LAPORAN KEGIATAN LUAR DOKTER MUDA PSIKIATRI KUNJUNGAN RUMAH
Oleh: Thivyadharshini Uvaraju (1002005194)
Pembimbing: Dr. I. G. A. Endah Ardjana, Sp.KJ (K)
DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN / SMF PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD / RSUP SANGLAH DENPASAR 2014
LAPORAN KEGIATAN LUAR DOKTER MUDA PSIKIATRI KUNJUNGAN RUMAH Tanggal Kegiatan
: 07 July 2014
Pembimbing
: Dr. I. G. A. Endah Ardjana, Sp.KJ (K)
Dokter Muda
: Thivyadharshini Uvaraju (1002005194)
IDENTITAS PASIEN Nama
: IGNPDD
Umur
: 2 tahun
Jenis kelamin
: lelaki
Pendidikan
: Dibawah umur
Pekerjaan
:-
Status perkawinan
: Belum menikah
Ras/suku bangsa
: Bali / Indonesia
Agama
: Hindu
Tanggal lahir
: 14 Januari 2012
Alamat
: Jalan Raya Guwang No.1, Banjar Manikan, Gianyar
Kunjungan
: 07 Juli 2014, pukul 16.00 WITA
Diagnosis
: Gangguan Artikulasi Berbicara Khas
Nomor RM
: 14038572
RIWAYAT SAKIT Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah pada tanggal 27 Juni 2014 pada jam 10.10 WITA. Pasien datang bersama ibunya. Pasien mengenakan baju merah yang ada gambar kartun dan celana jeans biru tua dan memakai sandal. Pasien tidak mahu manatap pada pemeriksa, dan tidak mahu duduk di pangku ibunya dan menjauhi ibunya dan bermundar-mandir di ruang poli. Pasien tidak bicara langsung, cuma memberi suara menangis ketika ibu memegang tangan pasien dan ke suruh datang ke kerusi berhadapan dengan pemerika tetapi pasien tidak
mahu turuti ibunya dan terus bermundar-mandir di ruang poli. Ibunya membiarkan pasien berjalan-jalan di sekitar ruangan poli kerana akan menangis kalau dipaksa ke pangku ibu. Pemeriksa meneruskan mewawancara dengan ibu pasien. Keluhan utama pasien ke poliklinik psikiatri adalah tidak bisa bicara. Setelah selesai wawancarai ibu pasien, pasien dikonsulkan ke THT untuk mengetahui keterangan lanjut. Setelah konsul dari THT, didapatkan tidak ada kelainan di fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Hasil Kunjungan Rumah Kunjungan ke rumah pasien saya lakukan pada hari Senin, 07 Juli 2014 pukul 16.00 WITA. Kunjungan rumah dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang dialami pasien setelah pulang dari rumah sakit serta bagaimana keadaan lingkungan sosial pasien. Sebelum melakukan kunjungan, saya telah membuat janji dengan ibu pasien saat dirawat di Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah tanggal 27 Juni 2014. Pada tanggal 07 Juli 2014 saat siang hari, saya kembali mengingatkan ibu pasien tentang rencana kunjungan saya ke rumah pasien. Saya menelepon ibu pasien dan menanyakan pukul berapa saya bisa melakukan kunjungan rumah. Pasien dan keluarga pasien baru bisa dikunjungi pada sore hari karena ibu pasien tidak ada kerja pada waktu sore dan mempunyai banyak masa lapangan. Saya melakukan kunjungan ke rumah pasien di Jalan Raya Guwang, No.1, Banjar Manikan, Gianyar. Saya berangkat pukul 14.45 WITA dan sempat berputar-putar mencari alamatnya dan pukul 16.00 WITA saya sudah sampai di rumah pasien. Saya menghubungi ibu pasien setelah sudah sampai di depan rumah dan ibu pasien meminta saya masuk ke rumahnya. Sebelum memasuki rumahnya, saya sempat beli oleholeh makanan buat pasiennya dan keluarga pasien. Sesaat selepas itu saya diterima oleh keluarga pasien, kemudian memperkenalkan diri sebagai dokter muda yang sedang bertugas di bagian kejiwaan RSUP Sanglah dan bermaksud melihat perkembangan pasien setelah mendapatkan perawatan ketika di Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah serta keadaan lingkungan keluarga, rumah dan sosialnya. Keluarga pasien menerima saya dengan baik dan bersedia untuk bekerjasama serta menceritakan perkembangan penyakit yang dialami pasien. Ibu pasien kemudian mengajak saya masuk dan mempersilahkan duduk di atas kasur untuk mengobrol dan merasa nyaman.
