Laporan Perjalanan Identifikasi project Agregated microhudro, minihydro beserta pengembangan ekonomi disekitarnya di Kabupaten Mamasa dan identifikasi Hutan Tanaman Rakyat (HTR) di Kabupaten Mamuju 14 May 2013 – 21 May 2013 Oleh : Bayu Aji Prakoso (Tenaga Ahli Pengembangan Energy Terbarukan) Jadwal Perjalanan No Hari, Tanggal 1 Selasa, 14 May 2013 2 Rabu, 15 May 2013
Kegiatan Berangkat Ke Makasar Berangkat Ke Sumarorong, Mamasa
3
Kamis, 16 May 2013
4
Jumat, 17 May 2013
Assessment Lokasi di Kec Nosu dan Kec Pana Assessment lokasi di Kec Sumarorong BErangkat Ke Mamasa
5
Sabtu, 18 may 2013
6
Minggu, 19 May 2013
7
Senin, 20 May 2013
8
Selasa, 21 may 2013
9
Rabu, 22 May 2013
Pertemuan dengan Kepala Bappeda Pertemuan dengan PNPM Pertemuan dengan PLN Pertemuan dengan Gapoktan Coffee Assessment minihydro di Kec Mehalaan dan kec Mambi Berangkat Ke Mamuju Assessment Community Forestry Assesment Community Forestry Bonehau Kalumpang Tim MCI kembali Ke Jakarta untuk melanjutkan Ke Jambi Kembali Ke Jakarta
Keterangan Bermalam Di Makasar Bermalam Di Sumarorong Bermalam Di Pana Assessment Mini Hydro Assessment Coffe Grinder Assessment Padi Grinder Assessment Mikrohydro Menginap di Mamasa
Menginap di Mambi Menginap Di Mamuju Menginap di Mamuju NREL + Chriss Banner
Tim NREL dan Chris Bannet
Laporan Perjalanan : Site Assesment di Kecamatan Pana Kecamatan Pana berada di sebelah Barat kabupaten Mamasa, kecamatan yang dihuni oleh kurang lebih 1000 KK ini mempunyai penghasilan utama pertanian, dari padi, kopi dan coklat. Wilayah kecamatan Pana berada didaerah perbatasan antara kabupaten Mamasa dan kabupaten Tana Toraja.
Kondisi Jalan menuju ke Kecamatan Pana rusak berat, dengan beberapa bagian longsir dan beberapa longsor hampir membuat jalan terputus. Kondisi tanah yang labil dan berpasir membuat longsor sering kali terjadi, terutama saat musim hujan. Kondisi jalan di kecamatan Pana :
Jalan Menuju Kec. Pana
1. Site Desa Datu Baringan Jumlah KK : 200 Mata pencaharian : Petani padi, Coklat dan Nilam Koordinat Lokasi : 306’15.8” S, 119033’16.0” E Potensi Hydro : Debit air : 400 l/s – 500 l/s Head : dapat mencapai 80 meter.
Potensi Air di desa Datu Baringan
2. Site Di Desa Pana Jumlah KK : 200 Mata pencaharian : Petani padi, Coklat dan Nilam Koordinat Lokasi : 306’15.8” S, 119033’16.0” E Potensi Hydro : Debit air : 400 l/s – 500 l/s Head : dapat mencapai lebih dari 80 meter.
