Laporan Kegiatan Penyuluhan Teknik Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merril)
Oleh : Prof. Dr. Sumarji, SP, MP
Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri
Disampaikan pada Kegiatan Penyuluhan Petani di Desa Betet Kecamatan Ngronggot Nganjuk, Maret – Agustus 2013
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..............................................................................................
i
Daftar Isi ......................................................................................................
ii
Teknik Budidaya Jagung ............................................................................... 1-13 Daftar Pustaka ..............................................................................................
14
Lampiran Kegiatan Penyuluhan 1. Waktu Tanam Dan Penyiapan Lahan..............................................
15
2. Sistem Tanam ...............................................................................
16
3. Penyulaman, Penyiangan Dan Pebumbunan ...................................
17
4. Pemupukan Dan Pengairan ............................................................
18
5. Pengendalian Hama Tanaman ........................................................
19
6. Pengendalian Penyakit Tanaman ....................................................
20
7. Panen Dan Pasca Panen .................................................................
21
ii
KEDELAI (Glycine max (L) Merril)
I.
PENDAHULUAN Kedelai {Glycine max (L) Merril) merupakan salah satu jenis kacangkacangan yang cukup penting. Kedelai banyak mengandung protein, lemak dan vitamin, banyak dikonsumsi manusia dalam bentuk tempe, tahu, tauco, sayur dan kecap. Selain itu dapat pula digunakan sebagai bahan makanan temak, sehingga tidak mengherankan apabila kedelai mendapat julukan "gold form soil" (emas yang muncul dari tanah). Dalam dua dasawarsa terakhir permintaan kedelai meningkat pesat. Pada tahun 1987 telah dikonsumsi 1,4 juta ton kedelai dan diperkirakan permintaan komoditi 1,4 juta ton kedelai meningkat dengan pesat, akan tetapi masih belum dapat memenuhi besarnya permintaan sehingga mengakibatkan import kedelai meningkat pula. Sebagai contoh import kedelai pada tahun 1975 hanya 20 ribu ton, sedangkan pada tahun 1989 meningkat menjadi 800 ribu ton. Di Indonesia luas lahan yang ditanami kedelai pada tahun 1987 mencapai ± 900 ribu hektar, tetapi produksi rata-rata kedelai hanya 1,0-1,2 ton/ha, lebih rendah dibandingkan dengan negara penghasil kedelai yang lain seperti Amerika Serikat, Brasil, Jepang dan Taiwan yang telah mencapai produksi rata-rata 1,5-3,0 ton/ha. Rendahnya produksi kedelai di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : ketersediaan air yang sering kurang mencukupi, cara dan pemupukan yang kurang tepat, pemilihan varietas dan penentuan populasi yang kurang sesuai, serta pengendalian jasad pengganggu (termasuk gulma) yang kurang teratur. Untuk dapat memenuhi kebutuhan kedelai pada tahun 2000 maka produksi minimum kedelai harus mencapai 1,8 ton/ha. Karena itu upaya peningkatan hasil persatuan luas harus terus digalakkan baik melalui kegiatan pemuliaan tanaman, pengetrapan teknik budidaya yang tepat, maupun pengelolaan jasad pengganggu yang benar, dengan pengendalian hama dan penyakit maupun gulma pada pertanaman kedelai. Secara umum sistem usaha tani khususnya pada komoditi kedelai di Indonesia masih beragam, baik dari segi tipe lahan yang dipakai, jenis tanah, cara budidaya, sistem rotasi, pola tanam serta musim tanamnya. Keadaan yang sangat
1
komplek tersebut memerlukan teknologi yang spesifik misalnya pemilihan cara pengendalian gulma yang paling efektif dan efisien, sehingga dapat diperoleh kenaikan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas serta meningkatkan pendapatan bersih pantai.
