LAPORAN AKHIR WORKSHOP DAN EVALUASI SOSIALISASI TEKNOLOGI MENDUKUNG FMA Di SULAWESI SELATAN Farmer Empowerment Tharough Agricultural Technology and Information (FEATI) Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi Informasi Pertanian (P3TIP) Tahun Anggaran 2011 Nasruddin Razak, DKK PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian yang tangguh diharapkan dapat terwujud melalui serangkaian usaha mulai dari menyediakan teknologi melalui kegiatan penelitian dan pengkajian. Tersedianya teknologi pada lembaga penelitian dan pengkajian akan bermamfaat jika disampaikan kepada pengguna melalui berbagai kegiatan penyuluhan, namun tenaga penyuluh yang tersedia untuk menyampaikan informasi tersebut masih terbatas sehingga diupayakan untuk membangun jaringan penyuluhan sampai ke tingkat petani
dengan memberdayakan petani yang berpotensi untuk bisa
menyampaikan inovasi teknologi
kepada petani sekelilingnya dan merupakan penyuluh
swakarsa. Terbentuknya penyuluh swakarsa diharapkan petani akan terbina dalam merencanakan dan mengelola sendiri kebutuhan belajarnya, sehingga proses belajarnya berlangsung lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha (Tiem Teknis P3TIP, 2011). Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi diharapkan akan mampu mendorong motivasi petani meningkatkan kinerja usahataninya sehingga terjadi suatu perubahan perilaku sosial disektor pertanian menuju kepada peningkatan produktivitas dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah suatu perubahan sosial secara sengaja atau berencana (Syahyuti, 2003) Dalam periode 2007 – 2010 Program FEATI telah berlangsung pada 18 wilayah BPTP seluruh Indonesia dan satu diantaranya dilaksanakan dalam wilayah BPTP Sulawesi Selatan. Program ini memfasilitasi kegiatan penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani dalam
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
1
implementasinya menerapkan berbagai kegiatan yang meliputi pelatihan , workshop, atau kegiatan disseminasi lainnya seperti peragaan demonstrasi plot. Pemberdayaan petani merupakan bagian dari pembangunan pertanian dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan kelembagaan pedesaan, lemahnya kinerja ekonomi pedesaan yang didominasi usaha pertanian adalah rendahnya kapasitas kelembagaannya, program pembagunan pertanian yang dilaksanakan selama ini tidak berbasis kelembagaan lokal yang telah ada (Saptana,et al., 2003), termasuk kelembagaan sosial yang telah ada
dengan
mengembangkan kearifan lokal pada wilayah masing-masing desa. sehingga tercapai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik, peningkatan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi di pedesaan untuk tercapainya kesejahteraan petani. Pembentukan dan penyelenggaraan system penyuluhan partisipatif yang dikembangkan FEATI (Farmer empowerment through Agricultural Technology and Information) bukan hanya untuk mengembangkan perilaku, sikap dan keterampilan petani termasuk teknologi, tetapi juga untuk menumbuhkan dan mengembangkan agribisnis berbasis komoditas di setiap desa. Dalam program FEATI, dibentuk beberapa Farmer managed extention activity (FMA) dalam suatu kawasan tertentu dan petani diharapkan dapat merumuskan kebutuhan teknologi yang diperlukan dan memilih metode penyuluhan yang diinginkan sehingga petani lebih mandiri dan dapat mengelola usahataninya lebih baik. Dalam kurun waktu lima tahun kegiatan Feati berjalan sudah sejauh mana keberhasilan program belum banyak diketahui sehingga perlu diadakan kegiatan workshop dan evaluasi terhadap kegiatan sosialisasi teknologi mendukung FMA yang berada dipedesaan. Tujuan Tujuan Kegiatan ini adalah sebagai berikut : Melakukan penyampaian informasi yang relavan dengan evaluasi sosialisasi teknologi mendukung penyuluhan yang dikelola oleh kelompok tani (FMA). Mengevaluasi keberhasilan kegiatan FEATI sesuai Petunjuk Teknis pengukuran keberhasilan P3TIP/FEATI (komponen C)
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
2
Keluaran a. Terlaksananya penyampaian informasi yang relavan dengan pelaksanaan evaluasi sosialisasi teknologi mendukung penyuluhan yang dikelola oleh kelompok tani. b. Diperolehnya informasi indikator keberhasilan P3TIP/FEATI (komponen C). METODOLOGI Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegaitan ini akan dilaksanakan di kabupaten Maros, Luwu, Sinjai dan Bone. Dengan peserta terdiri dari penyuluh pendamping FMA dan anggota kelompok tani pada lokasi FEATI dan direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2011. Metode pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan dengan mempresentasekan Materi yang relavan dengan tujuan kegiatan didepan peserta yang terdiri dari penyuluh dan anggota dua kelompktani yang dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan keberagaman kegiatan. dilaksanakan dalam ruangan, kemudian
Penyampaian materi
diikuti dengan wawancara untuk mengetahui tingkat
keberhasilan kegiatan FEATI dengan empat jenis indikator, sebagai berikut : a. Indikator “e“ paling sedikit 60 % anggota poktan/Gapoktan telibat dalam pelaksanaan kegiatan kajian/ uji coba teknologi secara partisipatif, dan minimal 80 % diantaranya meningkat produktivitasnya melalui penerapan hasil kajian/uji coba tersebut. b. Indikator “f” paling sedikit 60 % dari paket teknologi yang dihasilkan BPTP diterapkan oleh Poktan/Gapoktan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh petani. c. Indikator “g” paling sedikit 70 % anggota Poktan / Gapoktan yang memperoleh kepuasan dari jasa Litbang dan BPTP. d. Indikator konstribusi/Partisipasi Stakeholder.
