351/KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI BERBASIS KOMUNITAS GUNA MENINGKATKAN KEMAMPUAN HIDUP SEHAT
Tim Pengusul: Eti Rimawati, SKM, M.Kes Sri Handayani, SKM, M.Kes Toto Haryadi, M.Ds
0603077501 0608099001 0629038901
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG AGUSTUS, 2016
i
ii
I. Identitas Penelitian 1.
Judul
:
Model Pendidikan Kesehatan Reproduksi Usia Dini Berbasis Komunitas Guna Meningkatkan Kemampuan Hidup Sehat
2.
3.
4.
Ketua Peneliti a) Nama Lengkap
:
Eti Rimawati, SKM, M.Kes
b) Bidang Keahlian
:
Kesehatan Masyarakat
c) Jabatan Struktural
:
Sekretaris Dekan
d) Jabatan Fungsional
:
Lektor
e) Unit Kerja
:
Program Studi Kesehatan Masyarakat
f) Alamat surat
:
Jl.Nakula I/5-11 Semarang 50131
g) Telpon/fax
:
(024) 3549948
h) E-mail
:
[email protected]
Anggota Peneliti No
Nama dan Gelar
Bidang Keahlian
1
Sri Handayani, SKM, M.Kes
Promosi Kesehatan
2
Toto Haryadi, M.Ds
Desain Komunikasi Visula
Institusi Fakultas Kesehatan UDINUS Fakultas Ilmu Komputer UDINUS
Alokasi waktu (jam/minggu) 15 jam/minggu
15 jam/minggu
Obyek Penelitian Tahun
Objek Penelitian
Aspek Penelitian
2015
Ibu Balita, Kader Posyandu, Guru PAUD
Perilaku Masyarakat/Komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi usia dini
2016
Keluarga Balita, Sekolah PAUD/TK, Dinas Pendidikan
Desain dan Implementasi model pendidikan kesehatan reproduksi usia dini berbasis komunitas
iii
5. Masa Pelaksanaan Penelitian Mulai
:
2015
Akhir
:
2016
Tahun berjalan
:
Rp.
50.000.000,-
Tahun kedua
:
Rp.
50.000.000,-
6. Anggaran:
7. Lokasi Penelitian Tahun
Objek Penelitian
2015
Ibu Balita, Kader Posyandu, Guru PAUD di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Jawa Tengah
2016
Keluarga Balita dan Sekolah PAUD/TK di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang Jawa Tengah
8. Hasil yang Ditargetkan Tahun
Temuan baru/paket teknologi/hal lain
2015
Perilaku Masyarakat/Komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi usia dini. Publikasi di seminar dan jurnal terakreditasi
2016
Model pendidikan kesehatan reproduksi usia dini berbasis komunitas. Publikasi di seminar, jurnal terakreditasi dan buku ajar
iv
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ...................................................................................................
ii
Identitas Penelitian ......................................................................................................
iii
Daftar Isi ......................................................................................................................
v
Daftar Lampiran ...........................................................................................................
vi
Ringkasan ..................................................................................................................
vii
BAB I
PENDAHULUAN
...........................................................................
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
....................................................................
6
BAB III METODE PENELITIAN
...................................................................
14
BAB IV HASIL YANG DICAPAI
...................................................................
18
RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ...............................................
21
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
22
BAB V
Daftar Pustaka Lampiran
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Laporan Penggunaan Anggaran
Lampiran 2.
Buku Ajar
Lampiran 3.
Submit Artikel ke Seminar Internasional
Lampiran 4.
Biodata Peneliti
Lampiran 5.
Kontrak Penelitian
Lampiran 6.
Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kota Semarang
Lampiran 7.
Artikel untuk Jurnal
vi
RINGKASAN
Permasalahan kesehatan reproduksi menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin dininya para remaja melakukan aktivitas-aktivitas negative yang dapat menimbulkan masalah kesehatan reproduksi, yang biasa disebut Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu narkoba, minuman keras dan seks pra-nikah. Sebagaimana diketahui, bahwa masa remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa sehingga mereka membutuhkan ketrampilan dalam menghadapi transisi kehidupannya. Keluarga mempunyai peran penting dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak-anaknya. Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa literacy orang tua dan guru PAUD/TK terhadap kesehatan reproduksi masih rendah. Mereka masih belum memberi perhatian terhadap pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi tersebut bagi anak-anaknya. Disamping itu sebagian besar orang tua juga mempunyai pemahaman yang masih rendah terhadap materi kesehatan reproduksi usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan mengembangkan model pendidikan kesehatan reproduksi usia dini dalam bentuk buku ajar bagi orang tua dan guru PAUD/TK. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quantitative dan qualitative exploration dengan desain studi kasus. Data kualitatif akan diperoleh melalui focus group discussion (FGD) pada orang tua, guru dan Dinas Pendidikan Nasional terkait isi materi kesehatan reproduksi usia dini. Sedangkan data kuantitatif untuk mendukung hasil uji implementasi buku ajar melalui pre test dan post test kepada orang tua dan guru PAUD/TK. Monitoring dan evaluasi dilakukan selama dan setelah proses implementasi buku ajar kesehatan reproduksi usia dini.
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sampai saat ini pelecehan seksual di Indonesia masih sering terjadi. Dibuktikan dari laporan Komisi Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (KPK2BGA) Jawa Tengah, kasus kekerasan berbasis gender dan anak pada tahun 2011 sebanyak 2.737 orang dengan 40 persennya adalah anak-anak, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 2.883 dan 47 persennya menimpa anak-anak. Hingga tahun 2013 triwulan pertama tercatat 1.082 orang dengan 45 persennya adalah anak dan jenis kekerasan yang paling dominan berupa kekerasan seksual yaitu sebesar 55 persen. Angka yang sangat tinggi bagi Jawa Tengah mengingat Jawa Tengah sudah memiliki regulasi yang mengatur mengenai perempuan
dan
anak
yakni
Peraturan
Daerah
(Perda)
No
7
Tahun
2013.(Republika,2013) Kekerasan seksual pada anak di Jawa Tengah menduduki urutan kedua setelah kekerasan seksual pada perempuan yaitu sebesar 40.47 persen. Kasus kekerasan masih didominasi dengan pencabulan. Kekerasan seksual pada anak sebagian besar dilakukan oleh keluarga terdekat korban seperti paman, ayah tiri bahkan penjaga sekolah mereka. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual pada anak adalah ketidak tahuan sang anak mengenai hal yang berkaitan dengan perilaku seksual.(Suara Merdeka, 2014) Pelecehan seksual atau kekerasan pada anak adalah kondisi dimana anak terlibat dalam aktivitas seksual dimana anak sama sekali tidak menyadari, dan tidak mampu mengkomunikasikannya atau bahkan tidak tahu arti tindakan yang diterimanya. Banyak sekali pengaruh buruk yang ditimbulkan dari pelecehan seksual. Pada anak yang masih kecil dari biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit dan lain-lain. Kecenderungan untuk menarik diri dari pergaulan teman sebaya dan menjadi pasif dan menjadi agresif dengan teman kelompoknya sangat tinggi. (Nadia, 2004) Pendidikan kesehatan reproduksi tidak hanya semata mengenai seksualitas namun juga merupakan suatu proses yang integrative dengan memadukan 1
pengetahuan biologis, nilai moral, aspek psikologis dan berlandaskan agama. Namun, fakta di masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua masih tetap merasa risih untuk membicarakan seks pada anaknya. Sehingga anak akan mendapatkan pengetahuan seks dari sumber luar yang cenderung salah. Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Dalam kegiatan belajarmengajar terutama dalam pergaulan di lingkungan sekolah, seringkali mereka mendapat masalah, termausk dalam hal kesehatan reproduksi. Sebagai contohnya seorang siswi yang kebingungan saat pertama kali medapat menstruasi, siswi yang mulai malu berolahraga ketika payudaranya mulai membesar dan lain sebagainya. (Kartika Ratna, 2010) Disisi lain sebagian besar orang berpendapat bahwa pendidikan kesehatan reproduksi seperti halnya pendidikan seks justru akan mengajarkan siswa untuk berhubungan seks bebas dan menambah penyelewengan-penyelewengan seksual. Selain itu, kebanyakan orang tua juga berpendapat bahwa hal yang barkaiatan dengan seks adalah sesuatau yang alamiah dimana anak-anak akan belajar dengan sendirinya. Namun, perkembangan dan akulturasi budaya semakin pesat dimana anak-anak mudah dalam mengakses berbagai hal mengenai seks. Dengan demikian pendidikan kesehatan reproduksi diharapkan akan membentengi anak-anak dengan menolak mitos-mitos yang salah mengenai seks dan melawan berbagai godaan seksual yang datang baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.(Kartika Ratna, 2010) Masih banyak orang yang berpendapat bahwa pendidikan kesehatan reproduksi hanya cocok bagi siswa sekolah menegah dan sebaiknya jangan dulu diberikan pada siswa sekolah dasar. Adanya kekhawatiran bahwa siswa sekolah dasar belum siap menerima hal tersebut dan lebih baik dalam kelas perihal seks tidak perlu diberikan. Namun, World Health Organization (WHO) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak ada data yang mendukung bahwa pendidikan kesehatan reproduksi yang benar akan mengarahkan siswa untuk mencoba berperilaku seksual yang tidak sehat. Pengetahuan
tentang
seks
pada
anak-anak
dapat
mencegah
terjadinya
penyimpangan seksual pada anak, hal ini dikarenakan mereka diajarkan tentang peran jenis kelamin, bagaimana bersikap sebagai anak laki-laki atau pun perempuan dan bagaimana bergaul dengan lawan jenisnya. Pendidikan seks pada anak juga dapat mencegah agar anak tidak menjadi korban pelecehan seksual, dengan dibekali pengetahuan tentang seks, mereka menjadi mengerti perilaku mana yang tergolong 2
pelecehan seksual. Selanjutnya, pengetahuan tentang seks juga dapat mencegah anakanak mencoba-coba hal hal yang seharusnya belum boleh mereka lakukan karena ketidaktahuannya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan dari empat orang tua yang memiliki anak usia dini mengaku belum mengenalkan anaknya mengenai kesehatan reproduksi, mereka masih membiarkan putra-putrinya bermain tanpa menggunakan celana dalam. Bahkan, satu dari empat orang tua tersebut tidak mengajarkan toilet training pada putranya. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukannya pembentukan model yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia dini berbasis masyarakat. Selain itu terdapat 60% anak sekolah SLTP yang tidak tahu tentang apa itu kesehatan reproduksi, 52% tidak tahu bagaimana menjaganya dan 45% pernah mengalami gangguan dalam organ reproduksinya yaitu keputihan.
