LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA
DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL KUDUS (suatu Design Research dalam pembelajaran matematika SD di kabupaten Kudus) Tahun ke satu dari rencana satu tahun
Eka Zuliana, S.Pd., M.Pd (0628048601) Henry Suryo Bintoro, S.Pd., M.Pd (0718058501)
Dibiayai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Penelitian Dosen Pemula Bagi Dosen Perguruan Tinggi Swasta Antara Ditjen Dikti dengan Kopertis Wilayah VI Nomor: 225/SP2H/PL/DIT.LITABMAS VI/2013, tanggal 27 Juni 2013 Antara Kopertis Wilayah VI dengan Universitas Muria Kudus Nomor: 001/SP2H/KL/KOPERTIS6/VIII/2013/ tanggal 27 Agustus 2013 UNIVERSITAS MURIA KUDUS DESEMBER 2013
i
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA Judul Penelitian
: Desain Pembelajaran Matematika Realistik Di Sekolah Dasar Berbasis Keunggulan Lokal Kudus
Peneliti/Pelaksana a. Nama Lengkap : Eka Zuliana, S.Pd., M.Pd b. NIDN : 0628048601 c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli d. Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) e. Nomor HP : 085640508681 f. Alamat surel (e-mail) :
[email protected] Anggota (1) a. Nama Lengkap : Henry Suryo Bintoro, S.Pd., M.Pd b. NIDN : 0718058501 c. Perguruan Tinggi : Universitas Muria Kudus Tahun Pelaksanaan : Tahun ke satu dari rencana satu tahun Dibiayai melalui kontrak nomor : 179/Lemlit.UMK/B.07.22/VIII/2013 Biaya Tahun Berjalan : Rp 14.500.000 Biaya Keseluruhan : Rp 15.000.000 Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 tahun Lokasi Pelaksanaan Kegiatan : 5 SD di Kabupaten Kudus Kegiatan yang telah dilaksanakan : perijinan, observasi, pembuatan prototipe desain PMR berbasis keunggulan lokal Kudus, pembuatan instrument penelitian, telaah desain awal pembelajaran, dan uji coba di 5 SD kab.Kudus, evaluasi kegiatan, analisis data, publikasi ilmiah dan penyusunan laporan akhir. .000 2 Desember 2013
Menyetujui,
ii
RINGKASAN Desain Pembelajaran Matematika Realistik Di Sekolah Dasar Berbasis Keunggulan Lokal Kudus Inovasi dalam pembelajaran matematika SD diperlukan di tengah maraknya pola pembelajaran matematika yang masih berpusat pada guru (teacher centered) dan kurang memanfaatkan potensi keunggulan lokal sebagai sumber belajar khususnya di kabupaten Kudus. Hal ini mendasari peneliti mendesain pembelajaran menggunakan model pendidikan matematika realistik (PMR) berbasis keunggulan lokal Kudus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah menghasilkan prototipe desain PMR berbasis keunggulan lokal Kudus, dan melihat keefektifan penerapannya dalam pembelajaran matematika di SD kabupaten Kudus. Sedangkan tujuan jangka panjang dari penelitian ini hasil rancangan desain model PMR berbasis keunggulan lokal Kudus dapat digunakan sebagai pengayaan bahan ajar dan dapat dijadikan landasan dalam peningkatan kualitas pembelajaran matematika SD. Metode penelitian yang digunakan adalah Design Research yang setiap siklusnya terdiri atas tahapan preparation for the experiment (persiapan penelitian), design experiment (pelaksanaan desain eksperimen) dan retrospective analysis (analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya). Penelitian dilakukan di 5 SD Kabupaten Kudus yaitu SD 1 Panjang, SD 1 Gondangmanis, SD 1 Prambatan Kidul, SD 1 Kaliputu dan SD 1 Purworejo. Langkah yang dilakukan pada tahap preparation for the experiment (persiapan penelitian) adalah telaah literature, diskusi dengan guru, mendesain model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus dan telaah desain awal. Sedangkan pada tahap design experiment (pelaksanaan desain eksperimen) dilakukan pengumpulan data dan uji coba di 5 SD Kabupaten Kudus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model PMR berbasis keunggulan lokal Kudus dapat merangsang dan meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa serta menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal Kudus. Pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar, respon siswa dan guru juga baik. Kata Kunci: Design Research, Matematika Realistik, Keunggulan Lokal Kudus
iii
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan Penelitian Dosen Pemula (PDP) Dikti 2013 yang berjudul "Desain Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus". Terselesaikannya laporan kemajuan ini tentunya tidak lepas dari bantuan, dorongan dan masukan yang peneliti terima dari beberapa pihak. Oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada. 1.
Ditjen Dikti Kemdikbud yang telah mendanai Penelitian Dosen Pemula (PDP) 2013 ini.
2.
Prof. Dr. dr. Sarjadi, Sp. PA. Rektor Universitas Muria Kudus atas segala kebijakan, perhatian, dan dorongan untuk memberi kesempatan peneliti mengikuti Penelitian Dosen Pemula (PDP) Dikti 2013.
3.
Drs. H. Taufik, M.S., M.M Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muria Kudus atas segala perhatian, dorongan, bantuan dan fasilitas kepada peneliti mulai pengunggahan proposal sampai dengan Penelitian Dosen Pemula (PDP) Dikti 2013 dilakukan.
4.
Drs. Susilo Rahardjo, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus atas segala perhatian, dorongan, dan bantuan kepada peneliti untuk melakukan Penelitian Dosen Pemula (PDP) Dikti 2013.
5.
Siti Ruchani, B.A Kepala SD 1 Panjang atas kesempatan dan ijin yang diberikan dalam melaksanakan penelitian.
6.
Budi Hartono, S.Pd Kepala SD 1 Gondangmanis atas kesempatan dan ijin yang diberikan dalam melaksanakan penelitian.
7.
Sumarlinah, A.Ma.Pd Kepala SD 1 Prambatan Kidul atas kesempatan dan ijin yang diberikan dalam melaksanakan penelitian.
8.
Sutopo, S.Pd Kepala SD 1 Kaliputu atas kesempatan dan ijin yang diberikan dalam melaksanakan penelitian.
9.
Sutiah, S.Pd Kepala SD 1 Purworejo atas kesempatan dan ijin yang diberikan dalam melaksanakan penelitian.
iv
10. Guru – guru SD 1 Panjang, SD 1 Gondangmanis, SD 1 Prambatan Kidul, SD 1 Kaliputu dan SD 1 Purworejo atas kerjasama dalam diskusi, telaah desain dan proses Pembelajaran Matematika Realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, 11. Siswa SD 1 Panjang, SD 1 Gondangmanis, SD 1 Prambatan Kidul, SD 1 Kaliputu dan SD 1 Purworejo atas kerjasama dalam proses Pembelajaran Matematika Realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Semoga apa yang tim peneliti hasilkan dalam laporan Penelitian Dosen Pemula (PDP) 2013 ini dapat bermanfaat bagi para pemerhati pendidikan pada umumnya, dan keefektifan proses pembelajaran matematika SD di Kabupaten Kudus pada khususnya.
Kudus, 2 Desember 2013
Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .............................................................................................
i
Halaman Pengesahan ......................................................................................
ii
Ringkasan ........................................................................................................
iii
Prakata .............................................................................................................
iv
Daftar Isi ..........................................................................................................
vi
Daftar Tabel ..................................................................................................... viii Daftar Gambar .................................................................................................
ix
Daftar Lampiran ..............................................................................................
xi
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
3
1.3 Definisi Operasional ..................................................................................
3
1.4 Ruang Lingkup Penelitian .........................................................................
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
5
2.1 Pembelajaran Matematika SD ...................................................................
5
2.2 Teori Pembelajaran Matematika ...............................................................
6
2.2.1 Teori Belajar Piaget ........................................................................
6
2.2.2 Teori Belajar Bruner .......................................................................
6
2.2.3 Teori Belajar Ausubel .....................................................................
7
2.3 Pendidikan Matematika Realistik .............................................................
7
2.4 Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Kudus ........................................
9
2.5 Penelitian Relevan .....................................................................................
10
2.6 Kerangka Berpikir .....................................................................................
11
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................
13
3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................................
13
3.2 Target Luaran yang ingin Dicapai .............................................................
13
3.3 Target Luaran serta Kontribusi terhadap Ilmu Pengetahuan .....................
13
3.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................
13
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................
14
3.1 Tahapan Penelitian ....................................................................................
14
vi
3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................
14
3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................
14
3.4 Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
16
3.5 Analisis Data .............................................................................................
16
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI ...................................................................
17
5.1 Tahap Perijinan ..........................................................................................
17
5.2 Tahap Pembuatan Prototipe Desain Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus ............................................
18
5.3 Tahap Telaah Desain Awal Prototipe Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus ............................................
19
5.4 Tahap Pembuatan Instrumen Penelitian .....................................................
21
5.5 Tahap Uji Coba Lapangan dan Pengumpulan Data ...................................
22
5.5.1 Pengumpulan Data di SD 1 Panjang .......................................................
22
5.5.2 Pengumpulan Data di SD 1 Gondangmanis ............................................
27
5.5.3 Pengumpulan Data di SD 1 Prambatan Kidul .........................................
32
5.5.4 Pengumpulan Data di SD 1 Kaliputu ......................................................
37
5.5.5 Pengumpulan Data di SD 1 Purworejo ...................................................
41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
48
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
49
LAMPIRAN ....................................................................................................
51
vii
DAFTAR TABEL Tabel 5.1 HLT dalam Pembelajaran Luas Daerah Layang – layang ...............
23
Tabel 5.2 HLT dalam Pembelajaran Luas Daerah Trapesium ........................
28
Tabel 5.2 HLT dalam Pembelajaran Luas Daerah Persegi Panjang ................
42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pakaian Adat Kudus ....................................................................
10
Gambar 2.2 Rumah Adat Kudus .....................................................................
10
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir ...........................................................
12
Gambar 4.1 Alur Rancangan Penelitian ..........................................................
15
Gambar 5.1 Perijinan di SD 1 Panjang ............................................................
17
Gambar 5.2 Perijinan di SD 1 Gondangmanis .................................................
17
Gambar 5.3 Perijinan di SD 1 Prambatan Kidul ..............................................
17
Gambar 5.4 Perijinan di SD 1 Purworejo.........................................................
18
Gambar 5.5 Perijinan di SD 1 Kaliputu ...........................................................
18
Gambar 5.6 Telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Panjang ............
20
Gambar 5.7 Telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Gondangmanis .
20
Gambar 5.8 Telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Prambatan Kidul ..............................................................
20
Gambar 5.9 Telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Purworejo ........
21
Gambar 5.10 Telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Kaliputu .........
21
Gambar 5.11 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik di SD 1 Panjang: permainan layang – layang dan lagu layang – layang ............................................................................................
24
Gambar 5.12 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Panjang ..........................................................................
25
Gambar 5.13 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa di SD 1 Panjang ................
25
Gambar 5.14 Pengembangan interaktivitas dan karakter di SD 1 Panjang .....
26
Gambar 5.15 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Layang – layang di SD 1 Panjang .........................................................................
26
Gambar 5.16 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik: rumah adat Kudus (Joglo) di SD 1 Gondangmanis ..................
29
Gambar 5.17 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Gondangmanis ...............................................................
30
Gambar 5.18 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa di SD 1 Gondangmanis .....
30
Gambar 5.19 Pengembangan interaktivitas dan karakter
ix
di SD 1 Gondangmanis ...............................................................
31
Gambar 5.20 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Trapesium di SD 1 Gondangmanis ..............................................................
31
Gambar 5.21 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik: rumah adat Kudus (Joglo) di SD 1 Prambatan Kidul ...............
34
Gambar 5.22 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Prambatan Kidul ............................................................
34
Gambar 5.23 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa di SD 1 Prambatan Kidul ..
35
Gambar 5.24 Pengembangan interaktivitas dan karakter di SD 1 Prambatan Kidul ............................................................
36
Gambar 5.25 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Tapesium di SD 1 Prambatan Kidul ...........................................................
36
Gambar 5.26 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik: rumah adat Kudus (Joglo) di SD 1 Kaliputu...............................
38
Gambar 5.27 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Kaliputu .........................................................................
39
Gambar 5.28 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa di SD 1 Kaliputu ...............
39
Gambar 5.29 Pengembangan interaktivitas dan karakter di SD 1 Kaliputu ....
40
Gambar 5.30 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Layang – layang di SD 1 Kaliputu ........................................................................
41
Gambar 5.31 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik: Pakaian adat Kudus di SD 1 Purworejo ......................................
44
Gambar 5.32 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Purworejo.......................................................................
44
Gambar 5.33 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa di SD 1 Purworejo ............
45
Gambar 5.34 Pengembangan interaktivitas dan karakter di SD 1 Purworejo ..
45
Gambar 5.35 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Persegi Panjang di SD 1 Purworejo......................................................................
x
46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...............................................
51
Lampiran 2. Prototipe Desain Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus ............................................
62
Lampiran 3. Instrumen Penelitian ................................................................... 100 Lampiran 4. Daftar Hadir Penelitian ............................................................... 121 Lampiran 5. Surat Tugas Penelitian ................................................................ 142 Lampiran 6. Personalia Peneliti beserta Kualifikasinya .................................. 153 Lampiran 7. Publikasi Ilmiah ........................................................................... 158
xi
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan pengembangan daya pikir manusia. Oleh karena itu diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini termasuk di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran matematika perlu diberikan mulai dari SD untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Masalah utama dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah masih rendahnya daya serap siswa. Sebuah laporan dalam studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2011 menyatakan bahwa rata-rata skor matematika siswa di Indonesia berada di bawah rata-rata skor Internasional dan berada pada ranking 38 dari 42 negara. Skor rata-rata yang diperoleh siswa Indonesia adalah 386. Hasil studi TIMSS ini mengakibatkan Indonesia masih jauh tertinggal dari Thailand, Malaysia dan Palestina. Sebagian besar siswa hanya mampu mengerjakan soal sampai level menengah saja, dan dari hasil ini terlihat bahwa pendidikan matematika di Indonesia selama ini terlalu fokus pada kecakapan teknis dan tidak mampu sampai pada proses bernalar. National Council of Teacher of Mathematics (2000:20) menyebutkan bahwa dalam belajar matematika siswa hendaknya secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Namun kondisi di lapangan yang ada selama ini, proses pembelajaran matematika masih mekanistik dan tidak berangkat dari pengetahuan maupun pengalaman siswa sebelumnya dalam kehidupan mereka sehari – hari. (Soedjadi, 2000) menyatakan pembelajaran matematika di kelas hampir selalu dilaksanakan dengan urutan sajian: (1) diajarkan teori/definisi/teorema melalui pemberitahuan, (2) diberikan dan dibahas contoh-contoh, kemudian (3) diberikan latihan soal. Akibatnya siswa kurang 1 1
diberdayakan untuk berpikir, sedangkan kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan menghafal dan kemampuan kognitif tingkat rendah. Pola teacher centered ini mengakibatkan banyaknya dominasi guru dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terkadang guru juga melupakan kemampuankemampuan matematika yang seharusnya dimiliki siswa. Kwang (2002) menyatakan bahwa dalam pendidikan matematika, seharusnya siswa memperoleh kemampuan atau teknik yang kita identifikasi sebagai doing mathematics atau berpikir matematis. Kemampuan-kemampuan matematika tersebut sesuai dengan yang disebutkan NCTM (2000) yaitu problem solving (kemampuan pemecahan masalah), reasoning and proof (kemampuan penalaran dan pembuktian), communication (kemampuan komunikasi), connection (kemampuan koneksi), dan representation (kemampuan representasi). Pola teacher centered ini masih banyak terjadi dalam pembelajaran matematika SD di kabupaten Kudus. Dari beberapa SD Mitra PPL PGSD FKIP Universitas Muria Kudus, 75 % SD masih menggunakan pola ini. NCTM (2000:20) menyebutkan mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui sebelumnya dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberikan tantangan dan mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik. Khusus di SD, siswa SD terletak pada usia antara 7 – 13 tahun. Menurut Piaget mereka berada pada fase operasional konkret (Ibrahim & Suparni, 2012:79). Berdasarkan fase ini, Pembelajaran matematika di SD hendaknya diawali dengan sesuatu yang konkret dan nyata serta dekat dengan kehidupan, pengetahuan dan pengalaman siswa. Selain itu, Freudenthal (1991) menyatakan bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan harus dikaitkan dengan realitas. Freudenthal memandang matematika bukan sebagai suatu produk jadi yang kita berikan kepada siswa, melainkan suatu proses yang dikonstruksi oleh siswa. Dalam pembelajaran matematika model yang sesuai dengan filosofi di atas adalah model pendidikan matematika realistik (PMR). Konstruksi pengetahuan akan lebih mudah jika berangkat dari pengalaman nyata yang dekat dengan siswa, terkait dengan realitas, mudah dibayangkan (imagineable), berwujud suatu kegiatan dan kebiasaan yang sering dilakukan di lingkungan atau daerah sekitarnya. 2
Pola teacher centered yang masih mendominasi dalam pembelajaran matematika SD di kabupaten Kudus, mengakibatkan konstruksi pengetahuan siswa kurang, selain itu pemanfaatan potensi keunggulan lokal Kudus yang bisa dijadikan sumber belajar kurang maksimal. Berangkat dari masalah ini, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat dalam mendukung proses pembelajaran matematika SD di kabupaten Kudus agar dapat memberikan iklim kondusif dalam perkembangan daya nalar, meningkatkan keaktifan, kreatifitas siswa serta menanamkan kecintaan terhadap potensi keunggulan lokal Kudus. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengajukan rancangan sebuah desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Penelitian ini penting dilaksanakan untuk mendapatkan desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus dan untuk mengetahui keefektifannya dalam pembelajaran matematika SD. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
yaitu sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah desain pembelajaran matematika realistik di SD berbasis keunggulan lokal Kudus ?
