PENDAHULUAN
Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein
nabati
yang sangat
penting, baik
karena
kandungan
gizinya, aman
dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati et al.2005). Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan olahan
berbahan baku kedelai,
maka kebutuhan kedelai di dalam negeri terus
meningkat. Data statistik dari FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan kedelai rata-rata pada tahun 2001-2005 sebesar 1,84-2,04 juta ton, sementara produksi dalam negeri masih sangat rendah yaitu antara 0,67-0,81 juta ton. Kekurangannya harus diimpor
sebesar
1,12-1,36 juta ton.
Gambaran di atas
mencerminkan
bahwa
Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri (Sudaryanto et al 2007). Saat ini ada
beberapa
varietas
unggul kedelai yang telah
dilepas ke
masyarakat seperti; Sinabung, Anjasmoro, Mahameru, Penderman, Ijen, Tanggamus, Sibayak, Kaba, Nanti, Ratai, dan Seulawah, Varietas unggul baru yang dilepas tersebut mempunyai potensi hasil rata-rata 2,5 ton/ha. Namun di tingkat petani, yang dicerminkan oleh rataan produktivitas nasional, baru mencapai 1,28 ton/ha. Sementara di Prop Sumatera Utara produktivitas kedelai masih dibawah rata-rata nasional yaitu sekitar 1,0 – 1,15 ton/ha.
Universitas Sumatera Utara
Ini berarti bahwa masih terdapat potensi dan peluang yang sangat besar untuk meningkatkan produksi kedelai melalui peningkatan produktivitas. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui introduksi inovasi teknologi. Salah satu komponen teknologi yang paling mudah dan cepat menyebar adalah penggunaan varietas unggul baru (VUB) yang berdaya hasil tinggi, karena kontribusi varietas unggul dalam meningkatkan produktivitas paling mudah dilihat dan dipahami oleh petani. Oleh karena itu, perakitan varietas unggul baru yang mempunyai karakter produktivitas tinggi serta toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produksi kedelai (Darman et al 2007). Pengelolaan unsur hara merupakan salah satu faktor penting untuk pertumbuhan tanaman kedelai. Pada pertanaman kedelai dilahan kering, dilaporkan tanaman kedelai memberikan respon yang cukup baik pada penambahan Fosfor.
Saat ini petani
menggunakan pupuk SP 36 untuk tanaman kedelai dengan jumlah berkisar antara 50– 100 kg/ha. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang esensial bagi pertumbuhan tanaman, karena merupakan komponen struktur yang tidak dapat disubstitusi. Kekurangan unsur P dapat menunjukkan gejala menurunnya sintesis protein, seperti; lambatnya pertumbuhan bibit dan daun berwarna keunguan (Adisarwanto,2007). Persoalan utama dalam penyediaan unsur P bagi tanaman pada kebanyakan tanah adalah rendahnya ketersediaan unsur tersebut dalam bentuk fosfat dan tidak semua fosfat yang diberikan dapat segera tersedia. Disamping itu sifat kimia fosfat yang mudah terfiksasi oleh mineral silikat, ion aluminium (Al) dan besi (Fe) semakin mempersulit penyediaan fosfat (Zuhdi et al, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Pada tanaman yang kekurangan P pertumbuhan luas daun terhambat, karena terjadi
penurunan
tekanan
hidrolik akar,
menghambat
pembelahan sel dan
pembesaran sel. Terhambatnya pertumbuhan disebabkan oleh sintesis karbohidrat yang tidak berjalan secara optimal. Fosfor mempunyai peran dalam memperbaiki pertumbuhan akar tanaman. Densitas (kerapatan) akar dapat distimulasi oleh P meskipun tidak sebaik pengaruh nitrat. Namun dalam hal memacu pertumbuhan memanjang akar lateral P berperan jauh lebih baik daripada N. Hasil penelitian menunjukkan dengan perlakuan P terjadi
penambahan
panjang
akar lateral sampai 15 kali,
sedangkan
untuk
penambahan berat akar 10 kali lipat (Marschner, 1995). Komponen lingkungan yang menjadi penentu keberhasilan usaha produksi kedelai adalah faktor iklim (suhu, sinar matahari, curah dan distribusi hujan), dan kesuburan fisika-kimia dan biologi tanah (solum, tekstur, pH, ketersediaan hara, kelembaban
tanah,
bahan organik dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta
mikrobia tanah). Interaksi antara suhu-intensitas radiasi matahari-kelembaban tanah sangat menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Suhu tinggi berasosiasi dengan transpirasi yang tinggi, defisit tegangan uap air yang tinggi, dan cekaman kekeringan
pada tanaman.
