LAMPIRAN
120
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian (Kel. Grogol Selatan) dan Titik Lokasi Penelitian.
Kolong Jembatan Simprug Pasar Bata Putih Stasiun Kebayoran
121
Lampiran 2. Hasil Olahan Data 1. Hasil analisis pengaruh kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas terhadap kondisi ekonomi kelompok miskin kota (menggunakan SPSS 16.0) Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 v10, v4, v1, v7, v6, v3, v9, v2, v5a
. Enter
a. Tolerance = .000 limits reached. b. Dependent Variable: v15
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
95% Confidence Interval
Coefficients
Coefficients
for B Lower
Model 1
(Constant)
B
Std. Error
10.574
2.164
v1
-.028-
.035
v2
.028
v3
Beta
t
Sig.
Bound
Upper Bound
4.886
.000
6.245
14.903
-.172-
-.802-
.426
-.099-
.042
.018
.345
1.527
.132
-.009-
.065
-.008-
.030
-.044-
-.265-
.792
-.069-
.053
v4
.017
.024
.115
.686
.495
-.032-
.065
v5
.049
.042
.298
1.158
.252
-.036-
.134
v6
-.064-
.045
-.385- -1.425-
.159
-.154-
.026
v7
.071
.096
.738
.463
-.121-
.262
v9
-.135-
.113
-.217- -1.197-
.236
-.362-
.091
v10
-.029-
.056
-.121-
.611
-.140-
.083
.126
a. Dependent Variable: v15
Keterangan:
v1 = Kekerabatan (Objektif) v2 = Kekerabatan (Persepsi) v3 = Keterampilan (objektif)
-.511-
122
v4 = Keterampilan (persepsi) v5 = Etnisitas (objektif) v6 = Etnisitas (persepsi) v7 = Kolektivitas (objektif) v8 = Kolektivitas (persepsi) frekuensi v9 = Kolektivitas (persepsi) sikap v10 = Kolektivitas (persepsi) total v15 = Kondisi Ekonomi
Excluded Variablesb Collinearity Statistics Model 1
Beta In
t .a
v8
Sig. .
Partial Correlation .
Tolerance
.
.000
a. Predictors in the Model: (Constant), v10, v4, v1, v7, v6, v3, v9, v2, v5 b. Dependent Variable: v15
2. Hasil analisis pengaruh kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas terhadap aksesibilitas kebutuhan dasar kelompok miskin kota (menggunakan SPSS 16.0) Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 v10, v4, v1, v7, v6, v3, v9, v2, v5a a. Tolerance = .000 limits reached. b. Dependent Variable: v25
. Enter
123
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constan t)
Standardized Coefficients
Std. Error
95% Confidence Interval for B
Beta
t
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
57.049
36.416
1.567
.122
v1
-.680-
.596
-.227- -1.141-
.258
-1.873-
.512
v2
.250
.310
.169
.807
.423
-.369-
.869
v3
-.315-
.512
-.095-
-.615-
.541
-1.340-
.710
v4
1.115
.410
.423
2.721
.009
.295
1.935
v5
.870
.713
.291
1.220
.227
-.556-
2.296
v6
-.434-
.757
-.144-
-.573-
.568
-1.948-
1.080
v7
1.464
1.612
.143
.908
.367
-1.761-
4.689
v9
-.850-
1.904
-.075-
-.446-
.657
-4.658-
2.959
.690
.940
.160
.733
.466
-1.191-
2.570
v10
-15.794- 129.891
a. Dependent Variable: v25
Keterangan:
v1 = Kekerabatan (Objektif) v2 = Kekerabatan (Persepsi) v3 = Keterampilan (objektif) v4 = Keterampilan (persepsi) v5 = Etnisitas (objektif) v6 = Etnisitas (persepsi) v7 = Kolektivitas (objektif) v8 = Kolektivitas (persepsi) frekuensi v9 = Kolektivitas (persepsi) sikap v10 = Kolektivitas (persepsi) total v25 = Aksesibilitas kebutuhan dasar
Excluded Variablesb Collinearity Statistics Model 1
Beta In v8
t .a
Sig. .
Partial Correlation .
a. Predictors in the Model: (Constant), v10, v4, v1, v7, v6, v3, v9, v2, v5 b. Dependent Variable: v25
.