2.
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika realistik di SD berbasis keunggulan lokal Kudus?
3.
Apakah implementasi pembelajaran matematika realistik di SD berbasis keunggulan lokal Kudus efektif?
1.3
Definisi Operasional
1.
Design Research Design research dalam penelitian ini merupakan model penelitian yang digunakan untuk merancang desain pembelajaran untuk memecahkan masalah pendidikan yang kompleks dan mengembangkan pengetahuan (teori). Langkah design research dalam penelitian ini : 1) preparing for the experiment, 2) design experiment dan 3) retrospective analysis. 3
2.
Pembelajaran Matematika Realistik Pembelajaran Matematika Realistik dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah: (1) menggunakan konteks lokal dengan mengajukan masalah “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya dalam hal ini potensi keunggulan lokal kota kudus, sehingga siswa terlibat dalam pembelajaran secara bermakna, (2) menggunakan model untuk matematisasi progresif, (3) memanfaatkan hasil konstruksi siswa, (4) mengembangkan interaktivitas dan membangun karakter, serta (5) mengaitkan konsep matematika.
3.
Keunggulan Lokal Kota Kudus Keunggulan lokal kota Kudus dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas kota Kudus yang mencakup aspek ekonomi, budaya, tradisi, kreassi seni, sumber daya alam, sumber daya manusia yang menjadi keunggulan kota Kudus.
4.
Keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Keunggulan Lokal Kudus Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan penerapan/implementasi model pendidikan matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus dalam pembelajaran matematika SD di kabupaten Kudus. Dalam penelitian ini penerapan model pendidikan matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus dikatakan efektif apabila: (1) mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa SD di kabupaten Kudus, (2) pengelolaan pembelajaran dan respon guru baik, dan (3) mampu menumbuhkan kecintaan siswa SD terhadap keunggulan lokal Kudus.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
1.
Penelitian dilaksanakan di SD kabupaten Kudus.
2.
Penelitian difokuskan pada mata pelajaran matematika.
3.
Model pembelajaran matematika yang akan dirancang adalah model pendidikan matematika realistik (PMR) berbasis keunggulan lokal Kudus.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Soedjadi, 2000 : 6). Adapun tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006 : 417). Konsep – konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan ketrampilan (Heruman, 2012:2). Adapun ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi: (1) Bilangan, (2) Geometri dan pengukuran serta (3) Pengolahan data. Sedangkan standar kompetensi lulusan SD menurut dokumen KTSP adalah: 1.
memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat – sifatnya, serta menggunakan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari – hari.
2.
memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur unsur dan sifat – sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari – hari.
5
5
3.
memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari – hari.
4.
memahami
konsep
koordinat
untuk
menentukan
letak
benda
dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari – hari. 5.
memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan.
6.
memiliki kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif.
2.2
Teori Pembelajaran Matematika
Pada penelitian ini terdapat beberapa teori belajar yang mendukung antara lain:
2.2.1 Teori Belajar Piaget Piaget (dalam Hidayat, 2005:3) menyebutkan manusia tumbuh, beradaptasi, dan
berubah
melalui
perkembangan
fisik,
perkembangan
kepribadian,
perkembangan sosio emosional, dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh siswa memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kemampuan kognitif berkembang melalui tahap sensori motorik (sensory-motor-stage) sejak manusia lahir sampai usia 2 tahun; tahap pra-operasional (pre-operational-stage) dari usia 2 tahun sampai 7 tahun; tahap operasi kongkrit (cooncrete-operational-stage), dari usia 7 tahun sampai 12 tahun; dan tahap operasi formal (formal-operational-stage), usia 12 tahun keatas. Dalam penelitian ini, prinsip Piaget dalam pembelajaran matematika SD diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan, konstruksi pengetahuan dan pengalaman-pengalaman nyata serta peranan
guru
sebagai
fasilitator
yang
mempersiapkan
lingkungan
dan
kemungkinan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.
2.2.2 Teori Belajar Bruner Menurut Brunner (dalam Hidayat, 2005:8), jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan (misalnya konsep matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar dapat diinternalisasi dalam pikiran 6
(struktur kognitif) orang tersebut. Tahap-tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1.
Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana suatu pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan benda-benda konkret atau situasi nyata.
2.
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkrit atau situasi nyata pada tahap enaktif.
3.
Tahap
simbolik,
yaitu
suatu
tahap
di
mana
pengetahuan
itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol verbal, lambang matematika, maupun lambang abstrak lain.
2.2.3 Teori Belajar Ausubel Belajar menurut Ausubel dibedakan menjadi dua. Pertama, kegiatan belajar yang bermakna (meaningful learning) jika siswa mencoba menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimilikinya. Ketika pengetahuan yang baru tidak berkaitan dengan pengetahun yang ada maka pengetahuan yang baru itu akan dipelajari siswa sebagai hafalan. Kedua, kegiatan belajar tidak bermakna (rote learning) di mana siswa hanya menghafal apa yang diberikan oleh guru tanpa mengetahui apa makna yang dihafal (Suherman, 2003:32-33). Dalam penelitian ini, teori belajar Ausubel ini berhubungan erat ketika siswa menyusun hasil temuan dengan mengkaitkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.
2.3
Pendidikan Matematika Realistik Treffers dalam Suherman (2003:145) menyebutkan bahwa pendekatan
pembelajaran matematika dapat dibagi menjadi 4 kelompok: mekanistik, struktualistik, empiristik dan realistik. Dalam filosofi realistik siswa diberikan tugas yang mendekati kenyataan sehinggan dalam diri siswa akan memperluas dunia kehidupannya.
7
Freudenthal (1991) menyatakan bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan harus dikaitkan dengan realitas. Penyataan ini melandasi pengembangan pendidikan matematika realistik (Wijaya, 2012:20). Dari pengertian ini matematika bukan suatu produk jadi yang kita berikan kepada siswa, melainkan suatu proses yang harus dikonstruksi oleh siswa. Van den Heuvel-Panhuizen dalam (Wijaya, 2012:20) menyebutkan realitas dalam PMR tidak sekedar menunjukkan suatu koneksi dengan dunia nyata (real world) tetapi lebih mengacu pada situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa. Kebermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari pendidikan matematika realistik. Zulkardi & Ilma (2010) menyatakan ada tiga prinsip pendidikan matematika realistik yang sesuai dengan prinsip Realistic Mathematics Education (RME) yaitu: 1.
Guided reinvention and didactical phenomenology Siswa dalam belajar matematika hendaknya diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat matematika ditemukan.
2.
Progressive mathematization Situasi yang berisikan fenomena yang dijadikan bahan dan area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan matematika secara formal. Dalam hal ini dua macam matematisasi dijadikan dasar untuk berangkat dari tingkat belajar matematika secara real ke tingkat belajar matematika secara formal.
3.
Self-developed models Peran Self-developed models merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi abstrak atau dari informal matematika ke formal matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan karakterisktik pendidikan matematika realistik antara lain:
1.
Penggunaan konteks menggunakan konteks lokal dengan mengajukan masalah “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya dalam penelitian ini
8
potensi keunggulan lokal kota kudus, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna. 2.
Penggunaan model untuk matematisasi progresif Maaβ (2010) menyatakan bahwa model merupakan suatu bentuk representasi matematis dari suatu masalah. Model merupakan bagian dari proses matematisasi. Wijaya (2012:50) menyatakan bahwa proses pemodelan berawal dari suatu masalah atau situasi nyata yang selanjutnya direpresentasikan ke dalam suatu model situasi untuk mempermudah dalam memahami masalah yang ada. Proses matematisasi terhadap model nyata menghasilkan suatu model matematika.
3.
Adanya kontribusi siswa dalam konstruksi pengetahuan.
4.
Mengembangkan interaktivitas dan membangun karakter.
5.
Adanya keterkaitan konsep matematika dengan topik pembelajaran lainnya.
2.4
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal Kudus Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan,
jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia, atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah. Asmani (2012:29) menyatakan keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang menjadi ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi, informasi, komunikasi dan ekologi. Keunggulan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah merupakan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah. Pendidikan
berbasis
keunggulan
lokal
adalah
pendidikan
yang
memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi
dan
komunikasi,
ekologi
yang
semuanya
bermanfaat
bagi
pengembangan kompetensi siswa. Konteks yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep ethnomathematics. Ethnomatematika menurut Sumardyono (2004:21) dapat disebut sebagai “matematika dalam lingkungan” (math in the environment) atau “matematika dalam komunitas” (math in the community). Dalam penelitian ini konteks yang digunakan adalah budaya dan keunggulan lokal kota kudus.
9
Beberapa keunggulan lokal kota Kudus yang dapat menjadi konteks dalam pembelajaran matematika realistik antara lain : 1.
Pakaian adat Kudus
Caping kalo dan tampah dapat digunakan untuk menanamkan konsep bangun datar lingkaran Selendang dapat digunakan untuk menanamkan konsep bangun datar persegi panjang
Gambar 2.1 Pakaian Adat Kudus 2.
Rumah adat Kudus Rumah adat Kudus menanamkan banyak konsep tentang geometri bangun datar dan bangun ruang
Gambar 2.2 Rumah Adat Kudus 3.
Permainan tradisional seperti Layang – layang, Engklek dan Dakon
4.
Jenang kudus dan berbagai kuliner lain khas kudus
5.
Batik khas kudus dan bordir khas kudus
6.
Sumber daya alam dan sumber daya manusia
7.
Perekonomian dan perdagangan
2.5
Penelitian Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya. Nasrullah & Zulkardi (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan bermain satu rumah (BSR) sebagai permainan tradisional dapat mendukung kegiatan pembelajaran bilangan di sekolah dasar. Helsa & Hartono (2012) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa math traditional dance sebagai konteks dalam PMRI mendukung proses pembelajaran
10
dan pemahaman geometris siswa kelas IV pada materi pencerminan dan simetri. Selain itu, hasil penelitian Charitas dkk tahun 2012 menunjukkan bahwa konteks Permainan Tradisional Tepuk Bergambar (PT2B) dalam PMRI dapat merangsang siswa untuk memahami pengetahuan mereka tentang konsep perkalian. Penelitian di atas merupakan penelitian yang mengkaji tentang PMRI berkonteks lokal masing – masing daerah. Namun rancangan desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus belum banyak dikerjakan oleh peneliti lain. untuk itu, penelitian ini akan melengkapi penelitian – penelitian sebelumnya dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika SD.
2.6
Kerangka Berpikir Pola teacher centered masih mendominasi dalam pembelajaran matematika
SD di kabupaten Kudus, Pembelajaran matematika dengan pola seperti ini mengakibatkan lemahnya aktivitas belajar siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan, yang berakibat rendahnya hasil belajar matematika. Konstruksi pengetahuan dapat diupayakan dengan kehidupan nyata yang dekat dengan siswa, salah satunya adalah potensi lokal daerahnya. Langkah peneliti dalam memberikan kontribusi untuk peningkatan kualitas pembelajaran matematika SD khususnya di kabupaten Kudus adalah dengan merancang desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, menguji desain pembelajaran tersebut dan menganalisis hasil uji coba. Diharapkan dari penelitian ini diperoleh desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus yang dapat dipakai dan efektif dalam pembelajaran matematika SD khususnya di kabupaten Kudus. Dari uraian tersebut dapat digambarkan skema kerangka berpikir pada gambar 2.3 berikut.
11
1.
Sebagian besar pembelajaran matematika SD di kabupaten Kudus masih konvensional dan teacher centered. Guru menjelaskan definisi, kemudian contoh, dan latihan soal.
2.
Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran.
3.
Hasil belajar siswa rendah.
Menyiapkan pembelajaran
perangkat yang
sesuai
dengan model PMR berbasis keunggulan
lokal
seperti: silabus, RPP, Pembelajaran,
Alat
Menyiapkan keunggulan dan Mendesain Model Pembelajaran
potensi
lokal
Kudus
yang
digunakan dalam pembelajaran
Kudus,
Matematika Realistik
matematika
Media
berbasis keunggulan
budaya, tari adat, pakaian adat,
Peraga,
lokal Kudus
makanan khas, kualitas SDM
LKS, Bahan Ajar dan Sumber
SD,
Kudus
Belajar berkonteks lokal Kudus Diperoleh prototipe desain Pembelajaran Matematika Realistik berbasis keunggulan lokal Kudus
Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik di SD berbasis keunggulan lokal Kudus
Efektif digunakan dalam pembelajaran matematika SD
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir
12
seperti:
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:
1.
Membuat rancangan prototipe desain pembelajaran matematika realistik di SD berbasis keunggulan lokal Kudus.
2.
Melaksanakan pembelajaran matematika SD dengan menggunakan prototipe model PMR berbasis keunggulan lokal Kudus.
3.
Menganalisis kefeektifan implementasi model PMR berbasis keunggulan lokal Kudus dalam pembelajaran matematika SD.
3.2
Target Luaran yang ingin Dicapai Mendapatkan desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus yang efektif dan berdaya guna tinggi dalam pembelajaran matematika SD.
3.3
Target Luaran serta Kontribusi terhadap Ilmu Pengetahuan
1.
Mendapatkan model pendidikan matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika SD.
2.
Bagi pemegang kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan dalam menerapkan kebijakan tertentu dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika SD.
3.
Diseminasi melalui publikasi ilmiah dalam jurnal lokal yang mempunyai ISSN atau jurnal nasional terakreditasi.
4.
Diseminasi melalui seminar ilmiah baik yang berskala lokal, regional dan nasional.
5.
Desain prototipe hasil rancangan dapat digunakan sebagai pengayaan bahan ajar.
3.4
MANFAAT PENELITIAN
1.
Mendapatkan desain pembelajaran matematika realistik di sekolah dasar berbasis keunggula lokal Kudus
2.
Memberikan pengalaman kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika realistik di sekolah dasar berbasis keunggula lokal Kudus
13
13
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1
Tahapan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode design research. Langkah proses
penelitian design research seperti halnya pada proses perancangan pendidikan (educational design), yaitu analisis, perancangan, evaluasi dan revisi yang merupakan proses siklikal yang berakhir pada keseimbangan antara teori ideal dengan praktiknya. Menurut Gravemeijer & Cobb (2006) tahapan pelaksanaan design research adalah : 1) preparing for the experiment (persiapan penelitian), 2) design experiment (pelaksanaan desain eksperimen), dan 3) retrospective analysis (analisis data yang diperoeh dari tahap sebelumnya).
4.2
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kudus dengan mengujicobakan
hasil rancangan prototipe model pendidikan matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus ke 5 SD di kabupaten Kudus. 4.3
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode design research untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui iterative analysis, mendesain atau memperbaiki design sebelumnya, dan melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada teori dan prinsip – prinsip realitas. Langkah yang dilakukan Menurut Gravemeijer & Cobb (2006) adalah: 1.
Preparing for the experiment (persiapan penelitian) Pada tahap ini dibuat hypothetical learning trajectory (HLT) atau lintasan belajar (proses berpikir) hipotesis. Dalam membuat HLT ini diperlukan desain pendahuluan yang berfungsi untuk mengimplementasikan ide-ide awal yang diperoleh dari kajian literatur sebelum mendesain aktivitas pembelajaran, diskusi dengan guru yang berpengalaman, peneliti maupun ahli dalam bidang yang terkait.
2.
Design experiment (pelaksanaan desain eksperimen)
14 14
Tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada tahap ini, desain yang sudah dirancang diujicobakan di lapangan (ruang – ruang kelas). Pengalamanpengalaman yang terjadi pada tahap ini akan menjadi dasar untuk mendesain ulang
atau
memodifikasi
HLT
untuk
proses-proses
pembelajaran
berikutnya. 3.
Retrospective analysis (analisis data yang diperoeh dari tahap sebelumnya) Peneliti menganalisis data yang diperoleh dari tahap design experiment dan menggunakan hasil dari analisis untuk mengembangkan desain selanjutnya. HLT digunakan dalam tahap retrospective analysis sebagai panduan dan referensi utama dalam menjawab pertanyaan penelitian. Adapun alur rancangan penelitian tiap siklusnya dengan menggunakan metode design research disajikan pada gambar 3.1 berikut.
