LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA
Penerapan Metode Whole Language dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B
Peneliti Utama : Choirun Nisak Aulina, M.Pd. (0714038402) Anggota
: Vanda Rezania, S.Psi
(0718018603)
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LPPM) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO Desember 2013
1
HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian
Peneliti/Pelaksana Nama Lengkap NIDN Jabatan Fungsional Fakultas/Program Studi Nomor HP Alamat surel (e-mail) Anggota Peneliti
: Penerapan Metode Whole Language dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B : : Choirun Nisak Aulina, M.Pd : 0714038402 : Dosen : FKIP/PG. PAUD : 081553657413 :
[email protected] :
Nama
: Vanda Rezania, S.Psi
NIDN
: 0718018603
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Tahun Pelaksanaan Sumber Dirjen Dikti Total Biaya
: 1 (satu) tahun : Rp. 15.000.000,: Rp. 15.000.000,(Lima Belas Juta Rupiah)
Sidoarjo, 14 Desember 2013
2
PENERAPAN METODE WHOLE LANGUAGE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TK KELOMPOK B
RINGKASAN Pembelajaran membaca yang berlangsung saat ini di taman kanak-kanak masih banyak yang menggunakan metode konvensional, yaitu meningkatkan kemampuan membaca masih dengan bantuan buku latihan membaca dengan cara mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat klasikal. Metode mengeja mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah mengeluh. Mengajar membaca kepada anak memang bukanlah persoalan mudah. Jika membaca diajarkan dengan cara “dipaksakan” justru dapat berakibat buruk pada perkembangan anak. Anak akan takut membaca akibat merasa tertekan saat belajar membaca. Whole language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang mana dalam implementasinya dalam pembelajaran di lakukan pengembangan kemampuan berbahasa secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Maka sangat perlu dilakukan penelitian ini, agar dapat menentukan metode yang tepat untuk mengajarkan membaca pada anak usia dini tanpa membuat anak bosan dan tertekan. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Whole language dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak, 2) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak yang diterapkan metode whole language. Penelitian ini di lakukan pada anak TK kelompok B. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ”action research” atau penelitian tindakan dengan menggunakan metode penelitian campuran (Mix Method). Penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi dalam melakukan sebuah penelitian memberikan pemahaman yang lebih baik dibandingkan dengan satu pendekatan. menganalisis data kuantitatif melalui uji perbedaan antara kemampuan awal (pre test), akhir siklus yang didasarkan data yang diperoleh di lapangan. Data tersebut berupa hasil pengamatan yang akan dilakukan oleh peneliti dan kolaborator. Dari hasil penelitian maka di ketahui ada peningkatan kemampuan membaca permulaan anak yakni 90% anak mampu mengenal huruf dengan lancar dan benar, 75% anak mampu merangkai kata dengan lancar dan benar serta 68% anak mampu membaca kalimat sederhana dengan lancar dan benar Kata kunci: Whole language, kemampuan membaca permulaan
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul “Penerapan Metode Whole Language Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B. Selanjutnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ketua LPPM UMSIDA, Bapak Mu‟adz, M.Pd 2. Akhtim Wahyuni, M. Ag., selaku dekan FKIP Umsida yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Ida Rindaningsih, M.Pd., selaku ketua Prodi PAUD FKIP Umsida yang selalu motivator peneliti. 4. Kepala TK „Aisyiyah 6 Penatarsewu Tanggulangin yang telah memberikan ijin untuk uji coba instruen penelitian kemampuan membaca permulaan anak kelompok B. 5. Kepala TK „Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di lembaganya. Semoga Allah SWT melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua. Harapan penulis, penelitian dan penulisan laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Sidoarjo, 30 Oktober 2013
Penulis
4
DAFTAR ISI Halaman Judul.................................................................................... Halaman Pengesahan...................,....................................................... Ringkasan Kata Pengantar........................................................................................... Daftar Isi.................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN........................................................................ BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Whole language.......................................................... B. Kemampuan Membaca Permulaan ......................................... C. Penerapan Metode Whole Language dalam meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan .................................... BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB IV : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian........................................................................ B. Tempat Penelitian..................................................................... C. Subjek dan Partisipan yang terlibat dalam penelitian............... D. Metode Pengumpulan Data................................................... E. Teknik Pengumpulan Data...................................................... F. Instrumen Penelitian............................................................ G. Analisis Data......................................................................... H. Prosedur Penelitian................................................................ BAB V : HASIL dan PEMBAHASAN BABVI: KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... LAMPIRAN........................................................................................... Instrumen dan perhitungannya Personalia tenaga peneliti Publikasi
5
Halaman 1 2 3 3 5 6 9 9 12 15 16 16 16 16 17 17 17 17 18 20 36 37 39
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Hal ini d karenakan pada anak usia dini, anak mengalami perkembangan kemampuan yang sangat pesat. Sebagaimana pada undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I, Pasal 1, Butir 14 bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Disebutkan juga dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 tentang pendidikan pra sekolah. Selanjutnya pada pasal 4 ayat 5 disebutkan “Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.” Namun data dari UNESCO Institute for Statistics 2003, di ketahui kebiasaan membaca orang Indonesia termasuk rendah, berada di peringkat ke-41 dari 51 negara. Bahkan menurut laporan United Nations Development Program pada 2009, Indonesia berada di peringkat ke-87 dari 178 negara di dunia dalam tingkat melek aksara. Berdasarkan data tersebut, maka di masing-masing tingkat pendidikan berkewajiban mengembangkan budaya membaca tak terkecuali pada anak usia dini. Sering kita jumpai orang tua merasa cemas melihat anaknya belum bisa membaca, menulis dan berhitung. Mereka khawatir jika anak mereka tidak bisa menguasai tiga kemampuan tersebut, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan untuk diterima di sebuah Sekolah Dasar (SD). Meskipun tidak ada aturan yang mengatakan bahwa anak masuk SD harus dapat membaca, menulis dan berhitung, namun dalam prakteknya telah banyak ditemui sekolah-sekolah SD terutama SD unggulan yang menjadikan kemampuan calistung sebangai tes pada penyaringan siswa baru masuk Sekolah Dasar.
6
Hal ini mendorong lembaga pendidikan penyelenggara PAUD maupun orang tua secara aktif untuk mengajarkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung dengan cara-cara pembelajaran di SD yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Oleh karena itu, PAUD yang seharusnya menjadi taman yang indah, tempat anak-anak bermain dan berteman, mulai beralih menjadi sekolah kanak-kanak yang hanya memenuhi target kemampuan akademik membaca, menulis, dan berhitung (calistung), kegiatan ini berakibat adanya penugasan-penugasan yang harus diselesaikan di rumah biasa disebut PR seperti layaknya proses pembelajaran di SD. Sebagaimana di sampaikan oleh Sukiman “Banyak praktek di PAUD, demi mengejar kemampuan baca-tulis-hitung (calistung), guru sering menggunakan teknik hafalan dan latihan yang mengandalkan kemampuan kognitif, abstrak dan tidak terkait langsung dengan kehidupan anak. Akibatnya, kepentingan anak terkalahkan oleh tugas-tugas skolastik yang semestinya belum saatnya. Selanjutnya, fenomena proses pembelajaran yang berlangsung saat ini dilapangan masih banyak taman kanak-kanak yang menggunakan metode konvensional, yaitu meningkatkan kemampuan membaca masih dengan bantuan buku latihan membaca dengan cara mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat klasikal. Metode mengeja mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah mengeluh. Mengajar membaca kepada anak memang bukanlah persoalan mudah. Jika membaca diajarkan dengan cara “dipaksakan” justru dapat berakibat buruk pada perkembangan anak. Anak akan takut membaca akibat merasa tertekan saat belajar membaca. Whole language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang mana dalam implementasinya dalam pembelajaran di lakukan pengembangan kemampuan berbahasa secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Prinsip whole language adalah mengamati cara belajar anak, dimana mereka secara aktif mengejar proses belajarnya sendiri sehingga penguasaan konsep menjadi lebih
7
mudah dan lebih dekat. Anak belajar secara langsung, alamiah dan diarahkan pada kenyataan bahasa yang “real”. Dalam kelas whole language pendidik dan anak sama – sama berperan sebagai pengambil resiko dan pengambil keputusan melalui tanggung jawab masing – masing. Di dalamnya juga terdapat interaksi social yang tertuang dalam kegiatan diskusi, saling berbagi gagasan, kerjasama dalam memecahkan masalah dan melaksanakan tugas Whole language juga dapat menjawab permasalahan anak dengan para orang tua. Sebagaimana diketahui bahwa banyak orang tua yang melepaskan begitu saja pendidikan pada program pendidikan anak usia dini. Padahal orangtua juga merupakan hulu dari segala permasalahan yang muncul pada anak atau individu di kemudian hari. Dalam konsep whole language orangtua juga merupakan bagian dari sekolah yang harus mengenal sekolah dan kurikulumnya. Guru bertugas untuk dapat melakukan komunikasi yang baik dengan orangtua anak didik mereka. Mulai dari awal penerimaan murid dan pertemuan berkala berikutnya, system komunikasi yang dilakukan bukan hanya bertemu dalam acara pertemuan rutin sekolah tetapi dapat juga dilakukan dengan kunjungan guru ke rumah. TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin kegiatan pembelajarannya terutama pada anak kelompok B banyak diarahkan pada kegiatan membaca, menulis dan berhitung untuk mempersiapkan anak masuk pada jenjang sekolah dasar yang menuntut ketiga ketrampilan tersebut. Adanya pemilihan metode pembelajaran yang lebih banyak menggunakan metode bercerita/ceramah dan metode penugasan kurang memberikan kesempatan pada anak untuk berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam mengembangkan kemampuan yang lain dan cenderung membuat anak cepat merasa bosan atau jenuh. Berdasarkan uraian di atas, maka sangat perlu dilakukan penelitian tentang Penerapan Metode Whole Language Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B dipandang sangat penting dan menarik dalam rangka memberikan metode dalam mengajarkan membaca kepada anak usia dini yang menyenangkan dan sesuai untuk anak usia dini.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Whole Language Weaver menjelaskan tentang whole language sebagai berikut : “whole language is not static entity but evolving philosophy, sensitive to new knowlwdge and insight. It is based upon research from a variety of perspectives and disciplinrs – among them language acquisition and emergent literacy, psycholinguistics and siciolinguistics, cognitive and developmental psychology, anthropology and education.” Dari penjelasan Weaver diatas dapat dimaknai bahwa whole language bukanlah satu kesatuan yang statis, akan tetapi
suatu filosofi
yang
mengembangkan, sensitive terhadap ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam. Whole language ini berdasarkan pada berbagai macam pandangan dan disiplin ilmu yang mengembangkan bahasa dan literasi, psikolinguistik dan sosiolinguistik,
psikologi
kognitif
dan
perkembangan,
antropologi
dan
pendidikan”. Eisele memberikan pengertian yang labih sederhana mengenai whole language, yaitu bahwa “Whole language is a way of thingking about how children learn language – oral language and written language”. Menurut Eisele, whole language merupakan suatu cara berfikir untuk mengetahui bagaimana anak-anak belajar berbahasa baik lisan maupun bahasa tulis. Kegiatan whole language ini meliputi semua proses belajar bahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis) semua dipelajari secara alami, yakni dipelajari secara utuh dan bukan tiap-tiap bagian dipelajari secara terpisah. Berdasarkan beberapa definisi whole language di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode whole language adalah suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Pembelajaran mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak.
9
B. Kemampuan Membaca Permulaan Chomsky menyatakan bahwa kemampuan berbahasa secara alami dimiliki oleh setiap manusia. Ia mengatakan bahwa anak memiliki cetak biru untuk mampu menciptakan sendiri struktur mentalnya secara spontan. Anak mampu berbahasa karena secara alami otak anak memiliki potensi untuk berbahasa. Anak juga mampu menciptakan bentuk gramatika secara alami. Kemampuan ini didapat anak ketika mendengar orang lain berbicara. Secara alami anak menangkap sistem aturan tersebut dan mulai memahami kalimat-kalimat yang didengar. Pada saat anak memahami sistem aturan tersebut maka pada saat itu pula anak mampu menciptakan kalimat-kalimat baru dengan sistem aturan yang sama. Kegiatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk aktivitas membaca. Dikutip dari buku Wasik yang menjelaskan bahwa ada empat aspek perkembangan bahasa pada anak usia dini, yaitu: (a) Mendengarkan (menyimak), (b) Berbicara, (c) Membaca, (d) Menulis. Namun, walaupun demikian proses yang dialami tentunya bertahap. Kemampuan anak menulis diawali dengan kemampuannya mencoret yang abstrak bertahap menjadi jelas bentuk hurufnya. Ruddell dalam Morrow mendefinisikan membaca sebagai salah satu dari penggunaan berbahasa untuk menguraikan tulisan atau simbol dan memahaminya. Dijelaskan juga oleh Tampubolon bahwa membaca merupakan kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dan tulisan. Menurut Bond dalam Abdurrahman membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Jadi membaca bukan hanya sekedar melafalkan huruf-huruf atau kata demi kata, namun lebih dari itu membaca merupakan proses mengkonstruksi yang melibatkan banyak hal, baik aktivitas fisik, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca mencakup aktivitas proses penerjemahan tanda dan lambang-lambang ke dalam maknanya, pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi dan pemahaman makna bacaan dan mengaitkan pengalaman pembaca dengan teks yang dibaca.
10
Membaca pada tingkat awal atau membaca permulaan dapat diberikan kepada anak di Taman Kanak-kanak. Hal ini tergantung pada kesiapan membaca seseorang. Senada dengan yang dinyatakan oleh Thomson dalam Hawadi mengatakan bahwa waktu yang paling tepat untuk belajar membaca adalah saat anak-anak duduk di TK. Adapun alasannya adalah pada masa ini rasa ingin tahu anak berkembang sehingga anak banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Mereka juga lebih siap menerima hal-hal yang dilihatnya disekolah. Disamping itu keterikatan anak pada sesuatu yang konkret semakin berkurang, dan sebaliknya kemampuan mereka berkembang menjadi lebih abstrak. Untuk itulah, anak sudah dapat dilibatkan pada simbol-simbol. Menurut Jamaris anak usia Taman Kanak-Kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk belajar membaca dan menulis. Hal tersebut dapat dilihat dari ; (1) kemampuan anak dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan gerakan motorik yang dapat dilihat pada waktu anak menggerakkan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku, (2) kemampuan anak dalam melakukan diskriminasi secara visual, yaitu kemampuan dalam membedakan berbagai bentuk. Seperti bentuk segi tiga, dan bentuk lainnya, kemampuan ini merupakan dasar untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf, (3) kemampuan kosakata, anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki kosakata yang cukup luas, (4) kemampuan diskriminasi auditori atau kemampuan membedakan suara yang didengar. Kemampuan ini berguna untuk membedakan bunyi huruf. Pembelajaran membaca permulaan yang diberikan pada peserta didik usia Taman Kanak-kanak khususnya bagi mereka yang telah memiliki kesiapan membaca, bertujuan untuk membina dasar-dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, melatih gerak bola mata dan kesiapan visual dan audiotori anak. Sebagaimana pendapat Papalia untuk dapat membaca anak harus memiliki ketrampilan bahasa umum dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca dan koordinasi mata, tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa umum meliputi perbendaharaan kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Sehingga anak tidak
11
merasa kesulitan karena telah memiliki modal dasar kemampuan yang di butuhkan untuk belajar membaca. Kemampuan membaca permulaan itu muncul secara alamiah sesuai dengan tahap perkembangan anak. Sebelum mengajarkan membaca pada anak maka terlebih dahulu harus diketahui sejauh mana kesiapan anak dalam belajar membaca yang dapat dilihat dari kematangan mental, kemampuan visual, kemampuan mendengarkan, perkembangan wicara dan bahasa, ketrampilan berfikir dn mendengarkan, perkembangan motorik, kematangan sosial dan emosional serta motivasi dan minat membaca anak. Sehingga yang dimaksud dengan kemampuan membaca permulaan dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak untuk membaca simbol, membaca huruf, kata, dan kalimat sederhana yang menghubungkan antara bahasa lisan dengan tulisan.
