LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN PROTOTIPE ALAT PENGENDALI HAMA WERENG COKLAT TANPA PESTISIDA YANG RAMAH LINGKUNGAN DENGAN BALING-BALING MEKANIK DAN CORONG PENYEDOT
Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun
Oleh : Rindra Yusianto, S.Kom, MT Dr. Ngatindriatun, MP Wisnu Adi Prasetyanto, ST, M.Eng
NIDN : 0616017701 (Ketua) NIDN : 0617036501 (Anggota) NIDN : 0629107202 (Anggota)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JUNI, 2014
i
ii
RINGKASAN Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) tergolong hama yang sangat berbahaya bagi tanaman padi. Hama ini sangat sulit diberantas atau dikendalikan karena memiliki berbagai keunggulan yaitu mudah beradaptasi dan mampu membentuk biotipe baru dengan mentransfer virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat. Hama ini juga memiliki kemampuan mempertahankan generasi yang sangat baik. Berbagai metode telah dilakukan petani untuk mengendalikan hama tersebut baik secara fisik dan mekanik. Namun cara-cara pengendalian tersebut dianggap kurang efektif. Kemudian cara pengendalian hama yang lebih praktis dan cepat mulai ditemukan yaitu secara kimiawi menggunakan pestisida. Akan tetapi dampak yang ditimbulkan sangat banyak. Penggunaan pestisida ini juga tidak sejalan dengan sistem pertanian organik yang digalakan pemerintah. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi ramah lingkungan yang dikembangkan untuk mengendalikan hama yang didasarkan kepada konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan mempertimbangkan ekosistem, stabilitas dan kesinambungan produksi. Salah satu indikator keberhasilan dalam rancang bangun alat pengendali hama wereng coklat adalah kemampuan menekan populasi wereng coklat tanpa menggunakan pestisida. Target khusus penelitian ini adalah mengembangkan prototipe alat pengendali hama wereng coklat tanpa pestisida yang ramah lingkungan dengan baling-baling mekanik dan corong penyedot dengan harapan mampu menekan populasi hama tersebut. Tujuan penelitian ini adalah merancang bangun alat pengendali hama wereng coklat dengan mekanik vacuum berisi dinamo 12 volt dan baling-baling kipas aluminium. Mekanik tersebut dihubungkan dengan pipa paralon yang ujungnya diberi corong penyedot. Dimana pada corong penyedot dipasang lampu dengan warna merah, hijau, kuning, putih, dan biru memutar searah dengan bentuk corong. Pada ujung corong penyedot dipasang motion sensor yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan/gerakan hama wereng coklat. Motion sensor secara otomatis akan mengaktifkan tombol pada pangkal pipa paralon, lampu akan menyala dan menarik hama wereng coklat. Apabila ada wereng yang mendekat pada lampu, maka motion sensor akan memberikan sinyal sehingga secara otomatis dinamo akan memutar mekanik baling-baling kipas dan menyedot udara dari luar masuk ke dalam kotak penampung hama. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni, yang dilakukan dengan membuat sebuah prototipe yang diujicoba, pre dan post test. Pengujian alat dilakukan di 2 lokasi yang memiliki karakteristik berbeda yaitu di kecamatan Genuk dan Gunungpati kota Semarang. Alat dipasang di 4 titik berbeda selama 30 hari. Berdasarkan hasil tangkapan maka akan dianalisis kapan puncak tangkapan populasi, waktu datangnya hama imigran dan rekomendasi waktu semai atau tanam. Hasil analisis akan digunakan untuk evaluasi dan perbaikan prototipe sehingga dihasilkan alat pengendali hama wereng coklat ramah lingkungan yang mampu menekan populasi tanpa menggunakan pestisida. Kata kunci : wereng, pengendali hama, baling-baling mekanik, corong penyedot
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya, laporan kemajuan penelitian hibah bersaing yang berjudul Pengembangan Prototipe Alat Pengendali Hama Wereng Coklat Tanpa Pestisida yang Ramah Lingkungan Dengan Baling-Baling Mekanik dan Corong Penyedot dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, yang telah memberikan dana untuk penelitian hibah bersaing ini. 2. Prof. Suprapto, DEA (ITS), Prof. Dr. Ir.R. Chairul Saleh, M.Sc. (UII), Prof. Hari Purnomo, MT. (UII) dan Prof. Mauridi Heri (ITS), profesor dan pembimbing yang senantiasa memberikan motivasi untuk selalu meneliti. 3. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) yang senantiasa memberikan dukungan demi kemajuan penelitian di lingkungan UDINUS. 4. Dr. Eng. Yuliman Purwanto, M.Eng (UDINUS), Ir. Elisa Kusrini, MT (UII), Dr. Rudi Suhradi Rahmat (ITB), Dr. Wahyu Supraptono (UGM) dan Dr. Ing. Vincent Suhartono (UDINUS) yang telah memberikan tambahan ilmu dan memberikan banyak masukan serta saran sehingga laporan penelitian ini dapat lebih baik dan terarah. 5. Indra Rumannzah, ST yang telah membantu dalam penelitian ini.
