LANTING Journal of Architecture
ISSN 2089-8916
Volume 6, Nomor 1, Februari 2017
DEWAN REDAKSI Pimpinan Redaksi Naimatul Aufa, M.Sc. Sekretaris Redaksi Dila Nadya Andini, M.Sc. Anggota: J.C. Heldiansyah, M.Sc. Reviewer: Prof. Dr. Rusdi H. A., M.Sc. Dr. Budi Prayitno, M.Eng. Dr.-Ing. Ir. Gagoek Hardiman Dr. Bani Noor Muchamad, MT. Dr. Ira Mentayani, MT. Desain Cover, Setting dan Tata Letak: J.C. Heldiansyah, M.Sc. Alamat Redaksi Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jalan A. Yani Km.36 Banjarbaru – Kalimantan Selatan 70714 Email:
[email protected] http://ejournal.unlam.ac.id/index.php/lanting DITERBITKAN OLEH: Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Dekan: Dr. –ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT. Ketua Program: Dr. Bani Noor Muchamad, MT. LANTING Journal of Architecture terbit pertama kali bulan Februari 2012. Dewan Redaksi menerima sumbangan artikel terpilih di bidang teknik arsitektur untuk dimuat pada LANTING Journal of Architecture. LANTING Journal of Architecture diterbitkan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun pada bulan Februari dan Agustus. Artikel yang diterbitkan bulan Februari diterima Dewan Redaksi paling lambat akhir bulan Oktober dan yang diterbitkan bulan Agustus diterima dewan redaksi paling lambat akhir bulan April
LANTING Journal of Architecture
ISSN 2089-8916
Volume 6, Nomor 1, Februari 2017
DAFTAR ISI EDITORIAL Pusat Perawatan Kucing di Banjarbaru Adelia Puspita Sari dan Prima Widia Wastuty
Halaman 1-12
Akademi Kuliner Banjarbaru Annisa Wulandari dan M. Deddy Huzairin
13-22
Perpustakaan Pusat Universitas Lambung Mangkurat Dewa Widhi Putra dan Indah Mutia
23-35
Gedung Olahraga Basket di Kabupaten Tabalong Diah Purwaningsih dan Mohammad Ibnu Saud
36-41
Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Banjarbaru Fahrina Supianida dan Gusti Novi Sarbini
42-52
Taman Kupu-Kupu Sultan Adam di Banjarbaru Wardiyanti Sariwati dan Dila Nadya Andini
53-61
Zara Fashion Store Banjarbaru Oneal Lony Laxmybay dan Ira Mentayani
62-70
Pusat Kecantikan Wanita di Banjarbaru Winda Ayu Safitri dan Dila Nadya Andini
71-80
Pusat Kuliner Khas Banjar Di Martapura Nisa Anasandi Noor dan Bani Noor Muchamad
81-90
Pusat Kerajinan Tangan di Banjarmasin Hikmatus Silvia Harlina dan Ira Mentayani
91-100
Eiger Flagship Store Banjarbaru Fauzi Alvi dan Mohammad Ibnu Saud
101-109
Pusat Kebugaran Dan Kecantikan di Banjarmasin Agung Satriya dan Nurfansyah
110-118
Redesain Pusat Perbelanjaan Kandilo di Kabupaten Paser Elda Fitrawati dan Anna Oktaviana
119-128
Pusat Rehabilitasi Penyandang Tuna Daksa di Banjarbaru Faisal Roosandy dan Pakhri Anhar
129-139
Pasar Seni Kerajinan di Banjarmasin Gabriella Octaviria Noormalia Hetrani Putri dan Mohammad Ibnu Saud
140-146
Planetarium Siring Laut Kotabaru Adiyat Nur dan Akbar Rahman
147-154
Resort Dan Wedding Venue di Pantai Rindu Alam Kabupaten Tanah Bumbu Riesky Amalia dan Dila Nadya Andini
155-164
Sanggar Tari Tradisional di Amuntai Ahmad Wahyuni dan J. C. Heldiansyah
165-177
Pusat Kecantikan dan Perawatan Tubuh di Desa Sungai Alang Winda Trisnayanti dan Nurfansyah
178-185
E-Sport Community Center Banjarbaru Bayu Nur Imam dan Bani Noor Muchamad
186-196
Kawasan Taman Wisata Kalsel Park Reza Renaldi dan M. Tharziansyah
197-206
Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Muhammad Rizki Hidayat dan Indah Mutia
207-216
LANTING Journal of Architecture
