LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM IbM
IBM -GLASS ART Oleh: Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd (NIP. 195305121980031001) I Gede Aris Gunadi , S.Si, M.Kom (NIP.199703182008121004) Drs. Nyoman Retug, M.Si (NIP. NIP.195912301989031002) Dra. Dewi Oktofa, M.Si (NIP. 197012101995012001)
Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:044/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/V/2013 Tanggal 13 Mei 2013
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2013 i
HALAMAN PENGESAHAN Judul IbM:
IBM-Glass Art
1. Mitra Program IbM 2. Ketua Tim Pengusul a. Nama b. NIP c. Jabatan/Golongan d. Jurusan/Fakultas e. Perguruan Tinggi f. Bidang Keahlian g. Alamat Kantor/Telp/Faks/E-mail h. Alamat Rumah/Telp/Faks/E-mail 3. Anggota Tim Pengusul a. Jumlah Anggota b. Nama Anggota I/bidang keahlian c. Nama Anggota II/bidang keahlian d. Nama Anggota III/Bidang keahlian e. Mahasiswa yang terlibat 4. Lokasi Kegiatan/Mitra a. Wilayah Mitra (Desa/Kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Propinsi d. Jarak PT ke lokasi mitra (km) 5. Luaran yang dihasilkan
5. Jangka waktu Pelaksanaan 7. Biaya Total - Dikti - UKM Inti Bali Glass - UKM Cahaya Lestari Glass
Mengetahui Ketua LPM Undiksha
Prof. Dr. Ketut Suma, M.S NIP. 195901011984031003
: (1) UKM Inti Bali Glass (2) UKM Cahaya Lestari Glass : Drs. Anjuman Zukri, M.Pd : 130 869 919 : Lektor Kepala : Pend.Ekonomi/Fak. Ilmu Sosial : Univ. Pendidikan Ganesha : Pendidikan Ekonomi : Jl. A. Yani 67 Singaraja-Bali : Jl. Pandawa 10 : Dosen 3 orang, : Aris Gunadi, S.Si, M.Kom/Komputer : Drs. I Nyoman Retug, M.Si/Kimia : Drs. Dewi Oktofa, M.Si/Fisika :4 orang : Desa Belega, Kec. Blahbatuh : Gianyar : Bali : 90 km :(1) Reaktor “Controllable Glass Furnace (3) Produk gelas multicolor dengan sentuhan lukisan gaya Depeha (4) Pemasaran berbasis E-commerce (5) Publikasi ilmiah : 8 Bulan : Rp. 45.000.000,: Rp. 45.000.000,: Rp. : Rp. Singaraja, 5 November 2013 Ketua Tim Pengusul
Drs. Anjuman Zukri, M.Pd NIP.195305121980031001
ii
IBM GLASS-ART oleh, Anjuman Zukri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected] ABSTRAK Kerajinan glass-art yang dikembangkan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass merupakan tumpuan aktivitas ekonomi masyarakat di desa Belega, pasca merosotnya segmen pasar untuk kerajinan bambu, meskipun proses produksi, pemasaran, dan margin keuntungan yang diperoleh belum optimal. Permasalahan produksi dan pemasaran yang dihadapai kedua UKM diupayakan melalui transfusi ipteks dengan pendekatan PALS (participatory action learning system) dalam program IbM Glas-art. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan pengabdian ini adalah (1) Terwujudnya 2 unit instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses melting glass-art, (2) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dengan teknologi natural , artifisial, dan sand blasting , (3) WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce, dan (3) Terpublikasikannya hasil program IbM pada 1 jurnal local. Kata-kata kunci: UKM, IbM, glass-art, furnace, PALS
iii
IBM GLASS - ART by , Anjuman Zukri Faculty of Economics and Business Ganesha Education University
[email protected] ABSTRACT
Glass art craft developed by UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass is the foundation of economic activity in rural communities of Belega, after declining segment of the market for bamboo craft , although the process of production , marketing , and profit margins are obtained is not optimal . Production and marketing problems faced by UKM solved through science and technology transfusion with PALS approach (participatory action learning system ) in glas-art IBM program . The results obtained in this service activities are ( 1 ) realization of 2 units of the reactor " controlable glass furnaces " for glass - art melting process , (2) diversified model of multicolor glass - art products with innovative technology natural, artificial, and sand blasting, (3) marketing WEB-based glass-art e-commerce , and (3 ) publication IbM-glass art program results in one local journal. Key words : SME , IBM , glass - art , furnace , PALS ,
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-NYA pelaksanaan kegiatan P2M Program Ipteks bagi masyarakat (IbM) DP2M Dikti ini dapat dilaksanakan dan diselesaikan tepat pada waktunya. Terlaksananya kegiatan P2M Ipteks bagi Masyarakat (IbM) ini adalah berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada yth: 1. Direktur P2M Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 3. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja 4. Prof. Dr. Sundani Nurono Suwandi atas bimbingannya 5. Anggota kelompok kerajinan Glass Art di desa Belega Semoga kerjasama yang baik ini dapat dipelihara dan ditingkatkan pada masamasa mendatang dan semoga pula hasil kegiatan IbM ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Singaraja, 12 Desember 2013 Tim Pelaksana
v
DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
i ii iii iv v vi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1 1 1 5 5 5 5 5 6 6 7 10 11 11 11 12 13 15
Judul Kegiatan Mitra Kegiatan Persoalan Mitra Status Sosial Mitra Lokasi Tim IbM Aktivitas IbM 7.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan 7.2 Waktu Efektif Pelaksanaan Kegiatan A. Pemetaan dan Sosialisasi Program IbM B. Program Penerapan IPTEKS 7.3 Evaluasi Keberhasilan 8. Biaya Program 9. Kontribusi Mitra 10. Alasan Kelanjutan Kegiatan Mitra 11. Model Usul Kegiatan 12. Dokumentasi 13. Evaluasi Kinerja Program
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
1. Judul Kegiatan
: IBM USAHA KERAJINAN GLASS-ART DI DESA BELEGA
2. Mitra Kegiatan
: UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass.
3. Persoalan Mitra
: Teknologi produksi, dan pemasaran
Desa Belega, yang berjarak 30 km dari kota Denpasar-Bali, merupakan daerah yang sudah terkenal dengan kerajinan kursi bambunya. Hasil produksi kerajinan bambo sudah mampu menembus pasar Internasional baik melalui jaringan supplier, maupun kontak langsung dengan vendor melalui jaringan pemasaran global (e-commerce), sehingga penghasilan masyarakat dari kerajinan bamboo telah mampu mendongkrak perekonomian komunitas masyarakat Belega secara signifikan. Banyak upaya-upaya yang dilakukan masyarakat Belega untuk mempertahankan desa Belega sebagai lumbung kerajinan yang menjadi penciri keunikan masyarakat melalui intensifikasi dan ekstensifikasi produk
kerajinan seni, salah satunya adalah pengembangan usaha
kerajinan gelas (glass art) sebagai suplemen produk seni bambo dan rontal, seperti yang dilakukan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass.
