LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008
DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2008 I.
PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi
amanat pasal 16 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan pasal 27 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Selain itu, laporan ini juga disusun agar seluruh pihak yang berkepentingan dapat mengetahui secara jelas dan transparan informasi terkait dengan pengelolaan Surat Berharga Negara. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk mengelola keuangan negara secara transparan, profesional dan bertanggung jawab. Seluruh angka dan data yang digunakan dalam laporan ini meliputi realisasi selama satu tahun anggaran yang dimulai 1 Januari 2008 dan berakhir 31 Desember 2008, kecuali secara jelas dinyatakan lain. Surat Berharga Negara (SBN) terdiri atas Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Secara umum, SUN dapat dibedakan atas Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dan Obligasi Negara (ON) yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Menurut denominasi mata uangnya, ON yang telah diterbitkan Pemerintah dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu ON berdenominasi Rupiah dan ON berdenominasi valuta asing. Menurut jenis tingkat bunganya, ON dapat dikelompokkan ke dalam ON dengan tingkat bunga tetap dan ON dengan tingkat bunga mengambang. Selain itu, Pemerintah juga telah menerbitkan ON tanpa bunga yaitu Zero Coupon (ZC). Sementara itu, Surat Berharga Syariah Negara baru diterbitkan pada tahun 2008 dengan denominasi Rupiah dan tingkat imbalan tetap (Fixed Rate). II. PENGELOLAAN PORTOFOLIO SUN TAHUN 2008 Sebelum dilakukan penyesuaian melalui APBN-Perubahan tahun 2008, target pembiayaan dari SBN Neto ditetapkan sebesar Rp91,6 triliun. Dalam perkembangannya, target tersebut kemudian direvisi menjadi Rp117,8 triliun. Jumlah nominal tersebut merupakan target neto, yaitu jumlah penerbitan SUN baru setelah dikurangi dengan jumlah SUN yang jatuh tempo maupun dibeli kembali oleh Pemerintah sebelum jatuh tempo (buyback). Untuk melaksanakan hal tersebut, maka dalam rangka pengelolaan portofolio SUN dilakukan kegiatan : A. Penerbitan Obligasi Negara dalam Rupiah Total nilai nominal Obligasi Negara (ON) dalam denominasi Rupiah yang diterbitkan pada tahun 2008 adalah sebesar Rp72,22 triliun yang dilakukan dalam 20 kali lelang yang dilakukan sejak bulan
Januari sampai September 2008. Jumlah tersebut meliputi penerbitan ON Fixed Rate, Variable Rate, Zero Coupon, dan Obligasi Negara Ritel (ORI). Penerbitan Obligasi Negara secara reguler dilakukan dengan cara lelang di pasar perdana. Pada setiap penerbitan, jumlah penawaran yang dimenangkan lebih rendah dari jumlah penawaran yang masuk dengan bid to cover ratio berkisar dari 1,00 kali sampai 6,32 kali. Total nilai nominal ON dalam denominasi Rupiah yang diterbitkan pada tahun 2008 dengan tingkat bunga tetap (Fixed Rate) adalah sebesar Rp41,50 triliun, ON dengan tingkat bunga mengambang (Variable Rate) sebesar Rp5,00 triliun sedangkan ON dengan pembayaran bunga secara diskonto (Zero Coupon) sebesar Rp9,55 triliun dan memiliki waktu jatuh tempo berjangka pendek, menengah dan panjang, yaitu antara tahun 2010 dan 2038, serta ORI sebesar Rp16,17 triliun. Penerbitan ON dalam denominasi Rupiah mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain: (i) struktur jatuh tempo utang yang sudah ada, (ii) pengembangan pasar sekunder SUN, dan (iii) cost of borrowing. Penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) yang dilakukan sebanyak 2 kali penerbitan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk memperluas basis investor SUN dan ditujukan untuk investor perorangan. Penerbitan ORI pada tahun 2008 dilakukan pada tanggal 12 Maret 2008, yaitu ORI004 dengan tenor selama 4 tahun, dan ORI005 pada tanggal 3 September 2008 dengan tenor 5 tahun. Penerbitan ORI ini dilaksanakan dengan cara bookbuilding melalui Agen Penjual yang diseleksi oleh Panitia Seleksi. Penerbitan ORI tersebut mendapat sambutan yang positif dari masyarakat, terbukti dengan jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp13,46 triliun (terdiri dari 37.724 pemesanan pembelian) untuk ORI004, dan untuk ORI005 mencapai Rp2,72 triliun (terdiri dari 