iv
Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan penelitian di Indonesia. Semarang, 27 Juni 2014
Rindra Yusianto
v
DAFTAR ISI Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Pengesahan .......................................................................................................... ii Ringkasan ........................................................................................................................... iii Prakata................................................................................................................................ iv Daftar Isi ............................................................................................................................ vi BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2 1.3 Batasan Masalah.................................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4 2.1 Wereng Coklat ...................................................................................................4 2.2 Pengendalian Wereng Coklat .............................................................................5 2.3 Uji Statistik dan Analisis Data ...........................................................................9 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .........................................................14 3.1 Tujuan Penelitian .............................................................................................14 3.2 Manfaat Penelitian ...........................................................................................14 BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................................16 4.1 Jenis Penelitian .................................................................................................16 4.2 Lokasi Penelitian ..............................................................................................16 4.3 Bagan Alir Penelitian .......................................................................................16 4.4 Bagan Penelitian...............................................................................................17 4.5 Penentuan Sumber Data ...................................................................................19 4.6 Alat Penelitian ..................................................................................................19 4.7 Metode Pengumpulan Data ..............................................................................19 4.8 Pengujian Data .................................................................................................21 BAB 5 HASIL YANG CAPAI ..........................................................................................25 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ............................................................29 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................30 7.1 Kesimpulan ......................................................................................................30 7.2 Saran .................................................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................31 DAFTAR GAMBAR Lampiran 1. Pengumuman Uber HKI diterima..................................................................58 Lampiran 2. Undangan Klinik Penyempurnaan Deskripsi Paten Prof. Suprapto, DEA ....59 Lampiran 3. Drafting Publikasi dan Dokumen Paten ........................................................62
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) tergolong hama yang sangat berbahaya bagi tanaman padi (Syahrawati dkk, 2010). Menurut Sumiati (2011) dan Bhat (2004), hama ini telah menjadi hama global (the very important global pest). Pada tahun 2010, selain Indonesia, hama ini juga menyerang tanaman padi di China, Vietnam, Thailand, India, Pakistan, Malaysia, Filipina, Jepang dan Korea. Wereng coklat merupakan hama laten yang sulit dideteksi, tetapi keberadaannya selalu mengancam kestabilan produksi padi nasional. Menurut Baehaki (2009), hama ini sangat sulit diberantas atau dikendalikan karena memiliki berbagai keunggulan yaitu mudah beradaptasi dan mampu membentuk biotipe baru dengan mentransfer virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat. Hama ini juga memiliki kemampuan mempertahankan generasi yang sangat baik (Marheni, 2004). Pada periode 1970-1980, luas serangan wereng coklat mencapai 2,5 juta ha. Periode 1980-1990, luas serangan menurun menjadi 50.000 ha, dan dalam periode 1990-2000 meningkat hingga sekitar 200.000 ha. Pada tahun 2005 serangan wereng coklat terpusat di Jawa dengan menyerang 56.832 ha tanaman padi (Baehaki, 2009). Berbagai metode telah dilakukan petani untuk mengendalikan hama tersebut baik secara fisik dan mekanik (Sjakoer, 2010). Selain itu juga dilakukan pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh alami. Pengendalian ini dianggap paling aman dan mampu menjaga keseimbangan ekosistem, namun dampak yang dirasakan dalam jangka waktu yang lama (Syahrawati dkk, 2010). Cara-cara pengendalian tersebut dianggap kurang efektif. Kemudian cara pengendalian hama yang lebih praktis dan cepat mulai dilakukan yaitu secara kimiawi menggunakan pestisida (Caraycaray, 2004). Akan tetapi dampak yang ditimbulkan sangat banyak (Frost, 2001). Penggunaan pestisida ini juga tidak sejalan dengan sistem pertanian organik yang digalakan pemerintah. Bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana (Baehaki, 2009). Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi ramah lingkungan yang dikembangkan untuk mengendalikan hama 1
yang didasarkan kepada konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan mempertimbangkan ekosistem (Baehaki, 2009). Salah satu indikator keberhasilan dalam rancang bangun alat pengendali hama wereng coklat adalah kemampuan menekan populasi wereng coklat sampai dengan 75% tanpa menggunakan pestisida (Baehaki, 2011). 1.2 Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap puncak tangkapan populasi hama wereng coklat? 2. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kedatangan hama imigran? 3. Mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap rekomendasi waktu semai/tanam? 4. Bagaimana pengembangan prototipe alat pengendali hama wereng coklat tanpa pestisida yang ramah lingkungan?
1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Alat ini dikembangkan dengan memanfaatkan kelemahan hama tersebut yang sangat sensitif terhadap cahaya lampu. 2. Di dalam alat tersebut, baling-baling mekanik dan corong penyedot dirangkai dengan lampu yang dikendalikan oleh motion sensor dan akan bekerja secara otomatis menangkap hama wereng coklat yang mendekati lampu. 3. Alat ini diharapkan mampu menekan populasi hama wereng coklat dengan mempertimbangkan 2 faktor yaitu puncak tangkapan populasi dan waktu kedatangan hama imigran. 4. Alat pengendali hama wereng coklat dirancang dengan konsep mekanik yang ramah lingkungan, hal ini untuk mengurangi efek kimiawi yang disebabkan karena penggunaan pestisida yang kurang bijaksana.
2
5. Cakupan pengguna yang menjadi target alat pengendali hama wereng coklat dengan baling-baling mekanik dan corong penyedot berlampu ini adalah petani padi yang selama ini menggunakan alat penyemprot pestisida.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wereng Coklat Wereng batang coklat memiliki berbagai nama berdasarkan sifatnya, yaitu si kecil yang dahsyat, hama tua, hama laten dan penyebar penyakit virus. Hama padi ini sejak 1930, sudah lebih dari 80 tahun, menjadi kendala dalam produksi beras di Indonesia.
Wereng
batang
coklat
termasuk
ordo
Homoptera,
subordo
Auchenorrhyncha, infra-ordo Fulgoromorpha, famili Delphacidae, genus Nilaparvata dan spesies Nilaparvata lugens Stal (Baehaki, 2011). Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal) merupakan salah satu hama utama padi di Indonesia (Supriyono dkk, 2012). Hama ini berukuran kecil, panjang 0,1-0,4 cm dan berkembang ketika terdapat dalam jumlah banyak. Serangga dewasa bersayap panjang dapat menyebar sampai beratus kilometer (Bawolye dan Syam, 2006). Hama jenis ini menghisap cairan tanaman, umumnya di batang. Gejala pada tanaman yang terserang wereng coklat adalah tanaman menjadi kering dan berwarna coklat seperti terbakar. Selain kemampuan merusak tanaman dengan menghisap cairan, hama ini menurutnya juga dapat menularkan virus. Hama ini suka sekali menyerang tanaman dengan pupuk nitrogen tinggi. Meskipun begitu, petani masih saja melakukan pemupukan dengan menggunakan urea saja sehingga mendorong ledakan populasi. (Mudjiono, 2012). Beberapa penelitian yang terkait dengan pengendalian hama wereng coklat antara lain penelitian yang dilakukan Baehaki (2011). Dalam penelitian yang berjudul Normalisasi dan Pengendalian Dini Hama Wereng Coklat Pengaman Produksi Padi Nasional, dijelaskan bahwa ledakan wereng coklat disebabkan adanya penggunaan insektisida yang diduga sudah tidak manjur karena adanya pelemahan dosis dan konsentrasi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Untung (2000) yang menyatakan bahwa pengendalian hama wereng coklat yang banyak digunakan yaitu dengan menggunakan insektisida. Efek resurjensi dari insektisida yang paling banyak diketahui pada tanaman padi adalah wereng coklat. Pada kedua penelitian tersebut masih menggunakan insektisida dalam pengendalian hama. 4
Penelitian lain yang berkenaan dengan pengendalian hama wereng coklat dilakukan oleh Tohidin, dkk (1993) dan Herminanto, dkk (2009) yang mengkaji pemanfaatan jamur entomopatogen Beauveria bassiana Vuill untuk pengendalian hama wereng coklat. Dalam penelitian tersebut, pengendalian dilakukan secara alamai yaitu dengan memanfaatkan jamur entomopatogen. Seperti diketahui dengan pengendalian secara alami ini, dampak yang dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Pengembangan alat pengendali hama wereng coklat secara mekanik juga telah diteliti sebelumnya oleh Yusianto dan Pinandita (2012), dengan menggunakan vacuum berisi baling-baling kipas aluminium bisa menekan penggunaan pestisida. Invensi dengan Nomor Pendaftaran Paten P00201201022, inventor Rindra Yusianto dan Satria Pinandita ini dijelaskan konsep alat pengendali hama wereng secara mekanik. Mekanik tersebut dihubungkan dengan pipa paralon yang ujungnya diberi corong penyedot berlampu. Diujungnya dipasang motion sensor pendeteksi gerakan hama wereng coklat. Dengan menekan tombol pada pangkal pipa, maka lampu akan menyala dan menarik hama. Apabila ada wereng yang mendekati lampu, maka motion sensor akan memberikan sinyal sehingga secara otomatis dinamo akan memutar mekanik balingbaling. Dalam penelitian ini tidak membahas waktu puncak tangkapan dan waktu kedatangan hama imigran.
