LAPORAN BENCHMARKING KOMPONEN 2 HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY (HPEQ) PROJECT
NATIONAL BOARD OF MEDICAL EXAMINER
NATIONAL COUNCIL OF STATE BOARDS OF NURSING
NURSING COLEGE OF THE UNIVERSITY OF ILLINOIS AT CHICAGO
Oleh: Dr. med. Setiawan, dr. Masfuri, S.K., MN Mohamad Ghozali, dr.
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Jln. Jend Sudirman Pintu I, Gedung D Depdiknas, Senayan Jakarta 10270
Telp : (021) 57946100
E-mail :
[email protected]
2010
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 1
RINGKASAN EKSEKUTIF Benchmarking komponen 2 telah dilakukan pada tanggal 22-25 September 2010 ke National Board of Medical Examiner (NBME) di Philadelphia dan National Council of State Boards of Nursing (NCSBN) serta Nursing College of University of Illinois at Chicago (NC-UIC) di Chicago. Tujuan Benchmarking adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengorganisasian pengelolaan uji kompetensi dokter dan perawat serta pengembangan metodologi ujian khususnya dalam pelaksanaan CBT dan OSCE. Metode yang digunakan pada saat benchmarking adalah presentasi dari kedua belah pihak untuk memperoleh gambaran perbandingan dari keseluruhan aspek yang menjadi fokus benchmarking, diikuti dengan diskusi dan observasi ke lokasi ujian (khususnya untuk ujian keterampilan klinik). Dari keseluruhan aktivitas diperoleh hasil bahwa NBME dan NCSBN merupakan lembaga mandiri nirlaba yang dikelola secara profesional. Pengembangan item bank dilakukan oleh berbagai komite bidang ilmu yang terdiri atas pakar di bidangnya yang diangkat untuk waktu tertentu. Standard setting juga dilakukan oleh komite yang tetap, namun akhir keputusan ada pada executive commitee. Sumber pendanaan sebagian besar dari biaya pelaksanaan ujian oleh peserta baik lokal maupun internasional. Sebagian pendanaan diperoleh dari aktivitas pelayanan, seperti pelatihan, maupun bantuan teknis penyelenggaraan ujian termasuk pengembangan item ujian. Metode ujian yang dipilih disesuaikan dengan peran dan fungsi ujian sendiri, terutama untuk menjamin praktik pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman. Di samping itu, aspek kemampulaksanaan termasuk pendanaan menjadi pertimbangan. USMLE mempunyai uji keterampilan klinik yang dikelola secara profesional di pusat ujian sendiri, sementara CBT pada USMLE dan NCLEX oleh perusahaan lain. Uji kompetensi merupakan pencapaian standard minimal, sementara institusi pendidikan memiliki tujuan pendidikan yang melampaui standard minimal sehingga tingkat kelulusan secara nasional sangat tinggi. Uji kompetensi dipandang penting sebagai bagian dari budaya kualitas yang ada di Amerika secara umum. Selain itu, uji kompetensi ini juga memberikan umpan balik kepada instansi terkait dalam menjamin kualitas. Bila institusi pendidikan tidak dapat memenuhi kualitas yang tergambarkan dari proporsi kelulusan yang kurang, maka diberikan peringatan dan pembinaan. Bila tetap tidak terpenuhi, maka institusi pendidikan bisa ditutup. Rekomendasi dari kegiatan benchmarking ini adalah perlunya pembentukan lembaga independen pengelola uji kompetensi nirlaba yang sekaligus mengembangkan uji itu sehingga dapat memiliki aktivitas lain sebagai revenue bagi pengelolaan lembaga yang profesional oleh tenaga tetap dan tidak tetap. Metode ujian perlu memperhatikan aspek kepraktisan terutama menyangkut kesiapan item
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 2
maupun pendanaan, terutama untuk ujian klinik. Untuk pengembangan item, perlu dibentuk komite khusus bidang ilmu. CBT memerlukan kesiapan item yang telah dianalisis, sehingga diperlukan ahli psikometri. Standard setting yang telah dilakukan saat ini telah baik. Kontribusi institusi pendidikan yang ada saat ini merupakan sisi positif dalam kerangka umpan balik peningkatan kualitas dan efektivitas serta efisiensi pengelolaan uji kompetensi. Hal yang justru merupakan nilai tambah yang tidak terlalu kuat diperoleh pada saat kunjungan ke NBME.
