LAPORAN PENGURUS Koperasi Pekerja Budaya CakraDaya 2014 – 2017
Jakarta, 2017
Sp rin g Lo ng Ch ild re n
in
th e
Football Since Ancient China
History Of Football
Fo ot
ba ll
Hi
st or
y
-O
ne
Hu nd re d
Football has been known since the past. Scientific evidence shows that an activity similar to football known as tsu chu (xu ju) found in Han Dynasty in China. A play called “kemari” was known in Japan around 500 years ago, whereas Menggiring Bola Sejak Zaman China Kuno “epyskiros” was known in Greece and “harpastum” in Rome. The Romans probably brought the game to England. The game was banned lahraga sepakbola dikenal sejak zaman purba. Menurut bukti ilmiah, pada in England until King Charles masa Dinasti Han (sekitar abad ke-2 SM) di China, dikenal semacam sepakbola II lifted the ban in 1680. yang disebut tsu chu (xu ju). Permainan itu untuk melatih fisik para prajurit, berupa Football Association (FA) latihan menendang bola kulit dan memasukkannya ke jaring kecil. Pemain hanya boleh was founded in 1863 menggunakan kaki, dada, punggung, dan bahu. in Londong which Di Jepang, sejak 500-an tahun lalu, dikenal permainan menggiring bola dari kulit hewan yang disebut created the rules “kemari”. Di Yunani dikenal dengan nama “epyskiros” dan di Romawi “harpastum”. Kemungkinan orang of the game. Romawi membawa permainan itu ke Inggris. Permainan yang mirip juga ditemukan di Mesir Kuno.
Sejarah Sepakbola
o - Ca lci y st or ba l Hi Fo ot
Fo ot
ba ll
Hi
st or
y
- Au st
ra lia n
fo ot
ba ll
18 66
Pada tahun 1314, Raja Edward II dari Inggris melarang olahraga ini karena banyaknya tindakan kekerasan brutal tanpa aturan, namun Raja Edward III mencabut larangan tersebut (1369). Permainan ini kembali dilarang oleh Ratu Elizabeth I (1572), sampai akhirnya Raja Charles II pada 1680 mencabut larangan tersebut. Tahun 1863, Football Association (FA) akhirnya resmi berdiri di London. Asosiasi inilah yang kemudian menata dan membuat peraturan permainan sepakbola untuk penyelenggaraan kompetisi di Inggris.
fio re nt
in o
16 88
O
Sejarah Sepakbola di Indonesia
9-02
S
ebuah jurnal Belanda (1870) mewartakan, segerombolan orang di Batavia menendang-nendang bola rotan pada sebuah tanah lapang. Selanjutnya HCC Clockener Brousson menulis, voetbal
telah dimainkan mahasiswa School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) di Waterlooplein, Batavia, pada 1892. Sebelumnya Gubernur
Phoa Sian Liong, Ramang, Suwardi Arland
Jenderal Inggris, Raffles, dalam History of Java (1821) mengulas aktivitas permainan tendang-menendang bola yang disebutnya buah raga. Klub sepakbola pertama di Batavia, Bataviasche Cricket-En Football Club Rood-Wit, berdiri pada 1893. Menurut sumber lain, soccer diperkenalkan di Nusantara pada 1895. Pada awal 1900-an banyak
Football History in Indonesia
bond (klub) didirikan oleh orang-orang Belanda. Bond-bond yang terbentuk di berbagai kota itu bergabung dalam NederlandscheIndische Voetbal Bond (NIVB) pada 1919. Masyarakat pribumi kemudian mendirikan Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) pada 1923 di Surakarta, Javasche Voetbal Bond (JVB) juga di Surakarta pada 1924, dan Indonesische Voetbal Bond (IVB) di Surabaya pada 1927. Pemrakarsa bond-bond itu umumnya para pedagang Tionghoa.
A Dutch journal in 1870 reported that a group of people in Batavia were kicking a ball on a vast field. Then, HCC Clockener Brousson wrote that STOVIA students in Batavia played soccer in 1892. The first football club in Batavia was Bataviasche Cricket-En Football Club Rood-Wit, established in 1893. In the early 1900s’ many clubs were established
Bond-bond yang sudah ada ditambah Perserikatan Sepakbola Mataram (PSM), Voetbalbond Indonesia Jakarta (VIJ), dan Bandungsche Indonesia Voetbal Bond (BIVB) sepakat mendirikan Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia pada 19 April 1930 di Yogyakarta. Dalam kongres
by the Dutch. Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) was founded by Indonesians in 1923 in Surakarta. Then, in 1930 Football Association of Indonesia (PSSI) was founded and the chairman was Soeratin Sosrosoegondo.
I di Solo pada tahun yang sama, namanya diubah menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Soeratin Sosrosoegondo terpilih menjadi Ketua PSSI.
Final pertandingan sepakbola Ganefo I, Jakarta 1963
Tim Olimpiade Bangkok vs Jong Ambon, 29 Mei 1948
A09 PT03
PENGANTAR
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Semoga selamat-sehat-sentosa kita semua. Koperasi Pekerja Budaya (KPB) CakraDaya terbentuk pada tanggal 28 Februari 2017, pada pertemuan para pendiri di Jl. Pinang I Barat no. 26, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Secara kelembagaan, KPB CakraDaya merupakan kelanjutan dari beberapa lembaga yang telah merintis dan mengembangkan usaha di bidang kebudayaan, permuseuman, dan industri kreatif, antaranya: Kelompok Kreatif Pelita 12, Arkamusea, dan Yayasan Cakrawala. Setelah itu KPB CakraDaya telah menjalani berbagai proses keorganisasian maupun usaha, sampai terbentuknya kepengurusan periode 2014-2017, pada RUA 29 Maret 2014 di SMKN 57, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.Laporan ini merupakan pertanggungjawaban Pengurus periode 2014-2017, yang telah mengalami satu kali perubahan pada tahun 2016; bersama-sama dengan Pengawas KPB CakraDaya. Dengan ini Pengurus KPB CakraDaya menyampaikan rasa terimakasih setulusnya kepada seluruh jajaran KPB CakraDaya yang telah bekerja-sama selama ini dalam Pengelolaan dan Pengendalian perjalanan KPB CakraDaya, antaranya adalah: para Pengawas, seluruh jajaran manajemen operasional dan manajemen pelaksana, serta seluruh Anggota yang telah terlibat bersama menghidupkan KPB CakraDaya. Pengurus juga menyampaikan terimakasih kepada keluarga Bp. Hinukartopati (alm.) yang telah menyediakan rumah mereka sebagai sekretariat KPB CakraDaya; dan keluarga Bp. Sri Soebagjo, yang telah meminjamkan bengkel kerja untuk para sejawat KPB CakraDaya. Terima kasih. Semoga KPB CakraDaya berkembang semakin baik.
1
PENGURUS Koperasi Pekerja Budaya CakraDaya
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Ketua Umum, Ketua Ketua I Ketua II Wakil Ketua 2014-2017 2014-2016 2014-2016 2016-2017
Punto A. Sidarto Anton Herrys Yoyon Hendaryono M. Arif Novianto 001.APd.2012.pas 025.APd.2012.ahs 023.APd.2012.yho 007.APd.2012.man …………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Sekretaris I Sekretaris II Sekretaris I Sekretaris II 2014-2016 2014-2016 2016-2017 2016-2017
Umar Alatas Rahmas Teguh I.S. Erwin R. Sigarlaki Anton Herrys 015.APd.2012.uas 045.APd.2014.rtg 008.APd.2012.esi 025.APd.2012.ahs …………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Bendahara I Bendahara II 2014-2017 2016-2017
Winarto Sri Ambarwati 010.APd.2012.win 038.APd.2013.ami
2
DAFTAR ISI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
PENGANTAR ............................................................................................................................ PENGESAHAN ............................................................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................................................ Bagian I LAPORAN KRONOLOGIS ............................................................................................ 1.1. Tahun 2014 ................................................................................................................. 1.2. Tahun 2015 ................................................................................................................ 1.3. Tahun 2016 ................................................................................................................. 1.4. Tahun 2017 ................................................................................................................. Bagian II LAPORAN SEKTORAL ..................................................................................................... 2.1. Keanggotaan ............................................................................................................ 2.1.1. Tatanan Keanggotaan ...................................................................... 2.1.2. Kondisi Keanggotaan ....................................................................... 2.2. Keorganisasian dan Rumah-Tangga ..................................................... 2.2.1. Tatanan dan Strategi Organisasi ............................................. 2.2.2. Kondisi Organisasi dan Rumah Tangga ............................. 2.3. Usaha dan Kerja ..................................................................................................... 2.3.1. Tatanan dan Strategi Usaha-Kerja .......................................... 2.3.2. Kondisi Usaha-Kerja ........................................................................... 2.4. Aset dan Keuangan ............................................................................................. 2.4.1. Tatanan dan Strategi Keuangan ............................................... 2.4.2. Kondisi Aset dan Keuangan ........................................................ 2.4.3. Hasil Usaha dan SHU ........................................................................ Bagian III ANALISIS dan STRATEGI ............................................................................................... 3.1. Ringkasan Analisis ................................................................................................ 3.2. Ringkasan Strategi ................................................................................................ PENUTUP Kesimpulan dan Rekomendasi ................................................................................. LAMPIRAN Daftar Anggota Tatanan Peraturan Daftar Kegiatan Kemitraan Daftar Pekerjaan Daftar Aset dan Inventaris Laporan Keuangan Rinci
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 16 20 21 24 30 31 34 41 42 44 45 46 47 52 55
3
Bagian I LAPORAN KRONOLOGIS
Laporan Kronologis 1.1. Tahun 2014
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pada tahun 2014, untuk pertama kalinya KPB CakraDaya menyelenggarakan Rapat Umum Angggota, dilaksanakan di SMKN 57, Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada tanggal 29 Maret 2014. RUA 2014 ini telah memilih dan menetapkan susunan Pengwas dan Pengurus KPB CakraDaya untuk periode 2014-2017. Tiga hari kemudian, pada tanggal 1 April 2014 diadakan pertemuan Pengurus, Pengawas, dan beberapa orang Anggota Pendiri, yang menghasilkan Nota Ketetapan tentang pengelolaan dan pengendalian KPB CakraDaya. Juga disepakati waktu kumpul rutin anggota, yaitu setiap hari Jumat. Sejak itu mulai dilakukan pendataan ulang keanggotaan, serta penguatan komitmen anggota dengan pengisian Surat Pernyataan Keanggoaan bermaterai, yang akan menjadi dasar pendirian KPB CakraDaya. Proses penetapan Anggota Pendiri berjalan cukup panjang, bahkan berlanjut hingga tahun 2017. Pada sisi usaha, tahun2014 KPB CakraDaya melaksanakan tiga buah pekerjaan kontraktial, dari klien Museum Olahraga Nasional, Kemenpora; serta dari Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Kemendikbud. Total nilai pasar Rp 1.375.350.000,oo; nilai penerimaan bersih Rp 779.041.000,oo; total nilai dibagikan langsung kepada Anggota Rp 342.090.000,oo.Pengembangan usaha mandiri mulai dijajagi (produksi kaus, dll.), bantuan permodalan sudah ada, namun pelaksanaannya masih terhambat komitmen kerja dan kesiapan anggota. Aepek kemitraan sudah mulai dijalankan, dengan partisipasi pada kegiatan ekskavasi arkeologi di situs Sangiran, Jawa Tengah, sekaligus survei dan penjajagan untuk pengembangan program community development di situs Sangiran. Bekerjasama dengan Asosiasi Museum Indonesia Pusat, KPB CakraDaya menyelenggarakan pameran lukisan CInta Negeri di Mal Kalibata, sekaligus merupakan perwujudan dukungan KPB CakraDaya terhadap kegiatan anggotanya.
