LAPORAN PENELITIAN
PERILAKU PEMILIH DI BELITUNG TIMUR (PENGALAMAN PILEG 2014 DAN PROYEKSI PILKADA 2015)
TIM PENELITI: DWI HARYADI,. SH. MH NIZWAN ZUKHRI, SE. MM KABUPATEN BELITUNG TIMUR
KABUPATEN BELITUNG TIMUR
KATA PENGANTAR KETUA KPUD KABUPATEN BELITUNG TIMUR
Alhamdulillah, laporan penelitian tentang “Perilaku Pemilih di Belitung Timur (Pengalaman Pileg 2014 dan Proyeksi Pilkada 2015)” telah selesai dilaksanakan dan laporannya sekarang ada dihadapan kita. Penelitian ini merupakan kegiatan KPUD Belitung Timur tahun ini untuk dapat mengetahui apa sebenarnya faktor-faktor yang mempengaruhi para pemilih dalam memutuskan pilihannya, baik pada saat pemilihan calon anggota legislatif tahun 2014 yang lalu maupun gambaran perilaku pemilih dalam pemilihan kepala daerah bulan Desember mendatang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa masyarakat Belitung Timur cenderung memiliki pertimbangan rasional dalam memutuskan caleg maupun calon kepala daerah pilihannya. Faktor visi misi dan rekam jejak calon menjadi pertimbangan utama sebelum memilih. Hal ini tentu merupakan kondisi yang menggembirakan dan harapannya dapat menghasilkan legislator dan kepala daerah yang berkualitas untuk memajukan pembangunan daerah. Namun demikian, KPUD Belitung Timur akan terus meningkatkan angka partisipasi pemilih, sekaligus mendorong pemilih-pemilih yang cerdas dan kritis. Secara institusional saya menyampaikan terimakasih kepada masyarakat yang telah menjadi responden, dan penghargaan kepada tim peneliti yang telah melakukan survei ke lapangan, mempresentasikan hasilnya dalam FGD dan telah menyelesaikan laporan penelitian ini. Kami berharap laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi KPUD Belitung Timur, tetapi juga bagi semua pihak yang berkepentingan. Kami juga menyadari ketidaksempurnaan penelitian ini karena beberapa keterbatasan, sehingga kami mengharapkan masukan yang konstruktif dan membangun dari para pembaca. Manggar, 31 Juli 2015 Ketua, Pirmawan, SE ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... i KATA PENGANTAR KETUA KPUD BELITUNG TIMUR ................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5 1.5 Kerangka Teoritik................................................................................... 7 1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 11 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 12 2.2 Sumber dan Teknik Pengambilan Data .................................................. 12 2.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 13 2.4 Teknik Analisis Data .............................................................................. 15 BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Geografis............................................................................... 17 3.2 Gambaran Demografis............................................................................ 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ......................................................................... 21 4.2 Perilaku Pemilih dan Coraknya Pada Pemilu Legislatif 2014 ....... 26
4.3 Perilaku Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 Berdasarkan Tempat Tinggal ........................................................ 40 4.4 Perilaku Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 Berdasarkan Etnis/Suku ................................................................ 50 4.5 Perilaku Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................................... 63 4.6 Gambaran Perilaku Pemilih dan Coraknya Pada Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2015 ........................................................... 74 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ......................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 85 LAMPIRAN 1 Kuisioner LAMPIRAN 2 Dokumentasi Pengambilan Data
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu tuntutan reformasi tahun 1998 silam adalah mewujudkan kehidupan demokrasi melalui penguatan kedaulatan rakyat. Amandeman Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 22E menjadi landasan konstitusional penguatan kedaulatan rakyat tersebut melalui penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahunan. Penyelenggaraan Pemilihan Umum bertujuan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Pewakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sementara pada konteks daerah, ada pemilihan kepala daerah secara langsung, baik itu pemilihan Gubernur, Bupati maupun Walikota. Prinsip pemilihan secara langsung yang memberikan hak kepada masyarakat untuk memilih langsung wakilnya maupun kepala daerahnya harus menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas demokrasi di daerah, mendorong partisipasi politik masyarakat dan menghasilkan wakil rakyat dan kepala daerah yang berkualitas dan mampu membangun daerahnya. Partisipasi politik masyarakat untuk memilih wakilnya/pemimpimnya menjadi parameter penting untuk melihat kualitas demokrasi di daerah. Semakin tinggi partisipasi politik masyarakat menunjukkan meningkatnya
1
kualitas demokrasi, tumbuhnya kesadaran politik masyarakat dan kuatnya legitimasi wakil rakyat dan kepala daerah. Sebaliknya, rendahnya partisipasi pemilih atau tingginya dominasi golongan putih (golput), menunjukkan turunnya kualitas demokrasi, masyarakat apatis terhadap politik dan rendahnya kepercayaan masyarakat kepada wakil rakyat dan kepala daerah. Partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu Legislatif dan Pemilihan Kepala Daeah yang menjadi penentu keberhasilan pesta demokrasi daerah, tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas atau jumlah yang menggunakan hak pilihnya, tetapi juga kualitas pemilih dalam menentukan pilihannya. Ada banyak pertimbangan atau alasan kenapa seseorang menetapkan pilihannya kepada calon legislatif atau kepala daerah tertentu. Misalnya karena alasan ikatan
kekerabatan/persaudaraan,
alasan
agama/etnis
tertentu,
alasan
pendidikan, alasan ideologis kepartaian, alasan money politic, atau alasan rasional yang didasarkan pada visi misi calon legislatif dan calon kepala daerah, serta rekam jejaknya selama ini. Perilaku pemilih tersebut dapat dipengaruhi banyak faktor, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, jenis pekerjaan, tempat tinggal, sejauhmana akses informasi yang didapat, ideologi partai politik pengusung, strategi kampanye, pendekatan yang dilakukan para calon legilatif dan jejak rekamnya selama ini dimasyarakat dan perannya bagi pembangunan daerah. Ada 3 (tiga) pendekatan dalam melihat perilaku pemilih. Pertama, pendekatan
sosiologis
yang
menjelaskan
karakteristik
sosial
dan
pengelompokkan sosial, usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, kelompok-
2
kelompok formal dan informasmal yang cukup signifikan mempengaruhi pembentukan perilaku pemilih. Kedua, pendekatan psikologis ditentukan oleh sikap politik dan sosialisasi pemilih. Ketiga, pendekatan rasional, pemilih yang memiliki motivasi, pengetahuan, prinsip, dan informasi yang cukup sehingga memilih dengan pertimbangan yang logis dan untuk kepentingan umum. Keempat, pendekatan Marketing.(Adman Nursal, 2004: 54-73). Diantara pendekatan perilaku pemilih di atas, fenomena yang kini banyak terjadi adalah memilih karena money politic. Perilaku pemilih seperti ini yang dapat merusak kualitas demokrasi. Golput tidak, tetapi partisipasi politiknya sangat pragmatis dan didasarkan pada pertimbangan money politic. Calon legislatif yang memberikan paling banyak itulah yang akan dicoblos. Jadi tidak ada sama sekali bertimbangan rasional kritis. Politik transaksional seperti inilah yang melahirkan legislator-legislator daerah yang bermental korup selama menjabat, karena untuk meraih kursi legislatif dilakukan dengan praktik-praktik money politic. Perilaku pemilih yang pragmatis akan berdampak pada rendahnya kualitas Pemilu Legislatif dan wakil yang terpilih. Hal yang sama juga terjadi dalam pemilihan kepala daerah dimana praktik money politic dalam berbagai modusnya terjadi menjelang pencoblosan. Masyarakat Belitung Timur yang sudah memiliki hak pilih tahun 2014 telah memilih para legislator yang duduk di DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten Belitung Timur. Angka partisipasi pemilih di Belitung Timur sudah baik, bahkan paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Terakhir pada pemilu legislatif
3
Kabupaten Belitung Timur Partisipasi pemilihnya tertinggi, yaitu 80 persen. Jadi hanya 20 persen saja yang golput. Rata-rata kabupaten/kota lain partisipasinya hanya mencapai 70 persen, bahkan Kota Pangkalpinang hanya mencapai 66 persen (KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2014) Sementara dalam Pemilukada Desember mendatang, belum dapat dipastikan
berapa
perbandingan,
persentase
pada
partisipasi
pemilukada
pemilihnya.
sebelumnya
di
Namun
tahun
2010
sebagai angka
partisipasinya mencapai 76 persen. Masyarakat Belitung Timur yang cukup heterogen tentunya memiliki dinamika yang beragam terkait alasan atau pertimbangan untuk menentukan atau memilih siapa calon legislatif yang akan menjadi wakilnya. Tingginya angka partisipasi pemilih ini seharusnya diiringi pula dengan pertimbanganpertimbangan rasional dan kritis agar menghasilkan legislator yang berkualitas dan berkomitmen memajukan daerah, bukan sekedar meraih kursi DPRD untuk kepentingan pribadi dan golongannya saja. Begitupula dalam pemilukada Desember mendatang diharapkan angka partisipasi meningkat dan dibarengi dengan pilihan cerdas dari para pemilih. Oleh karenanya, penting dilakukan riset tentang perilaku pemilih di Kabupaten
Belitung
Timur
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perilaku pemilih dan coraknya dalam menentukan pilihan dalam Pemilihan Legislatif tahun 2014 yang lalu dan mengetahui gambaran perilaku pemilih dalam proyeksi pilkada Desember yang akan datang apabila pilkada diselenggarakan hari ini.
4
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini memiliki 2 (dua) rumusan masalah, yaitu: 1. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur dalam Pemilihan Legislatif tahun 2014 dan Pilkada Belitung Timur tahun 2015? 2. Bagaimana corak perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur dalam Pemilihan Legislatif tahun 2014 dan Pilkada Belitung Timur tahun 2015?
1.3. Tujuan Penelitian Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih dan coraknya menjadi pekerjaan penting untuk pesta demokrasi yang berkualitas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur dalam Pemilihan Legislatif tahun 2014 dan Pilkada Belitung Timur tahun 2015 2. Mengetahui corak perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur dalam Pemilihan Legislatif tahun 2014 dan Pilkada Belitung Timur tahun 2015
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi penting bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan berbagai program pembangunan
5
strategis untuk peningkatan kualitas masyarakat dalam konteks perilaku pemilih rasional kritis, misalnya dari aspek pendidikan dan ekonomi.