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 3
LAPORAN BENCHMARKING KOMPONEN 2 HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY (HPEQ) PROJECT TAHUN 2010 I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Health Professional Education Quality (HPEQ) Project merupakan aktivitas di Direktorat Akademik Dirjen Dikti, untuk meningkatkan kualitas pendidikan tenaga kesehatan di Indonesia. Salah satu komponen yang menjadi fokus adalah standarisasi lulusan tenaga kesehatan melalui uji kompetensi nasional, khususnya untuk profesi dokter, dokter gigi, perawat dan bidan. Untuk mencapai itu diperlukan pembentukan lembaga mandiri uji kompetensi tenaga kesehatan (National Agency for Competence Examination of Health Professionals (NACEHealthPro)), perbaikan dari segi metodologi dan pengelolaan uji kompetensi, serta pengembangan sistem jaringan bank soal untuk mendukung pelaksanaan uji kompetensi nasional dan kapasitas institusi (National Item Bank Networking for Assessment (NIBNA)). Untuk mengoptimalkan pelaksanaan dan dampak positif dari keseluruhan kegiatan di atas, maka setiap langkah harus dilaksanakan berdasar pada bukti yang terbaik dan praktik baik dari pelaksanaan uji kompetensi yang bersifat high-stake. Oleh karena itu, pada fase awal pelaksanaan aktivitas memerlukan proses pembelajaran dari pihak yang telah lebih dulu melaksanakannya dan dapat dijadikan contoh atau pembanding. Dalam bidang kedokteran, telah berkembang pelaksanaan uji kompetensi nasional di Amerika dan Kanada. Lembaga seperti Medical Council of Canada (MCC) dan National Board of Medical Examiner (NBME) telah melaksanakan kegiatan ini sejak lama. Bahkan, keahlian yang ada juga telah dimanfaatkan untuk pengembangan uji kompetensi serupa di negara lain, seperti di Australia dan negara-negara Amerika Selatan. Sementara itu, untuk bidang keperawatan telah dilaksanakan uji kompetensi perawat di Amerika oleh National Councils of State Boards Nursing (NCSBN). Di samping pengelolaan uji kompetensi itu sendiri, diperlukan pula perbandingan terkait pengembangan institusi pendidikan. Sesuai dengan fokus HPEQ Project komponen 2, maka ingin diketahui bagaimana peran institusi pendidikan dalam pengembangan uji kompetensi serta dampak uji kompetensi dalam pengembangan institusi pendidikan. Mengingat lokasi NBME di Philadelphia dan NCSBN di Chicago, maka pada tahun 2010 dilakukan kunjungan ke Medical School of Drexel University di Philadelphia dan Nursing College of University of Illinois at Chicago (UIC) di Chicago. Namun, Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 4
mengingat perubahan jadwal maka kunjungan ke Medical School of Drexel University di Philadelphia tidak dapat dilakukan.
1.2. Tujuan Benchmarking 1. Memperoleh informasi tentang pengorganisasian dan aspek manajemen uji kompetensi oleh lembaga yang sudah maju, seperti NBME dan NCSBN. 2. Memperoleh informasi terkait pengembangan dan pengelolaan soal, termasuk penggunaan komputer dan aplikasi dalam menunjang uji kompetensi nasional yang bersifat high-stake. 3. Untuk memperoleh informasi mengenai praktik baik OSCE dan CBT untuk uji kompetensi nasional yang bersifat high-stake. 4. Untuk memperoleh teknik standard setting dalam uji keterampilan klinik dan uji pengetahuan pada uji kompetensi nasional yang bersifat high-stake.
4.1. Manfaat Benchmarking Kunjungan ke berbagai institusi di atas memberikan dasar pijakan untuk pengembangan kelembagaan, metoda dan pengembangan bank soal untuk tenaga kesehatan yang juga memperhatikan kebutuhan dan kondisi yang ada di Indonesia. Selain itu, kunjungan ini dapat mengawali kerjasama dan pengakuan lembaga yang akan dibentuk. Kerjasama dapat berupa bantuan teknis, konsultasi, maupun penelitian. Sementara itu, bentuk pengakuan dapat terwujud melalui pengenalan dan kerjasama yang dapat dilakukan kemudian.
