LAPORAN PEMANTAUAN PERIKANAN BERBASIS MASYARAKAT (CREEL) DI KABUPATEN MENTAWAI TAHUN 2008
KATA PENGANTAR Laporan Pemantauan Perikanan Berbasis Masyarakat (CREEL) di Kabupaten Kepulauan Mentawai selama tahun 2008 ini merupakan hasil pendataan yang dilakukan oleh komponen CBM, diinput oleh CRITC Kabupaten Kepulauan Mentawai dan dianalisis oleh CRITC Pusat. Pencatatan data dilakukan di sepuluh lokasi tempat pendaratan ikan sejak bulan Juli sampai Desember tahun 2008. Dalam analisis data dan pelaporan, telah disepakati bahwa CRITC Kabupaten Kepulauan Mentawai melakukan analisa data untuk tingkat desa, sedangkan CRITC Pusat untuk tingkat kabupaten. Laporan ini berisi data tentang total tangkapan rata‐rata setiap bulan, total tangkapan rata‐rata berdasarkan alat tangkap yang digunakan, jenis‐jenis ikan karang yang tertangkap, nilai Penangkapan Per Satuan Usaha (CPUE) serta trend penangkapan. Disadari bahwa terlaksananya kegiatan pendataan dan penulisan laporan CREEL tidak akan terlaksana tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada PIU, CRITC serta CBM Kabupaten Kepulauan Mentawai. Selain itu ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan pendataan dan penulisan ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, untuk itu saran maupun kritik yang membangun sangat kami harapkan. Jakarta, Februari 2009 Tim Pelaksana CREEL
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Luaran 2. STUDI AWAL 2.1. Musim 2.2. Alat Tangkap 2.3. Lokasi Penangkapan 2.4. Lokasi Pendaratan Ikan 3. METODOLOGI 3.1. Lokasi Survey 3.2. Waktu Survey 3.3. Cara Kerja 3.4. Analisa Data IV. HASIL DAN BAHASAN 4.1. Pemantauan Pendaratan Ikan 4.2. Trend Penangkapan 2007‐2008 V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
ii
i ii iii iv 1 1 3 3 4 7 7 8 9 10 10 11 11 12 13 13 20 23 24
DAFTAR TABEL Tabel 1. Lokasi Pendaratan Ikan/Tauke di Kabupaten Mentawai Tabel 2. Lokasi Pendaratan Ikan, Pencatat dan Jumlah Responden di Kabupaten Mentawai Tabel 3. Waktu Pencatatan Data di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tabel 4. Jenis Ikan Karang Dominan yang Teridentifikasi di Kabupaten kepulauan Mentawai Tahun 2008
iii
9 10 11 18
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta Lokasi Pendataan CREEL di Kabupaten Kepulauan Mentawai Gambar 2. Total Tangkapan per Bulan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2008 Gambar 3. Total Tangkapan per Alat Tangkap per Bulan di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2008 Gambar 4. Hasil Tangkapan Dominan per Famili di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2008 Gambar 5. Jenis‐jenis Ikan Karang Dominan Gambar 6. CPUE Alat Tangkap Dominan Tahun 2008 Gambar 7. Trend Total Tangkapan di Desa Tuapejat Tahun 2006 dan 2008 Gambar 8. Perbandingan CPUE Pancing Desa Tuapejat Bulan Desember Tahun 2006 dan 2008
iv
6 13 15 17 19 19 21 22
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Mentawai merupakan daerah kepulauan yang berada di wilayah propinsi Sumatera Barat. Dahulu Mentawai masuk ke dalam wilayah kerja Kabupaten Padang Pariaman, namun pada tahun 1999 telah disyahkan dengan UU No. 49 tahun 1999 menjadi kabupaten sendiri dengan ibukota Tuapejat di pulau Sipora. Kepulauan Mentawai terdiri dari 256 pulau, 102 diantaranya telah memiliki nama dan titik koordinat. Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari 4 pulau Besar, yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan serta beberapa pulau kecil di sekitarnya. Kabupaten ini terdiri dari 4 kecamatan yaitu, kecamatan Pagai Utara Selatan terletak di Pulau Pagai yang meliputi 11 desa, kecamatan Sipora terletak di Pulau Sipora yang terdiri dari 14 desa serta kecamatan Siberut Selatan dan kecamatan Siberut Utara yang terletak di Pulau Siberut dan masing‐ masing terdiri dari 10 desa. Jumlah nelayan di Kepulauan Mentawai sangat sedikit, hanya sekitar 2% atau sebesar 1.656 orang dari total penduduk Mentawai sebesar 67.217 orang (BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2007). Nelayan bukanlah menjadi mata pencaharian utama. Sebagian besar nelayan juga bekerja sebagai petani. Hasil pertanian mereka berupa coklat, kopi, kelapa, cengkeh, nilam dan lain‐lain. Mereka menangkap ikan di laut jika tidak sedang bekerja di ladang atau di kebun. Selain itu, banyak anak‐anak dan ibu rumah tangga yang menangkap ikan di laut untuk kebutuhan makan sehari‐hari. Alat tangkap yang digunakan juga relatif masih sederhana, yaitu berupa pancing dan jaring. Adanya degradasi sumber daya laut serta teknologi penangkapan yang tidak berkembang menyebabkan hasil tangkapan nelayan semakin 1
