Penelitian Dosen
LAPORAN PENELITIAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAKE AND GIVE DAN TALKING STICK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI PURWOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014
Oleh : Erni Puji Astuti, M. Pd Dita Yuzianah, M. Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Take and Give lebih baik daripada model pembelajaran Talking Stick. Prestasi belajar yang dimaksud yaitu prestasi pada materi garis dan sudut. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimental research). Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri Purworejo tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan diperoleh sampel pada penelitian ini kelas VII C SMP Negeri 9 Purworejo dan kelas VII F SMP Negeri 33 Purworejo. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi yang datanya digunakan untuk uji keseimbangan dan metode tes yang datanya digunakan untuk uji hipotesis. Analisis data menggunakan uji prasyarat yaitu normalitas serta homogenitas, dan uji hipotesis dengan uji-t. Data setelah perlakuan, diperoleh rataan nilai kelas eksperimen I adalah 71,719 dan kelas eksperimen II adalah 69,545. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji-t dengan menggunakan α = 5% menunjukkan bahwa dan = 1,645 dari hasil tersebut menunjukkan . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Take and Give tidak lebih baik daripada model pembelajaran Talking Stick.
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga laporan akhir penelitian dengan judul “ Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Take and give dan Talking Stick terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014” sejauh ini dapat terlaksana dengan baik. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada laporan ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan penelitian ini, yakni kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UM Purworejo, 3. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UM Purworejo, 4. Kepala SMP Negeri 9 Purworejo, 5. Kepala SMP Negeri 33 Purworejo, dan 6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami berharap laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua demi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Hormat Kami,
Peneliti
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN ......................................... ii PRAKATA ...................................................................................................... iii RINGKASAN ................................................................................................. iv DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3 C. Batasan Masalah................................................................................... 4 D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS ....................................................................... 7 A. Kajian Teori ......................................................................................... 7 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 13 C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 14 D. Hipotesis............................................................................................... 16 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 17 A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 17 B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 17 C. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel............................................... 17 D. Variabel Penelitian ............................................................................... 18 E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 18 F. Analisis Instrumen Penelitian .............................................................. 19 G. Analisis Data ........................................................................................ 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 31 A. Deskripsi Data ...................................................................................... 31 B. Analisis Data ........................................................................................ 32 C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 36 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 43 A. Simpulan .............................................................................................. 43 B. Saran ................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Deskripsi Data Kemampuan awal dan Prestasi belajar Matematika ………………………………………………………. 32 Tabel 2. Rangkuman Uji Normalitas Data Awal ........................................... 32 Tabel 3. Rangkuman Uji Homogenitas Data Awal ....................................... 33 Tabel 4. Rangkuman Uji Keseimbangan ...................................................... 34 Tabel 5. Rangkuman Uji Normalitas Data Akhir .......................................... 35 Tabel 6. Rangkuman Uji Homogenitas Data Akhir ...................................... 35 Tabel 7. Rangkuman Uji Hipotesis ............................................................... 36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang. Salah satu masalah yang dihadapi saat ini adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini disebabkan oleh mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Pendidikan berperan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, terbuka, dan demokratis. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan model pembelajaran, pembenahan sarana dan prasarana, peningkatan kemampuan tenaga pengajar, serta perubahan sistem penilaian. Tetapi pada kenyataannya
pendidikan
di
Indonesia
masih
menemui
beberapa
permasalahan. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah rendahnya prestasi belajar siswa terutama matematika. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, rata-rata hasil Ujian Nasional (UN) Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) negeri maupun swasta se-Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 113 sekolah sebagai berikut. Bahasa Inggris 4,85; Bahasa Indonesia 7,36; Matematika 4,64; dan IPA 5,06. Dari data tersebut terlihat bahwa pada mata pelajaran matematika siswa cenderung mendapatkan nilai lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.
Berdasarkan
hasil
observasi
diketahui
bahwa
dalam
proses
pembelajaran matematika kelas VII semester II siswa masih mengalami kesulitan pada materi garis dan sudut. Materi tersebut merupakan salah satu standar kelulusan pada ujian nasional, sehingga dikhawatirkan siswa tidak dapat mengerjakan saat ujian. Kesulitan pada materi tersebut juga dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada materi garis dan sudut yang hanya memperoleh nilai lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin karena kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu perlu adanya penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa. Biasanya ketika guru menyampaikan materi pelajaran, siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru serta mencontoh cara menyelesaikan soal dari guru yang akhirnya membuat siswa menjadi kesulitan jika menghadapi soal yang bervariasi. Perlu adanya perubahan pola pikir dari seorang guru yang sebelumnya pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu, perlu dikembangkan model pembelajaran yang mampu mengubah pandangan matematika selama ini. Talking Stick merupakan model pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat dimana siswa yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru, setelah mereka mempelajari materi pokok dalam diskusi kelompok. Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua
kelompok mendapat giliran. Sedangkan model pembelajaran Take and Give adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa tidak hanya dapat pengetahuan dari gurunya tetapi mereka dapat memperoleh pengetahuan dari teman mereka sendiri. Dengan menggunakan kedua model pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, aktif, dan menyenangkan serta hasil yang dicapai siswa dapat memuaskan.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut. 1. Dalam proses pembelajaran matematika, siswa masih mengalami kesulitan pada materi garis dan sudut. 2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Mungkin karena guru sudah sering menggunakan model itu sehingga guru merasa sudah nyaman dengan model yang selama ini diterapkan. 3. Selama ini kegiatan pembelajaran berpusat kepada guru sehingga siswa cenderung pasif serta tidak terjadi interaksi antar siswa di kelas. 4. Prestasi belajar matematika siswa masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa menganggap bahwa matematika pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan untuk belajar.
C. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut. 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model Talking Stick dan Take and Give. 2. Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar matematika siswa pada materi garis dan sudut. 3. Ruang lingkup penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester II SMP Negeri Purworejo tahun ajaran 2013/2014. Terkait dengan hal-hal di atas peneliti akan mengambil judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Take and give dan Talking Stick terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014”.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah prestasi belajar matematika yang dikenai model Take and Give lebih baik daripada prestasi belajar matematika yang dikenai model Talking Stick pada materi garis dan sudut siswa kelas VII SMP Negeri Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika yang dikenai model Take and Give lebih baik daripada prestasi belajar matematika yang dikenai model Talking Stick pada materi garis dan sudut siswa kelas VII SMP Negeri Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian Peneliti berharap melalui penelitian ini dapat diambil beberapa manfaat bagi berbagai pihak diantaranya sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan informasi bagi para guru dan calon guru matematika dalam menentukan teknik penyampaian dalam pembelajaran yang tepat agar dapat menghasilkan prestasi belajar matematika siswa yang maksimal. 2. Manfaat Praktis a. Guru Membantu guru matematika dalam menerapkan suatu model pembelajaran, serta sebagai masukan dalam pengelolaan kelas untuk pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi peningkatan profesionalitas guru dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Siswa Sarana bagi siswa agar dapat memperluas wawasan tentang cara belajar matematika.
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1.
Model Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, diharapkan guru mampu menggunakan
berbagai macam model pembelajaran. Hal ini dikarenakan agar selama proses pembelajaran tidak membuat siswa jenuh dan bosan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Model pembelajaran yang dapat dipilih guru dan diterapkan di sekolah sangat beragam. Model pembelajaran yang akan digunakan guru dapat dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pengertian model pembelajaran menurut Agus Suprijono (2012: 46) ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas maupun tutorial. Pedoman tersebut dapat berupa strategi, pendekatan maupun tujuan atau hasil pembelajaran yang diharapkan. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan lebih terarah sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Menurut Arends dalam Agus Suprijono (2012: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat berupa kerangka konseptual yang disusun sedemikian hingga agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Dalam hal ini,
lingkungan belajar dan pengelolaan kelas berperan sangat penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini proses pembelajaran yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, serta pengelolaan kelas. Demi tercapainya tujuan pembelajaran, peran guru sangat penting dalam mengelola lingkungan pembelajaran. 2.
Model Pembelajaran Talking Stick Talking Stick merupakan model pembelajaran kelompok dengan bantuan
tongkat. Kelompok yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang terusmenerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dari guru. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick dalam penelitian ini sesuai yang dikemukakan Huda (2013: 224) sebagai berikut. a.
Siswa dibagi atas beberapa kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang heterogen. Kelompok dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang berbeda.
b.
Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya ±20 cm.
c.
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/ paketnya. d.
Setelah
selesai
membaca
buku
dan
mempelajarinya
guru
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya. e.
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f.
Guru memberikan kesimpulan.
g.
Guru melakukan evaluasi.
h.
Guru menutup pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Talking Stick mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat dari pertanyaan yang diberikan. Pembelajaran dengan model ini diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut sesuai waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya guru meminta siswa mengakhiri membaca dan mempelajari materi untuk memulai jalannya model Talking Stick. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian tongkat tersebut diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru dan kegiatan tersebut dilanjutkan sampai semua siswa mendapatkan giliran menjawab pertanyaan. Langkah akhir dari model Talking Stick adalah guru memberikan
ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa dan bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, karena keefektifan setiap model tergantung bagaimana kondisi yang ada di sekolah atau kelas tersebut. Adapun kelebihan model pembelajaran Talking Stick, yaitu: menguji kesiapan siswa, melatih membaca dan memahami dengan cepat, dan membuat siswa lebih giat dalam belajar (Huda, 2013: 225). Kelemaham model pembelajaran Talking Stick adalah kurangnya materi yang dikuasai sehingga siswa yang mendapatkan giliran menjawab pertanyaan akan sulit menjawab pertanyaan tersebut serta kurangnya persiapan siswa dalam menjawab pertanyaan dikarenakan secara tiba-tiba siswa akan
menerima tongkat dan menjawab
pertanyaan dari guru. 3.
Model Pembelajaran Take and Give Dalam setiap pembelajaran di kelas guru harus mampu menjadikan siswa
lebih aktif. Untuk menjadikan setiap siswa aktif dalam pembelajaran guru biasanya menggunakan model pembelajaran kooperatif. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran Take and Give. Berikut ini adalah definisi dan langkah-langkah pada pembelajaran Take and Give. Menurut Huda (2013: 241) “Dalam istilah Take and Give sering diartikan saling memberi dan saling menerima, sehingga Take and Give merupakan strategi pembelajaran yang didukung oleh penyajian data yang diawali dengan pemberian kartu kepada siswa”. Pada pembelajaran Take and Give setiap siswa diharuskan untuk saling memberi dan menerima tentang materi yang didapatnya. Pada setiap
pembelajaran, setiap siswa akan mendapatkan kartu dimana setiap kartu berisi materi yang harus dijelaskan kepada temannya. Menurut Huda (2013: 242) langkah-langkah strategi pembelajaran Take and Give adalah sebagai berikut. a.
Guru mempersiapkan kartu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
b.
Guru mendesain kelas sebagaimana mestinya.
c.
Guru menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai.
d.
Untuk memantapkan penguasaan siswa mereka diberi masing-masing satu kartu dan dipelajari.
e.
Semua siswa disuruh mencari pasangannya untuk saling memberi informasi. Setiap siswa mencatat pasangannya di kartu yang di dapatnya.
f.
Demikian seterusnya hingga setiap siswa dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing.
g.
