BUDIDAYA KEDELAI ( Glycine max )
I.
Pendahuluan Di Provinsi Riau tahun 2005, luas
panen kedelai mencapai 2.829 ha dengan produksi 2.923 (setara dengan 1,033 t/ha). Jika penelitian (1,7-3,2 t/ha), produktivitas kedelai di Riau masih rendah. Beberapa sentra produksi kedelai di Riau adalah Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Indragiri Hilir dan Kampar dengan luas masing-masing 947 ha ; 820 ha dan 404 ha (Anonimus, 2008). Sebagai bagian dari program revitalisasi pembangunan pertanian, pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan produksi kedelai nasional menuju swasembada 2015. Program ini harus didukung oleh semua pihak yang terkait dalam proses produksinya. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tingkat produksi melalui perbaikan teknologi masih terbuka lebar, mengingat produktivitas pertanaman kedelai di tingkat petani masih rendah (1,3 t/ha) dengan kisaran 0,6 – 2,0 t/ha sementara teknologi produksi yang tersedia telah mampu menghasilkan 1,7 – 3,2 t/ha. Untuk meningkatkan produksi kedelai nasional dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan menekan volume impor, pemerintah telah mencanangkan program peningkatan produksi kedelai. Salah satu strategi yang telah ditempuh adalah meningkatkan produktivitas yang kini baru mencapai 1,2 t/ha, sementara di tingkat penelitian telah mencapai 2,0 – 2,5 t/ha. Dalam hal ini inovasi teknologi memegang peranan penting. Hasil penelitian di beberapa lokasi menunjukkan bahwa teknologi varietas unggul kedelai yang dibudidayakan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) mampu meningkatkan produktivitas dan efesiensi input produksi.
1
Penggunaan benih yang tidak unggul atau asal-asalan berpengaruh negativ terhadap produktivitas kedelai (Roesmiyati et al, 1998). Pengadaan benih bermutu tinggi merupakan suatu kompenen utama produksi yang perlu mendapat perhatian (Harnawo dan Basuki, 1988). Dalam rangka mendukung program P2BN melalui permasyarakatan Sekolah Lapang (SL)-PTT kedelai yang merupakan Program Utama Kementerian Pertanian dan Program Prioritas Badan Litbang Pertanian serta mendukung daerah yaitu Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM) selain padi, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi kedelai dibeberapa kabupaten sentra produksi kedelai di Provinsi Riau melalui SL-PTT kedelai. Sasaran produktivitas kedelai dengan pelaksanaan SL-PTT sekitar 1,62 t/th. Pada saat ini rata-rata produktivitas kedelai baru mencapai 1,2 t/ha.
A. Pengertian, Tujuan dan Prinsip PTT Kedelai PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan. PTT
kedelai
dirancang berdasarkan pengalaman implementasi PTT pada padi sawah yang pernah dikembangkan di Indonesia. Tujuan penerapan PTT kedelai adalah untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu. Prinsip utama Penerapan PTT yaitu : 1. Partisipatif Petani beperan aktif dalam memilih dan menguji komponen teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan ( LabLap).
2
2. Spesifik Lokasi Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan ekonomi petani setempat. 3. Terpadu Sumber daya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu. 4. Sinergitas atau Serasi Pemamfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung. 5. Dinamis Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi.
B. Pemahaman Masalah dan Peluang
Penerapan PTT kedelai diawali dengan pemahanan masalah dan peluang (PMP) pengembangan sumber daya dan kondisi lingkungan setempat dengan tujuan :
Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala dan peluang usaha tani kedelai.
Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi kedelai
Mengindentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani di wilayah setempat.
Tahapan Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan mencakup dua kegiatan utama, yaitu : 1. Penentuan prioritas masalah secara bersama oleh anggota kelompok tani. Permasalahan setiap petani dikumpulkan, dikelompokkan, dan dicarikan alternativ pemecahannya oleh semua anggota kelompok. 2. Analisis kebutuhan dan peluang introduksi teknologi atas dasar permasalahan tersebut. Memahami masalah sumber daya setempat dan peluang pengembangan inovasi teknologi merupakan awal dari rangkaian penerapan PTT kedelai.
3
II. KOMPONEN TEKNOLOGI DASAR
1. Varietas unggul baru Penggunaan
varietas
unggul
baru
mampu
meningkatkan
hasil
dan
mengatasi/mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman. Varietas unggul baru (VUB) umumnya berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit utama atau toleran dengan lingkungan setempat dan dapat juga memiliki sifat khusus tertentu. VUB kedelai disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Varietas Unggul Baru Kedelai Varietas
Potensi Hasil
Umur Panen
Bobot Biji
(t/ha)
(t/ha)
(g/100 biji)
2
3
4
1
Warna Biji
5
Wilis
3.00
85-90
10.0
Kuning
Argomulyo
2.70
80-82
16.0
Kuning
Burangrang
2.70
80-82
17.0
Kuning
Sinabung
3.25
88
10.7
Kuning
Kaba
3.25
85
10.4
Kuning
Tanggamus
2.90
88
11.0
Kuning
Mahameru
2.16
84-95
17.0
Kuning
Anjasmoro
3.20
83-93
15.0
Kuning
Lawit
2.07
84
10.5
Kuning
Baluran
3.00
80
16.0
Kuning 4
1
2
3
4
5
Ijen
2.30
83
11.2
Kuning
Seulawah
2.05
93
9.5
Kuning Kehijauan
Argopuro
3.05
84
17.8
Kuning
Grobogan
3.40
76
18.0
Kuning
Gepak Kuning
2.20
73
8.25
Kuning Kehijauan
Gepak Ijo
2.21
76
6.82
Kuning Kehijauan
Cikuray
1.70
82-85
11.5
Hitam
Mallika
2.34
85-90
9.50
Hitam
Detam 1
3.45
84
14.8
Hitam
Detam 2
2.96
82
13.5
Hitam
Pemilihan Varietas perlu disesuiakan dengan agroekosistem setempat dan permintaan pengguna, misalnya ukuran biji (sedang-besar), umur (sedang-genjah), dan kegunaan (Bahan baku tahu, tempe, kecap, dan touge). Setiap varietas memiliki daya adaptasi berbeda antar agroekosistem, seperti lahan sawah/tegal, lahan masam, dan lahan pasang surut. Varietas Anjasmoro merupakan Varietas unggul baru kedelai berbiji besar yang cocok digunakan sebagai bahan baku tempe. Kedelai berbiji besar umumnya diminati oleh industri tempe.
2. Benih bermutu dan berlabel Benih bermutu adalah benih tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (> 85 %). Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses
sertifikasi.
Benih
bermutu
akan
menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak. Benih bermutu menghasilkan tanaman yang kuat, pertumbuhan yang lebih cepat dan seragam.
5
3. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan sekali hingga dua kali (tergantung kondisi tanah). Tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah = TOT), namun jerami padi perlu dipotong pendek. Pada lahan yang baru pertama kali ditanami kedelai, benih perlu dicampur dengan rhizobium. Apabila inokulum rhizobium (seperti Rhizoplus atau Legin) sukar didapat, dapat digunakan tanah bekas tanaman kedelai yang ditaburkan pada barisan tanaman.
4. Pembuatan Saluran Drainase Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup dan tidak menghendaki kelebihan air/tanah becek selama pertumbuhannya. Saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air ke areal pertanaman guna menjaga kelembaban tanah optimal dan mengalirkan kelebihan air pada saat hujan. Saluran drainase/irigasi dibuat dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 20 cm setiap 34 m. Fungsi saluran ini untuk mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu becek, dan sebagai saluran irigasi pada saat tanaman perlu tambahan air. Saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air ke areal pertanaman guna menjaga tanah agar pertumbuhan tanaman kedelai optimal.
5. Pengaturan populasi tanaman Populasi berkisar antara 350.000-500.000 tanaman/ha kebutuhan benih 40-60 kg/ha, bergantung pada ukuran biji. Tanam dengan cara ditugal, jarak tanam 40 cm antar baris, 10-15 cm dalam barisan , 2-3 biji per lubang. Pada musim hujan digunakan jarak tanam lebar (populasi sedang), pada musim kemarau gunakan jarak tanam rapat (populasi tinggi). Penanaman benih kedelai pada jarak tanam yang tepat akan menghasilkan populasi tanaman yang optimal bagi upaya peningkatan hasil kedelai.
6
6. Pengendalian OPT secara terpadu Pengendalian OPT secara terpadu tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan produktivitas kedelai tetapi juga melestarikan lingkungan. Tahapan pelaksanaan pengendalian hama terpadu sbb :
Identifikasi jenis dan penghitungan kepadatan populasi hama dan penyakit
Menentukan tingkat kerusakan tanaman akibat hama dan penyakit
Taktik dan teknik pengendalian yang sesuai
1. Mengusahakan tanaman selalu sehat 2. Pengendalian secara hayati 3. Penggunaan varietas tahan 4. Pengendalian secara fisik dan mekanis 5. Penggunaan feromon ( zat penarik ) 6. Penggunaaan pestisida kimia bila upaya lain tidak bisa. Hama utama kedelai yang harus diwaspadai dan dikendalikan adalah : lalat bibit (Ophiomyia phaseoli), ulat pemakan daun: ulat grayak (Spodoptera litura), Ulat jengkal (Chrysodeixis), ulat heliotis, sp., ulat penggulung daun (Lamproscma indicata), Penghisap polong Riptortus linearis, kepik hijau (Nezara viridula), dan kumbang (Piezodurus hybnert), penggerek polong (Etiella zinckeneela), penggerek batang (Melanagromyza sojae), kutu kebul (Bemisia, sp.) dan kutu daun (Aphis glycines). Tabel 2. Fase serangan hama pada tanaman Kedelai
Umur Tanaman Kedelai ( Hari ) Jenis Hama 1 Ophiomyia phaseoli
>10
11-30
31-50
51-70
>70
3
4
5
6
2 +++ +
Melanogromyza sojae
+
M. dolichostigma
+ +
Agrotis spp.