berkurang. Hal ini sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik Mentawai yang menyatakan sejak tahun 2005, jumlah produksi ikan laut di kabupaten Mentawai mengalami penurunan yang cukup signifikan. Bahkan pada tahun 2007, jumlah produksi ikan laut mengalami penurunan hingga 50,89% jika dibandingkan tahun 2006 (BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2007). Hasil penelitian Winardi, et.al. (2007) menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan persentase tutupan karang hidup sebesar 8,32%. Tentunya kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan para nelayan, terutama mereka yang menangkap ikan‐ikan karang. COREMAP memandang penting untuk membantu para nelayan agar mereka mau mengenali potensi sumberdaya ikannya, termasuk terumbu karang, serta mampu mengelola potensi sumberdaya ikan yang ada di perairan pesisir sekitarnya. Untuk itu, COREMAP merancang suatu pemberdayaan masyarakat nelayan, dengan mengembangkan model pemantauan perikanan berbasis masyarakat yang kemudian disebut dengan pemantauan perikanan berbasis masyarakat (CREEL). Dengan pendekatan CREEL, maka masyarakat nelayan secara mandiri akan berupaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan terumbu karang demi menjamin penghasilan dan usaha penangkapan ikan agar keperluan mereka akan terpenuhi secara terus menerus. Untuk mendukung pengelolaan dimaksud, CRITC Nasional, PIU/PMU Daerah serta CRITC Kabupaten/Kota memfasilitasi pelaksanaan pemantauan tersebut dengan cara menyediakan buku‐buku panduan dan melakukan pelatihan pemantauan perikanan berbasis masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu pendekatan untuk penguatan kelembagaan dalam mengelola sumberdaya ikan dan terumbu karang berbasis masyarakat.
2
1.2. TUJUAN Survey CREEL ini bertujuan untuk mengetahui: • Hasil tangkapan, • Jenis‐jenis yang tertangkap, • Catch Per Unit Effort (CPUE)
1.3. LUARAN Hasil pemantauan CREEL ini sangat berguna untuk menetapkan kebijakan pengelolaan perikanan ke depan, khususnya di lokasi COREMAP. Misalnya : pengaturan penggunaan alat tangkap, pengaturan daerah penangkapan serta melihat pengaruh Daerah Perlindungan Laut (DPL).
3
BAB
2
STUDI AWAL
Studi awal dilakukan sebelum pemantauan perikanan berbasis masyarakat dimulai. Studi ini telah dilakukan pada tahun 2007. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui musim, lokasi penangkapan, dan menetapkan lokasi survei CREEL. Hasil studi awal akan diuraikan sebagai berikut :
Desa Tuapejat Desa ini termasuk dalam wilayah kecamatan Sipora. Jumlah penduduk desa Tuapejat adalah 2.235 jiwa. Mata pencaharian utama penduduk adalah di bidang jasa (30%). Jumlah nelayan lebih kurang 189 orang. Para nelayan masih tergolong nelayan tradisional, mereka menggunakan alat tangkap pancing dan jaring. Perahu motor yang digunakan umumnya berkekuatan 4 PK. Jumlah perahu motor yang tercatat pada tahun 2007 adalah sebanyak 31 buah, sedangkan perahu tanpa motor sebanyak 40 buah (Bandiyono, et.al., 2007).
Desa Katurai Desa ini termasuk dalam wilayah kecamatan Siberut Selatan. Luas wilayah desa lebih kurang 150,54 km2. Dihuni oleh sekitar 1.874 jiwa, dengan mata pencaharian utama bekerja sebagai petani ladang (59%), sedangkan sebagai nelayan 257 orang. Nelayan di desa Katurai umumnya menggunakan alat tangkap pancing, jaring gillnet, bubu, tombak dan touluk untuk menangkap ikan. Sebagian besar dari mereka memiliki perahu tanpa mesin (79%), motor tempel dengan kapasitas 5 PK (20%) dan perahu motor yang berkapasitas lebih besar (1%) (Daliyono, et.al., 2007).
Desa Sikakap Desa Sikakap termasuk dalam wilayah kecamatan Pagai Utara‐Selatan. Luas desa sekitar 1.521,55 km2 yang dihuni oleh 5.533 jiwa. Mata pencaharian utama penduduk adalah sebagai nelayan (22,9%) atau 430 orang dan petani (20,4%). Alat tangkap yang umum digunakan 4
oleh para nelayan adalah pancing, rawai dan jaring karang. Kapasitas perahu yang dimiliki nelayan sangat bervariasi, mulai dari perahu dayung sampai dengan perahu yang berkapasitas 20 – 50 PK (Bandiyono, et.al., 2007).