1.2. Tujuan Khusus Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Tujuan tahun pertama adalah a. Memberikan gambaran pendidikan kesehatan reproduksi anak usia dini di masyarakat saat ini b. Mendeskripsikan pengetahuan orang tua mengenai kesehatan reproduksi c. Mendeskripsikan self efficacy orang tua dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anaknya d. Mendeskripsikan sikap orang tua terhadap pemberian kesehatan reproduksi pada anak usia dini Tujuan tahun kedua adalah: a. Mengidentifkasi model pembelajaran kesehatan reproduksi yang cocok untuk anak usia dini berbasis keluarga b. Membentuk model pembelajaran kesehatan reproduksi untuk anak usia dini berbasis keluarga.
Hasil penelitian ini akan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut: Kontribusi terhadap pembaharuan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan reproduksi: a. Penelitian ini akan menggali faktor-faktor yang berpengaruh dengan 3
pembelajaran kesehatan reproduksi pada anak usia dini berbasi keluarga meliputi pengetahuan orang tua, sikap orang tua dan self efficacy. b. Menggali faktor-faktor pendukung dalam pembentukan metode pembelajaran kesehatan reproduksi pada anak usia dini berbasis keluarga. c. Mendapatkan model pembelajaran kesehatan reproduksi pada anak usia dini berbasis keluarga.
Sehingga diharapkan penelitian ini mampu memberikan metode baru yang tepat mengenai pendidikan kesehatan reproduksi dan diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab anak terhadap kesehatan reproduksinya. Serta mengurangi tingkat kekerasan dan pelecehan seksual pada anak.
Keunggulan untuk memecahkan masalah pembangunan: Penelitian ini dapat memecahkan 2 masalah utama dalam pembangunan yaitu: a. Masalah Sumber Daya Manusia, terkait dengan kemampuan mejaga hak-hak reproduksi anak sehingga anak mampu bertanggung jawab akan kesehatan reproduksinya. b. Dengan pemberian pengetahuan yang benar mengenai kesehatan reproduksi diharapkan mampu menurunkan angka pelecehan seksual pada anak dan perilaku seksual menyimpang anak.
Memberikan sumbangan bagi kemajuan IPTEKS bidang kesehatan reproduksi: a. Memberi sumbangan pengetahuan berupa model pembelajaran kesehatan reproduksi pada anak berbasis keluarga. b. Memberikan teori keterkaitan antara pelaksana program kesehatan reproduksi remaja dengan keluarga, dimana keluarga sebagai akar pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini. c. Pembentukan dan pengembangan model pembelajaran kesehatan reproduksi pada anak usia dini berbasis keluarga.
4
1.3. Keutamaan Penelitian Seiring berkembangnya jaman, era modernisasi dan globalisasi yang mengakibatkan mudahnya akses informasi bagi semua kalangan menuntut orang tua agar membekali pembelajaran kesehatan reproduksi pada anaknya sejak usia dini. Maraknya kasus pelecehan seksual pada anak menunjukkan perlunya membekali anak dengan pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar sehingga anak mampu bertanggung jawab atas kesehatan reproduksinya. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua sebagai bekal untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anaknya sejak usia dini tanpa menganggap bahwa semua yang berbau seksual itu tabu. Hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan informasi tentang gambaran pendidikan kesehatan reproduksi anak usia dini dimasyarakat yang selanjutnya akan dikembangkan model pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia dini berbasis keluarga yang tepat.
Penelitian tahun kedua akan menghasilkan model pembelajaran kesehatan reproduksi pada anak usia dini berbasis keluarga.
Model bermanfaat bagi: a. Lingkungan keluarga dalam melakukan pembelajaran kesehatan reproduksi anak usia dini. b. Pelaksana program kesehatan reproduksi remaja (BKKBN, Dinas Kesehatan) dalam rangka memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini. c. Masyarakat, dengan memanfaatkan model ini untuk meningkatkan peran serta keluarga dalam mendidik putra putrinya mengenai kesehatan reproduksi sehingga dapat menurunkan angka pelecehan seksual pada anak.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Anak Usia Dini 1.1.1. Batasan Anak Usia Dini Menurut National Association for the Education of Young Children (NAEYC) menjelaskan bahwa kategori anak usia dini adalah mereka yang usianya antara 0-8 tahun. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14 menjelaskan bahwa, tujuan dari pendidikan usia dini adalah upaya pembinaan sejak lahir hingga usianya mencapai 6 tahun dan dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan, hal ini sangat membantu perkembangan dan pertumbuhan jasmani dan rohani anak supaya mempunyai kesiapan untuk memasuki pendidikan lanjut. Anak usia dini mempunyai ciri yang sangat khas, yaitu: a. Memiliki rasa keingintahuan yang besar b. Pribadi yang unik c. Suka berimajinasi dan berfantasi d. Masa yang sangat potensial untuk belajar e. Memiliki sikap egosentris 1.1.2. Perkembangan Seksualitas Anak Seksualitas merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat manusia lahir sampai meninggal dunia. Perkembangan seksualitas secara fisik dimulai ketika seorang bayi masih dalam kandungan, ditandai dengan mulai berkembangnya alat kelamin pada minggu ketujuh. Namun peristiwa seksualitas yang signifikan dalam kehidupan manusia adalah pubertas dan menopause. Sejak masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi. Pematangan kelenjar pituitary berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-laki dewasa. Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima 6
tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari.Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap terjebak dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan. 1. Fase Oral Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap. Karena bayi sepenuhnya tergantung pada pengasuh (yang bertanggung jawab untuk memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui stimulasi oral. Konflik utama pada tahap ini adalah proses penyapihan, anak harus menjadi kurang bergantung pada para pengasuh. Jika fiksasi terjadi pada tahap ini, Freud percaya individu akan memiliki masalah dengan ketergantungan atau agresi. fiksasi oral dapat mengakibatkan masalah dengan minum, merokok makan, atau menggigit kuku. 2. Fase Anal Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Mengembangkan kontrol ini menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten, 7
produktif dan kreatif. Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua „bukan menghukum, mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan.
