LANTING Journal of Architecture
ISSN 2089-8916
Volume 6, Nomor 1, Februari 2017
DEWAN REDAKSI Pimpinan Redaksi Naimatul Aufa, M.Sc. Sekretaris Redaksi Dila Nadya Andini, M.Sc. Anggota: J.C. Heldiansyah, M.Sc. Reviewer: Prof. Dr. Rusdi H. A., M.Sc. Dr. Budi Prayitno, M.Eng. Dr.-Ing. Ir. Gagoek Hardiman Dr. Bani Noor Muchamad, MT. Dr. Ira Mentayani, MT. Desain Cover, Setting dan Tata Letak: J.C. Heldiansyah, M.Sc. Alamat Redaksi Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jalan A. Yani Km.36 Banjarbaru – Kalimantan Selatan 70714 Email:
[email protected] http://ejournal.unlam.ac.id/index.php/lanting DITERBITKAN OLEH: Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Dekan: Dr. –ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT. Ketua Program: Dr. Bani Noor Muchamad, MT. LANTING Journal of Architecture terbit pertama kali bulan Februari 2012. Dewan Redaksi menerima sumbangan artikel terpilih di bidang teknik arsitektur untuk dimuat pada LANTING Journal of Architecture. LANTING Journal of Architecture diterbitkan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun pada bulan Februari dan Agustus. Artikel yang diterbitkan bulan Februari diterima Dewan Redaksi paling lambat akhir bulan Oktober dan yang diterbitkan bulan Agustus diterima dewan redaksi paling lambat akhir bulan April
LANTING Journal of Architecture
ISSN 2089-8916
Volume 6, Nomor 1, Februari 2017
DAFTAR ISI EDITORIAL Pusat Perawatan Kucing di Banjarbaru Adelia Puspita Sari dan Prima Widia Wastuty
Halaman 1-12
Akademi Kuliner Banjarbaru Annisa Wulandari dan M. Deddy Huzairin
13-22
Perpustakaan Pusat Universitas Lambung Mangkurat Dewa Widhi Putra dan Indah Mutia
23-35
Gedung Olahraga Basket di Kabupaten Tabalong Diah Purwaningsih dan Mohammad Ibnu Saud
36-41
Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Banjarbaru Fahrina Supianida dan Gusti Novi Sarbini
42-52
Taman Kupu-Kupu Sultan Adam di Banjarbaru Wardiyanti Sariwati dan Dila Nadya Andini
53-61
Zara Fashion Store Banjarbaru Oneal Lony Laxmybay dan Ira Mentayani
62-70
Pusat Kecantikan Wanita di Banjarbaru Winda Ayu Safitri dan Dila Nadya Andini
71-80
Pusat Kuliner Khas Banjar Di Martapura Nisa Anasandi Noor dan Bani Noor Muchamad
81-90
Pusat Kerajinan Tangan di Banjarmasin Hikmatus Silvia Harlina dan Ira Mentayani
91-100
Eiger Flagship Store Banjarbaru Fauzi Alvi dan Mohammad Ibnu Saud
101-109
Pusat Kebugaran Dan Kecantikan di Banjarmasin Agung Satriya dan Nurfansyah
110-118
Redesain Pusat Perbelanjaan Kandilo di Kabupaten Paser Elda Fitrawati dan Anna Oktaviana
119-128
Pusat Rehabilitasi Penyandang Tuna Daksa di Banjarbaru Faisal Roosandy dan Pakhri Anhar
129-139
Pasar Seni Kerajinan di Banjarmasin Gabriella Octaviria Noormalia Hetrani Putri dan Mohammad Ibnu Saud
140-146
Planetarium Siring Laut Kotabaru Adiyat Nur dan Akbar Rahman
147-154
Resort Dan Wedding Venue di Pantai Rindu Alam Kabupaten Tanah Bumbu Riesky Amalia dan Dila Nadya Andini
155-164
Sanggar Tari Tradisional di Amuntai Ahmad Wahyuni dan J. C. Heldiansyah
165-177
Pusat Kecantikan dan Perawatan Tubuh di Desa Sungai Alang Winda Trisnayanti dan Nurfansyah
178-185
E-Sport Community Center Banjarbaru Bayu Nur Imam dan Bani Noor Muchamad
186-196
Kawasan Taman Wisata Kalsel Park Reza Renaldi dan M. Tharziansyah
197-206
Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Muhammad Rizki Hidayat dan Indah Mutia
207-216
LANTING Journal of Architecture
ISSN 2089-8916
Volume 6, Nomor 1, Februari 2017
EDITORIAL
Konsep Deatil Arsitektural Kalsel Park (Sumber: Reinaldi, 2016)