Desa Saibi Samukop Desa ini termasuk dalam wilayah kecamatan Siberut Selatan. Luas desa sekitar 456,72 km2 dan dihuni oleh 2.836 jiwa. Dari seluruh total penduduk tercatat 753 (59,5%) orang bermata pencaharian sebagai nelayan. Alat tangkap yang digunakan masih sangat sederhana, seperti jaring dan pancing. Sampan merupakan sarana yang digunakan untuk menangkap ikan (Daliyono, et.al., 2007).
Desa Saliguma Desa Saliguma termasuk dalam wilayah kecamatan Siberut Selatan. Luas wilayah desa sekitar 961,55 km2 dan dihuni oleh 1.821 jiwa. Nelayan merupakan pekerjaan utama penduduk di desa Saliguma, yaitu sebesar 560 orang atau 63,29%. Seperti halnya di desa Saibi Samokup, nelayan di desa Saliguma menggunakan alat tangkap jaring dan pancing. Perahu yang mereka miliki hanya sampan (Daliyono, et.al., 2007). 5
6
Gambar 1. Peta Lokasi Pendataan CREEL di Kabupaten Kepulauan Mentawai
2.1. MUSIM Di kabupaten Mentawai terdapat 3 jenis musim, yaitu musim gelombang kuat, gelombang lemah dan musim pancaroba. • Musim gelombang lemah berlangsung antara bulan Januari – Mei. • Musim gelombang kuat berlangsung antara bulan Juni – Oktober. Pada saat ini cuaca di laut tidak menentu dan sering terjadi badai. Oleh karena itu, nelayan jarang ada yang melaut dan hasil tangkapan ikan berkurang. • Musim pancaroba berlangsung antara bulan November – Desember. Kondisi laut relatif tenang sehingga mobilitas nelayan di laut cenderung mengalami peningkatan.
2.2. ALAT TANGKAP Nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai menggunakan berbagai macam alat tangkap, antara lain rawai, pancing, jaring, tombak dan touluk.
Rawai Rawai banyak dipakai oleh para nelayan di desa Sikakap dan digunakan untuk menangkap ikan tenggiri. Rawai merupakan salah satu jenis dari alat tangkap pancing, akan tetapi jumlah mata pancingnya banyak sehingga hasil tangkapan yang dihasilkan juga besar.
Pancing Hampir setiap nelayan mempunyai pancing sebagai alat tangkapnya. Tiap nelayan biasanya mempunyai beberapa set pancing dengan berbagai ukuran mata pancing. Setiap melaut semua pancing itu selalu dibawa dan digunakan berdasarkan jenis dan ukuran ikan yang akan ditangkap. 7
Jaring. Jaring yang digunakan nelayan mempunyai ukuran mata jaring yang berbeda‐beda tergantung ikan target yang ditangkap. Jaring dengan mata jaring berukuran kecil digunakan untuk menangkap umpan yang umumnya kecil dan bergerombol. Jika ikan target berukuran besar maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar. Tidak setiap nelayan mempunyai alat tangkap jaring, karena harganya relatif lebih mahal dibandingkan pancing serta diperlukannya keterampilan dan perawatan secara khusus.
Tombak Tombak banyak dipakai nelayan di desa Saibi Samukop
Touluk Touluk merupakan sejenis tombak, hanya saja diberi pegas atau karet sebagai pendorong. Banyak dipakai oleh nelayan di desa Katurai. Nelayan di Kabupaten Kepulauan Mentawai umumnya menggunakan perahu yang sederhana untuk menangkap ikan. Kebanyakan dari mereka memiliki sampan, dan hanya sedikit nelayan yang memiliki perahu dengan mesin (pompong) atau perahu motor.
2.3. LOKASI PENANGKAPAN Sebagian besar nelayan di kabupaten Kepulauan Mentawai menangkap ikan hanya di sekitar wilayah perairan Mentawai saja. Hal ini dikarenakan armada penangkapan yang digunakan masih sebatas pada perahu sampan atau perahu motor dengan daya mesin rata‐rata 5 PK. Di desa Tuapejat wilayah penangkapan ikan di perairan sekitar Gosong Satu, Gosong Dua, Batu Tongga dan Gunung Siteut. Wilayah tangkap nelayan di desa Sikakap adalah di perairan Sibuarai, diantaranya di Bakat Minuang, Tubeket dan Gosong. Nelayan di desa Katurai biasa menangkap ikan di perairan Teluk Katurai yaitu di perairan terumbu karang di sekitar Pulau Kubau dan Pulau Lougui. 8
Nelayan di desa Saibi Samukop dan Saliguma banyak menangkap ikan di Teluk Sarabua dan di sekitar pulau Buggei.
