
4.2. Metode Pengumpulan Data .................................................
46
4.3. Jenis dan Sumber Data ........................................................
46
4.4. Analisis Data .......................................................................
47
3.4. Model Ekonomi Rumahtangga Petani
.
14
2.1. Inovasi .................................................................................
3.2. Teori Alokasi Waktu
IV
xvi
1.1. Latar Belakang 1.3.
I11
xiii
.............. 4.6. Identifikasi dan Metode Pendugaan Model ......................... 4.7. Konsep dan Definisi Operasional Penelitian ....................... 4.5. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani
V
.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITZAN. PROFIL PETANI DAN USAHATANINYA ..........................................
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 5.2. Implementasi Prima Tani di Lapangan ............................... 5.2.1. Inovasi Teknologi ..................................................... 5.2.2. Inovasi Kelembagaan ...............................................
.
.
5.3. Karaktenst~kPetani
.............................................................
5.4. Keragaan Usahatani Petani ..................................................
......................................... 5.4.2. Keragaan Usahatani Kebun ...................................... 5.4.3. Keragaan Usahatani Temak .....................................
5.4.1. Keragaan Usal~ataniPadi
.
VI
ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN1 ...............................................
6.1. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ................................... 6.2. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ................................... 6.3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Temak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani .................................... 6.4. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rulnahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani .. VII
.
FAKTOR .FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI .....
7.1. Produksi Padi ....................................................................... 7.2. Produksi Kebun ...................................................................
.................................................................. 7.4. Curahan Kerja dalam Usahatani Padi ................................... 7.5. Curahan Kerja dalam Usahatani Kebun .............................. 7.6. Curahan Kerja dalam Usahatani Temak ............................. 7.3. Produksi Ternak
................... ............. ......... Jumlah Penggunaan Benih ....................................... ......... Jumlah Penggunaan Pupuk Urea .................. ........... 1. ........ Jumlah Penggunaan Pupuk SP-36 ........................... 1......... Jumlah Penggunaan Pupuk KC1 ............................... I ......... Jumlah Penggunaan Pestisida ..................................I ......... !
7.7. Curahan Kerja Luar Usahatani 7.8. 7.9. 7.10. 7.1 1. 7.12.
2
!
.. 1
7.13. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga ..I ......... 7.14. Konsumsi Pangan Rumahtangga
.
.............................I..........
7.15. Konsumsi Non Pangan Rumahtangga ..................... I..........
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................... I ......... I
8.1. Kesimpulan ....................... ....................................... 8.2. Saran ........................................................................
.......... !..........
DAFTAR PUSTAKA ......................................................
..........
LAMPIRAN ...... ................ ............................ ............ ...... ........ ..
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Sulawesi Tenggara, Tahun 1995 - 2007 ..............................................
7
2. Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ..........................................................................................
66
3. Karakteristik Petani Pesel-ta dan Non-Peserta Prima Tani
......................
74
4. Keragaan Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani per Hektar ..............................................................................................
79
5. Keragaan Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani per Hektar .......................................................................................
81
6. Keragaan Usahatani Ternak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani per Ekor ......................................................................................
82
7. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Peserta Prima Tani per Hektar .......................................................................................
85
8. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Non-Peserta Prima Tani per Hektar ............................................................................
87
9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Peserta Prima Tani per Hektar ...................................................................................
88
10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Non-Peserta Prima Tani per Hektar ......................................................................
89
11. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak Petani Peserta Prima Tani per Ekor ............................................................................
91
12. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak Petani Non-Peserta Prima Tani per Ekor ...............................................................................
92
13. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ..........................................
94
14. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persarnaan Produksi Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ............................................
98
15. Iiasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persan~aanProduksi Kebun
Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
...........................................
16. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Ternak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ......................................... 17. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja dalam Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ..... 18. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja dalam Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ....................................................................................................... 19. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja dalam Usahatani Ternak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ....................................................................................................... 20. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja Luar Usahatani Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ............... 21. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Benih Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
..........
22. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Pupuk Urea Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani .......................................................................................................
23. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Pupuk SP-36 Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ....................................................................................................... 24. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Pupuk KC1 Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ....................................................................................................... 25. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Pestisida Petani Peserta d m Non-Peserta Prima Tani
.....
26. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jurnlah Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ....................................................................... 27. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Konsumsi Pangan Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ............................ 28. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Konsumsi Non Pangan Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani ............................
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Subtitusi dan Efek Total .......................................................................................................
31
2. Penawaran Tenaga Kerja ..........................................................................
32
3. Kerangka Alur Pemikiran Penelitian ........................................................
45
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
........................................
151
2. Data Rurnahtangga Petani Non-Peserta Prima Tani
...............................
157
3 . Hasil Pendugaan Model Petani Peserta Prima Tani
................................
163
........................
171
1 . Data Rumahtangga Petani Peserta Prima Tani
4 . Hasil Pendugaan Model Petani Non-Peserta Prima Tani
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu sektor ekonomi yang berbasis snmberdaya domestik (sumberdaya dam, tenaga kerja rakyat, keahlianketerampilan rakyat, dan teknologi) dan dikuasai oleh sebagian besar rakyat adalah sektor pertanian. Oleh karena itu, cara yang paling efektif dan efisien untuk membangun sumberdaya alam khususnya pertanian sambil menyerap tenaga kerja di kawasan perdesaan adalah melalui pembangunan sektor pertanian dan aktivitas-aktivitas ekonomi yang banyak menggunakan produk pertanian (pasca panen dan industri pengolahan produk pertanian). Yudhoyono (2004) menyatakan bahwa sektor pertanian, perikanan, dan usaha informal-melalui kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang tinggi, menghidupkan perekonomian perdesaan dan aktivitas perekonomian informal, serta memasok pangan masyarakat secara terjangkau-layak untuk mendapatkan perhatian yang luas dalam pembangunan ekonomi ke depan. Perhatian tersebut diberikan dalam bentuk investasi yang terus meningkat, pengembangan infrastruktur pertanian dan perdesaan, pengembangan keterkaitan industri dan jasa, provisi pelayanan sosial, pengembangan energi perdesaan, pengembangan lembaga-lembaga pendukung usaha perdesaan (termasuk di dalamnya lembaga pendanaan serta lembaga inovasi dan diseminasi pertanian), memajukan perempuan perdesaan baik melalui peningkatan akses kependidikan, politik maupun usaha. Selain itu, juga diperlukan pengelolaan pasar domestik yang semakin berkembang, disamping membangun jaringan perdagangan intemasional, untuk produk barang dan jasa pertanian.
Pembangunan pertanian, secara teoritis merupakan proses berkelanjutan dari upaya untuk mengembangkan kemampuan atau keberdayaan petani di dalam mengelola usahataninya agar selalu mempunyai posisi produktif, efesiensi dan daya saing yang dapat menjamin pendapatan dan kesejahteraan hidup keluarganya secara berkelanjutan dan berkeadilan. Sejalan dengan perbaikan perekonomian nasional akibat dampak krisis ekonomi beberapa waktu lalu, pembangunan pertanian diletakkan sebagai basis utama penanggulangan, dimana masyarakat petani ditempatkan sebagai pelaku utama dalam pembangunan (People centered development) dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, dengan potensi dan kemampuan masyarakat tani sendiri (Sumodiningrat, 2000). Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan serta menyejahterakan kualitas hidup petani. Dalam usaha tersebut diperlukan adanya partisipasi pelani dan masyarakat, sehingga peningkatan produksi komoditas pertanian dapat dicapai lebih efesien dan dinamis dengan diikuti pembagian surplus ekonomi antar pelaku secara adil. Sehubungan dengan ha1 ini (Kasryno, 2002) mengidentifikasi bahwa strategi pembangunan pertanian merupakan peningkatan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia (human capital) masyarakat pertanian, meningkatkan penguasaan asset produktif pertanian, inovasi bar- dan menata kembali kebijaksanaan pembangunan ekonomi dan pengembangan kelembagaan pertanian dalam arti luas. Kebijaksauaan pembangunan pertanian tanaman pangan dewasa ini utamanya diarahkan untuk lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat. Peningkatan produksi tanaman pangan dilaksanakan melalui peningkatan produktivitas usahatani dan perluasan lahan pertanian. Pencapaian sistem produksi terlanjutkan ditentukan oleh empat faktor utama
yaitu: (1) komitmen dan kebijaksanaan pemerintah, (2) dukungan faktor eksternal (penyuluhan, kredit, subsidi, pemasaran, dan unsur pelayanan lainnya), (3) partisipasi pengguna (petani dan swasta), dan (4) tersedianya teknologi maju, faktor-faktor tersebut tidak terpisahkan satu sama lainnya sehingga memerlukan pendekatan secara holistik (Adnyana, 1992). Pendekatan pembangunan dimasa sekarang dan dimasa akan datang adalah pembangunan ekonomi yang berbasis komunitas lokal (Local Commonily-based Economy). Pembangunan berbasis komunitas saat ini dapat dipandang sebagai salah satu paradigma baru dalam pembangunan perdesaan dan pertanian. Paradig~naini timbul karena kekurang-puasan dalam pendekatan sebelumnya, yang cenderung individualistik dan bias ekonomi pasar. Penggunaan pendekatan berbasiskan komunitas menggunakan ikatan-ikatan horisontal sebagai pilar utama dan menggunakan kacamata yang lebih luas (dari sekedar peinbangunan ekonomi) dapat dipandang sebagai langkah inovatif dalam pembangunan pertanian. Ikatan horisontal dan suatu komunitas petani menlpakan bagian dari kekuatan modal sosial (sosial kapital) yang sangat penting untuk mengembangkan berbagai tindakan kolektif. Salah satu syarat tumbuhnya tindakan kolektif tersebut adalah dengan terbangunnya suasana yang partisipatif, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan (Syallyuti, 2005). Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) merupakan suatu model atau konsep b a u pembangunan pedanian yang menggunakan paradigma pendekatan komunitas. Visi pembangunan pertanian jangka panjang (2005-2025) yang diusung Deptan adalah "Terwujudnya sistem pertanian industrial berkelanjutan yang berdaya saing dan mampu menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan petani"
Landasan utama sasaran ini adalah Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), yang telah dicanangkan oleh Presiden tanggal 11 Juni 2005 di Bendungan Jati Luhur, Purwakarta Jawa Barat. Khusus untuk Deptan, sesuai dengan semangat revitalisasi, kebijakan yang digulirkan meliputi: (1) pendayagunaan sumberdaya lahan pertanian, (2) revitalisasi penyuluhan pertanian, (3) pembiayaan pertanian, (4) pengembangan ekspor produk pertanian, (5)
peningkatan ketahanan pangan, (6) akselerasi inovasi dan penerapan teknologi pertanian, dan (7) pengembangan produk baru pertanian. Terkait dengan RPPK, Deptan mengulirkan tiga program utama pembangunan pertanian mulai tahun 2005-2009, yaitu: (1) program peningkatan ketahanan pangan, (2) program pengembangan agribisnis, dan (3) program peningkatan kesejahteraan petani. (Sahyuti, 2006). Posisi Prima Tani sebagai instrumen program Departemen Pertanian adalah kegiatan khusus. Prima Tani sebagai suatu program rintisan dan akselerasi diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan yang dilaksanakan bersifat integratif secara vertikal dan horisontal diharapkan dapat menghasilkan keluaran yang bermuara pada ketahanan pangan, daya saing melalui peningkatan nilai tambah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Prima Tani tidak berdiri sendiri tetapi merupakan suatu implementasi atau operasionalisasi dari ketiga program Departemen Pertanian dalarn rangka membangun pertanian dan perdesaan yang menyejahterakan masyarakat. Sejak tahun 2005, Badan Litbang Pertanian telah melaksanakan program Prima Tani, suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Program ini telah diimplementasikan
pads tahun 2005 di 22 lokasilkabupaten yang mencakup 14 provinsi. Selanjutnya pada tahun 2006 program tersebut telah diperluas implementasinya menjadi 33 lokasi/kabupaten di 25 provinsi. Adanya pandangan positif atas konsep dan implementasi Prima Tani, Menteri Pertanian telah menginstruksikan untuk perluasan implementasi Prima Tani pada tahun 2007 sebanyak 201 lokasi yang tersebar di 200 kabupatenkota dari 33 provinsi di Indonesia. Lokasi Prima Tani meliputi tiga agroekosistem yaitu: (1) lahan sawah, (2) lahan kering, dan (3) Iahan rawa. Dari sejumlah lokasi tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara telah ditetapkan satu lokasi di Kabupten Kolaka dengan agroekosistem lahan kering pada tahun 2006 dan bertambah menjadi 4 lokasi pada tahun 2007, yaitu Kabupaten Konawe, Konawe
ela at an, dan Kota Bau-Bau dengan agroekosistem lahan sawah.
Pelaksanaan arah kebijakan pembangunam pertanian di Sulawesi Tenggara diarahkan pada tiga program pokok yaitu: (1) program peningkatan ketahanan pangan, (2) program peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, dan (3)
program peningkatan kesejahteraan petani. Untuk mendukung arah
kebijakan pembangunan pertanian tersebut, maka pendekatan operasional yang ditempuh adalah: (1) pendekatan wilayah (skala ekonomi) dan lintas sektoral, (2) pendekatan komoditas, (3) pendekatan kelembagaan dan kemitraan, dan (4) pendekatan industrialisasi pertanian. Penetapan komoditas unggulan yang menjadi andalan pengembangan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara didasarkan pada aspek-aspek yang terkait dengan: (1) potensi dan karakteristik daerah, (2) komoditas yang paling banyak diusahakan dan melibatkan banyak penduduk (tenaga kerja), (3) daya saing tinggi, dan (4) kemampuan mendorong efek pengganda dan nilai tambah, serla prospek pasar domestik maupun intemasional.
Komoditas unggulan Sulawesi Tenggara meliputi kakao, jambu mete, jagung, kacang tanah, perikanan budidaya, perikanan tangkap, sapi potong dan kambing, sedangkan padi merupakan komoditas stretegis karena banyak diusahakan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Total perkebunan kakao di Sulawesi Tenggara seluas 196 884 hektar dan jambu mete 120 096 hektar, sedangkan luas tanaman pangan 158 733 hektar. Dari total luasan tanaman pangan tersebut, 110 498 hektar merupakan tanaman padi yang terdiri dari padi sawah sebesar 95 005 hektar, padi ladang 15 493 hektar, jagung 40 975 hektar, kacang tanah sebesar 8 696 hektar dan selebihnya adalah tanarnan pangan lainnya. Jumlah populasi ternak sapi potong sebesar 222 350 ekor dan kambing 99 938 ekor . Khusus untuk tanaman padi dengan luas total yang ada 110 498 hektar dan pada umumnya adalah berpengairan, yaitu seluas 82 394 hektar (85.49 persen). Dari total luasan tanaman padi tersebut, 34 351 hektar berada di Kabupaten Konawe (BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, 2007). Pada sub sektor tanaman pangan, khususnya tanaman padi selama periode tahun 1995-2007 di Sulawesi Tenggara, rata-rata luas panen tanaman padi sekitar 89 026 hektar dengan kecenderungan meningkat sekitar 0.87 persen per tahun (Tabel 1). Pada periode yang sama, rata-rata produktivitas padi yang mampu dihasilkan petani sekitar 3.83 ton GKG (Gabah Kering Giling) per hektar. Produktivitas padi di Sulawesi Tenggara lebih rendah dibandingkan dengan nasional, walaupun kinerja semakin membaik, diperlihatkan dengan peningkatan sekitar 1.52 persen per tahun. Produktivitas yang masih rendah dibandingkan dengan nasional merupakan suatu peluang yang cukup besar dalam memacu produksi padi.
Tabel 1. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Sulawesi Tenggara, Tahun 1995-2007
Tahun
Luas Panen @a)
Produktivitas (ton GKGIha)
Produksi (ton GKG)
1995
90 900
3.16
287 355
1996
94 533
3.24
305 940
1997
80 133
3.25
260 334
1998
87 682
3.16
276 913
1999
99 814
3.47
346 214
2000
85 799
3.67
314 955
2001
71 497
3.69
263 477
2002
79 251
3.77
298 813
2003
91 230
3.66
334 307
2004
84 888
3.80
322 362
2005
88 007
3.86
340 000
2006
93 113
3.75
349 429
2007
110 498
3.83
423 316
Rataan
89 026
3.83
317 185
R(%/thn)
0.87
1.52
2.42
Sumber: BPS Provinsi Sulmvesi Tenggara, 2007
Produktivitas yang masih rendah dibanding nasional merupakan suatu peluang yang cukup besar dalam rangka memacu produksi padi. Walaupun pertumbul~anpeningkatan luas panen sangat lambat yaitu hanya meningkat 0.87 persen per tahun, narnun ha1 yang cukup menggembirakan ballwa produksi padi di Sulawesi Tenggara dalam dua belas tahun terakhir cendei-ung meningkat sekitar
2.42 persen per tahun. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa peningkatan produksi
padi di Sulawesi Tenggara sangat ditentukan oleh adanya perbaikan produktivitas dari tahun ke tahun. Dengan demikian, tampaknya inovasi teknologi merupakan kunci sukses dan strategis dalam memacu produksi padi di Sulawesi Tenggara pada masa yang akan datang. Simatupang dan Rusastra (2003) menyatakan bahwa walaupun cenderung menurun, sistem agribisnis padi tetap memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Pertarna, beras masih merupakan makanan pokok penduduk, sehingga sistem agribisnis padi berperan strategis dalam pemantapan pangan, baik dalam penyediaan dan distribusi maupun akses terhadap beras guna menjamin kecukupan pangan penduduk. Kedua, sistem agribisnis padi menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah yang sangat besar karena hingga saat ini usahatani padi masih yang paling dominan dalam sektor pertanian. Ketiga, sislem agribisnis padi merupakan lapangan kerja sebagian besar penduduk miskin, disisi lain harga beras merupakan determinan utama pengeluaran penduduk miskin. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka menarik untuk diteliti mengenai danlpak inovasi pertanian melalui program Prima Tani terhadap ekonomi rumahtangga petani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. 1.2. Perumusan Masalah Penelitian
Globalisasi yang semakin gencar dan kesadaran bahwa mekanisme pasar tidak selalu mampu memecahkan masalah, meinbawa implikasi aka11 semakin perlunya menata kembali sistem pengolahan sumberdaya pertanian. Penataan kembali tersebut lebih berupa integrasi kepada pemanfaatan ganda, yang berwawasan ekosistem. Walaupun wawasan agroekosistem merupakan sesuatu
pengelolaan yang kompleks dan rumit, akan tetapi ciri-ciri spesifik yang terpenting menyangkut empat sifat pokok. Empat sifat pokok tersebut adalah kemeratan (equatability), keberlanjutan (sustainability), kestabilan (stability) dan produktivitas (productivity). Secara sederhana, kemerataan merupakan penilaian tentang sejauhmana hasil suatu lingkungan sumberdaya didistribusikan diantara masyarakatnya. Keberlanjutan dapat diberi pengertian sebagai kemampuan sistem sumberdaya mempertahankan produktivitasnya, walaupun mendapat gangguan. Kestabilan merupakan ukuran tentang sejauhmana produktivitas sumberdaya bebas dari keragaman yang disebabkan oleh fluktuasi faktor lingkungan. Produktivitas adalah ukuran sumberdaya terhadap hasil fisik ekonominya. Kebijakan sistem usahatani yang selama ini dilakukan belum sepenuhnya menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan, yang ditunjukkan oleh produktivitas pertanian yang masih rendah, belum stabilnya hasil produksi pertanian, efesiensi penggunaan sumberdaya pertanian yang masih rendah dan tingkat kesesuaian jenis usahatani terhadap kondisi lokal yang masih rendah. Akibatnya sistem usahatani yang dikembangkan belum mampu memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Kondisi ini diperbumk oleh kurangnya penyuluhan pertanian, pemakaian pupuk kimia yang berlebihan, kurangnya alat dan mesin pertanian (alsintan), dan kurangnya perhatian terhadap faktor lingkungan (Irianto
et al. 2003). Pengembangan pertanian berkaitan dengan upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi pertanian di Sulawesi Te~lggaramasih mempunyai peluang yang besar, sampai saat ini tingkat penggunaan teknologi baik pra panen maupun pasca panen belum optimal. Hal illi
ditunjukkan oleh adanya kesenjangan hasil antara produlctivitas riil sebesar 3.83 ton per hektar di tingkat petani dengan produktivitas potensial hasil penelitian sebesar 4.6 ton per hektar (Idris at al. 2004). Rendahnya tingkat teknologi ini disebabkan karena berbagai keterbatasan, seperti terbatasnya daya olah lahan petani, keterbatasan modal petani, rendahnya aksesibilitas terhadap modal petani, dan tingkat ketersediaan teknologi spesifik lokasi. Perbaikan teknologi yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan untuk memecahkan masalah aktual di lapangan merupakan motor pengerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Perbaikan teknologi juga sangat diperlukan untuk membantu produsen merespon perubahan lingkungan temasuk peningkatan produksi dan pendapatan petani. Teknologi baru yang efisien memberi peluang bagi petani produsen untuk memproduksi lebih banyak dengan korbanan lebih sedikit terutama sasaran inovasi barn dengan kebutuhan lebih spesifik. Sebagai institusi penelitian tidak dapat dipungkiri bahwa Badan Litbang Pertanian telah cukup berhasil dalam pengadaan inovasi pertanian. Sejumlah diantaranya telah digunakan secara luas dan terbukti menjadi tenaga pendorong utarna pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis berbagai komoditas pertanian. Beberapa contoh yang tergolong fenomenal ialah revolusi hijau pada agribisnis padi dan jagung, hasil dari penemuan varietas unggul baru berumur pendek, ataupun perkembangan perkebunan sawit yang cukup pesat atas dukungan teknologi perbenihan dan pembibitannya. Namun demikian, evaluasi ekstemal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian cenderung melambat bahkan menurun. Menurut hasil penelitian,
diperlukan sekitar dua tahun sebelum teknologi bam yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian diketahui oleh 50 persen dari Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) dan enam tahun sebelum 80 persen PPS mendengar teknologi baru tersebut (Mundy, 2000). Tenggang waktu sampainya informasi dan adopsi teknologi tersebut oleh petani tentu lebih lama lagi. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian merasa terpanggil hams melakukan segala upaya yang mungkin untuk rnenjamin inovasi yang telah dihasilkannya, tidak saja diketahui oleh para pengguna (benefeciaries), tetapi juga dimanfaatkan secara luas dan tepat guna. Badan Litbang Pertanian merasa turut bertanggungjawab dalam menjamin terciptanya sistem inovasi pertanian nasional yang padu padan dengan sistem agribisnis, yang berarti merajut simpul antara subsistem rantai pasok pengadaan (generating subsystem) dengan subsistem penyampaian (delivery subsystem) atau penerimaan (receiving subsystem) inovasi pertanian nasional (Simatupang 2004). Prima Tani suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyarnpaian informasi dan bahan dasar inovasi baru. Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jenlbatan penghubung langsung antara Badan Litbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian
(delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving
system) pengguna inovasi. Salah satu faktor yang mempegaruhi percepatan adopsi adalah sifat dari inovasi itu sendiri. Inovasi yang diintroduksi ke dalam Prima Tani, harus mempunyai banyak kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang ditawarkail kepada petani harus inovasi yang tepat guna. Prima Tani baru memasuki tahun ketiga dari lilna tahun yang direncanakan, nalnun beberapa ha1 telah mengindikasikan keberhasilan peluang program ini,
antara lain: (1) respon positif pemerintah kabupaten dan provinsi terhadap pelaksanaan program Prima Tani berupa sharing program dan dana (benih, bibit, temak, dan alsintan dari APBD), (2) introduksi embung dan kelembagaan pengairan meningkatkan intesitas tanam dari hanya satu menjadi dua sampai tiga kali tiap tahun, sehingga berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani lebih dari 50 persen; kasus Prima Tani di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, (3) membangun penangkar benih padi sawah menggunakan benih unggul, sehingga pendapatan petani meningkat, karena harga benih lebih mahal dari padi untuk konsumsi. Selain itu, produktivitas padi juga meningkat karena penggunaan benih bermutu dengan varietas unggul; kasus Prima Tani di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, (4) introduksi pengelolaan tata air mikro, kelembagaan agribisnis, benih unggul dan keterpaduan dengan program KUAT (Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu) sehingga intesitas tanam dan mutu beras meningkat; kasus Prima Tani di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, d m (5) Introduksi lembaga keuangan mikro untuk wanita tani, sehingga terjadi diversifikasi usaha pertanian dan non pertanian. Pengembangan usaha pisang dengan peningkatan mutu buah pisang, penguatan kelembagaan kelompok tani d m gabungan kelompok tani, serta pembentukan kelembagaan pemasaran yang bermitra dengan pengusaha pisang; kasus Prima Tani di Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur. Walaupun beberapa keberhasilan program telah dicapai, tetapi masih ditemukan beberapa permasalahan di lapangan, antara lain: (1) perbedaan harapan dan tuntutan masyarakat terhadap program, serta masih dijumpai sikap memandang Prima Tani sebagai suatu proyek, (2) beragamnya kemampuan ekonomi masyarakat dan kualitas sumberdaya pertanian, serta terbatasnya kenlampuan petani untuk mengakses sumber permodalan, d a ~
rendahnya insentif ekonomi yang diperoleh dari adopsi teknologi karena sempitnya skala usahatani, dan (3) faktor budaya setempat temyata berpengaruh sangat besar terhadap keberagaman keberhasilan Prima Tani di lapang (Adimihardja at al. 2007). Apabila diharapkan masyarakat (petmi) mengadopsi suatu inovasi, masyarakat harus yakin bahwa inovasi itu memenuhi suatu kebutuhan yang benarbenar dirasakan (Bunch, 2001). Inovasi akan menjadi kebutuhan petani apabila inovasi tersebut dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi petani, sehingga identifikasi masalah secara benm sangat penting, paling tidak ada dua alasan, yaitu: (1) sesuatu yang kita anggap sebagai masalah, belum tentu merupakan masalah yang dihadapi oleh petani, dan (2) kalau masalah tersebut ternyata benar merupakan masalah petani, belum tentu pemecahanuya sesuai kondisi petani (Wahyuni, 2000). Prima Tani di Sulawesi Tenggara dengan agroekosistem lahan sawah berbasis padi dilaksanakan pada tiga lokasi yaitu di Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Selatan, dan Kota Bau-Bau. Berdasarkan uraian pada latar belakang dan peinlasalahan, maka permasalaban yang menarik untuk diteliti sehubungan dengan pelaksanaan program Prima Tani terhadap ekonomi rumahtangga petani adalah: 1. Bagai~nanakontribusi pendapatan, alookasi waktu kerja dan pola pengeluaran rumahtangga petani peserta d m non-peserta Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi. a dm 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi, curahan t e ~ ~ a gkerja pengeluaran rumahtangga petani peserta d m non-peserta Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah adalah sebagai berukut: 1. Menganalisis kontribusi pendapatan, alokasi waktu kerja dan pola pengeluaran
rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, curahan tenaga kerja
dan pengeluaran rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi. 1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan penjelasan menganai dampak program Prima Tani terhadap ekonomi rumahtangga petani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan inforrnasi bagi penentu kebijakan untuk mengevaluasi pengembangan program Prima Tani serta sebagai referensi pembanding dan stimulan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada agroekosistem lahan sawah irigasi dengan basis komoditas tanaman padi. Inovasi teknologi yang menjadi pokus analisis adalah inovasi yang diintroduksi melalui program Prima Tani. Program Prima Tani diharapkan dapat mempercepat inovasi teknologi pertanian dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan petani.
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Inovasi Pembangunan pertanian berkaitan erat dengan dinamika keterkaitan antara kelembagaan dan inovasi. Inovasi adalah manivestasi dari kapasitas dinamik masyarakat dalam meningkatkan pendapatan, pengetahuan dan kemampuan petani untuk berinovasi secara berkelanjutan. Meskipun demikian harus disadari bahwa tanpa kehadiran kelembagaan yang mendukung penerapannya ~ e t a n tidak i akan mampu mengadopsi inovasi tersebut. Dalam sektor pertanian sebagai sebuah sistem, inovasi merupakan peristiwa yang sangat penting sebagai dinamisator dalam menyelenggarakan pembangunan. Ada tiga tipe
inovasi dalam
pembangunan pertanian yaitu : (1) Yield Reiser, merupakan inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas usahatani, jenis inovasi ini biasanya berupa sarana produksi pertanian yang baru seperti benih unggul, varietas baru, dan pestisida atau rekomendasi baru tentang cara bercocok tanam yang lebih efektif, (2) Bottleneck-Breakers, merupakan inovasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah usahatani, jenis inovasi ini misalnya alat dan mesin pertanian yang memecahkan permasalahan tenaga kerja atau yang mampu membuat perusahaan agribisnis melakukan perluasan usaha dengan inenggunakan sumberdaya yang tersedia, dan (3) New Enterprises, merupakan inovasi yang berkaitan dengan perubahan mendasar dalam orientasi produksi, jenis inovasi misalnya perubahan komoditas atau perubahan dari produksi untuk konsumsi rumahtangga menjadi produksi yang berorientasi kepada pasar dalam upaya mendapat keuntungan (Adjid, 2001).
Inovasi merupakan istilah yang dipakai secara luas dalam berbagai bidang, baik industri, pemasaran, jasa, termasuk pertanian. Secara sederhana, Adams (1988) menyatakan, an innovation is an idea or object percieved as new by an individual. Dalam perspektif pemasaran, Simamora (2003) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek atau produk yang dianggap baru oleh individu atau group yang relevan. Definisi lebih lengkap disarnpaikan oleh Van Den Ban dan Hawkins (1996) yang menyatakan: an innovation is an idea, method, or object which is regarded as new by individual, but which is not always the result o f recent research.