LANTING Journal of Architecture sudah memasuki tahun keenam penerbitan. Pada terbitan kali ini, LANTING Journal of Architecture khusus mewadahi artikel hasil perancangan 22 (dua puluh dua) mahasiswa Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat. Sehingga redaksi meminta maaf kepada rekan-rekan peneliti yang ingin menerbitkan artikelnya di jurnal ini. Namun, di tahun ini mulai dirintis jurnal khusus untuk Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat, sehingga pada tahun depan LANTING Journal of Architecture akan kembali fokus pada hasil penelitian rekan-rekan peneliti, khususnya penelitian terkait lahan basah. Semoga beberapa artikel yang dihadirkan LANTING Journal of Architecture kali ini dapat menambah referensi pembaca setia Jurnal Lanting. Demikian editorial LANTING Journal of Architecture kali ini. Terimakasih kami ucapkan kepada para kontributor dan pihak-pihak terkait. Sampai jumpa di LANTING Journal of Architecture selanjutnya. Banjarbaru, 1 Februari 2017 Ketua Redaksi
LANTING Journal of Architecture, Volume 6, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 53-61 ISSN 2089-8916
TAMAN KUPU-KUPU SULTAN ADAM DI BANJARBARU Wardiyanti Sariwati Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
[email protected] Dila Nadya Andini Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
[email protected] Abstrak Perancangan Taman Kupu-kupu Sultan Adam yang ada di Banjarbaru ini dilatarbelakangi kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan belajar masyarakat untuk melestarikan hewan ini. Permasalahan dalam perancangan ini adalah bagaimana merancang Taman Kupu-kupu Sultan Adam yang sesuai dengan habitat dan bentuk dari kupu-kupu itu sendiri, Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Taman Kupu-kupu Sultan Adam di Banjarbaru yaitu metode metafora. Rancangannya berupa massa majemuk dengan menggunakan bentuk dasar dari kupu-kupu. Bentuk tersebut juga disesuaikan dengan karakter dari kupu-kupu. Kata kunci: Taman kupu-kupu, Arsitektur Metapora, Metapora Kupu-kupu Abstract Design butterfly garden sultan adam banjarbaru singer has worn backdrop of lack supporting learning activity 'community to review preserving animals. Singer hearts design problems is how to design butterfly garden sultan adam appropriate habitat with and shape of butterfly, design method which was used hearts design butterfly garden sultan adam banjarbaru that metaphor method. The design form of mass with compound using basic fundamentals form of butterflies. Also the shape customized character from butterflies. Keywords: Butterfly Gerden, Metaphore Architecture, Butterfly Metaphore
PENDAHULUAN Kupu-kupu masih dianggap sebagai hewan yang sering terlewatkan oleh kita, karena kupu-kupu salah satu hama tanaman bagi masyarakat apalagi ketika ia masih dalam bentuk ulat. Pada dasarnya keberadaan kupu-kupu sangat penting, tanpa kupu-kupu, penyerbukan tidak akan berlangsung sehing-ga akan berpengaruh terhadap regenerasi tumbuhan maupun regenerasi hutan. Karena itu, jenis serangga cantik ini dapat menjadi indikator kesehatan lingkungan. Habitat yang memiliki keragaman kupu-kupu tinggi berarti memiliki keragaman tumbuhan yang tinggi pula. Seiring berkembang pesatnya partumbuhan penduduk di seluruh dunia, khususnya Indonesia menyebabkan ragam populasi kupu-kupu juga semakin berkurang, hal ini terjadi karena semakin
berkurangnya pula kawasan hutan yang ada di Indonesia. Karena itu, untuk mengetahui kondisi populasi kupu-kupu di Indonesia, Galeri Zoologicum Bogoriense (MZB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) segera melakukan inventarisasi dan pendataan. "Sehingga, bisa diketahui kupu-kupu jenis apa yang telah langka dan perlu dilindungi. Bahkan, bisa diketahui kupu-kupu jenis apa yang telah punah," kata Peggie Djunianti, MSc, Phd, peneliti bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, di Cibinong, Kabupaten Bogor. Di daerah Kalimantan sendiri telah banyak ragam dan jenis kupu-kupu yang mulai hilang keberadaannya, salah satunya yaitu Trogonoptera brookiana (Kupu Trogon atau Rajah Brooke’s Birdwing). Di Kalimantan, Natuna, Semenanjung Malaya, dan pulaupulau sekitar Sumatera terdaftar sebagai CITES Apendiks II.