Untuk mengevaluasi guru memberikan pertanyaan yang berbeda dengan kartu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Take and Give mempunyai ciri khusus dimana dalam setiap pembelajaran guru harus menyiapkan kartu sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Dengan kartu tersebut siswa akan menjadi lebih aktif dan interaktif di dalam kelas, para siswa awalnya mendengarkan penjelasan yang diberikan guru setelah itu siswa bergantian
menjelaskan materi yang didapat pada kartu masing-masing siswa dan siswa pasangannya mencoba untuk menerima penjelasan materi yang didapat dari temannya begitu pula sebaliknya sehingga di dalam kelas akan terjadi komunikasi antar siswa yang tujuannya saling bertukar pengetahuan mengenai meteri yang dipelajari. Dalam kegiatan pembelajaran model pembelajaran Take and Give mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Model Take and Give pada dasarnya sangat cocok digunakan untuk pembelajaran matematika terutama untuk pemahaman konsep pada materi. Hal ini karena dengan pembelajaran Take and Give siswa akan dilatih untuk memahami materi dalam waktu yang cepat, selain itu siswa juga akan belajar untuk menghargai pendapat dari temannya, dan dalam pembelajaran model Take and Give siswa akan lebih aktif karena pengetahuan tidak hanya terfokus pada informasi yang diberikan oleh guru sehingga siswa akan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.
Namun dalam kegiatan
pembelajaran model Take and Give mempunyai sedikit kelemahan yaitu dalam pemberian materi pembelajaran terlalu bertele-tele sehingga untuk pembelajaran dengan model Take and Give akan banyak waktu yang digunakan. 4.
Prestasi Belajar Marematika Istilah prestasi belajar matematika terdiri dari tiga suku kata, yaitu prestasi,
belajar, dan matematika. WJS. Poerwadarminta dalam Djamarah, Syaiful Bahri (2012: 20) berpendapat bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”. Dalam pengertian ini, hasil tersebut merupakan hasil dari sesuatu yang telah dilakukan, dikerjakan, atau diusahakan
baik secara individu maupun kelompok. Sehingga setelah siswa melakukan proses pembelajaran hal utama yang diharapkan siswa adalah prestasi. Sedangkan
menurut
Hintzman
dalam
Muhibbin
Syah
(2008:90)
mengatakan bahwa “learning is change in organism due to the experience which can affect the organism’s behavior”. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang disebabkan oleh pengalaman yang mempengaruhi perilaku seseorang tersebut. Jadi dapat disimpulkan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang
karena adanya suatu
perubahan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Elea Tinggih dalam Darminto, Bambang Priyo (2010: 15) bahwa “matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Berdasarkan semua uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang karena adanya suatu perubahan yang disebabkan oleh pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
B. Tinjauan Pustaka Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini dikemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai penerapan model pembelajaran Talking Stick dan Take and Give. Di bawah ini beberapa penelitian yang digunakan sebagai acuan atau dasar untuk melaksanakan penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Diah
Laila
Khasanah
(2013) meneliti
tentang
keefektifan
metode
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick berbantuan lembar kegiatan siswa terhadap hasil belajar siswa materi pokok aljabar kelas VIII SMP Negeri 1 Kranggan tahun pelajaran 2012/2013.
Simpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII dengan metode pembelajaran kooperatif tipe talking stick berbantuan LKS lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII dengan metode pembelajaran konvensional di SMP Negeri 1 Kranggan pada materi pokok bentuk aljabar. 2.
Pada penelitian Herma Yenita et al,. (2013) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Take and Give Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Kartika 1-6 Padang”. Pada penelitian ini hal yang diteliti adalah tentang penerapan dari model pembelajaran take and give dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Kartika 1-6 Padang. Hasil dari penelitian
tersebut
menyatakan
bahwa
dalam
pembelajaran
biologi
pembelajaran take and give lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
C. Kerangka Pikir Pada pembelajaran matematika sejauh ini guru belum bisa mengaktifkan siswanya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada pembelajaran matematika guru lebih bertindak aktif, guru menjelaskan materi pembelajaran kemudian memberikan contoh soal yang dikerjakan oleh gurunya sementara siswa hanya duduk, melihat dan menyalin catatan gurunya di papan tulis. Dengan model pembelajaran yang seperti ini akan membuat siswa cepat bosan dan berasumsi
bahwa pelajaran matematika itu sulit karena siswa tidak diberi kesempatan untuk memahami konsep pada materi pembelajaran. Supaya siswa tidak cepat bosan terhadap pembelajaran dan siswa akan menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran maka perlu adanya model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran kooperatif siswa akan didorong untuk bekerjasama dengan temannya di kelas sehingga siswa akan mendapat pengetahuan yang lebih banyak. Materi garis dan sudut merupakan salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini disebabkan siswa dituntut untuk dapat memahami konsep dengan baik. Agar siswa mampu untuk memahami dan menguasai materi tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang efektif. Talking Stick merupakan metode pembelajaran yang menggunakan bantuan tongkat dimana siswa yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru, setelah mereka mempelajari materi pokok dalam diskusi kelompok. Kegiatan ini diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran. Model pembelajaran Take and Give merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswanya terutama dalam pemahaman konsep materi pembelajaran. Dalam setiap pembelajaran, guru harus menyiapkan kartu sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Dengan kartu tersebut siswa akan menjadi lebih aktif dan interaktif di dalam kelas, para siswa awalnya mendengarkan penjelasan yang diberikan guru setelah itu siswa bergantian menjelaskan materi yang didapat pada kartu masing-masing siswa dan siswa pasangannya mencoba untuk menerima penjelasan materi yang didapat dari temannya begitu pula sebaliknya sehingga di dalam kelas akan terjadi komunikasi antar siswa yang
tujuannya saling bertukar pengetahuan mengenai meteri yang dipelajari. Dengan model pembelajaran Take and Give siswa akan lebih dilibatkan dalam kegitan pembelajaran sehingga siswa akan lebih lama mengingat materi pembelajaran yang diajarkan. Sementara dalam pembelajaran yang baik harus mengarahkan siswa kepada konsep untuk memahami materi pembelajaran. Hal ini bertujuan supaya siswa tidak pernah menghafalkan jalannya penyelesaian pada suatu soal, melainkan agar siswa mampu menyelasaikan suatu soal dengan pemahaman konsep yang dimikinya. Sehingga jika ditanya oleh guru alasannya pada penyesaian soal siswa mampu menjawabnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Take and Give akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada Talking Stick.