14.001 pemesanan pembelian). Mengantisipasi minat investor yang cenderung bergeser dari instrumen jangka panjang ke instrumen jangka pendek sehubungan dengan kondisi ketidakpastian pasar karena adanya krisis keuangan global, pemerintah mengambil inisiatif untuk tidak hanya menerbitkan instrumen ON jangka panjang dan menengah, tetapi juga ON jangka pendek. Instrumen jangka pendek yang diterbitkan oleh Pemerintah adalah ON dengan tingkat bunga mengambang (Variable Rate), yaitu Obligasi Negara yang memberikan bunga sesuai dengan Sertifikat Bank Indonesia tenor 3 bulan, dan ON jenis Zero Coupon. Pada tahun 2008, Penerbitan Variable Rate Bond seri VR0032 dilakukan oleh pemerintah sebanyak 2 kali, pada lelang tanggal 15 April dan 15 Mei 2008 (reopening), seri ini jatuh tempo pada tanggal 25 April 2011 (tenor 3 tahun) dengan total penerbitan sebesar Rp5,00 triliun. Sementara Zero Coupon diterbitkan sebanyak 7 kali dengan tenor 2-5 tahun, dengan total penerbitan Rp9,55 triliun. B. Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) SPN adalah Surat Utang Negara yang jangka waktu jatuh temponya sampai dengan 12 bulan. Pada tahun 2008, Pemerintah menerbitkan 2 seri SPN, yaitu SPN 20090430 dan SPN 20090731, dengan total penerbitan SPN mencapai Rp10,01 triliun, yang terdiri dari Rp5,25 triliun untuk SPN 20090430 dan
2
Rp4,76 triliun untuk SPN 20090731. Penerbitan SPN tahun 2008 dilakukan dalam 6 kali pelaksanaan lelang. Untuk meningkatkan minat investor atas instrumen SPN dan mendorong perkembangan pasar SPN, Pemerintah telah melakukan perubahan terhadap PP nomor 11 tahun 2006 dengan menerbitkan PP Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan atas diskonto SPN, dimana pemungutan pajak atas diskonto SPN dilakukan di pasar sekunder dan pada saat jatuh tempo dengan tarif sebesar 20% final. C. Penerbitan Obligasi Negara dalam Valuta Asing (International Bonds) Total penerbitan International Bonds dalam tahun 2008 mencapai US$4,20 miliar atau setara dengan Rp39,31 triliun. Mempertimbangkan daya serap pasar SBN domestik, pada tahun 2008 dilaksanakan 2 kali penerbitan International Bonds yaitu pada bulan Januari dan Juni 2008. Penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing di pasar perdana internasional yang pertama dilaksanakan pada awal bulan Januari tahun 2008, dengan nominal sebesar USD2 miliar. Penerbitan dilakukan dengan dual tranches, yaitu seri INDO-18 sebesar US$1.509.900.000 setara Rp14,31 triliun dan INDO-38 sebesar US$1.628.920.000 setara Rp15,44 triliun. Penerbitan Obligasi Negara di pasar internasional pada tahun 2008 ini adalah untuk keenam kalinya sejak penerbitan pertama pada tahun 2004 lalu. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan pada tahun 2008 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Adapun distribusi investor berdasarkan regional, untuk INDO-18 yaitu Asia (24%), Eropa (29%), dan Amerika (47%). Yield INDO-18 ini adalah 6,950%. Distribusi investor berdasarkan regional untuk INDO-38 adalah Asia (10%), Eropa (38%) dan Amerika (52%). Yield INDO-38 adalah 7,750%. Hasil penerbitan ini menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap manajemen fiskal dan prospek ekonomi Indonesia jangka panjang. Penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing di pasar perdana internasional yang kedua dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2008, dengan nominal sebesar USD2,20 miliar. Penerbitan dilakukan dalam triple tranches, yaitu seri INDO-14 (reopening) sebesar US$1.314.505.000 setara Rp12,164 triliun, INDO-18 (reopening) sebesar US$2.059.773.000 setara Rp19,06 triliun, dan INDO-38 (reopening) sebesar US$2.963.168.000 setara Rp27,42 triliun. Sebagaimana penerbitan sebelumnya, penerbitan pada tahun 2008 ini juga mendapatkan sambutan yang baik di pasar internasional. Adapun distribusi investor berdasarkan regional, untuk INDO-14 (reopening) yaitu Asia (13%), Eropa (28%), dan Amerika (59%). Yield untuk INDO-14 tersebut adalah 6,694%. Distribusi investor berdasarkan regional untuk INDO-18 (reopening) adalah Asia (19%), Eropa (47%) dan Amerika (34%). Yield INDO-18 tersebut adalah 7,278%. Distribusi investor berdasarkan regional untuk INDO-38 (reopening) adalah Asia (15%), Eropa (22%) dan Amerika (63%). Yield INDO-38 tersebut adalah 8,154%.