Autoanamnesis Pasien mengenakan baju warna jingga dan celana pendek warna krim. Pasien tidak mahu berbicara dengan saya waktu saya mahu mendekati sama pasien. Saya memanggil nama pasien tetapi tidak mahu menoleh mukanya. Pasien melihat saya memegang spidol lalu menjepit tangan saya dan mengambil spidol dan berjalan ke dinding dan menconteng dinding dengan spidol. Pasien melompat-lompat di atas kasur dan bermain dengan alat permainan berupa mobil dan bola. Pasien suka tonton tv. Saya memulakan wawancara dengan ibu pasien. Heteroanamnesis (Ibu pasien) Saya memulai wawancara ibu pasien dalam bahasa Indonesia. Ibu pasien bilang pasien tidak bisa bicara sejak usia 2 tahun. Ibu pasien rasa ada ada sesuatu tidak berasa normal pada pasien waktu pasien berusia 2 tahun (Januari 2014). Pasiennya ada kakak perempuan. Ibu bilang kakak pasien bisa bicara sebelum usia 2 tahun. Ibu pasien menunggu 5 bulan dari bulan januari dengan harapan pasiennya bisa bicara tetapi tidak masih bicara dan akhirnya ibunya bawa pasien ke Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah pada tanggal 27 Juni 2014 pada jam 10.10 WITA dimana saya bertemu pasien dan ibu pasien. Sekarang pasien tidak bisa mengungkapkan kata “mama”, “papa”, “popo”, “bobo” dan kakak. Kalau pasien mahu makanan dari ibunya, pasien menarik pakaian ibu dan menyebutkan kata “maaam”. Sebelum ini, dia pernah menyebutkan kata “dada” (lambaian tangan) tetapi sekarang tidak masih disebutkan. Sekarang dia cuma menyebutkan “tatata” dan “bababa” yang tidak ada artinya. Kalau di rumah, pasien kadang-kadang menuruti arahan ibu, seperti “sayang jangan ke situ” main disini” dan menoleh pada ibunya, tetapi orang lain di rumah yaitu kakak dan kakek pasien tidak mahu mendengar dan menoleh pada mereka. Pasien hanya mendengar dan menoleh pada ibu dan bapa pasien. Pasien kelihatan sentiasa aktif seperti menconteng dinding, melompatlompat di kasur dan menganggu ibunya ketika masak dan cuci pakaian dan bermain dengan bapa di bengkel. Ibu pasien bilang takut kalau pasien tidak diawasi kerana pasien cenderung jatuh dari bermain atau melompat-lompat dari kasur. Ibu pasien bilang pasien pernah jatuh sekali dari kasur dan kepala pasien kena hentaman di lantai tetapi tidak dijumpai cedera pada kepala dan bagian badan lain. Kalau pasien mahu buang air kecil, lalu pipis di lantai dan tidak memanggil ibunya. Pasien masih memakai pampers. Kalau di rumah pasien jarang pakai pampers, hanya memakai
celana pendek sahaja. Kalau mahu buang air besar, pasien akan menarik pakaian ibunya dan ibunya akan tanya pada pasiennya “mahu popok” dan pasien akan menyebut “eheheh” dan teriak-teriak dan ibunya akan membawa ke toilet membantu pasien buang air besar. Ibunya bilang pasien paham apa ibunya tanya tetapi pasien tidak bisa respon dan mengungkapkan. Kalau mandi, pasien menuruti dan tidak menganggu ibunya sewaktu ibunya memandikan pasien. Kalau kedinginan, ibunya menyiapkan air panas buat pasien untuk mandi. Makan dan minum dikatakan baik. Pasien dikatakan makan 2 kali sehari. Pasien mahu makan pagi tetapi tidak mahu makan siang dan hanya minum susu pada waktu siang. Pasien mahu makan malam. Ibunya bilang makanan pagi pasien adalah nasi dan kuah sayur tanpa sayur dan abon ayam. Pasien tidak suka ikan. Makanan malam sama dengan makanan pagi. Pasien bisa makan sendiri, kadang-kadang disuapi. Pasien kuat minum susu sebayak 6-9 kali sehari. Pasien suka makanan jajanan seperti waffle dan mee sedap. Pasien suka diajaki oleh ibunya ke Indomaret dan Hardy kerana dia suka beli perman, coklat, minuman, es krim dan merasa senang. Kalau pasien diajaki oleh ibunya ke pasar untuk beli sayur, pasien tidak suka sekali dan menganggu ibunya berbelanja di pasar. Ibu bilang pasien pernah melempar sayur di pasar. Ibu pernah keras sedikit pada pasien, pasien segera menunjuk emosi marah pada ibunya. Pasien hanya bermain di rumah dan jarang keluar bermain dengan anak tetangga. Kakak pasien juga ikutin main dengan pasien. Kakak pasien senang bermain dengan anak tetangga. Pasien senang bermain dengan “blok” dan mencantumkan menjadi bangunan atau keretapi. Pasien suka dengan “blok” warna biru atau bola warna biru. Pasien senang menconteng dinding rumah dengan spidol. Ibunya bilang pasien tidak bisa melukis bulat-bulat. Pasien senang mendengar lagu di tv dan melompat-lompat di depan tv. Ibu pasien bilang sewaktu ibu pasien hamil, ibunya berhenti minum susu pada bulan ke-3 sehingga waktu lahir kerana mual. Dokter menyaran ibunya makan obat kerana tidak minum susu sewaktu hamil. Nama obat dikatakan lupa. Ibu pasien kurang tahu apakah pernah minum asam folat sewaktu hamil. Hubungan ibu pasien dengan bapa pasien baik dan tidak ada pertengkaran sewaktu ibu hamil. Sewaktu ibu hamil, ibunya tidak pernah keluar berjalan-jalan dan hanya bediam di rumah dan jarang berjemur di bawah matahari pada waktu pagi. Persalinan ibu pasien dikatakan normal dibantu oleh bidan dan tidak ada komplikasi semasa lahir. Tali pusat segar dan air ketuban jernih. Berat badan sewaktu lahir 40 gram, dan
panjang badan 52 cm dan lingkar kepala dikatakan lupa. Segera menangis pada keadaan saat lahir. Riwayat imunisasi lengkap, yaitu BCG 1 kali, polio 4 kali, DPT 3 kali, hepatitis 3x, dan campak 1 kali. Pasien diberi asi eksklusif sejak lahir sehingga usia 1 tahun 6 bulan. Selepas itu, dikasi susu formula Lactogen sampai saat ini. Bubur susu dikasi sejak usia 6 bulan sehingga 1 tahun 8 bulan. Nasi dikasi sejak usia 1 tahun 8 bulan sampai saat ini. Riwayat tumbuh kembang pasien pada usia 3 bulan sudah menegakkan kepala, membalik badan pada usia 4 bulan, duduk pada usia 6 bulan, merangkak pada usia 7-8 bulan, berdiri pada usia 1 tahun, berjalan pada usia 1 tahun 6 bulan, dan bicara pasien belum. Pasien tidak ada riwayat alergi.