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan metode Take and Give akan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan metode Talking Stick pada materi garis dan sudut.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian di bidang pendidikan ini adalah penelitian eksperimental semu, karena penelitian tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang pertama adalah penerapan model pembelajaran Take and Give sebagai kelas eksperimen I dan model pembelajaran Talking Stick sebagai kelas eksperimen II. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Purworejo yaitu di SMP Negeri 9 Purworejo dan SMP Negeri 33 Purworejo. Lama penelitian 10 bulan, dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan Februari 2015.
C. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel Menurut Sugiyono (2010: 117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya”. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N Kabupaten Purworejo. Adapun populasinya adalah siswa kelas VII SMP N di Purworejo.
Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling, yaitu dengan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Pada penelitian ini pembagian kelas disesuaikan dengan pembagian kelas yang sudah dilakukan sekolah. Dari populasi diambil dua kelas secara acak diperoleh kelas VII C SMP Negeri 9 Purworejo sebagai kelas eksperimen I dan kelas VII F SMP Negeri 33 Purworejo sebagai kelas eksperimen II.
D. Variabel Penelitian Menurut Arikunto (2010: 161) “Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.Data-data yang ingin dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari variabel-variabel sebagai berikut. 1. Variabel Bebas: model pembelajaran a. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman perancang pembelajaran dan pembelajar dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. b. Indikator yang digunakan adalah model pembelajaran Take and Give pada kelas eksperimen I dan model pembelajaran Talking Stick pada kelas eksperimen II. c. Skala pengukuran mengunakan skala nominal. d. Simbol:
dan
2. Variabel terikat: prestasi belajar matematika a. Prestasi belajar matematika adalah nilai tes hasil belajar siswa kelas VII pada materi garis dsn sudut. b. Indikator yang digunakan adalah skor tes prestasi belajar matematika. c. Skala pengukuran mengunakan skala interval. d. Simbol: Y
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tes Dalam teknik ini digunakan butir-butir soal untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar matematika. Soal tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda. Setiap butir soal mempunyai empat alternatif jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. 2. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini berupa Ujian Akhir Semester (UAS) kelas VII SMP N Purworejo untuk mata pelajaran matematika pada kelas eksperimen I dan eksperimen II yang digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa. Hasil dokumentasi tersebut kemudian digunakan untuk menguji keseimbangan antara kelas eksperimen I dan eksperimen II.
F. Analisis Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam bentuk tes obyektif dengan empat alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika. 1. Tahap Penyusunan Instrumen Dalam penyusunan instrumen, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. a. Menyususn kisi-kisi instrumen yaitu kisi-kisi untuk instrumen tes. b. Menyusun butir-butir soal instrumen tes yang berupa tes obyektif dengan empat alternatif jawaban. 2. Tahap Uji Coba Instrumen Sebelum dikenakan pada sampel penelitian, instrumen yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tes yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut. a. Instrumen Tes 1) Analisis Instrumen a)
Uji Validitas Isi
Validitas instrumen tes dalam penelitian ini mengunakan validitas isi. Dengan demikian, instrumen tes dikatakan valid apabila telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi dari hal yang hendak diukur. Validitas isi instrumen tes dapat diketahui melalui penilaian yang dilakukan oleh pakar dibidangnya (experts judgment). Subject matter experts akan melihat apakah kisikisi yang telah disusun oleh pengembang tes telah mewakili substansi yang akan
diukur. Selanjutnya dilakukan relevance ratings, yaitu penilaian terhadap relevansi atau kesesuaian antara masing-masing butir tes dengan klasifikasi kisikisi yang telah ditentukan. Empat langkah yang bisa dilakukan dalam menentukan validitas isi antara lain: (1) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur, dapat berupa tujuan pembelajaran yang dikembangkan melalui kisi-kisi. (2) Membentuk panel-panel yang qualified dalam domain-domain tersebut. (3) Menyediakan kerangka struktur untuk proses pencocokan butir-butir soal dengan domain performance yang terkait. (4) Menganalisa dan menarik kesimpulan data yang diperoleh dari proses pencocokan. (Budiyono, 2003:60) Butir soal tes dinyatakan valid menurut validitas isi jika telah memenuhi semua kriteria yang tersedia dalam lembar telaah validitas yang mencakup materi, konstruksi dan bahasa. b) Uji Reliabilitas Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada responden yang sama pada waktu yang berlainan. Reliabel tes prestasi belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu: (
)(
dengan: r
: indeks reliabilitas instrumen
∑
)
: banyaknya butir instrumen pi
: proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir
qi
: 1– pi, i:1,2,....n
st
: variansi total
ke-i
(Budiyono, 2003: 69) Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika
r
.
Setelah dilakukan uji coba instrumen pada kelas uji coba, dan setelah soal dipilih yang baik berdasarkan taraf kesukaran, daya pembeda dan validitas isi maka soal tersebut kemudian diuji reliabilitasnya dan diperoleh indeks reliabilitas 0,91 sehingga instrumen tersebut sudah reliabel dan dapat dipakai untuk mengevaluasi sampel pada penelitian. 2) Analisis Butir Soal a) Daya Pembeda Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen. Kesemua butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing butirbutir tersebut dengan skor totalnya. Biasanya untuk menghitung daya pembeda butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi produk momen dari Karl Pearson berikut. ∑ √( ∑
(∑ )(∑ ) (∑ ) )( ∑
dengan: rxy
: indeks daya pembeda untuk butir ke-i
(∑ ) )
n
: banyaknya subyek yang dikenai tes (instrumen)
X
: skor butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y
: skor total (dari subjek uji coba)
Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika rxy 0,3 (Budiyono, 2003: 65) Dalam penelitian ini jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Berikut adalah soal-soal yang memenuhi kriteria 0,4 sampai 0,7 yaitu soal nomor 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 31, 32, 33, 34, 35, 37. b) Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai, artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut.
dengan: P
= indeks kesukaran
JB
= banyaknya subjek yang menjawab benar
JS
= banyaknya seluruh subjek. Butir soal yang digunakan untuk menghimpun data penelitian ini mempunyai interval tingkat kesukaran
3
7. Setelah dilakukan uji
coba soal kepada kelas uji coba, diperoleh ada beberapa butir soal yang dianggap baik dan ada beberapa butir soal yang dianggap kurang baik karena ada beberapa soal yang terlalu mudah dan terlalu sulit. Berikut ini
adalah nomor soal yang diterima karena mempunyai indeks kesukaran yang memenuhi soal dikatakan baik yaitu butir soal nomor 2, 5, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 35, 37.
G. Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini memiliki kemampuan awal yang sama. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai ujian semester kelas VII SMP N Purworejo pada mata pelajaran matematika yang terdiri dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Di dalam uji keseimbangan membutuhkan asumsi normalitas dan homogenitas. Karena itu dalam bagian ini akan dituliskan masingmasing uji prasyarat analisis yang dibutuhkan untuk uji t, yaitu: a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur. 1) Hipotesis : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Taraf Signifikansi ( ) = 3) Statistik Uji
05
( )
( )
(
i
i
– ̅) s
dengan: ( )
(
)
(
( i ) = proporsi cacah
i
)
terhadap seluruh cacah
i
= skor responden
i
4) Daerah Kritik (
) { |
n };
n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji diterima jika
hitung
tidak terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Budiyono, 2009: 170) b. Uji Homogenitas Variansi Populasi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut. 1) Hipotesis (populasi-populasi homogen) :
(populasi-populasi tidak homogen)
2) Taraf Signifikansi ( ) =
05
3) Statistik Uji (
∑
)
dengan: (k – )
k
= banyaknya sampel
N
= banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj
= banyaknya niai (ukuran) sampel ke-j
fj
= nj –
f
=
= derajat kebebasan untuk sj ; j = 1, 2, 3, …, k
– k = ∑kj
fj = derajat kebebasan untuk
∑ j ∑ fj ∑
j
j
–
j
;
(∑
4) Daerah Kritik (
j)
(nj – )sj
nj
)
;c=1
{
k–
1
fj
1
1
(∑ f – f ) 3(k–1) j
}
5) Keputusan uji diterima jika
hitung
tidak terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan Populasi-populasi homogen. (Budiyono, 2009: 174) Jika populasi normal dan variansi populasi homogen maka menggunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Hipotesis
(kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama) (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal tidak sama) 2) Taraf Signifikansi ( ) =
05
3) Statistik uji yang digunakan: ̅̅̅
̅̅̅
(
√
)
(
)
√ (karena selisih rata-rata tidak dibicarakan maka
)
dengan: ̅
: mean dari sampel kelompok eksperimen I
̅
: mean dari sampel kelompok eksperimen II : variansi dari kelompok eksperimen I : variansi dari kelompok eksperimen II
n
: ukuran kelompok eksperimen I
n
: ukuran kelompok eksperimen II
4) Daerah kritik (
) {t t
–t
⁄ (n
n – )
atau t
t
⁄ (n
5) Keputusan uji a)
diterima jika thitung tidak terletak di daerah kritik
b)
ditolak jika thitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
n – )}
(
)
a) Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama jika
diterima.
b) Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal tidak sama jika
ditolak. (Budiyono, 2009: 151)
Jika populasi normal dan variansi populasi tidak homogen maka menggunakan uji t dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Hipotesis (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama) (kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal tidak sama) 2) Taraf Signifikansi ( ) =
05
3) Statistik uji yang digunakan: (̅
̅ )
(
( )
√
(karena selisih rata-rata tidak dibicarakan maka dengan: ̅
: mean dari sampel kelompok eksperimen I
̅
: mean dari sampel kelompok eksperimen II : variansi dari kelompok eksperimen I
(
) )
)
(
)
: variansi dari kelompok eksperimen II n
: ukuran kelompok eksperimen I
n
: ukuran kelompok eksperimen II
4) Daerah kritik (
) {t t
–
(
)
atau t
(
)
}
5) Keputusan uji a)
diterima jika thitung tidak terletak di daerah kritik
b)
ditolak jika thitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan a) Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal sama jika
diterima.
b) Kedua kelompok berasal dari populasi yang memiliki kemampuan awal tidak sama jika
ditolak. (Budiyono, 2009: 151)
2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode Lilliefors dengan prosedur: 1) Hipotesis H : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Taraf Signifikansi (α) = 0,05 3) Statistik Uji (
( )
i
( i –̅)
s
dengan: ( )
(
)
(
( i ) = proporsi cacah i
i
)
terhadap seluruh cacah
i
= skor responden
4) Daerah Kritik (
)
{
n };
n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji ditolak jika
hitung
terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika ditolak. (Budiyono, 2009: 170) b. Uji Homogenitas Variansi Populasi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut. 1) Hipotesis (populasi-populasi homogen)
:
(populasi-populasi tidak homogen)
2) Taraf Signifikansi (α) =
05
3) Statistik Uji (
)
∑
dengan: 2
2 (k
– 1)
k
= banyaknya sampel
N
= banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj
= banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
fj
= nj – = derajat kebebasan untuk sj ; j = 1, 2, 3, …, k
f
=
– k = ∑kj
fj = derajat kebebasan untuk
∑ j ∑ fj
j
∑
j
4) Daerah Kritik (
–
;
(∑
j)
nj
)
{
c
}
5) Keputusan uji ditolak jika
hitung
terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan a) Populasi-populasi homogen jika
j
fj
;
(nj – )sj
k–
j
diterima
(k – )
(∑ f – f ) j
b) Populasi-populasi tidak homogen jika
ditolak (Budiyono, 2009: 174)
3.