4.2. Organisasi dan Institusi yang Dikunjungi Organisasi yang dikunjungi adalah National Board of Medical Examiners (NBME) berlokasi di Philadelphia dan National Council of State Boards of Nursing (NCSBN) yang berlokasi di Chicago. Sementara itu, institusi pendidikan yang dikunjungi adalah Nursing College of the University of Illinois at Chicago (UIC). Sekilas profil dari masing-masing organisasi dan institusi yang dikunjungi: 1. National Board of Medical Examiners (NBME) National Board of Medical Examiners (NBME) berdiri sejak tahun 1915 sebagai lembaga independen, nirlaba, yang melakukan ujian yang berkualitas tinggi bagi tenaga kesehatan. Misi dari NBME adalah untuk perlindungan kesehatan masyarakat melalui pelaksanaan ujian yang terbaik dan melalui proses
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 5
penelitian dan pengembangan terus menerus. Pendiriannya didasarkan pada kebutuhan ujian nasional yang bersifat sukarela yang dimanfaatkan oleh lembaga pemberi izin praktik menerima standard untuk menentukan pemberian izin. Sejak saat itu, NBME terus berkembang sehingga menjadi model dan sumber daya internasional dalam metodologi ujian dan evalusi di bidang kedokteran. 2. National Council of State Boards of Nursing (NCSBN) National Council of State Boards of Nursing (NCSBN) adalah organisasi nirlaba yang merupakan gabungan dari lembaga regulasi perawat Negara bagian, beranggotakan 60 State Boards of Nursing di Amerika Serikat dan sekitarnya. Fungsi NCSBN adalah memberikan leadership untuk meningkatkan regulasi yang terbaik untuk melindungi masyarakat terhadap praktek keperawatan yang aman. NCSBN membuat panduan-panduan kebijakan umum untuk peningkatan mutu keperawatan dan public safety serta menyelenggarakan ujian bagi pemberian lisensi praktek (seperti, National Council Lisensure Eamination = NCLEX). 3. Nursing College of the University of Illinois at Chicago (UIC) Nursing College of UIC didirikan pada tahun 1955. Saat ini terdapat 3 departemen, yaitu: Department of Biobehavioral Science, Department of Health Systems Science dan Department of Women, Children and Family Health Science. Jumlah mahasiswa BSN 314, MS 700, DNP 43, PhD 93 dan sertifikasi 63 mahasiswa.
II.
KEGIATAN BENCHMARKING 2.1. Philadelphia: National Board of Medical Examiners (NBME) Delegasi Indonesia ke NBME diterima oleh Mark Raymond mewakili Presiden NBME yang berhalangan hadir. Juga hadir Lorena Panazzo dari International Program, Suzanne McEllhenney dari USMLE, Kimberly Swygert dari Divisi Item Scoring and Analysis, serta Thomas Rebbecchi dari Clinical Skills Evaluation Collaboration (CSEC). Kegiatan Benchmarking dimulai dengan perkenalan seluruh delegasi yang berkunjung, serta pihak NBME yang berkesempatan menerima delegasi dari Indonesia. Setelah itu, dilakukan visitasi ke seluruh fasilitas yang ada di kantor NBME yang terdiri atas ruangan rapat baik managemen maupun komisi-komisi yang ada (penulis soal, standard setting), ruangan komputer untuk pelatihan staf, ruang perpustakaan, ruang makan maupun ruangan resepsionis.
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 6
Diskusi dimulai dengan presentasi dari delegasi Indonesia, tentang pendidikan dokter di Indonesia dan HPEQ Project komponen 2. Setelah itu dilakukan diskusi terkait itu, terutama aspek yang menjadi fokus pengembangan kegiatan ke arah implementasi CBT dan OSCE. Setelah pihak Indonesia menyampaikan presentasi, dilakukan presentasi tentang United States Medical Licensing Examination (USMLE) dan Assessment of Clinical Skills (Step 2 CS Overview). Disamping itu, didiskusikan pula mengenai metoda standard setting. Untuk lebih memperjelas pelaksanaan Step 2 CS maka dilakukan visitasi ke lokasi ujian yang berada tidak jauh dari Kantor NBME. Saat itu tengah berlangsung ujian OSCE yang memang dilaksanakan setiap hari kerja sebanyak 2 gelombang. Pada tahap akhir dilakukan diskusi tentang International Program (International Foundation of Medicine (IFoM)) untuk ujian yang menjadi prasyarat bagi mahasiswa asing yang akan melakukan program pertukaran di Amerika. 2.2. Chicago: National Council of State Boards of Nursing (NCSBN) Delegasi Indoensia diterima oleh Maryann Alexander, PhD, RN, Chief Officer of Nursing Regulation. Kunjungan ke NCSBN dilakukan dalam bentuk diskusi dan tanya jawab untuk lebih mengetahui peran NCSBN secara umum dan khususnya dalam pelaksanaan NCLEX. 2.3. Chicago: Nursing College of the University of Illinois at Chicago (UIC) Delegasi Indonesia diterima oleh Terry Weaver, PhD, FAAN, RN selaku Dekan dan Mi Ja Kim, PhD, FAAN, RN selaku Profesor Emeritus dan Dekan sebelumnya. Kunjungan ini diisi dengan diskusi untuk mengetahui pandangan institusi pendidikan terhadap pelaksanaan uji kompetensi, kontribusi dan dampak terhadap peningkatan kualitas institusi pendidikan.