53
Salah satu upaya mempertahankan populasi kupu-kupu yaitu, dengan cara melakukan penangkaran. Dengan penangkaran, maka populasi kupu-kupu di lokal penangkaran relatif bisa dilestarikan. Penangkaran juga bisa menjual koleksi kupu-kupu tanpa merusak populasi kupu-kupu dialam, selain itu bisa menjadi tempat rekreasi dan edukasi untuk menambah pengetahuan tentang kupu-kupu. juga sebagai objek wiasata yang menyediakan sebuah area khusus yang berfungsi sebagai tempat rekreasi keluarga seperti restoran, toko souvenir dan lain-lain.
2.
Tinjauan Siklus Hidup kupu-kupu Kupu-kupu berkembang biak dengan cara bertelur, dengan serangga yang mempunyai siklus hidup yang paling sempurna, yaitu dengan metamorphosis telur, menjadi ulat, kemudian berubah menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu. Siklus ini terus berputar selama masih dapat berlangsung hidupnya kupu-kupu.
TINJAUAN PUSTAKA Taman Kupu-kupu merupakan suatu tempat yang mewadahi kegiatan atau aktivitas yang dapat memberikan pembelajaran tentang kupu-kupu dan tempat rekreasi untuk masyarakat. 1.
Pengertian Umum Tentang Kupukupu Kupu-kupu adalah serangga berwarna-warni yang bersayap segitiga besar. Kupu-kupu termasuk dalam ordo atau kelompok besar serangga yang disebut Lepidoptera. Nama ilmiah kelompok kupukupu berasal dari sisik-sisik kecil yang memenuhi sayap-nya (Farndon, 2008). Secara tidak langsung kupu-kupu bermanfaat bagi manusia, salah satunya banyak membantu proses penyerbukan pada tum-buhan, yang akhirnya secara tidak langsung sangat bermanfaat bagi manusia. Contoh lain adalah digunakannya kupu-kupu sebagai ornamen dari suatu iklan di televisi, juga gambarnya sebagai tema perangko, motif kain untuk pakaian, stiker, dan lain-lain (Mastrigt, 2005).
Gambar 1. Siklus Hidup Metaporphosis kupukupu
3.
Tinjauan Habitat Kupu-kupu Menurut Jumar (2000:87) faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap habitat kupu-kupu berupa faktor fisik seperti suhu, kelembapan udara, curah hujan, cahaya, angin atau dikenal dengan faktor iklim dan topografi, faktor makanan seperti vegetasi, dan factor hayati seperti predator. Habitat kupu-kupu yang ditemukan di berbagai lingkungan iklim yang berbeda. Me-reka dapat ditemukan di daerah tropik, hutan, rawa-rawa, sungai, rawa, padang rumput, lahan pertanian dan kebun, pada dasarnya. di mana pun ada tanaman dan bunga. Kupu-kupu memakan jus busuk buah, nektar dan air di mana semua yang meng-hirup melalui tabung belalai mereka. 4.
Tinjauan kupu
Terhadap
Bentuk
Kupu-
Tinjauan Struktur Sisik-sisik pada sayap kupu kupu memiliki kemampuan yang dapat membersihkan diri sendiri. Ketika ada air yang mene-tes mengenai sayap kupu kupu, dengan mu-dahnya air itu meluncur mengalir ke bawah dan bersama-sama dengan tetesan air itu terbawa pula kotoran dan debu yang ada pada lapisan tersebut.
54
Fungsi pembersihan diri ini dapat terwujud karena adanya lapisan lilin dan sisik-sisik yang berada di sayap kupu kupu tersebut.