++
+
Longitarsus suturellinis
+
+
Aphis glycines
+++ ++
+
+ ++ 7
Bemisia tabaci
+++ +++
++
Phaedonia inclusa
++
+++
+++
++
Spodoptera litura
+
+++
+++
Chysodeixis chalsites
++
+++
++
Lamprosema indicate
++
+++
++
Helicoverpa armigera
+++
+++
+++
Etiella spp
++
+++
++
Riptortus spp
++
+++
++
1 Nezara viridula
2
Piezodorus hypney
3
4
5
6
++
+++
++
++
+++
++
Keterangan : + : Tingkat serangan rendah ++ : Tingkat serangan sedang +++ : Tingkat serangan tinggi Pengendalian secara biologis antara lain dengan memamfaatkan musuh alami hama/penyakit, seperti : Trichogramma sp untuk penggerek polong Etiella spp. dan Helicoverpa armigera; Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spodoptera litura (SLPV) dan Helicoverpa Armigera (HaNPV) untuk ulat buah, serta penggunaan feromon seks untuk ulat grayak. Penggunaan pestisida dilakukan berdasarkan hasil pengamatan, hanya digunakan bila populasi hama telah melebihi ambang kendali. Pestisida dipilih sesuai dengan hama sasaran, dan dipilh yang terdaftar/diijinkan. Penyakit utama adalah karat daun Phakopsora pachyrhizi, busuk batang dan akar Schlerotium rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus. Penyakit karat daun dikendalikan dengan fungisida. Penyakit busuk batang dan akar dikendalikan dengan jamur Trichoderma harzianum. Untuk penyakit virus yang dikendalikan adalah vektornya (yaitu : kutu) dengan insektisida deltametrin (seperti : Decis 2.5 EC) dosis 1 ml/air, dan nitroguanidin/imidakloprit (seperti Confidor) dosis 1 ml/air. Waktu pengendalian disesuaikan dengan kondisi pertanaman umumnya umur 45-50 hari
8
Tahapan pelaksanaan pengendalian gulma terpadu sbb : Identifikasi jenis gulma : rumput, teki dan daun lebar Menentukan tingkat kepadatan gulma Taktik dan teknik pengendalian 1. Cara mekanis 2. Kultur teknis 3. Kimiawi (Herbisida) dan 4. Terpadu, mengkombinasikan beberapa komponen pengendalian Gulma yang tidak dikendalikan berpotensi menurunkan hasil kacang kedelai hingga 70 %
III. KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN
1. Penyiapan Lahan Pengolahan tanah tidak diperlukan jika kedelai ditanam pada lahan sawah bekas tanaman padi, jerami dapat digunakan sebagai mulsa. Mulsa berguna untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi serangan lalat kacang dan menekan pertumbuhan gulma. Pada lahan kering, pengolahan tanah perlu optimal agar tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan dua kali yaitu pembajakan dan penggaruan (perataan). Gulma atau sisa tanaman dibersihkan pada saat pengolahan tanah.
2. Pemupukan sesuai kebutuhan
Takaran pupuk berbeda untuk setiap jenis tanah, berikan sesuai hasil analisis tanah dan kebutuhan tanaman. Pupuk diberikan secara ditugal disebelah lubang tanam atau disebar merata pada saat tanah masih lembab. Kedelai yang ditanam stelah padi sawah umumnya tidak memerlukan banyak pupuk.Penggunaan pupuk hayati seperti bakteri penambat N2 (Rhizobium) disesuaikan dengan kebutuhan, perhatikan waktu kadaluarsa pupuk hayati. PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) dapat digunakan sebagian salah satu acuan dalam menetapkan takaran pupuk dan amellioram. Tanaman kedelai memerlukan 9
hara yang cukup untuk dapat berproduksi tinggi, baik yang telah tersedia di tanah atau melalui pemupukan.
3. Pemberian bahan organik Bahan organik berupa sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) merupakan unsur utama pupuk organik yang dapat berbentuk padat atau cairan. Bahan organik bermamfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Persyaratan teknis pupuk organik mengacu kepada Permentan No. 02/2006, kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri. Pemberian pupuk organik dalm bentuk dan jumlah yang tepat berperan penting untuk keberlanjutan system produksi kedelai. Kotoran sapi yang telah matang merupakan pupuk organik yang potensial digunakan pada tanaman kedelai.
4. Ameliorant pada lahan kering masam Penggunaan ameliorant ditetapkan berdasarkan tingkat kejenuhan Aluminium (Al) tanah dan kandungan bahan organik tanah. Kejenuhan Al memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat kemasaman (pH) tanah. Lahan kering masam perlu diberi kapur pertanian (dolomite atau kalsit) dengan takaran sebagai berikut : pH tanah 4,5-5,3 sebanyak 2,0 t kapur/ha pH tanah 5,3-5,5 sebanyak 1,0 t kapur/ha pH tanah 5,5-6,0 sebanyak 0,5 t kapur/ha
5. Pengairan pada periode kritis Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya. Pada kondisi kelebihan air dan kekeringan, tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Periode kritis tanaman kedelai terhadap kekeringan mulai pada saat pembentukan bunga higga pengisian biji (fase reproduksi). Pada lahan sawah pengairan diberikan secukupnya menjelang tanaman berbunga dan fase pengisian polong.
10
6. Panen dan pasca panen
Panen yang tepat menentukan mutu biji dan benih kedelai. Panen dilakukan jika tanaman sudah masak, atau 95 % polong telah berwarna coklat dan daun berwarna kuning. Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan.
Tanaman kedelai yang telah dipanen dikumpulkan kemudian dijemur diatas tikar, anyaman bambu atau dilantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong asalkan polong sudah cukup kering.
Biji kedelai yang digunakan sebagai benih, dijejer secara terpisah. Biji tersebut dipilih dari tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betulbetul kering dengan kadar air 10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari dari pukul 10.00-12.00 WIB. Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polong. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan kedalam karung dan dipasarkan atau di simpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.
11
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11%.
IV.
ANALISA EKONOMI Analisa Ekonomi dalam budidaya kedelai diperlukan untuk mengetahui adakah usaha
ini layak dan menguntungkan atau tidak. Analisa budidaya kedelai disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisa Ekonomi Budidaya Kedelai (Ha) Uraian
Volume
Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1
2
3
4
Biaya produksi A. Sarana produksi Benih kedelai
50 kg
20.000
1.000.000
Dolomit
500 kg
2.000
1.000.000
Urea
150 kg
7.000
1.050.000
Kompos
2 ton
500.000
1.000.000
SP36
75kg
9.000
605.000
KCL
100 kg
12.000
1.200.000
Gramoxone
5 ltr
55.000
275.000
Fujiwan
1 ltr
12.000
120.000
Herbisida
5 ltr
60.000
300.000
Petrofur
1 ltr
125.000
125.000 12
B. Biaya
Tenaga
Kerja
(HOK)
1 Hektar
700.000
700.000
Pengolahan tanah
20 HOK
50.000
1.000.000
Tanam
30 HOK
50.000
1.500.000
Penyiangan
8 HOK
50.000
400.000
PHT
10 HOK
50.000
500.000
Panen
5 HOK
50.000
250.000
Pasca panen Jumlah Biaya Produksi (A+B) Produksi (Panderman)
10.025.000 3,17 ton
7.000
22.190.000
Jumlah Pendapatan
12.165.000
BCR ( B/C Ratio ) Produksi (Sinabung)
2,21 2,74 ton
7.000
19.180.000
Jumlah Pendapatan
9.155.000
BCR ( B/C Ratio )
1,91
1 Produksi (Burangrang)
2 1,84 ton
3 7.000
4 12.880.000
Jumlah Pendapatan
2.855.000
BCR ( B/C Ratio )
1,28
Produksi (Kaba)
2,50 ton
7.000
17.500.000
Jumlah Pendapatan
7.475.000
BCR ( B/C Ratio )
1,75
Produksi (Tanggamus)
2,01 ton
7.000
14.070.000
Jumlah Pendapatan
4.045.000
BCR ( B/C Ratio )
1,40
Produksi (Anajasmoro)
2,31 ton
7.000
16.170.000
Jumlah Pendapatan
6.145.000
BCR ( B/C Ratio )
1,61
Sumber : Rahman, dkk, 2009
13
BUDIDAYA UDANG GALAH (M. acrobrachium rosenbergii)
I.