Partsisipasi pemangku kepentingan paling
sedikit mencapai 10 %. Partisipasi yang dimaksud adalah sharing pendanaan di luar FEATI.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3
II. PROSES PERENCANAAN DAN KOORDINASI KEGIATAN A. PERENCANAAN KEGIATAN Pembiayaan : Workshop dan evaluasi ini dibiayai oleh kegiatan kerjasama antara Badan Litbang Pertanian dengan World Bank, melalui Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP/FEATI) Organisasi Pelaksana Tim Fasilitator : Drs. Nasruddin Razak (Ketua) Ir. Armiati, MP (Anggota) Yusmasari SPi, Msi. (Anggota) Ir. Ramlan, MS. (Anggota) Ir. Azis Bilang. MP (Anggota) Ir. Sunanto, MS. (Anggota) Drs. Kamaruddin A.S, MP (Anggota) Panitia Pelaksana di kabupaten Luwu, Sinjai, Bone dan Maros trediri dari 2 orang dari masingmasing Bapeluh kabupaten dan 2 orang dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Adapun pegawai BPTP yang terlibat terdiri dari
:
Dr. Ir. Nasrullah, MSc Ir. Amirullah Drs. Nasruddin Razak R. Kallo, Sp Yuliana B. KOORDINASI KEGIATAN Tim fasilitator dan Laisson Officer (LO) kabupaten pelaksana Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P2TIP) yaitu LO kabupaten Luwu, Maros, Bone dan Sinjai selanjutnya mengadakan koordinasi dengan Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan masing-masing kabupaten. untuk membahas pembentukan panitia dan calon peserta, petunjuk pelaksanaan sesuai dengan petunjuk Workshop dan evaluasi sosialisasi teknologi yang dikeluarkan oleh Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor tahun 2011. materi yang akan disajikan, penetapan waktu, tempat, peserta beserta jumlahnya dan pelaksanaan Workshop dan evaluasi.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
4
Pelaksanaan koordinasi dilakukan dengan bertemu langsung dengan kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan di kabupaten, kemudian beliau memanggil beberapa staf yang untuk mediskusikan tehnis
dan waktu pelaksanaan Workshop dan evaluasi tersebut.
Setelah diperoleh kesepakatan waktu dan tempat pelaksanaan serta staf yang ditunjuk oleh kepala Badan Penyluhan dan Ketahanan Pangan sebagai panitia pelaksana, peserta yang akan mengikuti Workshop dan evaluasi tersebut berdasarkan usulan dari kabupaten lokasi pelaksana, selanjutnya tim Fasilitator mengirim surat resmi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan perihal pelaksanaan Workshop dan evaluasi dan berdasarkan surat tersebut Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan mengundang anggota 2 kelompok tani yang pernah melaksanakan demplot kegiatan Feati diwilayahnya, masing-masing 15 orang dalam satu kelompok tani yang ditunjuk.
III. PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN /METODE PELAKSANAAN 1
Waktu Pelaksanaan Fokus Workshop dan evaluasi dilaksanakan adalah memberikan pemahaman kepada
peserta Workshop dan evaluasi mengenai maksud, tujuan dan prosedure pelaksanaan evaluasi dan materi yang relavan dengan demplot yang pernah dilaksanakan oleh anggota kelompok tani dengan maksud untuk membantu peserta mengingat kembali kegiatan Feati yang pernah mereka lakukan. Waktu Pelaksanaan Kegiatan 1 Tanggal 19 Mei 2011 (kabupaten Luwu) 2 Tanggal 31 Mei 2011 (kabupaten Sinjai) 3 Tanggal 28 Juli 2011 (kabupaten Bone) 4 Tanggal 27 September (kabupaten Maros) 2
Tempat Tempat pelaksanaan kegiatan Workshop dan evaluasi dipilih berdasarkan pertimbangan,
tersedia peralatan mobilier dan alat penunjang lainnya, mudah diakses oleh semua peserta dan murah mengingat keterbatasan biaya karena tidak tersedia biaya sewa gedung.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
5
Untuk kabupaten Sinjai dilaksanakan di Kantor Balai Penyuluhan Pertanian kecamatan Sinjai Timur, kabupaten Bone di Aula Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Bone, kabupaten Luwu dilaksanakan di Aula Balai Penyuluhan Pertanian, kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu Dan untuk kabupaten Maros di Aula Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Maros. 3
Peserta Anggota kelompok tani dari dua kelompok yang pernah melaksanakan demplot dan
Penyuluh pertanian lapang/pendamping FMA pada 4 (empat) kabupaten yaitu kabupaten Sinjai, Bone, Maros dan Luwu, masing-masing terdiri dari 30 orang. 4
Prosedure Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan menggunakan prosedure yang biasa dilakukan setiap Workshop
dan evaluasi dimulai dari mengundang peserta pada lokasi FEATI terutama pada lokasi yang pernah dilakukan Demplot sosialisasi teknologi, dari staf penyuluh yang ada di kabupaten namun dengan pertimbangan relavan dengan kegiatan FEATI. Pada hari yang ditentukan seperti dalam undangan maka peserta yang datang diberikan daftar peserta untuk diisi kemudian mereka diberikan fasilitas belajar seperti tas, buku dan jadwal kegiatan Workshop dan evaluasi, kemudian peserta masuk ruangan untuk mengikuti acara selanjutnya. Pelaksanaan kegiatan Workshop dan evaluasi dalam kelas dimulai dengan pembukaan secara resmi oleh
Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan setempat atau yang
mewakilinya, selanjutnya diikuti pengantar, penyajian materi, diskusi, petunjuk pelaksanaan dan perumusan hasil workshop, kemudian wawancara kepada anggota kelompok tani dan penyuluh dan terahir dengan penutupan Workshop dan evaluasi. 5
Materi yang disajikan Materi yang disajikan dalam pelaksanaaan Workshop dan evaluasi ini terdiri dari : 1. Materi Pendukung a) Materi yang akan disampaikan oleh koordinator penyuluh kabupaten yang relavan dengan kegiatan Feati di kabupaten masing-masing. b) Materi yang relavan dengan kelembagaan kelompok tani mendukung kegiatan petani. c) Membangun komunikasi dalam mengsosialisasikan teknologi pertanian 2. Materi pokok
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
6
a) Pengantar b) Evaluasi pelaksanaan program Feati c) Materi disesuaikan dengan demplot yang dilaksanakan pada masing-masing kabupaten d) Perumusan hasil Workshop dan evaluasi Jadwal, Materi, nama Pemateri, Moderator dan Notulen Workshop dan evaluasi masingmasing kabupaten dapat dilihat pada lampiran 1, 2, 3 dan 4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Keluaran ahir kegiatan dari kegiatan Workshop dan evaluasi ini adalah difahaminya tujuan workshop dan evaluasi kaitannya dengan kegiatan sosialisasi teknologi mendukung kegiatan FMA juga mengenai indikator keberhasilan kegiatan Feati di masing-masing kabupaten, kemudian hasil dari pemahaman tersebut dituangkan dalam hasil rumusan, sedangkan evaluasi yang dapat dilakukan hanya menyangkut indikator “e”
dan indikator “g”.