C. Penerapan Metode Whole language dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan Selanjutnya Goodman menyatakan bahwa “…this educational philosophy is based upon research from converging disciplines that together provide a strong theory of learning and language, a view of teaching and the role of teachers in fostering learning and language and learner centered view of the curriculum..” Pernyataan Goodman diatas memliliki pengertian bahwa filosofi pendidikan pada konsep whole language adalah berdasarkan pada perpaduan berbagai disiplin ilmu yang sama – sama memiliki teori yang kuat pada bahasa dan pembelajaran, pandangan mengajar,dan aturan guru dalam mengembangkan bahasa dan pembelajaran dan kurikulum yang berpusat pada pembelajar. Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa landasan filosofi dari whole language tumbuh dari berbagai pandangan dan disiplin ilmu, yaitu mulai dari proses pemerolehan bahasa dan tumbuhanya budaya keaksaraan, psikolonguistik, sisiolingistik, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, anthropologi, dan pendidikan. Dari keragaman yang berbeda tersebut whole language berada untuk mempersatukannya . 12
Whole
language
merupakan
suatu
filosofi,
yang
berakar
pada
pembelajaran secara alami yang pembinaannya dilakukan di kelas dan di sekolah. Dengan falsafah yang berdasarkan pada keyakinan tentang hakikat belajar dan bagaimana belajar maka diharapkan anak – anak dapat berkembang lebih optimal karena mereka mengikuti proses belajarnya sendiri. Anak secara alami belajar bahasa dengan mendengarkan dan berbicara. Selama perkembangan pada awal tahun anak bebas belajar, melalui trial and error dan mereka juga membuat penaksiran atau perkiraan – perkiraan tentang bahasa yang ada di lingkungannya. Sebagaimana belajar bahasa oral, demikian pula dengan ketrampilan membaca dan menulis anak juga membutuhkan waktu yang cukup lama, melalui latihan–latihan yang mereka lakukan sendiri dan berbagai pengalaman yang bermakna dan penuh arti. Mereka bebas “membuat kesalahan” dalam belajar bahasa dan belajar dari kesalahan yang dibuat. Karena itu berkaitan dengan konsep whole language ini, dibutuhkan guru
yang benar – benar mengerti
bagaimana anak mempelajari bahasa, dan juga dapat menyediakan waktu dan latihan – latihan untuk perkembangan literasinya. Whole language merupakan suatu penyiapan lingkungan yang menyeluruh dimana anak ditenggelamkan dalam bahasa. Penekanannya dalam bentuk kegiatan mendengar, bercakap, membaca dan menulis. Semuanya itu harus merupakan komunikasi yang bermakna yang diperankan guru dan juga muridnya. Program whole language dibangun berdasarkan suatu pemahaman bahwa anak memang sudah siap untuk melakukan membaca dan menulis, dimana mereka dapat berkomunikasi secara menyueluruh. Dari sinilah guru mulai menyediakan berbagai hal sesuai dengan kebutuhan anak agar terjadi komunikasi yang bermakna sehingga dapat berlangsung proses keaksaraan atau literasi. Berdasarkan konsep psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, antropologi dan pendidikan maka whole language memiliki beberapa kunci dasar yang dapat diimplementasikan untuk program pendidikan yaitu
lingkungan yang disesuaikan
atau disetting dengan cara
tertentu. Menurut Eisele berikut cara menciptakan lingkungan yang dapat mengembangkan konsep whole language:
13
1. Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan. Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan menarik minat anak untuk kemudian
membacanya. Dapat dipajang juga
berbagai hasil karya anak. 2. Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan melihat model Guru dan anak melakukan kegiatan membaca¸menulis, mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya. 3. Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku – buku. Peralatan untuk kegiatan mendengar, seni, kegiatan menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan matematika. 4. Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab sebagaimana seorang
guru. Anak membuat bank kata, brainstorming ide/
gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru 5. Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti. 6. Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen
dari
dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka sendiri. 7. Feedback/response : anak menerima feedback atau timbale balik yang positif dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja. Konsep “whole” dalam whole language mencakup semua komponen proses bahasa yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Semua dipelajari secara menyeluruh dan tidak terpisah– isah. Anak–anak akan mencapai keberhasilan yang optimal jika berpartisipasi secara aktif dalam semua proses kebahasaan tersebut. Untuk itu, guru whole language harus menyediakan berbagai macam pengalaman yang penuh makna dalam untuk mendengar, berbicara, membaca dan menulis dalam kegiatan sehari – hari.
14
Anak usia dini membangun bahasa oral secara alamiah. Mereka belajar kosakata, intonasi, ekspresi dan ktrampilan berbicara dengan mendengarkan dan berbicara
dengan
menggunakan
bahasanya
sendiri.
Bimbingan
dalam
menggunakan bahasa oral merupakan pondasi dasar untuk keberhasilan dalam ketrampilan membaca dan menulis. Untuk itu penting kiranya bagi anak untuk selalu berpartisipasi aktif dalam mendengarkan dan berbicara setiap hari. Anak mendapatkan rasa percaya diri, membangun konsep diri dan membangun perbendaharaan bahasa yang kuat melalui penggunaan bahasa secara aktif.
15
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak TK Kelompok B yang di terapkan metode whole language. 2. Untuk
mengetahui
penerapan
metode
whole
language
dalam
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak TK kelompok B.
B. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan dapat memberi informasikan kepada berbagai pihak secara teoritis maupun praktis diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi program Pendidikan Anak Usia Dini, untuk melengkapi kajian tentang kemampuan membaca permulaan anak melalui penerapan metode whole language.
2.
Secara praktis penelitian ini berguna : a. Bagi guru PAUD, hasil penelitian ini dapat memberi informasi tentang penerapan metode whole language dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak TK kelompok B; b. Bagi orang tua murid, sebagai masukan untuk mengajarkan membaca dengan menggunakan permainan agar lebih efektif.
16
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode ”action research” atau penelitian tindakan dengan menggunakan metode penelitian campuran (Mix Method). Penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi. Kualitatif karena menjelaskan peristiwa yang dilakukan dalam penelitian, sehingga mendapat gambaran dan penjelasan yang lengkap dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini. Secara kuantitatif, hal ini karena menggunakan instrumen kemampuan membaca permulaan
berupa pedoman
observasi untuk mengumpulkan dan mengukur data kemampuan membaca permulaan anak TK kelompok B. B. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di anak TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin. Adapun dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian tersebut karena berpotensi untuk diteliti karena TK Aisyiyah 5 Kalitengah mengalami kesulitan dalam mengajarkan membaca pada anak didiknya dan masih tergantung pada buku paket membaca. C. Subjek dan partisipan yang terlibat dalam penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa TK Kelompok B yang berjumlah 40 anak di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sample yaitu sample yang bertujuan. Penelitian ini juga melibatkan peranan guru kelas dan teman sejawat yang nantinya disebut kolaborator. D. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari obyek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian melalui tes kemampuan membaca permulaan anak dengan memberikan tes kepada anak yang menjadi sampel penelitian.
17
b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi resmi TK Aisyiyah 5 Kalitengah, antara lain: profil sekolah, terutama dikaitkan dengan penerapan metode whole language dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan, struktur organisasi, sumber-sumber pustaka. E. Instrumen Penelitian Adapun kisi-kisi instrument kemampuan membaca permulaan sebagai berikut : Variabel Kemampuan membaca permulaan
Dimensi Mengenal huruf Merangkai kata
Membaca sederhana
Indikator - Mengenal huruf vokal - Mengenal huruf konsonan - Membaca kata yang terdiri dari satu suku kata - Membaca kata yang terdiri dari dua suku kata - Membaca kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih - Membaca dengan akhiran huruf konsonan - Membaca kalimat bergambar - Membaca kalimat sederhana
F. Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif Peneliti akan menganalisis data kuantitatif melalui uji perbedaan antara kemampuan awal (pre test) dan kemampuan anak setelah di berikan tindakan (post-test). Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui perbedaan nilai sebelum dan sesudah dilakukan intervensi tindakan. 2. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif bertujuan untuk melihat proses dan hasil pembelajaran yang telah disusun secara terstruktur dan sistematis. Analisis data kualitatif ini menggunakan model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari sumber data, reduksi data dan verifikasi/kesimpulan. G. Prosedur Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah model spiral dari Kemmis dan Taggart yang memaparkan dasar dari pelaksanaan penelitian tindakan atau
18
action research. Rancangan ini terdiri dari 4 tahap, yaitu (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c) pengamatan (observing); dan (d) refleksi (reflecting). Berikut ini prosedur penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart :
1. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah dilakukan tindakan kedua 2. Evaluasi tindakan II
Target Tercapai Target belum tercapai
AAA
TINDAKAN
PENGAMAT AN
RENCAN A ULANG
REFLEKSI
1. Mengamati kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tindakan kedua 2. Pengumpulan data tindakan kedua
1.Analisis focus pengembangan kecerdasan interpersonal 2. Membuat perencanaan pembelajaran 3. Analisis Tema dan jaringan tema 4.Membuat RKM dan RKH 5.Mempersiapkanmedia/ sumber yang akan digunakan
RENCAN
REFLEKSI
1. Melaksanakan observasi dengan menggunakan format observasi 2. Mengamati kegiatan pembelajaran 3. Mengevaluasi kemampuan membaca permulaan anak
Asesmen Awal:Tes kemampuan membaca permulaan sebelum pelaksanaan tindakan
TINDAKAN
1. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa 2. Mengadakan pertemuan dengan guru untuk membahas hasil tindakan 3. Evaluasi tindakan I
PENGAMAT AN
Gambar 3.2 Model Spiral Kemmis dan Taggart
19
1. Melaksanakan pembelajaran 2. Melakukan pengamatan pembelajaran 3. Mengumpulkan data pelengkap yang mendukung
Merevisi dan memodifikasi pembelajaran sesuai dengan hasil tindakan siklus I
Mengaplikasikan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data 1. Deskripsi Data Assesmen Awal (sebelum tindakan) Penelitian ini di laksanakan anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin dengan jumlah siswa 40 anak . TK ini merupakan TK yang berada di kawasan perumahan yang kondisi sarana dan prasarananya sudah cukup memadai serta pendidiknya pun sudah beberapa yang memenuhi kualifikasi sebagai guru di Taman Kanak-kanak. Namun, model pembelajaran yang diterapkan masih model pembelajaran klasikal sehingga pada kegiatan pembelajaran membaca khusunya anak-anak masih di terfokus dengan buku paket yang ada. Dari pengamatan peneliti melalui pre tes dan wawancara kepada guru tentang keadaan siswa terutama dalam kemampuan membacanya, menunjukkan bahwa guru masih mengalami kendala dalam mengajarkan membaca kepada anak-anak. Anak-anak lebih suka menggambar atau mewarnai dari pada membaca. Hal ini karena anak-anak merasa kesulitan dalam belajar membaca. Dari hasil pre tes sebelum di berikan tindakan, kondisi kemampuan membaca permulaan anak-anak di lihat dari tiga indicator kemampuan membaca permulaan yang meliputi ; (1) kemampuan anak dalam membaca huruf, (2) merangkai kata, dan (3) membaca sederhana. Dengan menggunakan penilaian berskala 1-4, dengan ketemtuan : Skor 5 jika anak membaca benar dan lancar, Skor 4 jika anak membaca benar tapi kurang lancar, Skor 3 jika anak membaca ragu-ragu, Skor 2 jika anak membaca dengan bantuan guru, Skor 1 jika anak tidak dapat membaca. Maka di peroleh nilai sebagai berikut :
20
Tabel: 5.1 Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di berikan tindakan penerapan metode whole language No. Respo nden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Mengenal Huruf 1 2 3 3 3 2 3 2 1 4 2 3 4 4 3 2 3 3 4 1 4 3 3 2 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 2 2 3 4 3 4 3
2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 4 2 4 3 3 2 2 3 2 4 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
3 1 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 3 4
4 2 2 2 3 3 4 2 2 2 2 3 3 3 1 2 4 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3
5 2 2 2 3 3 3 2 2 4 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2
R 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3
6 3 3 2 2 2 4 1 1 2 2 4 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 3 3 3 2 2
7 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3
8 1 2 2 1 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 4 3 4 2 2 2 3 3 3 2
Butir Soal Tes Merangkai Kata 1 1 1 1 1 1 9 0 1 2 3 4 5 2 3 4 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 2 4 2 3 4 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 3 3 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2 4 4 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2
21
R 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2
1 6 3 3 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 2 1 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 2
1 7 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 1 1 4 3 3 2 2 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3
Membaca Sederhana 1 1 2 2 2 2 2 8 9 0 1 2 3 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 2 4 2 5 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 1 3 2 2 3 4 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2
2 5 3 2 3 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2
R 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2
Tabel 5.2 Rekapitulasi Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di berikan tindakan penerapan metode whole language Indikator
Penilaian 1
2
3
4
5
Mengenal Huruf
0%
55%
45%
0%
0%
Merangkai kata
0%
73%
28%
0%
0%
Membaca sederhana
0%
60%
40%
0%
0%
Dari data table di atas, dapat diketahui pada pra siklus ini didapatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf masih pada 55% membaca dengan bantuan guru, dan dalam kemampuan merangkai kata 73% juga dengan bantuan guru serta dalam membaca sederhana hamper 60% anak. Jadi bisa dilihat bahwa masih banyak anak yang masih kurang dalam kemampuan membacanya. Dari perolehan nilai pra siklus yang ada, maka peneliti ingin meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak yang nantinya peneliti mengharapkan bahwa kemampuan membaca permulaan anak bisa meningkat dengan penerapan metode whole language. 2. Data Siklus I Dalam penelitian tindakan ada empat tahap yang harus di lalui yakni : a. Perencanaan Berdasarkan data assesmen awal yang diperoleh dapat diketahui bahwa kemampuan membaca permulaan anak masih rendah. Hasil assesmen awal ini menjadi acuan peneliti dalam membuat perencanaan perlakuan tindakan. Adapun perencanaan perlakuan tindakan dirancang oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas meliputi : pembuatan RKH sesuai dengan prinsip metode whole language, media pembelajaran yang mendukung, menyiapkan instrument dan lembar observasi. Kegiatan pembelajaran di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 10.30 WIB. Pada penerapan metode whole language ini dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran yaitu pukul 07.30-08.00 WIB Sembilan kali pada tiap siklus. Dan pada waktu kegiatan
22
penerapan metode whole language yang memberikan tindakan adalah guru kelas masing-masing dan peneliti sebagai observer. Pelaksanaan metode bercerita ini dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang ada di table bawah ini.
Tabel 5.3 Jadwal pelaksanaan penerapan metode whole language No
Hari/Tanggal
Kegiatan
1
Senin, 14 Oktober 2013
Mengenal huruf
2
Selasa, 15 Oktober 2013
Mengenal huruf
3
Rabu, 16 Oktober 2013
Merangkai kata
4
Senin, 21 Oktober 2013
Merangkai kata
5
Selasa, 22 Oktober 2013
Merangkai kata
6
Rabu, 23 Oktober 2013
Membaca sederhana
7
Senin, 28 Oktober 2013
Membaca sederhana
8
Selasa, 29 Oktober 2013
Membaca sederhan
9
Rabu, 30 Oktober 2013
Post test
b. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan pendapat dari Eisele dalam pelaksanaan pemberian tindakan metode whole language perlu menciptakan lingkungan yang dapat mengembangkan konsep whole language meliputi :
Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan. Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan menarik minat anak untuk kemudian membacanya. Dapat dipajang juga berbagai hasil karya anak.
Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan melihat model Guru dan anak melakukan kegiatan membaca¸menulis, mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya.
Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku – buku.
Peralatan
untuk
kegiatan 23
mendengar,
seni,
kegiatan
menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan matematika.
Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab sebagaimana seorang
guru. Anak membuat bank kata,
brainstorming ide/ gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru
Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti.
Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka sendiri.
Feedback/response : anak menerima feedback atau timbale balik yang positif dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.
c. Observasi Observasi pada perlakuan tindakan difokuskan pada pengamatan meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak, apakah kemampuan membaca permulaan anak bisa meningkat setelah diterapkan metode whole language. Adapun aspek kemampuan membaca permulaan meliputi kemampuan mengenal huruf, merangkai kata, dan membaca sederhana. Dari hasil observasi kemampua membaca permulaan anak-anak kelompok B Tk Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin di peroleh data sebagai berikut :
24
Tabel 5.4 Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di berikan tindakan penerapan metode whole language (siklus 1) No. Respon den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Mengenal Huruf 1 5 3 5 4 5 3 5 5 3 3 3 5 3 5 3 3 5 5 5 4 4 3 5 4 5 5 4 3 4 3 5 5 5 4 5 4 4 3 5 5
2 4 4 4 5 4 3 4 4 3 3 3 5 3 4 3 4 5 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 4 5 3 3 5 3 3 4 5
3 5 3 3 5 5 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 5 4 3 5 3 4 3 4 5 3 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5
4 4 4 4 4 5 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 5 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 5 4 4 4 5 4 3 3 5 5
5 5 4 4 5 5 3 4 5 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 5 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 4 4 3 3 5
R 5 4 4 5 5 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5
6 3 3 5 5 4 4 5 3 4 4 3 4 5 4 4 3 5 5 5 5 5 4 3 3 4 4 3 4 4 5 5 4 5 4 3 5 5 5 3 5
7 8 3 3 3 3 3 4 3 3 5 5 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 3 3 4 5 3 3 5 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 5 3 4 5 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 5 4 3 4 3 3 4 5 3 3 3 3 3 3 5 5
Butir Soal Tes Merangkai Kata 1 1 1 1 1 1 9 0 1 2 3 4 5 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 5 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 3 4 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 5 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 5 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 5 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4
25
R 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4
1 6 5 3 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 3 3 3 5 3 5 4 3 5 3 4 4
1 7 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 5 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 5 3 5 3 4 4 3 3 3
Membaca Sederhana 1 1 2 2 2 2 2 8 9 0 1 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 5 5 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 5 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 5 3 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 5 3 5 5 3 3 3 3 3 4 3 3 4 5 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 5 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 5 5 4 4 5 4
2 5 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 5 3 4 4
R 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4
d. Refleksi Dari observasi yang dilakukan dengan pre test, catatan lapangan dan post test pada siklus I ini, terjadi peningkatan terhadap kemampuan membaca permulan anak yang meliputi kemampuan mengenal huruf, merangkai kata dan membaca kalimat sederhana. Hasil peningkatannya dapat di lihat dari tabel di bawah ini. Tabel 5.5 Tabel perolehan nilai pre test dan post test No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Mengenal Huruf Pre Tes Siklus I 2 5 2 4 2 4 2 5 2 5 3 3 2 4 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 2 4 3 4 2 4 3 3 3 4 2 3 2 4 2 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 5 3 4 2 4 2 4 2 4 2 4 3 4 3 3 3 4 3 5
Merangkai Kata Pre Tes Siklus I 2 3 2 3 2 4 2 3 2 4 3 3 2 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 4 2 3 2 4 2 3 2 4 2 3 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 4 2 4 2 3 2 4 3 3 3 4 2 3 2 4
26
Membaca Sederhana Pre Tes Siklus I 3 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4
Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, terdapat kelemahan dan kelebihan, adapun kelebihannya yaitu (1) anak tidak merasa terbebani dengan kegiatan membaca, (2) disamping dapat membaca metode ini juga mengajarkan kemampuan menulis untuk anak, (3) tidak terikat dengan buku paket. Sedangkan kelemahannya (1) guru harus benar-benar faham tentang tahapan pengajaran dengan metode whole language ini, (2) perlu ketrampilan khusus guru untuk merencanakan kegiatan pengembangan bahasa secara terpadu.
3. Data Siklus II Dalam penelitian tindakan ada empat tahap yang harus di lalui yakni : a. Perencanaan Berdasarkan data siklus 1 yang diperoleh dapat diketahui bahwa kemampuan membaca permulaan anak sudah ada peningkatan namun masih belum optimal. Hasil assesmen dan refleksi pada siklus 1 ini menjadi acuan peneliti dalam membuat perencanaan perlakuan tindakan. Adapun perencanaan perlakuan tindakan dirancang oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas meliputi : pembuatan RKH sesuai dengan prinsip metode whole language dan masukan dari refleksi siklus 1, media pembelajaran yang mendukung, menyiapkan instrument dan lembar observasi. Kegiatan pembelajaran di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan 10.30 WIB. Pada penerapan metode whole language ini dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran yaitu pukul 07.30-08.00 WIB Sembilan kali pada tiap siklus. Dan pada waktu kegiatan penerapan metode whole language yang memberikan tindakan adalah guru kelas masing-masing dan peneliti sebagai observer. Pelaksanaan metode bercerita ini dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian yang ada di table bawah ini.
27
Tabel 5.6 Jadwal pelaksanaan penerapan metode whole language siklus 2 No
Hari/Tanggal
Kegiatan
1
Senin, 04 Nopember 2013
Mengenal huruf
2
Selasa, 05 Nopember 2013
Mengenal huruf
3
Rabu, 06 Nopember 2013
Merangkai kata
4
Senin, 11 Nopember 2013
Merangkai kata
5
Selasa, 12 Nopember 2013
Merangkai kata
6
Rabu, 13 Nopember 2013
Membaca sederhana
7
Senin, 18 Nopember 2013
Membaca sederhana
8
Selasa, 19 Nopember 2013
Membaca sederhan
9
Rabu, 20 Nopember 2013
Post test
e. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan sama dengan pada siklus 1 yakni dalam pelaksanaan pemberian tindakan metode whole language perlu menciptakan lingkungan yang dapat mengembangkan konsep whole language meliputi :
Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan. Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan menarik minat anak untuk kemudian membacanya. Dapat dipajang juga berbagai hasil karya anak.
Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan melihat model Guru dan anak melakukan kegiatan membaca¸menulis, mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya.
Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku – buku.
Peralatan
untuk
kegiatan
mendengar,
seni,
kegiatan
menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan matematika.
28
Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab sebagaimana seorang
guru. Anak membuat bank kata,
brainstorming ide/ gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru
Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti.
Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka sendiri.
Feedback/response : anak menerima feedback atau timbale balik yang positif dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.
f. Observasi Observasi pada perlakuan tindakan difokuskan pada pengamatan meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak, apakah kemampuan membaca permulaan anak bisa meningkat setelah diterapkan metode whole language. Adapun aspek kemampuan membaca permulaan meliputi kemampuan mengenal huruf, merangkai kata, dan membaca sederhana. Dari hasil observasi kemampua membaca permulaan anak-anak kelompok B Tk Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin di peroleh data sebagai berikut :
29
Tabel 5.7 Nilai kemampuan membaca permulaan sebelum di berikan tindakan penerapan metode whole language (siklus 2) No. Respon den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Mengenal Huruf 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
2 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
3 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5
6 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5
7 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5
8 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 3 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 3 4 5
Butir Soal Tes Merangkai Kata 1 1 1 1 1 1 9 0 1 2 3 4 5 R 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5
30
1 6 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5
1 7 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4
Membaca Sederhana 1 1 2 2 2 2 2 8 9 0 1 2 3 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4
2 5 R 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5
g. Refleksi Dari observasi yang dilakukan dengan pre test, catatan lapangan dan post test pada siklus I ini, terjadi peningkatan terhadap kemampuan membaca permulan anak yang meliputi kemampuan mengenal huruf, merangkai kata dan membaca kalimat sederhana. Hasil peningkatannya dapat di lihat dari tabel di bawah ini. Tabel 5.8 Tabel perolehan nilai pre test dan post test No. Respon den 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
REKAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK KELOMPOK B Mengenal Huruf Merangkai Kata Membaca Sederhana Pre Tes Siklus I Siklus II Pre Tes Siklus I Siklus II Pre Tes Siklus I Siklus II 2 5 5 2 3 5 3 3 5 2 4 5 2 3 5 2 3 5 2 4 5 2 4 4 2 4 4 2 5 5 2 3 5 2 3 5 2 5 5 2 4 5 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2 4 5 2 4 5 2 3 5 2 4 5 2 3 4 2 3 4 3 3 5 2 3 5 3 3 5 2 3 4 2 3 4 2 3 4 3 3 5 3 3 5 2 3 5 3 4 5 3 3 5 3 3 5 3 3 5 2 4 5 3 3 5 2 4 5 2 3 4 2 3 4 2 3 5 2 4 5 2 3 5 3 3 4 2 3 4 2 3 4 2 4 5 2 4 5 2 4 5 3 4 5 2 3 4 2 3 4 2 4 5 2 4 5 2 3 5 3 3 5 3 3 5 3 3 5 3 4 5 2 4 5 2 3 5 2 3 5 2 3 4 2 3 4 2 4 5 3 3 5 3 3 5 2 3 5 2 3 5 2 4 4 3 4 5 2 3 4 2 3 4 2 4 5 3 3 5 2 3 5 3 3 5 2 3 5 3 3 4 2 3 5 2 3 5 2 4 5 3 3 5 2 3 5 3 3 5 2 3 5 2 4 5 2 3 5 3 5 5 3 3 5 3 3 5 3 4 5 3 3 5 3 4 5 2 4 5 3 4 5 3 3 5 2 4 5 2 4 5 2 4 4 2 4 5 2 3 5 2 3 5 2 4 5 2 4 5 2 3 5 3 4 5 3 3 5 3 4 5 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 5 2 3 5 3 3 5 3 5 5 2 4 5 2 4 5
31
Dari hasil observasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, terdapat kelemahan dan kelebihan, adapun kelebihannya yaitu (1) anak termotovasi
B. Pembahasan 1.
Peningkatan kemampuan membaca permulaan anak melalui metode whole language Dari hasil pemberian tindakan pembelajaran membaca dengan metode
whole language pada anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin yang di lakukan dengan dua siklus masing-masing siklus Sembilan kali pemberian tindakan, dengan rincian : Siklus I
: 14, 15, 16, 21, 22, 23, 28, 29, 30 Oktober 2013
Siklus II
: 4, 5, 6, 11, 12, 13, 18, 19, 20 Nopember 2013
Berikut perolehan nilai prosentase dari peningkatan kemampuan membaca anak yang diterapkan dengan metode whole language di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin. Siklus Pretes Siklus 1 Siklus 2
1
Mengenal Huruf 2 3 4 5 55% 45% 38% 50% 13% 10% 90%
1
Merangkai kata 2 3 4 5 73% 28% 65% 35% 35% 75%
Membaca Sederhana 1 2 3 4 5 60% 40% 20% 80% 33% 68%
Keterangan : Skor 5, jika anak membaca benar dan lancar Skor 4, jika anak membaca benar tapi kurang lancar Skor 3, jika anak membaca ragu-ragu Skor 2, jika anak membaca dengan bantuan guru Skor 1, jika anak tidak dapat membaca
Dari data table diatas maka dapat dilihat peningkatan kemampuan anak yang pada pre tes sebelum diberikan tindakan, 55% anak dalam kemampuan mengenal huruf masih membaca dengan bantuan guru dan 73% anak juga masih perlu bantuan guru dalam merangkai kata hal ini dipengaruhi karena dalam kegiatan membaca selama ini guru masih berpedoman pada buku paket membaca dan menggunakan metode yang kurang menyenangkan buat anak. Sehingga setiap kegiatan membaca anak merasa takut dan juga bosan. 32
Setelah dilakukan pemberian tindakan pada siklus I maka diketahui ada peningkatan pada kemampuan membaca peserta didik yang sebelumnya banyak anak dalam membaca masih perlu bantuan guru, namun setelah di berikan tindakan dan di lakukan pengamatan terhadap kemampuan membaca anak-anak maka terlihat hamper pada tiap indicator membaca anak-anak sudah bisa membaca sendiri tanpa bantuan guru lagi meskipun masih ada beberapa anak membaca dengan ragu-ragu namun pada siklus 1 ini sudah mulai muncul kemampuan anak membaca dengan benar meskipun kurang lancar. Dengan rincian 50% anak membaca huruf dengan benar, 35% anak merangkai kata dengan benar yang sebelumnya pada siklus 1 masih belum ada anak yang mencapai nilai 4, dan 80% anak mampu membaca sederhana dengan benar meskipun masih kurang lancar. Perubahan itu dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran yang di tunjukkan oleh salah satu siswa yang bernama Aini dulunya dia termasuk anak yang perlu bimbingan khusus dalam kegiatan membaca, namun setelah diberi tindakan Aini mulai ada peningkatan san dia sekarang suka bertanya terhadap tulisan-tulisan yang ada di sekitarnya. Dari pemberian tindakan pada siklus 1 maka setelah di lakukan analisis dan diskusi dengan kolaborator maka dirasa perlu untuk dilakukan pemberian tindakan kembali dengan beberapa catatan dari refleksi dari siklus 1. Maka pada siklus 2 dapat di ketahui peningkatan kemampuan membaca anak yang sangat signifikan, hal ini di ketahui bahwa 90% anak mampu membaca huruf dengan benar dan lancar, dalam kemampuan merangkai kata 75% anak dapat dengan benar dan lancar serta 68% anak mampu dengan benar dan lancar membaca sederhana. Perubahan ini dapat dilihat pada salah satu anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin yang bernama Rendra ketika kegiatan menulis kata SEPEDA dia tidak hanya menulis sesuai contoh tapi secara spontan dia juga membaca apa yang dia tulis kemudian bercerita pada teman yang disebelahnya tentang sepedanya yang baru. Maka dari sini dapat di ketahui metode whole language ini dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak
33
secara terpadu sehingga secara otomatis kemampuan membaca anak pun meningkat tanpa membuat anak terbebani serta bosan dengan pembelajaran. Dari data yang diperoleh saat pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dengan cara pengamatan menggunakan lembar instrument tes dan checklist observasi kemampuan anak-anak maka di ketahui terjadi peningkatan yang signifikan kemampuan membaca anak-anak dapat ditingkatkan dengan penerapan metode whole language. Hal ini sejalan dengan pendapat Eisele, whole language merupakan suatu cara berfikir untuk mengetahui bagaimana anak-anak belajar berbahasa baik lisan maupun bahasa tulis. Yang mana kegiatan whole language ini meliputi semua proses belajar bahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis) semua dipelajari secara alami, yakni dipelajari secara utuh dan bukan tiap-tiap bagian dipelajari secara terpisah. Sehingga anak belajar secara terpadu tidak hanya kemampuan mengucapkan saja, namun lebih dari itu dengan anak melihat dan mendengar anak mampu mengucapkan dan membaca apa yang di lihatnya serta dengan kegiatan menulis anak terbiasa dengan huruf-huruf sehingga secara tidak langsung anak pun melafalkan apa yang ditulisnya.
2. Penerapan metode whole language dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak TK Kelompok B. Dalam penerapan metode whole language ini meliputi semua proses belajar bahasa (mendengar, berbicara, membaca, menulis) semua dipelajari secara alami, yakni dipelajari secara utuh dan bukan tiap-tiap bagian dipelajari secara terpisah. Namun yang perlu diperhatikan dalam penerapan metode whole language ini guru harus benar-benar telah mempersiapkan lingkungan yang sesuai dengan konsep metode whole language. Semua benda yang ada di kelas hendaknya tertera nama benda tersebut sehingga anak terbiasa melihat tulisan itu sehingga anak secara reflex mengetahui bacaan tulisan yang tertera. Kemudian membiasakan anak belajar melalui model atau dengan melihat model Guru dan anak melakukan kegiatan membaca¸menulis, mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya.
34
Dari hasil penelitian maka di ketahui dari penataan lingkungan itu maka sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar anak untuk mengenal/ belajar membaca maupun menulis secara bersamaan karena itu menjadi suatu hal yang rutin mereka lakukan.