II. BOTANI 2.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai Kedelai termasuk famili leguminosae/kacang-kacangan, klasifikasinya adalah : Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dikotiledoneae
Ordo
: Polypetales
Famili
: Legummosae
Sub famili
: Papilionoidae
Genus
: Glycine
Species
: Glycine max (L) Merrill
2.2 Morfologi Tannman Kedelai 2.2.1 Biji Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji, dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau atau coklat. Pusat biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji beragam tergantung pada varietasnya. Biji kedelai akan berkecambah jika mendapatkan air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigoeus, yaitu keping biji muncul di atas tanah. Hipokotil yaitu bagian batang kecambah di bawah keping adalali berwarna ungu atau hijau, dan berhubungan dengan warna bunga. Apabila hipokotilnya berwarna hijau maka warna bunganya adalah putih.
2
2.2.2 Akar Kedelai tcnnasuk tanaman bcrakar tunggang. Pada tanah yang gembur, akar tanaman kedelai dapat tumbuh sampai sedalam 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil-bintil akar yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri rhizobium yang kerjanya adalah mengikat nitrogen dari udara, yang kemudian dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman. 2.2.3 Batang Tanaman kedelai adalah berbatang perdu, tumbuhnya tegak dan bercabang. A rah cabang miring melebar atau kadang-kadang hampir sejajar dengan batang. Cabang tersebut dapat panjang sehingga hampir mencapai sejajar dengan ketinggian batang. Ketinggian kedelai mencapai 30-100 cm. Batang dapat membentuk 3-6 cabang. Batang kedelai biasanya berwarna hijau tua atau ungu. Jika jarak antar tanaman rapat maka cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali. 2.2.4 Bunga Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, dimana setiap bunga mempunyai alat kelamin jantan dan betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih tertutup/menutup, sehingga kemungkinan terjadi perkawinan secara alami sangat kecil sekali. Bunga terletak pada ruas-ruas batang yang berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong meskipun telah terjadi penyerbukan secara baik atau sempurna. Pembungaan sangat dipengamhi oleh penyinaran dan temperatur. Kedelai termasuk tanaman hari pendek, tidak akan berbunga jika penyinaran lebih dari batas kritis, yakni sekitar 15 jam. 2.2.5 Buah Buah kedelai berbentuk polong dengan jumlah biji rata-rata dua dengan kisaran 1-4 buah tiap polong. Polong kedelai mempunyai bulu yang
berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu.
Dalam proses
pematangan, warna polong berubah menjadi lebih tua, warna menjadi kehitaman dan keputihan atau kecoklatan. Polong yang telah kering akan
3
mudah pecah dan melentingkan biji-bijinya. Jumlah polong per pohon beragam tergantung pada jarak tanam, kesuburan serta varietasnya. Kedelai di Indonesia masak polongnya berkisar antara 75-110 hari setelah tanam.
2.3 Varietas Tanaman Kedelai Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat morfologi, fisiologi, sitologi, kimia atau sifat lainnya secara nyata untuk maksud-maksud usaha pertanian dan apabila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari lainnya. Dalam upaya meningkatkan hasil kedelai yang tinggi, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan penggunaan varietas unggul. Suatu varietas dikatakan unggul apabila mempunyai sifat-sifat agronomis yang unggul dibandingkan dengan varietas lain, sehingga dapat terjadi keadaan produksi yang tinggi, walaupun dalam salah satu sifat mungkin kalah. Keunggulan sifat suatu varietas kadang-kadang hanya terlihat pada salah satu komponen hasil (kandungan zat gizi) maupun hanya pada ketahanannya terhadap hama, penyakit dan kekeringan. Tetapi secara umum keistimewaan suatu varietas unggul tentu pada produksinya, baik secara kuantitas maupun kualitas, pada suatu daerah tertentu. Perbedaan hasil suatu varietas disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan pertumbuhan dan genotipe tanaman. Hal tersebut menyebabkan tiap-tiap daerah di negara-negara penghasil kedelai mempunyai varielasvarietas sendiri atau setempat yang dapat memberikan hasil tinggi sesuai dengan keadaan lingkungan yang dibutuhkan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa varietas dianggap waktu unggul di waktu sekarang belum tentu juga unggul di waktu mendatang. Hal ini karena terjadi perubahan dari varietas itu sendiri maupun ditemukannya varietasvarietas baru yang lebih unggul. Dijelaskan pula bahwa varietas kedelai yang unggul adalah varietas yang mempunyai sifat-sifat produksi tinggi, umur genjah, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan rebah, polong tidak mudah pecah dan mutu biji tinggi.
