Rektor Lantik Pengurus Ormawa Tahun 2017 UNAIR NEWS – “Selamat saudara telah dilantik. Ini adalah bagian dari proses pembelajaran yang harus saudara-saudara ikuti.” Begitulah pernyataan Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., sesaat setelah melantik pimpinan dan anggota Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) UNAIR masa bakti 2017. Bertempat di Selasar Gedung Amerta Kampus C UNAIR (4/4), Nasih memberikan wejangan kepada seluruh pengurus ormawa. Selain memberi wejangan tentang tujuan dari mendapat amanah memimpin ormawa, Nasih juga menekankan agar pengurus ormawa bisa berfikir dan berorientasi untuk masa depan. “Jangan hanya fokus pada hari ini. Masa yang akan datang itu harus disiapkan dari sekarang. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih efisien dan efektif,” ungkap Nasih. Selanjutnya, Nasih juga mengatakan bahwa pengurus ormawa merupakan mahasiswa pilihan. Pasalnya tidak semua mahasiswa UNAIR berkesempatan untuk mengemban amanah sebagai pengurus ormawa. “Dengan amanah ini semoga kalian bisa menjadi pelaku sejarah untuk turut serta mengantarkan UNAIR sebagai kampus terbaik di Indonesia dan mimpi UNAIR menjadi kampus kelas dunia,” harap Nasih. Menanggapi pernyataan Rektor, Ketua BEM UNAIR terpilih Anang Fajrul Ukhwaluddin menyatakan, ia dan tim bakal mendukung penuh langkah universitas untuk menuju kampus kelas dunia. Gebrakan baru yang akan ia kerjakan dan tim, bakal difokuskan pada peningkatan prestasi mahasiswa. “Kami bakal beri apresiasi kepada mahasiswa yang berprestasi
dan buat database mereka,” terang Anang seusai dilantik. Senada dengan Anang, Wakil Ketua BEM UNAIR terpilih Rinaldi Yoga Tamara menambahkan, dikepengurusannya dengan Anang kali ini akan lebih meningkatkan kolaborasi dengan berbagai pihak. “Untuk meningkatkan dan mendukung penuh tujuan UNAIR tentunya kita akan menggandeng banyak pihak, mulai mahasiswa hingga pimpinan UNAIR,” jelas Rinaldi.
Penulis: Nuri Hermawan
Pengurus Baru Himpunan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Dilantik UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana (Himasepa) Universitas Airlangga memulai lembaran baru. Para pengurus periode tahun 2017 dilantik oleh Wakil Direktur I Sekolah Pascasarjana, Prof. Dr. Anwar Ma’ruf. Acara pelantikan dilangsungkan di ruang 205 gedung Sekolah Pascasarjana UNAIR pada Jumat (31/3). Pelantikan pengurus Himasepa juga dihadiri Koordinator Program Studi Magister Sains Hukum dan Pembangunan Dr. Suparto Wijoyo, staf pengajar Sekolah Pascasarjana, dan jajaran pimpinan. Suparto yang juga pembina organisasi mahasiswa tersebut menyampaikan perlu adanya tindakan maksimal untuk mendukung kesuksesan program kerja. “Pengurus
Himasepa
ini
perlu
adanya
pengorbanan
untuk
memaksimalkan kinerja dan mendapatkan hasil yang maksimal,” ujarnya. “Kita harus tetap eksis walaupun banyak halangan. Kita wajib mempertahankan Himasepa,” imbuh Suparto. Pengurus Himasepa periode terbaru ini beranggotakan 27 orang dari berbagai disiplin ilmu dan strata. Ketua Himasepa, Akhmad Mubarok, menyatakan dirinya siap untuk melaksanakan amanah yang diemban. “Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya,” ujar Akhmad. “Kepengurusan ini akan berjalan dengan baik berkat kerjasama tim dari seluruh pengurus dan civitas akademika,” imbuhnya. Akhmad berharap keanggotaan Himasepa yang diketuainya ini tambah solid dan dapat berkontribusi untuk universitas dan negara.
Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S
Peneliti UNAIR Ciptakan Alat Dentolaser untuk Terapi Gigi dan Mulut UNAIR NEWS – Peneliti Universitas Airlangga mengembangkan alat bernama Dentolaser yang bisa digunakan oleh para dokter gigi sebagai alat terapi gigi dan mulut dengan menggunakan laser. Alat Dentolaser itu dikembangkan oleh peneliti dan dosen Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Dr. Suryani Dyah Astuti.
Bersama dengan tim peneliti yakni Dr. Ernie Maduratna dan Deni Arifianto, Dyah mengembangkan dua jenis alat Dentolaser. Perbedaan alat tersebut terletak pada panjang gelombang yang bisa dijangkau oleh alat tersebut. Masing-masing memiliki panjang gelombang 405 nanometer dan 600 nanometer. Kegunaannya pun berbeda. Dentolaser dengan panjang gelombang 405 nm digunakan untuk membunuh bakteri, sedangkan alat yang bisa menghasilkan panjang gelombang 600 nm difungsikan untuk foto biomodulasi sel. “Yang pertama (Dentolaser 405 nm) untuk membunuh bakteri, sedangkan yang kedua (Dentolaser 600 nm) untuk foto biomodulasi sel seperti terapi akupunktur, penyembuhan luka, dan rehabilitasi medik,” tutur Dyah. Penyakit gigi dan mulut yang bisa diatasi dengan Dentolaser antara lain karies pada gigi (gigi berlubang), penyakit periodontitis, orthodontis, luka, berdarah, atau inflamasi. Ia memilih menggunakan laser untuk terapi karena metode terapi dengan fotodinamik memanfaatkan cahaya, fotosensitizer, dan oksigen. Ketiga unsur itu menghasilkan radical oxygen species (ROS) yang akan menyebabkan kematian pada sel yang tidak dikehendaki seperti kanker, mikroba, bakteri, dan virus. “Tipe kematian selnya tidak seperti antibiotik yang menyebabkan perubahan pada DNA. Kalau ROS kematiannya adalah perusakan membran sel. Nah kalau membran sel rusak, air akan masuk dalam sel dan mengakibatkan lisis atau kematian pada sel. Tidak menyebabkan adanya resistensi pada mikroba tersebut,” tutur Dyah. Dengan adanya keunggulan yang dimiliki oleh terapi fotodinamik, peneliti yang memulai riset terapi fotodinamik sejak tahun 2007 itu akhirnya memilih menggunakan laser di bidang kesehatan. Sinar yang dihasilkan laser bersifat monokromatik, koheren, dan dayanya lebih tinggi sehingga lama paparan akan lebih pendek. Untuk itulah, ia memanfaatkan laser
yang bisa dimanfaatkan untuk mengobati penyakit gigi dan mulut, serta penyakit-penyakit lainnya. Produk Dentolaser mulai dikembangkan sejak tahun 2015. Saat itu, Dyah dan tim mengikutsertakan produk penelitiannya dalam program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT). Dari situlah, mereka berhasil membuat dua produk Dentolaser. Sebelum ada produk Dentolaser, biasanya para dokter gigi mengobati penyakit gigi dan mulut dengan menggunakan antibiotik. Karena sifat antibiotik yang bisa mengakibatkan resisten, maka produk Dentolaser ini memiliki keunggulan tersendiri. Yakni, tidak menimbulkan resistensi, dan bisa menjangkau tempat-tempat sulit di rongga mulut. “Misalnya, di bawah akar gigi maka bisa menggunakan alat Dentolaser ini. Bisa ergonomis,” tuturnya. Alat tersebut merupakan perangkat yang mudah digenggam, mudah dibawa ke mana-mana, dan menggunakan baterai. Alat tersebut memiliki serat fiber yang menghantarkan sinar laser yang bisa meminimalisir rugi daya. Deni, salah satu tim Dentolaser, mengatakan bahwa alat tersebut bisa bekerja dengan tiga mode. Yaitu, sinar yang selalu menyala, sinar yang redup lalu menjadi terang, dan sinar yang berkedip (mati lalu nyala dan mati lagi). Laser ini bisa bertahan selama 40 detik untuk satu kali penyinaran. Sedangkan, untuk daya baterai, laser ini bisa bertahan hingga satu bulan. Pemakaiannya bergantung dokter yang bersangkutan. “Jadi, kalau sinarnya biru, intensitasnya tinggi dan akan terasa lebih panas. Agar tidak terus menerus, pakai mode blinking. Kalau dari rendah ke besar, pemakaian tergantung dokter supaya pasien tidak langsung kaget karena panas,” tutur Dyah menambahkan. “Misalnya, pada penyakit periodontitis atau gusi yang melorot.