Menurut
Freud,
respon
orangtua
tidak
sesuai
dapat
mengakibatkan hasil negatif. Jika orangtua mengambil pendekatan yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa-yg mengusir kepribadian dubur dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud percaya bahwa kepribadian kuat-analberkembang di mana individu tersebut ketat, tertib, kaku dan obsesif. 3. Fase Phalic Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anakanak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu. Kompleks Oedipusmenggambarkan perasaan ini ingin memiliki ibu dan keinginan untuk menggantikan ayah.Namun, anak juga kekhawatiran bahwa ia akan dihukum oleh ayah untuk perasaan ini, takut Freud disebut pengebirian kecemasan. 4. Fase Latent Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah. 5. Fase Genital Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan. 8
1.2. Pengertian Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu ke adaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian
lain
kesehatan
reproduksi
dalam
Konferensi
International
Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi. 1.3. Konsep Dasar Desain Pembelajaran 1.3.1. Jenis-jenis Belajar Belajar (learning) didefinisikan sebagai “perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman pemelajar dan interaksi pemelajar dengan dunia” (Driscoll, 2000:11) Dalam pembelajaran, perlu difasilitasi empat ranah utama belajar: kognitif, afektif, kemampuan motorik dan atar personal. a. Ranah Kognitif Dalam ranah kognitif belajar menggunakan serangkaian kemampuan intelektual yang dapay dikelompokkan menjadi informasi verbal/visual, biasanya melibatkan pengingatan atau pengingatan kembali fakta atau infromasi. Misalnya, menyebutkan tulang-tulang manusia, melabelkan bagoan-bagian ucapan dalam sebuah kalimat, menemukan contoh-contoh bentuk dasar dalam gambar. Ketrampilan intelektual ini, juga membuthkan penerapan kemampuan berpikir kritis dan manipulasi informasi. Misalnya; selain menyebutkan tulang-tulan dalam tubuh manusia, siswa juga dapat membandingkan dan membedakan fungsi-fungsi tulang di kedua tangan hingga organ yang lain. b. Ranah Afektif Ranah afektif melibatkan sikap, perasaan dan nilai-nilai. Tujuan afektif meliputi menstimulasi minat dalam sejarah dengan mewawancarai kerabat yang lebih tua, mendorong perilaku sosial yang sehat melalui penciptaan 9
program daur ulang. c. Ranah Kemampuan Motorik Dalam ranah kemampuan motorik, belajar melibatkan ketrampilan atletik, manual dan ketrampilan fisik lainnya. Tujuan ketrampilan motorik meliputi kemampuan mulai dari kegiatan mekanis yang sederhana hingga kegiatan yang melibatkan koordinasi dan strategi neuromuskuler, seperti dalam perlombaan olahraga. d. Ranah Interpersonal Dalam ranah interpersonal ini melibatkan interaksi di antara orang-orang. Kemampuan
interpersonal
merupakan
ketrampilan
orang
yang
membutuhkan kemampuan untuk berhubungan secara efektif dengan orang lain. 1.3.2. Peran Teknologi dan Media dalam Belajar Teknologi dan media bias berperan banyak untuk belajar. Jika pengajarannya berpusat pada guru, teknologi dan media digunakan untuk mendukung penyajian pengajaran. Di sisi lain, apabila pengajaran berpusat pada siswa, para siswa merupakan pengguna utama teknologi dan media. Komputer merupakan salah satu teknologi pengajaran terpenting yang digunakan dalam pendidikan. Komputer memiliki peran penting yang dimainkan dalam kurikulum, mulai dari perangkat tutorial hingga belajar siswa. Komputer bisa melibatkan dan mendukung para siswa dalam belajar. Untuk melibatkan siswa dalam jenis belajar ini, lingkungan harus menyediakan
materi
yang
memungkinkan
mereka
untuk
melakukan
penelusuran. “Microworld” merupakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk secara bebas bereksperimen, menguji dan menemukan. Lingkungan tersebut memungkinkan para siswa untuk focus pada bidang masalah dan menciptakan solusi yang bermakna bagi mereka (Papert, 1993a, 1993b).
10
1.3.3.
Desain Pembelajaran Desain pembelajaran adalah proses, dimana pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan (Syaiful Sagala (2005:136).
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Komponen Utama Desain Pembelajaran, Komponen utama dari desain pembelajaran adalah: 1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat. 2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar. 3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari 4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. 5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar 6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum. 1.3.4. Model ADDIE Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu 11
model
ADDIE
(Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate).
ADDIE
muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Gambar 1. Model ADDIE Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni : 1. Analysis (analisa) 2. Design (disain / perancangan) 3. Development (pengembangan) 4. Implementation (implementasi/eksekusi) 5. Evaluation (evaluasi/ umpan balik) Langkah 1: Analisis Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta
belajar,
yaitu
melakukan
needs
assessment
(analisis
kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan. Langkah 2: Desain Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran 12
yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci. Langkah 3: Pengembangan Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan. Langkah 4: Implementasi Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal. Langkah 5: Evaluasi Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain. 13
14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian tahap 2 ini adalah penelitian deskriptif kualitatif Dimana dalam penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendapatkan gambaran rancangan buku panduan pendidikan kesehatan reproduksi usia dini.
3.2. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang, dengan peta lokasi sebagai berikut:
Gambar 2. Peta Lokasi Kelurahan Polaman dalam Kecamatan Mijen, Kota Semarang Sumber: http://semarangkota.go.id/main/menu/48/peta-wilayah/kec-mijen
15
3.3. Subyek Penelitian Subyek penelitian untuk penelitian kualitatif adalah orang tua balita, guru PAUD/TK dan Dinas Pendidikan.
3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan: a. Wawancara Mendalam (indept interview) Wawancara mendalam dengan pedoman pertanyaan dilakukan terhadap subyek penelitian dari Dinas Pendidikan Nasional terkait materi, tujuan dan strategi pembelajaran. b. Focus Group Discussion (FGD) FGD dilakukan 3 (tiga) kali yang pertama FGD dengan orang tua balita dan guru PAUD/TK yang bertujuan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan halhal yang akan disampaikan dalam buku panduan, dengan mempertimbangkan aspek komunikasi dan budaya setempat.
3.5. Bagan Alur Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di provinsi Jawa Tengah, adapun kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Bagan Alur Penelitian
16
Tahap kedua ini akan melakukan pembentukan desain model pembelajaran kesehatan reproduksi pada anak usia dini dan pengembangannya. Dilakukan dengan melakukan FGD pada guru dan orang tua sehingga dapat menghasilkan model yang memang dibutuhkan oleh masyarakat. Luaran dalam tahapan ini adalah model yang sudah siap untuk diuji cobakan. Tahap selanjutnya akan dilakukan implementasi model yang telah dibentuk pada kelompok sasaran. Implementasi akan dilakukan selama 6 bula, sebelum dilakukan implementasi akan dilakukan pengukuran pengetahuan pada anak. Kemudian orang tua akan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sesuai model yang telah dibentuk. Setelah 6 bulan dilakukan penilaian kembali terhadap pengetahuan anak. Luaran dalam tahapan ini adalah dapat diketahuinya apakah model mampu meningkatkan pengetahuan anak atau tidak dengan membandingkan nilai pre dan post test.
Tahapan terakhir adalah monitoring dan evaluasi model yang kemudian akan dilakukan perbaikan sesuai dengan keperluan. Luaran dalam tahapan ini adalah model pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia dini yang sudah disempurnakan.