pelaksanaan kegiatan, rumusan dan evaluasi akan dibahas pada
Adapun hasil
masing-masing kabupaten
seperti berikut ini.: 1. Kabupaten Luwu Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2011 di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan Bajo di desa Jambu. Jumlah pet ani yang hadir dari desa jambu 15 orang dan dari desa Libukang 15 orang. Hasil pelaksanaan workshop terdiri dari beberapa
rumusan dan hasil
evaluasi sosialisasi teknologi, sebagai berikut : a. Perlu Budidaya padi dan jagung ini menggunakan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), mengingat bahwa komoditi tanaman jagung merupakan tanaman yang baru
untuk
desa Jambu. Desa Jambu merupakan wilayah pengairan irigasi tetapi dalam beberapa musim kedepan tidak bisa ditanami padi dan jagung merupakan komoditi pilihan disamping tanaman sayuran seperti lombok, cabe dan kacang panjang.Penyuluhan mengenai PTT padi sudah sering dilakukan namun dalam pelaksanaannya masih sering mengalami kendala, antara lain ketersedian benih dalam jumlah yang sesuai dan jenisnya tidak berjalan dengan baik, ketidak pastian hasil, serangan hama dan perubahan pola pikir masyarakat b. Untuk menilai kinerja hasil sosialisasi teknologi pada demplot yang lalu perlu dirujuk kembali siapa saja yang dilibatkan ketika itu dalam anggota kelompok. Dan yang diundang dalam
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
7
workshop ini terbatas dan ada yang berhalangan hadir. Agar evaluasi terhadap hasil kegiatan FEATI perlu diadakan kajian khusus. c. Bentuk penyuluhan perlu diadakan perbaikan dengan mengkombinasikan beberapa tehnik penyuluhan dan perlu kajian mengenai methode penyuluhan yang bersifat spesifik lokasi dengan menggali kearifan lokal dan materi penyuluhan sebaiknya menyangkut komoditas yang mempunyai peluang pasar dan menguntungkan petani agar kesejahteraan petani meningkat. Hasil evaluasi yang dilakukan pada kelompok tani pelaksana demplot PTT Jagung di desa Jambu, kecamatan Bajo terhadap Indikator “e” mengenai keterlibatan anggota kelompok tani dalam kegiatan demontrasi plot dan peningkatan produktivitasnya, menunjukkan bahwa : Teknologi yang diuji coba di tingkat petani melibatkan secara langsung dengan petani. uji coba teknologi budidaya tanaman jagung melibatkan 16,67 % petani secara langsung dan 83,33 % tidak langsung dalam kegiatan uji coba. Budidaya tanaman padi yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke petani antara lain; a) penggunaan benih jagung varietas unggul, b) cara penanaman, c) penggunaan pupuk, d) pengendalian hama penyakit, dan e) panen tepat waktu. Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi budidaya jagung. Walaupun pertemuan tersebut diikuti baru 16,67 % dari anggota kelompok tani, namun yang mengikuti pertemuan meningkat mencapai 62,50 %, demikian juga yang tidak ikut dalam pertemuan menurun menjadi 37,50 %. Tindak lanjut dalam mengikuti pertemuan pada uji coba teknologi diharapkan mampu menerapkan teknologi yang diuji cobakan di lokasi kelompok tani. Petani yang mengikuti pertemuan juga menerapkan teknologi yang diuji cobakan pada musim tanam berikutnya mencapai 62,50 % dan 37,50 % belum menerapkan. Faktor penyebab tidak menerapkan teknologi adalah keterbatasan modal usahatani. Manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi budidaya tanaman jagung sesuai dengan rekomendasi mampu meningkatkan produktivitas. Rataan perubahan produktivitas dari 3,35 ton/ha meningkat menjadi 3,95 ton/ha atau mengalami peningkatan sebesar 0,60 ton/ha akibat dari penerapan teknologi yang diuji cobakan. Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa perubahan produktivitas dari hasil penerapan teknologi budidaya tanaman jagung berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 95 %.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
8
Hasil evaluasi terhadap Indikator “g” pada demonstrasi plot PTT Jagung menunjukkan bahwa: Anggota kelompok tani/gapoktan memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Komponen yang diukur dalam tingkat kepuasan antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. Anggota kelompok tani yang merasa puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 58,33 % dan yang merasa kurang puas mencapai 41,67 %. Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam kegiatan FEATI pada kelompok tani binaan. Kelompok tani sebagai penerima manfaat atas pelaksanaan kegiatan tersebut juga merasakan tingkat kepuasan tersendiri. Petani yang merasa puas atas pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar 91,67 % dan yang merasa kurang puas mencapai 8,33 %. Uji coba teknologi budidaya tanaman jagung dalam pelaksanaanya dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Petani yang merasa puas atas pembimbingannya mencapai 66,67 % dan yang merasa kurang puas mencapai 33,33 %. Pembimbingan ini terkait dengan nara sumber pada saat pertemuan-pertemuan teknis di lapang. Hasil penilaian petani bahwa 68,33 % merasakan sangat puas terhadap nara sumber yang ada datang di kelompok tani dan 31,67 % merasa puas. Tabel 1. Tabel 1. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba PTT Jagung di desa Jambu, kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, 2011 No Uraian Keterangan 1 Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi a. Ya 16,67 % b. tidak 83,33 % 2 Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani a. ya 62,50 b. tidak 37,50 3 Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan a. ya 62,50 b. tidak 37,50 4 Perubahan produktivitas (Ton/ha) a. Sebelum 3,35 b. Setelah 3,95 c. Selisih 0,60 5 Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi a. Sangat Puas 0% b. Puas 58,33 %
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
9
c. Kurang Puas 6 Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas 7 Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas 8 Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Sumber : Analisis Data Primer, (2011).