2.2 Pengendalian Wereng Coklat Sejak diterapkannya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada 1976 dan dikembangkannya program PHT mulai 1989, maka Indonesia telah dikenal sebagai Negara yang sedang berkembang yang berhasil mengemas, mengembangkan dan menerapkan konsep PHT. Dukungan politik untuk mengembangkan dan penerapan PHT secara luas yaitu Intruksi Presiden No.3 tahun 1986 yang melarang 57 formulasi insektisida pada tanaman padi. PHT muncul akibat serangan wereng coklat yang sangat luas dan memberikan kotribusi yang nyata dalam penurunan produksi padi nasional (Baehaki, 2011b). Menurut Baehaki (2009), hama wereng coklat termasuk salah satu hama yang sangat sulit diberantas atau dikendalikan karena memiliki berbagai keunggulan yaitu mudah beradaptasi dan mampu membentuk biotipe baru dengan mentransfer virus 5
kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat. Hama ini juga memiliki kemampuan mempertahankan generasi yang sangat baik (Marheni, 2004). Dalam invensi dengan inventor Baehaki (No. Permohonan Paten : P00201000048) dijelaskan bahwa biopestisida ini merupakan formula kering entomopatogenik Beauveria bassiana (BB). Efektifitasnya mematikan wereng coklat mencapai 75-80% dan 96.6% wereng punggung putih. Formula BB tahan disuhu kamar sampai 7 bulan. Biopestisida ini potensial dikembangkan oleh industri biopestisida, terutama untuk pengembangan pertanian organik berbasis padi. Invensi lain berjudul Biopestisida Berbahan Aktif Metarhizium Anisopliae No. Permohonan Paten P00201000049, dengan inventor Baehaki dijelaskan bahwa salah satu terobosan untuk mengendalikan hama wereng coklat secara alami adalah menggunakan formula kering Metarhizium anisopliae (Formula MA). Efektivitas entomopatogenik mematikan wereng coklat menggunakan formula kering Metarhizium anisopliae adalah 90,9%. Biopestisida ini sangat tepat untuk dikembangkan, karena dapat menekan populasi wereng coklat mencapai 75%. Formula MA pada suhu kamar mencapai 7 bulan masa simpan. Biopestisida ini potensial dikembangkan oleh industri biopestisida, terutama untuk pengembangan pertanian organik berbasis padi. Target pengendalian hama dengan menekan populasi sampai dengan 75% telah dipenuhi dalam penelitian tersebut, namun pengendalian kimiawi tetap akan berdampak negatif bagi lingkungan dan ekosistem. Berdasar data Ditlin setelah dikompilasi menunjukkan bahwa serangan wereng coklat pada dasawarsa 1971-1980 mencapai 3.093.593 ha, dasawarsa 1981-1990 tercatat 458.038 ha. Pada dasa warsa 1991-2000 serangannya mencapai 312.610 ha. Pada 2001- 2010 serangan wereng coklat mencapai 351.748 ha. Sejak diputarnya PHT di Indonesia, sudah 2 kali terjadi ledakan besar yaitu pada tahun 1998 dan 12 tahun kemudian pada 2010 terjadi ledakan yang melampaui ledakan wereng coklat di tahun 1998. Pada kurun waktu 1998-2010 terjadi ledakan-ledakan yang kecil dengan luas ledakan kurang dari 50% dibanding ledakan 1998 maupun ledakan wereng coklat 2010. Pada tahun 2010 yang baru lewat seluas 128.738 ha pertanaman padi MP 2009/2010 dan MK 2010 yang membentang dari Banten sampai Jawa Timur terserang wereng coklat dan penyakit kerdil hampa serta kerdil rumput. Dari luas tersebut di atas 6
diantaranya 4.602 ha mengalami puso. Kegagalan produksi padi tahun lalu akibat perkembangan populasi wereng coklat yang tinggi saat La-Nina 2010 atau musim kemarau yang banyak curah hujannya. Kegagalan pertanaman padi tersebut melampaui kegagalan saat La Nina tahun 1998 dimana wereng coklat menyerang tanaman padi di Jalur Pantura mencapai 115.484 ha dengan puso mencapai 4.874 ha (Baehaki, 2011b). Meluasnya ledakan wereng coklat diakibatkan oleh populasi wereng yang tinggi. Dari hasil tangkapan lampu perangkap di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Nasional (lebih dikenal dengan sebutan BB Padi) diketahui bahwa jumlah wereng coklat mencapai 500.000 ekor per malam per satu lampu perangkap. Membludaknya jumlah wereng coklat yang terus menerus selama 2 musim pada 2010, di sebabkan oleh pola pertanaman tidak serempak, menanam varietas rentan yang menjadi pemicu (Stagger), praktek budidaya (khusus pemakaian pupuk nitrogen yang mewah dan pengairan selalu tergenang sepanjang fase pertumbuhan tanaman padi). Ledakan wereng coklat juga disebabkan adanya perubahan biotipe wereng coklat dan melemahkan ketahanan varietas, tingginya laju pertumbuhan intrinsic wereng coklat, bahkan kata wamentan ledakan wereng coklat diakibatkan oleh petani maupun petugas lupa PHT dan meremehkan hama. Oleh karena itu supaya di 2011 tidak terjadi gejolak hama yang menurunkan produksi padi nasional, maka perlu kiat-kiat kebijakan pengelolaan pertanaman padi di lapangan sebagai sebagai berikut (Baehaki, 2011b) : 1. Perhatikan Daerah Hama Ganda Pengendalian hama dan penyakit harus terencana sejak awal sedemikian rupa dengan berbagai reka perdaya yang penuh kearifan. Reka perdaya dapat dilakukan dengan varietas tahan, waktu tanam yang tepat, pergiliran variatas, dan manipulasi musuh alami. Pengendalian dari satu tempat ke tempat lain akan berbeda, tergantung dari hama dan penyakit yang menyerang, dan tergantung dari sarana dan prasarana produksi. 2. Pola Pertanaman Serempak Pola pertanaman serempak akibat petani bertanam padi saling mendahului yang dilandasi dengan adanya air selalu mengalir dimulai pada MP 2009/2010 dan musim tanam sebelumnya. Hal ini mengindikasikan pada tahun sebelum 2010, 7