Gambar 2. Struktur Sayap Kupu-kupu
Tinjauan Estetika Warna Kebanyakan warna kupu-kupu endemik Kalimantan berwarna kuning cerah dengan corak hitam. Berbentuk kecil dan terbang rendah.
dalam bentuk arsitekturnya dan materialnya; metafora kombinasi (combined metaphor) yakni metafora yang merupakan gabungan antara metafora teraba dan tidak teraba, baik melalui konsep, ide, persepsi, maupun bentuk. Metafora kombinasi dapat dicapai secara visual, konseptual, ser-ta pengolahan ide bentuk dan bangunan. 6. Studi Kasus a. Taman Kupu-kupu Gita Persada
Gambar 4. Penanda Kawasan Taman Kupukupu Gita Persada
Gambar 3. Trogonoptera brookiana
5.
Tinjauan Dari Segi Metode Metafora Pendekatan rancang dengan sudut pandang metafora merupakan kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai sesuatu yang lain karena adanya kemiripan, Van Nostrand Reinhold (1990). Menurut A. C. Antoniades (1990) mengidentifikasi metafora terbagi ke dalam 3 kategori, yakni: metafora tak teraba (intangible metaphor) yaitu memetaforakan sesuatu yang tidak dimunculkan dalam bentuk arsitekturnya melainkan diwujudkan dalam konsep, ide, dan gagasan; metafora teraba (tangible metaphor) yaitu memetaforakan atau memunculkan sesuatu yang dimunculkan secara langsung
Taman kupu-kupu Gita Persada yang berada di alam terbuka seluas 4,8 Ha dengan ketinggian 460 m di atas permukaan laut, letaknya di Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung tepatnya berada dikawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang dibentuk berdasarkan SK Menhut No. 408/kpts-II/1993 dengan luas 22.249,31 Ha. Penetapan Taman Hutan Raya Wan Abdulrachman (Tahura) merupakan bukti dukungan pemerintah bagi kelestarian alam, tempat konservasi sekaligus rekreasi.
Gambar 5. Penangkaran Kupu-kupu Gita Persada
55
Konsep dari Taman kupu-kupu Gita Persada ini adalah dengan menciptakan habitat asli kupu-kupu, atau bisa dikatakan Taman kupu-kupu Gita Persada adaalah habitat binaan yang digunakan sebagai tempat mengonservasi kupu dengan cara membuat rekayasa habitat. b. Taman Kupu-kupu Bantimurung Bulu Saraung Gedung ini bergaya arsitektur futuristic dengan luas bangunan 24.000 m2 di atas lahan 42.300 m2, merupakan bangunan besar yang menempati areal terluas ke dua di TMII.
METODE PERANCANGAN
1. Latar Belakang Pemilihan Metode Berdasarkan permasalahan arsitektural di rumuskan dari programatik kemudian disimpulkan menggunakan metode metafora. Metafora dipilih karena sesuai dengan per-masalahan yang diangkat yaitu karakter bentuk dari kupu-kupu. Seperti yang dinya-takan Karatani, arsitektur dapat dipahami se-bagai suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait dengan hal-hal lain di luar dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi, arsitektur sering dikaitkan dengan suatu sistem ba-hasa. Dengan pemahaman bahwa arsitektur sering sekali dipahami sebagai suatu sis-tem bahasa yang menyampaikan makna ter-tentu, maka metafora juga menjadi suatu hal yang sering dipakai sebagai pendekatan me-ndesain arsitektur, terutama dalam proses menemukan bentuk geometrinya.
2. Pengertian Metafora Gambar 6. Gerbang Utama Taman Kupu-kupu Bantimurung Bulu Saraung
Di dalam jaring, terdapat pohon-pohon dan tanaman yang memang sudah ada sebelum jaring dipasang, dilengkapi dengan to-ilet dan tracking untuk pengunjung. Saat ja-ring dan semua bangunan sudah siap, tana-man yang merupakan pakan kupukupu akan dimasukkan ke dalam penangkaran. Diluar area penangkaran, berdiri beberapa bang-unan seperti laboratorium, toilet, dan infor-mation centre.