41,67 % 0% 91,67 % 8,33 % 0% 66,67 % 33,33 % 58,33 % 41,67 % 0%
Hasil evaluasi yang dilakukan pada kelompok tani pelaksana demplot PTT Padi di desa Libukang, kecamatan Kamanre terhadap Indikator “e” mengenai keterlibatan anggota kelompok tani dalam kegiatan demontrasi plot dan peningkatan produktivitasnya dan indikator “g” menunjukkan bahwa : Teknologi yang diuji coba di tingkat petani melibatkan secara langsung dengan petani. uji coba teknologi budidaya tanaman padi melibatkan seluruh anggota kelompok tani (100 % anggota kelompok tani). Budidaya tanaman padi yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke petani antara lain; a) penggunaan varietas unggul baru (VUB), b) cara penanaman, c) penggunaan pengairan bergilir, d) pengendalian hama penyakit, e) pemupukan berimbang, dan f) panen tepat waktu. Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi budidaya padi. Walaupun pertemuan tersebut diikuti 100 % anggota kelompok tani, namun ada beberapa petani dalam pertemuan tersebut tidak mencapai 100 % selama pertemuan. Ketidak hadiran anggota kelompok tani pada pertemuan tersebut masih di atas 80 %. Tindak lanjut dalam mengikuti pertemuan pada uji coba teknologi diharapkan mampu menerapkan teknologi yang diuji cobakan di lokasi kelompok tani. Semua anggota kelompok tani yang mengikuti pertemuan uji coba teknologi telah menerapkan teknologi yang diuji cobakan pada usaha agribisnisnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
10
Manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi budidaya tanaman padi sesuai dengan rekomendasi mampu meningkatkan produktivitas. Rataan perubahan produktivitas dari 5,11 ton/ha meningkat menjadi 6,54 ton/ha atau mengalami peningkatan sebesar 1,43 ton/ha akibat dari penerapan teknologi yang diuji cobakan. Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa perubahan produktivitas dari hasil penerapan teknologi budidaya tanaman padi berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 95 %. Sedangkan hasil evaluasi mengenai kepuasan oleh layanan BPTP menunjukkan bahwa : Anggota kelompok tani/gapoktan memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Komponen yang diukur dalam tingkat kepuasan antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. Anggota kelompok tani yang merasa puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 100 %. Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam kegiatan FEATI pada kelompok tani binaan. Kelompok tani sebagai penerima manfaat atas pelaksanaan kegiatan tersebut juga merasakan tingkat kepuasan tersendiri. Petani yang merasa puas atas pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar 100 %. Uji coba teknologi budidaya tanaman padi dalam pelaksanaanya dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Petani yang merasa puas atas pembimbingannya mencapai 100 %. Pembimbingan ini terkait dengan nara sumber pada saat pertemuan-pertemuan teknis di lapang. Hasil penilaian petani bahwa 100 % merasakan puas terhadap nara sumber yang ada datang di kelompok tani (tabel 2). Tabel 2. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba Teknologi PTT Padi. Desa Libukang, kecamatan Kamanre di Kabupaten Luwu, 2011 No 1 2 3 4
5
Uraian Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan Perubahan produktivitas (Ton/ha) Sebelum Setelah Selisih Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi Sangat Puas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Keterangan 100 % 100 % 100 % 5,11 6,54 1,43 0%
11
6
7
8
Puas Kurang Puas Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha Sangat Puas Puas Kurang Puas Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan Sangat Puas Puas Kurang Puas Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber Sangat Puas Puas Kurang Puas
100 % 0% 0% 100 % 0% 0% 100 % 0% 0% 100 % 0%
Sumber : Analisis Data Primer, (2011).
2. Kabupaten Sinjai. Berdasarkan pemaparan materi dan diskusi, maka dapat disusun rumusan sebagai berikut; Hasil workshop adalah sebagai berikut : a. Teknologi Sistim Integrasi Padi dan Ternak perlu disebarkan ke petani yang menganut
sistem usahatani seperti ini terutama masyarakat yang dominan mempunyai lahan sawah dan ternak sapi. b. Melalui pendekatan sistem usahatani, limbah suatu sub sistem usahatani dapat merupakan masukan bagi sub sistem lainnya, sehingga bisa memperoleh nilai tambah dan efisiensi biaya sehingga pendapatan Rumah tangga tani dapat meningkat. c. Teknologi pasca panen nata de coco sangat sesuai dengan kondisi ekosistem pantai yang
banyak menghasilkan kelapa dan Peserta demplot nata de coco pada umumnya sudah mengusai teknologinya namun masih menghadapi kendala seperti ketersediaan starter ditempat domisili mereka, rumah penduduk umumnya rumah panggung yang mudah bergoyang yang tidak kondusif bagi perkembangan jamur, kesulitan memasarkan hasil nata de coco dalam jumlah banyak sehingga anggota kelompok tidak termotivasi untuk memproduksi dalam jumlah banyak. d. Teknologi pemamfaatan limbah kotoran sapi dan fesesnya sudah dirasakan mamfaatnya oleh
petani didesa Biroro secara langsung berupa kompos dan Bio-Urine sehingga berdaampak kepada cara pemeliharaan sapi sebelum demplot ini, pada umumnya masyarakat didesa ini
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
12
melepas sapinya untuk merumput dan setelah mereka mengerti mamfaat limbah dari sapi maka sudah 10 kandang sapi yang dibuat oleh masyarakat. e. FMA dalam mengajukan kebutuhan penyuluhan jangan hanya melihat banyaknya ketersediaan bahan baku tetapi perlu mempertimbangkan peluang pasar dan adopsinya sehingga teknologi yang disampaikan bisa berkesinambungan. Di kabupaten Sinjai ini dipilih dua kelompok tani sebagai obyek yang akan di evaluasi. Satu kelompok yang mengelola usaha peternakan dan satu kelompok lagi adalah kelompok wanita tani yang kegiatannya adalah pasca panen. Untuk Kelompok tani Temaceddung. Desa Pattallassang, kecamatan Sinjai Timur, Jumlah Anggota Poktan 15 orang. Komoditas Sapi, sedangkan Untuk Kelompok tani Melati. Desa Bua, kecamatan Sinjai timur, Jumlah Anggota Poktan 15 orang, melaksanakan Demlot pembuatan Nata de coco. Hasil evaluasi yang dilakukan pada kelompok tani Temmaceddung menunjukkan bahwa : Pengelolaan ternak sapi yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke peternak antara lain; a) penggunaan bibit sapi bali, b) pengandangan, c) penyediaan pakan, dan pengolahan limbah. Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi ternak sapi. Walaupun pertemuan tersebut diikuti 100 % anggota kelompok peternak sapi, namun ada beberapa petani dalam pertemuan tersebut tidak mencapai 100 % selama pertemuan. Ketidak hadiran anggota kelompok tani pada pertemuan tersebut masih di atas 80 %. Manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi pengelolaan ternak sapi sesuai dengan rekomendasi mampu meningkatkan pertambahan bobot sapi. Rataan penambahan bobot dari 0,25 kg/hari meningkat menjadi 0,56 kg/hari atau mengalami peningkatan sebesar 0,31 kg/hari akibat dari penerapan teknologi yang diuji cobakan. Anggota kelompok tani/gapoktan memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Komponen yang diukur dalam tingkat kepuasan antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. Anggota kelompok peternak yang merasa puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 100 %. Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