III. HASIL KEGIATAN 3.1. Aspek Organisasi Penyelenggaraan dan Pengembangan Uji Kompetensi Nasional Dasar pendirian baik NBME maupun NCSBN adalah untuk melindungi masyarakat. Perlindungan masyarakat tersebut melalui pengawasan dan penjaminan praktik kedokteran dan keperawatan yang aman. Kedua lembaga ini bersifat independen. Namun terdapat perbedaan bahwa NBME merupakan lembaga non-pemerintah tetapi bekerja sama dengan Federation of State Medical Boards (FSMB) dalam melaksanakan USMLE. Sementara State Board of
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 7
Nursing yang tergabung dalam NCSBN adalah lembaga pemerintah. Fungsi utama State Board adalah menegakan aturan perundangan terkait praktik keperawatan, memberi lisensi perawat, menyetujui dan mengakreditasi sekolah keperawatan, mengembangkan standard praktek dan mengembangkan berbagai regulasi dan kebijakan. Untuk menjalankan roda organisasi terdapat banyak tenaga tetap. Ada sekitar 400 orang staf di NBME, yang sebagian besar bukan berlatarbelakang dokter. Demikian pula staf di NCSBN terdiri dari berbagai latar belakang di luar tenaga keperawatan. Di antara staf yang sangat diperlukan adalah ahli psikometri yang biasanya berasal dari latar belakang ilmu psikologi. Kegiatan yang dilaksanakan oleh NBME tidak semata-mata berupa pelaksanaan USMLE. Berbagai pelayanan yang dilakukan dapat dikategorikan ke dalam pelayanan terhadap fakultas kedokteran dan mahasiswa, pelayanan terhadap organisasi profesi kesehatan, dan pelayanan terhadap dokter yang sedang berpraktik. Pelayanan terkait kebutuhan di fakultas kedokteran dan mahasiswa meliputi Subject Examination Program, International Usage of the Subject Examination Program, Web-based Score Reports and Analytical Reports, Medical School Portal, serta NBME Web-based Examinations. Selain itu terdapat pelayanan dalam bidang ujian yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing fakultas kedokteran. Pelayanan terkait organisasi profesi kesehatan meliputi bantuan pelaksanaan ujian untuk kepentingan lisensi, sertifikasi, resertifikasi, ujian in-training, uji diri, kompetensi khusus dan ujian kualifikasi dari 26 organisasi profesi kedokteran. Pelayanan terhadap dokter yang sedang berpraktik merupakan sistem ujian setelah pemberian izin praktik (Post-Licensure Assessment System (PLAS)). Kepentingan ujian ini pada prinsipnya untuk membantu pemindahan izin praktik dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya atau reaktivasi izin setelah tindakan pendisiplinan. Di samping pelayanan di atas, terdapat pula program kerjasama internasional dalam bentuk International Foundations of Medicine (IFoM). Unit program pengembangan dibentuk mulai tahun 2005 untuk mengembangkan produk dan pelayanan bagi lulusan fakultas kedokteran dan untuk pendidikan kedokteran berkelanjutan. Selain itu, terdapat pula Center for Innovation dan Center projects yang menghasilkan beberapa aktivitas seperti e-Folio Specifications, Environmental Survey, My Practice, Natural Language Processing dan lain-lain. Dari keseluruhan aktivitas di atas, maka NBME dapat memperoleh pendanaan mandiri untuk melaksanakan programnya. Tidak ada bantuan sama sekali yang diberikan oleh pemerintah untuk seluruh kegiatan NBME. Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 8
NCLEX RN adalah salah satu divisi dibawah NCSBN yang berfungsi melakukan practice analysis dan membuat materi uji. Pelaksanaan ujian sendiri bekerjasama (kontrak) dengan lembaga lain.