Tolerance .000
124
3. Hasil analisis pengaruh kekerabatan, keterampilan, etnisitas dan kolektivitas terhadap pertisipasi kelompok miskin kota (menggunakan SPSS 16.0) Variables Entered/Removedb
Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
1 v10, v4, v1, v7, v6, v3, v9, v2,
. Enter
v5a a. Tolerance = .000 limits reached. b. Dependent Variable: v29
Coefficientsa
Model 1
(Consta
Unstandardized
Standardized
95% Confidence
Coefficients
Coefficients
Interval for B
B
Std. Error
12.357
5.148
v1
.066
.084
v2
-.070-
v3
Beta
t
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
2.400
.020
2.059
22.654
.106
.788
.434
-.102-
.235
.044
-.226-
-1.598-
.115
-.157-
.018
.029
.072
.041
.394
.695
-.116-
.173
v4
.018
.058
.033
.318
.752
-.097-
.134
v5
-.097-
.101
-.155-
-.962-
.340
-.299-
.105
v6
.185
.107
.292
1.725
.090
-.029-
.399
v7
-.016-
.228
-.007-
-.069-
.945
-.472-
.440
v9
-.790-
.269
-.334-
-2.936-
.005
-1.329-
-.252-
.845
.133
.940
6.358
.000
.579
1.111
nt)
v10
a. Dependent Variable: v29
Keterangan:
v1 = Kekerabatan (Objektif) v2 = Kekerabatan (Persepsi) v3 = Keterampilan (objektif)
125
v4 = Keterampilan (persepsi) v5 = Etnisitas (objektif) v6 = Etnisitas (persepsi) v7 = Kolektivitas (objektif) v8 = Kolektivitas (persepsi) frekuensi v9 = Kolektivitas (persepsi) sikap v10 = Kolektivitas (persepsi) total v29 = Partisipasi
Excluded Variablesb
Collinearity Statistics Model 1
Beta In v8
t .a
Sig. .
Partial Correlation .
a. Predictors in the Model: (Constant), v10, v4, v1, v7, v6, v3, v9, v2, v5 b. Dependent Variable: v29
.
Tolerance .000
126
Lampiran 3. Asal Daerah Responden dan Tahun ke Jakarta Nomor Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Asal daerah Gunungan, Bulu, Sukoharjo Jatimulyo, Adimulyo, Kebumen Gunungan, Purwasari, Solo Tegal Pengauban, Bayongbong, Garut Rangkas Bitung Rangkas Bitung Lampung Mekarsari, Rumpin, Bogor Buayan, Buayan, Kebumen Parung, Bogor Kartasana, Pagelaran, Pandeglang Bantar Bolang, Radu Dongkal, Pemalang Sindangsari, Pagelaran, Pandeglang Kreman, Warureja, Tegal Yogyakarta Pandeglang Mayong, Mayong, Jepara Baturaja, Tebing Tinggi, 4L Siharpalumbang, Candipura, Lampung Kediri Kolelet Wetan, Rangkasbitung, Lebak Sinargalih, Cibeber, Lebak Cibiuk Keler, Cibiuk, Garut Gedangan. Wirosari, Grobogan Megonten, Kebonagung, Demak Dlimas, Banyuputih, Batang Mereng, Warungpring, Pemalang Krandon, Margadana, Tegal Kagungan Ratu, Negeri Katon, Pasawaran Grinting, Bulakamba, Brebes Grinting, Bulakamba, Brebes Grinting, Bulakamba, Brebes Legon Wetan, Pamanukan, Subang Sinarmulya, Banyumas, Pringsewu
Tahun ke Jakarta 2010 2009 2004 2003 1996 1990 2003 2009 2010 1967 1980 2010 1977 2011 1980 2006 1960 1985 1990 2000 1994 2008 2009 1999 2007 2000 2007 1995 2005 2008 2009 1981 1995 2006 2002