Pendahuluan Udang
galah
(M
acrobrachium
rosenbergii) adalah salah satu jenis udang air tawar yang merupakan komoditas perikanan asli perairan Indonesia, bernilai ekonomi tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Badan
udang
terdiri
atas
3
bagian
:kepala (thorax), dada (Cephalothorax), badan (Abdomen) serta ekor (Uropoda). Cephalothorax
dibungkus
oleh kulit
keras, di bagian depan kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi disebut rostrum pada bagian atas sebanyak 11-13 buah dan bagian bawah 8-14 buah. Udang galah hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadi sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30-35 hari. Jenis Udang ini bersifat omnivora, cenderung aktif pada malam hari. Komoditas ini diklaim oleh berbagai negara sebagai fauna asli, antara lain oleh India dan Indonesia. Di Indonesia, udang galah dapat ditemukan di berbagai wilayah dan masing-masing memiliki varietas dengan ciri tersendiri. Misalnya, dari Sumatera dan Kalimantan memiliki ukuran kepala besar, capit panjang, dan berwarna hijau kuning, dari Jambi memiliki ukuran kepala lebih kecil, capit kecil dan berwarna keemasan. Peluang pasar udang galah masih terbuka luas baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk pasar lokal, permintaan datang terutama dari wilayah yang banyak dikunjungi turis 14
seperti Bali, Jakarta, Batam, dan Surabaya. Sementara pasar udang ini di luar negeri telah terbentuk di Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Skotlandia, Inggris, Belanda, Selandia Baru, dan Australia dengan pasokan utama datang dari Thailand, Cina dan India. Ukurannya mulai 100 gr s/d. 200 gr per ekor. Bahkan udang yang tertangkap di perairan umum dapat mencapai 300 gr per ekor Udang galah dapat dipelihara di kolam-kolam oleh para pembudidaya udang, baik secara polikultur maupun monokultur dengan biaya yang cukup rendah sehingga dapat meningkatkan penghasilan pembudidaya. (Ahira Anne 2009)
Akhir-akhir ini makin dikeluhkan oleh pebisnis udang galah bahwa pasokan udang galah makin menurun dratis dari waktu ke waktu. Di samping jumlah tangkapan yang menurun dari daerah-daerah yang biasa memasok udang galah ke pasar, ukuran udang galah tangkapan pun makin kecil dari biasanya. Keadaan seperti ini tidak hanya terjadi pada udang galah hasil tangkapan di tanah air, tapi di dunia internasionalpun demikian. Namun demikian, keinginan untuk meningkatkan produksi di sektor budidaya masih menghadapi beberapa masalah seperti rendahnya produksi karena produksi masih dilakukan secara tradisional, teknologi budidaya yang masih rendah dan kepadatan tebar masih rendah, ditambah lagi ketersediaan lahan yang cocok untuk melaksanakan usaha budidayanya semakin berkurang sehingga teknik budidaya ke arah intensif perlu disiapkan. Produk teknologi Udang Galah yang memiliki beberapa manfaat terhadap kehidupan udang galah di kolam diharapkan mampu mengatasi persoalan di atas.
15
Udang galah merupakan komoditas perikanan yang berpotensi sebagai sumber devisa negara, telah dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Melalui Sarana pembenihan udang berkapasitas 3.000.000 ekor/bulan, dapat mensuplai benih kepada para petani udang di beberapa daerah di Indonesia. Dalam meningkatkan budi daya udang galah, peneliti LIPI berhasil menemukan cara agar udang galah terhindar dari sifat kanibalismenya. Yaitu dengan membangun apartemen untuk udang galah berupa bangunan dari bambu yang dibentuk secara bertingkat. Ini bisa meningkatkan produksi udang sampai 350%. Perilaku udang yang kanibal mengakibatkan hasil pembibitan udang hanya berhasil 10%. Untuk itu para peneliti di Puslit. Limnologi LIPI membuat solusi teknologi untuk produksi udang, diantaranya dengan membentuk suatu 'apartemen udang galah'. Menurut Dr. Ir. A. Fauzan, M.Sc, Puslit. Limnologi LIPI Cibinong, proses pembenihan udang galah dari mulai kawin hingga menetas butuh waktu sekitar 21 hari (lebih cepat dari cara konvensional yaitu 30 hari). Melalui teknologi yang dikembangkan LIPI, pembibitan udang ini berhasil hingga 50%. Cara yang dilakukan LIPI menurut Fauzan diantaranya dengan memperbaiki kwalitas induk, air, pakan, dan lingkungan. Hasilnya adalah Udang unggul yang mempunyai ukuran sama besar, lebih cepat diproduksi (21 hari), lebih cepat laku dijual, dan harganya lebih mahal. Fauzan menjelaskan Apartemen udang galah ini merupakan suatu alat/cara untuk mengatasi masalah dan bisa meningkatkan kemampuan pembenihan/pembibitan dan perkembangbiakan serta produktivitas udang, karena tempatnya lebih nyaman dan luas. Dengan demikian mampu menyuplai benih siap tebar, benih ukuran tokolan (benih yang telah diseleksi, tumbuh cepat, penampilan bagus, masa pemeliharaan lebih pendek/cepat), dan udang ukuran konsumsi. Keunggulan apartemen ini jelas Fauzan a.l. Sederhana, bahannya mudah didapat, harganya murah, dan usefull. Karena ruang tinggalnya makin luas, maka frekwensi pertemuan antar udang berkurang sehingga meminimalkan kanibalisme dan meningkatkan populasinya.
Pengaturan luas kamar pada Apartemen udang yang berukuran 20 Cm x 20 Cm x 20 16
Cm kata Fauzan, dihuni sekitar 30 ekor udang akan memberikan keamanan bagi udang dan menghindari kanibalisme. Selain itu, pemanfaatan air yang optimal, pemberian pakan dan pemeriksaan udang yang lebih efisien dan efektif, mendorong peningkatan populasinya sampai siap dipanen. Biasanya bobot udang ini akan lebih besar (tiga ekor udang per kg) dalam waktu enam bulan. Dan udang ini akan lebih cepat laku di pasaran.
Fauzan mengungkapkan dari satu hektar tebaran udang galah dengan menggunakan teknologi apartemen tersebut dapat menghasilkan 7 ton udang, yang sebelumnya hanya menghasilkan 2 ton. Ini berarti panenan meningkat 3,5 kali lipat. Dan yang penting juga, udang-udang yang hidup di apartemen terhindar dari lumpur yang ada di dasar kolam, sehingga penampilannya lebih bersih dan mudah dipasarkan. Panti pembenihan yang dikelola LIPI juga memberikan pelatihan dan konsultasi kepada
masyarakat
petani
ikan,
perusahaan,
dan
instansi
pendidikan
(sekolah
kejuruan/perguruan tinggi) dalam bentuk paket teknis pembenihan dan pengelolaan usahanya. Proses produksi udang galah di kolam berapartemen merupakan pengembangan dari teknik budidaya udang galah pada kolam yang sudah lumrah dilakukan di petani. Bedanya terletak pada tingkat intensitas budidaya yaitu prinsip pola penebaran benih/tokolan dari pola yang berpatokan pada jumlah ekor udang per luas kolam menjadi jumlah ekor udang per jumlah volume air kolam. Artinya dengan luas kolam yang sama, produksi udang diharapkan bisa menjadi berlipat. Semua makhluk hidup butuh ruang yang cukup dan tempat tinggal yang aman dengan meniru habitat asli tempat tinggalnya. Kita bisa mendapatkan hasil yang berlipat ganda. 17
Sifat alami dari udang adalah membutuhkan tempat untuk singgah dan pada umumnya menempati bagian dasar kolam serta butuh ruang yang cukup untuk hidup atau terjadi kanibalisme di antaranya. Hal ini membatasi jumlah optimal udang yang dapat dipelihara di kolam budidaya udang galah intensif dan hasil panennya (1-2 ton / ha kolam). Penggunaan ranting bambu, pelepah kelapa atau pisang untuk melindungi bibit udang pada proses pengembangbiakan menunjukkan bahwa bibit udang ternyata merambat naik. Ini memberikan ide pembuatan apartemen dari bambu bagi udang galah dewasa dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dengan tinggi (jumlah tingkat) dan luas disesuaikan dengan keadaan kolam meningkatkan hasil panen beberapa kali lipat, juga keuntungan.
II.
PEMBUDIDAYAAN UDANG
1. Sarana dan Fasilitas Jenis tanah yang cocok untuk pemeliharaan Udang Galah adalah tanah yang sedikit berlumpur dan tidak poreous. Luas kolam yang digunakan dapat bervariasi antara 0,2 s/d 0,1 Ha. Sebaiknya berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman kolam antara 0,5 s/d 1,0 m. Dasar kolam harus rata dan dibuat kemalir (caren) secara diagonal dari saluran pemasukan sampai kesaluran pembuangan, hal ini memudahkan pemanenan. Kualitas air yang masuk ke kolam harus baik dan bebas dari polusi.