17
Jadwal Pelaksanaan No
Kegiatan
1
Koordinasi dan Perijinan
2
Koordinasi Lapangan
3
Pengumpulan Data
4
Pengembangan Buku Panduan
5
Penerapan dan Evaluasi Buku Panduan
6
Penyusunan Artikel Ilmiah
7
Penyusunan Laporan Kemajuan
8
Publikasi Ilmiah
9
Penyusunan Laporan Akhir
Bl.1
Bl.2
Bl.3
Bl.4
Bl.5
Bl.6
Bl.7
Bl.8
Bl.9
Bl.10
18
BAB IV HASIL YANG DICAPAI
Aktivitas penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: TAHAP KEGIATAN
TUJUAN
PELAKSANAAN
Permohonan ijin penelitian ke Kesbanglinmas Kota Semarang
Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kota Semarang, tanggal 17 Mei 2016
Penyerahan surat ijin penelitian ke Kelurahan Polaman-MijenSemarang dan Puskesmas Karang Malang
Kelurahan Polaman, Mijen Semarang dan Puskesmas Karang Malang tanggal 27 Mei 2016
Pemantapan Instrumen Penelitian
Kesiapan instrumen penelitian
Kampus UDINUS, 23-24 Mei 2016
III
Pelatihan Tenaga Enumerator
Menyiapkan tenaga enumerator FGD dengan bapak dan Guru PAUD/TK
Kampus UDINUS, 26 Mei 2016
IV
Melakukan FGD terhadap 3 Pengumpulan kelompok Data bapak-bapak dan Guru PAUD/TK
I
II
Perijinan
Kelurahan Polaman, Mijen, Semarang tanggal 30 Mei - 4 Juni 2016
HASIL Diterbitkannya Surat ijin Penelitian oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, tertanggal 20 Mei 2016
Diijinkannya pelaksanaan kegiatan penelitian
Instrumen penelitian untuk bapak, guru PAUD sebanyak 3 (tiga) tenaga enumerator siap untuk pengumpulan data Telah diperoleh data primer dari hasil FGD, yang menggambarkan pola asuh dan peran bapak dalam pendidikan kespro usia dini serta perilaku guru PAUD/TK dalam memberikan materi kespro di sekolah 19
TAHAP KEGIATAN
TUJUAN
PELAKSANAAN
HASIL
Kampus UDINUS, 6 - 19 Juni 2016
diperoleh gambaran perilaku bapak, pola pendidikan keluarga dan sekolah dalam pendidikan kesehatan reproduksi
V
Pengolahan dan Analisa Data
Melakukan pengolahan dan analisa data primer yang telah dikumpulkan
VI
Penyusunan Buku Ajar
menyusun buku ajar berdasarkan hasil analisa dari data primer
Kampus UDINUS, 15 Juli - sekarang
draft buku ajar sedang disusun
VII
Desain sampul buku ajar
merancang Kampus UDINUS, cover buku yang 25 Juli - 8 Agustus menarik 2016
cover buku ajar telah dirancang dan disepakati
VIII
Penyusunan Artikel
IX
Penyusunan Laporan Kemajuan
menyusun artikel hasil penelitian yang siap untuk dipublikasikan menyusun laporan kemajuan penelitian sampai dengan bulan Agustus 2016
30 Juli - 10 Agustus 2016
Tersusunnya artikel untuk publikasi hasil penelitian
1 - 10 Agustus 2016
Tersusunnya laporan kemajuan dan siap upload
20
DOKUMENTASI KEGIATAN
Focus Group Discussion dengan bapak-bapak
21
BAB V RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah: 1. Focus Group Discussion dengan Dinas Pendidikan Dalam FGD ini bertujuan untuk mendapatkan masukan terkait materi pendidikan kesehatan reproduksi usia dini di sekolah. Selain itu juga bertujuan memberikan informasi kepada Dinas Pendidikan tentang pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi usia dini di sekolah. 2. Penyelesaian Buku Ajar Buku ajar yang sedang disusun saat ini baru mencapai tahap 50%, diharapkan dapat selesai 100% pada akhir bulan Agustus 2016. 3. Penerapan Buku Ajar. Penerapan buku ajar dilakukan pre test pada anak usia dini terlebih dahulu, kemudian sosialiasi buku ajar kepada orang tua dan guru PAUD/TK dengan membagikan buku ajar kesehatan reproduksi usia dini kepada mereka. 4. Evaluasi buku ajar Evaluasi dilakukan dengan post test kepada anak usia dini, orang tua balita dan guru PAUD/TK untuk melihat dampak buku ajar tersebut terhadap perubahan pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi usia dini. 5. Submit artikel ke jurnal terakreditasi nasional atau jurnal internasional Peneliti berencana submit artikel ke jurnal terakreditasi KESMAS UI atau ke jurnal internasional Scandinavian Journal of Public Health atau Journal of Public Health and Development (Mahidol University).
22
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan a. Perilaku orang tua, utamanya adalah bapak sebagai kepala keluarga menunjukkan perilaku yang masih menganggap bahwa pendidikan kesehatan reproduksi adalah penting tapi tidak tahu bagaimana menyampaikan ke anaknya. Sebagian besar belum tahu istilah-istilah kesehatan reproduksi dan masih menganggap tabu hal tersebut. b. Guru PAUD/TK tidak pernah mendapatkan materi khusus dari Dinas Pendidikan Nasional tentang materi kesehatan reproduksi usia dini. Sehingga dalam pembelajaranpun, guru tidak menyiapkan materi khusus dalam pelajaran di sekolah tentang materi kesehatan reproduksi bagi anak usia dini.
6.2. Saran a. Peningkatan pengetahuan orang tua (bapak dan ibu) dan Guru PAUD/TK melalui media bacaan yang mudah dipahami dan sederhana, mencakup tanya jawab permasalahan harian seputar kesehatan reproduksi usia dini.
23
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Saifudin. 2002. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Edisi II. Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta. Binanto, Iwan. 2010. Multi Media Digital; Dasar Teori + Pengembangannya. Penerbit Andi. Yogyakarta. Braun, Virginia dan Clarke, Victoria. 2009. Using Thematic Analysis in Psychology. www.QualResearchPsych.com. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Model Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Debus, Mery.1988. Buku Panduan Diskusi Kelompok Terarah. Salmindo, Sharon E, dkk. 2011. Instructional technology & Media for Learning. Prenada Media Group. Jakarta. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Kusnanto. Metode Penelitian Kualitatif dalam Riset Kesehatan, Program Magister Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM, Yogyakarta Manoharan. 2008. Education & Publishng Development. APH Publishing Corporation. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Remadja Karya. CV B. Penelitian Kualitatif; Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Proposal. UMM Press. Malang. Nadia, Alfa. 2004. Penganiayaan Terhadap Anak dalam Keluarga. Kharisma Women and Education. Newby.2010. Educational Technology for Teaching and Learning. Perason Education. Poerwandari, E Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Fakultas Psikologi UI. Ratna, Kartika. 2010. Urgensi Pendidikan Kesehatan Reproduksi sebagai Integratif Pembelajaran IPA. Universitas Negeri Yogyakarta Republika. 2013. Kekerasan Sekusal pada Anak dan Perempuan Masih Tinggi. Republika.co.id. diakses pada 25 April 2014
24
Roblyer. 2010. Integrating Educational Technology into Teaching. Prentice Hall Suara Merdeka. 2014. Kekerasan Anak di Demak. Suaramerdeka.com. diakses pada 25 April 2014 Shaluhiyah, Zahroh. 2006. Sexual Lifestyle and Inter-personal Relationship of University Students in Central Java Indonesia and Their Implication for Sexual and Reproductive Health: Thesis. Semarang. Sadiman, dkk. 1993. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2005. The Impact of Life Skills Education Adolescent Sexual Risk Behavior in Kevazulu Natal South Africa. Journal of Adolescent Health.