Dari beberapa definisi tersebut, inovasi mempunyai tiga komponen, yaitu: (1) ide atau gagasan, (2) metode atau praktek, dan (3) produk (barang dan jasa). Untuk dapat disebut inovasi, ketiga komponen tersebut hams rnempunyai sifat "baru". Sifat "baru" tersebut tidak selalu berasal dari hasil penelitian mutakhir. Hasil penelitian yang telah lalu pun dapat disebut inovasi, apabila diintroduksi kepada masyarakat tani yang belurn pemah mengenal sebelumnya. Jadi, sifat "baru" pada suatu inovasi hams dilihat dari sudut pandang masyarakat tani (calon adopter), bukan kapan inovasi tersebut dihasilkan. Pada tataran pemahaman yang lebih operasional, inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dapat b e m j u d teknologi, kelembagaan, dan kebijakan. 2.2. Konsep Program Prima Tani
Dalam tatanan konsep, Prima Tani men~pakan Program Rintisan Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian untuk memperkenalkan dan memasyarakatkan inovasi Badan Litbang Pertanian kepada masyarakat dalaln bentuk laboratorium agribisnis di lokasi yang mudah dilihat dan dikenal masyarakat petani. Prinsip yang digunakan adalah Build, Operate and Transfer
(BOT), dalam arti bahwa model inovasi yang diperkenalkan dan dimasyarakatkan merupakan sesuatu yang baru, namun sifatnya masih introduksi awal dan untuk selanjutnya diteruskan kepada institusi teknis yang melaksanakan program pengembangan dalam skala luas. Makna Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) dapat dijelaskan oleh namanya sendiri. Program berarti bahwa kegiatan terencana dan dilaksanakan sistematis untuk mewujudkan tujuan seperti yang diuraikan sebelumnya. Kegiatan ini merupakan salah satu program utama Badan Litbang Pertanian untuk akselerasi penyebaran inovasi teknologi pertanian pada tahun 2005-2009. Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan berarti terobosan pembuka, pelopor atau inisiatif, penyampaian dan penerapan inovasi teknologi pertanian kepada dan oleh masyarakat luas. Pertama, Prima Tani haruslah dipandang sebagai langkah inisiatif Badan Litbang Pertanian untuk mengatasi masalah kebuntuan atau kelambatan dalam penerapan inovasi teknologi yang dihasilkan secara luas oleh masyarakat pertanian sekaligus memperpendek waktu (lag period) yang dibutuhkan mulai dari penciphan inovasi teknologi sampai penerapan oleh pengguna. Kedua, Prima Tani hanyalah tindakan pembuka atau pelapor, keterlibatan Badan Litbang Pertanian hanya sementara waktu. Pembinaan Prima Tani hams sesegera mungkin dilepaskan kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Dengan demikian, pengembangan Prima Tani dilaksanakan dengan prinsip "bangun, operasikan dan serahkan" (build, operate and transfer). Inovasi teknologi pertanian adalah teknologi dan kelembagaan agribisnis unggul nlutakhir hasil temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian. Prima Tani
mempakan wahana untuk mengintroduksikan teknologi dan kelembagaan unggul yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Oleh karena itu, karakteristik teknologi Prima Tani adalah teknologi unggul dan matang yang telah dihasilkan oleh Balit Komoditas maupun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Dengan demikian, Prima Tani pada dasarnya ialah metode penelitian dan pengembangan yang juga salah satu modus diseminasi teknologi, keduanya termasuk dalam mandat institusional Badan Litbang Pertanian. Nama singkatan "Prima Tan? sengaja dipilih tidak saja sebagai sebutan yang mudah dan enak didengar, tetapi juga mengandung makna dan harapan khusus "Prima" yang secara sistematik herarti pertama, utama, sangat baik, merujuk pada cita bahwa yang akan diintroduksikan adalah teknologi tepat guna inovatif terbaik dan terkini yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian dengan harapan selanjutnya akan menghasilkan sistem dan usaha agribisnis yang tangguh dan unggul. Teknologi yang prima akan tercipta sistem dan usaha agribisnis yang prima pula. Prima Tani pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari paradigma baru Badan Litbang Pertanian. Pada masa lalu, paradigma yang dianut dapat disebut sebagai "Penelitian dan pengembangan" (Research and Development) dengan fokus melaksanakan penelitian dan peugembangan untuk menemukan atau menciptakan teknologi baru. Kegiatan diseminasi lebih dominan pada mempublikasikan karya ilmiah dan menginformasikan keberadaan inovasi teknologi. Paradigma lama tersebut menyebabkan tugas dan tanggungjawab Badan Litbang Pertanian ditafsirkan sempit, terbatas pada menyediakan dan menginformasikan teknologi inovatif. Penyebaran teknologi inovatif yang dihasilkan tersebut dipandang sebagai di luar mandat Badan Litbang Pertanian.
Paradigma penelitian dan pembangunan yang lama itu pula, maka sasaran Badan Litbang Pertanian berorientasi pada menghasikan teknologi inovatif dan mempublikasikan karya ilmiah sebanyak-banyaknya. Kesesuaian teknologi yang dihasilkan dengan preferensi pengguna menjadi kurang diperhatikan. Penyaluran (delive~y)dan penerapan (receiviiZg/adopsi)teknologi yang dihasilkan dipandang sebagai di luar tugas pokoknya. Kegiatan yang dilakukan cendemg bersifat "Penelitian untuk Penelitian" (Research for Research) dan "Penelitian untuk Publikasi" (Research for Publication). Paradigma inilah dianggap salah satu penyebab utama fenomena lamban dan rendahnya tingkat penerapan teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian oleh pengguna. Menyadari ha1 itu, Badan Litbang Pertanian akan menerapkan paradigma baru dalan~ melaksanakan tugas dan fmgsinya, yaitu "Penelitian untuk Pembangunan"
(Research for Development). Paradigma b m ini, diharapkan
orientasi kerjanya adalah lnenghasilkan teknologi inovatif untuk diterapkan sebagai mesin penggerak pembangunan pertanian. Untuk itu, kegiatan penelitian dan pengembangan haruslah berorientasi pada pengguna (user oriented) sehingga teknologi inovatif yang dihasilkan lebih terjamin benar-benar tepat guna spesifik lokasi untuk pemakai. Penelitian dan pengembangan harnslah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan perwakilan calon pengguna outputnya. Konsep paradigma penelitian untuk pembangunan, peranan kegiatan diseminasi diposisikan
sama penting
dengan kegiatan
penelitian
dan
pengembangan. Kalau pada masa lalu, diseminasi praktis hanya uptuk menginformasikan dan menyediakan teknologi sumberldasar secara terpusat di Balai Penelitian, maka kini dengan paradigma penelitian untuk pembangunan, diseminasi diperluas dengan melaksanakan pengembangan percontohan sisteln
r8olouyal ueqo$uoatadlapour !seyqdai w p !sn;[!p sasoid duoiopuaw (E) 's!us!q!l8~ uralsrs m p rswou! uralsIs uey!sei8a~u!8uaw ue8uap j!$eAorr! !80[0qa$ s!seqiaq ~ 1 s a i 8 o ~s!us!q@e d ynlun ue!qlauaj
m a p s wqoluo31ad lapom un8wquraw ( z ) 'wun8ueqwad ueyiesepiaq (~uaurdolanaa puw y3Jwasav d~o~udz3!!.ivd)
~!~ed!s!~.~ed m8usqura8uacl m p m!l!lauad !nIqaur eutG tedai J!IQAOU!
!801ouyal
ueyde~auaur( I ) :nl!eS '!3a$e~ls iedwa m8uap ueyewsyef!p !mL eur!id .m!ueuad 8wql!7 w p e g ueypseyyp 8wL J!IEAOU! !8olouyal Iessew !sry!p 1 e ~ y!~!) e !peluaw wye ueydeiey!p lnqaslal ueqoluo3~ad nele w s.r l.u ~.wqo~uo3iadnele ws!lu!l
wdeqel m @ p eSqep!~as 'srus!qrBe
erpsn w p uraJs!s mutGueqwad we1ep wydeia)!p 8unsZue1 e8uf !de~a~ 'eun8 ~eda) efes yep!] myI!seq!p
8mL !801oqal !sdope e88uyas wun8wqurad 3mfunuad
wueSelad e8eqwa~-e8eqwal undnew le!siamoy enmas !801ouya) eun88uad nqe sen[ $eyemSsew ue8uap Esep/Jaqums !3oloqa) e!paSuad !e8eqas ue!wpad 8ueql!~ mpeg 8uns8ml engas my8unqny8uaur ywun e w y e ~ueyedmaw
WL e u ~ u d'!seuyuras!p
ue@ay ueewsyelad !8as !iep )eq!l!a
.(juamdopnap puv
y3rwasa.i pajua!.io ~autnsuo3)eu~8uad/uaumsuoy!selua!ioiaq w8ueqwa8uad w p
w!l!~auad w y p n l i a u r ay8ue1 m p p j!~ed!s!~ed w8ueqwa8uad m p wtylauad ueewsye~adywun e u e y e ~wyedniaw ! u e ~ew!ld 'ue8ueqwa8uad w p uey)!lauad ueie!%ay mewsyelad @as !iep 8mpued!a .lnqasial w!uepad 8ueqlg uepeg m q ew3!pemd uey!se~uarua[dur!8uaur m p p !Sale.qs wyednratu FL
€?UIIJd
'ue8uede1 !p !So[ouyal wdeiauad l!.qoy qo~u03e6ueypasia~rpefuaw !8010uyal eun98uad ~eye.~eLssm epeday !seuuoju! eLureqasial p p wy!ensasIp e8nf !seu!nras!p
w$e!8ay m~esrrs .ue!uepad 8wq1g w p e g wyI!seq!p
!8ofouya~ue)eyeieLsewad s!lupaw ynlun j!$e!s!u!
!e8eqas !sesgequasapiaI a m a s
~ ~ s !8olouya+ ep m p a h a d w p j!le~ou! !8010uyal s!seqiaq s ~ s ~ q u eytrsn 8 e mp
serta fasilitasi, dan (4) basis pengembagan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat. Sementara tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat waktu, meningkatkan kadar dan memperluas prevalensi adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi yang merupakan informasi esensial dalam rangka mewujudkan penelitian dan pengembangan yang berorientasi kebutuhan pengguna. Dengan kata lain, Prima Tani dirancang untuk berfungsi ganda, selain sebagai modus diseminasi juga sekaligus sebagai laboratorium lapang penelitian dan pengembangan Badan Litbang Pertanian. Lebih lanjut dalam pedoman umum Prima Tani, dijelaskan bahwa tujuan Prima Tani sebagai modus diseminasi, meliputi kegiatan: (1) merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif, (2) membangun pengadaan sistem teknologi dasar secara luas dan desentralistik, (3) menyediakan informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk peinecahan n~asalahmelalui penerapan inovasi pertanian bagi praktisi agribisnis, dan (4) memfasilitasi dan meningkatkan
kemampuan masyarakat dan pemerintah
setempat untuk
melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usalla agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir secara mandiri (Adimihardja, 2006). Tujuan Prima Tani sebagai laboratorium lapang (Irawan at al. 2006) pada dasarnya adalah: (1) melaksanakan kaji terap untuk mengevaluasi dan menyempumakan kinerja komersial teknologi sumber yang telah dihasilkan
Badan Litbang Pertanian, (2) melaksanakan penelitian untuk pengembangan teknologi tepat guna secara partisipatif bersama-sama dengan para sasaran pengguna langsung teknologi tersebut, dan (3) mengungkap preferensi dan perilaku konsumen teknologi sebagai dasar dalam merancang arsitektur teknologi tepat guna untuk dijadikan sebagai sasaran penelitian dan pengembangan. Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID), yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap danpadu padan antar sub sistem yang berbasis agroekosistem dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan. Prima Tani diimplementasikan secara partisipatif dalarn suatu desa atau laboratorium agribisnis, dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu: (1) agroekosistem, (2) agribisnis, (3)
wilayab, (4) kelembagaan, dan (5)
pemberdayaan masyarakat. Penggunaan
pendekatan
agroekosistem
berarti
Prima
Tani
diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi bio-fisik lokasi yang meliputi aspek sumberdaya laban, air, wilayab komoditas, dan komoditas dominan. Pendekatan agribisnis berarti daiam implementasi Prima Tani diperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani, Pascapanen, pemasxan, dan penunjang dalarn satu sistem. Pendekatan wilayali berarti optimasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian utama, sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai pendukung, terutama dalam
kaitannya dengan upaya untuk mengatasi resiko ekonomi akibat fluktuasi harga. Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup modal sosial, norma dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani. Pendekatan Pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya penurnbuhan kemandirian petani dalarn memanfaatkan potensi sumberdaya perdesaan. 2.3. Tinjauan Studi Inovasi Tekaologi Pembangunan
pertanian
diharapkan
dapat
terns
memantapkan
swasembada pangan meIaIui pembangunan sistem pertanian yang berkelanjutan, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kasryno el al. 2003). Dalam lingkungan mikro, pembangunan pertanian diharapkan makin mampu meningkatkan masyarakat tani pada faktor produksi pertanian, terutarna surnber permodalan atau dana, teknologi, bibit unggul, pupuk dan sistem distribusi, sehingga berdampak langsung kepada meningkatnya kesejahteraan petani (Sumodiningrat, 2000). Beberapa faktor penting yang menentukan keberhasilan Indonesia dalam mencukupi kebutuhan pangan, utamanya beras didukung oleh empat faktor yang saling terkait yaitu: (1) tersedianya teknologi produksi padi yang memadai, (2) kebijaksanaan pemerintah yang meransang, (3) dukungan faktor eksternal yang dalarn penyediaan sarana produksi, perkreditan, penyuluhan dan pasar, dan (4) motivasi petani sebagai pelakulpemakai teknologi. Peningkatan produksi dapat terjadi karena adanya inovasi baru. Bembahnya inovasi dari nmasa ke masa aka1 mendorong terjadinya lonjakan-lonjakan dalam produksi (Rahamma et al. 1992).
Ghatak dan Ingersent (1984) mengelompokkan perubahan teknologi pertanian dalam bentuk perubahan teknik (induced technical change) yaitu penerapan penggunaan teknologi baru pada kegiatan produksi hasil pertanian. Perubahan teknologi pertanian itu perlu pula didukung oleh adanya perubahan kelembagaan (induced institutional change) yaitu pembahan atau perbaikan lembaga-lembaga pertanian yang berhubungan dengan kegiatan produksi, seperti penyediaan lembaga bantuan kredit usahatani dan lembaga pemasaran hasil produksi. Melalui penerapan teknologi produksi "bm" yang ditunjang oleh adanya perubahan dalam kelembagaan petani serta lembaga-lembaga lainnya yang terkait dengan kegiatan produksi, diharapkan pada masa mendatang produksi padi dapat mengalami peningkatan yang berarti. Kebijakan peningkatan produktivitas melalui terobosan teknologi baru, investasi pembangunan prasarana irigasi, subsidi dan pengadaan sarana produksi (benih unggul, pupuk dan pestisida), kebijakan harga dan tata niaga beras, serta penyediaan kredit bersubsidi, merupakan faktor-faktor utama yang menyebabkan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984 (Kasryno et al. 2001). Menurut Widodo (1989) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil padi adalah lingkungan fisik, irigasi, tingkat penggunaan sarana produksi, teknik bertani dan keadaan sosial ekonomi petani. Keadaan sosial ekonomi petani berpengaruh secara tidak langsung lewat pengaruhnya pada petani dalam menentukan tingkat penggunaan sarana produksi dan kecakapan dalam pengelolaan usahatani (manajemen), dimana manajemen ini dicerminkan oleh tingkat efesiensi teknis. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor-faktor yang terkait dengan masalah peningkatan efesiensi produksi usahalani padi meliputi: (1)
tingkah laku ekonomi petani atau kesuksesan petani sebagai seorang yang memaksimunkan keuntungan dalam menggunakan berbagai input, misalnya inputinput modem, tenaga kerja manusia dan temak, (2) faktor-faktor penyumbang efisiensi teknis yang menentukan produksi padi petani, seperti cara bercocok tanam dan kemampuan manajerial, dan (3) faktor- faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi efisiensi teknis. Lebih lanjut dikatakan bahwa hasil beras pada usahatani padi ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor lingkungan fisik (antara lain regional dan lokasional), irigasi, taraf input, budidaya dan institusi sosial ekonomi. Lingkungan fisik dan irigasi mempengaruhi hasil padi secara langsung dan tidak langsung melalui pengaruhnya pada taraf penggunaan input. Hasil juga dipengaruhi oleh interaksi antara irigasi. dan pupuk. Institusi sosial ekonomi mempengaruhi hasil secara langsung melalui pengaruhnya pada pengambilan keputusan petani dalam menentukan tingkat penggunaan input, tetapi beberapa analisis menunjukkan adanya hubungan langsung antara beberapa variabel sosial ekonomi dan hasil, misalnya pendidikan, kredit, pekerjaan, riset dan penyuluhan. Kemampuan manajerial, kekeringan (terjadi secara periodik lima tahun sekali) yang menyebabkan berkurangnya areal panen, kebijakan ganda di sektor pertanian dan program PHT (Pengendalian Hama Terpadu) juga mempengaruhi fungsi produksi. Penelitian Fajarningsih (1992) di Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa produksi padi pada ketiga program intensifikasi (Inmum, Insus dan Supra Insus) dipengaruhi secara bersama-sama (82.33 persen) oleh faktor-faktor produksi benih, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCI, pupuk ZA, pestisida, tenaga kerja dan pendidikan. Secara individual penambahan faktor-faktor produksi pupuk TSP dan pupuk KC1 akan meningkatkan produksi padi. Penambahan faktor-faktor produksi
benih, pupuk urea, pupuk ZA, pestisida dan tenaga kerja akan menurunkan produksi padi. Tingkat keuntungan petani dipengaruhi secara bersama-sama oleh harga faktor-faktor ~roduksibenih, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KC1, pupuk ZA, pestisida, dan upah tenaga kerja sebesar (56.56 persen), sedangkan secara
sendiri-sendiri, upah tenaga kerja apabila ditingkatkan akan menunmkan tingkat keuntungan. Demikian juga dengan meningkatnya harga benih dan harga pupuk urea akan menurunkan keuntungan petani. Perubahan teknologi kelembagaan juga dapat mempengaruhi peningkatan produksi hasil pertanian. Salah satunya dilaporkan oleh Krause el al. (1990) dalam penelitiannya mengenai sistem pemberian kredit dengan tingkat bunga yang rendah pada pembangunan suatu wilayah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa petani yang memperoleh bantuan kredit produksi dengan resiko yang rendah atau dengan tingkat buuga yang tidak terlalu tinggi, cenderung memperoleh hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkau dengan petani yang berproduksi tanpa adanya bantuan kredit pertanian. Penelitian Noer (2002) mengenai pengaruh program Industri Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA) terhadap produksi dan pendapatan petani ubikayu menunjukkan bahwa program ITTARA secara nyata berpengaruh terhadap produksi ubikayu persatuan input produksi yang digunakan dan secara nyata tingkat produksi berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani ubikayu. Faktor-faktor produksi yang berpenganih nyata terhadap produksi ubikayu di Lampung Timur adalah
luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk kandang dan
pestisida. Setiap penambahan input produksi akan menyebabkan peningkatan produksi ubikayu. Selanjutnya Tenriawaru (2003) menyatakan bahwa program Gerakan Peningkatan Produksi dan Ekspor (GRATEKS) kakao berpengand~
terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi adalah luas lahan, pupuk urea, pupuk TSP, pestisida, populasi tanaman, tenaga kerja dan umur kakao, sedangkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah luas lahan, produktivitas, mutu kakao, dan harga kakao. Penelitian Andriati dan Sudana (2007) di lokasi Prima Tani Kabupaten Karawang dengan menggunakan benih berlabel, cara tanam pindah dan pemupukan yang sesuai rekomendasi menujukkan bahwa, tingkat produksi gabah kering panen tertinggi dihasilkan oleh petani yang menggunakan empat jenis pupuk (urea, SP36, KCl/NPK) mencapai produksi 5.8 ton per hektar pada musim hujan dan 5.4 ton per hektar pada musim kemarau, sedangkan pengunaan dua jenis pupuk (urea dan SP36) menghasilkan 4.4 ton per hektar pada musim hujan dan 4.2 ton per hektar pada musim kemarau. Pendapatan yang diperolel petani dengan mengunakan dua jenis pupuk sebesar Rp. 2 286 790 dengan R/C ratio 1.56 pada musim hujan dan Rp. 1 721 800 per hektar dengan R/C ratio 1.42 pada musim kemarau, sedangkan pendapatan yang diperoleh petani dengan mengunakan empat jenis pupuk sebesar Rp. 3 485 530 dengan R/C ratio 1.70 pada musim hujan dan Rp. 2 729 277 dengan R/C ratio 1.58 pada musim kemarau. Sedangkan penelitian Haryati dan Nurawan (2007) di lokasi Prima Tani Kabupaten Cirebon dengan introduksi pemupukan sesuai rekomendasi dengan dosis pupuk (urea 200, ZA 200, SP-36 200, dan KC1 100 kilogram per hektar) serta pengendalian ulat bawang merah dengan menggunakan feromon seks menunjukan bahwa terjadi peningkatan produksi sebesar 47.37 persen. Hal ini disebabkan
karena petani dapat menekan biaya untuk pestisida dengan
menggunakan feromon seks sehingga biaya input produksi lebih efisien. Pada
periode yang sama hasil penelitian Kamandalu dan Suastika (2007) di lokasi Prima Tani Kabupaten Tabanan dengan introduksi cara tanam benih langsung (tabela) legowo 2:1, tanam pindah legowo 2:l dan cara petani menunjukkan bahwa dengan cara tabela 2:l memberikan hasil sebanyak 6.51 ton per hektar GKP (Gabah Kering Panen), tanam pindah legowo 2:l sebesar 6.46 ton per hektar GKP. Hal ini berarti bahwa terjadi peningkatan sekitar 16.4 - 17.3 persen bila dibandingkan dengan cara petani dengan hasil yang diperoleh sebesar 5.55 ton per hektar GKP.
2.4. Tinjauan Studi Ekonomi Rumahtangga Menurut Sumaryanto (1989), faktor-faktor yang berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja pada usahatani padi adalah upah riil, luas sawah garapan, pendapatan di luar usahatani padi, status garapan, faktor kelembagaan, hubungan kej a dan kondisi agroekosistem. Jumlah anggota rumahtangga usia kerja, beban tanggungan rumahtangga, dan harga gabah riil tidak berpengarull nyata. Pengaruh peubah dummy agroekosistem menujukkan bahwa petani dipedesan dataran tinggi cenderung mengandalkan tenaga keja dalam keluarga pada usahatani padinya, sedangkan dipedesaan dataran rendah ketatnya pengaturan waktu tanam serentak menyebabkan ha1 ini sebaliknya. Hasil penelitian Faradesi (2004) menujukkan bahwa dampak pasar gabah yang tanpa proteksi dan ketiadaan subsidi input memberikan danlpak yang buruk bagi kinerja usahatani yang ditunjukkan oleh penurunan produksi per luas lahan, penurunan penggunaan pupuk dan benih serta penurunan investasi usahatani. Kondisi pasar bebas dimana intervensi pemerintah masih diinungkinkan, ternyata mampu meningkatkan kinerja usahatani yang ditunjukkan dengan meningkatnya
investasi usahatani, produksi per luas lahan, penggunaan pupuk dan benih. Adanya subsidi yang efektif serta diberlakukannya tarif impor yang tinggi, namun pemerintah tidak dapat mengatasi masuknya beras ilegal mengakibatkan penurunan produksi per luas lahan, penggunaan pupuk dan benih serta investasi usahatani, tetapi tidak separah bila tidak ada proteksi dan subsidi input. Hasil penelitian Chuzaimah (2006) menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan pengeluaran petani peserta Rice Estate lebih besar dibandingkan dengan petani non peserta. Dimana luas lahan dan jumlah pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi peserta dan non peserta. Luas lahan, upah, pendapatan dari usahatani, dan usia dari kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap tenaga kerja keluarga pada usahatani. Alokasi tenaga kerja di luar usahatani dan pendapatan total berpengaruh nyata terhadap pendapatan di luar usahatani. Pendapatan total, jumlah tangungan keluarga, dan pendidikan istri berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan. Produksi tahun lalu, konsumsi pangan, dan total pendapatan berpengaruh nyata terhadap stok petani peserta, sedangkan konsumsi pangan dan pendapatan total berpengaruh nyata terhadap stok non peserta. Peodidikan kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap rekreasi petani peserta, sedangkan pendapatan total, luas lahan, dan dummy asal petani berpengaruh nyata terhadap rekreasi non peserta.
111. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
3.1 Adopsi Inovasi Pertanian Beberapa inovasi yang diintroduksi kepada petani oleh lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan banyak yang telah dilaksanakan dengan baik. Namun ada pula tidak terlaksana sesuai yang diharapkan. Penomena ini menunjukkan bahwa penerapan inovasi baru tidak dapat digeneralisir pelaksanaannya, dimana ha1 ini memerlukan pengetahuan dan kemampuan yang sangat mendalam terhadap intraksi lingkungan (petani, lahan, kultur masyarakat dan teknologi). Implikasinya addah penerapan suatu inovasi hams spesifik lokasi (Priyanti, 2007). Seperti halnya introduksi inovasi pertanian dalam program Prima Tani kemungkinan tidak sama untuk semua petani dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki. 3.2. Teori Alokasi Waktu
Atlggota rumahtangga dalam mengkonsuinsi barang dan waktu santai akan mengahadapi dua kendala yaitu kendala waklu dan kendala anggaran. Agar diperolch kombinasi maksimun dengan mempertimbangkan kendala yang ada, maka kombinasi optimun tercapai pada saat garis anggaran menyinggung kurva indeferens. Bila terjadi kenaikan tingkat upah berarti terdapat tambahan pendapatan. Seseorang yang inempunyai status ekonomi yang lebih tinggi cenderung meningkatkan konsumsi dan menikmati waktu santai lebih banyak sehingga terjadi pengurangan jam kerja (efek pendapatan). Namun kenaikan tingkat upah menyebabkan harga waktu santai menjadi lebih inahal sehingga mendorong anggota rumahtangga mensubtitusikan waktu santainya dengan lebih
banyak bekerja untnk menambah konsumsi barang (efek subtitusi). Efek total dari perubahan tingkat upah adalah selisih dari efek pendapatan dan efek subtitusi (Simanjuntak, 1998). Lebih jelasnya dalam bentuk grafik pada Gambar 1.
Sumber: Simanjuntak, 1998 Gambar 1. Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Substitusi dan Efek Total Pada Gambar 1 tersebut dapat dilihat bahwa apabila tingkat upah naik sehingga akan menyebabkan garis anggaran berubah dari BCI menjadi BC2. Perubahan tingkat upah akan menghasilkan peningkatan pendapatan yang digambarkan dengan garis
B'C'
yang sejajar dengan BCI. Terjadiuya
peningkatan pendapatan akan mendorong anggota rumahtangga untuk mengurangi jumlah jam kerja dari HDI ke HD2 atau dari titik El ke titik Ez (efek pendapatan). Kenaikan tingkat upah berarti harga waktu akan menjadi lebih mahal. Nilai waktu yang lebih tinggi akan mendorong anggota rumahtangga mensubtitusikan waktu santainya untuk lebih banyak bekerja guna menambah kons~unsi barang. Penambahan waktu bekerja tersebut disebut efek subtitusi yang ditunjukkan ole11
penambahan jam kerja dari HD2 ke HD3 atau titik E2 ke titik E3. Efek total dari perubahan tingkat upah adalah selisih dari efek pendapatan dengan efek subtitusi.
0
D3
D4
D2
DI
H Waktu santai
Sumber: Simanjuntak, 1998 Gambar 2. Penawaran Tenaga Kerja Sebaliknya kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan pengurangan waktu bekerja jika efek subtitusi lebih kecil dari efek pendapatan. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan upah dari BC3 menjadi BC4 yang mengakibatkan waktu bekerja berkurang dari HD3 menjadi HD4. Besanlya penyediaan waktu bekerja sehubungan dengan perubahan tingkat upah seperti ditunjukkan pada grafik BE1E2E3E4Endala~nGambar 2 disebut fungsi penawaran.
3.3. Model Ekonomi Rumahtangga Model ekonomi rumahtangga pertanian (agricultzn.al household economic
model) lahir dari pemikiran bahwa di dalam satu unit rumahtangga pertanian
terdapat keputusan produksi yang tidak terpisahkan dengan keputusan konsurnsi. Pada rumahtangga pertanian seperti ini dalam mengarnbil keputusan produksi, maka hasil produksi ada yang dikonsumsi dan ada yang dijual. Bila hasil produksinya sebagian besar atau seluruhnya dijual, maka keputusan yang diambil oleh rumahtangga petani tersebut adalah respon terhadap signal pasar. Sebaliknya bila hasil produksinya sebagian kecil atau seluruhnya tidak dijual, maka keputusan produksi yang diambil oleh rumahtangga tidak respon terhadap signal pasar, sehingga pendekatan model ekonomi rumahtangga sangat relevan. Pengembangan teoritik terhadap adanya saling ketergantungan konsumsi dan produksi di dalam model ekonomi rumahtangga pertanian, melahirkan dua kelompok model yaitu model rekursif (recursive model) dan model non-rekursif (non-recursive model). Model non-rekursif mencoba menangkap adanya saling ketergantungan antara produksi dan konsumsi. Keputusan produksi mempengaruhi pendapatan rumahtangga. Demikian
sebaliknya, keputusan
konsumsi mempengaruhi
keputusan produksi (Kusnadi, 2005). Model rekursif dibangun berdasarkan asumsi bahwa antara keputusan konsumsi dan produksi terjadi ketergantungan yang saling sekuensial. Dalam ha1 ini diasumsikan bahwa keputusan konsumsi dipengaruhi oleh keputusan produksi tetapi tidak berlaku sebaliknya (Sing et al. 1986, diacu dalam Ambarsari, 2005). Asumsi ini berlaku bila dalam kondisi yang terjadi sebagai berikut : (1) pasar input dan pasar output bersaing, (2) tidak ada biaya transaksi dan pertukaran, (3) terjadi subtitusi yang s e m p m a di dalam kegiatan produksi antara tenaga kerja sewaan dengan tenaga kerja dari dalam keluarga, (4) terjadi subtitusi sempma antara penggunaan tenaga kerja keluarga di dalam usahatani da11di luar usahatani, dan (5) produktivitas usahatani tidak tergantung pada konsunisi rumahtangga.
Selanjutnya Bagi dan Sing (1974), diacu dalam Chuzaimah (2006) menyatakan bahwa keputusan usahatani adalah saling tergantung, dinamik dan kompleks, saling mempengaruhi secara simultan. Bagi dan Sing merumuskan enam kategori dari persarnaan secara simultan dari perilaku usahatani rumahtangga yaitu : (1) keputusan produksi, (2) keputusan konsumsi, (3) surplus pasar, (4) keputusan penggunaan tenaga kerja, (5) keputusan investasi, dan (6) keputusan finasial. Teori produksi rumahtangga adalah integrasi dari teori konsumsi dengan produksi suatu perusahaan. Produksi suatu perusahaan relevan terhadap pengambilan keputusan rumahtangga dengan memperhatikan efisiensi pemakaian barang-barang dari pasar, waktu dan modal sebagai input dalam produksi guna memperoleh kepuasan dan pendapatan dari barang-barang yang diproduksi sendiri. Misalkan ada dua barang yang diproduksi sendiri pada level zl dan zz perbatasan kemungkinan produksi frontier adalah kombinasi terbesar antara zl dan 22
yang dapat diproduksi dengan anggaran tertentu. Fungsi biaya didefinisikan
sebagai batas kemunglunan produksi pada sebuah titik yaitu zo, Tingkat perubahan biaya marginal antar output adalah rasio biaya marginal dari output output
zl.
22
terhadap
Biaya marginal ini sering disebut sebagai shadow cost atau shadow
prices (Deaton & Muellbauer, 1980).