ISSN 2089-8916
Volume 6, Nomor 1, Februari 2017
EDITORIAL
Konsep Deatil Arsitektural Kalsel Park (Sumber: Reinaldi, 2016)
LANTING Journal of Architecture sudah memasuki tahun keenam penerbitan. Pada terbitan kali ini, LANTING Journal of Architecture khusus mewadahi artikel hasil perancangan 22 (dua puluh dua) mahasiswa Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat. Sehingga redaksi meminta maaf kepada rekan-rekan peneliti yang ingin menerbitkan artikelnya di jurnal ini. Namun, di tahun ini mulai dirintis jurnal khusus untuk Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat, sehingga pada tahun depan LANTING Journal of Architecture akan kembali fokus pada hasil penelitian rekan-rekan peneliti, khususnya penelitian terkait lahan basah. Semoga beberapa artikel yang dihadirkan LANTING Journal of Architecture kali ini dapat menambah referensi pembaca setia Jurnal Lanting. Demikian editorial LANTING Journal of Architecture kali ini. Terimakasih kami ucapkan kepada para kontributor dan pihak-pihak terkait. Sampai jumpa di LANTING Journal of Architecture selanjutnya. Banjarbaru, 1 Februari 2017 Ketua Redaksi
LANTING Journal of Architecture, Volume 6, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 71-80 ISSN 2089-8916
PUSAT KECANTIKAN WANITA DI BANJARBARU Winda Ayu Safitri Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
[email protected] Dila Nadya Andini Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
[email protected] Abstrak Perancangan Pusat Kecantikan Wanita di Banjarbaru ini dilatarbelakangi oleh kesibukan masyarakat perkotaan khususnya kaum wanita yang semakin menguras tenaga dan pikiran. Kecenderungan ini menjadikan potensi untuk mengembangkan sebuah Pusat Kecantikan yang berfokus pada konsumen wanita. Tujuan dari perancangan ini adalah mendapatkan desain yang membuat pengunjung nyaman dengan kondisi bangunan dengan mewujudkan citra bangunan berdasarkan konsep woman friendly yang memberikan suasana tenang, aman dan nyaman bagi wanita. Penerapan konsep woman friendly dengan pendekatan metafora pada perancangan terdapat pada alur sirkulasi, tatanan massa, bentuk visual bangunan dan warna. Kata kunci: Pusat Kecantikan Wanita di Banjarbaru, Woman Friendly. Abstract Women’s Beauty Care Center in Banjarbaru project was motivated by the activity of urban society especially women, that more tiring and stressing out. This issue became the potential to developing a Beauty Care Center that focusing on women customer. The purpose of the project is to find a design which makes the guests feel comfortable with the building form by embody the image of the building based on the ‘woman friendly’ concept that gave quiet, safe and comfortable environtment for women. The implementation of the ‘woman friendly’ concept using metaphors contained in the flow of circulation, the order of mass, shape and color of the building visually. Keywords: Women’s Beauty Care Center, Woman Friendly
PENDAHULUAN Jumlah populasi penduduk pada era globalisasi seperti sekarang ini semakin meningkat dan dengan berbagai macam aktivitas yang terjadi memberikan kesibukan, rutinitas, dan tuntutan hidup yang lebih tinggi. Hal tersebut tentunya membuat masyarakat khususnya para wanita ingin lebih mengembangkan diri mereka, baik dalam bidang pendidikan maupun karir, tanpa melepas kewajiban mereka sebagai pengurus rumah tangga. Semua aktivitas sehari-hari tersebut tentu saja akan mempengaruhi waktu istirahat. Kelelahan yang dialami ketika menjalankan rutinitas sehari-hari menimbulkan keletihan, kejenuhan dan juga stress. Kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas olahraga juga dapat memperburuk keadaan. Semua hal tersebut dapat memberikan dampak