2.4. LOKASI PENDARATAN IKAN Di Kabupaten Kepulauan Mentawai, tepatnya di desa Tuapejat sudah ada satu Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang dibangun oleh Pemerintah. Namun sampai sekarang TPI tersebut belum berfungsi karena akses jalan menuju TPI rusak oleh gempa. Para nelayan umumnya menjual langsung hasil tangkapan mereka kepada para tauke setempat atau pada para tauke yang berasal dari luar desa, namun datang secara reguler ke desa‐desa untuk membeli hasil tangkapan nelayan. Tabel 1. memperlihatkan besarnya skala usaha dari masing‐masing tau Tabel 1. Lokasi Pendaratan Ikan/Tauke di Kabupaten Kepulauan Mentawai Lokasi Lokasi pendaratan ikan Skala Usaha/ Pendaratan Tuapejat Tauke Erni Sedang Tauke Joni Besar Tauke Lius Besar Katurai Tauke Babe Sedang Sikakap Tauke Aris Besar Masabuk Besar Sikakap Timur Besar Saibi Samukop Tauke Mikael Sedang Tauke Tobing Sedang Saliguma Pesisir Pantai Kecil sampai Sedang Sumber : Data Primer CREEL, 2008
9
BAB
METODOLOGI
3
Pemantauan perikanan berbasis masyarakat (CREEL) merupakan survei terpadu yang terdiri dari berbagai komponen COREMAP. Komponen CBM yang terdiri dari fasilitator lapangan, motivator desa, LPSTK bahkan masyarakat umum berperan sebagai pencatat. CRITC daerah berperan sebagai pengumpul data yang telah diambil oleh pencatat di setiap lokasi pencatatan dan menganalisa data tersebut untuk lingkup desa. CRITC Pusat berperan dalam menganalisa data dalam lingkup kabupaten. Oleh karena itu keberhasilan survei CREEL ini sangat tergantung pada peran masing‐masing komponen.
3.1. LOKASI SURVEI Survei CREEL di Kabupaten Kepulauan Mentawai dilakukan di 5 desa yang termasuk dalam wilayah COREMAP II. Di masing‐masing desa telah dipilih tempat‐tempat yang akan disurvei. Nama desa, lokasi pendaratan ikan, nama pencatat dan jumlah respondens dirangkum pada Tabel 2. Tabel 2. Lokasi Pendaratan Ikan, Pencatat dan Jumlah Responden di Kabupaten Kepulauan Mentawai Nama Desa
Tuapejat Katurai Sikakap Saibi Samukop Saliguma
Tempat Pendaratan Ikan yang Disurvei dan Kodenya
Tauke Erni (TPTE) Tauke Joni (TPTJ) Tauke Lius (TPTL) Tauke Babe (KTTB) Tauke Aris (SKTA) Tauke Masabuk (SKMS) Sikakap Timur (SKST) Tauke Mikael (SBTM) Tauke Tobing (SBTT) Saliguma (SLGM)
Pencatat
Nurma Salfitri Candra Saputra Riki Martoni Bruno / Sugiharto Alam Alam Alam Jasfrika Sukisman Sanenek Yamfrida Marta 10
Jumlah Responden Nelayan Yang Akan Disurvei
5 5 5 6 10 10 10 6 6 ‐ ‐
3.2. WAKTU SURVEI Pencatatan pendaratan ikan dilakukan setiap bulan selama 3 hari berturut‐turut. Pada tahun 2008 pencatatan data CREEL di masing‐ masing lokasi bervariasi seperti yang tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Waktu Pencatatan Data di Kabupaten Kepulauan Mentawai Nama Desa/ Pengambilan Data bulan Lokasi Survei Juli Agustus September Oktober November CREEL Tuapejat + + + + +
Desember +
Katurai Sikakap
‐ ‐
‐ +
‐ ‐
‐ ‐
+ +
‐ ‐
Saibi Samukop
‐
+
+
+
+
+
Saliguma
‐
+
‐
+
+
‐
3.3. CARA KERJA •
•
Pemilihan Pencatat Pemilihan pencatat survei CREEL dilakukan oleh CRITC Daerah berkoordinasi dengan CBM Daerah. Setelah itu pencatat diberi pelatihan bagaimana cara melakukan pendataan. Pemilihan Responden Responden dipilih oleh para pencatat yang difasilitasi oleh CRITC Pusat dan CRITC Daerah pada saat pelatihan. Jumlah responden di setiap lokasi pendaratan ikan berbeda, tergantung pada jumlah nelayan terumbu karang yang ada di masing‐masing lokasi pendaratan ikan. Umumnya jumlah responden adalah 10% ‐ 30% dari seluruh nelayan terumbu karang di suatu lokasi pendaratan ikan.