Becker (1965) mengembangkan teori yang mempelajari tentang perilaku rumahtangga. Teori tersebut memandang sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi serta hubungan dengan alokasi waktu dan pendapatan yang dianalisis secara simultan. Asumsi yang digunakan bahwa dalam mengkonsumsi, kepuasan rumahtangga bukan hanya dari barang dan jasa yang dapat diperoleh di pasar tetapi juga dari berbagai komoditi yang dihasilkan
rumahtangga. Selain itu, ada beberapa asumsi yang dipakai dalam model ekonomi rumahtangga yaitu : (1) waktu dan barang atau jasa merupakan unsur kepuasan, (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi ~roduksi
mahtangga, dan (3) rumahtangga bertindak sebagai produsen dan konsumen. Becker memformulasikan dan menyatakan bahwa ada dua proses dalam perilaku rumahtangga, yaitu proses produksi yang digambarkan oleh fungsi produksi dan proses konsumsi yang merupakan ~emilihanbarang dan waktu (waktu luang) yang akan dikonsumsi. Rumahtangga diasumsikan akan mengkombinasikan waktu dengan jumlah barang untuk menghasilkan suatu produk yang disebut barang Z yang secara langsung akan menghasilkan barang tertentu. Konsep ini berbeda dengan teori konsumsi yang akan menghasilkan utilitas secara langsung dengan cara menkonsumsi barang atau jasa tertentu. Menurut Becker, yang menghasilkan utulitas bukan barang atau jasa tersebut, tetapi suatu produk akhir yang disebut barang Z tersebut. Barang Z tersebut sifatnya abstrak, tetapi menimbulkan utilitas tertentu. Memproduksi barang Zi memerlukan teknologi tertentu, sehingga Becker jnga mengajukan bahwa rumahtangga mempunyai fungsi produksi tertentu yang dinyatakan dengan Zi
=
fi(xi, Ti). Disini barang Z ditentukan oleh input dalam
bentuk vektor barang xi, dan veklor waktu Ti. Menggunakan konsep ini, kegiatan rumahtangga dipandang sebagai unit ekonomi yang melakukan dua kegiatan sekaligns, yaitu kegiatan produksi dan kegiatan konsumsi. Fungsi ntilitas yang akan dimaksimunkan rumahtangga adalah mengkombinasikatl berbagai barang Zi yang dapat dinyatakan dengan U = U(Zi, ..., Z,). Karena Zi = fi(xi, Ti), maka U x i .
=
X I , Ti, ..., Tm). Di dalam memaksimunkan fi~ngsiutilitas tersebut,
rumahtangga dihadapkan pada kendala anggaran g( Zi,
.... Zm ) =Z,
dimana g
adalah fungsi pengeluaran rumahtangga dan Z adalah maksimun sumberdaya rumahtangga (Becker, 1965). Fungsi kepuasan rumahtangga yang dikemukakan Becker adalah:
u = u (Z,, Zz, ...., Z,)
....................................................................
(3.1)
dimana: Zi
=
produk yang dihasilkan oleh rumahtangga (i = 1,2, ... m)
Produk yang dihasilkan oleh rumahtangga merupakan fungsi dari: =
fi(xi, Ti) ................................................................................
xi
=
barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar.
Ti
=
waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang Z ke-i
Zi
(3.2)
dimana:
Dalam memaksimunkan kepuasannya, rumahtangga dibatasi oleh kendala anggaran dan kendala waktu yang terlihat pada kedua persamaan berikut ini:
2T = T i
c -- T - T w
.......................................................................
I
dimana: pi
=
harga barang dan jasa ke-i yang dibeli di pasar
T,
=
waktu yang digunakan untuk bekerja
W
=
upah per unit T,
V
=
pendapatan selain upah
T,
=
jumlal~waktu yang digunakan untuk mengkonsumsi
T
=
jumlah waktu yang tersedia
V
=
pendapatan selain upah
(3.4)
I
=
pendapatan rumahtangga
Sedangkan model dasar ekonomi rumahtangga, kepuasan rumahtangga (U) adalah fungsi dari konsumsi barang yang dihasilkan rumahtangga (X,), konsumsi barang yang dibeli di pasar (X,) dan konsumsi waktu santai (XI), sehingga fungsi utilitas rumahtangga adalah: U = U ( X a , X m , X I ) .................................................................
(3.5)
Diasumsikan rumahtangga sebagai konsumen aka1 memaksimunkan kepuasannya dengan kendala produksi (3.6), waktu (3.7) dan pendapatan (3.8) seperti pada persamaan berikut: Q
=
Q (L,A) ...............................................................................
T
=
XI+J
...................................................................................
Pm.Xm= Pa (Q - X,) - w (L-J)
...................................................
dimana:
XI
= konsumsi barang
yang dibeli di pasar
x,
= konsumsi barang
yang dihasilkan oleh rumahtangga
XI
= konsumsi waktu
santai
p,
= harga
pa
= harga barang yang dihasilkan oleh rumahtangga
(Q-X,)
= surplus produksi untuk
Q
= produksi
A
=jumlah
W
= upah
L
=total tenaga kerja
J
= penggunaan tenaga kerja rumalrtangga
w(L-J)
= pengeluaran
barang dan jasa yang dibeli di pasar
dipasarkan
rumahtangga
faktor produksi tetap (lahan) rumahtangga
di pasar tenaga kerja
upah untuk tenaga kerja luar rumahtangga
(3.6) (3.7) (3.8)
Jika (L-J) positif berarti terdapat tenaga kerja luar rumahtangga yang diupah dan jika negatif berarti terdapat penawaran tenaga kerja untuk di luar pertanian. Kendala rumahtangga yang dihadapi tersebut dapat disatukan dengan melakukan subtitusi kendala produksi dan waktu ke dalam kendala pendapatan, sehingga akan dihasilkan persamaan sebagai berikut: P,.Xm+P,.X,+w.X~ X
=
w.T+n
-Pa.Q(L,A)-w.L -
........................................
....................................................
(3.9) (3.10)
dimana: x
= keuntungan
Dalam memaksimunkan kepuasan, rumahtangga memilih konsurnsi dari barang yang dibeli di pasar (X,)
dan barang yang diproduksi rumahtangga (Xa),
waktu yang dikonsumsi mmahtangga (XI) dan input tenaga kerja (L) yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kondisi turunan pertama first order condition) untuk mengoptimalkan tenaga kej a adalah: P,. (aQ 1 aL)
=w
........................................................................
(3.1 1)
Rumahtangga akan menyamakan produk marginal dari tenaga keja dengan upah pasar. Selanjutnya persamaan (3.11) dapat diturunkan penggunaan input tenaga kerja (L) sebagai fungsi dari Pa, w dan A, seperti ditunjukkan pada persamaan berikut: L =L(w,P,,A)
.........................................................................
(3.12)
Jika persamaan (3.12) disubtitusikan kesisi kanan persamaan (3.9) maka diperoleh persamaan sebagai berikut: P,.X,+P,.X,+W.XI
=Y*
...................................................
(3.13)
Dimana Y* adalah merupakan pendapatan penuh (3~11income) pada saat keuntungan maksimun. Maksimisasi kepuasan dengan kendala persamaan (3.13),
dengan kendala yang ada diperoleh turunan pertama (first order condition) mengikuti prosedur perilaku konsumsi individu dalam memaksimunkan kepuasannya untuk sejumlah (n) komoditi sebagai berikut: U
= U(xl, xz,
...........................................................
.....x,))
(3.14)
Kendala anggaran:
Maksimisasi tujuan dari persamaan (3.14), dengan memperhatikan kendala, menghasilkan kondisi prasyarat sebagai berikut: a u ) / ~ ~ = a u / a x ~ - h . p................................................... ~=o
(3.16)
aa) /ah = - (C pixi- Y) = o
(3.17)
.........................................................
dimana: cl, = U-
h (C pixi - Y); h
= Langrangian
multiplier
Kondisi keseimbangan dari fungsi kepuasan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut: i 3 U l a x i = M U i = h . p i ........... i = 1 , 2, ......, n
........................
(3.18)
dimana: aU/dxi
=
kepuasan marginal ( M i ) dari barang dan jasa ke i
Pi
=
harga barang dan jasa ke i
h
=
kepuasan marginal dari pendapatan
Dari persamaan (3.14) sampai (3.18) untuk konsumsi barang yang dibeli di pasar (X,), barang yang diproduksi rumahtangga (X,) dan konsumsi waktu santai
(XI) dipengaruhi oleh harga, upah dan pendapatan, yang dijabarkan pada persamaan (3.19) sampai (3.21) adalah merupakan kondisi m u m yang dikenal dalam teori permintaan konsumen.
.......................................................................
(3.19)
. P, .........................................................................
(3.20)
au/x,
=L.P,
au I ax,
=L
a u / a x l = L . ~........................................................................
(3.21)
P , . X m + P a . X a + w . X I =Y* ....................................................
(3.22)
Sehingga dapat diturunkan konsumsi barang yang dibeli di pasar (X,),
yang
dihasikan di rumahtangga (X,), dan konsumsi waktu santai (XI) yang masingmasing dipengaruhi oleh harga, upah dan pendapatan sebagai berikut: X,
=
X,(Pm,Pa,w,Y*)
Xa =X,(P,,P,,w,Y*) XI
=
XI (P,, Pa, W, Y*)
.........................................................
(3.23)
.........................................................
(3.24)
...........................................................
(3.25)
Persamaan (3.23), (3.24), dan (3.25), permintaan barang, jasa dan waktu santai tergantung pada harga, upah dan pendapatan. Perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi akan mengubah nilai dari pendapatan penuh(Y*) dan perilaku konsumsi rumahtangga. Jika diasumsikan harga hasil pertanian yang diproduksi rumahtangga meningkat, maka dampaknya terhadap keuntungan ditunjukkan pada persamaan berikut: a x a / aPa
=
aXdaPa + a x d a y * .aY*/ Pa ...............................
(3.26)
Persamaan (3.26) bagian pertama sebelah kanan dalam teori permintaan konsumen yaitu untuk barang normal memiliki slope negatif, jika harga meningkat permintaan barang dan jasa tersebut akan turun. Bagian kedua sebelah kanan persamaan (3.26) menunjukkan efek keuntungan. Perubahan dalam harga barang yang diproduksi rumahtangga meningkat, maka keuntungan meningkat sehingga pendapatan rumahtangga juga akan meningkat.
3.4. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian dampak program Prima Tani terhadap ekonomi rumahtangga petani pada agroekosistem
lahan
sawah
berbasis
padi,
diasumsikan
rumahtangga
mengkonsumsi lima komoditi yaitu leisure (XI), barang yang dibeli di pasar (X,) dan barang yang dihasilkan rumahtangga (X,, Xk, Xt), sehingga fimgsi utilitas rumahtangga adalah:
U
=
U (XI, X,, X,, Xk,X,) ...........................................................
(3.27)
Dimana X,, Xk, Xt masing-masing adalah barang yang dihasilkan oleh rumahtangga dari hasil usahatani padi, usahatani kebun dan usahatani ternak. Barang-barang yang dihasilkan rumahtangga tersebut ada yang dikonsumsi langsung dan ada yang dijual. Dalam memaksimunkan utilitasnya, rumahtangga petani dihatasi ole11 kendala anggaran:
dimana:
Y
= full
Pi
=
income rumahtangga
harga komoditi
Full income diartikan sama dengan nilai dari waktu yang tersedia ditarnbah dengan nilai produksi rumahtangga dikurangi nilai dari input variabel dan nilai dari non upah seperti pada persamaan herikut:
dimana:
T
=
waktu yang tersedia
Q = output untuk j = 1,2, ..... M) Vi = input-input variabel selain tenaga kerja, untuk i = 1,2,.....N L
=
permintaan tenaga kej a
q
=
harga Q
qi = harga Vi
E
=
pendapatan yang bukan produksi rumahtangga
Untuk menghasilkan barang Qs dan semua barang yang dapat dijual di pasar, rumahtangga menggunakan tenaga kerja (L), input variabel (V) dan input tetap (K) diperoleh persamaan dalam bentuk fungsi lungrange sebagai berikut: f. = XI, Xm, Xp, Xk, XI) + h [PLT + @pQp+ pkQk i- ptQt - PLL- qvV) +
E - PLXL-pmXm- ppXp- PI;&- ptxtl +/*G(Qp,Qk,QbL,V,K)... (3.30)
ae -- - Ut-hp, = o ................................................................... axt
ae
ae A aQ, i
- p , +-G, P
....................
ae - hpk + pGk = 0 atau ---i ae P -= pk+-Gk aQk a aQn a
..................
---=
aQ,,
hpp+jtGp=O atau
a
(3.35)
ae
-=
hpt + pG, = 0
aQ1
ae = -kpL+ pGL= 0 -
a~ ae -- - -hpv+ pG, = 0 av
ae -- P , +P7 ~ ..................... , a aQ, 1 ae - -pL +-G, P atau -a aL a i a! P atau -- - -pv -kIZGv .................. a av
I atau --
(3.41)
Fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan barang diperoleh dari persamaan (3.31) sampai (3.36) bila persamaan-persamaan tersebut diselesaikan secara simultan. Adapun fungsi permintaan rumahtangga terhadap leisure dan barang adalah sebagai berikut:
Da
=
D",
pk, pt, p ~pv, , Y) ; a = XI, X,,, X,, Xk, Xt
................
(3.43)
Fungsi penawaran tenaga kerja rumahtangga untuk kegiatan yang berkaitan dengan selurult aktivitas produksi di dalam rumahtangga maupun di luar rumahtangga merupakan fungsi dari faktor-faktor sebagai berikut: Sb -- Sb @, pk, p,, p ~p,,, Y); b = p
............................................
(3.44)
Fungsi penawaran produk yang dihasilkan oleh rumahtangga baik dari kegiatan usahatani maupun non usahatani serta fungsi permintaan inputnya diperoleh dari persamaan (3.37) sampai (3.43). Dimana fungsi penawaran produk, ada yang dijual ke pasar dan sebagian dikonsuinsi ole11 mnahtangga merupakan fungsi marketed surplus yang dinyatakan sebagai berikut: SM
=
SM (p,, pk, pt, PL,pv, Y) ..................................................
(3.45)
Adapun fungsi permintaan input rumahtangga untuk melakukan aktivitas produksi dinyatakan pada persamaan sebagai berikut:
D'
=
D' @, pk, p,, PI,, pv, Y); i = L, V ........................................
(3.46)
3.5. Kerangka Alur Pemikiran Penelitiau Pembangunan pertanian dimasa sekarang masih dihadapkan pada berbagai permasalahan baik dari internal maupun berasal dari faktor ektemal petani. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: (1) inovasi pertanian lambat sarnpai ke tingkat petani, (2) teknologi kurang sesuai dengan kondisi lokasi setempat, (3) akses petani terhadap informasi teknologi rendah, (4) produktivitas yang dicapai ditingkat petani masih rendah, dan (5) akses terhadap lembaga permodalan masih lemah (Suryana, 2007) yang disajikm pada Gambar 3. Olehnya itu, Prima Tani diharapkan menjadi jembatang penghubung antara penghasil teknologi dengan pengguna, sehingga tercipta sistem usahatani intensifikasi dan diversifikasi. Intensifikasi menekankan pada kombinasi penggunaan input tenaga dan teknologi sarana produksi yang lebih efisien sedangkan diversifikasi lebih menekankan pada kombinasi usahatani berdasarkan waktu, lokasi dan tipe produk sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan nilai tambah bagi petani yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan rumahtangganya. Adanya sistem intensifikasi dan diversifikasi usahatani akan menyebabkan perubahan-perubahan penggunaan sumberdaya, baik sarana produksi seperti pupuk, racun dan benih maupun prasarana produksi petani seperti lahan dan penggunaan tenaga kerja. Selain itu, penggunaan tenaga kerja akan meningkat dengan meningkatnya pengolahan laban. Intesifikasi dan deversifikasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani. Produksi dari usahatani sebagian dikonsumsi dan sebagian dijuat ke pasar. Hasil penjualan produksi pertanian sebagian dibelanjakan untuk konsumsi barang yalg dibeli dipasar. Pendapatan yang diperoleh anggota rumahtangga dari pertanian d m non pertarlia~l adalah merupakan pendapatan total rumahtangga.
Permasalahan: - Inovasi pertanian lambat sampai ke pctani - Teknologi kurang sesuai dengan kondisi lokasi - Akses petani terhadap informasi teknologi rendah - Produktivitas usahatani rendah - Akses terhadap permodalan lemah
Program Prima Tani - Inovasi Teknologi - Inovasi kelembagaan
Sistem usahatani subsistem dan monokultur
Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversivikasi (SUID)
Tenaga kerja
Tenaga kerja
Q Produksi pertanian
Konsumsi
Marketable surplus
Pendapatan non pertanian
Pendapatan pertanian
I
I Pendapatan Rumahtangga Petani Gambar 3. Kerangka Alur Penlikiran Penelitian
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2008. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra pengembangan produksi padi dan lokasi Prima Tani. Dari wilayah kecamatan tersebut dipilih dua desa, yaitu Desa Karandu merupakan lokasi Prima Tani dan Desa Nario Indah yang bukan lokasi Prima Tani. 4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Metode survei menurut Neuman (1999) merupakan salah satu cara pengumpulan data secara sistematik, bertanya kepada beberapa orang dengan pertanyaan yang sama, kemudian mencatat dan menganalisis jawabannya. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut: (1) wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, (2) pencatatan, yaitu pengumpulan data dengan cara
mencatat data yang telah ada pada instansi terkait yang ada
hubungannya dengan penelitian, dan (3) observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada obyek penelitian guna memperkuat inibrmasi dari basil wawancara. 4.3. Jenis dan Snmber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan panduan
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terhadap rumahtangga petani yang menjadi sampel. Sampel adalah rumahtangga petani padi yang ikut dalam program Prima Tani dan yang tidak ikut program Prima Tani pada setiap desa yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian. Pemilihan responden dilakukan dengan metode penarikan contoh acak sederhana (Simple Random Sampling). Jumlah sampel terdiri dari 30 orang petani peserta dan 30 orang petani non-peserta program Prima Tani, sehingga total jumlah sampel sebanyak 60 orang. Data primer yang dikumpulkan adalah: (1) karakteristik rumahtangga petani sampel dan karakteristik usahataninya yang meliputi umur anggota rumahtangga, pendidikan anggota rumahtangga, jumlah anggota rumahtangga, jumlah angakatan kerja dalam rumahtangga dan luas lahan, (2) alokasi waktu kerja anggota rumahtangga petani sampel pada kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi meliputi kegiatan pada usahatani dan non usahatani, (3) Pengeluaran rumahtangga petani yang terdiri dari pengeluaran produksi dan konsumsi, dan (4) pendapatan rumahtangga petani terdiri dari pendapatan dari usahatani dan non usahatani yang disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Data sekunder meliputi keadaan umum wilayah penelitian seperti, topografi, tata guna lahan dan smnber mata pencaharian penduduk. Data ini diperoleh dari instansi terkait dan wawancara dengan para pengambil kebijakan.
4.4. Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka analisis data terdiri dari dua bagian. Pertama, untuk menjelaskan kontribusi pendapatan, alokasi waktu kerja dan pola pengeluaran n~mahtanggapetani padi pada agroekosistem lahan sawah dilakukan analisis secara deskriptif dengan metode tabulasi. Kontribusi pendapatan dan pola
pengeluaran rumahtangga digambarkan dengan persentase. Kedua, analisis model ekonomi rumahtangga dilakukan dengan menggunakan model persamaan simultan untuk menjawab tujuan kedua mengenai keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam produksi, alokasi waktu kerja dan pengeluaran rumahtangga. 4.5. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Analisis
yang
digunakan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga adalah model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Model persamaan simultan adalah spesifikasi model dari suatu permasalahan sebagai suatu sistem persamaan, yaitu berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi diformulasikan dalam suatu sistem persamaan simultan (Sinaga, 1997). Model persamaan simultan yang dibangun dalam ekonomi rumahtangga petani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi dikelompokkan menjadi empat blok, yaitu blok produksi, blok curahan kerja, blok pengeluaran dan blok pendapatan rumahtangga. Blok tersebut terdiri dari persamaan struktural dan persamaan identitas yang saling terkait antara keputusan produksi, konsumsi, curahan kerja dan pendapatan. Keterkaitan antara peubah dalam model ekonomi rumahtangga petani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi diuraikan sebagai berikut:
1. Produksi Usahatani Rumahtangga Produksi usahatani rumahtangga pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi terdiri dari produksi usahatani padi, produksi usahatani kebun dan produksi usahatani ternak. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
a. Produksi Usahatani Padi Produksi usahatani padi diduga dipengaruhi oleh luas areal padi, curahan kerja usahatani padi, jumlah penggunaan benih, jumlah penggunaan p u p k urea, jumlah penggunaan pupnk SP-36, jumlah penggunaan pup& KC1, jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan jumlah penggunaan pestisida. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: PRP
= a0
+ alLAP + a2CKP+ a3JPB+ a4JLJR+ a5JSP
+ QJKC + a7JTL+ a8JPS + + UI .................................
(4.1)
Parameter dugaan yang diharapkan: a], a2, a3, a,as, Q, a7, as, > 0 dimana: PRP
=
produksi usahatani padi (kdtahun)
LAP
=
luas areal usahatani padi (meter persegi)
CKP
=
curahan kerja dalam usahatani padi (HOWtahun)
JPB
=
jumlah penggunaan benih (kdtahun)
JUR
=
jumlah penggunaan pupuk urea (kdtahun)
JSP
=
jumlah penggunaan pupuk SP-36 (kdtahun)
JKC
=
jumlah penggunaan pupuk KC1 (kdtahun)
JTL
=
jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOWtahun)
JPS
=
jumlah penggunaan pestisida (Itrltahun)
U
=
enor term
b. Produksi Usahatani Kebun Produksi usahatani kebun diduga dipengaruhi oleh luas areal kebun, curahan kerja usahatani kebun, jumlah penggunaan pupuk urea, ju~lllah penggunaan pupuk SP-36, jumlah penggunaan pupuk KC1 dan jumlah
penggunaan pestisida. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: PRK
=
bo + blLAK + b2CKK + b3JURK + b4JSPK + a5JKCK
+ b6JPSK + U2
............................................................ (4.2)
Parameter dugaan yang diharapkan: b ~b2, , b3, b4, bs, b6, >O dimana: PRK
=
produksi usahatani kebun (kdtahun)
LAK
=
luas areal kebun (meter persegi)
CKK
=
curahan kerja dalam usahatani kebun (HOWtahun)
JURK
=
jumlah penggunaan pupuk urea di kebun (kg/tahun)
JSPK
=
jumlah penggunaan pupuk SP-36 di kebun (kg/tahun)
JKCK
=
jnmlah penggunaan pupuk KC1 di kebun (kdtahun)
JPSK
=
jumlah penggunaan pestisida di kebun (ltrltahun)
c. Produksi Usahatani Ternak Produksi usahatani temak diduga dipengaruhi oleh jumlah bibit temak, curahan kerja usahatani temak, jumlah penggunaan pakan dan jumlah penggunaan obat. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: PRT
= CQ
+ clJBT + c2CKT+ c~JPK+ c4JOB+ Uj ...................
Parameter dugaan yang diharapkan: c,, c2, c3,c4, >O dimana: PRT
=
produksi usahatani ternak (kgltahun)
JBT
=
jumlah bibit ternak (ekor)
CKT
=
curahan kerja dalarll usahatani ternak (HOWtahun)
JPK
=
jumlah penggunaan pakan ternak (kgltahun)
JOB
=
jumlah penggunaan obat temak (mlltahun)
(4.3)
2. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Curahan tenaga kerja rumahtangga terdiri dari curahan kerja dalam usahatani padi, curahan kerja dalam usahatani kebun, curahan kerja dalam usahatani ternak, dan curahan kerja luar usahatani yang diuraikan sebagai berikut: a. Curahan Kerja Dalam Usahatani Padi Curahan kerja dalam usahatani padi diduga dipengaruhi oleh luas areal padi, jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga, curahan kerja luar usahatani, dan jumlah angkatan ke
=
do + dlLAP + d2JTL + d3CKL+ d4JKK
+ Uq ................
(4.4)
Parameter dugaan yang diharapkan: dl, d5 > 0 ; d2, d3 < 0 dimana: JKK
=
jumlah angkatan kerja dalam rumahtangga (orang)
b. Curahan Kerja Dalam Usahatani Kebun Curahan kerja dalam usahatani kebun diduga dipengaruhi oleh luas areal kebnn, curahan kerja luar usahatani, dan jumlah angkatan kerja keluarga. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: CKK
=
eo + elLAK + e2CKL + e3JKK -t Us
..........................
(4.5)
Paranieter dugaan yang diharapkan: el, e3 > 0 ; e2 < 0 CKK
=
curahan kerja dalam usahatani kebun (HOWtahun)
c. Curahan Kerja Dalam Usahatani Ternak
Curahan kerja dalam usahatani ternak diduga dipengaruhi oleh jumlah bibit ternak, curahan kerja luar usahatani, dan jumlah angkatan kerja keluarga. I-Iubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: CKT
=
fo + fiJBT + f2CKL + f3JKK + U g ................................
(4.6)
Parameter dugaan yang diharapkan: fl, f3 > 0 ; f2 < 0 dimana: CKT
=
curahan kerja dalam usahatani temak (HOWtahun)
d. Curahan Kerja Luar Usahatani Curahan kerja luar usahatani diduga dipengaruhi oleh pendapatan luar usahatani, curahan kerja usahatani padi, curahan kerja usahatani kebun, curahan kerja usahatani ternak, jurnlah angkatan kerja keluarga, dan upah dalam pertanian. Hubungan ini ditulis dalam persamaan strukhral sebagai berikut: CKL
=
go + glPDL + gzCKP + g3CKK + g4CKT + gsJKK
+ g6WP + U7 ...............................................................
(4.7)
Parameter dugaan yang diharapkan: gl, g ~96, > 0 ; g2, g3, g4, < 0 dimana: CKL
=
curahan kerja luar usahatmi (HOWtahun)
UPP
=
upah pertanian (RpIHOK)
3. Pengeluaran Rumahtangga
Pengeluaran total rumahtangga adalah penjumlahan biaya produksi usahatani padi, usahatani kebun, usahatani temak, konsumsi pangan dan komsumsi non pangan yang diuraikan sebagai berikut: a. Biaya Produksi Usahatani Padi Biaya produksi usahatani padi merupakan penjumlahan biaya total tenaga kerja, biaya traktor, biaya sarana produksi (benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, dan pestisida), biaya bawon, dan biaya lain-lain berupa pajak dan iuran irigasi yang digunakan dalam usahatani padi dan dinyatakan dalam bentuk persamaan identitas sebagai beriktu:
BPRP = BTKP+BTRP+ BPKP+ BBNP + BPSP + BBWP + BPLP ... (4.8) dimana: BPRP
=
biaya produksi usahatani padi (Rpltahun)
BTKP
=
biaya tenaga kej a usahatani padi (Rpltahun)
BTRP
=
biaya traktor usahatani padi (Rpltahun)
BPKP
=
biaya pupuk usahatani padi (Rpltahun)
BBNP
=
biaya benih usahatani padi (Rpltahun)
BPSP
=
biaya pestisida usahatani padi (Rpltahun)
BBWP
=
biaya bawon usahatani padi (Rpltahun)
BPLP
=
biaya lain-lain usahatani padi (Rpltahun)
b. Biaya Produksi Usahatani Kebun Biaya produksi usahatani kebun merupakan penjumlahan biaya total tenaga kerja dengan jumlah sarana produksi @upuk urea, pupuk SP-36, pupuk KC1 dan pestisida) serta biaya lain-lain berupa pajak yang digunakan dalam usahatani kebun dan dinyatakan dalam bentuk persamaan identitas sebagai berikut: =
BTKK + BPKK+ BPSK + BPLK .................................
BPRK
=
biaya produksi usahatani kebun (Rpltahun)
BTKK
=
biaya tenaga kej a usahatani kebun (Rpltahun)
BPKK
=
biaya pupuk usahatani kebun (Rpltahun)
BPSK
=
biaya pestisida usahatani kebun (Rpltahun)
BPLK
=
biaya lain-lain usahatani kebun (Rpltahun)
BPRK
(4.9)
dimana:
C.
Biaya Produksi Usahatani Ternak Biaya produksi usahatani temak merupakan penjumlahan biaya total tenaga
kerja dengan jumlah sarana produksi (pakan dan obat) serta biaya lain-lain berupa
penyusutan kandang yang digunakan dalam usahatani temak dan dinyatakan dalam bentuk persamaan identitas sebagai berikut: BPRT =BTKT+BPDT+BOBT+BPLT ..............................
(4.10)
dimana: BPRT
=
biaya produksi usahatani ternak (Rpltahun)
BTKT
=
biaya tenaga kerja usahatani temak (Rpltahun)
BOBT
=
biaya obat usahatani temak (Rpltahun)
BPDT
=
biaya pakan dedak usahatani temak (Rpltahun)
BPLT
=
biaya lain-lain usahatani temak (Rpltahun)
d. Total Biaya Produksi Usahatani Rurnahtangga Biaya produksi usahatani rumahtangga merupakan penjumlahan biaya total dari usahatani padi, usahatani kebun, dan usahatani ternak yang dinyatakan dalam bentuk persamaan identitas sebagai berikut: TBPU
=
BPRP + BPRK + BPRT ..............................................
=
total biaya produksi usahatani (Rpltahun)
(4.11)
dimana: TBPU
e. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga diduga dipengaruhi oleh luas areal padi, upah dalam pertanian, jumlah angkatan kerja keluarga, dan upah yang berlaku di luar pertanian. Hubungan ini ditulis dalam persarnaan struktural sebagai berikut: JTL
= ho
+ hlLAP + h2 UPP + h3JKK + h4UPN + Us .............
Parameter dugaan yang diharapkan: hl, > 0 ; hz ,h3, h4 < 0 dimana: JTL
=
jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga (HOWtahun)
(4.12)
UPN = upah non pertanian (RpIHOK) f. Jumlah Penggunaan Benih Padi
Jumlah penggunaan benih diduga dipengaruhi oleh penerimaan usahatani padi, harga benih, dan luas areal padi. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: JPB
=
io + ilPNP + i2HBN + i3LAP + Us
...........................
(4.13)
Parameter dugaan yang diharapkan: il, i3> 0 ; i2 < 0 dimana: JPB
=
jumlah penggunaan benih padi (kgltahun)
HBN
=
harga benih padi (Rplkg)
g. Jumlah Penggunaan Pupuk Urea Jumlah penggunaan pupuk urea diduga dipengaruhi oleh penerimaan usahatani padi, luas areal padi, dan harga pupuk urea. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut:
JUR
=
jo+jlPNP+j2LAP+j3HUR+U,o ..............................
(4.14)
Parameter dugaan yang diharapkan: jl, j2 > 0 ; j3 < 0 dimana: HUR
=
harga pupuk u e a (Rptkg)
h. Jumlah Penggunaan Pupuk SP-36 Jumlah penggunaan pupuk SP-36 diduga dipengaruhi oleh penerimaan usahatani padi, luas areal padi, dan harga pupuk SP-36. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: JSP
=
ko + kiPNP + kzLAP+ 41-ISP + UII
.............................