127
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
1. Stasiun Kebayoran di malam hari
2. Suasana di jalan pasar Kebayoran Lama
3. Pemulung sedang mencari barang-barang yang laku dijual kembali di TPS Pasar Kebayoran Lama
128
4. Pemulung (Bapak HR) sedang beristirahat di Stasiun Kebayoran sebelum melanjutkan keliling kembali
5. Stasiun Kebayoran menjadi salah satu tempat tidur pemulung di malam hari pukul 23.30 WIB
129
6. Pemulung (Ibu JM) biasanya membersihkan barang pulungan pada malam hari di pepohonan pinggir rel Pasar Bata Putih
7. Pemulung (Bapak AN) beristirahat berbantalkan barang pulung di pepeohonan pinggir rel Pasar Bata Putih
130
8. Pemulung (Bapak SB) dengan gerobaknya
9. Pemulung (Bapak BD dan istrinya) tidur di bawah kolong jembatan Simprug
131
10. Kelompok pemulung dapat tinggal di pepohonan pinggir rel Pasar Bata Putih dengan membayar sewa kepada Satpol PP
11. Comuter Line yang berangkat dari Stasiun Kebayoran menuju Stasiun Palmerah
132
12. Suasana malam hari di rel non-aktif Stasiun Kebayoran yang biasa dijadikan tempat tidur oleh kelompok pemulung
13. Pemulung (Bapak AN) tidur di Stasiun Kebayoran pada pukul 22.00 pada saat stasiun masih aktif.
133
Lampiran 5. Catatan Harian Penelitian Kamis, 18 Agustus 2011 Endang (Pemulung), Siang hari sekitar pukul 14.00, peneliti menemui Ibu Endang sedang duduk di bawah pohon pinggir rel kereta di kawasan Grogol Selatan, Kebayoran Lama. Ibu Endang mengaku berprofesi sebagai pemulung dan membantu suaminya yang juga pemulung. Ibu Endang berasal dari Desa Gunungan, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Ia merantau ke Jakarta pada Bulan September 2010, ia mengaku meninggalkan kampungnya karena ada tekanan batin ketika suaminya tidak pulang-pulang. Ibu Endang mengaku dengan sedikit stress ia pergi dengan menaiki kereta dan sampai di Jakarta tepatnya di Stasiun Kota. Saat meninggalkan kampungnya Ibu Endang membawa beberapa uang dan beberapa pakaian ke dalam sebuah tas. Namun di kereta ia dicuri tasnya ketika sedang tidur. Sesampai Jakarta ia tidak memiliki apa-apa, tidak ada yang ia kenal di Jakarta. Ibu Endang hidup menggelandang di stasiun Kota, ia sehari-hari mendapat makanan dari hasil memulung. Hingga kemudian ia bertemu dengan seorang lakilaki paruh baya bernama Bapak Budiyono yang menjadi suaminya saat ini. Namun peneliti tidak sanggup menanyakan bagaimana setatus mereka. Apakah suami-istri di atas nikah atau tidak? Ibu Endang pada awalnya tidak diketahui keberadaannya oleh keluarga. Setelah bertemu dengan Budiyono, ia mendapat pertolongan sehingga dapat menghubungi orang tuanya di kampung dan memberi tahu keberadaannya di Jakarta. Ibu Endang makan setiap harinya dua bungkus nasi dan itu dimakan bersama Bapak Budiyono. Hidup Ibu Endang terlihat memprihatinkan, saat saya menemui ibu Endang, Ia sedang menunggu Bapak Budiyono pulang memulung. Biasanya setelah itu mereka menimbang hasil pulungan dan biasanya mendapat uang 10rb sehari. Untuk mandi ibu Endang biasanya mandi di pemandian umum dengan biaya 2rb. Ibu Endang mandi biasanya setelah Magrib dan setelah itu pergi ke kolong jembatan Simpruk, sebagai tempat untuk bermalam.
Jumiati (Pemulung), Sore hari setelah menemui Ibu Endang, tidak jauh dari tempat istirahat Ibu Endang terdapat sebuah tenda yang terbuat dari kain-kain sepanduk beralaskan matras yang sudah tampak kotor. Tenda itu dijadikan tempat istirahat, tidur, dan berkumpul bersama sesama pemulung yaitu tendan Ibu Sumi. Ibu Jumiati yang berusia 34 tahun sehari-hari memulung dengan penghasilan 75rb rupiah seminggu. Ia berasal dari Desa Jati Mulyo, Kecamataan Adi Mulyo, Kabupaten Kebumen. Ibu Jumiati merantau ke Jakarta pada Bulan Juni 2009. Ia memiliki seorang anak yang sedang menempuh pendidikan SD. Biasanya Ibu Jumiati memberi ongkos ke anaknya sebesar 4rb rupiah. Jika dibandingkan dengan Ibu
134
Endang, Ibu Jumiati tampak lebih baik kehidupannya. Ia memiliki kontrakan di Pondok Ranji. Ia juga mampu memenuhi kebutuhan sandangnya tiap tahun seperti membeli pakaian baru untuk 3 orang, yaitu Ibu Jumiati, Suami dan anaknya. Namun khusus di Kebayoran Lama Ibu Jumiati dan suaminya mendirikan bedeng untuk tempat beristirahat setelah memulung. Ibu Jumiati juga masih berkomunikasi dengan kerabatnya seperti dengan mertuanya, paman, bibi, kakak ipar, adik ipar dan anaknya. Ibu Jumiati ketika kesulitan keuangan ia dapat meminjam uang kepada kerabatnya yang dalam satu bulan terakhir meminjam 1 kali sebanyak 300rb rupiah. Aktivitas komunikasi Ibu Jumiati mampu menguasai 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Jawa. Setiap harinya Ibu Jumiati menggunakan Bahasa Indonesia dan Jawa. Namun kemampuan berbahasa Indonesianya kurang baik dibandingkan dengan berbahasa Jawa. Hidup di Jakarta mau tidak mau harus mampu berbicara Bahasa Indonesia. Meski terlihat hidup pas-pasan, namun Ibu Jumiati memiliki rasa solidaritas yang baik. Ia terkadang berbagi makanan dengan teman sesama pemulung yang tidak memiliki makanan. Ibu Jumiati juga sering menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk pembangunan musola dan ibu Jumiati juga terkadang membantu temannya yang kekurangan biaya untuk berobat ketika sakit. Teman yang sakit tersebut dibelikan obat warung.
