Laporan Perjalanan Ke China, 26 Mei – 1 Juni 2014 Ir. Indracahya Kusumasubrata IPM Dalam rangka melaksanakan tugas dari Ketua Umum PII, Ir. Bobby Gafur MBA IPM untuk menghadiri General Assembly FEIAP (Federation of Engineering Institutions of Asia and Pacific) yang diselenggarakan di Beijing pada tanggal 29 Mei sd 2 Juni 2014, saya bersama Direktur Eksekutif PP PII, Ir. Faizal Safa telah melakukan perjalanan ke China yang dapat kami laporkan sebagai berikut : 1. Jadwal Kegiatan Memanfaatkankesempatan yang ada, maka selain menghadiri GA FEIAP, kami melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut : a. b.
c.
d.
e. f. g.
Mengunjungi dan berkonsultasi dengan Dubes RI untuk China, Bapak Soegeng Rahardjo pada hari Jum’at, 30 Mei 2014 di kantor KBRI untuk China di Beijing. Melakukan kunjungan ke pelabuhan kontainer di Shanghai Mingdong Container Terminal (SMCT) di Mingdong, pinggir sungai Yang Tse milik patungan Hutchison Whampoa Ltd dan BUMN China pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2014. Melakukan pertemuan dan diskusi dengan mahasiswa dan pekerja kita yang berada di Shanghai dan Beijing pada tanggal 26 Mei di Shanghai dan 30 Mei 2014 di Beijing. Melakukan kunjungan dan diskusi dengan pengajar Universitas Tsinghua, Prof. Liu Dacheng di School of Business and Management, Tsinghua University, Beijing pada tanggal 31 Mei 2014. Melakukanperjalanan dengan kereta cepat dari Shanghai ke Beijing pada siang hari untuk melihat situasi di luar kota. Mengunjungi Musium Shanghai Urban Development di Shanghai untuk menarik pelajaran dari proses pembangunan khususnya pengembangan kota Shanghai. Lobby ke beberapa delegasi negara lain.
2. Hasil Kunjungan
a.
FEIAP GA FEAIP memutuskan beberapa hal antara lain penetapan pemberian award kepada 3 engineer yang dinilai berprestasi dimana masing-masing mendapat hadiah yang disampaikan pada saat gala diner. GA memutuskan mengganti 4 board of member dari 6 anggota yang habis masa berlakunya. Indonesia adalah
termasuk 2 member yang masih belum habis masa berlakunya. Convention FEIAP berikutnya adalah bulan November 2014 di Myanmar. Myanmar sendiri tidak hadir dalam GA ini. Laporan selengkapnya disertakan sebagai lampiran dari Laporan ini. b.
Pembicaraan dengan Dubes RI untuk China, Bpk Soegeng Rahardjo Dubes menyambut baik insiatif insinyur Indonesia untuk meningkatkan kerjasama dengan pihak China. Dubes mengingatkan bahwa China dalam 20 tahun ke depan akan menjadi negara no 1 di dunia dalam banyak hal kecuali di bidang militer. Militer masih akan di dominasi AS dana sekutunya. Peluang kerjasama untuk Indonesia dengan China, antara lain karena adanya pencanangan strategi “Go West” oleh presiden saat ini Xi Jinping1untuk membangun “Modern Silk Road” lewat darat ke Eropah dan “Maritime Silk Road”lewat laut ke Asia Selatan, Timur Tengah dan Afrika. Dubes mengingatkan sebagai negara besar yang haus akan sumber pangan, bahan baku dan energi mereka akan memerlukan alur laut yang aman untuk kepentingan ekonomimereka dimana mau tidak mau harus melalui perairan Indonesiayaitu melalui Selat Malaka, Selat Sunda atau Selat Makasar. Kesiapan kita untuk itu dan pembinaan hubungan baik kita dengan China sangat diperlukan. China sebagai negara besar di Asia akan memerlukan teman, dimana Indonesia akan dianggap sebagai teman yang paling aman darikemungkinan konflik mengingat tidak adanya persinggungan langsung perbatasan wilayah teritorial kita dengan China. Persinggungan yang adaberupaZEE yang relatif lebih mudah untuk diselesaikan. Dubes mengingatkan adanyapemerintahan Chinayang efektif dimana konflikhanyaberlangsung diforumtertutupdi politbiro yang terdiri dari 7 orang (dulu 9 orang).
c.