4
Sedangkan varietas-varietas yang dianjurkan untuk ditanam antara lain : varietas orba, var. galunggun, var. cokon, var. guntur, var. muria, var. wilis, var. tidar, var. dempo, var, kerinci, var. merbabu, var. muria, var. tidar, var. retek, var. rinjani, var. compo batang, dan var. Tambora
VAR1ETAS
TAHUN
UMUR
DILEPAS
(hari)
RATAAN
BOBOT
HASIL
100 BUI
(ton/ha)
(gram)
WARNA BIJI
KETAHANAN THD. KARAT
Orba
1974
90
15
1,3
Kuning
Agak tahan
Galunggung
1981
85
15
125
Kuning
Agak peka
Lokon
1982
76
11
11
Kuning
Agak peka
Guntur
1982
78
11
11
Kuning
Agak peka
Wilis
1983
88
16
10
Kuning
Agak peka
Dempo
1984
90
15
125
Kuning
Tahan
Kerinci
1985
87
16
10
Kuning
Tahan
Raung
1986
85
16
13
Kuning
Tahan
Merbabu
1986
85
16
10
Kuning
Tahan
Muria
1987
88
15
11
Kuning
Agak tahan
Tidar
1987
85
16
7
Kuning kehijauan Agak tahan
Petek
1988
75
12
83
Kuning
Rinjani
1989
88
17
10
Kuning kehijauan Agak tahan
Lompo batang
1989
86
17
10
Kuning kehijauan Agak tahan
Tambora
1989
85
15
13
Kuning
Agak tahan
Agak tahan
Berikutnya deskripsi kedelai dari beberapa varictas unggul dan varietas lokal: (l)Varietas Wilis Nornor induk Nama Asal Tahun dilepas Warna hipokotil Warna batang Warna daun Warna bunga Warna biji Warna polong tua Warna hylum Type tumbuh Umur berbunga Umur matang
B.3034 Wilis Hasil persilangan orba dan No. 1632 1983
ungu hijau hijau tua kuning kuning coklat tua coklat determinate 39 hari setelah tanam 85-90 hari setelah tanam.
5
Tinggi tanaman Produksi rata-rata Bobotper 100 biji Kadar protein Kadar minyak Sifat-sifat lain Benih penjenis
50 cm 1,6 ton 10 gram 37% 18% agak tahan terhadap penyakit karat, tahan rebah dan penyakit virus dipertahankan di Balitan Bogor & Malang
(2)Varietas Kerinci Nama Asal Type tumbuh Mulai berbunga Umur matang Produksi rata-rata Bobotper 100 biji Sifat-sifat lain
Kerinci persilangan Davros x No. 1682 determinate ±38 hari 87 hari 1,6 ton 10 gram cukup tahan terhadap karat daun, lalat buah
(3)Varietas lokal "Presi' Nama Asal Daerah penyebaran Wama hipokotii Warna batang Warna daun Warna bulu Warna bunga Warna biji Warna polong tua Warna kulit biji Warna hylum Type tumbuh Tinggi tanaman Umur berbunga Umur matang Produksi rata-rata Bobotper 100 biji Sifat-sifat lain
Presi Pasuruan Pasuruan, Lumajang ungu hijau hijau tua coklat ungu kuning coklat tua kuning kehijauan coklat tua interdeterminate 70-95 cm 40-50 hari 100-110 hari 0,6-1,2 ton 6-7 gram bercabang banyak, agak tahan terhadap karat
III. SYARAT TUMBUH TANAMAN KEDELAI 3.1 Tanah Tanaman kedelai di dalam pertumbuhannya tidak banyak membutuhkan perlakuan yang khusus, bahkan dengan perlakuan minim tanaman kedelai masih bisa tumbuh dan menghasilkan biji.
