Kode/Nama Rumpun Ilmu : 372/ Kebidanan
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENELITIAN DESENTRALISASI SKIM PENELITIAN DOSEN PEMULA TAHUN ANGGARAN 2014 OPTIMALISASI KELOMPOK LANSIA DALAM STUDI BUDAYA JAWA : Peran Orang Tua Dalam pengenalan High Risk Pregnancy Sebagai Upaya Improve Maternal Health
TIM PENGUSUL :
NAMA Ketua Peneliti Anggota Peneliti
Indah Mauludiyah,SST.,MPH Eva Inayatul Faiza,SKM.,M.Kes Miftakhul Mahfirah Ermadona,SST
NIDN 0723037706 0710028401 0710068401
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG DESEMBER 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara PBB yang turut menandatangani deklarasi MDGs (Millennium Development Goals) periode tahun 2000-2015 menjadi 102 per 100.000 KH (Ari, 2010).. Keikutsertaan Indonesia diharapkan mampu meningkatkan pembangunan kesehatan bangsa yang ditujukan dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan angka kematian ibu dan anak, meningkatkan produktivitas kerja serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Prabowo, 2002). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada kenyataannya masih tinggi bahkan tertinggi diantara Negara tetangga. Pada tahun 2004 AKI di Indonesia sebesar 307 per 100.000 KH dan pada tahun 2007 angka tersebut menurun hingga menjadi 228 per 100.000 KH. Selanjutnya AKI di Indonesia tidak menunjukkan penurunan yang signifikan bahkan masih sama dengan AKI pada tahun 2007 yaitu sebesar 228 per 1000.000 KH (SDKI, 2007). Kabupaten Malang Angka kematian ibu tahun 2006 sebesar 28 ibu (62,63 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007 turun menjadi 25 ibu (60,54 per 100.000 kelahiran hidup), tahun 2008 turun menjadi 24 ibu (60,68 per 100.000 kelahiran hidup) dan jumlah kematian ibu tahun 2009 kembali turun menjadi 20 ibu (54,90 per 100.000 kelahiran hidup). Sedangkan tahun 2010 jumlah kematian ibu meningkat menjadi 32 ibu (81,26 per 100.000 kelahiran hidup) yang terdiri dari kematian ibu hamil sebesar 8 ibu (26%), ibu bersalin sebesar 15 ibu(46,87%) dan ibu nifas sebesar 9 ibu (28,13%). (Profil kesehatan kabupaten Malang,2011). Perlu difikirkan dan mencoba upaya lain dengan menggunakan pendekatan budaya serta mengoptimalisasikan penduduk lansia sebagai promotor dalam pengawasan, pembinaan dan dukungan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin dan bayi baru lahir yang ada disekitarnya. Mengingat:
1. Penelitian yang dilakukan Alexander at al 1993 yang dituliskan dalam buku Martin R, 2012. Bahwa System keyakinan etnik dan budaya terhadap kesehatan pada penduduk asia tenggara berkomitmen pada stoikisme (sikap tenang,sabar dan tabah) kepercayaan kuat pada takdir dan menahan rasa sakit. Anggota keluarga dan orang tua merupakan sumber pertama perawatan
kesehatan, lansia dihargai dan dihormati, kakek nenek sering menjadi pembuat keputusan, penasehat, dan pengawasan dalam pengasuhan anak. 2. Struktur penduduk di Indonesia termasuk juga Jawa Timur menunjukkan angka harapan hidup yang semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua. Badan piramida membesar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, kondisi ini mengharuskan adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua, karena golongan penduduk ini relatif tidak produktif. 3. Pengetahuan tentang faktor risiko kehamilan sangat penting diketahui oleh ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat. Karena dengan pengetahuan yang baik, seorang ibu hamil akan tahu keadaan kehamilannya dan diharapkan dapat berperilaku sehat, melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik, dan melakukan tindakan pencegahan, peningkatan kesehatan, menyiapkan serta merencanakan persalinan secara aman, yang hal ini tentunya tidak akan berhasil jika hanya ibu hamil yang menjalankan sendiri, hal ini kemungkinan akan berhasil jika seluruh masyarakat peduli dan mendukung kesehatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. 1.2 Rumusan Masalah Apakah lansia dapat peran aktif dalam pengawasan, pembinaan dan dukungan kesehatan terhadap ibu hamil melalui pendidikan kesehatan tentang kehamilan risiko tinggi pada keluarga dan masyarakat sekitarnya? dan mampukah para lansia melaporkan kasus risiko tinggi yang ada dalam lingkungannya pada petugas kesehatan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun hasil capaian yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah adanya kelompok lansia yang peduli dan aktif dalam pengawasan, pembinaan dan dukungan kesehatan terhadap ibu hamil melalui pendidikan kesehatan baik kepada ibu hamil, suami dan keluarga, serta upaya pelaporan ke tenaga kesehatan apabila ada kondisi kehamilan yang berisiko.
1.4 Luaran. Luaran yang diusulkan dalam penelitian ini adalah publikasi jurnal ilmiah nasional yang mempunyai ISSN dalam bentuk edisi terbitan maupun jurnal online. Dan sebagai dasar pengabdian masyarakat dengan disusun dan dilatihnya kelompok-kelompok lansia lain di seluruh Indonesia dalam pengawasan, pembinaan dan dukungan kesehatan terhadap ibu hamil jika hasil dari penelitian ini dinilai efektif dan berdampak peningkatan target deteksi risiko tinggi oleh masyarakat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. MAKNA SOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEHAMILAN Kehamilan perlu dipertimbangkan pada konteks sosial tempat kehamilan terjadi, yaitu keluarga dan masyarakat, dimana masyarakat mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam mempengaruhi seseorang dalam menggunakan layanan kesehatan. (Martin, 2012). Setiap ibu hamil memerlukan hidup sehat, makanan yang baik, rasa kasih dan dukungan dari keluarga dan masyarakat. Banyak wanita merasa sangat sehat selama hamil, pada waktu yang sama, kehamilan bias menjadi saat yang paling berbahaya bagi wanita dalam hidupnya. (Burns, 2000). Diseluruh dunia, berjuta-juta wanita meninggal dunia karena masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Sebagian besar kematian tersebut terjadi karena wanita dan kelurganya menunggu terlalu lama untuk meminta pertolongan pada waktu keadaan darurat. Contoh: seorang ibu hamil, sewaktu tiba masa persalinan, suami pergi untuk suatu keperluan, beberapa ibu membantunya untuk melahirkan, tetapi persalinannya berjalan terlalu lama dan si ibu mulai mengalami perdarahan dan tidak ada seorangpun yang bias memutuskan apa yang harus dikerjakan, karena suami sedang pergi dan hanya suamilah satu-satunya yang bisa memberi keputusan, beberapa saat kemudian ibu dan bayinya sudah tidak bisa diselamatkan. Hal ini sangat penting untuk dipelajari dimana mayoritas wanita di Indonesia tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan kesehatannya sendiri. Persetujuan suami, orang tua sangat diperlukan untuk memutuskan pertolongan atau pelayanan kesehatan. Demikian juga halnya faktor ekonomi sangat mempengaruhi keputusan suami. Beberapa suami yang mempunyai kesulitan ekonomi akan sangat sulit memberi keputusan pertolongan. Suami akan menunggu dan berunding dengan orang tua dan keluarga mereka untuk memutuskan kemana ibu dan bayi yang akan dilahirkan ditolong dan siapa yang menolong. Apa jadinya jika suami, keluarga atau masyarakat tidak memahami bahaya-bahaya dalam kehamilan maupun persalinan?, maka tentunya segala upaya pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu akan berjalan sangat lambat.(Burns.2000).
Tugas terberat petugas kesehatan bukan menangani atau mengobati penyakit, tapi lebih cenderung bagaimana membuat masyarakat pandai untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi, dan moral dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Mereka menganggap masa tersebut adalah masa kritis karena bisa membahayakan janin dan/atau ibunya. Masa tersebut direspons oleh masyarakat dengan strategi-strategi, seperti dalam berbagai upacara kehamilan, anjuran, dan larangan secara tradisional(Malinowski, Bronislaw, 1927: 76). Tapi sayangnya tidak semua anjuran atau larangan yang diberlakukan oleh masyarakat tersebut berakibat baik bagi kesehatan, ada beberapa yang malah membuat kesehatan seorang ibu hamil menjadi terganggu dan ada dalam kondisi yang bernahaya. Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil pantang mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Di Indonesia wanita hamil dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong, daun lembayung, buah pare, nanas, gula merah, dan makanan yang digoreng dengan minyak (Afiyah Sri Harnany, 2006: 45). Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang.
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan (Wibowo, Adik. 1993: 23). Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil dilarang makan telur dan daging, padahal telur dan daging justru sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin. Berbagai pantangan tersebut akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi seperti anemia dan kurang energi kronis (KEK). Dampaknya, ibu mengalami pendarahan pada saat persalinan dan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat kurang dari 2.5 kg. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain budaya pantang terhadap makanan banyak lagi budaya yang sangat merugikan dan membahayakan kesehatan ibu hamil. Menurut Blum(1974) yang dipetik dari Notoadmodjo(2010), faktor lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Maka diperlukan intervensi untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan masyarakat dengan melibatkan kedua faktor ini. Menurut Notoadmodjo juga mengatakan mengikut teori Green(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1. Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianuti masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. 2. Faktor pemungkin yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat contohnya fasilitas pelaya nan kesehatan. 3. Faktor penguat pula mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas yang sering berinteraksi dengan masyarakat termasuk petugas kesehatan. Selain itu, faktor undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan kesehatan juga termasuk dalam faktor ini.