2. Bagi KPUD Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih dan coraknya akan membantu KPUD untuk terus mendorong peningkatan partisipasi pemilih dan penyelenggaraan Pileg dan pilkada berkualitas.
3. Bagi Masyarakat Identifikasi perilaku pemilih dan faktor yang mempengaruhinya dapat menjadi sarana pendidikan politik bahwa partisipasi politik harus disalurkan dengan kritis dan cerdas, bukan pragmatis semata, karena pilihan kita menentukan bagaimana pembangunan daerah ke depan.
4. Bagi Partai Politik Hasil penelitian ini dapat berguna bagi partai politik untuk mengoptimalkan pendidikan politik yang mencerdaskan masyarakat dan melakukan rekrutmen caleg dan kepala daerah yang berkualitas.
5. Bagi Pengembangan Keilmuan Secara keilmuan, hasil penelitian ini akan menjadi referensi dalam pengembangan teori-teori politik lokal daerah otonom, khususnya terkait perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif dan kepala daerah.
6
1.5. Kerangka Teoritik 1. Partisipasi Politik Partisipasi politik merupakan bentuk partisipasi masyarakat dibidang politik. Bentuknya dapat melalui penggunaan hak pilih dalam pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah, ikut dalam kegiatan kampanye, menjadi anggota partai politik tertentu atau berpastisipasi dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik hanya memfokuskan diri pada partai politik sebagai pelaku utama, akan tetapi dengan berkembangnya demokrasi, banyak muncul kelompok masyarakat yang juga ingin berpartisipasi dalam bidang politik, khususnya dalam hal pengambilan keputusan-keputusan mengenai kebijakan umum (Miriam Budiardjo, 2008:367). Huntington dan Nelson (1994:4) dalam bukunya No Easy Choice Politicall Participation in Developing Countries memaknai partisipasi politik sebagai: “By political participation we mean activity by private citizens designed to influence government decisionmaking. Participation may be individual or collective, organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or illegal, effective or ineffective. Pernyataan Huntington dan Nelson di atas menyebutkan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadipribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh Pemerintah. Partisipasi biasa bersifat individual atau kolektif, terorganisir
7
atau spontan, mantap atau sporadik, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif. Partisipasi politik saat ini memang telah melibatkan masyarakat secara luas melalui berbagai sarana, seperti LSM, media massa, media elektronik, dan media sosial, atau turun langsung dengan berdemonstrasi untuk mempengaruhi atau merubah kebijakan publik. Terdapat sejumlah rambu-rambu dalam partisipasi politik (Ramlan Surbakti, 1999:144), yaitu: 1. Partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi. Karena sikap dan orientasi tidak selalu termanifestasi dalam perilakunya 2. Kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi perilaku selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Seperti mengajukan alternatif kebijakan umum dan kegiatan pendukung atau menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah. 3. Perbuatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. 4. Kegiatan mempengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung, yaitu mempengaruhi pemerintah dengan menggunakan perantara yang dapat meyakinkan pemerintah 5. Mempengaruhi pemerintah melalui prosedur yang wajar dan tanpa kekerasan seperti ikut memilih dalam pemilu, mengajukan petisi, bertatap muka, menulis surat/dengan prosedur yang tidak wajar seperti kekerasan, demosntrasi, mogok, kudeta, revolusi, dll.
2. Perilaku Pemilih Perilaku pemilih merupakan wujud dari sikap politik seseorang, khususnya dalam sebuah pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah. Terdapat banyak faktor yang kemudian mempengaruhi perilaku pemilih untuk sampai pada pilihannya. Faktor ideologi partai politik, figur calon legislatif atau calon kepala daerah, atau ikatan kekerabatan dengan para kontestan, faktor tingkat pendidikan pemilih, dan lain-lain.
8
Menurut Asvi Warman (1999: 34), minimal terdapat 2 (dua) model yang menjelaskan mengapa orang memilih sebuah partai. Pertama, pada pendekatan sosiologis digambarkan peta kelompok masyarakat dan setiap kelompok dilihat sebagai basis dukungan terhadap partai tertentu. Kedua, model psikologi yang menggunakan identifikasi partai sebagai konsep kunci. Identifikasi partai berarti "rasa keterikatan individu terhadap partai", sekalipun ia bukan anggota. Partisipasi
politik
dipengaruhi
oleh
kesadaran
politik
dan
kepercayaan kepada pemerintah. Kesadaran politik ialah kesadaran sebagai warga negara atau perilaku memilih dalam menggunakan hak pilihnya. Perilaku memilih dalam hal ini meliputi faktor pendekatan sosiologis yaitu adanya karakteristik sosial seperti jenis pekerjaan, pendidikan dan karakteristik sosiologis, seperti agama, jenis kelamin, umur. Faktor pendekatan psikologis dalam perilaku memilih yang meliputi ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi pada kandidat. Serta faktor pendekatan rasional dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian (ekonomi) (Bawono, 2008:5). Terkait pertimbangan ideologi, menurut Firmanzah (2007:113), karakter pemilihnya lebih menekankan pada aspek-aspek subjektivitas seperti kedekatan nilai, budaya, agama, moralitas, norma, emosi, dan psikologis. Maksudnya adalah pemilih akan cenderung berkelompok kepada kontestan yang memiliki kedekatan ideologi yang sama dengan pemilihnya.
9
3. Parameter Demokrasi Daerah Wujud dari demokrasi di daerah dapat dilihat dari banyak parameter. Menurut Robert Dahl, Samuel Huntington, dan Bingham Powel (Nasution, 2009:38), terdapat 4 (empat) parameter untuk mengamati terwujudnya demokrasi, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Menggunakan mekanisme pemilihan umum yang teratur Memungkinkan terjadinya rotasi kekuasaan Mekanisme rekrutmen dilakukan secara terbuka Akuntabilitas Publik. Keempat parameter di atas penting untuk melihat pelaksanaannya di
daerah-daerah otonom yang baru dimekarkan. Parameter pertama tentunya sudah berjalan dengan periodeisasi pemilu maupun pilkada yang berlangsung lima tahunan. Namun untuk parameter kedua, ketiga dan keempat yang membutuhkan pengamatan lebih lanjut. Benarkah rotasi kekuasaan telah berlangsung, apakah mekanisme rekrutmen oleh partai politik sudah terbuka untuk publik dan bagaimana dengan akuntabilitas publik selama ini. Salah satu wujud dari demokrasi di daerah adalah partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan kepada daerahnya secara langsung, memilih anggota DPRD kabupaten/kota, DPD dan DPR RI yang juga secara langsung yang akan mewakilinya ditingkat kabupaten/kota, provinsi maupun pusat. Indikator sederhana yang biasa digunakan adalah angka partisipasi politik masyarakat dalam pesta demokrasi di daerah. Semakin tinggi, maka semakin tinggi pula kualitas demokrasi. Namun demikian, parameter
10
partisipasi politik tersebut seharusnya disertai pula dengan kualitas dari perilaku pemilih itu sendiri, dominan rasional atau justru pragmatis karena politic money misalnya.
1.6. Sistematika Penulisan Bab I tentang pendahuluan dalam penelitian ini akan dimulai dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kerangka teoritik yang meliputi partisipasi politik, perilaku pemilih dan parameter demokrasi daerah, dan sistematika penulisan. Bab II tentang metode penelitian, menjabarkan tentang jenis penelitian, sumber data, teknik pengambilan data, populasi dan teknik pengambilan sampel, serta teknis analisis data Bab III tentang gambaran umum objek penelitian mendiskripsikan tentang kondisi geografis dan demografi yang meliputi aspek pemerintahan dan sosial budaya di Kabupaten Belitung Timur. Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan akan menyajikan berbagai data hasil olahan kuisoner dilapangan, serta pembahasan dan analisis tentang perilaku pemilih dan coraknya untuk pengalaman pemilu legislatif 2014 yang lalu dan proyeksi pilkada 2015 yang akan datang. Bab V berisi simpulan tentang faktor dominan perilaku pemilih di Belitung timur dan coraknya, serta memberi rekomendasi ke depan.
11
BAB II METODE PENELITIAN
2.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik (Sugiyono, 2010:8). Penelitian ini menggunakan survei dalam mengumpulkan informasi, gambaran tentang bagaimana Perilaku memilih masyarakat Belitung Timur dan coraknya pada pemilu legislatif tahun 2014 dan pilkada yang akan dilaksanakan pada bulan Desember 2015.
2.2. Sumber dan Teknik Pengambilan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan teknik pengambilan data melalui metode wawancara langsung (tatap muka) dengan responden yang termasuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) pileg tahun 2014 dalam wilayah Kabupaten Belitung Timur pada 4 kecamatan yang telah ditentukan. Alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan wawancara adalah dengan menggunakan kuisioner terstruktur (terlampir). Sementara data sekunder didapat dari berbagai referensi dan literatur yang terkait dengan tema penelitian, seperti data dokumentasi informasi yang
12
didapat dari Komisi Pemilihan Umum Daerah Belitung Timur dan Badan Pusat Statistik Belitung Timur, serta sumber buku dan jurnal. Di samping dokumentasi informasi dan wawancara, dilakukan pula Focus Group Discusiion yang melibatkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pendidikan, Kesbangpol, LSM, kalangan Pers, Darma Wanita dan lain-lain untuk mendapatkan masukan tentang perilaku pemilih di Belitung Timur.
