Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan
Laporan Perjalanan Dinas Chief BRKP-DKP Bagus Hendrajana, Chief FIO Mr Jianjun Liu I. PENDAHULUAN Hujan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena iklim yang berkaitan dengan daerah tropis. Salah satu fenomena iklim yang cukup mempengaruhi hujan dan kondisi atmosfer di Indonesia adalah Indian Ocean Dipole (IOD), IOD adalah suatu fenomena yang mekanismenya kurang lebih sama dengan fenomena penyebab kekeringan di Indonesia yaitu El Nino - Southern Oscillation (ENSO). Fenomena IOD di Samudera Hindia ini telah diketahui sangat mempengaruhi kondisi cuaca di seluruh dunia termasuk Indonesia, dampak IOD yang cukup signifikan tersebut menjadi daya tarik bagi para peneliti yang ingin mempelajari mekanisme terjadinya. Para peneliti dari seluruh dunia telah berusaha memahami fenomena Indian Ocean Dipole ini, baik mekanismenya, ciri-ciri munculnya IOD, sampai dampaknya terhadap kondisi cuaca dunia. Selama periode IOD, terlihat bahwa suhu permukaan laut di Samudera Hindia akan mengalami anomali. Anomali ini akan sangat mempengaruhi iklim di Asia, terutama di Bangladesh, Indo-Cina, Indonesia, India dan Cina. Anomali panas di bagian barat dan dingin di bagian timur Samudera Hindia menyebabkan cuaca yang lebih kering di IndoCina dan berkurangnya hujan di Cina Utara. Tetapi wilayah barat daya hingga tenggara Cina mengalami peningkatan curah hujan. Sedangkan di wilayah Indonesia sendiri mengalami kekeringan. Karena pentingnya masalah fenomena IOD tersebut maka disepakati untuk melakukan kerjasama riset selama tiga tahun (2007-2009) antara pemerintah Cina (First Institute of Oceanographic, State of Oceanic Administration) dan Indonesia (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP) dengan menggunakan wahana Kapal Riset Baruna Jaya III (BPPT) untuk melakukan pemasangan peralatan tambatan (mooring) di Samudera Hindia dan Selat Karimata. Peralatan tersebut untuk mengukur secara in situ kondisi oseanografi mulai dari permukaan sampai kedalaman sekitar 200 meter. IOD merupakan siklus iklim dengan periode interannual yang meliputi perubahan pada suhu permukaan laut di bagian barat dan timur dari Samudera Hindia Tropis. Nama IOD ini diberikan untuk mewakili struktur dipole (2 kutub) zonal dari parameter-parameter laut-atmosfer seperti, suhu permukaan laut, OLR dan anomali Sea Surface Height (ketinggian muka laut). Kejadian IOD diawali dengan adanya anomali pergerakan gelombang laut di sepanjang pantai Sumatera-Jawa yang menyebabkan pendinginan temperatur permukaan. Pendinginan ini disertai dengan arus angin ke arah barat yang tidak biasa di sepanjang ekuator yang menghasilkan interaksi atmosfer-laut yang ganjil dan menyebabkan pemanasan pada bagian barat dan menyebabkan munculnya kejadian IOD. Biasanya IOD muncul di antara bulan Juni hingga Agustus. Fenomena yang berlawanan kadang-kadang terlihat jika laut di Indonesia menghangat, yang menyebabkan munculnya IOD negatif.
Hal 1 dari 7
Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan
Gambar Pola Kejadian IOD Positif Anomali naiknya suhu permukaan laut pertama kali muncul di dekat Selat Lombok pada bulan Mei-Juni, yang disertai oleh anomali angin tenggara (sedang) di bagian tenggara Samudera Hindia tropis.Pada bulan-bulan berikutnya, anomali kenaikan suhu permukaan laut terus terjadi dan bergerak ke ekuator di sepanjang garis pantai Indonesia. Bagian barat dari Samudera Hindia juga mengalami pemanasan. Anomali angin tenggara kini semakin menguat sehingga menghasilkan anomali zonal yang kuat di sepanjang ekuator dan semakin menguat di sepanjang pantai Indonesia. Puncak dari anomali suhu permukaan laut dan angin terjadi pada bulan Oktober, diikuti dengan hilangnya kejadian IOD dengan cepat.