Gambar 1. Usaha Kerajinan Glass Art di Desa Belega Usaha kerajinan kaca Cahaya Lestari Glass didirikan oleh Made Merta tahun 1998, sedangkan usaha kerajinan kaca Inti Bali Glass didirikan oleh Ketut Sujana tahun 2000. Pada awalnya produk kerajinan seni kaca Cahaya Lestari dan Inti Bali Glass digunakan sebagai substasi dekoratif dalam paket produk kerajinan bamboo dan rontal, kemudian
1
berkembang menjadi produk seni unik yang banyak diminati kolektor sebagai produk karya seni dan atau digunakan sebagai item ornament untuk mempercantik tata ruang hotel, kantor, perumahan, dan cindremata. Item produksi glass art yang dihasilkan meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan mangkok, pas bunga/tanaman, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran dan desain. Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku seperti pecahan kaca, botol bekas, toples atau apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan dari bahan kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu 1.500 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca itu dibentuk sesuai dengan keinginan, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Bahan baku dasar (material kaca) glass-art diperoleh dari limbah kaca toko kaca dan limbah kaca/botol gelas yang dikumpulkan pemulung di seluruh Bali. Dari hasil wawancara dengan Bli made Merta dan Bli Ketut Sudjana, diperoleh informasi bahwa limbah kaca dari toko dibeli Rp 500.000/colt, sedangkan dari pemulung dibeli limbah kaca Rp 1000/botol.
(a) Bahan baku
(b) Proses melting
(c) Glass-art
Gambar 2. Proses Produksi Glass Art di Desa Belega Bahan baku limbah kaca kemudian dirubah menjadi butiran serbuk kaca yang diproses secara mekanik, kemudian dilakukan proses pelelehan pada tungku (furnace) yang masih konvensional, karena tidak dilengkapi dengan kontrol suhu untuk pengaturan temperatur dan aliran gas LPG ke dalam tungku pembakaran (uncontrolable glass furnace), sehingga kualitas lelehan kaca yang dihasilkan tidak dapat terjaga 2
dengan baik. Tungku pembakaran yang dimiliki Cahaya Lestari dan Inti Bali Glass jumlahnya masing terbatas, yakni hanya 2 tungku furnace. Minimnya jumlah tungku pembakaran sering menghambat ketercapaian target produksi dari kesepakatan waktu yang telah disepakati dengan kostumer. Dalam satu hari, dua pasangan buruh hanya mampu memproduksi 3-5 barang glass art. Terbatasnya jumlah tungku merupakan kendala produksi yang dihadapi UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass, yang sering menimbulkan komplain dari costumer/suplier. Dari sisi desain dan pewarnaan, produk seni gelas yang dihasilkan Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass masih nampak monoton, kurang mampu menangkap selera konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, seperti pemberian sentuhan warna gelas baik yang diberikan secara manual-artifisial melalui lukisan tangan maupun melalui proses kimia dengan peleburan (melting), seperti ditunjukkan pada gambar 3. Improvisasi dalam teknik pewarnaan dan desain akan memberikan sosok produk seni glass art yang dapat menggoda costumer untuk membeli dan mengoleksi, sehingga akan dapat meningkatkan nilai jual produk kerajinan kaca glass art Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass di desa Belega. Saat ini, perwarnaan Glass Art hanya terbatas pada pencampuran bahan dasar kaca warna netral dengan kaca berwarna melalui proses pelelehan (melting), belum ada upaya untuk menginfiltrasi warna gelas dengan zat kimia pada saat proses pelelehan.
Gambar 3. Wawancara Proses Produksi dan Suplier Pemasaran produk Pemasaran produksi glass art Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali glass masih terbatas pada pemasaran lokal dan pesanan dari supplier. Daya beli konsumen lokal relatif kurang, karena kebutuhan akan barang-barang dari bahan baku gelas relatif rendah untuk keperluan aktivitas kehidupan masyarakat Bali. Sebagian besar produksi glass art diminati konsumen manca negara, sebagai barang koleksi bernilai seni dan
3
piranti perkantoran dan perhotelan. Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen terhadap catatan cash-flow keuangan kedua UKM ini, menunjukkan bahwa rata-rata omzet penjualan produksi glass art Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass sebesar 3540 juta/bulan. Biaya produksi yang diperlukan rata-rata 25-35 juta/bulan, sehingga netto keuntungan kotor yang diperoleh hanya 10-15 juta/bulan. Jumlah buruh yang bekerja di masing-masing usaha glass art tersebut sebanyak 10 orang, maka penghasilan buruh setiap bulan rata-rata 0,5-1,5 juta/bulan. Penghasilan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pengrajin bambu, yang bisa mencapai 1,5-3 juta/bulan. Untuk meningkat generate revenue dan keuntungan dari UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass nampaknya peningkatan kualitas
produksi dan
pemasaran merupakan permasalahan yang perlu diupayakan pemecahannya. Berdasarkan analasis situasi di atas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan yang dihadapi mitra usaha kerajinan glass-art adalah: 1. Managemen usaha masih menggunakan managemenn keluarga dengan sistem pembukuan(administrasi) yang kurang memperhatikan kaidah usaha yang professional. 2. Penerapan Iptek dalam sistem produksi glass-art masih menggunakan instalator/ kontainer pembakaran yang tidak dapat memiliki kemampuan mengontrol suhu maupun pasukan bahan bakar gas (uncotrolable furnace reactor) sehingga boros energy. 3. Diversifikasi produk glass-art masih bersifat monoton, baik dari segi desain, pewarnaan dan sentuhan artitistik sehingga kurang memiliki nilai jual yang tinggi. 4. Pemasaran produksi kerajinan glass-art bersandar pada segmen pasar lokal dan global, yang sangat bergantung pada pesanan supplier. Mitra belum memiliki media pemasaran melalui jaringan internet (e-commerce) dan atau panetrasi pasar melalui artshop/outlet sendiri. Kurangnya panetrasi pasar yang mengglobal mengakibatkan margin keuntungan yang diperoleh pengrajin glass art kedua UKM ini sangat kecil dibandingkan dengan biaya produksi. Upaya pemecahan yang dapat diusulkan adalah melakukan transfusi IPTEK ke dalam UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass, sekaligus melakukan 4
pemberdayaan terhadap semua staf/karyawan pada kedua UKM tersebut sehingga dapat melakukan pengelolaan usaha glass-art secara profesional. Produk teknologi sebagai bentuk solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) perancangan dan pembuatan instalasi pembakaran yang dapat dikontrol secara digital (controlable glass-furnace) untuk (a) mengendalikan aliran gas LPG dalam pembakaran, (b) suhu untuk mengatur range suhu reaktor yang diingini, an (c) timer, untuk mengatur interval waktu pembakaran; (2) Pemberdayaan pengelola UKS melalui pelatihan/pendampingan dalam pembuatan glass-art inovatif dengan tampilan multiwarna yang dilabel dengan aksesori lukisan kaca unik gaya lukisan desa Depeha; dan 3) perancangan dan pembuatan Web (ecommerce) pemasaran on line glass-art bagi kedua UKM tersebut.