Sabtu, 20 Agustus 2011 Budiono (Pemulung), Siang hari di bulan Ramadhan. Peneliti menemui Bapak Budiono di pinggir rel kereta api di kawasan Grogol Selatan, Kebayoran Lama. Saat itu Bapak Budiono bersama istrinya Ibu Endang tengah beristirahat setelah berkeliling mencari sampah yang bisa ditimbang. Bapak Budiono tengah menghisap roko. Peneliti pun sangat tertarik melihat cara Pak Budiono menghisap roko. Pak Budiono memang beragama Islam, namun ia mengaku tidak kuat untuk berpuasa. Awalnya peneliti menganggap Pak Budiono payah sekali puasa saja tidak kuat. Tetapi setelah pak Budiono menceritakan kesehariannya, baru lah saya memaklumi Pak Budiono. Setiap harinya pak Budiono berjalan hampir kira-kira 20 km untuk mencari sampah. Ia bekerja di pagi hingga siang dan hasilnya langsung ditimbang di lapak milik Pak Tony. Hasilnya digunakan untuk membeli makanan. Ia baru makan siang itu setelah semalam tidak makan, ia makan sebungkus nasi seharga 5rb rupiah untuk dimakan berdua dengan Ibu Endang. Melihat Pak Budiono bagaimana menceritakan kisah hidupnya sama sekali tidak nampak rasa keluh kesah dari wajahnya, sebaliknya ia menceritakan kisahnya dengan penuh semangat kepada peneliti agar peneliti benar-benar memahami maksudnya. Pak Budiono biasanya tidur atau bermalam di kolong jembatan Simprug bersama ibu Endang. Disana juga terdapat beberapa pemulung yang lain. Dan dikesempatan waktu yang lain peneliti mendatangi kolong jembatan Simprug (cerita yang berbeda).
135
Pak Budiono mengaku sejak 2004 ia ke Jakarta. Ia berasal dari Desa Gunungan Kecamatan Purwasari Kabupaten Solo. Pak Budiono tidak sungkan untuk menceritakan bagaimana hidup di jalan. Hidup dijalan ia selalu berbagi dengan sesama dengan pemulung bahkan pengemis. Ia mengaku akan menyumbangkan sebagian uang yang ia miliki kepada pengemis yang cacat. Ia tidak akan memberikan uangnya kepada pengemis yang tidak cacat, karena ia menganggap itu pemalas. “Sebenarnya ia bisa bekerja seperti saya” ungkap Pak Budiono. Namun suatu saat ia pernah bertemu dengan pengemis yang terlihat buta. Tetapi Pak Budiono pernah melihat pengemis ini di waktu yang lalu, “sebenarnya ia tidak buta” ungkap pak Budiono. Mungkin pak Budiono merasa terpukul melihat pengemis yang pura-pura buta. Lalu Pak Budiono mengeluarkan uang sebesar 1rb Rupiah yang ia miliki. Dalam hati ia berkata “kamu pura-pura buta, saya sumpahin buta beneran” cerita Pak budiono. Setelah memberi uang seribuseribunya ia berjalan mencari tempat yang bisa untuk ditempati untuk tidur. Kemudian ia singgah di emper toko. Tengah malam ada yang membangunkan Pak Budiono dan benar saya iya dikasih uang 50rb rupiah. “Alhamdulillah..siapa lagi yang menolong saya selain Allah” ungkap Pak Budiono. Mungkin itu sekilas cerita Pak Budiono. Kemudian tengah bercerita Pak Budiono mengambil puntung roko ‘sampurna’, entah bekas roko siapa. Dengan handal Pak Budiono memeragakan bagaimana caranya ketika ia ingin meroko namun tidak punya uang untuk beli. Dengan bermodalkan kertas papir seharga 500 Rupiah berpuluh-puluh lembar. Peneliti pun tidak sanggup mencobanya karena saat itu masih pukul 16.00, belum saatnya buka puasa. Kemudian ia kembali bercerita kisah hidupnya. Saat di kampung Pak Budiono bekerja sebagai buruh tani. Namun sekarang ia tidak mampu lagi bersaing dengan tenaga-tenaga muda. Ia merantau ke Jakarta saat itu ia bekerja menjadi tukang bangunan. Ia pernah menjadi kuli bangunan untuk membangun gedung. Ia pernah berada di ketinggian ratusan meter. Ia mengaku sangat takut, ia pun sudah tidak mampu lagi untuk bekerja sebagai tukang bangunan. Kemudian ia beralih menjadi pemulung seperti sekarang. Sebelum ia merantau ke Jakarta, Bapak Budiono bekerja sebagai buruh tani di kampungnya. Ia biasanya bekerja di lahan orang lain untuk memacul, memanen dan membajak dengan traktor. Namun usia Pak Budiono semakin tua dan fisik tidak mendukung lagi untuk bekerja sebagai buruh. Selain