Gambar 7. Penangkaran Kupu-kupu Bantimurung
Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Metafora berasal dari bahasa latin, yaitu “Methapherein” yang terdiri dari 2 buah kata yaitu “metha”yang berarti setelah, melawati dan “pherein” yang berarti membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Jadi secara etimologi, metafora dapat diartikan sebagai pemindahan makna yang dikandungnya kepada obyek atau konsep lain sehingga makna tersebut terkandung pada obyek yang dikenakan baik melalui perbandingan langsung maupun analogi. Penggunaan metafora ini pada umumnya terdapat dalam suatu tata bahasa, di mana kemudian suatu kalimat tertentu jika dimaknai secara denotatif maka akan terlihat meng-andung makna yang tidak sesuai tetapi jika dipahami secara konotatif akan me-nyampaikan makna lain yang sesuai dengan konteks yang sedang dibicarakan. Namun tentu saja, tanpa konteks terkait, kalimat yang sama tetap dapat dipahami sebagai sesuatu yang bermakna denotatif. Namun dengan demikian, ia tidak
56
memegang metafora.
peranan
se-bagai
sebuah
TGV karya Calatrava yang menerjemahkan bentuk bu-rung terbang kedalam bangunan.
3. Desain Metafora Arsitektur yang Berdasarkan Prinsipprinsip Metafora Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain. Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).
Gambar 9. Stasiun TGV
PEMBAHASAN
4. Kategori Metafora dalam Arsitektur Intangible methaphors, (metafora yang tidak dapat diraba) metafora yang berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai seperti: individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan budaya didalamnya.
Gambar 8. Nagoya City Art Museum
Tangible methaphors (metafora yang nyata), Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah menye-rupai istana. Rancangan yang menggunakan metafora ini adalah Stasiun
Tujuan dari perancangan Taman Kupu-kupu Sultan Adam ini yaitu sebagai fasilitas yang dapat mewadahi aktivitas belajar tentang kupu-kupu sekaligus tempat berek-reasi masyarat untuk mengenal lebih jauh tentang kupu-kupu. Tapak berada di area jalan Taman Hutan Raya, Mandi Angin, Banjarbaru. Tepatnya berada di kawasan hutan lindung Mandiangin. Di sekitar site banyak terdapat pepohonan, selain itu merupakan lahan kosong. Kondisi Site Berikut data eksisting yang didapat dari lapangan, yaitu: Sebelah Utara: Sebelah utara berbatasan dengan lahan ko-song Sebelah Selatan: Sebelah selatan berbatasan dengan Area Out Bond TAHURA Sebelah Timur Sebelah Timur berbatasan dengan lahan kosong Sebelah Barat Sebelah barat berbatasan dengan penangkaran rusa Sambar.
57
Gambar 10. Data Eksisting Site
Site berukuran kurang lebih dari 12000 m2, berada di kawasan hutan lindung Mandi Angin.
penghubung antar bangunan sehingga bangunan memiliki konektifitas yang baik. Pada taman kupu-kupu ini mengambil konsep programatik yang dapat memperlihatkan bentuk kupu-kupu. Pada bangunan dan tapak kawasan juga perlu memperlihatkan bentuk kupu-kupu sedemikian rupa sehingga dapat menarik pengunjung untuk berkunjung. Konsep yang diambil pada penangkaran kupu-kupu ini yaitu Flying Butterfly atau kupu-kupu yang sedang terbang, Konsep ini dimunculkan dalam beberapa konteks yaitu: Bentuk visual bangunan dan tata massa bangunan, Warna Ruang dan material bangunan sirkulasi dan ruang luar. a. Konsep Bentuk Bangunan dan kawasan Bentuk bangunan secara visual dapat memberikan bentuk seperti kupu-kupu hal ini digunakan untuk menarik perhatian pengunjung untuk datang ke Taman Kupu-kupu Sultan Adam.
Gambar 11. Ukuran Tapak
1. Konsep Program
Gambar 12. Tujuan Taman Kupu-kupu
Gambar 13. Konsep Bentuk Bangunan
Permasalahan yang muncul dalam perancangan yaitu bagaimana rancangan taman kupu-kupu yang dapat menarik minat pengunjung untuk belajar dan melestarikan kupu-kupu dengan suasana yang nyaman. Selain itu juga perlu adanya sirkulsi yang
Bangunan Utama Bangunan utama merupakan penangkaran kupu-kupu, maka dari itu dibuat sebuah bangunan kubah yang dilapisi dengan jaring agar kupu-kupu dapat bergerak bebas serta tanaman yang ada didalam penangkaran dapat tumbuh dengan baik. Bentuk ku-bah oval yang diambil dari transformasi ba-dan kupu-kupu serta bentuk sirkulasi
58
pada dalam bangunan dibuat menjari-jari agar mempermudah sirkulasi dalam bangunan. Rangka baja ringan Jaring kawat
Gambar 14. Konsep Ruang Penangkaran
Bangunan Penunjang Bentuk bangunan berupa transformasi dari sayap kupu-kupu, selain unik, sayap kupu-kupu terlihat lebih dinamis, lembut nampun tetap kuat dengan struktur jaringjaring pada sayapnya.