2.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini diambil dari akumulasi jumlah pemilih dari DPT, DPTb dan DPK pada Pileg tahun 2014 dari tujuh kecamatan yang ada dalam Kabupaten Belitung Timur yang berjumlah 81.133 orang pemilih. Adapun teknik pengambilan sampel yang dilakukan mengunakan cluster sampling (area sampling), sampel akan diambil dari 4 (empat) kecamatan dari 7 (tujuh) kecamatan yang ada di Kabupaten Belitung Timur. Selanjutnya sampel akan diambil dengan tetap memperhatikan proporsional jumlah sampel berdasarkan tempat tinggal responden (kota dan desa), jenis kelamin, dan etnis. Penentuan jumlah sampel dari populasi dalam penelitian ini menggunakan metoda yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2010:87). Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut:
13
ƛ2.N.P.Q S
= D2 (N – 1) + ƛ 2 . P. Q
ƛ2
dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%
P = Q – 0,5
d = 0,05
s = Jumlah sampel
Dengan jumlah populasi sebesar 81.133, dan menggunakan taraf kesalahan dalam pengambilan sampel sebesar 10 persen, jumlah sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 270 responden yang tersebar di empat kecamatan dalam kabupaten Belitung Timur. Adapun jumlah responden dari empat kecamatan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: Kecamatan Manggar
Responden 124
Gantung
82
Damar
40
Simpang Renggiang
24
Total
270
14
Tabel 2.2. SEBARAN KUISIONER PERKECAMATAN NO KECAMATAN 1 MANGGAR PADANG KAMPUNG JAYA MEKAR JAYA KELUBI LALANG BARU MEKAR JAYA BENTAIAN JUMLAH 2
3
4
JUMLAH RESPONDEN 11 19 20 9 16 33 11 5 124
GANTUNG GANTUNG SELINSING LENGGANG BATU PENYU JUMLAH
21 21 19 21
DAMAR BURONG MANDI MENGKUBANG SUKAMANDI JUMLAH
7 15 18
SIMPANG RENGGIANG SIMPANG TIGA RENGGIANG LINTANG JUMLAH
6 7 11
82
40
24
TOTAL
270
2.4. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, karena dalam penelitian ini akan dilakukan penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi
15
sentral),
perhitungan
presentil,
perhitungan
penyebaran
data
melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta perhitungan prosentase. Pada tahap awal, dilakukan reduksi data, yakni menyortir data dan informasi dari kuisoner sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selanjutnya data dikualifikasi dalam berbagai struktur data. Berdasarkan reduksi data dilakukan penyajian data untuk kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan sesuai rumusan masalah dan aspek teoritis, serta memberikan rekomendasi ke depan.
16
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
3.1. Gambaran Geografis Kabupaten yang dikenal dengan Laskar Pelanginya ini secara geografis terletak pada 107o45’ BT sampai 108 o18’ BT dan 02o30’ LS sampai 03o15’ LS. Total luas wilayah kabupaten ini mencapai 17.967,94 km2, dengan rincian luas wilayah daratan mencapai kurang lebih 2.506,91 km2 atau 13,95 persen dari total wilayah, dan luas laut kurang lebih 15.461,03 km2 atau 86,05 persen dari total wilayah. Gambar 3.1. Peta Kabupaten Belitung Timur
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah: Sebelah Barat berbatasan dengan laut Cina Selatan Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Belitun
17
Kabupaten Belitung Timur merupakan kabupaten pemekaran pada tahun 2003. Sebelumnya kabupaten ini menjadi bagian dari wilayah administratif Kabupaten Belitung dengan 4 kecamatan, yaitu Manggar, Gantung, Dendang dan Kelapa Kampit. Setelah menjadi daerah otonom, Kabupaten Belitung Timur telah melakukan pemekaran kecamatan dengan penambahan 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Pesak, Damar dan Renggiang. Jadi jumlah kecamatan di Kabupaten Belitung Timur saat ini ada 7 kecamatan. Gambar 3.2 Luasan Wilayah Daratan Kecamatan Luas Wilayah Perkecamatan (km2)
498.51
362.2
Dendang 243.3
465.9 546.3
Simpang Pesak Gantung Simpang Renggiang
390.7
Manggar & Damar Kelapa Kampit
Sumber:Beltim Dalam Angka 2014
3.2. Gambaran Demografis Data BPS tahun 2014 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Belitung Timur sebanyak 117.026 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 60.903 jiwa dan perempuan sebanyak 56.123 jiwa.
18
Dari sisi etnis dan agama, Kabupaten Belitung Timur dihuni + 80% etnis melayu, dan sisanya adalah campuran etnis pendatang seperti: Jawa, Sunda, Madura, Batak, Cina dll. Mayoritas penduduknya pemeluk agama Islam, kemudian Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan lain-lain. Dalam konteks kondisi ekonomi, jumlah keluarga pra sejahtera pada tahun 2013 di Kabupaten Belitung Timur mencapai 1.653, Keluarga Sejahtera 1 sebanyak 3.797, dan Keluarga Sejahtera 2 berjumlah 9.642. Sementara jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2013 sebanyak 43.520 jiwa (diambil dari data Desa se Kabupaten Belitung Timur). Berikut ini grafik jumlah penduduk yang bekerja menurut jenis pekerjaan tahun 2013. Gambar 3.3 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan di Belitung Timur tahun 2013
PNS
2936
Pertambangan
13207 11743
Pertanian Nelayan Peternakan Industri
5311 550 876 4171
6729
Perdagangan Lainnya
Sumber:Beltim Dalam Angka 2014
Kehidupan sosial budaya di Kabupaten Belitung Timur antara lain terlihat dari bidang pendidikan, kesehatan, dan budaya. Jumlah SMKN ada 3 sekolah, dan SMAN yang tersebar di beberapa kecamatan. Pihak swasta juga 19
berkontribusi dalam bidang pendidikan, mulai dari TK sampai dengan SMA/SMK.
Dibidang kesehatan, rumah sakit umum baru ada 1 milik
pemerintah daerah, sedangkan Puskesmas sudah ada disetiap kecamatan. Dibidang budaya, keberagaman etnis tetapi dapat hidup berdampingan dan saling menghargai dan menghormati menjadi modal sosial yang besar bagi kerukunan daerah ini. Begitupula dalam kehidupan antar umat beragama yang beragam di Belitung Timur berjalan dengan rukun dan sikap saling toleransi. Dibidang politik, partisipasi politik masyarakat Belitung Timur selalu saja tinggi, baik itu pada tingkal Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden, maupun dalam pemilihan kepala daerah setingkat Gubernur maupun Bupati. Pada bulan Desember 2015 akan menjadi tahun politik bagi Kabupaten Belitung Timur karena akan diselenggarakan pemilihan bupati dan wakil bupati.
20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Perbedaan
kondisi
individu
seperti
usia
seringkali
dapat
menyebabkan perbedaan perilaku seseorang termasuk dalam hal menentukan pilihan. Tabel 4.1 akan menyajikan data tentang karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
Persentase
≤ 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70
6 82 97 50 22 12
2,22 30,37 35,93 18,52 8,15 4,44
Total
270
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah kelompok usia 31-40 tahun, dengan persentase mencapai 35,93 persen, sedangkan yang terkecil adalah kelompok responden berusia ≤ 20 tahun, yang hanya sebesar 2,22 persen.
21
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
Jumlah
Persentase
149 121 270
55,19 44,81 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa persentase responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan, yaitu sebesar 55,19 persen berbanding 44,81 persen.
4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Latar belakang tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Uraian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Persentase
SD SMP SMA D3 S1
50 48 130 20 22
18,52 17,78 48,15 7,41 8,15
Total
270
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
22
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA merupakan yang terbesar dengan persentase mencapai 48,15 persen, sedangkan yang terkecil adalah kelompok responden dengan tingkat pendidikan D3 dengan persentase yang hanya sebesar 7,41 persen.
4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan responden dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, uraian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah
Persentase
PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Pedagang Buruh Ibu Rumah Tangga Honorer Guru Karyawan BUMN Tidak bekerja Lain-lain (Mhs, Nelayan, petani, peternak, perawat, perangkat desa, pensiunan, sopir) Total
21 23 24 10 70 79 16 7 3 3 14
7,78 8,52 8,89 3,70 25,93 29,26 5,93 2,59 1,11 1,11 5,19
270
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat kelompok reponden berdasarkan pekerjaan, tabel tersebut menunjukkan bahwa responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga merupakan yang terbesar dengan persentase mencapai 29,26 persen. Sedangkan yang terkecil adalah kelompok
23
responden dengan pekerjaan sebagai karyawan BUMN dan tidak bekerja, dengan persentase masing-masing hanya sebesar 3 persen.
4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku/Etnis Responden berdasarkan suku/etnis dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Suku/Etnis Suku/Etnis Melayu Tionghoa Jawa dan Madura Bugis Lain-lain (Bawean, Kendawang, Dayak, Batak, Sunda) Total
Jumlah
Persentase
187 21 30 18 14
69,26 7,77 11,11 6,67 5,19
270
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa resonden dengan etnis melayu merupakan kelompok yang terbesar, dengan persentase mencapai 69,26 persen, sedangkan yang terkecil adalah etnis lain-lain (Bawean, Kendawang, Dayak, Batak, Sunda) dengan persentase yang hanya sebesar 5,19 persen).
4.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Ada 4 kelompok agama yang dianut responden dalam penelitian ini, uraian lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
24
Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Agama Usia
Jumlah
Total
249 9 2 10 270
Islam Kristen Katholik Budha
Persentase 92,22 3,33 0,74 3,70 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (92,22 persen) beragama islam, responden yang beragama katholik merupakan yang terkecil (0,74 persen).
4.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Dalam penelitian ini tempat tinggal responden dikelompokkan menjadi dua yaitu responden yang tinggal di perkotaan dan responden yang tinggal di perdesaan. Responden yang masuk dalam kategori tinggal di perkotaan yaitu responden yang tinggal di Kecamatan Manggar, dan ibu kota kecamatan lainnya, sedangkan responden yang tinggal diluar wilayah tersebut masuk dalam kategori responden yang tinggal di perdesaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Tempat Tinggal Jumlah Perkotaan Perdesaan
164 106 270
Total Sumber: Hasil Penelitian, 2015
25
Persentase 60,74 39,26 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang bertempat tinggal di perkotaan lebih banyak dibandingkan yang bertempat tinggal diperdesaan dengan perbandingan 60,74 persen berbanding 39,26 persen.
4.2 Perilaku Pemilih dan Coraknya Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 4.2.1 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Sosiologis Perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur berdasarkan aspek sosiologis terdiri dari agama, jenis kelamin, etnis/suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan hubungan persaudaraan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Sosiologis Aspek Sosiologis
Ya
Persentase
Tidak
Persentase
Jumlah
Persentase
Agama yang dianut caleg mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
103
38,15
167
61,85
270
100
Jenis kelamin caleg mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
68
25,19
202
74,81
270
100
Etnis/suku bangsa caleg mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
58
21,48
212
78,52
270
100
26
Tingkat Pendidikan caleg mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
206
76,30
64
23,70
270
100
Pekerjaan caleg mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
154
57,04
116
42,96
270
100
Hubungan persaudaraan mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
128
47,41
142
52,59
270
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.1 Perilaku Pemilih Berdasarkan Agama Caleg
Pengaruh Agama Caleg Ya
Tidak
38% 62%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.1 menunjukkan bahwa agama yang dianut calon anggota legislatif tidak terlalu mempengaruhi masyarakat di Belitung Timur untuk memilihnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang
27
ada, 62 persen menyatakan bahwa agama tidak berpengaruh terhadap keinginan untuk memilih calon anggota legislatif. Hanya 38 persen responden menyatakan agama yang dianut caleg menjadi pertimbangan untuk memilih calon anggota legislatif.