Pengujian Hipotesis Uji hipotesis digunakan analisis rata-rata satu pihak yaitu pihak kanan
dengan langkah-langkah sebagi berikut. 1) Hipotesis (prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Take and Give tidak lebih baik daripada prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Talking Stick) (prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Take and Give lebih baik daripada prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Talking Stick) 2) Taraf Signifikansi (α) = 0,05 3) Statistik uji yang digunakan: ̅̅̅
̅̅̅
(
)
√
√ (karena selisih rata-rata tidak dibicarakan maka dengan: ̅
: mean dari sampel kelas eksperimen I
̅
: mean dari sampel kelas eksperimen II : variansi dari kelas eksperimen I : variansi dari kelas eksperimen II
n
: ukuran kelas eksperimen I
)
(
)
(
)
n
: ukuran kelas eksperimen II
4) Daerah kritik DK = *
+
5) Keputusan uji a)
diterima jika thitung tidak terletak di daerah kritik
b)
ditolak jika thitung terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan a) prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Take and give tidak lebih baik daripada prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Talking Stick jika
diterima.
b) prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Take and Give lebih baik daripada prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Talking Stick jika
ditolak.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kemampuan awal siswa, dan data prestasi belajar matematika siswa. Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai ulangan akhir semester kelas VII SMP N Purworejo, sedangkan data prestasi belajar metematika siswa diambil setelah dilakukan eksperimen pembelajaran. Data kemampuan awal siswa untuk kelas eksperimen I berasal dari siswa kelas VII C SMP Negeri 9 Purworejo yang berjumlah 32 siswa. Dari data tersebut diperoleh nilai rerata 55,375, nilai maksimum 73, nilai minimum 40, dan standar deviasi 8,853. Sedangkan data prestasi belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen II berasal dari siswa kelas VII F SMP Negeri 33 Purworejo yang berjumlah 33 siswa. Dari data tersebut diperoleh nilai rerata 54,242, nilai maksimum 70, nilai minimum 45, dan standar deviasi 6,615. Selisih rerata kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen I dan eksperimen II adalah 1,133. Data prestasi belajar matematika siswa yang diambil setelah dilakukan eksperimen pembelajaran sebagai berikut. Dari data tersebut diperoleh nilai rerata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi dari kelas eksperimen I berturut-turut adalah 71,718; 90; 45 dan 11,751. Sedangkan dari kelas eksperimen II diperoleh nilai rerata, nilai maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi berturut-turut adalah 69,545; 85; 55 dan 9,792. Selisih rerata prestasi belajar matematika siswa pada kelas eksperimen I dan eksperimen II adalah 2,173.
Deskripsi data kemampuan awal siswa dan prestasi belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 1. Deskripsi Data Kemampuan Awal dan Prestasi Belajar Matematika Data Kemampuan awal siswa Prestasi belajar matematika siswa
Kelas Eksperimen I Eksperimen II Eksperimen I Eksperimen II
N 32 33 32 33
Rerata 55,375 54,242 71,718 69,545
Maks 73 70 90 85
Min 40 45 45 55
SD 8,853 6,615 11,751 9,792
B. Analisis Data 1.
Analisis Data Tahap Awal
a.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data awal sebelum
dilakukan penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini meliputi : 1) kemampuan awal siswa kelas eksperimen I; 2) kemampuan awal siswa kelas eksperimen II. Dalam uji normalitas digunakan uji Lilliefors dengan taraf signifikansi . Rangkuman uji normalitas disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2. Rangkuman Uji Normalitas Data Awal No Kelas N Keputusan Uji 1. Eksperimen I 32 0,113 0,157 H diterima 2. Eksperimen II 33 0,121 0,154 H diterima
Kesimpulan Normal Normal
Dari hasil analisis uji normalitas di atas, tampak bahwa untuk kelas eksperimen I
, dan untuk kelas eksperimen II . Hal ini berarti bahwa pada taraf signifikan
menunjukkan data awal prestasi belajar matematika kelas eksperimen I dan eksperimen II berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi digunakan untuk mengetahui apakah sampel yaitu kelas eksperimen I dan eksperimen II sebelum diberi perlakuan mempunyai variansi yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas variansi yang digunakan adalah metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dan taraf signifikansi
. Rangkuman uji homogenitas variansi disajikan berikut ini. Tabel 3. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi Data Awal
Kelas Keputusan Uji Kesimpulan Eksperimen I Kedua kelas dan 2,605 3,841 H diterima mempunyai variansi yang Eksperimen II sama Dari hasil analisis uji homogenitas variansi di atas, tampak bahwa nilai kurang dari
hitung
signifikan
tabel =
3,841. Hal ini berarti bahwa pada taraf
menunjukkan bahwa sampel kelas eksperimen I dan
eksperimen II sebelum diberi perlakuan mempunyai variansi yang sama. c.
Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
yaitu kelas eksperimen I dan eksperimen II mempunyai kemampuan awal yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini, uji keseimbangan dicari menggunakan uji-t
(uji-t dua pihak) dengan taraf signifikansi
. Hasil perhitungan uji
keseimbangan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4. Rangkuman Uji Keseimbangan No
Kelas
N
̅
S2
Sgab
1. 2.
Eksperimen I Eksperimen II
32 33
55,375 54,242
78,371 43,751
7,797
-0,586
1,96
Keputusan Uji H diterima
Dari hasil analisis uji keseimbangan di atas, tampak bahwa nilai kurang dari
hitung
signifikan
tabel
. Hal ini berarti bahwa pada taraf
menunjukkan kemampuan awal kelas eksperimen I dan
eksperimen II sebelum diberi perlakuan seimbang. Jadi antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan Take and Give dan Talking Stick dan mempunyai kemampuan awal sama.
2.