3
Sehubungan dengan kinerja penerbitan International Bonds pada tahun 2008, telah diperoleh penghargaan internasional, yaitu The Assets Triple A Deal of The Year 2008 untuk kategori sebagai berikut: 1. Best Issuer; 2. Best Sovereign Bond untuk penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing seri INDO-18 dan INDO38; 3. Best Deal in Indonesia untuk penerbitan Obligasi Negara dalam valuta asing seri INDO-18 dan INDO-38. The Asset sebagai salah satu media keuangan internasional memberikan penghargaan tersebut karena menilai Indonesia telah berhasil dalam menerbitkan Obligasi Negara dalam valuta asing dengan tenor 10 dan 30 tahun di tengah-tengah krisis keuangan global yang penuh tantangan. D. Pelaksanaan Debt Switching/Buyback Total pelaksanaan debt switching pada tahun 2008 adalah sebanyak 2 kali dengan jumlah nominal SUN yang ditukar sebesar Rp.4,57 triliun. Selain itu juga telah dilakukan cash buyback sebanyak 3 kali, dengan jumlah nominal sebesar Rp2,38 triliun. Pada akhir tahun 2007, profil jatuh tempo SUN saat ini terkonsentrasi dengan jumlah yang signifikan pada kurun waktu 2008-2009 cukup besar. Dalam rangka mengurangi risiko pelunasan pokok SUN pada kurun tahun 2008-2009 tersebut, Pemerintah berupaya untuk menata ulang struktur jatuh tempo SUN melalui debt switching, yaitu dengan membeli seri-seri Obligasi Negara jangka pendek dan menukarkannya dengan Obligasi Negara yang mempunyai jatuh tempo jangka menengah dan panjang. Jumlah SUN yang jatuh tempo pada kurun tahun 2008-2009, yang berada pada kisaran di atas Rp80,00 triliun, digeser ke jangka waktu jatuh tempo yang lebih panjang. Kondisi ini juga memberikan keleluasaan bagi Pemerintah untuk menerbitkan instrumen SUN jangka pendek, baik berupa Obligasi Negara Ritel maupun Surat Perbendaharaan Negara. Upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi refinancing risk adalah dengan memberikan prioritas penerbitan Obligasi Negara jangka menengah dan panjang. Disamping debt switch, Pemerintah juga melakukan kegiatan cash buyback yang merupakan salah satu strategi pengelolaan portofolio SUN dengan cara melaksanakan pembelian Obligasi Negara yang belum jatuh tempo di pasar sekunder. Dalam tahun 2008, cash buy back dilakukan sebanyak 3 kali dengan jumlah SUN yang di-buyback sebesar Rp2,38 triliun. Obligasi Negara yang telah dibeli tersebut kemudian dinyatakan lunas atau jatuh tempo, sehingga mengurangi total outstanding SUN. Pada saat pasar mengalami bearish, dimana harga SUN cenderung diskon, penerapan strategi cash buyback ini akan lebih menguntungkan Pemerintah, dibanding jika harus membayar pelunasan pokok pada saat jatuh tempo
4