5
Laporan Kronologis 1.2. Tahun 2015
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Rapat Umum Anggota tahun 2015 (RUA kedua) dilaksanakan pada 15 Januari 2016, di vila Lembur Pancawati, Caringin, Bogor. Pendirian KPB CakraDaya juga telah dicatatkan pada Akta Notaris Erlina Dwi Kurniawati, S.H., nomor 09 tanggal 9 Maret 2015. ADART KPB CakraDaya yang telah ditetapkan pada RUA tahun2014 serta Akta Notarisnya, harus disusun ulang karena pembatalan Mahkamah Konstitusi terhadap UU Perkoperasian. Hambatan pada proses legalsasi ini terus berlanjut sampai ke tahun 2017. Untuk kepeluan izin domisili, KPB CakraDaya menyewa kantor virtual di Komplek Perkantoran Falmawati Mas, Cilandak, Jakarta Selatan. Anggota KPB CakraDaya, drs. Hendro Sewoyo, M.Hum, peneliti dan kemudian pejabat struktural di Puslitbang Kepariwisataan, Kemenparekraf, meninggal dunia. Pembentukan organ operasional: MKOR serta MUK dan MIV, ditetapkan tanggal 15 Oktober 2015 dengan SKB Pengawas-Pengurus. Kegiatan kemitraan selanjutnya ditangani MKOR, melaksanakan antara lain: lanjutan program community development di Situs Sangiran;program Panas Pela Amahei-Ihamahu; Lokakarya Konservasi Koleksi (kerjasama Museum Nasional Indonesia dan AMI DKI Jakarta Paramita Jaya); serta peluncuran buku #saya belajar hidup, karya anggota KPB CakraDaya, S. Dian Andriyanto (kerjasama dengan Museum Layang-layang). Pelaksanaan kerja kontraktual mencakup 7 pekerjaan, dari Museum Olahraga Nasional, Kemenpora; Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Kemendikbud; DBS Vickrs (sekuritas); dan Museum Nasional Indonesia. Total nilai pasar Rp 2.193.072.000,oo; nilai penerimaan bersih Rp 2.047.981.975,oo; nilai dibagikan langsung kepada Anggota Rp 647.956.000,oo.
6
Laporan Kronologis 1.3. Tahun 2016
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Untuk pertama kalinya KPB CakraDaya menyelengarakan Rapat Kerja, 16 Januari 2016, di vila Lembur Pancawati, Caringin, Bogor; dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi Pengawas-Pengurus-Manajemen pada Maret 2016 dan Juli 2016. Amanat dan penetapan Raker dan Rakor antara lain: sasaran pemasaran Rp 6 M per tahun; penataan dan penguatan manajemen; serta pengembangan usaha mandiri, khususnya untuk bidang perfilman, usaha kriya, kafe/kedai, serta museum virtual. Anggota KPB CakraDaya, drs. Gathut Dwihastoro, M.Hum, terakhir menjabat sebagai Kepala Pusat Konservasi, Pemprov DKI Jakarta, juga Ketua Umum AMI DKI Jakarta Paramita Jaya, meninggal dunia. Pada Rapat Bersama Anggota Pendiri, yang merupakan perangkat organisasi tertinggi setelah RUA, pada tanggal 5 Agustus 2016, di Pondok Labu, Jakarta Selatan, dilakukan pergantian kepengurusan, termasuk penataan ulang organ operasional, menjadi MKOR, MUK, serta Manajemen Kemitraan dan Pemasaran. Selain itu mulai dikembangkan gugus kerja kegiatan sosial untuk berbagai bidang kerja kebudayaan, yang akan dikembangkan dengan pola kemitraan. Usaha mandiri masih belum berjalan, kegiatan utama masih berupa kerja kontraktual, dari klien Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, MuseumKebangkitan Nasional, Museum Nasional Indonesia, dan Museum Kebaharian. Jumlah pekerjaan 7 buah, namun total nilai mengalami penurunan, menjadi:nilai pasar Rp 1.555.900.000,oo; nilai penerimaan bersih Rp 746.568.265,oo; dibagikan langsung kepada Anggota Rp 417.607.752,oo. Program kemitraan menyelenggarakan peluncuran buku #saya belajar hidup seri kelima, kerjasama dengan Museum Nasional Indonesia.
7
Laporan Kronologis 1.4. Tahun 2017
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pada awal tahun 2017 ini belum banyak kerja yang dilaksanakan KPB CakraDaya. Kegiatan berlangsung utamanya di wilayah kerja kemitraan, antaranya pelaksanaan pendukungan untuk Pameran Lesbumi dalam rangka HUT Nahdatul Ulama.Selebihnya masih pada tahapan persiapan dan ajuan, antaranya: beberapa program fasilitasi kegiatan kebudayaan dari Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud; persiapan pengembangan program untuk situs Semedo, Tegal: seminar internasional, community development, dan promosi; serta persiapan untuk acara Toba Music & Culture Festival. Pada awal tahun 2017 ini telah diselenggarakan Syukuran HUT ke-5 KPB CakraDaya (28 Februari 2012 – 28 Februari 2017). Pada kegiatan syukuran ini juga telah dilakukan evaluasi limatahun perjalanan KPB CakraDaya, yang memberikan banyak masukan untuk pengembangan berikutnya. Pada sisi kelembagaan, penetapan Anggota Pendiri sudah memasuki tahap final (63 orang), kecuali jika disyaratkan jumlah minimal 70 orang oleh Kementerian Koperasi dan UMKM. Namun proses legalisasi disepakati untuk dihentikan sementara berdasarkan pertimbangan efisiensi, sambil menunggu hasil dari RUA, utamanya terkait perubahan kepengurusan. Tahun 2017ini menandai akhir masa kepengurusan periode 2014-2017. Penetapannya akan dilakukan pada Rapat Umum Anggota KPB CakraDaya yang rencananya akan diselenggarakan pada 29 April 2017, di SMKN 57, Pasar Minggu Jakarta Selatan. Selanjutnya akan diadakan Kumpul Anggota pada tanggal 30 April 2017, di Arena Pemancingan Telaga Sofia, Depok, Jawa Barat.
8
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Bagian II LAPORAN SEKTORAL
9
Laporan Sektoral 2.1. KEANGGOTAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Keluasan bidang kerja kebudayaan membuka peluang tak terbatas bagi siapapun untuk bergabung dengan KPB CakraDaya. Latar pendidikan ataupun keahlian, tataran praktis maupun konseptual, bahkan sekadar minat dan kepedulian, sudah mencukupi untuk bisa bergabung dengan KPB CakraDaya. Landasan utamanya adalah kemauan bekerja untuk pengembangan kebudayaan Indonesia. Karena ini adalah himpunan para pekerja budaya. Dengan bentuk kelembagaan koperasi, maka kerja bersama ini juga merupakan wadah berusaha bersama. Sesuai prinsip perkoperasian, para pekerja budaya di sini sekaligus menjadi pemilik usaha. Maka sikap kemandirian dan wirausaha menjadi salah satu pilar utama KPB CakraDaya. Karakteristik sosial-ekonomi koperasi mengharuskan setiap anggota tak semata-mata mengupayakan pencapaian ekonomi, namun juga memiliki tanggung-jawab sosial sesuai bidang usahanya, kebudayaan. Kepedulian terhadap kebudayaan Indonesia, serta ketentuan keterbukaan koperasi, itulah landasan keanggotaan KPB CakraDaya. Keseluruhan prinsip keanggotaan ini telah disepakati bersama, tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KPB CakraDaya.
10
Laporan Sektoral 2.1.1. KEANGGOTAAN TATANAN KEANGGOTAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga menetapkan keanggotaan KPB CakraDaya terdiri dari: 1. Anggota Pendiri, yaitu anggota yang berstatus sebagai pendiri KPB CakraDaya, seuai ketetapan pada Rapat Umum Anggota, dan pencatatan pada Akta Notaris pendirian KPB CakraDaya 2. Anggota, yaitu anggota umum KPB CakraDaya yang bukan Anggota Pendiri 3. Anggota tambahan, terdiri dari: a. Anggota Kehormatan b. Anggota Luar-Biasa c. Anggota Belum-Penuh atau Calon Anggota Sesuai ketentuan perundang-undangan di bidang perkoperasian, keanggotaan KPB CakraDaya tidak dapat dipindah-tangankan. Selain itu, Kewajiban dan Hak setiap anggota diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah-Tangga KPB CakraDaya, sesuai status keanggotaan masing-masing. Undang-undang Perkoperasian juga menentukan bahwa setiap anggota harus bersikap aktif dalam kegiatan koperasi, serta menerima tanggungan anggota sesuai tingkatan keterlibatan masing-masing. Komitmen keaktifan setiap Anggota KPB CakraDaya ditetapkan sesuai pernyataan komitmen dari tiap anggota. Tanggungan anggota KPB CakraDaya secara prinsip mencakup segala risiko usaha yang dijalankan bersama maupun akibat dari segala kegiatan KPB CakraDaya.
11
Laporan Sektoral 2.1.1.1. LAPORAN PENGURUS TATANAN KEANGGOTAAN 2014-2017 PENERIMAAN dan PENGHENTIAN KEANGGOTAAN Sesuai prinsip dasar perkoperasian Indonesia, keanggotaan KPB CakraDaya bersifat terbuka, dengan batasan bahwa (calon) anggota koperasi harus memiliki kepentingan sosial-ekonomi yang sama. Selain itu,dengan pengkhususan bidang usaha KPB CakraDaya pada sektor kebudayaan, permuseuman, dan industri kreatif, (calon) anggota KPB CakraDaya dengan sendirinya harus memiliki kepedulian dan minat terhadap bidang usaha tersebut. Keanggotaan KPB CakraDaya berbasis keaktifan, maka penerimaan anggota pun berlandaskan pada ajuan dari calon anggota. Proses penerimaan anggota disepakati berlandas pada: a. Surat Pernyataan bermaterai, berupa ajuan untuk menjadi anggota b. Rekomendasi/referensi dari tiga orang Anggota Pendiri Proses penerimaan (Calon) Anggota KPB CakraDaya dijalankan oleh sebuah badan pengelola yang mendapat tugas pengelolaan keanggotaan, saat ini oleh Manajemen Keanggotaan, Organisasi, dan Rumah-Tangga KPB CakraDaya. Ketentuan tentang penerimaan dan penghentian keanggotaan KPB CakraDaya telah diatur dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah-Tangga KPB CakraDaya, serta akan diatur lebih rinci dalam berbagai aturan turunannya, antara lain berupa Nota Kesepakatan, SKB Pengawas-Pengurus KPB CakraDaya, surat keputusan dari manajemen, dan lain-lain.