3.2. Uji Kompetensi Nasional Kedokteran dan Keperawatan Uji Kompetensi Nasional Kedokteran atau USMLE secara umum merupakan ujian tiga tahap yang digunakan untuk pemberian izin praktik di Amerika Serikat. Kegiatan tersebut merupakan wujud kerjasama antara NBME dengan Federation of State Medical Boards (FSMB) USMLE Step 1 untuk menguji pengetahuan sebagai dasar untuk praktik kedokteran dan mendorong pembelajaran sepanjang hayat. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu hari secara computer-based, terdiri atas 325 soal Multiple Choice Question (MCQ). USMLE Step 2 terdiri atas 2 komponen, untuk menguji pengetahuan klinik dan keterampilan klinik yang sangat diperlukan untuk pengelolaan pasien yang aman dan efektif di bawah supervisi. Kegiatan ini dilaksanakan satu hari secara computer-based dengan soal sekitar 350 dalam bentuk MCQ untuk komponen pengetahuan klinis (Clinical Knowledge (CK)). Sementara untuk keterampilan klinik (Clinical Skills (CS)) dilakukan satu hari, merupakan ujian menggunakan Standardized Patient, terdiri atas 12 kasus. USMLE Step 3 menguji pengetahuan dan aplikasi dari ilmu klinik dan biomedik yang diperlukan dalam pengelolaan pasien secara mandiri. Kegiatan ini dilaksanakan dua hari secara computer-based terdiri atas 480 soal MCQ dan 9 computer-based Case Simulations (CCS). Sementara itu NCLEX RN merupakan ujian tulis dan tidak disertai ujian praktik. Sertifikat ujian NCLEX RN dapat digunakan untuk proses registrasi di negara bagian (state board of nursing) yang tergabung dalam NCSBN.
3.3. Pengelolaan Item Bank Sebagai bagian penting dari pengelolaan item bank adalah pembuatan soal ujian. Untuk itu di NBME terdapat Test Material Development Committees yang mengembangkan dan mereview soal baru. Komite ini terdiri dari pakar pengampu bidang ilmu, seperti Ilmu Perilaku, Sel-Biologi Perkembangan dan Biokimia, Anatomi dan Embriologi, Pengantar Diagnostik Klinik, Mikrobiologi, Patologi, Farmakologi dan Fisiologi untuk USMLE Step 1. Sementara untuk USMLE Step 2 terdiri atas Ambulatory Medicine, Medicine, Obgyn, Anak, Psikiatri, dan Bedah. Untuk USMLE Step 3 terdiri atas Acute Care, Ambulatory Care,
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 9
Chronic Illness and Ongoing Conditions, Family in Community/Community-based care, Utilization of Resources, Computer-based Case Simulation. Soal baru akan diujikan namun tidak diberi skor. Soal yang memenuhi statistik akan direview oleh Interdisciplinnary Review Commitees untuk diujikan dan mendapat skor. Soal yang dapat diujikan direview setiap 3 tahun, namun untuk area yang cepat mengalami perkembangan maka soal tersebut akan lebih sering direview. Pada NCLEX RN soal dikembangkan sendiri oleh divisi NCLEX RN. Survey dan penelitian terhadap praktek keperawatan terkini dilakukan sebagai dasar dalam membuat pertanyaan yang akan diujikan. Pakar dari college of nursing, praktisi dan state board of nursing terlibat untuk menyepakati terhadap apa yang akan dikembangkan dalam ujian nasional. Ujian menggunakan komputer, dengan adaptive response.
3.4. Aspek Teknis Sistem Penilaian dan Standard Setting Untuk menetapkan skor, maka dilakukan terlebih dahulu pengujian apda soal yang baru. Hanya bila soal tersebut memenuhi standard secara statistik, maka soal dapat diskor. Setelah skor dihasilkan, maka terhadap 3 panel yang akan melakukan standard setting exercise. Terdapat 28 panelis yang dianggap mewakili fakultas kedokteran dan keahlian dalam bidang kedokteran (Spesialisasi). Selain itu, panelis juga memiliki berbagai peran yang luas, seperti penanggung jawab perkuliahan atau program, kepala bagian/departemen, dan dokter yang berpraktik. Selain itu, pertimbangan berdasarkan jenis kelamin dan etnik juga diperhatikan. Setiap panel bekerja selama 2 hari. Panelis melihat setiap item dan melaksanakan prosedur standard setting Modified-Angoff. Hasil dari panelis kemudian disampaikan ke Komite lainnya untuk pertimbangan. Komite akan mempertimbangkan hasil survey, standard setting exercise dan juga data dari trend pencapaian peserta ujian, serta hubungan antara skor dengan proporsi keberhasilan/kegagalan.