Lingkungan Keluarga Saat ini pasien tinggal bersama ibu, bapa dan kakak perempuan. Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Kakak pasien berusia 6 tahun dan kelas SD. Ibu pasien adalah suri rumah dan bapa pasien berkerja di bengkel bina bangunan. Pasien dan keluarganya dari Singaraja. Mereka menetap sementara di Gianyar kerana pekerjaan bapa pasien di Gianyar. Pasien dilahir di Singaraja. Pada usia 3 bulan, pasien dibawa ke Gianyar oleh keluarganya. Pada hari upacara, keluarga pasien berkunjung ke rumah kakek di Singaraja. Pasien senang bersama kakek pasien. Di rumah, ibu pasien sering melakukan kerja rumah dan menjaga pasien dan kakak pasien. Ibunya mencuci pakaian, memasak, membersih rumah. Bapa pasien tidak selalu di rumah dan sibuk dengan pekerjaan di bengkel. Bapa pasien seorang perokok sejak sebelum nikah. Keluarga pasien dikatakan dari status ekonomi rendah. Saudara ibu pasien tidak erat dengan ibu pasien kerana pernah bertengkar tentang jualan tanah. Saudara ibu pernah mengalami depresi dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa Bangli kerana bertengkar dengan majikan kerja. Saudara bapa pasien erat dengan keluarga pasien dan tidak ada masalah dengan keluarga pasien. Lingkungan Sosial
Saat melakukan kunjungan di lingkungan tempat tinggal pasien, lingkungan sekitar tampak kotor. Di depan rumah pasien ada bengkel kepunyaan bapa. Pasien sering bermain di bengkel. Pasien tinggal di rumah sementara bersama dengan ibu, bapa dan kakak perempuan di Gianyar. Pasien jarang bermain diluar dengan anak tetangga. Pasien sangat dekat dengan ibunya.
Lingkungan Rumah Rumah pasien merupakan bangunan bata. Bangunan rumah penderita terlihat usang, beratap, tembok bata yang sudah diplester dan dicat dengan cat berwarna putih dan lantai semen. Keluasan rumah sangat kecil dan sempit. Rumah penderita terdiri dari 1 bengkel didepan, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Didepan bengkel ada pagar. Tidak ada pohon berdekatan. Di bengkel tampak kotor dengan besi dan cat hatim. Penerangan di dalam rumah kurang baik dan cahaya matahari dapat berfungsi sebagai penerang alami saat pagi dan siang hari. Ventilasi udara cukup memadai, akan tetapi tirai-tirai yang menutupi jendela rumah nampak agak kotor dan berdebu. Ruang tidur keluarga kurang bersih. Perabot di ruang tidur tidak ditata rapi. Ruangan di ruang tidur sempit. Dapur kurang bersih kerana ada lubang besar di bawah cuci tangan. Kadang-kadang tikus bisa memasuki ke lubang besar atau jendela lalu ke dapur. Rumah pasien agak berdekatan dengan longkang besar yang sangat kotor dan berbau. Tidak ada meja makan di rumah pasien. Kamar mandi di rumah penderita kurang bersih. WC yang digunakan di rumah penderita adalah WC dengan toilet jongkok. Saluran air yang digunakan oleh penderita berasal dari PAM.
Simpulan Adapun simpulan yang dapat diambil dari hasil kunjungan rumah ini antara lain : 1. Keluarga pasien sangat mendukung kesembuhan pasien yang dapat dilihat dari usaha keluarganya untuk mendukung pemulihan pasien. Ibunya selalu mengantarkan pasien terapi bicara pada hari senin dan psikolog pada hari kamis. 2. Ibu pasien merupakan pribadi sabar dan sayang terhadap pasien.
3. Lingkungan tempat tinggal pasien terkesan kurang cukup luas untuk ditinggali oleh keluarganya dan pasien jarang bermain di luar dengan anak tetangga.
Saran Adapun saran yang saya berikan kepada pasien dan keluarga ialah sebagai berikut: 1. Keluarga hendaknya tetap memberi dukungan dengan penuh kesabaran untuk membantu pasien untuk berbicara. 2. Ibu dan bapa pasien disarankan untuk berusaha berpikir positif dan lebih sering bercerita apabila ada masalah pada pasien. 3. Ibu pasien dinasehatkan untuk bermain, bernyanyi dengan pasien dan membantu pasien akan bicara. 4. Ruangan kamar hendaknya diberikan ventilasi dan pencahayaan yang cukup.
Lampiran 1: Bagian Perjalanan Penyakit
Pasien tidak bicara dan mengungkapkan kata-kata “mama, dada, kakak, papa” dan menunggu dengan harapan akan bicara.
Ibu pasien membawa pasien ke Poliklinik Jiwa RSUP Sanglah dengan keluhan tidak masih bicara.
Januari 2014
Juni 2014
Lampiran 2 Silsilah Keluarga
1
3
2
5
6
7
4
8
9
13
10
14
Keterangan Perempuan Lelaki
Pasien
Gambar-gambar pasien
11
12