12
Laporan Sektoral 2.1.1.2. TATANAN KEANGGOTAAN IURAN ANGGOTA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Salah satu komitmen Anggota KPB CakraDaya diwujudkan dalam bentuk iuran anggota, yang juga menjadi kewajiban Anggota KPB CakraDaya sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar KPB CakraDaya. Ketentuan tentang iuran anggota diatur dalam Anggaran Dasar KPB CakraDaya berdasarkan pada penetapan Rapat Umum Anggota KPB CakraDaya tahun 2014. Jenis, nIlai dan cara pembayaran iuran anggota ditetapkan: a. Iuran Awal atau Simpanan Pokok, sejumlah Rp 1.000.000,oo dibayarkan saat penerimaan anggota, dapat dicicil selama jangka waktu satu tahun; b. Iuran Bulanan atau Simpanan Wajib, sejumlah Rp 50.000,oo dibayarkan per bulan (atau dapat juga dilakukan untuk beberapa bulan sekaligus). Anggota yang tidak memenuhi kewajiban iuran, dengan sendirinya akan memperoleh pengurangan hak-haknya sebagai anggota, antara lain kehilangan hak suara dalam Rapat Anggota. Sesuai ketentuan perkoperasian, iuran anggota adalah bagian dari modal koperasi. Dalam pelaksanaan pengelolaan KPB CakraDaya, disepakati bahwa iuran anggota saat ini diprioritaskan untuk keperluan kesejahteraan anggota, bukan untuk permodalan, dengan pertimbangan: a. realisasi pembayaran iuran anggota masih sangat terbatas; b. nilai iuran anggota belum mencukupi untuk permodalan. Saat ini pengelolaan dana iuran anggota dilakukan oleh Bendahara II KPB CakraDaya. Daftar Iuran Anggota terlampir
13
Laporan Sektoral 2.1.1.4. TATANAN KEANGGOTAAN PERTEMUAN dan HUBUNGAN ANGGOTA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Guna menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa kepemilikan bersama, telah disepakati pelaksanaan pertemuan rutin anggota KPB CakraDaya, yakni pada setiap hari Jumat. Pertemuan rutin ini dilaksanakan secara informal, untuk menjalin komunikasi antar anggota KPB CakraDaya. Selain itu telah dilaksanakan pula beberapa pertemuan khusus, antara lain pada acara Buka Puasa Bersama, Sykuran HUT KPB CakraDaya, serta juga kumpul anggota yang melibatkan keluarga, di vila Lembur Pancawati, Caringin, Bogor, dilaksanakan bersamaan dengan Rapat Umum Anggota tahun 2015, dan Rapat Kerja KPB CakraDaya tahun 2016. Pada tahun 2017 ini, rencananya akan diadakan pula acara kumpul anggota, pada tanggal 30 April 2017, di Pemancingan Telaga Sofia, Depok. Komunikasi antar anggota juga dilakukan melalui media internet maupun media sosial lainnya. Pertemuan yang lebih formal dilakukan dalam hubungan kerja, baik untuk rapat manajerial maupun teknis, antaranya: Rapat Kerja, setiap 6 bulan sekali, berseling dengan RUA; Rapat Koordinasi Pengawas-Pengurus-Manajemen, per 3 bulan berseling dengan RUA dan Raker; Rapat Pengurus pada hari Selasa minggu pertama tiap bulan; serta rapat manajemen yang dilakukan sekali per minggu, ataupun rapat produksi kerja yang dilaksanakan sesuai jadwal kerja pada masing-masing manajemen pelaksana kerja. Berdasarkan evaluasi keanggotaan, pelaksanaan berbagai pertemuan anggota ini telah meningkatkan hubungan personal dan rasa kebersamaan para Anggota KPB CakraDaya pada tingkat yang cukup baik. Di sisi lain, komunikasi dan hubungan personal yang baik, ternyata belum cukup kuat berpengaruh pada hubungan kerja, yang seringkali masih mengalami hambatan komunikasi kerja.
14
Laporan Sektoral 2.1.1.3. TATANAN KEANGGOTAAN SANKSI dan PENGHARGAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Sesuai ketentutan dalam Undang-undang Perkoperasian, ketentuan tentang sanksi terhadap anggota juga telah diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KPB CakraDaya. Meski telah terjadi beberapa kali pelanggaran terhadap aturan dan ketentuan dalam tatanan KPB CakraDaya, sampai saat ini sanksi yang telah diberikan sebatas pada teguran langsung dalam Rapat Bersama Pengawas dan Pengurus KPB CakraDaya. Berimbang dengan adanya sanksi terhadap anggota yang melanggar aturan, ketentuan, ataupun tatanan KPB CakraDaya, direncanakan juga akan diberikan penghargaan kepada anggota yang telah memenuhi komitmen keanggotaan dengan baik, serta memenuhi kewajiban-kewajibannya. Komitmen maupun kewajiban tersebut antara lain ditunjukkan pada rasa kebersamaan yang tinggi, komitmen pembayaran iuran anggota, kehadiran pada pertemuan rutin anggota, keterlibatan dalam hubungan sosialantar anggota, dan lain-lain. Penghargaan terhadap anggota baru dapat diberikan dalam bentuk bantuan sosial, serta penambahan jumlah suara pada Rapat Anggota.
15
Laporan Sektoral 2.1.2. KEANGGOTAAN KONDISI KEANGGOTAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Anggota Pendiri KPB CakraDaya tercatat berjumlah 65 orang, 2 orang di antaranya telah meninggal dunia (pada tahun 2015 dan 2016), sehingga jumlah Anggota Pendiri saat ini adalah 63 orang. Karakteristik keanggotaan: • Secara gender, mayoritas anggota adalah laki-laki (51 orang); dan hanya ada 12 orang anggota perempuan. Untuk pengembangan KPB CakraDaya, diperlukan kondisi yang lebih berimbang, menyesuaikan dengan perkembangan di masyarakat. • Dari segi latar pendidikan, distribusinya adalah: 12 orang berpendidikan menengah (umum dan kejuruan); 51 orang berpendidikan tinggi (2 orang D3, 42 orang S1, 5 orang S2, 2 orang S3), sebagian besar dari Universitas Indonesia, khususnya Fakultas Ilmu-pengetahuan Budaya (FIB), mayoritas dari jurusan Arkeologi. Potensi pengembangan KPB CakraDaya cukup besar, namun diperlukan perluasan keragaman latar pendidikan, utamanya di bidang-bidang studi kebudayaan. • Tidak selalu sesuai dengan latar pendidikannya, profesi dan keahlian Anggota KPB CakraDaya mencakup antaranya: dosen, guru, seniman (musik, senirupa, teater, sastra), pekerja seni, peneliti, perencana-perancang, pekerja kreatif publikasi cetak dan promosi (penulis, penyunting, penerjemah, fotografer, perancang grafis, produksi), pekerja kreatif perfilman (sutradara, penyuting, juru kamera), pekerja kelola-acara (pameran, seminar, dll.), pekerja wisata budaya, pekerja kriya, manajemen informatika dan perpustakaan, teknik informatika, konsultan dan pekerja permuseuman, wartawan, manajemen dan akuntansi, dan lain-lain. Daftar Anggota terlampir
16
Laporan Sektoral 2.1.2. KONDISI KEANGGOTAAN •
•
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Distribusi tempat tinggal Anggota KPB CakraDaya berdasarkan KTP adalah: 39 orang di DKI Jakarta (26 di antaranya di Kotatif Jakarta Selatan); 3 orang di Provinsi Banten; 16 orang di Provinsi Jawa Barat; 5 orang di Provinsi Jawa Tengah; 4 provinsi namun secara faktual, distribusi tempat tinggal saat ini adalah: 32 orang di DKI Jakarta (19 di antaranya di Kotatif Jakarta Selatan); 7 orang di Provinsi Banten; 16 orang di Provinsi Jawa Barat; 1 orang di Provinsi Jawa Tengah; 2 orang di Provinsi DI Yogyakarta; 3 orang di Provinsi Jawa Timur; 1 orang di Provinsi Bali; 1 orang di Provinsi Riau; ada di 8 provinsi Mayoritas Anggota KPB CakraDaya tinggal di Provinsi DKI Jakarta, utamanya di Jakarta Selatan; sementara secara faktual, persebarannya lebih luas dari data administratif. Kondisi ini sesuai dengan kebutuhan legal-administratif maupun potensi pengembangan. Distribusi usia anggota, dengan pengelompokan per sepuluh-tahun: 5 orang berusia kurang dari 30 tahun; 10 orang berusia antara 30-40 tahun; 17 orang berusia antara 40-50 tahun; 27 orang antara 50-60 tahun; 3 orang di atas 60 tahun; dengan format pengelompokan yang berbeda, distribusinya adalah: 4 orang berusia kurang dari 25 tahun; 6 orang berusia antara 25-35 tahun; 14 orang berusia antara 35-45 tahun; 28 orang antara 45-55 tahun; 10 orang di atas 55 tahun; Mayoritas anggota berusia di atas 50 tahun, atau menjelang 50 tahun. Cukup banyak yang berada di kisaran usia produktif, namun jumlah anggota usia muda sangat sedikit. Akan diperlukan strategi regenerasi untuk pengembangan ke depan.
17
Laporan Sektoral 2.1.2.1. KONDISI KEANGGOTAAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Tujuan utama pendirian KPB CakraDaya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, dalam kerangka keadilan sosial-ekonomi bangsa. Maka cukup jelas bahwa prioritas pengembangan dan tolok ukur pencapaian KPB CakraDaya adalah pada anggotanya, manusianya, bukan lembaganya. Penerapannya dalam bentuk distribusi langsung hasil usaha KPB CakraDaya, dalam bentuk honorarium kerja, proporsional sesuai tanggung-jawab, beban kerja, maupun tingkat dan intensitas keterlibatan anggota pada kegiatan usaha dan kerja KPB CakraDaya. Total nilai hasil kerja periode 2014-2017 yang dibagikan langsung kepada Anggota adalah Rp 1.407.653.752,oo (satumilyar empatratus tujuhjuta enamratus limapuluh tigaribu tujuhratus limapuluh dua rupiah). Selain terkait langsung pekerjaan, distribusi hasil usaha KPB CakraDaya juga dibagikan dalam bentuk berbagai tunjangan, antaranya: saat Hari Raya, tunjangan kesukaan ataupun kedukaan; apresiasi manajerial; maupun dalam bentuk pinjaman tanpa bunga, bagi anggota yang sedang membutuhkan. Tentu dalam batas kemampuan keuangan KPB CakraDaya. Selain itu para anggota juga mendapat keleluasaan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin berbagai aset kerja KPB CaraDaya (sepeda motor, kamera, komputer, dan sebagainya) baik untuk keperluan pribadi maupun keperluan kerja di luar KPB CakraDaya. Sampai saat ini peningkatan kesejahteraan anggota masih belum terlaksana optimal, masig cukup jauh dari sasaran pencapaian. Ini memang bukan sesuatu yang mudah diraih, meskipun bukan pula suatu hal mustahil untuk dicapai.
18
Laporan Sektoral 2.1.2.2. KONDISI KEANGGOTAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS ANGGOTA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Selain dalam bentuk peningkatan kesejahteraan secara langsung, penguatan kapasitas anggota juga diupayakan dalam bentuk peningkatankapasitas dan kemampuan anggota. Secara tidak langsung, peningkatan kapasitas dan kemampuan ini diharapkan dapat meningkatkan pula kesejahteraan anggota. Terbuka kemungkinan bagi seluruh anggota untuk mengembangkan kemampuan maupun meluaskan jejaring kerja di lingkungan kegiatan kebudayaan, membuka pasar usaha secara mandiri. Pada lingkup internal, peningkatan kapasitas dan kemampuan Anggota KPB CakraDaya diterapkan dalam bentuk saling-tukar ilmu, pengetahuan, dan keterampilan, dalam berbagai bentuk kerja budaya, maupun dalam lingkup manajemen kerja. Diterapkan langsung pada saat pelaksanaan kerja, proses peningkatan kemampuan dan kapasitas ini cenderung lebih efektif. Bentuk lain pengembangan kapasitas anggota diterapkan dalam dukungan dan keterlibatan pada kegiatan kemitraan dan sosial, yang diharapkan dapat meluaskan jejaring kerja anggota maupun lembaga. Selain itu, diberikan pula dukungan untuk anggota dalam partisipasi berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, maupun keterlibatan pada organisasi profesi.
19
Laporan Sektoral 2.2. KEORGANISASIAN dan RUMAH-TANGGA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Sesuai prinsip perkoperasian, KPB CakraDaya adalah sebuah badan usaha yang berazas kekeluargaan, sehingga selalu harus ada perimbangan antara aspek sosial dengan aspek ekonomi. KPB CakraDaya adalah koperasi primer dalam kelompok koperasi jasa; berstatus koperasi tingkat nasional karena keanggotaannya ada di lebih dari 3 (tiga) provinsi. Dalam pengembangannya, KPB CakraDaya juga bisa menjadi koperasi produsen, atau bahkan koperasi konsumen; namun telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar KPB CakraDaya, bahwa koperasi ini tidak menjalankan usaha simpan-pinjam. Pengelolaan dan pengendalian kegiatan usaha dan kerja KPB CakraDaya dijalankan dengan berlandas pada prinsip keterbukaan, kesetaraan dan keadilan, serta kemandirian. Kepentingan anggota menjadi prioritas utama KPB CakraDaya, sehingga pada prinsipnya keberadaan lembaga ini adalah sebagai fasilitasi bagi pencapaian tujuan kesejahteraan anggota. Sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan, KPB CakraDaya melakukan pengelolaan kerumah-tanggaan organisasi dalam batas yang mencukupi, semata-mata sebagai fasilitasi kegiatan. Urusan kerumah-tanggaan mencakup pengelolaan kantor/sekretariat maupun tempat kerja (studio).