Gusi yang melorot itu disebabkan di pocket gigi terdapat banyak bakteri. Pada saat praktik, gusi diturunkan dan disinari di bagian pocket tersebut,” imbuh Dyah. Berdasarkan penelitian in vitro yang pernah ia lakukan, metode kombinasi dengan antibiotik Doxycycline dan sinar laser bisa mematikan bakteri hingga 86 persen. Namun, pengajar Departemen Fisika itu menerangkan, Dentolaser tak harus dikombinasikan dengan antibiotik. Hanya saja, memang uji klinik itu diterapkan pada gusi yang melorot. Uji klinik pada gigi dilakukan oleh rekan satu timnya yang juga dokter gigi yaitu Ernie. “Nggak harus pakai antibiotik pun bisa. Kami padu dengan Doxycycline karena kalau gusinya melorot gigi akan cenderung rapuh. Sedangkan, Doxycycline cenderung merekatkan. Akhirnya, diberi sedikit Doxycycline agar dibersihkan dari bakteri baru kemudian disinari. Bakteri yang tidak bisa mati dengan antibiotik baru kita bunuh dengan laser ini,” terangnya. Namun, ia kembali menekankan penggunaan alat yang bisa bertahan hingga satu bulan ini tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk terapi kesehatan gigi, tapi juga dokter kulit untuk mengobati jerawat dan rehabilitasi medik. Industri perguruan tinggi Sejak tahun 2016 sampai sekarang, produk Dentolaser ini sudah dalam proses registrasi hak paten di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, pada awal bulan Maret, tim peneliti Dentolaser berhasil mendapatkan hibah sebesar Rp 4 miliar dari Direktur Jenderal Penguatan Inovasi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI melalui judul riset “Inovasi Produksi Dentolaser Antimikroba dan Biomodulasi Sel untuk Akselerator Respon Penyembuhan Penyakit Gigi dan Mulut”. “Hibah itu kami gunakan untuk hilirisasi produk yang nanti dapat bermanfaat bagi masyarakat. Caranya adalah dengan membangun industri perguruan tinggi. Kami diberi hibah berupa
alat-alat, pengurusan sertifikasi, dan sebagainya. Dengan adanya industri perguruan tinggi, mahasiswa-mahasiswa kita yang bekerja di bidang itu, bisa belajar di sana,” tutur Dyah. Targetnya, produksi massal Dentolaser akan dilakukan pada tahun 2018. Sedangkan, pada tahun 2017 pihaknya akan membangun industri perguruan tinggi dan improvisasi alat. Biaya produksi alat tersebut saat digunakan untuk penelitian memakan ongkos antara Rp 2,75 sampai 3 juta. Namun, ia berharap, dengan adanya produksi massal, harga tersebut bisa ditekan. “Saat ini alatnya kan masih skala prototipe dan kita membuatnya secara handmade. Kalau ingin masuk ke industri dan diterima pasar, perlu kualitas yang baik. Selebihnya akan kita assembling (rakit), dan melewati quality control (uji kualitas). Kalau sudah sesuai maka akan diproduksi massal. Lalu, kita akan adakan tes pasar. Selain itu, ide dan desain itu semuanya dari kita (tim peneliti),” ujar Deni menambahkan. Penulis: Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Pameran Karir UNAIR Diikuti Puluhan Perusahaan UNAIR NEWS – Ribuan pencari kerja memadati pintu masuk gedung Airlangga Convention Center (ACC) sejak pukul tujuh, Sabtu (1/4). Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa tingkat akhir dan para pencari kerja yang tengah berburu beasiswa studi lanjut dan bursa kerja Airlangga Career Fair (ACF) Scholarship and Entrepreneur Expo 2017.