Parameter dugaan yang diharapkan: kl, k2 > 0 ; k3 < 0 dimana:
(4.15)
HSP = harga pupuk SP-36 (Rplkg) i. Jumlah Penggunaan Pupuk KC1
Jumlah penggunaan pupuk KC1 diduga dipengaruhi oleh- penerimaan usahatani padi, luas areal padi, dan harga pupuk KCI. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: JKC
lo + llPNP + 12LAP+ 13HKC+ U12 .............................
=
(4.16)
Parameter dugaan yang diharapkan: 11,12>0 ; 13 < 0 dimana: HKC
harga pupuk KC1 (Rplkg)
=
j. Jumlah Penggunaan Pestisida
Jumlah penggunaan pestisida diduga dipengaruhi oleh harga pestisida, harga gabah, dan luas areal padi. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut: JPS
=
mo + mlHPS + m2HGB + m3LAP + U13 ........................
(4.17)
Parameter dugaan yang diharapkan: m2, m3 > 0 ; ml < 0 dimana: HPS
=
harga pestisida (Rplliter)
HGB
=
harga gabah (Rplkg)
k. Konsumsi Pangan Rumahtangga Konsumsi pangan rumahtangga diduga dipengaruhi oleh pendapatan total rumahtangga dan jumlah anggota keluarga. Hubungan ini ditulis dalaln persamaan struktural sebagai berikut: KMP
=
no + nlPTR + n2JAK + U14 ..........................................
Parameter dugaan yang diharapkan: nl, n2 > 0 dimana:
(4.1 8)
KMP JAK
= konsumsi pangan rurnahtangga (Rpltahun) =
jumlah anggota keluarga (orang)
1. Konsumsi Non Pangan Rumahtangga Konsumsi non pangan rumahtangga diduga dipengaruhi oleh pendapatan total rumahtangga, jumlah anggota keluarga, dan konsumsi pangan rumahtangga. Hubungan ini ditulis dalam persamaan struktural sebagai berikut:
KNP
= 00
+ olPTR + 02JAK+ o3KMP + UI5 .......................
Parameter dugaan yang diharapkan: ol,o2 > 0 ;
03
(4.19)
<0
dimana: KNP
=
konsumsi non pangan rumahtangga (Rpltahun)
m. Total Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga TKR
=
KMP + KNP .................................................................
=
total konsumsi rumahtangga (Rpltahun)
(4.20)
dimana: TKR
n. Total Pengeluaran Rumahtangga TLR
=
TBPU + TKR .............................................................
=
total pengeluaran rumahtangga (Rpltahun)
(4.21)
dimana: TLR
4. Pendapatan Rumahtangga
Pendapatan rumahtangga adalah penerimaan dari usahatani padi, usahatani kebun dan usahatani ternak setelah dikurangi jumlah biaya dari masing-masing usahatani tersebut, sedangkan pendapatan dari luar usahatani adalah jumlah curahan kerja anggota rumahtangga di luar usahatani setelah dikalikan dengan upahnya. Pendapatan rumahtangga dari usahatani dan luar usahatani diuraikan sebagai berikut:
a. Pendapatan Usahatani Padi Pendapatan usahatani padi adalah penerimaan dari usahatani padi setelah dikurangi dengan biaya produksi padi, sedangkan penerimaan usahatani padi merupakan perkalian dari produksi dengan harga gabah yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: PDP
=
PNP - BPRP .................................................................
(4.22)
PNP
=
PRP*HGB
.................................................................
(4.23)
PDP
=
pendapatan usahatani padi (Rpltahun)
PNP
=
penerimaan usahatani padi (Rpltahun)
dimana:
b. Pendapatan Usahatani Kebun Pendapatan usahatani kebun adalah penerimaan dari usahatani kebun setelah dikurangi dengan biaya produksi kebun, sedangkan penerimaan usahatani kebun merupakan perkalian dari produksi dengan harga produksi kebun yang dinyatakan dalam persamaan idelltitas sebagai berikut:
.............................................................
PDK
=
PNK - BPRK
PNK
=
PRK*HPRK ..........................................................
PDK
=
pendapatan usahatani kebun ((Rpltahun)
PNK
=
penerimaan usahatani kebun (Rpltahun)
HPRK
=
harga produksi kebun (Rpkg)
(4.24) (4.25)
dimana:
c. Pendapatan Usahatani Ternak
Pendapatan usahatani ternak adalah penerimaan dari usahatani tenlak setelah dikurangi dengan biaya produksi ternak, sedangkan penerimaan usahatani
temak merupakan perkalian dari produksi dengan harga produksi daging ternak yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: PDT
=
PNT - BPRT ...............................................................
(4.26)
PNT
=
PRT*HPRT .............................................................
(4.27)
PDT
=
pendapatan usahatani temak (Rpltahun)
PNT
=
penerimaan usahatani temak (Rpltahun)
HPRT
=
harga produksi usahatani temak (Rpkg)
dimana:
d. Pendapatan Luar Usahatani PDL
=
CKL*UPP ...................................................................
=
pendapatan luar usahatani (Rpltahun)
(4.28)
dimana: PDL
e. Pendapatan Total Rumahtangga Pendapatan total rumahtangga adalah penjumlahan dari pendapatan usahatani padi, usahatani kebun, usahatani ternak dan pendapatan dari luar usahatani yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: PTR
=
PDP + PDK + PDT + PDL
=
pendapatan total rumahtangga (Rpltahun)
..........................................
(4.29)
dimana: PTR
4.6. Identifikasi dan Metode Pendugaan Model
Sebelum melakukan pendugaan model, terlebih dahulu dilakukan identifikasi model guna mengetahui metode penggunaan model yang tepat. Model ekonomi rumahtangga petani pada agroekosistem lahan sawah berbasis padi terdiri dari 29 persamaan yang meliputi 14 persamaan identitas dan 15 persamaan
struktural. Peubah eksogen berjumlah 19 dan peubah endogen berjumlah 29, sehingga jumlah peubah endogen dan peubah predetermined dalam model (K) adalah 48. Rumus indentifikasi model adalah sebagai berikut: (K-M)?(G-
1)
dimana: K
=
Jumlah peubah endogen dan peubah predetermined dalam model
M
=
Jumlah peubah endogen dan eksogen dalam setiap persamaan
G
=
Jumlah seluruh persamaan (total peubah endogen)
Kriteria identifikasi model adalah: 1. Jika (K-M) = (G-I), maka persamaan dalam model dikatakan exactly identijied
2. Jika (K-M) < (G-1), maka persamaan dalam model dikatakan unidentzjkd 3. Jika (K-M) > (G-I), maka persamaan dalam model dikatakan overidentijed Berdasarkan ketiga kriteria di atas, maka semua persamaan struktural dalam model overidentified. Metode pendugaan model yang digunakan adalah Two Stage Least Squares (2SLS) karena lebih efisien, konsisten dan sederhana dibandingkan dengan Three Stage Least Squares (3SLS) (Koutsoyiannis, 1977). 4.7. Konsep dan Definisi Operasional Penelitian
Konsep dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Rumahtangga adalah sekelompk orang yang tinggal di bawah satu atap dan menggunakan sumberdaya dalam rumahtangga secara bersama-sama dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan setiap anggotanya.
2.
Petani padi adalah orang yang secara langsung terlibat dalam usahatani padi.
3.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli sarana produksi pertanian baik usahatani padi maupun non padi selama satu tahun.
4.
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi selama satu tahun.
5.
Alokasi waktu kerja adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga untuk kegiatan mendapatkan penghasilan pada kegiatan usahatani dan non usahatani selama satu tahun.
6.
Curahan kerja dalam usahatani padi adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtanga dalam usahatani padi selama satu tahun.
7.
Curahan kerja dalam kegiatan non usahatani padi adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga pada kegiatan usahatani kebun dan usahatani temak selama satu tahun.
8.
Jumlah angkatan kerja dalam keluarga adalah jurnlah anggota keluarga, baik laki-laki maupun perempuan yang sudah berumur lima belas tahun.
9.
Produksi usahatani adalah jumlah produksi yang diperoleh petani pada kegiatan usahatani padi, usahatani kebun dan usahatani temak selama satu tahun.
10. Tingkat pendidikan adalah lamanya suami istri menempuh pendidikan secara formal di u k ~ dalam r satuan tahun. 11. Harga produk adalah harga pasar dari produk yang dihasilkan pada berbagai
kegiatan produksi. 12. Nilai waktu (value of time)anggota rumahtangga adalah jumlah penerimaan
dibagi jumlah jam kerja tiap anggota rumahtangga dalanl satuan rupiah. 13. Pendapatan rumahtangga dari usahatani padi adalah pendapatan yang
diperoleh dari usahatani padi selama satu tahun. 14. Pendapatan rumal~tanggadari non usahatani padi adalah adalah pendapatan
yailg diperoleh dari usahatani kebun dan usahatani ternak selama satu tahun.
15. Pendapatan rumahtangga dari luar usahatani adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian di luar usahataninya dan kegiatan non pertanian selama satu tahun. 16. Pendapatan total rumahtangga adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dan non usahatani selama satu tahun. 17. Konsumsi pangan adalah pengeluaran rumahtangga untuk membeli bahan
pangan yang dikonsumsi rumahtangga selama satu tahun.
18. Konsumsi non pangan adalah pengeluaran rumatangga untuk membeli barang konsumsi selain pangan selama satu tahun.
19. Benih unggul adalah benih yang bersertifikas atau berlabel, sedangkan benih lokal adalah benih yang tidak bersertifikasi.
20. Harga input produksi adalah harga riil yang diperoleh dari pasar input produksi. 21. Total pengeluaran rumahtangga adalah jumlah pengeluaran biaya usahatani, pengeluaran konsumsi pangan dan pengeluaran konsumsi non pangan selama satu tahun.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, PROFIL PETANI DAN USAHATANINYA
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Luas wilayah Kecamatan Wawotobi adalah 12 104 hektar yang terdiri dari 14 desa dan 11 kelurahan dengan jurnlah penduduk sebanyak 25 523 jiwa atau sekitar 5 963 kepala keluarga. Penggunaan lahan di Kecamatan Wawotobi meliputi lahan sawah seluas 3 150 hektar dan lahan bukan sawah seluas 8 945 hektar. Lahan bukan sawah termasuk lahan pekarangan, tegalan, kawasan hutan, perkebunan, padang rumput dan kolam. Kondisi topografi umumya merupakan wilayah daratan, dimana 62.2 persen wilayah datar sampai berombak dan hanya 5.4 persen berbukit sampai bergunung, sehinga sangat sesuai untuk pengembagan pertanian, termasuk pertanian lahan sawah (BPS Kabupaten Konawe 2007). Desa Karandu dan Nario Indah terletak di wilayah Kecamatan Wawotobi. Berdasarkan data rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tahun wilayah Desa Karandu dan Nario Indah mengalami periode bulan basah (CH > 100 mm) selama tujuh bulan dan bulan lembab (100 mrn 2 CH 2 60 mrn) selama 4 bulan, sehingga termasuk ke dalam tipe iklim C menurut Schimidt dan Fergusson. Suhu udara terendah 25.6' C dan suhu udara tertinggi terjadi 27.2' C. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 137.68 mmtthn. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 232.5 mm. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Mei-Juni dan puncak musim kemarau terjadi pada bulan September- Nopember. Desa Nario Indah memiliki luas wilayah 381 hektar dengan topografi yang juga datar sampai berbukit. Jarak dari ibukota kecamatan 13 kilometer. Dari luasan tersebut, umurnnya merupakan lahan sawah irigasi 147.73 hektar,
perkebunan 90 hektar, selebihnya adalah pemukiman, bangunan m u m dan kehutanan. Jumlah populasi temak sapi 258 ekor. Jumlah penduduk 875 jiwa yang terdiri dari 243 kepala keluarga dan terbagi dalam tiga dusun. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani di Desa Nario Indah sebesar 225 kepala keluarga yang urnumnya adalah petani padi sawah, perkebunan dan petemak, selebihnya adalah pegawai negeri sipil, wiraswasta dan jasa. Penerapan inovasi teknologi padi sawah relatif masih rendah dan dukungan kelembagaan yang sangat minim. Penggunaan benih urnumnya masih menggunakan varietas Ciliwung dan Cisantana dan sebagian sudah menanam varietas Konawe serta beberapa varietas yang tidak jelas asal-usulnya yang dimasukkan petani dari provinsi lain. Varietas yang ditanam tersebut merupakan varietas yang viabilitasnya sudah mengalami penurunan akibat penanaman beberapa kali. Alasan utama petani menanam varietas tersebut adalah mahalnya harga benih yang berkualitas dan sulit didapatkan oleh petani. Jumlah penggunaan benih berkisar 80 - 100 kilogram per hektar. Secara m u m penerapan pemupukan ditingkat petani masih sangat beragam. Umumnya petani menggunakan pupuk anorganik tunggal yang mengandung unsur hara N (urea) dan P20s (SP-36). Penggunaan pupuk yang mengandung unsur K20 masih kurang. Penyebab masih kurangya petani yang rnenggunakan pupuk KC1 adalah harganya relatif mahal. Petani menggunakan pupuk sesuai dengan pengetahuan masing-masing karena belum ada rekomendasi rasionalisasi pemupukan dan penggunaan Bagan Warna Daun (BWD). Cara tanam adalah jajar tegel dengan jumlah rumpun bibit 4 - 5 per lubang. Penyiangan dan pengendalian hama penyakit masih mengandalkau cara kimiawi dengan
pengendalian secara kuratif, sedangkan cara panen dan pasca panen relaitf sama antara petani peserta dan non-peserta Prima Tani. Kelompok tani umumnya tidak berfungsi dengan baik dan anggota umumnya hanya aktif pada saat ada penyuluhan. Penyuluhan dilakukan hanya maksimal dua kali setahun. Sarana produksi berupa pupuk dan racun diperoleh dari pedagang saprodi atau kios yang ada di desa, petani sering mengalami kesulitan mendapatkan pupuk pada saat dibutuhkan, kalaupun pupuk ada sangat terbatas dengan harga yang realtif mahal. Lembaga kelompok Petani Pengguna Pemakai Air (P3A) belum terbentuk sehingga petani sering mengalami kesulitan memperoleh air pada saat musim tanam. Desa Karandu sebagai lokasi Prima Tani memiliki luas wilayah 340 hektar dengan topografi datar sampai berbukit dan berada pada ketinggian 100 - 150 meter dari permukaan laut. Jenis tanah dominan Aluvial bertekstur halus dengan wama tanah kelabu. Jumlah penduduk 754 jiwa yang terdiri dari 181 kepala keluarga dan terbagi ke dalam empat dusun. L,uas lahan sawah irigasi sebesar 127 hektar, sedangkan luas lahan perkebunan 92 hektar yang terdiri dari 68 hektar perkebunan kakao dan 24 hektar perkebunan lada, selebihnya adalah pemukiman, bangunan umum dan kehutanan. Jumlah populasi ternak sapi 187 ekor. Sumber mata pencaharian utama adalah sektor pertanian, dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani adalah 166 kepala keluarga 91 persen ulnumnya adalah petani padi sawah, perkebunan dan petemak, selebihnya adalah pegawai negeri sipil, buruh tani dan wiraswasta. Adapun perbandingan implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan petani peserta dan non-peserta Prima Tani disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani Petani Non-Peserta Prima Tani
No Petani Peserta Prima Tani
1 ) Teknologi padi -
I
-
( a. Penggunaan benih bersertifikasi
I
II Teknologi padi a. Peng. benih tanpa bersertifikasi
( b. Pengynaan bibit benunur muda
I b. Penggunaan bibit berumur tua
c. Penggunaan cara tanam legowo
c. Penggunaan cara tanam tegel
d. Tanam Serernpak
d. Tanam tidak serempak
e. Pemupukan dengan rekomendasi
e. Pemupukam tanpa rekomendasi
f. Penggunaanl BWD untuk
f. Tanpa penggunaan BWD untuk
pemupukan N
pemupuk N
Teknologi temak
Teknologi temak
a. Pengolahan jerami jadi pakan
a. Tanpa pengolahan jerami jadi
Kelembagaan
Kelembagaan
a. Klinik Agribisnis
a. Tanpa Klinik Agribisnis
I
hama penyakit I I g. Pemberantasan hama penyakit I g. Pemberantasan I umumnya secara kimiawi dengan pendekatan PHT
2
I I b. Pembuatan pupuk organik I ~akan I I c. Pembuatan kandang percontohan ( b. Tanpa pembuatan pupuk organik I I c. Tidak ada kandang percontohan 3
1 /
b. Laboratorium Agribisnis c. Kelompok Tani dan Gapoktan
/
b. Tanpa laboratorium Agribisnis c. Kelompok Tani dan Gapoktan
aktif
kurang aktif
d. Koperasi
d. Koperasi belum terbentuk
e. Kelompok P3A
e. Kelompok P3A belum terbentuk
5.2. Implementasi Prima Tani di Lapangan
Pelaksanaan Prima Tani dimulai dengan pemilihan lokasi melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi dan kabupaten. Desa Karandu terpilih sebagai lokasi Prima Tani di Kabupaten Konawe dengan basis komoditas padi
I
sawah. Tim pelaksana Prima Tani dituangkan dalam SK Gubemur Sulawesi Tenggara No. 524 tahun 2006 dan SK Bupati Konawe No. 38 tahun 2006. Setelah adanya surat keputusan tersebut, dilakukan penunusan masalah kebutuhan inovasi teknologi dan kelembagaan. 5.2.1. Inovasi Teknologi
Pelaksanaan Prima Tani bertumpu pada implementasi teknis dan kelembagaan. Implementasi teknis dilaksanakan dalam wadah laboratorium agribisnis yang berfungsi menjadi show window dari penerapan teknologi. Pengembangan dan fungsi laboratorium agribisnis sebagai implementasi inovasi teknologi budidaya padi sawah meliputi: (I) penggunaan benih bermutu, (2) penggunaan bibit umur muda, (3) cara tanam sistem legowo dengan penggunaan caplak, (4) pemupukan sesuai rekomendasi hasil uji tanah dengan penggunaan bagan warna dam, (5) cara pengendaian hama dan penyakit, (6) cara panen dan penanganan pasca panen, dan (7) penangkaran benih. Penggunaan benih bermutu dapat menghemat penggunaan benih petani karena kebiasaan petani menggunakan benih sebanyak 80 - 100 kilogram per hektar, sedangkan teknologi penggunaan benih bermutu (bersertifikasi) yang diintroduksi adalah 25
-
30 kilogram per hektar dengan sistem penanaman 1-2
rumpun bibit per lubang. Penggunaan benih bermutu dan penggunaan benih berumur muda (18
-
21 hari) sekitar 90 persen sudah diadopsi oleh petani.
Pelaksanaan teknologi persemaian dan penanaman 1 - 2 bibit rumpun per lubang dikawal secara ketat oleh detaser lapangan. Penanaman bibit muda yang berumur 18 - 21 hari setelab sebar dilakukan dengan cara tanam pindah legowo 5 : 1 dengan jarak tanam 50 x 25 x 15 cm. Pananaman bibit berumur muda akan
tumbuh dan berkembang lebih sempurna, sistem perakaran lebih baik, anakan lebih banyak dan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan dibandingkan dengan bibit tua. Jenis varietas yang umum ditanam petani adalah varietas Mekongga. Varietas Mekongga mempunyai keunggulan produktivitas lebih tinggi, tahan terhadap bakteri hawar dam, rendemen beras giling dan persentase beras kepala lebih baik, cocok ditanam pada musim penghujan dan musim kemarau dibandingkan dengan varietas lain. Tanam pindah jajar legowo merupakan suatu teknik perubahan dari jajar
tegel menjadi jajar legowo dengan cara mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar baris sehingga terjadi pemadatan rumpun padi. Prinsip dasar tanam legowo adalah menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir, dengan kata lain seolah-olah tanaman berada pada bagian pinggir pematang, sehingga semua tanaman mendapat efek samping penyinaran matahari. Legowo berasal dari bahasa Jawa Banyumas, dimana logo berarti lapang dan dowo berarti panjanp, jadi antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang memanjang sepanjang garis tanaman. Cara tanam legowo memudahkan pemeliharaan tanaman dan pada barisan pinggir jumlah anakan dan malai lebih banyak serta mengurangi hama tikus. Untuk mempetahankan jumlah rumpun tanaman per hektar, maka dilakukan pembuatan garis tanam dengan menggunakan caplak membujur dan melintang pada petak sawah, bibit ditanam pada perempatan garis tanam. Rumpun tanaman padi yang semestinya berada pada lorong disisipkan ke dalam baris tanaman. Pemupukan sesuai dengan rekomendasi hasil uji tanah telah diterapkan sekitar 85 persen petani. Teknologi ini dapat diterapkan karena terjalinnya kerja
sama kemitraan antara Gapoktan "Prima Karya Mandiri" dengan PT. Pertani Kendari untuk menyediakan sarana produksi pupuk. Rekomendasi pemupukan di lahan sawah berdasarkan hasil uji tanah yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor dengan skala 1:50000 dengan dosis (urea 200 kg, SP-36 100 kg dan KC1 50 kg) per hektar per musim tanam. Pemberian pupuk urea
(N) pada tanaman padi dioptimalkan menggunakan Bagan Wama Daun (BWD). Dalam BWD terdapat 6 skala wama hijau, mulai dari hijau kekuning-keningan (skala 1) hingga hijau gelap (skala 6). Wama tersebut telah dikalibrasikan dengan khlorofil meter sebagai ~etunjuktingkat kecukupan hara N pada tanaman atau waktu yang tepat untuk pemberian pupuk N susulan. Skala kritis pambacaan BWD adalah skala 3 untuk varietas-varietas yang daunnya secara genetis benvama hijau muda dan skala 4 untuk varietas lain. Tanaman yang warna daunnnya dibawah nilai kritis skala BWD menunjukkan bahwa tanaman kekurangan N. Pemupukan urea dilakukan tiga kali per musim tanam, yaitu pada saat umur tanaman 0 - 7 Hari Setelab Tanam (HST) sebanyak sepertiga dari dosis anjuran, pemupukan kedua 30
-
35 HST dan pemupukan ketiga 45
-
50 HST
dengan dosis berdasarkan BWD. Pemupukan SP-36 dan KC1 dilakukan sebanyak dua kali per musim tanam, yaitu pada saat umur tanaman 0 - 7 HST dengan dosis sepertiga dari anjuran dan pemupukan kedua pada umur tanaman 30 - 35 HST. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali per musim tanam, terganiung keadaan gulma. Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi jika gulma sudah dikendalikan. Pengedalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida pada saat tanaman berumur 5 Hari
Setelah Tanam (HST). Selanjutnya dilakukan penyiangan dengan tangan pada saat umur tanaman 21 HST, dan diikuti penyiangan dengan landak (gasrok) sebanyak dua kali pada saat tanaman berumur 35 dan 45 HST. Landak dipakai pada penyiangan kedua dan ketiga adalah landak yang berukuran kecil karena ruang antar rumpun tanaman sudah menyempit. Penggunaan landak selain untuk membersihkan gulma juga untuk memperbaiki sistem aerasi akar dan ramah lingkungan. Panen dilakukan bila 95 persen bulir padi pada setiap malai telah menguning. Alat panen yang dianjurkan adalah sabit bergerigi atau sabit biasa dan perontokan gabah dilakukan dengan menggunkan power tresher. Diusahakan kehilangan hasil sekecil mungkin dengan cara pengumpulan batang padi segera setelah disabit, pengangkutan dan tempat perontokan diberi alas yang cukup sehingga mengurangi kehilangan gabah. Gabah disimpang pada kadar air sekitar
12 persen (bila gabah digigit terasa keras dan berbunyi) dengan menggunakan wadah yang baik seperti k m g plastik atau karung goni. Agar diperoleh mutu giling dan rendemen beras yang baik, maka gabah diusahakan seragam dan bersih, gabah yang baru dikeringkan diangin-anginkan agar beras tidak pecah, dan sebelum digiling gabah dijemur kembali untuk menyeragamkan kadar airnya. Supaya
penerapan
teknologi
tersebut
berhasil,
maka
dilakukan
pendampingan secara kontinyu oleh detaser Prima Tani dan penyuluhan teknologi bididaya padi sawah yang meliputi teknologi sistem tanam legowo, pemupukan sesuai rekomedasi hasil uji tanah, pengendalian harna penyakit, penanganan pasca panen dan penangkaran benih. Selain itu, Prima Tani di Desa Karandu mendapat support teknologi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,
Balai Penelitian Padi Sukamadi, Loka Penelitian Sapi Potong Grati Ciawi, Balai Penelitian Tanah dan AgroMimat Bogor dan Unit Produksi Benih Sumber (UPBS) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Inovasi teknologi yang dikembangkan pada usahatani temak sapi adalah manajemen pemeliharaan temak, teknologi pengolahan limbah jerami sebagai pakan altematif, teknologi pengendalian penyakit pada temak dan pengolahan limbah temak sebagai pupuk organik. Aplikasi inovasi teknologi peternakan masih terbatas pada penyuluhan dan pelatihan. Pelatihan teknologi pengolahan jerami padi menjadi pakan temak dan pengolahan kotoran temak menjadi kompos telah dilaksanakan, namun belum diadopsi oleh petani karena hijauan pakan masih tersedia dan jumlah ternak yang dimiliki relatif masih sedikit 2 - 6 ekor per kepala keluarga. Selain itu, pengendalian penyakit pada temak baru pada tahap vaksinasi bekerja sama dengan Dinas Petemakan Kabupaten Konawe dan pembuatan contoh kandang temak satu unit. 5.2.2. Inovasi Kelembagaan
Pembentukan klinik agribisnis untuk mendukung pelaksanaan inovasi teknologi. Klinik agribisnis berfimgsi menjadi pusat pelayanan jasa konsultasi teknologi pertanian dan penyediaan sampel sarana produksi bagi kebutuhan wilayah Prima Tani. Pengunjung klinik agribisnis yang telah melakukan konsultasi pertanian berjumlah 540 orang baik yang berasal dari wilayah Prima Tani maupun dari luar wilayah Prima Tani. Materi yang dikonsultasikan petani pada umumnya adalah cara tanam legowo, cara pemupukan, cara penangkaran benih dan pengedalian hama penyakit pada tanaman padi. Selain itu, klinik agribisnis juga dilengkapi dengan perpustakaan mini yang menyediakan berbagai
informasi teknologi pertanian bempa leaflet, brosur, buku, dan informasi elektronik. Materi bempa brosur dan leaflet dapat diberikan kepada petani yang membutuhkan bila persediaan di klinik mencukupi. Pengembangan kelompok Tani ditempuh dengan strategi penggabungan seluruh warga masyarakat ke dalam kelompok tani yang telah ada, meskipun kelompok tani tersebut berdasarkan basis hamparan kepemilikan lahan sawah. Sampai saat ini telah dilakukan reshukturisasi sebanyak tujuh kelompok tani. Kelompok tani tersebut telah aktif dalam pengelolaan usahatani padi sawah, mulai dari penentuan waktu tanam, penentuan jenis varietas, pengadaan sarana produksi dan pengadaan alsintan. Setelah revitalisasi kelompok tani dilakukan, dibentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan nama "Prima Karya Mandiri". Gapoktan menjadi koordinator bagi seluruh kepentingan kelompok tani di Desa Karandu dan berperan dalam menjalin kerjasama dengan pihak luar. Pengurus Gapoktan terdiri dari seluruh pengurus inti kelompok tani (ketua, sekertaris dan bendahara). Pertemuan Gapoktan dilakukan sebulan sekali dengan membahas berbagai masalah serta rencana tindak lanjut dari masalah yang dihadapi. Pada umumnya yang menjadi topik pembahasan adalah penentuan waktu tanam, kebutuhan alsintan, pembagian kerja alsintan, penyediaan sarana produksi, kebutuhan teknologi dan pemasaran hasil pertanian. Untuk mendukung penentuan waktu tanam secara serempak maka dilakukan perbaikan irigasi dan pembentukan lembaga kelompok Petani Pengguna Pemakai Air (P3A). Perbaikan irigasi telah dilakukan oleh Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah bekerjasama dengan Diuas Pertanian Kabupten Konawe, sedangkan untuk mendukung percepatan pengolahan lahan diberikan bantuan 5 unit traktor dari Dinas Pertanian Kabupaten
Konawe yang difasilitasi oleh Tim Prima Tani. Penyediaan sarana produksi dilakukan kerjasama dengan PT. Pertani. PT. Pertani memasok sarana produksi sesuai dengan Rencana Dasar Kebutuhan kelompok (RDKK) yang disusun oleh kelompok tani dihawah bimbingan Tim Prima Tani sehingga teknologi pemupukan dapat diterapkan oleh petani. Lembaga penangkar henih telah terbentuk guna mendukung penggunaan varietas unggul dan benih bermutu, jumlah petani yang terlibat dalam pembinaan penangkaran benih sebanyak 75 orang dengan luas lahan penangkaran sudah mencapai 73 hektar. Bantuan benih dasar diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Konawe dan Unit Penangkaran Benih Sumber OJPBS) BPTP Sulawesi Tenggara sebanyak 1 825 kilogram. Produksi benih hasil penangkaran tersebut mencapai 120 ton. Hasil produksi petani berupa benih dipasarkan oleh PT. Pertani. Pada tahun 2007 telah dipasarkan 120 ton benih produksi Gapoktan dengan harga Rp. 2 500 per kilogram kepada 100 kelompok tani di Kabupaten Konawe. Lounching pemasaran benih dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Konawe. Kehutuhan lemhaga permodalan dilakukan dengan cara mendirikan koperasi "Prima Karya Sejahtera" yang telah mempunyai akte pendirian dari Dinas Koperasi Kabupaten Konawe. Hingga Desember 2007 jumah anggota koperasi sebanyak 87 orang dengan simpanan pokok Rp. 100 000, simpanan wajib Rp. 5 000 per bulan dan dibayar setelah panen. Bidang usaha adalah pengadaan saprodi, usaha pertokoan, dan usaha penangkaran benih padi. Jumlah modal koperasi sudah mencapai Rp. 30 000 000. Anggota koperasi yang ineillinjam untuk biaya operasional usahatani dikenakan biaya 5 persen dari total
pinjaman dan dibayar setelah panen. Untuk mendukung pengelolaan koperasi telah dilakukan pelatihan pengurus koperasi bekerjasama dengan Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Kabupaten Konawe dengan materi pelatihan adalah teknik pembentukan koperasi, teknik pengawasan koperasi dan teknik pembetukan jaringan kerjasama dengan pihak luar. 5.3. Karakteristik Petani
Keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya selain ditentukan oleh faktor ekstemal seperti kondisi alam, harga input dan output; juga ditentukan oleh kondisi karakteristik petani itu sendiri. Umur, tingkat pendidikan, ketersediaan tenaga kerja keluarga, dan pengalaman bertani merupakan peubah sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. Karakteristik petani yang dibahas dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusahatani padi, jumlah anggota keluarga, jurnlal~ angkatan kerja keluarga, frekwensi ikut pertemuan kelompok tani, dan frekwensi ikut penyuluhan pertanian. Karakteristik petani disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Petani Peserta dan Non-Perserta Prima Tani No Karakteristik petani
I
I Tani
I
I
1
Umur kepala keluarga (thn)
2
Pendidikan kepala keluarga (thn)
3
Pengalaman berusahatani (thn)
1 Jumlah anggota keluarga (orang) 1 Jumlah angkatan kerja (orang)
I
44.4
1 2.9 1
47.2
4.4
6
I I Frekwensi ikut pertemuan kelompok(kali/thn)
3.1
1.8
7
Frekwensi ikut penyuluhan (kaliltahun)
4.5
1.5
4 5
4.3
3.3
Umur petani peserta Prima Tani berkisar antara 27 sampai 70 tahun dengan rata- rata 44.4 tahun, sebanyak 80 persen yang berumur antara 27 - 55 tahun dan 20 persen berumur di atas 55 tahun, sedangkan umur petani non-peserta Prima Tani berkisar antara 30 sampai 70 tahun dengan rata-rata 47.2 tahun, sebanyak 76.6 persen berumur antara 30 - 55 tahun dan 23.3 persen yang berumur di atas 55 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur petani pada umumnya masih tergolong usia produktif, namun umur rata-rata petani peserta relatif lebih muda dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani. Umur sangat berkaitan kemampuan seseorang daliun melakukan pekerjaan, petani yang berumur muda dan sehat jasmani mempunyai kemapuan fisik lebih besar dibanding petani yang berumur lebih tua. Pendidikan kepala keluarga diukur berdasarkan lama pendidikan formal dan secara m u m tamat sekolah dasar. Tingkat pendidikan petani peserta Prima Tani berkisar antara 3 sampai 12 tahun dengan rata- rata 7.4 tahun, sebanyak 80 persen yang berpendidikan antara 6 - 12 tahun dan hanya 20 persen berpendidikan di bawah 6 tahun, sedangkan tingkat pendidikan petani responden non-peserta Prima Tani berkisar antara 2 sampai 12 tahun dengan rata-rata 5.8 tahun, sebanyak 56.6 persen berpendidikan antara 6 - 12 tahun dan 43.3 persen berpendidikan di bawah 6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan petani peserta relatif lebih baik jika dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap cara berpikir petani dalam pengambilan keputusan dan penerapan inovasi teknologi. Pengalaman berusahatani petani peserta Prima Tani berkisar antara 4 sampai 50 tahun dengan rata- rata 19.3 tahun, sebanyak 86.6 persen mempunyai
pengalaman usahatani antara 10 - 50 tahun dan 13.3 persen berpengalaman di bawah 10 tahun, sedangkan tingkat pengalaman petani non-peserta Prima Tani berkisar antara 7 sampai 45 tahun dengan rata-rata 20.8 tahun, sebanyak 93.3 persen berpengalaman antara 10 - 45 tahun dan 6.6 persen berpengalaman di bawah 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani cukup berpengalaman dalam mengelola usahataninya, namun pengalaman petani non-peserta Prima Tani relatif lebih baik dibandingkan dengan petani peserta Prima Tani. Pengalaman berusahatani merupakan suatu pelajaran dan pertimbangan bagi petani terhadap resiko yang mungkin terjadi dalam mengelola usahataninya. Jumlah anggota keluarga petani peserta Prima Tani berkisar antara 2 sampai 7 orang dengan rata- rata 4.4 orang, sebanyak 56.6 persen mempunyai jumlah anggota keluarga antara 2 - 4 orang dan 43.3 persen mempunyai anggota keluarga 5 - 7 orang, sedangkan jumlah anggota keluarga petani non-peserta Prima Tani, juga berkisar antara 2 sampai 7 orang dengan rata-rata 4.3 orang, sebanyak 60 persen mempunyai jumlah anggota keluarga antara 2 - 4 orang dan
40 persen mempunyai jumlah anggota keluarga 5 - 7 orang. Hal ini menunjukkan bahwa relatif tidak terdapat perbedaan yang cukup besar jumlah anggota keluarga antara petani peserta dan non-peserta Prima Tani. Jumlah anggota keluarga yang besar akan membutuhkan biaya hidup yang besar sehingga berpengaruli terhadap beban hidup rumahtangga petani. Jumlah angkatan kerja petani peserta Prima Tani berkisar antara 2 sampai 5 orang dengan rata- rata 2.9 orang, sebanyak 63.3 persen mempunyai jumlah angkatan kerja antara 2 - 3 orang dan 36.6 persen mempunyai angkatan kerja 4 - 5 orang, sedangkan jumlah angkatan kerja keluarga petani non-peserta Prima Tani
berkisar antara 2 sampai 5 orang dengan rata-rata 4.3 orang, sebanyak 66.6 persen mempunyai jumlah anggota keluarga antara 2 - 3 orang dan 33.3 persen mempunyai jumlah angkata kerja 4 - 5 orang. Hal ini menunjukkan bahwa relatif tidak terdapat perbedaan yang cukup besar jumlah angkatan keja keluarga antara petani peserta dan non-peserta Prima Tani. Jumlah angkatan kerja dalam anggota keluarga yang lebih besar merupakan sumber tenaga kerja yang potensial dalam kegiatan operasional usahatani. Frekwensi pertemuan kelompok petani peserta Prima Tani berkisar antara 2 sampai 5 kali per tahun dengan rata- rata 3.1 kali per tahun, sebanyak 56.6 persen mengikuti pertemuan kelompok antara 2
-
3 kali per tahun dan 43.3 persen
mengikuti pertemuan kelompok antara 4 - 5 kali per tahun, sedangkan frekwensi pertemuan kelompok petani non-peserta Prima Tani berkisar antara 1 sampai 3 kali per tahun dengan rata-rata 1.8 kali per tahun, sebanyak 80 persen mengikuti pertemuan kelompok antara 1 - 2 kali per tahun dan 20 persen mengikuti pertemuan kelompok 3 kali per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani peserta Prima Tani cukup dinamis dalam melakukan pertemuan kelompok guna membahas hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan usahataninya dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani. Frekwensi mengikuti penyuluhan petani peserta Prima Tani berkisar antara 3 sampai 8 kali per tahun dengan rata- rata 4.5 kali per tahun, sebanyak 63.3 persen mengikuti penyuluhan antara 3
-
4 kali per tahun dan 36.6 persen
mengikuti penyuluhan antara 5 - 8 kali per tahun, sedangkan frekwensi mengikuti penyuluhan petani non-peserta Prima Tani berkisar antara 1 sampai 3 kali per tahun dengan rata-rata 1.5 kali per tahun, sebanyak 86.6 persen mengikuti
penyuluhan antara 1 - 2 kali per tahun dan 13.3 persen mengikuti penyuluhan 3 kali per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani peserta Prima Tani cukup dinamis dalam mengikuti penyuluhan guna membahas masalah-masalah yang terjadi dalam usahataninya dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani. Keaktifan petani mengikuti penyuluhan diharapkan dapat merubah pola pikir mereka ke arah yang lebih rasional dengan menerima bentuk-bentuk perubahan teknologi yang berhubungan dengan peningkatan produksi usahataninya. 5.4. Keragaan Usahatani Petani
Keragaan usahatani dalam penelitian ini meliputi luas kepemilikan lahan, jumlah penggunaan benih, jumlah penggunaan pupuk, jumlah penggunaan pestisida, jumlah penggunaan tenaga kerja keluarga, jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan produksi yang diperoleh dalam setahun untuk usahatani padi dan perkebunan. Untuk usahatani peternakan meliputi jumlah pemilikiu~ bibit, jumlah penggunaan pakan, jumlah penggunaan obat, jumlah penggunaan tenaga kerja, dan produksi dalam setahun. 5.4.1, Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi petani peserta Prima Tani menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan input produksi per hektar berupa benih 27 kilogram, pupuk urea 197 kilogram, pupuk SP-36 100 kilogram, pupuk KC1 54 kilogram, pestisida 0.96 liter, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga 35 HOK (Hari Orang Kerja) dan tenaga kerja luar keluarga 27 HOK dengan produksi rata-rata per hektar sebesar 4 007 kilogram gabah kering panen dalam satu periode musim tanam. Untuk petani non-peserta Prima Tani rata-rata penggunaan input produksi per
hektar berupa benih 54 kilogram, pupuk urea 153 kilogram, pupuk SP-36 77 kilogram, pupuk KC1 40 kilogram, pestisida 1.26 liter, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga 33 HOK, dan tenaga keja luar keluarga 24 HOK dengan produksi rata-rata per hektar sebesar 5 408 kilogram gabah kering panen dalam satu periode musin1 tanam. Keragaan usahatani padi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Keragaan Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani per Hektar Keragaan usahatani padi Prima Tani
- Rata Non-Prima Tani
Penggunaan benih (kg) Penggunaan pupuk (kg) a. Urea
(70) 0.96
Pestisida (ltr)
(100) Penggunaan tenaga kerja WOK) a. Dalam keluarga b. Luar keluarga Produksi (kg)
I
35
33
27
24
4007
3420
ngan: Angka dalam kurung adalah persentase petani yang menggun kan sarana produksi
Petani peserta Prima Tani menggunakan benih berlabel (bersertifikasi) dengan sistem cara tanam pindah legowo, sedangkan petani non-peserta Prima Tani menggunakan benih tidak berlabel dengan cara tanam pindah biasa. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani padi terdiri dari beberapa komponen kegiatan yaitu mulai dari pembuatan persemaian, pencabutan bibit, pengolahan
lahan, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama penyakit, panen dan pasca panen serta pengangkutan. Tenaga kerja luar keluarga umumnya digunakan pada kegiatan pengolahan lahan, penanaman dan panen. Keragaan penggunaan pupuk petani peserta Prima Tani menunjukkan bahwa, sebanyak 100 persen menggunakan pupuk urea dan SP-36, namun hanya 70 persen yang menggunakan pupuk KCl, sedangkan petani non-peserta Prima Tani sebanyak 100 persen menggunakan pupuk urea, 83.3 persen menggunakan pupuk SP-36, dan 50 persen menggunakan pupuk KCI. Tingkat penggunaan pupuk petani peserta yang relatif merata dan berimbang karena adanya kerjasama antara Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan PT. Pertani dalam penyediaan pupuk yang difasilitasi oleh manajer Prima Tani. Pemberantasan hama dan penyakit dengan menggunakan pestisida dilakukan oleh semua petani, namun petani non-peserta Prima Tani menggunakan pestisida dengan jumlah yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena petani beranggapan bahwa semakin banyak dosis pestisida yang digunakan, maka akan semakin mempercepat pemusnahan hama dan penyakit tanpa memperhatikan ambang batas serangan. 5.4.2. Keragaan Usahatani Kebun
Keragaan usahatani kebun meliputi penggunaan pupuk, penggunaan pestisida, penggunaaan tenaga kerja keluarga dan jumlal~produksi per hektar. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani peserta Prima Tani rata-rata mengunakan input produksi bernpa pupuk urea sebesar 115 kilogram, pupuk SP36 73 kilogram, pupuk KC1 49 kilogram, pestisida 1.90 liter, tenaga kerja keluarga 38 HOK dengan produksi rata-rata sebesar 353 kilogram per tahun. Untuk Petani non-peserta Prima Tani rata-rata menggunakan input produksi berupa pupuk urea
103 kilogram, pupuk SP-36 86 kilogram, pupuk KC1 76 kilogram, pestisida 2.75 liter, penggunaan tenaga kerja keluarga 46 HOK dengan produksi rata-rata per hektar sebesar 325 kilogram per tahun. Keragaan usahatani kebun disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Keragaan Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani per Hektar
+ --
Keragaan usahatani kebun Penggunaan pupuk (kg) a. Urea
Rata - Rata Prima Tani I Non-Prima Tani
Pestisida (ltr) Tenaga kerja keluarga (HOK) Produksi (kg) Keragaan penggunaan pupuk menunjukkan bahwa petani peserta Prima Tani dalam usahatani kebunnya hanya 63.3 persen yang menggunakan pupuk urea, 40 persen menggunakan pupuk SP-36, dan 46.6 persen menggunakan pupuk
KC1. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan mengunakan pestisida oleh semua petani, baik peserta maupun non peserta Prima Tani. Untuk petani non-peserta Prima Tani hanya 53.3 persen yang menggunakan pupuk urea, 33.3 persen menggunakan SP-36 dan KCl. Produksi yang diperolell petani peserta masih lebih besar dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani.
5.4.3. Keragaan Usahatani Ternak
Keragaan usahatani ternak sapi meliputi jumlah penggunaan pakan, jumlah penggunaan obat, jumlah penggunaan tenaga kerja keluarga, dan produksi daging per ekor. Petani peserta rata-rata menggunakan input produksi per ekor dalam usahatani ternaknya berupa pakan rumput dam 793 kilogram, dedak 34 kilogram, obat-obatan 63 milli liter, dan tenaga kerja keluarga 26 HOK dengan produksi rata-rata per ekor 126 kilogram per tahun. Untuk petani non-peserta Prima Tani jumlah penggunaan pakan rumput alam 646 kilogram, dedak 25 kilogram, obatobatan 33 milli liter, dan tenaga kerja keluarga 39.87 HOK dengan produksi ratarata per ekor 115 kilogram per tahun. Keragaan usahatani ternak disajikan pada
Tabel 6. Keragaan Usahatani Temak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani per Ekor --
-
-
No Keragaan usahatani ternak 1
Rata - Rata Prima Tani ] Non-Prima Tani
Jumlah penggunaan pakan (kg) a. Rumput alam b. Dedak
2
Jumlah penggunaan obat (ml)
3
Penggunaan tenaga kerja keluarga (I-IOK)
4
Produksi (kg) Hasil analisis menunjukkan bahwa semua petani peserta Prima Tani
menggunakan rumput alam dan dedak sebagai pakan ternak serta melakukan pengobatan ternak sebagai langkah preventif untuk menjaga kesehatan ternak.
Penggunaan pakan rumput alam dan dedak digunakan pada saat temak dikandangkan sebagai pakan tambahan setelah digembalakan. Untuk petani nonpeserta Prima Tani hanya 63.3 persen yang menggunakan dedak sebagai pakan tambahan dan 60 persen yang melakukan eng gob at an sebagai langkah preventif untuk menjaga kesehatan ternak. Ini mengindikasikan bahwa petani peserta Prima Tani sudah menyadari akan pentingnya pemberian pakan tambahan terhadap peningkatan bobot badan, namun pemberian pakan dedak tidak terlalu berbeda karena adanya persepsi petani bahwa pemberian dedak yang berlebihan akan menyebabkan terjadi kemandulan pada ternak, sedangkan usahatani temak yang dilakukan adalah sistem pembibitan. Walaupun tidak terjadi perbedaan jumlah produksi yang cukup besar, tetapi usahatani temak petani peserta dengan total jumlah bibit 51 ekor mampu menghasilkan daging 6 424 kilogram, sedangkan usahatani ternak petani nonperserta Prima Tani dengan totaI jumlah bibit 55 ekor hanya mampu menghasilkan daging 6 325 kilogram per tahun. Ini berarti bahwa produktivitas temak per ekor petani pesel-ta sebesar 126 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 115 kilogram, sehingga usahatani temak sapi petani peserta mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani. Produktivitas usahatani temak petani peserta lebih besar karena adanya pemberian pakan alam yang lebih intensif, namun tidak terlalu signifikan dalam peningkatan bobot badan jika dibandingkan dengan menggunakan konsentrat dan jenis pakan unggul seperti rumput raja (Pennisetum hybreed), gamal (Gliricidia sepium) dan lantoro (Leucaene leucocephala).
V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA T A N
Sumber pendapatan usahatani rumahtangga berasal dari usahatani padi, usahatani kebun dan usahatani temak. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, sedangkan biaya adalah pengeluaran petani selama kegiatan proses produksi berlangsung. Biaya dalam usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai pada saat kegiatan proses produksi berlangsung, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang tidak hams dibayarkan secara tunai setiap tahapan proses produksi akan tetapi diperhitungkan per periode waktu. Pendapatan usahatani yang diukur adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan penerimaan total yang telah dikurangi dengan biaya tunai yang dikeluarkan baik berupa biaya variabel maupun biaya tetap. Biaya total adalah biaya dalam bentuk tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.
6.1. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani Pengeluaran usahatani padi yang merupakan biaya tunai adalah biaya benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCI, pestisida, sewa traktor, upah tenaga kerja luar keluarga, biaya bawon, iman irigasi dan pajak lahan, sedangkan biaya yang
diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga. Analisis biaya dan pendapatan usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani masingmasing disajikan pada Tabel 7 dan 8. Tabel 7. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Peserla Prima Tani per Hektar Junlah 4007 kg
Nilai (RP) 8 082 119
27 kg b. Pupukurea
197 kg
c. PupukSP-36
100 kg
d. PupukKCI e. Pestisida
54 kg 0.96 itr
f. Traktor g. Tenaga kerja luar keluarga
27 hok
h. Bawon
286 kg
i. Pajak j.
Iuran irigasi
Total Biaya Tunai Biaya yang diperhitungkan
I 4
a. Tenaga kerja keluarga
35 hok
( Total Biaya I
5
1 Pendapatan atas biaya tunai
I
6
( Pendapatan atas biaya total I
7
RC- rasio
Ilasil analisis biaya dan pendapatan usahatani padi (Tabel 7) petani peserta per hektar dalam satu periode musim tanam menunjukkan bahwa total penerimaan sebesar Rp. 8 082 119 dengan total biaya tunai Rp. 2 629 306 sehingga diperoleh
pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp. 5 452 813. Namun setelah biaya tenaga kerja keluarga diperhitungkan, inaka diperoleh pendapatan atas total biaya sebesar Rp. 4 325 813 dengan RC-rasio sebesar 2.15. Artinya setiap pengeluaran Rp. 100 dalam usahatani padi, maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 215. Komponen biaya tunai terbesar berlurut-turut adalah penggunaan tenaga kerja luar keluarga 32 persen, biaya bawon 22 persen, dan penggunaan pupuk 21 persen dari total biaya tunai. Nanun bila dilihat dari seluruh komponen pembiayaan yang dikeluarkan, maka biaya penggunaan tenaga kerja keluarga paling besar yaitu 30 persen dari total biaya yang ada. Penerimaan usahatani padi (Tabel 8) petani non-peserta Prima Tani per hektar dalam satu periode musim tanam adalah sebesar Rp. 6 569 820 dengan biaya tunai sebesar Rp. 2 343 188 sehingga diperoleh pendapatan tunai sebesar Rp. 4 226 632. Namun setelah biaya tenaga kerja keluarga diperhitungkan, maka diperoleh pendapatan atas total biaya sebesar Rp. 3 178 882 dengan RC-rasio 1.93. Artinya setiap pengeluaran Rp. 100 dalam usahatani padi, maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 193. Komponen biaya tunai ketiga terbesar berturut-turut adalah penggunaan tenaga kerja luar keluarga 32 persen, penggunaan pupuk 21 persen dan biaya bawon 20 persen. Namun bila dilihat dari seluruh koinponen biaya yang dikeluarkan, maka biaya penggunaan tenaga kerja keluarga paling besar yaitu 31 persen dari total biaya yang ada. Petani non-peserta Prima Tani menggunakan benih yang diproduksi sendiri dengan jumlah yang lebih besar karena daya tumbuh benih yang digunakan sangat rendah sehingga petani mengantisipasi kecukupan bibit dengan menabur benih yang lebih banyak. Jenis pestisida yang digunakan umumnya adalah decis, lindomin dan spontan.
Tabel 8. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Petani Non-Peserta PrimaTani per Hektar
3420 kg
Harga (RP) 1921
Nilai (RP) 6 569 820
54 kg
2 040
110 160
153 kg
1 420
217 260
c. Pupuk SP-36
77 kg
1856
142 912
d. PupukKC1
40 kg
3 063
122 520
1.26 ltr
69 533
87 612
Jumlah
No Uraian
1
Penerimaan
2
BiayaTunai a. Benih b. Pupuk urea
e. Pestisida
420 000
f. Traktor g. Tenaga kerja luar keluarga
24 hok
31 500
756 000
h. Bawon
244 kg
1 921
468 724 18 000 -
i. Pajak j.
Iuran irigasi
2 343 188
Total Biaya Tunai
3
Biaya yang diperhitungkan a. Tenaga kerja keluarga
33 hok
31 750
1 047 750
4
Total Biaya
3 390 938
5
Pendapatan atas biaya tunai
4 226 632
6
Pendapatan atas biaya total
3 178 882
1 7
RC- rasio
1.93
Upah tenaga kerja laki-laki sekitar Rp. 35 000 dan perempuan Rp. 30 000 per hari (8 jam kerja per hari), sedangkan biaya bawon yaitu 14:l. Artinya setiap
14 kilogram gabah, maka keluar 1 kilogram untuk biaya bawon. Belum adanya keseimbangan penggunaan pupuk atau rasionalisasi pemupukan petani nonpeserta Prima Tani sehingga produksi yang dicapai masih rendah. Selain itu, terjadi perbedaan harga rata-rata produksi karena adanya beberapa petani peserta
Prima Tani yang memproduksi dalam bentuk benih dengan harga jual Rp. 2 500 per kilogram, sehingga disamping jumlah produksi yang lebih besar juga nilai produksi dari hasil penjualannya meningkat. 6.2. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Pesrta Prima Tani Pengeluaran usahatani kebun yang merupakan biaya tunai adalah biaya pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KC1, pestisida dan pajak lahan, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga. Analisis biaya dan pendapatan usahatani kebun per hektar petani peserta dan non-peserta Prima Tani masing-masing disajikan pada Tabel 9 dan 10. Tabel 9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Peserta PrimaTani per Hektar Uraian
353 kg
Penerimaan Biaya Tunai a. Pupuk urea b. Pupuk SP-36
Harga (RP) 15 645
Jumlah
1
I
115 kg
I
73kg(
Nilai (RP) 5 522 685
]
140 300
16351
119355
1220
d. Pestisida e. Pajak Total Biaya Tunai Biaya yang diperhitungkan a. Tenaga kerja keluarga
38 hok
31150
1183700
Total Biaya
1 720 540
Pendapatan atas biaya tunai
4 985 845
Pendapatan atas biaya total
3 802 145
RC- rasio
3.21
Penerimaan usahatani kebun (Tabel 9) petani peserta sebesar Rp. 5 522 685 dengan biaya tunai sebesar Rp. 536 840 sehingga diperoleh pendapatan tunai sebesar Rp. 4 985 845. Nanlun setelah biaya tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan, maka diperoleh pendapatan atas total biaya sebesar Rp. 3 802 145 per tahun. Komponen biaya terbesar adalah penggunaan tenaga kerja keluarga sebesar 69 persen, sedangkan penggunaan input berupa pupuk hanya 23 persen dari total biaya usahatani kebun. Hasil RC-rasio diperoleh 3.21, artinya setiap pengeluaran biaya produksi petani pada usahatani kebun Rp. 100, maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 321. Tabel 10. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kebun Petani Non-Peserta Prima Tani per Hektar Uraian Penerimaan
Jumlah 325 kg
Biaya Tunai a. Pupukurea
103 kg
b. Pupuk SP-36
86 kg
c. PupukKCl
76 kg
d. Pestisida
2.75 llr
e. Pajak Total Biaya Tunai Biaya yang diperhitungkan a. Tenaga kerja keluarga Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total RC- rasio
46 hok
Harga (RP) 18 059
Penerimaan petani non-Peserta Prima Tani (Tabel 10) yang diperoleh dari usahatani kebun sebesar Rp. 5 869 175 dengan biaya tunai sebesar Rp. 71 1 457 sehingga diperoleh pendapatan tunai sebesar Rp. 5 157 718. Namun setelah biaya tenaga kerja keluarga diperhitungkan, maka pendapatan yang diperoleh atas biaya total sebesar Rp. 3 73 1 718. Komponen biaya terbesar adalah penggunaan tenaga kerja keluarga sebesar 67 persen dari total biaya yang ada, sedangkan penggunaan input berupa pupuk hanya 24 persen dari total biaya usahatani kebun. Hasil RCrasio diperoleh sebesar 2.74, artinya setiap pengeluaran petani pada usahatani kebun Rp. 100, maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 274. Penggunaan pupuk dalam usahatani kebun relatif masih rendah karena keterbatasan modal petani dalam membeli pupuk sehingga lebih memprioritaskan pemupukan pada tanaman padi yang merupakan usahatani utama. Rendahnya penggunaan pupuk menyebabkan produksi per hektar yang dicapai masih rendah, narnun jika dibandingkan tingkat produksi kebun, petani peserta masih lebih tinggi dibandingkan dengan petani non-peserta Prima Tani. Ada perbedaan harga rata-rata produksi kebun karena pada umumnya petani peserta mengusahakan tanaman perkebunan kakao dengan harga Rp. 15 645 per kilogram, sedangkan petani non-peserta Prima Tani pada urnunya mengusahakan tanaman lada dengan harga Rp. 18 059 per kilogram. 6.3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak Petani Peserta dan Nan-Peserta Prima Tani Pengeluaran usahatani temak yang merupakan biaya tunai adalah biaya bibit temak sapi, pakan dedak dan obat-obatan, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya penyusutan
kandang. Petani dalam mengelola usahatani temaknya belum ada yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Analisis biaya dan pendapatan usahatani ternak per tahun petani peserta dan non-peserta Prima Tani disajikan masingmasing pada Tabel 1l dan 12. Tabel 11. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Ternak Petani Peserta PrimaTani per Ekor No Uraian
Jumlah
I
Harga
I
Nilai
Penerimaan a. Bibit
1
1 ekor 2 681 818
1
2681 818
1
b. Pakandedak
c. Obat Total Biaya Tunai
3
Biaya yang diperhitungkan a. Tenaga kerja keluarga
26 hok
32 500
845 000
b. Penyusutan kandang
27 765
Total biaya yang diperhitungkan
872 765
4
Total Biaya
3 635 083
5
Pendapatan atas biaya tunai
3 537 682
6
Pendapatan atas biaya total
2 664 917
7
RC-rasio
1.73
Hasil analisis (Tabel 1 1) n~enunjukanbahwa rata-rata penerirnaan usahatani ternak per ekor petani peserta sebesar Rp. 6 300 000 per tahun atau setara dengan
126 kilogram daging dengan harga Rp. 50 000 per kilogram. Penerimaan tersebut setelah dikurangi dengan biaya tunai sebesar Rp. 2 762 318, maka diperoleh pendapatan tunai sebesar Rp. 3 537 682. Namun setelah diperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga dan penyusutan kandang sebesar Rp. 872 765, maka diperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 2 664 917. Komponen biaya
terbesar dalam usahatani temak adalah harga bibit ternak sebesar 74 persen dan biaya tenaga kerja keluarga 23 persen dari total biaya usahatani temak. Hasil RCrasio diperoleh 1.73, artinya setiap pengeluaran petani pada usahatani ternak Rp. 100, maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 173. Tabel 12. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Temak Petani Non-Peserta Prima Tani per Ekor No I Uraian 1
Jumlah
Harga (RP) 115kg1 50000
I Penerimaan
1 I
b. Pakan dedak
I
c. Obat
a. Bibit
I
I I1
25 kg
I1
700
33 ml
I
1500
22 hok
1
31 500
Nilai
1 ekor 2766 120
Total Biaya Tunai 3
1 /
Biaya yang diperhitungkan a. Tenaga kerja keluarga
1
b. Penyusutan kandang
I
Total biaya yang diperhitungkan 4
I
Total Biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total
Hasil analisis (Tabel 12) menunjukan bahwa rata-rata penerimaan usahatani ternak per ekor petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp 5 750 000 per tahun atau setara dengan 115 kilogram daging dengan harga Rp. 50 000 per kilogram. Penerimaan tersebut setelah dikurangi dengan biaya tunai sebesar Rp. 2 833 120, maka diperoleh pendapatan tunai sebesar Rp. 2 916 880. Namun setelah diperhitungkan biaya tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan kandang
sebesar Rp. 718 218, maka diperoleh pendapatan atas biaya total dalam usahatani temak sebesar Rp. 2 664 917. Komponen biaya terbesar dalam usahatani temak adalah harga bibit ternak sebesar 78 persen dan biaya tenaga kerja keluarga 20 persen dari total biaya usahatani temak. Hasil RC-rasio diperoleh 1.61, artinya setiap pengeluaran petani pada usahatani temak Rp. 100, maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 161. 6.4. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
Pendapatan total rumal~tanggamerupakan penjumlahan dari pendapatan usahatani padi, pendapatan usahatani kebun, pendapatan usahatani temak dan pendapatan luar usabatani yang diperoleh petani selama dalam waktu satu tahun, sedangkan pengeluaran konsumsi rumahtangga merupakan penjumlahan dari pengeluaran konsurnsi pangan, pengeluaran konsumsi non pangan petani selama dalam waktu satu tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa, pendapatan usahatani padi memberikan kontribusi terbesar pertama dan ternak memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap pendapatan total n~mahtangga baik petani paserta, maupun-non peserta Prima Tani. Terjadi perbedan kontribusi pendapatan sekitar 10 persen antara petani peserta dan non-peserta Prima Tani dari usahatani padi dan curahan kerja luar usahatani sekitar 8 persen terhadap penadapatan total rumahtanga. Hal ini dapat dijelaskan bahwa petani peserta Prima Tani lebih mencurahkan waktunya terhadap usahataninya dengan penerapan inovasi teknologi dari Prima Tani, sehingga curahan kerja luar usahatani lebih rendah dari pada petani non-peserta Prima Tani. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani per Tahun No Uraian
4
Total peng. RT. (Rplthn)
5.