20
Laporan Sektoral 2.2.1. ORGANISASI dan RUMAH-TANGGA TATANAN dan STRATEGI ORGANISASI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Tatanan kelembagaanan KPB CakraDaya telah diatur dalam Anggaran Dasar, antaranya mencakup: • Tatanan keanggotaan Berbasis pada Anggota Pendiri, dikembangan dengan perluasan keanggotaan; • Tatanan peraturan Berbasis pada susunan dan tataran/tingkatan peraturan, berlapis dan saling mengisi, dikembangkan sesuai kebutuhan usaha dan kerja; • Tatanan keorganisasian Diawali dengan prinsip efisiensi dan efektivitas, namun disiapkan untuk dikembangkan lebih besar, sesuai strategi pengembangan KPB CakraDaya sebagai koperasi tingkat nasional; • Tatanan keuangan Berbasis pada prinsip keadilan dan kesetaraan anggota secara proporsional, keterbukaan dan kemandirian pengeloaan secara bertanggung-jawab, dan seoptimal mungkin ditujukan untuk kesejahteraan anggota; • Tatanan usaha Pelaksanaan kerja berbasis usaha jasa, selanjutnya dikembangkan juga ke arah usaha manidri, dengan pengembangan kegiatan sosial-kemitraan sebagai penggerak dan pendukung. Kepengurusan KPB CakraDaya telah berjalan dalam beberapa periode, yaitu: periode awal (tahun 2012-2014), periode legal (tahun 2014-2017), saat kepengurusan telah ditetapkan dalam Rapat Umum Anggota yang sah, serta dicatatkan dengan Akta Notaris; dan akan mulai dengan periode lanjutannya, tahun 2017-2020, setelah pelaksanaan Rapat Umum Anggota KPB CakraDaya tahun 2017. Kerangka tatanan peraturan terlampir
21
Laporan Sektoral 2.2.1.1. TATANAN dan STRATEGI LANDASAN KELEMBAGAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Landasan utama Pengelolaan dan Pengendalian organisasi KPB CakraDaya diwujudkan dalam bentuk Anggaran Dasar (AD) KPB CakraDaya dan Anggaran Rumah Tangga (ART) KPB CakraDaya. Penyusunan AD-ART KPB CakraDaya telah dilakukan, awalnya dengan berbasis kepada Undang-Undang no. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian, dan telah ditetapkan pada Rapat Umum Anggota KPB CakraDaya tahun 2014, di SMKN 57, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Selanjutnya Anggaran Dasar ini telah dicatatkan dengan Akta Notaris Erlina Dwi Kurniawati, S.H., di Jakarta Selatan, nomor 09, tanggal 09 Maret 2015. Anggaran Rumah Tangga tidak dicatatkan dengan Akta Notaris, sesuai tatanan dan tataran peraturan yang disepakati di KPB CakraDaya, serta dengan pertimbangan efisiensi kelembagaan. Dengan adanya perubahan kondisi legal di bidang perkoperasian, yaitu berlaku kembali UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, maka AD-ART KPB CakraDaya perlu diubah. Revisi AD_ART KPB CakraDaya telah dilakukan, dan telah ditetapkan dalam Rapat Bersama Anggota Pendiri KPB CakraDaya yang juga dihadiri Pengawas dan Pengurus, tanggal 5 Agustus 2016 di Sekretariat KPB CakraDaya, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Selanjutnya, AD-ART ini perlu diperkuat dengan penetapan pada Rapat Umum Anggota KPB CakraDaya tahun 2017. Rapat Umum Anggota (RUA) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi KPB CakraDaya telah dilaksanakan beberapa kali, yaitu: • RUA tahun 2014, dilaksanakan 29 Maret 2014, di SMKN 57, Pasar Minggu, Jakarta Selatan • RUA tahun 2015, dilaksanakan 16-17 Januari 2016, di Lembur Pancawati, Caringin, Bogor RUA berikutnya akan dilaksanakan pada tanggal 29 April 2017, di SMKN 57, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, berstatus sebagai Rapat Umum Anggota tahun 2016.
22
Laporan Sektoral 2.2.1.2. TATANAN dan STRATEGI KERANGKA dan STRATEGI KELEMBAGAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Strategi kelembagaan KPB CakraDaya pada dasarnya berbasis pada: • kesepakatan visi, sebagai badan usaha yang berperan-serta pada pembangunan kebudayaan Indonesia; • kesepakatan misi, utamanya untuk tujuan kesejahteraan anggota; • kelenturan struktur organisasi; • pengembangan prinsip keterbukaan, kemandirian, serta kebersamaan dan rasa saling percaya dalam pengelolaan dan pengendalian kegiatan usaha, maupun kegiatan sosial. Mengacu pada ketentuan legal perkoperasian, suatu koperasi dapat menunjuk pihak lain, baik sebagai karyawan, dengan ikatan kontraktual, ataupun lembaga konsultan, untuk menjalankan Pengelolaan dan Pengendalian KPB CakraDaya. Meski tidak tertutup kemungkinan perwujudannya, namun pada dasarnya KPB CakraDaya mengupayakan agar seluruh aktivitas keorganisasian maupun kegiatan usaha dan kerja dijalankan oleh para Anggota KPB CakraDaya. Pelaksanaan kegiatan KPB CakraDaya didukung dengan pengelolaan kerumah-tanggaan organisasi, utamanya mencakup pengelolaan kantor dan studio, sarana dan perangkat kerja, serta failitasi kerja. Rencana pengembangan fasilitasi usaha dan kerja akan mencakup situs internet, perpustakaan, serta sarana dan perangkat usaha, misalnya: sarana pameran, perangkat pameran, dan lain-lain.
23
Laporan Sektoral 2.2.2. ORGANISASI dan RUMAH-TANGGA KONDISI ORGANISASI dan RUMAH-TANGGA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Permasalahan utama dalam kelembagaan KPB CakraDaya adalah berlarut-larutnya proses legalisasi, yang antara lain terkendala oleh: • Penetapan Anggota Pendiri KPB CakraDaya, dengan kondisi: Keanggotaan KPB CakraDaya berada di lebih dari 3 provinsi, sehingga KPB CakraDaya berkategori/berstatus sebagai koperasi nasional, Sebagai koperasi nasional, prasyarat jumlah anggota minimal 70 orang. Saat ini jumlah Anggota Pendiri KPB CakraDaya adalah 65 orang, berkurang menjadi 63 orang, karena ada 2 orang Anggota Pendiri yang telah wafat, sehingga masih ada kekurangan jumlah Anggota Pendiri Pengumpulan data Anggota Pendiri (KTP dan Surat Pernyataan) kurang optimal, • Perubahan perundangan-undangan, karena Mahkamah Konstitusi RI membatalkan Undang-Undang no. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian, sehingga landasan hukum dikembalikan ke UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, mengakibatkan proses legalisasi harus diulang kembali, yaitu dengan peruabhan Akta Noratis • Dengan status sebagai koperasi nasional, proses pengurusan legalisasi yang semula dilakukan di Suku Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Jakarta Selatan, selanjutnya harus diproses di Kementerian Koperasi dan UMKM Pada aspek kerumah-tanggaan, secara umum sudah terlaksana dengan cukup baik. Permasalahan yang timbul utamanya dalam hal pendataan inventaris dan pemeliharaan sarana usaha dan perangkat kerja.
24
Laporan Sektoral 2.2.2.1. KONDISI ORGANISASI BADAN HUKUM
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Upaya perolehan status badan hukum KPB CakraDaya telah menjalani beberapa tahap pengurusan, yang dijalankan oleh: a. Tim Pelaksana Pengurusan Status Hukum (TP2SH) KPB CakraDaya; yang setelah berakhir masa tugasnya kemudian dilanjutkan oleh, b. Manajemen Keanggotaan, Organisasi, dan Rumah-tangga KPB CakraDaya, masa tugas 1; c. Manajemen Keanggotaan, Organisasi, dan Rumah-tangga KPB CakraDaya, masa tugas 2; yang karena prosesnya berlarutlarut, akhirnya diambil-alih kembali oleh d. Pengurus KPB CakraDaya periode 2014-2017. Proses dan hasil kerja dari pengurusan tersebut adalah: a. Penerbitan Akta Pendirian oleh Notaris Erlina Dwi Kurniawati, S.H., di Jakarta Selatan, nomor 09, tanggal 09 Maret 2015. Akta Notaris ini perlu diubah karena adanya perubahan landasan hukum Perkoperasian, yaitu kembali ke UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian; b. Penerbitan Ijin Domisili KPB CakraDaya di Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan; c. Pengurusan status badan hukum ke SudIn Perdagangan, Koperasi dan UMKM Jakarta Selatan; diarahkan untuk ke Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM Provinsi DkI Jakarta; kemudian dianjurkan untuk ke Kementerian Koperasi dan UMKM RI, karena berskala nasional. Sempat dikembalikan prosesnya ke tingkat provinsi, namun akhirnya disepakati dapat diproses di tingkat nasional, dan diminta melakukan perubahan Akta Notaris; d. Kelengkapan dokumen internal KPB CakraDaya terkendala antara lain oleh ketetapan tentang Anggota Pendiri KPB CakraDaya (saat ini sudah ditetapkan); e. Atas pertimbangan efisiensi, karena akan ada pergantian kepengurusan, maka pengurusan dokumen legal KPB CakraDaya ditetapkan untuk dilanjutkan setelah RUA tahun 2017.
25
Laporan Sektoral 2.2.2.2. KONDISI ORGANISASI PENATAAN STRUKTUR ORGANISASI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Sesuai ketentuan legal, perangkat pengelola dan pengendali KPB CakraDaya utamanya adalah Pengurus dan Pengawas; serta manajemen pelaksana sebagai organ operasional. Fungsi Pengelolaan dilakukan oleh Pengurus;fungsi Pengawasan dilakukan oleh Pengawas; sedangkan fungsi Pengendalian dijalankan bersama oleh Pengawas dan Pengurus. Selama periode kepengurusan 20142017, kerjasama antara Pengawas dan Pengurus berjalan baik, karena kuatnya rasa kebersamaan, serta kesamaan visi. Sejak awal kepengurusan, Rapat Bersama Pengawas, Pengurus, dan Anggota Pendiri KPB CakraDaya pada tanggal 1 April 2014 telah menetapkan agar sebagian fungsi Pengelolaan oleh Pengurus dijalankan oleh suatu manajemen pelaksana. Keputusan ini terlaksana pada tahun berikutnya, dengan penetapan SKB Pengawas-Pengurus KPB CakraDaya tanggal 15 Oktober 2015, berdasar usulan dari Tim Formatur yang merupakan kelanjutan dari RUA 2014, menghasilkan pembentukan: 1. Manajemen Keanggotaan, Organisasi, dan Rumah Tangga (MKOR), juga membawahi bidang kemitraan; Manajemen Pelaksana dikelola secara kolegial oleh 5 orang, terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Administrasi dan Keuangan, Bendahara, serta Koordinator Kerumah-tanggaan; 2. Manajemen Usaha dan Kerja (MUK), menangani aspek komersial;Manajemen Pelaksana dikelola secara struktural, terdiri dari Manajer, Wakil Manajer, Bendahara, Koordinator Promosi dan Pemasaran berikut staf, serta Koordinator Pengembangan Usaha berikut staf; 3. Manajemen Investasi dan Ventura (MIV), khusus menangani bidang pendanaan, yang secara administrasi dan keuangan tergabung dalam MUK. Organ operasional ini dilengkapi dengan Komite Pengarah dari jajaran Pengawas-Pengurus.