nantinya. Disamping itu pelaksanaan cash buyback oleh Pemerintah pada saat kondisi pasar bearish ini juga dapat menahan penurunan harga yang makin dalam dan melakukan stabilisasi pasar SUN. III. PENGELOLAAN PORTOFOLIO SBSN TAHUN 2008 Dalam rangka perluasan basis investor, diversifikasi sumber pembiayaan, dan pengembangan pasar keuangan dalam negeri, Pemerintah telah menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah, atau dikenal secara internasional dengan istilah sukuk. Instrumen keuangan ini pada prinsipnya sama seperti surat berharga konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, serta adanya aqad atau penjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Untuk keperluan penerbitan surat berharga berdasarkan prinsip syariah, perlu adanya pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut instrumen maupun perangkat yang diperlukan. Hal tersebut, juga dengan mempertimbangkan adanya kendala-kendala yang dihadapi dari sisi legal dalam hal Pemerintah akan menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan basis hukum yang ada di Indonesia pada saat ini. Oleh karena itu, pada 7 Mei 2008 telah disahkan Undang-Undang (UU) Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diajukan oleh pemerintah oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Secara garis besar UU tersebut mengatur hal-hal sebagai berikut: a. Transparansi pengelolaan Surat Berharga Syariah Negara dalam kerangka kebijakan fiskal dan kebijakan pengembangan pasar Surat Berharga Syariah Negara dengan mengatur lebih lanjut tujuan penerbitannya dan jenis-jenis akad atau perjanjian yang digunakan. b. Kewenangan Pemerintah untuk menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara, baik dilakukan secara langsung oleh Pemerintah yang didelegasikan kepada Menteri, ataupun dilaksanakan melalui Perusahaan Penerbit yang dibentuk oleh Menteri. c. Kewenangan Pemerintah untuk menggunakan Barang Milik Negara sebagai dasar penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (underlying asset). d. Kewenangan Wali Amanat untuk bertindak mewakili kepentingan Pemegang Surat Berharga Syariah Negara; e. Kewenangan Pemerintah untuk membayar semua kewajiban yang timbul dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun melalui Perusahaan Penerbit, secara penuh dan tepat waktu sampai berakhirnya kewajiban tersebut. f.
Landasan hukum bagi pengaturan lebih lanjut atas tata cara dan mekanisme penerbitan Surat Berharga Syariah Negara di pasar perdana maupun perdagangan Surat Berharga Syariah Negara di
5
Pemerintah untuk pertama kalinya menerbitkan SBSN pada Agustus 2008 melalui metode bookbuilding di pasar perdana dalam negeri. Proses Bookbuilding SBSN tersebut dilakukan melalui agen penjual SBSN mulai 15 Agustus 2008 sampai dengan 21 Agustus 2008 dengan hasil sebagai berikut:
No.
Seri SBSN
Keterangan
IFR-0001
IFR-0002
1.
Jumlah penawaran yang masuk
Rp 4,839.7 T
Rp 3,231 T
2.
Jumlah nominal yang dimenangkan
Rp 2,714.7 T
Rp 1,985 T
3.
Yield tertinggi yang masuk
13,5 %
12,75 %
4.
Yield tertinggi yang dimenangkan
11,80000 %
11,95000 %
5.
Tingkat kupon (fixed rate)
11,80000 %
11,95000 %
6.
Tanggal Penerbitan
26 Agustus 2008
26 Agustus 2008
7.
Tanggal Jatuh Tempo
15 Agustus 2015
15 Agustus 2018
8.
Tanggal Setelmen
26 Agustus 2008
26 Agustus 2008
9.
Tanggal pembayaran Imbalan
15 Februari dan 15 Agustus
15 Februari dan 15 Agustus
10.