Gambar Anomali Suhu Permukaan Laut dan Angin rata-rata dari kejadian IOD Perubahan suhu permukaan laut selama kejadian IOD berhubungan dengan perubahan angin permukaan pada bagian tengah ekuator Samudera Hindia. Bahkan ada angin yang berubah arah dari baratan menjadi timuran selama fase IOD positif (ketika suhu permukaan laut mendingin di timur dan menghangat di barat). Dampak dari perubahan angin ini juga menyebabkan perubahan kedalaman termoklin, termoklin naik di bagian timur dan turun di bagian tengah dan barat. Hal ini disebabkan oleh Hal 2 dari 7
Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan
menguatnya angin musiman timur laut di sepanjang pantai Sumatera (kejadian IOD positif), sehingga terjadi “ upwelling “ di daerah pantai dan pendinginan suhu permukaan laut yang besar di bagian timur. Pada tahun 2007 lalu di bulan November telah dilakukan deployment mooring dengan rangkaian mooring terdiri dari : 1. The subsurface buoy, yang berada 200m dibawah permukaan air 2. The T-S chain, berada pada kedalaman 200m sampai 450m dibawah permukaan air 3. The acoustic releaser 4. The glass balls 5. The anchor. II. MAKSUD DAN TUJUAN Mengganti hilangnya alat pada bulan April 2008 dengan alat yang baru agar dapat di upload data melalui satelit untuk 3 – 4 bulan ke depan dengan posisi yang sama.
III. LUARAN YANG DIHARAPKAN Informasi tentang variasi upwelling diselatan Pulau Jawa, sebagai salah satu indikator IOD dan siklus monsun Informasi tentang pemahaman interaksi atmosfer-laut di Samudera Hindia bagian Timur kaitannya dengan pemanasan global Informasi tentang hubungan IOD – upwelling – migrasi ikan IV. LINGKUP KEGIATAN Satu kali deploy mooring pada koordinat V. METODE PENELITIAN Mooring akan di-deploy pada koordinat (8˚32,038’ S 106˚45,438 E) dengan kedalaman perairan sekitar 1800 m. Rangkaian mooring terdiri dari : Dengan gambar detailnya adalah sebagai berikut :
Hal 3 dari 7
Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan
Gambar Rangkaian Mooring
Hal 4 dari 7
Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan
Mooring akan dideploy dengan tahapan pekerjaan :
1. Melakukan perhitungan terhadap arus dan angin dan menentukan resultan kecepatannya sehingga posisi mooring berjarak 1 km searah dengan resultannya.
2. Dilakukan accoustic release, sehingga setelah beberapa saat floater akan terlihat di permukaan.
3. Ketika main flotation and floating spheres sudah stabil, speed boat digunakan untuk memotong tali pada posisi 1 dan 2.
Hal 5 dari 7
Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan
4. Rangkaian mooring satu persatu diangkat ke deck kapal.
VI. PENELITI DAN AWAK KAPAL DAFTAR TIM SURVEI DEPLOY MOORING CINA - DKP SELATAN JAWA 24 -30 DESEMBER 2008 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
NAMA JABATAN INSTANSI Mr. Jianjun Liu Ketua Tim FIO-Cina Mr. Wei Wu FIO-Cina Mr. Liangang Lu FIO-Cina Mr. Guanlin Wong FIO-Cina Mr. Kuiping Li FIO-Cina Mr. Haiyuan Wang FIO-Cina Bagus Hendrajana Ketua Tim DKP Erish Widjanarko Peneliti DKP Agustin Rustam Peneliti DKP Eva Mustikasari Peneliti DKP Herlina Eka Ratnawati Peneliti DKP Eky Agung Winanda Peneliti DKP Wijopriono Peneliti DKP Asep Priatna Peneliti DKP Agus Dault Teknisi DKP Wahyu Hidayat Teknisi DKP DAFTAR TEKNISI DAN AWAK KAPAL BJ VIII
VIII. HASIL AWAL PENELITIAN Tujuan utama dari cruise yang dilakukan pada bulan Desember 2008 ini adalah melakukan deploy mooring sebagai pengganti mooring yang gagal diangkat pada bulan April lalu. Deploy mooring sukses dilaksanakan pada hari Jumat 26 Desember 2008 pukul 12.00 WIB. Pada penurunan CTD stasiun 2 yang direncanakan adanya pengambilan data yang sama pada bulan April 2008 yaitu pengambilan data CTD selama 24 jam dengan selang waktu 6 jam tidak dapat dilaksanakan sampai selesai. Hal ini disebabkan kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan akibat adanya badai Billy pada perairan Samudera Indonesia bagian timur (600 km dari lokasi) dan arus monsuun dari Bengkulu, sehingga CTD tidak dapat diturunkan. Selama pelayaran CTD diturunkan sebanyak empat kali pada tiga stasiun. Hal 6 dari 7
Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan
IX. LAMPIRAN LAMPIRAN 1 GAMBAR LOKASI RECOVERY RANGKAIAN MOORING
Posisi Recovery Mooring
FIO’s planned Karimata Mooring
FIO’s planned Java Mooring (8,5°S; 106,75°E)
Hal 7 dari 7