Preparing for the experiment 1. Telaah literatur 2. Diskusi dengan guru dan peneliti dalam bidang pendidikan matematika 3. Mendesain model PMR berbasis keunggulan lokal Kudus termasuk HLT 4. Telaah ahli dan guru terhadap desain awal
Design experiment 1. Pengumpulan data di lapangan 2. Uji coba 5 SD di kabupaten Kudus 3. Observasi 4. Tes 5. Angket
Retrospective analysis 1. Analisis data kuantitatif dan kualitatif 2. Analisis keefektifan model PMR berbasis keunggulan lokal Kudus dalam pembelajaran matematika SD 3. Sintesis untuk kemungkinan perbaikan desain siklus berikutnya Gambar 4.1 Alur Rancangan Penelitian 15
4.4
Teknik Pengumpulan Data
4.4.1 Dokumen Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data – data keunggulan lokal Kudus. 4.4.2 Observasi Observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Selain itu data aktivitas siswa dan guru ini direkam menggunakan video dan kamera. Rekaman video dan kamera kemudian di deskripsikan. 4.4.3 Tes Tes digunakan untuk mengumpulkan data nilai hasil belajar matematika siswa setelah mendapatkan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. 4.4.4
Angket Angket digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa dan guru terhadap pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus.
4.5
Analisis Data
4.5.1 Data potensi lokal Kudus dianalisis dari hasil dokumentasi pengumpulan data keunggulan lokal Kudus. 4.5.2 Data aktivitas belajar siswa dan aktivitas pengelolaan pembelajaran oleh guru menggunakan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus dianalisis menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas pengelolaan pembelajaran guru. Selain itu data tersebut dianalisis dari hasil rekaman video dan kamera. 4.5.3 Data hasil belajar matematika siswa dianalisis dari hasil tes hasil belajar siswa. 4.5.4 Respon siswa dan guru terhadap pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus dianalisis menggunakan hasil sebaran angket respon siswa dan guru terhadap pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. 16
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 TAHAP PERIJINAN Pada tahapan ini peneliti mencari perijinan ke Dinas Pendidikan Kab.Kudus, UPTD Kec.Kota, UPTD Kec.Bae, UPTD Kec.Kaliwungu, SD 1 Panjang, SD 1 Gondangmanis dan SD 1 Prambatan Kidul. Adapun surat permohonan ijin terlampir di lampiran 1. Berikut disajikan foto – foto perijinan di SD Kab.Kudus.
Gambar 5.1 Perijinan di SD 1 Panjang
Gambar 5.2 Perijinan di SD 1 Prambatan Kidul
Gambar 5.3 Perijinan di SD 1 Gondangmanis 17 17
Gambar 5.4 Perijinan di SD 1 Purworejo
Gambar 5.5 Perijinan di SD 1 Kaliputu
5.2 TAHAP PEMBUATAN PROTOTIPE DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL KUDUS Pada tahap ini peneliti berada pada proses preparing for the experiment (persiapan penelitian) dan membuat lintasan belajar atau hypothetical learning trajectory (HLT). Dalam membuat HLT peneliti melakukan: a.
Kajian literatur sekaligus diskusi dengan guru yang berpengalaman terkait keunggulan lokal Kudus. Keunggulan lokal Kudus yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran, antara lain: budaya, tari, pakaian dan rumah adat Kudus, permainan tradisional Kudus seperti engklek dan dakon, jenang Kudus, dan beberapa keunggulan lokal Kudus yang lain.
b.
Pembuatan perangkat pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus berdasarkan data – data keunggulan lokal Kudus, beberapa perangkat pembelajaran matematika yang dibuat antara 18
lain: silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa, media pembelajaran, alat peraga dan bahan ajar berkonteks lokal Kudus. c.
Pendesainan
model
pembelajaran
matematika
realistik
berbasis
keunggulan lokal Kudus, dengan menggabungkan syntax pembelajaran matematika realistik dan data – data keunggulan lokal Kudus sebagai konteks masalah realistiknya. Adapun tahapan model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus adalah : 1)
Penggunaan konteks masalah realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, seperti : budaya, tari, pakaian dan rumah adat Kudus, permainan tradisional Kudus seperti engklek dan dakon, jenang Kudus, dan beberapa keunggulan lokal Kudus yang lain.
2)
Penggunaan model untuk matematisasi progresif Model yang digunakan disini adalah beberapa alat peraga dan LKS yang mengantarkan pada suatu bentuk representasi matematis dari suatu masalah. Proses matematisasi terhadap model nyata akan menghasilkan suatu model matematika.
3)
Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
4)
Pengembangan interaktivitas dan karakter
5)
Pengaitan antar konsep matematika
Adapun prototipe desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus terlampir di lampiran 2.
5.3 TAHAP
TELAAH
PEMBELAJARAN
DESAIN
AWAL
MATEMATIKA
PROTOTIPE REALISTIK
DESAIN BERBASIS
KEUNGGULAN LOKAL KUDUS Pada tahap ini peneliti bersama dengan guru melakukan telaah desain awal prototipe pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus di SD 1 Panjang, SD 1 Gondangmanis dan SD 1 Prambatan Kidul. Dalam telaah desain awal terhadap prototipe, peneliti dan beberapa guru mitra melihat, mengamati dan mengecek kesesuaian dan kelayakan prototipe desain awal pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus 19
untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut disajikan foto – foto telaah desain awal prototipe pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus.
Gambar 5.6 telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Panjang
Gambar 5.7 telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Gondangmanis
Gambar 5.8 telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Prambatan Kidul
20
Gambar 5.9 telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Kaliputu
Gambar 5.10 telaah desain awal bersama guru mitra di SD 1 Purworejo 5.4 TAHAP PEMBUATAN INSTRUMEN PENELITIAN Pada tahap ini peneliti membuat instrumen penelitian, antara lain: soal tes, lembar observasi pengelolaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas belajar siswa, angket respon guru dan angket respon siswa. 1. Soal tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus 2. Lembar observasi pengelolaan pembelajaran digunakan untuk mengamati keterlaksanaan dan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan peneliti dengan menggunakan model pembelajaran realistik berbasis keunggulan lokal Kudus
21
3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus 4. Angket respon guru digunakan untuk mengetahui respon guru terkait desain pembelajaran dan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus 5. Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terkait pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus
5.5 TAHAP UJI COBA LAPANGAN DAN PENGUMPULAN DATA Pada tahap ini peneliti telah melakukan uji coba dan pengumpulan data di 5 SD Kabupaten Kudus, yaitu : SD 1 Panjang, SD 1 Gondangmanis, SD 1 Prambatan Kidul, SD 1 Kaliputu dan SD 1 Purworejo. 5.5.1 Pengumpulan data di SD 1 Panjang 1.
Tahap preparation for the experiment (persiapan penelitian) Beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Kajian literatur sekaligus diskusi dengan guru mitra yang berpengalaman terkait keunggulan lokal Kudus. Keunggulan lokal Kudus yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran matematika materi luas daerah layang – layang adalah permainan layang – layang dan lagu layang – layang. 2) Pembuatan perangkat pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus berdasarkan data – data keunggulan lokal Kudus, beberapa perangkat pembelajaran matematika yang dibuat antara lain: silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa, media pembelajaran, alat peraga dan bahan ajar berbasis keunggulan lokal Kudus berkonteks permainan dan lagu layang – layang. 3) Pendesainan model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dengan menggabungkan syntax pembelajaran matematika realistik dan data – data keunggulan lokal Kudus sebagai konteks masalah realistiknya. 4) Merencanakan kegiatan/aktivitas belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran guru. 22
Dari kegiatan – kegiatan ini kemudian dirumuskan lintasan belajar atau Hypothetical Learning Trajectory (HLT) terkait materi luas daerah layang – layang dengan konteks permainan dan lagu layang – layang. Adapun HLT dalam pembelajaran matematika materi luas daerah layang – layang dengan menggunakan model PMR berkonteks permainan dan lagu layang – layang disajikan pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1. HLT dalam Pembelajaran Luas Daerah Layang – layang Tujuan Kegiatan/aktivitas Dugaan/hipotesis Konsep Siswa mampu Membayangkan Siswa mampu berpikir Bentuk dan menyebutkan permainan layang – layang bahwa buluh bambu diagonal layang – unsur – unsur dan menyanyikan lagu (kerangka layang – layang) layang layang – layang layang – layang merupakan diagonal tegak dan mendatar Siswa mampu Memikirkan luas dari Siswa mampu menjawab Banyaknya kertas memahami layang – layang benar, namun mungkin juga yang dibutuhkan konsep luas ditunjukkan dengan ada yang kurang pas dalam untuk membuat daerah layang – banyaknya kertas yang menjawab layang – layang layang dibutuhkan untuk merepresentasikan membuat layang – layang konsep luas daerah layang – layang Siswa mampu Mengubah peraga layang – Siswa mampu menentukan Luas daerah layang menemukan layang ke bentuk bangun luas daerah layang – layang – layang konsep luas lain (persegi panjang dan dengan mengubah menjadi daerah layang segitiga) kemudian bangun yang lain layang dengan menentukan unsur – unsur memanipulasinya dan luas daerahnya menjadi bangun lain: persegi panjang dan segitiga Siswa mampu Melakukan konstruksi Siswa mampu Luas daerah layang menyimpulkan pengetahuan matematis mengkonstruksi – layang secara konsep luas berdasarkan manipulasi pengetahuan dan formal daerah layang peraga layang – layang ke menyimpulkan konsep layang bentuk bangun yang lain rumus luas daerah layang – berdasarkan untuk menyimpulkan ke layang berdasarkan kegiatan tahapan matematika kegiatan penemuan konsep penemuan konsep formal terkait luas daerah yang dilakukan yang dilakukan layang – layang Siswa mampu Memecahkan masalah/soal Siswa mampu memecahkan Pemecahan memecahkan dari LKS maupun soal tes masalah/soal luas daerah masalah luas masalah/soal terkait luas daerah layang - layang – layang berkonteks daerah layang – terkait luas daerah layang permainan dan lagu layang layang layang - layang – layang 23
5) Telaah desain awal prototipe pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Dalam telaah desain awal terhadap prototipe, peneliti dan guru mitra melihat, mengamati dan mengecek kesesuaian dan kelayakan prototipe desain awal pembelajaran matematika realistik berkonteks permainan dan lagu layang – layang untuk digunakan dalam proses pembelajaran. 2.
Tahap design experiment (pelaksanaan desain pembelajaran) Pada tahap ini tim peneliti melakukan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus di SD 1 Panjang dengan materi Luas Daerah layang - layang. Adapun tahapan – tahapan pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Penggunaan konteks masalah realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dalam hal ini peneliti menggunakan permainan layang – layang dan lagu layang – layang sebagai konteks masalah realistik. Sebelum pembelajaran dimulai siswa dimotivasi dengan diajak menyanyikan lagu layang – layang.
Gambar 5.11 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik : permainan layang – layang dan lagu layang – layang di SD 1 Panjang 2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif Pada tahap ini peneliti menggunakan alat peraga luas daerah layang – layang dengan pendekatan luas daerah persegi panjang dan luas daerah segitiga serta lembar kegiatan siswa (LKS) penemuan konsep luas daerah layang – layang dengan pendekatan luas daerah persegi panjang dan luas daerah segitiga. Model tersebut mengantarkan pada suatu bentuk representasi matematis dari 24
suatu masalah nyata. Proses matematisasi terhadap model nyata akan menghasilkan suatu model matematika yang mengarah kepada konstruksi konsep matematika formal.
Gambar 5.12 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Panjang Model yang digunakan adalah alat peraga luas daerah layang – layang dan LKS penemuan konsep luas daerah layang – layang 3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Pada tahap ini siswa mengkonstruksi peraga yang diberikan untuk mendapatkan konsep luas daerah layang – layang. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.
Gambar 5.13 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa di SD 1 Panjang a.
Pengembangan interaktivitas dan karakter Dari kegiatan ini terjadi interaksi sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan anggota kelompok yang lain. Interaksi sosial dalam pembelajaran ini berperan membentuk karakter siswa yang mau menghargai pendapat orang lain dan bersikap demokratis. Tuntutan mempresentasikan gagasan penemuan konsep luas daerah layang – layang dalam diskusi berkembang menjadi suatu bentuk kesadaran dan tanggung jawab dalam mengkomunikasikan gagasan kepada lingkungan.
25
Gambar 5.14 Pengembangan interaktivitas dan karakter di SD 1 Panjang b.
Pengaitan antar konsep matematika Dalam proses penemuan konsep luas daerah layang – layang, beberapa konsep matematika yang saling terkait antara lain: konsep geometri, luas persegi panjang, luas segitiga dan operasi hitung perkalian.
Proses matematisasi yang dikonstruksi oleh siswa melalui penggunaan model digambarkan dalam iceberg penemuan konsep luas daerah layang – layang berikut. Tahapan Matematika Formal
Pembuatan Pondasi pemahaman matematis. Siswa mengkonstruksi konsep dan melakukan interaksi sosial Penggunaan model untuk jembatan (penggunaan alat peraga&media yang sesuai) Orientasi lingkungan/ masalah kontekstual
Gambar 5.15 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Layang – layang Di SD 1 Panjang 3. Tahap retrospective analysis (analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya) Peneliti dan guru melakukan analisis retrospektif dengan tujuan merefleksi dan menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksananakan dan membandingkan HLT dan desain pembelajaran yang telah dibuat dengan 26
kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
Secara
keseluruhan proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Adapun Hasil dan temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) nilai rata – rata hasil belajar siswa 70 dengan krtiteria tuntas (KKM 70), 2) aktivitas belajar siswa dalam menemukan konsep luas daerah layang - layang tergolong dalam kategori baik dengan rata – rata skor aktivitas belajar 3,2; 3) pengelolaan pembelajaran guru menggunakan model PMR berkonteks permainan dan bernyanyi lagu layang – layang pada materi luas daerah layang – layang dalam kategori baik dengan rata – rata skor 4,0; 4) respon siswa terhadap pembelajaran juga baik dengan rata – rata skor 3,9. Rata – rata siswa mengaku senang dengan pembelajaran matematika seperti ini, mereka mengaku lebih menarik karena ada kegiatan bermain dan bernyanyi lagu layang – layang, selain itu mengubah layang – layang ke bangun yang lain dan menempelnya di depan kelas, 5) respon guru terhadap proses pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,15. Guru merasa senang dan mendapatkan wawasan baru dengan proses pembelajaran matematika realistik berkonteks permainan dan lagu layang – layang. 5.5.2 Pengumpulan data di SD 1 Gondangmanis 1.
Tahap preparation for the experiment (persiapan penelitian) Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Kajian literatur sekaligus diskusi dengan guru mitra yang berpengalaman terkait keunggulan lokal Kudus. Keunggulan lokal Kudus yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran matematika materi luas daerah trapesium adalah rumah adat Kudus (Joglo). 2) Pembuatan perangkat pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus berdasarkan data – data keunggulan lokal Kudus, beberapa perangkat pembelajaran matematika yang dibuat antara lain: silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa, media pembelajaran, alat peraga dan bahan ajar berkonteks lokal Kudus. 3) Pendesainan model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dengan menggabungkan syntax pembelajaran matematika
27
realistik dan data – data keunggulan lokal Kudus sebagai konteks masalah realistiknya. 4) Merencanakan kegiatan/aktivitas belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran guru. Dari kegiatan – kegiatan ini kemudian dirumuskan lintasan belajar atau Hypothetical Learning Trajectory (HLT) terkait materi luas daerah trapesium dengan konteks rumah adat Kudus (Joglo). Adapun HLT dalam pembelajaran matematika materi luas daerah trapesium dengan menggunakan model PMR berkonteks rumah adat Kudus (Joglo) disajikan pada tabel 5.2 berikut. Tabel 5.2. HLT dalam Pembelajaran Luas Daerah Trapesium Tujuan Kegiatan/aktivitas Dugaan/hipotesis Siswa mampu Membayangkan, melihat Siswa mampu berpikir menyebutkan unsur – bentuk atap rumah adat bagian sisi yang sejajar unsur trapesium Kudus (Joglo) (atas dan bawah) serta tingginya Siswa mampu Memikirkan luas dari Siswa mampu menjawab memahami konsep luas trapesium yang ditunjukkan benar, namun mungkin juga daerah trapesium dengan banyaknya genteng ada yang kurang pas dalam yang dibutuhkan untuk menjawab membuat atap rumah adat Kudus (Joglo)
Siswa mampu menemukan konsep luas daerah trapesium dengan memanipulasinya menjadi bangun lain: persegi panjang dan segitiga Siswa mampu menyimpulkan konsep luas daerah trapesium berdasarkan kegiatan penemuan konsep yang dilakukan
Siswa mampu memecahkan masalah/soal terkait luas daerah trapesium
Mengubah peraga trapesium ke bentuk bangun lain (persegi panjang dan segitiga) kemudian menentukan unsur – unsur dan luas daerahnya
Siswa mampu menentukan luas daerah trapesium dengan mengubah menjadi bangun yang lain
Melakukan konstruksi pengetahuan matematis berdasarkan manipulasi peraga trapesium ke bentuk bangun yang lain untuk menyimpulkan ke tahapan matematika formal terkait luas daerah trapesium Memecahkan masalah/soal dari LKS maupun soal tes terkait luas daerah trapesium
Siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan dan menyimpulkan konsep rumus luas daerah trapesium berdasarkan kegiatan penemuan konsep yang dilakukan Siswa mampu memecahkan masalah/soal luas daerah trapesium berkonteks atap rumah adat Kudus (Joglo)
Konsep Bentuk dan unsur – unsur atap rumah adat Kudus Banyaknya genteng yang dibutuhkan untuk membuat atap rumah adat Kudus (Joglo) merepresentasikan konsep luas daerah trapesium Luas daerah trapesium
Luas daerah trapesium secara formal
Pemecahan masalah luas daerah trapesium 28
5) Telaah desain awal prototipe pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Dalam telaah desain awal terhadap prototipe, peneliti dan guru mitra melihat, mengamati dan mengecek kesesuaian dan kelayakan prototipe desain awal pembelajaran matematika realistik berkonteks atap rumah adat Kudus (Joglo) untuk digunakan dalam proses pembelajaran. 2.