4. Status Sosial Mitra
: Kelompok Pengerajin Glass Art
5. Lokasi 6. Tim IbM
: di desa Belega :Drs. Anjuman Zukhri, M.Pd I Gede Aris Gunadi , S.Si, M.Kom Drs. Nyoman Retug, M.Si Dra. Dewi Oktofa, M.Si
7. Aktivitas IbM 7.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan Proses transfusi IPTEK (IbM) secara sistemik dilakukan dengan model pemberdayaan menggunakan pendekatan PALS (Participatory Action Learning System).
Prinsip dasar dari model PALS adalah pelibatan komunitas pengrajin glass-
art dalam proses pembelajaran aktif partisipan dalam program aksi proses produksi dan pemasaran glass-art sehingga membentuk suatu sistem interaksi pembelajaran masyarakat secara partisipatif, baik secara personal maupun komunal dalam usaha kerajinan glass-art. Secara schematik, metode pelaksanaan IbM usaha pengrajin glassart di desa Belega dapat ditunjukkan pada gambar 4. Potensi sumber bahan mentah produksi, infrastruktur produksi, managemen produksi dan pemasaran merupakan acuan dasar yang dijadikan pijakan dalam proses transfusi ipteks guna meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha produksi UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass.
5
Terapan IPTEKS (1) Controlable furnace reaktor (2) Diversifikasi desin produk, Pewarnaan kimia dan lukisan depeha style (3) Teknologi Pemasaran berbasis Web (e-commerce)
(1)
(2)
Potensi UKM Glass art
Pemberdayaan UKM-Glass art
UKM Glass-art
(PALS METHODE)
(3)
Peningkatan kualitas produksi Peningkatan kualitas pemasaran Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan
Program Aksi: (1)Pembuatan controlable furnace reaktor (2)Pembuatan prototyep diversifikasi design produk glass art (3)Pembuatan Web pemasaran
Gambar 4. Metode Participatory Action Learning Systems
Strategi pelaksanaan kegiatan pengabdian IbM Glass-art secara berjenjang melalui tahan berikut. (1) Sosialisasi dan penyadaran (awareness) bagi dua UKM yang menyentuh unsur top managemen dan buruhnya untuk penyamaan persepsi terhadap pelaksanaan program IbM, khususnya yng berkait dengan: bahan mentah produksi (lembah glass), proses produksi, packaging dan pemasaran. (2) Melakukan pemetaan ulang skala prioritas prograk aksi untuk menjawab permasalahan yang ada pada UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass, terkait dengan kebutuhan transfusi ipteks dalam proses pengolahan glass art. (3) Program keberlanjutan sebagai tindak lanjut dari bantuan ipteks untuk UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass
7.2 Waktu Efektif Pelaksanaan Kegiatan 7.2.1 Pemetaan dan Sosialisasi Program IbM Rapat koordinasi dan Sosialisasi program IbM-Glass Art, dilaksanakan tanggal 26 Juli 2013. Kegiatan awal ini dilakukan sebagai starting point dalam mendampingi dari sisi ipteks untuk meningkatan kapasitas produksi dan pemasaran hasil kerajinannya kedua UKM. Dari hasil sosialisasi, dan diskusi yang konstruktif disepakati penetapan prioritas penyelesain masalah produksi, managemen dan pemasaran di kedua mitra
6
UKM Inti Bali Glass dan Bali Lestari Glass meliputi (1) penanganan pembukuan, (2) teknologi alat produksi (furnace), (2) teknologi pewarnaan dan dekorasi(glassgun) dengan mesin kompressor. Penyuluhan/penyadaran managemen produksi dan pemasaran glass-art di tempat Mitra: Pelatihan pembukuan untuk order dan kode produksi, dan Pelatihan Pembukuan untuk standar financial report. Pelatihan managemen administrasi kedua UKM mitra dalam IbM Glass-art dilaksanakan pada 3 Agustus 2013. Teknik yang dilakukan adalah menunjukkan contoh/model administrasi dan report finansial yang baku, kemudian melatih staf pegawai kedua UKM menguasai kompetensi dalam managemen produksi dan akuntan finansial yang standar. Dalam pelatihan ini dihasilkan model form dokumen administrasi produksi dan pelaporan keuangan yang tertib dan taat azas. 7.2.2 Program Penerapan IPTEKS Difusi teknologi dalam furnacing bahan baku kaca dilakukan dengan memodifikasi tungku pembakaran yang sudah ada di kedua UKM tersebut dengan sistem control aliran gas elpiji dalam pembakaran bertolak dari suhu dan lama waktu pembakaran yang diperlukan, beserta sistem pembuangan gas pembakaran untuk mengurangi polusi, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5b. Kondisi awal tungku pembakaran UKM glass-art di desa Belega hanya semata-mata proses pembakaran tradisional, sehingga sering tidak efektif dan efisien dan sangat berdampak pada tingginya ongkos produksi, karena pemborosan penggunaan gas LPG dan waktu pembakaran (Gambar 5a). Kontrol temperatur, waktu dan aliran gas elpigi dapat dilakukan secara elektronik yang dapat bekerja secara otomatis, sesuai dengan perintah yang telah diprogramkan. (1) Perancangan dan pengadaan fabrikasi glass-art furnace: Pembuatan tungku furnace untuk proses pewarnaan glass art di Inti Bali Glass (skala kecil) dan Suar Bali Glass(skala besar). Salah satu hambatan produksi pada kedua UKM adalah terbatasnya jumlah controlable furnace. Dari hasil kesepakatan dengan Mitra, maka didesain dan dibuat tungku pembakaran. Pembuatan tungku bakar dimulai dari tanggal 7 September 2013. Sampai saat ini, baru berhasil diselesaikan rancangan fisik tungku menggunakan bata yang didatangkan khusus dari Jawa,
kemudian akan dilanjutkan penggarapan
rancangan struktur besi penyangga, dan kotrol suhunya. 7
(1) Pengadaan alat kompressor proses glassgun untuk UKM mitra: Pelatihan pembuatan pencitraan glass dengan tekni galassogun menggunakan kompressor dan pasir laut.Efek blurr pada dekoraso hasil kerajinan Glass art yang banya diminati costumer, mendiring kedua UKM ini menguasai teknlogi glassgun. Kesulitan ini dapat diatasi dengan mengkapasitasi staff produksi glass-art memanfaatkan kompressor sebagai penembak pasir sehingga dapat menghilangkan lapisan kaca yang mengkilap pada detail-detail yang diinginkan. Penghibahan investasi fisik kompresor dilakukan pada 20 september 2013. (2) Pelatihan "pembukuan dan inventaris yang standar" pada kedua Mitra dengan sistem komputerisasi: Database administrasi managemen dengan sistem komputerisasi dilatihkan pada keduan mitra UKM Inti Bali galss dan Bali Lestari glass dimaksudkan untuk menyediakan pangkalan data digital yang dapat memudahkan managemen produksi dan pemasaran yang dapat diakses secara online(Web). Rancang bangun WEB untuk kedua UKM, masih dalam proses penyelesaian. Produk glass art yang dihasilkan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass dapat dilakukan proses artistik dengan efek dekoratif pewarnaan melalui: (1) proses pelelehan zat pewarna(melting-coloring process); dan (2) proses melukis glass secara manual dengan zat pewarna. Cara melting-coloring process merupakan cara sederhana untuk mendapatkan efek color dari glass-art dengan mencampur bahan baku kaca dari warna yang berbeda, kemudian dilakukan peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi pencampuran warna secara artifisial. Efek warna yang muncul hanya kombinasi dari warna dasar bahan baku, dan intensitas dan kecerahannya dapat diatur secara mekanik saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini relatif sulit untuk dapat memunculkan gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu, untuk dapat memunculkan tampilan gambar, maka produk gelas-art yang sudah terbentuk dilukis dengan zat kimia terntentu, kemudian dibakar lagi, untuk menyatu-leburkan warna lukisan dengan gelas pada suhu tertentu, sehingga warna lukisan dapat menyatu dengan warna bahan dasar. Di sisi yang lain, teknik artistik kreatif yang dikembangkan adalah selain pemberiaan pewarnaan natural dari campuran warna asli bahan baku gelas kaca, namun dapat juga dilakukan proses patri, atau pelapisan lem dengan produk kreasi perak pada gelas art sehingga menampilkan kemewahan dan keanggunan yang unik.