6
Walaupun demikian pengolahan tanah sangat diperlukan untuk tanaman kedelai, terutama pada tanah tegalan yang bertekstur berat seperti grumosol. Pada tanah podsolik, pengolahan tanah sebelum ditanami dapat menaikkan liasil 30-60%. Pengolahan tanah sebelum tanam bertujuan untuk : memberantas gulma, menggemburkan tanah, sehingga kecambah mudah tumbuh dan perakaran dapat berkembang sempurna, memperbaiki aerasi dan drainase tanah. Pada tanah yang mempunyai pH 5,8-7,0 cocok untuk tanaman kedelai. Pada tanah yang mempunyai pH di bawah 5,5 sebaiknya diberi kapur 2-4 ton/ha, sehingga memungkinkan kenaikan hasil.
3.2 Iklim Lahan sawah berpengairan, lahan sawah tadah hujan, lahan kering dsb. Secara teknis dapat digunakan untuk budidaya kedelai, akan tetapi dalam pertumbuhannya menjelang kedelai tua membutuhkan iklim yang kering. Apabila iklim terlalu basah, tanaman kurang menghasilkan biji walaupun tanaman tumbuh subur, budidaya kedelai dapat juga dilakukan di dataran tinggi dan rendah, tinggi rendahnya tempat suatu tanaman yang diusahakan sangat erat hubungannya dengan proses metabolisme. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m dari permukaan laut, tetapi yang paling baik pada ketinggian sampai 650 mdpl. Karena ketinggian tempat berpengaruh pada umur tanaman, pada dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi lebih panjang. Temperatur
merupakan
faktor
penting
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan tanaman. Temperatur yang optimum bagi pertumbuhan kedelai ± 20°C, untuk menjamin berlangsungnya pembungaan yang baik dibutuhkan temperatur di atas 24°C. Polong kedelai terbentuk secara optimal pada temperatur 26,6°-32°C pada tanah akibat meningkatnya laju evaporasi dan proses metabolisme yang lebih tinggi. Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai. Curah hujan yang tinggi tetapi tidak merata akan mengakibatkan sering terjadinya kekeringan. Jika hal ini terjadi pada saat pembungaan dan pengisian polong, maka produksi yang dihasilkan rendah. Rata-rata curah hujan yang diperlukan kurang dari 200 mm per bulan. Jumlah
7
bulan kering yang diperlukan antara 3-6 bulan, curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan agak berkurang menjelang pematangan biji sangat penting bagi peningkatan hasil kedelai. Tanaman kedelai tidak akan berbunga jika lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis, karena kedelai merupakan tanaman hari pendek. Jika lama penyinaran kurang dari kritis maka tanaman kedelai akan berbunga. Proses waktu pembungaan tergantung dari varietas dan lamanya penyinaran. Lama penyinaran 12 jam per hari dengan kondisi lingkungan yang baik menyebabkan hampir semua tanaman kedelai dapat berbunga.
IV. BUDIDAYA KEDELAI 4.1 Waktu Tanam Pemilihan waktu tanam yang tepat untuk masing-masing daerah sangat penting, karena erat kaitannya dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan menghindari kebanjiran pada saat tanaman masih muda. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, sebaiknya kedelai ditanam pada bulan-bulan yang agak kering, tetapi air tanah masiheukup tersedia. Waktu tanam yang tepat sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah lain. Tetapi pada umumnya pada tanah tegalan yang drainasenya baik musim tanam yang sesuai adalah pada awal musim penghujan, sedang pada tanah sawah menjelang berahkirnya musim hujan. Di Jawa Timur sebagai contoh, kedelai ditanam pada musim palawija I yaitu pada awal bulan Mei sesudah panen padi sawah, dan pada musim palawija II ditanam pada awal bulan Agustus (pada tanah setelah ditanami jagung atau tebu). Di tanah-tanah tegalan, sebagai palawija II kedelai ditanam di sekitar bulan Januari-Februari sesudah panen padi gogo atau jagung. Dianjurkan menanam kedelai secara serentak untuk daerah-daerah yang berdekatan, dengan maksud untuk membatasi penyebaran hama. Pada penanaman yang tidak serempak, tanaman yang lebih dahulu dipanen akan merupakan sumber penularan hama. Agar tidak terjadi stimulasi hama di suatu daerah sebaiknya penanaman kedelai dirotasikan dengan tanaman lain.