Bid to cover ratio
0,56
0,61
Berikut ini adalah gambaran struktur utang pemerintah secara umum yang dilaksanakan tahun 2008: Surat Berharga Negara (SBN) Note: FR – Reguler : semi anually coupon VR – Reguler : quarterly coupon ORI : monthly coupon
Surat Berharga Negara (SBN) (dapat diperdagangkan)
Surat Utang Negara (SUN)
Obligasi Negara (ON)
ON – Valas
Variable Rate - Rp
Variable Rate Reguler
SBN tidak dapat dipedagangkan
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
ON – Rupiah
Fixed Rate - Rp
Fixed Rate - Reguler
Zero Coupon Reguler
ORI
Gambar 1. Struktur Utang Pemerintah
6
IV. STRUKTUR PORTOFOLIO SURAT BERHARGA NEGARA SELAMA TAHUN 2008 A. Surat Berharga Negara Berdenominasi Rupiah Surat Berharga Negara berdenominasi Rupiah dapat dipisahkan ke dalam beberapa jenis, yaitu: a. Obligasi berbunga tetap (fixed rate bonds – FR) Obligasi jenis ini memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan dan dibayarkan secara periodik. Kupon obligasi berbunga tetap seri FR (Fixed Rate) dibayarkan setiap enam bulan sekali (semi-annually). Berdasarkan posisi akhir tahun 2008, terdapat 40 seri FR dengan tingkat kupon berkisar antara 9% sampai dengan 15,575% dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2038. Obligasi jenis FR dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 FR0002 FR0010 FR0011 FR0012 FR0013 FR0014 FR0015 FR0016 FR0017 FR0018 FR0019 FR0020 FR0021 FR0022 FR0023 FR0024 FR0025 FR0026 FR0027 FR0028 FR0030 FR0031 FR0032 FR0033 FR0034 FR0035 FR0036 FR0037 FR0038 FR0039 FR0040 FR0042 FR0043 FR0044 FR0045 FR0046 FR0047 FR0048 FR0049 FR0050
Outstanding (Miliar Rupiah)
18.000
Seri FR
Grafik 1: Struktur Outstanding ON Rupiah seri FR
2040 2036
2028 2024 2020 2016 2012 2008 FR0002 FR0010 FR0011 FR0012 FR0013 FR0014 FR0015 FR0016 FR0017 FR0018 FR0019 FR0020 FR0021 FR0022 FR0023 FR0024 FR0025 FR0026 FR0027 FR0028 FR0030 FR0031 FR0032 FR0033 FR0034 FR0035 FR0036 FR0037 FR0038 FR0039 FR0040 FR0042 FR0043 FR0044 FR0045 FR0046 FR0047 FR0048 FR0049 FR0050
Tahun
2032
Se ri FR
Grafik 2: Struktur Jatuh Tempo ON Rupiah Seri FR 7
b. Obligasi Negara Ritel (ORI) ORI adalah Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual di pasar perdana. ORI memiliki tingkat kupon yang ditetapkan pada saat penerbitan dan dibayarkan secara periodik. Kupon ORI dibayarkan sebulan sekali (monthly). ORI dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder. Penerbitan ORI merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan Strategi Pengelolaan Utang Negara tahun 2005 – 2009 yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan nomor 447/KMK.06/2005. Di dalam dokumen strategi dimaksud ditetapkan bahwa pengembangan pasar sekunder SUN dilakukan antara lain dengan melakukan diversifikasi instrumen SUN melalui SUN Ritel yang mana hal ini sejalan pula dengan upaya memperluas basis investor. Penerbitan ORI merupakan langkah nyata Pemerintah dalam melaksanakan strategi dimaksud. Selain itu, ORI diterbitkan juga dalam rangka memberikan alternatif investasi yang cukup menguntungkan dan aman bagi investor individu, serta memberikan unsur pendidikan bagi investor individu untuk berinvestasi pada instrumen pasar modal seperti ORI. Selama ini investor individu umumnya menyimpan dananya pada instrumen investasi berupa tabungan atau deposito yang notabene instrumen pasar uang. Terlebih dengan belum pulihnya kepercayaan masyarakat umum pada industri reksadana. Selain itu, keberadaan ORI dapat menjadi alternatif lahan investasi yang menjanjikan seperti instrumen investasi lainnya yang sudah ada seperti saham, reksadana dan deposito.