8
(a) Sebelum Difusi Ipteks
(b) Sesudah Difusi Ipteks
Gambar 5. Instalasi Reaktor Controlable Furnace-gass Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk mengartistik produk glass-art dapat dilakukan dengan melukis langsung glass-art dengan zat kimia pewarna tanpa perlu proses pembakaran. Salah satu style lukisan, dimana kaca menjadi media kanvas yang sangat disenangi costumer/colector adalah gaya lukisan Depeha, yang menonjolkan gambar tokoh-tokong pewayangan dan patra-patra Bali yang sangat dikagumi di manca negara. Meskipun pada awalnya kostumer glass-art lebih menyukai produk desain sederhana dewan pewarnaan mono-color, sesuai dengan bahan dasar, tetapi kreasi pewarnaan natural dan artificial sudah mulai dilirik dan digemari pasar. Pewarnaan natural dalam proses produksi dilakukan dengan pencampuran (mixed color) dua gelas atau lebih berwarna dasar berbeda, sedangkan pewarnaan artifisial dilakukan dengan pengecatan dari luar setelah produk gelas selesai, baik dengan sistem polesan, dipatri atau di lem. Proses dekoratif glass art selain dengan pemberian lukisan warna natural maupun artifisial, juga dapat dilakukan dengan proses doping artistik perak dengan berbagai desain, corak dan thema. 9
Gambar 6. Efek dekoratif lukisan Depeha untuk Glass-Art
Pemasaran berbasis e-comerce merupakan sistem sistem informasi penjualan dimana pembuatan pernyataan penjualan,kegiatan jual-beli dijelaskan melalui prosedurprosedur yang meliputi urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengecekan barang ada atau tidak ada dan diteruskan dengan pengiriman barang yang disertai dengan pembuatan faktur dan mengadakan pencatatan atas penjualan yang berlaku (Niswonger, 1999) melalui internet. E-Commerce adalah konsep baru yang menggambarkan proses pembelian dan penjualan atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan komputer termasuk internet (Turban, Efraim,2000). ECommerce dapat diartikan secara dekat. Itu dapat dikatakan mencakup hanya transaksi bisnis yang disetujui dengan pelanggan dan pemasok dan sering digambarkan sebagai bagian dari internet, mengingat tidak ada alternative lain untuk komunikasi. Ada tiga pilar elektronik yang menyokong proses e-commerce yaitu: informasi elektronik, hubungan elektronik, dan transaksi elektronik (McLeod, Raymond,1998). 7.2.3 Evaluasi Keberhasilan Evaluasi terhadap keberhasilan program IbM Glass-art mengacu kepada indikato target luaran IbM, yakni (1) Terwujudnya 2 instalasi
reaktor “controlable glass
furnace” untuk proses melting glass-art, (2) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan WEB pemasaran glass-art berbasis ecommerce,(3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalan proses produksi dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Casaya Lesatari Glass dan
10
Inti Bali Glass, (4) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass, dan (4) Terpublikasikannya hasil program IbM pada 1 jurnal lokal dan 1 jurnal nasional terakreditasi. Bertitik tolak dari indikator ini, target yang sudah tercapai adalah terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses melting glass-art, terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce, dan (3) publikasi ilmiah pada jurnal pengabdian Widya Laksana LPM Undiksha. 8. Biaya Program Sumber pembiayan program IbM Glass-art berasal dari Ditlitabmas Dikti sebesar Rp 45.000.000 ( Empat puluh lima juta rupiah). Biaya ini digunakan untuk pembiayaan komponen (1) honor, (2) Bahan dan peralatan, (3) Perjalanan, dan (3) Belanja lainnya: seperti akomodasi, konsumsi dan publikasi.
9. Kontribusi Mitra Dalam pelaksanaan IbM Glass-art, kedua mitra UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass memberikan kontribusi in-kind dalam bentuk peralatan pendukung/suplemen dalam membangun reaktor melting furnace, seperti (1) bahan bata tahan leleh, (2) kayu limbah artistik untuk ornamen penyangga karya seni glass-art, (3) peralatan produksi, dan (4) pencetakan glass-art. Disamping sharing in-kind dalam bentuk in kind tersebut, kedua mitra juga memberi kontribusi pada aspek pengetahuan empirik yang diperoleh dalam proses produksi yang dapat dijadikan referensi teoritik dalam menghasilkan karya seni glass-art, sperti (1) teknik pengaturan suhu gradual untuk mencegah terjadinya efek retak ada glass-art pasca produksi, dan (2) teknik sand glass blasting, untuk memberi efek suram pada permukaan kaca supaya tidak bisa tembus pandang.
10. Alasan Kelanjutan Kegiatan Mitra Keberlanjutan kegiatan transfusi ipteks kepada kedua mitra UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass perlu dijaga dan dipertahankan, mengingat segmen pasar dan potensi keuntungan yang diperoleh dari komoditas ini masih sangat tinggi, bila dibandingkan dengan produk kerajinan bambu yang ada di wilayah Belega ini. Hadirnya usaha produktif glass-art, yang dapat mengkompensasi mangkraknya aktivitas 11
produksi bambu akibat permainan vendor pemasaran, atau kejenuhan pasar terhadap komoditas seni bambu, telah membantu masyarakat di wilayah ini sebagai lapangan kerja yang potensial ke depannya. Di masa mendatang, permasalahan yang perlu ditangani mitra UKM glass-art dengan Undiksha adalah bagaimana menghasilkan produk standar internasional dan menghadirkan produk komoditas glass-art ke pasar internasional.