itu sudah banyak pesaing-pesaing muda pak Budiono yang juga sebagai buruh. Bapak Budiono pun sudah tidak pernah dipakai lagi menjadi buruh tani. Di sela ceritanya ia menunjukkan kepada peneliti kuku kakinya yang sudah mati karena sering terendam dan kepentok tanah dari traktor. Kuku kaki Pak Budiono memang nanmpak mati berwarna kebiruan dan sudah tidak merasakan sakit jika kukunya terinjak. Kemudian waktu menunjukkan pukul 17.00, peneliti belum menjalankan solat Asar. Lalu berpamit sebentar untuk ke masjid kepada Pak Budiono. Setelah meninggalkan pak Budiono tampak dari kejauhan Pak Budiono duduk bersampingan dengan ibu Endang dan sepertinya tidak berkomunikasi sama sekali. Diam-diaman saja. Kalau seperti di televisi gerakan mereka seperti di slow motion kan. Mereka seperti ada di alam pikir yang berbeda. Peneliti merasa ada
136
yang aneh dari sikap mereka ketika bercerita, tampak begitu semangat, bercerita dengan suara yang sangat keras padahal peneliti hanya berjarak setengah meter. Mungkin suara pak Budiono bisa terdengar hingga ke seberang rel sekitar 10 meter. Kemudian setelah peneliti menjalankan solat Asar, kembali ke tempat istirahatnya pak Budiono dan Ibu Endang. Saya kembali menyapanya, namun tampak dari wajah Pak Budiono seperti baru melihat orang lain yang menyapanya. Setelah selang 30 detik baru ia balik menyapa saya dengan suara yang sangat keras padahal kami hanya berjarak semeter. Tidak lama peneliti diam di sana. Kemudian peneliti berpamitan dan Pak Budiono pergi mandi ke pemandian umum dengan membawa uang sebesar 2rb rupiah.
Minggu, 21 Agustus 2011 Sekitar pukul 17.00 peneliti bertolak dari rumah orang tuanya untuk kembali menuju kebayoran lama untuk memburu pemulung yang bersedia ditanya-tanya. Peneliti tiga hari belakangan selalu naik kereta api karena akan lebih efektif menuju kebayoran lama dari Jombang-Ciputat dengan kereta api. Pukul 17.15 peneliti menunggu Comuterline kereta api sistem baru, harga baru, tapi kereta bekas. Pukul 17.30 peneliti sampai di stasiun kebayoran. Sepertinya tanggung kalau jam segini langsung berburu pemulung. Maka peneliti memilih untuk ngabuburit sambil melihat-lihat dari pinggir rel kereta api. Keadaan pasar yang sangat indah, unik, sangat berwarna-warni. Nampaknya ada sangat banyak profesi di pasar ini, mulai dari tukan sayur, ikan, tahu, tempe, ayam, petasan, mainan anak-anak, buah melon, sampai profesi yang bermodalkan tenaga seperti kuli angkut, dan calo. Sepertinya peneliti larut dalam pertunjukan teater realis di pasar kebayoran. Pertunjukan yang sangat bagus, dan tidak disadari suara azan dari kejauhan mulai terdengar. Alhadulillah sekarang peneliti telah menunaikan ibadah puasa seharian. Dengan meneguk teh botol dingin yang dibeli diwarung dan dengan ditemani sebatang roko rasanya sangat nikmat. Benar-benar merasakan seperti sedang berada di bioskop XXI sambil menghisap asap ber TAR lumayan kandungan NIKOTIN yang juga lumayan. Rasanya sudah mengalir di darah peneliti dan berfungsi sebagai stimulan untuk bersemangat meneliti. Setelah puas berbuka puasa dengan teh botol dan beberapa batang rokok. Peneliti bergegas ke musola. Berdoa agar penelitiannya hari ini di mudahkan oleh Sang Pencipta. Peneliti berjalan menuju lapak milik pak Husein untuk kembali bertanya-tanya dengan pengangkut sampah yang lainnya. Disana peneliti menemui bapak Paksaroni. Ia bertenlanjang dada sepertinya habis pulang mengangkut sampah dan baru selesai berbuka. Sebelum peneliti meminta tolong untuk bertanya-tanya ia sedang bersama istrinya. Namun ketika saya meminta pak Paksaroni untuk diwawancara. Istrinya nampak tidak senang dengan kedatangan saya, mungkin saya dirasa merepotkan dan tidak ada timbal-balik untuknya. Peneliti selalu berulang-ulang berterima kasih kepada pak Paksaroni karena telah membantu saya untuk laporan skripsi saya. Dan saya hanya berharap pak Paksaroni dibalas amal kebaikannya oleh Sang Pencipta.