Tahap design experiment (pelaksanaan desain pembelajaran) Pada tahap ini tim peneliti melakukan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus di SD 1 Gondangmanis dengan materi Luas Daerah trapesium. Adapun tahapan – tahapan pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Penggunaan konteks masalah realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dalam hal ini peneliti menggunakan rumah adat Kudus (Joglo) sebagai konteks masalah realistik. Atap rumah adat Kudus menanamkan konsep trapesium
Gambar 5.16 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik : rumah adat Kudus (Joglo) di SD 1 Gondangmanis 2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif Pada tahap ini peneliti menggunakan alat peraga luas daerah trapesium dengan pendekatan luas daerah persegi panjang serta lembar kegiatan siswa (LKS) penemuan konsep luas daerah trapesium dengan pendekatan luas daerah persegi panjang. Model tersebut mengantarkan pada suatu bentuk representasi matematis dari suatu masalah nyata. Proses matematisasi terhadap model nyata akan menghasilkan suatu model matematika yang mengarah kepada konstruksi konsep matematika formal.
29
Gambar 5.17 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Gondangmanis Model yang digunakan adalah alat peraga luas daerah trapesium dan LKS penemuan konsep luas daerah trapesium 3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Pada tahap ini siswa mengkonstruksi peraga yang diberikan dengan didampingi LKS untuk menemukan konsep luas daerah trapesium. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.
Gambar 5.18 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa di SD 1 Gondangmanis
30
4) Pengembangan interaktivitas dan karakter Dari kegiatan ini terjadi interaksi sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan anggota kelompok yang lain. Interaksi sosial dalam pembelajaran ini berperan membentuk karakter siswa yang mau menghargai pendapat orang lain dan bersikap demokratis. Tuntutan mempresentasikan gagasan penemuan konsep luas daerah trapesium berkembang menjadi suatu bentuk kesadaran dan tanggung jawab dalam mengkomunikasikan gagasan kepada lingkungan.
Gambar 5.19 Pengembangan interaktivitas dan karakter di SD 1 Gondangmanis 5) Pengaitan antar konsep matematika Dalam proses penemuan konsep luas daerah trapesium, beberapa konsep matematika yang saling terkait antara lain: konsep geometri, luas persegi panjang, dan operasi hitung perkalian. Proses matematisasi yang dikonstruksi oleh siswa melalui penggunaan model digambarkan dalam iceberg penemuan konsep luas daerah trapesium berikut. Tahapan Matematika Formal Pembuatan Pondasi pemahaman matematis. Siswa mengkonstruksi konsep dan melakukan interaksi sosial Penggunaan model untuk jembatan (penggunaan alat peraga&media yang sesuai) Orientasi lingkungan/ masalah realistik : rumah Joglo Gambar 5.20 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Trapesium di SD 1 Gondangmanis
31
3.
Tahap retrospective analysis (analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya) Peneliti dan guru melakukan analisis retrospektif dengan tujuan merefleksi dan menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksananakan dan membandingkan HLT dan desain pembelajaran yang telah dibuat dengan kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
Secara
keseluruhan proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Adapun Hasil dan temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) nilai rata – rata hasil belajar siswa 81,3 dengan krtiteria tuntas (KKM 70); 2) aktivitas belajar siswa dalam menemukan konsep luas daerah trapesium tergolong dalam kategori sangat baik dengan rata – rata skor aktivitas belajar 4,1; 3) pengelolaan pembelajaran guru menggunakan model PMR berkonteks rumah adat Kudus pada materi luas daerah trapesium dalam kategori sangat baik dengan rata – rata skor 4,1; 4) respon siswa terhadap pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,3. Rata – rata siswa mengaku senang dengan pembelajaran matematika seperti ini, mereka mengaku lebih menarik karena ada kegiatan merubah bangun menjadi persegi panjang dan menempelnya di depan kelas, 5) respon guru terhadap proses pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,17. Guru merasa senang dan mendapatkan wawasan baru dengan proses pembelajaran matematika realistik berkonteks rumah adat Kudus.
5.5.3 Pengumpulan data di SD 1 Prambatan Kidul 1.
Tahap preparation for the experiment (persiapan penelitian) Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahap ini adalah: Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Kajian literatur sekaligus diskusi dengan guru mitra yang berpengalaman terkait keunggulan lokal Kudus. Keunggulan lokal Kudus yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran matematika materi luas daerah trapesium adalah rumah adat Kudus (Joglo). 2) Pembuatan perangkat pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus berdasarkan data – data keunggulan lokal Kudus, beberapa 32
perangkat pembelajaran matematika yang dibuat antara lain: silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa, media pembelajaran, alat peraga dan bahan ajar berkonteks lokal Kudus. 3) Pendesainan model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dengan menggabungkan syntax pembelajaran matematika realistik dan data – data keunggulan lokal Kudus sebagai konteks masalah realistiknya. 4) Merencanakan kegiatan/aktivitas belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran guru. Dari kegiatan – kegiatan ini kemudian dirumuskan lintasan belajar atau Hypothetical Learning Trajectory (HLT) terkait materi luas daerah trapesium dengan konteks rumah adat Kudus (Joglo). Adapun HLT dalam pembelajaran matematika materi luas daerah trapesium dengan menggunakan model PMR berkonteks rumah adat Kudus (Joglo) disajikan seperti pada tabel 5.2. 5) Telaah desain awal prototipe pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Dalam telaah desain awal terhadap prototipe, peneliti dan guru mitra melihat, mengamati dan mengecek kesesuaian dan kelayakan prototipe desain awal pembelajaran matematika realistik berkonteks atap rumah adat Kudus (Joglo) untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
2.
Tahap design experiment (pelaksanaan desain pembelajaran) Pada tahap ini tim peneliti melakukan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus di SD 1 Prambatan Kidul dengan materi Luas Daerah trapesium. Adapun tahapan – tahapan pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Penggunaan konteks masalah realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dalam hal ini peneliti menggunakan rumah adat Kudus (Joglo) sebagai konteks masalah realistik.
33
Atap rumah adat Kudus menanamkan konsep trapesium
Gambar 5.21 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik : rumah adat Kudus (Joglo) di SD 1 Prambatan Kidul 2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif Pada tahap ini peneliti menggunakan alat peraga luas daerah trapesium dengan pendekatan luas daerah persegi panjang serta lembar kegiatan siswa (LKS) penemuan konsep luas daerah trapesium dengan pendekatan luas daerah persegi panjang. Model tersebut mengantarkan pada suatu bentuk representasi matematis dari suatu masalah nyata. Proses matematisasi terhadap model nyata akan menghasilkan suatu model matematika yang mengarah kepada konstruksi konsep matematika formal.
Gambar 5.22 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Prambatan Kidul . Model yang digunakan adalah alat peraga luas daerah trapesium dan LKS penemuan konsep luas daerah trapesium 3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Pada tahap ini siswa mengkonstruksi peraga yang diberikan dengan didampingi LKS untuk menemukan konsep luas daerah trapesium. Hasil kerja
34
dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.
Gambar 5.23 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa SD 1 Prambatan Kidul 4) Pengembangan interaktivitas dan karakter Dari kegiatan ini terjadi interaksi sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan anggota kelompok yang lain. Interaksi sosial dalam pembelajaran ini berperan membentuk karakter siswa yang mau menghargai pendapat orang lain dan bersikap demokratis. Tuntutan mempresentasikan gagasan penemuan konsep luas daerah trapesium berkembang menjadi suatu bentuk kesadaran dan tanggung jawab dalam mengkomunikasikan gagasan kepada lingkungan.
Gambar 5.24 Pengembangan interaktivitas dan karakter siswa SD 1 Prambatan Kidul
35
5) Pengaitan antar konsep matematika Dalam proses penemuan konsep luas daerah trapesium, beberapa konsep matematika yang saling terkait antara lain: konsep geometri, luas persegi panjang, dan operasi hitung perkalian. Proses matematisasi yang dikonstruksi oleh siswa melalui penggunaan model digambarkan dalam iceberg penemuan konsep luas daerah trapesium berikut. Tahapan Matematika Formal Pembuatan Pondasi pemahaman matematis. Siswa mengkonstruksi konsep dan melakukan interaksi sosial Penggunaan model untuk jembatan (penggunaan alat peraga&media yang sesuai) Orientasi lingkungan/ masalah realistik : rumah Joglo Gambar 5.25 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Trapesium di SD 1 Prambatan Kidul 6) Tahap retrospective analysis (analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya) Peneliti dan guru melakukan analisis retrospektif dengan tujuan merefleksi dan menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksananakan dan membandingkan HLT dan desain pembelajaran yang telah dibuat dengan kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
Secara
keseluruhan proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Adapun Hasil dan temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) nilai rata – rata hasil belajar siswa 82,6 dengan krtiteria tuntas (KKM 70); 2) aktivitas belajar siswa dalam menemukan konsep luas daerah trapesium tergolong dalam kategori sangat baik dengan rata – rata skor aktivitas belajar 4,3; 3) pengelolaan pembelajaran guru menggunakan model PMR berkonteks rumah 36
adat Kudus pada materi luas daerah trapesium dalam kategori sangat baik dengan rata – rata skor 4,3; 4) respon siswa terhadap pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,6. Rata – rata siswa mengaku senang dengan pembelajaran matematika seperti ini, mereka mengaku lebih menarik karena ada kegiatan merubah bangun dan menempelnya di depan kelas, 5) respon guru terhadap proses pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,17. Guru merasa senang dan mendapatkan wawasan baru dengan proses pembelajaran matematika realistik berkonteks rumah adat Kudus.
5.5.4 Pengumpulan data di SD 1 Kaliputu 1.
Tahap preparation for the experiment (persiapan penelitian) Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Kajian literatur sekaligus diskusi dengan guru mitra yang berpengalaman terkait keunggulan lokal Kudus. Keunggulan lokal Kudus yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran matematika materi luas daerah trapesium adalah rumah adat Kudus (Joglo). 2) Pembuatan perangkat pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus berdasarkan data – data keunggulan lokal Kudus, beberapa perangkat pembelajaran matematika yang dibuat antara lain: silabus, RPP, Lembar Kegiatan Siswa, media pembelajaran, alat peraga dan bahan ajar berkonteks lokal Kudus. 3) Pendesainan model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dengan menggabungkan syntax pembelajaran matematika realistik dan data – data keunggulan lokal Kudus sebagai konteks masalah realistiknya. 4) Merencanakan kegiatan/aktivitas belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran guru. Dari kegiatan – kegiatan ini kemudian dirumuskan lintasan belajar atau Hypothetical Learning Trajectory (HLT) terkait materi luas daerah trapesium dengan konteks rumah adat Kudus (Joglo).
37
Adapun HLT dalam pembelajaran matematika materi luas daerah trapesium dengan menggunakan model PMR berkonteks rumah adat Kudus (Joglo) disajikan seperti pada tabel 5.2. 5) Telaah desain awal prototipe pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Dalam telaah desain awal terhadap prototipe, peneliti dan guru mitra melihat, mengamati dan mengecek kesesuaian dan kelayakan prototipe desain awal pembelajaran matematika realistik berkonteks atap rumah adat Kudus (Joglo) untuk digunakan dalam proses pembelajaran. 2.
Tahap design experiment (pelaksanaan desain pembelajaran) Pada tahap ini tim peneliti melakukan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus di SD 1 Kaliputu dengan materi Luas Daerah trapesium. Adapun tahapan – tahapan pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Penggunaan konteks masalah realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dalam hal ini peneliti menggunakan rumah adat Kudus (Joglo) sebagai konteks masalah realistik. Atap rumah adat Kudus menanamkan konsep trapesium
Gambar 5.26 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik : rumah adat Kudus (Joglo) di SD 1 Kaliputu 2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif Pada tahap ini peneliti menggunakan alat peraga luas daerah trapesium dengan pendekatan luas daerah persegi panjang serta lembar kegiatan siswa (LKS) penemuan konsep luas daerah trapesium dengan pendekatan luas daerah persegi panjang. Model tersebut mengantarkan pada suatu bentuk representasi matematis dari suatu masalah nyata. Proses matematisasi
38
terhadap model nyata akan menghasilkan suatu model matematika yang mengarah kepada konstruksi konsep matematika formal.
Gambar 5.27 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Kaliputu . Model yang digunakan adalah alat peraga luas daerah trapesium dan LKS penemuan konsep luas daerah trapesium 3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Pada tahap ini siswa mengkonstruksi peraga yang diberikan dengan didampingi LKS untuk menemukan konsep luas daerah trapesium. Hasil kerja dan konstruksi siswa selanjutnya digunakan untuk landasan pengembangan konsep matematika.
Gambar 5.28 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa SD 1 Kaliputu 4) Pengembangan interaktivitas dan karakter Dari kegiatan ini terjadi interaksi sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan anggota kelompok yang lain. Interaksi sosial dalam pembelajaran ini berperan membentuk karakter siswa yang mau menghargai pendapat orang lain dan bersikap demokratis. Tuntutan mempresentasikan gagasan penemuan konsep luas daerah trapesium berkembang menjadi suatu bentuk kesadaran dan tanggung jawab dalam mengkomunikasikan gagasan kepada lingkungan. 39
Gambar 5.29 Pengembangan interaktivitas dan karakter siswa SD 1 Kaliputu 5) Pengaitan antar konsep matematika Dalam proses penemuan konsep luas daerah trapesium, beberapa konsep matematika yang saling terkait antara lain: konsep geometri, luas persegi panjang, dan operasi hitung perkalian. Proses matematisasi yang dikonstruksi oleh siswa melalui penggunaan model digambarkan dalam iceberg penemuan konsep luas daerah trapesium berikut. Tahapan Matematika Formal Pembuatan Pondasi pemahaman matematis. Siswa mengkonstruksi konsep dan melakukan interaksi sosial Penggunaan model untuk jembatan (penggunaan alat peraga&media yang sesuai) Orientasi lingkungan/ masalah realistik : rumah Joglo Gambar 5.30 Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Trapesium di SD 1 Kaliputu
40
3.
Tahap retrospective analysis (analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya) Peneliti dan guru melakukan analisis retrospektif dengan tujuan merefleksi dan menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksananakan dan membandingkan HLT dan desain pembelajaran yang telah dibuat dengan kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
Secara
keseluruhan proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Adapun Hasil dan temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) nilai rata – rata hasil belajar siswa 70,78 dengan krtiteria tuntas (KKM 70); 2) aktivitas belajar siswa dalam menemukan konsep luas daerah trapesium tergolong dalam kategori baik dengan rata – rata skor aktivitas belajar 3,13; 3) pengelolaan pembelajaran guru menggunakan model PMR berkonteks rumah adat Kudus pada materi luas daerah trapesium dalam kategori sangat baik dengan rata – rata skor 4,1; 4) respon siswa terhadap pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,3. Rata – rata siswa mengaku senang dengan pembelajaran matematika seperti ini, mereka mengaku lebih menarik karena ada kegiatan merubah bangun dan menempelnya di depan kelas, 5) respon guru terhadap proses pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,78. Guru merasa senang dan mendapatkan wawasan baru dengan proses pembelajaran matematika realistik berkonteks rumah adat Kudus.