Aspek sosial (mitos) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil: Dukun sebagai penyembuh. Masyarakat (Lansia) pada beberapa daerah beranggapan bahwa ibu yang mengalami kejang-kejang disebabkan karena kemasukan roh halus, dan dipercaya hanya dukun yang dapat menyembuhkannya. Timbulnya penyakit sebagai pertanda. Contoh Pusing atau pandangan berkunang – kungan yang terjadi pada ibu hamil dianggap pertanda bahwa itu bawaan bayi. Mual dan muntah-muntah adalah hal biasa pada ibu hamil, dan ibu hamil di haruskan minum jamu, padahal minum jamu memberikan efek yang membahayakan pada kehamilan, misalnya menimbulkan kecatatan, abortus, berat badan lahir rendah, asfiksia dan juga bias mengakibatkan keracunan dan kerusakan jantung serta ginjal pada ibu dan hingga kini masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan masih menjalankan kepercayaan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan yang telah turun temurun.(Pantikawati,2010). Penelitian yang dilakukan Alexander et al (1993) dalam buku Martin (2012) menyatakan bahwa, system keyakinan etnik dan budaya pada kelompok penduduk Asia Tenggara menjunjung tinggi nilai tradisional, orang lanjut usia secara umum sangat dihargai dan diikuti nasehat-nasehatnya, keluarga besar sangat dihargai, anggota keluarga dan orang tua merupakan sumber pertama perawatan kesehatan. Untuk itu sangatlah penting memberikan pendidikan kesehatan pada orang lanjut usia tentang risiko tinggi kehamilan dan bagaimana cara merujuknya, agar bisa produktif dan berperan aktif dalam mendukung kesehatan ibu hamil di lingkungan mereka demi mewujudkan target pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia.
B. KONSEP KEHAMILAN RISIKO TINGGI Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik (Manuaba, 2009). Macam-macam kehamilan risiko tinggi Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi menurut Poedji Rochyati (Yulianti, 2009).
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidakpuasan (5K) pada ibu dan bayi (Rochyati, 2011). Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut skor. Skor merupakan bobot prakiraan dari berat atau ringannya risiko/bahaya. Pemilihan angka penunjuk yang sederhana ini disesuaikan dengan pemakaiannya yaitu ibu hamil, kader dan petugas non kesehatan ditingkat pelayanan kesehatan dasar. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah dan risiko tinggi. Skor 2 merupakan skor awal pada setiap ibu hamil dengan berapapun umur ibu dan jumlah anaknya (Depkes, 2009). Jumlah skor memberikan pengertian tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok : a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat. c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Kehamilan dengan faktor risiko: a) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. b) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis (Depkes, 2009).
Faktor Risiko Kehamilan Risiko Tinggi a.
Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO),kehamilan yang perlu diwaspadai adalah : a) Primi muda Ibu hamil pertama pada umur ≤ 20 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain adalah Bayi lahir belum cukup umur, Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir, Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir (Rochjati, 2011). b) Primi tua
Lama Perkawinan Bahaya yang terjadi pada primi tua adalah Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya preeklamsi,Persalinan tidak lancar (Rochjati, 2011).
Pada umur ibu ≥ 35 tahun Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet, bahaya yang terjadi antara lain : Hipertensi / tekanan darah tinggi, Pre-eklamsia, Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan, Persalinan tidak lancar atau macet, dan Perdarahan pasca salin. (Rochjati, 2011).
c) Anak terkecil < 2 tahun Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi: Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah, Bayi prematur atau lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu, Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr (Rochjati, 2011).
d) Primi tua sekunder Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada : Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi, Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak berKB. Bahaya yang dapat terjadi adalah Persalinan dapat berjalan tidak lancar, Perdarahan pasca persalinan, Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes (Manuaba, 2009). e) Grande multi Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan seperti kesehatan terganggu, anemia, kurang gizi, Kekendoran pada dinding perut, tampak ibu dengan perut menggantung, Kekendoran dinding rahim. Bahaya yang dapat terjadi yang ditimbulkan adalah Kelainan letak, persalinan letak lintang, Robekan rahim pada kelainan letak lintang, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011). f) Umur 35 tahun atau lebih Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi adalah Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia, Ketuban pecah dini, Persalinan tidak lancar / macet, perdarahan setelah bayi lahir (Rochjati, 2011). g) Tinggi badan 145 cm atau kurang Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini adalah Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi, panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar, panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar, Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur
bayi) 7 hari atau kurang, Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi adalah persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar (Rochjati, 2011). h) Riwayat obstetric jelek (ROJ) Dapat terjadi pada ibu hamil dengan kejadian berikut seperti : kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami, keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati, lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari, kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali, kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan. Bahaya yang dapat terjadi adalah kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang, penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing (Chapman, 2006). i) Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau pervaginam yang meliputi : tindakan dengan cunam (forcep), vakum. Bahaya yang dapat terjadi, robekan atau perlukaan jalan lahir; perdarahan pasca persalinan, uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila; ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri; Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc. Bahaya yang dapat terjadi adalah radang, bila tangan penolong tidak steril; perforasi, bila jari si penolong menembus rahim; perdarahan; ibu diberi infus atau tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah (Rochjati, 2011). j) Bekas operasi sesar Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada
robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi (Manuaba, 2010). b. Ada Gawat Obstetri (AGO) merupakan tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan dan nifas yang meliputi : a) Penyakit pada ibu hamil
Anemia (kurang darah) Keluhan yang dirasakan ibu hamil yaitu Lemah badan, lesu, lekas lelah; Mata berkunang-kunang; Jantung berdebar. Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil Pucat pada muka, pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan. Kemudian dari hasil Laboratorium diperoleh hasil kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar hemoglobin < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, dapat terjadi cacat bawaan, cadangan besi kurang (Bari, 2002). Pengaruh anemia pada kehamilan adalah menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit, menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah, persalinan premature. Sedangkan untuk bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 g%) adalah kematian janin mati, persalinan prematur pada kehamilan < 37 minggu, persalinan lama dan perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011).
Malaria Keluhan yang dirasakan ibu hamil adalah panas tinggi, menggigil, keluar keringat, sakit kepala, dan muntah-muntah. Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.Bahaya yang dapat terjadi adalah abortus, IUFD, persalinan premature (Rochjati, 2011).
Tuberculosa paru Keluhan yang dirasakan adalah batuk lama tak sembuh-sembuh, tidak suka makan, badan lemah dan semakin kurus, batuk darah. Penyakit ini tidak
secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang. Bahaya yang dapat terjadi adalah keguguran, bayi lahir belum cukup umur dan janin mati dalam kandungan (Bari, 2002).
Payah jantung Keluhan yang dirasakan adalah sesak napas, jantung berdebar, dada terasa berat kadang-kadang nyeri, nadi cepat, kaki bengkak. Bahaya yang dapat terjadi dalam kehamilan adalah payah jantung bertambah berat, kelahiran prematur sedangkan dalam persalinan adalah BBLR, bayi dapat lahir mati (Rochjati, 2011). Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Bari, 2002).
Diabetes mellitus Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar, pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir dan ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria). Bahaya yang dapat terjadi adalah persalinan prematur, hydramnion, kelainan bawaan, makrosomia, kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36, kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari) (Rochjati, 2011).
HIV / AIDS Bahaya yang dapat terjadi akibat HIV/AIDS adalah terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi, kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur, bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI (Rochjati, 2011).
Toksoplasmosis Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi. Bahaya yang dapat terjadi adalah infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus, Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus (Manuaba, 2010).
Pre-Eklamsia ringan Tanda dan gejala pada pre eklamsi adalah edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh, tekanan darah tinggi, dalam urin terdapat Proteinuria. Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada PreEklamsia ringan. Bahaya yang ditimbulkan akibat pre eklamsi bagi janin dan ibu adalah dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, dan janin mati dalam kandungan (Rochjati, 2011).
Hamil kembar Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu. Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhankeluhan adalah sesak napas, edema kedua bibir kemaluan dan tungkai, Varises, dan Hemorrhoid. Bahaya yang dapat terjadi akibat karena hamil kembar adalah keracunan kehamilan, hidramnion, anemia, persalinan prematur, kelainan letak, persalinan sukar dan perdarahan saat persalinan (Rochjati, 2011).
Hidramnion Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat. Keluhan-keluhan yang dirasakan adalah sesak napas, perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter, edema labia mayor,
dan tungkai. Bahaya yang dapat terjadi akibat hamil kembar air adalah keracunan kehamilan, cacat bawaan pada bayi, kelainan letak, persalinan prematur, perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011). Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain adalah penyakit jantung, nefritis, edema umum (anasarka), anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus (Mochtar, 2002)
Janin mati dalam rahim Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil dengan janin mati dalam rahim adalah tidak terasa gerakan janin, perut terasa mengecil dan payudara mengecil. Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam. Dari keluhan ibu tersebut dapat dilakukan pemeriksaan dengan hasil DJJ tidak terdengar, hasil tes kehamilan negative. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu (Rochjati, 2011).
Hamil serotinus Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin adalah janin mengecil, kulit janin mengkerut, lahir dengan berat badan rendah, janin dalam rahim dapat mati mendadak (Manuaba, 2010).
Letak sungsang Letak sungsang yang terjadi pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah. Bahaya yang dapat terjadi akibat kehamilan sungsang adalah bayi lahir
bebang putih yaitu gawat napas yang berat dan bayi dapat mati (Chapman, 2006).
Letak lintang Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya adalah bahaya bagi ibu, perdarahan yang mengakibatkan anemia berat, infeksi, ibu syok dan dapat mati. Sedangkan bahaya bagi janin adalah dapat menyebabkan kematian pada janin yang dikandung (Rochjati, 2011).
Gambar 1. Kehamilan Risiko Tinggi Dalam Kartu Skor Poedji Rochjati
c.
Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO) dapat mengancam jiwa bagi ibu dan janin yang dikandungnya. a) Perdarahan antepartum Merupakan perdarahan sebelum persalinan atau perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi. Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan dapat terjadi pada kasus plasenta previa dimana plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim dan solusio Plasenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma atau kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, dan bias menyebabkan kematian janin. b) Pre-Eklamsia berat / Eklamsia Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit. Bahaya yang dapat terjadi adalah bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal. Sedangkan bahaya bagi janin dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil, bahkan mati dalam kandungan (Saifuddin, 2008).
Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi Deteksi dini kehamilan risiko tinggi dengan menggunakan kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening antenatal berbasis keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada saat persalinan dengan Kartu Skor Poedji Rachjati. Manfaat Kartu Skor Poedji Roachjati untuk menemukan faktor risiko ibu hamil, menentukan kelompok risiko ibu hamil, alat pencatat kondisi bumil. Maka setiap ibu hamil mempunyai satu kartu skor ada didalam buku KIA, dipantau oleh Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan (Rochjati, 2011).
Pencatatan skor dilakukan sebanyak 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagi berikut yaitu 1 (satu) kali pada trimester pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua dan 2 (dua) kali pada trimester ketiga.
Gambar 2. Skrining/Deteksi Dini Ibu Risiko Tinggi Dalam Kartu Skor Podji Rochjati
Kerangka Konseptual kelompok lansia sebagai subyek penelitian
Pengetahuan High Risk Pregnancy pada kelompok lansia melalui kegiatan : 1. Penyuluhan 2. Pelatihan 3. Pendampingan
Deteksi Dini High Risk Pregnancy oleh kelompok lansia Pelaporan High Risk Pregnancy ke Nakes
1.
Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO)
2.
Ada Gawat
Kondisi Kesehatan Ibu Hamil
Obstetri (AGO) 3.
Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO)
Asuhan yang peka budaya Layanan yang dapat diberikan Ketersediaan Layanan Layanan yang dapat di akses
Jaminan MUTU
Asuhan maternal perinatal yang berkualitas untuk semua
: Rencana Kerja Peneliti Pemula
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pre-experimental design yaitu penelitian yang tidak murni eksperimental karena tidak ada variabel yang di kontrol demikian juga pada kelompok sampel tidak dilakukan secara random (Aziz, 2010). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap pengetahuan dan sikap lansia tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model one group pre-test and post-test. Selanjutnya secara purposive lansia dipilih untuk dilatih dilihat kemampuan lansia memahami kehamilan yang berisiko atau tidak berisiko. Metode terakhir yang dikerjakan adalah pendampingan, dimana peneliti mendatangi lansia, dan melakukan pendampingan untuk mengetahui faktor risiko kehamilan diwilayah tinggal lansia dan sekaligus melakukan metode kualitatif untuk menggali lebih dalam keterlibatan lansia dalam perannya dalam upaya preventive promotif pada kasus risiko tinggi kehamilan. Populasi pada penelitian ini adalah kelompok lansia jantung sehat yang berada di desa Slorok, kecamatan Kromengan, kabupaten Malang. Pertimbangan peneliti mengambil kelompok ini sebagai responden adalah: kelompok ini berkomitmen membangun masyarakat sehat hal ini terlihat kegiatan-kegiatan kesehatan yang telah dilakukan, mempunyai ketrampilan komunikasi timbal balik yang baik, bertanggung jawab, tegas, mampu mengambil keputusan dan mempunyai kemampuan leadership yang tinggi. Tahapan kerja yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penyamaan presepsi tentang tujuan dalam kegiatan penelitian ini 2. Pernyataan kesediaan diri dalam kegiatan ini 3. Penyuluhan tentang deteksi dini risiko tinggi kehamilan 4. Pelatihan deteksi dini risiko tinggi kehamilan 5. Pendampingan pengenalan risiko tinggi kehamilan 6. Analisis data penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tahap Penyuluhan. Data Umur Berdasarkan data umur pada responden yang ikut penyuluhan didapatkan dari 53 responden yang berusia <45 tahun sebanyak 3 orang (5,6%), yang berusia 45-59 tahun sebanyak 22 orang (41,5%), yang berusia 60-70 tahun sebanyak 22 orang (41,57%), dan yang berusia 75-90 tahun sebanyak 6 orang (11,3%). Data Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin dari 53 responden yang terbanyak 38 orang (71,70%) berjenis kelamin perempuan dan sejumlah 15 orang (28,30%) berjenis kelamin laki-laki. Data Pendidikan Berdasarkan data responden dari 53 responden yang terbanyak adalah berpendidikan tingkat dasar sebanyak 21 orang (39,6%), memiliki pendidikan tingkat tinggi sebanyak 17 orang (32,2%), tingkat pendidikan menengah 11 orang (20,7%), dan yang tidak sekolah sebanyak 4 orang (7,5%). Data Pekerjaan Berdasarkan data dari 53 responden di dapatkan hasil untuk pensiunan memiliki data terbanyak dengan 18 orang (33,9%), tidak bekerja sebanyak 16 orang (30,2%), swasta sebanyak 14 orang (26,4%), Wiraswasta sebanyak 3 orang (5,7%), dan Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2 orang (3,8%).
Hasil PRETEST Penyuluhan Berdasarkan data dari 53 responden didapatkan hasil untuk yang berpengetahuan Baik sebanyak 14 orang (26,4%), perpengetahuan Kurang Baik seabnyak 39 orang (73,6%). Hasil POSTTEST Penyuluhan Berdasarkan data dari 53 responden didapatkan hasil untuk yang berpengetahuan Baik sebanyak 42 orang (79,2%), berpengetahuan Kurang Baik sebanyak 11 orang (20,8%). 4.1.2 Tahap Pelatihan Dari responden penyuluhan, maka peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu memilih sebagian dari responden, secara purposive, untuk dilakukan pelatihan. Yang dititik beratkan pada mengenal kasus ibu hamil yang beresiko atau tidak. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut: Data Umur Berdasarkan usia 45-59 tahun sebanyak 15 responden (65,2%), yang berusia 60-74 tahun sebanyak 7 orang (30,4%), dan berusia 75-90 tahun sebanyak 1 responden (4,4%). Data Pendidikan Berdasarkan data didapatkan hasil untuk pendidikan dasar sebanyak 8 orang (34,7%), pendidikan menengah 5 orang (21,8%), dan pendidikan tinggi sebanyak 10 orang (43,5%). Data Pekerjaan Berdasarkan data didapatkan hasil untuk pekerjaan pensiunan sebanyak 5 orang (21,7%), tidak bekerja sebanyak 3 orang (13,1%), swasta sebanyak 8 orang (34,8%), dan Pegawai Negeri Sipil sebanyak 1 orang (4,3%), Petani 2 orang (8,7%), dan Guru sebanyak 4 orang (17,4%).
Data Pelatihan Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan hasil berpengetahuan Baik sebanyak 20 orang (87%), dan berpengetahuan Kurang Baik sebanyak 3 orang (13%). 4.1.3 Tahap Pendampingan Tahapan ini, tim penliti mendatangi satu persatu responden, selain mereview materi risiko tinggi kehamilan, tim peneliti juga membantu responden mengenali lingkungan sekitarnya jika ada ibu hamil yang berisiko tinggi, dan selanjutnya tim peneliti menggali sejauhmana keterlibatan responden dalam
mengaplikasikan pengetahuannya tentang
risiko tinggi kehamilan dengan memberikan open kuesioner yang dilaksanakan dengan cara Tanya jawab antara peneliti dan responden, selanjutnya peneliti menuliskan jawaban responden dalam transkrip wawancara. Hasil pendampingan dalam penlitian ini, tidak semua lingkungan responden didapatkan ibu hamil yang berisiko tinggi, hanya ditemukan 2 (dua) ibu hamil yang berisiko tinggi terhadap kehamilannya yaitu pada responden 2 didapatkan ibu hamil dengan usia 40 tahun yang baru hamil untuk pertama kalinya. Dan pada responden 5 didapatkan ibu hamil yang telah 3 (tiga) kali keguguran. Tanggapan responden terhadap penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil, sebagian besar responden mengatakan senang karena mendapatkan ilmu baru, kemanfaatan terhadap diri sendiri dan masyarakat, sebagian besar responden mengatakan bisa saling menjaga, lebih hati hati dan menasehati orang lain yang ada disekitarnya. Review yang dilakukan terhadap pengenalan risiko tinggi kehamilan, jawaban responden sangat bervariasi, keseluruhan responden tidak menjawab secara utuh dari tanda risiko tinggi kehamilan, beberapa responden hanya menjawab tiga sampai empat tanda risiko tinggi pada ibu hamil. Untuk penerapan hasil pelatihan hanya 1 responden yang pernah melaporkan langsung hasil temuannya ke tenaga kesehatan dalam hal ini bidan desa setempat, dan sebagian besar responden mengaplikasikan hanya dalam bentuk saran dan anjuran untuk memeriksakan kehamilan ketenaga kesehatan.
Kendala terhadap keterlaksanaan pengenalan risiko tinggi ibu hamil oleh masyarakat, sebagian besar responden mengatakan tidak ada kendala, ada beberapa responden yang mengharapkan agar ada pengulangan materi dan adanya keterlibatan langsung dari bidan desa setempat. Hasil wawancara dengan bidan desa setempat tentang keterlibatan deteksi risiko tinggi oleh masyarakat adalah, belum tercapai sesuai target, karena belum ada kepastian mengenai alur dan bahan laporannya, dan deteksi tersebut perlu adanya keterkaitan dari seluruh sektor. Dinas kesehatan sendiri selama ini telah melaksanakan program untuk deteksi dini risiko tinggi ibu hamil melalui kunjungan PHN (Public Health Nursing) yang dilakukan tiap bulan, ada juga program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dan untuk aplikasi lebih dekat dinas kesehatan telah melakukan program kelas ibu hamil. Pelatihan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil selama ini belum pernah dilakukan, tapi penyuluhan sudah pernah dan hanya pada kader kesehatan dan itupun tidak semua kader, sedangkan untuk masyarakat umum belum pernah dilakukan, dan yang rutin penyuluhan diberikan langsung pada ibu hamil sendiri. Dan karena belum ada program untuk melatih masyarakat otomatis format dan alur laporan dari masyarakat ke tenaga kesehatan juga belum ada, yang ada adalah format laporan tentang ibu hamil dari bidan, ke puskesmas, dari puskesmas ke dinas kesehatan. Dan itu yang mengerjakan bukan masyrakat tapi tenaga kesehatannya sendiri. Wawancara yang dilakukan peneliti kepada ibu hamil sendiri, didapatkan hasil bahwa dukungan yang diberikan oleh orang tua sangat berarti bagi ibu hamil, mulai dari awal kehamilan sampai setelah melahirkan, ada beberapa ibu hamil yang mengatakan bahwa sebagian bentuk perhatian dari orang tua dirasa sebagai suatu nasehat yang berlebihan. Misalnya anaknya sudah banyak kok hamil – hamil lagi,,,, anaknya masih kecil kok hamil lagi…. Yang meresahkan adalah masih ada sebagian dari orang tua yang melarang ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan tertentu yang akhirnya berdampak pada kesehatan ibu hamil tersebut dan bayi yang dikandungnya.