35
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari penelitian yang telah di lakukan dan sudah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kemampuan membaca permulaan anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin setelah diterapkan metode whole language mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari hasil pra siklus dengan hasil post test pada siklus 2.
Hal ini terlihat dengan meningkatnya
kemampuan membaca anak baik mengenal huruf, merangkai kata maupun membaca kalimat sederhana. 2. Saat penerapan metode whole language dalam pada anak TK Kelompok B anak. Anak-anak merasa nyaman saat pembelajaran dan tidak membuat anak merasa terpaksa. Karena pada metode ini pembelajaran secara terpadu sehingga anak dapat mengembangkan kemampuannya lebih optimal.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan pada hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1.
Bagi guru dan pendidik TK, metode whole language dapat menjadi alternative dalam kegiatan pembelajaran membaca.
2.
Bagi pengelola Taman Kanak-kanak atau Bustanul Athfal, diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan dan menentukan pembelajaran seluas-luasnya, sehingga dapat menimbulkan kreatifitas guru dalam mengajar.
3.
Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini dengan memasukkan variabel lain yang belum ada pada penelitian ini.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, 2003, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Brewer, Jo Ann, 2007, Introduction to Early Childhod Education, Boston, USA: Allyn and Bacon. Crain, William, 2007, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi Alih bahasa Yudi santoso, Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Dardjowidjoyo, Soenjono, 2008, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dhieni, dkk. Nurbiana, 2008, Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka. Eisele, Beverly, 1991, Managing The Whole Language Classroom, Creative Teaching Prees, CA. Hawadi, Reni Akbar, 2006, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo. Jamaris, Martini, 2006, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak: Pedoman bagi Orang Tua dan Guru, Jakarta: Grasindo. Kadir, 2010, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial,, Jakarta: Rosemata Sampurna. Lesley Mandel Morrow, 1993, Literacy Development in the Early Years, United State of America : Allyn and Bacon. Munandar, Utami, 1999, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT Gramedia. Papalia,. Diane E, Wendkos Old, Sally and Feldman, Ruth Duskin, 2008, Human Development, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rahim, Farida, 2008, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara.
37
Solehuddin dkk, 2007, Pembaharuan Pendidikan TK, Jakarta:Universitas Terbuka. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Jakarta: Alfabeta.
Sudjana, Nana, 2011, Langkah dan Prosedur Penelitian, Jakarta: BinamitraPublishing. Suyanto, Slamet, 2005, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi. Wasik, Carol Seefeldt dan Barbara A.,2008, Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah , Jakarta : Indeks, 2008. Weaver, Constance, 1990, Understanding Whole Language, Irwin publishing, Canada.
38
Lampiran
Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan
a.
Definisi Konseptual Kemampuan membaca permulaan adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak
untuk dapat membaca simbol yang melambangkan, membaca huruf, kata, dan kalimat sederhana yang dihasilkan melalui latihan mengenal huruf (mengenal simbol-simbol yang melambangkan), merangkai kata (menjadi kalimat sederhana yang menghubungkan antara bahasa lisan dengan tulisan). b.
Definisi Operasional Kemampuan membaca permulaan adalah skor yang dicapai anak
usia 5-6
tahun setelah mengerjakan tes kemampuan membaca. Skor diukur dengan menggunakan instrumen tes berbentuk gambar dan tulisan. Anak yang memiliki kemampuan membaca permulaan
meliputi : kemampuan anak untuk dapat
membaca simbol yang melambangkan, membaca huruf, kata, dan kalimat sederhana yang dihasilkan melalui latihan mengenal huruf (mengenal simbol-simbol yang melambangkan), merangkai kata (menjadi kalimat sederhana yang menghubungkan antara bahasa lisan dengan tulisan). Semakin tinggi skor yang dicapai anak maka semakin baik anak mempunyai kemampuan membaca permulaan, sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai anak maka rendah skor kemampuan membaca permulaan anak.
c.
Kisi-kisi Instrumen Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga, lebih mudah diolah. Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun. Maka tersusun kisi-kisi instrumen tes kemampuan membaca permulaan dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut :
39
Kisi-kisi instrument kemampuan membaca permulaan Variabel Kemampuan membaca permulaan
Dimensi Mengenal huruf Merangkai kata
Membaca sederhana
Indikator - Mengenal huruf vokal - Mengenal huruf konsonan - Membaca kata yang terdiri dari satu suku kata - Membaca kata yang terdiri dari dua suku kata - Membaca kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih - Membaca dengan akhiran huruf konsonan - Membaca kalimat bergambar - Membaca kalimat sederhana
Jumlah
Nomor Butir
Drop
1,2,3,4, 5,6,7,8
1,7,8
9,10,11,12 ,13,14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21
12,13,
22,23,24, 25,26,27,2 8,29,30, 31, 32, 33, 34, 35
23,27,
18
31,32
35
40
NAMA : ……………………………………. No
: …………………………………….
INSTRUMEN PENELITIAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
Petunjuk Penilaian : Skor 5, jika anak membaca benar dan lancar Skor 4, jika anak membaca benar tapi kurang lancar Skor 3, jika anak membaca ragu-ragu Skor 2, jika anak membaca dengan bantuan guru Skor 1, jika anak tidak dapat membaca
Dimensi mengenal huruf Mengenal huruf vokal 1.
Bacalah huruf yang berwarna merah
roda 2.
jamu
Bacalah huruf yang berwarna merah
desa 3.
duri
Bacalah huruf yang berwarna merah
delima 4.
sepeda
Bacalah huruf yang berwarna merah
sepatu 41
belati
Mengenal huruf konsonan 5.
Bacalah huruf yang berwarna biru
roda 6.
jamu
Bacalah huruf yang berwarna biru
t i g a 7.
baca
Bacalah huruf yang berwarna biru
kereta 8.
celana
Bacalah huruf yang berwarna di bawah ini !
bi – ca – du – fa - gi so – ji – ki – le – mu
42
Dimensi Merangkai Kata (9-21) Membaca suku kata 9.
bu
sa
na
10.
ro
ta
si
11.
je
ma
ri
Membaca kata yang terdiri dari dua suku kata 12.
jari
s at u
desa
bola
sapi
aaaaa r o ti
13.
14.
Membaca kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih 15.
radio
lemari 43
16.
17.
kenari
biola
matahari
televisi
Membaca kata yang berakhiran huruf konsonan 18.
gas
jam
bel
19.
sabun
malam
20.
mobil
kapas
21.
sopir
payung
44
Dimensi Membaca Sederhana (Butir 20-24) Membaca kalimat bergambar 22.
tiga bola 23.
Kereta api
24.
sepeda merah
45
25.
ini sepatu
26.
ayam betina
27.
adik bayi
46
28.
Pesawat terbang 29.
yogi baca buku Membaca kalimat sederhana 30.
31.
ibu masak ikan
baju roni biru
47
32.
agus makan roti 33.
ayah naik pesawat terbang
34.
35.
sinta makan nasi goreng
pergi ke rumah nenek
48
VALIDITAS INSTRUMEN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 R Hit R Kritis Status
Nomor Butir 1 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3 4 4 5 5 4 4 4 4 2 3 4 4 4 5 0.308 0.334 Drop
2 5 5 5 4 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 0.363 0.334 valid
3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 3 4 4 5 4 4 4 3 5 3 3 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4 0.494 0.334 Valid
4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 5 4 3 3 3 2 3 4 5 4 0.481 0.334 valid
49
4 5 4 5 3 4 2 3 5 4 4 5 4 5 4 5 3 2 5 4 3 3 5 4 4 5 5 3 4 5 4 0.398 0.334 valid
6 5 5 5 3 3 4 5 4 5 3 5 5 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 0.586 0.334 valid
7 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 3 4 2 4 3 4 4 4 5 4 5 5 5 3 0.213 0.334 Drop
8 3 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 4 4 3 5 5 4 5 4 5 3 5 5 2 4 5 2 5 5 3 0.059 0.334 Drop
9 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 3 5 4 4 4 5 3 4 5 4 3 3 4 3 5 0.421 0.334 Valid
Lanjutan 1 Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 R Hit R Kritis Status
Nomor Butir 10 5 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 3 3 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 5 4 4 4 0.516 0.334 valid
11 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 3 3 3 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5 0.389 0.334 valid
12 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 3 5 4 5 4 5 4 5 3 5 3 0.307 0.334 Drop
13 5 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 5 5 3 5 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 5 4 4 4 0.272 0.334 Drop
50
14 5 5 4 4 3 3 4 4 5 4 5 4 3 5 3 2 3 4 4 4 4 3 4 5 5 3 4 3 3 4 0.506 0.334 valid
15 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 0.471 0.334 valid
16 3 3 3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 0.457 0.334 valid
17 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 3 4 3 2 4 4 3 5 4 4 3 4 5 4 0.647 0.334 valid
18 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 3 5 5 4 4 5 4 5 5 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 5 0.303 0.334 Drop
Lanjutan 2 Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 R Hit R Kritis Status
Nomor Butir 19 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 3 4 4 5 5 0.404 0.334 valid
20 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 3 5 4 2 4 5 4 2 5 3 4 4 5 4 3 3 5 5 0.704 0.334 valid
21 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 3 5 5 4 4 2 4 5 5 3 3 2 4 4 5 4 3 4 5 4 0.583 0.334 Valid
22 4 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 0.663 0.334 valid
51
23 4 4 5 4 4 3 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 3 5 4 0.164 0.334 Drop
24 5 3 5 4 3 4 4 5 4 3 5 5 5 5 3 4 3 4 3 3 4 4 4 5 5 3 4 4 5 5 0.515 0.334 valid
25 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 0.638 0.334 valid
26 5 3 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 3 3 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 4 3 4 4 0.412 0.334 valid
27 4 2 2 2 4 5 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 4 5 5 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 5 0.344 0.334 Valid
Lanjutan 3 Nomor Butir
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 R Hit R Kritis Status
28 2 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 2 3 4 5 4 3 3 5 4 5 4 4 3 4 3 4 0.666 0.334 valid
29 4 5 5 4 4 3 5 5 4 5 5 4 5 4 4 2 4 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4 3 4 4 0.459 0.334 valid
30 5 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 3 4 5 4 3 3 5 4 5 4 4 3 4 3 4 0.757 0.334 Valid
31 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 3 4 2 4 3 4 4 4 5 4 5 5 5 3 0.304 0.334 Drop
52
32 3 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 4 4 3 5 5 4 5 4 5 3 5 5 2 4 5 2 5 5 4 0.299 0.334 Drop
Total 33 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 3 5 4 4 4 5 3 4 5 4 3 3 4 3 5 0.311 0.334 Drop
34 5 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 3 3 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 5 4 4 4 0.272 0.334 Drop
35 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 3 3 3 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5 0.394 0.334 valid
32 32 33 36 29 34 36 33 38 36 37 37 36 36 33 28 31 35 29 29 30 34 34 32 33 32 29 32 32 33
Tabel. 2.3. Rekapitulasi Nomor Butir dari Uji Validitas Instrumen Kemampuan Membaca Permulaan No. Butir
Rhitung
rtabel
Status
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
0.308 0.363 0.494 0.481 0,398 0.586 0.213 0.059
0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334 0.334
drop valid valid valid valid valid drop drop valid valid valid drop drop valid valid valid valid drop valid valid valid valid drop valid valid valid drop valid valid valid drop drop valid valid valid
0.421
0.458 0.370 0.260 0.205 0.478 0.459 0.429 0.663 0.325 0.383 0.621 0.532 0.672 0.164 0.530 0.625 0.398 0.268 0.361 0.498 0.569 0.213 0.080 0.421 0.458 0.370
53
Tabel. 2.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Total Variansi Butir Jml Var Butir Alpha-Cronbach
2 5 5 5 4 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 25 89.47 0.33 14.11 0.877
3 4 4 3 4 4 4 4 5 5 3 4 4 5 4 4 4 3 5 3 3 4 4 4 4 5 4 3 4 3 4
4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 5 4 3 3 3 2 3 4 5 4
0.41
0.51
54
Nomor Butir 4 6 5 5 4 5 5 5 3 3 4 3 2 4 3 5 5 4 4 5 4 3 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 3 4 2 3 5 5 4 4 3 3 3 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 3 3 4 4 4 5 4 4 5
0.86
0.56
9 5 4 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 3 5 4 4 4 5 3 4 5 4 3 3 4 3 5
10 5 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 3 3 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 5 4 4 4
11 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 3 3 3 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5
14 5 5 4 4 3 3 4 4 5 4 5 4 3 5 3 2 3 4 4 4 4 3 4 5 5 3 4 3 3 4
0.58
0.55
0.52
0.67
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Total Variansi Butir
Nomor Butir 15 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5
16 3 3 3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4
17 4 4 4 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 3 4 3 2 4 4 3 5 4 4 3 4 5 4
19 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 3 4 4 5 5
20 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 3 5 4 2 4 5 4 2 5 3 4 4 5 4 3 3 5 5
21 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 3 5 5 4 4 2 4 5 5 3 3 2 4 4 5 4 3 4 5 4
22 4 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4
24 5 3 5 4 3 4 4 5 4 3 5 5 5 5 3 4 3 4 3 3 4 4 4 5 5 3 4 4 5 5
25 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5
0.52
0.48
0.62
0.40
0.81
0.75
0.52
0.64
0.40
55
Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 k Variansi Total Variansi Butir Jml Var Butir Alpha-Cronbach
26 5 3 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 3 3 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 4 3 4 4
28 2 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 2 3 4 5 4 3 3 5 4 5 4 4 3 4 3 4
Nomor Butir 29 30 33 4 5 5 5 4 4 5 4 3 4 5 4 4 3 4 3 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 2 3 3 4 4 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 3 5 4 5 3 5 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 5
0.46
0.79
0.55
56
0.53
0.58
34 5 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 5 5 3 3 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 5 4 4 4
35 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 3 3 3 4 5 5 4 5 4 4 3 5 5
0.55
0.52
Total 30 28 28 30 27 29 31 29 33 32 32 31 32 32 26 21 27 31 27 24 29 28 28 29 28 27 26 25 26 30
Tabel. 2.6. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan Membaca Permulaan No Responden
Jumlah
Y
X²
1
X 5
113
25
12769
565
2
5
106
25
11236
530
3
5
103
25
10609
515
4
4
103
16
10609
412
5
3
96
9
9216
288
6
4
104
16
10816
416
7
5
111
25
12321
555
8
4
111
16
12321
444
9
5
116
25
13456
580
10
5
109
25
11881
545
11
5
113
25
12769
565
12
5
112
25
12544
560
13
4
113
16
12769
452
14
5
115
25
13225
575
15
5
99
25
9801
495
16
4
79
16
6241
316
17
5
91
25
8281
455
18
4
109
16
11881
436
19
4
96
16
9216
384
20
4
82
16
6724
328
21
5
105
25
11025
525
22
4
97
16
9409
388
23
5
100
25
10000
500
24
5
102
25
10404
510
25
4
107
16
11449
428
26
5
93
25
8649
465
27
4
92
16
8464
368
28
4
95
16
9025
380
29
4
104
16
10816
416
30
5
111
25
12321
555
135
3087
617
320247
13951
57
Y²
XY
Perhitungan uji realibilitas variabel kemampuan membaca permulaan
∑X
=
135
∑Y =
∑X2 =
617
∑Y2 = 320247
∑XY =13951 K
n
3087
= 35
= 25
Langkah perhitungan reliabilitas instrumen tes kemampuan membaca permulaan : 1. Menentukan varians butir
(∑X )²
Si2
∑X 2 − n = 𝑛
(135)²
617− 35 Si2 = 35
Si2 =
13,77 35
=
0,39
2. Menentukan varians total
(∑Y )²
St2
∑Y 2 − n = 𝑛
(3087 )²
St2 =
320247 − 35 35
58
St2 =
47973 ,6 35
= 1370,67
3. Uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach
α=
25 𝑘−1
α=
25
=
25 24
(1 −
25−1
∑𝑆𝑖 2 ) 𝑆𝑡 2
0,43
(1 − 94,53)
x 0,989 = 1,031
Berdasarkan
perhitungan
di atas,
diperoleh
hasil koefisien
instrumen tes kemampuan membaca permulaan adalah 1,031. Dengan demikian koefisien reliabilitas butir adalah baik.