26
Laporan Sektoral 2.2.2.2. PENATAAN STRUKTUR ORGANISASI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pada Rapat Bersama Anggota Pendiri KPB CakraDaya yang juga dihadiri Pengawas dan Pengurus, tanggal 5 Agustus 2016 di Sekretariat KPB CakraDaya, Pondok Labu, Jakarta Selatan; dilakukan reorganisasi dan restrukturisasi KPB CakraDaya, dengan hasil antara lain: a. Penetapan hasil revisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah-tangga KPB CakraDaya, b. Reorganisasi kepengurusan KPB CakraDaya, berupa: - pembentukan Komite Pengarah dan Dewan Penasihat - perubahan format manajemen pelaksana, menjadi: 1. Manajemen Keanggotaan, Organisasi, dan Rumah Tangga (MKOR) 2. Manajemen Usaha dan Kerja (MUK), termasuk Manajemen Investasi dan Ventura yang secara administrasi dan keuangan berada dalam pengelolaan MUK 3. Manajemen Kemitraan dan Pemasaran (MKP). Dalam perkembangannya kemudian, disederhanakan menjadi dua organ operasional, dengan penggabungan MKP ke dalam MUK. - pembentukan manajemen fungsional, untuk menjalankan amanat Raker 2016 tentang pengembangan usaha dan program khusus KPB CakraDaya, yaitu bidang-bidang: museum virtual, kedai/kafe budaya, perfilman, publikasi-promosi, dan usaha kriya. - pembentukan manajemen sektoral, menjalankan kerja sosial-kemitraan pada beberapa sub-sektor kebudayaan, antaranya: strategi kebudayaan, komunikasi budaya, pelestarian cagar budaya, kesenian, sejarah, tradisi, budaya spiritual, bahasa dan sastra, permuseuman. Pada awal tahun 2017 ini, beberapa program fungsional maupun sektoral (kemitraan) sudah mulai dijalankan, berbasis pada program fasilitasi kebudayaan. c. Restrukturisasi dan efisiensi kepengurusan, dengan pengurangan jumlah Pengawas (dari 3 orang menjadi 2 orang); Pengurus (dari 7 orang menjadi 6 orang); manajemen struktural (dari rata-rata 6 orng menjadi 2 orang). Struktur organisasi terlampir
27
Laporan Sektoral 2.2.2.2. PENATAAN STRUKTUR ORGANISASI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Dalam perjalanan pelaksanaannya, telah terjadi beberapa kali pergantian kepengurusan di tataran Manajemen Pelaksana, atas pertimbangan taktis untuk kepentingan pelaksanaan kegiatan, maupun atas pertimbangan efisiensi. Karenanya, struktur Manajemen Pelaksana yang tadinya terdiri dari Manajer Umum, Manajer Operasional, serta Manajer Administrasi dan Keuangan (3 orang), pada posisi terkahir disederhanakan menjadi masing-masing 1 orang manajer di MKOR, MUK, dan MKP (secara administrasi dan keuangan tergabung ke MUK). Berazas prinsip kemandirian, berlandaskan pada SKB Pengawas-Pengurus tentang Sistem Administrasi dan Keuangan KPB CakraDaya, seluruh Manajemen Pelaksana tersebut melaksanakan pengelolaan keuangan secara mandiri, dengan tetap menjaga prinsip keterbukaan. Manajemen Pelaksana secara teknis juga memiliki keleluasaan untuk menentukan operasionalisasi masingmasing. Secara strategis, Anggaran Dasar KPB CakraDaya telah menyiapkan landasan tatanan organisasi untuk pengembangan di masa depan, dalam pembentukan berbagai organ pendukung dalam kelembagaan KPB CakraDaya. Yang sudah terbentuk adalah Dewan Penasihar dan Komite Pangarah. Ada pula anggota di luar Jakarta yang berminat membentuk cabang KPB CakraDaya. Usulan ini sesuai dengan rencana strategis KPB CakraDaya, namun belum memungkinkan untuk dibentuk dalam periode 2014-2017.
28
Laporan Sektoral 2.2.2.3. KONDISI ORGANISASI PERANGKAT KELEMBAGAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pelaksanaan kegiatan dan usaha KPB CakraDaya dirancang untuk didukung beberapa perangkat kelembagaan, antaranya: 1.
Perpustakaan dan Basis Data Koleksi kepustakaan: buku, majalah, laporan, dan sebagainya, saat ini berada di sekretariat KPB CakraDaya. Diperkirakan berjumlah >1000 judul, berasal dari sejarah kelembagaan KPB CakraDaya maupun koleksi pribadi, serta produk-produk terbitan KPB CakraDaya. Basis data direncanakan adalah kumpulan karya dan produk KPB CakraDaya maupun lembaga pendahulunya, yang tersimpan secara elektronik. Belum dikelola secara baik, sehingga kemanfaatannya pun belum optimal. Akan digabungkan pengelolaannya dengan kedai/kafe yang direncanakan sebagai usaha mandiri, diupayakan dapat terlaksana setelah RUA tahun 2017.
2.
Situs Internet Saat ini KPB CakraDaya telah menyewa tiga domain internet, yaitu: - kpb-cakradaya.work, direncanakan sebagai situs induk, juga sebagai lahan kerja bersama para anggota KPB CakraDaya dengan media internet, lingkup internal - kpb-cakradaya.net, direncanakan berfungsi sebagai media kegiatan sosial dan kemitraan, serta media komunikasi anggota dengan para mitra kerja, lingkup eksternal - kpb-cakradaya.com, direncanakan berfungsi sebagai media promosi dan pemasaran berbagai produk usaha dan kerja KPB CakraDaya, lingkup eksternal Belum dikelola secara baik, sehingga kemanfaatannya pun belum optimal.
3.
Museum Virtual Kebudayaan Indonesia Masih dalam tahap konsep dan perencanaan. Akan berisi berbagai informasi virtual tentang kebudayaan Indonesia, hasil kerja para anggota KPB CakraDaya selama ini.
29
Laporan Sektoral 2.2.2.3. KONDISI KERUMAH-TANGGAAN KANTOR dan INVENTARIS
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Kantor atau tempat kerja KPB CakraDaya terdapat di tiga lokasi, yaitu: a. Kantor administratif Diperlukan sebagai syarat kelengkapan domisili usaha, menyesuaikan dengan ketentuan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentang wilayah usaha (kantor virtual). Alamat: Komplek Perkantoran Fatmawati Mas, Blok I no. 118, Jalan RS Fatmawati Raya no.20, Cilandak, Jakarta Selatan. Status: sewa. b. Kantor faktual Berfungsi sebagai tempat kerja dan sekretariat KPB CakraDaya. Alamat: Jl. Pinang I Barat no. 26, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450. Telp. 7666977. Status: pinjaman c. Studio (workshop) Berfungsi sebagai tempat kerja teknis dan produksi. Alamat: Jl. H. Sapi’ih I (Jl. Pondok Lbu I-B) no. 8, Jakarta Selatan 12450. Telp. 7512858. Status: pinjaman Dalam pengembangannya, KPB CakraDaya tentu memerlukan kantor/sekretariat tersendiri, sehingga proses kerja pun dapat berlangsung lebih optimal. Dalam proses pelaksanaan kegiatan, KPB CakraDaya memiliki beberapa inventaris (aset bergerak), baik yang diperoleh dari kelanjutan sejarah kelembagaan, maupun dari proses pengadaan langsung. Utamanya berupa perangkat kerja, dalam jumlah yang masih sangat terbatas. Daftar Aset dan Inventaris terlampir
30
Laporan Sektoral 2.3. USAHA dan KERJA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Jenis usaha yang dijalankan KPB CakraDaya utamanya adalah usaha jasa, mencakup jasa konsultatif maupun jasa pelaksanaan; yang dalam pengembangannya dapat diluaskan menjadi usaha produksi (koperasi produsen). Sebagai pelengkap, KPB CakraDaya dapat pula berperan sebagai koperasi konsumen. Sehingga secara perkoperasian KPB CakraDaya tergolong koperasi serba usaha. Bidang usaha utama KPB CakraDaya adalah pada sektor kebudayaan, permuseuman, dan industri kreatif; mencakup antaranya: a. jasa kajian, dokumentasi dan pendataan; b. jasa konsultansi kebudayaan dan permuseuman; c. jasa publikasi cetak dan publikasi elektronik; d. jasa produksi perfilman, audio-visual, dan multimedia; e. jasa promosi, relasi media, kehumasan, dan jasa media lainnya; f. jasa penyelenggaraan dan produksi untuk kelola acara (event organizer); g. jasa dan pelaksanaan pekerjaan di bidang konstruksi, khusus terkait bidang permuseuman; h. jasa serta pengadaan barang, khususnya terkait bidang permuseuman; i. jasa di bidang pariwisata, khususnya wisata budaya; j. jasa kriya dan produksi kriya, produksi industri kreatif lainnya‘ serta k. berbagai usaha dan kerja di bidang kebudayaan, permuseuman, pariwisata budaya, dan industri kreatif lainnya. Dari segi bentuk pelaksanaan dan ikatan kerja, jenis usaha KPB CakraDaya adalah: a. pengembangan usaha mandiri, b. pelaksanaan kerja kontraktual.
31
Laporan Sektoral 2.3.1. USAHA dan KERJA TATANAN dan STRATEGI USAHA-KERJA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Penyelenggaraan kegiatan usaha dan kerja KPB CakraDaya dijalankan dengan berbasis pada kekuatan dan kapasitas anggota. Karakteristik keanggotaan menunjukkan bahwa lebih dari 80% anggota KPB CakraDaya mengenyam pendidikan tinggi, di antaranya 67% berpendidikan S1. Kondisi ini potensial untuk strategi pengembangan berbasis anggota. Hanya saja, karakteristik usia anggota menunjukkan perlu adanya penguatan pada kelompok usia produktif. Sejauh memungkinkan, pelaksanaan kerja diupayakan dapat dijalankan oleh anggota sendiri. Dengan demikian diharapkan dapat terjadi optimaslisasi pencapaian kesejahteraan anggota. Pelaksanaan kerja secara mandiri, juga strategis dalam upaya peningkatan kapasitas dan kemampuan anggota. Di sisi lain, dilatari kondisi keterbatasan permodalan, KPB CakraDaya selalu mengupayakan pencapaian kualitas produk kerja seoptimal mungkin. Strategi pencapaian kualitas ini, acapkali mengakibatkan penurunan nilai hasil usaha yang diperoleh anggota, untuk menutup biaya kualitas. Namun dengan berbasis kualitas produk, diharapkan keberadaan KPB CakraDaya dapat terus tampak pada arena kompetisi usaha di bidang kebudayaan, permuseuman dan industri kreatif. Tanpa perlu mengeluarkan biaya pemasaran yang terlalu tinggi, tanpa dibekali kapital besar.
32
Laporan Sektoral 2.3.1.1. TATANAN dan STRATEGI USAHA-KERJA KERANGKA dan TATANAN DASAR
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pengelolaan kegiatan usaha dan kerja dijalankan oleh suatu organ operasional, yaitu Manajemen Usaha dan Kerja (MUK). Pengelolaan MUK bersifat mandiri, juga dalam pengelolaan keuangan, yang bersumber dari penyisihan langsung dari setiap pemasukan dana kerja. Termasuk dalam ranah pengelolaan MUK adalah: kegiatan pemasaran, pendanaan, dan belakangan juga kegiatan kemitraan. Tidak seluruh kegiatan usaha dan kerja dari Anggota KPB CakraDaya dijalankan secara kelembagaan. Dalam kerangka pengembangan kapasitas dan peningkatan kesejahteraan anggota, KPB CakraDaya berupaya mendukung setiap kegiatan usaha dan kerja yang dijalankan secara personal oleh Anggota, sejauh berkoordinasi dengan kelembagaan KPB CakraDaya. Pengembangan KPB CakraDaya dijalankan dengan strategi pengelolaan dua aspek secara bersamaan, yaitu aspek sosial (melalui kegiatan kemitraan) dan aspek komersial (melalui kegiatan usaha dan kerja). Sebagai suatu badan usaha, dengan sendirinya KPB CakraDaya akan menempatkan aspek komersial pada posisi primer; dan aspek sosial di posisi sekunder. Kegiatan kemitraan difungsikan sebagai pendukung kegiatan usaha dan kerja.