11. Model Usul Kegiatan
20
Dalam rangka menghasilkan produk standar internasional glass-art, maka model usul kegiatan yang visible dikedepankan adalah (1) standarisisasi proses produksi glassart, (2) studi kreasi design dan artistik yang diminati kostumer global, (3) penguatan pemasaran berbasis on-line, yang didukung oleh showroom dan outlet-outlet pemasaran di kawasan objek wisata. Disamping itu sinergisitas antara perguruan tinggi, UKM, dan Pemerintah daerah kabupaten Gianyar harus tetap dijaga keberlanjutannya sehingga pengawalan dari sisi ipteks, managemen produksi, dan pemasaran terhadap produksi glass-art UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass berpotensi sebagai komoditas ekspor ini dapat dipertahankan.
12
12. Dokumentasi 1. Lokasi Kegiatan
PETA LOKASI IbM
Ke Negara
Ke Amplapura
90 km UNDIKSHA Ke Denpasar
UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass
Lokasi IbM
Ke Gianyar
Kecamatan Blahbatuh-Gianyar
Desa Belega
13
2. Aktivitas Kegiatan IbM
14
13. Evaluasi Kinerja Program Bertitik tolak dari rasional, target luaran, dan program ipteks yang ditawarkan pada UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass, maka dapat dikemukan evaluasi kinerja program IbM Glass art sebagai berikut. (1) Terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses melting glass-art, (2) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif
dengan teknologi natural ,
artifisial, dan sand blasting , (3) WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce,(3) dan (4) Terpublikasikannya hasil program IbM pada 1 jurnal local.
15
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. The Art of Making Glass. www.lamberts.de. Germany Cecilia Cohen. 2011. The Glass Artis’s: Studio Hnadbook. Quayside Publishing Group. USMA Clair Ivan Colvin. 2008. Glass Blowing: An Introduction. Xclibris Coorporation. USA Dan Hewak. 1998. Glass and Rare Earth-Doped Glasses for Optical Fibres. INSPEC, The Institution of Electrical Engineers, London, United Kingdom James McKelvey. 2006. The Art of Fire:Beginning Glassblowing.Third Degree Press. Thomas Bolas. 2008. Glass Blowing & Working. Rough Draft Printing. Junna-Annete Page, Stefano Carboni. 2006. The Art of Glass.
16
Lampiran 3. Artikel ilmiah
IBM GLASS-ART oleh, Anjuman Zukri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected] ABSTRAK Kerajinan glass-art yang dikembangkan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass merupakan tumpuan aktivitas ekonomi masyarakat di desa Belega, pasca merosotnya segmen pasar untuk kerajinan bambu, meskipun proses produksi, pemasaran, dan margin keuntungan yang diperoleh belum optimal. Permasalahan produksi dan pemasaran yang dihadapai kedua UKM diupayakan melalui transfusi ipteks dengan pendekatan PALS (participatory action learning system) dalam program IbM Glas-art. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan pengabdian ini adalah (1) Terwujudnya 2 unit instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses melting glass-art, (2) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dengan teknologi natural , artifisial, dan sand blasting , (3) WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce, dan (3) Terpublikasikannya hasil program IbM pada 1 jurnal local. Kata-kata kunci: UKM, IbM, glass-art, furnace, PALS
ABSTRACT
Glass art craft developed by UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass is the foundation of economic activity in rural communities of Belega, after declining segment of the market for bamboo craft , although the process of production , marketing , and profit margins are obtained is not optimal . Production and marketing problems faced by UKM solved through science and technology transfusion with PALS approach (participatory action learning system ) in glas-art IBM program . The results obtained in this service activities are ( 1 ) realization of 2 units of the reactor " controlable glass furnaces " for glass - art melting process , (2) diversified model of multicolor glass - art products with innovative technology natural, artificial, and sand blasting, (3) marketing WEB-based glass-art e-commerce , and (3 ) publication IbM-glass art program results in one local journal. Key words : SME , IBM , glass - art , furnace , PALS ,
-1-
1. Pendahuluan Desa Belega, yang berjarak 30 km dari kota Denpasar-Bali, merupakan daerah yang sudah terkenal dengan kerajinan kursi bambunya. Hasil produksi kerajinan bambo sudah mampu menembus pasar Internasional baik melalui jaringan supplier, maupun kontak langsung dengan vendor melalui jaringan pemasaran global (e-commerce), sehingga penghasilan masyarakat dari kerajinan bamboo telah mampu mendongkrak perekonomian komunitas masyarakat Belega secara signifikan. Banyak upaya-upaya yang dilakukan masyarakat Belega untuk mempertahankan desa Belega sebagai lumbung kerajinan yang menjadi penciri keunikan masyarakat melalui intensifikasi dan ekstensifikasi produk
kerajinan seni, salah satunya adalah pengembangan usaha
kerajinan gelas (glass art) sebagai suplemen produk seni bambo dan rontal, seperti yang dilakukan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass.
Gambar 1. Usaha Kerajinan Glass Art di Desa Belega Usaha kerajinan kaca Cahaya Lestari Glass didirikan oleh Made Merta tahun 1998, sedangkan usaha kerajinan kaca Inti Bali Glass didirikan oleh Ketut Sujana tahun 2000. Pada awalnya produk kerajinan seni kaca Cahaya Lestari dan Inti Bali Glass digunakan sebagai substasi dekoratif dalam paket produk kerajinan bamboo dan rontal, kemudian berkembang menjadi produk seni unik yang banyak diminati kolektor sebagai produk karya seni dan atau digunakan sebagai item ornament untuk mempercantik tata ruang hotel, kantor, perumahan, dan cindremata. Item produksi glass art yang dihasilkan
-2-
meliputi: botol, piring gelas, cangkir dan mangkok, pas bunga/tanaman, serta cendramata dengan berbagai bentuk ukuran dan desain. Produk seni glass-art dibuat dari kaca sebagai material bahan baku seperti pecahan kaca, botol bekas, toples atau apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan dari bahan kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu 1.500 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca itu dibentuk sesuai dengan keinginan, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Bahan baku dasar (material kaca) glass-art diperoleh dari limbah kaca toko kaca dan limbah kaca/botol gelas yang dikumpulkan pemulung di seluruh Bali. Dari hasil wawancara dengan Bli made Merta dan Bli Ketut Sudjana, diperoleh informasi bahwa limbah kaca dari toko dibeli Rp 500.000/colt, sedangkan dari pemulung dibeli limbah kaca Rp 1000/botol.
