1 LAMPIRAN2 LAMPIRAN I (Lembar Asistensi)3 4 5 LAMPIRAN II (Peta Curah Hujan)6 Gambar : Citra Satelit MTSAT sebelum dilakukan pengolahan7 Gambar : Cit...
Curah hujan merupakan unsur meteorologi yang mempunyai variasi tinggi dalam skala ruang dan waktu sehingga paling sulit untuk diprediksi. Akan tetapi, informasi curah hujan
sangat penting dan dibutuhkan oleh hampir semua bidang seperti pertanian, transportasi, perkebunan, hingga untuk peringatan dini bencana alam, banjir, longsor, dan kekeringan (Parwati <em>et al. 2009).
Data dan informasi curah hujan masih terbatas baik untuk skala spasial yang luas maupun satuan wilayah yang lebih kecil. Akses untuk data sulit dan belum memenuhi syarat layak pakai. Jumlah stasiun penakar hujan mungkin banyak namun kelengkapan data masih belum menjanjikan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut menjadi penghambat bagi pengguna data curah hujan dan kegiatan yang memfokuskan diri pada implementasi analisis data hujan.
Keterbatasan ini mampu dijawab oleh data satelit penginderaan jauh. Beberapa data satelit meteorologi telah mampu memberikan informasi cuaca yang <em>up to date setiap jam dan dapat diakses gratis. Meskipun begitu pemanfaatannya masih sangat terbatas. Pendugaan curah hujan dengan satelit diawali sekitar tahun 1960 dengan memanfaatkan kanal inframerah serta cahaya tampak atau <em>visible (Suseno 2009). Berbagai metode masih terus dikembangkan agar hasil penghitungan nilai curah hujan dugaan mendekati hasil pengukuran stasiun penakar hujan.
Salah satu data satelit penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk memantau dan memberikan informasi tentang kondisi keawanan dan curah hujan antara lain adalah MTSAT-1R (<em>Multifunction Transport Satellite 1 Replacement). Data satelit penginderaan jauh MTSAT-1R ini mampu memberikan informasi kondisi awan melalui kanal inframerah setiap 30 menit dengan resolusi spasial 4 km. Data MTSAT dapat diunduh setiap jam ini dapat menginformasikan kondisi awan di Indonesia sehingga diharapkan ke depan data MTSAT-1R ini mampu untuk memprediksi daerah berpotensi banjir dengan berdasarkan kondisi curah hujan di wilayah Pulau Jawa.
Oleh karenanya perlu dilakukan analisis kondisi awan di wilayah Indonesia yang menyebabkan curah hujan tinggi yang memicu terjadinya banjir. Diharapkan kajian ini dapat dimanfaatkan dalam pembuatan peta persebaran curah hujan di Pulau Jawa melalui data satelit khususnya dari parameter suhu kecerahan awan dari MTSAT-1R terhadap data curah hujan yang diperoleh dari stasiun pengamatan seperti BMKG.
Website ini menyajikan peta curah hujan yang merupakan hasil dari pengolahan citra MTSAT-1R. Wilayah peta itu sendiri mencakup seluruh wilayah di Pulau Jawa. Petapeta yang terdapat di website ini terhitung sejak tanggal 1 Mei 2013 hingga 31 Agustus 2013. Disini tersedia pula hasil layout peta berupa animasi dalam format .gif . Hasil output dalam bentuk .gif tersebut merupakan gabungan selama satu bulan. Misal untuk mei.gif, itu berarti dari tanggal 1 Mei 2013 sampai dengan 31 Mei 2013. Demikian sekilas isi dari website ini. Terima Kasih. Semoga Bermanfaat.
<span class="style4">Bagaimana cara untuk membuat Peta Curah Hujan ?? Apa saja data yang perlu disiapkan ?? Software pendukung apa saja yang diperlukan ?? Tenang tenang.. Satu persatu kita akan mengupas dan menjelaskannya semuanya disini. Bagi yang belom mempunyai software-software pendukungnya, disini tersedia juga link-link untuk mengunduh software tersebut.
Bagaimana cara untuk membuat Peta Curah Hujan ?? Apa saja data yang perlu disiapkan ?? Software pendukung apa saja yang diperlukan ?? Tenang tenang.. Satu persatu kita akan mengupas dan menjelaskannya semuanya disini. Bagi yang belum mempunyai software-software pendukungnya, disini tersedia juga link-link untuk mengunduh software tersebut.