Stok 2-4 (Rpltahun)
Prima Tani
Non Prima Tani
10 145 323
9 268 642
5446210
2742535
Persentase (%) P.Tani
100
1 Non
100
Pendapatan total rumahtangga petani peserta Prima Tani selalna satu tal~un sebesar Rp. 15 591 533, sedangkan pendapatan total rumahtangga petani nonpeserta Prima Tani sebesar Rp. 12 061 177. Perbedaan pendapatan tersebut terjadi karena umumnya produktivitas usahatani petani peserta Prima Tani lebih tinggi karena adanya penerapan inovasi teknologi dari Prima Tani dari pada petani nonpeserta Prima Tani. Dari sisi pengeluaran nunahtangga, baik petani peserta maupun non-peserta Prima Tani mempunyai pengeluaran terbesar untuk konsumsi pangan masing-masing sebesar 59.8 persen d m 61.7 persen dari total pengeluaran konsumsi dalam satu tahun, sedangkan pengeluaran untuk konsumsi lion pangan masing-masing sebesar 40.2 persen petani peserta dan 38.3 persen petani nonpeserta Prima Tani. Ini berarti bahwa konsumsi pangan masih merupakan prioritas utanla bagi petani dari pada konsumsi non pangan. Pendapatan total tersebut
setelah dikurangi dengan total pengeluaran konsumsi, maka diperoleh sisa stok petani peserta Prima Tani sebesar Rp. 5 446 210 dan petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp. 2 742 535 per tahun. Stok tersebut digunakan untuk pengadaan sarana produksi pada kegiatan usahatani berikutnya. Hasil uji T untuk pendapatan dari usahatani padi mempunyai nilai T value 2.142 lebih besar dari pada nilai T tabel 1.699 pada taraf a
=
5 persen. Ini
mengindikasikan bahwa program Prima Tani berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani dari usahatani padi, sedangkan hasil uji T untuk pendapatan dari usahatani kebun mempunyai nilai T value 0.136, usahatani temak mempunyai nilai T value 1.295, dan pendapatan luar usahatani mempunyai nilai T value 1.176 lebih kecil dibandingkan dengan T tabel 1.699. Pendapatan dari usahatani kebun dan ternak tidak berpengaruh nyata terhadap program Prima Tani kkarena petani belum banyak mengadopsi teknologi ke dalam usahatani kebun dan ternak. Selain itu, usahatani kebun dan temak bukan mempakan usahatani pokok petani. Pendapatan luar usahatani petani, juga tidak berpengaruh nyata terhadap program Prima Tani, ha1 ini disebabkan alokasi waktu kerja petani lebih banyak dicurahkan ke dalam usahatani padi karena adanya penerapan inovasi teknologi dari program Prima Tani. Hasil uji T pendapatan total mmahtangga pada taraf a
=
5 persen
mempunyai nilai T value 3.149 lebih besar dibandingkan dengan T tabel 1.699. Ini mengindikasikan bahwa program Prima Tani berpengamh nyata terhadap pendapatal total rumahtangga, ha1 ini disebabkan karena pendapatan usahatani memberikan kontribusi terbesar dalam pendapatan total rumahtangga.
-
VII. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
Setelah melakukan beberapa alternatif spesifikasi model, maka akhirnya diperoleh model
faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan ekonomi
rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani. Hasil pendugaan model ekonomi mahtangga petani peserta memiliki nilai koefisien determinasi (R2) masing-masing persamaan perilakunya berkisar antara 0.48687 sampai 0.97685, sedangkan petani non-peserta Prima Tani memiliki nilai koefisien determinasi
(R2) masing-masing persamaan perilakunya berkisar antara 0.31807 sampai 0.96968 (Lampiran 3 dan 4). Dari 15 persamaan struktural, 14 persamaan memiliki nilai R2 lebih dari 70 persen dan hanya 1 persamaan memiliki nilai R2 kurang dari 50 persen untuk petani peserta, sedangkan petani non-peserta hanya
11 persamaan yang memiliki nilai R2 lebih dari 70 persen dan 4 persamaan memiliki nilai R2 kurang dari 50 persen, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pendugaan model yang dilakukan cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum variabel-variabel penjelas yang ada dalam persamaan perilaku mampu menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Besaran nilai statistik uji F umumnya tinggi, yaitu berkisar antara 8.22 sampai 150.31 untuk petani peserta, sedangkan petani non-peserta Prima Tani berkisar antara 4.04 sampai 161.45. Ini berarti bahwa variasi variabel-variabel penjelas dalam setiap persamaan perilaku dalam model secara bersama-sama mampu menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Tanda parameter dugaan dalam model tidak semua sesuai dengan yang diharapan berdasarkan teori dan logika ekonomi, tetapi masih dapat dijelaskan sesuai dengan kondisi di daerah
penelitian, sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dibangun cukup baik untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga (produksi, curahan tenaga kerja, dan pengeluaran) rumahtangga petani di lokasi penelitian. Adapun model faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga terdiri dari beberapa persamaan struktural sebagai berikut. 7.1. Produksi Padi Hasil dugaan parameter persamaan produksi padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, kecuali jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta, serta jumlah penggunaan pupuk SP-36 dan pestisida untuk petani non-peserta Prima Tani. Koefisien determinasi ( R ~ )menunjukkan nilai masing-masing 0.97685 dan 0.79219. Ini berarti bahwa variasi produksi padi petani peserta sebesar 97.68 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 79.21 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel penjelas tersebut adalah luas areal padi (LAP), curahan kerja dalam usahatani padi (CKP), jumlah penggunaan benih padi (JPB), jumlah penggunaan pupuk urea (JUR), jumlah penggunaan pupuk SP36 (JSP), jurnlah penggunaan pupuk KC1 (JKC), jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga (JTL), dan jumlah penggunaan pestisida (JPS). Nilai uji F-hitung petani peserta 110.75 dan petani non-peserta Prima Tani 10.01, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan produksi padi dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani. Hasil dugaan parameter dan elastisitas produksi padi disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
Keterangan : a = berbeda nyata pada taraf a = 5 % b = berbeda nyata pada taraf a = 10 % c = berbeda nyata pada taraf a = 15 % d = berbeda nyata pada taraf a = 20 % Luas areal padi berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi padi. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.040642 dan 0.050161, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka produksi padi petani peserta akan meningkat 4.0642 kilogram dan petani non-peserta Prima
Tani 5.0161 kilogram gabah kering panen. Ada keterkaitan antara produksi padi dengan luas areal padi. Nilai elastisitas produksi padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar 0.050 dan 0.082. Besamya nilai elastisitas menunjuWcan
bahwa produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal padi. Curahan keja dalam usahatani padi berhubungan positif dan berpengasuh nyata terhadap produksi. Nilai dugaan parameter masing-masing 23.84213 dan 40.50871, artinya jika terjadi peningkatan curahan keja dalam usahatani padi 1
HOK, maka produksi padi petani peserta akan ineningkat 23.84213 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 40.50871 kilogram gabah kering panen. Ada keterkaitan antara produksi padi dengan curahan kerja dalam usahatani padi. Nilai elastisitas produksi padi terhadap curahan kerja dalam usahatani padi masingmasing sebesar 0.198 dan 0.344. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja dalam usahatani padi. Jumlah pengggunaan benih berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap produksi padi petani peserta. Nilai dugaan parameter masingmasing 50.68005 dan 2.084006, artinya jika terjadi peningkatan jumlah penggunaan benih 1 kilogram, maka produksi padi petani peserta akan meningkat 50.68005 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 2.084006 kilogram gabah kering panen. Ada keterkaitan antasa produksi padi dengan jumlah penggunaan benih. Nilai elastisitas produksi padi terhadap jumlah penggunaan benih masingmasing sebesar 0.346 dan 0.035. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi padi petani peserta dan inon-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan benih. Jumlah penggunaan pupuk urea berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terl~adapproduksi padi petani peserta. Nilai dugaan parameter masing-
masing 5.274174 dan 0.982660, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan pupuk urea 1 kilogram, maka produksi padi petani peserta akan meningkat 5.274174 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 0.982660 kilogram gabah kering panen. Ada keterkaitan antara produksi padi dengan jumlah penggunaan pupuk urea. Nilai elastisitas produksi padi terhadap jumlah penggunaan pupuk urea masing-masing sebesar 0.259 dan 0.049. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pupuk urea. Jumlah penggunaan pupuk SP-36 petani peserta berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi padi, sedangkan jumlah penggunaan pupuk SP-36 petani non-peserta Prima Tani berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi padi. Nilai dugaan parameter masing-masing 5.342633 dan -1.06269, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan pupuk SP-36 1 kilogram, maka produksi padi petani peserta akan meningkat 5.342633 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani akan menurun 1.06269 kilogram gabah kering panen. Ada keterkaitan antara produksi padi petani peserta dengan jumlah penggunaan pupuk SP-36, sedangkan produksi padi petani non-peserta Prima Tani tidak ada hubungan keterkaitan dengan jumlah penggunaan pupuk SP-36. P e n m a n produksi petani non-peserta Prima Tani bisa terjadi karena belum ada rekomendasi rasionalisasi penggunaan pupuk, sehingga petani menggunakan pupuk SP-36 yang melebihi dosis yang dibutuhkan oleh tanaman. Penggunaan pup& yang melebihi dosis secara intensif menyebabkan kandungan residual pupuk mengganggu unsur hara yang diharapkan terbentuk dari penggunaan pupuk kimia, sehingga kondisi ini mengakibatkan pH tanah tidak kondusif untuk
101
tanaman yang dapat menyebabkan penurunan produksi. Nilai elastisitas produksi padi terhadap penggunaan pupuk SP-36 masing-masing sebesar 0.133 dan -0.022. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pupuk SP-36. Jumlah penggunaan pupuk KC1 berhubungan positif dan beipengaruh tidak nyata terhadap produksi padi. Nilai dugaan parameter masing-masing 1.370306 dan 1.58747, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan pupuk KC1 1 kilogram, maka produksi padi petani peserta akan meningkatkan 1.370306 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 1.58747 kilogram gabah kering panen. Ada keterkaitan antara produksi padi dengan jumlah penggunaan pupuk KCl. Nilai elastisitas produksi padi terhadap penggunaan pupuk KC1 masing-masing sebesar 0.020 dan 0.010. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pupuk KCI. Jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi padi, sedangkan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani non-peserta Prima Tani berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi padi. Nilai dugaan parameter masing-masing -14.9379 clan 16.25079, artinya jika terjadi peningkatan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga, maka produksi padi petani peserta akan menurun 14.9859 kilogram dan produksi petani non-peserta Prima Tani akan meningkat 16.25079 kilogram gabah kering panen. Produksi padi petani peserta tidak ada kerkaitan dengan junllah penggunaan tenaga kerja luar
keluarga. Hal ini dapat dijelaskan bahwa cara tanam yang digunakan oleh petani peserta Prima Tani adalah cara tanam pindah legowo. Cara tanam pindah legowo memerlukan tenaga kerja penanam lebih banyak dibandingkan dengan cara tanam pindah biasa dan cara tanam benih langsung, sehingga mengakibatkan jumlah penggunaaan tenaga kerja luar keluarga sudah melebihi dari ambang kebutuhan yang sesungguhnya jika dibandingkan dengan luas kepemilikan lahan yang diolah. Prinsip dasar cara tanam pindah legowo menjadikan semua basisan rumpun tanaman seolah-olah berada di bagian pinggir, sehingga semua tanaman mendapat efek sanlping matahari yang sama sehingga dapat meningkatkan produksi. Selain itu, cara tanam legowo juga memudahkan penyiangan dan pemupukan karena adanya lorong di antara barisan tanaman. Nilai elastisitas produksi padi terhadap jumlah penggunaan tenaga kerja keluarga masing-masing sebesar -0.072 dan 0.089. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Jumlah penggunaan pestisida petani peserta berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi padi, sedangkan jumlah penggunaan pestisida petani non-peserta Prima Tani berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi padi. Nilai dugaan parameter masing-masing 318.0697 dan -158.860, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan pestisida 1 liter per hektar, maka produksi padi petani peserta akan meningkat 318.0697 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani akan menurun 158.680 kilogram gabah kering panen. Ada keterkaitan antara produksi padi petani peserta dengan jumlah penggunaan pestisida, sedangkan produksi padi petani non-peserta Prima
Tani tidak ada keterkaitan dengan jumlah penggunaan pestisida. Terjadinya penurunan produksi petani non-peserta Prima Tani karena penggunaan pestisida terhadap usahatani padi dilakukan secara kuratif. Penggunaan pestisida yang se~nakinbanyak akan mengakibatkan menurwmya kualitas lahan akibat residu pestisida yang ikut mencemari lahan dan hama penyakit menjadi semakin tahan terhadap pestisida. Nilai elastisitas produksi padi terhadap penggunaan pestisida masing-masing sebesar 0.076 dan -0.065. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pestisida. 7.2. Produksi Kebun
Nasil dugaan parameter persamaan produksi kebun menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, kecuali curahail kerja dalam usahatani kebun, jumlah penggunaan pestisida, dan jumlah penggunaan pupuk SP-36. Koefisien determinasi (R') menunjukkan nilai masing-masing 0.95549 dan 0.90177. Ini berarti bahwa variasi produksi usahatani kebur~petani peserta sebesar 95.54 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 90.17 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel penjelas tersebut adalah luas areal kebun (LAK), curahan kerja dalanl usahatani kebun (CKK), jumlah penggunaan pupuk urea (JURK), jumlah penggunaan pupuk SP-36 (JSPK), jumlah penggunaan pupuk KC1 (JKCK), dan jumlah penggwlaan pestisida (JPSK). Nilai uji F-hitung petani peserta 82.29 dan petani non-peserta Prima Tani 35.19, artinya secara bersama-sanla variabel penjelas dari persamaan produksi kebun dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku
produksi usahatani kebun. Hasil dugaan parameter dan elastisitas produksi kebun disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
Luas areal kebun berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi kebun. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.034804 dan 0.027857, artiiiya jika terjadi peningkatan luas areal kebun 100 meter persegi, maka produksi kebun petani peserta akan meningkat 3.4804 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 2.7857 kilogram. Artinya ada keterkaitan antara produksi kebun dengan luas areal kebun yang dimiliki oleh petani. Nilai elastisitas produksi kebun terhadap luas areal kebung masing-masing sebesar 0.988 dan 0.859. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi kebun petani peserta dan nonpeserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal kebun. Curahan kerja dalam usahatani kebun berhungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terlladap produksi kebun petani peserta, sedangkan curahan kerja
dalam usahatani kebun petani non-peserta Prima Tani berpengaruh nyata terhadap produksi kebun. Nilai dugaan parameter masing-masing -2.25203 dan -6.82566, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja dalam usahatani kebun 1 HOK, maka produksi kebun petani peserta akan berkurang 2.25203 kilogram dan petani petani non-peserta Prima Tani 6.82566 kilogram. Curallan kerja dalam usahatani kebun tidak ada hubungan saling keterkaitan dengan produksi kebun. Hal ini dapat dijelaskan bahwa curahan kerja dalam kegiatan usahatani kebun telah melebihi proporsi pekerjaan yang ada, karena ada kecenderungan petani untuk mengalokasikan semua tenaga kerja yang ada dalam keluarganya dalan aktivitas usahatani kebun, sedangkan kepemilikan lahan petani relatif sempit dengan jurnlah populasi tanaman yang relatif rendah. Nilai elastisitas produksi kebun terhadap cusahan kerja dalam usahatani kebun masing-masing sebesar -0.238 dan -0.970. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi kebun petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja dalanl usahatani kebun. Jumlah penggunaan pupuk urea berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi kebun. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.396288 dan 1.180853, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan pupuk urea 1 kilogram, maka produksi kebun petani peserta akan meningkat sebesar 0.396288 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 1.180853 kilogram. Ada keterkaitan antara produksi kebun dengan junllah penggunaal pupuk urea. Nilai elastisitas produksi kebun terhadap penggunaan pupuk urea masing-masing sebesar 0.164 dan 0.234. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi kebun petani peserta dan
non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pupuk urea. Jumlah penggunaan pupuk SP-36 berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kebun petani peserta, sedangkan jumlah penggunaan pupuk SP-36 petani non-peserta Prima Tani berhubungan negatif terhadap produksi kebun. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.433739 dan -0.16018, axtinya jika tejadi peningkatan penggunaan pupuk SP-36 I kilogram, maka produksi kebun petani peserta akan meningkat sebesar 0.4081 8 1 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani akan menurun 0.16018 kilogram. Ada keterkaitan antara produksi kebun petani peserta dengan jumlah peng-pnaan pupuk SP-36, sedangkan produksi kebun petani non-peserta Prima Tani tidak ada hubungan keterkaitan dengan jumlah penggunaan pupuk SP-36. Nilai elastisitas produksi kebun terhadap jumlah penggunaan pupuk SP-36 masing-masing sebesar 0.136 dan -0.018. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi kebun tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pupuk SP-36. Jumlah penggunaan pupuk KC1 berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi kebun. Nilai dugaan parameter masing-masing 2.088471 dan 1.352803, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan pupuk KC1 1 kilogram, maka produksi kebun petani peserta akan meningkat sebesar 2.088471 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 1.352803 kilogram. Ada keterkaitan antara produksi kebun dengan jumlah penggunaan pupuk KCI. Nilai elastisitas produksi kebun terhadap jumlah penggunaan pupuk KC1 masing-masing sebesar 0.429 dan 0.147. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi kebun petani
I
peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pupuk KC1. Jumlah penggunaan pestisida petani peserta berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kebun, sedangkan jumlah penggunaan pestisida petani non-peserta Prima Tani berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi kebun. Nilai dugaan parameter masing-masing -39.1262 dan 24.30992, artinya bahwa jika terjadi peningkatan penggunaan pestisida 1 liter, maka produksi kebun petani peserta akan menurun 39.1262 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani akan meningkat 24.30992 kilogram. Penurunan produksi kebun petani peserta disebabkan karena pada saat penelitian dilaksanakan, penyakit busuk buah banyak menyerang tanaman kakao dan lada sehingga petani mengendalikannya dengan penyemprotan yang intensif, ha1 ini mengakibatkan penggunaan pestisida petani sudah melewati dosis yang dianjurkan. Penggunaan pestisida yang semakin banyak akan mengakibatkan menurunnya kualilas lahan akibat residu pestisida yang ikut mencemari lahan dan hama penyakit menjadi semakin tahan terhadap pestisida. Nilai elastisitas produksi kebun terhadap jumlah penggunaan pestisida masing-masing sebesar -0.211 dan 0.205. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi kebun petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pestisida. 7.3. Produksi Ternak
Hasil dugaan parameter persamaan produksi ternak menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter veriabel penjelas sesuai yang dibarapkan. Koefisien determinasi menunjukkan nilai masing-masing 0.94549 dan 0.96273. Ini berarti bahwa variasi produksi ternak petani peserta sebesar 94.54 persen dan
petani non-peserta Prima Tani sebesar 96.27 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah jumlah bibit temak (JBT), curahan kerja dalam ternak (CKT), jumlah penggunaan pakan (JPK), dan jumlah penggunaan obat (JOB). Nilai uji F-hitung petani peserta 108.41 dan petani non-peserta Prima Tani 161.45, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan produksi temak dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku produksi temak. Hasil dugaan parameter dan elastisitas produksi temak disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Produksi Temak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
Jumlal~bibit ternak berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap produksi temak petani non-peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 6.722451 dan 17.91165, artinya jika terjadi peningkatan jumlah bibit 1 ekor, maka produksi ternak petani peserta akan meningkat sebesar 6.722451 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 17.91165 kilogram. Ada keterkaitan antara produksi temak dengan jumlah bibit temak. Nilai elastisitas produksi ternak terhadap jumlah bibit ternak masing-masing sebesar 0.053 dan
0.155. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi teri~akpetani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah bibit temak. Curahan kerja dalam usahatani ternak berhubungan positif dan berpengaruh sangat nyata terhadap produksi ternak. Nilai dugaan parameter masing-masing 2.314966 dan 2.577202, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja keluarga dalam usahatani ternak 1 HOK, maka produksi ternak petani peserta akan meningkat sebesar 2.564954 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 2.577202 kilogram. Artinya ada keterkaitan antara produksi ternak dengan curahan kerja dalam usahatani temak. Nilai elastisitas produksi ternak terhadap curahan kerja dalam usahatani ternak masing-masing sebesar 0.438 dan 0.485. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi ternak petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja dalam usahatani ternak. Jumlah penggunaan pakan ternak berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi temak. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.030674 dan 0.065126, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan pakan sebesar 1 kilogram, maka produksi ternak petani peserta akan meningkat 0.030674 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 0.065126 kilogram. Artinya ada keterkaitan antara produksi ternak dengan jumlah penggunaan pakan. Nilai elastisitas produksi temak terhadap jumlah penggunaan pakan masing-masing sebesar 0.203 dan 0.378. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi ternak petani peserta dan non-peserla Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan pakan.
Jumlah penggunaan obat temak berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap produksi temak petani peserta. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.447682 dan 0.166007, artinya jika terjadi peningkatan penggunaan obat sebesar 1 milli liter, maka produksi daging temak petani peserta akan meningkat 0.447682 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 0.166007 kilogram. Ada keterkaitan antara produksi ternak dengan jumlah penggunaan obat dalam usahatani temak. Nilai elastisitas produksi temak terhadap jumlah penggunaan obat masing-masing sebesar 0.222 dan 0.026. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa produksi temak ~ e t a n peserta i d m non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan obat. 7.4. Curahan Kerja Dalam Usahatani Padi
Hasil dugaan parameter persamaan curahan tenaga kerja dalam usahatani padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan. Koefisien determinasi (R2) mempunyai nilai masing-masing 0.87152 dan 0.90003. Ini berarti bahwa variasi curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta sebesar 87.15 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 90.00 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah luas areal padi (LAP), jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga (JTL), curahan kerja luar usahatani (CKL), dan jumlah angkatan kerja keluarga (JKK). Nilai uji F-hitung petani peserta 42.39 dan petani non-peserta Prima Tani 56.27, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan curahan kerja dalam usahatani padi dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku curahan kerja dalam usahatani padi. Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan kerja dalam usahatani padi disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja dalam Usahatani Padi Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
JTL CKL JKK
0.402861 -0.16590 8.923274
1.46 -2.66 4.15
0.1556' 0.0135a 0.0003"
0.261 -0.306 0.588
Luas areal padi berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.003417 dan 0.001421, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta akan meningkat 0.3417 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.1421 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja keluarga dalam usahatani padi dengan luas areal padi. Nilai elastisitas curahan kerja dalam usahatani padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar 0.513 dan 0.274. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta dan nonpeserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal padi. Jurnlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani padi petani nonpeserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.249537 dan 0.402861, artinya jika terjadi ~eningkatanjumlah penggunaan tenaga kerja l u x keluarga 1 HOK, maka curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta akan
meningkat 0.249537 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.402861 HOK. Curahan kerja dalam usahatani padi tidak mempunyai keterkaitan dengan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga karena dalam kegiatan usahatani padi, petani tetap akan mengoptimalkan curahan kerja dalam usahatani padi sebagai usahatani pokok yang memberikan kontribusi pendapatan terbesar terhadap pendapatan total rumahtangga. Penggunaar~tenaga kerja luar keluarga hanya pada kegiatan penanaman, pengolahan lahan dan panen. Niai elastisitas curahan kerja dalam usahatani padi terhadap jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga masing-masing sebesar 0.146 dan 0.261. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Curahan kerja luar usahatani berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani padi. Nilai dugaan parameter masingmasing -0.10240 dan -0.16590, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja luar usahatani 1 HOK, maka curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta akan berkurang 0.10240 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.16590 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja dalam usahatani padi dengan curahan kerja luar usahatani. Nilai elastisitas curahan kerja dalam usahatani padi terhadap curahan kerja luar usahatani masing-masing sebesar -0.110 dan -0.306. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja luar usahatani.