(b) Bahan baku
(b) Proses melting
(c) Glass-art
Gambar 2. Proses Produksi Glass Art di Desa Belega Bahan baku limbah kaca kemudian dirubah menjadi butiran serbuk kaca yang diproses secara mekanik, kemudian dilakukan proses pelelehan pada tungku (furnace) yang masih konvensional, karena tidak dilengkapi dengan kontrol suhu untuk pengaturan temperatur dan aliran gas LPG ke dalam tungku pembakaran (uncontrolable glass furnace), sehingga kualitas lelehan kaca yang dihasilkan tidak dapat terjaga dengan baik. Tungku pembakaran yang dimiliki Cahaya Lestari dan Inti Bali Glass jumlahnya masing terbatas, yakni hanya 2 tungku furnace. Minimnya jumlah tungku pembakaran sering menghambat ketercapaian target produksi dari kesepakatan waktu -3-
yang telah disepakati dengan kostumer. Dalam satu hari, dua pasangan buruh hanya mampu memproduksi 3-5 barang glass art. Terbatasnya jumlah tungku merupakan kendala produksi yang dihadapi UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass, yang sering menimbulkan komplain dari costumer/suplier. Dari sisi desain dan pewarnaan, produk seni gelas yang dihasilkan Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass masih nampak monoton, kurang mampu menangkap selera konsumen untuk trend produk yang diminati costumer, seperti pemberian sentuhan warna gelas baik yang diberikan secara manual-artifisial melalui lukisan tangan maupun melalui proses kimia dengan peleburan (melting), seperti ditunjukkan pada gambar 3. Improvisasi dalam teknik pewarnaan dan desain akan memberikan sosok produk seni glass art yang dapat menggoda costumer untuk membeli dan mengoleksi, sehingga akan dapat meningkatkan nilai jual produk kerajinan kaca glass art Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass di desa Belega. Saat ini, perwarnaan Glass Art hanya terbatas pada pencampuran bahan dasar kaca warna netral dengan kaca berwarna melalui proses pelelehan (melting), belum ada upaya untuk menginfiltrasi warna gelas dengan zat kimia pada saat proses pelelehan.
Gambar 3. Wawancara Proses Produksi dan Suplier Pemasaran produk Pemasaran produksi glass art Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali glass masih terbatas pada pemasaran lokal dan pesanan dari supplier. Daya beli konsumen lokal relatif kurang, karena kebutuhan akan barang-barang dari bahan baku gelas relatif rendah untuk keperluan aktivitas kehidupan masyarakat Bali. Sebagian besar produksi glass art diminati konsumen manca negara, sebagai barang koleksi bernilai seni dan piranti perkantoran dan perhotelan. Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen terhadap catatan cash-flow keuangan kedua UKM ini, menunjukkan bahwa rata-rata omzet penjualan produksi glass art Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass sebesar 35-
-4-
40 juta/bulan. Biaya produksi yang diperlukan rata-rata 25-35 juta/bulan, sehingga netto keuntungan kotor yang diperoleh hanya 10-15 juta/bulan. Jumlah buruh yang bekerja di masing-masing usaha glass art tersebut sebanyak 10 orang, maka penghasilan buruh setiap bulan rata-rata 0,5-1,5 juta/bulan. Penghasilan ini relatif kecil bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh pengrajin bambu, yang bisa mencapai 1,5-3 juta/bulan. Untuk meningkat generate revenue dan keuntungan dari UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass nampaknya peningkatan kualitas
produksi dan
pemasaran merupakan permasalahan yang perlu diupayakan pemecahannya. Berdasarkan analasis situasi di atas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan yang dihadapi mitra usaha kerajinan glass-art adalah: (1) Managemen usaha
masih
menggunakan
managemenn
keluarga
dengan
sistem
pembukuan(administrasi) yang kurang memperhatikan kaidah usaha yang professional, (2) Penerapan Iptek dalam sistem produksi glass-art masih menggunakan instalator/ kontainer pembakaran yang tidak dapat memiliki kemampuan mengontrol suhu maupun pasukan bahan bakar gas (uncotrolable furnace reactor) sehingga boros energy; (3) Diversifikasi produk glass-art masih bersifat monoton, baik dari segi desain, pewarnaan dan sentuhan artitistik sehingga kurang memiliki nilai jual yang tinggi, dan (4) Pemasaran produksi kerajinan glass-art bersandar pada segmen pasar lokal dan global, yang sangat bergantung pada pesanan supplier. Mitra belum memiliki media pemasaran melalui jaringan internet (e-commerce) dan atau panetrasi pasar melalui artshop/outlet sendiri. Kurangnya panetrasi pasar yang mengglobal mengakibatkan margin keuntungan yang diperoleh pengrajin glass art kedua UKM ini sangat kecil dibandingkan dengan biaya produksi. Upaya pemecahan yang dapat diusulkan adalah melakukan transfusi IPTEK ke dalam UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass, sekaligus melakukan pemberdayaan terhadap semua staf/karyawan pada kedua UKM tersebut sehingga dapat melakukan pengelolaan usaha glass-art secara profesional. Produk teknologi sebagai bentuk solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass adalah (1) perancangan dan pembuatan instalasi pembakaran yang dapat dikontrol secara digital (controlable glass-furnace) untuk (a) mengendalikan aliran gas LPG dalam pembakaran, (b) suhu untuk mengatur range suhu
-5-
reaktor yang diingini, an (c) timer, untuk mengatur interval waktu pembakaran; (2) Pemberdayaan pengelola UKS melalui pelatihan/pendampingan dalam pembuatan glass-art inovatif dengan tampilan multiwarna yang dilabel dengan aksesori lukisan kaca unik gaya lukisan desa Depeha; dan 3) perancangan dan pembuatan Web (ecommerce) pemasaran on line glass-art bagi kedua UKM tersebut. 2. Metode Pelaksanaan Pengabdian Proses transfusi IPTEK (IbM) secara sistemik dilakukan dengan model pemberdayaan menggunakan pendekatan PALS (Participatory Action Learning System).