sudah tidak serempak, hama selalu ada, sedikit demi sedikit terjadi penumpukan sumber hama yang menjadi ancaman pada MK 2010. Pada daerah ledakan wereng coklat saat ini terlihat ketidak serempakan tanaman dalam satu areal yang terbatas seperti halnya di Jawa Timur (Jember dan Banyuwangi), Jawa Tengah (Klaten, Boyolali, Sukohardjo, Pati, Kudus, dan Demak), Jawa Barat (Subang, Indramayu, Karawang, dan Bekasi), Banten (Pandeglang). Salah satu pemandangan pertanaman padi di Subang, Jawa Barat mengisaratkan pertanaman tidak serempak dengan sebagian petani bertanaman padi saat pertanaman tetangganya rusak berat atau puso karena wereng coklat. Pada daerah yang demikian akan terjadi sumber hama yang tidak hentinya. 3. Monitoring, Lampu Perangkap dan Pengendalian Dini Hama Saat pertanaman padi ada di lapangan, segera dilakukan monitoring, jangan sampai terlambat. Hal ini disebabkan perkembangan populasi wereng coklat mengikuti laju pertumbuhan eksponensial. Jangan kaget kalau perkembangan populasi wereng sangat tinggi, karena satu pasang wereng coklat bersayap panjang yang bermigrasi dan hinggap pada tanaman padi maka dalam kurun waktu 20 hari (generasi ke-1) hanya mencapai 146 ekor, kurun waktu 40 hari (generasi ke-2) mencapai 5.015 ekor, sedangkan pada kurun waktu 62 hari mencapai generasi ke-3 sebagai generasi penghancur mencapai 14.727 ekor. Saat puso populasi wereng per rumpun mencapai 200-500 pasang bersayap panjang/rumpun. Pada 160.000 rumpun padi/ hektar terdapat 32.000.000 -80.000.000 pasang wereng coklat. Bila semua wereng dari satu hektar bermigrasi dan menyebar acak datang pada tanaman padi muda, maka pada 2 bulan kemudian populasi wereng akan mencapai 471.264.000.0001178.160.000.000 ekor. Dari jumlah tersebut dengan factor koreksi kemampuan predator menekan wereng sebesar 17.92%, maka populasi wereng yang hidup akan mencapai 3,86 -9,67 triliun ekor. 4. Tuntaskan Pengendalian Di Daerah Hot Spot dan Daerah hot spot wereng coklat adalah daerah dimana selalu terjadi ledakan wereng coklat untuk setiap tahunnya. Besarnya ledakan tergantung dari musim dan pendukung penyebab ledakan. Daerah hot spot wereng coklat sebenarnya tidak banyak hanya 7 titik saja yaitu Pandeglang di Banten, Karawang dan atau Subang 8
di Jawa Barat, Klaten dan Pati di Jawa Tengah, Jember serta Banyuwangi di Jawa Timur, dan Simalungun di Sumatera Utara. Di lain pihak terdapat titik (bercakbercak) serangan wereng coklat disekitar daerah hot spot. Kalau kita dapat mengamankan daerah tersebut pada saat generasi ke-1, ada kemungkinan besar tidak akan terjadi ledakan. 5. Waspada terhadap Migrasi Wereng coklat Migrasi wereng coklat secara besar-besaran terjadi pada saat akan mencapai hopperburn baik pada tanaman padi vegetative maupun saat generative. Migrasi wereng coklat dapat terjadi jarak dekat (short distance) hanya belasan kilometer, jarak jauh (long distance) mencapai 200-300 km, dan gerakan jarak sangat jauh (very long distance). Gerakan migrasi jarak dekat dapat terjadi dalam kabupaten dan antar kabupaten. Gerakan migrasi jarak jauh dapat terjadi antar provinsi atau antar pulau missal antar pulau di Indonesia), sedangkan migrasi jarak sangat jauh dapat terjadi antar Negara atau antar benua, seperti halnya migrasi wereng coklat dari China atau Vietnam ke Negara Jepang dan Korea.
2.3
Uji Statistik dan Analisis Data
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Sebelum pengambilan data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan. 1) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sulaiman, 2002). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah berdasarkan Rumus Koefisien Product Moment Pearson, yaitu : N XY XY ······························· (2.1) rXY 2 NX X 2 NY 2 Y 2 Dimana : rxy
: koefisien Korelasi Product Moment
X
: nilai dari item ( pertanyaan)
Y
: nilai dari total item 9
N
: banyaknya responden atau sampel penelitian
Untuk menentukan nomor-nomor item yang valid, perlu dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Kriteria penilaian uji validitas, adalah: Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut valid. Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut tidak valid. Menurut Sulaiman (2002), ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan untuk valid dan reliabel. Angket dikatakan valid jika pertanyaan pada angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket tersebut. Sedangkan angket dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten. Di mana validitas diukur dengan membandingkan r hasil dan r tabel (Corrected Item Total Correlation), jika r hasil > r tabel, data valid dan r hasil < r tabel, data tidak valid. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Sulaiman, 2002). Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan menggunakan Rumus Koefisien Cronbach Alpha:
kr 1 k r r
······························································· (2.2)
Dimana :
= Koefisien Cronbach Alpha
k
= Jumlah item valid
r
= Rerata korelasi antar item
1
= Konstanta
10
Menurut Nunally dalam Sulaiman (2002), pengujian reliabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan pada penelitian ini akan menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha digunakan nilai 0.6 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0.6. Syarat suatu alat ukur menunjukkan kehandalan yang semakin tinggi adalah apabila koefisien reliabilitas () yang mendekati angka satu. Apabila koefisien alpha () lebih besar dari 0.6 maka alat ukur dianggap handal atau terdapat internal consistency reliability.