yang kurang baik bagi kecantikan dan kesehatan. Banyaknya waktu yang terpakai untuk berkarir maupun mengurus keluarga membuat para wanita membutuhkan tempat perawatan yang memiliki berbagai jenis layanan sehingga dapat memaksimalkan waktu luang untuk melakukan perawatan di tengah kesibukan mereka. Berikut adalah data jumlah penduduk di Kota Banjarbaru menurut jenis kelamin dan dalam kelompok umur: Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Banjarbaru Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 KELOMP OK UMUR
5-9 10-14 15-19 20-24
LAKILAKI
PEREMPUAN
JUMLAH PENDUDUK
10.483 10.244
9.689 9.731
20.172 19.975
11.107
10.414
21.521
11.746
10.576
22.322
71
KELOMP OK UMUR
25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
LAKILAKI
PEREMPUAN
JUMLAH PENDUDUK
9.891
10.121
20.012
10.401
10.441
20.842
9.860
9.711
19.571
8.848
8.129
16.977
7.240
6.670
13.910
5.450
4.679
10.129
3.838
3.545
7.383
2.218
1.969
4.187
Dilihat dari IPM-nya, pembangunan di kota Banjarbaru termasuk berhasil. IPM Kota Banjarbaru selalu menduduki peringkat pertama di Provinsi Kalimantan Selatan. Dari tahun ke tahun angka IPM Kota Banjarbaru terus meningkat dimana pada tahun 2014 mencapai 77,30. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka IPM Propinsi Kalsel yang mencapai 67,63. (Badan Pusat Statistik Banjarbaru, 2015) Adapun berikut data grafik yang menunjukkan indikator daya beli masyarakat Kalimantan Selatan:
(Sumber: Data BPS Banjarbaru)
Dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dalam usia produktif, jumlah penduduk perempuan mengimbangi jumlah penduduk laki-laki. Selain faktor jumlah penduduk, hal yang berperan dalam pertimbangan merancang Pusat Kecantikan ini yaitu perkembangan pembangunan di Kota Banjarbaru yang dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan salah satu indikator yang dikembangkan secara global untuk mengukur pencapaian upaya pembangunan manusia dari berbagai perspektif.
Gambar 2 Grafik Indikator Daya Beli Provinsi Kalimantan Selatan (Sumber: Data BPS Banjarbaru)
Daya beli penduduk Kota Banjarbaru yang dicerminkan oleh besaran pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan sebesar 11.953 juta rupiah pada tahun 2010 menjadi 12.376 juta rupiah pada tahun 2014. Pada tahun yang sama kemampuan daya beli Kalimantan Selatan sebesar 10,304 juta rupiah dan 10,748. Dalam periode 20102014 terlihat kemampuan daya beli masyarakat menunjukkan kecendungan meningkat baik untuk Kota Banjarbaru maupun Kalimantan Selatan. (Badan Pusat Statistik Banjarbaru, 2015)
Gambar 1 Grafik Indeks Pembangunan Manusia Se-Kalimantan Selatan Tahun 2014 (Sumber: Data BPS Banjarbaru)
72
Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjarbaru Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014
rencana kepindahan Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan ke Banjarbaru merupakan prospek yang baik bagi bangunan Pusat Kecantikan. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan arsitektural untuk perancangan Pusat Kecantikan ini yaitu ‘bagaimana rancangan Pusat Kecantikan yang memberikan suasana nyaman melalui konsep women friendly’.