137
Setelah itu peneliti pada pukul 21.00 pergi menuju kolong jembatan Simprug. Kolong simprug menurut Pak Budiono ada beberapa pemulung yang tidur di sana. Peneliti dengan bermodalkan kacamata mines 3, di dalam kegelapan di pinggir rel terus berjalan menyusuri untuk mencapai kolong jembatan. Di sepanjang rel ada beberapa kelompok orang sedang ‘nongkrong’, terlihat banyak titik asap rokok dari kejauhan. Ketika peneliti mendekat kelompok orang tersebut mulai terucap kata singkat ‘permisi’ sambil memperbaiki letak ‘peci’ di atas kepala sebagai petunjuk kalau peneliti ini orang baik-baik jadi jangan main-main sama orang baik, alim yang memakai peci ini. Peneliti sangat merasakan manfaat dari modal simbolik berupa peci tersebut. Maklum saja peneliti baru membaca setengah buku Modal Sosialnya John Field. Peneliti merasakan teorinya Pierre Bordieu sangat bisa diandalkan. Tidak jauh dari orang-orang nongkrok sudah terlihat fly over yang melintang di atas rel kereta. Benar-benar gelap gulita. Peneliti mencari-cari sosok yang mungkin dikenal. Benar saja peneliti menemui Pak Budiono di sana. Menyapa pak Budiono, dan seperti biasa selang 30 detik pak budiono baru menyadari kedatangan peneliti. Sebelum peneliti menyapa pak Budiono. Ia nampak sedang melakukan gerakan slow motion sambil mengambil plastik di selokan. Pak budiono memberi tahu di dalam ada dua pemulung. Saya pun diantarkan ke dalam. Dengan suara yang keras pak budiono memanggil temannya yang bernama Adi. “Adi…ada mahasiswa nih yang mau meneliti kamu.”. Saat itu saya melihat pemulung yang bernama Adi dan ia masih sangat lah muda. Saat wawancara berlangsung sesekali Mas Adi mengeluarkan batuk namun dengan suara yang tidak umum seperti orang yang menderita asma. Mas adi bercerita ia bahwa sebelumnya ia pernah bekerja sebagai pegawai catring. Namun ia mengeluarkan diri karena tidak tahan dengan tekanan yang sering diberikan oleh atasannya. Ia mengaku sering kali menulis dalam sebuah kertas “kapan saya bisa hidup lebih baik lagi?”. Ia selalu menuliskan dalam selembar kertas saat mengeluarkan diri dari perusahaan catring dan beralih menjadi pemulung.
138
Lampiran 6. Kuesioner Nomor Responden : Tanggal Wawancara :
KUESIONER Kerentanan Sosial Pemulung Asal Desa di Jakarta Petunjuk: Isilah jawaban pada kotak kosong dan titik-titik (…) berdasarkan jawaban yang menurut anda sesuai dibawah ini! A. Identitas Responden I. Identitas Responden 1. Nama 2. Jenis Kelamin 3. Usia 4. Agama
5. 5.
Status Pernikahan Alamat
6.
Tingkat Pendidikan Terakhir
7.
Status tempat tinggal
8.
Jumlah Anggota Keluarga
............................................................................. 1. Laki-Laki 2. Perempuan ...................................................................tahun 1. Islam 4. Hindu 2. Katolik 5. Budha 3. Protestan 6. Lainnya: …………… 1. Menikah 2. Belum Menikah Desa...................................................................... RT: ..................... RW: ..................... No: …………. Kelurahan: ………………………………………………………. Kecamatan: ……………………………………………………... 1. Tidak bersekolah 7. Madrasah Aliyah 2. SD 8. SMK 3. Madrasah Ibtidaiyah 9. Program D.I/D.II 4. SMP Umum/Kejuruan 10. Program D.III 5. Madrasah Tsanawiyah 11. Program D.IV/S1 6. SMA 1. Milik sendiri 5. Dinas 2. Kontrak 6. Rumah milik orang 3. Sewa tua/sanak/saudara 4. Bebas sewa 7. Lainnya: ……… ................................................................... orang
139
9.
Asal Daerah
10. Tahun ke Jakarta
Desa:……………………..Kecamatan:…………………… Kabupaten:…………………………………………………… ……………………………………………………………………..
B. Kerentanan Sosial B.1. Faktor Internal B.1.1 Kekerabatan Bagaimana aktivitas komunikasi Anda dengan kerabat setelah Anda bermigrasi ke Jakarta? *) (5 = sangat sering, 4 = sering, 3 = cukup, 2 = jarang, 1 = tidak pernah) No
Kegiatan
11.
Aktivitas komunikasi Anda dengan orang tua
12.
Aktivitas komunikasi Anda dengan mertua
13.
Aktivitas komunikasi Anda dengan paman dan bibi
14.
Aktivitas komunikasi Anda dengan kakak dan adik kandung
15.
Aktivitas komunikasi Anda dengan saudara sepupu
16.