Site Hydro Di desa Pana
Generator dan Turboin Di pembangkit Hydro 40 kW di desa Pana
Site Assesment di Kecamatan Nosu
Project Integrasi RE dan NRM di Kec Nosu
Kecamatan Nosu terdiri dari beberapa desa yakni Desa Nosu, Desa Batu Papan, Desa Siwi, Desa Minanga, Desa Minanga Barat dan Desa Masewe. Jumlah Kepala Keluarga : 1100 KK (Di ibukota Kecamatan dan desa sekitarnya) Ketinggian : 1300 mdpl Mata Pencaharian penduduk : Hampir seluruh penduduk mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencahariannya, komoditas yang diusahakan: padi, markisa, kopi, terong belanda
Potensi RE Kondisi terkini dari Kec Nosu, masyarakat sudah mempunyai energy listrik mandiri, terdiri dari tujuh pembangkit listrik pikohydro, yang didanai baik melalaui swadaya masyarakat maupun bantuan pemerintah melalui PNPM. Meskipun Masyarakat di Nosu sudah mempunya listrik, akan tetapi karena daya yang dihasilkan masih kecil, maka hanya cukup untuk penerangan saja. Menurut diskusi dengan masyarakat, listrik yang ada kadang tidak cukup untuk menyalakan TV apalagi menyalakan computer (PC). Sekitar 4km dari ibukota kec Nosu (Desa Nosu) terdapat potensi PLTMH (Pembangkit Listrik Mikro hydro) Koordinat Lokasi Head Kapasitas air Perkiraan potensi energy Jarak aliran Distribusi ke desa
: 3o6’0.6” S, 119o26’51.6” E : 80 m : 400 l/s : 150kW : 4km
Potensi Air Jumlah Kepala Keluarga
: Ada sepanjang Tahun, tidak kering di Musim Kemarau : 1100 KK
Kondisi Saat ini : Disekitar kecamatan Nosu sudah terdapat PLTMH dengan kapasitas antara 515kW yang tersebar di 7 posisi, akan tetapi PLTMH ini tidakmencukupi kebutuhan warga, Hal ini didapatkan dari hasil diskusi dengan masyarakat setempat, indikasinya tidak mencukupi yaitu nyala TV tidak stabil, tidak bias digunakan untuk menyalakan computer, menyetrika hanya pada siang hari saja. Site Assesment di Kecamatan Sumarorong
Project Integrasi RE dan NRM di Kec Sumarorong
Kecamatan Nosu terdiri dari beberapa desa yakni Desa Banea, Desa Batanguru, Desa Batanguru Timur, Desa Rante Kamase, Desa Salubalo, Desa Sasakan, Desa Sibanawa, Desa Sumarorong, Desa Tabone, Desa Tadisi Jumlah Kepala Keluarga : 2500 KK Ketinggian : 900 - 1000 mdpl Mata Pencaharian penduduk : Sawah Padi, kopi
Potensi RE Kondisi terkini dari Kec Sumarorong, masyarakat sudah mempunyai energy listrik mandiri, dari swadaya masyrakat, maupun dari PNPM. Di desa Tabone dan desa Sumarorong sudah dilalui listrik 20KV dari PLN (Gardu Induk Polewali). Pada umumnya, desa-desa yang sudah dilalui jaringan PLN memang sdah berkecukupan dengan energy yang mereka miliki untuk keperluan rumah tangga, akan tetapi meskipun demikian, banyak dari masyarakat yang tidakberlangganan ke PLN karena dinilai terlalu mahal, dan lebih menggunakan PLTMH swadaya masyarakat ini. Ada beberapa site potensi mikrohydro, dan yang mempunyai potensi cukup besar ada di desa Batanguru. Koordinat Lokasi Head
: 3o10’18.3” S, 119o21’12.3” E : 30 m
Kapasitas air Perkiraan potensi energy Jarak aliran Distribusi ke desa Potensi Air Jumlah Kepala Keluarga
: 1 m3/s : 100kW : berad disekitar wilayah desa Batanguru : Ada sepanjang Tahun, tidak kering di Musim Kemarau : 300 KK (disekitar desa Parinding)
Kondisi Saat ini : Desa Batanguru, sudah mempunyai listrik yang berasal dari PLTMH yang dibangun oleh Pak Linggi untuk bengkelnya. Siang digunakan untuk bengkel pak Lingi dan malamnya digunakan oleh warga sebagai sarana penerangan. Listrik ini juga digunakan untuk penggilingan padi tidk jauh dari bengkel Pak Linggi. PLTMH 100 kW yang akan dibangun rencananya akan digunakan untuk menambah daya bengkel Turbin Air pak Linggi. Juga dapat digunakan untuk industry pengolahan kopi juga dapat digunakan untuk warga sebagai penambah daya listrik di rumahnya. Potensi pengembangan Ekonomi : Perekonomian wilayah Kecamatan Sumarorong ditopang oleh sektor pertanian, dengan potensi: padi sawah dan kopi. - Petani memanfaatkan lahan yang relatif datar di lembah-lembah untuk menanam padi. Meskipun panen dapat dilakukan 2 kali setahun, tetapi karena wilayah yang diusahakan untuk menanam padi terbatas, jumlah produksi belum dapat memenuhi kebutuhaan masyarakat setempat. - Tanaman kopi banyak diperdagangkan masyarakat pada hari pasaran, yang dibeli oleh pedagang pengumpul. Luas lahan aktual yang diusahakan untuk budidaya kopi belum teridentifikasi, masyarakat memanfaatkan lereng-lereng bukit untuk berkebun. - Aktivitas pasar bersifat mingguan (setiap hari Kamis), banyak pedagang yang datang membawa/menjual bahan kebutuhan untuk masyarakat dan membeli hasil bumi). - Di Desa Batanguru terdapat pabrik pengolahan kopi, tetapi aktivitasnya baru pada tahap pengupasan kulit tanduk, selanjutnya dijual ke pabrik penggilingan kopi di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Kapasitas produksi pada saat musim kopi bisa mencapai 1 ton/minggu. - Bengkel mikrohidro di desa Batanguru merupakan salah satu asset yang perlu dikembangkan. Selain telah memberikan layanan pembuatan dan pemeliharaan turbin/mikrohidro lebih dari 200 unit di Kabupaten
Mamasa, juga telah menjadi tujuan untuk belajar (learning centre) bahkan bagi orang asing (bulan April ini akan ada warga Afrika yang akan magang selama sebulan di Batanguru). Bengkel ini juga dapat diperluas layanannya sekaaligus sebagai bengkel mesin/mekanisasi pertanian dengan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Kabupaten Mamasa.