b. Uji Asumsi Klasik Analisis data dilakukan dengan bantuan Metode Regresi Linear Berganda, tetapi sebelum melakukan analisis regresi linear berganda digunakan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. 1) Uji Normalitas Data Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji satu sampel kolmogorovsmirnov. Uji ini merupakan uji untuk membandingkan tingkat kesesuaian sampel dengan suatu distribusi tertentu dalam hal ini distribusi normal. Dalam hal ini, apabila nilai signifikansi (p) > maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa data variabel yang diolah berdistribusi normal. Sedangkan apabila nilai signifikansi (p) < maka Ho ditolahk dan dapat disimpulkan bahwa data variabel yang diolah tidak berdistribusi normal. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Sulaiman, 2002). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi adalah dengan Menganalisa matrik korelasi variabel bebas jika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi (lebih besar dari 0,90) hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
11
c. Uji Model Regresi Setelah melakukan uji asumsi klasik lalu menganalisis dengan metode Regresi Linear Berganda. Regresi Linear Berganda ini dikembangkan untuk mengestimasi nilai variabel dependen Y dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (Xl, X2,..., Xn). Secara umum persamaan Regresi Berganda yang mempunyai variabel dependen (Y) dengan dua atau lebih variabel independen adalah sebagai berikut : Y = a + lXl + 2X2 + ... + nXn + e ·············································· (2.3) Keterangan : Y
:
Optimalisasi Stock
a
:
Konstanta
1, 2,... n
:
Koefisien
X1, X2,...Xn
:
Variabel
e
:
Residu
d. Uji Hipotesis 1. Pengujian secara parsial (Uji t) Pengukuran t
tes
dimaksudkan untuk mempengaruhi apakah secara individu ada
pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian secara parsial untuk setiap koefisien regresi diuji untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan melihat tingkat signifikansi nilai t pada 5% rumus yang digunakan : th
1 Se 1
································································· (2.4)
Keterangan: th
: t hitung.
i
: parameter yang diestimasi
Se
: standar error.
Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai mutlak thit ttabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (HA) diterima, dan sebaliknya. 12
2. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui sampai seberapa besar prosentase variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat (Sulaiman, 2002). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam prosentase. Nilai R2 ini berkisar antara 0 < R2
13
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah pengembangan prototipe alat pengendali hama wereng coklat tanpa pestisida yang ramah lingkungan. Alat ini dikembangkan dengan memanfaatkan kelemahan hama tersebut yang sangat sensitif terhadap cahaya lampu. Di dalam alat tersebut, baling-baling mekanik dan corong penyedot dirangkai dengan lampu yang dikendalikan oleh motion sensor dan akan bekerja secara otomatis menangkap hama wereng coklat yang mendekati lampu. Alat ini diharapkan mampu menekan populasi hama wereng coklat dengan mempertimbangkan 2 faktor yaitu puncak tangkapan populasi dan waktu kedatangan hama imigran. 3.2 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, alat pengendali hama wereng coklat dirancang dengan konsep mekanik yang ramah lingkungan, hal ini untuk mengurangi efek kimiawi yang disebabkan karena penggunaan pestisida yang kurang bijaksana. Penangkapan dan pemusnahan hama wereng coklat secara mekanik ini diharapkan mampu menekan populasi hama tersebut. Pengembangan prototipe dalam penelitian ini adalah merancang bangun alat pengendali hama wereng coklat dengan mekanik vacuum berisi dinamo 12 volt dan baling-baling kipas aluminium. Mekanik tersebut dihubungkan dengan pipa paralon yang ujungnya diberi corong penyedot. Dimana pada corong penyedot dipasang lampu dengan warna merah, hijau, kuning, putih dan biru memutar searah dengan bentuk corong. Pada ujung corong penyedot dipasang motion sensor yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan/gerakan hama wereng coklat. Apabila ada wereng yang mendekat pada lampu, maka motion sensor akan memberikan sinyal sehingga secara otomatis dinamo akan memutar mekanik balingbaling kipas dan menyedot udara dari luar masuk ke dalam kotak penampung hama. Berdasarkan hasil tangkapan akan dianalisis kapan puncak tangkapan populasi dan waktu datangnya hama imigran sehingga dapat direkomendasikan waktu semai atau tanam. Setelah itu dilakukan post test yang hasilnya digunakan untuk evaluasi dan perbaikan
14
prototipe sehingga dihasilkan alat pengendali hama wereng coklat ramah lingkungan yang mampu menekan populasi tanpa menggunakan pestisida. Inovasi pengendali hama wereng coklat dalam penelitian ini memiliki perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan dengan alat pengendali hama wereng coklat yang ada di pasaran atau yang dikenal oleh masyarakat luas. Yaitu alat ini sama sekali tidak menggunakan pestisida, namun lebih memanfaatkan kelemahan hama wereng coklat yang sangat sensitif terhadap cahaya lampu. Pengendali hama wereng coklat yang dikembangkan secara mekanik dengan baling-baling kipas aluminum dan corong penyedot berupa kerucut yang dikelilingi 5 buah lampu berwarna merah, hijau, kuning, putih, dan biru pada bagian dalamnya, dimana posisi dan pengaturan warna secara berurutan melingkar dengan 4 buah motion sensor yang memanfaatkan kesukaan hama wereng coklat terhadap cahaya lampu. Lampu tersebut dihubungkan dengan pipa paralon sepanjang minimal 30 cm dan maksimal 100 cm berbentuk leher angsa dengan katup penutup yang memiliki tebal plat 1 mm dibagian tengahnya. Motion sensor berfungsi untuk mendeteksi gerakan hama wereng coklat dan secara otomatis akan menyalakan dinamo 12 volt yang berfungsi untuk memutar mekanik baling-baling kipas dan menyedot udara dari luar masuk ke dalam kotak penampung hama berbentuk kotak persegi panjang yang dibagian belakangnya dipasang tabung vacuum dan accu sebagai sumber tegangan.
15
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni, yaitu penelitian yang dilakukan dengan membuat sebuah prototype yang diujicoba, pre dan post test.