25
Lampiran 1. Laporan Penggunaan Anggaran
26
27
28
29
Lampiran 2. Buku Ajar
30
Lampiran 3. Submit Artikel ke Seminar Internasional
31
Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti
BIODATA KETUA PENELITI a. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Lengkap Jabatan Fungsional Jabatan Struktural NIP/NIK/Identitas lai NIDN Tempat dan Tanggal Lahir Alamat Rumah Nomor Telepon/Faks/ HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks Alamat e-mail
Eti Rimawati, SKM, M.Kes (P) Lektor Wakil Dekan 0686.11.2000.220 0603077501 Semarang, 3 Juli 1975 Jl. Bukit Kelapa Kopyor XI/B-1 No.21 Semarang (024) 7477367/-/081390575460 Jl. Nakula I No.5-11 Semarang (024) 3549948/(024) 3549948
[email protected]
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan
S-1= 30 orang; S-2= - Orang; S-3= - Orang
13 Mata Kuliah yg Diampu
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kebijakan Kesehatan Organisasi dan Manajemen Kesehatan Ekonomi Kesehatan Manajemen Konflik Kepemimpinan dan Berpikir Sistem Studi Kualitatif
B. Riwayat Pendidikan Keterangan Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun MasukKeluar Judul Skripsi/Thesis
Nama Pembimbing
S-1
S-2
S-3
Universitas Diponegoro Semarang Kesehatan Masyarakat / Administrasi & Kebijakan Kesehatan
Universitas Diponegoro Semarang
-
Promosi Kesehatan
-
1993-1998
2007-2009
-
Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pencatatan Kohort Ibu dan Bayi di Kabupaten Demak 1. dr.Antono Suryoputro, MPH 2. dr.Djoko Nugroho, M.Kes
Fenomena Perilaku Seksual “Ayam Kampus” di Kota Semarang 1. Dr.drg. Zahroh Shaluhiyah, MPH 2. dr.Bagus Widjanarko, MPH
-
32
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi) Pendanaan Sumber
Jml (Juta Rp)
2007
Sistem Informasi Perencanaan Obat Berbasis Komputer di Poliklinik UDINUS Semarang
UDINUS
2,5
2
2009
Hubungan Faktor Individu dan Faktor Bangunan dengan Kejadian Nyeri Kepala Sick Building Syndrome pada Staf Edukatif di Lingkungan UDINUS
UDINUS
2,0
3
2010
Penilaian Kebutuhan Tobacco Free Campus di UDINUS”
UDINUS
2,0
4
2011
Personal Hygiene Organ Reproduksi Perempuan Pedesaan di Desa Polaman Kecamatan Mijen Semarang
UDINUS
3,5
5
2012
Survei ATP dan WTP Kota Semarang
BAPEDA Kota Semarang
100
6
2013
Model Pendidikan Pestisida Bagi Anak Petani
Dikti
44,5
7
2014
Kajian Perda DBD Kota Semarang
BAPEDA Kota Semarang
50
2014
Feasibility Study Puskesmas Kota Semarang
BAPEDA Kota Semarang
50
2015
Model Pendidikan Kesehatan Reproduksi Usia Dini Berbasis Komunitas Guna Meningkatkan Kemampuan Hidup Sehat
HIBER DIKTI
50
2015
Pola Konsumsi Fast Food dan Serat sebagai Faktor Risiko Gizi Lebih Pada Remaja di Kota Semarang
PDP DIKTI
11
2015
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas oleh Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Miroto Semarang
UDINUS
3
No
1
8
9
10
11
Tahun
Judul Penelitian
33
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir No
Tahun
1
2009
2
2009
3
2010
4
2010
5
2010
6
2011
7
2012
8
2013
9
2015
10
2015
11
2015
12
2015
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pengabdian Masyarakat "Pencanangan Puskesmas Ngablak Bebas Asap Rokok Peningkatan Ketrampilan Penggunaan Pestisida yang Benar dan Aman untuk Kesehatan Petani Holtikultura di Desa Rejo Ngablak Magelang Sertifikasi Warung Sehat di Lingkungan Kampus UDINUS Semarang Pendirian Klinik Berhenti Merokok UDINUS Pengadaan smoking area di UDINUS Pelatihan Life Skill Kesehatan Reproduksi bagi Siswa SLTP di Kecamatan Mijen Semarang Pengabdian Masyarakat PHBS Pembentukan PIK-Karo di Kecamatan Mijen IbM Pendampingan Remaja Putri Urban Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK) Murni dalam Peningkatan “Positive Body Image” di Kelurahan Jatingaleh” IbM Pendampingan Gizi Siswa SD Terpadu Darunnajah Mranggen IbM Rumah Kesehatan Reproduksi Berbasis Masyarakat Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Semarang Pengabdian Masyarakat Sosialisasi PAP SMEAR pada Ibu-ibu di Kelurahan Kuningan Semarang
Pendanaan Sumber* Jml (Juta Rp) UDINUS
3,0
DIPA
5,0
2,5 DKK
25
Diknas
35
UDINUS
3,5
UDINUS
1,5
UDINUS
3
UDINUS
1,5
UDINUS
3
UDINUS
3
UDINUS
0,5
34
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir No
Judul Artikel Ilmiah
Volume/ Nomor/Tahun
1
Fungsi Manajemen Koordinator KIA dalam Pencapaian Cakupan ASI Eksklusif di Kota Palangka Raya'
Vol.10 No.2 September 2011 ISSN 1412-3746
Visikes
2
Hubungan antara Konseling dengan Kepuasan Akseptor KB di Puskesmas Manyaran Semarang
No.2.Vol.2.ISSN 1907-2937
Jurnal Promosi Kesehatan
3
Ketua Menulis Artikel Ilmiah "Need Assessment Kurikulum Kesehatan Reproduksi di SMA Kota Semarang" Menulis Artikel Ilmiah "Fenomena Perilaku Seksual Ayam Kampus di Kota Semarang" Ketua Menulis Artikel "Hubungan antara Iklim Organisasi dengan Motivasi Kerja Pegawai di DKK Semarang" Anggota menulis Artikel Ilmiah "Hubungan Faktor Individu dan Faktor Bangunan dengan Kejadian Nyeri Kepala Sick Building Syndrome pada Staf Edukatif di Lingkungan UDINUS" Ketua Menulis Artikel Ilmiah "Penilaian Kebutuhan Tobacco Free Campus di UDINUS" Mutu Pelayanan Rawat Jalan di Balai Pengobatan Puskesmas Bulu Lor Semarang Hubungan Antara Persepsi Wanita yang Menikah Dini (< 20 tahun) tentang Peran Petugas Kesehatan dengan Usia Menikah Wanita di Desa Kebumen Kecamatan Tersono Kabupaten Batang Adiksi Rokok Mild/Light pada Mahasiswa
No.1 Vol.10.ISSN 1412-3746
Jurnal Kesehatan VISIKES
No.1.Vol.5.ISSN 1907-2937
Jurnal Promosi Kesehatan
No.1.Vol.6.ISSN 1412-3088
Majalah Ilmiah Dian UDINUS
No.1 Vol.9.ISSN 1412-3746
Jurnal Kesehatan VISIKES
No.2.Vol.10.ISSN 1412-3088
Majalah Ilmiah Dian UDINUS
No.2. Vol.12. ISSN. 1412-3746
Jurnal Kesehatan VISIKES Jurnal Kesehatan VISIKES
4 5
6
7 8 9
10 11
Persepsi Ibu terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Usia Dini
No.2. Vol.12. ISSN. 1412-3746
No.2.Vol.11.ISSN 1412-3746 submitted
Nama Jurnal
Jurnal Kesehatan VISIKES Kemas UNNES
35
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar Penyaji materi Penggerakan Program KB melalui PIK Remaja Mahasiswa Pemakalah Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan "Peningkatan Kualitas Riset & Inovasi Teknologi Informasi Terapan menuju Peningkatan Daya Saing Industri Lokal di era Global" Pemakalah Seminar Nasional "Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian Millenium development Goal's (MDG's) di Indonesia Pemakalah Seminar Nasional "Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif" Presenter International Public Health Seminar "Integrated Public Health Approaches in Dealing with Non-Communicable Disease in Developing Country" Penyaji Materi dalam Pertemuan Nasional AIDS IV Seminar Nasional Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III Penyaji Materi The 1st Indoensian Conference on Tobacco of Health (ICTOH) Seminar Nasional dan Call for Paper Teknologi dan Pengelolaan Informasi dalam Manajemen Bencana dan Surveilans Kesehatan
Judul Artikel Ilmiah Peer Eduactor Rumah Sahabat UDINUS
Waktu dan Tempat 02/12/2010, BKKBN Propinsi Jawa Tengah
Konseling di Klinik VCT Semarang
16/04/2011, UDINUS
Perilaku Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap pada Pasangan Usia Subur di Kabupaten Pekalongan
12/04/2011, FKM UNSIL Tasikmalaya
Skrip Seksual “Ayam Kampus” di Kota Semarang
13/03/2010, FKM UNDIP