13
kegiatan FEATI pada kelompok peternak binaan. Kelompok peternak sebagai penerima manfaat atas pelaksanaan kegiatan tersebut juga merasakan tingkat kepuasan tersendiri. Peternak yang merasa puas atas pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar 100 %. Uji coba teknologi pengelolaan ternak sapi dalam pelaksanaanya dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Peternak yang merasa puas atas pembimbingannya mencapai 100 %. Pembimbingan ini terkait dengan nara sumber pada saat pertemuan-pertemuan teknis di lapang. Hasil penilaian petani bahwa 100 % puas terhadap nara sumber yang ada datang di kelompok peternak.(tabel 3)
Tabel 3. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba Teknologi Penggemukan ternak sapi di Kabupaten Sinjai, 2011 No 1 2 3 4
Uraian Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan Penambahan bobot sapi (kg/hari) a.Sebelum b.Setelah c.Selisih 5 Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi a.Sangat Puas b.Puas c.Kurang Puas 6 Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas 7 Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas 8 Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Sumber : Analisis Data Primer, (2011). www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Keterangan 100 % 100 % 100 % 0,25 0,56 0,31 0% 100 % 0% 0% 100 % 0% 0% 100 % 0% 0% 100 % 0%
14
Teknik pengolahan nata de coco yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke petani antara lain; a) penentuan bahan baku, b) penyediaan starter, c) teknik pengolahan , dan d) teknik penyimpanan. Hasil evaluasi terhadap demplot pasca panen pembuatan nata de coco menunjukkan bahwa: uji coba teknologi pengolahan nata de coco melibatkan seluruh anggota kelompok wanita tani (KWT) mencapai 100 %. Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi pengolahan nata de coco. Walaupun pertemuan tersebut diikuti 100 % anggota KWT, namun ada beberapa petani dalam pertemuan tersebut tidak mencapai 100 % selama pertemuan. Ketidak hadiran anggota KWT pada pertemuan tersebut masih di atas 80 %. Tindak lanjut dalam mengikuti pertemuan pada uji coba teknologi diharapkan mampu menerapkan teknologi yang diuji cobakan di lokasi KWT. Semua anggota KWT yang mengikuti pertemuan uji coba teknologi belum mampu menerapkan teknologi yang diuji cobakan pada usaha agribisnisnya. Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi pengolahan nata de coco antara lain; a) starter sulit di dapatkan, b) asam cuka sulit, c) rumah panggung berpengaruh terhadap proses pembuatan nata de coco (goyang), dan d) hasil produksi belum pernah dijual atau dikonsumsi sendiri. Adapun saran-saran dalam pengembangan ke depan adalah perlu penyediaan starter dan bimbingan teknis yang berkesinambungan. Anggota KWT memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Komponen yang diukur dalam tingkat kepuasan antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. Anggota KWT yang merasa puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 100 %. Dan Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam kegiatan FEATI pada KWT binaan. Kelompok tani sebagai penerima manfaat atas pelaksanaan kegiatan tersebut juga merasakan tingkat kepuasan tersendiri. Petani yang merasa puas atas pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar 100 %. Uji coba teknologi pengolahan nata de coco dalam pelaksanaanya dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Petani yang merasa puas atas pembimbingannya mencapai 100 %. Pembimbingan ini terkait dengan nara sumber pada saat pertemuan-pertemuan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
15
teknis di lapang. Hasil penilaian petani bahwa 100 % merasakan puas terhadap nara sumber yang ada datang di KWT (tabel 4)..
Tabel 4. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba Teknologi Pengolahan Nata De Coco di Kabupaten Sinjai, 2011 No Uraian Keterangan 1. Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi 100 % 2. Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani 100 % 3. Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan 100 % 4. Perubahan produktivitas (Ton/ha) a. Sebelum 0 b. Setelah 0 c. Selisih 0 5. Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi a. Sangat Puas 0% b. Puas 100 % c. Kurang Puas 0% 6. Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha a. Sangat Puas 0% b. Puas 100 % c. Kurang Puas 0% 7. Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan a. Sangat Puas 0% b. Puas 100 % c. Kurang Puas 0% 8. Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber a. Sangat Puas 0% b. Puas 100 % c. Kurang Puas 0% Sumber : Analisis Data Primer, (2011). 3. KABUPATEN BONE
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
16
Kegiatan dilaksanakan di Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan (BP4K) kabupaten Bone di kota Wattampone. Jumlah petani yang hadir dari desa Panyili 15 orang dan dari desa Maccope 15 orang. Hasil pelaksanaan workshop terdiri dari beberapa rumusan, sebagai berikut : a. Perlu Budidaya padi ini menggunakan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT), mengingat bahwa komoditi tanaman padi merupakan tanaman yang banyak
diusahakan
oleh petani. b. Teknologi yang diintroduksi saat pelaksanaan demplot dapat diadopsi oleh petani apabila faktor pendukungnya tersedia disekitar mereka. c. Penggunaan alat tabela sudah mulai menggeser kebiasaan petani yang menghambur secara merata tanpa menggunakan alat, namun masih ada yang belum menggunakan dengan alasan lebih praktis dan keterbatasan biaya untuk membuat. d. Penggunaan varitas unggul baru yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian sudah merata dilakukan oleh petani, namun penggunaan benih bermutu masih terbatas disebabkan tidak tersedia dalam jumlah, dan jenis varitas yang tepat Hasil evaluasi tehadap petani pelaksana demplot PTT padi di desa Maccope , kecamatan Awangpone menunjukkan bahwa uji coba teknologi budidaya tanaman padi melibatkan seluruh anggota kelompok tani (100 % anggota kelompok tani). Budidaya tanaman padi yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke petani antara lain; a) penggunaan varietas unggul baru (VUB), b) cara penanaman, c) penggunaan pengairan bergilir, d) pengendalian hama penyakit, e) pemupukan berimbang, dan f) panen tepat waktu. Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi budidaya padi. Walaupun pertemuan tersebut diikuti 100 % anggota kelompok tani, namun ada beberapa petani dalam pertemuan tersebut tidak mencapai 100 % selama pertemuan. Ketidak hadiran anggota kelompok tani pada pertemuan tersebut masih di atas 80 %. Manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi budidaya tanaman padi sesuai dengan rekomendasi mampu meningkatkan produktivitas. Rataan perubahan produktivitas dari 4,51 ton/ha meningkat menjadi 6,42 ton/ha atau mengalami peningkatan sebesar 1,91 ton/ha akibat dari penerapan teknologi yang diuji cobakan. Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