Ada dukungan orang tua yang lebih kuat pengaruhnya dirasakan ibu hamil yaitu ketika pasangan ibu hamil jauh, maka orang tualah yang berperan dalam perawatan kehamilannya, contoh yang di kemukakan oleh ibu hamil adalah, orang tua sampai mengantarkan ibu hamil periksa, memilihkan tempat persalinan dan sampai membantu menyiapkan hal-hal yang diperlukan saat kelahiran. Hal ini yang dirasakan ibu hamil bahwa dukungan orang tua sangat penting. 4.2 Pembahasan Kehamilan perlu dipertimbangkan pada konteks sosial tempat kehamilan terjadi, yaitu keluarga dan masyarakat, dimana masyarakat mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam mempengaruhi seseorang dalam menggunakan layanan kesehatan. (Martin,2012). Setiap ibu hamil memerlukan hidup sehat, makanan yang baik, rasa kasih dan dukungan dari keluarga dan masyarakat. Banyak wanita merasa sangat sehat selama hamil, pada waktu yang sama, kehamilan bisa menjadi saat yang paling berbahaya bagi wanita dalam hidupnya. (Burns, 2000). Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Broinslaw Malinowski menjadi fokus perhatian yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat, religi, dan moral dengan tujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi. Mereka menganggap masa tersebut adalah masa kritis karena bisa membahayakan janin dan atau ibunya. Masa tersebut direspons oleh masyarakat dengan strategi-strategi, seperti dalam berbagai upacara kehamilan, anjuran, dan larangan secara tradisional (Malinowski, Broinslaw, 1927: 76). Tapi sayangnya tidak semua anjuran atau larangan yang diberlakukan oleh masyarakat tersebut berakibat baik bagi kesehatan, ada beberapa yang malah membuat kesehatan seorang ibu hamil menjadi terganggu dan ada dalam kondisi yang berbahaya. Hal ini terbukti dengan hasil penelitian didapatkan data pretest penyuluhan 73,6% responden mempunyai pengetahuan yang Kurang Baik, pada saat pretest kebanyakan responden menjawab berdasarkan pengalaman mereka, dan setelah peneliti memberikan penyuluhan tentang resiko tinggi kehamilan, hal ini senada dengan hasil dari wawancara
bahwa ada sebagian responden yang mengatakn bahwa lemas dan pucat pada ibu hamil itu adalah hal yang biasa, atau bawaan bayi, dan mereka menceritakan bahwa mereka mempunyai anak sebanyak enam dan itu bukanlah suatu masalah dan kondisinya baikbaik saja, barulah mereka mengetahui kondisi ibu hamil yang berbahaya dan yang tidak, dengan data Posttest 79,2% pengetahuan responden menjadi baik. Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil pantang mengkonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu kehilangan zat gizi yang berkualitas. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan Janin. Pada penelitian ini sebenarnya tidak hanya bermanfaat pada para lansia yang mampu mengenali risiko tinggi kehamilan yang ada di lingkunyannya, tapi ada manfaat bayangan, yaitu harapan agar larangan ataupun anjuran pada ibu hamil yang di keluarkan oleh para lansia berimplikasi positif, karena lansia sudah di beri pendidikan tentang risiko tinggi ibu hamil. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu hamil dikatakan bahwa dia dilarang oleh orang tua mereka makan hati dan mengkonsumsi tablet merah dikarenakan khawatir nanti bayinya berbau amis dan darahnya banyak ketika melahirkan, sehingga saat dilakukan pemeriksaan ibu hamil tersebut dalam kondisi yang anemia, anjuran orang tua terhadap ibu hamil diatas ini sangat bertolak belakang dengan teori dalam buku Atikah ,2010 yang mengatakan bahwa zat besi berguna untuk menaikkan kadar HB (Haemo Globin) yang fungsinya bagi ibu hamil adalah mencegah anemia sehingga tidak terjadi keguguran, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) serta diharapkan saat persalinan ibu tidak mudah mengalami kehilangan darah (Anemia akibat perdarahan) dan pada ibu yang anemia selama hamil sudah dapat dipastikan bayi yang dilahirkan juga dala keadaan anemia, dan akibat yang paling fatal akibat anemia adalah ibu bisa mengalami kematian saat melahirkan.
Tugas terberat petugas kesehatan bukan menangani atau mengobati penyakit, tapi lebih cenderung
bagaimana membuat
masyarakat
pandai untuk
menjaga dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Untuk itu pada tahap ke 2 penelitian ini masih menggali sejauh mana peningkatan pengetahuan responden setelah diberikan pelatihan dalam kelompok responden yang lebih kecil, hasil penelitian didapatkan 87% responden berpengetahuan Baik. Hal ini sangatlah penting untuk diingat bahwa dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat tidak cukup sekali, tapi harus dilakukan secara terus menerus dan di ulang-ulang. Jika pengetahuan masyarakat telah benar pandangannya tehadap kesehatan (risiko kehamilan) maka sebagai responden yang dalam hal ini adalah masyarakat lansia, yang kegiatannya banyak di masyarakat dan kuat dalam mempengaruhi masyarakat, diharapkan mereka dapat menularkan paling tidak pengetahuan yang telah mereka dapat untuk mempengaruhi masyarakat yang lain. Menurut Blum (1974) yang di petik dari Notoatmodjo (2010), faktor lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Maka diperlukan intervensi untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan masyarakat dengan melibatkan kedua faktor ini. Menurut Notoatmodjo juga mengatakan mengikuti teori Green (1980) bahwa faktor penguat mencakup pengaruh sikap dan perilaku tokoh yang dipandang tinggi oleh masyarakat contohnya tokoh masyarakat dan tokoh agama, sangat penting dalam merubah perilaku yang tidak sehat, yang dianggap wajar, menjadi perilaku yang sehat dan peduli dengan kesehatan masyarakat sekitar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil secara dini, adalah hal yang sangat penting dilakukan. Tidak hanya oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh masyarakat yang berada disekitar ibu hamil, kepedulian seseorang untuk mengingatkan, menasehati atau mengajak seorang ibu hamil yang mempunyak risiko kehamilan sangatlah penting, dan untuk bisa mengingatkan, seseorang harus dibekali terlebih dahulu dengan pengetahuan yang sesuai dan benar, pengalam seorang yang saat ini telah lansia amatlah penting, dan seringkali mereka menularkan
pengalaman tersebut, jika pengalaman tersebut yang sebenarnya telah
dibuktikan secara ilmiah bisa membuat kondisi kesehatan berakibat risiko yang membahayakan, sedangkan saat mereka mengalami pengalaman mereka termasuk yang selamat, maka akan berbahaya jika pengalaman tersebut di tularkan. Dalam penelitian ini peneliti berupaya membuat beberapa tahap, dimana para responden lansia, diberi bekal pengetahuan sehingga tercapai persepsi yang sama antara peneliti dan responden. Hal ini dilakukan untuk untuk tercapainya tujuan utama dalam penellitian ini. Yaitu adanya kelompok lansia yang peduli dan aktif
dalam pengawasan, pembinaan dan dukungan
kesehatan terhadap ibu hamil melalui pendidikan kesehatan baik kepada ibu hamil, suami dan keluarga, serta upaya pelaporan ke tenaga kesehatan apabila ada kondisi kehamilan yang berisiko. 5.2 Saran Perlu difikirkan untuk menggali potensi – potensi yang ada, kadangkala yang dianggap beban bagi pemerintah, bisa dijadikan hal yang kuat untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, contohnya jika dulu angka harapan hidup di Indonesia rendah, sekarang angka harapan hidup di Negara kita ini tinggi, yang artinya akan banyak manusia yang tidak produktif, dan mereka akan menjadi beban Negara, tidak lah patut
membiarkan mereka diam tidak produktif, oleh karena itu mereka sebagai orang yang mempunyai pengaruh kuat dalam masyarakat perlu untuk diberdayakan sebagai promotor kesehatan, dan hal ini tidak dapat berjalan dengan sendirinya jika tidak di bantu oleh berbagia sektor yang terkait atau yang peduli dengan kesehatan masyarakat Indonesia. Untuk Dinas Kesehatan sebaiknya membuatkan Alur dan Formulir yang bisa di gunakan masyarakat apabila mereka menemukan masalah yang berkaitan dengan kehamilan. Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan kegiatan pemberdayaan kepada masyarakat yang dalam hal ini bisa melalui penyuluhan-penyuluhan. Seperti halnya dalam modul yang di keluarkan oleh Departemen kesehatan Republik Indonseai Tahu 2006 tentang Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui kemitraan, di dalam modul tersebut jelas tertuang bahawa kelompok pengajian, kelompok peminat kesenian dan kelompok – kelompok lain yang ada dimasyarakat dapat dilibatkan dalam kelompok kerja surveileans. Disarankan hal ini dapat lebih ditingkatkan pelaksanaannya, sehingga betul – betul ada sinkronisasi program antara masyarakat dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA Atikah Proverawati,SKM.,MPH. 2010. Gizi untuk kebidanan. Nuha Medika, Yogyakarta Burns A, Lovich R,et al. 2000. Where Woman Have No Doctor: a Health Guide for women. Essentia Medica: Yogyakarta. Depkes RI. 2009. Buku Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas: Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta. Depkes RI. 2006. Modul 2. Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kemitraan. Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, 2011. Profil kesehatan Kabupaten Malang Hidayat, A.A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan-Paradigma Kuantitatif. Yogyakarta: Nuha Medika Malinowski, Bronislaw. 1927. Sex and Repression in Savage Society. London: Rourledge & Kegan Paul Ltd. Peter Salker. 2008. Millenium Development Goals. Jakarta: Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Manuaba, C. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC. Martin, Reeder et al,2012. Maternity Nursing: Family,newborn, and womens’s Health Care. Jakarta:EGC Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. 2010.Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi:Rineka Cipta Rochjati, Poedji. 2011. Skrining Antenatal Pada Ibu hamil Edisi 2 Pengenalan Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair. Saifuddin, A. 2008. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. SDKI. 2013. Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Wibowo, Adik. 1993. Kesehatan Ibu di Indonesia: Status “Praesens” dan Masalah yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar “ Wanita dan Kesehatan”. Jakarta: Pusat Kajian Wanita FISIP UI
TABULASI PRE TEST DATA PENYULUHAN “OPTIMALISASI KELOMPOK LANSIA DALAM STUDI BUDAYA JAWA Peran Orang Tua Dalam Pengenalan High Risk Pregnancy Sebagai Upaya Improve Maternal Health.”