33
Laporan Sektoral 2.3.1.2. TATANAN dan STRATEGI USAHA-KERJA PELAKSANAAN dan PENGEMBANGAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Operasional kerja lazimnya dijalankan oleh suatu tim atau Manajemen Pelaksana Kerja, yang dibentuk berdasarkan Surat Tugas yang diterbitkan Manajemen Usaha dan Kerja KPB CakraDaya. Selain Tim atau Manajemen Teknis, termasuk dalam penugasan tersebut untuk Pengarah Pekerjaan, yang menjalankan fungsi Pengendalian; dan Inspektur Pekerjaan, yang menjalankan fungsi Pengawasan langsung. Meski sudah mulai tersusun pola manajemen pelaksanaan tersebut, namun masih dirasakan perlunya suatu tatanan usaha dan kerja yang lebih terstruktur, serta mampu mengoptimalkan aneka fungsi dalam operasional kerja. Penyusunan dan pengembangan tatanan usaha dan kerja, diharapkan dapat lebih memaksimalkan perolehan kesejahteraan anggota, serta distribusi kerja bagi anggota. Strategi pengembangan Usaha dan Kerja diarahkan untuk dapat menjangkau pasar kerja kebudayaan dan permuseuman di pusat (Jakarta) maupun di daerah. Selain itu, sudah mulai pula dikembangkan upaya untuk menjangkau pasar swasta, khususnya yang berbasis pendanaan CSR (Corporate Social Responsibilities). Upaya pengembangan ini belum berjalan optimal. Pada Rapat Kerja KPB CakraDaya Januari 2016, dan Rapat Koordinasi Pengawas-Pengurus-Manajemen Juli 2016, telah disepakati dan ditetapkan bahwa sasaran pencapaian nilai pekerjaan adalah Rp 6 M per tahun. Sasaran ini belum pernah tercapai. Perlu diingat dan dipertimbangkan, pendirian KPB CakraDaya dilakukan dalam kerangka antisipasi peningkatan nilai pasar kerja kebudayaan dan permuseuman.
34
Laporan Sektoral 2.3.2. USAHA dan KERJA KONDISI USAHA-KERJA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pada periode 2014-2017, KPB CakraDaya melaksanakan 17 buah pekerjaan, umumnya kerja kontraktual yang bersumber dari tujuh klien, yaitu: 1. DBS Sekuritas 2. Museum Olahraga Nasional, Kementerian Pemuda dan Olahraga 3. Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan 4. Museum Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Kebudayaan 5. Museum Kebangkitan Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan 6. Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, Direktorat Jenderal Kebudayaan 7. Museum Kebaharian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Total nilai pasar dari pekerjaan periode 2014-2017adalah sebesar Rp 5.124.322.000,oo (limamilyar seratus duapuluh empatjuta tigaratus duapuluh duaribu rupiah); dengan total nilai penerimaan bersih Rp 3.573.591.240,oo (tigamilyar limatus tujuhpuluh tigajuta limaratus sembilanpuluh saturibu duaratus empatpuluhrupiah). Nilai ini masih di bawah sasaran pencapaian kerja yang telah ditetapkan. Pengembangan usaha mandiri pada periode 2014-2017 belum terlaksana, walaupun ada beberapa program yang sudah direncanakan. Di sisi lain, pelaksanaan kegiatan sosial dalam kerangka kemitraan sudah berjalan, walau masih menghadapi berbagai kendala internal maupun eksternal. Pada beberapa kegiatan tertentu, kerja sosial-kemitraan diarahkan untuk menjadi awalan dan pendukung dari program pengembangan usaha mandiri, sebatas yang dilaksanakan oleh beberapa anggota secara personal. Daftar pekerjaan terlampir
35
Laporan Sektoral 2.3.2.1. KONDISI USAHA dan KERJA KEMITRAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Kegiatan sosial dan kerja kemitraan adalah bagian dari tanggung-jawab sosial KPB CakraDaya untuk memenuhi perannya dalam sistem perkoperasian maupun sistem kebudayaan Indonesia. Selain itu, kegiatan kemitraan juga merupakan pendukung bagi kerja komersial KPB CakraDaya, khususnya terkait kebutuhan promosi dan pemasaran. Beberapa jenis kerja kemitraan yang dijalankan antaranya adalah: • Kerjasama antar lembaga, antara lain: Kerjasama dengan PrehSEA, Uni Eropa, berupa partisipasi dalam ekskavasi arkeologi (2014); pengembangan program Scientific Participatory (2014, 2015); dan partisipasi dalam Seminar Internasional di FIB, UI Kerjasama dengan Museum Nasional Indonesia dan AMI DKI Jakarta “Paramita Jaya” dalam program “Lokakarya Konservasi Koleksi” di MNI, 2015 Kerjasama dengan PANAH, organisasi masyarakat Maluku Tengah di Jakarta, pendukungan untuk kegiatan Panas Pela Amahei-Ihamahu, 2015 Pendukungan untuk Pameran Lesbumi (Lembaga Senibudaya Muslim Indoensia) dalam rangka HUT Nahdatul Ulama, Jakarta, 2017 Kerjasama terbatas dengan: Museum Nasional Indonesia, Museum Layang-Layang, Direktorat PCBM, Pusat Pengembangan Perfilman, IAAI, AMI Pusat, AMI DKI Jakarta • Pendukungan kegiatan anggota, antara lain: Pameran Lukisan “Cinta Negeri” kerjasama dengan AMI Pusat dan Mal Kalibata, 2015 Pelincuran buku “Saya Belajar Hidup” kerjasama dengan Museum Layang-layang Indonesia, 2015; dan dengan Museum Nasional Indonesia, 2016 Dukungan untuk kegiatan anggota dalam partisipasi berbagai acara Daftar kerja kemitraan terlampir
36
Laporan Sektoral 2.3.2.2. KONDISI USAHA dan KERJA PEMASARAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Sasaran nilai pemasaran yang ingin dicapai KPB CakraDaya adalah Rp 6 M per tahun, sesuai kesepakatan pada Raker 2016. NIlai ini belum pernah tercapai, karena: • Kegiatan promosi dan pemasaran masih sangat minimal, • Perangkat promosi dan pemasaran belum dirancang dan disusun optimal. Perolehan pekerjaan yang ada, utamanya berbasis pada hubungan personal, serta kelanjutan dari sejarah kelembagaan terdahulu. Rencana pemasaran yang sudah pernah dibahas dan dirancang, antara lain: • Penyusunan konsep dan rancangan pemasaran; belum tersusun, • Produksi perangkat promosi dan pemasaran (kartu nama, profil, dll), cetak maupun elektronik; belum terlaksana optimal, masih parsial, • Pembentukan tim khusus pemasaran; terlaksana sesaat dan parsial, belum optimal; sudah ada petugas hubungan klien khusus untuk tiap klien, namun tidak berjalan optimal, • Pemeliharaan hubungan untuk klien sudah ada tidak berjalan optimal, pembentukan gugus tugas tanggap kerja tidak berjalan optimal; akibatnya, pekerjaan yang sudah diarahkan dan ditawarkan kepada KPB CakraDaya, beberapa hilang dan tak berlanjut. Pada intinya, belum ada kegiatan pemasaran yang terstruktur dan terarah baik. Manajemen pemasaran (bergabung dengan kemitraan ataupun tersendiri) sebenarnya sudah selalu dibentuk, namun pelaksanaannya yang tidak berjalan optimal. Awalnya ditempatkan di bawah naungan Manajemen Usaha dan Kerja; kemudian berdiri sendiri, bersama manajemen kemitraan; lalu kembali ditempatkan di bawah MUK secara administratif dan keuangan; seluruhnya tidak berjalan optimal.
37
Laporan Sektoral 2.3.2.3. KONDISI USAHA dan KERJA PERMODALAN dan PENDANAAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
KPB CakraDaya dibangun dengan berbasis pada kapasitas anggota secara teknis profesi, bukan dari segi permodalan. Pada dasarnya, modal dan pendanaan adalah salah satu masalah utama yang dihadapi KPB CakraDaya dalam penyelenggaraan usaha dan kerja. Kekuatan modal dan pendanaan dari anggota sendiri masih sangat terbatas. Anggota yang membayar iuran jumlahnya masih sangat sedikit, nilainya pun sangat kecil dibandingkan kebutuhan permodalan ataupun pendanaan kerja. Solusi yang dijalankan selama ini adalah dengan membangun kemitraan untuk pendanaan. Lazimnya untuk kebutuhan dana awal kerja, khususnya untuk pekerjaan yang bersifat pelaksanaan, dengan kebutuhan sekitar 30% dari nilai pekerjaan. Untuk pekerjaan yang bersifat konsultatif dan sepenuhnya jasa profesi, biasanya tidak diperlukan modal atau pendanaan khusus. Beberapa kali KPB CakraDaya pernah mendapat tawaran hibah modal, namun belum dapat terealisasi karena kendala dokumen legalitas yang masih belum lengkap. Selain itu, bantuan pendanaan atau modal non-finansial, umumnya diperoleh dengan pinjaman.
38
Laporan Sektoral 2.3.2.4. KONDISI USAHA dan KERJA PENGELOLAAN KERJA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Berbasis pada pengalaman penyelenggaraan dan pelaksanaan kerja yang sudah berjalan selama ini, pada dasarnya tidak terdapat permasalahan besar dalam aspek pengelolaan kerja. Namun pada tataran manajerial sesungguhnya masih terdapat banyak kendala, antara lain: • Kelemahan kapasitas kepemimpinan pada tataran manajemen, yang juga dimbuhi persoalan ego individual masing-masing anggota, serta kurangnya intensitas komunikasi kerja; • Kekurangan kapasitas teknis pada aspek manajerial, utamanya pada elemen penyusunan Rencana Anggaran Pelaksanaan Kerja (RAB Internal), dan penjadwalan kerja Pada aspek teknis-produksi, secara umum kapasitas kerja anggota sudah mencukupi, walau dari segi kualitas produk, secara umum terjadi penurunan kualitas, dibanding dengan kualitas produk dan hasil-kerja dari sejarah kelembagaan terdahulu. Kegagalan pencapaian sasaran kerja utamanya terjadi pada faktor jadwal kerja, utamanya karena disiplin kerja dan komitmen yang kurang kuat. Belakangan ini mulai diarahkan agar terbentuk gugus kerja yang lebih spesifik, utamanya terkait faktor-faktor hubungan klien, administrasi pekerjaan maupun administrasi keuangan, dan manajemen teknis pelaksanaan. Persoalannya, kebanyakan anggota lebih memilih untuk terlibat dalam kerja teknis, dibanding kerja manejerial. Tradisi kerja yang terbentuk selama ini, setiap anggota memilih sendiri tingkat partisipasi masing-masing dalam kerja, serta jenis pekerjaan yang ingin dilaksanakan, diimbangi harmonisasi dengan kepentingan manajemen pelaksana kerja.