<span class="style4">Oke, pertama kita mulai untuk menyiapkan bahan (data) dan peralatannya (software). Data - data yang dibutuhkan untuk membuat Peta Curah Hujan ini adalah : 1. Peta Administrasi Indonesia 2. Data Citra MTSAT - 1R. untuk Data Citra MTSAT-1R dapat diunduh secara gratis di website resmi Kochi - Jepang, untuk mengunduh silahkan klik disini. Data yang berhasil diunduh formatnya berupa file kompresan berformat .gz , ini bisa diekstrak dengan menggunakan .7zip atau winrar.
Kemudian untuk software - software pengolahan data adalah sebagai berikut : (klik untuk mendownload) 1. ENVI 4.3 , 2. ER Mapper 7.0 , 3. ArcGIS 9.3 ,
Langkah - langkah dalam pembuatan Peta Curah Hujan dapat dilihat pada link - link tutorial dibawah ini. Agar saudara tidak salah dalam langkah - langkah pembuatan peta nya, berikut adalah diagram alir nya :
<strong>Gambar. Diagram Alir
Selamat mencoba, semoga berhasil dan bermanfaat. Terima Kasih.
1. Konversi PGM ke ERS <em>Covert file dilakukan untuk mengubah format file dari format .pgm kedalam format .ers agar bisa dibuka dan dilakukan pengolahan data di software Er-Mapper 7.01. Peng<em>convert-an <em>file dilakukan dengan menggunakan software ENVI 4.3. Langkahlangkah konversi adalah sebagai berikut :
2. Koreksi Geometrik dengan GCP Point Koreksi Geometrik pada dasarnya adalah meningkatkan ketelitian geometrik dengan menggunakan titik kendali / kontrol tanah (<em>Ground Control Point biasa disingkat GCP). GCP dimaksud adalah titik yang diketahui koordinatnya secara tepat dan dapat terlihat pada citra inderaja satelit seperti perempatan jalan dan lain-lain. Adapun langkah-langkah untuk melakukan koreksi geometrik adalah sebagai berikut :
4. Konversi Nilai DN ke Brightness Temperature (BT) <span class="storyLeft">Data Citra MTSAT-1R itu berupa data raster yang<em> cell value -nya masih berupa nilai warna pixel belum berupa nilai <em>brightness <em>temperature yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk membuat Peta Curah Hujan diperlukan nilai <em>Brightness <em>Temperature yang sebenarnya untuk melakukan klasifikasi sehingga bisa dilakukan identifikasi terhadap peta tersebut. <span class="storyLeft">Berikut adalah langkah - langkah untuk melakukan konversi nilai <em>Digital <em>Number (DN) ke <em>Brightness <em>Temperature (BT) :
5. Klasifikasi nilai BT (Brightness Temperature)Klasikasi nilai <em>Brightness Temperature (BT) ini dilakukan untuk melakukan pengkelompokan agar bisa diidentifikasi area-area yang terindikasi terjadi Hujan Lebat, Hujan Sedang, Hujan Ringan ataupun malah Tidak Hujan (Cerah). Adapun klasifikasi nilai <em>Brightness Temperature yaitu :
6. Layout-ing Peta via Arc GIS <span style="line-height:25px">Dalam penelitian ini, proses <em>layouting peta dilakukan dengan <em>software ArcGIS. Data yang digunakan adalah citra hasil klasifikasi, yaitu data citra MTSAT-1R yang sudah diolah di Er Mapper dan Peta Administrasi Indonesia 2010. Pembuatan peta curah hujan dilakukan dengan menggabungkan data spasial Peta Administrasi Indonesia dengan hasil pengolahan citra MTSAT-1R yang telah di klasifikasi sebelumnya.
7. Membuat Animasi Peta via Macromedia Flash Macromedia Flash adalah software yang salah satunya digunakan untuk membuat animasi bergerak yang terdiri dari gambar - gambar. Berikut ini adalah langkah - langkah untuk membuat animasinya :
4. Script Peta Curah Hujan (peta.html)
Peta Curah Hujan
Berikut adalah Peta Curah Hujan yang merupakan hasil dari pengolahan data citra MTSAT-1R yang digabungkan dengan