17
perubahan produktivitas dari hasil penerapan teknologi budidaya tanaman padi berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 95 %. Anggota kelompok tani/gapoktan memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Komponen yang diukur dalam tingkat kepuasan antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. Anggota kelompok tani yang merasa sangat puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 15,38 % dan yang merasa puas mencapai 84,62 %. Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam kegiatan FEATI pada kelompok tani binaan. Kelompok tani sebagai penerima manfaat atas pelaksanaan kegiatan tersebut juga merasakan tingkat kepuasan tersendiri. Petani yang merasa sangat puas atas pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar 7,69 % dan yang merasa puas mencapai 92,31 %. Agar petani merasa sangat puas dengan pelaksanaan temu lapang maka teknis pelaksanaan perlu diperbaiki. Uji coba teknologi budidaya tanaman padi dalam pelaksanaanya dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Petani yang merasa sangat puas atas pembimbingannya mencapai 26,93 % dan yang merasa puas mencapai 73,07 %. Pembimbingan ini terkait dengan nara sumber pada saat pertemuan-pertemuan teknis di lapang. Hasil penilaian petani bahwa 100 % merasakan puas terhadap nara sumber yang ada datang di kelompok tani (tabel 5). Tabel 5. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba Teknologi Budidaya Padi di desa Maccope, Kec. Awangpone, Kab. Bone, 2011 No 1 2 3 4
5
Uraian Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan Perubahan produktivitas (Ton/ha) a. Sebelum b. Setelah c. Selisih Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Keterangan 100 % 100 % 100 % 4,51 6,42 1,91 15,38 % 74,62 % 0%
18
6
Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha a. Sangat Puas 7,69 % b. Puas 92,31 % c. Kurang Puas 0% 7 Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan a. Sangat Puas 26,93 % b. Puas 73,07 % c. Kurang Puas 0% 8 Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber a. Sangat Puas 0% b. Puas 100 % c. Kurang Puas 0% Sumber : Analisis Data Primer, (2011). Pada tabel 6 dapat dilihat hasil evaluasi pelaksana demplot penggunaan alat tabela pada budidaya padi secara hambur langsung di desa panyili, kecamatan Tanete Riattang menunjukkan bahwa : uji coba teknologi penggunaan tabela pada budidaya tanaman padi melibatkan seluruh anggota kelompok tani (100 % anggota kelompok tani). Budidaya tanaman padi yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke petani antara lain; a) penggunaan Alat tabela b) varietas unggul baru (VUB), c) cara penanaman tanam benih langsung, d) penggunaan pengairan bergilir, e) pengendalian hama penyakit, f) pemupukan berimbang, dan g) panen tepat waktu. Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi budidaya padi. Walaupun pertemuan tersebut diikuti 100 % anggota kelompok tani, namun ada beberapa petani dalam pertemuan tersebut tidak mencapai 100 % selama pertemuan. Ketidak hadiran anggota kelompok tani pada pertemuan tersebut masih di atas 80 %. Tindak lanjut dalam mengikuti pertemuan pada uji coba teknologi diharapkan mampu menerapkan teknologi yang diuji cobakan di lokasi kelompok tani. Semua anggota kelompok tani yang mengikuti pertemuan uji coba teknologi telah menerapkan teknologi yang diuji cobakan pada usaha agribisnisnya. Manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi budidaya tanaman padi sesuai dengan rekomendasi mampu meningkatkan produktivitas. Rataan perubahan produktivitas dari 4,51 ton/ha meningkat menjadi 6,42 ton/ha atau mengalami peningkatan sebesar 1,91 ton/ha akibat dari penerapan teknologi yang diuji cobakan. Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa perubahan produktivitas dari hasil penerapan teknologi budidaya tanaman padi berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 95 %. www.sulsel.litbang.deptan.go.id
19
Anggota kelompok tani/gapoktan memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Tingkat kepuasan yang diukur antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. Salah satu informasi teknologi yang dapat digunakan melalui penyediaan informasi penyebaran leaflet/ brosur/juknis teknologi
dengan
untuk disampaikan kepada petani/pengguna.
Anggota kelompok tani yang merasa sangat puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 15,38 % dan yang merasa puas mencapai 84,62 %. Tabel 6. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba Alat Tabela Budidaya Padi di desa Panyili di Kabupaten Bone, 2011 No 1. 2. 3 4
5
6
7
8
Uraian Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan Perubahan produktivitas (Ton/ha) a. Sebelum b. Setelah c. Selisih Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas
Keterangan 100 % 100 % 100 % 3,52 5,1 1,6 15,38 % 74,62 % 0% 7,69 % 92,31 % 0% 26,93 % 73,07 % 0 0% 100 % 0%
Sumber : Analisis Data Primer, (2011). Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam kegiatan FEATI pada kelompok tani binaan. Petani yang merasa sangat puas atas pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar 7,69 % dan merasa puas mencapai 92,31 %. www.sulsel.litbang.deptan.go.id
20
Uji coba teknologi budidaya tanaman padi dalam pelaksanaanya dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Petani yang merasa sangat puas atas pembimbingannya mencapai 26,93 % dan yang merasa puas mencapai 73,07 %. Pembimbingan ini terkait dengan nara sumber pada saat pertemuan-pertemuan teknis di lapang. Hasil penilaian petani bahwa 100 % merasakan puas terhadap nara sumber yang ada datang di kelompok tani.
4. KABUPATEN MAROS Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 29 September 2011 di Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPP-KP) kabupaten Maros. Jumlah petani yang hadir sebanyak 30 orang, masing-masing 15 0rang dari anggota kelompok tani Amareng di kelurahan Borong, kecamatan Tanralili sebagai
pelaksana Demplot PTT Budidaya tomat
tahun 2009 dan