Pembicaraan dengan Prof. Liu Dacheng, Director of IE Productivity Promotion Center, Tsinghua University, Director of Institutions of Industrial Engineers, China Chapter. Departement of Industrial Engineering, Tsinghua University, Beijing. Prof. Liu menyambut baik kemungkinan kerjasama dengan beliau. Kesempatan yang ada antara lain mengirim siswa untuk mengikuti kursus yang topiknya cukup luas. Tsinghua menerima siswa dari luarnegeri dan mempunyai paket bea siswa Great Wall Scholarship yang persyaratannya jauh lebih mudah dibanding
1
Beberapa presiden China terakhir adalah insinyur lulusan Tsinhua University, perrguruan tinggi teknologi China terkemuka (saat ini ranking 10 dunia). 1/3 pejabat tinggi pemerintah pusat China saat ini adalah alumni perguruan tinggi ini. Mereka claim ini merupakan faktor penting yang memungkinkan China tumbuh dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berturut-turut. Tsinghua sangat prestigious, setiap tahun menerima sekitar 2000 mahasiswa dari sekitar 3 juta peminat. Mahasiswa dari daerah atau kota kecil yang diterima di Tsinghua dianggap pahlawan dan diarak keliling kota. Urusan pendidikan, kita tertinggal jauh dibanding China.
saringan masuk untuk mahasiswa mereka sendiri. Sebagai gambaran dalam 1 tahun diterima 2000 mahasiswa dari sekitar 3 juta peminat. d.
Pelabuhan Kontainer SMCT di Mindong, Shanghai SMCT merupakan perusahaanpelabuhan patungan Huthison Whampoa dan perusahaan pemerintah China. Throughput per tahun 3,3 jutateus(twenty foot equivalent unit) dengan sekitar 1400 pekerja terdiri dari 800 tenaga kerja permanent dan sekitar 500 orang outsourcing. Tarif rata2 USD100/teu. Yang menarik disini adalah SMCT hanya satu pelabuhan dari sekian banyak pelabuhan di Shanghai yang harus melayani industri yang berada di area dan wilayah belakang kota Shanghai. Saat ini, pemerintah sedang membangun pelabuhan lain di sebuah pulau untuk mengejar kedalaman minimum 14 M yang dihubungkan dengan dengan tol sepanjang 36 km.
e.
Mahasiswa kita di Cina. Di Shanghai berbincang-bincang dengan 7 mahasiswa/pekerja kita di sana. Ada 2000-an orang di Shanghai. Jumlah mahasiswa 300-an. Yang aktif mengikuti Pemilu yang lalu Cuma 300-an juga. Mahasiswa tergabung dalam himpunan mahasiswaPerhimpunan Mahasiswa Indosnesia di Tiongkok (Permit). Ketuanya Elisa asal Makasar, mahasiswa jurusan hukum Fudan University. Di Beijing terdaftar 3000-an mahasiswa. Mereka tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) dengan cabang tersebar di 19 kota. Ketuanya Fathan Sembiring asal Jakarta dan Jane asal Bogor. Banyak hal kita bicarakan dengan mereka. Sebagian dari mahasiswa tersebut cenderung untuk melanjutkan bekerja di China setelah mereka lulus. Mereka mengharapkan ada kontak langsung yang berkesinambungan dengan PII.
f.
Musium Urban Development di Shanghai. Shanghai kota bisnis yang mewah dan indah dan tumbuh dengan kecepatan luar biasa. Pertambahan penduduk mencapai 1 juta jiwa per tahun. Namun luas area per penduduk justru naik dari 8 m2/ orang menjadi 16 m2/orang. Pemerintah China mempunyai strategi menarik orang dari pedalaman untuk tiggal di kota dan beralih profesi dari petani dan nelayan menjadi pekerja industri barang dan jasa dan konstruksi. Sebaliknya daerah pedalaman dan luar kota di buat terbuka utnuk lahan pertanian dengan metoda mekanisasi pertanian yang efisien dari segi penggunaan tenaga kerja. Musium urban planning menampilkan banyak cerita dari the past sampai dengan the future. Ini sebuah contoh ideal untuk urban planner. Salah satu yg menarik disini disainer Menara Shanghai yang konon tercanggih di dunia adalah orang Indonesia temannya dari Prof Liu Xila
dari Tsinghua Universitas, teman sekolah di AS. Kecuali taksi, transport publik dan pedestrian track luar biasa bagusnya.
g.