Prinsip dasar dari model PALS adalah pelibatan komunitas pengrajin glass-
art dalam proses pembelajaran aktif partisipan dalam program aksi proses produksi dan pemasaran glass-art sehingga membentuk suatu sistem interaksi pembelajaran masyarakat secara partisipatif, baik secara personal maupun komunal dalam usaha kerajinan glass-art. Secara schematik, metode pelaksanaan IbM usaha pengrajin glassart di desa Belega dapat ditunjukkan pada gambar 4. Potensi sumber bahan mentah produksi, infrastruktur produksi, managemen produksi dan pemasaran merupakan acuan dasar yang dijadikan pijakan dalam proses transfusi ipteks guna meningkatkan kuantitas dan kualitas usaha produksi UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass. Terapan IPTEKS (1) Controlable furnace reaktor (2) Diversifikasi desin produk, Pewarnaan kimia dan lukisan depeha style (3) Teknologi Pemasaran berbasis Web (e-commerce)
(4)
(5)
Potensi UKM Glass art
Pemberdayaan UKM-Glass art
UKM Glass-art
(PALS METHODE)
(6)
Peningkatan kualitas produksi Peningkatan kualitas pemasaran Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan
Program Aksi: (1)Pembuatan controlable furnace reaktor (2)Pembuatan prototyep diversifikasi design produk glass art (3)Pembuatan Web pemasaran
Gambar 4. Metode Participatory Action Learning Systems
-6-
Strategi pelaksanaan kegiatan pengabdian IbM Glass-art secara berjenjang melalui tahan berikut. (1) Sosialisasi dan penyadaran (awareness) bagi dua UKM yang menyentuh unsur top managemen dan buruhnya untuk penyamaan persepsi terhadap pelaksanaan program IbM, khususnya yng berkait dengan: bahan mentah produksi (lembah glass), proses produksi, packaging dan pemasaran. (2) Melakukan pemetaan ulang skala prioritas prograk aksi untuk menjawab permasalahan yang ada pada UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass, terkait dengan kebutuhan transfusi ipteks dalam proses pengolahan glass art. (3) Program keberlanjutan sebagai tindak lanjut dari bantuan ipteks untuk UKM Cahaya Lestari Glass dan Inti Bali Glass
3. Hasil dan Pembahasan Rapat koordinasi dan Sosialisasi program IbM-Glass Art, dilaksanakan tanggal 26 Juli 2013. Kegiatan awal ini dilakukan sebagai starting point dalam mendampingi dari sisi ipteks untuk meningkatan kapasitas produksi dan pemasaran hasil kerajinannya kedua UKM. Dari hasil sosialisasi, dan diskusi yang konstruktif disepakati penetapan prioritas penyelesain masalah produksi, managemen dan pemasaran di kedua mitra UKM Inti Bali Glass dan Bali Lestari Glass meliputi (1) penanganan pembukuan, (2) teknologi alat produksi (furnace), (2) teknologi pewarnaan dan dekorasi(glassgun) dengan mesin kompressor. Penyuluhan/penyadaran managemen produksi dan pemasaran glass-art di tempat Mitra: Pelatihan pembukuan untuk order dan kode produksi, dan Pelatihan Pembukuan untuk standar financial report. Pelatihan managemen administrasi kedua UKM mitra dalam IbM Glass-art dilaksanakan pada 3 Agustus 2013. Teknik yang dilakukan adalah menunjukkan contoh/model administrasi dan report finansial yang baku, kemudian melatih staf pegawai kedua UKM menguasai kompetensi dalam managemen produksi dan akuntan finansial yang standar. Dalam pelatihan ini dihasilkan model form dokumen administrasi produksi dan pelaporan keuangan yang tertib dan taat azas. Difusi teknologi dalam furnacing bahan baku kaca dilakukan dengan memodifikasi tungku pembakaran yang sudah ada di kedua UKM tersebut dengan sistem control aliran gas elpiji dalam pembakaran bertolak dari suhu dan lama waktu pembakaran yang diperlukan, beserta sistem pembuangan gas pembakaran untuk
-7-
mengurangi polusi, seperti yang ditunjukkan pada gambar 5b. Kondisi awal tungku pembakaran UKM glass-art di desa Belega hanya semata-mata proses pembakaran tradisional, sehingga sering tidak efektif dan efisien dan sangat berdampak pada tingginya ongkos produksi, karena pemborosan penggunaan gas LPG dan waktu pembakaran (Gambar 5a). Kontrol temperatur, waktu dan aliran gas elpigi dapat dilakukan secara elektronik yang dapat bekerja secara otomatis, sesuai dengan perintah yang telah diprogramkan. (1) Perancangan dan pengadaan fabrikasi glass-art furnace: Pembuatan tungku furnace untuk proses pewarnaan glass art di Inti Bali Glass (skala kecil) dan Suar Bali Glass(skala besar). Salah satu hambatan produksi pada kedua UKM adalah terbatasnya jumlah controlable furnace. Dari hasil kesepakatan dengan Mitra, maka didesain dan dibuat tungku pembakaran. Pembuatan tungku bakar dimulai dari tanggal 7 September 2013. Sampai saat ini, baru berhasil diselesaikan rancangan fisik tungku menggunakan bata yang didatangkan khusus dari Jawa,
kemudian akan dilanjutkan penggarapan
rancangan struktur besi penyangga, dan kotrol suhunya. (3) Pengadaan alat kompressor proses glassgun untuk UKM mitra: Pelatihan pembuatan pencitraan glass dengan tekni galassogun menggunakan kompressor dan pasir laut.Efek blurr pada dekoraso hasil kerajinan Glass art yang banya diminati costumer, mendiring kedua UKM ini menguasai teknlogi glassgun. Kesulitan ini dapat diatasi dengan mengkapasitasi staff produksi glass-art memanfaatkan kompressor sebagai penembak pasir sehingga dapat menghilangkan lapisan kaca yang mengkilap pada detail-detail yang diinginkan. Penghibahan investasi fisik kompresor dilakukan pada 20 september 2013. (4) Pelatihan "pembukuan dan inventaris yang standar" pada kedua Mitra dengan sistem komputerisasi: Database administrasi managemen dengan sistem komputerisasi dilatihkan pada keduan mitra UKM Inti Bali galss dan Bali Lestari glass dimaksudkan untuk menyediakan pangkalan data digital yang dapat memudahkan managemen produksi dan pemasaran yang dapat diakses secara online(Web). Rancang bangun WEB untuk kedua UKM, masih dalam proses penyelesaian. Produk glass art yang dihasilkan UKM Cahaya Lestari Glass dan UKM Inti Bali Glass dapat dilakukan proses artistik dengan efek dekoratif pewarnaan melalui: (1)
-8-
proses pelelehan zat pewarna(melting-coloring process); dan (2) proses melukis glass secara manual dengan zat pewarna. Cara melting-coloring process merupakan cara sederhana untuk mendapatkan efek color dari glass-art dengan mencampur bahan baku kaca dari warna yang berbeda, kemudian dilakukan peleburan sedemikian rupa, sehingga terjadi pencampuran warna secara artifisial. Efek warna yang muncul hanya kombinasi dari warna dasar bahan baku, dan intensitas dan kecerahannya dapat diatur secara mekanik saat proses pelelehan. Proses pewarnaan ini relatif sulit untuk dapat memunculkan gambar atau bentuk lukisan. Maka dari itu, untuk dapat memunculkan tampilan gambar, maka produk gelas-art yang sudah terbentuk dilukis dengan zat kimia terntentu, kemudian dibakar lagi, untuk menyatu-leburkan warna lukisan dengan gelas pada suhu tertentu, sehingga warna lukisan dapat menyatu dengan warna bahan dasar. Di sisi yang lain, teknik artistik kreatif yang dikembangkan adalah selain pemberiaan pewarnaan natural dari campuran warna asli bahan baku gelas kaca, namun dapat juga dilakukan proses patri, atau pelapisan lem dengan produk kreasi perak pada gelas art sehingga menampilkan kemewahan dan keanggunan yang unik.