113 1
I
I
Jumlah angkatan kerja keluarga berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani padi. Nilai dugaan parameter masingmasing 3.905223 dan 8.923274, artinya jika tejadi peningkatan angkatan kerja dalam keluarga 1 orang, maka curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta akan meningkat 3.905223 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 8.923274 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja dalam usahatani padi dengan jumlah angkatan kerja dala~nkeluarga. Nilai elastisitas curahan kerja dalam usahatani padi terhadap jumlah angkatan kerja dalam keluarga masing-masing sebesar 0.192 dan 0.588. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. 7.5. Curahan Kerja Dalam Usahatani Kebun
Hasil dugaan parameter persamaan curahan tenaga kegs dalam usahatani kebun menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, kecuali curahan kerja luar usahatani dan jumlah angkatan kerja dalam
) nilai masing-masing 0.89633 keluarga. Koefisien determinasi ( R ~ menunjukkan dan 0.81678. Ini berarti bahwa variasi curahan tenaga kerja dalam usahatani kebun petani peserta sebesar 89.63 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 81.67 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah luas areal kebun (LAK), curahan kerja luar usahatani (CKL), dan jumlah angkatan kerja keluarga (JKK). Nilai uji F-hitung petani peserta 74.93 dan petani non-peserta Prima Tani 38.64, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan curahan kerja dalam usahatani kebun dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku curahan keja dalam
I
usahatani kebun. Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan kerja dalam usahatani kebun disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja dalam Usahatani Kebun Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
1 JKK
1
-1.88973
1
-2.18
I
0.0384a
/
-0.3 10
Luas areal kebun berl~ubungan positif dan berpengaruh sangat nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani kebun. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.002642 dan 0.002252, artinya jika terjadi peningkatan luas areal kebun 100 meter persegi, maka curahan kerja dalam usahatani kebun petani peserta akan meningkat 0.2642 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.2252 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja dalam kebun dengan luas areal kebun. Nilai elastisitas curahan kerja dalarn usahatani kebun terhadap luas areal kebun masingmasing sebesar 0.707 dan 0.488. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani kebun petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal kebun. Curahan kerja luar usahatani berl~ubunganpositif dan hanya berpengaruh nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani kebun petani non-peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.024151 dan 0.035317, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja luar usahatani 1 HOK, maka curahan kerja
115 I
dalam usahatani kebun petani peserta akan meningkat 0.024151 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.035317 HOK. Curahan kerja dalam usahatani kebun tidak mempunyai keterkaitan dengan curahan kerja luar usahatani. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya anggota rumahtangga petani di lokasi penelitian bekerja di luar usahataninya pada kegiatan usahatani padi, terutama pada kegiatan penanaman dan panen. Penanaman usahatani padi dilakukan pada bulan Januari dan Juni, sedangkan panen dilakukan pada bulan April dan September. Disisi lain, kegiatan usahatani kebun khususnya pemangkasan dilakukan pada bulan Agustus dan panen pada bulan Mei. Adanya perbedaan waktu aktivitas pada usahatani padi dan kebun memberi peluang rumahtangga petani memanfaatkan waktunya secara optimal, sehingga walaupun curahan kerja kebun anggota rumahtangga petani meningkat, curahan kerja luar usahatani juga tetap meningkat. Nilai elastisitas curahan kerja dalam usahatani kebun terhadap curahan kerja luar usahatani masing-masing sebesar 0.087 dan 0.162. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani kebun petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja luar usahatani. Jumlah angkatan kerja keluarga berhubungan negatif dan hanya berpengaruh nyata terhadap curahan kerja keluarga dalam usahatani kebun petani non-peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing -0.87680 dan -1.88973, artinya jika terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja dalam keluarga I orang, maka curahan kerja keluarga dalam usahatani kebun petani peserta akan berkurang 0.87680 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 1.88973 HOK. Curahan kerja dalanl usahatani kebun tidak mempunyai hubungan keterkaitan del~ganjunllah angkatan kerja dalam keluarga. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
1
walaupun jumlah angkatan kerja keluarga meningkat, tetapi pada saat penelitian dilaksanakan terjadi serangan hama penggerek buah kakao dan penyakit busuk buah yang menyebabkan tejadinya penurunan produksi pada tanaman kakao dan lada, sehingga curahan kerja anggota rurnahtangga dalam usahatani kebun juga berkurang. Nilai elastisitas curahan kej a dalam usahatani kebun terhadap jumlah angkatan kerja keluarga sehesar -0.145 dan -0.310. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani kebun petani peserta dan nonpeserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah angkatan kej a dalam keluarga. 7.6. Curahan Kerja Dalam Usahatani Ternak
I-Iasil dugaan parameter persamaan curahan tenaga kerja dalam usahatani ternak menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkau. Koefisien determinasi ( R ~ ) menunjukkan nilai masing-masing 0.51677 dan 0.49749. Ini berarti bahwa variasi curahan tenaga kerja dalam usahatani ternak petani peserta sebesar 5 1.67 persen dan petani non-peserta Prima Tani 49.74 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah jumlah bibit ternak (JBT), curahan kerja luar usahatani (CKL), dan jumlah angkatan kerja keluarga (JKK). Nilai uji F-hitung petani peserta 9.27 dan petani non-peserta Prima Tani 8.58, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan curahan kerja dalam usahatani ternak dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku curahan kerja dalam usahatani ternak. Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan kerja dalam usahatani ternak disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja dalam Usahatani Temak Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
1JKK
4.875866
1.27
0.2157
0.370
Jurnlah bibit ternak berhubungan positif dan berpengaruh sangat nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani temak. Nilai dugaan parameter masingmasing 26.75167 dan 16.00959, artinya jika terjadi peningkatan jumlah bibit temak 1 ekor, maka curahan kerja dalam usahatani temak petani peserta akan meningkat 26.75167 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 16.00959 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja dalam usahatani ternak dengan jumlab bibit temak. Nilai elastisitas curahan kerja dalam usahatani temak terhadap jumlah bibit ternak masing-masing sebesar 1.016 dan 0.736. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani ternak hanya respon terhadap jumlah bibit temak petani peserta. Artinya setiap terjadi peningkatan jumlah bibit temak 1 persen, maka curahan kerja dalam usahatani ternak petani peserta akan meningkat 1.016 persen. Curahan kerja luar usahatani berhubungan negatif dan hanya berpengaruh nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani temak petani non-peserta Prima Tani. Nilai dugaan paranleter masing-masing -0.0731 1 dan -0.23220, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja luar usahatani 1 HOK, maka curahan kerja
dalam usahatani temak petani peserta akan menurun 0.07311 HOK dan petani non-peserta 0.23220 HOK. Ada keterkaitan antara curahan tenaga kerja dalam usahatani temak dengan curahan kerja luar usahatani. Nilai elastisitas curahan kerja dalam usahatani ternak terhadap curahan kerja luar usahatani masing-masing sebesar -0.103 dan -0.493. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani ternak petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja l u x usahatani. Jumlah angkatan kerja keluarga berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kerja dalam usahatani temak. Nilai dugaan parameter masing-masing 3.355270 dan 4.875866, artinya jika terjadi peningkatan angkatan kerja dalam keluarga 1 orang, maka curahan kerja dalam usahatani ternak petani peserta akan meningkat 3.355270 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 4.875866 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja dalam usahatani ternak dengan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. Nilai elastisitas curahan kerja dalam usahatani temak terhadap jumlah angkatan kerja keluarga masing-masing sebesar 0.217 dan 0.370. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja dalam usahatani temak petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah angkatan kerja keluarga. 7.7. Curahan Kerja Luar Usahatani
Hasil dugaan parameter persamaan curahan kerja di luar usahatani menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, keculai curahan kerja dalam usahatani kebun. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai masing-masing 0.90302 dan 0.96968. Ini berarti bahwa variasi curahan kerja di luar usahatani petani peserta sebesar 90.30 persen dan petani non-
peserta Prima Tani sebesar 96.96 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah pendapatan luar usahatani (PDL), curahan kerja dalam usahatani padi (CKP), Curahan kerja dalam usahatani kebun (CKK), curahan kerja usahatani ternak (CKT), jumlah angkatan kerja keluarga (JKK), dan upah dalam pertanian (UPP). Nilai uji F-hiiung petani peserta 35.63 dan petani non-peserta Prima Tani 122.61, artinya secara bersamasama variabel penjelas dari persamaan curahan kerja luar usahatani dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku curahan kerja l u x usahatani. Hasil dugaan parameter dan elastisitas c~uahankerja luar usahatani disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. I-Iasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Curahan Kerja Luar Usahatani Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
Pendapatan luar usahatani berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap curahan kerja keluarga di luar usahatani. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.000016 dan 0.000023, artinya jika terjadi peningkatan pendapatan luar usahatani Rp. 100 000, maka curaban kerja luar usahatani petani peserta akan
I
meningkat 1.6 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 2.3 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja luar usahatani dengan pendapatan dari luar usahatani. Nilai elastisitas curahan kerja luar usahatani terhadap pendapatan luar usahatani masing-masing sebesar 0.585 d m 0.737. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan keja luar usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan pendapatan luar usahatani. Curahan kerja dalam usahatani padi berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap curahan kerja luar usahatani. Nilai dugaan parameter masingmasing -0.62467 dan -0.32324, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja dalam usahatani padi 1 HOK, maka curahan kerja luar usahatani petani peserta
akan menumn 0.62467 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.32324 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja luar usahatani dengan curahan kerja dalam usahatani padi. Nilai elastisitas curahan kerja luar usahatani terhadap curahan kerja dalam usahatani padi masing-masing sebesar -0.582 dan -0.175. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja luar usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja dalam usahatani padi. Curahan kerja dalam usahatani kebun berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kej a luar usahatani. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.025853 dan 0.042428, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja dalam usahatani kebun 1 HOK, maka curahan kerja luar usahatani petani peserta akan meningkat 0.025853 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.042428 HOK. Curahan kerja luar usahatani tidak mempunyai hubungan keterkaitan dengan curahan kerja dalam usahatani kebun. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
petani memiliki luas lahan kebun yang relatif sempit dan umumnya berada di lokasi pekarangan sehingga ada jedah waktu untuk melakukan kegiatan di kebun sebelum dan sesudah mengalokasikan waktu di luar usahatani. Selain itu, kegiatan pada usahatani kebun tidak terlalu intensif dibandingkan dengan kegiatan pada tanaman sernusim dan curahan k e j a luar usahatani umumnya dialokasikan untuk kegiatan usahatani padi yang tidak bersamaan waktunya dengan kegiatan usahatani kebun. Nilai elastisitas curahan kej a di luar usahatani terhadap curahan kerja dalam usahatani kebun masing-masing sebesar 0.007 dan 0.009. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja l u x usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja dalam usahatani kebun. Curahan kerja dalam usahatani temak berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap curahan k e j a luar usahatani. Nilai dugaan parameter masingmasing -0.02425 dan -0.05732, artinya jika terjadi peningkatan curahan kerja dalam usahatani ternak 1 HOK, maka curahan kerja luar usahatani petani peserta akan berkurang 0.02425 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.05732 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja luar usahatani dengan curahan kerja dalam usahatani ternak. Nilai elastisitas curahan kerja luar usahatani terhadap curahan kerja dalam usahatani temak masing-masing sebesar -0.017 dan -0.026. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja luar usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan curahan kerja dalam usahatani temak. Jumlah angkatan kerja keluarga berhubungan positif dan berpengaruh salgat nyata terhadap curahan kerja luar usahatani. Nilai dugaan parameter
masing-masing 7.830033 dan 9.718812, artinya jika tejadi peningkatan angkatan kerja dalam keluarga 1 orang, maka curahan kerja luar usahatani petani peserta akan meningkat 7.830033 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 9.718812 HOK. Ada keterkaitan antara curahan kerja luar usahatani dengan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. Nilai elastisitas curahan kerja luar usahatani terhadap jumlah angkatan kerja dalam keluarga masing-masing sebesar 0.359 dan 0.347. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja luar usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah angkatan kej a dalam keluarga. Upah dalam pertanian berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kerja luar usahatani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.001172 dan 0.001126, artinya jika tejadi peningkatan upah dalam kegiatan pertanian sebesar Rp. 1 000, maka curahan kerja luar usahatani petani peserta akan meningkat 1.172 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 1.126. Ada keterkaitan antara curahan kerja l u x usahatani dengan upah yang berlaku dalam pertanian. Nilai elastisitas curahan kerja di luar usahatani terhadap upah dalam pertanian masing-masing sebesar 0.579 dan 0.469. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa curahan kerja luar usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan upah dalam pertanian. 7.8. Jumlah Penggunaan Benih
Hasil dugaan parameter persamaan jumlah penggunaan benih dalam usahatani padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan. Koefisien determinasi ( R ~ ) menunjukkan nilai masing-masing 0.88488 dan 0.89350. Ini berarti bahwa variasi jumlah penggunaan benih
usahatani padi petani peserta sebesar 88.48 persen dan petani non-peserta Prima Tani 89.35 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah penerimaan usahatani padi (PNP), harga benih (HBN), dan luas areal padi (LAP). Nilai uji F-hitung petani peserta 66.62 dan petani non-peserta Prima Tani 72.71, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan jumlah penggunaan benih padi dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku jumah penggunaan benih. Hasil dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan benih disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Benih Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
Penerimaaam usahatani padi berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan benih petani peserta. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.000001522 dan 0.000007886, artinya jika terjadi peningkatan penerimaan usahatani padi Rp. 100 000, maka junlah penggunaan benih dalam usahatani padi petani peserta &an meningkat 0.1522 kilogram dan petani nonpeserta Prima Tani 0.7886 kilogram. Ada hubungan keterkaitan antara jumlah penggunaan benih dalam usahatani padi dengan penerimaan dari usahatani padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan benih dalam usahatani padi terhadap
penerimaan usahatani padi masing-masing sebesar 0.451 dan 0.908. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan benih dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan penerimaaan usahatani padi. Harga benih padi berhubungan negatif dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan benih petani non-peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing -0.00600 dan -0.02464, artinya jika terjadi peningkatan harga benih Rp. 100 per kilogram, maka jumlah penggunaan benih petani peserta akan berkurang 0.6 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 2.464 kilogram. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan benih dengan harga benih padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan benih dalam usahatani padi terhadap harga benih padi masing-masing sebesar -0.470 dan -0.556. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan benih dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan harga benih padi. Luas areal padi berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan benih. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.002955 dan 0.006724, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka jumlah penggunaan benih petani peserta akan meningkat 0.2955 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 0.6724 kilogram. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan benih dengan luas areal padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan benih dalam usahatani padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar 0.540 dan 0.659. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan
benih dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap pembahan luas areal padi. 7.9. Jumlah Penggunaan Pupuk Urea
Hasil dugaan parameter persamaan jumlah penggunaan pupuk urea dalam usahatani padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan. Koefisien determicasi ( R ~ ) menunjukkan nilai masing-masing 0.92267 dan 0.841 16. Ini berarti bahwa variasi jumlah penggunaan pupuk urea dalam usahatani padi petani peserta sebesar 92.26 persen dan petani non-peserla Prima Tani sebesar 84.11 persen mampu dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah penerimaan usahatani padi (PNP), luas areal padi (LAP), dan harga pupuk urea (HUR). Nilai uji F-hitung petani peserta 103.41 dan petani non-peserta Prima Tani 45.90, arlinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan jumlah penggunaan pupuk urea dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku jumah penggunaan pupuk urea. Hasil dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan pupuk urea disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Pupuk Urea.Petani Peserta dan Nan-Peserta Prima Tani
Penerimaan usahatani padi berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk urea petani peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.000016 dan 0.000002569, artinya jika terjadi peningkatan penerimaan usahatani padi Rp. 100 000, maka jumlah penggunaan pupuk urea petani peserta akan meningkat 1.6 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 0.2569 kilogram. Artinya ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk urea dengan penerimaan usahatani padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk urea dalam usahatani padi terhadap penerimaan usahatani padi masing-masing sebesar 0.597 dan 0.099. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pupuk urea dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan penerimaan usahatani padi. Luas areal padi berhubungan positif dan dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk urea petani non-peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.010929 dan 0.015277, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka jumlah penggunaan pupuk urea petani peserta akan meningkat 1.0929 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 1.5277 kilogram. Artinya ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk urea dengan luas areal padi. Nilai elastisitasjumlah penggunaan pup& urea dalam usahatani padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar 0.251 dan 0.504. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pup& urea dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal padi.
Harga pupuk urea berhubungan negatif dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk urea. Nilai dugaan parameter masing-masing -200.039 dan -300.791, artinya jika terjadi peningkatan harga pupuk urea, maka jumlah penggunaan pupuk urea akan berkurang. Artinya ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk urea dengan harganya. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk urea dalam usahatani padi terhadap harga pupuk urea masingmasing sebesar -0.21 1 dan -0.574. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pupuk urea dalam usahatani padi petani peserta dan non peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan harga pupuk urea. 7.10. Jumlah Penggunaan Pupuk SP-36
Hasil dugaan parameter persamaan jumlah penggunaan pupuk SP-36 dalam usahatani padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan. Koefisien determinasi ( R ~ )menunjukkan nilai masing-masing 0.87042 dan 0.33818. Ini berarti bahwa variasi jumlah penggunaan pupuk SF-36 dalam usahatani padi petani peserta sebesar 87.04 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 33.81 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah penerimaan usahatani padi ( PNP), luas areal padi (LAP) dan harga pupuk SP-36 (HSP). Nilai uji F-hitung petani peserta 58.22 dan petani non-peserta Prima Tani 4.43, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan jumlah penggunaan pupuk SP-36 dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku jumah penggunaan pupuk SP-36. Hasil dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan pupuk SP-36 disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. HasiI Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan JumIah Penggunaan Pupuk SP-36 Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
1 HSP
-5.64597
-0.28
1
0.7807
1
-0.037
Penerimaan usahatani padi berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk SP-36. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.000001513 dan 0.000002709, artinya jika terjadi peningkatan penerimaan usahatani padi Rp. 100 000, maka jumlah penggunaan pupuk SP-36 petani peserta akan meningkat 1.513 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 2.709 kilogram. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk SP-36 dengan penerimaan usahatani padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk SP-36 dalam usahatani padi terhadap penerimaan usahatani padi masing-masing sebesar 0.122 dan 0.207. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pupuk SP-36 dalarn usahatani padi petani peserta dan non-peserla Prima Tani tidak respon terhadap perubahan penerimaan usahatani padi. Luas areal padi berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk SP-36 petani peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.013938 dan 0.010434, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka jumlah penggunaan pup& SP-36 petani peserta akan meningkat 1.3938 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani
129 1.0434 kilogram. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk SP-36 dengan luas areal padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk SP-36 dalam usahatani padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar 0.696 dan 0.679. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pupuk SP-36 dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal padi. Harga pupuk SP-36 berhubungan negatif dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk SP-36 petani peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing -80.3245 dan -5.64597, artinya jika terjadi peningkatan harga pupuk SP-36, maka jumlah penggunaan pupuk SP-36 akan berkurang. Artinya ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk SP-36 dengan harga pupuk SP-36. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk SP-36 dalam usahatani padi terhadap harga SP-36 masing-masing sebesar -0.340 dan -0.037. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pupuk SP-36 dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan harga pupuk SP-36. 7.11. Jumlah Penggunaan Pupuk KC1 Hasil dugaan parameter persamaan jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, kecuali harga pupuk KC]. Koefisien determinasi ( R ~ )menunjukkan nilai masing-masing 0.71048 dan 0.31807. Ini berarti bahwa variasi jumlah penggunaan pupuk KC1 petani peserta sebesar 71.04 persen dan petani nonpeserta Prima Tani sebesar 31.80 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah penerimaan
usahatani padi ( PNP), luas areal padi (LAP), dan harga pupuk KC1 (HKC). Nilai uji F-hitung petani peserta 21.27 dan petani non-peserta Prima Tani 4.04, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan jumlah penggunaan pupuk KC1 dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku jumah penggunaan pupuk KCI. Hasil dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan pupuk KC1 disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Pupuk KC1 Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani Parameter dugaan
Variabel
Prima Tani Intersep PNP LAP HKC Nnn-Prima
-
1-.. -y PNP LAP HKC -&
T- hitung
Taraf Nyata
-II.OYOI
* 2-5.41
U.UUIY
8.749E-6 0.001515 15.64517
2.48 0.25 1.66
0.0200" 0.8076 0.1089'
"" <,<"
Elastisitas
,.nn.n 1.172 0.124 0.130
Tnni
-<.-.,3.962E-6 0.001025 12.07650
.-* 1.29 0.25 1.92 A
".z,z,.
,
0.2073 0.8018 0.0653~
0.574 0.126 0.162
Penerimaan usahatani padi berhubungan positif dan berpengamh nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk KCI. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.000008749 dan 0.000003962, artinya jika terjadi peningkatan penerimaan padi Rp. 100 000, maka jumlah penggunaan pupuk KC1 petani peserta akan meningkat 0.8749 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 0.3962 kilogram. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk KC1 dengan penerimaan usahatani padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani padi terhadap penerimaan usahatani padi masing-masing sebesar 1.172 dan 0.574. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa hanya jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani padi petani peserta Prima Tani yang respon terhadap
perubahan penerimaan usahatani padi. Artinya setiap terjadi peningkatan penerimaan usahatani padi 1 persen, maka jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani padi akan meningkat 1.172 persen. Luas areal padi berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terliadap jumlah penggunaan pupuk KCl. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.001515 dan 0.001025, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka jumlah penggunaan pupuk KC1 petani peserta akan meningkat 0.1515 kilogram dan petani non-peserta Prima Tani 0.1025 kilogram. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pupuk KC1 dengan luas areal padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar 0.124 dan 0.126. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal padi. Harga pupuk KC1 berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pupuk KCl. Nilai dugaan parameter masing-masing 15.64517 dan 12.07650, artinya jika terjadi peningkatan harga pupuk KC1, maka jumlah penggunaan pupuk KC1 akan meningkat. Jumlah penggunaan pupuk KC1 tidak ada keterkaitan dengan harganya, ha1 ini disebabkan karena penggunaan pupuk KC1 sangat berpengaruh dengan kualitas gabah sehingga walaupun harganya naik petani tetap akan menggunakan pupuk KC1 agar kualitas gabah dapat dipertahankan. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani padi terhadap harga KC1 masing-masing sebesar 0.130 dan 0.162. Besamya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jurnlah penggunaan pupuk KC1 dalam usahatani
padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan harga pupuk KCI. 7.12. Jumlah Penggunaan Pestisida
Hasil dugaan parameter persamaan jumlah penggunaan pestisida dalam usahatani padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, kecuali harga pestisida dan harga gabah. Koefisien determinasi (R*) menunjukkan nilai masing-masing 0.48687 dan 0.41003. Ini berarti bahwa variasi jumlah penggunaan pestisida dalanl usahatani padi petani peserta sekitar 48.68 persen dan petani non-peserta Prima Tani sekitar 41 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah harga pestisida (HPS), harga gabah (HGB), dan luas areal padi (LAP). Nilai uji F-hitung petani peserta 8.22 dan petani non-peserta Prima Tani 6.02, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan jumlah penggunaan pestisida dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku jumah penggunaan pestisida. Hasil dugaan parameter dan elastisitas jumlah penggunaan pestisida disajikan pada
Tabel 25. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Jumlah Penggunaan Pestisida Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
Harga pestisida berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah penggunaan pestisida petani peserta, sedangkan harga pestisida petani non-peserta Prima Tani berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah
penggunaan
pestisida.
Nilai
dugaan parameter
masing-masing
0.000002255 dan -0.00003, artinya jika terjadi peningkatan harga pestisida sebeazr Rp. 10 000 per liter, maka jumlah penggunaan pestisida petani peserta akan meningkat 0.02255 liter dan petani non-peserta Prima Tani akan menurun
0.3 liter. Artiiya tidak mempunyai keterkaitan antara jumlah penggunaan pestisida petani peserta dengan harga pestisida. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada saat penelitian dilaksanakan terjadi serangan hama dan penyakit pada usahatani padi, sehingga walaupun harga pestisida naik petani tetap menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pestisida dalam usahatani padi terhadap harga pestisida masingmasing sebesar 0.097 dan -0.941. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pestisida dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan harga pestisida. Harga gabah berhubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pestisida petani peserta, sedangkan harga gabah petani nonpeserta Prima Tani berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap j u d a h penggunaan pestisida. Nilai dugaan parameter masing-masing sebesar -0.00004 dan 0.006946, artinya jika terjadi peningkatan harga gabah kering panen Rp. 100 per kilogram, maka jumlah penggunaan pestisida petani peserta akan menurun 0.004 liter dan petani non-peserta Prima Tani akan meningkat 0.6946 liter. Jumlah penggunaan pestisida petani peserta tidak mempunyai keterkaitan dengan harga
gabah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan pestisida sifatnya preventif, jadi walaupun harga gabah naik kalan serangan hama dan penyakit pada tanaman padi kurang, maka jumlah penggunaan pestisida petani peserta juga akan berkurang. Penggunaan pestisida petani non-peserta Prima Tani dalam usahataninya sifatnya kuratif karena tingkat pengetahuan petani mengenai penggunaan pestisida relatif masih sangat rendah, sehingga jika terjadi peningkatan harga gabah, maka penggunaan pestisida akan meningkat. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pestisida dalam usahatani padi terhadap harga gabah masing-masing sebesar -0.047 dan 6.020. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pestisida dalam usahatani padi petani peserta tidak respon terhadap harga gabah, sedangkan jumlah penggunaan pestisida petani non-peserta Prima Tani respon terhadap perubahan harga gabah. Artinya jika terjadi peningkatan harga gabah 1 persen, maka jumlah penggunaan pestisida akan meningkat 6 persen. Luas areal padi berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah penggunaan pestisida. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.000147 dan 0.0001 18, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka jumlah penggunaan pestisida petani peserta akan meningkat 0.0147 liter dan petani non-peserta Prima Tani 0.0118 liter. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan pestisida dengan luas areal padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan pestisida dalam usahatani padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar 0.763 dan 0.471. Besarnya nil& elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pestisida dalam usahatani padi petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan luas areal padi.
7.13. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Hasil dugaan parameter persamaan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, kecuali upah pertanian dan upah non pertanian. Koefisien determinasi ( R ~ )menunjukkan nilai masing-masing 0.96008 dan 0.95021. Ini berarti bahwa variasi penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usahatani padi petani peserta sebesar 96.00 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 95.02 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah luas areal padi (LAP), upah pertanian (UPP), jumlah angkatan kerja keluarga (JKK), dan upah non pertanian (UPN). Nilai uji F-hitung petani peserta 150.3 1 dan petani non-peserla Prima Tani 119.27, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan penggunaan tenaga kerja luar keluarga dapat menjelaskan dengan sangat baik pada perilaku penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Hasil analisis dugaan parameter dan elastisitas persamaaan jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani
I Variabel
I
Parameter
I
T hitung
I
TarafNyata
1
Elastisitas
I
Luas areal padi berhubungan positif dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.004536 dan 0.004221, artinya jika terjadi peningkatan luas areal padi 100 meter persegi, maka jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta akan meningkat 0.4536 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.4221 HOK. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dengan luas areal padi. Nilai elastisitas jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam usahatani padi terhadap luas areal padi masing-masing sebesar
1.161 dan 0.028. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah penggunaan tenaga keda luar keluarga dalam usahatani padi petani peserta respon terhadap perubahan luas areal padi. Artinya setiap terjadi peningkatan 1 persen luas areal padi, maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga akan meningkat 1.161 persen. Upah dalam pertanian berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap penggunaan tenaga kerja l u x keluarga. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.000434 dan 0.000834, artinya jika terjadi peningkatan upah dalam pertanian sebesar Rp. 1 000, maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta akan meningkat 0.434 HOK dan petani non-peserta Prima Tani 0.834 HOK. Artinya waiaupun upah dalam pertanian naik, petani tetap akan menggunakan tenaga kerja luar keluarga terutama dalam pengolal~anlahan dan panen, karena umumnya petani tidak memiliki traktor dan power tresher, t operatomya. sedangkan penyewaan traktor dan power tresher satu ~ a k e dengan Nilai elastisitas penggunaan tenaga kerja luar keluarga terhadap upah dalam pertanian masing-masing sebesar 0.392 dan 0.882. Besamya nilai elastisitas
menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan upah dalam pertanian. Jurnlah angkatan kerja keluarga berhubungan negatif dan hanya berpengaruh nyata terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta. Nilai dugaan parameter masing-masing -2.00222 dan -1.07817, artinya jika terjadi peningkatan angkatan k e j a dalam keluarga 1 orang, maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta akan menurun 2.00222 HOK dan petani nonpeserta Prima Tani 1.07817 HOK. Ada keterkaitan antara jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga dengan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. Nilai elastisitas jumlah penggunaan tenaga keja luar keluarga terhadap jumlah angkatan kerja dalam keluarga masing-masing sebesar -0.168 dan -0109. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah angkatan kerja dalam keluarga. Upah non pertanian berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta, sedangkan petani nonpeserta berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata. Nilai dngaan parameter masing-masing 0.0001 11 dan -0.00002, artinya jika terjadi peningkatan upah non pertanian sebesar Rp.1 000, maka penggunaan tenaga k e j a luar keluarga petani peserta akan meningkat 0.111 HOK dan petani non-peserta Prima Tani akan menurun 0.02 HOK. Penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta tidak mempunyai keterkaitan dengan upah non pertanian. Hal ini dapat dijelaskan bahwa umwnnya tenaga kerja luar yang digunakm dalam usahatani mempunyai keterampilan dan pendidikan yang relatif rendah, sehingga walaupun upah non
pertanian naik mereka sulit mempunyai akses untuk masuk bekerja ke sektor non pertanian. Nilai elastisitas penggunaan tenaga kerja luar keluarga terhadap upah non pertanian masing-masing sebesar 0.175 dan -0.028. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja luar keluarga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan upah non pertanian. 7.14. Konsumsi Pangar, Rumahtangga
Hasil dugaan parameter persamaan konsumsi pangan menujukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan. Koefisien determinasi ( R ~ )menunjukkan nilai masing-masing 0.7493 1 dan 0.763 16. Ini berarti bahwa variasi konsumsi pangan rumahtangga petani peserta sebesar 74.93 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 76.31 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah pendapatan total rumahtangga (PTR) dan jumlah anggota keluarga (JAK). Nilai uji F-hitung petani peserta 40.35 dan petani non-peserta Prima Tani 43.50, artinya secara bersamasama variabel penjelas dari persamaan konsumsi pangan dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku konsumsi pangan. Hasil dugaan parameter dan elastisitas konsumsi pangan disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Konsumsi Pangan Petau Peserta dan Non-Prima Tani
Pendapatan total rumahtangga berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi pangan rumahtangga. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.152212 dan 0.079430, artinya jika tejadi peningkatan pendapatan total rumahtangga Rp. 100 000, maka konsumsi pangan rumahtangga petani peserta
akan meningkat Rp. 15 221 dan petani non-peserta Prima Tani Rp.7 943. Ada keterkaitan antara junllah konsumsi pangan dengan pendapatan total rumahtangga. Nilai elastisitas konsumsi pangan rumahtanga terhadap pendapatan total rumahtangga masing-masing sebesar 0.5 18 dan 0.241. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pangan rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan
pendapatan total
rnmahtangga. Jumlah anggota keluarga berhubungan positif dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah konsumsi pangan rumahtangga. Nilai dugaan parameter masingmasing 858593.4 dan 914155.3, artinya jika terjadi peningkatan jumlah anggota keluarga 1 orang, maka konsumsi pangan petani peserta akan meningkat sebesar
Rp. 858 593 dan petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp. 914 155. Ada keterkaitan antara konsumsi pangan dengan jumlah anggota keluarga
Nilai
elastisitas konsumsi pangan rumahtanga terhadap jumlah anggota keluarga masing-masing sebesar 0.804 dan 0.947. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah konsumsi pangan rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah anggota keluarga.
7.15. Konsumsi Non Pangan Rumahtangga Hasil dugaan parameter persamaan konsumsi pangan menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai yang diharapkan, kecuali konsumsi pangan.
140
I
Koefisien determinasi (R*) menunjukkan nilai masing-masing 0.79123 dan 0.74356. Ini berarti bahwa variasi konsumsi pangan rumahtangga petani peserta sebesar 79.12 persen dan petani non-peserta Prima Tani sebesar 74.35 persen dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya yang ada dalam model. Variabel tersebut adalah pendapatan total nunahtangga (PTR), jumlah anggota keluarga
(JAK), dan konsumsi pangan (KMP). Nilai uji F-hitung petani peserta 32.85 dan petani non-peserta Prima Tani 25.13, artinya secara bersama-sama variabel penjelas dari persamaan konsumsi non pangan dapat menjelaskan dengan baik pada perilaku pengeluaran konsunlsi non pangan rumahtangga. Hasil dugaan parameter dan elastisitas konsumsi non pangan disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Dugaan Parameter dan Elastisitas Persamaan Konsumsi Non Pangan Petani Peserta dan Non-Peserta Prima Tani Variabel
Parameter dugaan
T-hitung
Taraf Nyata
Elastisitas
Pendapatan total rumahtangga berhubungan positif dan hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi non pangan rumahtangga petani peserta Prima Tani. Nilai dugaan parameter masing-masing 0.046854 dan -0.00445, artinya jika terjadi peningkatan pendapatan total rumahtangga sebesar Rp. 100 000, maka konsumsi non pangan petani peserta akan meningkat sebesar Rp. 4 685 dan petani non-peserta Prima Tani akan menurun Rp .445 per tahun. Artinya ada keterkaitan
antara jumlah konsumsi non pangan dengan tingkat pendapatan total rumahtangga petani peserta Prima Tani, sedangkan petani non-peserta Prima Tani tidak mempunyai keterkaitan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan total rumahtangga petani non-peserta Prima Tani masih diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan komsumsi pangan. Nilai elastisitas konsumsi non pangan rumahtangga terhadap pendapatan total rumahtangga masing-masing sebesar 0.570 dan -0.025. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah konsumsi non pangan rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan pendapatan total rumahtangga. Jumlah anggota keluarga berhubungan positif dan herpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi non pangan rumahtangga. Nilai dugaan parameter masing-masing 203873.4 dan 284742, artinya jika terjadi peningkatan jumlah anggota keluarga 1 orang, maka konsumsi non pangan petani peserta akan meningkat sebesar Rp. 203 873 dan petani non-peserta Prima Tani Rp. 284 742. Ada keterkaitan antara konsumsi non pangan rumahtangga dan jumlah anggota keluarga. Nilai elastisitas konsumsi non pangan rumahtangga terhadap jumlah anggota keluarga masing-masing sebesar 0.387 dan 0.540. Besarnya nilai elastisitas menunjukkan bahwa jumlah konsumsi non pangan rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan jumlah anggota keluarga. Konsumsi pangan rumatangga berhungan positif dan berpengaruh nyata terhadap konsumsi non pangan rumahtangga. Nilai dugaan parameter masingmasing 0.158602 dan 0.121134, artinya jika terjadi peningkatan konsumsi pangan sebesar Rp. 100 000, maka konsumsi non pangan petani peserta akan meningkat
sebesar Rp. 15 860 dan petani non-peserta Prima Tani sebesar Rp. 12 113. Konsumsi non pangan tidak mempunyai keterkaitan dengan konsumsi pangan mahtangga. Hal ini dapat dijelaskan bahwa rumahtangga petani di lokasi penelitian masih berusaha untuk meningkatkan konsumsi non pangannya seperti pemenuhan sandang yang relatif masih rendah. Nilai elastisitas konsumsi non pangan rumahtanga terhadap konsumsi pangan masing-masing sebesar 0.3 18 dan 0.053. Besarnya nilai elastisitas inenunjukkan bahwa jumlah konsumsi non pangan rumahtangga petani peserta dan non-peserta Prima Tani tidak respon terhadap perubahan konsumsi pangan.
VIII. mSIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
1. Pendapatan usahatani petani peserta lebih besar dari pada petani non-peserta Prima Tani. Usahatani padi memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan total rurnahtangga, baik petani pesei-ta maupun non-peserta Prima Tani. Curahan kerja dalam usahatani dan pengeluaran total petani peserta lebih besar dari pada petani non-peserta Prima Tani. 2. Keputusan produksi usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah penggunaan benih dan jtumlah penggunaan pupuk urea untuk usahatani padi. Untuk usahatani kebun dipengaruhi secara nyata oleh luas areal kebun, jumlah penggunaan pupuk urea, dan jumlah penggunaan pupuk KCI, sedangkan usahatani ternak dipengaruhi secara nyata oleh curahan kerja dalam usahatani teinak, jumlah bibit, dan jurnlah penggunaan pakan.
3. Curahan kerja dalam usahatani petani peserta dan non-peserta Prima Tani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan kerja keluarga dan curahan kerja luar usahatani untuk usahatani padi. Untuk usahatani kebun dipengaruhi secara nyata oleh luas areal kebun, sedangkan usahatani teinak dipengaruhi secara nyata oleh jumlah bibit temak. Curahan kerja luar usahatani dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan luar usahatani, curahan kerja dalam usahatani padi dan jumlah angkatan kerja keluarga.
4. Jumlah penggunaan sarana produksi berupa benih, pupuk, dan pestisida petani peserta dan non-peserta Prima Tani dipengaruhi secara nyata oleh penerimaan
usahatani padi, harga benih, luas areal padi, harga pupuk dan harga pestisida, namun hanya jumlah penggunaan pupuk KC1 yang respon terhadap penerimaan usahatani padi. Jumlah penggunaan tenaga keja luar keluarga petani peserta dan non-peserta Prima Tani dipengaruhi secara nyata oleh luas areal padi dan jumlah angkatan kerja keluarga, namun jumlah penggunaan tenaga kej a luar keluarga hanya respon terhadap luas areal padi.
5. Konsumsi pangan dan non pangan rumahtangga petani peserta dipengaruhi secara nyata oleh pendapatan total rumahtangga dan jumlah anggota keluarga, sedangkan konswnsi pangan dan non pangan petani non-peserta Prima Tani hanya dipengaruhi secara nyata oleh jumlah anggota keluarga.
8.2. Saran 1. Program Prima Tani dapat dikembangkan ke wilayah yang lebih luas karena mempunyai dampak positif terhadap peningkatan produksi dan pendapatan rumahtangga petani. 2. Usahatani ternak sapi per111 pengembangan yang lebih intensif dengan penggunaan pakan unggul serta pengolahan kotoran yang dapat dijadikan kompos sebagai pupuk bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani.