•
Pengambilan Data Ada 5 jenis formulir yang diisi oleh para pencatat. Formulir 1 dan 5 diisi pada awal pendataan untuk menentukan lokasi pendataan
11
•
survei CREEL dan responden. Formulir 2 dan 3 diisi setiap bulan selama 3 hari berturut‐turut. Formulir 4 diisi setiap musim. Entry Data Setelah masing‐masing formulir diisi, data dipindahkan dalam suatu program yang telah dirancang sedemikian rupa. Peng’entry’an data dilakukan oleh CRITC daerah dan dianalisa dalam lingkup desa. Kemudian data dikirim ke CRITC Pusat untuk diolah untuk lingkup kabupaten/kota.
3.4. ANALISA DATA Analisa data dilakukan dengan program yang telah disiapkan. Adapun variabel yang diamati adalah : total tangkapan per alat tangkap dominan, jenis tangkapan per alat tangkap dominan dan Catch Per Unit Effort. Data yang telah dianalisa ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik atau diagram. Untuk melihat trend perikanan di masing‐masing kabupaten/kota, data terkini dibandingkan dengan data pada tahun sebelumnya.
12
BAB B HASIL DAN PEMBAH HASAN
4
4.1. PEMAN NTAUAN DAN N PENDARATTAN IKAN
Total Tangka apan Pada tahun 2008 ini ke egiatan CREELL di Kabupatten Kepulauaan Mentawai dilaksanakan daari bulan Juli – Desember. Adapun lokasi COREMAP yang diambil datta CREEL ada 5 5 desa yaitu desa Tuapejat d di kecamatan Sipora; desa Katturai, desa Saliiguma, desa Saaibi Samukop d di kecamatan Siberut Selatan dan desa Sikakkap di kecamatan Pagai Utarra Selatan. Kelim ma desa terseb bar di 3 pulau b besar di kabupaaten Kepulauaan Mentawai, seehingga diharaapkan data yang diperoleh d dapat mewakiili kondisi perikaanan laut khussusnya di sekitaar ekosistem tterumbu karan ng wilayah ini. pan nelayan di kabupaten Kepulauan Menttawai sepanjan ng Total tangkap tahun 2008 mengalami flu uktuasi setiap bulannya (Gaambar 2). Nilaai total tangkap pan merupakan n total tangkapan rata‐rata dimana jumlaah tangkapan daari semua lokassi dibagi dengaan jumlah lokaasi yang diamb bil datanya padaa bulan tersebu ut. TOTAL TAN NGKAPAN (KG) PER B BULAN Gambar 2. 2 Total Tangkap pan per Bulan di d Kabupaten Keepulauan Mentawai Tah hun 2008
13
Gambar 2 menunjukkan bahwa total tangkapan di bulan Juli paling rendah. Bulan Juli adalah awal pengambilan data CREEL dimana pengambilan data hanya dilakukan di desa Tuapejat. Akibatnya total tangkapan yang ada relatif rendah dan hanya mewakili desa Tuapejat saja, belum mewakili kondisi umum Kepulauan Mentawai yang lebih luas. Data yang lebih representatif disajikan pada bulan‐bulan selanjutnya. Bulan Agustus dan September memberikan kontribusi total tangkapan terbesar. Hal ini disebabkan banyak nelayan yang turun ke laut pada dua bulan ini. Walaupun terjadi hujan dan angin kencang, akan tetapi nelayan masih berani untuk melaut. Pekerjaan di kebun bagi nelayan yang juga bekerja sebagai petani telah selesai pada bulan ini sehingga mereka memanfaatkan waktu untuk mencari ikan di laut. Pada bulan Oktober cuaca tidak jauh beda dengan dua bulan sebelumnya. Akan tetapi banyak nelayan yang pada umumnya bukan masyarakat asli Mentawai merayakan lebaran di kampung halamannya seperti Padang dan Nias. Akibatnya nelayan yang melaut sedikit dan tangkapan yang dihasilkan juga sedikit. Bulan November dan Desember termasuk dalam musim peralihan. Kondisi laut relatif lebih tenang sehingga jumlah nelayan yang melaut semakin meningkat. Akibatnya total tangkapan menjadi naik kembali. Akan tetapi, pada bulan Desember banyak nelayan yang beragama Nasrani merayakan Natal sehingga banyak diantara mereka yang tidak melaut. Akibatnya total tangkapan menjadi rendah. Nilai total tangkapan berkisar antara 33,30 – 96,21 kg mengindikasikan hasil tangkapan sangat rendah tiap bulannya jika dibandingkan dengan total tangkapan di lokasi ADB lain seperti Nias, Nias Selatan, Tapanuli Tengah dan lain‐lain. Total tangkapan rata‐rata per bulan hanya sebesar 63,79 kg. Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya total tangkapan di sini. Salah satunya adalah kondisi masyarakat khususnya alternatif pekerjaan penduduknya. Walaupun mempunyai 14
wilayah perairan cukup lu uas, akan tetapi mata penccaharian utam ma penduduk di Kepulauan Mentawai adalah a di sekktor pertaniaan bukanlah di sektor s perikanan laut. Hal in ni diperparah dengan kondisi terumbu karang yang sem makin rusak akibat a proses alami maupu un n ikan yang tidaak ramah lingkkungan sehinggga sumber dayya penangkapan laut yang dihaasilkan berkurang. Waktu su urvei yang berttepatan dengan musim gelom mbang kuat juga j menjadi salah satu kendala untu uk mendapatkan n hasil tangkap pan yang optim mal.