(c) Sebelum Difusi Ipteks
(d) Sesudah Difusi Ipteks
-9-
Gambar 5. Instalasi Reaktor Controlable Furnace-gass Di sisi yang lain, proses dekoratif untuk mengartistik produk glass-art dapat dilakukan dengan melukis langsung glass-art dengan zat kimia pewarna tanpa perlu proses pembakaran. Salah satu style lukisan, dimana kaca menjadi media kanvas yang sangat disenangi costumer/colector adalah gaya lukisan Depeha, yang menonjolkan gambar tokoh-tokong pewayangan dan patra-patra Bali yang sangat dikagumi di manca negara. Meskipun pada awalnya kostumer glass-art lebih menyukai produk desain sederhana dewan pewarnaan mono-color, sesuai dengan bahan dasar, tetapi kreasi pewarnaan natural dan artificial sudah mulai dilirik dan digemari pasar. Pewarnaan natural dalam proses produksi dilakukan dengan pencampuran (mixed color) dua gelas atau lebih berwarna dasar berbeda, sedangkan pewarnaan artifisial dilakukan dengan pengecatan dari luar setelah produk gelas selesai, baik dengan sistem polesan, dipatri atau di lem. Proses dekoratif glass art selain dengan pemberian lukisan warna natural maupun artifisial, juga dapat dilakukan dengan proses doping artistik perak dengan berbagai desain, corak dan thema.
Gambar 6. Efek dekoratif lukisan Depeha untuk Glass-Art
Pemasaran berbasis e-comerce merupakan sistem sistem informasi penjualan dimana pembuatan pernyataan penjualan,kegiatan jual-beli dijelaskan melalui prosedurprosedur yang meliputi urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengecekan barang ada atau tidak ada dan diteruskan dengan pengiriman barang yang disertai dengan pembuatan faktur dan mengadakan pencatatan atas penjualan yang
- 10 -
berlaku (Niswonger, 1999) melalui internet. E-Commerce adalah konsep baru yang menggambarkan proses pembelian dan penjualan atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan komputer termasuk internet (Turban, Efraim,2000). ECommerce dapat diartikan secara dekat. Itu dapat dikatakan mencakup hanya transaksi bisnis yang disetujui dengan pelanggan dan pemasok dan sering digambarkan sebagai bagian dari internet, mengingat tidak ada alternative lain untuk komunikasi. Ada tiga pilar elektronik yang menyokong proses e-commerce yaitu: informasi elektronik, hubungan elektronik, dan transaksi elektronik (McLeod, Raymond,1998). Evaluasi terhadap keberhasilan program IbM Glass-art mengacu kepada indikato target luaran IbM, yakni (1) Terwujudnya 2 instalasi
reaktor “controlable glass
furnace” untuk proses melting glass-art, (2) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan WEB pemasaran glass-art berbasis ecommerce,(3) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalan proses produksi dan pemasaran usaha kerajinan glass-art bagi pengelola UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass, (4) Peningkatan omzet penjualan dan keuntungan yang diperoleh UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass, dan (4) Terpublikasikannya hasil program IbM pada 1 jurnal lokal dan 1 jurnal nasional terakreditasi. Bertitik tolak dari indikator ini, target yang sudah tercapai adalah terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses melting glass-art, terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif dan WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce, dan (3) publikasi ilmiah pada jurnal pengabdian Widya Laksana LPM Undiksha. Dalam pelaksanaan IbM Glass-art, kedua mitra UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass memberikan kontribusi in-kind dalam bentuk peralatan pendukung/suplemen dalam membangun reaktor melting furnace, seperti (1) bahan bata tahan leleh, (2) kayu limbah artistik untuk ornamen penyangga karya seni glass-art, (3) peralatan produksi, dan (4) pencetakan glass-art. Disamping sharing in-kind dalam bentuk in kind tersebut, kedua mitra juga memberi kontribusi pada aspek pengetahuan empirik yang diperoleh dalam proses produksi yang dapat dijadikan referensi teoritik dalam menghasilkan karya seni glass-art, sperti (1) teknik pengaturan suhu gradual untuk mencegah terjadinya efek retak ada glass-art pasca produksi, dan (2) teknik sand glass blasting, untuk memberi efek suram pada permukaan kaca supaya tidak bisa tembus pandang.
- 11 -
Keberlanjutan kegiatan transfusi ipteks kepada kedua mitra UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass perlu dijaga dan dipertahankan, mengingat segmen pasar dan potensi keuntungan yang diperoleh dari komoditas ini masih sangat tinggi, bila dibandingkan dengan produk kerajinan bambu yang ada di wilayah Belega ini. Hadirnya usaha produktif glass-art, yang dapat mengkompensasi mangkraknya aktivitas produksi bambu akibat permainan vendor pemasaran, atau kejenuhan pasar terhadap komoditas seni bambu, telah membantu masyarakat di wilayah ini sebagai lapangan kerja yang potensial ke depannya. Di masa mendatang, permasalahan yang perlu ditangani mitra UKM glass-art dengan Undiksha adalah bagaimana menghasilkan produk standar internasional dan menghadirkan produk komoditas glass-art ke pasar internasional. Dalam rangka menghasilkan produk standar internasional glass-art, maka model usul kegiatan yang visible dikedepankan adalah (1) standarisisasi proses produksi glassart, (2) studi kreasi design dan artistik yang diminati kostumer global, (3) penguatan pemasaran berbasis on-line, yang didukung oleh showroom dan outlet-outlet pemasaran di kawasan objek wisata. Disamping itu sinergisitas antara perguruan tinggi, UKM, dan Pemerintah daerah kabupaten Gianyar harus tetap dijaga keberlanjutannya sehingga pengawalan dari sisi ipteks, managemen produksi, dan pemasaran terhadap produksi glass-art UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass berpotensi sebagai komoditas ekspor ini dapat dipertahankan. 4. Penutup Bertitik tolak dari rasional, target luaran, dan program ipteks yang ditawarkan pada UKM Casaya Lesatari Glass dan Inti Bali Glass, maka dapat dikemukan evaluasi kinerja program IbM Glass art sebagai berikut. (1) Terwujudnya 2 instalasi reaktor “controlable glass furnace” untuk proses melting glass-art, (2) Terwujudnya model diversifikasi multicolor produk glass-art yang inovatif
dengan teknologi natural ,
artifisial, dan sand blasting , (3) WEB pemasaran glass-art berbasis e-commerce,(3) dan (4) Terpublikasikannya hasil program IbM pada 1 jurnal local.
- 12 -
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2000. The Art of Making Glass. www.lamberts.de. Germany Cecilia Cohen. 2011. The Glass Artis’s: Studio Hnadbook. Quayside Publishing Group. USMA Clair Ivan Colvin. 2008. Glass Blowing: An Introduction. Xclibris Coorporation. USA Dan Hewak. 1998. Glass and Rare Earth-Doped Glasses for Optical Fibres. INSPEC, The Institution of Electrical Engineers, London, United Kingdom James McKelvey. 2006. The Art of Fire:Beginning Glassblowing.Third Degree Press. Thomas Bolas. 2008. Glass Blowing & Working. Rough Draft Printing. Junna-Annete Page, Stefano Carboni. 2006. The Art of Glass.
- 13 -