Kelompok tani Mandiri, Kelurahan Lau, kecamatan Lau pelaksana Demplot PTT Padi pada tahun 2008. Hasil pelaksanaan workshop terdiri dari beberapa rumusan, sebagai berikut : a. Budidaya padi ini menggunakan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) agar produksi tetap tinggi. b. Petani yang berada dipedesaan perlu didukung dengan kebijakan dari pemda agar sarana penunjang berjalannya pendekatan PTT pada padi dapat tersedia sesuai dengan kebutuhan. c. Kelembagaan petani perlu selalu ditunjang agar berkembang dan dapat menjadi pendorong berkembangnya dinamika kelompok dan munculnya semangat kebersaman diantara anggota kelompok tani, karena kebersamaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tanaman padi dalam suatu wilayah. d. Kabupaten Maros mempunyai peluang pasar yang cukup baik dan mempunyai keunggulan komparatip dibanding kabupaten lain karena dekat dengan kota Makassar. e. Komoditi hortikultura perlu mendapat dukungan teknologi dari BPTP khususnya penggunaan pestisida nabati dan penganan pasca panen pada tanaman sayuran mengingat kecenderungan konsumen untuk mengkomsumsi sayuran yang lebih hygenis.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
21
f. Pertemuan antara Peneliti, Penyuluh dan petani perlu diusahakan dengan jadwal yang tetap dalam kurun waktu tertentu untuk membahas permasalahn yang dihadapi petani dalam mengelola usahataninya. Hasil
evaluasi terhadap kelompok tani
Mandiri, Kelurahan Lau, kecamatan Lau,
menunjukkan bahwa : uji coba teknologi yang difasilitasi oleh FEATI pada Tahun 2009 di wilayah Kabupaten Maros memberikan keterlibatan aktifitasnya. Idea atau gagasan dan pemikiran teknologi apa yang akan diujicobakan diprakarsai oleh rata-rata 3 orang. Setelah ide itu muncul kemudian direncanakan oleh 7 orang. Hal ini menggambarkan bahwa ide yang ada lalu dibuat suatu rencana yang melibatkan lebih banyak personel. Keputusan untuk menerapkan uji coba teknologi diputuskan oleh 5 orang. Dengan demikian pengambil keputusan tersebut semakin mengecil dibandingkan tim perencana. Yang memutuskan tersebut juga yang menyediakan lahan untuk pengujian teknologi yang akan diperkenalkan. Sarana produksi sebagai factor produksi disediakan oleh satu orang. Hasil uji coba teknologi dilakukan ubinan yang dilakukan oleh masing-masing pemilik lahan yang melakukan pengujian yaitu lima orang. Petani sebagai pemeran utama dalam pelaksanaan penerapan teknologi mempunyai posisi sangat penting. Teknologi yang diuji coba di tingkat petani melibatkan secara langsung dengan petani. uji coba teknologi budidaya tanaman padi melibatkan seluruh anggota kelompok tani (100 % anggota kelompok tani). Budidaya tanaman padi yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke petani antara lain; a) penggunaan varietas unggul baru (VUB), b) pengolahan lahan sempurna, c) umur bibit muda dan legowo, d) jumlah tanaman 1 bibit per rumpun, e) pemupukan berimbang dan organik, serta f) panen tepat waktu. Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi budidaya padi. Walaupun pertemuan tersebut diikuti 100 % anggota kelompok tani, namun ada beberapa petani dalam pertemuan tersebut tidak mencapai 100 % selama pertemuan. Ketidak hadiran anggota kelompok tani pada pertemuan tersebut masih di atas 70 %. Tindak lanjut dalam mengikuti pertemuan pada uji coba teknologi diharapkan mampu menerapkan teknologi yang diuji cobakan di lokasi kelompok tani. Semua anggota kelompok tani yang mengikuti pertemuan uji coba teknologi telah menerapkan teknologi yang diuji cobakan pada usaha agribisnisnya.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
22
Manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi budidaya tanaman padi sesuai dengan rekomendasi mampu meningkatkan produktivitas. Rataan perubahan produktivitas dari 4,85 ton/ha meningkat menjadi 5,78 ton/ha atau mengalami peningkatan sebesar 0,93 ton/ha akibat dari penerapan teknologi yang diuji cobakan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perubahan produktivitas dari hasil penerapan teknologi budidaya tanaman padi berbeda nyata dengan taraf kepercayaan 95 %. Anggota kelompok tani/gapoktan memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Komponen yang diukur dalam tingkat kepuasan antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. BPTP sebagai unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang ada di daerah mempunyai peranan strategis dalam transfer teknologi. Salah satu informasi teknologi yang dapat digunakan melalui penyediaan informasi
dengan penyebaran leaflet/
brosur/juknis teknologi untuk disampaikan kepada petani/pengguna. Anggota kelompok tani yang merasa sangat puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 10 % dan yang merasa puas mencapai 90 %. Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam kegiatan FEATI pada kelompok tani binaan. Kelompok tani sebagai penerima manfaat atas pelaksanaan kegiatan tersebut juga merasakan tingkat kepuasan tersendiri. Secara keseluruhan petani menyatakan puas atas pelaksanaan temu lapang/. Agar petani merasa sangat puas dengan pelaksanaan temu lapang maka teknis pelaksanaan perlu diperbaiki. Uji coba teknologi budidaya tanaman padi dalam pelaksanaanya dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Petani yang merasa puas seluruhnya atas pembimbingan yang diberikan oleh petugas atau fasilitator. Pembimbingan ini terkait dengan nara sumber pada saat pertemuan-pertemuan teknis di lapang. Hasil penilaian petani bahwa 100 % merasakan puas terhadap nara sumber yang ada dating di kelompok tani. FEATI pada tahun 2008 menfasilitasi kelompok tani sebagai pelaksana uji coba teknologi produksi cabai di wilayah Kabupaten Maros memberikan keterlibatan aktifitasnya. Idea atau gagasan dan pemikiran teknologi apa yang akan diujicobakan diprakarsai oleh rata-rata 4 orang. Setelah ide itu muncul kemudian direncanakan oleh 11 orang. Hal ini menggambarkan bahwa ide
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
23
yang ada lalu dibuat suatu rencana yang melibatkan lebih banyak orang. Keputusan untuk menerapkan uji coba teknologi diputuskan oleh 3 orang. Dengan demikian pengambil keputusan tersebut semakin mengecil dibandingkan tim perencana. Yang memutuskan tersebut juga yang menyediakan lahan untuk pengujian teknologi yang akan diperkenalkan. Sarana produksi sebagai faktor produksi disediakan oleh 3 Kelompok Tani. Hasil uji coba teknologi dilakukan ubinan yang dilakukan oleh masing-masing pemilik lahan yang melakukan pengujian yaitu lima orang. Petani sebagai pemeran utama dalam pelaksanaan penerapan teknologi mempunyai posisi sangat penting. Teknologi yang diuji coba di tingkat petani melibatkan secara langsung dengan petani. uji coba teknologi budidaya tanaman cabai melibatkan seluruh anggota kelompok tani (100 % anggota kelompok tani). Budidaya tanaman cabai yang mendapat prioritas untuk ditransferkan ke petani antara lain; a) penggunaan varietas unggul, b) pengolahan lahan sempurna, c) persemaian, d) jumlah tanaman 1 bibit/lubang, e) pemupukan berimbang dan organik, serta f) panen tepat waktu. Tabel 7. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba Teknologi Budidaya Padi di Kabupaten Maros, 2011 No. Uraian Keterangan 1. Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi 100 % 2. Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani 100 % 3. Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan 100 % 4. Perubahan produktivitas (Ton/ha) a. Sebelum 4,85 b. Setelah 5,78 c. Selisih 0,93 5. Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi a. Sangat Puas 10 % b. Puas 90 % c. Kurang Puas 0% 6. Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha Sangat Puas 0% Puas 100 % Kurang Puas 0% 7. Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan Sangat Puas 0% Puas 100 % Kurang Puas 0% 8 Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber Sangat Puas 0% Puas 100 % www.sulsel.litbang.deptan.go.id