TINJAUAN PUSTAKA
(Sumber: Data BPS Banjarbaru)
Berdasarkan fakta yang diperoleh dari tabel diatas, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi di bidang jasa meningkat drastis pada tahun 2014. Hal ini dapat menjadi peluang bahwa usaha di bidang jasa akan mengalami kemajuan yang lebih pesat di tahun-tahun berikutnya. Kesimpulan dari berbagai data yang telah dijabarkan diatas adalah pertumbuhan ekonomi di Kota Banjarbaru selalu meningkat setiap tahunnya dan dengan daya beli masyarakatnya yang tinggi, kemudian ditambah lagi jumlah penduduk perempuan usia produktif dibandingkan dengan jumlah tempat perawatan kecantikan yang berfasilitas lengkap, masih belum mencukupi maka usaha jasa seperti tempat perawatan kecantikan di Kota Banjarbaru akan sangat diminati. Meskipun tempat perawatan kecantikan lainnya di Kota Banjarbaru cukup banyak, tetapi tempatnya masih terpisah-pisah dalam lingkup kecil dan fasilitas yang disediakan kurang lengkap. Lokasi dari tempat-tempat perawatan kecantikan ini masih terkesan jauh dari menimbulkan kenyamanan karena membuat pengunjung harus membuang waktu lebih untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, yang tidak jarang pergi keluar daerah/kota hanya untuk mencari tempat yang suasana dan fasilitasnya yang lengkap. Selain itu,
1. Pusat Kecantikan Salon Kecantikan Kata Salon berasal dari bahasa Inggris yang artinya ruangan kemudian berkembang menjadi beauty salon yang artinya ruangan kecantikan. Salon artinya tempat untuk menata rambut. Salon kecantikan adalah tempat khusus untuk merawat kecantikan wanita dari rambut, wajah, kulit, ku ku dan sebagainya. Salon Kecantikan merupakan fasilitas untuk mempercantik diri dalam waktu yang relatif cepat. Kegiatan salon terbagi menjadi 3 bagian yaitu rambut, wajah dan tubuh. perawatan tubuh di salon berbeda dengan Spa, apabila di salon hanya berbentuk memperindah bagian luar tubuh sedangkan Spa lebih ke sektor terapi tubuh. Kegiatan yang terdapat dalam salon kecantikan pada umumnya adalah sebagai berikut: Perawatan Rambut (Hair Spa, Hair Mask, Creambath) Perawatan Kuku (manicure pedicure, nail art, hand and foot mask) Facial Tata rias (make up)
Perawatan Kecantikan Tubuh (Spa) Spa merupakan terapi dengan air, asalnya merupakan gaya hidup Bangsa Eropa yang memanfaatkan sumber mata air panas yang berkhasiat dan mengandung mineral untuk perawatan kesehatan, kebugaran plus kecantikan. Suatu terapi kecantikan yang menitikberatkan kepada kebugaran dan keseimbangan jiwa dan raga. Spa biasanya sering dihadirkan
73
bersama dengan fitness center, dan sauna. Kata Spa berarti nama desa kecil di dekat Liege, Belgia yang disebut Spau, yang merupakan sumber air mineral panas yang digunakan oleh keluarga kerajaan untuk mengobati bermcam-macam penyakit atau hanya sekedar melepaskan kelelahan. Program perawatan spa: Pijat (massage) Aromaterapi Body slimming and shaping Lymphatic drainage (memperlancar aliran darah dan mengencangkan bagian tubuh) Body scrub Sauna
Pusat Kebugaran Tubuh Aerobik. Senam aerobik merupakan salah satu alternatif untuk menjaga kesehatan, kebugaran sekaligus menjaga performa tubuh dan membentuk tubuh yang ideal serta untuk menjaga kesehatan jantung dan paru-paru. Fitness. Fitness merupakan olahraga yang selain berfungsi untuk membuat tubuh menjadi bugar dan sehat, juga untuk membentuk otot tubuh agar kencang dan membentuk tubuh sesuai keinginan. Yoga. Yoga adalah suatu keterampilan yang memberikan dua disiplin praktek yaitu gerak dan diam yang bermanfaat untuk menguatkan fisik, menghilangkan kekakuan sendi dan otot, serta mengontrol kesehatan saraf dan kelenjar tubuh.