3.5. Pengelolaan Pusat Ujian CBT dan OSCE Untuk melaksanakan ujian CBT, maka baik USMLE dan NCLEX RN menggunakan fasilitas ujian pihak ketiga (Prometric dan lain-lain). Tempat tersebar di beberapa negara bagian. Sementara itu, pelaksanaan USMLE Step 2 CK (OSCE) menggunakan senter ujian yang berada di 5 lokasi, yaitu Atlanta, Chicago, Houston, Los Angeles dan Philadelphia. Pengelola senter ujian terdiri atas tenaga tetap sebagai Center Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 10
Manager, Assistant Center Manager, SP Operations Specialist (SPOS), SP Trainers (6), Facilities/Office Coordinator, End User Suppport Staff (IT/AV), Chief Proctors/Proctors, Control Room Operators. Selain itu terdapat tenaga tidak tetap yang diperlukan sewaktu-waktu sebagai Standardized Patient, Medical Advisor dan Receptionist. Senter ujian OSCE melayani sekitar 2000-3000 peserta ujian setiap bulan. Oleh karena itu, senter melakukan pelayanan ujian 5-6 hari selama satu minggu. Minimum di setiap senter terdapat 2 sesi paralel per hari (AM1 dan AM20, sementara pada beberapa senter yang lain terdapat pula evening session (PM). Biaya pelaksanaan ujian OSCE adalah 1075 USD untuk US Medical Graduates (USMG) serta 1200 untuk International Medical Graduates (IMG).
3.6. Peran Institusi Pendidikan Pada USMLE tidak terdapat keterlibatan secara kelembagaan dari institusi pendidikan. Setiap orang yang berperan adalah mewakili individu, dan bukan lembaga. Oleh karena itu, sedikit juga data yang dapat dimanfaatkan atau diberikan kepada institusi pendidikan. Secara umum, kelulusan first taker dan retaker US and Canadian Medical Graduates mencapai 91%, 95%, 97% dan 93% pada periode 2008/2009 untuk Step 1, 2CS, 2CK dan 3, lebih tinggi daripada IMG. Pada bidang keperawatan, institusi pendidikan memiliki kemandirian terhadap kurikulum yang dibuat, namun kurikulum dan ijin penyelenggaraanya diberikan dan diawasi oleh State Board of Nursing. Bila tidak memenuhi syarat maka tidak akan diberikan izin, atau bila telah berjalan akan diberi peringatan hingga dicabut izinnya. Termasuk di dalam standard adalah treshhold kelulusan ujian NCLEX RN yang harus lebih tinggi dari 75% . Tingkat kelulusan ujian NCLEX RN secara umum adalah 95-98%. Fokus pendidikan sekolah lebih luas dari sekedar lulus NCLEX RN. Fakultas memiliki misi untuk menciptakan lulusan yang fit to practice dalam tatanan pelayanan kesehatan yang selalu dinamis. Sumber daya dan fasilitas serta internal quality assurance diarahkan untuk mencapai excelency yang telah ditetapkan oleh fakultas. NCLEX-RN oleh NCSBN dianggap institusi pendidikan sebagai ujian kemampuan minimal perawat. Metode pendidikan dan assesment lebih bervariasi untuk menciptakan kemampuan analisa dan sintesa serta ketrampilan yang dibutuhkan dalam praktek profesional.
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 11
Latihan atau suplement NLEX RN diberikan pada tahun terakhir. Fakultas (UIC) mengunakan Kaplan NCLEX RN sebagai suplemental course yang dapat diikuti oleh mahasiswa, namun tidak mewajibkannya. Institusi pendidikan tidak memiliki kewajiban khusus terhadap lulusan yang tidak lulus ujian NCLEX RN. Namun bila diinginkan oleh lulusan mereka bisa mengambil mata kuliah yang mereka merasa kurang. Institusi Pendidikan merasa perlu lulusannya diuji oleh pihak luar (NCLEX RN) untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa lulusannya bermutu. Hal ini juga untuk menghindari sekolah yang tidak bertanggungjawab terhadap mutu lulusan.