5.5.5 Pengumpulan data di SD 1 Purworejo 1.
Tahap preparation for the experiment (persiapan penelitian) Beberapa hal yang telah dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Kajian literatur sekaligus diskusi dengan guru mitra yang berpengalaman terkait keunggulan lokal Kudus. Keunggulan lokal Kudus yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran matematika materi luas daerah persegi panjang adalah selendang dari pakaian adat Kudus (selendang toh watu). 2) Pembuatan perangkat pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus berdasarkan data – data keunggulan lokal Kudus, beberapa perangkat pembelajaran matematika yang dibuat antara lain: silabus, RPP,
41
Lembar Kegiatan Siswa, media pembelajaran, alat peraga dan bahan ajar berkonteks lokal Kudus. 3) Pendesainan model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dengan menggabungkan syntax pembelajaran matematika realistik dan data – data keunggulan lokal Kudus sebagai konteks masalah realistiknya. 4) Merencanakan kegiatan/aktivitas belajar siswa dan pengelolaan pembelajaran guru. Dari kegiatan – kegiatan ini kemudian dirumuskan lintasan belajar atau Hypothetical Learning Trajectory (HLT) terkait materi luas daerah persegi panjang dengan konteks selendang dari pakaian adat Kudus (selendang toh watu). Adapun HLT dalam pembelajaran matematika materi luas daerah trapesium dengan menggunakan model PMR berkonteks selendang dari pakaian adat Kudus (selendang toh watu) disajikan seperti pada tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3. HLT dalam Pembelajaran Luas Daerah Persegi Panjang Tujuan Kegiatan/aktivitas Dugaan/hipotesis Konsep Siswa mampu Melihat dan mengamati Siswa berpikir bahwa Pengetahuan menyebutkan selendang berdasarkan selendang berbentuk tentang bentuk – bangun yang ciri – cirinya berbentuk persegi panjang, bentuk bangun berbentuk persegi persegi panjang atau namun mungkin ada datar panjang dan bukan beberapa siswa yang bangun yang berpikir berbentuk bukan persegi bangun yang lain panjang Siswa mampu Melihat, mengamati Siswa mampu Unsur – unsur menyebutkan selendang yang menjawab benar, persegi panjang unsur – unsur berbentuk persegi namun mungkin juga persegi panjang panjang kemudian ada yang terbalik menentukan panjang dan dalam menentukan lebarnya panjang dan lebarnya Siswa mampu Memikirkan luas dari Siswa mampu Banyaknya kain memahami selendang ditunjukkan menjawab benar, yang dibutuhkan konsep luas dengan banyaknya kain namun mungkin juga untuk membuat daerah persegi yang dibutuhkan untuk ada yang tidak sesuai selendang panjang membuat selendang dalam menjawab merepresentasikan konsep luas daerah persegi panjang Siswa mampu Menghitung banyaknya Siswa mampu Banyaknya persegi menemukan persegi satuan yang ada menentukan luas satuan 42
konsep luas daerah persegi panjang dengan bantuan peraga
di dalam peraga luas daerah persegi panjang
Siswa mampu menyimpulkan konsep luas daerah persegi panjang berdasarkan kegiatan penemuan konsep yang dilakukan
Melakukan konstruksi pengetahuan matematis berdasarkan ciri/karakter dari beberapa peraga luas daerah persegi panjang untuk menyimpulkan ke tahapan matematika formal luas daerah persegi panjang
Siswa mampu memecahkan masalah/soal terkait luas daerah persegi panjang
Memecahkan masalah/soal dari LKS maupun soal tes terkait luas daerah persegi panjang
daerah persegi panjang dengan menghitung banyaknya persegi satuan yang ada di dalamnya Siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan dan menyimpulkan konsep rumus luas daerah persegi panjang berdasarkan kegiatan penemuan konsep yang dilakukan Siswa mampu memecahkan masalah/soal luas daerah persegi panjang berkonteks lokal Kudus
merepresentasikan konsep luas daerah persegi panjang
Luas daerah persegi panjang secara formal
Pemecahan masalah luas daerah persegi panjang
5) Telaah desain awal prototipe pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus. Dalam telaah desain awal terhadap prototipe, peneliti dan guru mitra melihat, mengamati dan mengecek kesesuaian dan kelayakan prototipe desain awal pembelajaran matematika realistik berkonteks selendang pakaian adat Kudus (selendang toh watu) untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
2.
Tahap design experiment (pelaksanaan desain pembelajaran) Pada tahap ini tim peneliti melakukan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus di SD 1 Purworejo dengan materi Luas daerah persegi panjang. Adapun tahapan – tahapan pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Penggunaan konteks masalah realistik berbasis keunggulan lokal Kudus, dalam hal ini peneliti menggunakan selendang pakaian adat Kudus (selendang toh watu) sebagai konteks masalah realistik.
43
Gambar 5.31 Pemberian motivasi dan orientasi masalah realistik : selendang pakaian adat Kudus (selendang toh watu) di SD 1 Purworejo 2) Penggunaan model untuk matematisasi progresif Pada tahap ini peneliti menggunakan boneka penari kretek, alat peraga luas daerah persegi panjang serta lembar kegiatan siswa (LKS) penemuan konsep luas daerah persegi panjang dan CD pembelajaran luas daerah persegi panjang. Model tersebut mengantarkan pada suatu bentuk representasi matematis dari suatu masalah nyata. Proses matematisasi terhadap model nyata akan menghasilkan suatu model matematika yang mengarah kepada konstruksi konsep matematika formal.
Gambar 5.32 Penggunaan model untuk matematisasi progresif di SD 1 Purworejo . 3) Pemanfaatan hasil konstruksi siswa Pada tahap ini siswa mengkonstruksi peraga yang diberikan dengan didampingi LKS dan CD untuk menemukan konsep luas daerah persegi panjang. Hasil
44
kerja
dan
konstruksi
siswa
selanjutnya
digunakan
untuk
landasan
pengembangan konsep matematika.
Gambar 5.33 Pemanfaatan hasil konstruksi siswa SD 1 Purworejo 4) Pengembangan interaktivitas dan karakter Dari kegiatan ini terjadi interaksi sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan anggota kelompok yang lain. Interaksi sosial dalam pembelajaran ini berperan membentuk karakter siswa yang mau menghargai pendapat orang lain dan bersikap demokratis. Tuntutan mempresentasikan gagasan penemuan konsep luas daerah persegi panjang berkembang menjadi suatu bentuk kesadaran dan tanggung jawab dalam mengkomunikasikan gagasan kepada lingkungan.
Gambar 5.34 Pengembangan interaktivitas dan karakter siswa SD 1 Purworejo 45
5) Pengaitan antar konsep matematika Dalam proses penemuan konsep luas daerah persegi panjang, beberapa konsep matematika yang saling terkait antara lain: konsep geometri, luas persegi panjang dan luas persegi, serta operasi hitung perkalian. Proses matematisasi yang dikonstruksi oleh siswa melalui penggunaan model digambarkan dalam iceberg penemuan konsep luas daerah persegi panjang berikut. Tahapan Matematika Formal
Pembuatan Pondasi pemahaman matematis. Siswa mengkonstruksi konsep dan melakukan interaksi sosial Penggunaan model untuk jembatan (penggunaan alat peraga&LKS)
Orientasi lingkungan/ masalah kontekstual
Gambar 35. Iceberg Penemuan Konsep Luas Daerah Persegi Panjang Di SD 1 Purworejo
3.
Tahap retrospective analysis (analisis data yang diperoleh dari tahap sebelumnya) Peneliti dan guru melakukan analisis retrospektif dengan tujuan merefleksi dan menganalisis proses pembelajaran yang telah dilaksananakan dan membandingkan HLT dan desain pembelajaran yang telah dibuat dengan kenyataan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
Secara
keseluruhan proses pembelajaran terlaksana dengan baik. Adapun Hasil dan temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) nilai rata – rata hasil belajar siswa 91,9 dengan krtiteria tuntas (KKM 70); 2) aktivitas belajar siswa dalam menemukan konsep luas daerah persegi panjang tergolong dalam kategori baik dengan rata – rata skor aktivitas belajar 3,48; 3) pengelolaan
46
pembelajaran guru menggunakan model PMR berkonteks pakaian adat Kudus pada materi luas daerah persegi panjang dalam kategori sangat baik dengan rata – rata skor 4,5; 4) respon siswa terhadap pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,2. Rata – rata siswa mengaku senang dengan pembelajaran matematika seperti ini, mereka mengaku lebih menarik karena ada kegiatan menghitung banyaknya persegi satuan di depan kelas, 5) respon guru terhadap proses pembelajaran juga sangat baik dengan rata – rata skor 4,8. Guru merasa senang dan mendapatkan wawasan baru dengan proses pembelajaran matematika realistik berkonteks selendang pakaian adat Kudus (selendang toh watu).
47
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
KESIMPULAN
1.
Diperoleh desain pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus
2.
Pelaksanaan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus berjalan dengan lancar, respon siswa dan guru baik. Selain itu proses pembelajaran dapat menumbuhkan kecintaan siswa terhadap budaya lokal Kudus.
3.
Model pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus efektif digunakan dalam pembelajaran matematika SD di kabupaten Kudus
7.2
SARAN Guru, dan peneliti pendidikan matematika SD di Indonesia hendaknya memaksimalkan keunggulan lokal daerah sebagai sumber dan media belajar matematika dalam rangka penanaman konsep yang lebih matang
48 48
DAFTAR PUSTAKA Asmani, J. 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Yogyakarta : DIVA Press. Charitas, dkk. 2012. Learning Multiplication Using Indonesian Traditional game in Third Grade. IndoMs – JME, 3(2), 115 – 132. Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam KTSP mata pelajaran matematika Sekolah Dasar/Madrasah Ibtiaiyah. Jakarta : Depdiknas. Freudenthal. 1991. Revisiting Mathematics Education. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher. Gravemeijer & Cobb. 2006. “Design Research from a Learning Perspective, dalam Educational Design Research. New York : Routledge Helsa, Y., & Hartono, Y. 2011. Designing Reflection and Symmetry Learning by Using Math Traditional Dance in Primary School. IndoMs – JME, 2(1), 79 – 94. Heruman. 2012. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hidayat, M. 2005. Teori Pembelajaran Matematika. Semarang: PPs UNNES. Ibrahim & Suparni. 2012. Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga. Kwang, T.S. 2002. An Investigative Approach to Mathematics Teaching and Learning. The Mathematics Educator, 6(2), 32-46. Maaβ, K. 2010. Classification Scheme for Modelling Task. J Math Didakt, 31(2), 285-311. Nasrullah & Zulkardi. 2011. Building counting by traditional game: A Mathematics Program for Young Children. IndoMs – JME, 2(1), 41 – 54. National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (konstatasi keadaan masa kini menuju harapan masa depan). Jakarta : Depdiknas. Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA, Universitas Pendidikan Indonesia. 49
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Dirjen Dikdasmen P3G Matematika The International Association for the Evaluation of Educational Achievement. 2011. Progress in Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). The International Association for the Evaluation of Educational Achievement Washington DC: Department of Education. Tersedia di http://timss.bc.edu/. Diunduh 17 Februari 2012. Wijaya. 2012. Pendidikan Matematika Realistik suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. Zulkardi & Ilma. 2010. Pengembangan Blog Support Untuk Membantu Siswa Dan Guru Matematika Indonesia Belajar Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jurnal Inovasi Perekayasa Pendidikan (JIPP), 2(1), 124.
50
LAMPIRAN 1 SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
LAMPIRAN 2 PROTOTIPE DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL KUDUS 1. SILABUS 2. RPP 3. LKS 4. ALAT PERAGA
62
Oleh EKA ZULIANA, M.Pd HENRY SURYO BINTORO, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2013 63
SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN KELAS SEMESTER TAHUN PELAJARAN
: SEKOLAH DASAR : MATEMATIKA :V :1 : 2013/2014
Standar Kompetensi : 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar (1)
3.1 Menghitung luas trapesium dan layanglayang
Indikator Teknik Pencapaian Kegiatan Pembelajaran Penilaian Kompetensi (2) (3) (4) (8) Luas 1. Mampu untuk Siswa diberi pengalaman belajar tentang a. Observasi Trapesium menemukan penemuan konsep luas trapesium dan layang aktivitas dan luas konsep rumus - layang melalui model Pendidikan siswa. laying luas trapesium Matematika Realistik Indonesia (PMRI) layang dan layang – b. Tugas tertulis berbasis Keunggulan Lokal Kudus. layang dengan (tugas pendekatan luas Kegiatan Pendahuluan kelompok dan persegi panjang 1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas dan segitiga. manfaat pembelajaran dalam kehidupan individu). sehari-hari, model pembelajaran yang 2. Kemampuan akan digunakan, serta memberikan c. Tes tertulis untuk motivasi kepada siswa. Berbentuk tes menghitung 2. Guru menggali pengetahuan prasyarat. uraian pada luas trapesium akhir dan layang pembelajaran Kegiatan Inti layang. di akhir Tahap 1 : penggunaan masalah realistik penelitian. berkonteks lokal Kudus. Materi
Alokasi Waktu (9) 2 x 35’
Sumber Belajar (10) Sumber belajar : 1. Keunggulan Lokal Kudus seperti rumah adat dan pakaian adat kudus serta permainan – permainan yang dikenal oleh siswa di Kab.Kudus. 2. Buku Matematika Kelas 5 SD
64
1. Siswa diajak menggali pengetahuan dengan masalah realistik tentang luas trapesium dan layang - layang. Tahap 2 :
penggunaan model sebagai jembatan antara real&abstrak dalam hal ini adalah alat peraga dan LKS. 1. Guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dalam kelompok. 2. Siswa berkelompok mendiskusikan penemuan konsep rumus luas trapesium dan layang - layang dengan panduan alat peraga dan LKS (Eksplorasi). 3. Siswa berkelompok mendiskusikan masalah kontekstual yang diberikan dalam LKS (Eksplorasi).
Media Pembelajaran : 1. Alat Peraga Manipulatif Luas trapesium dengan pendekatan persegi panjang dan segitiga 2. LKS luas trapesium dan layang – layang
pembuatan pondasi ke tahap matematika formal. Tahap 3:
melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah itu. Siswa
Tahap 4:
penarikan kesimpulan dalam hal ini telah sampai pada tahap matematika formal. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan (Konfirmasi).
65
Kegiatan Akhir 1. Penguatan kesimpulan 2. Siswa mendapatkan tugas terstruktur. 3. Evaluasi
1. 2.
Kegiatan Tindak Lanjut Pengayaan Remidial
Kudus, Mengetahui,
Peneliti
Kepala Sekolah……
NIP
NIP/NIS.
66
Oleh EKA ZULIANA, M.Pd HENRY SURYO BINTORO, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2013 67
SATUAN PENDIDIKAN TEMA KELAS TAHUN PELAJARAN
Standar Kompetensi I. PKN 4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
II. IPS 2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
Kompetensi Dasar PKn Mengenal keiklashan bangsa Indonesia seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtama han IPS Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah
Materi Pokok dan Uraian Materi
: SEKOLAH DASAR : PENDIDIKAN : III : 2013/2014
Kegiatan Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Kekayaan alam Indonesia Harga diri Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia
mengidentifikasi macam-macam upacara adat di tiap daerah
Mengidentifikasi macammacam upacara adat di tiap daerah
Jenis-jenis pekerjaan Semangat kerja Jual beli Uang Pengelolaan uang
menjelaskan perbedaan pasar tradisional dan pasar swalayan menjelaskan keuntungan dan kerugian jual beli di pasar tradisional menjelaskan keuntungan
Menjelaskan perbedaan pasar tradisional dan pasar swalayan Menjelaskan keuntungan dan kerugian jual beli di pasar tradisional Menjelaskan keuntungan
Penilaian Teknik Tes o Tes dan non tes Bentuk Tes o Lisan : o Keberanian menjawab dan menyampaika n pendapat o Ketepatan menjawab o Keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak pertanyaan o Tertulis :
Alokasi Waktu 2 X 35’
Sumber/ Bahan/ Alat o Budaya Lokal Kudus o CD Pembelajara n o Buku Pendidikan Kewargaane garaan o Buku IPS o Buku Matematika o Buku Bahasa Indonesia
68
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Matematika III. Matematika 5. Menghitung Menghitung keliling, luas luas persegi persegi dan dan persegi persegi panjang, panjang serta penggunaannya dalam pemecahan masalah
Bangun datar Persegi dan persegi panjang
V. Bahasa Indonesia Berbicara 6. Menguangkapk an pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan
Menanggapi cerita Menceritakan peristiwa Percakapan Menjawab pertanyaan
Bahasa Indonesia Menceritaka n perisitwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar
Kegiatan Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
dan kerugian jual beli di pasar swalayan
dan kerugian jual beli di pasar swalayan
menggambar luas persegi panjang menaksir luas daerah persegi panjang dengan menghitung petak satuan menemukan cara menghitung luas persegi panjang menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas persegi panjang menyatakan pendapat terhadap suatu pernyataan menjawab dan mengajukan pertanyaan dari kejadian
Menggambar luas persegi panjang Menaksir luas daerah persegi panjang dengan menghitung petak satuan Menemukan cara menghitung luas persegi panjang Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas persegi panjang
Penilaian o o o o
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Uraian Instrumen Tes LKS Lembar observasi
Menyatakan pendapat terhadap suatu pernyataan menjawab dan mengajukan pertanyaan dari kejadian
69
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok dan Uraian Materi
Kegiatan Belajar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/ Alat
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness) Kerja sama ( Cooperation ) Toleransi ( Tolerance ) Percaya diri ( Confidence ) Keberanian ( Bravery )
Kudus, Mengetahui,
Peneliti
Kepala Sekolah……
NIP
NIP/NIS.
70
Oleh EKA ZULIANA, M.Pd HENRY SURYO BINTORO, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2013
71
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Alokasi Waktu
: 2 x 35’
A. STANDAR KOMPETENSI 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang
C. INDIKATOR 1. Menemukan konsep rumus luas layang-layang. 2. Menghitung luas layang-layang.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa mampu menemukan konsep rumus luas layang-layang. 2. Siswa mampu menghitung luas layang-layang.
E. MATERI PEMBELAJARAN Luas layang-layang. Nilai dan karakter yang dikembangkan, meliputi : Nilai : 1. Rasa ingin tahu – (diaplikasikan dalam kegiatan eksplorasi). 2. Kemampuan bekerjasama - (diaplikasikan dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi). 3. Demokratis – (diaplikasikan dalam kegiatan elaborasi).
72
F. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN 1. Pendekatan pembelajaran
: student centered learning (pembelajaran berpusat pada siswa)
2. Metode pembelajaran
: Penemuan, diskusi, tanya jawab.
G. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran
: Pendidikan Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1) Menyiapkan kelas, alat, dan bahan pembelajaran. 2) Mempersiapkan dan mengkondisikan siswa untuk belajar. 3) Guru mengawali dengan salam dan motivasi untuk mempelajari materi yang akan diberikan 4) Motivasi : Untuk membangkitkan motivasi belajar: -
siswa diingatkan tentang kebermaknaan materi dalam kehidupan sehari – hari misalkan: rumah adat kudus, pakaian adat kudus yang berbentuk bangun datar dan permainan layang-layang.
-
siswa diajak bernyayi tentang lagu layang-layang.
5) Apersepsi : Apersepsi dilakukan dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan prasyarat. -
Dilakukan tanya jawab tentang unsur-unsur layang-layang dengan menggunakan alat peraga.
6) Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran
dan
manfaat
materi
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari siswa.
73
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil satu kelompok terdiri atas 3-4 siswa. 2. Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kepada masingmasing kelompok. Tahap 1 : orientasi masalah realistik. 1.
Siswa diajak menggali pengetahuan dengan masalah realistik terkait luas layang – layang. a. Guru mengingatkan siswa tentang bentuk-bentuk bangun datar Rumah adat Kudus menanamkan banyak konsep tentang geometri bangun datar, salah satunya atap rumah adat kudus yang berbentuk trapesium.
Gambar 1. rumah adat Kudus b. Guru mengingatkan siswa tentang model layang-layang yang ada di lingkungan sekitar mereka.
Gambar 2. Layang-layang 2.
Siswa diberikan masalah realistik tentang bagaimana membuat layang-layang dan berapa banyak bahan (kertas) yang dibutuhkan jika dipunyai buluh dengan panjang masing-masing 20 cm dan 40 cm.
3.
Siswa diberikan penjelasan untuk dapat menyelesaikan masalah terlebih dahulu harus ditemukan konsep rumus luas layang-layang.
Tahap 2 : penggunaan model sebagai jembatan antara real&abstrak dalam hal ini menggunakan alat peraga dan LKS.
74
4.
Siswa berkelompok mendiskusikan masalah yang diberikan di dalam kelompok, masalah yang didiskusikan : -
penemuan konsep luas layang-layang
-
dan masalah realistik yang diberikan di dalam LKS.
Proses
penemuan konsep luas layang-layang dipandu dengan
menggunakan alat peraga luas layang-layang serta LKS.
Kegiatan Eksplorasi 5.
Guru mengajak siswa untuk menggali informasi yang sesuai tentang apa yang diketahui dan apa yang dicari/ditanyakan. Pada tahap ini masing-masing siswa memahami masalah (nilai rasa ingin tahu).
6.
Setiap siswa dalam kelompok secara perorangan aktif terlibat dalam proses penemuan konsep rumus luas layang-layang termasuk dalam proses pemodelan dan konstruksi alat peraga layang-layang. Pada tahap ini siswa merencanakan pemecahan masalah.
7.
Guru memberikan bimbingan secara individual maupun kelompok.
Kegiatan Elaborasi 8.
Siswa berdiskusi untuk menentukan konstruksi yang benar dari masing-masing pendapat anggota kelompok. Pada tahap ini siswa membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang benar (nilai demokratis).
9.
Guru memfasilitasi kegiatan elaborasi siswa.
10. Siswa berdiskusi dalam memeriksa kembali hasil serta menyimpulkan jawaban (nilai demokratis). 11. Siswa mempresentasikan penyelesaian masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil karya (nilai demokratis). 12. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi (penemuan konsep rumus luas layang-layang serta penyelesaian masalah realistik), sedangkan kelompok lain menanggapi (nilai demokratis). 13. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mampu menyelesaikan tugas dengan baik, cepat dan tepat.
75
Kegiatan Konfirmasi Tahap 3 : pembuatan pondasi ke tahap matematika formal. 14. Siswa melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah itu. 15. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Tahap 4 : penarikan kesimpulan dalam hal ini telah sampai pada tahap matematika formal. 16. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan tentang konsep rumus luas layang-layang dan solusi dari masalah realistik yang diberikan di LKS .
17. Guru memberikan tugas individu kepada siswa 18. Guru menyampaikan topik materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan Tindak Lanjut 1.
Guru memberikan evaluasi terhadap proses pembelajaran.
2.
Guru memberikan soal perbaikan bagi siswa yang nilainya kurang dari 60 (terlampir). Untuk anak yang nilainya kurang, harus meningkatkan belajarnya.
3.
Guru memberikan soal pengayaan bagi siswa yang nilainya lebih dari 60 (terlampir), dan memotivasi untuk mempertahankannya dengan belajar lebih giat.
I.
SUMBER BELAJAR 1. Sumber Belajar -
:
Keunggulan Lokal Kudus seperti rumah adat
dan pakaian adat
kudus serta permainan – permainan yang dikenal oleh siswa di Kab.Kudus. -
Buku Matematika Kelas 5 SD.
76
2. Media Pembelajaran : a. Alat Peraga Luas Layang-layang. b. Lembar Kegiatan Siswa materi Luas layang-layang.
J.
PENILAIAN 1.
Aspek Penilaian
:
a. Aktivitas siswa. b. Kemampuan kognitif siswa khususnya pada aspek kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2.
Teknik Penilaian
:
a. Observasi. b. Tugas tertulis meliputi tugas kelompok dan tugas individu. c. Tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. 3.
Proses Penilaian
:
a. Aktivitas siswa dinilai menggunakan lembar observasi aktivitas siswa b. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diukur melalui: i.
Tugas kelompok : memecahkan masalah yang ada pada LKS
ii. Tes tertulis : menyelesaikan masalah yang ada pada soal tes yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. 4.
5.
Bentuk instrumen : a.
Lembar observasi.
b.
Tes tertulis berbentuk uraian.
Contoh soal tes: Soal : 1.
Pak Arman adalah seorang pembuat layanglayang. Layang-layang yang akan dibuat seperti pada gambar di samping. Berapa cm2 kertas yang dibutuhkan Pak
d1 = 15 cm d2 = 30 cm
Arman untuk membuat layang-layang tersebut?
77
Skor
Penyelesaian Diketahui : Layang – layang dengan d1 = 15 cm dan d2 = 30 cm. Ditanya
1
:
banyaknya kertas yang dibutuhkan untuk membuat layanglayang (dalam
1
)
Penyelesaian : a. banyaknya kertas yang dibutuhkan
luas daerah layang-
1
layang dengan d1 = 15 cm dan d2 = 30 cm. Maka banyaknya kertas
luas daerah layang-layang 3
225 Jadi banyaknya kertas yang dibutuhkan adalah
2
Skor maksimum
8
Mengetahui, Kepala Sekolah……
NIP
Kudus, Peneliti
NIP/NIS.
78
Oleh EKA ZULIANA, M.Pd HENRY SURYO BINTORO, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2013
79
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: V/1
Alokasi Waktu
: 2 x 35’
A. STANDAR KOMPETENSI 3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR 3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang
C. INDIKATOR 1. Menemukan konsep rumus luas trapesium dan layang-layang. 2. Menghitung luas trapesium dan layang-layang.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa mampu menemukan konsep rumus luas trapesium. 2. Siswa mampu menghitung luas trapesium.
E. MATERI PEMBELAJARAN Luas trapesium. Nilai dan karakter yang dikembangkan, meliputi : Nilai : 1. Rasa ingin tahu – (diaplikasikan dalam kegiatan eksplorasi). 2. Kemampuan bekerjasama - (diaplikasikan dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi). 3. Demokratis – (diaplikasikan dalam kegiatan elaborasi).
80
F. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN 1. Pendekatan pembelajaran
: student centered learning (pembelajaran berpusat pada siswa)
2.
Metode pembelajaran
: Penemuan, diskusi, tanya jawab.
G. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran
: Pendidikan Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1) Menyiapkan kelas, alat, dan bahan pembelajaran. 2) Mempersiapkan dan mengkondisikan siswa untuk belajar. 3) Guru mengawali dengan salam dan motivasi untuk mempelajari materi yang akan diberikan Motivasi : Untuk membangkitkan motivasi belajar: -
siswa diingatkan tentang kebermaknaan materi dalam kehidupan sehari – hari misalkan: atap rumah adat kudus yang berbentuk trapesium.
Apersepsi : Apersepsi dilakukan dengan tanya jawab untuk menggali pengetahuan prasyarat. -
Dilakukan tanya jawab tentang unsur-unsur trapesium dengan menggunakan alat peraga.
4) Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran
dan
manfaat
materi
pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari siswa.
1.
Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil satu kelompok terdiri atas 3-4 siswa.
81
2.
Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kepada masingmasing kelompok. Tahap 1 : orientasi masalah realistik.
3.
Siswa diajak menggali pengetahuan dengan masalah realistik terkait luas trapesium. Guru mengingatkan siswa tentang model trapesium Rumah adat Kudus menanamkan banyak konsep tentang geometri bangun datar dan bangun ruang, salah satunya atap rumah adat kudus yang berbentuk trapesium
Gambar 1. rumah adat Kudus 4.
Siswa diberikan masalah realistik tentang bagaimana menghitung luas atap rumah adat Kudus yang berbentuk trapesium.
5.
Siswa diberikan penjelasan untuk dapat menyelesaikan masalah terlebih dahulu harus ditemukan konsep rumus luas trapesium. Tahap 2 : penggunaan model sebagai jembatan antara real&abstrak dalam hal ini menggunakan alat peraga dan LKS.
6.
Siswa berkelompok mendiskusikan masalah yang diberikan di dalam kelompok, masalah yang di diskusikan : -
penemuan konsep luas trapesium.
-
dan masalah realistik yang diberikan di dalam LKS.
Proses penemuan konsep luas trapesium dipandu dengan menggunakan alat peraga luas trapesium dan LKS.
Kegiatan Eksplorasi 7.
Guru mengajak siswa untuk menggali informasi yang sesuai tentang apa yang diketahui dan apa yang dicari/ditanyakan. Pada tahap ini masing-masing siswa memahami masalah (nilai rasa ingin tahu).
82
8.
Setiap siswa dalam kelompok secara perorangan aktif terlibat dalam proses penemuan konsep rumus luas trapesium termasuk dalam proses pemodelan dan konstruksi alat peraga trapesium. Pada tahap ini siswa merencanakan pemecahan masalah.
9.
Guru memberikan bimbingan secara individual maupun kelompok.
Kegiatan Elaborasi 10.
Siswa berdiskusi untuk menentukan konstruksi yang benar dari masingmasing pendapat
anggota
kelompok.
Pada
tahap
ini
siswa
membandingkan dan mendiskusikan jawaban yang benar (nilai demokratis). 11.
Guru memfasilitasi kegiatan elaborasi siswa.
12.
Siswa berdiskusi dalam memeriksa kembali hasil serta menyimpulkan jawaban (nilai demokratis).
13.
Siswa mempresentasikan penyelesaian masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil karya (nilai demokratis).
14.
Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi (penemuan konsep rumus luas trapesium dan layang-layang serta penyelesaian masalah realistik), sedangkan kelompok lain menanggapi (nilai demokratis).
15.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mampu menyelesaikan tugas dengan baik, cepat dan tepat.
Kegiatan Konfirmasi Tahap 3 : pembuatan pondasi ke tahap matematika formal. 16.
Siswa melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah itu.
17.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Tahap 4 : penarikan kesimpulan dalam hal ini telah sampai pada tahap matematika formal.
83
18.
Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan tentang konsep rumus luas trapesium dan solusi dari masalah realistik yang diberikan di LKS .
19. Guru memberikan tugas individu kepada siswa 20. Guru menyampaikan topik materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
Kegiatan Tindak Lanjut 1.
Guru memberikan evaluasi terhadap proses pembelajaran.
2.
Guru memberikan soal perbaikan bagi siswa yang nilainya kurang dari 60 (terlampir). Untuk anak yang nilainya kurang, harus meningkatkan belajarnya.
3.
Guru memberikan soal pengayaan bagi siswa yang nilainya lebih dari 60 (terlampir), dan memotivasi untuk mempertahankannya dengan belajar lebih giat.
I.
SUMBER BELAJAR 1.
Sumber Belajar -
:
Keunggulan Lokal Kudus seperti rumah adat
dan pakaian adat
kudus serta permainan – permainan yang dikenal oleh siswa di Kab.Kudus. -
2.
J.
Buku Matematika Kelas 5 SD.
Media Pembelajaran : a.
Alat Peraga Luas Trapesium.
b.
Lembar Kegiatan Siswa materi Luas Trapesium.
PENILAIAN 1.
Aspek Penilaian : a. Aktivitas siswa.
84
b. Kemampuan kognitif siswa khususnya pada aspek kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2.
Teknik Penilaian
:
a. Observasi. b. Tugas tertulis meliputi tugas kelompok dan tugas individu. c. Tes tertulis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. 3.
Proses Penilaian : a. Aktivitas siswa dinilai menggunakan lembar observasi aktivitas siswa b. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diukur melalui: i.
Tugas kelompok : memecahkan masalah yang ada pada LKS
ii. Tes tertulis : menyelesaikan masalah yang ada pada soal tes yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. 4.
Bentuk instrumen : a.
Lembar observasi.
b.
Tes tertulis berbentuk uraian.
5. Contoh soal tes: Soal : 1.
Pak Karyo membangun bagian atap rumah dengan menggunakan konsep rumah adat Kudus seperti pada gambar di bawah. Tentukan luas atap rumah yang dibangun Pak Karyo. 4m 3m 6m 2m
10 m
85
Penyelesaian
Skor
Diketahui : Atap rumah berbentuk trapesium dengan : Bagian atas memiliki : sisi sejajar 4 m dan 6 m tinggi 3 m
1
Bagian bawah memiliki : sisi sejajar 6 m dan 10 m tinggi 2 m Ditanya
:
Luas atap (dalam
1
)
Penyelesaian : b. Luas atap rumah = L atap bagian atas + L atap bagian bawah Maka L atap rumah
2
L trapesium atas + L trapesium bawah
4 15 + 16
Jadi luas atap rumah yang dibangun Pak Karyo adalah
2
Skor maksimum
10 Kudus,
Mengetahui,
Peneliti
Kepala Sekolah……
NIP
NIP/NIS.
86
Oleh EKA ZULIANA, M.Pd HENRY SURYO BINTORO, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2013
87
Satuan Pendidikan
: Sekolah Dasar
Tema
: Pendidikan
Kelas
: III
Alokasi Waktu
: 2 x 35’
A. STANDAR KOMPETENSI PKn: 4. Memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia Ilmu Pengetahuan Sosial: 2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang Matematika 5. Menghitung
keliling,
luas
persegi
dan
persegi
panjang,
serta
penggunaannya dalam pemecahan masalah Bahasa Indonesia: Berbicara 6. Menguangkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan
B. KOMPETENSI DASAR PKn Mengenal keiklashan bangsa Indonesia seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan IPS Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah Matematika Menghitung luas persegi dan persegi panjang Bahasa Indonesia Menceritakan perisitwa yang pernah dialami, dilihat, atau didengar
88
C. INDIKATOR PKn: Mengidentifikasi macam-macam upacara adat di tiap daerah IPS: Menjelaskan perbedaan pasar tradisional dan pasar swalayan Menjelaskan keuntungan dan kerugian jual beli di pasar tradisional Menjelaskan keuntungan dan kerugian jual beli di pasar swalayan Menjelaskan pola barter. Matematika: Menggambar luas persegi Menggambar luas persegi panjang Menaksir luas daerah persegi dan persegi panjang dengan menghitung petak satuan Menemukan cara menghitung luas persegi Menemukan cara menghitung luas persegi panjang Menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas persegi dan persegi panjang Bahasa Indonesia: Menyatakan pendapat terhadap suatu pernyataan Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari kejadian
D. TUJUAN PEMBELAJARAN PKn: Siswa mampu mengidentifikasi macam-macam upacara adat di tiap daerah IPS: Siswa mampu menjelaskan perbedaan pasar tradisional dan pasar swalayan Siswa mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian jual beli di pasar tradisional Siswa mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian jual beli di pasar swalayan Siswa mampu mnjelaskan pola barter.
89
Matematika: Siswa mampu menggambar luas persegi panjang Siswa mampu menaksir luas daerah persegi panjang dengan menghitung petak satuan Siswa mampu menemukan cara menghitung luas persegi panjang Siswa mampu menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan luas persegi panjang Bahasa Indonesia: Siswa mampu menyatakan pendapat terhadap suatu pernyataan Siswa mampu menjawab dan mengajukan pertanyaan dari kejadian
E. MATERI PEMBELAJARAN 1. Kekayaan Alam Indonesia (PKn) 2. Jual Beli (IPS). 3. Luas daerah persegi panjang (Matematika) 4. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan pengalaman secara lisan (Bahasa Indonesia). Nilai dan karakter yang dikembangkan, meliputi : Nilai : 4. Rasa ingin tahu – (diaplikasikan dalam kegiatan eksplorasi) 5. Demokratis,
menghargai
dan
mendengarkan
pendapat
teman
–
(diaplikasikan dalam kegiatan elaborasi) 6. Disiplin ( Discipline ) 7. Tekun ( diligence ) 8. Tanggung jawab ( responsibility ) 9. Ketelitian ( carefulness) 10. Kerja sama ( Cooperation ) 11. Toleransi ( Tolerance ) 12. Percaya diri ( Confidence ) 13. Keberanian ( Bravery )
90
F. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN Pendekatan
: Student Centered Learning (Pembelajaran berpusat pada
siswa). Metode
: Diskusi, tanya jawab dan nyanyian.