8
4.2 Penggunaan Benih Yang Bermutu Baik Sering terjadi tanaman kedelai yang dapat dipanen hanya sekitar 50% dari jumlah biji yang ditanam. Hal ini terutama disebabkan karena banyak biji yang ditanam tidak tumbuh. Untuk memperoleh populasi tanaman yang "penuh" diperlukan benih yang bermutu baik. Benih yang bermutu baik mempunyai sifatsifat sebagai berikut: (1) Daya tumbuh lebih dari 90% (2) Kecepatan tumbuh baik (vigor) (3) Murni (tidak tercampur varietas lain) (4) Sehat (tidak mengandung bibit penyakit dan hama) (5) Tidak tercampur dengan gulma/herba (6) Biji bernas, warna biji mengkilat tidak keriput, tidak tcrdapat luka bekas gigitan serangga/ulat Benih kedelai tidak mempunyai "dormancy" sehingga semakin baru benih akan semakin baik akan tumbuh merata 4 hari setelah tanam pada kelembaban tanah yang cukup. Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah, daapt diatasi dengan menanam 3-4 biji tiap lubang atau menanam dengan jarak tanam yang agak rapat. Pada lahan sawah kebutuhan benih sekitar 45 kg/ha dengan daya tumbuh lebih 80%, sedang untuk lahan tegalan kebutuhan benihnya juga sekitar 45 kg/ha.
4.3 Pengolahan Tanah Dianjurkan untuk mengolah tanah terlebih dahulu sebelum bertauam kedelai. Tujuan pengolahan tanah antara lain : untuk mematikan tumbuhan pengganggu atau herba dan untuk memperoleh struktur tanah yang gembur serta drainase dan aerasi tanah yang cukup baik. Dengan pengolahan tanah yang baik, akar kedelai dapat tumbuh sempurna, terutama pada penanaman di lahan tegalan yang dilakukan pada awal musim penghujan, pengolahan tanah sangat diperlukan. Cara pengolahan tanah dilakukan dengan membajak atau mencangkul 1-2 kali, kemudian diratakan dan sisa-sisa gulma dibuang dari petakan. Jangka waktu pengolahan tanah dengan penanaman diusahakan agak lama (3-4 minggu)
9
untuk memperoleh struktur tanah yang baik. Apabila banyak terdapat air, perlu dibuatkan saluran air dengan jarak antara saluran 3-4 m dan panjangnya sesuai dengan panjang petakan. Pada umumnya petani jarang mengolah tanah terlebih dahulu pada penanaman kedelai setelah panen padi sawah. Benih kedelai cukup disebar atau ditugalkan setelah padi dipanen. Hal ini dilakukan selain utnuk mengejar musim, juga pada daerah yang pengairannya dan pengolahan tanahnya suiit cara tersebul lebih menguntungkan.
4.4 Pemupukan Dosis pupuk yang tepat untuk tanaman kedelai lahan sawah. Urea 50 kg + TSP 75 kg + 75 kg KCl per hektarnya. Jenis tanah hidromorf seperti tanah pantai utara Jawa Barat perlu dipupuk dengan 100 kg urea + 75 kg TSP + l00 kgKCl per hektar. Untuk lahan tegal, pada tanah yang subur tidak perlu penambahan pupuk. Sedangkan pada tanah yang kurang subur penambahan pupuk seperti berikut : pupuk kandang 3-5 ton/ha, pupuk urea 50-100 kg/ha, pupuk TSP 50-75 kg/ha dan pupuk KC1 50-75 kg/ha. Sebenarnya penggunaan pupuk N untuk tanaman kedelai kurang efektif, karena tanaman kedelai hidup bersimbiosa dengan bakteri rhizobium yang dapat mengikat unsur N dari udara. Unsur N yang telah diikat oleh bakteri kemudian digunakan oleh tanaman kedelai. Pemberian kapur mati sebanyak 2-3 ton/ha pada tanah asam (pH 5,5) sering dapat menaikkan hasil. Kapur sebaiknya diberikan kira-kira satu bulan sebelum tanam, dengan cara disebarkan dan diaduk ke dalam tanah sedalam ± 15 cm. Penggunaan pupuk kandang atau kompos yang sudah matang baik untuk tanah-tanah yang kurang subur.
V. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT 5.1 Hama Tanaman Kedelai a. Lalat Bibit (Agromyza phased!) Agromyza menyerang tanaman muda pada umur 1-4 minggu. Tanaman
10
yang terserang menjadi layu, warna daun kekuning-kuningan dan akhirnya tanaman mati. Gejala serangan awal bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama, dimana merupakan tempat dimana telur diletakkan. Setelah menetas, ulat menuju pangkal batang masuk kc dalam batang dan menggerek batang, yang menycbabkan daun layu dan akhirnya mati. Apabila pada tanaman yang mati diperiksa, akan didapatkan kepompong di bawah kulit pangkal akar. Tanaman terserang yang masih bertahan hidup akan tumbuh kerdil dan mudah dicabut. Serangan agromyzae banyak terdapat pada pertanaman antara bulan September-November. Pada serangan berat, dapat mencapai 90% tanaman mati. Pertanaman bulan April-Juni umumnya hanya sedikit mengalami gangguan agromyzae. Pemberantasan lalat bibit dapat dilakukan menggunakan insektisida, antara lain : surecide 25 EC 1 cc/lt air/2 ha. Thiodan 35 EC 1 cc/lt air/1,5 ha, watathion 30 EC 1 cc/lt air/1-2 ha, hostathion 40 EC 0,5 cc/lt air/ha, masingmasing diberikan 7-8 hari setelah tanam. b. Ulat Prodenia (Prodenia Litura) Hama ini menyerang daun dan polong muda. Serangan umumnya mulai terjadi pada saat tanaman kedelai mulai berbunga. Ulat-ulat prodenia berwarna hitam kehijauan dengan garis kuning di punggung dan samping badan. Tanaman yang terserang berat kelihatan tinggal tulang daunnya saja, biji yang dihasilkan kecil-kecil atau tidak menghasilkan sama sekali. Untuk memberantas ulat prodenia biasanya digunakan insektisidainsektisida, seperti : Reldan 20 EC, Dursban 20 EC, Matador. c. Wereng kedelai (Phaedonia inclusa) Hama ini menyerang kedelai sejak dari bentuk ulat (larva) sampai bentuk kumbang. Baik ulat maupun kumbang menyerang pucuk, daun muda, bunga, polong-polong muda dan menggigit tangkai-tangkai muda, sehingga mengakibatkan bagian pucuk/daun layu dan terkulai kemudian mengering. Apabila serangan dan berat semua tanaman mati dan tinggal pangkalpangkal batangnya saja.
11
d. Ulat Penggerek Polong (Etiella Zinckenlla) Ulat penggerek polong hidup di dalam polong dan memakan biji-biji kedelai. Akibat serangan ulat ini biji kedelai dapat termakan sampai habis atau tinggal separuhnya sehingga mutu biji sangat jelek. Kerusakkan yang disebabkan oleh ulat penggerek polong ini dapat mencapai 75%. Tandatanda serangan adalah pada kulit polong terdapat bercak hitam dan di dalamnya terdapat ulat. Pemberantasan hama ini agak sulit karena hama hidup di dalam polong. Pencegahan hendaknya dimulai pada saat pembentukan polong yaitu dengan cara penyemprotan menggunakan Karphos dan Surecide dengan interval 10 hari. Penggunaan insektisida sistematik yang dilarang, seperti Azordin 24 Ec juga dapat memberantas hama ini. Beberapa tindakan untuk mcnccgah timbulnya hama antara lain : (1) Tanaman kedelai dirotasikan dengan tanaman lain (2) Menanam kedelai secara serentak pada areal yang berdekatan (3) Memberantas secara serentak pada areal yang berdekatan setiap kali terdapat serangan hama (4) Menghentikan penanaman kedelai selama 1-2 tahun di daerah serangan bila hama terlalu banyak
5.2 Penyakit Tanaman Kedelai Penyakit yang sering menyerang tanaman kedelai adalah karat daun. Penyakit ini disebabkan oieh cendawan karat (Phakospora pacharhizi). Penyakit karat daun menyerang daun-daun mulai tanaman berumur ± 40 hari. Daun yang terserang karat akan timbul bercak-bercak berwarna cokelat dan mudah rontok, apabila serangan berat, biji tidak terisi penuh atau kososng sama sekali. Kerusakan akibat serangan karat daun dapat mencapai kematian 100%. Serangan yang berat terjadi pada musim-musim penghujan. Cara pencegahan dengan penyemprotan Dithane M-45, mulai umur 40 hari dengan interval 10 hari sampai tanaman berumur 80 hari. Penyakit karat ini sering timbul pada areal pertanaman yang sering ditanami kedelai. Oleh karena itu untuk pencegahan perlu diadakan rotasi tanaman, sedangkan pada
12
daerah-daerah yang sering terserang penyakit ini dianjurkan menanam varietas yang tahan, seperti varietas Orba. Penyakit karat yang mulai menyerang pada umur 70 hari atau lebih tindak perlu dikendalikan, karena tidak berpengaruh pada produksi.