2. Pengelolaan Kolam Sebelum kolam ditebar udang galah, kolam sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu secara baik dengan cara : 1. Kolam dikeringkan terlebih dahulu kemudian dicangkul untuk menggemburkan tanahnya dan biarkan selama 3 s/d 5 hari. 2. Untuk memberantas hama dan penyakit dasar kolam diberi kapur dengan dosis 50 s/d 100 gr/m2, kapur dicampur dengan air kemudian disebarkan secara merata keseluruh permukaan dasar kolam dan dibiarkan selama 2 s/d 3 hari. 3. Kemudian kolam diisi dengan air mencapai kedalaman yang sudah ditentukan lalu diberi pupuk organik berupa kotoran ayam sebanyak 500-1.000 gr/m2 dengan maksud untuk menumbuhkan pakan alami( gang-gang, plankton, Algae ). 18
III. Teknik Pemeliharaan
Benih Udang yang siap dipelihara dikolam adalah benih udang stadia juwana (juvenil / udang muda) atau tokolan. Pemeliharaannya dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Monokultur Pemeliharaan secara monokultur adalah pemeliharaan udang di kolam tanpa dicampur ikan lain. Padat penebaran sebanyak 5 s/d 10 ekor/m2 bila pemberian pakan tidak intensif dan 20 s/d 30 ekor/m2 bila pemberian pakan secara intensif. 2. Polikultur Pemeliharaan secar polikultur adalah pemeliharaan udang dikolam disatukan dengan ikan lain. Adapun ikan yang dapat dibudidayakan bersama udang adalah Ikan mola, ikan tawes, ikan nilem, dan ikan ”big head”. Padat penebaran udang galah sebanyak 1 s/d 5 ekor/m2 ukuran tokolan, sedangkan padat penebaran ikan 5 s/d 10 ekor/m2 ukuran 5 s/d 8 cm. Selama pemeliharaan dapat dilakukan pemupukan susulan setiap 2 s/d 3 minggu dengan pupuk urea 3 s/d 5 kg dan TSP 5 s/d 10 kg/Ha kolam.
IV. Pemberian Pakan Selain makanan alami, selama pemeliharaan udang galah perlu diberikan pakan tambahan berupa pellet udang dengan kadar protein 25 s/d 30 % karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 20% menurun sampai 5% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi pemberian 4 s/d 5 kali sehari. Sedangkan pada pemeliharaan polikultur jumlah pakan tambahan yang diberikan mulai 6% menurun sampai 3% dari berat badan total populasi,dengan frekuensi pemberian 4 s/d 5 kali sehari.
19
V. Panen 1. Panen Total Panen Total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total sehingga produksi total dapat segera diketahui. Kerugian sistem ini adalah yang masih kecil ikut dipanen serta dapat membuang air yang kaya akan microorganisme dan mineral. 2. Panen Selektif Panen Selektif dilakukan dengan menggunakan jaring tanpa harus mengeringkan kolam, yang tertangkap hanya udang ukuran tertentu saja. Pemanenan selanjutnya tergantung kepada tingkat pertumbuhan udang. Kerugian sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan bila ada ikan predator tidak dapat dibersihkan dari kolam.
V.
Predator dan Penyakit
1. Predator Predator pada pemeliharaan udang galah dikolam adalah beberapa jenis ikan seperti catfish (lele lokal) dan Snakehead, burung dan ular. Kepiting merupakan pengganggu karena hewan tersebut dapat melubangi pematang kolam. Untuk mencegah masuknya hewan predator , pada saluran pemasukan air dipasang saringan dan disekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm. 2. Penyakit Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah ”Black Spot” yaitu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan kemudian diikuti oleh timbulnya jamur, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunnya mutu udang. Untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri ini dapat menggunakan obat antibakterial yang diberikan secara oral melalui pakan. Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat penebaran yang terlalu banyak,
20
rendahnya kandungan oksigen, pengaruh suhu serta tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian. Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah dalam kolam sebaiknya bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 7 mg/l, suhu optimum27 s/d/ 300 C, derajat keasaman (pH) 7,0 s/d 8,5 dan kesadahan total antara 40 s/d 150 mg/l.(Ali Fauzan 2006:12)
VI. Keunggulan Udang Galah
Pemanfaatan air kolam lebih optimal sehingga ruang pemeliharaan bibit udang lebih luas.
Frekuensi pertemuan antar udang berkurang sehingga meminimalisir kanibalisme.
Memudahkan proses pemeriksaan udang sehingga pemberian pakan bisa efisien dan efektif.
Desain apartemen yang vertikal dan horizontal tidak mengganggu aliran air sehingga kandungan oksigen air tetap baik.
Lebih aman dari pencurian.
Pemanfaatan lahan secara maksimal
Bahan murah, mudah diperoleh, dan tahan lama (Bambu)
Keunggulan Potensi Aplikasi: Desainnya fleksibel sesuai ukuran kolam. Pemilihan bahan yang lebih murah, mudah diperoleh, dan tahan lama (saat ini bahan bambu masih yang terbaik) memungkinkan pengembangan lebih lanjut. Bila aplikasinya memasyarakat, tidak menutup kemungkinan untuk digunakan oleh negara-negara lain yang memiliki bidang bisnis serupa, seperti Thailand, India, dan Malaysia. (Ali Fauzan dan Gunawan 2009:12)
21
BUBIDAYA BELUT (Monopterus albus) I. Pendahuluan Belut
merupakan
binatang
air
yang
digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut bisa hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang
22
ini mempunyai dua sistem pernapasan yang bisa membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut. Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus
bengalensis).
Perbedaan
belut
sawah dan belut rawa yang paling mencolok adalah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping. Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan
untuk
menghasilkan
anakan.
Sedangkan
pembesaran
bertujuan
untuk
menghasilkan belut hingga ukuran siap konsumsi.
II.
Memilih bibit belut Bibit untuk budidaya belut bisa didapatkan dari hasil tangkapan atau hasil budidaya.
Keduanya memiliki kekurangan dan keunggulan masing-masing. Bibit hasil tangkapan memiliki beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan adalah rasanya lebih gurih sehingga harga jualnya lebih baik.Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya biasanya lebih rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya memiliki daya tumbuh yang relatif sama karena biasanya berasal dari induk yang seragam.Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan. Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut: 23
Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa.
Gerakannya aktif dan lincah, tidak loyo.
Tidak cacat atau luka secara fisik.
Bebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk segmen pembesaran biasanya menggunakan bibit belut berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, hingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan. III. Menyiapkan kolam budidaya belut Budidaya belut bisa dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring. Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. Kolam tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun. Bentuk dan luas kolam tembok bisa dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang agak besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh. Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali atau sampai bau semennya hilang. IV. Media tumbuh untuk budidaya belut Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur merupakan tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur. Beberapa material yang bisa dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer. 24
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tidak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya bisa meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan. Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut:
Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yang telah dirajang pada dasar kolam setebal kurang lebih 20 cm.
Letakkan pelepah pisang yang telah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.
Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan biota yang bisa menjadi penyedia makanan alami bagi belut.
Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, misalnya larutan EM4.
Timbun dengan lumpur sawah atau rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu agar terfermentasi sempurna.
Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut untuk membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras agar tidak erosi.
Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari permukaan. Pada kolam tersebut bisa diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat.
Dari proses di atas didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar. Catatan: Dengan metode lain, budidaya belut bisa dipelihara dalam air bersih tanpa menggunakan lumpur.
V. Penebaran bibit dan pengaturan air Belut merupakan hewan yang bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2. Lakukan penebaran bibit pada pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang berasal 25
dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina. Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus. VI. Pemberian pakan Belut merupakan hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan bisa berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebanyak 520% dari bobot tubuhnya setiap hari. Berikut kebutuhan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
Umur 1-2 bulan: 1 kg
Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hidup atau pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang telah dewasa bisa diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari sekali. Untuk pakan mati bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati bisa 1-2 kali setiap hari.
26
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan bisa dilakukan sepanjang hari. VII. Pemanenan Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik biasanya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung sejak bibit ditebar. Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali. Sedangkan pemanenan total biasanya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan memiliki ukuran yang lebih seragam.
27
BUDIDAYA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix japonica) I. Pendahuluan
Ada
dua
Cara
beternak
burung puyuh petelur yang lazim
diaplikasikan
peternak
puyuh
saat
oleh ini,
Pertama adalah dengan sistem kandang
litter.
Kedua beternak puyuh dengan kandang baterai.
Pembuatan kandang litter burung puyuh lebih efisien bila dibandingkan dengan membuat kandang baterai, namun perawatan dan panen telur puyuh jauh lebih mudah bila kita membudidayakan puyuh petelur di kandang baterai. Pada kandang litter telur puyuh sering sekali tertimbun dalam tumpukan litter, sehingga sering terinjak oleh puyuh atau peternak yang hendak memanen telur. II.
Kandang Kandang Litter adalah alas lantai sebuah kandang yang terbuat dari serbuk atau
butiran-butiran benda yang mampu menyerap air dan bersifat cukup lembut. Kandang litter ini ada dua jenis; Kandang litter panggung: Biasa digunakan pada peternakan ayam broiler (ras), kandang litter panggung ini sewaktu-waktu bisa diubah menjadi kandang baterai,
28
caranya cukup dengan mengangkat (membuang litter). Beberapa bahan yang dapat dijarikan litter; serbuk gergaji (serbuk kayu) sekam padi dan jerami. Kekurangan budidaya ternak puyuh di kandang litter salah satunya adalah puyuh mudah Terkena gangguan pernapasan jika litter terlalu lama atau tidak diganti, litter harus diganti sesering mungkin, jika litter sudah memadat maka kadar amoniak di kandang puyuh pasti akan meningkat. Kelebihan menggunakan litter terletak pada kesehatan ternak puyuh terutama kesehatan kaki sebab litter jauh lebih lembut dibandingkan dengan lantai kandang baterai yang umumnya terbuat dari jerejak kayu atau anyaman kawat. Kandang litter melantai, kandang ini selamanya hanya bisa dibuat menjadi kandang litter karena litter akan ditebar di lantai dasar kandang. Biaya kandang litter melantai ini jauh lebih murah dibandingkan kandang litter panggung. Kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pembuatan kandang litter burung puyuh lebih efisien bila dibandingakn dengan membuat kandang baterai, namun perawatan dan panen telur puyuh jauh lebih mudah bila kita membudidayakan puyuh petelur di kandang baterai. Pada kandang litter telur puyuh sering sekali tertimbun dalam tumpukan litter, sehingga sering terinjak oleh puyuh atau peternak yang hendak memanen telur.