2. Woman Friendly Wanita Kata wanita menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memi`liki arti perempuan dewasa, kaum putri (dewasa). (http://kbbi.web.id/wanita, 2016) Sedangkan kata perempuan menururut KBBI memiliki arti orang (manusia) yang dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. (http://kbbi.web.id/perempuan, 2016) Sedangkan dalam etimologi Jawa menyatakan hal yang sebaliknya, kata wanita berasal dari frasa ‘Wani Ditoto’ atau berani diatur. Sebutan wanita dimaknai
berdasarkan kemampuannya untuk tunduk dan patuh pada lelaki sesuai dengan perkembangan budaya di tanah Jawa pada masa tersebut. Menurut Old JavaneseEnglish Dictionary (Zoetmulder, 1983), kata wanita berarti ‘yang diinginkan’. Sementara itu menurut bahasa Sanskerta, kata perempuan muncul dari kata per – empu –an. ‘Per’ memiliki makna makhluk dan ‘Empu’ artinya mulia, tuan, atau mahir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna kata perempuan adalah makhluk yang mulia, atau memiliki kemampuan. (Shofi, 2013) Teori Arsitektur Feminisme Menurut Dolores Hayden dalam “What Would a Non Sexist City Be Like?” “Saya mempercayai titik serang feminis yang menunjukkan adanya pembagian ruang publik dengan ruang privat” Para feminis menuntut adanya pembagian ruang dalam arsitektur yang memperhatikan kebutuhan ruang seorang wanita, seperti adanya dapur khusus dan taman pribadi. Mereka menginginkan pembagian ruang yang jelas antara ruang privat dan public dengan tambahan ruang yang lebih baik. Kaitannya dengan paradigm adalah dari teori ini kita dapat melihat adanya jalan pemikiran yang sama antara Hayden dengan feminist yang lain yang menolak adanya pengeksploitasian tubuh wanita sebagai acuan estesis interior, sehingga mereka menuntut pembagian ruang yang jelas. (Hayden, 1980) Dari teori Hayden di atas maka dapat dibuat suatu proses transformasi yang nantinya akan menjadi sebuah penghubung untuk menjembatani akan bahasa feminisme dengan bahasa arsitektur yang akan diimplementasikan kedalam suatu objek rancangan. Bentuk dan Ruang Bangunan. Bentuk harus disesuaikan dengan tema dan tipologi dari pendekatan fungsi yang ada dalam objek yang akan dirancang. Sesuai dengan temanya yang feminism maka digunakan bentuk lekukan-lekukan yang mampu memberi kesan elegan, dinamis, berestetika baik pada interior maupun eksterior objek rancangan.
74
muda, hijau kuning, orange (Silaban & Punuh, 2011)
Gambar 3 Interior Phaeno Science Centre oleh Zaha Hadid (Sumber:http://www.zahahadid.com/architecture/phaeno-sciencecentre/#section-assets-model-photo)
Struktur Bangunan. Pada umumnya bangunan yang bergaya Arsitektur Feminisme memiliki struktur yang kuat dan kokoh namun didesain sedemikian rupa agar kelihatan feminin, elegan tidak kaku dan estetis.
Gambar 4 Struktur Phaeno Science Centre oleh Zaha Hadid (Sumber: http://www.zahahadid.com/architecture/phaeno-sciencecentre/#section-assets-model-photo)
Fasade Bangunan. Fasade bangunan menonjolkan karakteristik bangunan tersebut, yang dinamis dan elegan. Sehingga bentuknya yang berlekuk ataupun stream line dibuat sedemikian rupa agar karakter feminimnya dapat keluar. Pemilihan materialnya juga harus disesuaikan contohnya seperti pemakaian kaca atau organik plastik pada bagian yang transparan, pemakaian bearing wall dsb.
dsb.