Gambar 4.2 Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin Caleg
Pengaruh Jenis Kelamin Caleg 25% Ya Tidak
75%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.2 menunjukkan bahwa jenis kelamin calon anggota legislatif tidak terlalu mempengaruhi masyarakat di Belitung Timur untuk memilihnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ada, mayoritas pemilih di Belitung Timur (75 persen) menyatakan bahwa jenis kelamin calon anggota legislatif tidak berpengaruh terhadap keinginan untuk memilih calon anggota legislatif. Hanya sebagian kecil reponden (25 persen) menyatakan jenis kelamin calon anggota legislatif menjadi pertimbangan untuk memilih calon anggota legislatif.
28
Gambar 4.3 Perilaku Pemilih Berdasarkan Etnis/Suku Caleg
Pengaruh Etnis/Suku Caleg Ya
Tidak
21%
79%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa etnis/suku dari mana calon anggota legislatif berasal tidak terlalu mempengaruhi pemilih di Belitung Timur untuk memilihnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ada, mayoritas pemilih (79 persen) menyatakan bahwa etnis/suku caleg tidak berpengaruh terhadap keinginan untuk memilih calon anggota legislatif. Hanya sebagian kecil (21 persen) responden yang menyatakan etnis/suku caleg menjadi pertimbangan untuk memilih. Gambar 4.4 Perilaku Pemilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan Caleg
Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg Ya
Tidak
24% 76%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
29
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan calon anggota legislatif mempengaruhi masyarakat di Belitung Timur untuk memilihnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ada, 76 persen menyatakan bahwa tingkat pendidikan caleg berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk memilih calon anggota legislatif. Hanya 24 persen responden menyatakan bahwa tingkat pendidikan caleg tidak menjadi pertimbangan untuk memilih calon anggota legislatif. Gambar 4.5 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pekerjaan Caleg
Pengaruh Pekerjaan Caleg Ya
Tidak
43% 57%
Dari
tabel 4.8 dan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa pekerjaan calon
anggota legislatif cukup mempengaruhi masyarakat di Belitung Timur untuk memilihnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ada, 57 persen menyatakan bahwa pekerjaan caleg berpengaruh terhadap keinginan untuk memilih calon anggota legislatif. Hanya 43 persen responden yang menyatakan pekerjaan caleg menjadi pertimbangan untuk memilih calon anggota legislatif.
30
Gambar 4.6 Perilaku Pemilih Berdasarkan Hubungan Persaudaraan
Pengaruh Hubungan Persaudaraan Ya
Tidak
47% 53%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Dari tabel 4.8 dan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa hubungan persaudaraan antara pemilih dengan calon anggota legislatif tidak cukup berpengaruh terhadap keinginan masyarakat di Belitung Timur untuk memilihnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase yang ada, hanya 47 persen menyatakan bahwa hubungan persaudaraan berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk memilih calon anggota legislatif. Sementara ada 53 persen responden menyatakan
hubungan
persaudaraan
dengan
caleg
tidak
menjadi
pertimbangan untuk memilih calon anggota legislatif.
4.2.2 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Psikologis Perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya dalam memilih calon anggota legislatif juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Faktor psikologis yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah partai politik pengusung
31
caleg dan banyaknya baliho/spanduk/brosur/ajakan dari calon anggota legislatif yang akan dijelaskan dalam tabel dan gambar berikut ini. Tabel 4.9 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Psikologis Aspek Psikologis Partai politik pengusung caleg mempengarhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
Ya 84
Persentase 31,11
Tidak 186
Persentase 68,89
Total 270
Persentase 100
Banyaknya baliho/spanduk/brosu r dan ajakan mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
33
12,22
237
87,78
270
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.7 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Partai Politik
Pengaruh Partai Politik Ya
Tidak
31%
69%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
32
Partai politik pengusung caleg tidak terlalu berpengaruh terhadap keinginan masyarakat untuk menjatuhkan pilihan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 dan gambar 4.7, dimana 69 persen responden menyatakan bahwa dalam memilih calon anggota legislatif tidak didasarkan pada partai yang mengusung caleg, hanya 31 persen responden yang memilih calon anggota legislatif didasarkan atas partai politik yang mengusung caleg. Gambar 4.8 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan
Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan Ya
Tidak 12%
88%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Dari tabel 4.9 dan gambar 4.8 dapat dilihat bahwa banyaknya baliho/spanduk/brosur/ajakan dari calon anggota legislatif tidak terlalu berpengaruh terhadap peluangnya untuk dipilih masyarakat di Belitung Timur. Delapan puluh delapan persen responden menyatakan bahwa baliho/spanduk/brosur/ajakan
tidak
berpengaruh
terhadap
keinginan
masyarakat untuk memilih calon anggota legislatif, hanya sebagian kecil responden
(12
persen)
yang 33
menyatakan
bahwa
baliho/spanduk/brosur/ajakan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk memilih calon anggota legislatif.
4.2.3 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Rasional Perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya dalam memilih calon anggota legislatif juga dapat lihat dari aspek rasional. Aspek rasional yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah visi misi caleg, rekam jejak caleg, dan manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat dari caleg, yang akan dijelaskan dalam tabel dan gambar berikut ini. Tabel 4.10 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Rasional Aspek Rasional
Ya
Persentase Tidak Persentase
Visi dan misi calon mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
246 91,11
24
Rekam jejak calon mempengaruhi dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
247 91,48
Memperoleh barang dari calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014
43
15,93
Total
Persentase
8,89
270
100
23
8,52
270
100
227
84,07
270
100
34
Memperoleh uang dari calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014 Memilih calon yang memberikan barang pada pemilu tahun 2014 Memilih calon yang memberikan uang pada pemilu tahun 2014
9
3,33
261
96,67
270
100
24
55,81
19
44,19
43
100
9
75
3
25
12
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.9 Perilaku Pemilih Berdasarkan Visi Misi Caleg
Pengaruh Visi Misi Caleg Ya
Tidak
9%
91%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
35
Dari tabel 4.10 dan gambar 4.9 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (91 persen) menyatakan bahwa visi misi caleg sangat mempengaruhi responden dalam memilih calon anggota legislatif, artinya dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014, masyarakat belitung timur menjadikan visi misi caleg sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan, hanya 9 persen responden yang menyatakan bahwa visi misi caleg tidak berpengaruh terhadap kemungkinan caleg untuk dipilih.
Gambar 4.10 Perilaku Pemilih Berdasarkan Rekam Jejak Caleg
Pengaruh Rekam Jejak Caleg Ya
Tidak
9%
91%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Dari tabel 4.10 dan gambar 4.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (91 persen) menyatakan bahwa rekam jejak caleg sangat mempengaruhi responden dalam memilih calon anggota legislatif, artinya dalam memilih calon anggota legislatif pada pemilu tahun 2014, masyarakat belitung timur menjadikan rekam jejak caleg sebagai acuan dalam
36
menjatuhkan pilihan, hanya 9 persen responden yang menyatakan bahwa rekam jejak caleg tidak berpengaruh. Gambar 4.11 Responden Memperolah Barang Dari Caleg
Memperoleh Barang dari Caleg Ya
Tidak
16%
84%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Dari tabel 4.10 dan gambar 4.11 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat pemilih (84 persen) menyatakan tidak pernah memperoleh barang dari calon anggota legislatif, hanya 16 persen responden yang menyatakan pernah memperoleh barang dari calon anggota legislatif. Terkait hal ini, dalam FGD yang diselenggarakan KPUD Belitung Timur pada tanggal 23 Juli 2015, menurut Muchlis dari perwakilan jurnalis menyatakan bahwa dalam hasil survei ini sepertinya belum dapat mengungkap secara mendalam, khususnya tentang praktik money politic yang dalam fakta dilapangan banyak terjadi dan masyarakat menerimanya.
37
Gambar 4.12 Responden Memperoleh Uang Dari Caleg
Memperoleh Uang dari Caleg Ya
Tidak 3%
97%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Dari tabel 4.10 dan gambar 4.12 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat pemilih (97 persen) menyatakan tidak pernah memperoleh uang dari calon anggota legislatif, hanya 3 persen responden yang menyatakan pernah memperoleh barang dari calon anggota legislatif. Gambar 4.13 Perilaku Pemilih Disebabkan Memperoleh Barang Dari Caleg
Memilih Caleg yang Memberikan Barang Ya
Tidak
44% 56%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
38
Dari tabel 4.10 dan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa lebih setengah (56 persen) dari masyarakat pemilih yang pernah memperoleh barang dari caleg menyatakan menjatuhkan pilihan pada caleg yang telah memberikan mereka barang, 44 persen dari responden yang pernah memperoleh barang dari para caleg menyatakan tidak memilih
calon anggota legislatif yang telah
memberikan mereka barang. Gambar 4.14 Perilaku Memilih Disebabkan Memperoleh Uang Dari Caleg
Memilih Caleg yang Memberikan Uang Ya
Tidak
25% 75%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Money Politik cukup berpengaruh terhadapat tingkat keterpilihan calon anggota legislatif, hal ini dapat dilihat dari tabel 4.10 dan gambar 4.14 yang menunjukkan bahwa sebagian besar (75 persen) dari masyarakat pemilih yang pernah memperoleh uang dari caleg menyatakan menjatuhkan pilihan pada caleg yang telah memberikan mereka uang, hanya 25 persen dari responden yang pernah memperoleh uang dari para caleg menyatakan tidak memilih calon anggota legislatif yang telah memberikan mereka uang.