Analisis Data Tahap Akhir
a.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data variabel terikat
yaitu data prestasi belajar matematika yang diperoleh setelah diberi perlakuan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini meliputi : 1) prestasi belajar siswa kelas eksperimen I; 2) prestasi belajar siswa kelas eksperimen II. Dalam uji normalitas digunakan uji Lilliefors dengan taraf signifikansi . Rangkuman uji normalitas disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 5. Rangkuman Uji Normalitas Data Akhir No Kelas N Keputusan Uji 1. Eksperimen I 32 0,098 0,157 H diterima 2. Eksperimen II 33 0,138 0,154 H diterima
Kesimpulan Normal Normal
Dari hasil analisis uji normalitas di atas, tampak bahwa nilai Lhitung untuk setiap kelompok kurang dari Ltabel. Hal ini berarti bahwa pada taraf signifikan
menunjukkan data prestasi belajar matematika kelas
eksperimen I dan eksperimen II berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi digunakan untuk mengetahui apakah sampel data prestasi belajar matematika kelas eksperimen I dan eksperimen II mempunyai variansi yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini uji homogenitas variansi yang digunakan adalah metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dan taraf signifikansi
. Rangkuman uji homogenitas variansi disajikan dalam tabel
berikut. Tabel 6. Rangkuman Uji Homogenitas Data Akhir Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II
Keputusan Uji 1,027
3,841
H diterima
Kesimpulan Kedua kelompok mempunyai variansi yang sama
Dari hasil analisis uji homogenitas variansi di atas, tampak bahwa nilai hitung
kurang dari
tabel
. Hal ini berarti pada taraf signifikan
menunjukkan sampel kedua kelas mempunyai variansi yang sama.
c.
Uji Hipotesis Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data prestasi belajar matematika
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II berdistribusi normal dan variansinya homogen. Hasil perhitungan hipotesis dalam penelitian ini, dengan taraf signifikansi
disajikan dalam tabel berikut. Tabel 7. Rangkuman Uji Hipotesis
No 1.
Kelas
̅
N
S2
Sgab
138,08
116,64 5
Eksperimen I 32
2295
71,719
2. Eksperimen II 33
2295
69,545 95,881
0,811
1,645
Keputusa n Uji H diterima
Dari hasil analisis uji hipotesis di atas, tampak bahwa nilai tidak lebih dari
hitung
signifikan
tabel
. Hal ini berarti bahwa pada taraf
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam
hasil belajar matematika antara siswa kelas eksperimen I dan siswa kelas eksperimen II. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Take and Give tidak lebih baik daripada prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran Talking Stick.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini diawali dengan pengujian kemampuan awal siswa pada kedua kelompok sampel, yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai UAS SMP Negeri Purworejo. Dari kelas eksperimen I yaitu kelas VII C SMP N 9 Purworejo, diperoleh nilai tertinggi
73 dan terendah 40. Sedangkan dari kelas eksperimen II yaitu kelas VII F SMP Negeri 33 Purworejo, diperoleh nilai tertinggi 70 dan terendah 45. Standar deviasi untuk kelas eksperimen I adalah 8,853, sedangkan kelas eksperimen II adalah 6,615. Rerata masing-masing kelompok adalah 55,375 untuk kelas eksperimen I, dan 54,242 untuk kelas eksperimen II. Selisih rerata dari kedua kelompok adalah 1,133. Data kemampuan awal siswa disusun dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.
Gambar 1. Diagram Batang Data Kemampuan Awal Siswa SMP Negeri Purworejo Setelah diperoleh data awal, selanjutnya dilakukan uji keseimbangan untuk melihat apakah kemampuan awal siswa dalam kedua sampel sama atau tidak. Uji keseimbangan dicari menggunakan uji-t dua pihak dengan taraf signifikansi . Untuk melakukan uji keseimbangan, sebelumnya harus dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas variansi menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat terlebih dahulu.
Pada uji normalitas untuk kelas eksperimen I dengan taraf signifikansi diperoleh Lhitung = 0,113 dengan Ltabel = 0,157. Untuk kelas eksperimen II diperoleh Lhitung = 0,121 dengan Ltabel = 0,154. Dari perhitungan masing-masing kelompok, tampak bahwa
sehingga
. Hal ini berarti
bahwa kedua sampel berdistribusi normal. Sedangkan pada uji homogenitas variansi dengan taraf signifikansi sehingga
diperoleh
hitung
tabel
. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel
memiliki variansi yang sama (homogen). Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelompok sampel, selanjutnya dilakukan uji keseimbangan. Perhatikan gambar 2, hasil perhitungan uji keseimbangan adalah ini menunjukkan
hitung
dan
hitung
tabel
. Hal
sehingga H0 diterima. Jadi
tabel
kemampuan awal siswa pada kedua kelompok sampel sama.
H 0 diterima
H 0 ditolak
H 0 ditolak
-1,96
-0,586
0
1,96
Gambar 2. Grafik Uji Keseimbangan
Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel mempunyai kemampuan awal yang sama, masing-masing kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Pada kelas eksperimen I dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Take and Give, sedangkan pada kelas eksperimen II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Pada masing-masing kelas dilakukan proses pembelajaran sebanyak tiga kali tatap muka, dan satu kali untuk tes evaluasi. Pertemuan pertama proses pembelajaran pada kedua kelas mengalami beberapa kendala, seperti suasana kelas yang kurang kondusif, masih banyak siswa yang belum memperhatikan, dan kesulitan dalam pembagian kelompok belajar.
Kendala-kendala
ini
mungkin
disebabkan
karena
siswa
harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang baru, seperti guru baru, dan model serta metode pembelajaran yang baru. Kurangnya siswa untuk bertanya kepada guru juga merupakan salah satu kendala selama proses pembelajaran berlangsung karena dapat menghambat penangkapan materi secara maksimal. Pada proses pembelajaran kedua dan ketiga, beberapa kendala yang pernah terjadi mulai berkurang karena siswa telah menyesuaikan diri dengan baik. Adanya respon positif dari siswa menyebabkan proses pembelajaran terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Setelah kedua kelompok dikenai perlakuan yaitu pembelajaran dengan model Take and Give pada kelas eksperimen I, dan pembelajaran dengan model Talking Stick pada kelas eksperimen II, dilakukan tes evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa setelah diberi perlakuan. Tes evaluasi yang diberikan berupa 20 soal pilihan ganda mengenai materi garis dan sudut. Hasil dari tes evaluasi menunjukkan bahwa dari kelas eksperimen I diperoleh nilai tertinggi 90 dan terendah 45. Sedangkan dari kelas eksperimen II
diperoleh nilai tertinggi 85 dan terendah 55. Standar deviasi untuk kelas eksperimen I adalah 11,751, sedangkan kelas eksperimen II adalah 9,792. Rerata masing-masing kelas adalah 71,719 untuk kelas eksperimen I, dan 69,545 untuk kelas eksperimen II. Selisih rerata dari kedua kelompok adalah 2,174. Prestasi belajar matematika siswa disusun dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.