Gambar 15. Konsep Bentuk Bangunan Tampak Depan
b.
Sirkulasi dalam banguanan dan luar bangunan Sirkulasi dalam bangunan mengunakan pola yang mengalir, hal ini dimunculkan dari bentuk sirkulasi kupu-kupu yang mengalir.
Sedangkan sirkulasi pada kawasan menggunakan pola terpusat, dengan penangkaran kupu-kupu sebagai pusat kawasan. c.
Konsep warna bangunan Konsep warna untuk eksterior bangunan akan menerapkan warna yang mencolok, yaitu kuning. Kuning merupakan warna dasar dari kebanyakan kupu-kupu di Kali-mantan yang menyesuaikan dirinya pada ik-lim tropis. 2. Rancangan Awal
Gambar 18. Kupu-kupu Kalimantan
Rancangan awal yang akan diambil yaitu eksplorasi dari bentukan kupu-kupu yang kemudian di olah dan disesuaikan dengan kondisi tapak. a. Bentuk
Gambar 16. Konsep Sirkulasi Bangunan Gambar 19. Bentuk Awal Kawasan
Pengabungan bentuk seluruh bangunan akan membentuk kawasan terlihat seperti seekor kupu-kupu raksasa.
Gambar 17. Konsep Sirkulasi Kawasan
59
Gambar 20. Tata Letak Bangunan
Tata letak bangunan disesuaikan dengan bentukan kupu-kupu yang terpusat, sehingga bangunan penunjang mengelilingi ba-ngunan utama.
Gambar 23. Site Plan
3. Gambar Desain Bangunan
Gambar 24. Persfektif 2
Gambar 21. Kawasan Tampak Atas
Gambar 25. Eksterior Penangkaran Kupukupu
Gambar 22. Persfektif
60
KESIMPULAN Kawasan Taman kupu-kupu Sultan Adam di Banjarbaru merupakan bangunan massa banyak dengan tinggi bangunan dari 1-2 lantai, terdiri dari tempat penerimaan, laboratorium, galeri, restoran, tempat penangkaran, taman bunga, dan toko souvenir yang dikelola oleh pengelola Taman kupu-kupu.
Ching, D. (2000). Arsitektur bentuk, ruang, dan tatanan. Jakarta: Erlangga. Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. In E. Neufert, Data Arsitek Jilid 2 (p. 250). Jakarta: Erlangga.
Berbagai pemecahan masalah yang ada pada perancangan ini berfokus pada bagaimana wujud rancangan desain Taman kupu-kupu Sultan Adam di Banjarbaru yang mampu menarik pengunjung untuk datang ke Taman kupu-kupu ini melalui pengolahan bentuk dan massa bangunan yang menyerupai kupu-kupu dengan pendekatan metapora. Sehingga pengunjung maupun masyarakat mampu belajar tentang perkembangbiakan kupu-kupu dan meneliti serta konser-vasi kupu-kupu yang mulai langka, serta se-bagai wadah rekreasi bagi masyarakat deng-an memberikan tampilan bangunan menarik untuk pengunjung. Dengan desain Taman kupu-kupu Sultan Adam di Banjarbaru ini diharapkan bisa membuat pengunjung, pelajar dan masyarakat dapat mengerti tentang pentingnya peles-tarian kupu-kupu. DAFTAR PUSTAKA A. C. Antoniades, Poetics of Architecture, Theory of Design. New York; Van Nostrand Reinhold (1990) Dr. Ir Hakim, Rustam, M.T. 2011. Komponen perancangan arsitektur lanskape: Jakarta: Bumi Aksara Dr. Ir Hakim, Rustam, M.T. 2011. Pancangan Visual Lansekap jalan: Jakarta: Bumi Aksara Frick, Heinz dan Pujo. L setiawan. 2002. Ilmu konstruksi perlengkapan dan utilitas bangunan: Yogyakarta: Kanisius Laksmitasari R, Rita, 2009, Sistem & Perencanaan pemipaan rumah, PT. Prima Infosarana Media, Jakarta
61