Gambar Lokasi : Lokasi rencana PLTMH
Rencana Lokasi Bendung
Rencana lokasi Bendung
Rencana Water Way
Air yang cukup melimpah
Site Assesment di Kecamatan Sesena Padang
Kecamatan Sesena Padang (Sespa) Merupakan kecamatan yang berada di sebelah barat kota Mamasa, jaraknya kurang lebih hanya 10 km saja dari kota Mamasa. Dengan ditemanai kepala Bappeda Mamasa, Bpk. Jono Karaeng, tim melakukan Assesment di Sesena Padang. Pada umumnya, seperti kecamatan-kecamatan yang lain, mata pencaharian utama masyarakat sespa adalah pertanian, tanaman yang ditanam adalah padi, dan kopi. Di sebelah barat kecamatan sespa terdapat hutan lindung, yang keberadaanya terancam oleh masyarakat yang biasa melakukan ladang berpindah. Di hutan lindung ini sewaktu masa penjajahan Belanda, Belanda membangun jalan setapak untuk menikmati keindah hutan tersebut. Dan jalur tersebut masih ada hingga sekarang. Jalur sepanjang 18 KM tersebut meruapakan jalur yang landai diatas pegunungan Mamasa. Sedikit mendaki dari kecamatan sespa hingga track dimulai dan menurun di kecamatan Pana. Di Kecamatan ini terdapat Tongkonan (rumah tradisional Mamasa) yang merupakan salah satu dari tiga rumah adat yang besar di mamasa. Rumah tradisional ini merupakan salah satu asset daerah Mamasa yang dapat dikembangkan untuk industry pariwisata. Dengan umur rumah yang mencapai lebih dari 100 tahun, dan kondisi rumah yang sebagian masih merupakan bangunan asli, membuat rumah tradisional ini layak untuk dilestarikan. Sayang sekali, kondisi jalan yang rusak berat untuk menuju ke objek wisata tersebut dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung, menjadikan tempat ini kurang menarik untuk mengindang turis dating ke tempat ini. Kondisi Listrik di kecamata Sespa sudah dilalui oleh jalur 20 KV PLN, dan sebagaian besar masyarakat Sespa sudah menggunakan listrik dari PLN.Hanya beberapa saja yang tinggal di daerah pegunungan yang belum tersambung listrik PLN.