Suhu di dalam tanah dan suhu atmosfer berpengaruh
terhadap pertumbuhan Rhyzobium, akar dan tanaman kedelai. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 22-270C (Sumarno dan Manshuri, 2007). Penggunaan mulsa jerami padi dengan takaran rekomendasi sebanyak 5 ton/ha atau sejumlah jerami yang ada dalam satu petakan alami dapat memelihara kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Jerami padi tersebut harus
Universitas Sumatera Utara
dihamparkan secara merata di atas petakan lahan dengan ketebalan antara 3-5 cm. Pemulsaan yang sesuai dapat merubah iklim mikro sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan menghindari kehilangan air melalui penguapan serta meningkatkan produksi tanaman. Suhartina dan Adisarwanto (1996) menemukan peningkatan hasil kedelai mencapai 100% dengan penggunaan mulsa jerami padi 5 ton/ha dikombinasikan dengan tanpa olah tanah (TOT). Perumusan Masalah Kebutuhan
kedelai di
Indonesia
meningkat
sejalan dengan
peningkatan
jumlah penduduk, akan tetapi kebutuhan produksi kedelai ini belum terpenuhi oleh produksi dalam negeri. Disamping luas areal panen yang terus berkurang juga disebabkan oleh produktivitas yang rendah dan berfluktuasi. Produktifitas yang rendah dan berfluktuasi ini disebabkan antara lain oleh penggunaan varietas yang belum sesuai dengan agroklimat lingkungan areal pertanaman kedelai. Kondisi agroekologi pertanam kedelai sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Disamping masalah tersebut diatas, rendahnya produktivitas kedelai juga dapat disebabkan
pengelolaan
unsur
hara,
terutama P yang belum optimal. Hara P
merupakan salah satu pembatas utama pertumbuhan tanaman di lahan kering. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketersediaan P yang sangat rendah selain itu P yang ditambahkan difiksasi sangat cepat dan erat. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, cara yang
paling tepat adalah menambahkan sejumlah pupuk P sesuai dengan
kebutuhan. Ketersediaan P yang cukup juga membantu pertumbuhan jasad penambat nitrogen (N). Saat ini penggunaan pupuk SP-36 untuk tanaman kedelai berkisar antara 50-100 kg/ha, dengan melakukan pemupukan fosfat dengan dosis yang cukup dan
diaplikasikan secara
larikan dekat pangkal batang,
diharapkan fhosfat lebih
Universitas Sumatera Utara
tersedia untuk diserap oleh akar tanaman untuk meningkatkan kebutuhan sumber energy untuk mendorong pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Interaksi antara suhuintensitas sinar matahari-kelembaban tanah sangat menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Suhu di dalam tanah dan suhu atmosfer berpengaruh terhadap pertumbuhan Rhyzobium, perakaran, dan tanaman kedelai. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kedelai. Suhu tanah maupun suhu atmosfer (iklim mikro) yang terlalu tinggi pada areal pertanaman kedelai dapat dimodifikasi dengan menggunakan mulsa jerami. Pemulsaan yang sesuai dapat merubah suhu tanah dan iklim mikro sehingga dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan sehingga dapat mendorong pertumbuhan serta meningkatkan
produksi
tanaman kedelai. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max) melalui pengelolaan hara P dan modifikasi iklim mikro dengan pemberian mulsa jerami padi untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Hipotesis Penelitian 1.
Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi dari beberapa varietas kedelai dengan perlakuan taraf dosis pupuk fosfat.
2.
Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi dari beberapa varietas kedelai dengan pemberian mulsa jerami padi.
3.
Ada perbedaan pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai akibat perlakuan kombinasi antara ketiga faktor yang di teliti (varietas, pupuk fosfat dan mulsa jerami).
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perbaikan paket teknologi budidaya kedelai sehingga diharapkan dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi. Pemberian pupuk P yang sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman akan memperkecil input energy pada budidaya kedelai sehingga pertanamannya tidak merusak lingkungan serta lebih efisien dan efektif. Disamping itu penelitian ini juga merupakan tugas akhir dalam penyelesaian study Program S2 Agronomi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara