KODE JUDUL : N.59
LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
PEMANFAATAN TUMBUHAN HUTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI ALTERNATIF OBAT KANKER DI SULAWESI UTARA
KEMENTERIAN/LEMBAGA:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Peneliti: 1. Lis Nurrani, S.Hut 2. Julianus Kinho, S.Hut 3. Diah Irawati Dwi Arini, S.Hut 4. Arif Irawan, S.Si 5. Ady Suryawan, S.Hut
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012 1
SEPTEMBER 2012 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Pemanfaatan Tumbuhan Hutan Kurang Dikenal Sebagai Alternatif Obat Kanker Di Sulawesi Utara Fokus Bidang Prioritas : Teknologi Kesehatan dan Obat Kode Produk Target : 2.02 Kode Kegiatan : 2.02.09 Lokasi Penelitian : Sulawesi Utara Penelitian Tahun Ke : IV Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Koordinator/Peneliti Utama Lis Nurrani, S.Hut Nama Lembaga/Institusi Balai Penelitian Kehutanan Manado Unit Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan Alamat Jln. Raya Adipura Kel.Kima Atas, Kec.Mapanget – Manado Tlp. (0431) 3666683 e-mail :
[email protected] Telepon/Faksimile Telp. (0431) 3666683 Jangka Waktu Kegiatan
: 5 Tahun
Biaya Tahun I (Tahun 2009) Biaya Tahun II (Tahun 2010) Biaya Tahun III (Tahun 2011) Biaya Tahun IV (Tahun 2012) Biaya Tahun V (Tahun 2013)
: Rp. 100.000.000,: Rp. 123.300.000,: Rp. 150.000.000,: Rp. 250.000.000,: Rp. 250.000.000,-
TOTAL BIAYA
: Rp. 873.300.000,-
Kegiatan
: Lanjutan
Rekapitulasi Biaya Yang Telah Digunakan Pada Tahap I (30%) dan Tahap II (50%) No
Uraian
Jumlah (Rp)
Prosentase (Rp)
1
Gaji dan Upah
97.950.000
39,180
2
Bahan Habis Pakai
43.704.377
17,482
3
Perjalanan
61.037.450
24,415
4
Lain-lain
0
0,000
202.691.827
81,077
Jumlah
Menyetujui, Kepala Lembaga/Institusi,
Atasan Langsung, Kepala Balai
Koordinator/ Peneliti Utama,
Dr. Ir. R. Iman Santoso, M.Sc NIP. 19530922 198203 1 001
Dr. Ir. Mahfudz, M.P NIP. 19670829 199203 1 004
Lis Nurrani, S.Hut NIP.198402022009012008
i
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Pengesahan ………………………………………………………...
i
Daftar Isi ……………………………………………………….......................
ii
Daftar Tabel ………………………………………………………...................
iv
Daftar Gambar ..........................................................................................
v
Abstrak ………………………………………………….....………………….
vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………….....……...
1
B. Pokok Permasalahan ……………………………………….....
3
C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud ............................................................................
5
2. Tujuan .............................................................................
6
D. Metodologi Pelaksanaan
BAB II
1. Lokus Kegiatan ……………………………………………
6
2. Fokus Kegiatan ……………………………………………
6
3. Ruang Lingkup ................................................................
6
4. Bentuk Kegiatan ……………………………………………
6
PELAKSANAAN KEGIATAN A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 1. Perkembangan Kegiatan .................................................
7
2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan kegiatan ..............
7
B. Pengelolaan Administrasi Manajerial 1. Perencanaan Anggaran …………………………………...
7
2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran ………………………
10
3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset……
12
4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi
13
Manajerial......................................................................... BAB III
METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA A. Metode Pencapaian Target Kinerja 1. Kerangka-Rancangan Metode Penelitian .......................
14
2. Indikator Keberhasilan Pencapaian ............…………......
16
3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian ……
16
B. Potensi Pengembangan Ke Depan
BAB IV
1. Kerangka Pengembangan Ke Depan .............................
20
2. Strategi Pengembangan Ke Depan ................................
20
SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN ii
A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 1. Kerangka Sinergi Koordinasi ........................................
21
2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi ………… ……
21
3. Perkembangan Sinergi Koordinasi .................................
21
B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
BAB V
1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan ..........……………
22
2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan ..............................
22
3. Perkembangan Pemanfaatan ............................………
22
PENUTUP 1. Kesimpulan ......................................................................
23
2. Saran ...............................................................................
23
Lampiran ……………………………………………………….........
iii
25
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1.
Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Penelitian Tahun 2012
8
................................................................................... Tabel 2.
Rincian anggaran yang telah dikelola/digunakan hingga bulan
10
September 2012 .................................……………… Tabel 3.
Rendemen ekstraksi sampel dengan metode maserasi
Tabel 4.
Nilai Inhibitor Concentration ekstrak sampel dengan penyaringan satu kali .......……………………………………
Tabel 5.
Tabel 6.
17
18
Nilai Inhibitor concentration ekstrak sampel dengan penyaringan dua kali ..........................................................
18
Bioaktivitas ekstrak terhadap sel kanker HeLa ..................
19
iv
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1.
Perubahan warna ekstrak sampel sebelum dan sesudah diberi
17
DPPH ....................................................................... Gambar 2.
Kondisi sel HeLa sebelum dan sesudah diberi ekstrak Kayu lawang dan Kuhung-kuhung .....................................
v
10
ABSTRAK Hasil kajian etnobotani yang dilakukan terhadap tiga suku besar di Sulawesi Utara yaitu suku Minahasa, Mongondow dan Sangihe menunjukkan bahwa terdapat 151 jenis tumbuhan hutan yang teridentifikasi dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional berbagai macam penyakit. Hasil screening terhadap berbagai jenis tumbuhan hutan tersebut terdapat beberapa jenis yang dimanfaatkan sebagai obat pencegah maupun mengobati kanker. Kanker merupakan penyakit karsigenik yang penyebab utamanya belum diketahui. Kanker juga pembunuh no.2 setelah penyakit kardivaskuler, sebanyak 12% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit ini (http://www.depkes.go.id). Berbagai metode penanganan penyakit ini telah dikembangkan mulai dari pembedahan, radioteraphi, kemoterapi hingga imunoterapi. Namun cara-cara tersebut belum dapat mengatasi penyakit kanker secara keseluruhan, apalagi biaya yang diperlukan sangat besar. Oleh karena itu penggunaan bahan-bahan alami sebagai tanaman obat kanker menjadi pilihan selanjutnya. Dasar inilah yang kemudian menjadi acuan bagi Balai Penelitian Kehutanan Manado memfokuskan kegiatan penelitian untuk mencari data dan informasi pembuktian khasiat, keamanan pakai dan efektivitas tumbuhan tersebut sebagai obat anti kanker dilihat dari formula kandungan kimia dan bioaktivitas terhadap sel kanker.Data dan informasi ini akan dirangkum dalam publikasi ilmiah yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah, kalangan industri (industri obat tradisional, industri kosmetik dan industri farmasi), serta kalangan masyarat khususnya para pemerhati lingkungan dan para pemerhati kesehatan. Hasil screening terhadap beberapa jenis tumbuhan hutan kurang dikenal berpotensi sebagai anti kanker di Sulawesi Utara diambil sebanyak 4 jenis yang potensinya lebih besar dilihat dari toksisitasnya. Yaitu Ketapang (Terminalia catappa), Kuhung-kuhung (Crotalaria striata), Kayu lawang (Cinnamomun culilawan) dan Lingkube (Dischidia imbricate). Hasil analisis aktivitas penangkal radikal bebas menunjukkan bahwa keempat jenis ekstrak tumbuhan tersebut berpotensi sebagai anti oksidan yang ditunjukkan oleh Inhibitor concentration 50% kurang dari 200 ppm. Ekstrak yang dapat mematikan sel kanker HeLa ialah ekstrak kayu lawang dan kuhung-kuhung yang ditunjukkan dengan nilai IC50 635, 289%.
Kata Kunci : Tumbuhan hutan, tradisional, anti kanker
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan penyakit yang disebabkan karena suatu agen yang disebut karsinogenik. Agen ini merusak mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, khususnya mekanisme pertumbuhan dan perubahan sel yang diatur oleh gen. Sel-sel jaringan tubuh baru tumbuh secara abnormal akibat mutasi genetis sel, menginvasi jaringan sekitar, dan metastatis (menyebar) ke tapak yang jauh (Winarto,et al. 2007). Menurut UICC,2009 pada tahun 2005, WHO dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahunnya sebanyak 12 juta orang mengidap penyakit kanker, dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia, sehingga diperkirakan pada tahun 2030 penderita kanker mencapai jumlah 26 juta orang, dan 17 juta diantaranya meninggal dunia jika tidak dilakukan pencegahan dini. Ironisnya, kejadian ini akan lebih cepat dari perkiraan jika terjadi di negara miskin dan berkembang. Kanker merupakan pembunuh no. 2 setelah penyakit kardivaskuler, di dunia sebanyak 12% kematian disebabkan oleh penyakit ini (http://www.depkes.go.id). Penyebab utama kanker belum diketahui, tetapi faktor genetik diduga kuat sebagai pencetus utama. Penggunaan bahan kimia tertentu juga diyakini dapat menimbulkan penyakit kanker. Gaya hidup instant dan pola makan-makanan fast food (cepat saji) juga disebut-sebut menjadi penyebab timbulnya penyakit ini. Para peneliti kanker menyimpulkan 70 – 90% kanker pada manusia disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti makanan, konsumsi alkohol, polusi udara, air, bahan kimia di tempat kerja, radiasi dan sinar ultraviolet (Djajanegara & Prio, 2009). Berbagai metode penanganan secara medis telah dikembangkan untuk menanggulangi penyakit ini, baik melalui pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan sekarang sedang dikembangkan metode imunoterapi. Namun cara-cara pengobatan tersebut belum dapat mengatasi penyakit kanker secara keseluruhan. Apalagi biaya pengobatan yang dibutuhkan sangat besar. Hal ini akan lebih menyulitkan jika terjadi di negara 1
berkembang, dimana sosial ekonomi masyarakatnya masih rendah. Menurut WHO, hanya sepertiga penderita kanker dapat disembuhkan, terutama yang memiliki perkembangan kanker yang relatif dini. Mahalnya biaya pengobatan, menjadikan penderita kanker mencari metode lain dalam pengobatannya. Penggunaan bahan-bahan alami sebagai tanaman obat kanker menjadi pilihan selanjutnya. Kondisi ini menuntut dunia kesehatan untuk menemukan obat – obatan yang mampu melawan penyakit secara efektif khususnya dari bahan alami. Hutan dan masyarakat adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan, keduanya saling terkait dan mendukung. Secara tradisional masyarakat memiliki pengetahuan tersendiri bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumberdaya alam yang ada di dalam hutan. Mulai dari kebutuhan pangan,
bahan
bangunan/konstruksi
hingga
sumber
obat-obatan.
Penggunaan jenis hewan maupun tumbuhan yang memiliki kandungan zat tertentu sebagai anti oksidan suatu penyakit merupakan kekayaan pengetahuan yang harus kita kembangkan. Tumbuhan obat merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang banyak ditemukan baik diluar maupun di dalam kawasan hutan. Saat ini, kekayaan jenis tumbuhan obat di kawasan hutan di Indonesia mencapai 1.260 jenis dan 180 jenis diantaranya telah dieksploitasi dalam jumlah besar untuk bahan baku industri obat (farmasi) (Mas’ud, 2007). Secara umum, tumbuhan obat dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yakni (1). Tumbuhan obat tradisional adalah spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2). Tumbuhan obat modern yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung bioaktif
yang
berkhasiat
obat
dan
penggunaannya
dapat
dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3). Tumbuhan obat potensial yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung bahan bioaktif yang berkhasiat sebagai obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah (Zuhud et al dalam Heriyanto, 2006).
2
Pengetahuan mengenai pengobatan secara tradisional, terutama yang bahan bakunya berasal dari alam telah dikenal sejak dulu. Pengetahuan ini diturunkan dari generasi ke generasi. Selain itu setiap suku memiliki pengetahuan tradisionalnya sendiri yang berbeda antara suku yang satu dengan lainnya. Termasuk pengetahuan pengobatan yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Utara yang merupakan wilayah peralihan antara benua Asia dan Australia yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang khas. Corak tradisional ini terbentuk sebagai akibat adanya perbedaan latar belakang budaya dan kondisi alam terutama perbedaan jenis tumbuhan yang tumbuh di masing-masing daerah. B. Pokok Permasalahan Beberapa sumber menyatakan bahwa penggunaan produk-produk herbal atau yang berbahan baku alami dinilai dan dipercaya dari segi keamanannya dipakai dan dikonsumsi untuk meningkatkan kesehatan. Sejak masa krisis, obat-obatan tradisional berbahan baku nabati memiliki posisi yang hampir sejajar dengan obat-obatan kimia modern di pasaran karena harganya yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat. Trend back to nature di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika semakin mempopulerkan pengobatan dan perawatan kesehatan secara natural, sehingga dapat meningkatkan permintaan dunia terhadap bahan baku nabati. Sebagai negara tropis, Indonesia sangat cocok dalam usaha pengembangan tumbuhan obat. Beberapa jenis tumbuhan obat tropis yang berkhasiat obat dan banyak digunakan untuk perawatan natural, hanya bisa tumbuh di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia. Namun, sebagaimana diketahui bahwa meningkatnya industri obat tradisional tidak diimbangi dengan ketersediaan bahan baku tanaman berpotensi obat di alam, hal ini disebabkan kurangnya data dan informasi tentang teknik budidaya dan spesies tumbuhan lain yang berpotensi sebagai cadangan bahan baku obat. Jika demikian dikhawatirkan akan terjadi kelangkaan bahkan terancamnya kelestarian dari spesies atau jenis yang sering dimanfaatkan dan belum diketahui teknik pembudidayaannya secara tepat. Untuk menghindari
3
terjadinya hal tersebut diatas maka perlu diketahui data dan informasi tentang spesies–spesies tumbuhan berkhasiat obat serta teknik budidaya yang tepat sehingga pemanfaatannya tidak tergantung dari daur hidup alaminya. Sulawesi Utara dengan luas hutan mencapai 788.693 ha atau hampir 50% dari luas wilayahnya yang terdiri atas berbagai ragam tipe ekosistem seperti hutan bakau, hutan rawa, hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan ditambah dengan bentuk geografis wilayah yang berupa bentangan pegunungan serta gugusan pulaupulau menjadikan propinsi ini memiliki berbagai keunikan yang tercermin dari ragam budaya (Lee et al., 2001.) Penyebaran suku-suku asli di Sulawesi Utara diindikasikan memiliki kaitan erat dengan bentuk geografis pulaunya sehingga diperkirakan pula memiliki pola yang berbeda dalam memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dalam hal ini tumbuhan berkhasiat obat baik dari segi jenis tumbuhan, khasiat pengobatan dan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan. Penggunaan obat tradisional yang dilakukan oleh masyarakat masih bersifat empiris berdasarkan tradisi dan kepercayaan. Data ilmiah yang mendukung keefektifan dan keamanannya belum lengkap, sehingga sangat diperlukan pengujian terhadap kandungan kimia dan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Hasil analisis fitokimia menunjukkan beberapa jenis memiliki senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder berupa alkaloid dan flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa
bioaktif
yang
dapat
digunakan
dalam
dunia
pengobatan
(Khurniasari, 2004). Untuk mengetahui keamanan ekstrak tumbuhan, senyawa yang memiliki aktivitas anti kanker tersebut harus diujikan terlebih dahulu pada hewan percobaan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Brine Shrimp Letthality Test (BSLT) dengan menggunakan hewan uji larva udang Artemia salina Leach. Hasil uji toksisitas dengan metode ini terbukti memiliki korelasi dengan daya sitotoksis senyawa anti kanker. Selain itu metode ini mudah dikerjakan, cepat dan hasilnya cukup akurat (Meyer, 1982).
4
Tahun 2012 merupakan tahun ke-4 dalam penelitian “Domestikasi Tumbuhan Obat Tradisional Di Provinsi Sulawesi Utara”. Pada Tahun 2009 dan 2010 telah dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh suku Minahasa dan suku Mongondow. 151 jenis tumbuhan berkhasiat obat telah diketahui jenis tumbuhan yang dimanfaatkan, khasiat pengobatan, cara penggunaan atau cara meramu beserta kandungan kimia yang terkandung di dalamnya. Tahun 2011, hasil screening dari 151 jenis tumbuhan berkhasiat obat di Sulawesi Utara diperoleh sebanyak 14 jenis merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan secara tradisional dalam pengobatan anti kanker. Dari 14 jenis tersebut, hanya 12 jenis tumbuhan obat yang diketahui merupakan tumbuhan hutan. Hasil uji toksisitas menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap 12 jenis tumbuhan hutan berpotensi sebagai anti kanker diperoleh 8 jenis yang bersifat toksik, diantaranya adalah Daun Lingkube (Dischidia imbricate), Daun Yantan (Blumea chinensis), Daun Kuhung-kuhung
(Crotalaria
striata)
dan
Kulit
Batang
Kayu
Lawang(Cinnamomum culilawan BL.). Berdasarkan hasil penelitian tahun sebelumnya maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah pembuktian kepastian khasit, keamanan pakai dan efektivitas tumbuhan tersebut sebagai obat anti kanker dilihat dari formula kandungan kimia dan bioaktivitas terhadap sel kanker. C. Maksud dan Tujuan Kegiatan 1. Maksud Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat membuktikan kepastian khasiatnya sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas secara aman, efektif dan efisien.
2. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi kepastian khasiat, keamanan pakai dan efektivitas tumbuhan hutan kurang dikenal di Sulawesi Utara sebagai obat anti kanker secara
5
invitro dilihat dari formula kandungan kimia, anti oksidan dan bioaktivitas terhadap sel kanker. D. Metodologi Pelaksanaan 1. Lokus kegiatan Lokus kegiatan penelitian ini adalah suku Minahasa, Mongondow, dan Sangihe di Provinsi Sulawesi Utara 2. Fokus kegiatan Kegiatan difokuskan pada penelitian tentang pembuktian kepastian khasiat dan keamanan pakai dan efektivitas tumbuhan hutan kurang dikenal yang secara tradisional digunakan sebagai obat herbal dalam mencegah dan menyembuhkan penyakit kanker. 3. Bentuk kegiatan Bentuk kegiatan tahun ini lebih difokuskan pada pengujian kandungan anti oksidan dan uji invitro terhadap sel kanker.
6
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 1. Perkembangan Kegiatan Kegiatan pelaksanaan kegiatan paket penelitian Tumbuhan Hutan Kurang Dikenal telah mencapai tahap akhir. Tahapan pelaksanaan kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan, diantaranya adalah Pengumpulan simplisia, ekstraksi sampel, Pengujian antioksidan, Pengujian bioaktivitas terhadap sel kanker dan uji kandungan senyawa alfa tokoferol dan quercetin. Data dan informasi telah dikumpulkan dan dianalisa. 2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Beberapa kendala yang ditemui adalah : a. Keterbatasan Laboratorium di Balai Penelitian Kehutanan Manado maupun instansi terkait di Wilayah Sulawesi Utara. b. Lamanya waktu pengujian yang diperlukan, sehingga hasil uji belum bisa segera di publikasikan. c. Tidak tersedianya sel kanker leukimia (P388) dan sel kanker payudara
(T47D)
pada
Lembaga/Instansi
kerjasama
yaitu
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Bogor sehingga pengujian bioaktivitas sel kanker tidak dapat dilaksanakan pada kedua sel tersebut. Pengujian yang direncanakan dilakukan pada 3 jenis sel kanker hanya dapat dilaksanakan pada satu jenis sel kanker yaitu sel kanker Cerviks (HeLa).
B. Pengelolaan Administrasi Manajerial 1. Perencanaan Anggaran Rencana anggaran biaya yang disusun untuk pelaksanaan penelitian tahun 2012 adalah sebagai berikut :
7
Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya pelaksanaan penelitian PKPP tahun 2012 A. BIAYA PERSONIL 1. GAJI No.
152.060.000 Pelaksana kegiatan
Jumlah
Jumlah Jam
Honor/jam
Biaya (Rp)
1
Peneliti utama (1 orang)
1
775
35.000
27.125.000
2
Anggota peneliti (4 orang)
4
3141
35.000
109.935.000
Jumlah
137.060.000
2. UPAH No. 1
Pelaksana kegiatan Tenaga harian
Volume
Satuan
300
HOK
Honor 50.000
Jumlah
Biaya (Rp) 15.000.000 15.000.000
B. BIAYA NON PERSONIL
97.940.000
1. BAHAN HABIS PAKAI No. 1
Harga satuan
Bahan Belanja ATK dan operasional komputer
Vol
Satuan
Total biaya (Rp)
- Photocopy paper F4 70 gram
5
Rim
45.000
225.000
- Photocopy paper A4 70 gram
6
Rim
40.000
240.000
- Catridge printer canon black
1
bh
250.000
250.000
- Catridge printer canon colour ink
1
bh
280.000
280.000
- Tinta isi ulang blask ink
4
bh
32.000
128.000
- Tinta isi ulang colour ink
2
bh
35.000
70.000
- Paper clip
5
dos
3.000
15.000
- Binder clip
4
dos
8.000
32.000
- Odner file
2
bh
18.000
36.000
- Stofmap folio
40
bh
2.000
80.000
- Pelubang kertas
1
bh
37.000
37.000
- Amplop surat ganda
1
dos
12.000
12.000
- Stapler
2
bh
24.000
48.000
- kertas sticker
10
pack
13.400
134.000
- Isi stapler
3
dos
5.000
15.000
- Bollpoint
2
dos
25.000
50.000
- Pensil
2
dos
13.500
27.000
- Map plastik
10
pcs
20.000
200.000
- DVD RW
4
bh
10.000
40.000
Kotak CD RW
4
bh
4.000
16.000
- Spidol
2
dos
32.500
65.000 2.000.000
2
Belanja Bahan Perlengkapan Penelitian
8
- Saringan
10
bh
18.000
180.000
- Gunting steak
2
bh
75.000
150.000
- Karung
21
bh
8.300
174.300
- Kantung spesimen (ukuran kecil) - Kantung spesimen (ukuran sedang) - Kantung spesimen (ukuran besar)
52
bh
4.000
208.000
40
bh
3.000
120.000
10
pak
50.000
500.000
- Cutter
5
bh
19.000
95.000
- Isi cutter
5
dos
6.000
30.000
- Isolasi/lakban
5
bh
15.000
75.000
- Wadah spesimen basah
10
bh
60.000
600.000
- Penumbuk
2
bh
80.000
160.000
- Tali rafia
2
gulung
27.600
55.200
- Kertas koran
5
kg
15.000
75.000
- Mistar
4
bh
15.000
60.000
- Baterei GPS
2
pack
32.500
65.000
- Mini DVD
2
bh
75.000
150.000
- Penggiling Tepung
1
Bh
5.000.000
5.000.000
- Seng plat
8
bh
51.250
410.000
- Toples kecil
40
bh
30.000
1.200.000
- Papan alas jalan
2
bh
15.000
30.000
- Baki
15
bh
7.500
112.500 9.450.000
Analisis Data
1
Paket
1.540.000
1.540.000
Analisis kimia tumbuhan obat
1
paket
23.250.000
23.250.000
Fotocopy dan dokumentasi
1
paket
1.250.000
1.250.000
Penggandaan laporan
10
eks
45.000
450.000
Jumlah
37.940.000
2. PERJALANAN /SEMINAR No
Vol
Biaya Satuan (Rp)
5
OT
7.000.000
35.000.000
a. Boltim dan Bolmong
6
OT
3.500.000
21.000.000
b. Bitung
3
OT
3.000.000
9.000.000
1
Tujuan Koordinasi, konsultasi dan seminar
2
Pengambilan data lapangan
Biaya (Rp)
Jumlah
Total biaya (Rp)
56.000.000
3. Lain-lain No
Uraian 1
Monitoring dan evaluasi
Vol
Satuan
1
paket
Biaya satuan
Total biaya (Rp)
4.000.000
4.000.000
Jumlah
4.000.000
9
Rekapitulasi Biaya No
Uraian
Jumlah (Rp)
Prosentase (Rp)
1
Gaji dan Upah
152,060,000
60.824
2
Bahan Habis Pakai
37,940,000
15.176
3
Perjalanan
56,000,000
22.4
4
Lain-lain
4,000,000
1.6
250,000,000
100
Jumlah
2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Anggaran
dikelola
oleh
masing-masing
peneliti
untuk
memudahkan/melancarkan pelaksanaan kegiatan penelitian. Ada beberapa perbedaan antara RAB dengan penggunaan dana saat proses kegiatan berlanjut. Diantaranya adalah honorarium peneliti pelaksana yang di RAB dibayarkan selama 10 bulan, namun berdasarkan kontrak hanya selama 8 bulan. Sehingga alokasi anggaran dialihkan untuk pembelian peralatan laboratorium berupa alat-alat ekstraksi senyawa bahan alami, cetak poster untuk publikasi dan pameran serta biaya perjalanan dinas tim monitoring dan evaluasi dalam rangka monev internal. Pengelolaan anggaran yang telah dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Pengelolaan anggaran yang telah digunakan selama pelaksanaan penelitian hingga pertengahan bulan september tahun 2012. No 1
Uraian
- Honor tenaga administrasi - Tenaga harian kegiatan di lapangan
Jumlah 97.950.000
2120
OH
35.000
74.200.000
6
OB
300.000
1.800.000
50.000
21.950.000
1.980.700
1.980.700
439
HOK
Belanja Bahan ATK - ATK dan Operasional Komputer
3
Satuan
Gaji/Upah - Honorarium Peneliti (5 orang)
2
Volume
1
Pkt
Belanja Bahan Penelitian - Penggiling serbuk
19.022.050 1
bh
3.200.000
3.200.000
- Karung besar
30
bh
8.500
255.000
- karung 60 kg
20
bh
6.000
120.000
- Plastik spesimen sedang
50
bh
3.000
150.000
- plastik spesimen besar
10
pack
50.000
500.000
10
- plastik klip
10
pack
60.000
600.000
5
pack
27.500
137.500
65
kg
10.000
650.000
- Gunting stek
4
bh
75.000
300.000
- Cutter
4
bh
19.000
76.000
- Isi cutter
6
bh
6.000
36.000
- Lakban
3
bh
15.000
45.000
- Tali rafia
2
bh
20.000
40.000
- kantong plastik - kertas koran bekas
- Baterai GPS
10
pack
32.500
325.000
- Toples/tupperware
20
bh
34.500
690.000
- Pita ukur
4
bh
3.000
12.000
- Papan jalan
4
bh
17.500
70.000
- Counter box
8
bh
62.500
500.000
- Kiramas countainer sealware 15lt
10
bh
34.675
346.750
- Tapisan plastik
10
bh
18.200
182.000
- Tissue gulung
3
bh
5.400
16.200
20
bh
10.000
200.000
- Baskom stainless steel
6
bh
30.000
180.000
- Silica digital
6
kg
125.000
750.000
- Sendok entong
6
bh
8.600
51.600
- Alat-alat ekstraksi senyawa bahan alami
1
pkt
8.589.000
8.589.000
- Cetak poster
2
bh
500.000
1.000.000
- Masker one med
4
Analisa Kimia Tumbuhan Obat
21.428.627
- Pengujian Antioksidan
1
pkt
5.144.627
5.144.627
- Pengujian Inhibitor concentration Antioksidan
1
pkt
9.261.000
9.261.000
- Biaya analisa kandungan tokoferol dan quercetin
1
Pkt
2.000.000
2.000.000
- Biaya pengujian bioaktivitas anti kanker
1
Pkt
5.023.000
5.023.000
4
Fotocopy dan Dokumentasi
1
Pkt
1.273.000
1.273.000
5
Belanja Perjalanan Dinas
61.037.450
Perjalanan ke pusat - Lumpsum 1 orang x 4 hari
4
hari
415.000
1.660.000
- Penginapan 1 orang x 3 hari
3
mlm
420.750
1.262.250
- Transportasi
1
pp
3.620.800
3.620.800
- Lumpsum 1 orang x 6 hari
6
hari
405.000
2.430.000
- Penginapan 1 orang x 5 hari
5
mlm
300.000
1.500.000
Perjalanan dalam rangka uji Lab di LPPT UGM
11
- Transportasi
1
pp
4.525.000
4.525.000
Perjalanan dalam rangka uji Lab di Biofarmaka Bogor - Lumpsum 1 orang x 4 hari, gol III
4
hari
415.000
1.660.000
- Lumpsum 1 orang x 4 hari gol. II
4
hari
410.000
1.640.000
- Penginapan hotel 1 orang x 3 hari gol III
3
mlm
450.000
1.350.000
- Penginapan hotel 1 orang x 3 hari gol II
3
mlm
420.000
1.260.000
- Transportasi
1
pp
7.984.400
7.984.400
- Lumpsum 2 orang x 7 Hari
14
hari
355.000
4.970.000
- Penginapan riil 2 orang selama 6 hari
12
mlm
120.000
1.440.000
2
org
300.000
600.000
- Lumpsum gol III 1 orang
7
hari
355.000
2.485.000
- Lumpsum gol II 1 orang
7
hari
350.000
2.450.000
12
mlm
130.000
1.560.000
2
org
350.000
700.000
- Lumpsum 2 orang x 7 Hari
14
hari
355.000
4.970.000
- Penginapan riil 2 orang selama 6 hari
12
mlm
130.000
1.560.000
2
org
150.000
300.000
- Lumpsum 2 orang x 4 Hari
8
hari
355.000
2.840.000
- Penginapan riil 2 orang selama 3 hari
6
mlm
130.000
780.000
- Transportasi
2
org
150.000
300.000
- Lumpsum 2 orang x 3 Hari
6
hari
355.000
2.130.000
- Penginapan riil 2 orang selama 2 hari
4
mlm
130.000
520.000
- Transportasi
2
org
150.000
300.000
- Lumpsum 1 orang x 4 hari gol IV
4
hari
360.000
1.440.000
- Lumpsum 1 orang x 4 Hari gol III
4
hari
355.000
1.420.000
- Penginapan riil 2 orang selama 3 hari
6
mlm
130.000
780.000
- Transportasi
2
org
300.000
600.000
Perjalanan ke Boltim (Kotabunan)
- Transportasi Perjalanan ke Lolanan (Bolmong)
- Penginapan riil 2 orang selama 6 hari - Transportasi Perjalanan ke Bitung
- Transportasi Perjalanan ke Bitung II
Perjalanan Monev ke Bitung
Perjalanan Monev ke Kotabunan
JUMLAH
202.691.827
3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset
12
Aset yang berupa peralatan laboratorium penunjang pencapaian target kinerja seperti alat penggiling serbuk (Hammer mill) dan peralatan laboratorium alat-alat ekstraksi senyawa bahan alami, direncanakan Akan dihibahkan kepada lembaga penerima paket PKPP 2012 yaitu dikelola oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja dan Kemampuan peneliti dan perekayasa. Aset tidak berwujud berupa data dan laporan hasil penelitian dihibahkan ke lembaga penerima yaitu Balai Penelitian Kehutanan Manado. 4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Pengelolaan administrasi menemui hambatan dikarenakan hanya memiliki satu orang pengelola administrasi. Diharapkan nanti ke depannya bisa dialokasikan penambahan pengelola administrasi.
13
BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA A. Metode Pencapaian Target Kinerja 1. Kerangka – Rancangan Metode Penelitian Tahapan Metode penelitian yang dilakukan adalah : a. Screening (pemilihan jenis) Hasil uji fitokimia kualitatif menunjukkan adanya kandungan alkaloid dan flavonoid dimana kedua senyaawa tersebut merupakan senyawa aktif yang dapat dijadikan indikasi awal bahwa tumbuhan tersebut memiliki potensi dijadikan sebagai alternative obat kanker. Hasil uji toksisitas mengunakan pelarut polar n-butanol dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test), diambil jenis tumbuhan hutan yang memberikan sifat toksik terhadap larva Artemia salina Leach yang ditandai dengan nilai LC50 kurang dari 1000 mg/l (ppm). b. Pengumpulan material simplisia Simplisia tumbuhan obat yang diperoleh dari lapangan dikeringanginkan selama 3 sampai 5 hari, kemudian dicacah dengan menggunakan
pisau
dan
dihaluskan
dengan
hammer
mill.
Pengeringan dilakukan agar proses metabolisme dalam tumbuhan terhenti atau sel-sel tumbuhan akan rusak sehingga akan mempermudah kerja pelarut. Sedangkan penghalusan bertujuan untuk memperbesar peluang terlarutnya komponen-komponen bioaktif yang diinginkan. c. Ekstraksi sampel Serbuk sampel masing-masing sebanyak 25 g selanjutnya di maserasi dengan menggunakan pelarut polar etanol kualitas teknis (70%) dengan perbandingan 1:5 selama 1 x 24 jam sampai dihasilkan rendaman bening (Sukandar etal., 2009). Rendaman tersebut selanjutnya disaring dan dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 40-65oC hingga diperoleh ekstrak kasar dalam bentuk padatan atau gum yang disimpan dalam botol kaca. 14
d. Pengujian kandungan antioksidan (anti radikal bebas) Pengujian anti radikal bebas dilakukan terhadap ekstrak kental yang diperoleh menggunakan teknik analisis Spektrofotometri. Uji aktivitas antiradikal bebas dilakukan menurut Leu at all dengan beberapa
modifikasi.
Sebanyak 0,01
gram ekstrak sampel
diencerkan dengan etanol pada labu ukur 10 mL sehingga konsentrasinya 1000 ppm. Sampel dengan konsentrasi 500 ppm, 250 ppm 125 ppm, 62,5 ppm dan 31,25 ppm diperoleh melalui pengenceran larutan induk. Dalam total volume 1 ml, campurkan 500 µl ekstrak sampel dan 500 µl DPPH kemudian dicampur hingga merata dan didiamkan pada suhu ruangan ditempat gelap selama 30 menit. Nilai absorbansi dilihat pada panjang gelombang 517 nm pada Specthrometer DU 7500. Vitamin C digunakan sebagai kontrol
positif.
Persen
peredaman
radikal
bebas
dihitung
menggunakan rumus : Persen radikal bebas = A - B X 100 % A Keterangan : A = absorbansi kontrol B = absorbansi ekstrak sampel
e. Uji invitro terhadap sel kanker Uji invitro dilakukan pada sel HeLa (ATCC CCL 2) menggunakan pelarut ekstrak DMSO dan media penumbuh sel Dulbecco’s Eagle’s Medium (D-MEM), Fetal Bovine Serum (FBS) 10% dan Penicillin 100 µ/ml, Streptomycin 100 µg/ml. Sel ditumbuhkan dengan konsentrasi 5000 sel dalam 100 µl media pembunuh. Ekstrak ditambahkan setelah sel mencapai konfluen 50% (24 jam). Uji MTT dilakukan pada hari ke 3, dengan menambahkan MTT (5 mg/ml) sebanyak 10 µl per sumur, inkubasi 4 jam pada suhu 37º C. Kristal formazan dilarutkan dalam etanol. Pembacaan nilai absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 595 nm.
15
f. Uji kandungan senyawa quercetin dan alfa tokoferol Pengujian dilakukan dengan metode KLT (Kromatografi lapis tipis). 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Indikator yang menjadi tanda keberhasilan pencapaian target kinerja dari paket penelitian ini adalah adanya data dan informasi hasil uji antioksidan berupa nilai persentase inhibisi dan nilai inhibitor concentration 50% nya (IC50); hasil uji anti kanker berupa nilai persentase inhibisi; dan ditahuinya nilai kandungan alfatokoferol dan quercetin yang dikandung masing-masing ekstrak sampel tumbuhan hutan kurang dikenal sebagai alternatif obat kanker di Sulawesi Utara. 3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian Dari hasil screening terhadap 12 jenis tumbuhan hutan kurang dikenal yang berpotensi sebagai alternative obat kanker yang sering digunakan masyarakat Sulawesi Utara secara tradisional didapatkan empat jenis tumbuhan hutan yang memiliki kandungan alkaloid dan flavonoid serta memiliki sifat toksik yang ditandai dengan nilai LC50 kurang dari 1000 mg. Keempat jenis tumbuhan tersebut adalah 1). Ketapang/kayu
Nusu
(Terminalia
catappa),
2).
kayu
lawang
(Cinnamomun culilawan), 3). kuhung-kuhung (Crotalaria striata) dan 4). Lingkube (Dischidia imbricata). Pemilihan keempat jenis ini juga dengan mempertimbangkan kemungkinan pengembangan budidaya jenis tumbuhan tersebut sebagai salah satu tanaman unggulan daerah Sulawesi Utara. Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan larutan etanol menunjukkan bahwa dengan satu kali penyaringan rendemen tertinggi diperoleh dari jenis Ketapang sebesar 3,02%, terendah sebesar 1,71% dari jenis Lingkube. Sedangkan melalui dua kali penyaringan rendemen tertinggi diperoleh dari jenis Lingkube 12,20% dan terendah kayu lawang hanya sebesar 4,06%, dapat dilihat pada Tabel 3.
16
Tabel 3. Rata-rata rendemen ekstraksi sampel dengan metode Maserasi Jenis Sampel Lingkube Ketapang Kayu lawang Kuhung-kuhung
Rendemen (%) Satu kali Dua kali penyaringan penyaringan 1,71 12,20 3,02 9,68 2,26 4,06 2,16 6,67
Aktivitas Antioksidan Analisa yang dilakukan terhadap tumbuhan hutan kurang dikenal yang berpotensi sebagai anti kanker menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna pada ekstrak sampel saat proses reaksi dengan larutan DPPH sehingga kemungkinan memberikan khasiat sebagai anti kanker (lihat gambar 1).
(a)
Warna ekstrak sebelum dicampur dengan DPPH
(b)
Warna ekstrak sesudah dicampur dengan DPPH
Gambar 1. Perubahan warna ekstrak sampel sebelum dan sesudah dicampur dengan DPPH Ekstrak dengan penyaringan satu kali menunjukkan nilai absorbansi daun kuhung-kuhung yang paling rendah berbanding lurus terhadap nilai rata-rata aktivitas penangkal radikal bebasnya juga paling rendah (lihat Tabel 4.).
17
Tabel 4. Nilai inhibitor concentration (IC50) ekstrak sampel dengan penyaringan satu kali No 1 2 3 4
Jenis ekstrak Lingkube Ketapang Kayu lawang Kuhungkuhung
Aktivitas penangkal radikal bebas (%) pada IC50 konsentrasi (ppm) (ppm) 2000 3000 4000 5000 6000 90,83391 84,76912 74,36251 67,26396 60,09649 7811,004 88,14611 86,69883 83,39076 76,29221 73,74225 20280,000 92,07443 89,52447 88,35286 86,69883 86,42316 20330,000 53,06685 37,69814 33,28739 20,53756
9,64852
2274,347
Ekstrak dengan penyaringan dua kali menunjukkan nilai absorbansi lebih tinggi dari ekstrak dengan penyaringan satu kali serta didapatkan nilai IC50 dibawah 200 ppm. Artinya ekstrak sampel tersebut potensial dijadikan sebagai anti radikal bebas/antioksidan (Lihat Tabel 5). Tabel 5. Nilai inhibitor concentration (IC50) ekstrak sampel dengan penyaringan dua kali No 1 2 3 4
Jenis ekstrak Lingkube Ketapang Kayu lawang Kuhungkuhung
Aktivitas penangkal radikal bebas (%) pada konsentrasi (ppm) 31,25 15,625 1000 500 250 125 62,5 2,661 86,339 87,147 73,719 46,376 28,531 14,701 63,091 33,996 80,043 79,695 78,620 78,742 77,910 72,658 75,695 77,990 71,489 54,335 35,942 22,502 92,562 93,560 87,067 53,390 28,747 16,171
8,622
Bioaktivitas Terhadap Sel Kanker Ekstrak sampel dengan penyaringan dua kali kemudian diberikan kepada sel HeLa (ATCC CCL2) yang telah ditumbuhkan pada media penumbuh selama 24 jam dan dilihat besarnya kerusakan yang diderita sel pada hari ke 3. Ekstrak yang paling bagus sebagai anti kanker dilihat dari besarnya nilai inhibisinya. Dapat dilihat pada Tabel 6.
18
IC50 (ppm) 120,63 17,07 90,11 95,39
Tabel 6. Bioaktivitas ekstrak terhadap sel kanker HeLa Jenis ekstrak Lingkube
Ketapang
Kayu lawang
Kuhungkuhung
Konsentrasi (ppm) 500 200 100 50 25 500 200 100 50 25 500 200 100 50 25 500 200 100 50 25 Cel control
ODI 0,257 0,410 0,255 0,405 0,384 0,326 0,359 0,308 0,352 0,394 0,249 0,243 0,343 0,253 0,317 0,166 0,265 0,283 0,265 0,280 0,333
Nilai Absorbansi ODII ODIII Rerata 0,343 0,371 0,324 0,354 0,365 0,376 0,376 0,446 0,359 0,343 0,353 0,367 0,392 0,261 0,346 0,328 0,354 0,336 0,374 0,282 0,338 0,317 0,348 0,324 0,450 0,345 0,382 0,440 0,293 0,376 0,221 0,241 0,237 0,240 0,269 0,251 0,288 0,333 0,321 0,345 0,405 0,334 0,324 0,316 0,319 0,191 0,199 0,185 0,259 0,263 0,262 0,344 0,265 0,297 0,329 0,329 0,308 0,393 0,333 0,335 0,364 0,351 0,349
Inhibisi IC50 (%) (ppm) 7,3 -7,7 -2,8 -5,1 1,0 3,8 3,1 7,2 -9,4 -7,5 32,2 1435,795 28,2 8,0 4,3 8,7 46,9 635,289 24,9 14,9 11,9 4,0 0,0
Dari nilai IC50 menunjukkan bahwa ekstrak daun kuhung-kuhung potensial membunuh sel kanker HeLa dengan IC50 kurang dari 1000 ppm. Artinya pemberian ekstrak Kuhung-kuhung sebesar 635,289 ppm dapat menyebabkan kematian sel sebesar 50%. Dapat dilihat pada Gambar 2.
(a)
Sel HeLa kontrol
(b)
Sel HeLa sebelum pemberian ekstrak
19
(c)
Kondisi sel HeLa setelah pemberian ekstrak kayu lawang 500 ppm
(d)
Kondisi sel HeLa setelah pemberian ekstrak Kuhungkuhung 500 ppm
Gambar 2. Kondisi sel HeLa sebelum dan sesudah pemberian ekstrak Kuhung-kuhung dan Kayu lawang B. Potensi Pengembangan Ke Depan 1. Kerangka Pengembangan Ke Depan Dengan adanya kepastian dan keamanan pakai diharapkan dapat dilakukan pengembangan budidaya tanaman guna mendukung pemanfaatan lebih kanjut. Dan diharapkan pemanfaatannya meluas tidak hanya di Sulawesi Utara namun dapat di manfaatkan oleh masyarakat yang lebih luas. Minimal masyarakat di Indonesia. Dari hasil pengujian antioksidan dan bioaktivitas ekstrak tumbuhan hutan kurang dikenal di Sulawesi Utara. Diharapkan dapat dijadikan acuan dasar dalam pengembangan ekstrak tumbuhan tersebut sebagai bahan herbal yang terjamin khasiatnya dan terjamin keamanan pakainya. Oleh karena itu masih diperlukan rangkaian pengujian yang lebih detail menggunakan hewan uji. 2. Strategi Pengembangan Ke Depan Untuk dapat mengetahui kepastian khasiat dan keamanan pakai suatu ekstrak tumbuhan sebagai bahan obat herbal diperlukan rangkaian pengujian yang panjang. Setelah diketahui aktivitas penangkal radikal bebas dan bioaktivitasnya terhadap sel kanker maka pengujian dilanjutkan dengan : a. Uji invivo (pre klinis) toksisitas dan b. Uji efikasi menggunakan hewan coba (ex. Mencit)
20
BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program 1. Kerangka Sinergi Koordinasi Koordinasi
dilakukan
dengan
perguruan
tinggi
daerah
dan
laboratorium terkait, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan laboratorium untuk pengujian. Kerjasama ini dilakukan karena keterbatasan fasilitas pengujian di Balai Penelitian Kehutanan Manado. Sehingga pada tahun ini jaringan akan dibangun dengan Laboratorium Advance Unsrat (Universitas Sam Ratulangi Manado), Laboratorium Kimia Organik UGM (Universitas Gadjah Mada) dan Laboratorium Biofarmaka IPB (Institut Pertanian Bogor). Koordinasi teknis pelaksanaan kerjasama serta biaya yang diperlukan. 2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Dalam menjalin
kerjasama dengan lembaga lain, hal
yang
diutamakan adalah kontrak kerjasama. Kerjasama yang dilakukan dengan pihak Universitas hanya sebatas pengujian anti oksidan, senyawa aktif dan aktivitas terhadap sel kanker saja. Koordinasi dilakukan terhadap hasil analisa yang dilakukan oleh pihak lembaga tersebut. 3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Hasil koordinasi dengan UNSRAT dan UGM telah dilakukan secara informal. Pelaksanaan koordinasi dilakukan pada bulan maret 2012 dan berhasil mendapatkan tarif pengujian sifat-sifat kimiawi dan aktivitas kandungan tumbuhan obat beserta proses dan tahapan teknisnya. Bulan Juli – September 2012 telah dilakukan pengujian antioksidan di Lab advance UNSRAT dan pengujian invitro sel kanker dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB Bogor melalui sub kontrak pengujian.
21
B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil dari rangkaian kegiatan penelitian ini diharapkan dapat mendukung
potensi
unggulan
daerah.
Serta
mendukung
pengembangan ilmu dan metode terutama dalam ilmu pengobatan tradisional dan obat herbal. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan bahan baku farmasi obat anti kanker
serta
sebagai
dasar
pengembangan
dalam
upaya
pemanfaatan sumberdaya hayati hutan di Sulawesi Utara. Strategi
pemanfaatan
hasil
penelitian
atau
outcome
kepada
masyarakat yaitu melalui publikasi baik dalam jurnal ilmiah maupun dalam majalah dan surat kabar. Khususnya kepada masyarakat Sulawesi Utara program penyuluhan dan penyadartahuan potensi tumbuhan obat. Diharapkan masyarakat akan semakin peduli terhadap kelestarian tumbuhan obat dan melakukan budidaya. 2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Pengetahuan masyarakat yang semakin luas terkait pemanfaatan hasil-hasil hutan yang tidak hanya sekedar karena warisan turun temurun namun juga terjamin keamanannya dan jelas khasiat pakainya. 3. Perkembangan Pemanfaatan Hasil penelitian telah disusun dalam beberapa buku tentang tumbuhan obat di Sulawesi Utara dan Peta Sebaran Tumbuhan obat di Sulawesi Utara. Hasil ini sebagian telah dipublikasikan kepada masyarakat dibeberapa pertemuan. Publikasi kepada instransi terkait dan masyarakat luas juga dilakukan melalui pameran dan ekspose berupa poster serta maket contoh sampel yang telah dibuat.
22
BAB V PENUTUP Suatu jenis ekstrak tumbuhan hutan untuk dapat dijadikan sebagai obat herbal harus melalui serangkaian pengujian kepastian khasiat dan keamanan pakai yang panjang. Supaya dalam penggunaannya tidak membahayakan pasien dan dapat digunakan secara luas, tidak hanya terbatas pada masyarakat adat/lokal tertentu saja. Pengujian terhadap empat jenis tumbuhan hutan kurang dikenal yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengobatan anti kanker secara tradisional telah sampai pada tahap uji aktivitas penangkal radikal bebas dan bioaktivitasnya terhadap sel kanker cerviks (HeLa). A. Kesimpulan 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Enam tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian telah dilaksanakan dengan baik, yaitu Screening pendahuluan, pengumpulan material simplisia. Ekstraksi, uji antioksidan, uji bioaktivitas terhadap sel kanker dan uji kandungan senyawa Alfatokoferol dan quercetin. 2. Metode Pencapaian Target Kinerja Metode yang digunakan pada masing-masing tahap pelaksanaan kegiatan anggaran adalah sebagai berikut : a. Ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut polar etanol. b. Uji antioksidan menggunakan metode DPPH c. Uji
bioaktivitas terhadap
sel
kanker
menggunakan
metode
spektrofotometri, sel kanker yang digunakan adalah HeLa d. Uji kandungan Alfatokoferol dan quercetin menggunakan metode KLT 3. Potensi Pengembangan Ke Depan Setelah diketahui konsentrasi antioksidan dan bioaktivitasnya terhadap sel kanker HeLa, diharapkan dapat menjadi acuan dasar dalam pengembangan ekstrak tumbuhan tersebut sebagai bahan herbal yang terjamin khasiatnya dan terjamin keamanan pakainya. 4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program
23
Koordinasi dilakukan dengan perguruan tinggi daerah dan laboratorium terkait, dalam hal memenuhi kebutuhan laboratorium untuk pengujian. Kerjasama ini dilakukan karena keterbatasan fasilitas pengujian di Balai Penelitian Kehutanan Manado. Diantaranya adalah Lab advance UNSRAT, Lab Biofarmaka IPB dan LPPT UGM. 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung potensi unggulan daerah dan pengembangan ilmu pengobatan tradisional (herbal). Menjadi dasar bagi pengembangan bahan baku farmasi obat anti kanker serta sebagai dasar pengembangan dalam upaya pemanfaatan sumberdaya hayati hutan di Sulawesi Utara. B. Saran 1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Setelah diketahui data dan informasi mengenai kemampuan ekstrak dalam menangkal radikal bebas, bioaktivitasnya terhadap sel Kanker HeLa dan kandungan senyawa Alfatokoferol dan quercetin maka data tersebut dapat dijadikan awal dalam pengembangan tumbuhan obat selanjutnya. Pemanfaatan dapat terus berlanjut terutama di wilayah Sulawesi Utara dan secara nasiuonal. Data dan Informasi dijadikan acuan dalam proses uji selanjutnya, sehingga kelengkapan informasi kepastian khasiat, keamanan pakai dan efektivitas penggunaan ekstrak tumbuhan tersebut sebagai herbal terstandar. 2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Untuk dapat melaksanakan kegiatan/uji lanjutan maka diperlukan dukungan dana dan kerjasama dengan instansi terkait, sehingga data dan informasi yang didapapt dari kegiatan penelitian ini lebih bermanfaat.
24
Lampiran :
Kulit kayu lawang
Pengambilan daun lingkube
Daun lingkube
Pemotongan sampel kuhung-kuhung
Sampel kayu lawang
Proses penggilingan serbuk
25
Proses Maserasi/perendaman
Ekstrak padatan/gum
Pemberian DPPH
Mixture pencampuran larutan
Warna ekstrak setelah diberi DPPH
Spektrofotometri
26
Sel HeLa kontrol
Kondisi sel sebelum diberi ekstrak
Kondisi sel setelah diberi ekstrak Kondisi sel setelah diberi ekstrak kayu lawang 500 ppm kuhung-kuhung 500 ppm
27