4.2 Lokasi Penelitian Pemelitian dilakukan di 2 lokasi yang memiliki karakteristik berbeda yaitu di kecamatan Genuk dan Gunungpati kota Semarang
4.3 Bagan Alir Penelitian Pengembangan prototipe alat pengendali hama wereng coklat dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir penelitian sebagai berikut : Rancang Bangun Alat Pengendali Hama Wereng Coklat Mekanik Tanpa Pestisida. (Yusianto, R. dan Ngatindriatun. 2011)
Pengembangan Prototipe Alat Pengendali Hama Wereng Coklat tanpa Pestisida Ramah Lingkungan dengan BalingBaling Mekanik dan Corong Penyedot
Alat Pengendali Hama Wereng Coklat dengan Baling-Baling Mekanik dan Corong Penyedot. No. Permohonan Paten : P00201201022 tanggal 26 November 2012. (Yusianto, R. dan Pindandita, S. 2012)
Gambar 4.1 Bagan Alir Penelitian
Berdasarkan bagan alir penelitian pada Gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011, peneliti telah melakukan penelitian dengan judul Rancang Bangun Alat Pengendali Hama Wereng Coklat Mekanik Tanpa Pestisida. Pada penelitian ini luaran yang dihasilkan adalah alat pengendali hama wereng coklat dengan baling-baling mekanik dan corong penyedot berlampu. Alat tidak bisa bekerja secara otomatis karena untuk 16
pengoperasiannya masih harus menekan tombol on/off pada pangkal pipa paralon yang terhubung dengan accu. Alat ini masih model mobile, artinya pengoperasiannya dibawa berpindah-pindah oleh petani. Petani memegang pipa paralon yang menghubungkan corong penyedot berlampu dan baling-baling aluminium serta kotak penampung hama yang diletakkan di tas punggung. Penelitian tahun 2011 ini dilakukan di areal persawahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang. Indikator capaian adalah pada 3 kali percobaaan, erangga yang dapat tertangkap antara lain 532 wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal), 147 kepinding tanah (Scotinophara coarctata), 235 penggerek batang padi (Scirpophaga incertulas) dan 12 kumbang Coccinella. Sedangkan pada tahun 2012, alat pengendali hama wereng coklat hasil penelitian tahun 2011 dikembangkan dengan luaran penelitian berupa penambahan motion sensor yang dilengkapi dengan Liquid Crystal Display (LCD) yang berfungsi untuk menampilkan menu. Dengan tambahan LCD ini, menu setting kecepatan putaran baling-baling dan kekuatan sedot corong dapat diatur sesuai kebutuhan. Selain itu, alat pengendali hama wereng ini sudah dibuat statis dengan diberikan stand. Uji coba baru dilakukan di skala laboratorium dengan indikator capaian adalah 3 pilihan kecepatan putar baling-baling mekanik, yaitu cepat, sedang dan lambat. Sedangkan pada penelitian yang direncanakan dalam usulan ini yaitu pengembangan alat pengendali hama wereng coklat ramah lingkungan tanpa pestisida yang mampu menekan populasi yang didahului dengan ujicoba prototipe, pre dan post test. Prespektif teknologi ramah lingkungan dikembangkan untuk mengendalikan hama yang didasarkan kepada konsep PHT dengan mempertimbangkan ekosistem. Selain itu, prototipe alat pengendali hama wereng coklat juga dirancang mampu mengetahui waktu puncak tangkapan populasi dan waktu kedatangan hama imigran sehingga mampu memberikan rekomendasi waktu semai atau tanam yang efektif.
4.4 Bagan Penelitian Pengembangan prototipe alat pengendali hama wereng coklat dalam penelitian ini, mempertimbangkan urutan prioritas berdasarkan variabel waktu kedatangan hama imigran dan puncak tangkapan populasi. Sehingga sebelum melakukan rancang bangun, dilakukan pengambilan data dalam bentuk kuisioner. Data-data yang diperlukan, tetap mengacu 17
kepada hasil analisis dan pengelompokkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu kedatangan hama imigran dan puncak tangkapan populasi. Bagan penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Permasalahan Internal
Teknologi Ramah Lingkungan dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Keunggulan Wereng Coklat (Nilaparvata lugens Stal) - mudah beradaptasi - mampu membentuk biotipe baru dengan mentransfer virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat - kemampuan mempertahankan generasi yang sangat baik
Permasalahan Eksternal
(Baling-Baling Mekanik, Corong Penyedot, Lampu, Kotak Penampung Hama, Motion Sensor) Dampak Permasalahan Tidak ramah lingkungan, Ketidakseimbang an ekosistem
Puncak Tangkapan Populasi -
Waktu Puncak Tangkapan Jumlah Tangkapan Jenis Tangkapan Utama
Kedatangan Hama Imigran
Pengendalian dan Pemberantasan Hama
-
- Pengendalian dan Pemberantasan secara Kimiawi dengan pestisida
Waktu Kedatangan Hama Jumlah Tangkapan Awal
Hasil Pengembangan Prototipe Alat Pengendali Hama Wereng Coklat tanpa Pestisida yang Ramah Lingkungan dengan BalingBaling Mekanik dan Corong Penyedot dengan kemampuan menekan populasi sampai dengan 75%
Gambar 4.2 Bagan Penelitian
Bagan penelitian pada Gambar 4.2 dijelaskan bahwa permasalahan utama adalah hama wereng coklat yang memiliki keunggulan antara lain mudah beradaptasi, mampu membentuk biotipe baru dengan mentransfer virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput yang daya rusaknya lebih hebat dan kemampuan mempertahankan generasi yang sangat baik. Selain itu pengendalian dan pemberantasan hama wereng coklat yang disukai petani yaitu secara kimiawi, hal ini dikarenakan cara pengendalian hama tersebut lebih praktis dan cepat. Namun hal ini berdampak negatif yaitu tidak ramah lingkungan, berakibat pula pada ketidakseimbangan ekosistem. Sehingga diperlukan sebuah teknologi ramah lingkungan dengan konsep PHT sebagai alat pengendali hama wereng coklat secara mekanik dengan mempertimbangkan 2 faktor yaitu waktu puncak tangkapan populasi dan waktu kedatangan hama imigran. Hasil akhir dari penelitian ini adalah pengembangan prototipe alat pengendali hama wereng coklat tanpa pestisida yang ramah lingkungan dengan baling-baling mekanik
dan corong penyedot dengan kemampuan menekan
populasi hama tersebut. 18
4.5 Penentuan Sumber Data Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah petani yang berada di areal persawahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang.
4.6 Alat Penelitian Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Lembar kuisioner.
2.
Peralatan menulis seperti pena merk standard dan pensil 2B.
3.
USB to Serial RS232 Cable Seri HL-340.
4.
Kalkulator Merk Casio.
5.
LCD 16 x 2 light.
6.
ATMega 8.
7.
Baterai 12 Volt.
8.
Charger Baterai 12 Volt.
9.
BD 139.
10. Con Biru. 11. Opto Elektrik. 12. Kabel dan PCB. 13. TR 2N 3055. 14. Cap 50V/4700 µF 15. Relay 16. Vacum Cleaner 4.7 Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penelitian Lapangan Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dengan cara sebagai berikut: 19
a. Wawancara Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi berkenaan dengan waktu
puncak
kedatangan
hama.
Wawancara
dilakukan
sebagai
pendalaman dan penjelasan materi kuisioner. b. Kuesioner Dengan cara membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan menyebarkannya kepada para petani yang berada di areal persawahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang yang terpilih sebagai responden. Kuesioner yang diajukan kepada responden berupa daftar pertanyaan tertutup. Daftar pertanyaan tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya telah disediakan dengan menggunakan skor 1 (sangat tidak setuju) s/d 5 (sangat setuju). Selanjutnya hasil yang diperoleh untuk masing-masing variabel akan dihitung dengan skala likert. a. Jawaban SS sangat setuju diberi skor 5 b. Jawaban S setuju diberi skor 4 c. Jawaban R ragu-ragu diberi skor 3 d. Jawaban TS tidak setuju diberi skor 2 e. Jawaban STS sangat tidak setuju diberi skor 1 2. Riset Kepustakaan Riset kepustakaan merupakan metode untuk memperoleh informasi atau data mengenai teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Bahan kajian literatur yang digunakan adalah jurnal penelitian internasional maupun nasional, majalah ilmiah dan buku yang membahas tentang pengendalian hama wereng coklat.
20
4.8 Pengujian Data a. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Dalam penelitian ini jumlah sampel n = 30. Sedangkan df yang digunakan adalah df = n-2 sehingga df = 28. Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh r tabel sebesar 0,361. Untuk menentukan valid atau tidaknya data diperlukan angka angka Corrected Item Total Correlation (r hitung) untuk variabel puncak tangkapan populasi (X1), kedatangan hama imigran (X2) dan rekomendasi waktu semai/tanam (Y). Apabila r hitung lebih besar dari 0,361 maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dapat dikatakan valid. Nilai Cronbach Alpha yang digunakan pada penelitian ini adalah 0.600. Untuk menentukan daftar pertanyaan yang diajukan relaibel atau tidak maka perlu diperoleh nilai Cronbach Alpha untuk variabel puncak tangkapan populasi (X1), kedatangan hama imigran (X2) dan rekomendasi waktu semai/tanam (Y). Apabila nilai Cronbach Alpha untuk masing-masing variabel penelitian ≥ 0.600 maka variabel-variabel tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat dipakai sebagai alat ukur. b.
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen, keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji satu sampel kolmogorovsmirnov. Uji ini merupakan uji untuk membandingkan tingkat kesesuaian sampel dengan suatu distribusi tertentu dalam hal ini distribusi normal. a. Uji Normalitas Variabel Puncak Tangkapan Populasi (X1) Dalam penelitian ini, hipotesis yang diuji adalah kenormalan data variabel puncak tangkapan populasi (X1) dengan menggunakan tingkat kesalahan =0,05
21
Hipotesis : H0 : Data variabel puncak tangkapan populasi berdistribusi normal Ha : Data variabel puncak tangkapan populasi tidak berdistribusi normal b. Uji Normalitas Variabel Kedatangan Hama Imigran (X2) Dalam penelitian ini, hipotesis yang diuji adalah kenormalan data variabel kedatangan hama imigran (X2) dengan menggunakan tingkat kesalahan =0,05 Hipotesis : H0 : Data variabel kedatangan hama imigran berdistribusi normal Ha : Data variabel kedatangan hama imigran tidak berdistribusi normal c. Uji Normalitas Variabel Rekomendasi Waktu Semai/Tanam (Y) Dalam penelitian ini, hipotesis yang diuji adalah kenormalan data variabel rekomendasi waktu semai/tanam (Y) dengan menggunakan tingkat kesalahan =0,05 Hipotesis : Ho : Data variabel rekomendasi waktu semai/tanam berdistribusi normal Ha : Data variabel rekomendasi waktu semai/tanam tidak berdistribusi normal 2. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang pasti di antara beberapa variabel atau semua variabel dependen dari model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas dilihat dari koefisien korelasi antar variabel independen pada matrik korelasi dengan ketentuan apabila nilai korelasi lebih besar dari 0,90 berarti terdapat gejala multikolinearitas. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance (toleransi) dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Toleransi mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai toleransi rendah maka sama dengan nilai VIF tinggi (VIF = 1/toleransi) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai yang umum dipakai adalah 22
nilai toleransi 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Setiap analis harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir.
c. Model Persamaan Regresi Berganda Regresi Linear Berganda ini digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen Y dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen (Xl, X2,..., Xn). Secara umum persamaan Regresi Berganda yang mempunyai variabel dependen (Y) dengan dua atau lebih variabel independen (Xl, X2,..., Xn). Berdasarkan persamaan (4.1), variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah rekomendasi waktu semai/tanam, sedangkan variabel independen (X1) adalah puncak tangkapan populasi (X1), variabel independent (X2) adalah kedatangan hama imigran (X2) sehingga model persamaan Regresi Berganda dengan variabel dependen (Y) serta empat variabel independen (X1), (X2) adalah sebagai berikut : Y = a + lXl + 2X2 + e ................ .......................................................... (4.1) Keterangan : Y
:
Rekomendasi Waktu Semai/Tanam
a
:
Konstanta
1, 2, 3
:
Koefisien Regresi
X1
:
Puncak Tangkapan Populasi
X2
:
Kedatangan Hama Imigran
e
:
Residu
d. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui sampai seberapa besar prosentase variasi variabel bebas Rekomendasi Waktu Semai/Tanam (Y) pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat yaitu variabel Puncak Tangkapan
23
Populasi (X1), Kedatangan Hama Imigran (X2). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam prosentase. Nilai R2 ini berkisar antara 0 < R2 < 1.