Gambar 6 Interior salon Instant Parlour yang bernuansa feminin. (Sumber: http://www.gadis.co.id/tryit/instant+parlour)
METODE PERANCANGAN 1. Pengertian Metafora dalam Arsitektur Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Metafora berasal dari bahasa latin, yaitu “Methapherein” yang terdiri dari 2 buah kata yaitu “metha” yang berarti setelah, melawati dan “pherein” yang berarti membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut Charles Jencks dalam bukunya “The Language of Post Modern Architecture” dimana Arsitektur dikaitkan dengan gaya bahasa, antara lain dengan cara metafora. (Jencks, 1991) Pengertian Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya. 2. Kegunaan Penerapan Metafora dalam Arsitektur
Gambar 5 Fasad Madrid Civil Courts of Justice oleh Zaha Hadid. (Sumber: http://www.zahahadid.com/architecture/madrid-civil-courts-ofjustice/)
Warna Sesuai dengan temanya yaitu Arsitektur Feminisme maka warna juga sangatlah menentukan. Warna pada objek menentukan karakter bangunan tersebut. Contoh warna-warna yang feminim adalah merah muda, ungu
Sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas arsitektural, yakni sebagai berikut: o
o
Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektural dari sudut pandang yang lain. Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.
75
o
Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya. o Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.
3. Kategori Metafora dalam Arsitektur o
o
o
o
Intangible methaphors, (metafora yang tidak dapat diraba) Metafora yang berangkat dari suatu konsep, ide, hakikat manusia dan nilai-nilai seperti: individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya. Tangible methaphors (metafora yang nyata). Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana. Combined methaphors (metafora kombinasi), merupakan penggabungan kategori 1 dan kategori 2 dengan membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan. Metafora Gender. Arsitektur dapat menjadi suatu media komunikasi massal, pesan-pesan yang disampaikan ini juga banyak menyampaikan masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu masalah sosial yang diangkat dalam arsitektur yaitu gender. Selain makhluk hidup biasa, arsitektur juga terbagi atas dua gender, yaitu gender pria dan wanita. - Gender Pria. Gender ini diwakili oleh bangunan berbentuk kotakkotak, yang memiliki kesan solid, kuat, dan kaku. - Gender Wanita. Gender ini diwakili oleh bangunan berbentuk kurva atau lengkung, yang memiliki kesan dinamis, indah, dan eksotis.
PEMBAHASAN KONSEP PROGRAMATIK Proses mendapatkan konsep programatik pada bangunan Pusat Kecantikan ini, diawali dari memahami situasi yang terdapat pada obyek rancangan dan permasalahan yang ingin diangkat sehingga menghasilkan ide abstrak yang kemudian dijadikan konsep programatik. Tujuan dibangunnya Pusat Kecantikan ini yaitu agar dapat memfasilitasi konsumen secara profesional dengan kelengkapan jenis perawatan yang ditawarkan serta suasana yang nyaman sehingga konsumen dalam hal ini yaitu para wanita, merasa betah meskipun perawatan yang dilakukan memakan waktu lama.
Gambar 7 Konsep Programatik Pusat Kecantikan (Sumber: Penulis, 2016)
Konsep ‘Woman Friendly’ pada perancangan Pusat Kecantikan yaitu dengan memetaforakan sifat-sifat yang berhubungan dengan wanita serta memasukkan elemen-elemen yang erat kaitannya dengan sifat feminin ke dalam bangunan. Konteks ‘Woman Friendly’ pada perancangan Pusat Kecantikan ditujukan kepada beberapa poin berikut: Bentuk visual bangunan, sesuai tema feminin yang ingin ditonjolkan maka digunakan bentuk lekukan-lekukan yang memberi kesan elegan, dinamis dan lembut seperti wanita. Penentuan warna juga mencitrakan sifat wanita, misalnya warna putih, merah muda, kuning, hijau.