VI. PANEN DAN PASCA PANEN Panen dilakukan jika tanaman telah masak dan daunnya telah rontok. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu tidak hujan dan ada sinar matahari. Batang-batang kedelai dipotong dengan sabit, kemudian segera dijemur. Lantai penjemuran sebaiknya dibuat dari semen. Setelah dijemur 2-3 hari biasanya polong kedelai mudah pecah dan siap dipisahkan dari biji. Cara pembijian dengan menggunakan mesin perontok padi atau dengan cara dipukul-pukul dengan kayu. Biji-biji hasil rontokan kemudian dibersihkan, selanjutnya diadakan sortasi dan penjemuran sampai kandungan aimya 14% atau sekitar 12%. Biji kedelai yang akan dijadikan benih hendaknya dipilih dari tanaman yang sehat, telah benar-benar masak dan murni. Untuk itu pada saat panen dipilih tanaman-tanaman yang sehat. Tanaman-tanaman terpilih dipanen tersendiri, bijibijinya dipilih dan dikeringkan sampai kering benar, dengan kadar air ± 12%. Penjemuran dilakukan hanya pada pagi hari (jam 10.00-12.00). benih yang telah kering disimpan pada tempat yang bersih, kering dan kedap air. Penggunaan wadah dari kantong plastik tebal yang ditutup rapat dapat mempertahankan daya tumbuh kedelai hingga 8 bulan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009, Deskripsi Varietas Kacang-kacangan, Lembaga Pusat Penbelitian, Bogor Anonymous, 2009, Pedoman Bercocok Tanaman Padi, Palawijo dan Sayur-sayuran Deptan, Satuan Pengendalian Bimas, Jakarta Ismail, I.G. dan S. Efendi, Bertanam Kedelai pada Lahan Kering. Badan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Pasaribu, D. 2001. Bertanam Kedelai. Bina Cipta, Bandung
14
LAMPIRAN KEGIATAN PENYULUHAN 1. WAKTU TANAM DAN PENYIAPAN LAHAN HARI : SENIN, 1 APRIL 2013 WAKTU : 7 JAM DAFTAR HADIR PESERTA/PETANI No
Nama
1
Ruseno
2.
Supriyono
3.
H. Suroto
4.
Suroso
5.
Ilham
6.
Kasiyo
7.
Mukadi
8.
Sarkun
9.
Sapari
10.
Tarmidi
Tanda tangan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nganjuk, 1 April 2013
Mengetahui Kepala Desa Betet
Penyuluh
SUHARTINI
Prof. Dr. SUMARJI, SP.,MP.
Menyetujui Dekan Fak. Pertanian UNISKA
Dr. SUPRIYONO, SP.MP
15
LAMPIRAN KEGIATAN PENYULUHAN 2. SISTEM TANAM HARI : SELASA, 2 APRIL 2013 WAKTU : 7 JAM DAFTAR HADIR PESERTA/PETANI No
Nama
1
Ruseno
2.
Supriyono
3.
H. Suroto
4.
Suroso
5.
Ilham
6.
Kasiyo
7.
Mukadi
8.
Sarkun
9.
Sapari
10.
Tarmidi
Tanda tangan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nganjuk, 2 April 2013
Mengetahui Kepala Desa Betet
Penyuluh
SUHARTINI
Prof. Dr. SUMARJI, SP.,MP.