JENIS
N O
NAMA
KELAMI N
UMU R
PENDIDIDIKA N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
1 3
1 4
1 5
NILA I
PENGETAHUA N
1
Responden 1
0
71
SPG
PENSIUNAN
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
46.67
Kurang Baik
2
Responden 2
1
70
SMU
PURNAWIRAWAN
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
40.00
Kurang Baik
3
Responden 3
0
50
SLTA
TIDAK BEKERJA
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
40.00
Kurang Baik
4
Responden 4
1
65
SMEA
PENSIUNAN
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
46.67
Kurang Baik
5
PEKERJAAN
Responden 5
1
75
STM
PURNAWIRAWAN
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
46.67
Kurang Baik
6
Responden 6
1
71
SLTP
PENSIUNAN
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
46.67
Kurang Baik
7
Responden 7
1
78
SLA
SWASTA
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
40.00
Kurang Baik
8
Responden 8
1
65
SPG
PENSIUNAN GURU
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
66.67
Baik
9
Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20 Responden 21
1
77
SPG
PENSIUNAN GURU
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
46.67
Kurang Baik
1
60
SLTA
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
46.67
Kurang Baik
1
50
S1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
66.67
Baik
1
64
S1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
60.00
Baik
0
53
S1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
66.67
Baik
0
62
SD
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
46.67
Kurang Baik
0
67
SMP
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
1
0
66.67
Baik
0
65
SPG
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
66.67
Baik
0
52
SD
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
46.67
Kurang Baik
0
51
S1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
66.67
Baik
0
51
S1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
46.67
Kurang Baik
0
58
S1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
73.33
Baik
1
82
TD
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
46.67
Kurang Baik
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
TIDAK BEKERJA GURU GURU GURU PNS
PENSIUNAN PENSIUNAN
GURU GURU GURU PENSIUNAN
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30 Responden 31 Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36 Responden 37 Responden 38 Responden 39 Responden 40 Responden 41 Responden 42 Responden 43 Responden 44 Responden 45
1
47
S1
0
50
SMA
0
53
SMP
0
65
S1
1
61
S1
0
53
SMP
0
60
SD
1
67
SKP
0
60
SDKI
0
47
SMP
0
53
S1
0
54
SD
0
59
SD
0
62
S1
0
56
SD
0
50
SD
0
62
S1
1
46
0
40
SMA
0
60
SD
0
41
SMA
0
54
SD
0
65
SD
0
48
SD
SWASTA IRT PRT PENSIUNAN PENSIUNAN PENSIUNAN PETANI IRT SWASTA
GURU SDN SWASTA SWASTA PENSIUNAN
IRT PENSIUNAN
SWASTA IRT
PETANI SWASTA BURUH
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
73.33
Baik
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
73.33
Baik
1
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
73.33
Baik
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
66.67
Baik
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
66.67
Baik
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
73.33
Baik
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
40.00
Kurang Baik
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
46.67
Kurang Baik
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
40.00
Kurang Baik
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
46.67
Kurang Baik
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
46.67
Kurang Baik
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
46.67
Kurang Baik
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
46.67
Kurang Baik
46 47 48 49 50 51 52 53
Responden 46 Responden 47 Responden 48 Responden 49 Responden 50 Responden 51 Responden 52 Responden 53
0
63
SMP
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
46.67
Kurang Baik
0
47
SD
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
46.67
Kurang Baik
0
67
SD
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
46.67
Kurang Baik
0
64
SPG
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
46.67
Kurang Baik
0
42
SMK
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
46.67
Kurang Baik
0
62
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
40.00
Kurang Baik
0
60
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
40.00
Kurang Baik
0
55
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
1
0
0
46.67
Kurang Baik
SDI
PENSIUNAN
PENSIUNAN PENSIUNAN SWASTA
PETANI
TABULASI POST TEST DATA PENYULUHAN “OPTIMALISASI KELOMPOK LANSIA DALAM STUDI BUDAYA JAWA: Peran Orang Tua Dalam Pengenalan High Risk Pregnancy Sebagai Upaya Improve Maternal Health.”
NO
NAMA
JENIS
UMUR
PENDIDIDIKAN
0
71
SPG
1
70
SMU
0
50
SLTA
1
65
SMEA
1
75
STM
1
71
SLTP
1
78
SLA
1
65
SPG
1
77
SPG
1
60
SLTA
1
50
S1
1
64
S1
0
53
S1
0
62
SD
0
57
SMP
0
65
SPG
0
52
SD
0
51
S1
0
51
S1
0
58
S1
PEKERJAAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
NILAI
PENGETAHUAN
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
80.00
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
80.00
Baik
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
73.33
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
60.00
Baik
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
KELAMIN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden
PENSIUNAN PURNAWIRAWAN IRT PENSIUNAN PURNAWIRAWAN TNI AL PENSIUNAN SWASTA PENSIUNAN GURU PENSIUNAN GURU
GURU GURU GURU PNS
PENSIUNAN PENSIUNAN
GURU GURU GURU
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Responden 21 Responden 22 Responden 23 Responden 24 Responden 25 Responden 26 Responden 27 Responden 28 Responden 29 Responden 30 Responden 31 Responden 32 Responden 33 Responden 34 Responden 35 Responden 36 Responden 37 Responden 38 Responden 39 Responden 40 Responden 41 Responden 42 Responden 43 Responden
1
82
TD
1
47
S1
0
50
SMA
0
53
SMP
0
65
S1
1
61
S1
0
53
SMP
0
60
SD
1
67
SKP
0
60
SDKI
0
47
SMP
0
53
S1
0
54
SD
0
59
SD
0
62
S1
0
56
SD
0
50
SD
0
62
S1
1
46
0
40
SMA
0
60
SD
0
41
SMA
0
54
SD
0
65
SD
PENSIUNAN SWASTA IRT PRT PENSIUNAN PENSIUNAN PENSIUNAN PETANI IRT SWASTA
GURU SDN SWASTA SWASTA PENSIUNAN
IRT PENSIUNAN
SWASTA IRT
PETANI SWASTA
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
73.33
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
73.33
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
80.00
Baik
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
80.00
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
80.00
Baik
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
73.33
Baik
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
66.67
Baik
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
73.33
Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
73.33
Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
73.33
Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Responden 45 Responden 46 Responden 47 Responden 48 Responden 49 Responden 50 Responden 51 Responden 52 Responden 53
0
48
SD
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
80.00
Baik
0
63
SMP
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
0
47
SD
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
73.33
Baik
0
67
SD
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
0
64
SPG
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
0
42
SMK
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
0
62
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
0
46.67
Kurang Baik
0
60
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
73.33
Baik
0
55
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
#####
Baik
SDI
BURUH PENSIUNAN
PENSIUNAN PENSIUNAN SWASTA
PETANI
TABULASI DATA PRE TEST PELATIHAN “OPTIMALISASI KELOMPOK LANSIA DALAM STUDI BUDAYA JAWA Peran Orang Tua Dalam Pengenalan High Risk Pregnancy Sebagai Upaya Improve Maternal Health.”
JENIS NO
NAMA
UMUR
PENDIDIDIKAN
PEKERJAAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
NILAI
PENGETAHUAN
PENSIUNAN
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
TIDAK BEKERJA PURNAWIRAWAN TNI AL
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
GURU PNS
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
PENSIUNAN
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
KELAMIN 1
Responden 1
0
71
SPG
2
Responden 2
0
50
SLTA
1
75
STM
3
Responden 3
4
Responden 4
0
53
S1
5
Responden 5
0
65
SPG
6
Responden 6
0
51
S1
GURU
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
7
Responden 7
0
51
S1
GURU
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
93.33
Baik
8
Responden 8
0
58
S1
GURU
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
9
Responden 9
0
65
S1
PENSIUNAN
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
10
SWASTA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
40.00
Kurang Baik
Responden 10
0
60
SDKI
11
Responden 11
0
47
SMP
12
Responden 12
0
53
S1
GURU SDN
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
13
Responden 13
0
54
SD
SWASTA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
14
Responden 14
0
62
S1
PENSIUNAN
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
15
Responden 15
0
56
SD
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
46.67
Kurang Baik
16
Responden 16
0
50
SD
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
46.67
Kurang Baik
17
Responden 17
1
46
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
18
Responden 18
0
40
SWASTA
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
19
IRT
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
46.67
Kurang Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
SMA
IRT
Responden 19
0
60
SD
20
Responden 20
0
41
SMA
21
Responden 21
0
54
SD
PETANI
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
46.67
Kurang Baik
22
Responden 22
0
42
SMK
SWASTA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
23
Responden 23
0
55
SDI
PETANI
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
40.00
Kurang Baik
TABULASI DATA POST TES PELATIHAN “OPTIMALISASI KELOMPOK LANSIA DALAM STUDI BUDAYA JAWA Peran Orang Tua Dalam Pengenalan High Risk Pregnancy Sebagai Upaya Improve Maternal Health.”