Outstanding (Miliar Rupiah)
16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 -
Seri ORI ORI001
ORI002
ORI003
ORI004
ORI005
Grafik 3: Struktur Outstanding ORI
8
2014 2013
Tahun
2012 2011 2010 2009 2008 2007 Seri ORI ORI001
ORI002
ORI003
ORI004
ORI005
Grafik 4: Struktur Jatuh Tempo ORI c. Obligasi tanpa bunga (zero coupon – ZC) Zero coupon adalah obligasi negara tanpa bunga yang dijual secara diskonto. Berdasarkan posisi akhir tahun 2008, terdapat 4 seri ZC dengan outstanding berkisar dari Rp 1,5 T sampai dengan Rp 5,8 T dengan masa jatuh tempo berkisar antara tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Zero coupon dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
6.000
Miliar Rupiah
5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 Seri Zero Coupon ZC0002
ZC0003
ZC0004
ZC0005
Grafik 5: Struktur Outstanding ZC
9
2014 2013
Tahun
2012 2011 2010 2009 2008 2007 Seri ZC ZC0002
ZC0003
ZC0004
ZC0005
Grafik 6: Struktur Jatuh Tempo ZC
d. Obligasi berbunga mengambang (variable rate bonds – VR) Obligasi berbunga mengambang memiliki tingkat kupon yang ditetapkan secara periodik berdasarkan tingkat bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) berjangka 3 bulan. Kupon dibayarkan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan. Sampai akhir tahun 2008, terdapat 17 seri VR dengan outstanding berkisar dari Rp 386 M sampai dengan Rp 25 T dengan masa jatuh temponya berkisar antara tahun 2009 sampai dengan 2020. Obligasi jenis VR dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
30.000
20.000 15.000 10.000 5.000 VR0032
VR0031
VR0030
VR0029
VR0028
VR0027
VR0026
VR0025
VR0024
VR0023
VR0022
VR0021
VR0020
VR0019
VR0018
VR0017
VR0016
Miliar Rupiah
25.000
Seri VR
Grafik 7: Struktur Outstanding VR
10
Seri VR
VR0032 VR0031 VR0030 VR0029 VR0028 VR0027 VR0026 VR0025 VR0024 VR0023 VR0022 VR0021 VR0020 VR0019 VR0018 VR0017 VR0016
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
Tahun
Grafik 8: Struktur Jatuh Tempo VR
e. Surat Perbendaharaan Negara (SPN) SPN merupakan instrumen utang jangka pendek dengan penerbitan secara diskonto. Sampai akhir tahun 2008, terdapat 2 seri SPN dengan outstanding berkisar Rp 4,7 T dan Rp 5,2 T yang akan jatuh tempo pada tahun 2009. SPN dapat diperdagangkan dan dipindahtangankan kepemilikannya di pasar sekunder.
Seri SPN
SPN20090731
SPN20090430
4.500
4.600
4.700
4.800
4.900
5.000
5.100
5.200
5.300
Miliar Rupiah
Grafik 9: Struktur Outstanding SPN
11
f. Surat Utang Pemerintah (SUP) kepada BI Surat Utang Pemerintah kepada Bank Indonesia terdiri dari lima seri yaitu SU002, SU004, SU005, SU007 dan Special Rate Bank Indonesia (SRBI01). Kupon SUP dibayarkan secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali. Pembayaran cicilan pokok dilakukan bersamaan dengan pembayaran bunga. Pada tahun 2008, sesuai kesepakatan antara DPR, Pemerintah dan BI, terjadi penundaan pembayaran angsuran pokok dan bunga SUP sebagai berikut: 1. Penundaan pembayaran pokok SU007 tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar Rp 1,2 T; 2. Penundaan pembayaran bunga SU007 tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar Rp 54 M; 3. Penundaan pembayaran bunga SU002 tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar Rp 200 M; 4. Penundaan pembayaran bunga SU004 tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar Rp 1,6 T.
SRBI01
Seri SUP
SU007 SU005 SU004 SU002 -
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
Miliar Rupiah
Grafik 10: Struktur Outstanding SUP
SU007 SU005 SU004
Seri SUP
SRBI01
SU002
2008
2013
2018
2023
2028
2033
Tahun
Grafik 11: Struktur Jatuh Tempo SUP 12
g. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Pada akhir tahun 2008, terdapat 2 seri fixed rate SBSN yaitu IFR0001 dan IFR0002 dengan masa jatuh tempo masing-masing tahun 2015 dan 2018 dengan tingkat imbalan 11,8% dan 11,95%.