39
4.3
Perilaku Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 Tempat Tinggal
Berdasarkan
4.3.1 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Sosiologis Tabel 4.11 Pengaruh Agama Caleg Tempat Ya Persentase Tidak Tinggal Kota 77 44,51 96
Persentase
Jumlah
Persentase
55,49
173
100
Desa
72,16
97
100
27
27,84
70
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.15 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Agama Caleg
Persentase Pengaruh Agama Caleg Ya
Tidak 72.16
44.51
55.49 27.84
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Tabel 4.11 dan gambar 4.15 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak mempermasalahkan agama caleg. Persentase pemilih di desa yang tidak mempermasalahkan agama yang dianut calon anggota legislatif dalam menjatuhkan pilihan lebih
40
tinggi dibandingkan pemilih di perkotaan, dimana 72,16 persen pemilih di desa yang tidak mempermasalahkan agama caleg, sedangkan di perkotaan hanya sebesar 55,49 Tabel 4.12 Pengaruh Jenis Kelamin Caleg Tempat Tinggal Kota
Ya
Persentase
45
26,01
Desa
20
20,62
Tidak
Persentase
Jumlah
Persentase
128
73,99
173
100
74
79,38
97
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.16 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Jenis Kelamin Caleg
Persentase Pengaruh Jenis Kelamin Caleg Ya
Tidak 79.38
73.99
26.01
20.62
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.12 dan gambar 4.16 dapat dilihat bahwa perilaku pemilih
di
Kabupaten
Belitung
Timur
lebih
cenderung
tidak
mempermasalahkan jenis kelamin caleg. Persentase pemilih di desa yang tidak mempermasalahkan jenis kelamin calon anggota legislatif dalam
41
menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih di perkotaan, dimana 79,38 persen pemilih di desa yang tidak mempermasalahkan agama caleg, sedangkan di perkotaan sedikit lebih kecil yaitu sebesar 73,99
Ya
Tabel 4.13 Pengaruh Etnis/Suku Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
Tempat Tinggal Kota
37
21,39
136
78,61
173
100
Desa
20
20,62
74
76,29
97
100
Gambar 4.17 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Etnis/Suku Caleg
Persentase Pengaruh Etnis/Suku Caleg Ya
Tidak
78.61
76.29
21.39
20.62
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Tabel 4.13 dan gambar 4.17 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur sebagian besar tidak mempermasalahkan etnis atau dari suku mana caleg berasal. Persentase pemilih di perkotaan yang tidak mempermasalahkan etnis/suku calon anggota legislatif dalam 42
menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih di perdesaan, dimana 78,61 persen pemilih di perkotaan yang tidak mempermasalahkan etnis/suku caleg, sedangkan di perdesaan sedikit lebih kecil yaitu sebesar 76,29.
Ya
Tabel 4.14 Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah
Persentase
Tempat Tinggal Kota
122
70,52
51
29,48
173
100
Desa
74
76,29
23
23,71
97
100
Gambar 4.18 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg
Persentase Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg Ya
Tidak 76.29
70.52 29.48
23.71
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Tabel 4.14 dan gambar 4.18 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan tingkat pendidikan caleg sebagai acuan. Persentase pemilih di desa yang menjadikan tingkat
43
pendidikan calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih di perkotaan, dimana 76,29 persen pemilih di perdesaan yang menjadikan tingkat pendidikan caleg sebagai acuan, sedangkan di perkotaan sedikit lebih kecil yaitu sebesar 70,52 persen. Dalam FGD yang diselenggarakan KPUD Belitung Timur pada tanggal 23 Juli 2015 terkait hasil penelitian ini, menurut Marwansyah selaku Ketua Panwaslu Belitung Timur mengatakan bahwa hasil ini menarik, mengingat keberagaman anggota legislatif yang saat ini duduk di DPRD, mulai dari berpendidikan S2 sampai SMA. Namun dari data yang dimiliki kebanyakan juga berpendidikan Paket C. Tabel 4.15 Pengaruh Pekerjaan Caleg Tempat Tinggal Kota
Ya
Persentase
99
57,23
Desa
55
56,70
Tidak
Persentase
Jumlah
Persentase
74
42,77
173
100
42
43,30
97
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.19 Perilaku Memilih Berdasarkan Pengaruh Pekerjaan Caleg
Persentase Pengaruh Pekerjaan Caleg Ya
Tidak
57.23 42.77
56.7 43.3
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 201
44
Berdasarkan tabel 4.15 dan gambar 4.19 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan pekerjaan caleg sebagai acuan. Persentase pemilih di perkotaan yang menjadikan pekerjaan calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih di perdesaan, dimana 57,23 persen pemilih di perkotaan yang menjadikan pekerjaan caleg sebagai acuan, sedangkan di perdesaan sedikit lebih kecil yaitu sebesar 56,7 persen.
Ya
Tabel 4.16 Pengaruh Hubungan Persaudaraan Persentase Tidak Persentase Jumlah
Persentase
Tempat Tinggal Kota
94
54,34
79
45,66
173
100
Desa
35
36,08
62
63,92
97
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.20 Perilaku Memilih Berdasarkan Pengaruh Hubungan Kekeluargaan
Persentase Pengaruh Hubungan Persaudaraan Ya
Tidak
63.92
54.34 45.66
36.08
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
45
Berdasarkan tabel 4.16 dan gambar 4.20 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur di perkotaan cenderung menjadikan hubungan persaudaraan dengan caleg sebagai acuan. Sedangkan di perdesaan ada kecenderungan hubungan persaudaraan tidak lagi dijadikan acuan dalam memilih calon anggota legislatif, dimana 76,29 persen pemilih di perkotaan yang menjadikan hubungan persaudaraan dengan caleg sebagai acuan, sedangkan di perdesaan hanya sebesar 36,08 persen.
4.3.2 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Psikologis
Ya
Tabel 4.17 Pengaruh Parpol Pengusung Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
Tempat Tinggal Kota
59
34,10
117
66,47
173
100
Desa
25
25,77
72
74,23
97
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.21 Perilaku Memilih Berdasarkan Pengaruh Parpol Pengusung
Persentase Pengaruh Parpol Pengusung Ya
Tidak
74.23
66.47 34.1
25.77
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
46
Berdasarkan tabel 4.17 dan gambar 4.21 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak melihat partai pengusung caleg sebagai acuan. Persentase pemilih di desa yang tidak menjadikan partai pengusung calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih di perkotaan, dimana 74,23 persen pemilih di perdesaan yang tidak menjadikan partai pengusung caleg sebagai acuan, sedangkan di perkotaan lebih kecil yaitu sebesar 66,47 persen.
Tabel 4.18 Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan Ya Persentase Tidak Persentase Jumlah
Tempat Tinggal Kota
15
8,67
158
91,33
173
100
Desa
18
18,56
79
81,44
97
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.22 Perilaku Memilih Berdasarkan Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur dan Ajakan
Persentase Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur dan Ajakan Ya
Tidak
91.33
81.44 18.56
8.67 Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
47
Persentase
Tabel 4.18 dan gambar 4.22 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten
Belitung
Timur
baliho/spanduk/brosur/ajakan
mayoritas
sebagai
acuan.
tidak Persentase
menjadikan pemilih
di
perkotaan yang tidak menjadikan baliho/spanduk/brosur/ajakan sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih yang berada di perdesaan, dimana 91,33 persen pemilih di perkotaan yang tidak menjadikan baliho/spanduk/brosur/ajakan sebagai acuan, sedangkan di perdesaan sebesar 81,44 persen. 4.3.3 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Rasional
Ya
Tabel 4.19 Pengaruh Visi dan Misi Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
Tempat Tinggal Kota
163
94,22
10
5,78
173
100
Desa
85
87,63
12
12,37
97
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.23 Perilaku Memilih Berdasarkan Pengaruh Visi dan Misi Caleg
Persentase Pengaruh Visi dan Misi Caleg Ya
Tidak
94.22
87.63
12.37
5.78 Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
48
Berdasarkan tabel 4.19 dan gambar 4.23 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur mayoritas menjadikan visi/misi caleg sebagai acuan. Persentase pemilih di perkotaan yang menjadikan visi/misi caleg sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih yang berada di perdesaan, dimana 94,22 persen pemilih di perkotaan menjadikan visi/misi caleg
sebagai acuan, sedangkan di
perdesaan sebesar 87,63 persen.
Ya
Tabel 4.20 Pengaruh Rekam Jejak Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
Tempat Tinggal Kota
168
97,11
5
2,89
173
100
Desa
80
82,47
17
17,53
97
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.24 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Rekam Jejak Caleg
Persentase Pengaruh Rekam Jejak Caleg Ya
Tidak
97.11
82.47 17.53
2.89 Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
49
Berdasarkan tabel 4.20 dan gambar 4.24 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur mayoritas menjadikan rekam jejak caleg sebagai acuan. Persentase pemilih di perkotaan yang menjadikan visi/misi caleg sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih yang berada di perdesaan, dimana 97,11 persen pemilih di perkotaan menjadikan rekam jejak caleg
sebagai acuan,
sedangkan di perdesaan sebesar 82,47 persen.
4.4
Perilaku Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 Etnis/Suku
Berdasarkan
4.4.1 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Sosiologis
Suku/Etnis Ya Melayu 75
Tabel 4.21 Pengaruh Agama Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah 40,11 112 59,89 187
Persentase 100
Tionghoa
1
4,76
20
95,24
21
100
Jawa dan madura
12
40
18
60
30
100
Bugis
8
44,44
10
55,56
18
100
Suku Lainnya
3
21,43
11
78,57
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
50
Gambar 4.25 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Agama Caleg
Persentase Pengaruh Agama Caleg Ya
Tidak
95.24 59.89 40.11
40
60
55.56 44.44
4.76
78.57 21.43
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.21 dan gambar 4.25 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak mempermasalahkan agama caleg. Persentase pemilih etnis tionghoa yang tidak mempermasalahkan agama yang dianut calon anggota legislatif dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 95,24 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku bugis yaitu sebesar 55,56 persen.
Suku/Etnis Ya Melayu 45
Tabel 4.22 Pengaruh Jenis Kelamin Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah 24,06 142 75,94 187
Persentase 100
Tionghoa
1
4,76
20
95,24
21
100
Jawa dan madura
8
26,67
22
73,33
30
100
Bugis
6
33,33
12
66,67
18
100
51
Suku Lainnya
4
28,57
10
71,43
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.26 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Jenis Kelamin Caleg
Persentase Pengaruh Jenis Kelamin Caleg Ya 75.94 24.06
95.24
4.76
Tidak
73.33 26.67
66.67 33.33
71.43 28.57
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.22 dan gambar 4.26 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak mempermasalahkan jenis kelamin caleg. Persentase pemilih etnis tionghoa yang tidak mempermasalahkan agama yang dianut calon anggota legislatif
dalam
menjatuhkan
pilihan
merupakan
yang
tertinggi
dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 95,24 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku bugis yaitu sebesar 66,67 persen.