Model
: Pembelajaran tematik dan realistik
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Awal (5 menit) 1) Guru menyiapkan kelas, alat, dan bahan pembelajaran. 2) Guru mempersiapkan dan mengkondisikan siswa untuk belajar. 3) Guru mengawali dengan salam dan motivasi untuk mempelajari materi yang akan diberikan Motivasi : Untuk membangkitkan motivasi belajar, siswa diajak bermain dengan menggunakan boneka keunggulan lokal Kudus. Apersepsi : guru bertanya kepada beberapa siswa terkait keunggulan lokal Kudus: tari dan pakaian adat Kudus.
2. Kegiatan Inti (25 menit) Kegiatan Eksplorasi 1) Guru mengajak siswa menggali informasi terhadap penjelasan dari media
yang digunakan:
CD Pembelajaran
dan boneka
yang
mengenakan pakaian adat(nilai rasa ingin tahu). 2) Guru mengajak siswa melihat tayangan CD pembelajaran terkait materi pasar dan tarian adat Kudus : tari kretek (nilai disiplin dan ketelitian) 3) Guru juga mengajak siswa bermain menggunakan boneka yang merepresentasikan pakaian adat Kudus kegiatan ini mengarahkan siswa kepada penemuan konsep dari materi. 4) Siswa memperhatikan penjelasan guru.
91
5) Siswa
diminta
menemukan
dan
menjawab
pertanyaan
serta
mengidentifikasi masalah yang diberikan oleh guru terkait tayangan CD dan pakaian adat yang dikenakan oleh boneka (nilai rasa ingin tahu). Kegiatan Elaborasi Guru membagi siswa ke dalam kelompok – kelompok kecil Guru memberikan LKS penemuan konsep Guru mengajak siswa menemukan konsep pasar tradisional, modern, adat dan budaya kudus, serta luas daerah persegi panjang dari berbagai media yang diberikan (nilai tanggung awab, percaya diri dan keberanian) Siswa diminta untuk mendiskusikan masalah yang diberikan (nilai demokratis, toleransi dan kerjasama). Kegiatan Konfirmasi Siswa diminta menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilalui. 3. Kegiatan Penutup (5 menit) 1)
Siswa melakukan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan
2)
Siswa diberikan tes (terlampir).
3)
Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan giat.
3. SUMBER BELAJAR 1) Media Pembelajaran
: Boneka yang mengenakan pakaian adat
Kudus, CD Pembelajaran yang merepresentasikan keunggulan lokal Kudus. 2) Sumber Belajar
:
a.
Lingkungan sekitar dan keunggulan lokal Kudus.
b.
Sutisna, A dan Sundusiah, S. 2006. Asyiknya Belajar Secara Tematik untuk SD. Bandung : PT Sarana Panca Karya Nusa.
4. PENILAIAN 1. Aspek Penilaian
:
a. Aktivitas siswa. b. Kemampuan kognitif siswa. 2. Proses Penilaian
:
92
a. Aktivitas siswa dinilai menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. b. Kemampuan kognitif siswa diukur melalui: Tes tertulis yang diberikan pada akhir pembelajaran. 3. Bentuk instrumen : a. Lembar
observasi, poin-poin indikator aktivitas siswa terlampir di
dalam lembar observasi aktivitas siswa. b. Tes tertulis terlampir.
Kudus, Mengetahui,
Peneliti
Kepala Sekolah……
NIP
NIP/NIS.
93
94
95
96
97
SD / MI KELAS III Tujuan
: Siswa dapat menemukan konsep luas daerah persegi panjang
Prasyarat :
l p
Apa nama bangun di samping? p merupakan …………………… l merupakan ……………………
Bangun di samping merupakan ….. Bangun di samping memiliki luas : 1 satuan luas
Gambar di samping menunjukkan kegiatan tari …… Dari pakaian adat yang dikenakan oleh penari, bagian apa yang berbentuk persegi panjang? Ini merupakan gambar ………………………. Yang dikenakan oleh penari. Mari kita cari luasnya! Isilah tabel di bawah ini! Persegi panjang
Panjang (p)
Lebar (l)
Luas
pxl
l p Jika Persegi Panjang memiliki
SIMPULAN :
l
Panjang (p), Lebar (l) Dan Luas (L), Maka L =
p 98
ALAT PERAGA
99
LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PENELITIAN 1.
SOAL TES
2.
LEMBAR OBSERVASI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
3.
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
4.
ANGKET RESPON GURU
5.
ANGKET RESPON SISWA
100
Mata Pelajaran
: Matematika
Materi
: Luas Trapesium dan Layang - layang
Kelas/Semester
: V/I
Petunjuk umum : 1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas dan nomor absen pada lembar penyelesaian yang telah disediakan. 2. Periksa dan bacalah semua soal dengan teliti sebelum anda menyelesaikan soal. 3. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada guru. Petunjuk khusus : Selesaikanlah soal di bawah ini dengan jelas dan tepat! 1.
Trapesium ABCD memiliki sisi sejajar dengan ukuran panjang 2 cm dan 3 cm, serta tinggi 1 cm. Hitunglah luas trapesium tersebut!
2.
2 cm 1 cm 3 cm
Sebuah layang – layang memiliki diagonal dengan ukuran panjang diagonal tegak 10 cm dan diagonal mendatar 20 cm. hitunglah luas layang – layang tersebut!
3.
Pak Arman adalah seorang pembuat layanglayang. Layang-layang yang akan dibuat seperti
d1 = 15 cm
pada gambar di samping. Berapa cm2 kertas yang dibutuhkan Pak
d2 = 30 cm
Arman untuk membuat layang-layang tersebut? 4.
Pak Karyo membangun bagian atap rumah dengan menggunakan konsep rumah adat Kudus seperti pada gambar di bawah. Tentukan luas atap rumah yang dibangun Pak Karyo. 4m 3m 6m 2m
10 m
101
Materi
: Luas Persegi Panjang
Kelas
: III
Petunjuk umum : 4. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas dan nomor absen pada lembar penyelesaian yang telah disediakan. 5. Periksa dan bacalah semua soal dengan teliti sebelum anda menyelesaikan soal. 6. Periksalah pekerjaan anda sebelum diserahkan kepada guru. Petunjuk khusus : Selesaikanlah soal di bawah ini dengan jelas dan tepat! 5.
Hitunglah luas persegi panjang berikut! 2 cm
5 cm
6.
Hitunglah luas persegi panjang tersebut! 4 cm
1 cm
7.
Perhatikan gambar di bawah, hitunglah banyaknya persegi yang ada di dalam persegi panjang tersebut.
8.
Jika selendang penari tari kretek berbentuk persegi panjang dengan panjang 60 cm dan lebar 10 cm maka luas selendang tersebut adalah ….
102
LEMBAR OBSERVASI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
Hari/Tanggal Nama Peneliti Kelas Materi
: : : :
Petunjuk Mohon Bapak/Ibu memberi skor pada tiap komponen pengelolaan pembelajaran Guru dengan cara menuliskan angka pada kolom skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria PENSKORAN berikut : 1 : Berarti “tidak baik” 2 : Berarti “kurang baik” 3 : Berarti “cukup baik” 4 : Berarti “baik” 5 : Berarti “sangat baik” Skor No
Aspek yang diamati 1
1
2
3
4
Pendahuluan a. Menyiapkan peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. b. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan uraian singkat mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. c. Apersepsi dengan mengaktifkan peserta didik untuk menjawab pertanyaan peneliti. d. Memberi motivasi kepada peserta didik.
2
Kegiatan Inti Tahap 1 Orientasi Masalah a. Mengorientasikan peserta didik kepada masalah kontekstual. (terutama terkait budaya lokal kudus, seperti pakaian adat kudus, rumah adat kudus, makanan khas Kudus, dll.) b. Menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Tahap
2
penggunaan
model
sebagai
jembatan
antara
real&abstrak dalam hal ini menggunakan alat peraga dan LKS. c. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dalam kelompok.
103
5
d. Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, membimbing dalam melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. e. Membimbing kelompok yang melakukan presentasi hasil belajar f. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang mampu menyelesaikan tugas dengan baik, cepat dan tepat. Tahap 3 pembuatan pondasi ke tahap matematika formal. g. Mengorganisasikan siswa dalam melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah itu. h. Membimbing dan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Tahap 4 penarikan kesimpulan dalam hal ini telah sampai pada tahap matematika formal. i. Membimbing siswa membuat kesimpulan tentang konsep rumus pada materi matematika dan solusi dari masalah realistik yang diberikan di LKS j. Mengadakan tes tulis untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. 3
4 5
Kegiatan Penutup k. Peserta didik dengan bimbingan guru membuat kesimpulan l. Peserta didik aktif mencatat tugas terstruktur mandiri m. Peneliti menyampaikan topik materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya Pengelolaan waktu Suasana kelas n. Antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran o. Antusiasme peneliti dalam memberikan pembelajaran Kudus,
September 2013 Pengamat
(……………………………..) NIP.
104
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK Sekolah
:
Kelas /Semester :
Materi
:
Pertemuan ke :
Waktu
:
Nama Observer :
I. Kegiatan Pendahuluan. 1. Emotional Activities : Kesiapan, antusiasme dan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. No 1.
Aktivitas Siswa tidak siap, tidak antusias dan tidak bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Skor 1
2.
Siswa kurang siap, kurang antusias dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
2
3. 4.
Siswa cukup siap, cukup antusias dan cukup bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa siap, antusias dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
3 4
5.
Siswa sangat siap, sangat antusias dan sangat bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
5
2. Oral Activities : Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan prasyarat. No
Aktivitas
Skor
1.
0-1 kali menjawab.
1
2.
2 kali menjawab.
2
105
3. 4.
3 kali menjawab. 4 kali menjawab.
3 4
5.
5 kali menjawab.
5
3. Visual Activities : Kemampuan siswa memperhatikan penjelasan guru berkaitan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai serta penjelasan guru mengenai cakupan materi. No 1.
Aktivitas
Skor 1
Tidak memperhatikan dengan serius.
2. 3.
Kurang memperhatikan dengan serius. Cukup serius memperhatikan.
2 3
4. Memperhatikan dengan serius. 5. Memperhatikan dengan sangat serius. II. Kegiatan Inti.
4 5
A. Tahap Pemahaman Konteks Masalah Realistik. 4. Visual Activities : Kemampuan siswa dalam memahami masalah realistik (terkait budaya lokal kudus, seperti pakaian adat kudus, rumah adat kudus, makanan khas Kudus, dll.) No
Aktivitas
Skor
1.
Tidak mampu memahami dan membayangkan masalah realistik yang dikaji.
1
2.
Kurang mampu memahami dan membayangkan masalah realistik yang dikaji.
2
3.
Cukup mampu memahami dan membayangkan masalah realistik yang dikaji.
3
4. 5.
Mampu memahami dan membayangkan masalah realistik yang dikaji. Sangat mampu memahami dan membayangkan masalah realistik yang dikaji.
4 5
106
5. Mental Activities : Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi fakta atau informasi yang diberikan (apa yang diketahui), apa yang ditanyakan dan apa yang harus dibuktikan. No Aktivitas Skor 1. Tidak mampu mengidentifikasi fakta atau informasi yang diberikan (apa yang diketahui), apa yang ditanyakan dan apa 1 yang harus dibuktikan. 2. Kurang mampu mengidentifikasi fakta atau informasi yang diberikan (apa yang diketahui), apa yang ditanyakan dan apa 2 yang harus dibuktikan. 3. 4. 5.
Cukup mampu mengidentifikasi fakta atau informasi yang diberikan (apa yang diketahui), apa yang ditanyakan dan apa yang harus dibuktikan. Mampu mengidentifikasi fakta atau informasi yang diberikan (apa yang diketahui), apa yang ditanyakan dan apa yang harus dibuktikan. Sangat mampu mengidentifikasi fakta atau informasi yang diberikan (apa yang diketahui), apa yang ditanyakan dan apa yang harus dibuktikan.
3 4 5
6. Motor Activities : Kemampuan siswa dalam melakukan percobaan. No 1. 2. 3. 4. 5.
Aktivitas Tidak mampu melakukan percobaan sama sekali. Mampu melakukan percobaan tetapi tidak lengkap. Mampu melakukan percobaan dengan lengkap tetapi tidak semua benar. Mampu melakukan percobaan dengan lengkap tetapi tidak tepat waktu. Mampu melakukan percobaan dengan lengkap, benar dan tepat waktu.
Skor 1 2 3 4 5
B. Tahap penggunaan model sebagai jembatan antara real&abstrak dalam hal ini menggunakan alat peraga dan LKS. 7. Oral & Mental Activities : Kemampuan siswa menyusun argumen, merumuskan definisi, memanipulasi matematika dalam membuat generalisasi.
107
No 1. 2. 3. 4. 5.
Aktivitas Tidak mampu menyusun argumen, merumuskan definisi, memanipulasi matematika dalam membuat generalisasi. Kurang mampu menyusun argumen, merumuskan definisi, memanipulasi matematika dalam membuat generalisasi. Cukup mampu menyusun argumen, merumuskan definisi, memanipulasi matematika dalam membuat generalisasi. Mampu menyusun argumen, merumuskan definisi, memanipulasi matematika dalam membuat generalisasi. Sangat mampu menyusun argumen, merumuskan definisi, memanipulasi matematika dalam membuat generalisasi.
Skor 1 2 3 4 5
8. Mental, drawing & writing Activities : Kemampuan siswa menghubungkan masalah yang diberikan, menjelaskan gagasan dan pernyataan, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ke dalam ide matematika. No Aktivitas Skor 1.
Tidak mampu menghubungkan masalah yang diberikan, menjelaskan gagasan dan pernyataan, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ke dalam ide matematika.
1
2.
Kurang mampu menghubungkan masalah yang diberikan, menjelaskan gagasan dan pernyataan, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ke dalam ide matematika.
2
3.
Cukup mampu menghubungkan masalah yang diberikan, menjelaskan gagasan dan pernyataan, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ke dalam ide matematika.
3
4.
Mampu menghubungkan masalah yang diberikan, menjelaskan gagasan dan pernyataan, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ke dalam ide matematika.
4
5.
Sangat mampu menghubungkan masalah yang diberikan, menjelaskan gagasan dan pernyataan, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ke dalam ide matematika.
5
108
9. Listening & Mental Activities : Kemampuan siswa dalam berdiskusi/kerja kelompok, setiap siswa secara individu aktif terlibat dalam proses pemecahan masalah. No Aktivitas Skor 1. 2.
Tidak mampu berdiskusi/kerja kelompok serta tidak aktif terlibat dalam proses pemecahan masalah . Kurang mampu berdiskusi/kerja kelompok serta kurang aktif terlibat dalam proses pemecahan masalah.
1 2
3.
Cukup mampu berdiskusi/kerja kelompok serta cukup aktif terlibat dalam proses pemecahan masalah.
3
4.
Mampu berdiskusi/kerja kelompok serta aktif terlibat dalam proses pemecahan masalah.
4
5.
Sangat mampu berdiskusi/kerja kelompok serta sangat aktif terlibat dalam proses pemecahan masalah.
5
10. Oral Activities : Kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru dan anggota di kelompoknya. No Aktivitas 1. 0-1 kali bertanya. 2. 2 kali bertanya. 3. 3 kali bertanya. 4. 4 kali bertanya. 5. 5 kali bertanya.
Skor 1 2 3 4 5
11. Writing & Mental Activities : Kemampuan siswa dalam menyusun bukti dan model matematika. No
Aktivitas
Skor
1. 2.
Tidak mampu menyusun bukti dan model matematika. Kurang mampu menyusun bukti dan model matematika.
1 2
3.
Cukup mampu menyusun bukti dan model matematika.
3
4. 5.
Mampu menyusun bukti dan model matematika. Sangat mampu menyusun bukti dan model matematika.
4 5
109
12. Mental Activities : Kemampuan siswa dalam melakukan perhitungan sesuai rencana. No
C.
Aktivitas
Skor
1.
Tidak mampu melakukan perhitungan sesuai rencana.
1
2. 3.
Kurang mampu melakukan perhitungan sesuai rencana. Cukup mampu melakukan perhitungan sesuai rencana.
2 3
4.
Mampu melakukan perhitungan sesuai rencana.
4
5. Sangat mampu melakukan perhitungan sesuai rencana. Tahap pembuatan pondasi ke tahap matematika formal.
5
13. Mental Activities : Kemampuan siswa mengecek kembali hasil dan menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. No
Aktivitas
Skor
1. 2.
Tidak mampu mengecek kembali hasil dan menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. Kurang mampu mengecek kembali hasil dan menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
1 2
3. 4.
Cukup mampu mengecek kembali hasil dan menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. Mampu mengecek kembali hasil dan menginterpretasikan jawaban yang diperoleh.
3 4
5. Sangat mampu mengecek kembali hasil dan menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. 5 14. Oral & Mental Activities : Kemampuan siswa dalam memikirkan dan mendiskusikan cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama. No
Aktivitas
Skor
1.
Tidak mampu memikirkan dan mendiskusikan cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama.
1
2.