3.000
Miliar Rupiah
2.500 2.000 1.500 1.000 500 IFR0001
IFR0002 Seri SBSN
Grafik 12: Struktur Outstanding SBSN
B. Surat Berharga Negara Berdenominasi Valas Surat Berharga Negara (SBN) saat ini telah menjadi sumber utama dalam pemenuhan target pembiayaan dalam APBN karena mempunyai pengaruh yang signifikan. Dalam rangka pemenuhan target tersebut pemerintah semaksimal mungkin berusaha terus menggali potensi sumber pembiayaan dari dalam negeri, yaitu dengan menerbitkan SBN berdenominasi Rupiah di pasar domestik. Namun, dengan pertimbangan beberapa hal seperti daya serap pasar obligasi dalam negeri yang masih terbatas dan kebutuhan untuk pemenuhan benchmark atas obligasi Indonesia dalam denominasi USD, maka Pemerintah memutuskan untuk melakukan penerbitan obligasi negara dalam valuta asing di pasar internasional mengacu pada Undang-Undang nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Sampai dengan akhir tahun 2008, terdapat 8 seri SUN valas sementara SBSN valas masih ditunda penerbitannya. SUN valas tersebut memiliki tingkat kupon mulai dari 6,625% sampai dengan 8,5% dengan mas jatuh tempo mulai dari tahun 2014 sampai dengan 2038.
13
Miliar Rupiah
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000 Seri SUN Valas RI0014
RI0015
RI0016
RI0017
RI0018
RI0035
RI0037
RI0038
Grafik 13: Struktur Outstanding SUN Valas
2038
RI0038 RI0037 RI0035 RI0018 RI0017 RI0016 RI0015 RI0014
2037 2035 2018 2017 2016 2015 2014
Grafik 14: Struktur Jatuh Tempo SUN Valas Secara umum, struktur Surat Berharga Negara pada akhir tahun 2008 dapat digambarkan sebagai berikut: 350.000 300.000 FR
Miliar Rupiah
250.000
ORI 200.000
SPN ZC
150.000
VR 100.000
SUP
50.000 -
Grafik 15: Struktur Outstanding SUN Rupiah
14
900.000 800.000
Miliar Rupiah
700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 SBN Rupiah
SUN Valas
Grafik 16: Struktur Outstanding SBN V. MUTASI SURAT BERHARGA NEGARA SELAMA TAHUN 2008 Surat Berharga Negara dapat berubah saldonya akibat adanya penerbitan baru, pelunasan, pembelian kembali atau oleh sebab lainnya. Adapun ringkasan perubahan posisi SBN tahun 2008 adalah sebagai berikut: Tabel 1: Mutasi Principle Outstanding SBN Tahun 2008 Jenis SBN (1)
31-Des-08 (2)
31-Des-07 (3)
Mutasi (4=2-3)
A. SBN Rupiah FR
318.925.042.000.000
275.568.042.000.000
43.357.000.000.000
ORI
34.633.185.000.000
18.884.545.000.000
15.748.640.000.000
ZC
11.491.000.000.000
10.500.000.000.000
991.000.000.000
SPN
10.012.000.000.000
4.168.800.000.000
5.843.200.000.000
VR
145.933.799.000.000
168.625.188.000.000
(22.691.389.000.000)
SUP SBSN Total SBN Rupiah
258.160.372.437.845 4.699.700.000.000 783.855.098.437.845
259.378.964.837.845 737.125.539.837.845
(1.218.592.400.000) 4.699.700.000.000 46.729.558.600.000
122.640.000.000.000
65.933.000.000.000
56.707.000.000.000
11.200.000.000
7.000.000.000
4.200.000.000
Total SUN Valas (Rp)
122.640.000.000.000
65.933.000.000.000
56.707.000.000.000
Grand Total SBN (A+B)
906.495.098.437.845
803.058.539.837.845
103.436.558.600.000
B. SUN Valas Rupiah USD
15
Memperhatikan tabel di atas, dapat dilihat adanya perubahan yang cukup signifikan berupa meningkatnya porsi SBN berbunga tetap (FR) dan menurunnya porsi SBN berbunga mengambang (VR) serta menurunnya porsi Surat Utang Pemerintah kepada Bank Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah untuk menurunkan risiko tingkat bunga dengan meningkatkan porsi fixed rate bonds dalam portofolio SBN.