39
Laporan Sektoral 2.3.2.5. KONDISI USAHA dan KERJA USAHA MANDIRI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pengembangan usaha manidri adalah salah satu cita-cita utama dalam pembentukan KPB CakraDaya. Badan usaha ini diharapkan dapat mengembangkan berbagai jenis usaha mandiri, sehingga tak perlu tergantung pada pihak luar dalam menjalankan usaha dan kerja. Dengan mempertimbangkan karakteristik keanggotaan dan peluang usaha, beberapa jenis/kelompok usaha mandiri yang potensial untuk dikembangkan adalah: • Usaha kriya • Usaha konsultansi dan pelaksana, interior dan permuseuman • Usaha promosi dan publikasi cetak dan elektronik, termasuk perfilman • Usaha kedai dan kafe budaya • Lembaga kajian dan dolumentasi pada bidang-bidang kebudayaan Beberapa bentuk usaha mandiri yang pernah disiapkan dan akan dikembangkan antaranya: • Usaha produksi kaus • Usaha produksi perangkat pameran dan interior, yang terakhir disiapkan untuk produksi rak tanaman hidroponik • Usaha kafe budaya dan rumah baca Seluruhnya belum ada yang berhasil dijalankan. Beberapa antaranya sudah pernah mendapat tawaran modal, bahkan ada yang realisasi pendanaan sudah terjadi. Kegagalan utamanya karena rendahnya komitmen dan disiplin kerja anggota, serta kurangnya kemampuan dalam perencanaan usaha.
40
Laporan Sektoral 2.3.2.4. KONDISI USAHA dan KERJA PENGENDALIAN dan EVALUASI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Evaluasi usaha dan kerja belum memiliki tolok ukur yang tersusun baik dan disepakati bersama. Dalam praktiknya, pelaksanaan evalausi dijalankan secara parsial oleh beberapa manejemen pelaksana kerja, oleh manajemen operasional, maupun oleh Pengurus. Pembahasan evaluatif lazimnya dilakukan pada berbagai tingkatan rapat: mulai rapat teknis pekerjaan sampai Rapat Kerja KPB CakraDaya; maupun pada beberapa pertemuan informal, misalnya acara Syukuran HUT KPB CakraDaya. Secara umum, kebanyakan anggota memiliki kesepahaman tentang persoalan yang dihadapi, namun pada tataran pelaksanaan, hasil evaluasi ataupun solusi yang disepakati biasanya tak dapat diwujudkan. Pengendalian usaha dan kerja adalah tanggung-jawab bersama Pengurus dan Pengawas. Pada tataran praktis, pengendalian usaha dan kerja dilaksanakan oleh Pengarah Pekerjaan, manajemen operasional, maupun Manajemen Pelaksana Kerja. Secaara umum pengendalian usaha dan kerja berjalan cukup baik, namun masih menghadapi kendala internal, utamanya komitmen dan siplin kerja.
41
Laporan Sektoral 2.4. ASET dan KEUANGAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Sebagai suatu badan usaha, hal keuangan adalah salah satu aspek penting dalam pengelolaan dan pengendalian koperasi. Pengelolaan keuangan KPB CakraDaya ditetapkan bersifat terpusat, sehingga transaksi dan mutasi keuangan dikendalikan oleh Pengurus, serta dipantau oleh Pengawas. Namun pada tataran operasional, beberapa organ koperasi memiliki kemandirian dalam pengelolaan keuangan, sejauh segala transaksinya dilaporkan kepada Pengurus dan Pengawas. Tatanan keuangan menjadi salah satu prioritas KPB CakraDaya, yang telah diatur dan ditetapkan dalam SKB Pengawas-Pengurus KPB CakraDaya tentang Sistem Administrasi dan Keuangan KPB CakraDaya nomor I-005.pws-prs.X-15.SKB tertanggal 8 Oktober 2015. SKB tersebut mengatur secara umum tentang Tatanan Admnistrasi Umum, Manajemen Keanggotaan, Manajemen Usaha dan Kerja; serta secara khusus tentang Tatanan Manajemen Keuangan. Kepemilikan aset KPB CakraDaya masih sangat terbatas, utamanya berupa inventaris peralatan kantor, sarana kerja dan perangkat kerja, serta kepustakaan; belum ada aset tak bergerak. Aset/inventaris ini dikelola oleh MKOR, yang sebagian pengadaannya berasal dari sejarah kelembagaan (alih kepemilikan), serta sebagian lagi masih berstatus pinjaman.
42
Laporan Sektoral 2.4.1. ASET dan KEUANGAN TATANAN dan STRATEGI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Dalam tatanan keuangan KPB CakraDaya ditetapkan adanya alokasi anggaran untuk biaya manajemen (pengelolaan) KPB CakraDaya yang bersumber dari pemotongan langsung atas segala pemasukan KPB CakraDaya, diperhitungkan dari suatu basis nilai yang secara umum identik dengan penerimaan internal bersih (yaitu penerimaan kotor dikurangi segala biaya eksternal: pajak langsung, biaya administrasi eksternal, biaya pemasaran eksternal, dll.). Dasar penghitungan biaya manajemen adalah: a. Senilai 10,0% dari basis nilai < Rp 20 juta b. Senilai 11,0% dari basis nilai ≥ Rp 20 juta – Rp 50 juta c. Senilai 12,0% dari basis nilai > Rp 50 juta – Rp 200 juta d. Senilai 12,5% dari basis nilai > Rp 200 juta – Rp 500 juta e. Senilai 10,0% dari basis nilai > Rp 500 juta – Rp 2 milyar e. Senilai 07,5% dari basis nilai > Rp 2 milyar Biaya manajemen tersebut selanjutnya akan didistribusikan kepada: a. Pengurus, senilai 30,0% dari biaya manajemen, yang di dalamnya tercakup juga segala pembiayaanuntuk operasional Pengawas, b. MKOR, senilai 50,0% dari biaya manajemen, c. MUK, senilai 20,0% dari biaya manajemen, yang didalamnya tercakup juga biaya opersaional untuk kegiatan Kemitraan dan Pemasaran, serta Investasi dan Ventura; Biaya manajemen ini sudah harus terdistribusi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak terjadi pemasukan uang ke Pengurus (Bendahara I).
43
Laporan Sektoral 2.4.1. TATANAN dan STRATEGI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Pada masing-masing satuan pengelolaan, manajemen keuangan dikelola secara mandiri dengan berlandaskan pada prinsip keterbukaan. Pada jajaran Pengurus, pengelolaan keuangan internal dijalankan oleh Bendahara II, yang juga mengelola Iuran Anggota; sementara Bendahara I lebih berkonsentrasi pada pengelolaan keuangan yang berhubungan dengan transaksi eksternal. Pada setiap organ operasional lazimnya terdapat pengelola keuangan tersendiri (Bendahara atau Manajer Keuangan), yang mengelola penerimaan dan pengeluaran dari BIaya Manajemen, dengan ketentuan bahwa setiap transaksi senilai > Rp 1 juta harus diketahui dan disetujui oleh Pengurus dan Pengawas. Ketentuan ini berlaku juga untuk penerimaan maupun pengeluaran yang secara akumulatif bernilai > R 1 juta dalam jangka waktu satu bulan kalender. Pada pembelanjaan terkait pengadaan aset/inventaris tetap, ditetapkan bahwa urutan prioritas pelaku pembelanjaan adalah: MKOR, Pengurus, dan MUK; dengan tidak membatasi kebutuhan masing-masing satuan pengelola untuk melakukan pembelanjaan, namun tetap dalam koridor koordinasi antar tiap satuan pengelola. Selain itu, untuk menjaga keseimbangan kas, diperkenankan mutasi antara kas tiap satuan pengelola, dengan mempertimbangkan kepentingan KPB CakraDaya secara keseluruhan. Dalam periode 2014-2017, strategi keuangan menekankan pada keseimbangan kas, kemanfaatan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan anggota, serta ketersediaan cadangan kas yang mencukupi. Dari sisi permodalan, seluruh dana yang bersumber dari Iuran Anggota untuk sementara tidak dimanfaatkan sebagai modal kerja atau modal usaha, namun lebih difokuskan sebagai modal kelembagaan. Karenanya, pengelolaan Iuran Anggota dijalankan dalam suatu buku kas tersendiri.
44
Laporan Sektoral 2.4.2. KEUANGAN KONDISI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Ringkasan kondisi keuangan KPB CakraDaya: I. PEMASUKAN dan PIUTANG a. Penerimaan usaha nilai pasar pekerjaan (bruto): Rp 5.124.322.000,oo - penerimaan bersih: Rp 3.573.591.240,oo b. Penerimaan iuran anggota: ………………………………. c. Piutang: - piutang usaha: Rp 36.900.000,oo - piutang anggota: ……………………………….. II. PENGELUARAN dan UTANG a. Pengeluaran usaha - pajak dan biaya eksternal: ………………………………. - biaya pemasaran pengembangan: ………………………………. - honor kerja (personel): Rp 1.407.653.752,oo - pengeluaran non personel: ………………………………. b. Belanja kelembagaan - biaya organisasi ………………………………. - belanja rutin: ………………………………. - kesejahteraan anggota: ………………………………. - belanja aset: ………………………………. c. Utang: - utang usaha: ………………………………. - utang anggota: ……………………………….. III. KAS (konsolidasi) a. Kas manajemen - Pengurus: ………………………………. - MKOR: ………………………………. - MUK: ………………………………. b. Iuran Anggota: ………………………………. c. Dana Cadangan: ………………………………. Laporan Keuangan rinci terlampir
45
Laporan Sektoral 2.4.3. ASET dan KEUANGAN HASIL USAHA dan SHU
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Strategi keuangan KPB CakraDaya diarahkan pada perolehan Hasil Usaha langsung, bukan distribusi Sisa Hasil Usaha, dengan pertimbangan: • Sebagai koperasi jasa, pendapatan anggota diperoleh langsung dari jasa kerja yang dilakukan anggota, dalam bentuk honorarium kerja (Hasil Usaha). Dengan demikian, yang disistribusikan kepada anggota adalah Hasil Usaha, bukan Sisa Hasil Usaha (SHU); • Sebagian dana disisihkan untuk keperluan kesejahteraan anggota (tunjangan kedukaan, sakit, kebutuhan keluarga, dll.), dijalankan bukan dalam kerangka kerja; • Pembayaran iuran oleh anggota belum berjalan optimal, sehingga jika dilakukan distribusi SHU, akan cukup banyak anggota yang tidak menerimanya. • Pembagian SHU hanya dapat dilakukan per tahun pada saat setelah tutup buku kas, sementara kebutuhan anggota tidak dapat menunggu sampai satu tahun. Dengan demikian, telah disepakati bahwa pembagian SHU tidak dilakukan, namun tetap dialokasikan adanya Dana Cadangan untuk kebutuhan kelembagaan maupunkebutuhan anggota.
46
Bagian III RINGKASAN ANALISIS dan STRATEGI
Ringkasan Analisis3.1. KKPK (SWOT)
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Dalam berbagai bagian laporan di muka telah terpapar beberapa hal terkait kondisi, karakteristik, dan permasalahan yang dihadapi KPB CakraDaya. Di sini akan dilakukan kompilasi sekaligus ringkasan dari berbagai hal tersebut, sebagai paparan yang secara khusus diarahkan untuk mendalami permasalahan secara analitik, dan secara . Analisis tentang KPB CakraDaya ini merupakan hasil dari pengamatan terlibat (observasi partisipatif), semata-mata sebagai bagian dari upaya memahami kondisi, karakteristik, permasalahan, serta pencarian solusinya. Sebagai person maupun kelompok yang terlibat langsung dalam pengelolaan dan pengendalian KPB CakraDaya, Pengurus periode 2014-2017 memiliki kesempatan untuk terlibat sekaligus mengalami, mengamati, dan mendalami perkembangan KPB CakraDaya. Teknisk analisis KKPK (Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Kendala) atau SWOT (Strength-Weakness- Opportunity-Threat) dilakukan karena termasuk yang lazim digunakan bagi entitas usaha, serta relatif mudah dipahami. Dengan teknik KKPK (SWOT) ini, karakteristik dan permaslaahan internal maupun kondisi dan permaslaahan eksternal dapat terungkap.