59
Rancangan Tindakan Penelitian Pertemuan
Kegiatan
Pertemuan 1
Menempelkan gabungan huruf vocal dan konsonan menjadi suku kata Bermain membentuk kata yang terdiri dari dua suku kata
Pertemuan 2
Mengenalkan huruf vocal menuliskan di papan tulis Mengenalkan huruf konsonan menuliskan dipapan tulis
dan dan
Pertemuan 3
Menyusun kepingan huruf membentuk kata.(dua suku kata) Menyebutkan huruf-huruf yang melambangkannya
Pertemuan 4
Menyusun kepingan huruf membentuk kata.(tiga suku kata) Menyebutkan huruf-huruf yang melambangkannya
Pertemuan 5
Menyebut kata untuk menyambung kata yang sudah ada di papan Anak bermain menyusun kepingan huruf membentuk kata yang di sebut
Pertemuan 6
Menyebutkan kata-kata yang berakhiran huruf konsonan Anak bermain menyusun huruf-huruf membentuk kata yang telah di ucapkan Menyebutkan kalimat sederhana (terdiri dari dua kata) Membentuk kalimat yang diucapkan pada papan permainan
Pertemuan 7
Menyebutkan kalimat sederhana (terdiri dari 3 kata) Menyusun kata yang di sebutkan (terdiri dari 3 kata)
Pertemuan 8
Menyebut kalimat yang disusun guru Menyebut kalimat yang ditunjuk guru
Pertemuan 9
60
Makalah
yang telah dikirim pada Proceeding Seminar Nasional Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan
tema “Guru Kreatif Kunci Sukses
Pendidikan Berkemajuan” yang dilaksanakan pada Sabtu, 30 Desember 2013
METODE WHOLE LANGUAGE UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA PADA ANAK TK Choirun Nisak Aulina, M.Pd, Vanda Rezania, S.Psi Prodi PG. PAUD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Ringkasan Perkembangan bahasa menyangkup empat aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Namun yang berlangsung saat ini di taman kanak-kanak masih banyak yang lebih focus pada perkembangan bahasa pada membaca dan menulis saja. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran banyak yang menggunakan metode konvensional, yaitu meningkatkan kemampuan membaca masih dengan bantuan buku latihan membaca dengan cara mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat klasikal. Metode mengeja mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah mengeluh. Mengajar membaca kepada anak memang bukanlah persoalan mudah. Jika membaca diajarkan dengan cara “dipaksakan” justru dapat berakibat buruk pada perkembangan anak. Anak akan takut membaca akibat merasa tertekan saat belajar membaca. Whole language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang mana dalam implementasinya dalam pembelajaran dilakukan pengembangan kemampuan berbahasa secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui penerapan metode whole language untuk anak usia dini, 2) Untuk mengetahui efektivitas penerapan metode whole language dalam pembelajaran bahasa anak Penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan desain penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart yang dilakukan dengan 2 siklus. Sampel penelitian 40 anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin. Di ketahui terjadi peningkatan yang sangat signifikan dengan penerapan metode whole language diperoleh hasil kemampuan mengenal huruf yang pada mulanya 55% anak dengan bantuan guru namun setelah di berikan tindakan mengalami peningkatan sampai 90% anak mampu mengenal huruf dengan benar dan lancar. Pada kemampuan merangkai kata yang pada mulanya 73% anak membaca dengan bantuan guru setelah diberikan tindakan,anak mampu membaca dengan benar dan lancar dapat mencapai 75%. Pada kemampuan membaca sederhana yang pada mulanya 60% anak membaca dengan batuan guru namun setelah diberikan tindakan terjadi peningkatan 33% anak mampu membaca dengan benar tapi kurang lancar dan 68% anak mampu membaca dengan benar dan lancar. Kata kunci: Whole language, kemampuan membaca permulaan
61
1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, hampir tidak ada seorang manusiapun di dunia yang tidak menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Menurut koentjaraningrat, hampir dipastikan bahwa semua manusia di muka bumi ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Berkomunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, karena setiap manusia adalah makhluk sosial yang harus hidup berdampingan dengan sesamanya. Oleh karena sangat penting untuk memperkenalkan anak dengan bahasa sedini mungkin agar anak dapat berkomunikasi dengan baik. Perkembangan bahasa meliputi empat aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Ke empat aspek bahasa tersebut harus di kembangkan sedini mungkin pada anak-anak terutama pada anak di Taman Kanak-kanak. Namun, kenyataan di lapangan banyak di jumpai orang tua khawatir jika anak mereka tidak bisa menguasai tiga kemampuan tersebut, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan untuk diterima di sebuah Sekolah Dasar (SD). Meskipun tidak ada aturan yang mengatakan bahwa anak masuk SD harus dapat membaca, menulis dan berhitung, namun dalam prakteknya telah banyak ditemui sekolahsekolah SD terutama SD unggulan yang menjadikan kemampuan calistung sebangai tes pada penyaringan siswa baru masuk Sekolah Dasar. Hal ini mendorong lembaga pendidikan penyelenggara PAUD maupun orang tua secara aktif untuk mengajarkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung dengan cara-cara pembelajaran di SD yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Oleh karena itu, PAUD yang seharusnya menjadi taman yang indah, tempat anak-anak bermain dan berteman, mulai beralih menjadi sekolah kanak-kanak yang hanya memenuhi target kemampuan akademik membaca, menulis, dan berhitung (calistung), kegiatan ini berakibat adanya penugasan-penugasan yang harus diselesaikan di rumah biasa disebut PR seperti layaknya proses pembelajaran di SD. Sebagaimana di sampaikan oleh Sukiman “Banyak praktek di PAUD, demi mengejar kemampuan baca-tulis-hitung (calistung), guru sering menggunakan teknik hafalan dan latihan yang mengandalkan kemampuan kognitif, abstrak dan tidak terkait langsung dengan kehidupan anak. Akibatnya, kepentingan anak terkalahkan oleh tugas-tugas skolastik yang semestinya belum saatnya. Selanjutnya, fenomena proses pembelajaran yang berlangsung saat ini dilapangan masih banyak taman kanak-kanak yang menggunakan metode konvensional, yaitu meningkatkan kemampuan membaca masih dengan bantuan buku latihan membaca dengan cara mengeja serta kegiatan belajarnya bersifat klasikal. Metode mengeja mengakibatkan anak mudah bosan serta mudah mengeluh. Mengajar membaca kepada anak memang bukanlah persoalan mudah. Jika membaca diajarkan dengan cara “dipaksakan” justru dapat berakibat buruk pada perkembangan anak. Anak akan takut membaca akibat merasa tertekan saat belajar membaca. Whole language merupakan suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Yang 62
mana dalam implementasinya dalam pembelajaran di lakukan pengembangan kemampuan berbahasa secara utuh yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Prinsip whole language adalah mengamati cara belajar anak, dimana mereka secara aktif mengejar proses belajarnya sendiri sehingga penguasaan konsep menjadi lebih mudah dan lebih dekat. Anak belajar secara langsung, alamiah dan diarahkan pada kenyataan bahasa yang “real”. Dalam kelas whole language pendidik dan anak sama – sama berperan sebagai pengambil resiko dan pengambil keputusan melalui tanggung jawab masing – masing. Di dalamnya juga terdapat interaksi social yang tertuang dalam kegiatan diskusi, saling berbagi gagasan, kerjasama dalam memecahkan masalah dan melaksanakan tugas Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membahas tentang Metode Whole Language untuk pembelajaran bahasa pada anak TK sebagai alternative metode untuk pembelajaran bahasa secara terpadu. 2. Kajian Pustaka Berdasarkan beberapa definisi whole language di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode whole language adalah suatu metode pengajaran perolehan bahasa yang dipraktekkan di kelas atau sekolah secara utuh dan menyenangkan. Pembelajaran mendengar, berbicara, membaca dan menulis tidak dilaksanakan secara terpisah-pisah melainkan dilaksanakan bersama secara terpadu pada semua bidang kemampuan di Taman Kanak-kanak. Whole language bukanlah satu kesatuan yang statis, akan tetapi suatu filosofi yang mengembangkan, sensitive terhadap ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam. Whole language ini berdasarkan pada berbagai macam pandangan dan disiplin ilmu yang mengembangkan bahasa dan literasi, psikolinguistik dan sosiolinguistik, psikologi kognitif dan perkembangan, antropologi dan pendidikan”. Whole language juga didasarkan pada kemampuan guru/kesuksesan guru dalam kelas untuk mengimplementasikan berbagai disiplin ilmu secara mendalam atau dapat menjadi guru whole language yang alamiah yang berdasarkan pada kemampuan mereka akan pengertian yang mendalam mengenai bagaimana anak belajar Menurut Eisele, whole language bukanlah suatu benda, bukanlah satu set bahan, dan juga bukan resep untuk sukses. Whole language adalah jalan/cara untuk berpikir tentang bagaimana anak belajar bahasa baik bahasa oral maupun bahasa tertulis. Pernyataan Goodman diatas memliliki pengertian bahwa filosofi pendidikan pada konsep whole language adalah berdasarkan pada perpaduan berbagai disiplin ilmu yang sama – sama memiliki teori yang kuat pada bahasa dan pembelajaran, pandangan mengajar,dan aturan guru dalam mengembangkan bahasa dan pembelajaran dan kurikulum yang berpusat pada pembelajar. Lebih lanjut lagi Goodman menjelaskan lebih rinci tentang konsep pembelajaran yakni:
63
1. Pembelajaran bahasa adalah mudah ketika menyeluruh, nyata dan relevan, ketika berguna dan fungsional; ketika ada titik temu antara konteks dengan kegunaannya; ketika pembelajar memilih sendiri untuk menggunakannya 2. Bahasa menyangkut personal dan social. Hal ini digerakkan oleh kebutuhan akan komunikasi dan juga terbentuk oleh norma yang ada dalam masyarakat 3. Bahasa adalah belajar sebagaimana orang – orang belajar berbahasa dan tentang bahasa, semua secara simultan dalam konteks berbicara dan kegiatan literasi 4. Dalam perkembangan bahasa pembelajar memiliki sendiri “prosesnya”, membuat keputusan tentang kapan menggunakan, untuk apa dan apa hasilnya. Kemampuan literasi juga sama, dimana pembelajar sendiri yang memiliki kontrolnya 5. Mempelajari bahasa adalah mempelajari arti banyak hal : bagaimana bisa memiliki arti di dunia, bagaimana dengan orang tua, keluarga, dan budaya 6. Dengan kata lain, perkembangan bahasa adalah pencapaian kemampuan personal – social secara holistic. Whole language merupakan suatu filosofi, yang berakar pada pembelajaran secara alami yang pembinaannya dilakukan di kelas dan di sekolah. Dengan falsafah yang berdasarkan pada keyakinan tentang hakikat belajar dan bagaimana belajar maka diharapkan anak – anak dapat berkembang lebih optimal karena mereka mengikuti proses belajarnya sendiri. Anak secara alami belajar bahasa dengan mendengarkan dan berbicara. Selama perkembangan pada awal tahun anak bebas belajar, melalui trial and error dan mereka juga membuat penaksiran atau perkiraan – perkiraan tentang bahasa yang ada di lingkungannya. Orang dewasa di lingkungannya akan menerima danmengerti karena mereka mengetahui bahwa belajar bahasa membutuhkan latihan dan waktu yang cukup lama. Whole language merupakan suatu penyiapan lingkungan yang menyeluruh dimana anak ditenggelamkan dalam bahasa . yang penekanannya dalam bentuk kegiatan mendengar, bercakap, membaca dan menulis. Semuanya itu harus merupakan komunikasi yang bermakna yang diperankan guru dan juga muridnya. Program whole language dibangun berdasarkan suatu pemahaman bahwa anak memang sudah siap untuk melakukan membaca dan menulis, dimana mereka dapat berkomunikasi secara menyueluruh. Dari sinilah guru mulai menyediakan berbagai hal sesuai dengan kebutuhan anak agar terjadi komunikasi yang bermakna sehingga dapat berlangsung proses keaksaraan atau literasi. Berdasarkan konsep psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, antropologi dan pendidikan maka whole language memiliki beberapa kunci dasar yang dapat diimplementasikan untuk program pendidikan yaitu lingkungan yang disesuaikan atau disetting dengan cara tertentu . menurut Eisele berikut cara menciptakan lingkungan yang dapat mengembangkan konsep whole language: 1. Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan. Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan menarik minat anak untuk kemudian membacanya. Dapat dipajang juga berbagai hasil karya anak.
64
2. Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan melihat model 3. Guru dan anak melakukan kegiatan membaca¸menulis, mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya. Ohp dan transparansi atau chart paper dapat digunakan untuk proses menulis 4. Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku – buku. Peralatan untuk kegiatan mendengar, seni, kegiatan menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan matematika. 5. Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab sebagaimana seorang guru. Anak membuat bank kata, brainstorming ide/ gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru 6. Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti. 7. Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka sendiri. 8. Feedback/response : anak menerima fitback atau timbale balik yang positif dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja. Untuk implementasi konsep whole language sebagaimana dijelaskan maka dibutuhkan ruang kelas yang memenuhi atau sesuai dengan 7 kunci dasar diatas,bentuk ruangan dapat digambarkan sebagai berikut : Konsep “whole” dalam whole language mencakup semua komponen proses bahasa yakni mendengar , berbicara, membaca dan menulis. Semua dipelajari secara menyeluruh dan tidak terpisah – pisah. Anak – anak alkan mencapai keberhasilan yang optimal jika berpartisipasi secara aktif dalam semua proses kebahasaan tersebut. Untuk itu, guru whole language harus menyediakan berbagai macam pengalaman yang penuh makna dalam untuk mendengar, berbicara, membaca dan menulis dalam kegiatan sehari – hari. Anak usia dini membangun bahasa oral secara alamiah. Mereka belajar kosakata, intonasi, ekspresi dan ktrampilan berbicara dengan mendengarkan dan berbicara dengan menggunakan bahasanya sendiri. Bimbingan dalam menggunakan bahasa oral merupakan pondasi dasar untuk keberhasilan dalam ketrampilan membaca dan menulis. Untuk itu penting kiranya bagi anak untuk selalu berpartisipasi aktif dalam mendengarkan dan berbicara setiap hari. Anak mendapatkan rasa percaya diri, membangun konsep diri dan membangun perbendaharaan bahasa yang kuat melalui penggunaan bahasa secara aktif.