Self Concept of Campus Chicken in Semarang
22/10/2011, UNSRI Palembang
Perilaku Seks Aman pada “Ayam Kampus”
1-6 Oktober 2011, Hotel Inna Garuda Yogyakarta
Pendidikan Pestisida pada Anak Petani
26-27 November 2013, Purwokerto
Perilaku Ibu Rumah Tangga sebagai Perokok Pasif
29-31 Mei 2014, Jakarta
Pemanfaatan Pelayanan Pengobatan di PMI Kota Semarang
22 Maret 2014, Semarang
36
No 10
11
12
Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar 1st International Seminar on Public Health and Education (ISPHE) Penyaji materi dalam Seminar Nasional Manfaat Studi Diet Total (SDT) dalam upaya meningkatkan Kesehatan Gizi Masyarakat The 47th Asia Pacific Academic Consortium for Public Health Conference
Judul Artikel Ilmiah Health Numeracy: Requirement for Public Health Student Pola Pemberian ASI dan MP ASI dengan Status Gizi Bayi di Puskesmas Bandarharjo Mother’s Perception on Early Reproductive Health Education
Waktu dan Tempat 2 September 2014, Semarang 29 September 2015, Bapelkes Semarang 21-23 Oktober 2015, Bandung
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir No Judul Buku 1
Pestisida dan Bahayanya
2013
Jumlah Halaman 31
2
Buku Ajar Ekonomi Kesehatan Mengenal Cara Bercocok Tanam Buku Ajar HIV dan AIDS Program Studi Kesehatan Masyarakat
2014
207
2014
129
2015
344
3 4
Tahun
Penerbit UDINUS Press UDINUS Press UDINUS Press KPAN
H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir No
Judul/Tema HKI
Tahun
Jenis
Nomor P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir Judul/Tema/Jenis Tempat Respons No Rekayasa Sosial Lainnya Tahun Penerapan Masyarakat yang Telah Diterapkan -
37
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) Institusi Pemberi No Jenis Penghargaan Tahun Penghargaan Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Bersaing. Semarang, Januari 2016 Ketua Peneliti
Eti Rimawati, SKM, M.Kes
38
BIODATA ANGGOTA PENELITI 1
a. Identitas Diri 1 Nama Lengkap 2 Jabatan Fungsional 3 Jabatan Struktural 4 NIP/NIK/Identitas lai 5 NIDN 6 Tempat dan Tanggal Lahir 7 Alamat Rumah 8 Nomor Telepon/Faks/ HP 9 Alamat Kantor 10 Nomor Telepon/Faks 11 Alamat e-mail 12
Lulusan yang Telah Dihasilkan
(P)
S-1= - orang; S-2= - Orang; S-3= - Orang
13 Mata Kuliah yg Diampu
b. Riwayat Pendidikan Keterangan
Sri Handayani, SKM, M.Kes 0686.11.2015.607 0608099001 Bojonegoro, 8 September 1990 Jl. Wiroto Dalam II No. 7 Semarang -/-/085727101772 Jl. Nakula I No.5-11 Semarang (024) 3549948/(024) 3549948
[email protected]
7. Metode Epidemiologi 8. Survei Epidemiologi 9. Ilmu Kesehatan Masyarakat 10. Kependudukan
S-1 Universitas Dian Nuswantoro Semarang
S-2 Universitas Diponegoro Semarang
Bidang Ilmu
Epidemiologi
Promosi Kesehatan
Tahun Masuk-Keluar
2008-2012
Judul Skripsi/Thesis
Perilaku Beresiko Penularan HIV AIDS pada Pemandu Karaoke di Resosialisasi Argorejo Semarang
Nama Pembimbing
1. dr. Widoyono, MPH 2. Suharyo, M.Kes
2012-2014 Perilaku Pemakaian Kondom Pada Pasangan HIV DIskordan Sebagai Upaya Pencegahan Penularan HIV pada Pasangan di Kota Semarang 1. dr. Antono Suryoputro, MPH, P.hD 2. dr.Laksmono Widagdo, MPH
Nama Perguruan Tinggi
39
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi) Pendanaan No Tahun Judul Penelitian Sumber* Jml (Juta Rp) Pemanfaatan Pelayanan Peduli Kesehatan Remaja (PKPR) oleh 1 2015 UDINUS 3 Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Miroto Semarang D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir Judul Pengabdian Kepada Pendanaan Masyarakat No Tahun Sumber* Jml (Juta Rp) IBM Rumah Kesehatan Reproduksi Berbasis Masyarakat 1 2015 UDINUS 3 Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Semarang E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir Volume/ Nama No Judul Artikel Ilmiah Nomor/Tahun Jurnal F. Pengalaman Penyampaian Makalah Dalam 5 Tahun Terakhir No Nama Pertemuan Ilmiah / Seminar 1 1st International Seminar of Public Health Education 2
3
7th International Conference on Public Health among The Greater Mekong Sub-Regional Countris Seminar and Workshop on Public Health Action “Building Healthy Community”
Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Judul Artikel Ilmiah Numeracy Literacy pada Mahasiswa Kesehatan Universtas Dian Nuswantoro Semarag Condom Use among HIV Serodiscordant Couples In Semarang Indonesia Knowledge Differences of Mother Toddler on Reproductive Health
Waktu dan Tempat 2014, Grand Candi Hotel, Semarang 2015, Hue, Vietnam 2015, Semarang
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir No
Judul Buku
Tahun
-
-
Jumlah Halaman -
H. Pengalaman Perolehan HKI Dalam 5 – 10 Tahun Terakhir No Judul/Tema HKI Tahun Jenis -
Penerbit -
Nomor P/ID
40
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya Dalam 5 Tahun Terakhir Judul/Tema/Jenis Tempat Respons No. Rekayasa Sosial Lainnya Tahun Penerapan Masyarakat yang Telah Diterapkan J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) Institusi Pemberi No. Jenis Penghargaan Tahun Penghargaan Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya Semarang, Januari 2016 Anggota Peneliti
Sri Handayani, SKM, M.Kes
41
BIODATA ANGGOTA PENELITI 2
a. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NamaLengkap (dengangelar) Jenis Kelamin JabatanFungsional NIP/NIK/No. IdentitasLainnya NIDN TempatdanTanggalLahir E-mail NomorTelepon / HP Alamat Kantor Fakultas Program Studi NomorTelepon/Faks Lulusan yang TelahDihasilkan Mata Kuliah yang Diampu
Toto Haryadi, M.Ds Laki-laki 0686.11.2011.420 0629038901 Semarang, 29 Maret 1989
[email protected] 083877060720 Jl. Nakula I No.5-11 Semarang Ilmu Komputer Desain Komunikasi Visual 1. Sejarah Senirupa Indonesia 2. Metodologi Desain 3. Huruf dan Tipografi II 4. Komputer Grafis I 5. Teknik Presentasi 6. Desain Komunikasi Visual I 7. Desain Komunikasi Visual III 8. Desain Komunikasi Visual V 9. Tinjauan Desain II 10. Teori Periklanan 11. Pengembangan Media Audio Visual 12. Manajemen Desain 13. Multimedia I 14. Game Design Development
42
b. Riwayat Pendidikan Keterangan
S-1
S-2
S-3
Nama Perguruan Tinggi
UDINUS
ITB
-
Bidang Ilmu
Desain Komunikasi Visual
Desain
-
Tahun Masuk-Lulus
2007-2011
2011-2013
-
JudulSkripsi/Thesis/ Disertasi
Melatih Kecerdasan Kognitif Dan Afektif Anak Usia 10 Sampai 12 Tahun Melalui Game Simulasi Warungku
Implementasi Teknik Sabetan Melalui Kinect (Studi Kasus Pengenalan Gerak Wayang Kulit Tokoh Pandawa)
-
Nama Pembimbing/ Promotor
Arifin, M.Kom
Drs. Irfansyah, M.Ds Dr. Imam Santosa, M.Sn
-
c.
Pengalaman Penelitian Pendanaan
No.
1
Tahun
2015
Judul Penelitian
Perancangan Model Wujud Visual Tokoh Pewayangan dalam Pembentukan Identitas dan Watak Tokoh Sebagai Acuan Desain Karakter dalam Karya DKV
Sumber*
Jml (Juta Rp)
Internal Udinus
2,75
43
d. Publikasi Artikel Ilmiah No. 1
Media Publikasi
Judul Artikel Ilmiah
Adaptation of Virtual Digital Technology as a Arte-Polis 4 Learning Medium to be Dalang of Shadow Puppets ITB
Implementasi Teknik Sabetan Melalui Kinect (Studi Techno.com 2 Kasus Pengenalan Gerak Wayang Kulit Tokoh UDINUS Pandawa) Melatih Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan 3 Psikomotorik Anak Usia Sekolah Dasar Melalui Perancangan Game Simulasi “Warungku”
Volume/ Nomor/Tahun Vol. 2, July 2012 Vol. 12, No. 1, Februari 2013
Andharupa Vol. 1, Agustus DKV UDINUS 2015
e. Pengalaman Pengabdian, Pelatihan, Dan Penjurian No.