Pameran karir tersebut sudah menjadi agenda rutin Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) Universitas Airlangga. Pameran diselenggarakan selama dua hari yakni Sabtu dan Minggu. Pihak yang mewakili PPKK, Drs. Ec. Mashariono, MM, menyampaikan bahwa acara pameran karir merupakan salah satu ikon UNAIR. Oleh sebab itu, acara bursa kerja ini perlu dilangsungkan rutin. “ACF sekarang ini kan sudah diselenggarakan kali ke-28. Jadi, sudah 14 tahun PPKK menyelenggarakan ACF, makanya perlu dilestarikan,” ujar Mashariono. Wakil Rektor II UNAIR Dr. Muhammad Madyan, turut hadir memberikan sambutan sekaligus meresmikan pembukaan ACF. “Kita bersyukur di UNAIR banyak acara kreatif yang rutin diselenggarakan,” ujarnya. “Setidaknya, di acara ACF ini ada tiga hal yang bisa didapat oleh para pengunjung. Pertama, bertemunya dua pihak antara pencari kerja dan penyedia kerja. Kedua, terbukanya kesempatan luas beasiswa studi lanjut di dalam dan di luar negeri. Ketiga, unjuk gigi ekonomi kreatif binaan PPKK UNAIR,” jelasnya. Pameran karir kali ini diikuti oleh 22 perusahaan, 7 lembaga pendidikan, dan 4 wirausaha binaan PPKK. Selain itu, ada yang berbeda dari penyelenggaraan pameran karir kali ini. Badrus Zaman, yang juga mewakili pihak PPKK, mengatakan pihaknya menyediakan pojok konsultasi yang memungkinkan para pekerja untuk meminta bimbingan dan saran mengenai pekerjaan yang tepat untuk dirinya. “Hal yang membedakan lainnya yakni adanya counseling corner. Jadi, bagi para calon pekerja bisa meminta bimbingan dan saran di pojok konseling tentang pekerjaan seperti apa yang tepat untuk dirinya,” imbuh Badrus. (*) Penulis: Akhmad Janni
Editor: Defrina Sukma S
Pemerintah dan Mahasiswa Suarakan Kebinekaan Melalui Seminar Nasional di FEB UNAIR NEWS – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga bekerjasama dengan GAGAS Nusantara menggelar seminar nasional bertajuk Toleransi Umat Beragama Dalam Cita-cita Kebinekaan dan Keutuhan NKRI, Senin (3/4). Acara yang dihelat di Aula Fadjar Notonagoro itu dihadiri sekitar 400 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan umum. Seminar itu menghadirkan beberapa pembicara, diantaranya Wali Kota Surabaya Dr. (H.C) Ir. Tri Rismaharini, M.T, Wakil Rektor III UNAIR Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., Ketua PCNU Kota Surabaya Dr. Ach. Muhibbin Zuhri, Kapolrestabes Surabaya Kombes. Pol. M. Iqbal, S.I.K., M.H., Ketua PGIW Jatim Greja Genta Kasih Indonesia Pdt.Simon Filantropi, dan Ketua Banser Jatim Gus Abid Umar Fahriq. Dekan FEB Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak dalam sambutannya mengajak peserta seminar untuk tidak melupakan sejarah perjuangan panjang bangsa Indonesia. “Kebinekaan Indonesia adalah keajaiban dunia. Maka dari itu kita juga harus merawatnya agar tetap terjaga dan utuh,” ungkap Prof Dian. Prof. Amin sebagai keynote speech pertama menyampaikan tentang
toleransi beragama Rasullullah.