Objek Wisata Rumah Tradisional Mamasa
Rumah Tradisional Mamasa yang berumur lebih dari 100 tahun
Diskusi dengan Stakeholder Di Kabupaten Mamasa 1. Diskusi dengan Kepala Bappeda Mamasa (Pak Jono) Setelah tim mengunjungi kecamatan Sumarorong, Kecamatan Nosu dan Kecamatan Pana, Tim tiba di Kecamatan mamasa. Tim langsung menuju kantor Bappeda Mamasa untuk berdiskusi mengenai pelaksanaan program Gp dan kemungkinan lain yang dapat dilakukan dalam rangka identifikasi project di Mamasa. Pak Jono, Menekankan bahwa industry pariwisata merupakan salah satu yang dapat dikembangkan di Mamasa, karena budaya Toraja dan budaya Mamasa, hampir sama. Pak jono mengambil Toraja sebagai best Practices yang dapat ditiru di mamasa. Dari pertemuan ini, Pak jono mengajak kami untuk melakukan identifikasi di Kecamatan Sesena Padang (Sespa) 2. Diskusi dengan PLN Area Mamasa ( Pak Yance) Jumlah Pelanggan di Kabupaten Mamasa adalah hampir mencapai 5000 pelanggan, dan 1500 diantaranya berada di Kota Mamasa. Saat ini, Listrik di Mamasa mendapat supply dari Polewali, karena jalur 20 KV ke Mamuju yang sudah dibangun, putus di beberapa tempat akibat longsor. Penggunaan kapasitas listrik di Mamasa total adalah sekitar 2 MW, Pak Yance agak pesimis dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di mamasa saat ini, penambahan peanggan per tahun sekitar 500 pelanggan, akan tetapi karena jalan yang rusak berat, akan sulit sekali untuk mengundang investor datang ke Mamasa. Kendala yang sering terjadi adalah, Listrik di Mamasa masih tergantung pada pasokan dari polewali, sehingga apabila jalur dari polewali terputus, maka tidak ada listrik di Mamasa, Meskipun listrik di Mamasa di topang oleh PLTMH yaitu PLTMH Balla. Akan tetapi PLTMH Balla hanya difungsikan sebagai penjaga kualitas tegangan saja. Selain itu kendala lain yang dihadapi adalah sering terjadinya longsor yang mengakibatkan tumbangnya tiang, dan terputusnya saluran listrik. Yang diharapkan dari program pembangunan yang lain yaitu isolated system minihydro. Sehingga tidak bergantung pada pasokan dari Polewali atau dari Mamuju. 3. Diskusi dengan Gapoktan petani kopi Mamasa Sesuai dengan Proposal yang diusulkan, Bantuan yang diharapkan adalah pengadaan bibit kopi lampung untuk di tanam di Mamasa. Hal ini berdasarkan investigasi penanaman kopi yang sudah ada saat ini. Saat ini, kopi yang ditanam adalah jenis kopi robusta dan kopi Jember, Akan tetapi kedua jenis kopi tersebut tidak maksimal untuk ditanam d Mamasa. MANFAAT KOPI LAMPUNG BAGI MASYARAKAT. 1. Karena berbuah terus-menerus tanpa mengenal musim, buahnya lebih besar dan bergerombol banyak, maka hasilnya akan menguntungkan masyarakat. Oleh karena itu
Petani disarankan menanam maksimal 500 pohon setiap keluarga guna mengatur waktu panen dengan perawatan dapat seimbang. 2. Jarak tanam sampai berbuah membutuhkan waktu 1 sampai 2 tahun memperkecil biaya perawatan dan waktu tunggu yang pendek dibanding dengan tanaman sejenis membutuhkan waktu 4 tahun baru berbuah. 3. Penanaman pohon kopi beserta tanaman keras pelindung (sombar) akan mengurangi potensi terjadinya kerusakan tanah seperti erosi, longsor dan banjir. 4. Memanfaatkan lahan kritis yang tidak memiliki nilai ekonomis menjadi lahan produktif. 5. Tanaman pelindung (sombar) seperti pohon sengon dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah dan kayu bakar yang berdampak pada berkurangnya pengrusakan hutan lindung untuk kebutuan masyarakat tersebut 6. Pohon kopi bersama tanaman pelindung lainnya berfungsi sebagai peresapan air alami dan bermanfaat untuk kelangsungan sumber air bagi petani dan energy alternative. 7. Pemasaran hasil petani kopi dapat ditempuh dengan 2 cara: a. Melalui proses pemasaran yang selama ini berjalan untuk tujuan export dan konsumsi didalam negeri b. Melalui pabrik kopi yang akan dibangun di Mamasa sebagai dampak dari timbulnya petani kopi yang dapat menunjang pabrik di Mamasa
4. Diskusi dengan PNPM Mandiri pedesaan dan ingkungan Mandiri Pedesaan Kabupaten Mamasa ( Bpk. Arno dan Bpk Tri) Kegiatan PNPM yang berkaitan dengan GP ada 2 yaitu PNPM Mandiri Pedesaaan dan PNPM Lingkungan mandiri pedesaan. PNPM Mandiri Pedesaan : Mempunyai dana yang terbatas, yaitu Rp. 350 juta/kegiatan, kegiatan yang umum dilakuakn adalah : a. b. c. d.