Aktivitas komunikasi Anda dengan kakak dan adik ipar
17.
Aktivitas komunikasi Anda dengan anak
18.
Aktivitas komunikasi Anda dengan menantu
19
Aktivitas komunikasi Anda dengan keponakan
Frekuensi 6 bulan terakhir (hari)
Persepsi frekuensi (‘kesering an’) *)
Bagaimana aktivitas silaturahmi (tatap muka) Anda dengan kerabat setelah Anda bermigrasi ke Jakarta? *) (5 = sangat sering, 4 = sering, 3 = cukup, 2 = jarang, 1 = tidak pernah) No
Kegiatan
20.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan orang tua
21.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan mertua
22.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan paman dan bibi
23.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan kakak dan adik kandung
Frekuensi 6 bulan terakhir (hari)
Persepsi frekuensi (‘keseringa n’) *)
140
24.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan saudara sepupu
25.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan kakak dan adik ipar
26.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan anak
27.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan menantu
28.
Aktivitas silaturahmi Anda dengan keponakan
B.1.2 Keterampilan Bagaimana kemampuan komunikasi Anda setelah bermigrasi ke Jakarta? *) (5 = sangat mampu, 4 = mampu, 3 = cukup, 2 = kurang mampu, 1 = tidak mampu) No
Kegiatan
29.
Anda berbicara dengan Bahasa Indonesia
30.
Anda mendengarkan pembicaraan orang lain yang berbahasa Indonesia
31.
Anda menulis dengan Bahasa Indonesia
32\ . 33.
Anda berbicara dengan bahasa daerah asal Anda
34.
Anda menulis dengan bahasa daerah asal Anda
35.
Anda berbicara dengan bahasa daerah lain
36.
Anda mendengarkan pembicaraan orang lain yang berbahasa daerah lain
37.
Anda menulis dengan bahasa daerah lain
Anda mendengarkan pembicaraan orang lain yang berbahasa daerah asal Anda
Berapa hari melakukank annya dalam sebulan terakhir
Persepsi kemampua n *)
141
Bagaimana penguasaan teknis Anda terhadap pengolahan hasil memulung Anda setelah bermigrasi ke Jakarta? *) (5 = sangat mampu, 4 = mampu, 3 = cukup, 2 = kurang mampu, 1 = tidak mampu) No
Kegiatan
38.
Anda membedakan sampah organik dan non-organik
39.
Anda mengolah hasil pulung menjadi barang berdaya jual (payung, tas, dompet, dan lain-lain)
40.
Anda memperbaiki hasil pulung sehingga dapat dipakai kembali
Berapa hari melakukan dalam sebulan terakhir
Persepsi kemampua n *)
B.2. Faktor Eksternal B.2.1. Etnisitas Bagaimana aktivitas kedaerahan Anda setelah bermigrasi ke Jakarta? *) (5 = sangat sering, 4 = sering, 3 = cukup, 2 = jarang, 1 = tidak pernah) No
Kegiatan
41.
Aktivitas komunikasi Anda dengan berbahasa daerah asal
42.
Anda berkomunikasi dengan orang sekampung dengan berbahasa daerah asal
43.
Anda berkomunikasi dengan orang sekampung dengan berbahasa daerah asal meski ada orang lain yang tidak sedaerah Anda berkumpul dengan teman sekampung untuk ‘ngobrol’
44. 45.
Anda berkumpul dengan teman sekampung untuk kegiatan yang menghibur
46.
Anda memutuskan untuk berkumpul dengan teman sekampung dari pada berkumpul dengan orang lain yang tidak sekampung Anda membela teman sekampung ketika ia bermasalah dengan orang lain yang berbeda daerah asal
47. 48.
Anda mendapat pertolongan dari teman sekampung ketika Anda memiliki masalah
Berapa hari dalam sebulan terakhir
Persepsi frekuensi (‘keseringa n’) *)
142
B.2.2. Kolektivitas Bagaimana keterlibatan dan sikap Anda terhadap kegiatan untuk kepentingan bersama, setelah bermigrasi ke Jakarta? *) (5 = sangat sering, 4 = sering, 3 = cukup, 2 = jarang, 1 = tidak pernah) **) (5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = biasa saja, 2 = kurang setuju, 1 = tidak setuju) No
Berapa hari dalam sebulan terakhir
Kegiatan
49.
Anda terlibat dalam kegiatan kerja bakti
50.
Keterlibatan Anda dalam kegiatan siskamling
51.
Anda memutuskan untuk menolong tetangga yang sedang dalam masalah ketika Anda sedang sibuk Anda memberikan sebagian makanan Anda kepada tetangga Anda yang kesulitan untuk makan Anda terlibat dalam pembangunan musola secara swadaya Anda mengeluarkan uang untuk membantu biaya tetangga Anda yang sakit
52. 53. 54.