yang
sudah
diterapkan
sejak
jaman
“Toleransi beragama ini ketika jaman Rasullullah sudah disematkan di Piagam Madinah. Munculnya perpecahan kebinekaan dikarenakan adanya ketidakadilan oleh seorang pemimpin. Pemimpin di sini yakni kita semua warga negara Indonesia,” imbuhnya. Selaku keynote speech kedua, Risma menyampaikan bahwa mestinya perbedaan tidak menyebabkan munculnya perpecahan. Sebab, bangsa ini disatukan justru oleh beragam berbedaan. “Tuhan menciptakan semua ciptaan-Nya berbeda. Namun justru itulah keindahannya. Kita bangsa yang luar biasa. Karena itu jangan jadi individu atau kelompok yang seolah-olah paling benar karena akan menimbulkan perpecahan,” ungkapnya. Pada kesempatan ini, Risma mengajak seluruh peserta untuk tidak mengungkit dan memperdebatkan masalah perbedaan. “Jangan ngomong perbedaan, tetapi ngomong persamaan biar bisa bertemu,” tandas Risma. Wakil Ketua BEM FEB R. Dimas Bagas Herlambang menjelaskan, gagasan adanya seminar ini disebabkan oleh munculnya gerakangerakan yang menodai kebinekaan Indonesia. “Atas dasar munculnya gerakan-gerakan yang menodai kebinekaan Indonesia, kami sebagai agent of change harus membuka mata tentang kondisi saat ini,” ujarnya. (*) Penulis : Akhmad Janni Editor
: Binti Q. Masruroh
Alumni FIB Turut Ringankan Bencana Longsor Ponorogo UNAIR NEWS – Akibat bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo pada Sabtu (1/4) lalu, Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, tergerak untuk turut memberikan bantuan. IKA FIB memberikan bantuan dengan datang langsung ke lokasi bencana pada Senin (3/4). Noer Sidik, S.S, M.Hum., selaku koordinator IKA FIB menuturkan, bantuan yang diberikan IKA FIB dilatarbelakangi rasa empati terhadap musibah yang menimpa warga Banaran. Ia mengatakan, kegiatan ini diinisiasi oleh Ketua Alumni Program Studi S-2 Kajian Sastra dan Budaya, Nyoman Suwarta, M.Hum. “Bantuan mulai dibuka sejak adanya kabar bencana di Ponorogo. Kami menerima dalam bentuk uang maupun barang,” ungkap Noer Sidik. Nyoman Suwarta, M.Hum mengatakan agar bantuan sesegera mungkin disalurkan. Mengingat, korban longsor sangat membutuhkan persediaan makanan. Bantuan yang diberikan antara lain biskuit, air mineral, mie instan, dan sejumlah uang tunai. Bantuan tersebut mereka salurkan lewat Program Keluarga Harapan (PKH) yang dibentuk oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo di posko Desa Wagir yang merupakan posko bencana longsor. Seperti yang diketahui, kondisi korban longsor sangat memprihatinkan, terutama trauma psikis karena kehilangan anggota keluarga. Untuk itu, usai pemberian bantuan ini, IKA FIB memiliki rencana untuk bekerja sama dengan IKA UNAIR dari berbagai disiplin ilmu agar dapat turut serta membantu para korban.
“Banyak disiplin ilmu dari IKA UNAIR yang dapat berperan aktif dalam penanganan bencana. Diantaranya trauma healing yang bisa ditangani oleh IKA FPsi, kesehatan masyarakat bisa ditangani IKA FKM, dan sanitasi serta pengobatan dapat ditangani para dokter alumni Fakultas Kedokteran,” tandas Koordinator IKA FIB tersebut. Peluang IKA UNAIR dan instansi pendidikan lain untuk berperan aktif membantu korban masih terbuka lebar. Sebab ada beberapa tahapan penanganan bencana di sana. IKA FIB masih membuka kesempatan bagi para donatur yang ingin turut serta urun bantuan. Jika bantuan telah terkumpul kembali, IKA FIB akan menyalurkan bantuan secepatnya, mengingat kebutuhan korban yang harus terpenuhi. (*) Penulis : Ainul Fitriyah Editor
: Binti Q. Masruroh