52
Suku/Etnis Ya Melayu 40
Tabel 4.23 Pengaruh Etnis/Suku Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah 21,39 147 78,61 187
Persentase 100
Tionghoa
2
9,52
19
90,48
21
100
Jawa dan madura
6
20
24
80
30
100
Bugis
7
38,89
11
61,11
18
100
Suku Lainnya
0
0
14
100
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.27 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Etnis/Suku Caleg
Persentase Pengaruh Etnis/Suku Caleg Ya 78.61 21.39
Tidak
90.48 9.52
80 20
100 61.11 38.89 0
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.23 dan gambar 4.27 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak mempermasalahkan etnis/suku caleg. Persentase pemilih etnis lain-lain yang tidak mempermasalahkan etnis/suku yang dianut calon anggota
53
legislatif
dalam
menjatuhkan
pilihan
merupakan
yang
tertinggi
dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 100 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku bugis yaitu sebesar 61,11 persen.
Suku/Etnis Ya Melayu 154
Tabel 4.24 Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah 82,35 33 17,65 187
Persentase 100
Tionghoa
11
52,38
10
47,62
21
100
Jawa dan madura
18
60
12
40
30
100
Bugis
9
50
9
50
18
100
Suku Lainnya
11
78,57
3
21,43
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.28 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg
Persentase Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg Ya
Tidak
82.35
78.57 60 52.38 47.62
50 50 40 21.43
17.65
Melayu
Tionghoa
Jawa/Madura
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
54
Bugis
Lain-lain
Berdasarkan tabel 4.24 dan gambar 4.28 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan tingkat pendidikan caleg sebagai acuan. Persentase pemilih etnis melayu yang menjadikan tingkat pendidikan calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 82,35 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku bugis yaitu sebesar 50 persen.
Suku/Etnis Melayu
Tabel 4.25 Pengaruh Pekerjaan Caleg Ya Persentase Tidak Persentase Jumlah 114 60,96 73 39,04 187
Persentase 100
Tionghoa
8
38,10
13
61,91
21
100
Jawa & madura
13
43,33
17
56,67
30
100
Bugis
9
50
9
50
18
100
Suku Lainnya
7
50
7
50
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.29 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Pekerjaan Caleg
Pengaruh Pekerjaan Caleg Ya 60.96 39.04
61.91 38.1
Tidak
56.67 43.33
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
55
50 50
50 50
Berdasarkan tabel 4.25 dan gambar 4.29 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, hanya suku melayu yang benar-benar menjadikan pekerjaan caelg sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan yaitu sebesar 60,96 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku tionghoa yaitu sebesar 38,1 persen.
Suku/Etnis Ya Melayu 93
Tabel 4.26 Pengaruh Hubungan Persaudaraan Persentase Tidak Persentase Jumlah 49,73 94 50,27 187
Persentase 100
Tionghoa
8
38,10
13
61,91
21
100
Jawa dan madura
11
36,67
19
63,33
30
100
Bugis
6
33,33
12
66,67
18
100
Suku Lainnya
7
50
7
50
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.30 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Hubungan Persaudaraan
Pengaruh Hubungan Persaudaraan Ya 61.91
Tidak 63.33
66.67
49.7350.27
50 50 38.1
Melayu
Tionghoa
36.67
Jawa/Madura
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
56
33.33
Bugis
Lain-lain
Berdasarkan tabel 4.26 dan gambar 4.30 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak melihat hubungan saudara dengan caleg sebagai acuan. Persentase pemilih etnis Bugis yang tidak melihat hubungan saudara dengan calon anggota legislatif dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 66,67 persen. 4.4.2 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Psikologis
Suku/Etnis Ya Melayu 64
Tabel 4.27 Pengaruh Parpol Pengusung Persentase Tidak Persentase Jumlah 34,22 123 65,78 187
Persentase 100
Tionghoa
1
4,76
20
95,24
21
100
Jawa dan madura
8
26,67
22
73,33
30
100
Bugis
3
16,67
15
83,33
18
100
Suku Lainnya
4
28,57
10
71,43
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
57
Gambar 4.31 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Parpol Pengusung
Pengaruh Parpol Pengusung Ya
Tidak
95.24 83.33 73.33
65.78
34.22
71.43
28.57
26.67 16.67 4.76
Melayu
Tionghoa
Jawa/Madura
Bugis
Lain-lain
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.27 dan gambar 4.31 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak menjadikan parpol pengusung caleg sebagai acuan. Persentase pemilih etnis tionghoa yang tidak menjadikan parpol pengusung calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 95,24 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku melayu yaitu sebesar 65,78 persen. Tabel 4.28 Pengaruh Baliho/ Spanduk/Brosur/Ajakan Suku/Etnis Ya Persentase Tidak Persentase Jumlah Melayu 16 8,56 171 91,44 187
Persentase 100
Tionghoa
100
4
19,05
17
80,95
58
21
Jawa dan madura
6
20
24
80
30
100
Bugis
2
11,11
16
88,89
18
100
Suku Lainnya
4
28,57
10
71,43
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.32 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan
Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan Ya
Tidak
91.44
88.89
80.95
80 71.43
28.57 19.05
20 11.11
8.56
Melayu
Tionghoa
Jawa/Madura
Bugis
Lain-Lain
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.28 dan gambar 4.32 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak menjadikan banyaknya baliho/spanduk/brosur, dan ajakan sebagai acuan. Persentase pemilih etnis melayu yang tidak menjadikan banyaknya baliho/spanduk/brosur, dan ajakan sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya
59
yaitu sebesar 91,44 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku lain-lain yaitu sebesar 71,43 persen. 4.4.3 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Rasional
Suku/Etnis Ya Melayu 169
Tabel 4.29 Pengaruh Visi dan Misi Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah 90,37 18 9,63 187
Persentase 100
Tionghoa
19
90,48
2
9,52
21
100
Jawa dan madura
28
93,33
2
6,67
30
100
Bugis
16
88,89
2
11,11
18
100
Suku Lainnya
13
92,86
1
7,14
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.33 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Visi dan Misi Caleg
Pengaruh Visi Misi Caleg Ya 90.37
90.48
9.63
Melayu
9.52
Tionghoa
Tidak
93.33
6.67
Jawa/Madura
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
60
88.89
11.11
Bugis
92.86
7.14
Lain-lain
Berdasarkan tabel 4.29 dan gambar 4.33 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung melihat visi misi caleg sebagai acuan. Persentase pemilih etnis jawa/madura yang menjadikan visi misi caleg sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 93,33 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku bugis yaitu sebesar 88,89 persen.
Suku/Etnis Ya Melayu 169
Tabel 4.30 Pengaruh Rekam Jejak Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah 90,37 18 9,63 187
Persentase 100
Tionghoa
20
95,24
1
4,76
21
100
Jawa dan madura
24
80
6
20
30
100
Bugis
17
94,44
1
5,56
18
100
Suku Lainnya
13
92,86
1
7,14
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
61
Gambar 4.34 Perilaku Memilih Berdasarkan Pengaruh Rekam Jejak Caleg
Pengaruh Rekam Jejak Caleg Ya 90.37
Tidak
95.24
94.44
92.86
80
20 9.63
Melayu
5.56
4.76 Tionghoa
Jawa/Madura
Bugis
7.14
Lain-lain
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.30 dan gambar 4.34 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung melihat rekam jejak caleg sebagai acuan. Persentase pemilih etnis jawa/madura yang menjadikan visi misi caleg sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 95,24 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku jawa/madura yaitu sebesar 80 persen.
62
4.5 Perilaku Pemilih Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin 4.5.1 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Sosiologis Tabel 4.31 Pengaruh Agama Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
52
34,90
97
65,10
149
100
Perempuan 47
38,84
74
61,16
121
100
Jenis Kelamin Laki-Laki
Ya
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.35 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Agama Caleg
Pengaruh Agama Caleg Ya
Tidak
65.1
61.16 38.84
34.9
Laki-Laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.31 dan gambar 4.35 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin caleg, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak mempermasalahkan agama caleg. Persentase pemilih lakilaki yang tidak mempermasalahkan agama yang dianut calon anggota
63
legislatif
dalam
menjatuhkan
pilihan
merupakan
yang
tertinggi
dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 65,1 persen, sedangkan perempuan yaitu sebesar 61,16 persen.
Ya
Tabel 4.32 Pengaruh Jenis Kelamin Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
Jenis Kelamin Laki-Laki
35
23,49
114
76,51
149
100
Perempuan
29
23,97
92
76,03
121
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.36 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Jenis Kelamin Caleg
Pengaruh Jenis Kelamin Caleg Ya
Tidak
76.51
76.03
23.97
23.49
Laki-laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.32 dan gambar 4.36 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak mempermasalahkan jenis kelamin caleg. Persentase pemilih laki-laki yang tidak mempermasalahkan agama yang dianut calon anggota
64
legislatif dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 76,51 persen berbanding 76,03 persen. Tabel 4.33 Pengaruh Etnis/Suku Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
28
18,79
121
81,21
149
100
Perempuan 27
22,31
94
77,69
121
100
Jenis Kelamin Laki-laki
Ya
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.37 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Etnis/Suku Caleg
Pengaruh Etnis/Suku Caleg Ya
Tidak
81.21
77.69
22.31
18.79
Laki-laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.33 dan gambar 4.37 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak mempermasalahkan etnis/suku caleg. Persentase pemilih laki-laki yang tidak mempermasalahkan agama yang dianut calon anggota
65
legislatif dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 81,21 persen berbanding 77,69 persen.