Pembangunan Jalan Pembangunan saluran irigasi Pembangunan Sanitasi Pembangunan PLTMH
Kendala dalam pembangunan PLTMH adalah seringnya longsor yang terjadi di Mamasa. Kondisi tanah yang labil di Mamasa, menyebabkan longsor sering terjadi di Mamasa, sehingga merusak
bangunan sipil di PLTMH Tersebut. Apabila bangunan seperti water way atau power house mengalami kerusakan ringan, maka dapat diperbaiki dengan swadaya masyarakat, akan tetapi apabila kerusakannya cukup berat, maka akan sulit bagi masyarakat memperbaiki kerusakan tersebut dan mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk memperbaikinya. Selain itu yang menyebabkan kerusakan pada PLTMH adalah sedimentasi, kadar pasir yang cukup banyak cepat sekali merusak runner/bearing, sehingga umur bearing tidak bias terlalu lama. Faktor manusia menjadi penentu juga dalam keberlanjutan PLTMH ini, karena pemberian pelumas pada bearing, pembersihan sampah dan sedimentasi dapat memperanjang umur mikro hydro tersebut. PNPM Lingkungan Mandiri Pedesaan(LMP) : Kegiatan PNPM LMP relative mempunyai batas pendanaan yang cukup besar, seperti PLTMH yang dibangun di desa Mesakada di kecamatan Mehalaan. PLTMH dengan kapasitas 100 kW ini dibangun dengan dana 2 Milyar, dan unit sebesar ini diawasi oleh TSU (Techncal Support Unit), untuk melakukan maintenance terhadap unit PLTMH ini.
Diskusi dengan PNPM di Mamasa
Site Assesment di Kecamatan Mambi Kecamatan Mambi berada kurang lebih ditengah antara kota Mamuju dan kota Mamasa. Mambi dilalui oleh Jalan Poros Mamuju-Mamasa, Mambi juga dilalui oleh jaringan 20KV PLN yang berasal dari mamuju, Sehingga untuk sumber energy Listrik, kecamatan Mambi hampir Sudah terpenuhi dengan baik. Akan tetapi kea rah Pamoseang, perbatasan dengan Kecamatan Mehalaan dan Kabupaten Majene, Listrik PLN belum mencapai kesana. Akan tetapi di daerah tersebut, banyak sekali potensi hydro yang bias dimanfaatkan dan cukup besar, dari investigasi BUMD, didaerah tersebut lebih dari 10MW potensi hydro disana, Akses jalan yang buruk dan terputus oleh sungai, menyebabkan pengembangan daerah ini lebih lambat dibandingkan daerah mambi yang lainnya. Mami merupakan pusat penghasil coklat di kabupaten Mamasa, dari hasil wawancara dengan pengumpul biji coklat di Mambi, didapatkan bahwa lebih dari 1000 petani coklat berada di Mambi, akan tetapi sebagian besar merupakan buruh pertanian, dan hanya beberapa saja yang mempunyai lahan.
Dari diskusi dengan pengumpul coklat diketahuibahwa mereka mengirimkan coklat tersebut ke Polewali, karena disana ada pengumpul besar. Saat ini pengumpul di Mambi sudah melakukan kontrak dengan pengumpul di polewali, pengumpul di Mambi, harus mengirimkan sebanyak 65 karung setiap 2 minggunya dan masing-masing karung berisi rata-rata 70 KG. , sehingga total yang mereka kirimkan ke Polewali adalah 4.550 kg atau 4.5 Ton biji coklat kering. Dengan harga coklat di polewali sebesar Rp. 21.500/Kg, maka total penjualan per 2 minggu senilai Rp. 97.825.000,- harga coklat yang dibeli di Petani rata-rata Rp 16.000/kg. Selain itu, kami juga berdiskusi dengan bengkel las/atau bengkel besi dikawasan Mambi, di bengkel tersebut juga melayai pembuatan turbin hydro, saat itu ada warga desa yang sedang memperbaiki turbin Hydro, bengkel menggunakan las listrik, akan tetapi listrik yang digunakan bukan berasal dari PLN akan tetapi berasal dari diesel generator. Hal ini menarik, kenapa mereka tidak menggunakan listrik dari PLN, alasannya adalah, bahwa listrik PLN menjadi lebih mahal dan urusan administrasi yang hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh bengkel. Las tersebut menggunakan daya 3000 watt, sementara bengkel tersebut hanya memasang daya max 1300 Watt saja, sehingga tidak mungkin menggunakan listrik dari PLN akan daya lebih dari daya yang dibatasi oleh PLN. Sementara apabila mereka akan menambah daya listriknya menjadi 4000 Watt misalkan, biaya abodemen untuk 4000 watt relative lebih mahal apabila dibandingkan dengan daya 1300 watt, selain itu tariff per kwh dari daya lebih dari 1300 watt juga leboih mahal ketimbang tariff 1300 watt. Penggunaan las yang tidak setiap waktu, emnyebabkan penggunaan diesel generator lebih efektif ketimbang menggunakan daya listrik dari PLN. Disini Tim juga melakukan assessmentpada minihydro Bambang, dan Pamoseang, juga melakukan identifikasi potensi sumber daya alam yang lain yang bias dikembangkan. Dari hasil assessment, didapatkan bahwa Coklat, Padi dan Kopi merupakan pendapatan utama di kecamatan tersebut. Bahkan untuk padi, sebelum kabupaten Mamasa berpisah dengan Kabupaten Polewali, kecamatan mambi ini dapat mencapai swasembada beras dan berhasil mengekspor keluar beras yang dihasilkan di kecamatan tersebut.