Gambar 3. Diagram Batang Data Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri Purworejo Dari hasil penelitian, tampak bahwa rerata prestasi belajar matematika siswa kelas VII C SMP Negeri 9 Purworejo lebih baik daripada siswa kelas VII F SMP Negeri 33 Purworejo. Meskipun demikian tetap harus dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II. Sebelum dilakukan uji hipotesis harus dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi seperti pada data kemampuan awal siswa. Uji normalitas untuk kelas eksperimen I dengan taraf signifikansi diperoleh Lhitung = 0,098, dengan Ltabel = 0,157. Untuk kelas eksperimen II
diperoleh Lhitung = 0,138, dengan Ltabel = 0,154. Dari perhitungan masing-masing kelompok, tampak bahwa
sehingga
. Hal ini berarti
bahwa kedua sampel berdistribusi normal. Sedangkan pada uji homogenitas variansi dengan taraf signifikansi sehingga
diperoleh
hitung
tabel
. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sampel
memiliki variansi yang sama (homogen). Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelompok sampel, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dicari menggunakan uji-t satu pihak yaitu pihak kanan. Perhatikan gambar 4, hasil perhitungan uji hipotesis secara matematis diperoleh Hal ini menunjukkan
hitung
tabel
hitung
dan
tabel
sehingga H0 diterima. Jadi prestasi
belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Take and Give pada materi garis dan sudut tidak lebih baik daripada pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick.
H 0 diterima
H 0 ditolak 0,809
0
1, 6 45
Gambar 4. Grafik Uji Hipotesis Dari uraian di atas, tampak bahwa prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan Take and Give tidak lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
pembelajaran Talking Stick. Fakor-faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu ada sebagian siswa yang kurang berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran, siswa tersebut tidak mau melaksanakan rangkaian kegiatan pada pembelajaran Take and Give diantaranya pada saat siswa tersebut harus menerangkan materi yang didapat pada kartunya kepada temannya, ada beberapa siswa yang belum sepenuhnya melaksanakan aturan tersebut, ada beberapa siswa yang sibuk mengobrol di luar materi yang seharusnya dipelajari. Dari kejadian tersebut mengakibatkan situasi kegiatan di dalam kelas kurang kondusif karena menjadikan siswa lain terganggu terutama pada saat bertukar informasi mengenai materi yang didapatkan oleh masing-masing siswa, sehingga siswa tidak dapat memperoleh pengetahuan dengan maksimal. Ketika itu dalam kegiatan pembelajaran ada siswa ramai sendiri dan tidak memperhatikan peneliti pada saat peneliti menjelaskan materi sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai pada saat itu. Dari kejadian tersebut mengakibatkan ketenangan di dalam kelas menjadi terganggu dan menjadikan waktu untuk kegiatan pembelajaran terbuang. Waktu yang seharusnya digunakan untuk kegiatan pembelajaran tetapi karena ada siswa yang ramai sendiri maka peneliti harus menegur siswa tersebut dan memberi nasihat kepada siswa tersebut untuk memperhatikan mengenai apa yang dijelaskan oleh peneliti pada saat itu. Solusi untuk meminimalisir hal tersebut antara lain semua siswa di dalam kelas harus mentaati ketentuan yang diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran dan tidak ada siswa yang ramai di dalam kelas. Hal ini
dikarenakan supaya siswa di dalam kelas bisa mendapatkan pengetahuan yang maksimal dan tidak terganggu oleh siswa yang ramai sendiri di dalam kelas, sehingga waktu pembelajaran tidak terbuang untuk menegur dan menasihati siswa yang tidak mau mentaati peraturan pada pembelajaran pada saat itu.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Take and Give tidak lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Talking Stick pada materi garis dan sudut pada siswa kelas VII SMP Negeri Purworejo tahun ajaran 2013/2014.
B. Saran Dari simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. dalam
melaksanakan
menggunakan
proses
pembelajaran
matematika
sebaiknya
metode yang tepat dan sesuai dengan pokok bahasan
materi. 2. penggunaan metode pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa dan lingkungan sekitar siswa. Hal ini dikarenakan lingkungan belajar siswa berpengaruh pada penerimaan konsep dalam pembelajaran. 3. penggunaan metode pembelajaran sebaiknya divariasikan sehingga siswa tidak merasa bosan. 4. model pembelajaran Talking Stick dan Take and Give dapat digunakan pada materi lain yang sesuai sebagai alternatif metode dalam penyampaian materi pada saat proses pembelajaran.
5. siswa hendaknya lebih aktif mengikuti pembelajaran baik dalam mengerjakan
tugas,
ataupun
kegiatan
yang
dilaksanakan
pembelajaran seperti tanya jawab, diskusi kelas, dan lain-lain.
dalam
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. .2003. Metodologi Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Darminto, Bambang Priyo. 2010. Diktat Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Diktat Kuliah Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo ( tidak dipublikasikan). Djamarah, Syaiful Bahri., et.al. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Huda, Miftahul. 2013. Metode-metode Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika dan Konsep Aplikasinya untuk SMP kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Khasanah, Diah Laila. 2013. Keefektifan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Berbantuan Lembar Kegiatan Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 1 Kranggan. Universitas Negeri Semarang. Diunduh dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme/article/view/1202 pada tanggal 12 Januari 2014. Yenita, Herma, et.al. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Take and Give Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Kartika 1-6 Padang. Universitas Bung Hatta. Diunduh dari http://ejural.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFKIP&pagr=article pada tanggal 12 Desember 2013.