VI. PENCAPAIAN TARGET APBN TA 2008 Target APBN atas pengelolaan SUN ditetapkan dalam dua pos yaitu pos Bunga Utang SBN (SUN + SBSN) yang tergabung bersama dengan Pinjaman Luar Negeri dalam BA 061 (Cicilan Bunga Utang) dan pos Surat Berharga Negara Neto dalam BA 097 (Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri). A. Bunga Utang Surat Berharga Negara Berdasarkan APBN TA 2008, total pagu Bunga Utang SBN Dalam Negeri ditetapkan sebesar Rp 65,8 T sementara realisasi pembayaran bunga dan biaya SBN Dalam Negeri mencapai Rp 58,9 T, sehingga terdapat sisa pagu anggaran sebesar Rp 6,9 T. Pagu Bunga Utang SUN Valas ditetapkan sebesar Rp 7,0 T sementara realisasi pembayaran bunga dan biaya SUN valas mencapai Rp 6,3, sehingga terdapat sisa pagu anggaran sebesar Rp 0,7 T. B. Surat Berharga Negara Neto Surat Berharga Neto adalah selisih antara SBN yang diterbitkan dengan SBN yang jatuh tempo dan yang dibeli kembali. Mengingat target pembiayaan SBN dalam APBN ditetapkan dalam bentuk penerbitan SBN Neto, maka Pemerintah memiliki fleksibilitas untuk menentukan jumlah penerbitan SBN dan jumlah pembelian kembali, asalkan jumlah SBN Neto tidak melebihi yang telah ditetapkan dalam APBN. Untuk tahun 2008, SBN Neto ditetapkan sebesar Rp 117,79 T, sedangkan realisasi SBN Neto mencapai Rp 85,95 T, sehingga terdapat selisih kurang sebesar Rp 31,84 T dengan rincian sebagai terlampir di bawah ini.
16
SBN NETTO PER 31 Desember 2008 Penerbitan SBN Penerbitan SPN ( 711411) Penerbitan SUN Dalam Negeri (711421) Penerimaan Utang Bunga (Accrued Interest) Dalam Negeri (711422) Penerimaan Penerbitan SBSN (711441) Penerimaan Imbalan Berjangka Jk Pjg (SBSN)- (711442) Penerbitan SUN - Valas (721311) Penerimaan Utang Bunga (Accrued Interest) - Valas (712312)
10.012.000.000.000 76.791.640.000.000 1.278.679.712.000 4.699.700.000.000 16.665.166.900 39.309.830.431.500 616.621.652.444
Total Penerbitan SBN
10.012.000.000.000,00 78.070.319.712.000,00 4.716.365.166.900,00 39.926.452.083.944,00 132.725.136.962.844,00
Pelunasan SBN Pelunasan SPN (721311) Pelunasan SUN - Dalam Negeri (721321) Pembelian Kembali SUN Dalam Negeri (721322) Pembayaran Utang Bunga (Accrued Interest) - Dalam Negeri (721324) Pembayaran Utang Bunga (Accrued Interest) - Valas (722313) Pelunasan SBSN-Jk Pj (721341) Pembelian Kembali SBSN Dalam Negeri-Jk Pjg (721343) Pelunasan SUN -Valas Pembelian kembali Sun Valas
4.168.800.000.000,00 33.658.981.400.000,00 6.946.000.000.000,00 1.394.674.134.000,00 610.586.443.082,00 -
Total Pelunasan SBN
40.604.981.400.000,00
46.779.041.977.082,00 SBN Neto Target APBN-P 2008/UU 16/2008 Selisih Kurang
85.946.094.985.762,00 117.790.000.000.000,00 (31.843.905.014.238,00)
17