Jenis Kelamin Laki-laki
Ya 108
Perempuan 90
Tabel 4.34 Pengaruh Tingkat Pendidikan Caleg Persentase Tidak Persentase Jumlah
Persentase
72,48
41
27,52
149
100
74,38
31
25,62
121
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.38 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Pendidikan Caleg
Persentase Pengaruh Pendidikan Caleg Ya
Tidak
74.38
72.48 27.52
25.62
Laki-Laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.34 dan gambar 4.38 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan jenis kelamin caleg sebagai acuan. Persentase pemilih laki-laki yang mempermasalahkan agama yang dianut calon anggota legislatif dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi
66
dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 76,51 persen berbanding 76,03 persen. Tabel 4.35 Pengaruh Pekerjaan Caleg Jenis Kelamin Laki-laki
Ya
Persentase
Tidak
Persentase
Jumlah
Persentase
87
58,39
62
41,61
149
100
Perempuan 60
49,59
61
50,41
121
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.39 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Pekerjaan Caleg
Persentase Pengaruh Pekerjaan Caleg Ya
Tidak
58.39
49.59 50.41
41.61
Laki=Laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.35 dan gambar 4.39 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan pekerjaan caleg sebagai acuan. Persentase pemilih laki-laki yang menjadikan pekerjaan calon anggota legislatif sebagai acuan
67
dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 58,39 persen berbanding 49,59 persen. Tabel 4.36 Pengaruh Hubungan Persaudaraan Persentase Tidak Persentase Jumlah
Persentase
70
46,98
79
53,02
149
100
Perempuan 53
43,80
68
56,20
121
100
Jenis Kelamin Laki-laki
Ya
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.40 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Hubungan Persaudaraan
Persentase Pengaruh Hubungan Persaudaraan Ya
46.98
Tidak 56.2
53.02
43.8
Laki-laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.36 dan gambar 4.40 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak menjadikan hubungan saudara sebagai acuan. Persentase pemilih perempuan yang menjadikan hubungan persaudaraan sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 56,2 persen berbanding 53,02 persen.
68
4.5.2 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Psikologis Tabel 4.37 Pengaruh Parpol Pengusung Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
42
28,19
107
71,81
149
100
Perempuan 38
31,40
83
68,60
121
100
Jenis Kelamin Laki-laki
Ya
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.41 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Parpol Pengusung
Persentase Pengaruh Parpol Pengusung Ya
Tidak
71.81
68.6 31.4
28.19
Laki-Laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.37 dan gambar 4.41 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak melihat partai pengusung caleg sebagai acuan. Persentase pemilih laki-laki yang tidak menjadikan tingkat pendidikan calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 71,81 persen berbanding 68,6 persen.
69
Jenis Kelamin Laki-laki
Tabel 4.38 Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan Ya Persentase Tidak Persentase Jumlah
Persentase
17
11,41
132
88,59
149
100
Perempuan 13
10,74
108
89,26
121
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.42 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan
Persentase Pengaruh Baliho/Spanduk/Brosur/Ajakan Ya
Tidak 89.26
88.59
11.41
10.74
Laki-laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.38 dan gambar 4.42 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung tidak menjadikan baliho/spanduk/brosur/ajakan caleg sebagai acuan.
Persentase
pemilih
perempuan
yang
tidak
menjadikan
baliho/spanduk/brosur/ajakan calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 89,26 persen berbanding 88,59 persen.
70
4.5.3 Perilaku Pemilih Berdasarkan Aspek Rasional Tabel 4.39 Pengaruh Visi dan Misi Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
129
86,58
20
13,42
149
100
Perempuan 108
89,26
13
10,74
121
100
Jenis Kelamin Laki-Laki
Ya
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.43 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Visi dan Misi Caleg
Persentase Pengaruh Visi Misi Caleg Ya
Tidak 89.26
86.58
13.42
10.74
Laki-Laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.39 dan gambar 4.43 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan visi misi caleg sebagai acuan. Persentase pemilih perempuan yang menjadikan visi misi caleg calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 89,26 persen berbanding 86,58 persen.
71
Tabel 4.40 Pengaruh Rekam Jejak Caleg Persentase Tidak Persentase
Jumlah
Persentase
131
87,92
18
12,08
149
100
Perempuan 105
86,78
16
13,22
121
100
Jenis Kelamin Laki-laki
Ya
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.44 Perilaku Pemilih Berdasarkan Pengaruh Rekam Jejak Caleg
Persentase Pengaruh Rekam Jejak Caleg Ya
Tidak
87.92
86.78
13.22
12.08
Laki-Laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.40 dan gambar 4.44 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan rekam jejak caleg sebagai acuan. Persentase pemilih laki-laki yang menjadikan rekam jejak calon anggota legislatif sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 87,92 persen berbanding 86,78 persen.
72
Berdasarkan pembahasan tentang perilaku pemilih dalam pemilihan anggota legislatif di atas, baik secara umum maupun dianalisis dari berbagai aspek terlihat beberapa hal penting. Pertama, secara umum dari aspek sosiologis, faktor yang paling mempengaruhi adalah latar belakang pendidikan dan pekerjaan caleg. Sementara faktor hubungan persaudaraan, persamaan jenis kelamin, agama, dan etnis/suku tidak terlalu mempengaruhi pemilih. Dari aspek psikologis terlihat partai politik pengusung dan baliho sangat kecil dalam mempengaruhi pemilih. Berbeda dengan faktor visi misi dan rekam jejak caleg yang mempengaruhi pemilih sampai 91 persen. Sementara perilaku pemilih dilihat dari domisili tempat tinggal, dari aspek sosiologis, pemilih di kota (70 persen) maupun desa (76 persen) memilih pendidikan sebagai faktor penting. Pada aspek psikologis, pemilih di desa lebih dipengaruhi oleh baliho, sedangkan di kota oleh partai politik. Aspek rasionalitas menunjukkan 94 persen pemilih di kota melihat visi misi caleg sebelum memilih, dan 97 persen melihat rekam jejak. Sedangkan pemilih di desa 87 persen melihat visi misi dan 82 persen melihat rekam jejak. Berdasarkan hal di atas, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur pada dasarnya merupakan kombinasi antara faktor pendidikan, pekerjaan caleg, visi misi dan rekam jejak, meskipun lebih didominasi oleh kedua faktor terakhir. Begitupula dengan corak perilaku pemilih, dapat disimpulkan bahwa coraknya adalah pada aspek rasional karena tingginya persentase pemilih yang melihat visi misi dan rekam jejak caleg.
73
4.6 Gambaran Perilaku Pemilih dan Coraknya Pada Pilkada Belitung Timur Tahun 2015 4.6.1 Gambaran Secara Umum Tabel 4.41 Gambaran Perilaku Pemilih Pada Pilkada Belitung Timur Tahun 2015 Pertanyaan
Figur calon
Jika pemilihan 250 umum kepala daerah dilaksanakan hari ini, faktor apa yang menjadi pertimbangan dalam memilih calon bupati
Persentase
Parpol Pengusung
Persentase
Total
Persentase
85,62
42
14,38
292
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.45 Pertimbangan Dalam Memilih Calon Bupati
Faktor Pertimbangan dalam Memilih Calon Bupati Figur Calon
Parpol Pendukung
14%
86%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
74
Berdasarkan tabel 4.41 dan gambar 4.45 dapat dilihat bahwa figur calon bupati dalam pilkada tahun 2015 yang akan dilaksanakan pada bulan desember 2015 lebih menjadi referensi masyarakat dibandingkan dengan parpol pengusung, hal ini ditunjukkan dengan 86 persen pemilih yang lebih mendasarkan pada figur calon dibandingkan dengaqn parpol pengusung yang hanya sebesar 14 persen. Tabel 4.42 Pertimbangan Jika Figur Calon yang Dijadikan Acuan Pertanyaan
Jika figur calon yang menjadi pertimbangan dalam memilih calon bupati, hal apa yang menjadi pertimbangan dalam memilih calon tersebut
Visi Rekam Kesamaan Kesamaan Kesamaan Hubungan Total Misi Jejak Agama Suku/Etnis Jenis Persaudaraan (%) (%) (%) (%) Kelamin (%) (%) 48 40 7 2 0 3 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
75
Gambar 4.46 Pertimbangan Dalam Memilih Calon Bupati Berdasarkan Figur Calon
Pertimbangan dalam Memilih Calon Bupati Berdasarkan Figur Calon Visi Misi
Rekam Jejak
Kesamaan Agama
Kesamaan Suku/Etnis
Kesamaan Jenis Kelamin
Hubungan Persaudaraan
2%
7%
0% 3% 48%
40%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Tabel 4.42 dan gambar 4.46 menunjukan bahwa visi misi merupakan persentase tertinggi bagi pemilih yang menjadikan figur calon sebagai acuan dalam memilih calon bupati pada bulan desember 2015 mendatang dengan persentase sebesar 48 persen, diikuti oleh rekam jejak (40 persen). Tidak ada pemilih (0 persen) yang menjadikan kesamaan jenis kelamin sebagai acuan dalam memilih calon bupati.
Tabel 4.43 Gambaran Perilaku Pemilih Pada Pilkada Belitung Timur Tahun 2015 Berdasarkan Parpol Pengusung Pertanyaan
Jika parpol pengusung yang menjadi pertimbangan dalam memilih
Ideologi/Aliran Parpol
Visi/Misi Kampanye Parpol 50
30,77
76
Citra Parpol
19,23
calon bupati, hal apa yang menjadi pertimbangan memilih calon tersebut? Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.47 Pertimbangan Memilih Calon Bupati Berdasarkan Parpol Pengusung
Pertimbangan dalam Memilih Calon Bupati Berdasarkan Parpol Pengusung Ideologi parpol
Visi/misi Kampanye Parpol
Citra parpol
19% 31% 50%
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Tabel 4.43 dan gambar 4.47 menunjukkan bahwa visi misi kampanye parpol menunjukkan persentase tertinggi (50 persen) bagi pemilih yang menjadikan parpol pengusung sebagai acuan dalam memilih calon bupati pada pilkada bulan desember tahun 2015, dikiuti oleh ideologi parpol (31 persen) dan citra parpol dengan persentase terkecil (19 persen).
77
4.6.2 Gambaran Perilaku Pemilih Pada Pilkada Belitung Timur Tahun 2015 berdasarkan tempat tinggal responden
Tabel 4.44 Pertimbangan dalam Memilih Calon Bupati 2015 Tempat Figur Persentase Parpol Persentase Jumlah Persentase Tinggal Calon Pengusung Kota 158 87,29 23 12,71 181 100 Desa
91
79,82
23
20,18
114
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.48 Pertimbangan Dalam Memilih Bupati 2015
Pertimbangan dalam Memilih Bupati 2015 Figur Calon
Parpol Pengusung
87.29
79.82 20.18
12.71
Kota
Desa
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel 4.44 dan gambar 4.48 menunjukkan bahwa perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur
menyatakan bahwa figur calon
Bupati akan dijadikan sebagai acuan dalam memilih Bupati pada bulan desember tahun 2015. Persentase pemilih di perkotaan yang menyatkan bahwa figur calon bupati sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan lebih tinggi dibandingkan pemilih yang berada di perdesaan, dimana 87,29 persen
78
pemilih di perkotaan menjadikan figur calon sebagai acuan, sedangkan di perdesaan sebesar 79,82 persen.