Total Tangka apan per Alat Tangkap Alat tangkap yang digunakkan para nelayan di Kepulaauan Mentawaai bervariasi, meeliputi pancingg, jaring, rawai, tombak dan touluk. Jumlaah total tangkap pan per alat taangkap per bulan sepanjangg tahun 2008 di d Kepulauan Mentawai disajikkan dalam Gam mbar 3.
TOTAL TANGKAP PAN (KG) PER ALAT TA ANGKAP PER BULAN
Gambar 3. Totaal Tangkapan per Alat Tangkap per p Bulan di Kabupaten Kepulauaan Men ntawai Tahun 200 08
15
Dari gambar di atas terlihat bahwa total tangkapan tertinggi dihasilkan oleh alat tangkap rawai pada bulan Agustus. Pada bulan ini gelombang memang besar, akan tetapi nelayan di desa Sikakap telah mempunyai teknologi penangkapan yang lebih maju dibandingkan dengan desa‐ desa lainnya. Salah satunya adalah armada penangkapan berupa perahu motor dengan kapasitas mesin yang cukup besar sehingga mereka dapat berlayar ke laut lepas untuk menangkap ikan pelagis. Rawai banyak dipakai oleh para nelayan di desa Sikakap dan digunakan untuk menangkap ikan tenggiri. Rawai merupakan salah satu jenis dari alat tangkap pancing, akan tetapi jumlah mata pancingnya banyak sehingga hasil tangkapan yang dihasilkan juga besar. Alat tangkap yang juga menyumbang total tangkapan yang tidak kalah besar berturut‐turut adalah pancing dan jaring. Hasil tangkapan pancing yang cukup banyak terjadi pada bulan Agustus sampai November, yaitu berkisar antara 66,73 – 86, 63 kg, sedangkan hasil tangkapan jaring relatif lebih kecil, yaitu antara 11 – 18,63 kg. Kedua alat tangkap ini dapat dikatakan merupakan alat tangkap dominan karena digunakan oleh para nelayan setiap bulannya.
Total Tangkapan Menurut Jenis Ikan Hasil tangkapan nelayan di Kepulauan Mentawai sangat beragam. Selain ikan, hasil tangkapan nelayan juga berupa teripang, lobster, gurita dan udang. Akan tetapi data CREEL hanya mendata tangkapan nelayan yang berupa ikan, terutama ikan karang. Total tangkapan ikan sepanjang bulan Juli – Desember tahun 2008 di lima lokasi COREMAP Mentawai sebesar 2408,8 kg. Adapun jenis‐jenis famili ikan dominan atau famili ikan yang banyak ditangkap oleh nelayan disajikan dalam Gambar 4. 16
minan per Famili d di Kabupaten Kep pulauan Mentaw wai Gambar 4. Hasil Tangkapan Dom Tahun 2008
Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa tangkapan do ominan nelayaan merupakan ikan‐ikan karang. Teknologi penangkap pan serta alaat tangkap yan ng relatif sed derhana mem mungkinkan n nelayan hanyya menangkap ikkan di sekitar terumbu karang. Total tanggkapan tertingggi berasal dari ffamili Serranid dae (ikan kerap pu). Ada 15 jenis ikan kerap pu dari famili Serranidae yang menyumbanggkan jumlah taangkapan cuku up tinggi yaitu sebesar s 24,52% atau sebessar 590,7 kg. Selain jenisnyya banyak, ikan kerapu juga memiliki nilaai ekonomis ttinggi sehinggga nelayan cend derung lebih senang s menan ngkap ikan inii. Nelayan jugga lebih senangg menjual hassil tangkapan ikan kerapu ke konsumeen daripada dibaawa pulang unttuk konsumsi p pribadi. Total tangkap pan dominan lainnya berasaal dari famili Caarangidae (ikaan gabu), Lethrin nidae (ikan len ncam), Lutjanid dae (ikan kakap p) yang masingg‐ masing menyyumbangkan le ebih dari 10% total tangkap pan. Selain dari keempat fam mili dominan, hasil tangkap pan juga beraasal dari famiili Sphyranidae, Scombridae,, Haemulidaee, Mullidae, Acanthuridaee, ng Caesionidae, Scaridae, Sigganidae, Mugiilidae serta jeenis ikan yan belum bisa diidentifikasi nama familinya. ng Total tangkaapan nelayan terdiri dari 80 jenis ikaan, baik yan merupakan ikkan karang, ikaan yang beraso osiasi dengan kkarang maupu un ikan pelagis. SSurvei CREEL le ebih mengkhussuskan pada ikkan karang yan ng hidup di sekittar terumbu kkarang. Dari daata yang diperroleh, jenis ikaan 17