JENIS NO
NAMA
UMUR
PENDIDIDIKAN
PEKERJAAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
NILAI
PENGETAHUAN
PENSIUNAN
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
TIDAK BEKERJA PURNAWIRAWAN TNI AL
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
GURU PNS
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
PENSIUNAN
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
KELAMIN 1
Responden 1
0
71
SPG
2
Responden 2
0
50
SLTA
1
75
STM
3
Responden 3
4
Responden 4
0
53
S1
5
Responden 5
0
65
SPG
6
Responden 6
0
51
S1
GURU
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
86.67
Baik
7
Responden 7
0
51
S1
GURU
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
93.33
Baik
8
Responden 8
0
58
S1
GURU
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
9
Responden 9
0
65
S1
PENSIUNAN
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
10
SWASTA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
SWASTA
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
Responden 10
0
60
SDKI
11
Responden 11
0
47
SMP
12
Responden 12
0
53
S1
GURU SDN
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
13
Responden 13
0
54
SD
SWASTA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
14
Responden 14
0
62
S1
PENSIUNAN
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
15
Responden 15
0
56
SD
SWASTA
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
53.33
Baik
16
Responden 16
0
50
SD
IRT
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
17
Responden 17
1
46
S1
SWASTA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
18
Responden 18
0
40
SMA
SWASTA
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
19
IRT
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
46.67
Kurang Baik
SWASTA
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
PETANI
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
93.33
Baik
Responden 19
0
60
SD
20
Responden 20
0
41
SMA
21
Responden 21
0
54
SD
22
Responden 22
0
42
SMK
SWASTA
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
100.00
Baik
23
Responden 23
0
55
SDI
PETANI
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
46.67
Kurang Baik
TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana keterlibatan lansia dalam pengenalan risiko tinggi ibu hamil setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan Pewawancara : Miftakhul M. E Informan : Bidan Desa Tempat/Tanggal : Polindes Slorok, Selasa 12 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara ; Selamat pagi, saya Miftakhul M.E ijinkan saya untuk memulai wawancara tentang pengenalan High Risk Pregnancy oleh masyarakat. Berdasarkan deklarasi MDGs (Millennium Development Goals) periode tahun 2000-2015, Indonesia merupakan salah satu dari 189 negara PBB yang turut menandatangani. Berbagai upaya meningkatkan usia harapan hidup serta menurunkan angka kematian ibu dan anak telah dilaksanakan. Bagaimanakah Deteksi Resiko Tinggi kehamilan oleh masyarakat dan sudah tercapai berapa persen untuk pencapaian targetnya? Informan : Terima kasih bu miftakhul, selama ini kami sudah menjalankan program yang dilaksanakan di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mengenai Deteksi Resiko Tinggi Kehamilan yaitu mengadakan penyuluhan terhadap kader, kunjungan PHN (Public Health Nursing) setiap satu bulan sekali, mengadakan kelas ibu hamil setiap satu bulan sekali dimana masing-masing ibu hamil digolongkan berdasarkan trimester kehamilan, dan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dimana berdasarkan SPM (Sistem Penjamin Mutu) untuk pencapaian target 20% dari ibu hamil secara keseluruhan dan ini sudah tercapai, ibu hamil dengan resiko tinggi akan mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk pencapaian target Deteksi Resiko Tinggi kehamilan oleh masyarakat kami masih belum bisa memastikan karena semua saling terkait, yaitu kerjasama antara keluarga dan suami ibu hamil, RT, RW, Kader serta bidan desa. Pewawancara : Adakah pelatihan yang sudah pernah diberikan terkait dengan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan? Informan : Selama ini belum pernah ada pelatihan yang diberikan kepada masyarakat tentang Deteksi Resiko Tinggi kehamilan, yang kami berikan hanya berupa penyuluhan saja baik terhadap ibu hamil langsung melalui kelas ibu hamil, kunjungan PHN untuk satu keluarga dengan ibu hamil serta penyuluhan kepada kader. Pewawancara : Adakah form laporan terkait dengan Deteksi Resiko Tinggi Kehamilan, dan apabila ada kemana form ini dilaporkan ?
Informan : Untuk form laporan khusus Deteksi Resiko Tinggi kehamilan tidak ada, tetapi ada form PHN yang didalamnya ada mengenai Resiko Tinggi kehamilan. Untuk pelaporan apabila terdapat kasus resiko tinggi kehamilan ke induk dulu (Puskesmas) setelah itu ke Dinas Kesehatan. Pewawancara : Beberapa waktu lalu kami telah mengadakan penyuluhan dan melatih lansia dalam pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil, apakah sudah ada lansia yang melaporkan hasil temuannya pada ibu? Informan : Secara resmi dalam bentuk laporan tertulis belum ada bu… tapi kadang ada orang tua yang mengantarkan anak mereka untuk periksa hamil, .. saya tidak tahu, apakah itu yang ibu maksud? Pewawancara : Baiklah bu… disini dapat saya garis bawahi, bahwa pihak dinas kesehatan belum ada formulir resmi yang dibagikan kemasyarakat, yang dapat digunakan masyarakat untuk melaporkan apa bila mereka menemukan kasus kehamilan risiko tinggi ya bu? Informan : Iya, dan lagi kami belum ada jalur langsung.. apa namanya? Maksud saya untuk lapor belum ada masyarakat perseorangan langsung ke kami petugas kesehatan, biasanya ya lewat kader. Baru kami merekap di formulir yang saya katakana tadi. Pewawancara : Mungkin saya cukupkan wawancara ini bu, terimakasih atas kesediaan ibu,.. Informan : O.. iya sama –sama bu… TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Eva Inayatul Faiza Informan : Masyarakat 1 Tempat/Tanggal : Rumah Informan/ 11 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan :
Saya menjadi lebih mengerti tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan, sehingga tau kapan di masyarakat ada yang beresiko tinggi kehamilan dan mudah untuk melaporkan kepada bidan desa. Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Manfaat bagi saya sendiri, hasil pelatihan ini bisa saya terapkan apabila ada keluarga yang mengalami kehamilan resiko tinggi. Manfaat bagi masyarakat lain, agar lebih hati-hati dan tanggap apabila dilingkungannya ada yang mengalami kehamilan resiko tinggi dan melaporkan sesegera mungkin ke bidan desa Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Sudah bisa, tanda-tanda secara umum yang mudah saya ingat adalah usianya sudah sangat tua tapi masih hamil, anaknya sudah banyak bisa lebih dari 5 anak, kelihatan bengkak pada kaki ibu hamil. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Sudah saya terapkan ilmu yang sudah saya dapatkan dari pelatihan kemarin, kebetulan tetangga saya ada yang mempunyai tanda-tanda kehamilan resiko tinggi dan tidak mau periksa ke bidan karena malu sudah tua dan anaknya sudah banyak. Akhirnya saya yang melaporkan ke bidan desa. Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Ada. Diantaranya ada yang kadang-kadang kurang bisa menerima karena menganggap merasa lebih tau dan tidak percaya dengan apa yang saya sampaikan.
TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Miftakhul Maghfirah Informan : Masyarakat 2 Tempat : Rumah Informan/11 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Ada pengetahuan baru sehingga menjadikan pengalaman buat saya tentang deteksi resiko tinggi kehamilan Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Manfaat untuk saya pribadi, saya menjadi lebih hati-hati lagi kalau ada keluarga saya yang sedang hamil agar bisa lebih menjaga jangan sampai anak cucu saya mengalami bahaya pada kehamilannya. Kalau untuk masyarakat saya bisa membantu mengingatkan atau memberi tahu kalau hamil sebaiknya menjaga kesehatannya agar tidak mengalami masalah dalam kehamilannya, ada bu tetangga saya baru hamil tapi sudah tua, umurnya sekitar 40 tahunan. Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Insaallah bisa bu, tapi kadang-kadang saya perlu baca-baca lagi brosur yang dikasihkan kemarin ke saya karena suka lupa Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Setelah pelatihan kemarin saya hanya menceritakan ke anak saya tentang apa saja yang dipelajari karena kebetulan anak saya yang terahir mau menikah jadi biar nanti waktu hamil bisa jaga-jaga jangan sampai membahayakan kehamilannya, dan tetangga saya yang hamil itu saya nasehati agar periksa ke bidan saja bu..
Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Ada hanya tidak banyak, biasanya anak muda sekarang suka tidak memperhatikan apa yang dikatakan karena sudah mencari informasi sendiri dari internet dan televise, tapi ada juga yang nurut mau menerima masukan yang dikatakan oleh orang tua TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Indah Mauludiyah Informan : Masyarakat 3 Tempat/Tanggal : Rumah Informan/11 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Menurut saya ada ilmu baru buat saya, saya lebih belajar tentang masalah-masalah kehamilan Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Untuk saya sendiri saya lebih bisa belajar lagi apalagi itu adalah pegetahuan baru. Untuk masyarakat kalau ada tetangga yang hamil saya juga kasih tau apa saja tanda bahaya kehamilan dan saya juga menganjurkan tetangga saya yang hamil untuk selalu periksa ke bidan dan puskesmas agar kalau ada apa-apa bisa tau Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Bisa bu, kemarin ada tetangga saya mengeluh pusing, matanya kunang kunang, dan ada bengkak makanya saya anjurkan untuk segera periksa dari pada makin parah nanti kasian bayinya kalau ada apa-apa Pewawancara :
Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Setelah pelatihan kemarin saya ya kadang-kadang menerapkan dalam sehari-hari, biasa kalau pas ikut PKK sama tahlilan rutin ada yang hamil suka saya ingatkan agar menjaga kehamilannya dengan baik, bahkan ada yang saya kasih brosurnya juga biar ikut baca Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Kendala ya mesti ada tapi kalau soal masalah kehamilan banyak juga kok bu orang yang sudah peduli apalagi banyak informasi jadi ndak terlalu susah menerapkan di masyarakatnya TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Eva Inayatul Faiza Informan : Masyarakat 4 Tempat/ Tanggal : Rumah Informan / 11 Agustus 2014 Situasi : Siang hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Saya senang bisa mendapatkan pengetahuan tentang beberapa resiko tinggi kehamilan, menambah pengalaman buat saya sendiri Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Bagi saya dan masyarakat sangat berguna sekali karna menambah pengetahuan tentang kehamilan Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan :
Ada yang bisa aja juga yang masih harus belajar lagi bu, tapi kalau untuk yang umum-umum seperti pusing, bengkak atau tensinya tinggi itu insa allah saya bisa bu, tapi kalau sudah yang susah saya perlu baca lagi brosurnya Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Saya belum menerapkan bu, karena kebetulan di keluarga saya tidak ada yang hamil, hanya saya habis pelatihan ya menyalurkan ke tetangga siapa tau ada yang hamil Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Kendalanya belum menemukan bu, semoga aja tidak ada kendala bu karena di sini masyarakatnya enak-enak kok bu, mau di ajak kerja sama, apalagi soal kesehatan ibu TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Indah Mauludiyah Informan : Masyarakat 5 Tempat/ Tanggal : Rumah Informan/11 Agustus 2014 Situasi : Siang hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Saya sangat senang karena ada tambahan ilmu, apalagi saya sebagai kader sangat perlu tambahan ilmu agar jadi bekal kalau ada masyarakat yang hamil Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Ya sangat senang mbak, sangat berguna buat saya karena saya lebih paham lagi dan kalau kadernya ngerti kan enak mba kalau mengajari ke masyarakat. Apalagi kalau ada yang hamil jadi bisa sama-sama menjaga agar ibu hamilnya tidak sampai beresiko tinggi Pewawancara :
Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Bisa mbak, saya punya brosurnya yang dikasih pelatihan dulu, kadang kalau kesusahan saya belajar lagi sama bidannya langsung mbak, jadi mudah untuk mengenali tanda-tanda resiko kehamilannya Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Ya sering mba, kalau ada di posyandu ya selalu saya terapkan, di kumpulan rutin ibu-ibu saya juga suka kasih tau warga apalagi kalau ada yang hamil mesti saya mengingatkan untuk segera ke bidan atau ke dokterada juga itu tetangga saya, hamil anak ke 3 tapi anak yang lain keluron semua (keguguran), makanya begitu tau hamil lagi saya suruh hati-hati dan ke bu bidan saja Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Selama ini saya belum menemukan kendala yang susah kok mbak, karena bidan selalu membantu saya kalau ada apa-apa TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Indah Mauludiyah Informan : Masyarakat 6 Tempat : Rumah Informan/12 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Kadang saya di cap keminter bu…. Kadang saya juga di cap tukang ngomel, karena klo ada tetangga atau saudara yang ndak ‘open’ sama anaknya yang sedang hamil ya saya omeli bu….. Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ?
Informan : Wow.. banyak bu…. Klo dulu bahkan waktu anak saya hamil, klo lemes kan biasa bu… saya bilang yo gak popo.. iku gawan bayi…. Klo mau makan aneh- aneh saya larang. Untung anak saya dan putu saya sekarang sehat ya bu… Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Klo dulu banyak anak kan banyak rejeki bu… klo sekarang banyak anak ternyata bahaya, klo ibune hamil sering sering bahaya, klo anak e cilik cilik nerecel yo bahaya….. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Ya paling Cuma ngomeli tongo –tonggo… yang gak open tadi bu….. Cuma sya suruh periksa ke bu bidan. Bisanya Cuma ngandani dan nyuruh nyurh bu, ben bayine sehat. Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Kadang mereka ndak manut itu lho bu…. Itu yang bikin geregeten.. klo manut seneng rasane.. TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Indah Mauludiyah Informan : Masyarakat 7 Tempat : Rumah Informan/13 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Seneng bu… jadi ngerti… dan bersyukur, untung saya tidak apa – apa. Lha anak saya enam lho bu…
Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Tetangga dan saudara saya bilangi bu… klo hamil gak apa apa, anaknya banyak yo gak apa apa, tapi periksanya harus ke bidan, ndak boleh ke dukun, bahaya.. Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Brosurnya yang kemaren dikasik saya bawakan ke misan saya bu, pokoknya, klo hamil terus bengkak kabeh, muntah muntah thok, pendek, yo harus ke bidan periksanya. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Ya itu tadi bu… saya suruh periksa ke bidan utowo ke dokter puskesmas, pok e ojo nag dukun, ben klo ada apa apa cepet bias ditangani. Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Anu bu… kudune di ajari maneh… ben tetep eling ingat klo sudah tua gini sering lupa. Klo sudah lama ya pokok e, saya anjurkan wes.. klo periksa ke bidan atau ke puskesmas saja, biar kondisinya normal atau gak normal. Yang penting periksa ke bidan. TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Eva Inayatul Faiza Informan : Masyarakat 8 Tempat : Rumah Informan/14 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ?
Informan : Mau dilatih lagi bu… biar lebih ngerti, kemarin itu baru sedikit ngertinya bu… Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Saya masih belum bilangi orang – orang apa-apa bu… mek saya ngerti sekarang jamane kan banyak penyakit, jadi kudu ati-ati. Dan anak-anak saya sudah podo pinter bu.. punya anak yo gak akeh-akeh.. periksanya yo nang dokter. Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Seingat saya kemaren, hamil pendarahan bahaya bu, klo banyak anak, utowo wes tua kok hamil lagi.. itu juga bahaya bu. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Kadang klo ada ibu hamil Cuma saya tany, wes diperiksakno nang bidan tha nduk? Cuma itu bu Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Kudune bu bidane yo ngajri bu.. kenalan pisan.. nek ono seng bahawa kudu lapor e yok opo.. TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Miftakhul M.E Informan : Masyarakat 9 Tempat/Tangal : Rumah Informan/ 13 Agustus 2014 Situasi : Sore hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia Pewawancara :
Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Saya sangat senang sekali meskipun saya orang biasa bisa mendapat pelatihan tentang deteksi resiko tinggi kehamilan. Dan jarang ada pelatihan seperti ini yang kakek-kakek juga di ikut sertakan Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya, Karena anak saya sekarang sedang hamil kebetulan tinggal satu rumah dengan saya, jadi sebagai orang tua bisa selalu siap membantu selama kehamilan Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Bisa bu, saya masih ingat tentang tanda-tanda kehamilan resiko tinggi. Diantaranya tampak bengkak pada bagian kaki Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Sudah saya terapkan di lingkungan keluarga saya. Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Belum ada kendala bu, Cuma klo ada apa – apa saya harus lapor kesiapa? Dan lagi klo sudah tua begini saya tidak bisa mengantar kemana mana.
TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Indah Mauludiyah Informan : Masyarakat 10
Tempat/Tanggal Situasi
: Rumah Informan/ 14 Agustus 2014 : Sore hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Setelah mendapat pelatihan ini, saya mendapatkan tambahan ilmu terutama dalam bidang kesehatan, semoga bisa saya terapkan di daerah tempat tinggal saya Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Manfaat untuk saya sendiri, saya lebih mengerti tentang tanda-tanda kehamilan dengan resiko tinggi dan bagi masyarakat lain semoga saya bisa membantu ibu hamil yang memiliki resiko tinggi dengan ilmu yang sudah saya dapatkan dimanapun saya berada. Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Bisa bu, tetapi beberapa saja yang saya ingat diantaranya kalau terlihat bengkak di kaki dan wajah, ibu hamilnya sudah berusia tua, anaknya banyak. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Selama ini belum, karena belum menemui seperti tanda-tanda kehamilan resiko tinggi. Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Belum ada kendala TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Miftakhul M.E
Informan Tempat/tanggal Situasi
: Masyarakat 11 : Rumah Informan / 15 Agustus 2014 : Sore hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Menurut saya pelatihan ini sangat baik dan berguna bagi kami masyarakat umum. Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Manfaat pelatihan ini sangat banyak sekali, karena bisa membantu ibu hamil agar tetap selamat selama masa kehamilan. Karena masyarakat di lingkungannya sudah mulai mengerti tentang kehamilan resiko tinggi dan bisa saling membantu Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Bisa, diantara terlihat bengkak di kaki dan wajah, ibu hamilnya sudah berusia tua, dan anaknya banyak. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Belum saya terapkan. Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Belum ada kendala TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil Pewawancara : Eva Inayatul F
Informan Tempat / Tanggal Situasi
: Masyarakat 12 : Rumah Informan / 15 Agustus 2014 : Sore hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Saya ya senang bu karena menambah ilmu tentang kehamilan, saya jadi sedikit tau bu tentang bahay-bahaya pada kehamilan . Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Manfaatnya banyak bu, kalau untuk saya sendiri saya jadi lebih tau tentang masalah ibu hamil. Kalau untuk masyarakat ya juga berguna bu kan bisa menolong masyarakat yang belum tau bu Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Bisa bu hanya sedikit-sedikit dari tanda bahaya yang ada di brosur seperti pusing, perdarahan, bengkak dan lain-lain. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Saya hanya pulang pelatihan kemarin menyebarkan di PKK waktu siangnya ada kumpulan PKK bu Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Sejauh ini belum ada bu TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah
Pewawancara Informan Tempat Situasi
diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil : Miftakhul M.E : Masyarakat 13 : Rumah Informan : Sore hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Ada pengetahuan baru bu tentang kehamilan Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Banyak bu manfaatnya karna langsung saya sampaikan ke ponakan saya yang sedang hamil anak pertama, kalau ke mayarakat pastinya banyak bu Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Seperti keguguran, perdarahan, pusing dan mata kabur dan banyak lagi bu Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Saya hanya masih menerapkan ke ponakan saya saja bu, ya yang kemarin itu langsung saya kasih tau kan ke ponakan saya Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Alhamdulillah belum ada bu kendalanya TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah
Pewawancara Informan Tempat Situasi
diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil : Eva Inayatul Faiza : Masyarakat 14 : Rumah Informan : Sore hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Lebih mengerti tentang kehamilan dan masalah-masalahnya yang terjadi Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Bagi diri sendiri sangat berguna bu karena menambah ilmu baru dan bisa saya tularkan ke tetangga dan lingkungan sekitarnya bu Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Insa allah sudah bu Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Untuk diterapkan sejauh ini belum bu, hanya kalau ada keluarga dan tetangga yang dikenal ada yang hamil saya kasih tau tentang materi penyuluhannya kemarin Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Belum ada sejauh ini bu TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali sejauhmana aplikasi yang sudah dilakukan lansia setelah
Pewawancara Informan Tempat Situasi
diberikan penyuluhan pengenalan risiko tinggi pada ibu hamil : Indah Mauludiyah : Masyarakat 15 : Rumah Informan/15 Agustus 2014 : Sore hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana menurut anda setelah mendapatkan pelatihan tentang pengenalan Deteksi Resiko Tinggi kehamilan ? Informan : Senang bu. Baru tau klo ibu hamil itu banyak bahayanya, jadi kudu hati-hati diperiksakan terus ke bu bidan Pewawancara : Bagaimana manfaat pelatihan ini bagi diri sendiri dan bagi masyarakat yang lain ? Informan : Klo saya kan sudah tua bu, jadi gak mungkin hamil lagi, tapi klo ada keponakan –keponakan ya nanti akan saya tutur-tuturi. Pewawancara : Apakah anda sudah bisa mengenali tanda-tanda kehamilan resiko tinggi, seperti apakah tandatanda kehamilan resiko tinggi? Informan : Ya.. yang banyak anak itu bahaya, kependek en itu bahaya klo hamil, begitu klo gak salah bu. Pewawancara : Setelah mendapat pelatihan kemarin, apakah sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kalau sudah contoh penerapan seperti apa yang sudah dilakukan? Informan : Koyok e ibu –ibu yang hamil sekarang sehat-sehat bu, bergas, Cuma ibu –ibu yang lain dulu pernah ada yang bilang, kok aku gak di undang penyuluhan yo?... Pewawancara : Adakah kendala yang anda hadapi dalam menerapkan hasil pelatihan deteksi resiko tinggi kemarin di masyarakat ? Informan : Ndak, ndak ada.. semua kondisinya sehat-sehat saja.
TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara : Menggali keterlibatan lansia dalam memperhatikan kesehatan ibu Hamil dari sisi ibu hamil. Pewawancara : Eva Inayatul Faiza Informan : Ibu Hamil 1 Tempat / tanggal : Rumah Pewawancara (Desa Slorok) / 12 Agustus 2014 Situasi : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana keterlibatan keluarga dalam merawat atau memperhatikan kesehatan ibu selama hamil Informan : Semua mendukung bu,.. Pewawancara : Bagaimana keterlibatan orang tua Informan : Ikut membantu mulai dari awal kehamilan, selamatan selamatan 3 bulan, 7 bulan sampai dengan persiapan persalinan, mulai dari baju, tempat pemeriksaan kehamilan, tempat persalinan dan sampai persiapan nama bayi. Pewawancara : Adakah keterlibatan anggota masyarakat lain di luar keluarga ibu? Informan : Ada bu… biasanya orang- orang tua, tetangga, budhe, pakdhe dan yang lain lain. Pewawancara : Seperti apakah bentuk kepedulian mereka? Informan : Mereka sampai ada yang mengantarkan saya periksa kehamilan bu… dan ada juga yang member nasehat, yang harus dilakukan atau disiapkan oleh ibu hamil. Pewawancara : Adakah bentuk kepedulian orang-orang tua disekitar anda yang anda rasa kurang tepat? Contohnya apa? Informan : Ada. Bu… kadang – kadang mereka melarang saya untuk tarak mekanan, misalnya saya tidak diperbolehkan makan hati, karena ditakutkan bayi saya nanti baunya amis, dan waktu saya diberi
tablet merah saya kan mual bu… akhirnya sama orang tua saya tidak dibolehkan minum obat tersebut. Ada juga tetangga saya yang mengatakan bengkak pada tangan saya itu tidak apa-apa katanya gawane bayi. Ada juga tetangga yang mengajari saya memberi makan bayi ( di lotek itu lho bu….. bayi 7 hari biar bayinya tidak rewel atau nangis dimalam hari) Pewawancara : Adakah bentuk kepedulian orang-orang tua disekitar anda yang anda rasa sudah tepat? Contohnya apa? Informan : Ada. Mereka kadang mengomeli saya, masih muda kok sudah punya anak, anak saya masih kecil kok saya hamil lagi, memang tidak enak rasanya dihati saya, tapi klo difikir ya benar juga bu mereka, ada juga tetangga yang mengingatkan periksa hamil, dank lo ada apa – apa segera ke bidan, terus ibu saya juga sudah mengajari bagaimana cara merawat bayi saya nanti klo setelah lahir. Pewawancara : Bagaimana perasaan atau tanggapan ibu, tentang kepedulian orang- orang tua disekitar anda terhadap keh.amilan dan kesehatan anda Informan : Senang bu…. Klo ada yang memperhatikan, rasanya ya nyaman, apalagi klo suami saya pas tidak ada ( kerja jauh ) dan keluaga asli saya jauh bu dari saya, saya ini perantauan. Jadi klo mereka memperhatikan saya senang sekali, seperti banyak keluarga disini. TRANSKRIP WAWANCARA Tujuan Wawancara Pewawancara Informan Tempat/Tanggal Situasi
: Menggali keterlibatan lansia dalam memperhatikan kesehatan ibu Hamil dari sisi ibu hamil. : Miftakhul M.E : Ibu Hamil 2 : Rumah Pewawancara (Desa Slorok)/14 Agustus 2014 : Pagi hari, suasana relative tenang, pewawancara dan informan duduk berhadap-hadapan pada meja kursi yang telah tersedia
Pewawancara : Bagaimana keterlibatan keluarga dalam merawat atau memperhatikan kesehatan ibu selama hamil Informan : Kebetulan saya tinggal hanya dengan suami bu, kalau suami sangat menjaga saya dan apabila waktunya periksa kehamilan selalu suami yang mengingatkan serta mengantarkan untuk periksa kehamilan Pewawancara : Bagaimana keterlibatan orang tua Informan :
Orang tua dan mertua saya tinggal di luar kota. Pewawancara : Adakah keterlibatan anggota masyarakat lain di luar keluarga ibu? Informan : Ada, Tetangga-tetangga disini sangat baik dan selalu membantu Pewawancara : Seperti apakah bentuk kepedulian mereka? Informan : Bentuk kepedulian mereka terutama ibu-ibu yang sudah berpengalaman selalu memberikan nasehat dan pantangan-pantangan untuk ibu hamil. Pewawancara : Adakah bentuk kepedulian orang-orang tua disekitar anda yang anda rasa kurang tepat? Contohnya apa? Informan : Ada bu. Ada yang bilang kalau nanti hamil tua disuruh minum minyak goreng katanya supaya proses persalinannya nanti lancar. Pewawancara : Adakah bentuk kepedulian orang-orang tua disekitar anda yang anda rasa sudah tepat? Contohnya apa? Informan : Ada. Misalnya tidak boleh bawa barang-barang yang berat. Pewawancara : Bagaimana perasaan atau tanggapan ibu, tentang kepedulian orang- orang tua disekitar anda terhadap kehamilan dan kesehatan anda Informan : Senang bu, seperti memiliki orang tua sendiri, jadi merasa tenang saja menghadapi kehamilan ini.
DOKUMENTASI PENELITIAN DOSEN PEMULA 2014 1. Kegiatan Penyuluhan Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil Pada Lansia Klub Jantung Sehat Desa Slorok Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang.
2. Kegiatan Pelatihan Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil Pada Lansia Klub Jantung Sehat Desa Slorok Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang.
3. Kegiatan Pendampingan Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil dan Pengambilan data Pada Lansia Desa Slorok Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang.
INFORMED CONSENT PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN Yang bertanda tangan dibawah ini Nama
:
Umur
:
Alamat
:
:
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai
:
1. Penelitian yang berjudul “OPTIMALISASI KELOMPOK LANSIA DALAM STUDI
BUDAYA JAWA: Peran Orang Tua Dalam Pengenalan High Risk Pregnancy Sebagai Upaya Improve Maternal Health.” 2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek penelitian yaitu lansia anggota kelompok
jantung sehat desa slorok, kecamatan kromengan kabupaten malang. Peneliti akan menjamin kerahasiaan atas jawaban dan identitas yang diberikan oleh subyek penelitian. 3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian adalah lansia mendapat informasi tentang ciri
atau tanda kehamilan risiko tinggi sehingga lansia dapat melaporkan ke bidan desa setempat jika ada ibu hamil yang ada disekitarnya mengalami kehamilan risiko tinggi. 4. Bahaya yang akan ditimbulkan pada penelitian ini tidak ada, dan apabila sewaktu-waktu
subyek penelitian merasa dirugikan dalam bentuk apapun, maka subyek penelitian berhak membatalkan persetujuan ini. 5. Dan setelah mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan penelitian ini, maka dengan ini secara sukarela, dengan penuh kesadaran dan tanpa keterpaksaan menyatakan bersedia/tidak bersedia*) ikut dalam penelitian. Malang, Peneliti,
2014
Subyek Penelitian,
(
)
(
)
Saksi,
(
)
FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS SETELAH PENJELASAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama
:
Alamat
:
No telepon
:
:
Bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan judul “OPTIMALISASI KELOMPOK LANSIA DALAM STUDI BUDAYA JAWA: Peran Orang Tua Dalam Pengenalan High Risk Pregnancy Sebagai Upaya Improve Maternal Health” Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya ketahui dan saya ingat
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Malang, Peneliti,
2014
Subyek Penelitian,
(
)
(
)
Saksi,
(
)