Kurang mampu memikirkan dan mendiskusikan cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama.
2
3.
Cukup mampu memikirkan dan mendiskusikan cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama.
3
4.
Mampu memikirkan dan mendiskusikan cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama.
4
5.
Sangat mampu memikirkan dan mendiskusikan cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama.
5
110
15. Mental Activities : Kemampuan siswa dalam menyimpulkan jawaban dari permasalahan. No
Aktivitas
Skor
1.
Tidak mampu menyimpulkan jawaban dari permasalahan.
1
2. 3.
Kurang mampu menyimpulkan jawaban dari permasalahan. Cukup mampu menyimpulkan jawaban dari permasalahan.
2 3
4.
Mampu menyimpulkan jawaban dari permasalahan.
4
5.
Sangat mampu menyimpulkan jawaban dari permasalahan.
5
16. Oral Activities : Kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan masalah yang diberikan. No
Aktivitas
Skor
1. 2.
Tidak mampu mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan masalah yang diberikan. Kurang mampu mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan masalah yang diberikan.
1 2
3. 4.
Cukup mampu mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan masalah yang diberikan. Mampu mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan masalah yang diberikan.
3 4
5. Sangat mampu mempresentasikan hasil diskusi sesuai dengan masalah yang diberikan. 5 17. Oral Activities : Kemampuan siswa dalam berpendapat, menyanggah temannya, membaca presentasi matematika, evaluasi dan menyusun pertanyaan yang relevan. No 1.
Aktivitas
Skor 1
Pasif.
2.
Kurang aktif/kurang berpartisipasi.
2
3.
Cukup aktif.
3
4. 5.
Aktif berpartisipasi. Sangat aktif dan kritis.
4 5
111
D.
Tahap penarikan kesimpulan dalam hal ini telah sampai pada tahap matematika formal.
18. Mental Activities : Kemampuan siswa dalam melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah. No 1. 2. 3. 4. 5.
Aktivitas Tidak mampu melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah. Kurang mampu melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah. Cukup mampu melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah. Mampu melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah. Sangat mampu melihat, menganalisis dan menilai kembali apa yang telah mereka pelajari dari pengalaman memecahkan masalah.
Skor 1 2 3 4 5
III. Kegiatan Penutup 19. Mental & Writing Activities : Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dan membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. No 1. 2. 3. 4. 5.
Aktivitas Tidak mampu menarik kesimpulan dan membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. Kurang mampu menarik kesimpulan dan membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. Cukup mampu menarik kesimpulan dan membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. Mampu menarik kesimpulan dan membuat rangkuman materi yang telah dipelajari. Sangat mampu menarik kesimpulan dan membuat rangkuman materi yang telah dipelajari.
Skor 1 2 3 4 5
112
20. Writing Activities : Kemampuan siswa dalam mencatat tugas mandiri. No 1. 2. 3. 4. 5.
Aktivitas Tidak mencatat tugas mandiri sama sekali. Mencatat tugas mandiri tetapi tidak lengkap. Mencatat tugas mandiri kurang lengkap. Mencatat tugas mandiri cukup lengkap. Mencatat tugas mandiri dengan lengkap.
Skor 1 2 3 4 5
Jumlah skor maksimum aktivitas siswa = 5 x 20 = 100
113
A.
Petunjuk : Amatilah aktivitas siswa dengan menulis skor dari setiap indikator pada kolom yang tersedia. Skor Nama Siswa
Jumlah
Aspek yang diamati 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
KET
20
114
115
B.
Berilah komentar dan saran berkaitan dengan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran matematika realistik yang belum tercantum dalam poin-poin di atas. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………...................................................................................................................................................................................................... Kudus,
September 2013 Pengamat
(…………………………............) NIP.
116
LEMBAR ANGKET RESPON GURU TERHADAP DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL KUDUS Nama Sekolah Kelas / Semester Nama Guru
: : :
Petunjuk 1. Berilah tanda pada kolom yang sesuai. 2. Isilah kolom keterangan dengan tidak baik (1), kurang baik (2), cukup baik (3), baik (4), atau sangat baik (5). 3. Tuliskan saran pada tempat yang disediakan. No 1
Uraian
1
2
Skor 3
4
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap komponen kegiatan belajar mengajar berikut ini: a. Topik matematika yang dipelajari disesuaikan dengan konteks lokal Kudus. b. Media yang digunakan disesuaikan dengan konteks lokal Kudus. c. Model pembelajaran yang digunakan. d. Keefektifan bagi siswa.
2 3
e. Suasana belajar. Bagaimana menurut Bapak/Ibu jika kegiatan belajar mengajar seperti kegiatan saat ini dilakukan untuk topiktopik matematika selanjutnya? Berikan komentar Bapak/Ibu terhadap alat peraga yang digunakan: a. Bentuk dan ukuran alat peraga. b. Bahan dan warna alat peraga.
4
c. Pemanfaatan alat peraga. Berikan komentar Bapak/Ibu terhadap Lembar Kegiatan Siswa (LKS): a. Format 1) kejelasan pembagian tugas. 2) Memiliki daya tarik. 3) Sistem penomoran jelas. 4) Kesesuaian antara teks dan ilustrasi 5) Pengaturan ruang/tata letak
117
5
6) Jenis dan ukuran huruf yang sesuai. b. Isi 1) Kebenaran isi/materi. 2) Kesesuaian materi LKS dengan tujuan pembelajaran. 3) Merupakan materi yang esensial 4) Dikelompokkan dalam bagian-bagian yang logis. 5) kesesuaian dengan model Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus. 6) Peranannya untuk mendorong siswa dalam menemukan konsep/prosedur secara mandiri. c. Bahasa 1) Kebenaran tata bahasa. 2) Kesesuaian kalimat dengan taraf berpikir dan kemampuan membaca serta usia siswa. 3) Mendorong minat baca. 4) Kesederhanaan struktur kalimat. 5) Kejelasan petunjuk dan arahan.
5
6) Sifat komunikatif bahasa yang digunakan Berikan komentar Bapak/Ibu terhadap Tes Hasil Belajar Matematika. a. Kelengkapan Tes. b. Petunjuk Tes. c. Soal Tes. d. Lembar Penyelesaian. e. Pedoman Penilaian Tes.
f. Kesesuaian soal tes dengan konteks lokal Kudus Berilah komentar dan saran berkaitan dengan Desain Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus yang belum tercantum dalam poin-poin di atas. ………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………. Kudus,
Guru Kelas
(………………………………..) NIP.
118
LEMBAR ANGKET RESPON GURU TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL KUDUS Nama Sekolah : Kelas / Semester : Nama Guru : Petunjuk 1. Berilah tanda pada kolom yang sesuai. 2. Isilah kolom keterangan dengan tidak baik (1), kurang baik (2), cukup baik (3), baik (4), atau sangat baik (5). 3. Tuliskan saran pada tempat yang disediakan. Respon Skor No Uraian Ya Tidak 1 2 3 4 Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap 1 Proses Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus? Apakah topik matematika yang diajarkan 2 telah disesuaikan dengan konteks lokal Kudus dengan baik? Apakah proses pembelajaran seperti ini 3 (menggunakan Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus) efektif? Bagaimana menurut Bapak/Ibu jika kegiatan belajar mengajar seperti kegiatan saat ini 4 dilakukan untuk topik-topik matematika selanjutnya? Apakah proses pembelajaran ini 5 menimbulkan suasana yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa? Apakah proses pembelajaran ini mampu 6 menyisipkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan keunggulan lokal Kudus? Berilah komentar dan saran berkaitan dengan proses Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus yang belum tercantum dalam poin-poin di atas. ………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………. Kudus,
Guru Kelas
(………………………………..) NIP.
119
5
LEMBAR ANGKET RESPON SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS KEUNGGULA LOKAL KUDUS Nama Sekolah : Kelas / Semester :
Materi : Nama Siswa :
Petunjuk Setelah kalian mengikuti Pembelajaran Matematika Realistik berbasis Keunggulan Lokal Kudus, kami ingin mengetahui pendapat kalian tentang kegiatan pembelajaran yang telah kalian ikuti. Pendapat kalian sangat berharga untuk bahan perbaikan proses pembelajaran yang dikembangkan di masa akan datang. Apapun isi jawaban kalian tidak akan mengurangi nilai. 1. Berilah tanda pada kolom yang sesuai. 2. Isilah kolom keterangan dengan Tidak Senang (1), Kurang Senang (2), Cukup Senang(3), Senang (4), atau Sangat Senang (5). Respon No
1 2
3
4 5
Aspek yang direspon
Senang
Tidak
1
Keterangan 2 3 4
Bagaimana perasaanmu setelah mengikuti pembelajaran matematika realistik menggunakan keunggulan lokal Kudus yang baru saja kalian ikuti? Bagaimana perasaanmu dengan adanya komponen pembelajaran berikut ini? a. Topik Matematika yang telah dipelajari b. Alat Peraga c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berikan pendapatmu terhadap guru yang mengajar di kelasmu dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik berbasis keunggulan lokal Kudus terhadap: a. Penampilan dan cara mengajar b. Suasana pembelajaran yang diberikan Bagaimana pendapatmu jika mengikuti pembelajaran matematika selanjutnya dengan cara seperti yang baru saja kamu ikuti? Apakah pembelajaran seperti ini menimbulkan kecintaanmu terhadap keunggulan lokal Kudus?
Kudus, Siswa
(……………………………)
120
5
LAMPIRAN 4 DAFTAR HADIR PENELITIAN 1.
Daftar Hadir Penelitian di SD 1 Panjang
2.
Daftar Hadir Penelitian di SD 1 Gondangmanis
3.
Daftar Hadir Penelitian di SD 1 Prambatan Kidul
4.
Daftar Hadir Penelitian di SD 1 Kaliputu
5.
Daftar Hadir Penelitian di SD 1 Purworejo
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
LAMPIRAN 5 SURAT TUGAS PENELITIAN 1.
Surat Tugas Penelitian di SD 1 Panjang
2.
Surat Tugas Penelitian di SD 1 Gondangmanis
3.
Surat Tugas Penelitian di SD 1 Prambatan Kidul
4.
Surat Tugas Penelitian di SD 1 Kaliputu
5.
Surat Tugas Penelitian di SD 1 Purworejo
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
LAMPIRAN 6 PERSONALIA PENELITI DAN KUALIFIKASINYA 1.
EKA ZULIANA, S.Pd., M.Pd
2.
HENRY SURYO BINTORO, S.Pd., M.Pd
153
I. Biodata Ketua A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) 2 Jenis Kelamin 3 Jabatan Fungsional 4 NIP/NIK/Identitas lainnya 5 NIDN 6 Tempat dan Tanggal Lahir 7 E-mail 8 Nomor Telepon/HP 9 Alamat Kantor 10 Nomor Telepon/Faks 11 Lulusan yang Telah Dihasilkan
12
Mata Kuliah yang Diampu
Eka Zuliana, S.Pd., M.Pd L/P Asisten Ahli 0610701000001221 0628048601 Demak, 28 April 1986
[email protected] 085 640 508 681 Gondangmanis, Bae, PO.BOX 53, Kudus (0291) 438229 / (0291) 437198 1. Pembelajaran Matematika SD 2. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD 3. Aplikasi Matematika 4. Evaluasi Pendidikan SD 5. Sumber dan Media Pembelajaran 6. Strategi Pembelajaran
B. Riwayat Pendidikan S-1 Nama Universitas Negeri Semarang Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Pendidikan Matematika
S-2 Universitas Negeri Semarang
S-3
Pendidikan Dasar (Matematika)
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir No
Tahun
Judul Penelitian
1
2011
2
2012
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 5 Dersalam Materi Volum Kubus dan Balok melalui Metode Guided Discovery Learning Berbantuan Lembar Kegiatan Siswa Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Realistic Mathematics Education Ditinjau Dari Krestivitas Belajar Matematika Siswa
3
2013
Pengaruh Model Problem Based Learning Berbantuan Kartu Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar
Sumber APB UMK
Pendanaan Jumlah (Juta Rp) 4
APB UMK
4,5
APB UMK
3
154
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Jumlah (Juta Rp) 1 2010 Pendampingan Pelatihan Penelitian APB 1,5 Tindakan kelas Guru SD seUMK Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati 2 2011 Pelatihan Realistic Mathematics APB 1,5 Education untuk Guru Kelas SD UMK 3 2011 Pelatihan Lesson Study untuk Guru APB 1,5 Kelas Gugus Wibisono Kecamatan UMK Jati 4 2012 Pelatihan Mendongeng Siswa APB 2,5 Madrasah Ibtidaiyah NU Salafiyah UMK Gondoharum Jekulo Kudus E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir Nama Volume/ No Judul Artikel Ilmiah Jurnal Nomor/Tahun 1 Peningkatan Kemampuan Komunikasi Refleksi 1/1/2010 Matematika Siswa Kelas VIII B MTs Edukatika N Kudus melalui Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Berbantuan Kartu Masalah Materi Kubus dan Balok F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir Nama Pertemuan No Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat Ilmiah/Seminar 1 Seminar Nasional Penelitian Tindakan PGSD FKIP UMK “Karya Ilmiah Kelas Karya Ilmiah Sebagai Sarana Terdekat bagi Guru Peningkatan Keprofesionalan Guru SD/MI” 2 The 2nd International Learning Kites By 22 – 23 November 2012 Symposium on Using Pendidikan Mathematics Matematika Realistik SEAMEO QITEP in Education Innovation Indonesia Approach Mathematics, In Fifth Grade Yogyakarta Indonesia
II. Biodata Anggota 1 A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) 2 Jenis Kelamin 3 Jabatan Fungsional 4 NIP/NIK/Identitas lainnya
Henry Suryo Bintoro, S.Pd., M.Pd. L/ P Asisten Ahli 0610701000001230
155
5 6 7 8 9 10 11
NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP Alamat Kantor Nomor Telepon/Faks Lulusan yang Telah Dihasilkan
12
Mata Kuliah yang Diampu
0718058501 Surakarta, 18 Mei 1985
[email protected] 085 647 033 585 Gondangmanis, Bae, PO.BOX 53, Kudus (0291) 438229 / (0291) 437198 1. Konsep Matematika 2. Pembelajaran Matematika SD 3. Statistika Pendidikan 4. Strategi Pembelajaran
B. Riwayat Pendidikan S-1 Nama Universitas Sebelas Maret Perguruan Surakarta (UNS) Tinggi Bidang Ilmu Pendidikan Matematika
S-2 Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
S-3
Pendidikan Matematika
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir No
Tahun
Judul Penelitian
1
2011
2
2012
3
2013
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 5 Dersalam Materi Volum Kubus Dan Balok Melalui Metode Guided Discovery Learning Berbantuan Lembar Kegiatan Siswa Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Menggunakan Realistic Mathematics Education (RME) Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Metode Jarimatika Dalam Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Siswa Kelas III MI NU Wasilatut Taqwa Tenggeles Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun Ajaran 2012/2013
Sumber APB UMK
Pendanaan Jumlah (Juta Rp) 4
APB UMK
4,5
APB UMK
4,5
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir Pendanaan No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Jumlah (Juta Rp) 1 2011 Pelatihan Realistics Mathematics APB 1,5 Education Untuk Guru Kelas SD N 2 UMK
156
2
2012
3
2012
4
2013
Tumpang Krasak Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Pelatihan Jarimatika Untuk Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah NU Wasilatut Taqwa Tenggeles Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2011/ 2012 Pelatihan Mendongeng Siswa Madrasah Ibtidaiyah NU Salafiyah Gondoharum Jekulo Kudus Pelatihan Jarimatika Untuk Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah NU Wasilatut Taqwa Tenggeles Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2012/ 2013
APB UMK
2,5
APB UMK
2,5
APB UMK
1,5
E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir Nama Volume/ No Judul Artikel Ilmiah Jurnal Nomor/Tahun 1 Eksperimentasi Pembelajaran Refleksi 1/2/2011 Matematika Menggunakan Pendekatan Edukatika Quantum learning Dengan Metode Penemuan Pada Sub Pokok Bahasan Luas Permukaan dan Volume Tabung, Kerucut dan Bola Ditinjau dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Surakarta F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir Nama Pertemuan No Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat Ilmiah/Seminar 1 Seminar Nasional Pemberdayaan Guru PGSD FKIP UMK “Karya Ilmiah dalam Peningkatan Sebagai Sarana Mutu Pembelajaran Peningkatan Matematika Keprofesionalan Guru SD/MI”
157
LAMPIRAN 7 PUBLIKASI ILMIAH
1. ABSTRAK
ARTIKEL
ILMIAH
YANG
DIPREENTASIKAN
DALAM SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA (SENDIMAT) 2013 P4TK MATEMATIKA JOGJAKARTA 13 – 14 NOVEMBER 2013 2. ABSTRAK DALAM
ARTIKEL SEMINAR
ILMIAH
YANG
NASIONAL
DIPREENTASIKAN
MATEMATIKA
DAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 20 NOVEMBER 2013 3. SURAT KETERANGAN ARTIKEL YANG DIMUAT DALAM JURNAL PENELITIAN
158
159
160
161
KETERANGAN: FULL PAPER TERLAMPIR DI LUARAN PENELITIAN
162
163
164
KETERANGAN: FULL PAPER TERLAMPIR DI LUARAN PENELITIAN
165
166