4.6.3 Gambaran Perilaku Pemilih Pada Pilkada Belitung Timur Tahun 2015 berdasarkan Etnis/Suku responden Tabel 4.45 Pertimbangan Dalam Pilkada 2015 Suku/Etnis Figur Persentase Partai Persentase Jumlah Persentase Calon Pengusung Melayu 177 83,49 35 16,51 187 100 Tionghoa
21
95,45
1
4,55
21
100
Jawa dan madura
29
82,86
6
17,14
30
100
Bugis
16
69,57
7
30,43
18
100
Suku Lainnya
13
86,67
2
13,33
14
100
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.49 Pertimbangan Dalam Pilkada 2015
Pertimbangan Dalam Pilkada 2015 Pigur Calon
Parpol Pengusung
95.45 83.49
86.67
82.86 69.57
30.43 17.14
16.51
13.33
4.55 Melayu
Tionghoa
Jawa/Madura
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
79
Bugis
Lain-lain
Berdasarkan tabel 4.45 dan gambar 4.49 menunjukkan bahwa dilihat dari suku/etnis, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung melihat figur calon sebagai acuan dalam pemilihan kepala daerah pada bulan desember 2015. Persentase pemilih etnis jawa/madura yang menjadikan figur calon sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan etnis/suku lainnya yaitu sebesar 95,45 persen, sedangkan yang terkecil adalah suku bugis yaitu sebesar 69,57 persen.
4.6.2 Gambaran Perilaku Pemilih Pada Pilkada Belitung Timur Tahun 2015 berdasarkan Jenis Kelamin responden
Jenis Kelamin Laki-laki
Tabel 4.46 Pertimbangan dalam Memilih Calon Bupati 2015 Figur Persentase Parpol Persentase Jumlah Persentase Calon Pengusung 138 84,66 25 15,34 149 100
Perempuan
110
80,88
26
19,12
121
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
Gambar 4.50 Perilaku Memilih Dalam Pilkada Tahun 2015
Persentase Pertimbangan Dalam Memilih Calon Bupati 2015 Figur Calon
Parpol Pengusung
84.66
80.88 19.12
15.34 Laki-laki
Perempuan
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
80
100
Berdasarkan tabel 4.46 dan gambar 4.50 menunjukkan bahwa dilihat dari jenis kelamin, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur lebih cenderung menjadikan figur caleg sebagai acuan. Persentase pemilih laki-laki yang menjadikan figur calonbupati sebagai acuan dalam menjatuhkan pilihan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 84,66 persen berbanding 80,88 persen. Berdasarkan data dan pembahasan di atas, didapat beberapa catatan penting. Pertama, apabila pemilihan kepala daerah diselenggarakan hari ini, 86 persen respon melihat figur dari calon kepala daerah, dan hanya 14 persen pengaruh dari partai politik pengusung. Kedua, faktor visi misi calon kepala daerah juga memiliki pengaruh kuat terhadap para pemilih, yakni 48 persen, faktor rekam jejak 40 persen, faktor agama 7 persen, hubungan persaudaraan 3 persen, dan etnis/suku hanya 2 persen. Ketiga, dilihat dari pemilih kota 87 persen melihat figur dan 79 persen dari pemilih desa. Keempat, dari jenis kelami, lakilaki maupun perempuan sangat mempertimbangkan faktor figur. Perilaku pemilih apabila pemilihan kepala daerah diselenggarakan hari ini (Survei dilaksanakan pada bulan Juni 2015 selama 2 minggu), faktor figur menjadi faktor utama yang paling mempengaruhi pemilih dalam mennetukan calon kepala daerah pilihannya. Sementara dari coraknya, perilaku pemilih dalam pemilukada kali ini adalah dominan sebagai pemilih rasional, karena tingginya persentase faktor figur, visi misi maupun rekam jejak calon kepala daerah dalam mempengaruhi pilihan pemilih. Sedangkan aspek sosiologis dan psikologis mempengaruhi tetapi relatif kecil.
81
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. SIMPULAN 1. Faktor yang paling mempengaruhi pemilih dalam Pileg tahun 2014 dari aspek sosiologis adalah faktor pendidikan dan pekerjaan caleg, dan yang terendah adalah faktor suku/etnis. Dari aspek psikologis, faktor partai politik hanya mempengaruhi 31 persen pemilih, dan faktor baliho/ajakan 12 persen. Dari aspek rasionalitas, 91 persen menyatakan bahwa faktor visi misi dan rekam jejak caleg mempengaruhi dalam menentukan pilihannya. Sementara
dalam
konteks
kota-desa,
faktor
pendidikan
caleg
mempengaruhi pemilih di kota 70 persen dan di desa 76 persen. Kemudian pemilih di kota dominan dipengaruhi oleh partai politik, sedangkan di desa baliho/ajakan lebih mempengaruhi. Pada aspek rasionalitas, pemilih di kota maupun desa sama-sama memandang penting visi misi dan rekam jejak caleg, meskipun pemilih di kota persentasenya lebih tinggi. Berdasarkan data tersebut, perilaku pemilih di Kabupaten Belitung Timur pada dasarnya merupakan kombinasi antara faktor pendidikan, pekerjaan caleg, visi misi dan rekam jejak, meskipun lebih didominasi oleh kedua faktor terakhir. Begitupula dengan corak perilaku pemilih, dapat disimpulkan bahwa coraknya adalah pada aspek rasional karena tingginya persentase pemilih yang melihat visi misi dan rekam jejak caleg sebelum menentukan pilihannya.
82
2. Gambaran
perilaku
pemilih
apabila
pemilihan
kepala
daerah
diselenggarakan hari ini, dari hasil survei menunjukkan bahwa faktor figur calon kepala daerah sangat tinggi mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihannya, yaitu mencapai 86 persen. Sedangkan faktor partai politik pengusung calon kepala daerah hanya mampu mempengaruhi 14 persen saja dari responden. Sementara dalam konteks aspek sosiologis, psikologis, dan rasional, terlihat bahwa aspek rasional menjadi faktor yang paling mempengaruhi pemilih menentukan pilihannya, yaitu mencapai 48 persen dari faktor visi misi dan 40 persen dari faktor rekam jejak. Sisanya faktor agama hanya 7 persen, hubungan saudara 3 persen dan etnis/suku hanya 2 persen yang mempengaruhi pemilih. Dalam identifikasi berdasarkan tempat tinggal, 87 persen responden di kota menyatakan faktor figur sangat mempengaruhinya, sedangkan pemilih di desa hanya 79 persen. Dari sisi etnis, hampir semua etnis yang rata-rata di atas 80 persen juga menyatakan pentingnya faktor figur. Begitupula berdasarkan jenis kelamin, pemilih laki-laki maupun perempuan, 80 persen menyatakan figur menjadi faktor yang mempengaruhi. Berdasarkan data-data di atas, gambaran perilaku pemilih dalam pemilukada Belitung Timur tahun 2015, faktor yang mempengaruhi adalah faktor figur, visi misi dan rekam jejak calon kepala daerah. Dengan demikian, corak perilaku pemilihnya dominan pada aspek rasional, dimana faktor visi misi dan rekam jejak menjadi faktor yang paling mempengaruhi pemilih dalam menentukan kepala daerah.
83
A. REKOMENDASI 1. Perilaku pemilih masyarakat Belitung Timur dalam pemilihan legislatif tahun 2014 didominasi oleh pengaruh aspek sosiologis dan rasional. Sementara aspek psikologis berupa ideologi partai politik, citra dan kampanye partai politik tidak menjadi pertimbangan utama pemilih. Hal ini menujukkan rendahnya penilaian dan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi partai politik agar ke depan memiliki kontribusi dengan melakukan pendidikan politik bagi kader dan masyarakat, rekrutmen calon anggota legislatif yang berkualitas, dan berperan nyata dalam pembangunan di masyarakat, tidak hanya mencari dukungan menjelang pemilu saja. 2. Perilaku pemilih masyarakat desa yang sebagian masih belum rasional harus terus didorong melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik itu melalui pendidikan, kesehatan maupun perekonomian. 3. Gambaran perilaku pemilih dalam pemilu kepala daerah tahun 2015 mendatang lebih dominan dipengaruhi oleh aspek rasionalitas dengan melihat pentingnya visi misi dan rekam jejak calon kepala daerah. Harapannya dengan perilaku pemilih yang rasional dapat dihasilkan kepala daerah yang berkualitas dan memiliki legitimasi yang kuat. Namun demikian, penyelenggara pemilu dan stakeholder terkait harus terus memberikan pendidikan politik kepada masyarakat untuk menjadi pemilih yang kritis dan bukan pragmatis, sehingga pemilukada menjadi pesta demokrasi yang benar-benar berlangsung dengan demokratis.
84
DAFTAR PUSTAKA
Bawono. Muhammad. 2008. Persepsi dan Perilaku Pemilih Terhadap Partisipasi Politik dalam Pemilihan Umum Legislatif 2004 di Kabupaten Nganjuk. Jurnal M’Power No. 8 Vol. 8 BPS Belitung Timur, Belitung Timur Dalam Angka 2014. Budiardjo. Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT .Gramedia Pustaka Utama. Firmanzah. 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Gouzali Saydam, Asvi Warman, Abdul Munir. 1999. Dari Bilik Suara Ke Masa Depan Indonesia. Potret Konflik Politik Pasca Pemilu dan Nasib Reformasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Huntington, S.P. & Nelson, J. 1977. No easy choice political participation in developing countries. Cambridge: Harvard University Press. KPUD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2015 KPUD Kabupaten Belitung Timur, 2015 Nasution, Fera Hariani, 2009, Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu. Universitas Sumatera Utara Nursal. Adman. 2004. Politik Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta: PT .Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Surbakti. Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo
85
LAMPIRAN 1 KUISONER
86
LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA DAN FGD
87