Persepsi frekuensi (“kesering an”) *)
Persepsi Kesetujua n **)
C. Kehidupan Komunitas Miskin Kota C.1. Kondisi Ekonomi Berapa besar biaya yang dihabiskan Anda untuk keperluan 1 bulan terakhir berikut? Pengeluaran Konsumsi/Bulan
Biaya yang Dikeluarkan
55.
Pengeluaran/Bulan Beras
Rp.
56.
Ikan
Rp.
57.
Daging
Rp.
58.
Telur dan susu
Rp.
59.
Sayur-sayuran
Rp.
60.
Buah-buahan
Rp.
61.
Minyak dan Lemak
Rp.
143
62.
Bumbu-bumbuan
Rp.
63.
Tembakau dan sirih
Rp.
64.
Makanan dan minuman jadi
Rp.
65.
Konsumsi Lainnya :
Rp.
……...….. Berapa besar biaya yang dihabiskan Anda untuk keperluan 1 tahun terakhir berikut? Pengeluaran Non-Konsumsi/Tahun
66.
Biaya dalam Rupiah
Pengeluaran/tahun Perumahan dan fasilitas rumah tangga
Rp.
67.
Aneka barang dan jasa
Rp.
68.
Pendidikan
Rp.
69.
Biaya Kesehatan
Rp.
70.
Pakaian, alas kaki, tutup
Rp.
kepala 71.
Barang tahan lama
Rp.
72.
Pajak/Asuransi
Rp.
73.
Keperluan Pesta Upacara
Rp.
74.
Lainnya: ………..………
Rp.
75.
Berapa orang yang Anda tanggung dari pekerjaan ini? Berapa kali Anda makan dalam sehari pada seminggu terakhir?
76.
orang kali
144
C.2. Aksesibilitas Kebutuhan Dasar Menurut Anda bagaimana biaya yang harus dikeluarkan dan jarak yang harus ditempuh untuk menggunakan lembaga pendidikan dan kesehatan? *) (5 = sangat dekat, 4 = dekat, 3 = cukup dekat, 2 = jauh, 1 = sangat jauh) **) (5 = sangat murah, 4 = murah, 3 = cukup murah, 2 = mahal, 1 = sangat mahal) No
Fasilitas
77.
Sekolah Dasar (SD) atau sederajat
78.
80.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat Rumah Sakit
81.
Puskesmas
82.
Bidan
79.
Jarak (km)
Persepsi Jarak *)
Biaya per Persepsi minggu (Rp) Biaya **) (x 1000)
Seberapa sering Anda mendapat bantuan modal dari orang lain? *) (5 = sangat sering, 4 = sering, 3 = cukup sering, 2 = jarang, 1 = tidak pernah) **) (5 = sangat besar, 4 = besar, 3 = cukup besar, 2 = sedikit, 1 = sangat sedikit) No
Kegiatan
83.
Anda meminta pinjaman uang kepada bank keliling Anda meminta pinjaman uang kepada teman sekampung Anda meminta pinjaman uang kepada kerabat Anda meminta pinjaman uang kepada tokoh masyarakat Anda mendapatkan pinjaman uang ketika meminta kepada bank keliling Anda mendapatkan pinjaman uang ketika meminta kepada teman sekampung Anda mendapatkan pinjaman uang ketika meminta kepada kerabat
84. 85. 86. 87.
88.
89.
Frekuensi dalam 1 bulan terakhir
Persepsi frekuensi (‘keserin gan’) *)
Rupiah dalam 1 bulan terakhir (Rp) (x 1000)
Persepsi Besaran **)
145
90.
91.
Anda mendapatkan pinjaman uang ketika meminta kepada tokoh masyarakat Anda mendapat bantuan modal dari Kelurahan atau Dinas Pemerintahan
C.3. Partisipasi Sebesar apa keterlibatan Anda dalam kegiatan sosial? *) (5 = sangat sering, 4 = sering, 3 = cukup sering, 2 = jarang, 1 = tidak pernah) No
Kegiatan
92.
Kehadiran Anda pada kegiatan kerjabakti
93.
Kehadiran Anda pada kegiatan siskamling
94.
Kehadiran Anda pada kegiatan pengajian
95.
Kehadiran Anda pada kegiatan penggalangan dana sosial
96.
Kehadiran Anda pada kegiatan rapat RT
97.
Anda memberikan masukan pada saat perencanaan dilaksanakannya kerjabakti Anda memberikan masukan pada saat perencanaan dilaksanakannya siskamling Anda memberikan masukan pada saat perencanaan dilaksanakannya pengajian
98. 99. 100.
Anda memberikan masukan pada saat perencanaan dilaksanakannya penggalangan dana sosial
101.
Anda memberikan masukan pada saat rapat RT
102.
Anda menyampaikan kritik dan saran pada rapat RT
Berapa kali dalam 1 bulan terakhir
Persepsi frekuensi (‘kesering an’) *)