48
Ringkasan Analisis 3.1.1. KEKUATAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Kekuatan KPB CakraDaya adalah: • Karakteristik tataran pendidikan anggota, sebagian besar pernah mengenyam tataran pendidikan S1, ada pula yang mencapai jenjang S2 dan S3. Kondisi ini mencukupi untuk menangani pekerjaan jasa yang menjadi bidang usaha utama; • Karakteristik latar pendidikan anggota, yang mencakup berbagai sub-bidang atau sub-sektor dalam bidang kerja kebudayaan. Kondisi ini sesuai dengan bidang usaha KPB CakraDaya; • Karakteristik latar keahlian anggota, mencakup berbagai jenis pekerjaan teknis, mulai dari kajian, kerja konsultatif, sampai kerja teknis di bidang industri kreatif. Kondisi ini sesuai dengan bidang usaha KPB CakraDaya; • Hubungan personal antar anggota relatif cukup baik (hasil evaluasi lima tahun KPB CakraDaya). Salah satu fondasi perkoperasian telah tercapai; • Beberapa anggota memiliki pengalaman kerja dan hubungan kerja cukup panjang di lingkungan kebudayaan. Latar ini terbukti cukup efektif dalam perolehan pasar pekerjaan; • KPB CakraDaya tidak memulai rintisan kerja dari nol, namun melanjutkan sejarah kelembagaan yang sebelumnya telah memiliki hubungan kerja di lingkungan kebudayaan. Sejarah kelembagaan ini cukup berperan dalam mengangkat posisi KPB CakraDaya.
49
Ringkasan Analisis 3.1.2. KELEMAHAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Kelemahan KPB CakraDaya adalah: • Perimbangan latar pendidikan anggota belum cukup merata. Kondisi ini mengakibatkan kadangkala terjadi kesulitan pengaturan teknis pekerjaan; • Masih ada hambatan dalam hubungan kerja antar anggota. Kondisi ini mengakibatkan hambatan dalam proses kerja; • Kemampuan manajerial anggota umumnya masih terbatas (khususnya manajemen keuangan dan manajemen waktu); Kondisi ini masih jadi hambatan dalam proses kerja, utamanya dalam pekerjaan yang melibatkan banyak anggota; • Kemampuan dan pengalaman dalam administrasi proyek masih terbatas, utamanya dalam tender pekerjaan dengan LPSE. Kondisi ini mengakibatkan keterbatasan peluang pasar; • Kerja pemasaran belum berjalan baik. Kondisi ini sangat mengurangi kapasitas usaha; • Permodalan dan jaringan pendanaan belum cukup kuat. Kondisi ini membatasi peluang usaha; • Legalitas KPB CakraDaya belum terselesaikan. Kondisi ini mengakibatkan pengurangan pendapatan maupun keterbatasan kemandirian kerja; • Komitmen usaha dan komitmen kerja dari sebagian anggota terhadap KPB CakraDaya belum penuh, belum tumbuh keinginan untuk membesarkan KPB CakraDaya. Keberadaan KPB CakraDaya masih sebagai wadah kerja sambilan; • Prinsip kemandirian, kekuatan bersama, dan semangat wirausaha sebagai landasan gerak koperasi belum tumbuh di kalangan anggota. Kondisi ini terjadi di berbagai koperasi, menjadi hambatan utama dalam pengembangan usaha.
50
Ringkasan Analisis 3.1.3. PELUANG
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Peluang usaha KPB CakraDaya: • Dalam beberapa tahun terakhir (antaranya sejak Ditjen Kebudayaan dikembalikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) nilai pasar kerja kebudayaan, permuseuman, dan industri kreatif di lingkungan pemerintahan meningkat tajam. Sasaran pemasaran KPB CakraDaya Rp 6 M per tahun hanya bernilai sekitar 0,2%-0,4% dari nilai pasar kerja kebudayaan, permuseuman dan industri kreatif yang bersumber dari APBN dan APBD. Sasaran pemasaran masih cukup realistis; • Dengan semakin berkembangnya program CSR (Corporate Social Responsibility) pada perusahaan swasta besar dan BUMN, pasar kerja kebudayaan, permuseuman, dan industri krreatif juga terus meningkat. Perlu penanganan khusus untuk pasar ini; • Kompetisi usaha di sektor industri kreatif cukup ketat, di sektor kebudayaan relatif terbuka, sedangkan di sub-sektor permuseuman, kompetisi usaha relatif longgar. Tak banyak pesaing di pasar usaha ini, sehingga peluang usaha KPB CakraDaya cukup besar; • Karakteristik keanggotaan KPB CakraDaya yang berbasis keahlian dan kepakaran kebudayaan cukup menarik minat beberapa calon mitra kerja. Peluang usaha dalam bentuk kerjasama relatif cukup terbuka, dan sudah pernah dilakukan beberapa kali; • Pengembangan program sosial-kemitraan membuka peluang usaha yang berbeda, walaupun formatnya perlu disiapkan khusus. Pernah dijajagi ajuan dana hibah dari Uni Eropa, belum berhasil namun tanggapannya cukup baik. KPB CakraDaya sudah terdaftar di PADOR (sistem administrasi untuk dana program/hibah dari Uni Eropa); • Bentuk badan usaha koperasi memungkinkan KPB CakraDaya memperoleh kemudahan dalam permodalan, dan sudah pernah mendapat tawaran;
51
Ringkasan Analisis 3.1.4. KENDALA
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Kendala usaha KPB CakraDaya: • Salah satu kendala utama KPB CakraDaya adalah proses legalisasi yang belum selesai. Identitas dan perangkat administratif KPB CakraDaya belum dapat dimunculkan; • Nama dan karakter KPB CakraDaya belum cukup dikenal pasar kebudayaan dan permuseuman, lebih lagi di pasar industri kreatif. Sejarah kelembagaan atau identitas personal yang selama ini lebih dikenal. Kondisi ini menghambat pengembangan usaha KPB CakraDaya; • Di lingkungan komunitas kebudayaan, permuseuman, ataupun industri kratif, nama KPB CakraDaya belum cukup muncul ke permukaan. Kondisi ini mengakibatkan pengembangan program sosial-kemitraan sebagai penggerak usaha belum dapat berjalan optimal; • Masih terbatasnya akses pasar maupun lingkungansosial-kemitraan mengakibatkan masih sempitnya lingkungan usaha KPB CakraDaya.Kondisi ini menjadi hambatan dalam pengembangan usaha mandiri; • Koperasi sebagai badan usaha, khususnya di bidang jasa, belum cukup dikenal publik. Citra koperasi masih sebatas pengelola dana simpan-pinjam, atau koperasi produsen/konsumen. Pengembangan usaha KPB CakraDaya membutuhkan penguatan promosi, serta pendekatan khusus ke lingkungan pasar kebudayaan, permuseuman, dan industri kreatif.
52
Ringkasan Strategi 3.2. LANDASAN STRATEGI
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Penyusunan strategi pengelolaan maupun strategi pengembangan KPB CakraDaya dilandasi antara lain oleh sejarah pembentukan lembaga ini, yang intinya terdapat pada maksud utama dari pendirian KPB CakraDaya. Sebagai suatu badan usaha, pendirian KPB CakraDaya sejatinya adalah suatu reaksi usaha atas peningkatan nilai pasar kebudayaan, yang antara lain dipicu oleh penggabungan kembali Ditjen Kebudayaan ke dalam Kementerian Penididikan dan Kebudayaan; serta semakin menguatnya pasar swasta di sektor kebudayaan, dengan peningkatan program CSR. Pemilihan bentuk badan usaha berupa koperasi, dilandasi oleh keinginan untuk mengolah pasar usaha kebudayaan itu secara bersama-sama, dengan menggabungkan berbagai sub-bidang keahlian di bidang kebudayaan; didukung oleh keahlian pada bidang usaha secara umum (manajemen) maupun keahlian teknis. Niatan ini dilatari pula oleh kenyataan: • Para Anggota Pendiri umumnya bukan pemilik modal/kapital, sehingga bentuk koperasi dianggap lebih sesuai; • Para Anggota Pendiri umumnya adalah kalangan pekerja, sehingga format padat-karya akan menjadi pilihan sesuai, dibandingkan format padat-modal; • Keyakinan para Anggota Pendiri terhadap landasan perekonomian nasional sesuai amanat UUD ’45, bahwa bentuk usaha yang sesuai dengan latar budaya Indonesia adalah bentuk koperasi. Dengan demikian, strategi pengelolaan maupun pengembangan usaha KPB CakraDaya, disusun dengan mempertimbangkan latar keanggotaan serta berbagai kondisi, antaranya terpapar pada analisis ringkas. Kesepakatan dan penetapan atas strategi pengelolaan dan pengembangan KPB CakraDaya umumnya dilakukan pada berbagai pertemuan anggota, antara lain berupa: RUA, Raker, Rakor, Rapat Bersama Anggota Pendiri, maupun dalam berbagai pertemuan informal.
53
Ringkasan Strategi 3.2.1. PENGELOLAAN dan PENGENDALIAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Strategi pengelolaan KPB CakraDaya periode 2014-2017, terpapar untuk hal-hal berikut adalah: • Keanggotaan Menekankan pada kemanfaatan ekonomi KPB CakraDaya untuk anggota, bukan sebaliknya; implementasinya, penarikan iuran Anggota tidak diprioritaskan Mengoptimalkan peran Anggota; implementasinya, 1. membagi peran manajerial (operasional dan teknis) kepada sebanyak mungkin Anggota, secara bergantian menjadi manajer/koordinator pekerjaan ataupun organ operasional 2. tidak melibatkan pihak lain (profesional) dalam manajemen KPB CakraDaya • Keorganisasian Mengurangi peran Pengurus, menguatkan peran manajemen operasional dan pelaksana Mendorong aspek sosial-kemitraan sebagai pendukung usaha • Usaha dan Kerja Mendukung kegiatan usaha dari Anggota, antaranya sebagai pemasok usaha Melibatkan sebanyak mungkin Anggota pada pekerjaan; seringkali mengakibatkan perolehan personal berkurang, dan kualitas produk menurun • Keuangan Membatasi pengadaan aset, utamanya untuk sarana/perangkat kerja pokok Menekankan pada distribusi Hasil Usaha, bukan distribusi Sisa Hasil Usaha Strategi pengendalian KPB CakraDaya periode 2014-2017, pada prinsipnya adalah mengatur kerjasama antara Pengurus dan Pengawas dalam mengendalikan perjalanan keorganisasian, usaha dan kerja, maupun aspek keuangan. Implementasinya dalam bentuk pengembangan peran pengendali, yang dalam manajemen kerja KPB CakraDaya disebut sebagai Inspektur.
54
Ringkasan Strategi 3.2.1. STRATEGI PENGEMBANGAN
LAPORAN PENGURUS 2014-2017
Telah dimulai pada periode 2014-2017, dan selanjutnya langkah yang perlu dilakukan adalah: - menetapkan strategi yang masih akan berlanjut pada periode berikutnya; - menetapkan langkah strategis yang perlu diubah, atau ditingkatkan ke tataran berikut; terurai pada hal-hal berikut. • Memperluas cakupan latar keahlian Anggota, serta harmonisasi perimbangannya; • Mulai meningkatkan penarikan Iuran Anggota, sebagai bagian dari komitmen keanggotaan; • Menata peran manajerial, setelah gambaran kapasitas manajerial Anggota sudah terpapar; • Memperkuat cakupan manajemen operasional, sejajar dengan pengembangan usaha; • Semakin meningkatkan peran manajemen sosial-kemitraan, sesuai perkembangan eksternal; • Menyusun tatanan keorganisasian maupun tatanan usaha dan kerja, sebagai landasan pengelolaan dan pengendalian KPB CakraDaya; • Meningkatkan sasaran pemasaran serta kegiatan pemasaran; • Meningkatkan perolehan personal Anggota, sejajar dengan peningkatan pasar usaha; • Meningkatkan kualitas produk usaha; • Mendorong pengembangan usaha mandiri Anggota maupun KPB CakraDaya; • Meningkatkan pengadaan aset serta sarana dan perangkat kerja secara terukur; • Mulai meningkatkan perolehan SHU, sejajar dengan peningkatan pasar usaha.
55