Kandang litter; kandang yang didalamnya terdapat litter. Litter adalah alas lantai sebuah kandang yang terbuat dari serbuk atau butiran-butiran benda yang mampu menyerap air dan bersifat cukup lembut. Kandang litter ini ada dua jenis; Kandang litter panggung: 29
Biasa digunakan pada peternakan ayam broiler (ras), kandang litter panggung ini sewaktuwaktu bisa diubah menjadi kandang baterai, caranya cukup dengan mengangkat (membuang litter). Beberapa bahan yang dapat dijarikan litter; serbuk gergaji (serbuk kayu) sekam padi, dan jerami. Kekurangan budidaya ternak puyuh di kandang litter salah satunya adalah puyuh mudah terkena gangguan pernapasan jika litter terlalau lama atau tidak diganti, litter harus diganti sesering mungkin, jika litter sudah memadat maka kadar amoniak di kandang puyuh pasti akan meningkat. Kelebihan menggunakan litter terletak pada kesehatan ternak puyu terutama kesehatan kaki sebab litter jauh lebih lembut dibandingkan dengan lantai kandang baterai yang umumnya terbuat dari jerejak kayu atau anyaman kawat. Kandang litter melantai, kandang ini selamanya hanya bisa dibuat menjadi kandang litter karena litter akan ditebar di lantai dasar kandang. Biaya kandang litter melantai ini jauh lebih murah dibandingkan kandang litter panggung. Burung puyuh petelur sebenarnya sama saja dengan puyuh pedaging, dimana puyuh pedaging didapatkan dari ternak puyuh petelur yang telah afkir. Puyuh afkir adalah burung puyuh yang sudah tidak mampu lagi menghasilkan telur secara ekonomis. Sebagai seorang peternak yang hendak memulai bisnis budidaya puyuh ada hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu, diantaranya: Lokasi peternakan puyuh; harus diketahui bahwa puyuh gampang stress ketika tingkat kebisingan lingkungan cukup tinggi. Jika puyuh petelur mengalami stress bisa dipastikan puyuh tersebut tidak akan berproduksi (bertelur). Oleh karena itu usahakan kandang puyuh jauh dari kebisingan. Burung puyuh akan tumbuh sehat di tempat yang teduh, jadi alangkah baiknya kandang puyuh diletakkna di bawah pepohonan rindang. Jika anda tinggal di lingkungan yang padat penduduk maka budidaya puyuh tidak cocok untuk bisnis anda. III. Burung puyuh petelur
Sebenarnya sama saja dengan puyuh pedaging, dimana puyuh pedaging didapatkan dari ternak puyuh petelur yang telah afkir. Puyuh afkir adalah burung puyuh yang sudah tidak mampu lagi menghasilkan telur secara ekonomis. Sebagai seorang peternak yang
30
hendak memulai bisnis budidaya puyuh ada hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu, diantaranya:
a. Lokasi peternakan puyuh Harus diketahui bahwa puyuh gampang stress ketika tingkat kebisingan lingkungan cukup tinggi. Jika puyuh petelur mengalami stress bisa dipastikan puyuh tersebut tidak akan berproduksi (bertelur). Oleh karena itu usahakan kandang puyuh jauh dari kebisingan. Burung puyuh akan tumbuh sehat di tempat yang teduh, jadi alangkah baiknya kandang puyuh diletakkna di bawah pepohonan rindang. Jika anda tinggal di lingkungan yang padat penduduk maka budidaya puyuh tidak cocok untuk bisnis anda. Di lingkukang padat penduduk bisnis budidaya peternakan yang cocok mungkin hanya ikan lele dan belut.
b. Pemasaran telur dan daging Sebelum anda memulai ternak puyuh pastikan bahwa di daerah anda ada penampung telur puyuh. Hal ini karena puyuh termasuk salah satu burung yang produksi telurnya sangat tinggi yakni mencapai 300 butir/ tahun. Jika anda memelihara puyuh dalam skala besar maka saluran pemasaran sudah benar –benar ada sebab daya tahan telur puyuh yang baik cukup singkat hanya 3 minggu saja. Selanjutnya gambaran garis besar cara beternak burung puyuh petelur: Siapkan kandang di lahan yang tepat, dan arah yang tepat (memanjang dari timur kebarat). Pesan bibit, anda bisa memesan puyuh dara agar lebih mudah dalam perawatannya dan tingkat kematian juga rendah. Alternatif lain anda bisa juga membeli mesin tetas dan menetaskan telur puyuh sendiri; dalam hal ini anda harus benar-benar mengetahui ciri-ciri telur yang fertil.Cara Beternak Burung Puyuh Petelur.
c. Bibit puyuh berkualitas
Untuk memelihara dan menernakan burung puyuh secara komersial, baik bibit puyuh pedaging maupun petelur tidak terlalu rumit perawatannya. Bahkan bila dibandingkan 31
dengan menernakan ayam, jauh lebih enteng dan efisien. Mengingat, memelihara burung puyuh tidak memerlukan kandang dan lahan yang luas. Bila melihat prospeknya, beternak burung puyuh bisa dijadikan sebagai usaha sampingan ataupun profesi. Sebab, telur maupun daging burung puyuh, kini mulai digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Hanya saja, tingkat produktivitasnya masih jauh dari mencukupi permintaan pasar. Masalahnya, sampai saat ini masih banyak orang yang belum mengetahui prospek, cara beternak, memperoleh bibit dan pemeliharaannya dengan cara komersial. Padahal kehadiran burung puyuh ini telah dikenal orang sejak lama. Hanya tempo dulu banyak orang memeliharanya sebatas hobi dan tidak dikembangkan secara bisnis. Namun akhir-akhir ini, setelah meningkatnya jumlah kebutuhan gizi masyarakat, permintaannya semakin meningkat termasuk daging dan telur puyuh. Bila melihat kandungan gizi daging dan telur burung puyuh cukup tinggi, bahkan sebanding dengan daging dan telur ayam, itik dan hewan unggas lainnya. Sehingga, masyarakat akhirakhir ini, mulai menggemari daging dan telur puyuh. Sebab daging puyuh dan telur puyuh selain enak dan lezat rasanya, juga dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan, terutama telurnya.
d. VITAMIN BURUNG PUYUH
Vitamin tambahan diberikan karena vitamin yang terkandung pada pakan hanya mendukung kehidupan puyuh dalam kondisi biasa, tidak ada gangguan berupa perubahan suasana ataupun perlakukuan. Jika kesulitan mengenali jenis-jenisnya, toko pakan/obat hewan akan membanttu memilih produk yang tepat untuk keperluan ini. Penambahan vitamin pertama pada saat puyuh turun boks dan dipindah ke dalam brooder. Pada umur 1-7 hai, setiap hari (2x sehari) puyuh diberi vitamin khusus untuk DOQ (vitamin Mix, biasanya bermerek dengan akiran 'chicks'). Dosis mengikuti petunjuk pada kemasanya.
32
Pada umur 8-19 hari, vitamin itu masih diberikan, tetapi hanya 1 x sehari pada pagi saja atau sore saja. Pada umur 25 dan 26 hari, vitamin itu diberikan pada pagi hari. vitamin ini diberikan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah infeksi penyakit. Ada beberapa jenis vitamin yang didalamnya juga sudah dicampur dengan antibiotik. Pada umur 20 hari, sehari sebelum vaksinasi ND ke-2, puyuh diberi vitamin mix anti stress. Begitu juga setelah vaksinasi. Pada umur 28 hari vitamin antistres diberikan lagi karena sehari sesudahnya puyuh diberikan vaksin AI pertama. sesaat setelah vaksinasi AI puyuh kembali diberi vitamin anti stress hingga 3 hari sesudahnya. Vitamin antistress diberikan pada waktu pergantian pakan starter ke pakan layer pada waktu mulai bertelur. sebab pada kondisi awal bertelur ini terjadi perubahan hormonal di tubuh puyuh sehingga dapat memicu stress. Sedikit saja stress akan menjadi pintu masuk penyakit sehingga produksi telur terganggu, dan selanjutnya akan sulit mengejar standar produksi telur.