IV. REKOMENDASI 4.1. Pembentukan Lembaga Independen Pengelola Uji Kompetensi Profesi Kesehatan Dasar pembentukan lembaga independen harus dalam kerangka perlindungan masyarakat untuk memperoleh pelayanan dari praktek kesehatan yang aman dan efektif. Oleh karena itu, setiap individu yang menjalankan tugas di lembaga independen ini sebenarnya berasal dari masyarakat sendiri. Lembaga uji harus merupakan lembaga independen yang terpercaya, bersifat nirlaba namun bisa mandiri secara finansial. Lembaga uji mandiri ini diberikan exclusive ownership atas format atau metoda uji kompetensi. Komposisi orang yang akan mengembangkan lembaga ini dapat berasal dari institusi pendidikan, organisasi profesi atau pun pihak lainnya, termasuk mewakili kelompok tenaga kesehatan yang berpraktik maupun masyarakat secara luas yang mempunyai visi untuk melindungi masyarakat melalui kegiatan uji kompetensi yang berkualitas tinggi dan berstandard internasional. Mengingat cakupan kerja yang luas dari lembaga yang akan dibentuk, maka diperlukan pula berbagai bidang keahlian, tidak saja secara eksklusif dari bidang kesehatan, melainkan bidang lain yang dapat membantu aspek pengelolaan dan pengembangan sistem ujian. Diperlukan tenaga yang berlatar belakang ahli psikometri dan tenaga lainnya yang secara teknis akan menjalankan roda kegiatan sehari-hari. Sumber dana diperoleh dari pembiayaan kegiatan ujian oleh peserta. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan ujian yang baik, disertai kemudahan dalam proses registrasi, pengumuman hasil ujian, dan pemberian umpan balik serta uji diri calon peserta (first- maupun re-taker). Tahap berikutnya adalah pemberian pelayanan bagi berbagai organisasi profesi yang melakukan ujian, maupun
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 12
pengembangan kapasitas institusi melalui bantuan teknis pelatihan atau pengembangan sistem ujian. Lembaga ini karena aspek profesionalitasnya maka diharapkan akan mendapat dukungan dan pengakuan terhadap produk dan pelayanannya dari berbagai pihak terkait, terutama terkait proses sertifikasi, registrasi dan lisensi tenaga kesehatan.
4.2. Aspek Teknis Pengembangan Item Bank Saat ini pengembangan item bank dalam pembuatan soal dan review masih bersifat kontribusi institusi. Memperhatikan kebutuhan aspek kerahasiaan yang tinggi, maka perlu dibentuk tim pembuat soal dari potensi kontributor dan reviewer yang saat ini dimiliki. Tim tersebut akan bersifat homogen, disesuaikan dengan bidang ilmu terdiri atas 5-7 orang. Pemilihan orang ini didasarkan pada evaluasi kinerja yang bersangkutan. Keterlibatan orang dalam pengembangan sistem ujian ini perlu mendapat apresiasi atau pengakuan yang bermanfaat bagi pengembangan kariernya.
Item Bank untuk uji kompetensi nasional dikelola secara terpisah dengan item bank yang dapat dikelola bersama antar institusi pendidikan. Software yang telah ada dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan item bank di institusi dan untuk kerjasama antar institusi.
4.3. Aspek Teknis Sistem Penilaian dan Standard Setting Soal yang pertama kali diujikan belum perlu diberikan skor, kecuali sudah memenuhi ketentuan berdasarkan analisis item. Selanjutnya dilakukan proses review terhadap soal yang diskor yang dilakukan secara berkala untuk equating dalam rangka implementasi item response pada CBT. Setelah skoring dilakukan, maka dalam penentuan batas lulus perlu dilakukan metoda standard setting dengan Modified Angoff oleh panel yang telah dilatih, yang mewakili institusi pendidikan, bidang keahlian (spesialisasi), peran sebagai pendidik atau praktisi, jenis kelamin, maupun keterwakilan secara geografis. Perlu dibentuk tim tambahan yang akan menindaklanjuti hasil kerja panel standard setting, yang akan melihat berbagai aspek baik dari segi peningkatan kualitas yang terefleksi dari kenaikan batas lulus maupun pertimbangan pencapaian peserta dan konsekuensi terhadap tingkat kelulusan. Tim ini akan mewakili lembaga independen pelaksana dan pengembang uji kompetensi
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 13
sebagai cerminan penilaian objektif kemampuan minimal seorang lulusan memasuki dunia kerja secara aman dan efektif sebagai praktisi baru.