24
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI
Indikator capaian pada tahun ke-1 adalah pre test terhadap prototipe alat pengendali hama wereng coklat dengan baling-baling mekanik dan corong penyedot yang sudah dirancang bangun di laboratorium. Hasil rancang bangun alat pengendali hama ini didasarkan pada variabel puncak tangkapan populasi dan waktu kedatangan hama imigran. Hal ini diperoleh dari pengolahan data hasil penyebaran kuisioner kepada petani di 2 lokasi di Genuk dan Gunungpati Semarang. Pre test dilakukan terhadap alat pengendali hama wereng coklat dari sisi hardware dan software-nya. Sejalan dengan itu di break down variabel Puncak Tangkapan Populasi (X1) dam variabel Kedatangan Hama Imigran (X2) menjadi : X1 : Puncak Tangkapan Populasi X11
: Waktu Puncak Tangkapan
X12
: Jumlah Tangkapan
X13
: Jenis Tangkapan
X2 : Kedatangan Hama Imigran X21
: Waktu Kedatngan Hama
X22
: Jumlah Tangkapan Awal
Analisis statistika berkenaan dengan variabel-variabel belum selesai dilakukan, karena masih proses tabulasi data. Seiring dengah hal tersebut, hardware sudah dirakit dan baru mulai di ujicoba di laboratorium. Adapun perakitan hardware menggunakan komponen-komponen sebagai berikut :
25
1. LCD 16 x 2 light. 2. ATMega 8. 3. Baterai 12 Volt. 4. Charger Baterai 12 Volt. 5. BD 139. 6. Con Biru. 7. Opto Elektrik. 8. Kabel dan PCB. 9. TR 2N 3055. 10. Cap 50V/4700 µF 11. Relay 12. Vacuum Cleaner
Perputaran baling-baling mekanik yang terdapat pada mesin vacuum cleaner yang dimodifikasi dapat kendalikan dari layar menu. Menu didesain untuk manual dan auto. Adapun dokumentasi prototipe hardware dan software-nya adalah sebagai berikut :
Gambar 5.1 Komponen-komponen Prototipe
26
Gambar 5.2 Rangkaian lampu dan corong penyedot berlampu
Gambar 5.3 Prototipe dengan menu display
Gambar 5.4 Prototipe dalam kondisi off
27
Gambar 5.5 Prototipe dalam kondisi on siap diujicoba di laboratorium
28
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Rencana tahapan berikutnya dalam penelitian ini adalah : 1. Menguji analisis regresi untuk kedua variabel independen dan variebal dependen yaitu variabel puncak tangkapan populasi (X1), yang terdiri dari variabel waktu puncak tangkapan (X11), jumlah tangkapan (X12) dan jenis tangkapan utama (X13),variabel kdeatangan hama imigran (X2) yang terdiri dari variabel waktu kedatangan hama (X21) dan jumlah tangkapan awal (X22) dan waktu semai (Y) sehingga dihasilkan persamaan yang dapat disimpulkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi yang baik adalah model yang memenuhi persyaratan asumsi klasik, diantaranya adalah data berdistribusi normal dan model harus bebas dari multikolinieritas. Dari hasil analisis sebelumnya, telah terbukti bahwa model persamaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah telah memenuhi persyaratan asumsi klasik sehingga model persamaan dalam penelitian ini sudah dianggap baik. 2. Menguji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui sampai seberapa besar prosentase variasi variabel waktu semai (Y) pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat yaitu variabel puncak tangkapan populasi (X1), waktu kedatangan hama (X2). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam prosentase. Nilai R2 ini berkisar antara 0 < R2 < 1. 3. Testing Alat di Lokasi Penelitian Testing atau ujicoba prototype dilokasi penelitian lanjutan setelah dilakukan penyesuaian berdasarkan pengembangan model. 4. Menguji Beda Uji beda dilakukan untuk membandingkan sebelum penggunaan prototipe dan setelah penggunaan prototipe. 5. Menyusun Laporan
29
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa prototipe baik hardware dan software bisa beroperasi secara normal sesuai dengan rencana. Ujicoba dilakukan untuk menu manual dan auto. Pada menu auto, maka sensor akan bekerja berdasarkan gerakan yang mendekati corong penyedot, sehingga pergerakan akan menyebabkan baling-baling penggerak menyala, lampu dan mesin penyedot bekerja. Apabila tidak ada gerakan maka alat otomatis akan mati. Sedangkan untuk menu manual secara otomatis power akan menyalakan balingbaling penggerak, menyalakan lampu dan mesin penyedot akan berjalan tanpa sensor gerak (motion sensor).
7.2 Saran Adapun saran berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Pengendalian hama wereng dapat dilakukan pada kondisi malam hari, sehingga tidak memungkinkan suply daya listrik ke areal persawahan. Sehingga setelah ini akan dilakukan modifikasi alat yaitu dengan menggunakan baterai yang bisa di carge, sehingga prototipe dapat bekerja secara optimal di malam hari.
30
DAFTAR PUSTAKA Baehaki, S.U. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadutanaman Padi dalam Perspektif Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices). Jurnal Inovasi Pertanian 2(1). pp : 65-78. Baehaki, S.U. 2011. Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Jurnal Inovasi Pertanian 4(1). pp : 63-75. Bhat, R. 2004. Improved Farmer Livelihood. ICM Edition, Bayer Crop Sci. Caraycaray, M.D.B. 2003. More farmers use innovative chemical-free methods to control pest in rice. Phil. Rice Newsletter 16(4). Frost, M. 2001. Quality Criteria and Standards. Berlinickestr, Berlin, Germany. p. 113121. Matthias.Frost@bvl. bund.de Herminanto, Wiyantono, Darini, S.U., Sudjarwo. 2009. Kajian Pemanfaatan Nilam dan Jamur Entomopatogen Untuk Pengendalian Hama Wereng Coklat (Nilaparvata Iugens Stal). Laporan Penelitian : Riset Unggulan dan Institusi. Unsoed. Purwokerto. Marheni. 2004. Kemampuan Beberapa Predator pada Pengendalian Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.). Jurnal Natur Indonesia 6(2): pp. 84-86. Sumiati, Ani. 2011. Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Pada Tanaman Padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Kementerian Pertanian. Sjakoer, NAA. 2010. Mortalitas Hama Wereng Punggung Putih Setelah dimangsa oleh Serangga Predator (Pengamatan Visualisasi di Green House). Jurnal El-Hayah 1(2) : pp. 35-39. Syahrawati, M. Busniah dan N. Nelly. 2010. Sosialisasi Teknik Konservasi Musuh Alami Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) pada Petani Perempuan. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas. Padang. Tohidin, A., T. Lisrianto, dan B.P. Machdar. 1993. Daya bunuh jamur entomopatogen Beauveria bassiana Vuill. (Moniliales: Moniliaceae) terhadap Leptocorisa acuta Thunberg (Hemiptera: Alydidae) di rumah kaca. hlm. 135-141. Prosiding Simposium Patologi Serangga I. PEI Cabang Yogyakarta-Fakultas Pertanian UGM, dan Program Nasional PHT/Bappenas. Untung, K. 2000. Konsep pengendalian hama terpadu Indonesia. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 6(1) : pp. 1-8.
31
Yusianto, R. dan Ngatindriatun. 2011. Rancang Bangun Alat Pengendali Hama Wereng Coklat Mekanik Tanpa Pestisida. Laporan Penelitian : Ipteks. UDINUS. Semarang. Yusianto, R. dan Pindandita, S. 2012. Alat Pengendali Hama Wereng Coklat dengan Baling-Baling Mekanik dan Corong Penyedot. No. Permohonan Paten : P00201201022 tanggal 26 November 2012.
32