Menyetujui Dekan Fak. Pertanian UNISKA
Dr. SUPRIYONO, SP.MP
16
LAMPIRAN KEGIATAN PENYULUHAN 3. PENYULAMAN, PENYIANGAN DAN PEBUMBUNAN HARI : RABU, 3 APRIL 2013 WAKTU : 7 JAM DAFTAR HADIR PESERTA/PETANI No
Nama
1
Ruseno
2.
Supriyono
3.
H. Suroto
4.
Suroso
5.
Ilham
6.
Kasiyo
7.
Mukadi
8.
Sarkun
9.
Sapari
10.
Tarmidi
Tanda tangan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nganjuk, 3 April 2013
Mengetahui Kepala Desa Betet
Penyuluh
SUHARTINI
Prof. Dr. SUMARJI, SP.,MP.
Menyetujui Dekan Fak. Pertanian UNISKA
Dr. SUPRIYONO, SP.MP
17
LAMPIRAN KEGIATAN PENYULUHAN 4. PEMUPUKAN DAN PENGAIRAN HARI : KAMIS, 4 APRIL 2013 WAKTU : 7 JAM DAFTAR HADIR PESERTA/PETANI No
Nama
1
Ruseno
2.
Supriyono
3.
H. Suroto
4.
Suroso
5.
Ilham
6.
Kasiyo
7.
Mukadi
8.
Sarkun
9.
Sapari
10.
Tarmidi
Tanda tangan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nganjuk, 4 April 2013
Mengetahui Kepala Desa Betet
Penyuluh
SUHARTINI
Prof. Dr. SUMARJI, SP.,MP.
Menyetujui Dekan Fak. Pertanian UNISKA
Dr. SUPRIYONO, SP.MP
18
LAMPIRAN KEGIATAN PENYULUHAN 5. PENGENDALIAN HAMA TANAMAN HARI : JUM’AT, 5 APRIL 2013 WAKTU : 7 JAM DAFTAR HADIR PESERTA/PETANI No
Nama
1
Ruseno
2.
Supriyono
3.
H. Suroto
4.
Suroso
5.
Ilham
6.
Kasiyo
7.
Mukadi
8.
Sarkun
9.
Sapari
10.
Tarmidi
Tanda tangan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nganjuk, 5 April 2013
Mengetahui Kepala Desa Betet
Penyuluh
SUHARTINI
Prof. Dr. SUMARJI, SP.,MP.
Menyetujui Dekan Fak. Pertanian UNISKA
Dr. SUPRIYONO, SP.MP
19
LAMPIRAN KEGIATAN PENYULUHAN 6. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HARI : SABTU, 6 APRIL 2013 WAKTU : 7 JAM DAFTAR HADIR PESERTA/PETANI No
Nama
1
Ruseno
2.
Supriyono
3.
H. Suroto
4.
Suroso
5.
Ilham
6.
Kasiyo
7.
Mukadi
8.
Sarkun
9.
Sapari
10.
Tarmidi
Tanda tangan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nganjuk, 6 April 2013 Mengetahui Kepala Desa Betet
Penyuluh
SUHARTINI
Prof. Dr. SUMARJI, SP.,MP.
Menyetujui Dekan Fak. Pertanian UNISKA
Dr. SUPRIYONO, SP.MP
20
LAMPIRAN KEGIATAN PENYULUHAN 7. PANEN DAN PASCA PANEN HARI : MINGGU, 7 APRIL 2013 WAKTU : 8 JAM DAFTAR HADIR PESERTA/PETANI No
Nama
1
Ruseno
2.
Supriyono
3.
H. Suroto
4.
Suroso
5.
Ilham
6.
Kasiyo
7.
Mukadi
8.
Sarkun
9.
Sapari
10.
Tarmidi
Tanda tangan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nganjuk, 7 April 2013
Mengetahui Kepala Desa Betet
Penyuluh
SUHARTINI
Prof. Dr. SUMARJI, SP.,MP.
Menyetujui Dekan Fak. Pertanian UNISKA
Dr. SUPRIYONO, SP.MP
21