65
3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode ”action research” atau penelitian tindakan dengan menggunakan metode penelitian campuran (Mix Method). Penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi. Sesuai ini prosedur/desain penelitian tindakan menurut Kemmis dan Taggart
AAA
PENGAMAT AN
6.Analisis focus pengembangan kecerdasan interpersonal 7. Membuat perencanaan pembelajaran 8. Analisis Tema dan jaringan tema 9.Membuat RKM dan RKH 10. Mempersiapkanmedi a/ sumber yang akan digunakan
TINDAKA N
PENGAMAT AN
REFLEK SI
3. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa setelah dilakukan tindakan kedua Target Tercapai 4. Evaluasi tindakan II
RENCAN
REFLEK SI
4. Melaksanakan observasi dengan menggunakan format observasi 5. Mengamati kegiatan pembelajaran 6. Mengevaluasi kemampuan membaca permulaan anak 3. Mengamati kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tindakan kedua 4. Pengumpulan data tindakan kedua
Asesmen Awal:Tes kemampuan membaca permulaan sebelum pelaksanaan tindakan
4. Melaksanakan pembelajaran 5. Melakukan pengamatan pembelajaran 6. Mengumpulkan data pelengkap yang mendukung
RENCAN A ULANG
Merevisi dan memodifikasi pembelajaran sesuai dengan hasil tindakan siklus I
TINDAKA N
4. Mengamati perubahan yang terjadi pada siswa 5. Mengadakan pertemuan dengan guru untuk membahas hasil tindakan 6. Evaluasi tindakan I
Mengaplikasikan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
Gambar 3.2 Target belum tercapai
Model Spiral Kemmis dan Taggart
66
67
Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa TK Kelompok B yang berjumlah 40 anak di TK Aisyiyah 5 Kalitengah Tanggulangin. 4. Pembahasan Penerapan Pembelajaran Bahasa Melalui Whole Language Dalam pelaksanaan aktifitas belajar mengajar whole language di kelas terdapat beberapa pendekatan belajar, antara lain : 1. Language Experience Approach (LEA), yang terangkai dalam tiga tahapan yaitu : Rangkaian pertama : mengkomunikasikan pengalaman 1) Mengkomunikasikan pengalaman 2) Memvisualisasikan pengalaman 3) Mendramatisasikan pengalaman 4) Merespon secara ritmik 5) Menjelajahi dan menyelidiki tulisan 6) Mengarang buku secara individual Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian pertama ini dibutuhkan untuk membuat berbgai materi agar anak dapat menulis secara mandiri dan mendorong mereka untuk dapat mengeja dengan cara mereka sendiri. Kemudian menggunakan “experience chart” untuk merekam pengalaman – pengalaman kelompok mereka Rangkaian Kedua : Mengkomunikasikan belajar 1) Mengenalkan kata – kata sesering mungkin 2) Menyelidiki ejaan 3) Mempelajari bentuk bahasa 4) Memperluas kosakata 5) Membaca symbol non – alphabet Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian kedua ini dibutuhkan “experience chart” sebagai salah satu cara mengenalkan anak pada kebiasaan menulis. Kemudian menghilangkan semua hal yang berkaitan dengan kesiapan membaca dan lembaran kerjanya, seta mendorong anak dapat memperlihatkan kecakapan dan ketrampilan yang mereka miliki melalui aktifitas membaca dan menulis yang nyata, selain itu membantu anak untuk dapat memahami konstruksi menulis dan bahasa lisan melalui penggunaan literature anak. Rangkaian Ketiga : menghubungkan komunikasi dengan orang lain dan diri sendiri 1) Mendengar dan membaca bersama – sama 2) Memahami apa yang di dengar dan apa yang dibaca 3) Mengorganisasikan ide 4) Mengasimilasi dan memadukan ide 5) Mencari dan meneliti berbagai sumber 6) Mengevaluasi komunikasi antar sesame 7) Merespon secara individual Untuk rangkaian ketiga diperlukan penggunaan strategi prediksi dimana ketika membaca dengan anak, mereka di dorong untuk menggunakan pengetahuan dan bahasa mereka sendiri untuk memprediksi bacan. Kemudian merealisasikan apa yang mereka baca dan tulis sebagai sesuatu yang penting dalam pembelajaran dan dapat mereka demontrasikan.
67
68
2. Pendekatan Bermain Bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak usia dini. Dunia anak adalah dunia bermain, melalui kegiatan bermain kesuksesan konsep whole language dapat diraih. Tentu saja ini sangat bergantung dari kemampuan kompetensi guru untuk memproteksi dan merancang lingkungan bermain anak. Selain itu guru juga harus dapat membantu orangtua untuk mengerti dan memahami peranan bermain sebagai alat pembelajaran yang bermakna dan disesuaikan dengan berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam DAP (Bredekamp,1987) , guru diingatkan bahwa :” anak berpartisipasi aktif dalam mengarahkan dirinya bermain secara kongkrit, pengalaman hidup yang nyata yang berlangsung sebagai kunci dalam memotivasi pembel;ajaran yang abermakna di TK dan SD kelas rendah” Bermain merupaka pusat aktifitas whole language, merupakan tiang penyangga tumbuhnya berbagai dialog dan aktifitas sesuai dengan apa yang mereka perankan. Whole language mengangkat issue invitation to play melalui cara – cara yang kreatif denganmerancang jadwal, mendorong para pemain dan mempersiapkan lingkungan kelas untuk bermain, hingga anak merasa terundang untunk bermain. 3. Pendekatan Grouptime Grouptime tersedia bagi anak usi 5 tahun yang duduk bersama-sama selama 20 hingga 30 menit secara menyenangkan dan saling berintraksi yang dirancang hati-hati dengan pelajaran yang fleksibel. Dalam grouptime tersedia kesempatan yang tak terbatas bagi anak untuk berbicara , saling berbagi, tertawa lepas terkekeh-kekeh, atau waktu untuk mengeksplorasikan topik-topik baru mempertunjukkan, memberi tahu, dan waktu yang meletihkan dalam dan penat mendampingi keingin tahuan anak-anak yang besar. Jadwal groptime di rancang dua atau tiga kali sehari dengan ketentuan waktu yang sama.Organisasi ruang dan sarana belajar dalam grouptime merupakan hal yang perlu di tangani secar husus. Yang paling sering di rancang adalah tempat duduk di atas karpet oval atau segi empat, dan para guru dapat duduk bersama di atas karpet bersama. Pendekatan menggunakan metode grouptime di antaranya : a. Grouptime dapat menyeimbangkan kebutuhan anak secara individual, misalnya dalam kebutuhan sosial dan kebutuhan emosional husus. b. Grouptime dapat merespon pikiran dan perasaan anak. Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode grouptime tersebut di perlukan evaluasi, hal ini di bahas dalam DAP di antaranya : a. Melakukan evaluasi setelah semua aktifitas selesai b.Menganalisa situasi masalah husus c. Memperhatikan keserasian pelaksanaan grouptime, antara lain Menyeimbangkab bicara guru dab bicara anak Menyeimbangkan hal-hal yang sudah biasa dengan hal-hal baru yang penuh dengan kejutan Mencermati kecerdasan yang di miliki anak jika ingin merubah atau melanjutkan rencana kegiatan berikutnya.
68
69
I. Perencanaan dan perorganisasian kelas whole language A. Merencanakan dan mengorganisasikan tema
Mendengar :
Berbicara : Menyebutkan kembali namanama binatang yang terdiri dari 2 suku kata Bercerita tentang binatang Menirukan kembali suara binatang
Bermain berbisik dengan menyebutkan nama binatang Mendengarkan cerita binatang
Binatang Dua suku kata Membaca : Nama Binatang dua suku kata antara lain : Ku-da, Sa-pi,
Menulis : Menjiplak Menulis nama binatang dengan dua suku kata
Dari hasil pemberian tindakan penerapan metode Whole Language maka dapat di ketahui bahwa kemampuan berbahasa anak-anak mengalami peningkatan yang sangat signifikan terutama dalam kemampuan membacanya. Siklus Pretes Siklus 1 Siklus 2
1
Mengenal Huruf 2 3 4 55% 45% 38% 50% 10%
5
Merangkai kata 2 3 4 73% 28% 65% 35% 35%
1
13% 90%
Keterangan : Skor 5, jika anak membaca benar dan lancar Skor 4, jika anak membaca benar tapi kurang lancar Skor 3, jika anak membaca ragu-ragu Skor 2, jika anak membaca dengan bantuan guru Skor 1, jika anak tidak dapat membaca
69
5
75%
Membaca Sederhana 1 2 3 4 5 60% 40% 20% 80% 33% 68%
70
Dari bagan diatas, pada kemampuan mengenal huruf yang pada mulanya 55% anak dengan bantuan guru namun setelah di berikan tindakan mengalami peningkatan sampai 90% anak mampu mengenal huruf dengan benar dan lancer. Pada kemampuan merangkai kata yang pada mulanya 73% anak membaca dengan bantuan guru setelah diberikan tindakan dengan metode whole language anak mampu membaca dengan benar dan lancer dapat mencapai 75%. Kemudian pada kemampuan membaca sederhana yang pada mulanya 60% anak membaca dengan batuan guru namun setelah diberikan tindakan terjadi peningkatan 33% anak mampu membaca dengan benar tapi kurang lancer dan 68% anak mampu membaca dengan benar dan lancar. Hal ini disebabkan proses kegiatan belajar mengajar anak-anak tidak merasa jenuh atau tertekan. karena pada prinsipnya pembelajaran dengan metode whole language ini adalah pembelajaran bahasa secara utuh anak tidak duduk diam kemudian membaca tulisan yang ada di depannya. Namun di lakukan dengan terpadu ke empat aspek perkembangan bahasa yakni mendengar, berbicara, membaca dan menulis sehingga anak-anak tidak bosan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Papalia, untuk dapat membaca anak harus memiliki ketrampilan bahasa umum dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca dan koordinasi mata, tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa umum meliputi perbendaharaan kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Penerapan whole language hasilnya dapat maksimal karena dilakukan dengan berbagai pendekatan baik dengan permainan maupun secara berkelompok hal ini membuat anak tidak merasa bosan dan kesulitan. Dengan permainan yang variatif maka kegiatan pembelajaran akan lebih menyenangkan dan pastinya bermakna bagi anak. Dengan permainan dapat melatih indera penglihatan anak sekaligus mengenalkan anak konsep membaca. Melatih otak anak cukup baik untuk membedakan bentuk tulisan dengan tulisan yang lainnya. Selain itu juga melatih daya pikir anak dan dapat mengembangkan kemampuan bahasanya. Sehingga semakin sering menerima pengalaman melihat tulisan-tulisan di lingkungan sekitar maka anak akan lebih cepat dalam mengenal simbol tulisan tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Piaget bahwa anak pada usia 5-6 berada pada masa pra operasional konkret yang artinya anak dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan berbahasa dengan benda-benda yang nyata sebagai simbolnya seperti kartu-kartu bergambar (tulisan).
70
71
Daftar Pustaka Abdurrahman, Mulyono, 2003, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2003, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Brewer, Jo Ann, 2007, Introduction to Early Childhod Education, Boston, USA: Allyn and Bacon. Crain, William, 2007, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi Alih bahasa Yudi santoso, Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Dardjowidjoyo, Soenjono, 2008, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dhieni, dkk. Nurbiana, 2008, Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka. Eisele, Beverly, 1991, Managing The Whole Language Classroom, Creative Teaching Prees, CA. Hawadi, Reni Akbar, 2006, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo. Jamaris, Martini, 2006, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak: Pedoman bagi Orang Tua dan Guru, Jakarta: Grasindo. Kadir, 2010, Statistika Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial,, Jakarta: Rosemata Sampurna. Lesley Mandel Morrow, 1993, Literacy Development in the Early Years, United State of America : Allyn and Bacon. Munandar, Utami, 1999, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT Gramedia. Papalia,. Diane E, Wendkos Old, Sally and Feldman, Ruth Duskin, 2008, Human Development, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Rahim, Farida, 2008, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara. Solehuddin dkk, 2007, Pembaharuan Pendidikan TK, Jakarta:Universitas Terbuka. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Jakarta: Alfabeta. Sudjana, Nana, 2011, Langkah dan Prosedur Penelitian, Jakarta: Binamitra-Publishing. Suyanto, Slamet, 2005, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi. Wasik, Carol Seefeldt dan Barbara A.,2008, Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah , Jakarta : Indeks, 2008. Weaver, Constance, 1990, Understanding Whole Language, Irwin publishing, Canada.
71
72
Choirun Nisak Aulina, M.Pd Vanda Rezania, S.Psi
72
73
BAB I PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI
Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, artinya hampir tak ada manusia di dunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Semua manusia dapat dipastikan menggunakan bahasa untuk berkomuniksi dengan orang lain (koentjaraningrat, 1997). Setiap manusia mengawali komuniksinya dengan dunia lewat bahasa tangis. Lewat bahasa yang universal inilah bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan keinginannya. Namun sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan otototot yang berkaitan dengan proses berbicara. Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan “bahasa” (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa adalah mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti : tulisan, bicara, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, pantomime, dan seni. Sedangkan bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Masa perkembangan bicara dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada tiga tahun pertama dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia berkembang dalam proses mencapai kematangan. Penelitian membuktikan bahwa terdapat “masa kritis” dalam perkembangan bicara dan bahasa terjadi sejak lahir hingga usia 5 tahun. Dalam masa ini perkembangan otak bayi dan anak sedang mengalami kemampuan maksimal dalam menyerap bahasa. Scheaerlaekens (dalam Marat,2005) menyebutkan ada tiga tahap perkembangan pada anak usia lima tahun pertama yaitu: 1. Periode Prelingual (Usia 0-1 tahun) Merupakan suatu periode yang ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara untuk berkomunikasi. Bayi dapat member respon yang berbeda-beda terhadap stimulus. Bayi dapat member respon positif terhadap orang yang ramah dan member respon negatif terhadap orang yang tidak ramah. 2. Periode Lingual Dini (usia 1-2,5 tahun) Periode ini disebut jg dengan early lingual period yaitu suatu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat satu kata maupun dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain. Periode lingual dini dibagi tiga tahap, yaitu: (1) Periode kalimat satu kata (holophrase) Yaitu kemampuan anak untuk membuat kalimat yang hanya terdiri dari satu kata yang mengandung pengertian secara menyeluruh dalam suatu pembicaraan.
(2) Periode kalimat dua kata Yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak membuat kalimat dua kata sebagai ungkapan berkomunikasi dengan orang lain.
73
74
(3) Periode kalimat lebih dua kata (more word sentence) Yaitu periode perkembangan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat secara sempurna sesuai dengan susunan subjek, predikat dan objek. 3. Periode Diferensiasi (usia 2,5-5 tahun) Merupakan suatu periode yang ditandai dengan kemampuan anak untuk menguasai bahasa sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik. Pada masa ini ketrampilan anak dalam berbicara berkembang pesat. Bukan saja penambahan kosakatanya yang mengagumkan, tetapi ia sudah mampu mengucapkan kata demi kata sesuia dengan jenisnya.
Daftar perkembangan Bahasa dari lahir sampai usia 3 tahun (Dalam Papalia, Olds & Feldman, 1998). Usia (bulan) Karakteristik Perkembangan Lahir Bayi dapat menerima pembicaraan orangtua. Ia menangis untuk membuat respon terhadap suara yang gaduh. 1,5-3 bulan Bayi mengoceh, tertawa, dan berteriak 3 bulan Bayi bermain dengan suara-suara untuk memperoleh rasa senang 5-6 bulan Bayi mampu membuat suara konsonan dan mencoba untuk merespon terhadap suara-suara yang didengarnya. 6-10 bulan Bayi mampu mengoceh dengan memadukan suara konsonan dan vocal. 9 bulan Menggunakan gerak-gerik isyarat(gerstur) untuk berkomunikasi dan bermain dengan gertur. 9-10 bulan Bayi mampu menggunakan beberapa isyarat social yang dapat dimengerti oleh lingkungan sosialnya. 10-12 bulan Bayi mulai memahami kata-kata (seperti kata tidak dan nama sendiri), serta mampu meniru kata-kata. 10-14 bulan Anak mampu mengatakan kata-kata pertama dan meniru suara orang lain. 10-18 bulan Anak dapat mengatakan kata-kata tunggal 13 bulan Anak mampu memahami fungsi simbolik dari nama, serta dapat menggunakan isyarat yang diperluas. 14 bulan Akan mampu memahami dan menggunakan isyarat secara simbolik 16-24 bulan Anak mampu membuat kalimat dua kata, misalnya: saya bica, caya bica, taya bita (maksudnya saya bisa)
20 bulan
Anak mampu mempelajari kata-kata dan memperluas perbendaharaan kata secara cepat dari 50 kata menjadi 400 kata.
74
75
20-22 bulan 24 bulan 30 bulan 36 bulan
Anak mampu menggunakan kata-kata benda dan kata sifat. Anak mampu menggunakan beberapa isyarat atau nama. Nama mempunyai arti bagi dirinya. Anak mempunyai dorongan secara tiba-tiba dan cenderung mampu membuat beberapa kata. Anak mampu menggunakan kalimat 2 kata sebagai frase dan ingin berbicara kepada orang lain. Anak belajar kata-kata baru hampir setiap hari. Ia berbicara dengan 3 atau lebih kata. Ia mampu memahami bahasa atau katakata dengan baik, mampu membuat kalimat dengan aturan tata bahasa tatapi sering salah.
