LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TEMBAGA SULFAT KAMIS, 25 APRIL 2014
DISUSUN OLEH: FikriSholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Annisa Etika Arum
1112016200009
2. Aini Nadhokhotani Herpi
1112016200016
3. Rhendika Taufik Yudoseno 1112016200036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 Pembuatan tembaga sulfat
Page 1
A. ABSTRAK Pada pembuatan tembaga sulfat, elektroda Cu menggantikan ion H+ sehingga terjadi perubahan warna larutan. Selain itu pada reaksi ini terjadi perpindahan dan penerimaan electron-elektron dari anoda maupun katoda. Salah satu hasil reaksi ini, yakni terbentuknya endapan pada katode (elektroda Cu lurus) setiap 3 menit sekali. Endapan tersebut terbentuk akibat elektron-elektron yang dilepaskan anoda di arahkan ke katoda. Sedangkan pada anoda elektron yang dilepaskan membentuk Cu. Selain terbentuknya endapan, perubaan reaksi lainnya yang terbentuk gelembunggelembung pada bagian anoda. Gelembung yang muncul pada anoda menunjukkan adanya gas dari reaksi pelepasan elektron oleh tembaga. Jika elektroda Cu dengan banyak lilitan ditempatkan di daerah anoda reaksi yang terjadi akan semakin cepat (reaksi ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi berwarna biru) dibandingkan elektroda Cu (banyak lilitan) ditempatkan di daerah katoda
B. PENDAHULUAN Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1038°C. karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. (G., Svehla, 1990, hlm. 289). Pada dasarnya, tembaga bukanlah logam reaktif, namun logam ini dapat diserang oleh asam-asam pekat. Secara khusus, tembaga bereaksi dengan asam hidroklorida pekat mendidih dengan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas hidrogen. Peristiwa ini sesungguhnya cukup “mengejutkan” mengingat asam hidroklorida bukanlah asam oksidator kuat seperti asam nitrat. Ion tembaga (I) yang terjadi segera bereaksi dengan ion klorida membentuk ion komplkes tak berwarna diklorokuprat(I), [CuCl2]- (Kristian, dan Retno, 2010, hlm. 310). Gambar 20-1
Pergantian Ag+ dari larutan berair oleh logam tembaga
Pembuatan tembaga sulfat
Page 2
Logam tembaga menggantikan ion Ag+ dari larutan membentuk endapan logam perak berbentuk bulu (pohon perak). Cu(p) + 2 Ag+(aq)
Cu2+(aq) + 2Ag(p) (Petrucci, 1985, hlm. 2).
Selembar alumunium akan menggantikan Cu2+ hanya denga menambahkannya secara langsung pada larutan Cu2+(aq); selembar logam tembaga akan menggantikan Ag+ dengan menambahkannya pada larutan Ag+(aq) (seperti dalam gambar 20-1) (Petrucci, 1985, hlm. 19). Sel penyimpan timbal umumnya dipakai sebagai batere mobil yang disebut aki. Bagian dalam sel ini terdiri dari sel Galvani yang dihubungkan satu sama lain secara seri. Semua anoda dihubungkan menjadi satu dan demikian juga katodanya. Anoda terbuat dari logam timbale (Pb) dan katoda dari timbale oksida (PbO2). Keduanya tercelup secara terpisah dalam larutan H2SO4 encer (kira-kira 30% berat) (Syukri, 1999, hlm. 544).
C. MATERIAL DAN METODE Material Material • •
•
Power suplay Gelas kimia
•
Kabel
•
•
Pembuatan tembaga sulfat
Kawat tembaga Elektroda Cu lurus dan elektroda Cu melingkar Air aki (H2SO4) Page 3
•
Amplas
Metode Metode 1. Bersihkan elektoda Cu dan Kawat tembaga dengan amplas, 2. Buatlah kawat tembaga melingkar ke atas dengan ukuran yang sesuai dengan gelas kimia yang digunakan, 3. Rangkai kabel penghubung ke power suplay dan elektroda Cu serta ke Kawat tembaga tersebut, 4. Masukkan air aki (H2SO4) ke dalam gelas kimia sebanyak 200 ml, 5. Nyalakan power suplay, dan amati reaksi yang terjadi.
D. HASIL DAN DISKUSI H 2 SO 4 → 2 H + + SO42− elektroda Cu
Anoda
:
Katoda
:
→
+ 2
+ 2e →
Cu + Cu 2+ → Cu + Cu 2+ Pembahasan Pada pembuatan larutan tembaga sulfat, elektroda yang digunakan dalam proses sel elektrolisis dengan menggunakan larutan accu (H2SO4 encer), yakni elektroda Cu baik pada anoda maupun katoda.
Logam tembaga menggantikan ion Ag+ dari larutan membentuk endapan logam perak berbentuk bulu (pohon perak) (petrucci, 1985). Begitu pula pada percobaan ini, logam tembaga/elektrode Cu yang digunakan menggantikan ion H+ dari larutan H2SO4 sehingga terjadi pembentukan kompleks menghasilkan larutan berwarna biru. Elektroda Cu pada anoda cenderung memiliki energi potensial oksidasi yang besar sehingga cenderung pula untuk melepaskan elektron. Sedangkan pada katoda, elektroda Cu cenderung memiliki energi potensial reduksi yang besar sehingga cenderung pula untuk menerima electron yang telah dilepaskan dari daerah anoda. Dua elektron di katoda digunakan untuk bereaksi membentuk Cu secara bersamaan dua elektron keluar dari anoda karena terjadinya perubahan dari Cu membentuk Cu2+ (Sri, dan Hendrawan, hlm. 66). Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya endapan pada katode (elektroda Cu lurus) setiap 3 menit sekali. Endapan tersebut terbentuk akibat elektron-elektron yang dilepaskan Pembuatan tembaga sulfat
Page 4
anoda di arahkan ke katoda. Sedangkan pada anoda elektron yang dilepaskan membentuk Cu. Selain terbentuknya endapan, perubaan reaksi lainnya yang terbentuk gelembung-gelembung pada bagian anoda. Gelembung yang muncul pada anoda menunjukkan adanya gas dari reaksi pelepasan elektron oleh tembaga. Oleh karena elektroda Cu dengan banyak lilitan, reaksi yang terjadi semakin cepat jika elektroda Cu dengan lilitan banyak ditempatkan pada daerah anoda dibandingkan elektroda Cu lurus.
E. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan pembuatan tembaga sulfat, dapat disimpulkan bahwa: 1. Terbentuk endapan pada elektroda Cu di daerah katoda 2. Terdapat gelembung/gas yang menunjukkan berlangsungnya/adanya reaksi yang terjadi (gelembung ada di daerah anoda) Pembuatan tembaga sulfat
Page 5
3. Ada pelepasan dan penerimaan elektron pada daerah anoda maupun katoda 4. Adanya perubahan warna larutan hasil reaksi elektroda tembaga dengan ion SO42− pada larutan aki
F. REFERENSI Kristian, dan Retno. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm. 310 Petrucci. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Edisi Ke empat-jilid 3, terj. Suminar. Jakarta: Erlangga. hlm. 2 Svehla, G.1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, terj. L., Setiono, dan A., Hadyana, P. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka. Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB. hlm. 544
Pembuatan tembaga sulfat
Page 6