24
Kurang Puas
0%
Sumber : Analisis Data Primer, (2011). Selama pelaksanaan uji coba, rangkaian kegiatan yang dilakukan adalah pertemuan berkala yang berkaitan dalam penerapan teknologi budidaya cabai dan tomat. Walaupun pertemuan tersebut diikuti 100 % anggota kelompok tani, namun ada beberapa petani dalam pertemuan tersebut tidak mencapai 100 % selama pertemuan. Ketidak hadiran anggota kelompok tani pada pertemuan tersebut masih di atas 70 %. Manfaat yang diperoleh dari penerapan teknologi budidaya tanaman cabai sesuai dengan rekomendasi mampu meningkatkan produktivitas. Rataan perubahan produktivitas mengalami peningkatan sebesar 1,93 ton/ha akibat dari penerapan teknologi yang diuji cobakan. Anggota kelompok tani/gapoktan memiliki tingkat kepuasan terhadap layanan jasa penelitian dan pengkajian teknologi. Komponen yang diukur dalam tingkat kepuasan antara lain; a) penyediaan informasi yang dibutuhkan, b) pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha, c) bimbingan lapangan pelaksanaan uji coba teknologi, dan d) nara sumber dalam pelatihan teknologi. Anggota kelompok tani yang merasa sangat puas atas penyediaan informasi teknologi mencapai 40 % dan yang merasa puas mencapai 60 %. Pelaksanaan temu lapang/temu teknis/temu usaha juga dilakukan dalam kegiatan FEATI pada kelompok tani binaan. Kelompok tani sebagai penerima manfaat atas pelaksanaan kegiatan tersebut juga merasakan tingkat kepuasan tersendiri. Secara keseluruhan petani menyatakan 10 sangat puas dan 90 % menyatakan puas atas pelaksanaan temu lapang/. Pada uji coba teknologi budidaya tanaman cabai dilakukan pembimbingan oleh peneliti dan penyuluh. Petani yang merasa puas seluruhnya atas pembimbingan yang diberikan oleh petugas atau fasilitator. Hasil penilaian petani bahwa 100 % merasakan puas terhadap nara sumber yang ada datang di kelompok tani. Tabel 8. Keterlibatan dan Tingkat Kepuasan Petani dalam pelaksanaan Uji Coba Teknologi Budidaya Cabai di Kabupaten Maros, 2011 No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Keterlibatan Petani dalam pelaksanaan uji coba teknologi Keterlibatan petani dalam mengikuti pertemuan Kelompok Tani Petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan Perubahan produktivitas (Ton/ha) a. Sebelum b. Setelah
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Keterangan 100 % 100 % 100 % 7,85 9,78
25
5.
6.
7
8
c. Selisih Tingkat Kepuasan terhadap Penyediaan Informasi Teknologi a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Tingkat Kepuasan terhadap Temu Lapang/Temu Teknis/Temu Usaha a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Tingkat kepuasan terhadap Bimbingan lapangan a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas Tingkat Kepuasan terhadap nara sumber a. Sangat Puas b. Puas c. Kurang Puas
1,93 40 % 60 % 0% 10 % 90 % 0% 0% 100 % 0% 0% 100 % 0%
VI. KESIMPULAN DAN PENUTUP Realisasi pelaksanaan kegiatan Workshop dan evaluasi sosialisasi teknologi mendukung FMA di kabupaten Sinjai dan Luwu tahun anggaran 2011 sebesar 98,88. %, angka ini terdiri dari belanja komsumsi, bahan dan ATK, dan perjalanan dinas. Anggaran ini dirasakan tidak mencukupi karena tidak tersedia anggaran sewa gedung dan transport peserta. Luaran/output yang diharapkan dari Workshop dan evaluasi sosialisasi teknologi mendukung FMA ini adalah Terlaksananya penyampaian informasi yang relavan dengan pelaksanaan evaluasi sosialisasi teknologi mendukung penyuluhan yang dikelola oleh kelompok dan diperolehnya informasi indikator keberhasilan P3TIP/FEATI (komponen C) .. Telah diperoleh hasil rumusan dari Workshop dan evaluasi sosialisasi teknologi teknologi mendukung FMA di semua kabupaten bahwa telah difahami maksud dan tujuan dari kegiatan ini dan keluaran yang diperoleh bervariasi antar kabupaten. Indikator keberhasilan yang bisa diperoleh dari kegiatan ini hanya Indikator “e” dan “g” sedangkan scaling up FMA, Indikator “f” dan indikator konstribusi memerlukan kegiatan survey tersendiri. Hasil evaluasi terhadap indikator “e” rata-rata keterlibatan petani pada 4 kabupaten lokasi feati menunjukkan, keterlibatan anggota poktan dalam pelaksanaan uji coba teknologi 89,59 %, keterlibatan anggota dalam mengikuti pertemuan kelompok tani 94,06 % dan petani yang menerapkan teknologi yang diuji cobakan 94.06. (dianggap berhasil kalau mencapai 60 % dan
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
26
petani yang meningkat produktivitasnya setelah menerapkan teknologi sebesar
87,5 %
(dianggap berhasil kalau mencapai 80 %). Hasil evaluasi terhadap indikator “g” mengenai tingkat kepuasan anggota poktan dari jasa Badan Litbang Pertanian, minimal 70 % anggota poktan memperoleh kepuasan, dalam tingkat kepuasan terhadap penyediaan informasi teknologi sebesar 8,74 % sangat puas, 82,20 % Puas dan 9,06 % kurang puas. Trhadap tingkat kepuasan terhadap temu lapang/temu teknis/temu usaha, sebesar 4,13 % sangat puas, 93,58 % Puas dan 6,29 % kurang puas tingkat kepuasan terhadap bimbingan lapangan sebesar 6,73 % sangat puas, 89,10 % Puas dan 4,17 % kurang puas. Tingkat kepuasan terhadap nara sumber sebesar 7,29 % sangat puas, 92,71 % Puas dan 0 % kurang puas
Pelaksanaan Workshop dan evaluasi sosialisasi teknologi mendukung FMA
sebaiknya dikoordinasikan lebih awal dengan pihak kabupaten sehingga memiliki satu persepsi yang sama dalam pelaksanaan kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk melaksanakan kegiatan sesuai prosedur karena kegiatan FEATI terkai ini satu sama lain. Dan untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan Workshop dan evaluasi yang akan datang sebaiknya disediakan anggaran untuk survey
DAFTAR PUSTAKA Tim Teknis P3TIP/FEATI. 2111. Petunjuk Teknis Pengukuran Keberhasilan P3TIP/FEATI (komponen C). Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor. 30 halaman. Saptana, Tri Pranaji, Syahyuthi dan Rosgandha. 2003. Transformasi Kelembagaan Tradisional Untuk Menunjang Ekonomi Kerakyatan di Pedesaan (Studi Kasus di Propinsi Bali dan Bengkulu). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanaian. Departemen Pertanian., Bogor. 142 halaman. Syahyuthi, 2003. Bedah konsep kelembagaan: Strategi Pengembangan dan Peneraapannya Dalam Penelitian Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanaian. Departemen Pertanian., Bogor. 125 halaman.
www.sulsel.litbang.deptan.go.id
27