75
76
BAB II Kemampuan Membaca Anak
Chomsky menyatakan bahwa kemampuan berbahasa secara alami dimiliki oleh setiap manusia. Ia mengatakan bahwa anak memiliki cetak biru untuk mampu menciptakan sendiri struktur mentalnya secara spontan. Anak mampu berbahasa karena secara alami otak anak memiliki potensi untuk berbahasa. Anak juga mampu menciptakan bentuk gramatika secara alami. Gramatika adalah sebuah sistem aturan untuk menciptakan dan memahami kalimatkalimat dengan benar. Kemampuan ini didapat anak ketika mendengar orang lain berbicara. Secara alami anak menangkap sistem aturan tersebut dan mulai memahami kalimat-kalimat yang didengar. Pada saat anak memahami sistem aturan tersebut maka pada saat itu pula anak mampu menciptakan kalimat-kalimat baru dengan sistem aturan yang sama. Kegiatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk aktivitas membaca. Sebagaimana pembagian tahap perkembangan kognitif menurut Piaget bahwa anak usia 5-6 tahun telah masuk pada tahap pra-operasional yang mana anak-anak belajar berpikir menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah namun pikiran mereka masih belum sistematis dan tidak logis. Sebagai suatu proses berfikir, membaca merupakan menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Montessori menyatakan membaca merupakan kecakapan fundamental anak paling penting yang akan selalu dipelajari. Membaca berarti kesuksesan di sekolah, di dunia kerja, dan dalam kehidupan. Tanpa ada latar belakang membaca yang baik, anak benar-benar akan menderita, karena pada kecakapan membaca inilah sebagian besar proses belajar di masa-masa akan datang dan kesuksesan dipertaruhkan.1 Kemampuan membaca akan mempengaruhi seluruh kehidupan masa depan untuk itu kemampuan membaca harus dimiliki anak sejak usia dini agar menjadi suatu kebiasaan pada dirinya hingga dewasa. Munandar mendefinisikan kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan atau latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan
yang
dimilikinya.
Sedangkan
menurut
Siskandar
kemampuan
adalah
pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang perlu dimiliki dan dilatihkan kepada
76
77
peserta didik untuk membiasakan mereka berfikir dan bertindak, kemampuan ini perlu dimahirkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Senada dengan yang dikemukakan Semiawan, kemampuan adalah suatu daya untuk melakukan tindakan sebagai hasil dari pembawaan latihan-latihan. Adapun Gagne dan Briggs menempatkan kemampuan sebagai hasil belajar (learning out come) yang terdiri dari lima kategori, yakni: (1) kemahiran intelektual (intelectual skills), (2) strategi kognitif (cognitive strategies), (3) informasi verbal (verbal information), (4) ketrampilan motorik (motor-skill), dan (4) sikap (attitude). Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka kemampuan merupakan suatu kesanggupan atau kapasitas yang dimiliki seseorang dalam melakukan tindakan yang dihasilkan dari pembawaan sejak lahir namun dengan demikian kemampuan ini akan berkembang jika diberikan latihan-latihan sehingga mampu melakukan sesuatu dengan baik. Kemampuan merupakan suatu kekuatan/kecakapan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai hasil pengalamannya dalam kegiatan belajar. Kemampuan ini mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dikutip dari buku Wasik yang menjelaskan bahwa ada empat aspek perkembangan bahasa pada anak usia dini, yaitu: (a) Mendengarkan (menyimak), anak-anak mengembangkan kemampuan mendengarkan agar memahami lingkungan mereka. Supaya mereka belajar, mereka harus menerima masukan informasi dan mengolahnya. Mendengarkan dan memahami informasi adalah langkah dasar dalam memperoleh pengetahuan karena fungsi indra pendengaran sangat mempengaruhi perolehan informasi, (b) Berbicara, bahwa untuk belajar bahasa, anak-anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan didengarkan. Dialog efektif antara orang dewasa dan anak termasuk orang dewasa yang mendengarkan ketika anak itu berbicara, mengajukan pertanyaan yang mendorong anak itu bicara lebih banyak, dan memperluas serta mengolah apa yang dikatakan anak itu. (c) Membaca, merupakan kemampuan individu dalam mengolah kata-kata dan sistem bahasa pada huruf dan kata cetak. Kuncinya adalah memahami kombinasi huruf dan kata yang tercetak. Sistem bahasa yang berpengaruh disini adalah kemampuan anak dalam hal semantik, dan sintaksis serta pragmatis bahasa, (d) Menulis, merupakan bagian yang paling rumit dalam perolehan bahasa anak. Hal tersebut karena dalam menulis anak sudah mampu membaca. Namun, walaupun demikian proses yang dialami tentunya bertahap. Kemampuan anak menulis diawali dengan kemampuannya mencoret yang abstrak bertahap menjadi jelas bentuk hurufnya.
77
78
Ruddell dalam Morrow mendefinisikan membaca sebagai salah satu dari penggunaan berbahasa untuk menguraikan tulisan atau simbol dan memahaminya. Dijelaskan juga oleh Tampubolon bahwa membaca merupakan kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dan tulisan. Menurut Bond dalam Abdurrahman membaca merupakan pengenalan simbolsimbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Ditambahkan juga oleh Klein dkk, dalam Farida bahwa membaca mencakup: (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, (3) membaca merupakan interaktif. Jadi membaca bukan hanya sekedar melafalkan huruf-huruf atau kata demi kata, namun lebih dari itu membaca merupakan proses mengkonstruksi yang melibatkan banyak hal, baik aktivitas fisik, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca mencakup aktivitas proses penerjemahan tanda dan lambang-lambang ke dalam maknanya, pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi dan pemahaman makna bacaan dan mengaitkan pengalaman pembaca dengan teks yang dibaca. Menurut Papalia untuk dapat membaca anak harus memiliki keterampilan bahasa umum dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca dan koordinasi mata, tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa umum meliputi perbendaharaan kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Ditambahkan oleh Dardjowidjoyo untuk memahami adanya keteraturan bentuk huruf anak harus memiliki pra syarat yang bersifat psikologis dan neurologis. Dari segi psikologis, anak harus terlebih dahulu mengembangkan kemampuan kognitifnya sehingga ia dapat membedakan satu bentuk dengan bentuk lainnya. Dengan kemampuan ini, anak dapat memahami bentuk huruf. Pra syarat kognitif lainnya yang harus terlebih dahulu dimiliki anak untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca adalah adanya atensi motivasi, kemampuan asosiatif atau kemampuan untuk dapat mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain dan kemampuan memaknai simbol. Simbolisasi diperlukan karena anak harus memahami bahwa apa yang selama ini mereka dengar dan ucapkan dalam bentuk bunyi dapat disimbolkan dalam bentuk huruf. Dari segi neurologis, anak tidak akan mungkin dapat mulai membaca sebelum neuro-biologinya memungkinkan. Misalnya pada umur satu tahun dimana otak baru berkembang sekitar 60% dari otak orang dewasa, anak belum dapat mengidentifikasi letak
78
79
garis lurus dan setengah lingkaran. Maka anak usia 5-6 tahun telah memiliki prasyarat ini dengan kata lain anak telah memiliki kesiapan belajar membaca. Farida mengutip pendapat Syafei yang menyatakan membaca permulaan merupakan proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa.
Maka
membaca
permulaan
adalah
tahap
pembelajaran
membaca
untuk
mengembangkan ketrampilan dasar membaca. Ketrampilan ini mencakup ketrampilan mengenal huruf, membaca kata, serta membaca kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang wajar secara lancar akan tetapi tidak ditekankan pada pemahaman isinya karena pemahaman isi akan dilaksanakan dan ditekankan pada tahap membaca selanjutnya pada kelas yang lebih tinggi. Membaca pada tingkat awal atau membaca permulaan dapat diberikan kepada anak di Taman Kanak-kanak. Hal ini tergantung pada kesiapan membaca seseorang. Senada dengan yang dinyatakan oleh Thomson dalam Hawadi mengatakan bahwa waktu yang paling tepat untuk belajar membaca adalah saat anak-anak duduk di TK. Adapun alasannya adalah pada masa ini rasa ingin tahu anak berkembang sehingga anak banyak melontarkan pertanyaanpertanyaan. Mereka juga lebih siap menerima hal-hal yang dilihatnya disekolah. Disamping itu keterikatan anak pada sesuatu yang konkret semakin berkurang, dan sebaliknya kemampuan mereka berkembang menjadi lebih abstrak. Untuk itulah, anak sudah dapat dilibatkan pada simbol-simbol. Menurut Jamaris anak usia Taman Kanak-Kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk belajar membaca dan menulis. Hal tersebut dapat dilihat dari ; (1) kemampuan anak dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan gerakan motorik yang dapat dilihat pada waktu anak menggerakkan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku, (2) kemampuan anak dalam melakukan diskriminasi secara visual, yaitu kemampuan dalam membedakan berbagai bentuk. Seperti bentuk segi tiga, dan bentuk lainnya, kemampuan ini merupakan dasar untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf, (3) kemampuan kosakata, anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki kosakata yang cukup luas, (4) kemampuan diskriminasi auditori atau kemampuan membedakan suara yang didengar. Kemampuan ini berguna untuk membedakan bunyi huruf.
79
80
Pembelajaran membaca permulaan yang diberikan pada peserta didik usia Taman Kanakkanak khususnya bagi mereka yang telah memiliki kesiapan membaca, bertujuan untuk membina dasar-dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, melatih gerak bola mata dan kesiapan visual dan audiotori anak. Sebagaimana pendapat Papalia untuk dapat membaca anak harus memiliki ketrampilan bahasa umum dan ketrampilan bahasa khusus, sebagai ketrampilan pra membaca dan koordinasi mata, tangan dan kemampuan motorik halus. Ketrampilan bahasa umum meliputi perbendaharaan kata/kosakata, sintaksis, struktur naratif, dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Sehingga anak tidak merasa kesulitan karena telah memiliki modal dasar kemampuan yang di butuhkan untuk belajar membaca. Gray dalam Hawadi menyebutkan beberapa komponen membaca yaitu: (1) pengenalan kata-kata, (2) pengertian, (3) reaksi, dan (4) penggabungan. Harris dalam Abdurrahman menambahkan ada 5 tahap perkembangan membaca, yaitu (1) kesiapan membaca, (2) membaca permulaan, (3) ketrampilan membaca cepat, (4) membaca luas, dan (5) membaca yang sesungguhnya. Sedangkan Solehuddin dkk, membagi tahap perkembangan mambaca anak menjadi empat tahap yakni, (1) tahap pembaca pemula (beginning reader), (2) tahap pembaca tumbuh (emergent reader), (3) pembaca awal (early reader), dan (4) pembaca ahli (fluent reader). Jamaris membagi tahapan perkembangan membaca pada anak TK menjadi empat tahapan, (1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, yang ditandai anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari pentingnya buku. (2) Tahap membaca gambar, dimana anak dapat memandang dirinya sendiri sebagai pembaca dan melibatkan diri dalam kegiatan membaca dan memberi makna pada gambar, (3) Tahap pengenalan bacaan, pada tahap ini anak telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa : fonem (bunyi huruf), sematik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama, (4) Tahap membaca lancar, pada tahap ini anak sudah dapat membaca lancar berbagai jenis buku yang berbeda, serta bahanbahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Bila disesuaikan dengan pengertian membaca permulaan yang dijelaskan sebelumnya maka anak usia 5-6 tahun berada pada tahap tiga dan empat menurut pembagian Jamaris.
80
81
Abdurrahman menambahkan tahap membaca permulaan umumnya dimulai pada anakanak berusia enam tahun. Meskipun demikian anak dapat belajar membaca lebih awal atau pada usia setelah itu, hal ini tergantung pada kesiapannya dalam membaca. Kesiapan membaca ini dapat diukur dari kematangan mental, kemampuan visual, kemampuan mendengarkan, perkembangan wicara dan bahasa, ketrampilan berfikir dan mendengarkan, perkembangan motorik, kematangan sosial dan emosional serta motivasi dan minat membaca. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Dhieni, dkk membaca dikatakan sebagai ketrampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai ketrampilan. Jadi kegiatan membaca merupakan suatu kegiatan terpadu yang mencakup beberapa kegiatan seperti mengenal huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Proses yang alami dalam membaca berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, kalimat dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Meskipun para ahli menggunakan istilah yang berbeda dalam membagi tahapan membaca namun dapat kita simpulkan bahwa anak dapat belajar membaca bila ia telah melewati tahap kesiapan membaca yang ditandai dengan adanya kesadaran fonemik, pemahaman pada konsep buku, kemampuan visual, kemampuan auditori, dan adanya motivasi serta minat membaca. Kemampuan membaca permulaan itu muncul secara alamiah sesuai dengan tahap perkembangan anak. Sebelum mengajarkan membaca pada anak maka terlebih dahulu harus diketahui sejauh mana kesiapan anak dalam belajar membaca yang dapat dilihat dari kematangan mental, kemampuan visual, kemampuan mendengarkan, perkembangan wicara dan bahasa, ketrampilan berfikir dn mendengarkan, perkembangan motorik, kematangan sosial dan emosional serta motivasi dan minat membaca anak. Agar kemampuan membaca anak dapat berkembang dengan baik dari satu tahap ke tahap selanjutnya, diperlukan stimulus yang mendukung minat dan kemampuan anak dalam membaca baik di lingkungan keluarga, sekolah serta lingkungan bermainnya. Karena kemampuan membaca sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi, lingkungan keluarga dan bahan bacaan. Jadi upaya orang tua untuk menyiapkan bahan bacaan yang menarik dan relevan untuk anak sangat diperlukan. Bahan bacaan dan penyajian yang menarik yang sesuai
81
82
dengan karakteristik anak dapat memotivasi anak untuk mengembangkan kemampuan membaca mereka. Sehingga yang dimaksud dengan kemampuan membaca permulaan dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang dimiliki anak untuk membaca simbol, membaca huruf, kata, dan kalimat sederhana yang menghubungkan antara bahasa lisan dengan tulisan.