Shanghai Beijing dengan Keretaapi cepat berkecepatan rata2 300 km/jam. Sengaja naik kereta dari Shanghai ke Beijing dengan kereta cepat untuk melihat apa yang ada di luar kota. Kira2 1/2 jam perjalanan dengan kecepatan rata2 300 km/jam, pemandangan berubah dari kota industri yang padat berubah jadi sawah luas nyaris tanpa penduduk. Apartemen yang rapat nampak di kejauhan. Jelas ini usaha pengamanan pangan dengan menjaga luas lahan pertanian. Penduduk ditarik ke kota. Efisiensi dan produktifitas ditingkatkan dengan mekanisasi dan membatasi jumlah tenaga kerja di pertanian. Tidak tampak ada hama burung pemakan padi. Sepertinya mereka dikendalikan. Ini berlangsung sampai kira2 4 jam atau kira2 1000 km dari Shanghai. Kemudian pemandangan berubah jadi ladang gandum sampai kita masuk kota Beijing. Kereta hanya berhenti 2 kali di stasiun besar. Jarak lebih dari 1000 km di tempuh hanya dalam 5 jam dan biaya kira2 ekivalen 1 juta rupiah. Atau 40% harga tiket pesawat. Nyaman dan on time. Stasiun di Shanghai luar biasa bagus dan besar kita pantas iri.
3. Kesimpulan dan saran.
a. Kesertaan dalam FEIAP dam kerjasama dengan EI negara lain. PII menjaga kesertaannya di FEIAP dan federasi dunia WFEO, bahkan disarankan untuk lebih aktif sehingga bisa memperoleh manfaat lebih banyak dari forum ini. Untuk ituperlu ada pembicaraan khusus untuk membaca situasi dan merumuskan langkah khusus untuk kepentingan ini dengananggota pengurus yang selama ini berkecimpung dalam kegiatan ini yaitu Dr. Budi Kurniawan, Ir. Budi Notowidjojo dan Ir. Heru Dewanto. PII perlu meningkatkan kerjasama bilateral anatara PII dengan organisasi Insinyur negara lain. Salah satu yang bisa seegra dilakukan adalah dengan Timor Leste. Mereka sangat antusias dan merencanakan akan segera bertemu untuk membahas ini dalam waktu dekat di Bali, Jakarta atau di Dilli. b. China partner masa depan khususnya karena keberadaan kita di alur laut logistik mereka. Sesuai saran Dubes RI di China Bapak Soegeng Rahardjo, kita harus melihat China sebagai negara kuat dunia yang akan memerlukan kita sebagai partner sehingga kita perlu secepatnya menyesuaikan diri kita agar bisa mendapatkan keuntungan dari
kemitraan yang dibentuk. Pembentukan alur laut sebagai alternatif dari Selat Malaka perlu di wujudkan. c. Mahasiswa dan Tenaga Kerja berkompetensi di China perlu ditingkatkan. Keberadaan mahasiswa dan tenaga kerja terdidik kita di China perlu terus ditingkatkan dan di dukung untuk kepentingan kemajuan bangsa. Sebaliknya keberadaan TKI/TKW di Hongkong harus secara dramatis diturunkan bahkan dihilangkan. d. Pola pembangunan kota dan pemisahan ibukota dari pusat ekonomi perlu ditiru. Shanghai adalah contoh ideal pembangunan kota yang cepat dan bagus. Polaini sebaiknya dipelajari oleh para insinyur kita dan diterapkan di Indonesia. Pola pemisahan ibukota pemerintahan dan kota ekonomi juga perlu kita kihat sebagai suatu pola yang mungkinperlu diterapkan jugadi Indonesia. e. Pemerintahan yang efektif : kita perlu belajar dari mereka tentang patriotisme sedang mereka perlu belajar dari kita tentang keramahan. Kemajuan China dimungkinkan karena adanya pemerintahan yang efektif. Meskipun kita tidak memiliki pola satu partai seperti China tapi efektifitas pemerintahannya perlu kita tiru. Patriotisme merupakan modal dasar untuk itu. Kita harus bangkitkan kembali nasionalisme dan patriotisme bangsa kita. Di sisi lain pendidikan mereka yang mengajarkan kesetaraan berdampak dalam ketidak mampuan mereka memberikan pelayanan dengan ramah. Dalam hal ini nampaknya mereka harus belajar dari kita. f. Keberadaan Think-thank adalah mutlak. China mempunyai think-thank yang efektif dan berintegritas seperti China Academy of Social Sciences (CASS) yang terdiri dari para ahli yang berintegritas tinggi dan berintelektual tinggi yang mampu melakukan analisa atas keadaan negara dan memberikanmasukan arah pembangunan negara mereka secara berkesinambungan dan berjangka panjang. Komponen ini di kita saat initidak ada. Kita harus mengatasi ke kosongan ini.
Jakarta, 12 Juni 2014/IKS