karang dominan yang telah teridentifikasi berdasarkan familinya disarikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Jenis Ikan Karang Dominan yang Teridentifikasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2008 Nama Ikan Nama Latin Total Tangkapan (kg) Tambak Lethrinus nebulosus 253.6 Gole‐gole Caranx caeruleopinnatus 204.8 Gabua Caranx melampygus 173.6 Gerapu Merah Cephalopholis miniata 131.7 Gerapu Variola albimarginata 131.3 Sumber : Data Primer CREEL, 2008
Walaupun total tangkapan terbesar berasal dari famili Serranidae, akan tetapi jenis ikan tangkapan terbesar adalah ikan tambak (Lethrinus nebulosus) yang berasal dari famili Lethrinidae dan mempunyai nama lokal yaitu raisa dan kurik. Ikan ini paling banyak dijumpai di desa Tuapejat dan Saibi Samukop serta mempunyai harga Rp. 15.000,‐/kg. Ikan ini ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan pancing, akan tetapi tidak jarang juga ditangkap dengan jaring. Jika ditangkap dengan jaring, ikan yang yang kecil dijadikan umpan sedangkan ikan yang besar dijual. Jenis ikan dominan lainnya adalah ikan gole‐gole (Caranx caeruleopinnatus) yang banyak dijumpai di desa Tuapejat, Saibi Samukop dan Saliguma. Ikan dalam jumlah besar dan persebarannya merata di lima desa adalah ikan gerapu merah (Cephalopholis miniata). Ikan jenis gerapu tidak memberikan kontribusi tangkapan yang relatif besar walaupun famili ikan tangkapan yang paling dominan adalah Serranidae. Hal ini disebabkan eksploitasi besar‐besaran ikan ini di waktu lalu menyisakan jumlah ikan yang sedikit saat ini. Jenis ikan gerapu mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan ikan yang lain sehingga banyak nelayan yang memburunya. Yang tersisa saat ini yang dapat ditangkap nelayan berukuran relatif kecil.
18
Gambar 5. Jenis‐jenis Ikan Kaarang Dominan
Catch Per Un nit Effort (CPU UE) Hasil tangkap pan per unit usaha (CPUE) lima desa di Kabupateen Kepulauan Mentawai M men nggunakan 2 jenis j alat tangkap dominan n, yaitu pancingg dan jaring dapat dilihat pad da Gambar 6.
Gambar 6. CPUEE Alat Tangkap Do ominan Tahun 200 08
p pancing relattif Berdasarkan Gambar 6 di aatas, nilai CPUEE alat tangkap d alat tangkap jarin ng. Nilai CPUE alat tangkaap lebih tinggi daripada pancing berkisar antara 11,19 – 33,40, sedangkan CPU UE alat tangkaap 19
jaring berkisar antara 7,17 – 17,00. Sekali melaut, nelayan membawa banyak jenis pancing dengan berbagai ukuran mata pancing. Mata pancing yang digunakan disesuaikan dengan ukuran dan jenis ikan yang akan ditangkap. Selain itu ada juga pancing rawai dengan jumlah mata pancing yang sangat banyak. Banyaknya jenis pancing yang digunakan nelayan dalam sekali melaut menyebabkan efektivitas penangkapannya makin tinggi. Alat tangkap jaring mempunyai nilai CPUE yang lebih rendah daripada pancing. Walaupun dalam sekali tangkap jumlah ikan yang didapatkan banyak, akan tetapi hanya sedikit nelayan yang menggunakannya. Hal ini disebabkan harganya relatif mahal, dibutuhkan perawatan khusus serta keahlian dalam menggunakannya.
4.2. TREND PENANGKAPAN Program CREEL di kabupaten Kepulauan Mentawai sebenarnya sudah dirintis dari tahun 2006. Akan tetapi pelaksanaannya tidak sesuai yang diharapkan. Proses pengambilan datanya tidak melibatkan masyarakat dan hanya dilakukan oleh staff CRITC daerah jika berkesempatan berkunjung ke desa lokasi COREMAP. Akibatnya data yang ada sangat minim dan tidak kontinu setiap bulan. Hal ini masih berlangsung sampai tahun 2007. Baru pada tahun 2008 program CREEL diadakan kembali dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat setempat dalam mengambil data. Trend total tangkapan tahunan bertujuan untuk melihat perkembangan usaha perikanan nelayan tiap tahunnya. Hal ini bermanfaat bagi nelayan untuk melakukan manajemen baik dalam kegiatan penangkapan ikan maupun manajemen penghasilan dari hasil tangkapan ikan. Untuk mendapatkan trend kegiatan penangkapan ikan di kabupaten Kepulauan Mentawai selama 3 tahun terakhir ini sangat sulit. Hal ini disebabkan ketidakkontinuan data yang diperoleh. Data yang dapat ditampilkan hanyalah trend total tangkapan ikan pada 20
bulan Desember tahun 200 06 dan 2008 di desa Tuapejaat saja (Gambaar 7).