76
Alur sirkulasi dan tatanan massa, diatur sedemikian rupa untuk mempermudah pengunjung wanita dalam pencapaian dan orientasi arah karena massa bangunan yang terpisah-pisah. Bentuk tatanan massa mengambil bentukan dari elemen yang lekat dengan feminin, yaitu bunga. Perancangan lansekap, lebih dekat dengan unsur-unsur alam yang berhubungan dengan wanita dan kenyamanan seperti banyaknya tanaman bunga-bunga dan kolam air yang memberikan suasana tenang dan menyegarkan.
mekar, dengan taman dan kolam sebagai inti bunga dan bangunan di sekelilingnya sebagai kelopak bunga dan daun. Posisi bangunan diletakkan berdasarkan hirarki, dimana bangunan yang berada paling depan bersifat umum yang artinya masih bisa diakses bagi pengunjung laki-laki maupun perempuan, bangunan yang berada di tengah bersifat privat yang hanya bisa diakses pengunjung perempuan dan bangunan yang berada di paling belakang bersifat servis.
1. Konsep Tata Massa Bangunan Konsep tata bangunan pada Pusat Kecantikan dilakukan berdasarkan analisis tapak dengan pendekatan konsep program woman friendly. Pendekatan dilakukan agar suasana yang diinginkan dapat tercapai. Berdasarkan hal tersebut, maka konsep tata bangunan dapat dilihat pada pembagian zoning sebagai berikut:
Area Kebugaran dan Butik-Bridal, tidak terpengaruh sinar matahari
U KETERANGAN: Area penerima Bangunan fungsi utama Area pengelola & servis
Gambar 9 Konsep Tata Bangunan (Sumber: Penulis, 2016)
Area Perawatan Kulit, Salon, dan Spa
Area pengelola dan servis
Gambar 8 Zoning Massa berdasarkan Analisis Matahari (Sumber: Penulis, 2016)
Konsep zoning dengan mempertimbangkan arah matahari menghasilkan pembagian letak massa berdasarkan fungsi. Bangunan yang berada di sebelah barat adalah bangunan yang memiliki fungsi area kebugaran dan butik bridal yang tidak terpengaruh sinar matahari. Sementara di sebelah timur adalah bangunan yang memiliki fungsi area perawatan tubuh dan perawatan rambut/kulit. Bentuk tatanan massa diambil dari bentuk struktur bunga yang sedang
Gambar 10 Site Plan
(Sumber: Penulis, 2016)
77
2. Konsep Sirkulasi Sirkulasi pada bangunan Pusat Kecantikan ini berbentuk radial, yaitu jalur utama masuk menuju tempat perawatan bertemu pada satu titik di tengah kemudian menyebar ke titik arah lainnya. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung wanita dapat mengorientasikan arah dengan mudah dan semua bangunan dapat terlihat dari pusat kawasan.
Gambar 12 Konsep Penataan Parkir (Sumber: Penulis, 2016) KETERANGAN: Jalur umum Jalur khusus pengunjung wanita
Gambar 11 Konsep Sirkulasi (Sumber: Penulis, 2016)
Pengunjung masuk menuju kawasan perawatan melalui jalur umum berwarna merah yang bermula dari Area Penerima menuju ke tengah dan juga menuju ke bangunan butik bridal yang masih bisa diakses pengunjung laki-laki. 3. Konsep Lansekap
Penataan Parkir yang digunakan pada kawasan ini adalah parkir tegak lurus dengan kemiringan 45o. Namun ada juga parkiran yang ditata 90o pada parkiran disable.
Pada jalur pedestrian, digunakan material perkerasan batu kali dan batu koral yang disusun pada agregat semen kemudian diberikan stepping stone untuk pijakan. Softscape atau vegetasi dalam kawasan menggunakan tanaman bunga berwarna-warni dan berbau wangi seperti kamboja, gerbera, mawar, melati, lavender. Tanaman bunga diletakkan dibagian tengah kawasan dan di sisi-sisi jalur sirkulasi. Tiap area ditanami dengan bunga yang berbeda bertujuan untuk mengorientasikan pengunjung. Pada area salon ditanami bunga mawar yang melambangkan keindahan, area spa (perawatan tubuh) ditanami bunga melati yang melambangkan kesucian, dan area gym (kebugaran) ditanami bunga matahari yang identik dengan warna kuning melambangkan sifat enerjik. Sedangkan peneduh memakai pohon yang bertajuk lebar yaitu pohon tanjung dan pohon glodog tiang disepanjang sisi area parkir kawasan.