82
83
BAB III Metode Whole Language
1. Pengertian Weaver menjelaskan tentang whole language sebagai berikut : “whole language is not static entity but evolving philosophy, sensitive to new knowlwdge and insight. It is based upon research from a variety of perspectives and disciplinrs – among them language acquisition and emergent literacy, psycholinguistics and siciolinguistics, cognitive and developmental psychology, anthropology and education.” (uwl p3) Dari penjelasan Weaver diatas dapat dimaknai bahwa whole language bukanlah satu kesatuan yang statis, akan tetapi suatu filosofi yang mengembangkan, sensitive terhadap ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam. Whole language ini berdasarkan pada
berbagai
macam pandangan dan disiplin ilmu yang
mengembangkan bahasa dan literasi, psikolinguistik dan sosiolinguistik, psikologi kognitif dan perkembangan, antropologi dan pendidikan”. Lebih lanjut lagi Weaver menjelaskan : …It’s also based upon the successful practices of teacher who have implemented in their classroom some of the insight feom these disciplines or who are “natural” whole language teachers, based upon their own insight and observations of how children learn..(uwl p4) Penjelasan weaver ini dapat dimaknai bahwa whole language juga didasarkan pada kemampuan guru/kesuksesan guru dalam kelas untuk mengimplementasikan berbagai disiplin ilmu secara mendalam atau dapat menjadi guru whole language yang alamiah yang berdasarkan pada kemampuan mereka akan pengertian yang mendalam mengenai bagaimana anak belajar Selain pengertian di atas, Eisele memberikan pengertian yang labih sederhana mengenai whole language, yaitu bahwa “whole language is not a thing, it’s not a set of materials, and it’s not prescription for success. Whole language is a way of
83
84
thingking about how children learn language – oral language and written language”. Menurut Eisele, whole language bukanlah suatu benda, bukanlah satu set bahan, dan juga bukan resep untuk sukses. Whole language adalah jalan/cara untuk berpikir tentang bagaimana anak belajar bahasa baik bahasa oral maupun bahasa tertulis. Selain Eisele dan Weaver, Goodman menyatakan bahwa “…this educational philosophy is based upon research from converging disciplines that together provide a strong theory of learning and language, a view of teaching and the role of teachers in fostering learning and language and learner centered view of the curriculum..” Pernyataan Goodman diatas memliliki pengertian bahwa filosofi pendidikan pada konsep whole language adalah berdasarkan pada perpaduan berbagai disiplin ilmu yang sama – sama memiliki teori yang kuat pada bahasa dan pembelajaran, pandangan mengajar,dan aturan guru dalam mengembangkan bahasa dan pembelajaran dan kurikulum yang berpusat pada pembelajar. Lebih lanjut lagi Goodman menjelaskan lebih rinci tentang konsep pembelajaran yakni: 1. Pembelajaran bahasa adalah mudah ketika menyeluruh, nyata dan relevan, ketika berguna dan fungsional; ketika ada titik temu antara konteks dengan kegunaannya; ketika pembelajar memilih sendiri untuk menggunakannya 2. Bahasa menyangkut personal dan social. Hal ini digerakkan oleh kebutuhan akan komunikasi dan juga terbentuk oleh norma yang ada dalam masyarakat 3. Bahasa adalah belajar sebagaimana orang – orang belajar berbahasa dan tentang bahasa, semua secara simultan dalam konteks berbicara dan kegiatan literasi 4. Dalam perkembangan bahasa pembelajar memiliki sendiri “prosesnya”, membuat keputusan tentang kapan menggunakan, untuk apa dan apa hasilnya. Kemampuan literasi juga sama, dimana pembelajar sendiri yang memiliki kontrolnya 5. Mempelajari bahasa adalah mempelajari arti banyak hal : bagaimana bisa memiliki arti di dunia, bagaimana dengan orang tua, keluarga, dan budaya 6. Dengan kata lain, perkembangan bahasa adalah pencapaian kemampuan personal – social secara holistic
84
85
Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa landasan fhilosofi dari whole language tumbuh dari berbagai pandangan dan disiplin ilmu, yaitu mulai dari proses pemerolehan bahasa dan tumbuhanya budaya keaksaraan, psikolonguistik, sisiolingistik, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, anthropologi, dan pendidikan. Dari keragaman yang berbeda tersebut whole language berada untuk mempersatukannya . Whole language merupakan suatu filosofi, yang berakar pada pembelajaran secara alami yang pembinaannya dilakukan di kelas dan di sekolah. Dengan falsafah yang berdasarkan pada keyakinan tentang hakikat belajar dan bagaimana belajar maka diharapkan anak – anak dapat berkembang lebih optimal karena mereka mengikuti proses belajarnya sendiri. Anak secara alami belajar bahasa dengan mendengarkan dan berbicara. Selama perkembangan pada awal tahun anak bebas belajar, melalui trial and error dan mereka juga membuat penaksiran atau perkiraan – perkiraan tentang bahasa yang ada di lingkungannya. Orang dewasa di lingkungannya akan menerima danmengerti karena mereka mengetahui bahwa belajar bahasa membutuhkan latihan dan waktu yang cukup lama. Sebagaimana belajar bahasa oral, demikian pula dengan ketrampilan membaca dan menulis anak juga membutuhkan waktu yang cukup lama, melalui latihan – latihan yang mereka lakukan sendiri dan berbagai pengalaman yang bermakna dan penuh arti. Mereka bebas “membuat kesalahan” dalam belajar bahasa dan belajar dari kesalahan yang dibuat. Karena itu berkaitan dengan konsep whole language ini, dibutuhkan guru yang benar – benar mengerti bagaimana anak mempelajari bahasa, dan juga dapat menyediakan waktu dan latihan – latihan untuk perkembangan literasinya. Whole language merupakan suatu penyiapan lingkungan yang menyeluruh dimana anak ditenggelamkan dalam bahasa . yang penekanannya dalam bentuk kegiatan mendengar, bercakap, membaca dan menulis. Semuanya itu harus merupakan komunikasi yang bermakna yang diperankan guru dan juga muridnya. Program whole language dibangun berdasarkan suatu pemahaman bahwa anak memang sudah siap untuk melakukan membaca dan menulis, dimana mereka dapat berkomunikasi secara menyueluruh. Dari sinilah guru mulai menyediakan berbagai hal sesuai dengan kebutuhan anak agar terjadi komunikasi yang bermakna sehingga dapat berlangsung proses keaksaraan atau literasi.
85
86
Berdasarkan konsep psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif, psikologi perkembangan, antropologi dan pendidikan maka whole language memiliki beberapa kunci dasar yang dapat diimplementasikan untuk program pendidikan yaitu
lingkungan yang
disesuaikan atau disetting dengan cara tertentu . menurut Eisele berikut cara menciptakan lingkungan yang dapat mengembangkan konsep whole language: 1. Immersion (tenggelamkan) : lingkungan anak harus kaya akan bahasa tulisan. Dinding, kursi bahkan pintu dan segala peralatan harus kaya akan tulisan dan menarik minat anak untuk kemudian membacanya. Dapat dipajang juga berbagai hasil karya anak. 2. Demonstration (demonstrasi) : anak belajar melalui model atau dengan melihat modelGuru dan anak melakukan kegiatan membaca¸menulis, mendengarkan dan berbicara dalam kegiatan setiap harinya. Ohp dan transparansi atau chart paper dapat digunakan untuk proses menulis 3. Expectation : menciptakan atmosfir yang mengandung harapan untuk anak belajar dan bekerja sesuai dengan tahap perkembangan anak. Untuk ini perlu disiapkan berbagai sumber atau fasilitas bahan, aktifitas dan buku – buku. Peralatan untuk kegiatan mendengar, seni, kegiatan menulis,computer, penerbitan hasil karya, dan peralatan untuk kegiatan matematika. 4. Responsibility : anak harus bertangggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri. Guru sebagai fasilitator, dan anak mengambil tanggung jawab sebagaimana seorang guru. Anak membuat bank kata, brainstorming ide/ gagasan, dan mencari fakta sendiri. Anak bekerja dengan menuliskan pada papan atau display di sekitar ruangan. Anak bergerak dan bekerja dengan bebas dan hanya sedikit arahan dari guru 5. Employment : anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang penuh arti. 6. Approximations : anak mengambil resiko dan bebas bereksperimen dari dorongan mereka sendiri dan merasa senang terhadap hasil usaha mereka sendiri. 7. Feedback/response : anak menerima fitback atau timbale balik yang positif dan spesifik dari guru dan teman sebaya/kelompok kerja.
86
87
Untuk implementasi konsep whole language sebagaimana dijelaskan maka dibutuhkan ruang kelas yang memenuhi atau sesuai dengan 7 kunci dasar diatas,bentuk ruangan dapat digambarkan sebagai berikut : Konsep “whole” dalam whole language mencakup semua komponen proses bahasa yakni mendengar , berbicara, membaca dan menulis. Semua dipelajari secara menyeluruh dan tidak terpisah – pisah. Anak – anak alkan mencapai keberhasilan yang optimal jika berpartisipasi secara aktif dalam semua proses kebahasaan tersebut. Untuk itu, guru whole language harus menyediakan berbagai macam pengalaman yang penuh makna dalam untuk mendengar, berbicara, membaca dan menulis dalam kegiatan sehari – hari. Anak usia dini membangun bahasa oral secara alamiah. Mereka belajar kosakata, intonasi, ekspresi dan ktrampilan berbicara dengan mendengarkan dan berbicara dengan menggunakan bahasanya sendiri. Bimbingan dalam menggunakan bahasa oral merupakan pondasi dasar untuk keberhasilan dalam ketrampilan membaca dan menulis. Untuk itu penting kiranya bagi anak untuk selalu berpartisipasi aktif dalam mendengarkan dan berbicara setiap hari. Anak mendapatkan rasa percaya diri, membangun konsep diri dan membangun perbendaharaan bahasa yang kuat melalui penggunaan bahasa secara aktif.
87
88
BAB IV Penerapan Pembelajaran Membaca Melalui Whole Language
Dalam pelaksanaan aktifitas belajar mengajar whole language di kelas terdapat beberapa pendekatan belajar, antara lain : Language Experience Approach (LEA), yang terangkai dalam tiga tahapan yaitu : Rangkaian pertama : mengkomunikasikan pengalaman 1) Mengkomunikasikan pengalaman 2) Memvisualisasikan pengalaman 3) Mendramatisasikan pengalaman 4) Merespon secara ritmik 5) Menjelajahi dan menyelidiki tulisan 6) Mengarang buku secara individual Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian pertama ini dibutuhkan untuk membuat berbgai materi agar anak dapat menulis secara mandiri dan mendorong mereka untuk dapat mengeja dengan cara mereka sendiri. Kemudian menggunakan “experience chart” untuk merekam pengalaman – pengalaman kelompok mereka Rangkaian Kedua : Mengkomunikasikan belajar 1) Mengenalkan kata – kata sesering mungkin 2) Menyelidiki ejaan 3) Mempelajari bentuk bahasa 4) Memperluas kosakata 5) Membaca symbol non – alphabet Untuk menunjang pendekatan dalam rangkaian kedua ini dibutuhkan “experience chart” sebagai salah satu cara mengenalkan anak pada kebiasaan menulis. Kemudian menghilangkan semua hal yang berkaitan dengan kesiapan membaca dan lembaran kerjanya, seta mendorong anak dapat memperlihatkan kecakapan dan ketrampilan yang mereka miliki melalui aktifitas membaca dan menulis yang nyata, selain itu membantu anak untuk dapat memahami konstruksi menulis dan bahasa lisan melalui penggunaan literature anak. Rangkaian Ketiga : menghubungkan komunikasi dengan orang lain dan diri sendiri 1) Mendengar dan membaca bersama – sama 2) Memahami apa yang di dengar dan apa yang dibaca 3) Mengorganisasikan ide 4) Mengasimilasi dan memadukan ide 5) Mencari dan meneliti berbagai sumber 6) Mengevaluasi komunikasi antar sesame 7) Merespon secara individual Untuk rangkaian ketiga diperlukan penggunaan strategi prediksi dimana ketika membaca dengan anak, mereka di dorong untuk menggunakan pengetahuan dan bahasa
88
89
mereka sendiri untuk memprediksi bacan. Kemudian merealisasikan apa yang mereka baca dan tulis sebagai sesuatu yang penting dalam pembelajaran dan dapat mereka demontrasikan. 2. Pendekatan Bermain Bermain merupakan suatu kebutuhan bagi anak usia dini. Dunia anak adalah dunia bermain, melalui kegiatan bermain kesuksesan konsep whole language dapat diraih. Tentu saja ini sangat bergantung dari kemampuan kompetensi guru untuk memproteksi dan merancang lingkungan bermain anak. Selain itu guru juga harus dapat membantu orangtua untuk mengerti dan memahami peranan bermain sebagai alat pembelajaran yang bermakna dan disesuaikan dengan berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam DAP (Bredekamp,1987) , guru diingatkan bahwa :” anak berpartisipasi aktif dalam mengarahkan dirinya bermain secara kongkrit, pengalaman hidup yang nyata yang berlangsung sebagai kunci dalam memotivasi pembel;ajaran yang abermakna di TK dan SD kelas rendah” Bermain merupaka pusat aktifitas whole language, merupakan tiang penyangga tumbuhnya berbagai dialog dan aktifitas sesuai dengan apa yang mereka perankan. Whole language mengangkat issue invitation to play melalui cara – cara yang kreatif denganmerancang jadwal, mendorong para pemain dan mempersiapkan lingkungan kelas untuk bermain, hingga anak merasa terundang untunk bermain. 2. Pendekatan Grouptime Grouptime tersedia bagi anak usi 5 tahun yang duduk bersama-sama selama 20 hingga 30 menit secara menyenangkan dan saling berintraksi yang dirancang hati-hati dengan pelajaran yang fleksibel. Dalam grouptime tersedia kesempatan yang tak terbatas bagi anak untuk berbicara , saling berbagi, tertawa lepas terkekeh-kekeh, atau waktu untuk mengeksplorasikan topik-topik baru mempertunjukkan, memberi tahu, dan waktu yang meletihkan dalam dan penat mendampingi keingin tahuan anak-anak yang besar. Jadwal groptime di rancang dua atau tiga kali sehari dengan ketentuan waktu yang sama.Organisasi ruang dan sarana belajar dalam grouptime merupakan hal yang perlu di tangani secar husus. Yang paling sering di rancang adalah tempat duduk di atas karpet oval atau segi empat, dan para guru dapat duduk bersama di atas karpet bersama. Pendekatan menggunakan metode grouptime di antaranya : c. Grouptime dapat menyeimbangkan kebutuhan anak secara individual, misalnya dalam kebutuhan sosial dan kebutuhan emosional husus. d. Grouptime dapat merespon pikiran dan perasaan anak. Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode grouptime tersebut di perlukan evaluasi, hal ini di bahas dalam DAP di antaranya : d. Melakukan evaluasi setelah semua aktifitas selesai e. Menganalisa situasi masalah husus f. Memperhatikan keserasian pelaksanaan grouptime, antara lain Menyeimbangkab bicara guru dab bicara anak Menyeimbangkan hal-hal yang sudah biasa dengan hal-hal baru yang penuh dengan kejutan Mencermati kecerdasan yang di miliki anak jika ingin merubah atau melanjutkan rencana kegiatan berikutnya.
89
90
H. Perencanaan dan perorganisasian kelas whole language B. Merencanakan dan mengorganisasikan tema 1. Buatlah tujuan sesuai dengan tema yang di pilih, kemudian brainstoningkan dengan anakanak untuk mengetahui apa yang mereka sudah pahami dan apa yang mereka ingin lebih tau tentang tema ini, contohnya adalah : Tema : comunikasi Komunikasi
Cara Komunikasi
Membaca Majalah Jurnal/laporan Koran Buku Bauku Bacaan
Menulis
Mendengarkan
Berbicara
Diary
TV
Telepon
BUku
Musik
Percakapan
Menggambar
Radio
Bahasa Ekspresi
Surat/kartu Pos
Permainan
Alat Komunikasi Bahasa Telepon TV Telegram BUku Koran Majalah
Apa Yang di Komunikasikan Perasaan Berita Pengetahuan Cerita Pribadi
90
91
2. Organisasikan idenya berdasarkan konten are dan komponen bahasa (kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis) contohnya :
Mendengar/berbicara Radio Televise Tape recorder Permainan Respon pada buku
Membaca
Menulis
Pak Pos
Surat/kartu pos
Surat Untuk bibi
Jurnal/diare
Kancil dan buaya
Syair puisi
Sosial
SAINS Penemuan radi
Komunikasi
TEMA Talegraf
Transformasi Penemu
Telefon`
Pekerja Pos
Internet Pengaruh cuaca
Matematika Pengepoasn Lama waktu pengiriman Tanggal Kode post Penimbnagan berat paket
Seni Musik Lagu pak pos Desain prangko Buat boneka kertas Buat amplop boneka
91
Aktivitas Spesial Kunjungan ke kantor Kunjungan ke stasiun radio Berperan sebagai operator Berkunjung ke penyiar
92
C.
Contoh Jadwal kegiatan dalam kelas whole language
8.30 – 9.00
kegiatan bebas : anak bebas memilih kegiatan, baca majalah, menulis laporan, mengunjungi perpustakaan dll Bisnis pagi: disini guru dapat memberikan anak tugas untukmembantu guru missal :membantu menghitung untuk persiapan makan siang, mengkoleksi catatan dan lain sebagainya
9.00 – 9.45
berkelompok untuk bermain manipulative
9.45 – 10.00
Istirahat
10.00 – 12.00
bahasa dan seni Pemanasan Membaca dan berbagi Cuaca bulan ini Center time
12.00 – 13.00
Tematik (sains : siklus air hujan)
2.00 – 2.30
Membaca individu
2.30 – 3.10
kelas special
3.10 – 3.30
Penutup
92
93
D.
Contoh Skema organisasi kelas whole language
93