Gambar 7.. Trend Total Tanggkapan di Desa Tuapejat Tahun 20 006 dan 2008
Gambar 7 meenunjukkan baahwa total tanggkapan pada b bulan Desembeer di desa Tuap pejat tahun 20 006 jauh lebih h tinggi diban ndingkan tahu un 2008. Hal ini disebabkan haasil tangkapan yang didata tiidak hanya ikaan karang melain nkan juga ada hasil tangkapaan non‐ikan berupa gurita daan udang. Sedan ngkan pada tahun 2008 yan ng didata hanyya spesifik hassil tangkapan ikaan terutama ikkan karang. h tangkapan yang cukup p signifikan seelama 2 tahu un Penurunan hasil terakhir disebabkan oleh degradasi d sum mberdaya pesiisir dan laut di d daerah ini. Prraktek pengam mbilan karang dan pasir di laut merupakaan penyebab utaama degradassi itu. Penggunaan bom neelayan dari luaar maupun potaassium yang dilakukan oleh n nelayan lokal m menjadi pemiccu utama kerusaakan terumbu karang. Banyyaknya terumb bu karang yan ng rusak menyeebabkan jumlaah ikan menu urun karena pada dasarnyya terumbu karaang merupakan n tempat hidup bagi ikan. Beerdasarkan datta monitoring ekologi e Mentaawai 2008 diperoleh keteerangan bahw wa tutupan terumbu karang di d Mentawai hanya sekitar 1 14,70% (Hukom m dan Cappenb berg, 2009), mengalami penu urunan dari taahun 2007 yan ng berkisar 24,29 9% (Winardi, eet.al., 2007). 21
CPUE yang daapat dibandinggkan antara tahun 2006 dan 2008 hanyalaah untuk alat tan ngkap pancing saja (Gambar 8).
Gambar 8. Perrbandingan CPUEE Alat Tangkap Paancing Bulan Desember Tah hun 2006 dan 200 08
Dari Gambar 8 terlihat nilai CPUE alat tangkap t panciing pada tahu un 2006 jauh leebih besar dib bandingkan deengan tahun 2 2008. Turunnyya nilai CPUE ini mungkin disebabkan oleh o kapasitass penangkapaan ng berkurang karena nelayan n banyak beraliih dengan alat tangkap pancin di kebun. pekerjaan meenjadi kuli angkkut pelabuhan atau bekerja d
22
BAB
5
KESIMPULAN
Dari data CREEL yang dikumpulkan, maka disimpulkan hal‐hal sebagai berikut : • Total tangkapan rata‐rata per bulan adalah sebesar 63,79 kg. • Jaring dan pancing merupakan alat tangkap yang digunakan sepanjang tahun oleh para nelayan. • Ikan karang yang dominan tertangkap terdiri dari 5 jenis, yaitu : Lethrinus nebulosus, Caranx caeruleopinnatus, Caranx melampygus, Cephalopholis miniata, dan Variola albimarginata • Nilai CPUE alat tangkap pancing antara 11,19 – 33,40, sedangkan CPUE alat tangkap jaring antara 7,17 – 17,00. 23
DAFTAR PUSTAKA Bandiyono,S., Ngadi, Sudiyono. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai. LIPI PRESS. Jakarta. 152p Bandiyono,S., Ngadi, Sudiyono. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai. LIPI PRESS. Jakarta. 92p Daliyono, Imron, M., Wahyono, A. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Katurai, Kabupaten Kepulauan Mentawai. LIPI PRESS. Jakarta. 118p Daliyono, Imron, M., Wahyono, A. 2007. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Saibi dan Saliguma, Kabupaten Kepulauan Mentawai. LIPI PRESS. Jakarta. 108p Hukom, F.D. dan Cappenberg, H.A.W. 2009. Monitoring Kesehatan Terumbu Karang Kabupaten Kepulauan Mentawai (Pulau Siberut Selatan & Pulau Sipora) Tahun 2008. Belum Dipublikasikan Staff CRITC Daerah. 2006. Laporan CREEL Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2006. COREMAP II Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tim BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2007. Kepulauan Mentawai Dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan Mentawai. 320p Winardi, Manuputty, A.E.W, Abrar, M., 2007. Monitoring Ekologi Mentawai. CRITC‐COREMAP LIPI. Jakarta.57p
24