e. MAKANAN BURUNG PUYUH
Pada habitat aslinya Burung puyuh memakan biji-bijian, daun serta serangga yang ditemuinya. Makanan yang diperoleh dari alam ini mampu mencukupi semua kebutuhan puyuh untuk bereproduksi.Pada setiap perkembangan dan pertumbuhannya, burung puyuh membutuhkan pakan dengan kualitas pakan yang berbeda.Umumnya pembedaan kualitas pakan ditandai dengan kadar protein kasar yang terkandung di dalam pakan tersebut.Sebenarnya hal ini tidak sepenuhnya benar karena kualitas pakan tidak hanya tergantung pada kadar protein kasar yangterkandung di dalamnya, tetapi juga kandungan zatzat lain seperti karbohidrat, vitamin, lemak serta mineral.Puyuh yang berada pada periode starter umumnya membutuhkan pakan dengan kualitas tinggi, hingga mencapai 25%.Hal ini disebabkan puyuh yang berada pada periode starter ini belum mampu mengonsumsikan dalam jumlah banyak, sedangkan untuk proses pertumbuhannya membutuhkan zat-zat makanan dalam jumlah yang cukup. 33
CARA BETERNAK BURUNG PUYUH PETELUR
Sementara itu puyuh pada periode grower membutuhkan kadar protein di dalam pakan sebanyak 20-22%.Selain pakan yang berkualitas, jumlah pemberian pakan juga memegang peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan puyuh.Kekurangan jumlah pakan juga bisa mengakibatkan menurunnya laju pertumbuhan atau menurunnya produksi. Kebutuhan jumlah pakan untuk puyuh, seperti halnya ternak-ternak lainnya ,biasanya sekitar 10% dari berat hidupnya.Angka kebutuhan ini biasanya berada di titik ideal ketika puyuh berumur lebih dari delapan minggu.Sebelum itu puyuh membutuhkan pakan lebih dari 10% dari berat badannya. Misalnya sampai umur tujuh hari , dengan berat badan sekitar 10 gram, puyuh membutuhkan pakanseberat 2-3 gram per hari.Penambahan jumlah pakan lebih dari 10% selain tidak ekonomis, terbukti juga tidak meningkatkan performa produksi puyuh.Sebelum dilakukan penambahan, perlu diketahui dulu penyebab puyuh masih terlihat kelaparan.Beberapa penyebab yang bisa diidentifikasi diantaranya pakan banyak terbuang ke luar
kandang,
penimbangan
kurang
akurat,
atau
jatah
pakan
memang
harus
ditambah.Ransum puyuh harus mencukupi kebutuhan beberapa gizi berikut ini agar dapat berproduksi dengan baik .
1. Air
34
Air adalah komponen terbanyak dari jaringan hewan atau tumbuhan.Hampir semua bahan baku pakan alami mengandung air sebagai komponen terbanyak.Kandungan air dalam jumlah banyak dalam bahan pakan ternyata mengandung masalah. Bahan pakan dengan kadar air sangat tinggi cenderung mudah rusak.
2. Protein Berbagai jaringan hewan banyak dibentuk oleh protein, yang merupakan senyawa organik yang terdiri dari karbon,hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur dengan komposisi yang berbeda-beda.Protein terdiri dari aneka asam amino. Saat ini sudah diidentifikasikan 22 jenis asam amino, baik asam amino essensial maupun non essensial, termasuk dalam bahan pakan kaya protein adalah bungkil kedelai dan tepung ikan. 3. Karbohidrat Karbohidrat merupakan senyawa kimia yang merupakan sumber energi. Jagung, gandum, sorgum, atau padi-padian merupakan bahan pakan yang banyak mengandung energi (karbohidrat). 4. Lemak Lemak terdiri dari asam-asam lemak. Sedikitnya ada 17 jenis asam lemak yang berhasil diidentifikasi atau diisolasi dari alam. Dalam tubuh, lemak merupakan sumber cadangan energi. 5. Mineral Meskipun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit, mineral merupakan komponen yang cukup penting dalam membantu berlangsungnya berbagai proses di dalam tubuh.Biasanya, mineral diberikan dalam bentuk garam-garam anorganik. Selain itu bahan pakan kaya mineral yang biasa dicampurkan dalam pakan ternak adalah tepung kerang atau tepung tulang.
6. Vitamin Dalam jumlah yang sedikit, vitamin juga dibutuhkan dalam berbagai proses di dalam tubuh. Defisiensi vitamin bisa menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan produksi burung puyuh.Jika di dalam pakan tersebut terdapat sejumlah vitamin dalam kadar yang 35
berlebihan, vitamin-vitamin itu akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Pada pemeliharaan burung puyuh yang memiliki kemungkinan stres tinggi ,segala jenis vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak. Air Minum Puyuh
Air adalah inti kehidupan. Ungkapan ini tidak sepenuhnya salah, karena 60-80% komponen penyusun makhluk hidup adalah air.Demikian halnya dengan puyuh.Tidak mengherankan jika tubuh puyuh kekurangan atau kehilangan air 10% saja bisa menyebabkan gangguan-gangguan fisiologis yang serius dan berdampak pada penurunan produksi.Kekurangan atau kehilangan air sampai 20% bisa menyebabkan kematian. Puyuh membutuhkan air untuk dikonsumsi sesuai kebutuhannya.Pemberian air minum pada puyuh biasanya dilakukan tanpa pembatasan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya dampak buruk terhadap pertumbuhannya.Beberapa kelainan yang dijumpai pada puyuh akibat kekurangan air sebagai berikut : 1. Pertumbuhan lambat, puyuh terlihat lesu dan tidak bergairah 2. Warna bulu kusam. 3. Mata terlihat sayu. 4. Kulit kurang elastis. 5. Produktivitasnya 6. Jika air sudah tercemar logam berat atau racun
Puyuh bisa mati, lebih berbahaya lagi jika kandungan logam berat tersebut terbawa dalam produk yang dihasilkan puyuh, yakni telur atau daging. Hal ini bisa membahayakan
36
orang yang mengkonsumsinya. Air yang digunakan untuk pemberian minum untuk burung puyuh bisa diambil dari beberapa sumber seperti berikut ini yaitu :
A. Air sumur Sebelum air sumur digunakan sebagai minuman puyuh, sebaiknya air sumur dianalisis terlebih dahulu di laboraturium supaya kualitasnya bisa diketahui dengan baik.Jika ternyata kualitasnya kurang baik maka sebaiknya air hanya digunakan untuk membersihkan peralatan kandang puyuh dan bisa diberikan air minum dari sumber yang lain, misalnya PAM. B. Air sungai Hampir bisa dipastikan bahwa air sungai sangat tidak higienis untuk digunakan, baik untuk mencuci peralatan kandang apalagi untuk minum.Hal ini karena air sungai memiliki pH cenderung asam akibat banyaknya proses fermentasi dan pembusukan bahan organik pada bagian hulu sungai. Selain itu air sungai juga memiliki kandugan bakteri E. coli yang cukup tinggi, karena sungai-sungai di Indonesia biasanya juga digunakan untuk buang air besar (WC).Selain itu kandungan bahan-bahan kimia berupa logam berat yang bersifat karsinogenik (bisa menyebabkan kanker) juga cukup tinggi, karena air sungai-sungai tersebut juga digunakan sebagai sarana mandi dan bahkan sebagai tempat pembuangan limbah industri. C. Air PAM Merupakan air yang bersumber dari tanah atau sungai yang telah mengalami proses pembersihan, sehingga aman dan ideal untuk dikonsumsi secara langsung oleh puyuh. Tidak bisa disangkal bahwa pipa-pipa saluran air PAM yang ada di Indonesia masih berupa pipa besi yang mudah berkarat jika terkena air.
Mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh perkaratan tersebut sebaiknya air PAM dibiarkan dahulu selama semalam sebelum digunakan sebagai air minum. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau mengendapkan kandungan mineral atau bahan
37
lainnya, seperti klor yang dalam tinggi bisa menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
D. Air sumur artesis Air yang berasal dari sumur artesis umumnya, bebas dari bakteri E.coli, karena biasanya bakteri ini tidak bisa hidup di kedalaman lebih dari 100 meter di bawah tanah.Pembuatan sumur artesis ini merupakan cara yang paling aman, sekaligus cara yang paling mahal.
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian air minum burung puyuh diantaranya sebagai berikut : 1. Derajat keasaman (pH) air Derajat keasaman (pH) air yang normal bagi burung puyuh adalah 6,8-7,2. Burung puyuh memiliki toleransi dan masih mau mengkonsumsi air dengan kadar keasaman 6,4-8,0.Jika air terlalu asam bisa ditambahkan soda kue dan jika air terlalu basa bisa ditambah dengan sitrat. 2. Derajat kesadahan air Air dengan derajat kesadahan tinggi biasanya mengandung ion Ca (kalsium) dan Mg (magnesium) yang cukup tinggi.Air dengan derajat kesadahan tinggi bisa menyebabkan rendahnya kelarutan beberapa preparat antibiotika dan disinfektan. 3. Air sumur Jika digunakan sebagai pelarut vaksin bisa menyebabkan kerusakan vaksin aktif. Konsumsi yang terus menerus bisa menyebabkan puyuh mengalami diare serius. Menetralisir air seperti ini bisa dilakukan dengan menggunakan senyawa polopospat. 4. Warna air Air yang berkualitas biasanya bening atau tidak berwarna. Air yang terlihat keruh sebaiknya tidak digunakan untuk air minum puyuh.Air tersebut bisa digunakan untuk mencuci peralatan kandang dengan proses pembilasan air bersih pada akhir proses pencucian.