Tema
Status
1
Keterampilan Desain Grafis
2
Senior High School National IT Competition
Juri
3
Pelatihan SIM (Sistem Informasi Manajemen)
Pemateri
4
Pekan Ilmiah Seni Mahasiswa Udinus
5
Pelatihan Desain Grafis: Logo, Animasi, dan Branding Car
6
7
8
Pengembangan Ketrampilan Desain Komunikasi Visual Untuk Siswa CI BI (Cerdas Istimewa Bakat Istimewa) Pemanfaatan Desain Grafis Sebagai Sarana Pendukung Kegiatan Publikasi dan Jurnalistik Pelatihan Desain Grafis Berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Pemateri
Juri Lomba Game Pemateri
Tempat
Waktu
BP 11-13 November DIKSUS 2013 SMA N 1 Rembang
19 Desember 2013
BP 18 Februari 2014 DIKSUS 19-20 Maret UDINUS 2014 BP 7-9 Mei 2014 DIKSUS
Pemateri
BP 24-26 Juni 2014 DIKSUS
Pemateri
MA AlHadi Mranggen
Pemateri
MMTC 10-16 Desember Jogjakarta 2015
12 Mei 2015
44
f. Pengalaman Seminar, Workshop, Dan Conference No. 1 2 3 4
5
6
7
8
9
10
Tema
Status
Tempat
Waktu
Conference in collaboration with NOKIA Developer Conference Penulisan Artikel Ilmiah untuk Publikasi Jurnal Internasional II
Peserta
JCC Jakarta
Peserta
ITB
4-5 Oktober 2011 21 November 2012
Workshop Pembuatan RPKPS Berbasis KKNI
Peserta
UDINUS 22-23 Januari 2014
Peserta
UDINUS
11 Februari 2014
Peserta
UDINUS
1 September 2015
Peserta
UDINUS 15 April 2015
Peserta
UDINUS 21 April 2015
Peserta
UDINUS 8 April 2015
Peserta
UDINUS
3 September 2015
Peserta
TTC DKV UDINUS
4 Oktober 2015
Workshop Penulisan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bagi Dosen Workshop Hak Kekayaan Intelektual: Proteksi, Prosedur, dan Komersialisasi Workshop Administrasi Kinerja Dosen Seminar Motivasi Penelitian dan Workshop Penyusunan Proposal Bagi Dosen Workshop Penulisan Proposal Hibah Dikti dan Jurnal Internasional Bereputasi Training of Trainer (ToT) Dinus Inside 2015 dengan Tema “Bangga Menjadi UDINUS” Seminar Fotografi Buta
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipretanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya bersedia menerima sanksi. Semarang, Januari 2016 Anggota Peneliti
Toto Haryadi, M.Ds
45
Lampiran 5. Kontrak Penelitian
46
47
48
49
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Kesbanglinmaspol Kota Semarang
50
51
Lampiran 8. Artikel PERILAKU AYAH DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI Eti Rimawati, Sri Handayani, Toto Haryadi Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang
[email protected] /
[email protected]/ Hp.081390575460
ABSTRAK Pentingnya peran ayah dalam proses tumbuh kembang anak tak kalah penting dibandingkan peran ibu. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan bapak terhadap pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak sejak usia dini. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap 100 bapak balita yang dipilih secara Stratified random sampling. Sebagian besar bapak balita berpendidikan SMA dan masih mempunyai pengetahuan rendah terhadap kesehatan reproduksi. Mereka (67%) tidak tahu tentang pengertian kesehatan reproduksi, namun mereka dapat membedakan organ reproduksi laki-laki (75%) dan perempuan (81%), mengatakan tidak tabu berbicara kesehatan reproduksi (88%) dan percaya bahwa anak akan mengetahui kesehatan reproduksi pada saatnya nanti sehingga tidak perlu diberitahu sejak dini. Edukasi dan sosialisasi kepada bapak, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan mereka lebih jauh tentang pentingnya kesehatan reproduksi bagi anak sejak dini.
52
Pendahuluan Permasalahan pelecehan seksual pada anak di Indonesia masih menjadi perhatian besar oleh pemerintah, mengingat beberapa daerah sudah memiliki regulasi yang mengatur tentang perempuan dan anak. Berdasarkan laporan Komisi Perlindungan Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak (KPK2BGA) Jawa Tengah, kasus baru kekerasan seksual pada anak tahun 2012 sebanyak 500 orang, tahun 2013 terdapat 466 orang dan meningkat di tahun 2014 menjadi 773 orang. Pemahaman tentang kesehatan reproduksi pada orang tua dan anak menjadi hal yang perlu mendapat perhatian dalam melihat kasus tersebut. Pendidikan kesehatan reproduksi tidak hanya semata mengenai seksualitas namun juga merupakan suatu proses yang integrative dengan memadukan pengetahuan biologis, nilai moral, aspek psikologis dan berlandaskan agama. Namun, fakta di masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua masih tetap merasa risih untuk membicarakan seks pada anaknya. Sehingga anak akan mendapatkan pengetahuan seks dari sumber luar yang cenderung salah. Anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Dalam kegiatan belajar-mengajar terutama dalam pergaulan di lingkungan sekolah, seringkali mereka mendapat masalah, termasuk dalam hal kesehatan reproduksi. Sebagai contohnya seorang siswi yang kebingungan saat pertama kali mendapat menstruasi, siswi yang mulai malu berolahraga ketika payudaranya mulai membesar dan lain sebagainya (Ratna, 2010). Disisi lain sebagian besar orang berpendapat bahwa pendidikan kesehatan reproduksi seperti halnya pendidikan seks justru akan mengajarkan siswa untuk berhubungan seks bebas dan menambah penyelewengan-penyelewengan seksual. Selain itu, kebanyakan orang tua juga berpendapat bahwa hal yang barkaiatan dengan seks adalah sesuatu yang alamiah dimana anak-anak akan belajar dengan sendirinya. Namun, perkembangan dan akulturasi budaya semakin pesat dimana anak-anak mudah dalam mengakses berbagai hal mengenai seks. Dengan demikian pendidikan kesehatan reproduksi diharapkan akan membentengi anak-anak dengan menolak mitos-mitos yang salah mengenai seks dan melawan berbagai godaan seksual yang datang baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya (Ratna, 2010). Masih banyak orang yang berpendapat bahwa pendidikan kesehatan reproduksi hanya cocok bagi siswa sekolah menegah dan sebaiknya jangan dulu diberikan pada siswa sekolah dasar. Adanya kekhawatiran bahwa siswa sekolah dasar belum siap menerima hal tersebut 53
dan lebih baik dalam kelas perihal seks tidak perlu diberikan. Namun, World Health Organization (WHO) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak ada data yang mendukung bahwa pendidikan kesehatan reproduksi yang benar akan mengarahkan siswa untuk mencoba berperilaku seksual yang tidak sehat. Pentingnya peran ayah dalam proses tumbuh kembang anak tak kalah penting dibandingkan peran ibu (Dagun, 1990; Gottman & Claire, 1999). Meskipun demikian, dalam prakteknya tidak semua ayah secara langsung terlibat dalam mengasuh dan mendidik anaknya. Akhirnya banyak ayah yang menyerahkan sepenuhnya urusan mengasuh anak kepada istrinya. Ini berarti membiarkan anak dididik secara tidak lengkap dan memberikan peluang kepada anak mengalami perkembangan jiwa yang kurang sempurna. Pendidikan kesehatan reproduksi adalah sebuah proses yang berkesinambungan yang tidak hanya mengajarkan seksualitas saja, sebaiknya mengajarkan juga aspek etika, hukum, budaya dan perilaku sosial. Melalui pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini diharapkan mampu mengurangi dan mencegah permasalahan seksualitas seperti pelecehan seksual pada anak. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengetahuan bapak terhadap pendidikan kesehatan reproduksi usia dini.
Metode Penelitian dilakukan di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif, dimana dalam penelitian kuantitatif dilakukan pengumpulan data melalui wawancara terhadap 100 bapak balita tentang pengetahuan pendidikan kesehatan reproduksi usia dini. Sedangkan penelitian kualitatif dilakukan melalui focus group discussion terhadap 14 bapak balita untuk menggali informasi lebih dalam berkaitan dengan pengetahuan dan praktik bapak balita dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak-anaknya. Hasil data kuantitatif diolah dan dianalisa secara deskriptif sedangkan data kualitatif dianalisa secara thematic (thematic analysis), yaitu mendeskripsikan pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam pendidikan kesehatan reproduksi usia dini.