78
wanita. Bentuk bangunan diambil dari bentuk kelopak bunga.
Gambar 13 Layout Vegetasi (Sumber: Penulis, 2016)
Elemen air berupa kolam yang pada siteplan terlihat sebagai inti bunga, digunakan untuk menjadi penanda posisi bagian tengah kawasan dan menjadi perhentian untuk mencari bangunan yang akan dituju. Pada sekitar kolam yang berada di tengah tapak diberikan kanopi sebagai perlindungan terhadap matahari dan hujan dengan material membran agar memiliki tampilan modern.
Gambar 15 Bentuk Eksterior (Sumber: Penulis, 2016)
Bagian interior bangunan Pusat Kecantikan ini menggunakan bahanbahan yaitu bata ekspos, dinding semen, kayu, kaca dan vinyl. Sedangkan warna yang dipakai adalah warna-warna yang feminin seperti putih, merah muda, ungu muda, hijau, kuning. Warna-warna pada interior membuat pengunjung juga merasakan suasana taman bunga di dalam bangunan.
Gambar 14 Area Taman Tengah dengan Kolam dan Kanopi (Sumber: Penulis, 2016)
4. Konsep Tampilan
Tampilan eksterior bertema minimalis dengan perpaduan material dinding beton dan kaca. Warna yang digunakan adalah warna putih. Warna putih dipilih sehingga ketika pengunjung memasuki bagian dalam tapak, pengunjung akan merasa seperti berada di taman bunga yang berwarna-warni dengan kesan alami kemudian bangunan-bangunan berwarna putih yang berkesan modern menjadi latarnya. Warna putih juga identik dengan kesucian seorang
Gambar 16 Konsep Tampilan Interior (Sumber: Penulis, 2016)
KESIMPULAN Perancangan sebuah Pusat Kecantikan khusus wanita tentunya mampu membuat penggunanya merasa dimudahkan aksesibilitasnya serta memberikan kenyamanan lebih daripada bangunan lain yang tidak mempertimbangkan sudut pandang ‘feminin’ di dalamnya. Keberadaan Pusat Kecantikan Wanita di Banjarbaru diharapkan dapat memberikan rasa nyaman,
79
aman, dan eksklusif bagi wanita melalui konsep ‘woman friendly’. Masalah arsitektural yang ada pada perancangan Pusat Kecantikan yaitu yang memberikan suasana tenang, aman dan nyaman melalui konsep women friendly. Proses perancangan kawasan Pusat Kecantikan ini memiliki poin acuan yang menjadi tolak ukur dalam penyelesaian masalah tersebut yaitu: Pengolahan tapak yang meliputi penataan massa dan sirkulasi dengan pendekatan metafora terhadap elemenelemen yang berkaitan dengan konsep ‘woman friendly.’ Penerapan konsep ‘woman friendly’ pada bentuk bangunan dan interior. Perancangan Pusat Kecantikan Wanita di Banjarbaru ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan bisnis bidang jasa di kota Banjarbaru dan memberikan pilihan baru bagi konsumen pengguna jasa di kota Banjarbaru. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Banjarbaru, 2. (2015). Statistik Daerah Kota Banjarbaru. Banjarbaru. Bungasalu, L. (2010). Pusat Pengembangan Kecantikan Wanita di Yogyakarta. Tinjauan Umum Pusat Pengembangan Kecantikan Wanita, 17-50. De Chiara, J. (1973). Time-saver Standards for Building Types. Minnesota: McGraw-Hill. Hadid, Z. (2016). Madrid Civil Courts of Justice. Diambil kembali dari Zaha Hadid Architects: http://www.zahahadid.com/architecture/madrid-civilcourts-of-justice/ Hadid, Z. (2016). Phaeno Science Centre. Diambil kembali dari Zaha Hadid Architects: http://www.zahahadid.com/architecture/phaenoscience-centre/#section-assetsmodel-photo Hayden, D. (1980). What Would a Non Sexist City Be Like? Chicago: The University of Chicago Press.
80