38
5. Kandungan logam berat Logam berat yang berbahaya diantaranya Hg (mercuri) dan Cu (tembaga). Biasanya air yang mengandung logam berat berasal dari lingkungan industri yang tidak memiliki sarana pengolah limbah.Konsumsi logam berat dalam jumlah tertentu bisa menyebabkan
terganggunya
pertumbuhan
dan
tingkat
produksi.Terdapat
kecederungan perlambatan pertumbuhan dan gangguan produksi pada puyuh-puyuh yang diberi pakan yang mengandung logam berat.Konsumsi secara terus-menerus juga bisa menyebabkan kematian puyuh akibat keracunan. Kalaupun puyuh tidak mati, keberadaan logam berat akan terus terbawa dalam daging atau telur yang dihasilkan.Dengan demikian jelas hal ini akan membahayakan manusia yang mengkonsumsi daging atau telur tersebut. 6. Kandungan mikroorganisme Mikroorganisme yang biasa ditemukan di dalam air adalah bakteri E.coli. Secara umum mikroorganisme ini akan memperburuk konversi pakan, meningkatkan kematian puyuh, serta menyebabkan diare pada puyuh.Buruknya konversi pakan akan menyebabkan semakin banyak puyuh yang diapkir,karena laju pertumbuhannya buruk. Pemberian preparat klorin sebanyak 1-2 ppm bisa membantu mengurangi jumlah mikroorgnisme di dalam air.Pemberian air yang sudah diberi klorin tidak bisa langsung , tetapi harus ditunggu sampai enam jam, setelah itu air baru bisa diberikan pada puyuh.Pemberian kualitas air yang rendah pada burung puyuh akan menyebabkan peningkatan kematian burung puyuh, akibatnya kadar amoniak di dalam kandang meningkat yang jika tidak segera diatasi akan menyebabkan berjangkitnya penyakit-penyakit yang bisa menyerang organ-organ pernapasan.
F. Sarana dan Peralatan a. Persiapan kandang Untuk budidaya burung puyuh, persyaratan kandang yang baik perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 ℃; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). 39
Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Sehingga kondisi kandang tidak lembab. Dalam mempersipkan kandang burung puyuh ini, kita mempunyai 2 alternatif yang biasa diterapkan peternak puyuh, yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Sedangkan ukuran kandang yang digunakanumumnya untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjutnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur. Ada beberapa tahapan dalam budidaya burung puyuh. Masing-masing tahapan idealnya memerlukan persiapan kandang yang sesuai, yaitu:
Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasa membutuhkan luas kandang 200 m2.
Kandang untuk induk petelur Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)Jenis kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Sebaiknya kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (ukuran ini cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu) Jenis kandang berikutnya, bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
b. Kelengkapan kandang
40
Perlengkapan yang diperlukan dalam kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan. Teknik Budidaya Ternah Puyuh , Panduan Cara Budidaya Burung Puyuh ,Cara Beternak Burung Puyuh: Penyediaan Bibit, Seperti sudah diainggung diatas, penyediaan bibit merupakan tahapan yang penting dalam budidaya burung puyuh. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik..
Pemeliharaan, Setelah kita dapatkan bibit yang baik, selanjutnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah pemeliharaan puyuh, meliputi : Kebersihan/Sanitasi dan Tindakan Preventif. Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin. Pengontrolan Penyakit, Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tandatanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup. Pemberian Pakan, Pemberian pakan merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan beternak burung puyuh dengan hasil yang maksimal. Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematukmatuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan diberikan terusmenerus. Pemberian Vaksinasi, Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). 41
G. HAMA DAN PENYAKIT
Seperti usaha pada umumnya, budidaya burung puyuh ini mengalami beberapa hambatan, umumnya serangan hama maupun penyakit. Untuk pencegahan ada baiknya kita mengetahui jenis-jenis hama ataupun penyakit yang sering menyerang unggas ini. 1) Radang usus (Quail enteritis) Penyebab:
bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga
timbul pearadangan pada usus. Gejala:
puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan
mengandung asam urat. Pengendalian:
memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung
puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi. 2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yangspesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Teknik Budidaya Ternah Puyuh , Panduan Cara Budidaya Burung Puyuh ,Cara Beternak Burung Puyuh
Pengendalian:
menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang
pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
3) Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
42
4) Berak darah (Coccidiosis). Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian:menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayoco. 5) Cacar Unggas (Fowl Pox). Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi. 6) Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
7) Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami
gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya. Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk.
Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
H. PEMANENAN
43
Tahapan
yang paling ditunggu oleh seorang pengusaha adalah saat pemanenan. Seperti
telah didisinggung diatas, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari budidaya burung puyuh ini, yaitu: Hasil
Utama
Pada
usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi
telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung. Hasil
Tambahan
BUDIDAYA TANAMAN GAHARU (Aquilaria Malaccensis)
I.
Pendahuluan Pohon penghasil gaharu (Aquilaria, Sp)
adalah spesies asli Indonesia yang cocok ditanam di daerah Sumatera, Dataran tinggi Jawa, Kalimantan dan Irian Jaya, beberapa spesies gaharu
komersial
yang
sudah
mulai
dibudidayakan adalah: Aqualaria Malaccensis, A.Microcarpa, A.Beccariana, A.Hirata, A.Filaria dan Grynops Verteggi serta A. Cresna asal Kamboja. Gaharu Cianjur, 2010). II. Lokasi Penanaman Tanaman gaharu dapat ditanam pada ketinggian 750 mpl, jenis Aquilaria sp tumbuh sangat baik pada tanah liat ( misalnya podsolik merah kuning), tanah lempung berpasir dengan drainasi sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan kelembaban sekitar 80 %. Suhu udara antara 22-28 ℃. Dengan curah hujan berkisar antara 2.000 s/d 4.000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari adalah : (1) Lahan yang tergenang secara permanen, (2) Tanah rawa, (3) Lahan dangkal ( yang mempunyai kedalaman kurang dari 50 cm, (4) Pasir kuarsa, (5) Lahan yang mempunyai ph kurang dari 4,0. (Nasima, 2008). 44
III. Jarak dan Lobang Tanam Jarak tanam tanaman gaharu dapat dibuat 3 m x 3 m. untuk 1000 batang/ha, 2,5 m x 3 m untuk penanaman tumpang sari (3 M dari tanaman utama atau yang telah ditanami. Untuk ukuran lobang tanam adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm.
IV.
Penanaman Bibit Gaharu Penanaman bibit penghasil gaharu dapat dilakukan pada awal musim hujan pada pagi hari sampai jam 11 siang dan dilanjutkan pada sore hari. Alur penanaman setelah lobang digali 40 cm x 40 cm x 40 cm dibiarkan selama 1 minggu supaya lobang berinteraksi dengan udara luar kemudian kita masukkan campuran kayu lapuk dengan media tanam dengan perbandingan 1 : 3(satu kayu lapuk 3 media tanam) sampai mencapai ¾ ukuran lubang kemudian biarkan 2 - 3 minggu bibit gaharu siap ditanam. Penanaman juga dapat dilakukan secara agroporesty ( tumpang saeri ) dengan tanaman jagung, singkong, pisang, karet, akasia, sengon, kelapa sawit dll. Dengan mengatur jarak tanam yang tepat maka tanaman gaharu tidak akan mengganggu tanaman pokok.
V.
Pemeliharaan Tanaman Gaharu Tanaman penghasil gaharu pada umur 1 – 3 tahun perlu dipelihara secara intensif, terutama mengurangi gangguan dari gulma karena tanaman penghasil gaharu telah bermikoriza maka penggunaan pupuk dapat diminimalisir. Pemupukan dapat dilakukan 3 bulan sekali namun dapat juga dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan kompos (sangat disarankan menggunakan pupuk organic). Penggunaan pupuk kimia dapat juga ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1 th, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Hama tanaman gaharu yang perlu diperhatikan adalah kutu putih yang hidup di permukaan daun bawah, bila kondisi lingkungan lembab. Pencegahan dilakukan dengan pemangkasan
45
pohon pelindung agar cahaya matahari diikuti dengan penyemprotan pestisida(pestisida Organik). Pembersihan rumput dapat dilakukan 3 bulan sekali atau saaT dipandang perlu. Pemangkasan cabang/ranting pohon dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 3 – 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan menyisakan 4 – 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar 5 M sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu. Inokulasi?
VI.
Inokulasi/penyuntikan
Inokulasi adalah salah satu hal yang sangat penting dalam usaha gaharu karena resin gaharu sangat tidak mudah terbentuk secara alami, sehingga perlu campur tangan manusia seperti dengan pembuatan pelukaan dan memberikan bahan pemicu produksi resin gaharu seperti cendawan dan bahan lainnya. Cendawan yang biasa diinokulasikan seperti jenis fusarium sp, phiolphora parasitica, torula sp, Aspergilus sp, Penicilium sp, Cladosporium sp, Opicoccum Granulatum sp,Clymndrocladium sp, sphaeropsis sp, Botryodlipodhia theobromae, Tricodarma sp, phomopsis sp, Chunninghamella echinulata. Tingkat keberhasilan inokulasi pada satu pohon sangat bervariasi. Perhitungan yang sangat pesimis hasil budidaya pada tahun ke tujuh adalah 1 kg gubal, 10 kg kemendangan dan 15 kg abu. Namun beRdasarkan pengalaman optimis dari Thailand hasilnya mencapai 5 – 10 kg gubal. (Tunas Gaharu, 2010). VII.