Aktivitas konomi di Kec. Mambi
Aktivitas ekonomi di Kec Mambi
Seorang anak kecil dengan latar belakang biji coklat di kec Mambi
Petani sedang menjemur coklat
Petani sedang menggembalakan ternak
Hamparan sawah di kec Mambi
Bengkel Les (pembuatan turbin sederhana)
Usaha Mebel di Kec Mambi
Site Assesment di Kecamatan Bonehau dan Kalumpang Pada assessment di Kabupaten Mamuju ini, disini kami mengidentifikasi Hutan rakyat yang diusulkan sebelumnya. Dari hasil temuan dilapangan, bahwa yang diusulkan dalah penggantian tanaman coklat dengan tanaman kayu dalam hal ini adalah sengon, jabon dan Uru. Daerah dikecamatan Bonehau adalah wilayah yang dibuka untuk transmigrasi, akan tetapi semenjak penyakit coklat merebak didaerah tersebut, hasil coklat tidak sebaik dulu, sebagian masyarakatnya berpindah ke tempat yang lain. Rencana yang akan dikembangkan disini adalah dengan mengganti lahan-lahan tersebut dengan tanaman kayu, dan akan ditumpang sarikan dengan tanaman yang lain (masih belum ditentukan tanaman apa yang dimaksud). Umur kayu sengon hingga siap panen adalah 5 tahun. Dalam 5 tahun tersebut, PT Amal akan berinvestasi dengan meminjamkan petani uang untuk kebutuhan sehari-hari, hingga petani tersebut siap panen, pengembalian uang pinjaman tersebut dipotong dari hasil panen petani. Disini kami melihat bahwa penggantian tanaman coklat dengan kayu harus dipertimbangkan dengan baik, apakah hal tersebut akan mensejahterakan rakyat atau malah menguntungkan perusahaanperusahaan tertentu saja, Apalagi dengan rencana meminjamlkan uang untuk menutupi kebutuhan petani, maka ketika panen tiba, petani tidak punya pilihan lain selain menyerahkan hasil panennya ke perusahaan tertentu saja. Tanaman coklat di daerah ini tidak terurus dengan baik, karena petani tidak tahu dan tidak mengerti bagaimana menanam coklat yang baik dan benar, pupuk apa yang digunakan? berapa banyak dan selain itu ketersedian pupuk yang kadang tidak ada di pasaran. Penggunaan obat-obatan seperti herbisida, pestisida dll juga tidak diketahui oleh masyarakat, sehingga dalam hal ini masyarakat hanya menanam saja tanpa mengetahui apa-apa mengenai tanaman coklat tersebut. Penggunaan pupuk organic dan obat-obatan organic juga tidak dilakukan oleh masyarakat, karena ketidaktahuan masyarakat mengenai hal tersebut. Dulu memang ada penyuluh pertanian yang dating, akan tetapi sudah lama tidak ada penyuluhan dari dinas pertanian didaerah ini.
Menjemur biji coklat di kec Bonehau
Menjemur biji coklat di kec Bonehau
Akses Jembatan Menuju kec Kalumpang
Tim Pun Perlu beberapa kali menyeberangi sungai karena belum ada jembatan
Kebun coklat petani yang akan diganti dengan tanaman kayu
Bibit Kayu Jati Putih
Diskusi dengan Kepala Desa Lumika I
Pohon Kayu Jati Putih