Hasil dan Pembahasan Kelurahan Polaman merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Mijen Kota Semarang. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah 1.687 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 852 54
orang dan jumlah penduduk wanita 835 orang. Kelurahan Polaman terdiri dari 3 Rukun Warga (RW) dan 9 Rukun Tetangga (RT).
55
1. Karakteristik Tabel 1. Karakeristik Responden Umur
f
%
21-36 tahun
26
26%
37-47 tahun
48
48%
48-62tahun
26
26%
Jumlah
100
100%
Pendidikan
f
%
Tidak Tamat SD
0
0%
SD
28
28%
SMP
35
35%
SMA
37
37%
Sarjana
0
0%
Jumlah
100
100%
Pekerjaan
f
%
Tidak Bekerja
5
5%
Buruh
24
24%
Petani
24
24%
Swasta
20
20%
Wiraswasta
21
21%
Peternak
1
1%
Proyek
1
1
Karyawan
4
4%
Jumlah
100
100%
Sumber Informasi Utama
f
%
Tidak memiliki
8
8%
Radio
5
5%
TV
50
50% 56
Handphone
12
12%
TV dan handphone
12
12%
TV, Handphone dan radio
12
12%
Internet
1
1%
Jumlah
100
100%
Sebagian besar bapak balita berada pada rentang umur antara 37-47 tahun (48%), dengan pendididikan tertinggi lulus SMA (37%), mempunyai aktivitas sehari-hari sebagai buruh (24%) dan petani (24%) dan sumber informasi utama sehari-hari adalah televisi (50%).
2. Pengetahuan Bapak Balita terhadap Pendidikan Kesehatan Repoduksi Usia Dini Tabel 2. Pengetahuan Bapak Balita terhadap Pendidikan Kesehatan Repoduksi Usia Dini No Item Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pengertian kesehatan reproduksi Menyebutkan organ reproduksi pada laki-laki Menyebutkan organ reproduksi pada perempuan Kesehatan reproduksi perlu dijaga Materi yang perlu disampaikan untuk kesehatan reproduksi anak Berbicara kesehatan reproduksi pada anak adalah hal yang tabu Informasi kesehatan reproduski perlu disosialisasikan di media massa Setuju dengan istilah pendidikan seks untuk anak Pendidikan kesehatan reproduksi diberikan sejak usia dini Jika anak ingin tahu organ repoduksi, ia harus bertanya kepada guru di sekolah Jika anak ingin tahu tentang organ reproduksi, ia harus bertanya kepada orang tua
tidak tahu (%) 67 25 19 5 41 88
tahu (%) 33 75 81 95 59 12
23 13 6
77 87 94
76
93
10
90
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dari proses penginderaan yang seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2010). Sebagian besar (67%) bapak balita tidak tahu tentang pengertian kesehatan reproduksi. Mereka berpendapat bahwa kesehatan reproduksi berhubungan dengan kesehatan tentang makanan, sayur mayur dari pangan, kebersihan rumah dan kesehatan badan. Bagi yang tahu, mereka hanya mampu menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang berhubungan dengan alat kelamin, kelahiran serta kesehatan ibu dan anak. Mereka juga dapat menyebutkan organ-organ reproduksi yang 57
ada dalam tubuh. Sebagian besar (75%) bisa menjawab bahwa organ reproduksi laki-laki meliputi: penis, buah zakar dan vas deferens. Sedangkan sebagian besar (81%) tidak bisa menyebutkan organ reproduksi wanita adalah: payudara, vagina, rahim dan tuba falopi. Sebesar 95% bapak balita berpendapat bahwa kesehatan reproduksi anak perlu dijaga dengan cara: membersihkan alat kelamin anak dengan sabun, mengganti pampers yang sudah penuh, mengganti celana dalam supaya tidak lembab serta pola makan teratur. Terkait dengan peran orang tua, sebagian besar berpendapat bahwa orang tua mempunyai peran dalam mengenalkan organ reproduksi pada anaknya sejak dini. Mereka berpendapat bahwa peran orang tua adalah agar anak mengerti kegunaannya dan bisa menjaga dirinya sendiri, tidak boleh disentuh oleh orang lain. Bahkan mereka mengaku tahu isi materi apa yang perlu disampaikan kepada anak (59%). Sesuai dengan hasil penelitian Kapti bahwa media audio visual merupakan media yang efektif dalam penyuluhan karena mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu (Kapti, 2013). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan terdapat 50% bapak balita yang mengatakan bahwa sumber informasi sehari-hari adalah televisi. Sekitar 88% bapak balita berpendapat bahwa berbicara tentang organ reproduksi adalah sesuatu yang sudah tidak tabu dan memalukan sehingga tak perlu ditutupi. Mereka berpendapat bahwa perlu memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini agar anak dapat menjaga organ reproduksinya sendiri diluar pantauan orangtua. Bapak balita juga berpendapat bahwa informasi seputar kesehatan reproduksi perlu disampaikan melalui media massa (77%) agar dapat memberikan informasi kepada orangtua bagaimana menjaga organ reproduksi anak dengan baik. Dalam penelitiannya, Azinar menemukan bahwa 55,5% orang tua mempunyai sikap lebih permisif terhadap seksulitas (Azinar, 2013). Sebagaimana dijelaskan L.W. Green bahwa sikap merupakan kecenderungan bertindak yang dilandasi terlebih dahulu dengan pengetahuan dan merupakan faktor predisposing (pemudah) dalam perilaku (Notoatmodjo, 2007). Sikap orang tua yang lebih permisif akan berdampak terhadap pola asuh yang juga lebih permisif kepada anaknya. Hal inilah yang nantinya akan memunculkan permasalahanpermasalah kesehatan reproduksi pada anak dan remaja. Masa usia dini adalah masa yang menentukan perjalanan selanjutnya, dimana pembentukan kepribadian terjadi pada usia lima tahun. Mengingat ibu adalah individu terdekat anak, maka peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi ini menjadi sangat besar artinya (Gunarsa, 2008). Hasil penelitian Linda menjelaskan bahwa 58
pola komunikasi orang tua dengan anak masih rendah (53,2%) dalam membicarakan kesehatan reproduksi.(Suwarni, 2009) Berbanding terbalik dengan yang disampaikan oleh bapak
balita, sebagian besar (88%) merasa tidak malu bila membicarakan organ
reproduksi kepada anaknya namun menggunakan istilah-istilah tertentu untuk mewakili nama-nama organ reproduksi tersebut dan mereka menjawab pertanyaan anaknya sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Mereka beranggapan anak akan mengetahui dengan sendirinya ketika masuk tahap pembelajaran di sekolah.
Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku bapak balita terhadap pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi masih rendah, yang ditandai dengan sebagian besar belum tahu tentang pengertian kesehatan reproduksi. Pengetahuan dan pemahaman bapak terhadap pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi akan memberi dampak terhadap praktik pengasuhan anak dalam mendidik dan mengajarkan kemampuan hidup dalam menjaga kesehatan reproduksi anak sejak dini. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman bapak terhadap pendidikan kesehatan reproduksi melalui media dan sarana yang mudah diakses oleh mereka, salah satunya adalah posyandu serta peningkatan ketrampilan dan kepercayaan diri bapak dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada anaknya.
Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada: Dirjen Dikti atas bantuan dana Hibah Bersaing untuk
penelitian dengan judul Model
Pendidikan Kesehatan Reproduksi Usia Dini berbasis Komunitas Guna meningkatkan Kemampuan Hidup Sehat.
59
DAFTAR PUSTAKA Azinar, M. (2013). Perilaku Seksual Pranikah Berisiko terhadap Kehamilah Tidak Dikehendaki. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 8 (2), 153-160. Dagun, S.M. 1990. Psikologi Keluarga. Rineka Cipta, Jakarta. Gottman, J. & J.D. Claire. 1999. Kiat-kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Gunarsa, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BP Gunung Mulia. Kapti, R. E. (2013). Efektivitas Audio Visual sebagai Media Penyuluhan terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Tata Laksana Balita dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan , 1 (1), 53-60. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ratna, K. (2010). Urgensi Pendidikan Kesehatan Reproduksi sebagai Integratif Pembelajaran IPA. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Suwarni, L. (2009). Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA di Kota Pontianak. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia , 1 (2), 127-133.
60