PEMANENAN GAHARU
Ada dua cara panen gaharu. 1. Pemanenan Berkala Pemanenan ini dilakukan dengan mengeruk, mengerok, mengupas bagian pohon yang telah terinfeksi dan menghasilkan damar wangi (gaharu) dan hasilnya biasanya
46
berbentuk serpihan-serpihan kecil. Setelah dilakukan pemanenan maka dilakukan proses inokulasi lagi. 2. Pemanenan Total Pemanenan ini dilakukan dengan cara menebang habis tanaman penghasil gaharu yang sudah diinokulasi dan menunjukkan pohon tersebut telah terbentuk gubal gaharu antara lain: - Daun pada tajuk menguning dan rontok - Ranting-ranting mulai mengering - Secara fisik pertumbuhan telah berhenti - Kulit batang mulai mengering - Kulit kupasan apabila dibakar akan berbau aroma harum khas BUDIDAYA PORANG (Amorphophallus Onchophyllus)
I. Pendahuluan
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam yang berupa kayu saja, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Kegiatan budidaya tersebut diperkirakan akan dapat membawa keuntungan baik dari segi ekonomis maupun dari segi ekologis, dimana kesuburan tanah akan tetap dapat dipertahankan tanpa mengubah fungsi pokoknya. Perum Perhutani sebagai pemegang mandat dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa berupaya secara terus menerus untuk mensukseskan pelaksanaan PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) guna menumbuhkembangkan rasa memiliki segenap masyarakat terhadap fungsi dan manfaat Sumber Daya Hutan secara optimal dan proporsional melalui
47
pembagian peran, tanggung jawab serta hasil produksi guna menjamin kelangsungan fungsi dan manfaat Sumber daya Hutan itu sendiri. Banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan oleh Perhutani maupun masyarakat di sekitar hutan dalam rangka kegiataan pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman pokok kehutanan yang biasanya berupa tanaman tumpangsari, antara lain dengan menanam padi, jagung, jeruk, pepaya, nanas, cabai, temu pepet, blimbing, semangka, vanili, maupun porang. Untuk kali ini yang akan kita kaji lebih dalam lagi adalah tentang budidaya porang.
II. Morfologi porang Porang, dikenal juga dengan nama Iles-Iles (Amorphophallus Onchophyllus) dan di daerah Jawa dikenal dengan nama suweg. Suweg (dari bahasa Jawa) adalah tanaman anggota marga Amorphophallus dan masih berkerabat dekat dengan bunga bangkai raksasa (A. titanum) dan iles-iles (A. muelleri). Merupakan tumbuhan semak (herba) yang memiliki tinggi 100 – 150 cm dengan umbi yang berada di dalam tanah. Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman Porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah. Umbi inilah yang akan dipungut hasilnya karena memiliki zat glukomanan. Tumbuhan ini hidup di bawah naungan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan alternatif di musim paceklik.
Umbi Porang Hasil panen ukuran 1 kg. Kegunaan lain dari porang adalah untuk keperluan industri antara lain untuk mengkilapkan kain, perekat kertas, cat, kain katun, wool dan bahan imitasi yang memiliki sifat lebih baik dari amilum serta harganya yang lebih murah. Selain itu bahan ini juga dapat dipergunakan sebagai pengganti agar-agar dan gelatin
48
sebagai bahan pembuat negative film, isolator dan seluloid karena sifatnya yang mirip selulosa. Sedangkan larutan manaan bila dicampur dengan gliserin atau natrium hidroksida bisa dibuat bahan kedap air. Disamping itu bahan manaan juga dapat dipergunakan untuk menjernihkan air dan memurnikan bagian-bagian keloid yang terapung dalam industri bir, gula, minyak dan serat.Bahan makanan yang berasal dari porang atau iles-iles ini banyak disukai oleh masyarakat Jepang berupa mie atau konyaku, maka salah satu perusahaan yang memproduksi bahan makanan yang berasal dari porang seperti PT Ambico, banyak mengekspornya ke negara matahari terbit tersebut. Tanaman porang itu sendiri dapat dipanen setelah berumur 3 tahun (3 kali pertumbuhan). Dengan perkiraan harga saat ini sekitar Rp. 800,-/Kg dalam keadaan basah. Sedangkan apabila dijual dalam bentuk irisan keripik yang kering, dapat dijual seharga Rp. 9.000,-/Kg. Apabila kita mampu menjualnya langsung ke pihak investor dari Jepang kita akan dihargai sekitar USD 18/Kg. Dalam setiap pohon dapat memanen hasil sebanyak 2 Kg umbi, dan dalam setiap hektarnya dapat diperoleh 12 ton atau sekitar 1,5 ton kering. Konyaku, Produk olahan dari umbi porang Pangsa pasar umbi Porang lainya antara lain :. 1. Untuk pangsa pasar dalam negeri; umbi Porang digunakan sebagai bahan mie yang dipasarkan di swalayan, serta untuk memenuhi kebutuhan pabrik kosmetik sebagai bahan dasar. 2. Untuk pangsa pasar luar negeri; masih sangat terbuka yaitu terutama untuk tujuan Jepang, Taiwan, Korea dan beberapa negara Eropa.
III. Syarat tumbuh porang Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya. 1. Keadaan Iklim Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh 49
pada ketinggian 0 - 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 - 600 M dpl. 2. Keadaan Tanah Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 - 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja. 3. Kondisi Lingkungan Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lainlain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.
IV. Perkembangbiakan porang
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu anatara lain:
1. Perkembangbiakan dengan Katak Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
2. Perkembangbiakan dengan Biji/Buah Tanaman Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit Porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
3. Perkembangbiakan dengan Umbi
50
Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.
Dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah di siapkan. Dapat kita lihat disini bahwa budidaya tanaman porang itu sendiri mempunyai
prospek yang baik dan bernilai ekonomis yang tinggi bagi masyarakat. Sehingga dapat membantu masyarakat dalam membuka lapangan kerja serta usaha sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Ariyanti,
Dwi
Cirucs.
2011.
Laporan
TBT
Semester
III.
http://dwicirucsfpuns.
blogspot.no/2011/07/laporan-tbt-semester-iii.html. Diakses pada 8 Mei 2013. sumber asli dr perum perhutani kph jember Anonim. 1998. Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember. No. Seri:01.004.98. 28 hal. Badan Litbang Pertanian. 2009. Pedoman Umum PTT Kedelai Departemen Pertanian, Jakarta Badan Litbang Pertanian. 2004. Teknologi Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Buhaira. 2007. Respons Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Beberapa Pengaturan Tanam Jagung pada Sistem Tanam Tumpangsari. Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 1. 51
Danuarti, 2005.Uji Cekaman Kekeringan Pada Tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1.: 2231. Epetani. 2013. Budidaya Kacang Tanah. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ budidaya-kacangtanah-7891. Diakses pada 8 Mei 2013. Fatkhonudin. 2011. Laporan Tanaman Jagung. http://ziemensagrobisnis.blog spot.com/panduanringkas-budidaya-jagung-hybrida.html. Diakses pada 8 Mei 2013. Humandini, Amrik. 2010. Validasi Daya Berkecambah pada Pengamatan Pertama dan Terakhir Benih Padi, Jagung, Kedele, dan Kacang Hijau. Balai Besar-PPMBTPH Tapos. Depok. Kadekoh, I . 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam dalam sistem tumpangsari dengan jagung yang didefoliasi pada musim kemarau dan musim hujan. J.Agroland 14(1):11-17. Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Makmur, Amris. 2003. Pemuliaan Tanaman bagi Lingkungan Spesifik. IPB Press. Bogor. Minardi, S 2002. Kajian Komposisi Pupuk NPK terhadap Hasil Beberapa Varietas Tanaman Buncis Tegak di Tanah Alfisols. Jurnal Sains Tanah Vol. 2 (1). Rahman, A, dkk. 2009. Imflementasi Inovasi Teknologi dalam rangka Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani Kedelai.Laporan Hasil Kerjasama Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau dan BPTP Riau. Pekanbaru Rahmi, Abdul dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritrop 26 (3) : 105 – 109. Rosliani, R., N. Sumarni, dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara Pengelolaan Tanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup Tanah terhadap Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi. J. Hort. 20 (1): 36-44. Sumarianto,
I
Putu.
2012.
Pagan
dan
Palawija
(Seluk
Beluk
Tanaman
Jagung).
http://laporanpraktekantok.blogspot.com/2012/06/pagan-dan-palawija-seluk-beluktanaman.html. Diakses pada 8 Mei 2013. Suryana, A., D. S. DAmardjati, Maryoto, D.K.S Swastika, D.M Arsyad dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis kedelai. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian
52
Suryadiningrat. 2012. Budidaya Kacang Tanah. http://bp4kkabsukabumi.net/index .php/PertanianTanaman-Pangan/Budidaya-Kacang-Tanah.html. diakses pada 8 Mei 2013. Pajow, Stenly K., Arnold C. Turang dan Jeaneke Wowiling. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Manado: Departemen Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara. Pitoyo,S dan Zumiati. 2002. Tanaman Bumbu dan Pewarna Nabati. Aneka Ilmu. Semarang. Pudjogunarto, Wartoyo Suwandi. 2011. Agronomi Tanaman Kakao. UNS Press. Surakarta. Purwadi,
Eko.
2011.
Seleksi
Benih
Tahan
Kering
Melalui
Uji
PEG.
http://www.masbied.com/2011/05/24/seleksi-benih-tahan-kering-melalui-uji-peg/#more9596. Diakses pada 8 Mei 2013. Putro, Nugroho Sulistyo. Makalah Teknik Budidaya Jagung. http: //opensline. blogspot. no/2012/10/makalah-teknik-budidaya-jagung.html. Diakses pada 8 Mei 2013. Zubachtirodin dkk. 2011. Teknologi Budidaya Jagung. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Budidaya Serealia. Jakarta.
53