4.4. Aspek Teknis Pengelolan CBT dan OSCE Pengelolaan CBT dan OSCE masih memerlukan dukungan dari institusi pendidikan. Namun, pengelola pusat ujian perlu ditambah dengan staf tetap yang membantu tugas pada pelaksanaan ujian, terutama pada pusat ujian OSCE. Secara organisatoris, pengelola pusat ujian terdiri dari Koordinator, Sekretaris, dan unit teknis sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh, untuk CBT diperlukan koordinator IT. Sementara pada OSCE diperlukan koordinator dan pelatih Standardized Patient dan Penguji OSCE. Koordinator IT CBT akan menjamin bahwa setting komputer untuk ujian dengan daya dukung perangkat IT nya siap pada saat ujian akan dilakukan, bekerja sama dengan tim IT pusat. Sementara itu, dalam pelaksanaan OSCE, upaya untuk standarisasi ujian dari segi standardized patient dan penguji OSCE sebagai hal yang paling krusial harus dicapai melalui pelatihan dan monev yang ketat termasuk pada saat ujian berlangsung.
4.6. Peran Institusi Pendidikan Pandangan institusi pendidikan terhadap uji kompetensi perlu diarahkan pada penciptaan budaya kualitas, berupa pengecekan ulang kualitas lulusan dari pihak luar untuk melindungi public safety atas kemungkinan dari lulusan yang tidak kompeten. Institusi pendidikan mempunyai fokus untuk menyiapkan lulusan yang kompeten sesuai tuntutan dinamis pelayanan kesehatan, bukan semata lulus uji kompetensi nasional. Bagi institusi pendidikan, keberhasilan pada uji kompetensi merupakan cerminan proses yang dijalankan serta evaluasi kinerja yang akan menjamin peningkatan kualitas pendidikan terus menerus. Bagi lembaga akreditasi, prosentase lulusan dijadikan indikator utama akreditasi program studi. Bagi pemerintah, data terkait uji kompetensi bisa menjadi informasi awal untuk pembinaan institusi pendidikan. Bila pembinaan telah dilakukan namun tidak memperlihatkan hasil yang memuaskan, maka dapat berlanjut pada penutupan program studi.
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 14
SUSUNAN ACARA Hari I Kunjungan ke NBME di Philadelphia Hari II Kunjungan ke Medical School Drexel University di Philadelphia (dibatalkan, karena perubahan jadwal) Hari III Kunjungan ke NCSBN dan NC UIC di Chicago Hari IV Wrap-up session
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 15
DELEGASI 1. Dr. med. Setiawan, dr. Setiawan merupakan Anggota Divisi Ujian Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia (KB UKDI) dan bertanggung jawab terhadap aspek pengembangan item blueprinting dan standard setting. Item blueprinting dan standard setting UKDI telah disampaikan pula untuk pengembangan di Uji Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI), Uji Kompetensi Perawat dan Bidan. Namun, kedua aspek ini baru pada pelaksanaan ujian tulis, dan masih diperlukan persiapan untuk ujian OSCE.
2. Mohamad Ghozali, dr. Mohamad Ghozali merupakan Sekretaris Divisi Ujian Komite Bersama Uji Kompetensi Dokter Indonesia (KB UKDI). Selain itu, pengembangan IT dalam pengelolaan UKDI juga menjadi tanggung jawabnya, termasuk dalam perancangan dan uji coba software untuk Computer-based Testing (CBT) yang akan mulai dilaksanakan pada tahun 2011 baik di UKDI maupun UKDGI. Online registration merupakan tahap pengembangan selanjutnya yang akan menjadi awal pengembangan web-based administration seperti exam results dan formative examination (self-assessment).
3. Masfuri, S.Kp. Ners Masfuri merupakan anggota dari Komite Nasional Uji Kompetensi Perawat (KN UKP). Beliau aktif pula dalam pengembangan HPEQ Project Komponen 2 khususnya untuk bidang keperawatan. Beberapa hal yang telah dikembangkan meliputi penetapan item blueprinting, item development dan standard setting. Kerjasama yang sudah terjalin dengan Canadian Nursing Association (CNA) akan diperluas melalui kunjungan ke NCSBN untuk pengembangan UKP.
Laporan Benchmarking Komponen 2
|
Page 16