3. Perlu penelitian lanjutan yang menganalisis dampak program Prima Tani terhadap pendapatan wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.E. 1988. Agricultural Extension in Developing Countries. First Edition. Longman Singapore Publisher Pte Ltd, Singapore. Adimihardja, A. 2006. Prima Tani Ekskalasi 2007. Materi Rapat Keija Persiapan Pelaksanaan Prima Tani 2007. Bogor, 31 Juli 2006. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Adimihardja, A,, S. Mardianto dan E. Jamal. 2007. Menjadikan Prima Tani Sebagai Ujung Tombak Peningkatan Pendapatan Masyarakat Pedesaan. Prosiding Lokakarya Nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa. Bogor, 27 Agustus 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Hlm: 25-33. Adjid, D.A. 2001. Membangun Pertanian Modern. Yayasan Pengembangan Sinar Tani, Jakarta. Ambarsari, D. N. 2005. Analisis Ekouomi Rumahtangga Petani Pekebun Kakao di Kabupaten Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Andriati dan W. Sudana. 2007. Keragaan dan Analisis Finasial Usahatani Padi: Kasus Desa Prima Tani, Kabupaten Karawang Jawa Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 10 (2) :106-118. Adnyana, M. 0. 1992. Langkah Strategis dan Program Penelitian Pengembangan Tanarnan Pangan. Makalah Rapat Kerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Banjarbaru, 21 - 25 Oktober 1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Becker, G. S. 1965. The Economic Appxoach to Human Behavior. The University of Chicago Press, Chicago. Badan Pusat Statistik. 2007. Kabupaten Konawe Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe, Unaha. Badan Pusat Statistik. 2007. Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, Kendari. Bagi, F. S. and I.J. Sing. 1974. A Microeconomic Model of Farm Decisions in An LDC: A Simultaneous Equations Approach. Department of Agricultural Economics and Rural Sociology. The Ohio State University of Columbus, Ohio.
Bunch, R. 2001. Dua Tongkol Jagung: Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Edisi Kedua. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Chuzaimah. 2006. Analisis Keragaan Ekonomi Rumahtangga Petani Peserta dan Non Peserta Rice Estate di Lahan Pasang Sumt Delta Telang I Kabupaten Banyuasin Sumatra Selatan. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Deaton, A. and J. Muellbauer. 1980. Economics and Consumer Behavior. Cambridge University Press, Melbourne. Fajarningsih, R. 1992. Pengaruh Program Intensifikasi terhadap Efesiensi Usahatani Padi di Kabupaten Sragen. Tesis Magister Pertanian. Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Faradesi, E. 2004. Dampak Pasar Bebas terhadap Perilaku Rumahtangga Petani Padi di Kabupaten Cianjur: Suatu Analisis Simulasi Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ghatak, S. and K. Ingersent. 1984. Agricultural and Economic Development: Resource Use Efficiency and Technical Change in Peasant Agriculture. Harvester Press, London. Ilaryati, Y. dan A. Nurawan. 2007. Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Penerapan Inovasi Teknologi pada Budidaya Bawang Merah. Prosiding Lokakarya Nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa. Bogor, 27 Agustus 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Hlm: 108-112. Idris, Suharno dan A. Syam. 2004. Uji Multilokasi Galur-Galur Harapan Padi Sawah. Laporan Ilasil Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara, Kendari. Irawan, B., A. Hendriadi, Z. Mahmud, T. Pranadji, B. Susilo dan Sudjadi. 2006. Panduan Penyusunan Petunjuk Teknis Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Irianto, G., E. Surmaini, R.N. Suhaeti dan A. Hamdani. 2003. Pengintegrasian Gender dalanl Sistem Usahatani Lahan Kering. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Kamandalu, A.A.N.B. dan I.B.K. Suastika. 2007. Tanam Benih Langsung Legowo 2:l: Suatu Altematif Inovasi Teknologi Tanam Padi Prima
Tani Lahan Sawah Intensif. Prosiding Lokakarya Nasional Akselerasi Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa. Bogor, 27 Agustus 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Hlm: 118-124. Kasryno, F., Envidodo, E. Pasandaran, W. Rusastra, A.M. Fagi dan T. Pranadji. 2003. Pemikiran Mengenai Visi Pembangunan Pertanian Indonesia 2020 dan Implikasinya Bagi Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Bahan Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian, 10-12 Juni 2002). Prosiding Arah Kebijakan Program dan Strategi Operasional Litbang Pertanian 2003: Visi Penelitian dan Pengembangan Pertanian Menuju 2020, Jakarta. Hlm: 7-15. Kasryno, F., P. Simatupang, E. Pasandaran dan S. Adiningsih. 2001. Revormasi Kebijakan Perberasan Nasional. Forum Agro Ekonomi, 19 (2): 1-23. Kusnadi, N. 2005. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna di Beberapa Provinsi di Indonesia. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. Harper and Row Publisher. Inc., New York. Krause, M. A,, R.R. Deuson and T.G. Baker. 1990. Risk Sharing versus Low-Cost Credit Systems for International Development. American Journal of Agricultural Economics, 72 (4): 91 1-922. Mundy, P. 2000. Adopsi dan Adaptasi Teknologi Baru. Participatory Assessment Agricultural Technology Project, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Noer, I. 2002. Pengaruh Program ITTARA Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ubikayu di Kabupaten Lampung Timur. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Neuman, W. L. 1999. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. A Person Education Company, London. Rahamma, S., A. Fadhly, Sriwidodo, H.A. Dahlan, T.M. Lando dan D. Baco. 1992. Sumber Pertumbuhan Padi Provinsi Sulawesi Selatan Balai Penelitian Tanaman Pangan, Maros. Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. PT. Gramedia, Jakarta.
Simanjuntak, P. J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Edisi Kedua. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta. Simatupang, P. dan W. Rusatra. 2003. Kebijakan Pembangunan Sistem Agribisnis Padi dalam Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Simatupang, P. 2004. Prima Tani Sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Analisis Kebijakan Pertanian, 2 (3): 209-225. Sinaga, B. M. 1997. Pendekatan Kuantitatif dalam Agribisnis. Journal of Agricultural and Resource Socio-Economics, 10 (1): 48-64. Sing, I., L. Squire and J. Strauss, 1986. Agricultural Household Models: Extension, Application and Policy. The John Hopkins Universty Press, Baltimore. Sunlaryanto. 1989. Penerapan Tenaga Kerja pada Usahatani Padi dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Perubahannya. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sumodiningrat, G. 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian. Edisi Pertama. PT. Bina Rena Pariwara, Jakarta. Suryana, A. 2007. Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Beras dan Pengembangan Bioenergi untuk Kesejahteraan Petani. Prosiding Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional dan Pengembangan Bioenergi untuk Kesejahteraan Masyarakat. Palembang, 9-10 Juli 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Hlm: 1-8. Syahyuti. 2005. Pembangunan Pertanian dengan Pendekatan Komnunitas: Kasus Rancangan Program Prima Tani. Forum Agro Ekonomi, 23 ( 2): 102115. Syahyuti. 2006. Tigapuluh Kollsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanaian. PT. Bina Rena Pariwara, Jakarta. Tenriawaru, A.N. 2003. Pengaruh Program Grateks (Gerakan Peningkatan Produksi dan Ekspor) terhadap Produksi dan Ekspor Kakao Rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Van Den Ban, A.W. and H.S. Hawskins. 1996. Agricultural Extension. Second Edition. JohnWiley & Son, Inc., New York.
WahyUni, S. 2000. Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Tani Mendukung Percepatan Adopsi dan Keberlanjutan Adopsi Tcknologi Usahatani Lahan Rawa. Makalah disampaikan pada Workshop Sistem Usahatani Lahan Pasang Surut-ISDP, Badan Litbang Pertanian, 26-29 Juni 2000, Cipanas-Bogor. Widodo, S. 1989. Production Efficiency of Rice farmer in Java-Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Yudhoyono, S.B. 2004. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis Ekonomi-Politik Kebijakan Fiskal. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Insiitut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lanjutan
Lampiran 2. Data Rurnahtangga Petani Non-Peserta Prima Tani
Lampiran 2. Lanjutal
Lampiran 2.Lanjutan
Lampiran 2. Lanjutan
Larnpiran 2. Lanjutan
Lampiran 3. H a s i l Pendugaan Model P e t a n i Peserta Prima Tani Model Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : PRP Oependent V a r i a b l e : PRP A n a l y s i s of Variance Sum of Mean DF Squares Square 8 2.7228E8 34034925 21 6453598 307314.2 29 2.7873E8
Source Model Error Corrected T o t a l Root MSE Dependent Mean Coeff Var
Variable Intercept LAP CKP JPB JUR JSP JKC JTL JPS
554.35926 7080.00000 7.82993
OF
1 1 1 1 1 1 1 1 1
R-Square Adj R-Sq
Parameter Estimates Parameter Standard Estimate Error -35.4317 395.0611 0.040642 0.132727 15.10001 23.84213 16.14811 50.68005 1.588379 5.274174 3.074471 5.342633 2.944460 1.370306 - 14.9379 33.26142 210.8634 316.0897
F Value 110.75
Pr > F <.0001
0.97685 0.96803
t value -0.09 0.31 1.58 3.14 3.32 1.74 0.47 -0.45 1.50
Model : PRK Oependent V a r i a b l e : PRK
source Model Error Corrected T o t a l ~ o o MSE t Dependent Mean coeff var
Variable Intercept LAK CKK JURK JSPK JKCK JPSK
A n a l y s i s of Variance Sum o f Mean OF Squares square 6 633905.9 105651 .O 23 29527.98 1283.825 29 863433.9 35.83051 164.93333 21.72424
R-square Adj R-Sq
Parameter Estimates Parameter Standard Estimate Error 16.95883 23.66782 0.034804 0.006451 -2.25203 2.862029 0.396288 0.203379 0.433739 0.416446 2.088471 0.752365 -39.1262 28.23562
F Value 82.29
0.95549 0.94388
t Value 0.72 5.40 -0.79 1.95 1.04 2.78 -1.39
f
Pr > F C.0001
Lampiran 3. Lanjutan Model Prima T a n i The SYSLIN Procedure TWO-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : PAT Dependent V a r i a b l e : PRT A n a l y s i s of Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
DF
Sum o f Squares
4 25 29
360020.5 20754.93 380775.5
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
28.81314 214.13333 13.45570
Mean Square
F Value
Pr > F
108.41
<.0001
90005.13 630.1972
17-Square Adj R-Sq
0.94549 0.93677
Parameter Estimates
Variable Intercept JET CKT JPK
JOB
DF 1
1 1 1 1
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
P r > It[
7.703730 6.722451 2.314966 0.030674 0.447682
18.73062 15.31316 0.612753 0.019088 0.231212
0.41 0.44 2.85 1.61 1.94
0.6844 0.6644 0.0087 0.1206 0.0642
Model : CKP Dependent V a r i a b l e : CKP A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
OF 4 25 29
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
7.80687 58.88333 13.25820
Sum of Squares
Mean Square
10335.16 1523.682 11858.84
2583.790 60.94727
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
42.39
<.0001
0.87152 0.85096
Parameter Estimates
Variable ~ntercept LAP JTL CKL JKK
DF
I
1 I 1
1
Parameter Estimate
15.68855 0.003417 0.249537 -0.10240 3.905223
Standard Error
t Value
6.848194 0.001733 0.328891 0.076669 1.756565
2.29 1.97 0.76 -1.34 2.22
Pr >
It1
0.0307 0.0596 0.4551 0.1938 0.0355
Lampiran 3 . Lanjutan Model Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : CKK Dependent V a r i a b l e : CKK A n a l y s i s of Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
DF 3 26 29
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
3.52066 17.50000 20.11804
Sum o f Squares 2786.229 322.2705 3108.500
Mean Square 928.7432 12.39502
R-Square Adj R-Sq
F Value 74.93
Pr > F <.0001
0.89633 0.88436
Parameter Estimates
Variable Zntercept LAK CKL JKK
DF 1 1 1 1
Parameter Estimate 6.142332 0.002642 0.024151 -0.87680
Standard Error 2.305950 0.0001 84 0.031293 0.715624
t Value 2.66 14.38 0.77 -1.23
Pr > It1 0.0131 <.0001 0.4472 0.2315
Model : CKT Dependent V a r i a b l e : CKT
A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
OF 3 26 29
Root MSE Dependent Mean coeff v a r
18.76538 44.75000 41.93382
Sum o f Squares 9791.244 9155.631 18946.88
Mean Square 3263.748 352.1397
R-Square Adj R-Sq
F Value
9.27
Pr > F 0.0002
0.51677 0.46102
Parameter Estimates
Variable ~ntercept JET CKL JKK
DF I 1
1 1
Parameter Estimate -5.63979 26.75167 -0.0731 1 3.355270
Standard Error 14.56522 5.475834 0.162204 3.670597
t Value -0.40 4.89 -0.45 0.91
Pr > It1 0.6917 <.0001 0.6559 0.3691
Lampiran 3. Lanjutan Model Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : CKL Dependent V a r i a b l e : CKL
A n a l y s i s of Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
OF 6 23 29
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
8.32948 63.16667 13.18652
Sum of squares 14830.42 1595.747 16426.17
Mean square 2471.737 69.38030
R-Square Adj R-Sq
Pr > F <.0001
F value 35.63
0.90285 0.87751
Parameter Estimates Parameter Estimate 3.706041 0.000016 -0.62467 0.025853 -0.02425 7.830033 0.001172
Variable Intercept PDL CKP CKK CKT J KK UPP
Standard Error 42.86404 1.572E-6 0.095276 0.182851 0.065697 1.745004 0.001273
t Value 0.09 10.35 -6.56 0.14 -0.37 4.49 0.92
Model : JPB Dependent V a r i a b l e : JPB A n a l y s i s of Variance
DF
Source Model Error Corrected T o t a l
3 26 29
Root MSE Dependent Mean Coeff v a r
7.73025 48.33333 15.99363
Sum o f Squares 11942.99 1553.677 13496.67
Mean Square 3980.996 59.75682
R-Square Adj R-Sq
Pr > F <.0001
F Value
66.62
0.88488 0.87160
Parameter Estimates
Variable ~ntercept PNP
HEN LAP
OF I 1 1 1
Parameter Estimate 23.53501 1.522E-6 -0.00600 0.002955
Standard Error 22.71423 6.706E-7 0.005845 0.001171
t Value 1.04 2.27 -1.03 2.52
Pr >
It1
0.3097 0.0318 0.3142 0.0181
Lampiran 3. Lanjutan Model Prima Tani The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : JUR Dependent V a r i a b l e : JUR A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l Root MSE Dependent Mean Coeff Var
DF 3 26 29
56.07954 348.33333 16.09939
Sum o f Squares 975648.9 81767.78 1057417
Mean Square 325216.3 3144.915
R-Square Adj R-sq
F Value
103.41
~r > F <.0001
0.92267 0.91375
Parameter Estimates
Variable Intercept PNP LAP HUR
Parameter Estimate 105.9337 0.000016 0.010929 -200.039
DF 1 1 1 1
Standard Error 56.90859 5.344E-6 0.008502 58.51780
t Value 1.86 2.98 1.29 -3.42
Pr > It1 0.0740 0.0062 0.2100 0.0021
Model : JSP Dependent V a r i a b l e : JSP A n a l y s i s of Variance
DF 3 26 29
Source Model Error Corrected T o t a l
~ o o MSE t Dependent Mean Coeff Var
35.90437 176.66667 20.32323
sum o f Squares 225149.4 33517.23 258666.7
Mean square 75049.81 1289.124
R-Square Adj R-Sq
F Value 58.22
Pr > F <.0001
0.87042 0.85547
Parameter Estimates
Variable Intercept PNP LAP HSP
DF
1 1 1 1
Parameter Estimate 93.89071 1.513E-6 0.013938 -80.3245
Standard Error 36.45291 3.142E-6 0.005542 21.73968
t Value 2.58 0.48 2.52 -3.69
Pr > I t l 0.0160 0.6341 0.0184 0.0010
Lampiran 3. Lanjutan Model Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : JKC Dependent V a r i a b l e : JKC
Analysis o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
OF 3 26 29
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
40.69842 75.00000 54.26456
sum o f Squares 105684.6 43065.40 148750.0
Mean Square 35228.20 1656.361
R-Square Adj R-Sq
F value
21.27
~r > F <.0001
0.71048 0.67708
Parameter Estimates
Variable Intercept PNP LAP HKC
DF 1 1
I 1
Parameter Estimate - 77.6967 8.749E-6 0.001515 15.64517
Standard Error 22.41 935 3.528E-6 0.006158 9.422654
t Value -3.47 2.48 0.25 1.66
P r > It1 0.0019 0.0200 0.8076 0.1089
Model : JPS Dependent V a r i a b l e : JPS A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
3 26 29
Root MSE Dependent Mean coeff Var
0.58365 1.70833 34.16478
DF
Sum 07 Squares 8.403638 8.856779 17.26042
Mean Square 2.801213 0.340645
R-Square Adj R-Sq
F Value 8.22
Pr > F 0.0005
0.48687 0.42767
Parameter Estimates
Variable Intercept HPS HPD LAP
OF 1
1 1 1
Parameter Estimate 0.336353 2.255E-6 -0.00004 0.000147
Standard Error 1.915013 0.000015 0.000904 0.000031
t Value
0.18 0.15 -0.04 4.79
Pr > It1 0.8619 0.8785 0.9687 <.0001
Lampiran 3. Lanjutan Model Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : JTL Dependent V a r i a b l e : JTL
A n a l y s i s of Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
DF 4 25 29
Root MSE Dependent Mean coeff var
3.98548 34.50000 11.55212
sum o f Squares 9550.398 397.1018 9947.500
Mean Square 2387.600 15.88407
R-Square Adj R-Sq
F Value 150.31
Pr > F <.0001
0.96008 0.95369
Parameter Estimates
Variable rntercept LAP UPP
JKK UPN
OF I 1 1 1 1
Parameter Estimate -14.7017 0.004536 0.000434 -2.00222 0.000111
Standard Error 20.12722 0.000269 0.000600 0.761531 0.000034
t Value -0.73 16.88 0.72 -2.63 3.22
P r > It1 0.4719 <.0001 0.4765 0.0144 0.0035
Model : KMP Dependent V a r i a b l e : KMP Analysis of variance
OF 2 27 29
source Model Error Corrected T o t a l
ROO^ MSE Dependent Mean coeff var
949994.232 4600116.67 20.65152
Sum o f Squares 7.283E13 2.437E13 9.72E13
Mean Square 3.642E13 9.025E11
R-square Adj R-Sq
F Value 40.35
Pr > F <.0001
0.74931 0.73074
Parameter Estimates
Variable ~ntercept PTR JAK
OF I 1 1
Parameter Estimate -148921 I 0.152212 848593.4
Standard Error 709247.5 0.038894 136805.3
t Value -2.10 3.91 6.20
P r > It1 0.0452 0.0006 <.0001
Lampiran 3. Lanjutan Model Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : KNP Dependent V a r i a b l e : KNP
A n a l y s i s o f Variance
source Model Error Corrected T o t a l
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
DF
3 26 29
371402.209 2296666.67 16.17136
Sum o f Squares 1.359E13 3.586E12 1.718E13
Mean Square 4.531E12 1.379E11
R-Square Adj R-Sq
F Value
32.85
Pr > F C.0001
0.79123 0.76714
Parameter Estimates
Variable Intercept PTR JAK KMP
DF 1 1 1 1
Parameter Estimate -56953.8 0.046854 203873.4 0.158602
Standard Error 299064.5 0.01 9036 83288.82 0.075239
t Value
-0.19 2.46 2.45 2.11
P r > It1 0.8504 0.0208 0.0214 0.0448
Lampiran 4 . H a s i l Pendugaan Model P e t a n i Non-Peserta Prima Tani Model Non-Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : PRP Dependent V a r i a b l e : PAP
Source Model Error Corrected T o t a l ROOt MSE Dependent Mean coeff var
Variable Intercept LAP CKP JPB JUR JSP JKC JTL JPS
A n a l y s i s o f Variance Sum o f Mean DF Squares Square
8 21 29 716.28425 6266.66667 11.43007
41072341 10774326 51846667 R-Square Adj R - s q
Pr > F
10.01
<.0001
0.79219 0.71302
Parameter Estimates Parameter Standard Estimate Error
3437 .I78 0.050161 40.50871 2.084006 0.982660 -1.06269 1.583747 16.25079 -158,860
F Value
5134043 51 3063.1
t Value
588.0956 0.180824 20.57362 11.49440 1.799342 1.995619 3.482976 35.68856 158.3190
5.64 0.28 1.97 0.18 0.55 -0.53 0.45 0.46 -1.00
Model : PRK Dependent V a r i a b l e : PRK
Source Model Error Corrected T o t a l Root MSE Dependent Mean Coeff Var
A n a l y s i s o f Variance Sum o f Mean DF Squares Square
6 23 29 27.43442 129.93333 21.11422
158913.0 17310.88 176223.9
F Value
Pr > F
35.19
<.0001
26485.50 752.6472
R-Square Adj R-Sq
0.90177 0.87614
Parameter Estimates
Variable Intercept !AK CKK JURK JSPK JKCK JPSK
Parameter Estimate
70.52373 0.027857 -6.82566 1 ,180853 -0.18018 1.352803 24.30992
Standard Error
28 33592 0.005024 2.642763 0,249137 0.336943 0.420877 16.76836
t Value
2.47 5.55 -2.58 4.74 -0.48 3.21 1.45
Lampiran 4. Lanjutan Model Non-Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : PRT Dependent V a r i a b l e : PRT A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l Root MSE Dependent Mean Coeff Var
OF
Sum of Squares
4 25 29
318872.3 12344.34 331216.7
22.22102 211.66667 10.49812
~ean Square 79718.08 493.7736
R-Square Adj R - s q
F Value
161.45
Pr > F <.0001
0.96273 0.95677
Parameter Estimates
Variable Intercept JET CKT JPK JOB
OF 1 1 1 1 1
Parameter Estimate -9.68814 17.91165 2.577202 0.065126 0.166007
Standard Error 12.89439 8.244385 0.5301 15 0.014636 0.167083
t Value -0.75 2.17 4.86 4.45 0.99
Pr > It1 0.4595 0.0395 <.0001 0.0002 0.3300
Model : CKP Oependent V a r i a b l e : CKP
A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
OF 4 25 29
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
5.71715 45.98333 12.43309
Sum o f Squares 7356.597 817.1447 8173.742
Mean Square 1839.149 32.68579
R-Square Adj R-Sq
F Value 56.27
Pr > F C.0001
0.90003 0.88403
Parameter Estimates
Variable Intercept LAP JTL CKL JKK
DF 1 1 1 1 1
Parameter Estimate 8.638442 0.001421 0.402861 -0.16590 8.923274
Standard Error 3.902544 0.001197 0.275115 0.062438 2.150430
t Value 2.21 1.I9 1.46 -2.66 4.15
Pr > JtJ 0.0362 0.2464 0.1556 0.0135 0.0003
Lampiran 4. Lanjutan Model Non-Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : CKK Dependent V a r i a b l e : CKK
A n a l y s i s o f Variance
source Model Error Corrected T o t a l
OF
Sum o f Squares
Mean Square
3 26 29
981.9692 220.2724 1202.242
327.3231 8.472017
~ o o MSE t Dependent Mean Coeff Var
2.91067 18.48333 15.74755
R-square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
38.64
<.0001
0.81678 0.79564
Parameter Estimates
Variable Intercept LAK CKL JKK
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
12.20008 0.002252 0.035317 - 1.88973
1.681806 0.000217 0.025872 0.866401
7.25 10.36 1.37 -2.18
1 1 1 1
Pr > J t J
<.0001 <.0001 0.1839 0.0384
Model : CKT Dependent V a r i a b l e : CKI
A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
DF 3
ROO^ MSE Dependent Mean Coeff Var
12.89586 39.87833 32.33802
26 29
sum of Squares
Mean Square
4280.643 4323.885 8604.528
1426.881 166.3033
R-square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
8.58
0.0004
0.49749 0.43951
Parameter Estimates
Variable ~ntercept JET CKL JKK
DF
I 1 1 1
Parameter Estimate
Standard Error
15.42021 16.00959 -0.23220 4.875866
8.674568 3.270575 0.114584 3.842152
t Value
1.78 4.90 -2.03 1.27
Pr >
It1
0.0872 c.0001 0.0531 0.2157
Lampiran 4. Lanjutan Model Non-Prima Tani The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : CKL Dependent V a r i a b l e : CKL A n a l y s i s of Variance
Source Model Error Corrected T o t a l Root MSE Dependent Mean Coeff Var
DF
sum o f Squares
Mean Square
6 23 29
38866.21 1215.153 40081.37
6477.702 52.83274
R-Square Adj R-Sq
7.26861 84.76667 8.57485
Pr > F <.0001
F Value
122.61
0.96968 0.96177
Parameter Estimates
Variable Intercept PDL CKP CKK CKT JKK UPP
I
DF
1
1 1 1
1 1 1
Parameter Estimate
Standard Error
49.45371 0.000023 -0.32324 0.042428 -0.05732 9.718812 -0.00126
Pr >
t Value
60.94861 2.532E-6 0.114253 0.2361 98 0.082960 3.089867 0.001892
0.81 9.02 -2.83 0.18 -0.69 3.15 -0.67
It1
0.4255 <.0001 0.0095 0.8590 0.4965 0.0045 0.5115
Model : JPB Dependent V a r i a b l e : JPB A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
DF
Sum o f Squares
Mean Square
3 26 29
26230.94 3126.527 29357.47
8743.646 120.2510
~ o o MSE t Dependent Mean Coeff Var
10.96590 95.53333 11.47862
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
72.71
<.0001
0.89350 0.88121
Parameter Estimates
Variable Intercept PNP HEN LAP
DF
Parameter Estimate
Standard Error
1 1 1 1
79.33619 7.886E-7 -0.02464 0.006724
17.49401 7.916E-7 0.008739 0.001047
t Value
4.54 1 .OO -2.82 6.42
Pr >
It1
0.0001 0.3284 0.0091 <.0001
Lampiran 4. Lanjutan Model Non-Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage L e a s t Squares E s t i m a t i o n Model : JUR Dependent V a r i a b l e : JUR A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
OF 3 26 29
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
65.97169 268.33333 24.58572
Sum o f Squares
Mean Square
599257.8 113158.9 712416.7
199752.6 4352.264
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
45.90
<.0001
0.84116 0.82283
Parameter Estimates
Variable ~ntercept PNP LAP HUR
Parameter Estimate
DF I
Standard Error
263.5141 2.569E-6 0.015277 -300.719
1
I 1
t Value
60.77417 4.775E-6 0.007008 58.84952
Pr >
4.34 0.54 2.18 -5.11
It1
0.0002 0.5952 0.0385 C.0001
Model : JSP Dependent V a r i a b l e : JSP
A n a l y s i s o f Variance
SOUPC~
DF
sum oP Squares
Mean Square
Model Error Corrected T o t a l
3 26 29
93308.14 182608.5 275916.7
31102.71 7023.405
~ o o MSE t Dependent Mean Coeff Var
83.80576 113.33333 73.94626
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
4.43
0.0121
0.33618 0.26181
Parameter Estimates
Variable Intercept PNP LAP HSP
DF
1 1
1 1
Parameter Estimate
-0.11700 2.709E-6 0.010434 -5.64597
Standard Error
47.47313 6.105E-6 0.008253 20.07414
t value
-0.00 0.44 1.26 -0.28
Pr >
It1
0.9981 0.6609 0.2174 0.7807
Lampiran 4. Lanjutan Model Non-Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : JKC Dependent V a r i a b l e : JKC
A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
OF 3 26 29
sum o f Squares 21741.46 46612.71 68354.17
42.34143 35.83333 118.16212
Mean Square 7247.153 1792.796
R-Square Adj R-Sq
F value 4.04
Pr > F 0.0174
0.31807 0.23939
Parameter Estimates
Variable Intercept PNP LAP HKC
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
1 1 1 1
-25.8998 3.962E-6 0.001 025 12.07650
20.68399 3.063E-6 0.004041 6.276237
-1.25 1.29 0.25 I.92
Pr >
Itl
0.2217 0.2073 0.8018 0.0653
hlodel : JPS Dependent V a r i a b l e : JPS A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
OF 3 26 29
Root MSE Dependent Mean coef? v a r
0.92050 2.21667 41 .52637
sum o f Squares 15.31128 22.03039 37.34167
Mean Square 5.103760 0 .a47323
R-Square Adj R-Sq
F Value
6.02
Pr > F 0.0029
0.41003 0.34196
Parameter Estimates
Variable Intercept HPS HPO LAP
DF
1 1 1 1
Parameter Estimate -10.1096 -0.00003 0.006946 0.000118
Standard Error 9.789987 0.000014 0.005044 0.000046
t value
-1.03 -2.08 1.38 2.58
Pr > I t1 0.3113 0.0474 0.1802 0.0158
Lampiran 4. Lanjutan Model Non-Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares E s t i m a t i o n Model : JTL Dependent V a r i a b l e : JTL
A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
DF
sum of Squares
Mean Square
4 25 29
7994.159 418.9163 8413.075
1998.540 16.75665
Root MSE Dependent Mean coeff var
4.09349 29.85000 13.71353
R-Square Adj R-sq
~r > F <.0001
F value
119.27
0.95021 0.94224
Parameter Estimates
Variable Intercept
LAP UPP JKK UPN
OF
1 1 1
1 1
Parameter Estimate
-29.5771 0.004221 0.000834 -1.07817 -0.00002
Standard Error
t Value
Pr > [ t l
31.06151 0.000206 0.000918 1.008100 0.000051
-0.95 20.50 0.91 -1.07 -0.31
0.3501 <.0001 0.3728 0.2951 0.7611
Model : KMP Dependent V a r i a b l e : KMP A n a l y s i s o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
~ o o MSE t Dependent Mean Coeff Var
DF
2 27
29
851399.128 4083091.67 20.85182
Sum of Squares
Mean Square
6.307E13 1.957E13 8.264E13
3.153E13 7.249E11
R-S~UW~
Adj R-Sq
F value
Pr > F
43.50
<.0001
0.76316 0.74562
Parameter Estimates
Variable ~ntercept PTR JAK
DF
I 1
1
Parameter Estimate
-847373 0.079430 914155.3
Standard Error
t Value
649973.2 0.057282 130120.6
-1.30 1.39 7.03
Pr >
I t1
0.2033 0.1769 <.0001
Lampiran 4 . L a n j u t a n Model Non-Prima T a n i The SYSLIN Procedure Two-Stage L e a s t Squares E s t i m a t i o n Model : KNP Dependent V a r i a b l e : KNP
Analysis o f Variance
Source Model Error Corrected T o t a l
Root MSE Dependent Mean C o e f f Var
DF
Sum o f Squares
Mean Square
3 26 29
1.003E13 3.159E12 1.349E13
3.343E12 1.33Ell
364719.192 2250933.33 16.20302
R-Square Adj R-sq
F Value
Pr > F
25.13
<.0001
0.74356 0.71397
Parameter Estimates
Variable Intercept PTR JAK KMP
DF 1
1 1 1
Parameter Estimate
Standard Error
587973.3 -0.00445 284742.0 0.121134
287063.0 0.025397 93737.58 0.082441
t Value
2.05 -0.18 3.04 1.47
Pr >
Jtl
0.0508 0.8622 0.0054 0.1537